RABU.doc

21
RABU, 16 MARET 2011 Makalah Kanker Otak Nama : PW. Karang Davensi NIM : 04.08.1906 Kelas : A/K/P/VI BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Berdasarkan studi yang dipublikasikan dalam beberapa jurnal di Amerika dan Inggris tersebut, diungkapkan bahaya telepon genggam memang terbukti berbahaya untuk otak, terutama anak-anak. Sebanyak 13 negara telah mendapatkan laporan studi tersebut. Studi yang dipelopori dan didanai oleh Telecom itu sudah berjalan selama bertahun-tahun sejak dimulainya tahun 1999. Tujuannya adalah untuk membuktikan adakah pengaruhnya antara ponsel dan tumor otak. Dalam laporan Powerwatch and the Radiation Research Trust di Inggris dan EMR Policy Institute di Amerika itu, para peneliti mengatakan bahwa gelombang radiasi yang terpancar dari ponsel memang jadi faktor pemicu tumor otak, terutama anak-anak dan orang dewasa yang rentan terkena penyakit. “Penelitian tentang pengaruh radiasi ponsel terhadap kesehatan manusia adalah studi terlama dan terbesar yang pernah saya jalani yang melibatkan 4 miliar partisipan,” ujar Lloyd Morgan, pimpinan studi yang juga anggota Bioelectromagnetics Society, seperti dikutip dari Huffington Post, Rabu 02 September 2009.

Transcript of RABU.doc

Page 1: RABU.doc

RABU, 16 MARET 2011

Makalah Kanker Otak

Nama : PW. Karang Davensi

NIM : 04.08.1906

Kelas : A/K/P/VI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

            Berdasarkan studi yang dipublikasikan dalam beberapa jurnal di Amerika dan

Inggris tersebut, diungkapkan bahaya telepon genggam memang terbukti berbahaya

untuk otak, terutama anak-anak.

Sebanyak 13 negara telah mendapatkan laporan studi tersebut. Studi yang dipelopori dan

didanai oleh Telecom itu sudah berjalan selama bertahun-tahun sejak dimulainya tahun

1999. Tujuannya adalah untuk membuktikan adakah pengaruhnya antara ponsel dan

tumor otak.

            Dalam laporan Powerwatch and the Radiation Research Trust di Inggris

dan EMR Policy Institute di Amerika itu, para peneliti mengatakan bahwa gelombang

radiasi yang terpancar dari ponsel memang jadi faktor pemicu tumor otak, terutama anak-

anak dan orang dewasa yang rentan terkena penyakit.

            “Penelitian tentang pengaruh radiasi ponsel terhadap kesehatan manusia adalah

studi terlama dan terbesar yang pernah saya jalani yang melibatkan 4 miliar partisipan,”

ujar Lloyd Morgan, pimpinan studi yang juga anggota Bioelectromagnetics Society,

seperti dikutip dari Huffington Post, Rabu 02 September 2009.

            Lamanya studi itu dikarenakan tumor tidak tumbuh dalam waktu singkat, butuh

waktu bertahun-tahun hingga seseorang terbukti memiliki tumor.

            Ilmu pengetahuan telah membuktikan bahwa telepon genggam memang faktor

penyebab tumor otak. “Masyarakat dan publik harus tahu hal ini. Bahkan tidak hanya

tumor otak, kanker mata, kelenjar ludah, kanker testis dan leukimia pun menjadi ancaman

selanjutnya dari ponsel,” ujar Morgan.

            Para ilmuwan dari berbagai universitas dan institusi kesehatan yang berkumpul

dalam seminar “Cellphones and Brain Tumors: 15 Reasons for Concern” pun akhirnya

Page 2: RABU.doc

setuju bahwa ponsel memang terbukti memicu tumor otak dan sebaiknya seseorang

mengurangi intensitas yang berhubungan dengan ponsel, tidak berlama-lama menelepon

dan menjauhkannya ketika sedang tidur.

Namun saat ini, di zaman serba teknologi dan cepat ini, ponsel sudah menjadi barang

wajib yang harus dimiliki setiap orang, bahkan anak-anak sekalipun

1.2.  TUJUAN

1. Untuk mengetahui apa itu tumor otak

2. Mengetahui apa penyebabnya

3. Mengetahui cara pngobatannya

BAB II

 DASAR TEORI/LANDASAN TEORI

Page 3: RABU.doc

            Meski dilihat dari angka kejadiannya, jumlah penderita kanker otak masih rendah,

yakni hanya enam per 100.000 dari pasien tumor/kanker per tahun, namun tetap saja

penyakit tersebut menjadi ‘momok’ bagi sebagian besar orang. Pasalnya, walaupun

misalnya tumor yang menyerang adalah jenis tumor jinak, bila menyerang otak tingkat

bahaya yang ditimbulkan itu umumnya lebih besar daripada tumor yang menyerang

bagian tubuh lain.

            Tumbuhnya sel-sel tubuh yang tidak normal ini memang menakutkan. Penyebab

pasti dari kanker ini belum diketahui secara tepat, tapi berbagai faktor telah diketahui

dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker. Faktor risiko pencetus tumor otak ini bisa

karena riwayat keluarga, radiasi, zat kimia, pola makan, obat-obatan tertentu dan rokok.

            Penyakit ini bisa muncul tanpa gejala yang bermakna, namun sering pula ditandai

dengan gejala-gejala seperti pusing kepala, muntah, gangguan penglihatan, kesadaran,

pendengaran, berjalan dan saraf. Sayangnya, sejauh ini belum ada pengobatan yang pasti,

namun seiring dengan kemajuan teknologi kedokteran dan farmasi berbagai upaya

dilakukan semaksimal mungkin untuk “mengusir” penyakit tersebut.

            Terapi obat-obatan telah digunakan dalam pengobatan beberapa jenis kanker.

Selain itu, kasus-kasus lain mungkin ditangani dengan operasi, radioterapi, maupun

kemoterapi.  Tindakan operasi termasuk yang sering dilakukan, khususnya pada penderita

tumor otak.

Riset terhadap pengobatan kanker pun terus berlangsung. Ikan hiu yang diketahui telah

menjelajah lautan sekitar 400 juta tahun lalu diketahui morfologinya tidak pernah

berubah. Konon, di tubuh ikan ini, sel kanker tidak bisa tumbuh, karena seluruh

tulangnya adalah tulang rawan. Benarkah demikian?

            Dalam catatan buku tradisional Cina mengenai khasiat  makanan pengobatan,

makan sirip ikan hiu dipercaya dapat mencegah penuaan kulit dan gelatin yang

terkandung di dalam sirip ikan hiu dipercaya pula dapat meningkatkan vitalitas. Yang

pasti, katanya sirip ikan hiu ini memang lezat. Meski hasil penelitian itu dibantah oleh

ahli nutrisi dari Universitas Taiwan, Prof. Chang Hung-min yang mengatakan, sebutir

telur ayam pun lebih bergizi dibandingkan semangkuk sup sirip hiu, namun peneliti-

peneliti lain mengungkapkan hasil yang positip.

            Peneliti dari Indonesia yang juga Kepala Pusat Studi Satwa Primata Lembaga

Penelitian Institut Pertanian Bogor, Drh Dondin Sajuthi Ph D mengakui esktrak tulang

rawan ikan hiu dapat menghambat pertumbuhan pembuluh darah baru. Hal itu ia

buktikan lewat penelitiannya.

Page 4: RABU.doc

            Dokter Henry Brem dan dr Allen K Sills

dari Johns Hopkins Universitymelaporkan salah satu senyawa yang berasal dari ikan hiu

Squalus, terbukti dapat menghambat pertumbuhan pembuluh darah baru yang

menyalurkan makanan ke tumor otak. Dengan menggunakan sel pembuluh darah sistem

saraf pusat sapi, kedua peneliti ini meneteskan squalamine. Setelah dua hari,

pertumbuhan sel pembuluh darah turun hingga 83 persen.

            Selain ikan hiu, tulang rawan sapi juga disebut-sebut mampu menghambat

pertumbuhan pembuluh darah baru. Tentang hasilnya, Dr Greg Harper dari Council for

Scientific and Indutrial Research Organization telah membuktikannya.

            Pengobatan ala barat pun semakin mendapatkan titik cerah dengan mulai

ditemukannya obat-obatan yang diduga dapat membawa manfaat dalam pengobatan

kanker otak. Berbagai penelitian memang masih harus dilakukan untuk menemukan obat

yang mempunyai efektivitas tinggi. Tapi kita boleh berharap bahwa harapan akan

semakin terbuka bagi pengobatan kanker otak. (cy)

BAB III

PEMBAHASAN

         A.    Definisi

Page 5: RABU.doc

Tumor otak adalah suatu pertumbuhan jaringan yang abnormal di dalam otak. Yang

terdiri atas Tumor otak benigna dan maligna. Tumor otak benigna adalah pertumbuhan

jaringan abnormal di dalam otak, tetapi tidak ganas, sedangkan tumor otak maligna

adalah kanker di dalam otak yang berpotensi menyusup dan menghancurkan jaringan di

sebelahnya atau yang telah menyebar (metastase) ke otak dari bagian tubuh lainnya

melalui aliran darah.

B.     Epidemiologi

Dimana tumor otak primer tersebut kira-kira 41% adalah glioma, 17% meningioma,

13% adenoma hipofisis dan 12% neurilemoma. Pada orang dewasa 60% terletak

supratentorial sedang pada anak 70% terletak infratentorial. Pada anak yang paling sering

ditemukan adalah tumor serebellum yaitu meduloblastoma dan astrositoma, sedangkan

pada dewasa adalah glioblastoma multiforme.

C.    Klasifikasi

Klasifikasi Samuels (1986) berdasarkan atas lokasi tumor, yaitu :

1. Tumor supratentorial

      a) Hemisfer otak :

           Glioma : glioblastoma multiforme, astrositoma, oligodendroglioma,

      meningioma,  tumor metastasis

      b) Tumor struktur median : adenoma hipofisis, tumor glandula

     pinealis,  kraniofaringioma

2. Tumor infratentorial

     Dewasa :

     a) Schwannoma akustikus (neurilemmoma, neurinoma akustik)

     b) Tumor metastasis

     c) Meningioma

     d) Hemangioblastoma (Von Hippel – Lindau)

     Anak-anak :

    a) Astrositoma serebelaris

    b) Medulloblastoma

    c) Ependimoma

    d) Glioma batang otak.3

D.    Etiologi

Page 6: RABU.doc

Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti, walaupun telah

banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu:

1. Herediter

Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada

meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota

sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap sebagai

manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain jenis-

jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-buakti yang kuat untuk memikirkan adanya

faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.

2. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)

Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan yang

mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada kalanya

sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas dan merusak

bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada kraniofaringioma,

teratoma intrakranial dan kordoma.

3. Radiasi

Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami

perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu

glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.

4. Virus

Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang

dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses terjadinya

neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan

perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.

5. Substansi-substansi Karsinogenik

Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini telah

diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti methylcholanthrone, nitroso-ethyl-

urea. Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan

E. Patofisiologi

Gangguan neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh dua faktor:

gangguan fokal akibat tumor dan kenaikan tekanan intrakranial. Gangguan fokal terjadi

apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dan infiltrasi atau invasi langsung pada

parenkim otak dengan kerusakan jaringan neural. Perubahan suplai darah akibat tekanan

Page 7: RABU.doc

tumor yang tumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri

pada umumnya bermanifestasi sebagai hilangnya fungsi secara akut dan mungkin dapat

dikacaukan dengan gangguan serebrovaskuler primer. Serangan kejang sebagai

manifestasi perubahan kepekaan neuron dihubungkan dengan kompresi, invasi, dan

perubahan suplai darah ke jaringan otak. Peningkatan ICP disebabkan oleh :

bertambahnya massadalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor, dan perubahah

sirkulasi cairan serebrospinal. Pertumbuhan tumor akan menyebabkan

bertambahnya massa karena tumor akan mendesak ruang yang relatif tetap pada ruangan

tengkorak yang kaku. Tumor ganas menimbulkan edema dalam jaringan otak sekitarnya.

Mekanisme belum begitu dipahami, tetapi diduga disebabkan oleh selisih osmotik yang

menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan edema akibat kerusakan sawar darah otak,

semua menimbulkan peningkatan volume intrakranial dan ICP. Obstruksi sirkulasi CSF

dari ventrikel lateralis ke ruang subarachnoid menimbulkan hidrosefalus.

Peningkatan ICP akan membahayakan jiwa bila terjadi cepat akibat salah satu

penyebab yang telah dibicarakan sebelumnya. Mekanisme kompensasi memerlukan

waktu berhari-hari atau berbulan-bulan untuk menjadi efektif sehingga tidak berguna bila

tekanan intracranial timbul cepat. Mekanisme kompensasi ini bekerja menurunkan

volume darah intracranial, volume CSF, kandungan cairan intrasel, dan mengurangi sel-

sel parenkim. Peningkatan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan terjadinya herniasi

unkus atau serebelum. Herniasi unkus timbul bila girus medialis lobus temporalis tergeres

ke inferior melalui incisura tentorial  olehmassa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan

mesencephalon menyebakan hilangnya kesadaran dan menekan saraf otak ketiga.

Kompresi medulla oblongata dan henti napas terjadi dengan cepat. Perubahan fisiologi

lain yang terjadi akibat peningkatan ICP yang cepat adalah bradikardi progesif, hipertensi

sistemik, dan gagal napas.5

F.     Gambaran klinik

Gejala klinik pada tumor intrakranial dibagi dalam 3 kategori, yaitu :

1. Gejala Klinik Umum

Gejala umum timbul karena peningkatan tekanan intrakranial atau akibat infiltrasi

difus dari tumor. Gejala yang paling sering adalah sakit kepala, perubahan status mental,

kejang, nyeri kepala hebat, papil edema, mual dan muntah. Tumor maligna (ganas)

menyebabkan gejala yang lebih progresif daripada tumor benigna (jinak). Tumor pada

lobus temporal depan dan frontal dapat berkembang menjadi tumor dengan ukuran yang

sangat besar tanpa menyebabkan defisit neurologis, dan pada mulanya hanya

memberikan gejala-gejala yang umum. Tumor pada fossa posterior atau pada lobus

Page 8: RABU.doc

parietal dan oksipital lebih sering memberikan gejala fokal dulu baru kemudian

memberikan gejala umum.

Nyeri Kepala

Merupakan gejala awal pada 20% penderita dengan tumor otak yang kemudian

berkembang menjadi 60%. Nyerinya tumpul dan intermitten. Nyeri kepala berat juga

sering diperhebat oleh perubahan posisi, batuk, maneuver valsava dan aktivitas fisik.

Muntah ditemukan bersama nyeri kepala pada 50% penderita. Nyeri kepala ipsilateral

pada tumor supratentorial sebanyak 80 % dan terutama pada bagian frontal. Tumor pada

fossa posterior memberikan nyeri alih ke oksiput dan leher.

Perubahan Status Mental

Gangguan konsentrasi, cepat lupa, perubahan kepribadian, perubahan mood dan

berkurangnya inisiatif adalah gejala-gejala umum pada penderita dengan tumor lobus

frontal atau temporal. Gejala ini bertambah buruk dan jika tidak ditangani dapat

menyebabkan terjadinya somnolen hingga koma.

Seizure

Adalah gejala utama dari tumor yang perkembangannya lambat seperti astrositoma,

oligodendroglioma dan meningioma. Paling sering terjadi pada tumor di lobus frontal

baru kemudian tumor pada lobus parietal dan temporal.

Edema Papil

Gejala umum yang tidak berlangsung lama pada tumor otak, sebab dengan teknik

neuroimaging tumor dapat segera dideteksi. Edema papil pada awalnya tidak

menimbulkan gejala hilangnya kemampuan untuk melihat, tetapi edema papil yang

berkelanjutan dapat menyebabkan perluasan bintik buta, penyempitan lapangan pandang

perifer dan menyebabkan penglihatan kabur yang tidak menetap.

Muntah

Muntah sering mengindikasikan tumor yang luas dengan efek darimassa tumor

tersebut juga mengindikasikan adanya pergeseran otak. Muntah berulang pada pagi dan

malam hari, dimana muntah yang proyektil tanpa didahului mual menambah kecurigaan

adanya massa intrakranial.

2. Gejala Klinik Lokal

Manifestasi lokal terjadi pada tumor yeng menyebabkan destruksi parenkim, infark

atau edema. Juga akibat pelepasan faktor-faktor ke daerah sekitar tumor (contohnya :

peroksidase, ion hydrogen, enzim proteolitik dan sitokin), semuanya dapat menyebabkan

disfungsi fokal yang reversibel.

Page 9: RABU.doc

Tumor Kortikal

Tumor lobus frontal menyebabkan terjadinya kejang umum yang diikuti paralisis pos-

iktal. Meningioma kompleks atau parasagital dan glioma frontal khusus berkaitan dengan

kejang. Tanda lokal tumor frontal antara lain disartri, kelumpuhan kontralateral, dan

afasia jika hemisfer dominant dipengaruhi. Anosmia unilateral menunjukkan adanya

tumor bulbus olfaktorius.

Tumor Lobus Temporalis

Gejala tumor lobus temporalis antara lain disfungsi traktus kortikospinal kontralateral,

defisit lapangan pandang homonim, perubahan kepribadian, disfungsi memori dan kejang

parsial kompleks. Tumor hemisfer dominan menyebabkan afasia, gangguan sensoris dan

berkurangnya konsentrasi yang merupakan gejala utama tumor lobus parietal. Adapun

gejala yang lain diantaranya disfungsi traktus kortikospinal kontralateral, hemianopsia/

quadrianopsia inferior homonim kontralateral dan simple motor atau kejang sensoris.

Tumor Lobus Oksipital

Tumor lobus oksipital sering menyebabkan hemianopsia homonym yang kongruen.

Kejang fokal lobus oksipital sering ditandai dengan persepsi kontralateral episodic

terhadap cahaya senter, warna atau pada bentuk geometri.

Tumor pada Ventrikel Tiga dan Regio Pineal

Tumor di dalam atau yang dekat dengan ventrikel tiga menghambat ventrikel atau

aquaduktus dan menyebabkan hidrosepalus. Perubahan posisi dapat meningkatkan

tekanan ventrikel sehingga terjadi sakit kepala berat pada daerah frontal dan verteks,

muntah dan kadang-kadang pingsan. Hal ini juga menyebabkan gangguan ingatan,

diabetes insipidus, amenorea, galaktorea dan gangguan pengecapan dan pengaturan suhu.

Tumor Batang Otak

Terutama ditandai oleh disfungsi saraf kranialis, defek lapangan pandang, nistagmus,

ataksia dan kelemahan ekstremitas. Kompresi pada ventrikel empat menyebabkan

hidrosepalus obstruktif dan menimbulkan gejala-gejala umum.

Tumor Serebellar

Muntah berulang dan sakit kepala di bagian oksiput merupakan gejala yang sering

ditemukan pada tumor serebellar. Pusing, vertigo dan nistagmus mungkin menonjol.

3. Gejala Lokal yang Menyesatkan (False Localizing Features)

Gejala lokal yang menyesatkan ini melibatkan neuroaksis kecil dari lokasi tumor yang

sebenarnya. Sering disebabkan oleh peningkatan tekanan intrakranial, pergeseran dari

Page 10: RABU.doc

struktur-struktur intrakranial atau iskemi. Kelumpuhan nervus VI berkembang ketika

terjadi peningkatan tekanan intrakranial yang menyebabkan kompresi saraf. Tumor lobus

frontal yang difus atau tumor pada korpus kallosum menyebabkan ataksia (frontal

ataksia). 2

G.    Diagnosis

Untuk menegakkan diagnosis pada penderita yang dicurigai menderita tumor otak

yaitu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik neurologik yang teliti, adapun

pemeriksaan penunjang yang dapat membantu yaitu CT-Scan dan MRI. Dari anamnesis

kita dapat mengetahui gejala-gejala yang dirasakan oleh penderita yang mungkin sesuai

dengan gejala-gejala yang telah diuraikan di atas. Misalnya ada tidaknya nyeri kepala,

muntah dan kejang. Sedangkan melalui pemeriksaan fisik neurologik mungkin ditemukan

adanya gejala seperti edema papil dan deficit lapangan pandang.

Pemeriksaan Penunjang

CT scan dan MRI memperlihatkan semua tumor intrakranial dan menjadi prosedur

investigasi awal ketika penderita menunjukkan gejala yang progresif atau tanda-tanda

penyakit otak yang difus atau fokal, atau salah satu tanda spesifik dari sindrom atau

gejala-gejala tumor. Kadang sulit membedakan tumor dari abses ataupun proses lainnya.

Foto polos dada dan pemeriksaan lainnya juga perlu dilakukan untuk mengetahui

apakah tumornya berasal dari suatu metastasis yang akan memberikan gambaran nodul

tunggal ataupun multiple pada otak.

Pemeriksaan cairan serebrospinal juga dapat dilakukan untuk melihat adanya sel-sel

tumor dan juga marker tumor. Tetapi pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan terutama pada

pasien dengan massa di otak yang besar. Umumnya diagnosis histologik ditegakkan

melalui pemeriksaan patologi anatomi, sebagai cara yang tepat untuk membedakan tumor

dengan proses-proses infeksi (abses cerebri).2

Biopsi dilakukan untuk menentukan jenis tumor dan sifatnya (ganas atau jinak).

Kadang pemeriksaan mikroskopik dari cairan serebrospinal yang diperoleh melalui

pungsi lumbal, bisa menunjukkan adanya sel-sel kanker. 

Jika terdapat peningkatan tekanan di dalam tengkorak, maka tidak dapat dilakukan pungsi

lumbal karena perubahan tekanan yang tiba-tiba bisa menyebabkan herniasi. 

Pada herniasi, tekanan yang meningkat di dalam tengkorak mendorong jaringan otak ke

bawah melalui lubang sempit di dasar tengkorak, sehingga menekan otak bagian bawah

(batang otak). Sebagai akibatnya, fungsi yang dikendalikan oleh batang otak (pernafasan,

Page 11: RABU.doc

denyut jantung dan tekanan darah) akan mengalami gangguan. Jika tidak segera diatasi,

herniasi bisa menyebabkan koma dan kematian.4

H.    Terapi

Jika memungkinkan, maka tumor diangkat melalui pembedahan. Pembedahan kadang

menyebabkan kerusakan otak yang bisa menimbulkan kelumpuhan parsial, perubahan

rasa, kelemahan dan gangguan intelektual. Tetapi pembedahan harus dilakukan jika

pertumbuhannya mengancam struktur otak yang penting. Meskipun pengangkatan tumor

tidak dapat menyembuhkan kanker, tetapi bisa mengurangi ukuran tumor, meringankan

gejala dan membantu menentukan jenis tumor serta pengobatan lainnya.

Beberapa tumor jinak harus diangkat melalui pembedahan karena mereka terus tumbuh di

dalam rongga sempit dan bisa menyebabkan kerusakan yang lebih parah atau kematian.

Meningioma, schwannoma dan ependimoma biasanya diangkat melalui pembedahan.

Setelah pembedahan kadang dilakukan terapi penyinaran untuk menghancurkan sel-sel

tumor yangt ersisa. Tumor ganas diobati dengan pembedahan, terapi penyinaran dan

kemoterapi. Terapi penyinaran dimulai setelah sebanyak mungkin bagian tumor diangkat

melalui pembedahan. Terapi penyinaran tidak dapat menyembuhkan tumor, tetapi

membantu memperkecil ukuran tumor sehingga tumor dapat dikendalikan.

Kemoterapi digunakan untuk mengobati beberapa jenis kanker otak.

Kanker otak primer maupun kanker otak metastatik memberikan respon yang baik

terhadap kemoterapi.

      Jika terjadi peningkatan tekanan di dalam otak, diberikan suntikan mannitol dan

kortikosteroid untuk mengurangi tekanan dan mencegah herniasi.

Pengobatan kanker metastatik tergantung kepada sumber kankernya.

Sering dilakukan terapi penyinaran. Jika penyebarannya hanya satu area, maka bisa

dilakukanpembedahan.

Pemilihan jenis terapi pada tumor otak tergantung pada beberapa faktor, antara lain

kondisi umum penderita, tersedianya alat yang lengkap, pengertian penderita dan

keluarganya,  luasnya metastasis. adapun terapi yang dilakukan, meliputi terapi steroid,

pembedahan, radioterapi dan kemoterapi.

Terapi Steroid

Steroid secara dramatis mengurangi edema sekeliling tumor intrakranial, namun tidak

berefek langsung terhadap tumor.

Pembedahan

Page 12: RABU.doc

Pembedahan adalah pengobatan yang paling umum untuk tumor otak. Tujuannya

adalah untuk mengangkat sebanyak tumornya dan meminimalisir sebisa mungkin

peluang kehilangan fungsi otak. 

Operasi untuk membuka tulang tengkorak disebut kraniotomi. Hal ini dilakukan dengan

anestesi umum. Sebelum operasi dimulai, rambut kepala dicukur. Ahli bedah kemudian

membuat sayatan di kulit kepala menggunakan sejenis gergaji khusus untuk mengangkat

sepotong tulang dari tengkorak. Setelah menghapus sebagian atau seluruh tumor, ahli

bedah menutup kembali bukaan tersebut dengan potongan tulang tadi, sepotong metal

atau bahan. Ahli bedah kemudian menutup sayatan di kulit kepala. Beberapa ahli bedah

dapat menggunakan saluran yang ditempatkan di bawah kulit kepala selama satu atau dua

hari setelah operasi untuk meminimalkan akumulasi darah atau cairan. 

 Efek samping yang mungkin timbul pasca operasi pembedahan tumor otak adalah sakit

kepala atau rasa tidak nyaman selama beberapa hari pertama setelah operasi. Dalam hal

ini dapat diberikan obat sakit kepala. 

      Masalah lain yang kurang umum yang dapat terjadi adalah menumpuknya cairan

cerebrospinal di otak yang mengakibatkan pembengkakan otak (edema). Biasanya pasien

diberikan steroid untuk meringankan pembengkakan. Sebuah operasi kedua mungkin

diperlukan untuk mengalirkan cairan. Dokter bedah dapat menempatkan sebuah tabung,

panjang dan tipis (shunt) dalam ventrikel otak. Tabung ini diletakkan di bawah kulit ke

bagian lain dari tubuh, biasanya perut. Kelebihan cairan dari otak dialirkan ke perut.

Kadang-kadang cairan dialirkan ke jantung sebagai gantinya. 

      Infeksi adalah masalah lain yang dapat berkembang setelah operasi (diobati dengan

antibiotic). 

      Operasi otak dapat merusak jaringan normal. kerusakan otak bisa menjadi masalah

serius. Pasien mungkin memiliki masalah berpikir, melihat, atau berbicara. Pasien juga

mungkin mengalami perubahan kepribadian atau kejang. Sebagian besar masalah ini

berkurang dengan berlalunya waktu. Tetapi kadang-kadang kerusakan otak bisa

permanen. Pasien mungkin memerlukan terapi fisik, terapi bicara, atau terapi kerja. 

      Radiosurgery stereotactic adalah tehnik "knifeless" yang lebih baru untuk

menghancurkan tumor otak tanpa membuka tengkorak. CT scan atau MRI digunakan

untuk menentukan lokasi yang tepat dari tumor di otak. Energi radiasi tingkat tinggi

diarahkan ke tumornya dari berbagai sudut untuk menghancurkan tumornya. Alatnya

bervariasi, mulai dari penggunaan pisau gamma, atau akselerator linier dengan foton,

ataupun sinar proton. 

Page 13: RABU.doc

Kelebihan dari prosedur knifeless ini adalah memperkecil kemungkinan komplikasi pada

pasien dan memperpendek waktu pemulihan. Kekurangannya adalah tidak adanya sample

jaringan tumor yang dapat diteliti lebih lanjut oleh ahli patologi, serta pembengkakan

otak yang dapat terjadi setelah radioterapi. 

Kadang-kadang operasi tidak dimungkinkan. Jika tumor terjadi di batang otak

(brainstem) atau daerah-daerah tertentu lainnya, ahli bedah tidak mungkin dapat

mengangkat tumor tanpa merusak jaringan otak normal. Dalam hal ini pasien dapat

menerima radioterapi atau perawatan lainnya. 

Radioterapi

Tumor diterapi melalui radioterapi konvensional dengan radiasi total sebesar 5000-

6000 cGy tiap fraksi dalam beberapa arah. Kegunaan dari radioterapi hiperfraksi ini

didasarkan pada alasan bahwa sel-sel normal lebih mampu memperbaiki kerusakan

subletal dibandingkan sel-sel tumor dengan dosis tersebut. Radioterapi akan lebih efisien

jika dikombinasikan dengan kemoterapi intensif.

Kemoterapi

Jika tumor tersebut tidak dapat disembuhkan dengan pembedahan, kemoterapi tetap

diperlukan sebagai terapi tambahan dengan metode yang beragam. Pada tumor-tumor

tertentu seperti meduloblastoma dan astrositoma stadium tinggi yang meluas ke batang

otak, terapi tambahan berupa kemoterapi dan regimen radioterapi dapat membantu

sebagai terapi paliatif.

I.       Prognosis

    Meskipun diobati, hanya sekitar 25% penderita kanker otak yang bertahan hidup setelah 2

tahun. Prognosis yang lebih baik ditemukan pada astrositoma dan oligodendroglioma,

dimana kanker biasanya tidak kambuh dalam waktu 3-5 tahun setelah pengobatan.

Sekitar 50% penderita meduloblastoma yang diobati bertahan hidup lebih dari 5 tahun.

    Pengobatan untuk kanker otak lebih efektif dilakukan pada:

                - penderita yang berusia dibawah 45 tahun

                - penderita astrositoma anaplastik

                - penderita yang sebagian atau hampir seluruh tumornya telah diangkat melalui

pembedahan.

Page 14: RABU.doc

Berdasarkan data di Negara-negara maju, dengan diagnosis dini dan juga penanganan

yang tepat melalui pembedahan dilanjutkan dengan radioterapi, angka ketahanan hidup 5

tahun (5 years survival) berkisar 50-60% dan angka ketahanan hidup 10 tahaun (10 years

survival) berkisar 30-40%. Terapi tumor otak di Indonesia secara umum prognosisnya

masih buruk, berdasarkan tindakan operatif yang dilakukan pada beberapa rumah sakit di

Jakarta. 2

Meskipun diobati, hanya sekitar 25% penderita kanker otak yang bertahan hidup

setelah 2 tahun. Prognosis yang lebih baik ditemukan pada astrositoma dan

oligodendroglioma, dimana kanker biasanya tidak kambuh dalam waktu 3-5 tahun setelah

pengobatan. Sekitar 50% penderita meduloblastoma yang diobati bertahan hidup lebih

dari 5 tahun. Pengobatan untuk kanker otak lebih efektif dilakukan pada:

                   penderita yang berusia dibawah 45 tahun 

                  - penderita astrositoma anaplastik 

                 -  penderita yang sebagian atau hampir seluruh tumornya telah diangkat

melalui

                    pembedahan.

Page 15: RABU.doc

BAB IV

PENUTUP

4.1. KESIMPULAN 

Tumor otak adalah suatu pertumbuhan jaringan yang abnormal di dalam otak. Yang

terdiri atas Tumor otak benigna dan maligna. Tumor otak benigna adalah pertumbuhan

jaringan abnormal di dalam otak, tetapi tidak ganas, sedangkan tumor otak maligna

adalah kanker di dalam otak yang berpotensi menyusup dan menghancurkan jaringan di

sebelahnya atau yang telah menyebar (metastase) ke otak dari bagian tubuh lainnya

melalui aliran darah.

Tumor disebabkan oleh mutasi DNA di dalam sel. Akumulasi dari mutasi-mutasi

tersebut menyebabkan munculnya tumor. Sebenarnya sel kita memiliki mekanisme

perbaikan DNA (DNA repair) dan mekanisme lainnya yang menyebabkan sel merusak

dirinya dengan apoptosis jika kerusakan DNA sudah terlalu berat. Apoptosis adalah

proses aktif kematian sel yang ditandai dengan pembelahan DNA kromosom, kondensasi

kromatin, serta fragmentasi nukleus dan sel itu sendiri. Mutasi yang menekan gen untuk

mekanisme tersebut biasanya dapat memicu terjadinya kanker.

            Pengobatan tumor otak tergantung kepada lokasi dan jenisnya.Pemilihan jenis terapi

pada tumor otak tergantung pada beberapa faktor, antara lain kondisi umum penderita,

tersedianya alat yang lengkap, pengertian penderita dan keluarganya,  luasnya metastasis.

adapun terapi yang dilakukan, meliputi terapi steroid, pembedahan, radioterapi dan

kemoterapi.

DAFTAR PUSTAKA

Page 16: RABU.doc

1. Informasi tentang Tumor Otak dalam http://www.medicastore.com dikutip tanggal 13

November 2004

2. Adams and Victors, Intracranial Neoplasms and Paraneoplastic Disorders inManual of

Neurology edisi 7, McGraw Hill, New York, 2002 : 258 – 263

3. Adams and Victors, Intracranial Neoplasms and Paraneoplastic Disorders inPrinciples

of Neurology edisi 7, McGraw Hill, New York, 2001 : 676 – 721

4. Syaiful Saanin, dr, Tumor Intrakranial

dalamhttp://www.angelfire.com/nc/neurosurgery/Pendahuluan.html, dikutip tanggal 13

November 2004

5. Harsono, Tumor Otak dalam Buku Ajar Neurologi Klinis edisi I, Gajah Mada

University Press, Yogyakarta, 1999 : 201 – 207

6. What you need to Know about Brain Tumor at http://www.cancer.gov

7. Mahar, M., Proses Neoplasmatik di Susunan Saraf dalam Neurologi Klinis

Dasar edisi 5, Dian Rakyat, Jakarta, 2000 : 390 – 402

8. Meyer, J.S., Gilroy J., Tumors of the Central Nervous System in Medical

Neurology edisi 2, McMillan Publishing C. Inc, New York, 1995 : 611 – 629

9. Bradley, Walter G., Neuro-Oncology in Pocket Companion to Neurology in Clinical

Practice edisi 3, Butterworth, Boston 2000 : 239 – 267

10. Howard L.W., Lawrence P. L., Malignancy and the Nervous System

inNeurology edisi 5, Williams & Wilkins, Philadelphia, : 139 - 142

11. Facts About Brain Tumors at http://www.braintumor.org, dikutip tanggal 13

November 2004

12.  John R.M., Howard K.W, A ,B, Cs of Brain Tumors — From Their Biology to Their

Treatments at http://www.brain-surgery.com, dikutip tanggal 13 November 2004

13.  13.Pinzon, Rizaldi dkk. 2003. Karakteristik Klinis dan Radiologis Tumor Otak di RS.

Dr. Sardjito Yogyakarta. FK UGM, Yogyakarta.

14.Ashadi. 2009. Gejala, Diagnosis dan Terapi Tumor Otak.  Sindereng.

(Sindereng. Blogspot.com, 30 September 2009)

15.______. 2009. Tumor Otak. Referat. (referat.blogspot.com, 30 September 2009)

16.______. 2009. Tumor Otak. Medicastore. (www.medicastore.com, 30 September

2009)

17.Price, Sylvia Anderson. 2006. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. EGC, Jakarta.