Racun Dari Kerang-kerangan

download Racun Dari Kerang-kerangan

of 9

Transcript of Racun Dari Kerang-kerangan

  • 8/10/2019 Racun Dari Kerang-kerangan

    1/9

    Tugas Toksikologi Pangan

    RACUN DARI KERANG-KERANGANBIVALVIA

    Oleh :

    Fadlianto Botutihe

    Ekawati Basri

    Ilmu dan Teknologi Pangan

    Program Pascasarjana. Universitas Hasanuddin Makassar, 2014

    Sudah banyak dari masyarakat yang mengetahui bahwa kerang memiliki kandungan

    protein dan nilai gizi yang tinggi. Kerang sangat baik untuk dikonsumsi baik untuk anak-anak

    maupun orang dewasa. Tingginya tingkat konsumsi kerang oleh masyarakat di Indonesia,

    menurut Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap (2011) dapat dilihat dari kenaikan rata-rata

    produksi kerang darah di Indonesia pada tahun 2000 hingga 2010 sebesar 5,18% (Sari dkk,

    2014)

    Kerang-kerangan (Bivalvia) merupakan salah satu bahan makanan sumber protein

    hewani. Disisi lain kerang-kerangan merupakan suatu jenis biota laut yang sering dijadikan

    sebagai biomonitoring tingkat polusi logam berat di suatu perairan terutama daerah pantai,

    karena tingkat mobilitasnya yang rendah (Adriyani dan Mahmudiono, 2009).

    RED TIDE

    "Red tide" adalah suatu keadaan laut yang sedang mengalami perubahan warna

    (discolouration). Tentu saja perubahan warna terjadi pada kondisi perairan tertentu.

    Perubahan warna air laut yang tampak coklat kemerahan disebabkan oleh ledakan

    fitoplankton yang tiba-tiba (blooming) dari salah satu jenis fitoplankton bersel tunggal

    kelompok dinoflagellata. Warna air dapat menjadi merah, coklat, kuning, biru, oranye, dan

    sebagainya. Terjadinya perubahan warna itu tergantung pada pigmen-pigmen yang

    dikandung oleh fitoplankton tersebut. Jenis fitoplankton yang berbeda akan mempunyai

    warna pigmen yang berbeda pula. Jenis-jenis dinoflagellata pembentuk red tide mempunyai

    sifat khas yaitu di dalam tubuhnya mengandung klorofil yang dapat menghasilkan toksin

    dalam proses fotosintesis. Toksin ini jika termakan oleh manusia lewat kerang-kerangan yang

    dapat mengakibatkan keracunan (paralytic shellfish poisoning). Pada kasus yang lebih beratdapat mengakibatkan kelumpuhan dan akhirnya kematian. Kadang-kadang dapat terjadi kasus

    http://senawiratama.files.wordpress.com/2010/08/bivalvia.pdfhttp://senawiratama.files.wordpress.com/2010/08/bivalvia.pdf
  • 8/10/2019 Racun Dari Kerang-kerangan

    2/9

    kematian ikan-ikan dan hewan lainnya walaupun perairan tidak memperlihatkan perubahan

    warna. Hal ini disebabkan karena pada saat fitoplankton penyebab red tide mulai

    berkembang, pada waktu yang sama dihasilkan juga toksin. Dengan demikian penggunaan

    istilah red tide terutama ditekankan pada akibat fatal yang ditimbulkannya, sedangkan istilah

    "blooming" dipakai terbatas pada keadaan melimpahnya organisme tanpa diikuti akibatakibat

    fatal tersebut Dinoflagellata (Adnan, 1985).

    Untuk memahami proses terjadinya red tide dapat dijelaskan melalui rantai makanan

    di dalam air. Tanaman, baik di darat maupun di laut yang memiliki klorofil dapat mengikat

    energi cahaya matahari pada proses fotosintesis. Di laut tumbuhan ini dikenal sebagai algae.

    Secara morfologis algae dibagi dalam dua kelompok, yaitu tumbuhan makroskopis yang

    dikenal sebagai rumput laut dan tumbuhan mikroskopis yang dikenal sebagai fitoplankton.

    Fitoplankton adalah mikro-organisme yang hidup melayang di lapisan-lapisan permukaan air

    sampai ke dalam perairan yang masih terkena sinar matahari. Fitoplankton dibagi kedalam

    dua kelas, yaitu kelas diatom yang banyak dijumpai dan mendominasi perairan dan kelas

    dinoflagellata yang umumnya dijumpai sangat sedikit di perairan tetapi jenis-jenis tertentu

    pada saat-saat tertentu merupakan penyebab red tide (Adnan, 1985).

    "RED TIDE" DI INDONESIA : PERLUKAH DIWASPADAI ?

    Belajar dari pengalaman buruk di daerah subtropis, yaitu musibah keracunan makanan

    laut sebagai akibat dari 'red tide', maka di tempattempat yang sering mengalami kejadian 'red

    tide' dilakukan pemantauan dan usaha-usaha perlindungan terhadap masyarakat. Pemantauan

    dilakukan terhadap fitoplankton, keadaan lingkungan serta kadar racun dari biota setempat

    (biasanya kerang). Apabila didapati kadar yang membahayakan manusia maka daerah

    perikanan tersebut ditutup terhadap penangkapan. Di Kanada ditetapkan kadar PSP pada

    kerang tidak melebihi 20 mikrogram/gr kerang. Bagaimana dengan keadaan di Indonesia ?

    (Panggabean, 1877).

    Data tentang keracunan makanan laut memang ada. Kecuali adanya ledakan

    Trichodesmium erythraeum di Lampung dan kepulauan Seribu. ledakan dari jenis

    fitoplankton yang lain belum diketahui dengan pasti. Ledakan Trichodesimium tersebut

    mengakibatkan kematian masal udang di tambak-tambak. adanya keracunan setelah makan

    ikan dan fatal terhadap 4 orang pasien dilaporkan pertama kali dari Lewotobi, Flores, pada

    tahun 1983 (Panggabean, 1877).

  • 8/10/2019 Racun Dari Kerang-kerangan

    3/9

    Adapun penelitian 'red tide' di Indonesia masih dalam tahap pemula yaitu bekerja

    sama dengan Kanada. Diperlukan langkah yang panjang untuk merumuskan kejadian 'red

    tide' di Indonesia serta penanggulanggannya. Mengingat sedikitnya laporan, apakah dapat

    dikatakan bahwa kejadian 'red tide' masih langka di Indonesia ? Atau mungkinkah perairan

    kita termasuk golongan yang tidak rawan terhadap 'red tide' ? Bagaimanapun 'red tide' di

    Indonesia tetap menarik untuk diteliti dan diwaspadai (Panggabean, 1877).

    DINOFLAGELLATA DAN "PARALYTICSHELLFISH POISONING" (PSP)

    Fitoplankton penyebab red tide umumnya dari kelas dinoflagellata kelompok

    Pyrrophyta. Terdapat kira-kira 20 jenis dinoflagellata yang mengeluarkan toksin.

    Berdasarkan caranya membunuh mahluk lain, maka dinoflagellata dibagi dalam dua

    golongan (Adnan, 1985). :

    1. Anoxic (harmful) species, yaitu jenisjenis yang dapat menyebabkan perairan

    kekurangan oksigen (oxygen depletion). Pada saat itu faktor-faktor pendukung

    terjadinya red tide telah berubah, misalnya berubahnya kondisi hidrologi akan

    mempengaruhi populasi organisme red tide, sehingga organisme tersebut akan

    mati secara serentak. Kejadian ini pernah terjadi di New Jersey tahun 1977, yang

    menyebabkan perairan seluas 14.000 km2 kekurangan oksigen sehingga

    menyebabkan matinya hewan laut dalam jumlah besar terutama jenis-jenis yang

    hidup di dasar perairan (tiram dan kerang). Hal yang sama pernah terjadi pula di

    Jepang pada tahun 1972, 1977, 1978, dan 1979, yaitu kematian sejumlah besar

    ikan "yelllow tail" di Harima Nada, yang disebabkan oleh Chatonella antiqua.

    2. Toxic species, yaitu jenis-jenis yang dapat memproduksi toksin yang dapat

    menyebabkan PSP. Pada saat terjadi red tide, organisme tersebut mengeluarkan

    toksin. Lewat rantai makanan, toksin itu termakan oleh zooplankton dan kerang

    kerangan. Zooplankton akan termakan oleh ikan sehingga menyebabkan ikan

    mati. Demikian pula halnya dengan kerang-kerangan yang termakan oleh hewan

    lain atau oleh manusia, maka hewan dan manusia itupun akan mati.

    RACUN KERANG

    Dinoflagellata adalah organisme bersel satu yang ditandai oleh adanya dua buah

    cambuk yang berfungsi untuk memobilisasi organisme tersebut. Dinoflagellata termasuk

    dalam kelas Pinophyceae yang merupakan mikroalga perairan dan merupakan organisme

  • 8/10/2019 Racun Dari Kerang-kerangan

    4/9

    yang mampu beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. Pada kondisi lingkungan yang

    tidak mendukung Dinoflagellata akan membentuk kista dan berada di dasar perairan. Bila

    kondisi perairannya mendukung terutama saat nutrien perairan melimpah dapat menyebabkan

    terjadinya bloomingterutama di daerah estuari dan bila saat tersebut kerang memakannya,

    maka akan sangat berbahaya bila kerang tersebut dikonsumsi oleh manusia karena

    konsentrasiDinoflagellataberacun dalam tubuhnya tinggi (Sudarmiati dan Zaman, 2007).

    Penyakit Paralyti c Shell fi sh Poisons(PSP)

    Beberapa kejadian fatal yang disebabkan oleh fitoplankton beracun tercatat di

    perairan Lewotobi dan Lewouran (Nusa Tenggara Timur), Pulau Sebatik (Kalimantan

    Timur), perairan Makassar dan Teluk Ambon. Di beberapa negara maju, ledakan

    fitoplankton juga mendapat prioritas penanganan mengingat dampak kerugiannyayang tinggi. Beberapa penyakit akut yang disebabkan oleh racun dari kelompok

    fitoplankton berbahaya adalah Paralytic Shellfish Poisoning(PSP), Amnesic Shellfish

    Poisoning (ASP), dan Diarrhetic Shellfish Poisoning (DSP). Racunracun tersebut

    sangat berbahaya karena di antaranya menyerang sistem saraf manusia, pernapasan,

    dan pencernaan. Semua penyakit di atas berkaitan dengan konsumsi kerang oleh

    manusia. Dan faktanya, semua jenis fitoplankton yang beracun di atas dijumpai di

    beberapa perairan pesisir Indonesia (Sudarmiati dan Zaman, 2007)

    PSP disebabkan oleh racun yang bersifat akut dan berakibat fatal yang

    disebabkan oleh konsumsi kerang dan Dinoflagellatamerupakan sumber utama yang

    memproduksi racun Saxitoxin. Sebutan tersebut berasal dari diisolasinya racun

    Dinoflagellatayang terdapat dalam kerang alaska Saxidomus giganteus. Pada kerang

    ditemukan racun tersebut pada bagian siphonnya (alat penghisap) (Sudarmiati dan

    Zaman, 2007).

    Efek Racun Saxitoxin Pada Sel Saraf

    Aksi farmakologi dari racun saxitoxin menunjukkan bahwa saxitoxin tidak

    mengalami perubahan struktur molekul dalam melakukan aksinya pada membran

    saraf dengan efek yang sangat cepat dan dapat menyebabkan kematian. Gejala

    keracunan nampak sekitar 30 menit setelah mengkonsumsi kerang yang

    terkontaminasi dengan rasa terbakar pada bagian bibir, hidung, dan wajah kemudian

    menjalar ke leher, lengan, ujung jari. Pada beberapa kasus terasa melayang di udara.

    Pada tingkat akhir akan terjadi paralisis (kelumpuhan otot) dan dapat terjadi kematian

    setelah 12 jam karena paralisis pernapasan. Kondisi akan membaik jika korban

  • 8/10/2019 Racun Dari Kerang-kerangan

    5/9

    mampu bertahan pada 12 jam pertama Aksi racun saxitoxin adalah dengan

    memblokade secara selektif pada pemasukan natrium melalui membran yang dapat

    tereksitasi (excitable membran) sehingga menghambat secara efektif sifat

    kondusif saraf (Sudarmiati dan Zaman, 2007).

    CARA-CARA PENANGGULANGANNYA AKIBAT-AKIBAT RED TIDE

    Negara-negara yang pernah mengalami kejadian ini ialah Canada, Amerika Utara,

    Amerika Selatan, Eropa, Australia dan Asia. Di beberapa negara tersebut telah dilakukan

    penelitian yang bertujuan untuk melindungi sumber-sumber perikanan dan bahaya red tide

    demi keselamatan manusia (Panggabean, 1994).

    Langkah-langkah yang diambil untuk menanggulangi red tide adalah sebagai berikut

    (Panggabean, 1994) :

    1.

    Surveillance, yaitu melakukan pengamatan toksisitas langsung pada kerangkerangan

    di lokasi yang pernah atau dicurigai mengalami red tide. Negara-negara yang pernah

    mengalami ledakan PSP disarankan untuk membentuk "Shellfish Surveillance

    Programs". Canada merupakan negara yang telah melaksanakan program dengan

    sukses sejak tahun 1943, yang kemudian diikuti oleh negara-negara lain. Setiap

    minggu contoh-contoh tiram dan kerang di Teluk Fundy dan sungai St. Lawrence

    diteliti toksisitasnya melalui percobaan "bio-assay". Jika toksin tersebut telah

    menujukkan kadar yang membahayakan maka kultur kerang-kerangan dari tempat

    tersebut tidak boleh dipanen. Jika kemudian dinyatakan aman, maka tempattempat

    tersebut dibuka kembali.

    2. Depuration, yaitu membebaskan kerang dari toksin agar dapat diperdagangkan

    secepatnya. Akhir-akhir ini untuk mengurangi jangka waktu pembebasan kerang dari

    toksin telah sukses dilakukan program "Exposing Shellfish to Ozone", yaitu dilakukan

    dengan penyediaan oksigen yang cukup dengan ditambahkan harum-haruman yang

    seger yang akan menetralkan toksin secara cepat. Cara sederhana juga bisa dilakukan

    dengan cara merendam kerang yang terkena racun ke dalam air yang bebas racun.

    Tetapi cara ini memakan waktu yang lama sehingga terlambat dipasarkan.

    Blooming yang sering terjadi di beberapa perairan Indonesia seperti di Teluk Jakarta

    dan Laut Arafura yaitu blooming Noctiluca, Trichodesmium, dan blooming dari beberapa

    jenis diatom

  • 8/10/2019 Racun Dari Kerang-kerangan

    6/9

    PENYAKIT DARI LOGAM BERAT

    Logam berat yang terlarut di perairan ada yang bersifat mikronutrien / essensial bagi

    hewan dan tumbuhan tetapi, ada juga yang tidak dibutuhkan sebagai mikronutrien atau non-

    essensial. Logam berat yang berfungsi sebagai mikronutrien tetapi dalam jumlah yang

    banyak akan bersifat toksik bagi hewan dan tumbuhan adalah Zn, Cu, Fe, Mn, dan logam

    berat yang belum diketahui manfaatnya dan dianggap bersifat toksik adalah Hg, Pb, Cd, Cr.

    Logam berat terakumulasi ke dalam tubuh biota laut dapat melalui permukaan tubuh,

    terserap insang dan rantai makanan. Secara biologis logam berat akan mengalami

    penimbunan dalam tubuh biota laut seperti ikan, udang dan kerang. Setiap biota memiliki

    cara makan yang berbeda. Kerang memperoleh makanan dengan menyaring air, sehingga

    dengan mudah logam berat masuk ke dalam tubuh kerang. Logam berat juga mudahterakumulasi ke dalam tubuh ikan. Logam berat akan menumpuk pada organ tubuh ikan.

    Selanjutnya ikan mengalami gangguan pada organorgan pernapasan hingga mengalami

    kematian. Logam berat Pb dan Cd terakumulasi ke dalam tubuh udang (Crustaceae) lewat

    permukaan tubuh dengan cara difusi dari lingkungan perairan. Hewan-hewan jenis

    Crustaceae banyak menyimpan logam berat pada daging kemudian kulit. Dalam rantai

    makanan di perairan yang tercemar logam berat akan terakumulasi ke dalam tubuh

    fitoplanton. Fitoplanton yang mengandung logam berat dimakan oleh ikan-ikan kecil,

    kemudian ikan-ikan besar memakan ikan-ikan kecil, dan ikan-ikan besar maupun kecil

    dimakan oleh manusia. Terjadilah biomagnifikasi (transfer logam berat) melalui rantai

    makanan (Erari,S.S dkk, 2010).

    Efek Logam Berat

    Timbal merupakan salah satu jenis logam berat yang terjadi secara alami yang

    tersedia dalam bentuk biji logam, dan juga dalam percikan gunung berapi, dan bisa

    juga di peroleh di alam. Keracunan timbal bisa menyerang manusia dari berbagai usia.

    Akan tetapi, anak usia muda, wanita hamil dan pekerja di industry tertentu lebih

    besar resikonya di bandingkan kelompok yang lain. Timbal merupakan zat yang

    sangat beracun jika terserap ke dalam tubuh. Pengaruh timbal pada kesehatan anak

    sangat banyak sekali termasuk diantaranya mengurangi perkembangan IQ,

    hyperactive, susah dalam belajar, masalah dalam bersikap seperti kurang peduli dan

    aggressive, rusak alat pendengaran dan lemah pertumbuhan. Kandungan timbal dalam

    darah lebih dari 50 ug/dL bisa menyebabkan rusaknya ginjal dan anemia. Konsentrasi

  • 8/10/2019 Racun Dari Kerang-kerangan

    7/9

    timbal 100 micrograms per deciliter dalam darah anak bisa menyebabkan penyakit

    serius, coma, sawan atau kematian (Suherni, 2010).

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) belum menetapkan sebuah nilai tunjuk

    untuk timbal di dalam darah, tapi Fewtrell et al (2004) memperkirakan untuk WHO

    pada tahun 2004 bahwa 20% dari semua anakanak memiliki kandungan timbal

    dalam darah diatas 10 ug/dL dan kebanyakan dari mereka tinggal di negara

    berkembang (Clark et al 2009).

    Logam berat yang ada di perairan suatu saat akan mengendap ke dasar

    perairan dan mengalami proses sedimentasi bersama lumpur. Proses sedimentasi

    terjadi karena logam - logam tersebut tidak dapat terurai. Distribusi logam didalam air

    dan sedimen akan mempengaruhi biota disekitar lingkungan tersebut. Misalnya

    udang, kerang, dan ikan. Logam berat akan terakumulasi kedalam tubuh biota laut, di

    perairan Lanut Bolaang Mongondow Selatan yang lokasinya terdapat aktifitas

    penambangan rakyat tanpa ijin/ PETI teridentifikasi kandungan Hg dalam fitoplanton

    adalah 0, 62 ppm, sedangkan dalam tubuh ikan tude (Caranx sp) terakumulasi

    kandungan Hg sebesar 0, 41 ppm. Manusia / masyarakat pesisir yang berprofesi

    sebagai nelayan mudah terkena efek logam berat karena mereka selalu

    mengkonsumsi pangan laut (Suherni, 2010).

    TEKNIK PENGOLAHAN KERANG

    Adanya masalah pencemaran logam berat pada kerang seperti yang telah disebutkan

    di atas, maka perlu diadakannya suatu upaya untuk dapat menurunkan kadar logam berat Pb

    dan Cd sehingga penyebab negatif terhadap masyarakat yang mengkonsumsinya dapat

    berkurang. Salah satu upaya pengurangannya dengan cara perendaman menggunakan larutan

    yang dapat mengikat logam berat. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mereduksi

    kandungan logam berat yang ada dalam tubuh kerang, antara lain upaya mereduksi logam

    berat pada daging kerang hijau dengan menggunakan larutan kitosan. dan perendaman daging

    kerang dalam larutan asam cuka untuk mereduksi kadar logam berat kadmium. Mengenai

    pengaruh penambahan EDTA dalam penentuan kandungan Pb dan Cu pada kerang hijau.

    Penelitian Sari, K.A dkk (2014) tentang Pengaruh Lama Perebusan Dan Konsentrasi

    Larutan Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia) Terhadap Kadar Timbal (Pb) Dan Kadmium (Cd)

    Pada Kerang Darah (Anadara granosa) Jeruk nipis dapat digunakan sebagai pereduksi logam

  • 8/10/2019 Racun Dari Kerang-kerangan

    8/9

    berat karena mengandung senyawa asam organik yaitu asam sitrat. Asam sitrat yang ada

    dalam jeruk nipis dapat berfungsi sebagai senyawa yang mengikat logam berat dalam daging

    kerang. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang membandingkan penggunaan larutan jeruk

    nipis dan aquades sebagai pereduksi kadar logam kadmium pada kerang darah dan hasilnya

    terjadi penurunan terhadap kadar logam kadmium. Pada penelitian yang dilakukan penelitian

    lebih lanjut terhadap penurunan kadar logam timbal (Pb) dan kadmium (Cd) dalam tubuh

    kerang darah dengan menggunakan perbandingan konsentrasi larutan jeruk nipis 1:1 dan

    variasi lama waktu perebusan yang digunakan yaitu 0, 15, 30 dan 45 menit.

    Hasil penelitian Sari, K.A dkk (2014) Penelitian kadar timbal dan kadmium

    mengalami penurunan yang sangat nyata pada penggunaan konsentrasi larutan jeruk nipis

    1:1, namun hasil penurunan tersebut berpengaruh terhadap nilai organoleptik (rasa dan

    tekstur) serta nilai ekonomis. Lama perebusan paling efektif kerang darah dengan larutan

    jeruk nipis dilihat dari persentase penurunan logam berat dan nilai organoleptik adalah

    selama 30 menit. Persentase penurunan kadar Pb dalam daging kerang darah pada waktu 30

    menit sebesar 60,67% sedangkan kadar Cd sebesar 44,39%. Semakin lama waktu perebusan

    maka semakin rendah kadar timbal dan kadmium pada daging kerang darah. Nilai kadar air

    dalam daging kerang juga menurun karena adanya proses perebusan, sama halnya dengan

    kadar abu, nilai pH dan nilai organoleptik.Terjadi penurunan yang signifikan dan adanyainteraksi yang kuat pada lama waktu perebusan serta penggunaan larutan eruk nipis sebagai

    pereduksi kadar timbal dan kadmium pada daging kerang darah

    DAFTAR BACAAN

    Adnan, Quraisyin. 1985.Red Tide. Jurnal. Oseana, Volume x, nomor 2 : 48 - 55, 1985. ISSN

    0216-1877. Sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

    Adriyani, R dan Trias Mahmudiono, T. 2009.Kadar Logam Berat Cadmium, Protein dan

    Organoleptik pada Daging Bivalvia dan Perendaman Larutan Asam Cuka. Jurnal. J.Penelit. Med. Eksakta, Vol. 8, No. 2, Agust 2009: 152-161.

    Clark, C. Scott., Rampal, Krishna G., Thuppil, Venkatesh., Roda, Sandy M., Succop, Paul.,

    Menrath, William., Chen, Chin K., Adebamowo, Eugenious O., Agbede, Oluwole A.,

    Sridhar, Mynepalli K.C., Adebamowo, Clement A., Zakaria, Yehia., El-safty, Amal.,

    Shinde, Rana M., and Yu, Jiefei. 2009. LeadLevels in new enamel household paints

    from asia, africa and south america, 7/7/09, article in Press environmental research,

    Www.uc.edu/international/cosmic/files/news/lead_in_africa_asia_and_south_america

    aug20091.7.50.pdf

  • 8/10/2019 Racun Dari Kerang-kerangan

    9/9

    Erari, S.S., Mangimbulude, Jubhar., dan Karina Lewerissa. 2010. Pelestarian Hutan

    Mangrove Solusi Pencegahan Pencemaran Logam Berat di Perairan Indonesia.

    Universitas Kristen Satya Wacana

    Fewtrell, l., Pruss-Ustun, A., Candrigan, P., Ayuso-Mateos, J.L. 2004. Estimating The

    Global Burden Of Disease Of Mild Mental Retardation and Cardiovascular DiseasesFrom Environmental Lead Exposure. Environmental Research 94(2), 120-133,

    http://dx.doi.org/10.1016/s0013-9351(03)00132-4

    Sari, K.A., Riyadi, P.H., Anggo, A.D. 2014. Pengaruh Lama Perebusan dan Konsentrasi

    Larutan Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia) Terhadap Kadar Timbal (pb) dan

    Kadmium (cd) pada Kerang Darah (Anadara granosa). Http://www.ejournal-

    s1.undip.ac.id/index.php/jpbhp.

    Sudarmiati, Sari dan Zaman, Badrus. 2007. Mekanisme Keracunan Saraf Akibat Konsumsi

    Kerang-kerangan yang Terkontaminasi Dinoflagellata Beracun (Studi Literatur).Jurnal Volume 1, nomor 1, tahun 2007.

    Suherni. 2010. Keracunan Timbal di Indonesia. Intern di Lead Group, Untuk Melengkapi

    Tugas Belajarnya Sebagai Masters Of Environmental Science, Graduate School Of

    The Environment, Macquarie University, Sydney, Australia. Editor; Anne Roberts

    And Elizabeth Obrien, The Lead Group Incorporated, Sydney, Australia.

    Panggabean, M.G Lily. 1877. Red Tide di Indonesia : Perlukah Diwaspadai ?. Jurnal

    Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan. Volume 3, Nomer 2, Tahun 2014,

    Halaman 1-10. Oseana, Volume XIX, Nomor 1 : 3338. ISSN 02161877.

    http://dx.doi.org/10.1016/s0013-9351(03)00132-4http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jpbhphttp://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jpbhphttp://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jpbhphttp://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jpbhphttp://dx.doi.org/10.1016/s0013-9351(03)00132-4