qfd
-
Upload
intan-fitria-ani -
Category
Documents
-
view
176 -
download
5
Transcript of qfd
PENGENDALIAN KUALITAS
Modul 14Quality Function Deployment
DosenIr. Fajar Kurniawan, M.Si
JURUSAN TEKNIK INDUSTRIFAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
Modul Pengendalian Kualitas 12
MODUL 14
Quality Function Deployment
1. Tujuan Instruksional
Setelah kuliah selesai mahasiswa diharapkan mahasiswa dapat memahami
Konsep Quality Function Deployment.
2. Materi Pembahasan
1. Konsep Quality Function Deployment
2. Implementasi Quality Function Deployment
I. Pendahuluan
Quality Function Deployment (QFD) merupakan suatu metode yang
bermanfaat dalam proses perencanaan dan pengembangan untuk meningkatkan
kualitas suatu produk serta menyesuaikan spesifikasi produk dengan selera pasar.
QFD memfasilitasi komunikasi antara pengguna (melalui voice of customer) dan
pembuat (melalui voice of engineer) dengan tujuan utama menekan sekecil mungkin
kemungkinan terjadinya 'market misses' suatu produk pada saat pemasarannya.
Dalam implementasi QFD, terdapat enam langkah yang harus dijalani,
dimulai dari identifikasi keinginan/kebutuhan pengguna hingga identifikasi prioritas
perbaikan produk berdasarkan hubungan-hubungan yang terjadi antara voice of
customer dan voice of engineer, yang seluruhnya dituangkan dalam model yang
dinamakan House of Quality (HOQ). HOQ pada dasarnya bisa dibuat dengan cara
manual, yaitu dengan menggambar, mengisi, dan menghitung komponen-komponen
HOQ dengan tangan, yang tentu saja akan memakan banyak waktu. HOQ bisa juga
dikerjakan dengan menggunakan program aplikasi spreadsheet (seperti MS.Excel)
sehingga terjadi penghematan waktu perhitungan. Namun HOQ yang dikerjakan
dengan menggunakan spreadsheet masih belum berfungsi secara optimal karena
beberapa hal, yaitu : wujud HOQ tidak tergambar secara nyata (padahal HOQ
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir.Fajar Kurniawan, M.Si.
PENGENDALIAN KUALITAS 1
Modul Pengendalian Kualitas 12
berpotensi untuk menunjukkan hubungan antara voice-of-customer dan voice-of-
engineer serta berbagai aspeknya secara visual), berkesan rumit, prioritas perbaikan
serta dampaknya harus dicari secara manual, dan kurang fleksibel (terutama jika
akan dilakukan modifikasi). Alternatif lain adalah membuat perangkat lunak khusus
untuk membuat HOQ, seperti yang dilakukan dalam penelitian ini. Dengan
menggunakan perangkat lunak tersebut, pengguna tinggal memasukkan nilai
parameter-parameter yang diperlukan, selanjutnya program akan langsung
melakukan perhitungan dan menyajikan HOQ secara nyata berikut prioritas
perbaikan berserta pengaruh modifikasi parameter teknis suatu produk terhadap
parameter lain.
Penelitian menunjukkan perbedaan yang sangat signifikan antara waktu yang
dibutuhkan untuk membuat HOQ secara manual, semimanual (dengan
menggunakan spreadsheet), dan terotomatisasi dengan menggunakan perangkat
lunak yang dibuat secara khusus.
Perusahaan-perusahaan seringkali mengeluh mengenai penanganan
masalah-masalah yang ada di seputar mereka. Misalnya: apakah selama ini
konsumen puas terhadap produk yang mereka lempar ke pasaran, bagaimana
peringkat kebutuhan konsumen yang berkenaan dengan produk perusahaan,
langkah-langkah apa yang harus dilakukan oleh perusahaan untuk mengantisipasi
kebutuhan konsumen tersebut dan langkah mana yang hanas dilakukan sesuai
peringkat kebutuhan konsumen.
Untuk menangani masalah tersebut, tentunya harus ada campur tangan
pihak konsumen dan pihak perusahaan. Mungkin ada yang akan bertanya,
mengapa harus konsumen? Bukankah kita harus lebih mementingkan keadaan
perusahaan?
Pepatah "Konsumen adalah raja" dalam hal ini dapat digunakan. Produk
yang kita buat tentunya akan dilempar ke pasaran, yang melibatkan konsumen dari
berbagai golongan. Bila produk tersebut memuaskan menurut mereka, maka
mereka tentu akan kembali membeli produk tersebut. Sedang bila tidak
memuaskan, tentu mereka akan beralih pada produk sejenis dari perusahaan yang
lain. Kalau sudah begini, tentu yang rugi adalah perusahaan kita juga.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir.Fajar Kurniawan, M.Si.
PENGENDALIAN KUALITAS 2
Modul Pengendalian Kualitas 12
Karena itu, konsumen harus didahulukan, Pendapat konsumen sangat memegang
peranan dalam penentuan tindak lanjut perusahaan, tentunya dengan
menyesuaikan dengan kondisi perusahaan kita juga. Dan yang perlu diingat.
pendapat konsumen tersebut selalu dapat berubah dalam suatu rentang waktu
tertentu disesuaikan dengan jaman dan trend yang ada saat itu. Input konsumen
itu sangat diperlukan untuk perbaikan di masa yang akan datang.
2. Quality Function Deployment
QFD berkaitan dengan bagaimana cara untuk memuaskan pelanggan dan
menerjemahkan keinginan pelanggan pada desain yang ditargetkan. Jadi pada
intinya QFD adalah cara memahami keinginan pelanggan dan memperkenalkan
solusi proses alternative Satu alat QFD adalah rumah kualitas (House of Quality).
Rumah kualitas merupakan teknik grafis untuk menjelaskan hubungan antara
keinginan pelanggan dan produk (Jasa). Hanya dengan menetapkan hubungan ini
seorang manajer operasi dapat membangun produk dan proses dengan
keistimewaan yang diinginkan pelanggan. Untuk membuat rumah kualitas dilakukan
6 langkah dasar:
1. Apa yang diinginkan pelanggan dalam produk mobil bekas?
Melakukan Test Drive pada mobil bekas yang akan dibeli, langkah-langkah yang
perlu diperhatikan saat membeli mobil bekas adalah buka tutup pintu, rasakan
kemudi, dengarkan mesin, uji performa mesin, uji rem, uji sistem transmisi dan
drivetrain, interior dan AC, kerja suspensi dan asap knalpot
2. Bagaimana produk mobil bekas dapat memuaskan keinginan pelanggan?
Saat membeli mobil bekas, Test drive memberi keyakinan pada pelanggan untuk
memakai mobil dalam jangka waktu tertentu yang bisa sampai bertahun-tahun.
Sehingga pelanggan menjadi puas akan mobil bekas yang mereka beli.
3. Bagaimana hubungan keinginan pelanggan dengan mobil bekas yang akan
dibeli?
Para pelanggan berkeinginan untuk mendapatkan mobil bekas dalam kondisi
yang baik, tetapi kadangkala mobil bekas yang ada dalam pasaran kondisinya
kurang baik. Dan juga seringkali para pedagang mobil bekas hanya ingin
mengambil untung saja tanpa memperhatikan kepuasan dari para pelanggan.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir.Fajar Kurniawan, M.Si.
PENGENDALIAN KUALITAS 3
Modul Pengendalian Kualitas 12
4. Bagaimana hubungan antar sejumlah pelanggan dengan pedagang mobil
bekas?
Pelanggan menginginkan kondisi mobil yang baik dengan harga yang murah.
Hal ini sangat bertolak belakang dengan keinginan para pedagang mobil bekas
yang lebih memfokuskan pada keuntungan semata tanpa memperhatikan
kondisi mobil bekas yang diperjualbelikan oleh mereka.
5. Buatlah tingkat kepentingan pelanggan dengan bobot hubungan yang
diperlihatkan?
Urutan pertama pada tingkat kepentingan pelanggan adalah:
Pelanggan diperbolehkan mengamati mobil bekas yang akan mereka beli,
sehingga mereka tidak merasa dicurangi.
Pelanggan diperbolehkan bertanya-tanya tentang spesifikasi mobil bekas
yang akan mereka beli, sehingga mereka mengetahui informasi mobil bekas
yang akan mereka beli.
Pelanggan diperbolehkan untuk melakukan test drive, sehingga mereka puas
terhadap mobil bekas yang akan mereka beli.
6. Bagaimana melakukan evaluasi terhadap mobil bekas dari showroom mobil
bekas lain?
Dengan memberikan sesuatu yang berbeda yang tidak diberikan pada
showroom mobil bekas lain. Contohnya: Jika di showroom lain setelah membeli
mobil bekas dan beberapa hari kemudian mobil bekas tersebut rusak tidak ada
jaminan reparasi atau layanan purna jual, tetapi di showroom kami menawarkan
layanan purna jual. Sehingga pelanggan tidak perlu cemas terhadap mobil bekas
yang akan mereka beli.
Kesesuaian antara spesifikasi dan parameter mutu produk dengan keinginan
pelanggan (Customer ), merupakan pertimbangan penting dalam melakukan
perancangan produk. Kemampuan desain dan proses produksi merupakan
pembatas untuk menyesuaikan dengan keinginan dan kebutuhan konsumen. QFD
(Quality Function Deployment ) merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir.Fajar Kurniawan, M.Si.
PENGENDALIAN KUALITAS 4
Modul Pengendalian Kualitas 12
menterjemah kebutuhan konsumen kedalam karakteristik produk serta
mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk memenuhinya.
QFD pertama kali diperkenalkan oleh Yoji Akao dan Shigeru Mizuno pada
awal tahun 1960-an, yang berasal dari bahasa jepang yaitu Hin Shitsu Kino Ten
Kai . Dalam bahasa jepang Hin Shitsu berarti kualitas, atribut atau feature, Kino
berarti fungsi atau mekanisasi sedangkan Ten Kai berarti penyebar luasan,
pengembangan atau evolusi (Cohen,1995). QFD pertama kali dikembangkan pada
perusahaan Mitsubishi’s Kobe Shipyard, dan selanjutnya diadopsi oleh Toyota.
dalam perkembangannya Ford Motor Company dan Xerox menyebarluaskan
konsep ini di Amerika. Sehingga metode ini mulai populer dan banyak diterapkan
pada perusahaan besar di jepang, Amerika dan Eropa. QFD merupakan metode
untuk perancangan produk dengan menterjemahkan kebutuhan pelanggan, serta
menemukan tanggapan inovatif terhadap kebutuhan tersebut dengan memperbaiki
proses hingga tercapainya produk atau jasa dengan atribut yang memperioritaskan
keinginan pelanggan. Penerapan QFD sebagai upaya mengindentifikasi keinginan
dan kebutuhan pelanggan menggunakan format matriks yang disusun dalam suatu
bentuk yang seirng disebut dengan nama House of Quality (QFD), dengan tujuh
bagian utama seperti pada gambar dibawah ini.
Bagian 1 ( customer needs or Whats )
merupakan daftar keinginana dan kebutuhan pelanggan, yang secara
kualitatif diperoleh melalui pendekatandeskritif atau wawancara terhadap
pelangggan.
Bagian 2 (Design requirement or Hows )
merupakan bahasa teknis dari perusahaan untuk menyusun desain
perbaikan produk atau jasa yang umumnya merupakan gambaran teknis dari
kebutuhan dan keinginan konsumen pada bagian 1 .
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir.Fajar Kurniawan, M.Si.
PENGENDALIAN KUALITAS 5
Modul Pengendalian Kualitas 12
Bagian 3 ( Correlation matrixs between whats and hows )
bagian inbi mencakup informasi yang menunjukan :
1. Tingkat kepentingan darin keinginan dan kebutuhan pelanggan serta tingkat
kepuasan pelanggan terhadap pelayanan yang diberikan oleh perusahaan.
2. Tingkat hubungan antara keinginan dan kebutuhan pelanggan dengan
kemampuan perusahaan untuk memenuhinya dengan menggunakan simbol
yang menunjukan korelasi kuat, sedang dan lemah.
Bagian 4 ( Correlation between hows )
merupakan korelasi antara karakteristik kemampuan teknis dari perusahaan
yang dibedakan menjadi positif dan negatif.
Bagian 5 (Priorities assigned to design requirement)
merupakan prioritas yang ditetapkan perusahaan untuk melaksanakan
setiap target sesuai dengan tingkat kesulitannya.
Bagian 6 ( Priorities assigned to Customer )
merupakan bagian yang menunjukan tingkat kepentingan dari keinginan dan
kebutuhan pelanggan berdasarkan informasi langsung dari konsumen.
Bagian 7 ( competitive assesment )
menunjukan penilaia pelanggan terhadap produk atau jasa yang
dibandingkan dengan pesaing.
QFD sendiri terdiri 4 buah layer, dimana How pada layer pertama akan
mejadi what pada layer kedua dan selanjutnya. Adapun hubungan ke-4 layer
tersebut.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir.Fajar Kurniawan, M.Si.
PENGENDALIAN KUALITAS 6
Modul Pengendalian Kualitas 12
Dalam pembuatan HoQ dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai
berikut :
langkah 1. Mengidentifikasi semua kebutuhan dan keinginan pelanggan
terhadap produk atau jasa yang ditawarkan.
Langkah 2. Menterjemahkan kebutuhan pelanggan ke dalam upaya
perbaikan teknis atau karakteristik desain perusahaan (hows ) yang
menunjukan bagaimana perusahaan memenuhi keinginan pelanggan.
Langkah 3. Mencari hubungan antara setiap kebutuhan dan keinginan
pelanggan dengan setiap usaha perusahaan untuk memenuhi permintaan
konsumen (karakteristik desain).
Langkah 4. Upaya perusahaan untuk memenuhi setiap karakteristik desain
yang ditujukan untuk memenuhi keinginan kebutuhan pelanggan yang diberi
nilai target berdasarkan tingkat kemudahan pelaksanaannya.
Langkah 5. Menentukan hubungan antara setiap karakteristik desain dan
disusun menjadi matriks korelasi yang terletak pada bagian atap ( bagian 4)
dari HoQ.
Langkah 6. Menentukan tingkat kesulitan dari sudut pandang perusahaan,
penerapan setiap karakteristik desain dapat dijabarkan dalam skala.
Langkah 7. Membandingkan karakteristik desain dengan produk pesaing
berdasarkan hasil identifikasi karakteristik pelanggan untuk menentukan
karakteristik desain yang tepat, berdasarkan informasi langsung dari
pelanggan.
Langkah 8. Lakukan penilaian karakteristik produk yang telah dicapai oleh
perusahaan juga bandingkan dengan pesaing.
Langkah 9. Menghitung tingkat kepentingan dari setiap karakteristik
pelanggan yang dinilai dalam angka dan tingkat kesulitan perusahaan
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir.Fajar Kurniawan, M.Si.
PENGENDALIAN KUALITAS 7
Modul Pengendalian Kualitas 12
menerapkan karakteristik desain untuk menentukan tingkat kepentingan
relatif dan absolut.
Berikut ini adalah contoh HoQ secara langkap.
Sooftware QFD Desiger 4.0, merupakan salah satu software yang sangat
membantu dalam proses pembuatan QFD.
Mendefinisikan Persyaratan Customer melalui QFD
Setiap perusahan pasti berharap bahwa setiap produk baru yang di
launching kepasar selalu sukses dan dapat memberikan keuntungan. Namun,
terkadang apa yang di harapkan jauh berbeda dengan kenyataan yang harus
diterima. Apakah ini hanya kesalahan dari sisi marketing saja yang tidak mampu
memasarkannya dengan baik ?. Ternyata tidak, kegagalan perusahaan dalam
menghasilkan produk baru yang tidak diterima oleh customer salah satu
penyebabnya adalah perusahaan tidak memahami produk seperti apa yang
sebetulnya customer inginkan dan karakteristik produk ang diharapkan oleh
customer.
Kesesuaian antara spesifikasi dan parameter mutu produk dengan keinginan
customer, merupakan pertimbangan penting dalam melakukan perancangan produk.
Kemampuan desain dan proses produksi merupakan pembatas untuk menyesuaikan
dengan keinginan dan kebutuhan konsumen. QFD (Quality Function Deployment )
merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk menterjemah kebutuhan
konsumen kedalam karakteristik produk serta mempertimbangkan kemampuan
perusahaan untuk memenuhinya.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir.Fajar Kurniawan, M.Si.
PENGENDALIAN KUALITAS 8
Modul Pengendalian Kualitas 12
QFD pertama kali diperkenalkan oleh Yoji Akao dan Shigeru Mizuno pada
awal tahun 1960-an, yang berasal dari bahasa jepang yaitu Hin Shitsu Kino Ten Kai.
Dalam bahasa jepang Hin Shitsu berarti kualitas, atribut atau feature, Kino berarti
fungsi atau mekanisasi sedangkan Ten Kai berarti penyebar luasan, pengembangan
atau evolusi (Cohen,1995). QFD pertama kali dikembangkan pada perusahaan
Mitsubishi’s Kobe Shipyard, dan selanjutnya diadopsi oleh Toyota. dalam
perkembangannya Ford Motor Company dan Xerox menyebarluaskan konsep ini di
Amerika. Sehingga metode ini mulai populer dan banyak diterapkan pada
perusahaan besar di jepang, Amerika dan Eropa. QFD merupakan metode untuk
perancangan produk dengan menterjemahkan kebutuhan pelanggan, serta
menemukan tanggapan inovatif terhadap kebutuhan tersebut dengan memperbaiki
proses hingga tercapainya produk atau jasa dengan atribut yang memperioritaskan
keinginan pelanggan. Penerapan QFD sebagai upaya mengindentifikasi keinginan
dan kebutuhan pelanggan menggunakan format matriks yang disusun dalam suatu
bentuk yang seirng disebut dengan nama House of Quality (QFD), dengan delapan
bagian utama seperti pada gambar dibawah ini.
Bagian 1 ( Correlation Between “ What”)
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir.Fajar Kurniawan, M.Si.
PENGENDALIAN KUALITAS 9
Modul Pengendalian Kualitas 12
pada bagian ini akan dilakukan analisis hubungan antara karateristik produk yang satu dengan lainnya.
Bagian 3 (Design requirement or Hows)
merupakan bahasa teknis dari perusahaan untuk menyusun desain perbaikan produk atau jasa yang umumnya merupakan gambaran teknis dari kebutuhan dan keinginan konsumen pada bagian 1.
Bagian 4 ( Correlation matrixs between whats and hows)
bagian ini mencakup informasi yang menunjukan :
1. Tingkat kepentingan darin keinginan dan kebutuhan pelanggan serta tingkat kepuasan pelanggan terhadap pelayanan yang diberikan oleh perusahaan.
2. Tingkat hubungan antara keinginan dan kebutuhan pelanggan dengan kemampuan perusahaan untuk memenuhinya dengan menggunakan simbol yang menunjukan korelasi kuat, sedang dan lemah.
Bagian 5 ( Correlation between hows)
merupakan korelasi antara karakteristik kemampuan teknis dari perusahaan yang dibedakan menjadi positif dan negatif.
Bagian 6 (Technical Respon Priority)
Merupakan gambaran produk atau jasa yang akan dikembangkan.
Bagian 7 ( Priorities assigned to Customer )
merupakan bagian yang menunjukan tingkat kepentingan dari keinginan dan kebutuhan pelanggan berdasarkan informasi langsung dari konsumen.
Bagian 8 ( competitive assesment)
menunjukan penilaia pelanggan terhadap produk atau jasa yang dibandingkan dengan pesaing.
Bagian 9 (Competitive Benchmarking)
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir.Fajar Kurniawan, M.Si.
PENGENDALIAN KUALITAS 10
Modul Pengendalian Kualitas 12
Menunjukkan posisis perusahaan (produk atau pelayanan) terhadap competitor, termasuk market leader.
Bagian 10 (Technical Target)
Menunjukkan tingkat kepentingan masing-masing elemen terhadap eleman lainnya, sehingga dapat dijadikan acuan dalam perbaikan kualitas.
Dalam penerapnya QFD terdiri dari 6(enam) layer QFD yang saling memiliki
hubungan keterkaitan, yaitu :
Layer pertama yaitu House of Quality atau Product Planning.
Layer kedua yaitu Assembly atau Part Deployment.
Layer ketiga yaitu Process Planning.
Layer keempat yaitu Production Planning.
Layer kelima yaitu Qaulity Control.
Layer keenam yaitu Cost Control.
layer tersebut saling memiliki hubungan, karena How pada layer sebelumnya
akan dijadikan sebagai what pada layer berikutnya, seperti ditunjukan pada gambar
berikut.
Lalu, apa keuntungannya bagi perusahaan dalam menerapkan QFD ?
Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh oleh perusahaan dari penerapan QFD
diantaranya sebagai berikut:
Meningkatkan tingkat kepuasaan konsumen.
Memangkas waktu desain produk.
Meningkatkan kualitas produk.
Meningkatkan kesempatan pasar.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir.Fajar Kurniawan, M.Si.
PENGENDALIAN KUALITAS 11
Modul Pengendalian Kualitas 12
Mengurangi customer complaint.
Mengrangi waktu perencanaan.
Meningkatkan komunikasi antar departemen.
Dalam membangun House of Quality (HoQ) ada beberapa langkah yang
perlu dilalui yaitu :
Langkah 1 yaitu mengidentifikasi semua kebutuhan dan keinginan pelanggan
terhadap produk atau jasa yang ditawarkan (What).
Langkah 2 yaitu menterjemahkan kebutuhan pelanggan ke dalam upaya
perbaikan teknis atau karakteristik desain perusahaan (hows) yang
menunjukan bagaimana perusahaan memenuhi keinginan pelanggan.
Langkah 3 yaitu mencari hubungan antara setiap kebutuhan dan keinginan
pelanggan dengan setiap usaha perusahaan untuk memenuhi permintaan
konsumen (karakteristik desain).
Langkah 4 yaitu upaya perusahaan untuk memenuhi setiap karakteristik desain
yang ditujukan untuk memenuhi keinginan kebutuhan pelanggan yang diberi
nilai target berdasarkan tingkat kemudahan pelaksanaannya.
Langkah 5 yaitu menentukan hubungan antara setiap karakteristik desain dan
disusun menjadi matriks korelasi yang terletak pada bagian atap ( bagian 4)
dari HoQ.
Langkah 6 yaitu menentukan tingkat kesulitan dari sudut pandang perusahaan,
penerapan setiap karakteristik desain dapat dijabarkan dalam skala.
Langkah 7 yaitu membandingkan karakteristik desain dengan produk pesaing
berdasarkan hasil identifikasi karakteristik pelanggan untuk menentukan
karakteristik desain yang tepat, berdasarkan informasi langsung dari
pelanggan.
Langkah 8 yaitu lakukan penilaian karakteristik produk yang telah dicapai oleh
perusahaan juga bandingkan dengan pesaing.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir.Fajar Kurniawan, M.Si.
PENGENDALIAN KUALITAS 12
Modul Pengendalian Kualitas 12
Langkah 9 yaitu menghitung tingkat kepentingan dari setiap karakteristik
pelanggan yang dinilai dalam angka dan tingkat kesulitan perusahaan
menerapkan karakteristik desain untuk menentukan tingkat kepentingan relatif
dan absolut.
Dengan menggunakan langkah-langkah tersebut di atas, maka diperoleh
hasil HoQ yang lengkap seperti ditunjukan dalam gambar berikut. Bagaimana
membuatnya sampai menjadi seperti itu, akan saya coba jelaskan pada
bagian selanjutnya. Untuk mempermudah pekerjaan kita dalam membuat
HoQ saat ini telah tersedia software khususnya dengan nama QFD designer
version 4.0.
3 Quality Function Deployment
from the Perspective of Competitive
Advantage
Most Americans associate quality function deployment (QFD) with the
"House of Quality" (Hauser and Clausing, 1988) shown here.
QFD as discussed here contains far more. King (1989) and Clausing and
Pugh (1991) provide more extensive and complete views. Dean (1992) views QFD
as a system engineering process which transforms the desires of the customer/user
into the language required, at all project levels, to implement a product. It also
provides the glue necessary, at all project levels, to tie it all together and to manage
it. Finally, it is an excellent method for assuring that the customer obtains high value
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir.Fajar Kurniawan, M.Si.
PENGENDALIAN KUALITAS 13
Modul Pengendalian Kualitas 12
from your product, actually the intended purpose of QFD. Mizuno and Akao (1994)
indicates that QFD is far more than has previously been disclosed. It is clearly the
mechanism for deploying quality, reliability, cost, and technology throughout the
product, the project to bring forth the product, and the enterprise as a whole.
The concept of QFD was introduced in Japan by Yoji Akao in 1966. By 1972
the power of the approach had been demonstrated and in 1978 the first book on the
subject was published in Japanese. Unfortunately, for those of us who do not read
Japanese, it was not translated into English until 1994 (Mizuno and Akao, 1994).
According to Akao (1990), QFD "is a method for developing a design quality
aimed at satisfying the consumer and then translating the consumer's demand into
design targets and major quality assurance points to be used throughout the
production phase. ... [QFD] is a way to assure the design quality while the product is
still in the design stage." As a very important side benefit, Akao (1990) points out
that, when appropriately applied, QFD has demonstrated the reduction of
development time by one-half to one-third.
Sullivan (1986) says that "The main objective of any manufacturing company
is to bring new (and carryover) products to market sooner than the competition with
lower cost and improved quality. The mechanism to do this is called quality function
deployment .... [QFD is] an overall concept that provides a means of translating
customer requirements into the appropriate technical requirements for each stage of
product development and production (i.e., marketing strategies, planning, product
design and engineering, prototype evaluation, production process development,
production, sales). ... In QFD, all operations are driven by the 'voice of the customer';
QFD therefore represents a change from manufacturing-process quality control to
product-development quality control."
Sullivan further notes that "The QFD system has been used by Toyota since
1977, following four years of training and preparation. Results have been impressive.
... Between January 1977 and April 1984, Toyota Autobody introduced four new van-
type vehicles. Using 1977 as a base, Toyota reported a 20% reduction in start-up
costs on the launch of the new van in October 1979; a 38% reduction in November
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir.Fajar Kurniawan, M.Si.
PENGENDALIAN KUALITAS 14
Modul Pengendalian Kualitas 12
1982; and a cumulative 61% reduction at April 1984. During this period, the product
development cycle (time to market) was reduced by one third with a corresponding
improvement in quality because of a reduction in the number of engineering
changes."
QFD is a structured process, a visual language, and a set of interlinked
engineering and management charts which uses the seven management (new)
tools. It establishes customer value using the voice of the customer and
transforms that value to design, production, and manufacturing process
characteristics. The result is a systems engineering process which prioritizes and
links the product development process so that it assures product quality as defined
by the customer/user. Additional power derives from use within a concurrent
engineering environment.
QFD, as applied under the kaizen philosophy and within total quality
control, is by far the most highly developed form of integrated product and
process development in existence.
More to follow:
Comprehensive QFD
Quality Function Deployment in the Narrow Sense
Voice of the Customer
Most of the literature on QFD is far too simplified to learn much about what it
is or how to use it. On the other extreme, it is very difficult for a novice to launch into
the real thing such as Mizuno and Akao (1994). The American articles tell where we
are. The Japanese articles tell where they were some years ago and where we need
to be now, but aren't. Probably the best compromise is to read Day (1993). Address
information for a number of companies providing QFD software can be found in
Struebing (1996). Reed and Jacobs (1993) provides guidelines for implementing
QFD.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir.Fajar Kurniawan, M.Si.
PENGENDALIAN KUALITAS 15
Modul Pengendalian Kualitas 12
QFD pertama kali diterapkan di Mitsubishi, suatu perusahaan industri berat di
Kota Kobe, Japan pada tahun 1972.
Di Amerika QFD dikembangkan oleh DR. Clausing dan diaplikasikan di industri
manufaktur maupun jasa dan menjadi standart pada kebanyakan organisasi. Contoh
perusahaan yang menerapkan QFD antara lain DEC, Hawlett Packard, AT&T, Ford,
general Motor, dsb.
QFD merupakan alat perencanaan yang digunakan untuk memenuhi
harapan-harapan konsumen. Pendekatan disiplin QFD terletak pada desain produk,
rekayasa, produktivitas serta memberikan evaluasi yang mendalam terhadap suatu
produk. Suatu organisasi yang mengimplementasikan QFD secara tepat dapat
meningkatkan pengetahuan rekayasa, produktivitas dan kualitas, mengurangi biaya,
mengurangi waktu pengembangan produk serta perubahan-perubahan rekayasa
seiring dengan kemajuan jaman dan permintaan konsumen.
Tujuan dan Manfaat QFD
Tujuan QFD adalah memenuhi sebanyak mungkin harapan konsumen, dan
berusaha melampaui harapan tersebut dengan merancang produk baru agar dapat
berkompetisi dengan produk dari kompetitor untuk kepuasan konsumen.
QFD berguna untuk memastikan bahwa suatu perusahaan memusatkan
perhatiannya terhadap kebutuhan konsumen sebelum setiap pekerjaan
perancangan dilakukan. Sedangkan manfaat-manfaat QFD adalah sebagai berikut :
1. Memusatkan peancangan produk dan jasa pada kebutuhan dan kepuasan
konsumen
2. Menganalisa kinerja produk perusahaan untuk memenuhi kepuasan
konsumen
3. Mengurangi banyaknya perubahan desain.
Implementasi QFD
Implementasi QFD secara garis besar dibagi dalam 3 (tiga) tahap, tetapi
sebelum memasuki ketiga tahap tersebut selalu ada Tahap Perencanaan dan
Persiapan. Adapun ketiga tahap tersebut adalah :
1. Tahap pengumpulan Voice of Customer
2. Tahap penyusunan Home of Quality
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir.Fajar Kurniawan, M.Si.
PENGENDALIAN KUALITAS 16
Modul Pengendalian Kualitas 12
3. Tahap analisa dan interpretasi
1. Tahap Perencanaan dan Persiapan
Tahap ini merupakan persiapan dalam melakukan dan mengimplementasikan QFD.
Adapun topik kuncinya meliputi :
1. Menetapkan dukungan yang bersifat organisasi Dukungan ini dari pihak
manajemen, fungsional, serta anggota team QFD yang terdiri dari berbagai
skill.
2. Menentukan keuntungan yang mungkin didapat Keuntungan yang diberikan
bagi team QFD antara lain :
mengetahui kebutuhan dan keinginan konsumen
mengembangkan visi anggota team secara umum dari suatu produk
mendokumentasikan seluruh keputusan dan asumsi-asumsi selama
interpretasi secara ringkas dalam bentuk home of quality
meminimalkan resiko pengulangan di tengah proyek
mempercepat perencanaan produk
3. Memutuskan siapa konsumennya Disini didefinisikan secara jelas siapa
konsumennya, mengidentifikasi semua konsumen yang potensial, serta
mengidentifikasi konsumen kunci. Untuk mekualitasskan konsumen kunci
ada beberapa cara : 1). Setiap orang langsung setuju, 2). Metode matrik
prioritas, 3). Metode AHP
4. Menetapkan horizon waktu
Horison waktu perlu didefinisikan secara jelas dalam proses QFD untuk
membantu menjaga perencanaan yang realistis.
5. Memutuskan cakupan produk
Cakupan ini berguna untuk mendefinisikan apa-apa saja yang ada di dalam
dan
apa saja yang tidak ada dalam pembahasan QFD. Dengan adanya cakupan
ini
akan membantu anggota team untuk mengabaikan data yang tidak relevan
dan
memperhatikan semua ide-ide dan data yang relevan.
6. Memutuskan team dan hubungannya dengan organisasi
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir.Fajar Kurniawan, M.Si.
PENGENDALIAN KUALITAS 17
Modul Pengendalian Kualitas 12
Team QFD yang ideal seharusnya meliputi semua perwakilan dari semua
fungsional yang ada dalam perusahaan yang meliputi sales & marketing,
product
desaign, supplier / purchasing, manufacturing engineering, manufacturing
production, order processing dan service. Hal ini penting untuk kesuksesan
dalam perancangan produk karena semua fungsi terlibat didalamnya.
7. Membuat jadwal pelatihan QFD
Dalam membuat jadwal (schedule) untuk mengimplementasikan QFD ada
beberapa hal penting yang harus diperhatikan, antara lain :
QFD membutuhkan waktu
Waktu yang dibutuhkan dalam melakukan QFD dapat diperkirakan
berdasarkan jumlah data yang akan diproses. Sedangkan jumlah data
yang diproses tergantung pada jumlah segmen dari konsumennya.
Biasanya untuk melihat waktu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
QFD
Estimator Chart, dimana pada diagram inidituliskan kegiatan yang
akan
dilakukan selama proses QFD dan perkiraan waktu yang dibutuhkan
untuk masing-masing aktivitas tersebut.
QFD dapat dipersingkat
Untuk mempersingkat proses QFD biasanya digunakan 2 (dua)teknik,
yaitu : 1). Matrik Reduksi, 2). Membagi seluruh anggota team menjadi
sub team- sub team.
QFD sebagai aktivitas yang dapat diatur
Dari QFD estimator chart dapat diketahui apakah team QFD perlu
dibagi
menjadi sub team-sub team dan rata-rta waktu yang diperlukan
team /sub
team dalam membuat setiap keputusan sehingga dapat dibuat layout
tugas-tugas tersebut dengan Gant Chart.
8. Melengkapi fasilitas dan materialnya
Selama melakukan proses QFD diperlukan beberapa fasilitas dan material
yang
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir.Fajar Kurniawan, M.Si.
PENGENDALIAN KUALITAS 18
Modul Pengendalian Kualitas 12
akan mendukungnya yang meliputi : Lokasi, ruangan, bantuan komputer, dan
material pendukung yang lain.
2. Tahap pengumpulan Voice of customer
Pada tahap ini akan dilakukan survey untuk memperoleh suara pelanggan yang
tentu membutuhkan waktu dan ketrampilan untuk mendengarkan. Proses QFD
membutuhkan data konsumen yang ditulis sebagai atribut-atribut dari suatu produk
atau jasa. Tiap atribut mempunyai data numeric yang berkaitan dengan kepentingan
relative atribut bagi konsumen dan tingkat performansi kepuasan konsumen dari
produk yang dibuat berdasarkan atribut tadi.Data dari konsumen dapat menunjukkan
variasi pola hubungan
yang mungkin tergantung bagaimana performansi kepuasan atribut dikumpulkan.
Interpretasi data ini harus memperhitungkan apakah pelanggan yang disurvey
menggunakan satu atau beberapa produk dan apakah sample pelanggan terdiri atas
seluruh pelanggan dari berbagai tipe atau segmen. Langkah-langkah pada tahap ini
secara ringkas dapat dijelaskansebagai berikut :
a). Mengklasifikasi kebutuhan pelanggan
Model klien menggunakan revealed importance dan stated importance tiap atribut
untuk mengklasifikasikan kebutuhan pelanggan menjadi 4 katagori :
1. Kebutuhan yang diharapkan (expected needs) : High stated importance dan Low
revealed importance.
2. Kebutuhan impact rendah (low-impat needs) : Low stated importance dan Low
revealed importance.
3. Kebutuhan impact tinggi (high-impact needs) : High stated importance dan High
revealed importance.
4. Kebutuhan yang tersembunyi (hidden needs) : Low stated importance dan High
revealed importance.
b). Mengumpulkan data-data kualitatif
Untuk membuat keputusan perancangan yang sesuai dengan kebutuhan konsumen
maka produsen harus mengerti kebutuhan sesungguhnya dari konsumen. Produsen
harus bisa membedakan kebutuhan konsumen sesungguhnya dengan solusi
teknisnya.
Untuk megumpulkan data kualitatif bisa dilakukan dengan :
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir.Fajar Kurniawan, M.Si.
PENGENDALIAN KUALITAS 19
Modul Pengendalian Kualitas 12
Wawancara satu persatu
Contexual Inquiry
Wawancara focus grup
c). Analisa data pelanggan
Proses analisa data pelanggan ini akan menghasilkan diagram afinitas, dimana
langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
1. Identifikasi frase yang mewakili kebutuhan konsumen dengan menggunakan
pernyataan dari pengalaman konkrit. Pada proses pembuatan diagram
afinitas pernyataan konkrit ini dikembangkan menjadi atribut konsumen pada
tingkat yang lebih tinggi.
2. Mengurutkan frase-frase menjadi kebutuhan konsumen sesungguhnya (true
customer need) menggunakan voice of customer table. Selama proses ini
dikembangkan pertanyaanpertanyaan, hal-hal yang harus dipecahkan dan
ide-ide konsep produk.
3. Buat diagram Afinitas
Diagram afinitas merupakan alat yang digunakan untuk mengidentifikasi
informasi yang bersifat kualitatif dan terstruktur secara hierarkis (bottom up).
4. Pilih tingkatan untuk mewakili keinginan atau kebutuhan konsimen dalam
rumah kualitas. Dari langkah-langkah diatas dikenal adanya voice of
customer table dan affinity diagram. Adapun penjelasannya adalah sebagai
berikut :
Voice of customer table
Data dari hasil interview yang menghasilkan konsumen phrase masih harus
disaring karena konsumen yang diwawancarai seringkali minta solusi atau
memberikan solusi tanpa menyatakan kebutuhan sesuangguhnya. Voice of
customer table bagian pertama, digunakan untuk menangkap konteks dari
keinginan konsumen, sehingga area keinginan konsumen yang diidentifikasi
bisa luas dan dapat dimengerti secara sekilas. Dalam table ini ditanyakan
tentang :
a. Customer demographic : umur, pendapatan, alamat, lokasipemberian
data
b. Customer need : keinginan/kebutuhan yang dimunculkan dalam
afinity diagram
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir.Fajar Kurniawan, M.Si.
PENGENDALIAN KUALITAS 20
Modul Pengendalian Kualitas 12
c. Use : informasi yang menggambarkan apa yang konsumen lakukan
yang mempunyai implikasi pada desain produk
d. What / when / where / why / how : meliputi katagori-katagori dari
pertanyaan-pertanyaan umum yang membantu penanya dan
penganalisa data membongkar aspek-aspek suatu situasi sebanyak
mungkin
e. Internal / eksternal : mengidentifikasi apakah data yang dimunculkan
berasal dari internal perusahaan atau dari konsumen (eksternal), hal ini
terjadi jika pengembang memunculkan ide-ide baru dari apa yang
sudah didapatkan dari konsumen. Voice of customer table bagian
kedua, digunakan untuk mengurutkan data dalam cara yang berbeda
dimana customer phrase ditempatkan dalam satu list atau list lainnya
tergantung apakah phrase tersebut benar-benar diinginkan konsumen,
fungsi produk yang diminta, atau katagori lainnya yang mungkin
menarik bagi team. Tabel bagian kedua ini meliputi : keinginan
konsumen, fungsi, reliabilitas, nilai target dan SQC.
f. Afinity diagram
Dalam proses QFD, kebutuhan/keinginan konsumen diatur dalam
diagram afinitas. Diagram afinitas digunakan untuk mengumpulkan dan
mengorganisir fakta-fakta, opini dan ide-ide. Disamping itu juga
memacu kreativitas yang mendorong ekspresi batas dari fakta dan opini
serta kondisi perusahaan, mengelompokkan elemen-elemen informasi
tersebut sesuai dengan kesamaan dan pertaliannya. Konstruksi
diagram afinitas membutuhkan bentuk brainstorming dengan hasil
sebuah grafik. Langkah-langkah yang biasanya dilakukan dalam
pembuatan diagram afinitas adalah :
1. Memilih tema/tujuan yang mungkin ditekankan sebagai masalah
2. Mengumpulkan ide-ide (true customer needs) dan memasukkannya
kedalam kartu-kartu dan disosialisasikan kepada seluruh anggota tim.
3. Mengelompokkan kartu-kartu ke suatu kotak berdasarkan
kesesuaian ide. Pada langkah ini mungkin saja suatu ide tidak hanya
masuk kedalam suatu kotak, tetapi juga masuk ke kotak kotak lainnya
tergantung tingkat kesesuaian terhadap pengelompokkan ide.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir.Fajar Kurniawan, M.Si.
PENGENDALIAN KUALITAS 21
Modul Pengendalian Kualitas 12
4. Proses sorting, dimana melakukan sorting pada langkah ketiga
sehingga ide-ide benar-benar masuk pada kelompok yang sesuai
5. Membuat nama bagi pengelompokkan ide yang telah didapat yang
mewakili elemen-elemen pada suatu kelompok.
6. Melakukan leveling terhadap setiap kelompok sehingga diperoleh
level mulai dari yang tertinggi sampai yang terendah.
d). Kuantifikasi data
Setelah diagram afinitas terbentuk maka langkah selanjutnya mengkuantifikasi data.
Data yang dibutuhkan untuk proses QFD adalah:
- Kepentingan relatif dari kebutuhan-kebutuhan tersebut
- Tingkat performansi kepuasan konsumen untuk masing-masing
kebutuhan/keinginan
Secara umum dalam pengambilan data diperoleh dari hasil survey sehingga perlu
diperhatikan hal-hal berikut :
- pemilihan sample secara tepat dan ukurannya
- menjamin respon yang memadai
- menuliskan pertanyaan-pertanyaan survey untuk menghindari kekeliruan
- cara menganalisa hasil
Pengumpulan data kuantitatif ini merupakan tahap perencanaan matrik
perncanaan QFD karena disini akan dicari tahu bagaimana konsumen melakukan
prioritas. Dalam matrik perencanaan terdiri dari tipe data yang berbeda yang
masing-masing akan digambarkan secara berbeda. Tipe-tipe data tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut :
a. Kepentingan Konsumen
Kolom ini tempat merekam bagaimana tingkat kepentingan masing-masing
keinginan. Kolom ini diletakkan di sebelah data keinginan konsumen.
Ada 3 (tiga) tipe data kepentingan yang digunakan, yaitu :
1. Absolute Importance
Tingkat kepentingan dipilih dari seleksi skala kepentingan dimana skala yang
digunakan biasanya memakai skala likert.
2. Relative Importance
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir.Fajar Kurniawan, M.Si.
PENGENDALIAN KUALITAS 22
Modul Pengendalian Kualitas 12
Tingkat kepentingan ini merefleksikan bahwa suatu kebutuhan/keinginan seberapa
kali lebih penting dibandingkan dengan kebutuhan/keinginan lainnya. Nilai
kepentingan ini
biasanya memakai skala prosentase atau sering disebut skala ratio. Kelemahan
metode ini adalah kecenderungan terjadi inkonsistensi karena tidak mencegah
responden untuk menyatakan bahwa satu hal lebih penting dari hal yang lain.
3. Ordinal Importance
Tingkat kepentingan ini meminta responden untuk mengurutkan data, sehingga jika
dibandingkan dengan metode perbandingan berpasangan mempunyai kelebihan
dalam hal kekonsistensian dalam membuat keputusan, tetapi metode ini tidak
praktis.
b. Performansi Kepuasan Konsumen
Ini merupakan persepsi konsumen tentang seberapa baik produk yang ada saat ini
dalam memenuhi keinginan konsumen. Maksud dari produk yang ada saat ini adalah
produk/jasa yang telah dan sedang ditawarkan, analis harus mekualitasskan apakah
mungkin dengan produk/jasa yang kita rencanakan untuk dikembangkan.
Metode yang umum digunakan dalam menaksir nilai ini adalah dengan menanyakan
kepada konsumen seberapa baik konsumen merasakan produk/jasa dalam
memenuhi
kebutuhan/keinginan. Untuk produk yang belum pernah dilaunching hal ini tidak
dibahas lebih lanjut.
c. Performansi Kepuasan Pesaing
Supaya produk mempunyai daya saing tinggi, maka team harus mempelajari produk
saingan. Team QFD harus mempunyai data kekuatan dan kelemahan pesaing
dalam 2 (dua) level kepentingan yaitu : Customer need pada bagian competitive
satisfication performance dan respon teknis (SQC) pada saat benchmarking.
d. Sasaran yang ingin dicapai team
Pada kolom ini team mekualitasskan level dari customer performance yang ingin
dicapai guna memenuhi setiap kebutuhan konsumen. Goal ini biasanya dinyatakan
dari bentuk skala numeric yang sama dengan tingkat performansi.
e. Rasio Perbaikan
Goal dikombinasikan dengan rating produk yang sudah ada, dan nantinya digunakan
untuk menentukan rasio perbaikan. Rasio perbaikan = Goal Current satisfaction
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir.Fajar Kurniawan, M.Si.
PENGENDALIAN KUALITAS 23
Modul Pengendalian Kualitas 12
performance
f. Sales Point
Data ini berisi informasi tentang kemampuan dalam menjual produk/jasa
berdasarkan seberapa baik customer need dapat dipenuhi.
Nilai yang paling umum digunakan pada sales point adalah :
1 = tanpa titik penjualan
1,2 = titik penjualan menengah
1,5 = titik penjualan kuat
Pada awal sales point diisi team tidak mengatahui bagaiman memenuhi customer
need secara spesifik, tetapi setelah sasaran ditetapkan dalam kolom goal yang
membawa keuntungan kompetitif dan dihubungkan dengan sales point, maka
memungkinkan team untuk merealisasikan ustomer need.
g. Pembobotan
Kolom ini berisi nilai perhitungan dari data dan keputusan yang dibuat selama matrik
perencanaan, serta memodelkan kepentingan keseluruhan bagi team dari tiap
customer need berdasarkan kepentingan konsumen, rasio perbaikan dan sales
point. Nilai pembobotan untuk setiap customer need adalah :
(kepentingan konsumen) x (rasio perbaikan) x (sales point) h. Normalisasi
Pembobotan
Kolom ini berisi nilai pembobotan yang diskalakan pada range antara 0 sampai 1
atau dinyatakan dalam bentuk prosentase.
3. Tahap penyusunan home of quality
Menurut Cohen (1992) tahap-tahap dalam menyusun rumah kualitas adalah sebagai
berikut :
a. Tahap I Matrik Kebutuhan Pelanggan, tahap ini meliputi :
- Memutuskan siapa pelanggan
- Mengumpulkan data kualitatif berupa keinginan dan kebutuhan
konsumen
- Menyusun keinginan dan kebutuhan tersebut
- Pembuatan diagram afinitas
b. Tahap II Matrik Perencanaan
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir.Fajar Kurniawan, M.Si.
PENGENDALIAN KUALITAS 24
Modul Pengendalian Kualitas 12
Tahap ini bertujuan untuk :
- Mengukur kebutuhan-kebutuhan pelanggan
Disini kebutuhan-kebutuhan konsumen dipertimbangkan tingkat kepentingannya.
Dapat dilakukan dengan dengan debat dari team pelaksana atau dengan riset
preferensi pasar dengan melakukan survey. Dari survey ini konsumen diminta
mengurutkan dati keinginan konsumen yang diperoleh dari survey sebelumnya.
- Menetapkan tujuan-tujuan performansi kepuasan
Setelah performansi konsumen diketahui untuk masing-masing kebutuhannya, maka
perusahaan harus menentukan apa tingkat performansi konsumen yang ingin
dicapai untuk memenuhi masingmasing kebutuhan konsumen.
c. Tahap III Respon Teknis
Memunculkan karakteristik kualitas pengganti (substitute quality characteristic).
Tahap ini mempunyai transformasi dari kebutuhan . kebutuhan konsumen yang
bersifat non teknis menjadi data yang besifat teknis guna memenuhi kebutuhan-
kebutuhan tersebut. Hal ini biasanya dilakukan oleh bagian yang mengerti teknologi
produk,
misalnya bagian Produksi atau R&D.
d. Tahap IV Menentukan Hubungan Respon Teknis dengan Kebutuhan Konsumen
Tahap ini menentukan seberapa kuat hubungan antara respon teknis (tahap 3)
dengan kebutuhan-kebutuhan pelanggan (tahap 1). Hubungan antar keduanya
dapat berupa hubungan yang sangat kuat, sedang, tidak kuat atau tidak ada korelasi
antara keduanya. Hubungan sangat kuat berarti jika respon teknis perusahaan dapat
semakin baik berarti tingkat kepuasan konsumen akan meningkat pula.
e. Tahap V Korelasi Teknis
Tahap ini memetakan hubungan dan kepentingan antara karakterisitik kualitas
pengganti atau respon teknis. Sehingga dapat dilihat apabila suatu respon teknis
yang satu dipengaruhi atau mempengaruhi respon teknis lainnya dalam proses
produksi, dan dapat diusahakan agar tidak terjadi botlleneck.
f. Tahap IV Benchmarking dan Penetapan Target
Tidak ada organisasi manapun yang menginterpretasikan tanpa tahu tentang
persaingan yang ada untuk memastikan rancangan kompetitif sehingga pada tahap
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir.Fajar Kurniawan, M.Si.
PENGENDALIAN KUALITAS 25
Modul Pengendalian Kualitas 12
ini perusahaan perlu menentukan respon teknis mana yang ingin dikonsentrasikan
dan bagaimana jika dibandingkan oleh produk sejenis
4. Tahap analisa dan interpretasi
Tahap analisa dan interpretasi merupakan tahap teknis dan implementasi quality
funtion deployment. Disini dilakukan analisis dan interpretasi terhadap rumah
kualitas yang sudah disusun pada tahap sebelumnya. Dan bila dilanjutkan pada
pembuatan suatu produk/jasa, maka akan dapat dihasilkan produk/jasa yang
mempunyai karakteristik
yang kuat dalam memenuhi keinginan konsumen. Syarat-syarat yang disediakan
oleh
Penyedia / Produsen ( respon teknis ) Hubungan diantara syarat-syarat yang
disediakan
Prioritas keinginan konsumen Pilihan konsumen Prioritas teknis yang disediakan dan
Kinerja Hubungan antara yang disyaratkan konsumen dengan yang disediakan oleh
Produsen ( What’s and How’s )
Daftar pustaka
3.1.1.1 References
Akao, Y., ed. (1990). Quality Function Deployment, Productivity Press,
Cambridge MA.
Clausing, D. and S. Pugh (1991). "Enhanced Quality Function Deployment",
Design and Productivity International Conference, Honolulu HI, 6-8 Feb.
Day, R. G. (1993). Quality Function Deployment: Linking a Company with Its
Customers, ASQC Quality Press, Milwaukee WI.
Dean, E. B. (1992). Quality Function Deployment for Large Systems",
Proceedings of the 1992 International Engineering Management Conference,
Eatontown, NJ, 25-28 October.
Hauser, J. R. and D. Clausing (1988). "The House of Quality," The Harvard
Business Review, May-June, No. 3, pp. 63-73.
King, B. (1989). Better Designs in Half the Time: Implementing Quality
Function Deployment in America, GOAL/QPC, Methuen MA.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir.Fajar Kurniawan, M.Si.
PENGENDALIAN KUALITAS 26
Modul Pengendalian Kualitas 12
Mizuno, S. and Y. Akao, ed. (1994). QFD: The Customer-Driven Approach to
Quality Planning and Development, Asian Productivity Organization, Tokyo,
Japan, available from Quality Resources, One Water Street, White Plains
NY.
Reed, B. R. and D. A. Jacobs (1993). Quality Function Deployment for Large
Space Systems: Guidelines for Implementation of Quality Function
Deployment (QFD) in Large Space Systems, Prepared for NASA by Old
Dominion University, Contract No. NAS1-19859, Task 28.
Struebing, L. (1996). "Quality Progress' 13th Annual QA/QC Software
Directory," Quality Progress, April, pp. 31-59.
Sullivan, L. P. (1986). "Quality Function Deployment," Quality Progress,
June.
KEPUSTAKAAN
1. Allen, Louis A. Profesi Manajemen. Jakarta : penerbit Erlangga, 1990
(terjemahan “The Management Professsion” oleh Prof. Dr. DP Tampubolon).
2. Aquayo, Rafael. DR Deming : “The American Who Taught The Japanese About
Quality”. New York : A Fireside Book, 1991.
3. Barkley, Bruce T & Sailor, James H. Customer Driver Project Management : “A
New Paradigm in Total Quality Binaman Pressindo, The 21st Century
Organization, Reinventing Through Reengineering “ oleh Irma Andriani
Rachmayanti) Implementation. New York : Mc Graw Hill, Inc., 1994.
4. Bennis, Warren & Mishe, Michael. Organisasi Abad 21 : Reinventing Melalui
Reengineering, Jakarta : PT. Pustaka
5. Bergquist, William H. Quality Through Access, Access With Quality : The New
Imperative For Higher Education, San Francisco : Jessey-Bass Publishers, 1995
6. Bone, D & Griggs,R. Quality at Work. Landon : Kogan Pase, 1989
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir.Fajar Kurniawan, M.Si.
PENGENDALIAN KUALITAS 27
Modul Pengendalian Kualitas 12
7. Brown, Mark Graham etal. Why TQM Faids and What To Do About It. New York :
Irwin Professional Publishing, 1994
8. Chatab, Nerzond. Panduan Penerapan dan Sertifikasi Sistem manajemen Mutu:
ISO 9000. Jakarta : Elese Media Komputindo, 1996
9. Cohen, Lou. Quality Function Deployment : How To make QFD Work For You.
New York : Addison-Wesley Publishing Company, 1995
10. Cohen, Louis & Manion, Lawrence. A Guide to Teaching Practice. New York :
Methuen,1977
11. Cornesky, Robert. The Quality Professor : Implementing TQM In The
Classroom, Madison : Magna Publications, Inc, 1993
12. Crosby, Philip B. Quality Is free : The Art Of Making Quality Certain. New York :
Mc Graw hill Book Company, 1978.
13. -------------- Quality Without Tears : The art of Hassle-Free management. New
york : Mc Graw hill Book Company, 1984
14. Creech, Bill. Lima Pilar manajemen Mutu terpadu : Cara Membuat Total Quality
management Bekerja Bagi Anda. Jakarta : Binapura Aksara, 1996. (Terjemahan
“The Five Pillars of TQM” oleh Drs. Alexander Sindoro).
15. Drummond, Helga. The Quality Movement : What Total Quality Management is
Really All About. New Jersey : Nichols Publishing, 1993
16. Freeman, Richard : Quality Assurance in Trainning and Education : How to Apply
BS 5750 (ISO 9000) Standards. London : Kogan Pase, 1994
17. Gitlow, Howard S & Gitlow, Shelly J. Total Quality Management in Action :
Deming’S Philosophy and japanese management Systems. Englewood Cliffs,
New Jersey : PTR Practice Hall, 1994
18. Henderson, Stella V. Introduction To Philosophy of Education Chicago : The
University of Chicago Press, 1947.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir.Fajar Kurniawan, M.Si.
PENGENDALIAN KUALITAS 28
Modul Pengendalian Kualitas 12
19. Ishikawa, Kaoru. Pengendalian Mutu Terpadu. Bandung : Penerbit PT Remaja
Rosdakarya, 1992. (Terjemahan “What is Total Quality Control ?” Oleh Ir. H.W.
Budi Santoso).
20. Juran, J.M. Juran On Quality by Design : The New Steps For Planning Quality
into Goods and Services. New York : The Free Press, 1992.
21. -------------- Merancang Mutu : Ancangan Baru Mewujudkan Mutu ke Dalam
Barang dan Jasa, Buku 1. (Terjemahan “Juran on Quality by Design”. Oleh
bambang Hartono SKM, MSc, diterbitkan oleh PT Pustaka Binaman Pressindo,
Jakarta, 1995)
22. -------------- Merancang Mutu : Ancangan Baru Mewujudkan Mutu ke Dalam
barang dan jasa, Buku 2. (Terjemahan “Juran on Quality by Design”. Oleh
bambang Hartono SKM, MSc, diterbitkan oleh PT Pustaka Binaman Pressindo,
Jakarta, 1996)
23. Jedamus, Paul et alImproving Academic Management. Washington : Jassey-
Bass Publishers, 1981.
24. Kassen, Stan. Aspek Manusiawi Dalam Organisasi. Jakarta : Penerbit Erlangga,
1986. (Terjemahan “The Human Side Of Organizations” Oleh Bakri Siregar).
25. Munro, Lesley-faure et al Implementing Total Quality management, London :
Longman Group Ltd, 1992
26. Pattan, Patricia. Kecerdasan Emosional : Pelayanan sepenuh hati. (Terjemahan
dari “ Emotional Intelligence : Service With A Heart” Oleh Lembaga Penterjemah
Hermes, Malang. Diterbitkan Oleh Pustaka Delapratasa, Jakarta, 1998)
27. -------------- Kecerdasan Emosional : Membangun Hubungan. Terjemahan dari
“Emotional Intelligence in Building Relationships” oleh Lembaga Penterjemah
Hermes, Malang. Diterbitkan Oleh Pustaka Delapratasa, Jakarta, 1998)
28. Rinehart, Gray. Quality Education. Milkwankee : ASQC Quality Press, 1993
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir.Fajar Kurniawan, M.Si.
PENGENDALIAN KUALITAS 29
Modul Pengendalian Kualitas 12
29. Robberts, Harry V & Sergesketter, Bernard F. Quality is Personal : A Foundation
for Total Quality management. New York : The Free Press, 1993.
30. Rothery, Brian. Analisis ISO 9000, Jakarta : PT. Binaman Pressindo, 1993
(Terjemahan “ISO 9000” Oleh Ir. Nunuk Adiarni)
31. Schuler, Rendalls & Harris, Dewl. Managing Quality : The Primer for Middle
Managers. New York : Addison-Wesley Publishing Company, Inc, 1992.
32. Seymour, Daniel ed. Total Quality management On Campus : Is It Worth Doing ?
san Francisco : Jossey Bass Publishers, 1994
33. Shapiro, Lawrence. Mengajarkan Emotional Intelligence Pada Anak. Terjemahan
“How To raise A Child With A high EQ”, Oleh Alex Trikantjono, diterbitkan oleh
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1997.
34. Tenner, Arthur R & DeToro, Irving J. Total Quality Management. New York :
Addison-Wesley Pubblishing Company, 1992.
35. Ten Brink, Terry D. Evaluuation : A Practical Guide for Teachers. New York : Mc
Graw Hill Book Company, 1974
36. Tjiptono, fandy & Diana, Anastasia Total Quality Management. Yogyakarta :
Penerbit Andi, 1996
37. Wesner, John W. et al . Winning With Quality : Applying Quality Principles in
Product Development. New York : Addison-Wesley Publishing Company, 1995
38. Walker, Jenny et al. Menulis Manual Manajemen Mutu : Disain ISO 9000.
Jakarta : PT Pustaka Binaman Pressindo, 1994 (Terjemahan “The Quality
Management Manual : How To Write and Develop A Successful manual for
Quality management Systems” oleh Djarot Suseno)
39. Yun, Chang Zeph et al. Kualitas Global : Perwujudan Manajemen Kualitas Total
(TQM) di Singapore Airlines (SIA). Jakarta : Pustaka Delapratasa, 1998.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir.Fajar Kurniawan, M.Si.
PENGENDALIAN KUALITAS 30
Modul Pengendalian Kualitas 12
(Terjemahan “The Quest for Global Quality : A Manifestation of Total Quality
management by Singapore Airlines“ oleh Dian Paramesti Bahar).
KEPUSTAKAAN
1. Allen, Louis A. Profesi Manajemen. Jakarta : penerbit Erlangga, 1990
(terjemahan “The Management Professsion” oleh Prof. Dr. DP Tampubolon).
2. Aquayo, Rafael. DR Deming : “The American Who Taught The Japanese About
Quality”. New York : A Fireside Book, 1991.
3. Barkley, Bruce T & Sailor, James H. Customer Driver Project Management : “A
New Paradigm in Total Quality Implementation. New York : Mc Graw Hill, Inc.,
1994.
4. Bennis, Warren & Mishe, Michael. Organisasi Abad 21 : Reinventing Melalui
Reengineering, Jakarta : PT. Pustaka Binaman Pressindo, The 21st Century
Organization, Reinventing Through Reengineering “ oleh Irma Andriani
Rachmayanti)
5. Bergquist, William H. Quality Through Access, Access With Quality : The New
Imperative For Higher Education, San Francisco : Jessey-Bass Publishers, 1995
6. Bone, D & Griggs,R. Quality at Work. Landon : Kogan Pase, 1989
7. Brown, Mark Graham etal. Why TQM Faids and What To Do About It. New York :
Irwin Professional Publishing, 1994
8. Chatab, Nerzond. Panduan Penerapan dan Sertifikasi Sistem manajemen Mutu:
ISO 9000. Jakarta : Elese Media Komputindo, 1996
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir.Fajar Kurniawan, M.Si.
PENGENDALIAN KUALITAS 31
Modul Pengendalian Kualitas 12
9. Cohen, Lou. Quality Function Deployment : How To make QFD Work For You.
New York : Addison-Wesley Publishing Company, 1995
10. Cohen, Louis & Manion, Lawrence. A Guide to Teaching Practice. New York :
Methuen,1977
11. Cornesky, Robert. The Quality Professor : Implementing TQM In The
Classroom, Madison : Magna Publications, Inc, 1993
12. Crosby, Philip B. Quality Is free : The Art Of Making Quality Certain. New York :
Mc Graw hill Book Company, 1978.
13. -------------- Quality Without Tears : The art of Hassle-Free management. New
york : Mc Graw hill Book Company, 1984
14. Creech, Bill. Lima Pilar manajemen Mutu terpadu : Cara Membuat Total Quality
management Bekerja Bagi Anda. Jakarta : Binapura Aksara, 1996. (Terjemahan
“The Five Pillars of TQM” oleh Drs. Alexander Sindoro).
15. Drummond, Helga. The Quality Movement : What Total Quality Management is
Really All About. New Jersey : Nichols Publishing, 1993
16. Freeman, Richard : Quality Assurance in Trainning and Education : How to Apply
BS 5750 (ISO 9000) Standards. London : Kogan Pase, 1994
17. Gitlow, Howard S & Gitlow, Shelly J. Total Quality Management in Action :
Deming’S Philosophy and japanese management Systems. Englewood Cliffs,
New Jersey : PTR Practice Hall, 1994
18. Henderson, Stella V. Introduction To Philosophy of Education Chicago : The
University of Chicago Press, 1947.
19. Ishikawa, Kaoru. Pengendalian Mutu Terpadu. Bandung : Penerbit PT Remaja
Rosdakarya, 1992. (Terjemahan “What is Total Quality Control ?” Oleh Ir. H.W.
Budi Santoso).
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir.Fajar Kurniawan, M.Si.
PENGENDALIAN KUALITAS 32
Modul Pengendalian Kualitas 12
20. Juran, J.M. Juran On Quality by Design : The New Steps For Planning Quality
into Goods and Services. New York : The Free Press, 1992.
21. -------------- Merancang Mutu : Ancangan Baru Mewujudkan Mutu ke Dalam
Barang dan Jasa, Buku 1. (Terjemahan “Juran on Quality by Design”. Oleh
bambang Hartono SKM, MSc, diterbitkan oleh PT Pustaka Binaman Pressindo,
Jakarta, 1995)
22. -------------- Merancang Mutu : Ancangan Baru Mewujudkan Mutu ke Dalam
barang dan jasa, Buku 2. (Terjemahan “Juran on Quality by Design”. Oleh
bambang Hartono SKM, MSc, diterbitkan oleh PT Pustaka Binaman Pressindo,
Jakarta, 1996)
23. Jedamus, Paul et alImproving Academic Management. Washington : Jassey-
Bass Publishers, 1981.
24. Kassen, Stan. Aspek Manusiawi Dalam Organisasi. Jakarta : Penerbit Erlangga,
1986. (Terjemahan “The Human Side Of Organizations” Oleh Bakri Siregar).
25. Munro, Lesley-faure et al Implementing Total Quality management, London :
Longman Group Ltd, 1992
26. Pattan, Patricia. Kecerdasan Emosional : Pelayanan sepenuh hati. (Terjemahan
dari “ Emotional Intelligence : Service With A Heart” Oleh Lembaga Penterjemah
Hermes, Malang. Diterbitkan Oleh Pustaka Delapratasa, Jakarta, 1998)
27. -------------- Kecerdasan Emosional : Membangun Hubungan. Terjemahan dari
“Emotional Intelligence in Building Relationships” oleh Lembaga Penterjemah
Hermes, Malang. Diterbitkan Oleh Pustaka Delapratasa, Jakarta, 1998)
28. Rinehart, Gray. Quality Education. Milkwankee : ASQC Quality Press, 1993
29. Robberts, Harry V & Sergesketter, Bernard F. Quality is Personal : A Foundation
for Total Quality management. New York : The Free Press, 1993.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir.Fajar Kurniawan, M.Si.
PENGENDALIAN KUALITAS 33
Modul Pengendalian Kualitas 12
30. Rothery, Brian. Analisis ISO 9000, Jakarta : PT. Binaman Pressindo, 1993
(Terjemahan “ISO 9000” Oleh Ir. Nunuk Adiarni)
31. Schuler, Rendalls & Harris, Dewl. Managing Quality : The Primer for Middle
Managers. New York : Addison-Wesley Publishing Company, Inc, 1992.
32. Seymour, Daniel ed. Total Quality management On Campus : Is It Worth Doing ?
san Francisco : Jossey Bass Publishers, 1994
33. Shapiro, Lawrence. Mengajarkan Emotional Intelligence Pada Anak. Terjemahan
“How To raise A Child With A high EQ”, Oleh Alex Trikantjono, diterbitkan oleh
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1997.
34. Tenner, Arthur R & DeToro, Irving J. Total Quality Management. New York :
Addison-Wesley Pubblishing Company, 1992.
35. Ten Brink, Terry D. Evaluuation : A Practical Guide for Teachers. New York : Mc
Graw Hill Book Company, 1974
36. Tjiptono, fandy & Diana, Anastasia Total Quality Management. Yogyakarta :
Penerbit Andi, 1996
37. Wesner, John W. et al . Winning With Quality : Applying Quality Principles in
Product Development. New York : Addison-Wesley Publishing Company, 1995
38. Walker, Jenny et al. Menulis Manual Manajemen Mutu : Disain ISO 9000.
Jakarta : PT Pustaka Binaman Pressindo, 1994 (Terjemahan “The Quality
Management Manual : How To Write and Develop A Successful manual for
Quality management Systems” oleh Djarot Suseno)
39. Yun, Chang Zeph et al. Kualitas Global : Perwujudan Manajemen Kualitas Total
(TQM) di Singapore Airlines (SIA). Jakarta : Pustaka Delapratasa, 1998.
(Terjemahan “The Quest for Global Quality : A Manifestation of Total Quality
management by Singapore Airlines“ oleh Dian Paramesti Bahar).
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir.Fajar Kurniawan, M.Si.
PENGENDALIAN KUALITAS 34