RADEN PATAH

download RADEN PATAH

of 8

description

raden patah

Transcript of RADEN PATAH

SEJARAH RADEN PATAH

RADEN PATAH Silsilah, Biografi, dan Perjalanan HidupnyaRaden Patah adalah seorang berdarah campuran China dan Jawa yang lahir di Palembang pada tahun 1455. Ia merupakan pendiri sekaligus raja pertama kerajaan Demak yang merupakan kerajaan Islam pertama di tanah Jawa. Raden Patah dikenal dengan banyak nama dan gelar antara lain Jin Bun, Pate Rodim, Tan Eng Hwa, dan Aryo Timur. Kisah hidupnya sangat menarik untuk kita pelajari. Perjuangan, kerja keras, dan sikap toleransinya sangat baik untuk diteladani, oleh karenanya mari kita simak silsilah, biografi, hingga makam dan akhir hayat dari pendiri Masjid Agung Demak ini.

Asal Usul dan Silsilah Raden Patah Babab Tanah Jawiyangditulis akhir abad ke-17 /awal abad ke-18 Masehi yang menjadi penguasa Mataram saat itu adalahPaku Buwono I. Menuturkan bahwa Raden Patah merupakanputra raja Brawijaya, raja terakhir kerajaan Majapahitdenganselirnya yang berasal dari negeri Campa. MenurutSerat Kanda, putri Campa (kini termasuk wilayah Kamboja) justru telah dinikahi oleh Brawijaya ketika masih menjadi putra mahkotabelum menjadi raja kerajaan Majapahit. Sang permaisuri Raja, Ratu Dwarawati, konon merasa cemburu pada selir Rajaitu. Untuk menghindari hal-hal buruk, Raja Brawijaya lalu mengungsikan selirnya itu ke Palembang, Saat itu Palembang diperintah oleh Arya Damar, Putra sulungnya. Di Sumatra, Putri Campa melahirkan dua orangputra, yang dikenal denganRaden Patah dan Raden Kusen.Berita yang hampir sama, diperoleh dari kuil Sam Po Kongkuil di Semarang yang didirikan sebagai penghormatan terhadap Zheng He atau Cheng Ho terdapat sebuah,Tambo/Kronik yangmemberikan informasibahwa nama asli dari Raden Patah adalahJin Bun, yang merupakan putra dariKung-ta-bu-mi(pelafalan Cina untuk Bhre Kertabumi) dengan selirnya yang berasal dari Cina. Bhre Kertabumi sendiri memang bukan nama asing dalam sejarah kerajaan Majapahit. Nama itu juga tercantum dalam KitabPararatonsebagai raja dari Kerajaan Majapahit. Kemudian selir Cina itu mengungsi kePalembang.Kronik Sam Po Kong memberi informasi kepada kitabahwa Jin Bun lahir pada tahun 1455 Masehi, kemungkinan besar memang sebelum Bhre Kertabumi diangkat sebagai raja Majapahit (1474-1478).Sedikit berbeda dengan dua sumber di atas, dalam naskahSajarah Bantenkita mendapat informasi bahwa pendiri Kesultanan Demak itu benamaCu Cu, yang merupakan putra dari seorang (mantan) perdana menteri Cina yang telah bermigrasi ke tanah Jawa. Diberitakan bahwaCu Cutelah mengabdi di kerajaan Majapahit dan berhasil menumpas pemberontakan dari Arya Dilah, Bupati Palembang. Berkat jasa-jasanya,Cu Cukemudian dijadikanmenantu oleh raja Majapahit dan menjadi Bupati di Demak bergelar Arya Sumangsang.Tentangputri Campa yang disebut-sebut sebagai ibu Raden Patah, kita mungkin dapat merujuk kepada informasi yang berasal dari pustakaPurwaka Caruban Nagari. Menurut naskah itu, nama selir yang dimaksud adalahSiu Ban Ci, yang merupakan putri dari pasanganTan Go HwatdanSiu Te Yo, kedunya tinggaldi Gresik. Tan Go Hwat bergelar Syekh Bantong,merupakan saudagar sekaligus ulama.Menurut Lombard dalam bukunyaNusa Jawa; Silang Budaya, Raden Patah berasal dari Cina. Mula-mula Raden Patah itu menetap di Gresik, kemudian ia pindah ke wilayah Demak dan mendirikanbandar dagang. Demak saat itu merupakan pelabuhan penting di pesisir Jawa karena ramai dikunjungi oleh kapal-kapal dagang dari berbagai daerah.Sedangkan jika merujuk kepada berita dari Tome Pires,Suma Oriental, bahwa pendiri kerajaan Demak adalahPate Rodin Senior, yang merupakan cucu dari seorang pendudukGresik.Tome Pires yang pernah singgah di pelabuhan Demak, juga memberitahukan bahwa Demak sekurang-kurangnya memiliki kapal jung sebanyak 40 dan telah berhasil meluaskan pengaruhnya hingga ke wilayah Sumatra, dan sejumlah pulau-pulau besar lainnya diantara wilayah Tanjung Pura, Bangka, dan Belitung.

Ilustrasi Raden Patah. Gambar olehWacana NusantaraDemak saat itu, menurut pantauan Tome Pires, terdapat tak kurang sepuluh ribu rumah, dengan wilayah sekelilingnya merupakan penghasil beras. Beras yang dihasilkan Demak sebagian diekspor ke Malaka.Menurut penjelajah dari Portugis itu, Demak (dan juga Rembang) terkenal dengan galangan-galangan pembuatan kapalnya. Kapal-kapal itu dibuat dari kayu-kayu jati yang memangbanyaktumbuh di Jawa Tengah dan Timur waktu itu. Pedagang yang memiliki uang dan ingin dibuatkan kapal (jung) biasanya datang ke Demak, begitu tulis Pires. Demak dikelilingi kota-pelabuhan lainnya seperti: Jepara, Juwana, Pati, Rembang, dan SemarangBabab Tanah JawidanSerat Kandaselanjutnya memberitakanbahwaRaden Patah (Jimbun/Jim Bun/Jin Bun) yang lahir di Palembang pada tahun 1455 Masehi itu. Hampir selama 20 tahun tinggal di kediaman Arya Damar, adipati Majapahit di Palembang. Raden Patah kemudian berangkat ke Majapahit untuk belajar Islam kepada Raden Rahmat (Sunan Ngampel/Ampel) di Denta, Surabaya. Di tempat Sunan Ampel, Raden Patah mempelajari Islam bersama dengan murid-murid Sunan Ampel lainnya: Maulana Ibrahin (Sunan Bonang), Raden Paku (Sunan Giri), dan Raden Qasim (Sunan Derajat).Raden Patah kemudian dinikahkan dengan Nyi Ageng Maloka, yang merupakan cucu dari Raden Rahmat. Selanjutnya Raden Patah menjadi peyebar Islam di wilayah Bintoro dan membuka hutan di wilayahGlagahwangi untuk dijadikan wilayah pendidikan Islam (pesantren).Aktivitas Pesantren Glagahwangiyangsemakin berkembangmembuatnya mendapat perhatian dari keraton.Raja Brawijaya memintaRaden Patah untukmenghadap. Alkisah, Raden Patah pun diakui sebagai keturunanBrawijaya. Raden Patah lalu dijadikannya sebagai bupati Demak, nama baru Glagahwangi, beribukota di Bintoro.Kronik Sam Po Kong menguraikan hal yang sedikit berbeda. Bahwa pada tahun 1475 Jin Bun telah pindah ke wilayah Demak dari Surabaya dan pada tahun 1477,Jin Bunmenaklukkan Semarang. Penaklukan Wilayah Semarang yang dijadikan wilayah kekuasan Demak membuat Kung-ta-bu-mi (Kertabhumi) geram. Akan tetapi, berkatBong Swi Hoo(Sunan Ngampel),Kung-ta-bu-miakhirnya mengakui Jin Bun sebagai keturunannya, dan justru meresmikan Raden Patah sebagai bupati diBing-to-lo(Bintoro).Jimbun kemudian mengangkat saudara tirinya yang bernama Kin San,menjadibupati di Semarang. Sementara Gan Si Cang, anak Haji Gan Eng Cu, saudagar Tionghoa yang menjadi bupati di Tu Ma Pan (1430), diangkat menjadi seorang kapten.

Masa PemerintahanRaden Patah di Demak

Ilustrasi Raden Patah. Gambar olehWacana NusantaraBerdasarkanBabab Tanah Jawi, setelah Raden Patah menjabat sebagai raja Demak, bergelarSenapati Jimbun Ningrat Ngabdurahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama. Sedangkan menurutSerat Pranitiradya, Raden Patahbergelar Sultan Syah Alam Akbar. Nama Patah sendiri kemungkinan berasal dari bahasaArab,al-Fatah, artinya Sang Pembuka atau Sang Penakluksebagai gambaran bahwa telahmembukakerajaan Islam di Tanah Jawa. Seperti yang kita ketahui bahwa pemakaian gelar sultan pada waktu itu belum lah menjadi tradisi. Menurut analisa Lombard, pemakaian gelar sultan untuk raja-raja di tanah Jawa baru dimulai pada pertengahan abad ke-16, yakni pada masa Trenggana (1524) yang menjadi penguasa Demaksementara penguasa Islam di sekitarMalaka telah menggunakan gelar Sultan kira-kira pada pertengahan abad ke-15.Pada tahun 1479 Raden Patah dikabarkan telah meresmikan Masjid Agung Bintoro di Demak sebagai pusat pemerintahan.Suma Orientaljuga memberitakan bahwa pada 1507Pate Rodin/Rodenalias Raden Patah telah meresmikan Masjid Agung Demak yang selesaidiperbaiki.Selama Sunan Ampel hidup, kabarnya Raden Patah tak pernah berani menyerang Majapahit. Raden Patah olehnnya tetap dibuat agar menghormati Raja Majapahit ituwalau berbeda kepercayaan ia tetap ayah Raden Patah.Babab Tanah Jawidan jugaSerat Kandaselanjutnya mengisahkan bahwa sepeninggal Sunan Ampel, barulah Raden Patah dengan bantuan Sunan Bonang menyerang Majapahit.Peperangan antara Raden Patahmelawan Kertabhumiyangdiberitakan oleh kronik Sam Po Kong terjadi pada 1478. Perang tersebut memang terjadisetelah kematian Sunan Ngampel (Bong Swi Hoo). Kung-ta-bu-mi berhasil ditangkap, ia kemudiandipindahkan ke Demak dengan terhormat. Majapahit pun menjadi bawahan Demak. Raden Patah mengangkatNyoo Lay Wasebagaibupati Majapahit. Berita tertangkapnya Kung-ta-bu-mi (Kertabumi) berbeda dengan apa yang diungkapkanBabab Tanah JawidanSerat Kanda. Penulis kronik Sam Po Kong sepertinya merasa tak terikat dengan dunia mistik Jawa yang memilih menghilangkan secara gaib Brawijaya dari pada harus menulis tertangkap. Brawijaya terlalu agung jikadikatakan tertangkap,Babab Tanah JawidanSerat Kandamengatakan BrawijayaMoksa.Pada 1485, Nyoo Lay Wa meninggal,Jin Bun diberitakan mengangkat seorang pribumibernamaPa-bu-ta-la, menantu Kung-ta-bu-mi untuk mengantikannya. TokohPa-bu-ta-laidentik dengan Prabu Natha Girindrawardhana dalamPararaton (Dyah Ranawijaya). Tokoh ini lebih lanjut terdapat dalam Prasasti Jiyu (1486), Ia mengaku sebagai penguasa dari Majapahit, Kadiri, dan Janggala. Girindrawardhana juga menerbitkan Prasasti Petak memuat berita perang Kadiri melawan Majapahit. Berita-berita dari prasasti tersebut setidaknya dapat menjadi bukti kuat bahwa Kerajaan Majapahit tidak lah runtuh akibat serangan Demak tahun 1478, melainkan akibat serangan dariGirindrawardhana. Girindrawardhana (Dyah Ranawijaya) awalnya memerintah di Daha, ibukota Kediri, utara kota Majapahit.BaikBabab Tanah JawimaupunSerat Kandatidak lagi menceritakan terjadinya perang Majapahit-Demak sesudah tahun 1478. Padahal jika merujuk beberapa catatan Portugis dan kronik Sam Po Kong, peperangan Demak-Majapahit itu terjadi lebih dari satu kali.Lebih lanjut Kronik Cina itu menguraikan bahwa pada 1517, Pa-bu-ta-la yang bekerja sama dengan bangsa Portugis diMoa-lok-sa(Malaka) telah mengundang kemarahan Jin Bun (Raden Patah). Akibatnya,penguasa Demak itu kemudianmenyerang Majapahit. Pa-bu-ta-la berhasil dikalahkan, akan tetapi ia mendapat ampunan mengingat Pu-ba-ta-laadalah suami dari adiknyaistrinya merupakan adik Raden Patah.Catatan Portugis pun memberitakan peperangan itu. Pasukan Majapahit yang dipimpin oleh seorang bupati Tuban bernamaPate Viramenyerang Giri Kedaton, salah satu sekutu Demak di Gresik. Namun, serangan itu mengalami kegagalan danpanglimanya masuk Islam.Pada tahun 1518, sepeninggal Raden Patah, Demak menurutBabad Tanah Jawikemudian dipimpin oleh Pangeran Sabrang Lorhingga tahun 1521 yang selanjutnya ia digantikan oleh Sultan Trenggana. Pergantian kekuasaan itu menurut kronik Sam Po Kong, dimanfaatkan oleh Pa-bu-ta-layangkembali menjalin kerja sama dengan orang-orang Portugis di Malaka. Peperangan Majapahit-Demak akhirnya meletus kembali pada tahun 1524. Pasukan Demak saat itu dipimpin oleh Sunan Ngudung, salah satu anggota Wali di Tanah Jawa. Dalam peperangan ini Sunan Ngudung terbunuh di tangan Raden Kusen, yang merupkan adik tiri Raden Patah yang telah memihak Majapahit.Peperangan antara Demak-Majapahit dikabarkan terjadi lagi pada tahun 1527. Pasukan Demak saat itu dipimpin oleh Sunan Kudus yang merupakan putra Sunan Ngudung.Sunan Kudus juga menggantikan kedudukan ayahnya dalam dewan Wali. Dalam peperangan ini Majapahit akhirnya mengalami kekalahan. Adipati Terung dan Raden Kusen berhasil ditawan secara terhormat, mengingat ia adalah mertua Sunan Kudus dan adik dari pendiri Demak. Menurut kronik Cina, dalam perang yang terjadi tahun 1527 itu yang memimpin pasukan Demak adalah putraTung-ka-lo(Trenggana) yang bernamaToh A Bo.Wafatnya Sang PembukaRaden Patah dikabarkan memiliki tiga orang istri. Istri yang pertama merupakan putri Sunan Ampel, yang juga merupakanpermaisuri. Dari perkawinannya ini Raden Patah dianugerahi putra; Raden Surya dan Raden Trengganamasing-masing naik takhta, bergelar Pangeran Sabrang Lor dan Sultan Trenggana,kronik Cina menyebutkan bahwa dua orang putra Jin Bun adalah Yat Sun (identik dengan Pate Unus/Sabrang Lor) dan Tung-ka-lo (Trenggana) akan tetapiSuma Orientalsepertinya lebih menganggap bahwa Sultan Trenggana adalah kakak ipar Pangeran Sabrang Lor.Istri Raden Patah yang kedua kabarnya berasal dari Randu Sanga. Dari perkawinannya lahir Raden Kanduruwanyang berhasil menaklukan Sumenep pada masa pemerintahan Sultan Trenggana. Istri Raden Patah yang ketiga merupakan putri dari seorang bupati Jipang. Dari perkawinan ini Raden Patah dianugerahi keturunan; Raden Kikin dan Ratu Mas Nyawa.Kronik Sam Po Kong memberitakan bahwa Raden Patah (Jin Bun, Panembahan Jimbun, dan atauSenapati Jimbun) ini kemudian wafat pada tahun 1518 di usianya yang menginjak 63 tahun. Pemerintahan lalu dilanjutkan oleh Yat Sun, yang dalamBabab Tanah Jawibergelar Pangeran Sabrang Lor.Suma Orientalmengisahkan bahwa pada tahun 1512, menantu Pate Roden (Raden Patah), yakni Pate Unus yang menjabat sebagai Bupati Jepara, menyerang Portugis di Malaka. Tokoh Pate Unus ini didentikan dengan seorang tokoh bernamaYat Sundalam kronik-kronik CinaYat Sun menyerang bangsa asing diMoa-lok-satahun 1512namun kedua sumber ini terdapat perbedaan tentang hubungannyadengan Raden Patah; Pate Unus menurut Pires, adalah menantu Pate Roden (Raden Patah), sedangkan menurut kronik Cina, Yat Sun adalah putra Jin Bun (Raden Patah). Baik sumber Portugis maupun sumber Cina itu, sama-sama memberitakan bahwa armada Kerajaan Demak hancur saat pertempuran di Malaka itu.KLIPING TENTANG RADEN PATAH