RABU, 15 DESEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA Menabung … file14 | Pop Riset RABU, ... EBANYAK 30% lahan...

1
14 | Pop Riset RABU, 15 DESEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA S EBANYAK 30% lahan jagung di Afrika Selatan diperkirakan musnah hanya dalam waktu 20 tahun. Penyebab utamanya ialah perubahan iklim ekstrem secara global. Pun bukan hanya di Afrika. Jumlah lahan pangan yang menurun menghantui sebagian besar sumber-sumber pangan dunia, terutama negara berkembang. Dalam menghadapi ancaman tersebut, pekan lalu The Global Crop Diversity Trust mengu- mumkan proyek pencarian kerabat liar sejumlah bahan pangan. Proyek global itu bertu- juan mencari, mengumpulkan, membuat katalog, dan menyim- pan temuan itu. Kelak, kerabat liar gandum, padi, kacang, kentang, dan tanaman pangan penting lain- nya bisa dimanfaatkan untuk melindungi pasokan pangan global melawan ancaman per- ubahan iklim. Sekaligus mem- perkuat ketahanan pangan di masa depan. Direktur eksekutif Global Crop Diversity Trust, Cary Fowler, menjelaskan, untuk mengantisipasi perubahan iklim yang ekstrem, para ilmuwan perlu mencari tanaman pangan baru yang dapat beradaptasi dengan segala efek yang ditim- bulkannya. Tanaman pangan yang ada saat ini, imbuhnya, hanya bertahan dengan iklim masa lalu. “Dengan perubahan iklim (seperti ini) berarti kita harus kembali ke alam bebas untuk menemukan kerabat liar ta- nam an pangan yang dapat berkembang dalam iklim masa depan,” paparnya seperti yang dilansir sciencedaily.com, Kamis pekan lalu. Fowler juga menegaskan penelitian di bawah naungan International Treaty on Plant Genetic Resources for Food and Agriculture tersebut ber- fokus pada pengembangan si fat genetik berharga yang di kandung tanaman pangan liar. Tujuannya, agar dapat dikembangkan menjadi bahan pangan yang lebih kuat dan le- bih serbaguna. “Kami perlu mengumpulkan sifat yang akan memungkinkan tanaman pangan modern untuk beradaptasi dengan (iklim) yang baru, yang keras, dan lebih menuntut pengeluaran lebih banyak lagi. Dan kami perlu melakukannya selama tanam- an (liar) tersebut masih bisa ditemukan,” sahutnya. Kerabat liar tanaman pangan, lanjut Fowler, cenderung jauh lebih beragam daripada tanam- an domestik. Mereka tumbuh Menabung Gen Tanaman Pangan Liar Vini Mariyane Rosya Gen dari kerabat liar tanaman pangan dapat menyuntikkan kekuatan tanaman pangan melawan perubahan iklim yang ekstrem. di berbagai iklim dan kondisi yang jauh lebih beragam. Bujet Untuk menunjukkan kese- rius an, lembaga pimpinan Fowler membangun kemitraan dengan Royal Botanic Gardens dan Consultative Group on International Agricultural Re- search (CGIAR). Tak tanggung-tanggung, Menteri Lingkungan Hidup dan Pembangunan Internasio- nal Norwegia, Erik Solheim, pun menyediakan bujet hingga US$50 juta untuk mendanai penelitian kerabat liar dari 23 bahan pangan tersebut. “Kami sangat bersemangat untuk mendukung proyek yang akan membantu menja- min masa depan kita bersama. Kami berharap donor lainnya menambahkan dukungan me- reka sehingga ada lebih banyak tanaman pangan yang dapat disertakan,” kata Solheim. Rencananya program ini berlangsung selama 10 tahun. Rentang waktu tersebut un- tuk memastikan bahwa benih kerabat liar tanaman pangan yang terkumpul dapat ditanam dan disilangkan dengan benih yang ada. Targetnya, sebuah penemu- an dan pengembangan ciri-ciri penting dalam kerabat liar tanaman pangan dapat dite- mu kan, terutama di negara berkembang. “Proyek ini merepresentasi- kan salah satu langkah paling nyata saat ini untuk memasti- kan bahwa pertanian dan ma- nusia dapat menyesuaikan diri dengan perubahan iklim,” ungkap Solheim. Dia menambahkan perubah- an iklim dapat menyebabkan penurunan produksi antara 10% dan 30% atau lebih. “Me- ningkatkan ketahanan pangan berarti membantu petani hari ini,” kata Solheim. Diburu waktu Solheim tahu, proyek me- ngumpulkan, meneliti, dan mengembangkan gen kerabat liar tanaman pangan menjadi sebuah perlombaan tersendiri. Pasalnya, dengan ekstremnya perubahan iklim, risiko punah- nya tanaman pangan menjadi semakin besar. “Tujuan dari proyek ini ialah untuk mengumpulkan keane- karagaman tanaman pangan liar dan memasukkannya ke jalur pengembangan tanaman pangan sebelum harta ini hi- lang dari alam selamanya. Ini adalah perlombaan dua kali li- pat dengan waktu. Perlombaan tanaman pertanian untuk ber- adaptasi terhadap perubahan iklim dan perlombaan untuk mengumpulkan keanekara- gaman hayati sebelum hilang selamanya,” tegas Solheim. Dalam catatan Royal Botanic Gardens, satu dari lima tanam- an pangan di dunia terancam punah akibat perubahan iklim dan hilangnya habitat tanaman secara cepat. Padahal, rata-rata berbagai tanaman baru membutuhkan waktu 7-10 tahun untuk ber- kembang biak. Artinya, semakin lama pe- nger jaan pengumpulan dan pengem bangan gen kerabat liar tanaman pangan dimulai, dampak perubahan iklim akan berujung pada malapetaka pada produksi pangan. Solheim menegaskan pe- ngembangan gen kerabat liar tanaman pangan tak perlu menunggu pembuktian kemam- puan mereka beradaptasi. Bag- inya, justru penelitian saat ini akan signifikan dalam mengan- tisipasi iklim di masa depan. “Jika kita menunggu sampai iklim telah berubah, akan ter- lambat. Penundaan adaptasi akan berujung pada harga yang mahal,” tandas Solheim. Komprehensif Sebenarnya teknik menyi- langkan gen dari kerabat liar pernah dilakukan pada kasus wabah virus rumput kerdil (RGSV) yang telah menghan- curkan panen padi di Asia pada 1970-an. Ternyata salah satu penyela- mat yang membantu tanaman padi bertahan melawan virus itu adalah suntikan gen dari Oryza nivara, salah satu kerabat liar tanaman padi. Para ilmuwan dari Internatio- nal Rice Research Institute me- nemukan tanaman itu tumbuh di India setelah mereka meme- riksa ribuan sampel tanaman padi liar dan lokal yang dibudi- dayakan. Sayangnya, meski pengga- bungan gen ini telah dilaksana- kan selama bertahun-tahun, belum ada satu pun lembaga yang secara komprehensif me- ngumpulkan dan mengonser- vasi secara layak. Kepala Millennium Seed Bank di London’s Royal Bo- tanic Gardens, Dr Paul Smith, menjelaskan sebagian material kerabat liar tanaman pangan tersebut akan digunakan dalam ‘percobaan prapengembang- biakan’. Tujuannya, lanjut Smith, me- nemukan varietas liar yang da- pat digunakan untuk melawan penyakit yang selalu mengan- cam produksi pangan. Smith menegaskan penelitian kerabat liar tanaman pangan ini diharapkan mampu menemu- kan tanaman yang benar dalam menghadapi perubahan iklim dan kebal atas penyakit. “Urgensi penelitian ini sema- kin nyata. Untuk beberapa spesies tanaman pangan, kami hanya bisa mendapatkan satu gigitan ceri, karena begitu ba- nyak dari mereka sudah teran- cam (punah) di habitat alami mereka,” papar Smith. (BBC/ Sciencedaily.com/M-4) [email protected] REUTERS/SHAUN BEST AKIBAT PERUBAHAN IKLIM: Tampak ladang jagung di sebuah perkebunan di Embrun, Ontario, Kanada, beberapa waktu lalu. Akibat perubahan iklim yang memengaruhi sumber pangan, The Global Crop Diversity Trust mengumumkan proyek pencarian kerabat liar sejumlah bahan pangan.

Transcript of RABU, 15 DESEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA Menabung … file14 | Pop Riset RABU, ... EBANYAK 30% lahan...

14 | Pop Riset RABU, 15 DESEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA

SEBANYAK 30% lahan jagung di Afrika Selatan diperkirakan musnah hanya dalam waktu 20

tahun. Penyebab utamanya ialah perubahan iklim ekstrem secara global. Pun bukan hanya di Afrika. Jumlah lahan pangan yang menurun menghantui sebagian besar sumber-sumber pangan dunia, terutama negara berkembang.

Dalam menghadapi ancaman tersebut, pekan lalu The Global Crop Diversity Trust mengu-mumkan proyek pencarian kerabat liar sejumlah bahan pangan. Proyek global itu bertu-juan mencari, mengumpulkan, membuat katalog, dan menyim-pan temuan itu.

Kelak, kerabat liar gandum, padi, kacang, kentang, dan tanaman pangan penting lain-nya bisa dimanfaatkan untuk melindungi pasokan pangan global melawan ancaman per-ubahan iklim. Sekaligus mem-perkuat ketahanan pangan di masa depan.

Direktur eksekutif Global Crop Diversity Trust, Cary Fowler, menjelaskan, untuk meng antisipasi perubahan iklim yang ekstrem, para ilmuwan perlu mencari tanaman pangan baru yang dapat beradaptasi dengan segala efek yang ditim-bulkannya. Tanaman pangan yang ada saat ini, imbuhnya, hanya bertahan dengan iklim masa lalu.

“Dengan perubahan iklim (seperti ini) berarti kita harus kembali ke alam bebas untuk menemukan kerabat liar ta-nam an pangan yang dapat berkembang dalam iklim masa depan,” paparnya seperti yang dilansir sciencedaily.com, Kamis pekan lalu.

Fowler juga menegaskan pe nelitian di bawah naungan In ternational Treaty on Plant Genetic Resources for Food and Agriculture tersebut ber-fokus pada pengembangan si fat genetik berharga yang di kandung tanaman pangan liar. Tujuannya, agar dapat di kembangkan menjadi bahan pa ngan yang lebih kuat dan le-bih serbaguna.

“Kami perlu mengumpulkan sifat yang akan memungkinkan tanaman pangan modern untuk beradaptasi dengan (iklim) yang baru, yang keras, dan lebih me nuntut pengeluaran lebih ba nyak lagi. Dan kami perlu me lakukannya selama tanam-an (liar) tersebut masih bisa ditemukan,” sahutnya.

Kerabat liar tanaman pangan, lanjut Fowler, cenderung jauh lebih beragam daripada tanam-an domestik. Mereka tumbuh

Menabung Gen Tanaman Pangan Liar

Vini Mariyane Rosya

Gen dari kerabat liar tanaman pangan dapat menyuntikkan kekuatan tanaman pangan melawan perubahan iklim yang ekstrem.

di berbagai iklim dan kondisi yang jauh lebih beragam.

Bujet Untuk menunjukkan kese-

rius an, lembaga pimpinan Fowler membangun kemitraan de ngan Royal Botanic Gardens dan Consultative Group on In ternational Agricultural Re-search (CGIAR).

Tak tanggung-tanggung, Men teri Lingkungan Hidup dan Pembangunan Internasio-nal Norwegia, Erik Solheim, pun menyediakan bujet hingga US$50 juta untuk mendanai penelitian kerabat liar dari 23

bahan pangan tersebut. “Kami sangat bersemangat

untuk mendukung proyek yang akan membantu menja-min masa depan kita bersama. Kami berharap donor lainnya me nambahkan dukungan me-r e ka sehingga ada lebih banyak tanaman pangan yang dapat disertakan,” kata Solheim.

Rencananya program ini ber langsung selama 10 tahun. Ren tang waktu tersebut un-tuk memastikan bahwa benih kerabat liar tanaman pangan yang terkumpul dapat ditanam dan disilangkan dengan benih yang ada.

Targetnya, sebuah penemu-an dan pengembangan ciri-ciri penting dalam kerabat liar tanaman pangan dapat di te-mu kan, terutama di negara ber kembang.

“Proyek ini merepresentasi-kan salah satu langkah paling nyata saat ini untuk memasti-kan bahwa pertanian dan ma-nusia dapat menyesuaikan di ri dengan perubahan iklim,” ung kap Solheim.

Dia menambahkan perubah-an iklim dapat menyebabkan penurunan produksi antara 10% dan 30% atau lebih. “Me-ning katkan ketahanan pangan

berarti membantu petani hari ini,” kata Solheim.

Diburu waktuSolheim tahu, proyek me-

ngum pulkan, meneliti, dan mengem bangkan gen kerabat liar tanaman pangan menjadi sebuah perlombaan tersendiri. Pasalnya, dengan ekstremnya perubahan iklim, risiko punah-nya tanaman pangan menjadi semakin besar.

“Tujuan dari proyek ini ialah untuk mengumpulkan ke ane-karagaman tanaman pangan liar dan memasukkannya ke jalur pengembangan tanaman

pangan sebelum harta ini hi-lang dari alam selamanya. Ini adalah perlombaan dua kali li-pat dengan waktu. Perlombaan tanaman pertanian untuk ber-adaptasi terhadap perubahan iklim dan perlombaan untuk mengumpulkan keanekara-gaman hayati sebelum hilang selamanya,” tegas Solheim.

Dalam catatan Royal Botanic Gardens, satu dari lima tanam-an pangan di dunia terancam punah akibat perubahan iklim dan hilangnya habitat tanaman secara cepat.

Padahal, rata-rata berbagai tanaman baru membutuhkan

waktu 7-10 tahun untuk ber-kembang biak.

Artinya, semakin lama pe-nger jaan pengumpulan dan pengem bangan gen kerabat liar tanaman pangan dimulai, dampak perubahan iklim akan berujung pada malapetaka pada produksi pangan.

Solheim menegaskan pe-ngem bangan gen kerabat liar tanaman pangan tak perlu menunggu pembuktian kemam-puan mereka beradaptasi. Bag-inya, justru penelitian saat ini akan signifi kan dalam mengan-tisipasi iklim di masa depan.

“Jika kita menunggu sampai iklim telah berubah, akan ter-lambat. Penundaan adaptasi akan berujung pada harga yang ma hal,” tandas Solheim.

KomprehensifSebenarnya teknik menyi-

langkan gen dari kerabat liar pernah dilakukan pada kasus wabah virus rumput kerdil (RGSV) yang telah menghan-curkan panen padi di Asia pada 1970-an.

Ternyata salah satu penyela-mat yang membantu tanaman padi bertahan melawan virus itu adalah suntikan gen dari Oryza nivara, salah satu kerabat liar tanaman padi.

Para ilmuwan dari Internatio-nal Rice Research Institute me-nemukan tanaman itu tumbuh di India setelah mereka meme-riksa ribuan sampel tanaman padi liar dan lokal yang dibudi-da yakan.

Sayangnya, meski pengga-bungan gen ini telah dilaksana-kan selama bertahun-tahun, belum ada satu pun lembaga yang secara komprehensif me-ngumpulkan dan mengonser-vasi secara layak.

Kepala Millennium Seed Bank di London’s Royal Bo-tanic Gardens, Dr Paul Smith, menjelaskan sebagian material kerabat liar tanaman pangan tersebut akan digunakan dalam ‘percobaan prapengembang-biakan’.

Tujuannya, lanjut Smith, me-ne mukan varietas liar yang da-pat digunakan untuk melawan penyakit yang selalu mengan-cam produksi pangan.

Smith menegaskan penelitian kerabat liar tanaman pangan ini diharapkan mampu menemu-kan tanaman yang benar dalam menghadapi perubahan iklim dan kebal atas penyakit.

“Urgensi penelitian ini sema-kin nyata. Untuk beberapa spe sies tanaman pangan, kami ha nya bisa mendapatkan satu gi gitan ceri, karena begitu ba-nyak dari mereka sudah teran-cam (punah) di habitat alami mereka,” papar Smith. (BBC/Sciencedaily.com/M-4)

[email protected]

REUTERS/SHAUN BEST AKIBAT PERUBAHAN IKLIM: Tampak ladang jagung di sebuah perkebunan di Embrun, Ontario, Kanada, beberapa waktu lalu. Akibat perubahan iklim yang memengaruhi sumber pangan, The Global Crop Diversity Trust mengumumkan proyek pencarian kerabat liar sejumlah bahan pangan.