r file · Web viewsaat masa itu tiba, maka akan lebih sulit lagi bagi kita untuk...

2
Mengembalikan Jati Diri Bangsa : Mahasiswa sebagai oposisi konstruktif Menjelang pelantikan SBY-boediono tanggal 20 oktober ini, berbagai isu dan opini berkembang, dimana semakin banyak pihak yang bersikap skeptis dan pesimis terhadap pemerintahan Indonesia kedepan. Bukan karena sekedar faktor kompetensi SBY-boediono saja, atau keraguan akan kabinet Indonesia bersatu jilid 2 di masa yang akan datang. Akan tetapi keraguan ini justru muncul dari kekhawatiran mendasar dari sistem demokrasi. Yakni terkait peran dan fungsi Trias Politica, eksekutif, legislatif dan yudikatif. Masyarakat menilai bahwa pemerintahan sekarang dan kedepannya akan di dominasi oleh eksekutif dan terjadi pelemahan terhadap peran dan fungsi dua lembaga lain dalam demokrasi Indonesia kini. Hal ini ditandai dengan berbagai kesepakatan politik yang terjadi antara partai yang berkuasa dengan beberapa partai lain dalam menentukan komposisi pimpinan MPR dan DPR. Semua seakan bergabung dengan pemerintah, pun partai politik yang kalah dan pernah berencana sebagai oposisi ketika masa pemilu silam. Sebutlah PDI-P dan Golkar yang ternyata tidak bisa dipegang ucapannya untuk menjadi oposisi ketika tidak memenangi PEMILU. Baru satu partai sedang HANURA yang sudah menyatakan kesediaannya sebagai Oposisi pemerintah. Pentingnya peran dan fungsi oposisi dalam pemerintahan kita bertujuan sebagai check and balance bagi pemerintahan yang ada. Rakyat tidak akan rela jika lembaga eksekutif bertindak sesuai kemauannya saja tanpa ada kontrol dari rakyat yang diwakili oleh DPR. Jika kebebasan itu begitu besar, indikasi akan adanya rezim lanjutan untuk Indonesia tak pelak akan terwujud. Ini satu tantangan bagi kita semua tentunya, apakah kita akan menjadikan negara ini sebagai peternakan calon diktator ataukah kita akan semai bersama hasil dari reformasi yang telah diperjuangan selama lebih dari satu dekade ini. Gejala menarik seputar pergerakan mahasiswa yang terekspos media massa belakangan ini adalah fragmentasi gerakan mahasiswa. Sebagian ikut meramaikan aksi mendukung atau menolak kandidat tertentu, ada yang bersikap moderat dan netral, dan ada yang bersikap ekstrem menolak pemilu dengan alasan-alasan tertentu pula. Sekalipun tampak terpecah, sesungguhnya terdapat persamaan pandangan mengenai kondisi bangsa dalam perspektif kekinian maupun masa depan. Para aktivis satu suara dalam menuntut perubahan kehidupan bangsa pada kondisi

Transcript of r file · Web viewsaat masa itu tiba, maka akan lebih sulit lagi bagi kita untuk...

Page 1: r   file · Web viewsaat masa itu tiba, maka akan lebih sulit lagi bagi kita untuk memperjuangkan apa yang menjadi hak rakyat. Hari ini 20 oktober 2009. Mahasiswa Indonesia

Mengembalikan Jati Diri Bangsa : Mahasiswa sebagai oposisi konstruktif

Menjelang pelantikan SBY-boediono tanggal 20 oktober ini, berbagai isu dan opini berkembang, dimana semakin banyak pihak yang bersikap skeptis dan pesimis terhadap pemerintahan Indonesia kedepan. Bukan karena sekedar faktor kompetensi SBY-boediono saja, atau keraguan akan kabinet Indonesia bersatu jilid 2 di masa yang akan datang. Akan tetapi keraguan ini justru muncul dari kekhawatiran mendasar dari sistem demokrasi. Yakni terkait peran dan fungsi Trias Politica, eksekutif, legislatif dan yudikatif.

Masyarakat menilai bahwa pemerintahan sekarang dan kedepannya akan di dominasi oleh eksekutif dan terjadi pelemahan terhadap peran dan fungsi dua lembaga lain dalam demokrasi Indonesia kini. Hal ini ditandai dengan berbagai kesepakatan politik yang terjadi antara partai yang berkuasa dengan beberapa partai lain dalam menentukan komposisi pimpinan MPR dan DPR. Semua seakan bergabung dengan pemerintah, pun partai politik yang kalah dan pernah berencana sebagai oposisi ketika masa pemilu silam. Sebutlah PDI-P dan Golkar yang ternyata tidak bisa dipegang ucapannya untuk menjadi oposisi ketika tidak memenangi PEMILU. Baru satu partai sedang HANURA yang sudah menyatakan kesediaannya sebagai Oposisi pemerintah.

Pentingnya peran dan fungsi oposisi dalam pemerintahan kita bertujuan sebagai check and balance bagi pemerintahan yang ada. Rakyat tidak akan rela jika lembaga eksekutif bertindak sesuai kemauannya saja tanpa ada kontrol dari rakyat yang diwakili oleh DPR. Jika kebebasan itu begitu besar, indikasi akan adanya rezim lanjutan untuk Indonesia tak pelak akan terwujud. Ini satu tantangan bagi kita semua tentunya, apakah kita akan menjadikan negara ini sebagai peternakan calon diktator ataukah kita akan semai bersama hasil dari reformasi yang telah diperjuangan selama lebih dari satu dekade ini.

Gejala menarik seputar pergerakan mahasiswa yang terekspos media massa belakangan ini adalah fragmentasi gerakan mahasiswa. Sebagian ikut meramaikan aksi mendukung atau menolak kandidat tertentu, ada yang bersikap moderat dan netral, dan ada yang bersikap ekstrem menolak pemilu dengan alasan-alasan tertentu pula. Sekalipun tampak terpecah, sesungguhnya terdapat persamaan pandangan mengenai kondisi bangsa dalam perspektif kekinian maupun masa depan. Para aktivis satu suara dalam menuntut perubahan kehidupan bangsa pada kondisi yang lebih baik. Hal ini wajar karena senyatanya perubahan inilah yang menjadi tujuan reformasi dan demokratisasi.

Bagi mahasiswa dengan segudang idealismenya, mencapai sebuah kemajuan tidak mengenal kata akhir. Untuk itu, sikap kritis dan ketidakpuasan terhadap sistem yang ada harus selalu melekat pada diri mahasiswa. Dengan sikap tersebut sama artinya mahasiswa telah menempatkan diri sebagai oposisi nonstruktural yang bisa mendatangkan manfaat bagi keberlangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara. Dan jika sikap oposisi ini dilakukan secara bersama-sama, pasti bisa mendatangkan kekuatan berlipat ganda untuk mempercepat perbaikan bangsa. Begitu idealnya memang jika kita membicarakan tentang mahasiswa dan peranannya dalam memajukan bangsa.

Dengan status sebagai professional rebels againt all authority, mahasiswa menjadi elemen bangsa yang relatif bersih dari konflik kepentingan. Dan ini merupakan kesempatan besar kepada mahasiswa untuk bisa berjuang bersama rakyat, menyuarakan isi hati rakyat dan menjadi elemen paling penting dalam pembangunan bangsa. Gerakan ektraparlementer yang lebih bergema perlu kita kobarkan kembali, jika mahasiswa lengah di masa ini, maka kebangkitan rezim akan terjadi dan

Page 2: r   file · Web viewsaat masa itu tiba, maka akan lebih sulit lagi bagi kita untuk memperjuangkan apa yang menjadi hak rakyat. Hari ini 20 oktober 2009. Mahasiswa Indonesia

saat masa itu tiba, maka akan lebih sulit lagi bagi kita untuk memperjuangkan apa yang menjadi hak rakyat.

Hari ini 20 oktober 2009. Mahasiswa Indonesia akan turun kembali ke Jalan di depan Gedung megah DPR/MPR untuk menyuarakan isi hati rakyat dan menegaskan posisi mahasiswa sebagai oposisi pemerintah. Inilah jati diri mahasiswa yang senantiasa bersama rakyat membawa kepentingan rakyat dan menjadi elemen pendobrak segala kebuntuan dari harapan untuk Indonesia yang lebih baik.

Hidup Mahasiswa !

Hidup Rakyat Indonesia !

Demi Tuhan, untuk Bangsa dan Almamater