“PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” -...

100
i “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” (Studi Putusan Nomor. 3144/Pdt. G/2016/PA. Cbn dan Putusan Nomor. 002/Pdt.G/2009/PA.GM) Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (S.H) Oleh : Zara Putri Aulia NIM. 1113043000060 PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439/2017

Transcript of “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” -...

Page 1: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

i

“PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD”

(Studi Putusan Nomor. 3144/Pdt. G/2016/PA. Cbn dan Putusan

Nomor. 002/Pdt.G/2009/PA.GM)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum Islam (S.H)

Oleh :

Zara Putri Aulia

NIM. 1113043000060

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439/2017

Page 2: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

ii

Page 3: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah
Page 4: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) di Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan kebutuhan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukanlah hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 11 Desember 2017

Zara Putri Aulia

NIM: 1113043000060

Page 5: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

v

ABSTRAK

ZARA PUTRI AULIA. NIM 1113043000060. PUTUSAN TENTANG SUAMI

MAFQUD (STUDI PUTUSAN NOMOR 3244/PDT.G/2016/PA.CBN DAN

PUTUSAN NOMOR.02/PDT.G/2009/PA.GM). Program Studi Perbandingan

Madzhab, Konsentrasi Perbandingan Madzhab Fiqih, Fakultas Syariah dan Hukum,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439 H/2017 M.

Skripsi ini bertujuan untuk menjelaskan mengenai dalil dan pertimbangan

hukum yang digunakan oleh Hakim Pengadilan Agama Cibinong dan Hakim

Pengadilan Agama Giri Menang dalam memutuskan perkara terkait suami mafqud.

Bagaimana pandangan Hukum Islam dan Hukum Positif terkait dalil dan

pertimbangan hukum yang digunakan oleh Hakim dalam memutuskan perkara suami

mafqud. Apakah talak satu ba’in sughro atau fasakh yang seharusna dijatuhkan dalam

perkara tersebut.

Penelitian ini merupakan penggabungan dari penelitian normatif dan

penelitian empiris. Penelitian normatif dilakukan dengan cara mempelajari data

sekunder berupa buku-buku dan perundang-undangan yang terkait dengan masalah

yang dibahas, sedangkan penelitian empiris dilakukan dengan menganalisa penetapan

Pengadilan Agama Cibinong dan Pengadilan Agama Giri Menang. Metode

pengumpulan data yang digunakan yaitu studi pustaka (library research). Studi

pustaka dalam penelitian ini dilakukan guna mengeksplorasi teori-teori tentang

konsep dan pemahaman yang terkait dengan tema penelitian penulis yaitu putusan

tentang suami mafqud (Studi Putusan Nomor 3144/Pdt.G/2016/PA.Cbn dan Putusan

Nomor.02/Pdt.G/2009/PA.GM)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertimbangan Hakim Pengadilan Agama

Cibinong dalam menjatuhkan talak satu bain sughro terkait perkara suami mafqud

ialah perimbangan karena akan menimbulkan kemudharatan jika perkawinan tersebut

tetap dilanjutkan, seperti kaidah fiqhiyah digunakan oleh Majlis Hakim yang artinya

“menolak kemudharatan harus didahulukan daripada menairk kemanfaatan.

Sedangkan Hakim Pengadilan Agama Giri Menang memfasakh terkait perkara suami

mafqud dengan dalil yang digunakan majlis hakim yaitu Pasal 80 angka 2 dan angka

4 huruf (a), serta pasal 116 huruf b Kompilsai Hukum Islam.

Kata kunci : Suami Mafqud, Pertimbangan Hakim, Hukum Islam dan

Hukum Positif

Pembimbing : 1. Dr. H. Ahmad Mukri Aji, MA

2. Ahmad Bisri Abd. Shamad, MA

Daftar Pustaka : 595 s.d. 2016

Page 6: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb

Segala puji bagi Allah SWT, Maha Pencipta dan Maha Kuasa alam semesta

yang telah melimpahkan taufiq dan hidayah-Nya kepada penulis terutama dalam

rangka penyelesaian skripsi ini. Shalawat serta salam penulis menyanjungkan

kepada Baginda Alam yakni junjungan kita Nabi Muhammad SAW dan

keluarga, serta para Sahabat yang telah banyak berkorban dan menyebarkan

dakwah Islam.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak sedikit

hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi, namun pada akhirnya selalu ada

jalan kemudahan, tentunya tidak terlepas dari beberapa individu yang sepanjang

penulisan skripsi ini banyak membantu dan memberikan bimbingan dan

masukan yang berharga kepada penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.

Dengan demikian dengan kesempatan yang berharga ini penulis

mengungkapkan rasa hormat serta ucapan terimakasih dan penghargaan yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. H. Dede Rosyada selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Dr. Asep Saepudin Jahar selaku Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah

3. Dr. Fahmi Muhammad Ahmadi, M.Si selaku Ketua Program Studi

Perbandingan Mazhab dan Hj. Siti Hana, LC, MA selaku Sekretaris

Program Studi Perbandingan Mazhab

4. Dr. KH. Ahmad Mukri Aji, MA dan H. Ahmad Bisyri Abd Shamad

keduanya merupakan pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk

memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis untuk dapat

menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya

Page 7: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

vii

5. Staf Lembaga Pengadilan Agama Cibinong yang telah memberikan penulis

izin dan membantu meluangkan waktunya untuk melaksanakan observasi

dan wawancara selama penulis mengadakan penelitian

6. Kedua Narasumber penulis Prof. Dr. Khuzaimah Tanggo, MA dan Dra. Hj.

Tati Sunaengsih, S.H,M.H yang telah meluangkan waktunya untuk

wawancara dalam penelitian skripsi ini

7. Seluruh staf pengajar/Para Dosen Prodi Perbandingan Mazhab yang

namanya tidak dapat saya sebutkan satu persatu namun tidak mengurangi

rasa takdzim saya, yang telah banyak memberikan ilmunya tanpa kenal

lelah sepanjang penulis ada disini. Selain itu, para pimpinan dan staf

Perpustakaan Fakultas Syari’ah dan Hukum juga Perpustakaan Utama yang

telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi perpustakaan guna

menyelesaikan skripsi ini

8. Teristimewa untuk kedua orangtua penulis Ayahanda Nuril Hudaya dan

Ibunda Irma Nurochmah, yang telah merawat dan mendidik dengan baik

sampai saat ini. Dengan kasih sayangnya yang abadi, dengan do’anya

yang tiada henti, dengan kesabarannya yang tak terdantingi dan selalu

memberikan penulis support baik segi moril maupun materil. Terimakasih

atas segala didikannya, doanya, kesabarannya, jerih payahnya, serta nasihat

yang selalu mengalir tiada henti tanpa pernah jemu hingga ananda dapat

menyelesaikan studi. Sungguh jasa kalian tiada tara dan tak akan pernah

bisa terbalas seperti apa yang telah kalian berikan. Juga untuk kedua adiku

Muthia Nurma Tsani dan Adinda Zathia Khafshah yang telah mewarnai

lika-liku pembuatan skripsi ini. Semoga kalian juga dimudahkan dalam

menuntut ilmunya dan menjadi kebanggan orang tua. Aamiin

9. Pimpinan Umum SDIT Daarul Fataa Drs. KH. Shaleh Ramli beserta staf

dewan guru yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu namun

tidak mengurangi rasaa ta’dzim penulis. Terimakasih atas ilmu yang telah

diberikan tanpa mengenal kata lelah selama 6 tahun.

Page 8: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

viii

10. Pimpinan Umum Pondok Pesantren Al-Awwabin Abuya KH. Abdurrahman

Nawi juga Pembina asrma Putri Al-Awwabin Ustz. Hj. Diana Rahman

beserta para Asatidz dan Asatidzah yang telah mendidik penulis selama 6

Tahun, yang juga dari sinilah penulis memutuskan untuk mengambil

jurusan Perbandingan Mazhab Fiqih, semoga Buya dan Umah sehat selalu,

panjang umur dan semoga ilmu yang telah diberikan kepada seluruh santri

akan bermanfaat dan juga semoga suatu saat penulis bisa mengharumkan

nama baik almamater tercinta Al-Awwabin

11. Teman-teman seperjuangan Prodi Perbandingan Mazhab angkatan 2013,

Terkhusus sahabat-sahabatku Ladies PMH 2013. Terimakasih sudah

memberikan arti dari sebuah persahabatan tanpa melihat harta, tahta, dan

lainnya, selama 4 tahun kita bersama dan mempunyai harapan untuk bisa

wisuda bersama. Terimakasih kalian yang telah memberikan kritik dan

saranya dalam pembuatan skripsi ini, semoga persahabatan kita tidak akan

pernah pudar walau terpisahkan oleh jarak dan waktu

12. Sahabat-sahabatku Dede Shofiyatul Munawwaroh, Nurul Mahmudah, Nur

Qonita Aulia, Halimah, Dwi Sulis Diana dan Shafwatun Nida, walau raga

kita jauh, do’a dan support kalian selalu ada sampai detik ini. Terimakasih

telah menjadi pendengar yang baik untuk penulis ketika mencurahkan

keluh kesah penulisan skripsi ini juga terimakasih untuk tetap menjadi

sahabat yang baik sampai detik ini.

Kepada semua pihak yang telah banyak memotivasi dan memberi

inspirasi kepada penulis untuk mencapai suatu cita-cita, dan yang telah

membantu baik secara langsung maupun tidak langsung moril maupun

materil. Hanya ucapan terimakasih yang dapat penulis haturkan semoga

segala bantuan tersebut akan dibalas oleh Allah SWT dengan balasan yang

berlipat ganda. Aamiin.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari kesalahan dan

kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun perlu

Page 9: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

ix

kiranya diberikan demi kebaikan dan penyempurnaan skripsi ini. Maka

akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

khususnya, dan pembaca pada umumnya.

Aamiin ya Rabbal ‘Alamiin.

Jakarta, Desember 2017M

Robi’ul Awwal 1439H

Penulis

Page 10: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................... iii

ABSTRAK ................................................................................................. iv

KATA PENGANTAR ............................................................................... v

DAFTAR ISI .............................................................................................. ix

PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ........................................................... 4

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah................................ 4

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................... 5

E. Review Kajian Terdahulu ................................................. 5

F. Signifikasi Masalah ............................................................ 7

G. Metode Penelitian............................................................... 8

H. Sistematika Penulisan ........................................................ 10

BAB II MAFQUD DALAM KONSEP HUKUM ISLAM DAN HUKUM

POSITIF .................................................................................. 12

A. Pengertian tentang Suami Mafqud ..................................... 12

B. Pandangan Hukum Islam tentang Suami Mafqud .............. 14

C. Pandangan Hukum Positif tentang Suami Mafqud ............ 21

a. Menurut Undang-Undang ............................................ 21

Page 11: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

xi

b. Menurut Kompilasi Hukum Islam ............................... 24

D. Status Perkawinan Ketika Suami Mafqud ......................... 25

BAB III ANALISIS PUTUSAN HAKIM TENTANG CERAI GUGAT

KARENA SUAMI MAFQUD DI PENGADILAN AGAMA

CIBINONG DAN GIRI MENANG ......................................... 30

A. Perkara No. 3144/Pdt.G/2016/PA.Cbn............................... 30

B. Perkara No. 002/Pdt.G/2009/PA.GM ................................. 40

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN FIQH MUNAKAHAT DAN

UNDANG-UNDANG TENTANG CERAI GUGAT KARENA

SUAMI MAFQUD....................................................................... 55

A. Putusan Suami Mafqud (Talak Satu Ba’in Sughra) .......... 55

B. Putusan Suami Mafqud (Fasakh) ....................................... 59

BAB V PENUTUP ............................................................................. 68

A. Kesimpulan ....................................................................... 68

B. Saran .................................................................................. 70

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 73

LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................ 77

A. Surat Permohonan Data/Wawancara

B. Hasil Wawancara

1. Pengadilan Agama Cibinong

2. Guru Besar Perbandingan Mazhab UIN Jakarta

C. Surat Keterangan Wawancara

1. Pengadilan Agama

2. Guru Besar Perbandingan Mazhab UIN Jakarta

Page 12: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

xii

D. Contoh Putusan

1. Putusan No. 3144/Pdt.G/2016/PA.Cbn

2. Putusan No. 002/Pdt.G/2009/PA.GM

Page 13: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

xiii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari tulisan

asing (terutama Arab) ke dalam tulisan Latin. Pedoman ini diperlukan

terutama bagi mereka yang dalam teks karya tulisnya ingin menggunakan

beberapa istilah Arab yang belum dapat diakui sebagai kata bahasa Indonesia

atau lingkup masih penggunaannya terbatas.

a. Padanan Aksara

Berikut ini adalah daftar akasara Arab dan padanannya dalam

aksara Latin:

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

ا Tidak dilambangkan

بb Be

تt Te

ثts te dan es

جj Je

حh ha dengan garis bawah

خkh ka dan ha

دd De

ذdz de dan zet

رr Er

زz Zet

Page 14: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

xiv

سs Es

شsy es dan ye

صs es dengan garis bawah

ضd de dengan garis bawah

طt te dengan garis bawah

ظz zet dengan garis bawah

ع

koma terbalik di atas hadap

kanan

غgh ge dan ha

فf Ef

قq Qo

كk Ka

لl El

مm Em

نn En

وw We

هh Ha

ء Apostrop

يy Ya

Page 15: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

xv

b. Vokal

Dalam bahasa Arab, vokal sama seperti dalam bahasa Indonesia,

memiliki vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

Untuk vokal tunggal atau monoftong, ketentuan alih aksaranya sebagai

berikut:

Tanda Vokal

Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

a Fathah ــــــــــ

i Kasrah ــــــــــ

u Dammah ــــــــــ

Sementara itu, untuk vokal rangkap atau diftong, ketentuan alih

aksaranya sebagai berikut:

Tanda Vokal

Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ي___ ai a dan i

و___ au a dan u

c. Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa

Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal

Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

â a dengan topi diatas ـــــا

î i dengan topi atas ـــــى

û u dengan topi diatas ـــــو

Page 16: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

xvi

d. Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan

huruf alif dan lam( ال ), dialihaksarakan menjadi huruf “l” (el), baik diikuti

huruf syamsiyyahatau huruf qamariyyah. Misalnya:

اإلجثهاد = al-ijtihâd

الرخصة = al-rukhsah, bukan ar-rukhsah

e. Tasydîd (Syaddah)

Dalam alih aksara, syaddah atau tasydîd dilambangkan dengan

huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah.

Tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu

terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah.

Misalnya:

al-syuî ‘ah, tidak ditulis asy-syuf ‘ah = الشفعة

f. Ta Marbûtah

Jika ta marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri (lihat

contoh 1) atau diikuti oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2), maka huruf ta

marbûtah tersebut dialihaksarakan menjadi huruf “h” (ha). Jika huruf ta

marbûtah tersebut diikuti dengan kata benda (ism), maka huruf tersebut

dialihasarakan menjadi huruf “t” (te) (lihat contoh 3).

No Kata Arab Alih Aksara

syarî ‘ah شزيعة 1

al- syarî ‘ah al-islâmiyyah الشزيعة اإلسالمية 2

Muqâranat al-madzâhib مقارنة المذاهب 3

g. Huruf Kapital

Page 17: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

xvii

Walau dalam tulisan Arab tidak dikenal adanya huruf kapital,

namun dalam transliterasi, huruf kapital ini tetap digunakan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Perlu

diperhatikan bahwa jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka

huruf yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri

tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Misalnya, البخاري = al-

Bukhâri, tidak ditulis al-Bukhâri.

Beberapa ketentuan lain dalam EYD juga dapat diterapkan dalam

alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring atau cetak

tebal. Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama yang berasal

dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meski akar

kara nama tersebut berasal dari bahasa Arab. Misalnya: Nuruddin al-

Raniri, tidak ditulis Nûr al-Dîn al-Rânîrî.

h. Cara Penulisan Kata

Setiap kata, baik kata kerja (fi’l), kata benda (ism) atau huruf

(harf), ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara

dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan di atas:

No Kata Arab Alih Aksara

al-darûrah tubîhu al-mahzûrât الضرورة تبيح احملظورات 1

al-iqtisâd al-islâmî اإلقتصاد اإلسالمي 2

usûl al-fiqh أصول الفقه 3

al-‘asl fi al-asyyâ’ al-ibâhah األصل يف األشياء اإلباحة 4

al-maslahah al-mursalah املصلحة املرسلة 5

Page 18: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkawinan menurut Undang Undang Nomor 1 Tahun 1974 ialah

ikatan lahir batin antara seorang pria denga seorang wanita sebagai suami

isteri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal

berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Pencantuman berdasarkan

Ketuhanan Yang Maha Esa adalah karena Negara Indonesia berdasarkan

kepada Pancasila yang sila pertamanya adalah Ketuhanan Yang Maha Esa.

Sampai disini tegas dinyatakan bahwa perkawinan mempunyai hubungan

yang erat sekali dengan agama dan kerohanian sehingga perkawinan bukan

hanya mempunyai unsur lahir atau jasmani saja tetapi mempunyai unsur

bathin dan rohani.1

Perkawinan dalam istilah Arab diartikan dengan Al-Nikah yang

bermakna Al-Wath’ dan al-dammu wa al- taddakhul yang diartikan dengan

makna berkumpul dan akad. Wahbah al-Zuhaily mengartikan perkawinan

dengan akad yang membolehkan terjadinya al-Istimta‟ (persetubuhan) atau

melakukan Wath’ dan berkumpul selama wanita tersebut bukan wanita

yang diharamkan baik dengan sebab keturunan atau sepersusuan.2

Perkawinan menurut Kompilasi Hukum Islam Pasal 2 adalah akad yang

sangat kuat (mitsaqan ghalidzan) untuk menaati perintah Allah, dan

melaksanakannya merupakan ibadah.3

Dari pengertian pernikahan tersebut dapat dipahami bahwa baik

Undang Undang maupun Hukum Islam sama-sama mengartikan bahwa

1 M. Idris Mulyono, Tinjauan Beberapa Pasal UU No. 1/1974 Dari Segi Hukum

Perkawinan Islam, IND-HILL-CO, Jakarta 1990, h. 114 2Wahbah Az-Zuhaily,Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, Dar al-Fikr, Damasyiq 1989,

h. 29 3Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, Akademika Pressindo, Jakarta

1995, h. 114

Page 19: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

2

landasan sebuah Perkawinan itu bertujuan untuk membentuk rumah tangga

yang kekal sakinah mawwadah wa rahmah. Dalam sebuah keluarga suami

istri harus saling berbagi baik suka ataupun duka, saling memberi dan

menerima, saling mengasihi dan saling mencintai, karena pada dasarnya

cinta itu sederhana.

Prinsipnya suatu perkawinan juga ditujukan untuk hidup bersama

selamanya dan kebahagiaan yang kekal bagi pasangan suami isteri yang

bersangkutan dan Keluarga kekal yang bahagia itulah yang dituju. Banyak

perintah Allah dan Rasul yang bermaksud untuk ketentraman keluarga

selama hidup.4Namun tidak semua pasangan suami isteri bisa

mengaplikasikan prinsip perkawinan tersebut. Karena sebuah rumah tangga

terkadang memiliki permasalahannya tersendiri yang menyebabkan

perselisihan diantara mereka, yang pada akhirnya perselisihan tersebut

menyebabkan mereka mengambil keputusan untuk bercerai.

Walaupun menurut Al-Qur‟an thalaq itu harus dijatuhkan oleh

suami, namun pelaksanaan hak itu harus dibatasi. Qur‟an menggariskan

prosedur perceraian seperti yang terdapat didalam Firmannya dalam surah

An-Nisa ayat 355 :

حكما من أىلو وحكما من أىلها إن يريدا قاق ب ينهما فاب عث واوإن خفتم ش ن هم إصل را احا ي وفق اهلل ب ي إن اهلل كان عليما خبي

“Apabila kamu khawatir akan terjadi perpecahan antara mereka maka

kirimlah seorang hakam dari pihak laki-laki dan seorang hakan dari pihak

perempuan. Jika kedua hakam bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya

Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha

Mengetahui lagi Maha Mengenal”

Dari ayat tersebut terang sekali bahwa apabila dikhawatirkan

percekcokan antara suami dan isteri akan menyebabkan putusnya

4M. Idris Mulyono, Tinjauan Beberapa Pasal UU No. 1/1974 Dari Segi Hukum

Perkawinan Islam, h. 68 5 QS. An-Nisa:35 (4)

Page 20: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

3

perkawinan maka segera harus ditunjuk dua juru damai dari masing-masing

pihak. Pertamakali juru damai itu harus mengusahakan kerukunan kembali

diantara keduanya, dan ketika itu gagal barulah ditempuh perceraian.

Perceraian merupakan alternatif terakhir sebagai pintu darurat yang

boleh ditempuh manakala bahtera rumah tangga tidak dapat lagi

dipertahankan keutuhan dan kesinambungannya. Karena kebolehan thalaq

adalah sebagai alternatif terakhir. Islam menunjukkan agar

sebelumterjadinya perceraian ditempuh usaha-usaha perdamaian antara

kedua belah pihak, baik melalui hakam (arbiter) dari kedua belah pihak.6

Seperti sebuah pepatah yang mengatakan bahwa mempertahankan itu lebih

sulit dari pada membangun, hal ini pula berlaku dalam sebuah ikatan

rumahtangga. Banyak faktor yang bisa membuat ikatan suami isteri hancur

begitu saja sehingga rasanya untuk mempertahankannya adalah sesuatu

yang sia-sia.

Di Indonesia terdapat banyak profesi yang mengharuskan seorang

suami meninggalkan isteri dan keluarganya untuk mencari nafkah atau

menjalankan tugas negara dengan jangka waktu yang cukup lama. Salah

satu kekhawatiran seorang isteri adalah ketika suami yang pergi untuk

sekian lama menghilang tanpa diketahui keberadaannyadan meninggalkan

kewajibannya sebagai seorang suami. Sehingga menimbulkan kerugian

lahir dan batin bagi isteri dan keluarga yang ditinggalkan. Hilangnya

seorang suami akan membuat seorang isteri diliputi rasa ketidakjelasan

tentang status hukum yang dimilikinya. Sehingga tidak jarang seorang isteri

6Ahmad Rofiq, Hukum Perdata Islam Diindonesia, Rajawali Pers, Jakarta 2015,

h. 223

Page 21: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

4

memutuskan untuk menggugat cerai suaminya yang tidak jelas

keberadannya.7

Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah mengenai putusan

hakim suami yang mafqud. Dalam kasus suami mafqud ini saya

menemukan 2 putusan hakim yang berbeda pengadilan dan berbeda juga

dalam memutuskannya. Maka saya akan menganalisis serta

membandingkan kedua putusan tersebutdidalam skripsi ini dengan judul

“Putusan Karena Suami Mafqud” (Studi Putusan Nomor 3144/Pdt.

G/2016/PA. Cbn dan Putusan Nomor 02/Pdt. G/2009/PA. GM)”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas,

beberapa masalah yang dapat :

1. Bagaimanakah status isteri ketika suami mafqud?

2. Bagaimakah cara Pengadilan Agama Cibinong dan Pengadilan Agama

Giri Menang memutuskan Perceraian suami mafqud?

C. Batasan dan Rumusan Maslah

Menyadari karena luasnya permasalahan pada hukum perceraian

karena suami mafqud, maka untuk fokusnya penulis akan membatasi

penulisan yakni penulis hanya akan membandingkan dua Putusan

Pengadilan Agama yang berbeda yakni Pengadilan Agama Cibinong dan

Pengadilan Giri Menang dalam perkara Suami mafqud. Dan dalam

pembahasannya penulis hanya akan membahas kedua putusan tersebut

dalam prespektif hukum islam dan Hukum Positif. Dalam Hukum Islam

penulis akan membahas yakni hanya menurut Imam Empat Mazhab yakni

Imam Syafi‟i, Imam Ahmad Bin Hanbal, Imam Abu Hanifah, dan Imam

Malik. Sedangkan dalam prespektif Hukum Positif penulis akan

7 Rosnidar Sembiring, Hukum Keluarga Harta-Harta Benda Dalam Perkawinan,

Jakarta, 2016, h. 43(Lihat, repository.umy.ac.id)

Page 22: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

5

membahasnya menurut Undang Undang Perkawinan dan Kompilasi Hukum

Islam.

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini

adalah :

1. Apa yang menjadi pertimbangan Majelis Hakim dalam menyelesaikan

perkara Nomor 3144/Pdt. G/2016/PN.Cbn dan Perkara Nomor 02/ Pdt.

G/2009/PN.GM?

2. Bagaimana Fiqh memandang Putusan 3144/Pdt.G/2016/PN.Cbn dan

Perkara Nomor 02/ Pdt.G/2009/PN.GM?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1) Tujuan Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, ada beberapa tujuan yang hendak dicapai

oleh penulis, dan tujuan yang dimaksud adalah :

1. Untuk mendeskripsikan bagaimana penyelesaian gugat cerai akibat

suami mafqud

2. Untuk mendeskripsikan bagaimana bentuk Putusan Hakim di

Pengadilan Agama Cibinong dan Pengadilan Agama Giri Menang

mengenai gugat cerai suami mafqud tersebut

3. Untuk membandingkan bagaimana Hukum Islam dengan Hukum

Positif menyikapi kasus suami yang mafqud

2) Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penulisan ini adalah:

1. Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menambah wawasan

dan pengetahuan juga menjadi sumber informasi bagi masyarakat

Umumnya dan bagi mahasiswa jurusan Perbandingan Mazhab

mengenai suami yang mafqud

2. Diharapkan hasil penelitian ini bisa menjadi salah satu sumber

bacaan bagi masyarakat pembaca pada umumnya dan mahasiswa

Page 23: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

6

khususnya yang dapat dipertimbangnkan dalam memecehkan

masalah yang relevan

3. Hasil penelitian ini diharapkan akan berguna bagi para pihak yang

berkepentingan atas permasalahan permasalahan yang telah

dirumuskan diatas

E. Review Kajian Terdahulu yang Relevan

Untuk mengetahui kajian terdahulu yang sudah pernah ditulis dan

dibahas oleh penulis lainnya, maka penulis me-review beberapa skripsi dan

karya tulis terdahulu yang pembahasannya hampir sama dengan

pembahasan yang penulis angkat khususnya di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta Fakultas Syari‟ah dan Hukum.

Dalam hal ini penulis menemukan beberapa skripsi dan karya tulis

terdahulu, yaitu:

1. Idham Abdul Fattah R, NIM 106044101403“Putusan Pengadilan

Agama Kota Tangerang Dalam Perkara Cerai Talak Dengan Alasan

Isteri Mafqud”. Skripsi S1 Konsentrasi Peradilan Agama Fakultas Syariah

dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.8

Didalam skripsi ini penulis menganalisis dua putusan perkara

perceraian Pengadilan Agama Kota Tangerang Selatan mengenai Isteri

yang mafqud. Selain itu dalam skripsi ini ia menjelaskan bagaimana

seharusnya kewajiban seorang isteri kepada suami dan anak-anaknya dan ia

menganggap bahwa kasus isteri yang mafqud ini jarang terjadi, karena

biasanya yang sering terjadi adalah kasus suami yang mafqud. Penulis juga

dalam bahasanya ia memberi gambaran apa yang harus dilakukan seorang

suami ketika isterinya mafqud.

Jadi dalam skripsi ini penulis hanya menganalisis 2 putusan dari

pengadilan yang sama terkait isteri yang mafqudSedangkan saya

8 Idham Abdul Fattah R, Putusan Pengadilan Agama Kota Tangerang Dalam

Perkara Cerai Talak Dengan Alasan Isteri Mafqud, UIN Syarif Hidayatullah,Jakarta,2010

Page 24: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

7

menganalisis 2 putusan dari Pengadilan yang berbeda dan berbeda juga

hasil putusannya mengenai suami yang mafqud.

2. Siti Munawwaroh, NIM 107044202135 “Pelimpahan Hak Asuh

Anak kepada Bapak karena Istri Mafqud (Analisa Yurisprudensi N0.

881/Pdt.G/2008/PA.JB)” . Skripsi S1 Konsentrasi Administrasi

Keperdataan Islam Fakultas Syari‟ah dan Hukum UIN Syarif Hodayatullah

Jakarta, 2008.9

Skripsi ini menganalisa pertimbangan Hakim Pengadilan Agama

Jakarta Barat tentang hak asuh anak (Hadhanah) ketika seorang isteri

mafqud. Dalam skripsi ini penulis menganalisis satu putusan dari

Pengadilan Agama Jakarta Barat mengeni pelimapahan hak asuh anak

kepada bapak karena isteri mafqud, didalam putusannya bapak (yakni

suami dari isteri yang mafqud) meminta kepada Pengadilan Agama Jakarta

Barat untuk melimpahkan hak asuh kedua anaknya kepadanya karena

isterinya mafqud. Ia juga menjelaskan siapa yang berhak mengasuh anak

ketika terjadi perceraian juga beberapa penjelasan mengenai Hadhanah.

Dalam pembahasannya jelas sangatlah berbeda dengan pembahasan

yang akan saya uraikan nantinya. Dalam skripsi ini difokuskan pembahasan

tentang siapa yang berhak mendapatkan hak asuh anak (hadhanah).

Sedangkan yang saya bahas lebih mengenai suami mafqud tidak mengenai

hadhanah. Jadi kedua review terdahulu yang saya cantumkan, mereka

keduanya membahas mengenai isteri yang mafqud juga hadhanah ketika

isteri mafqud, walaupun dalam prosesnya kita sama-sama menganalisis

putusan Pengadilan Agama namun kasusnya sangatlah berbeda dengan apa

yang saya bahas.

9 Siti Munawwaroh, Pelimpahan Hak Asuh Anak Kepada Bapak Karena Isteri

Mafqud (Analisa Yurisprudensi No. 881/Pdt.G/2008/PA..JB, UIN Syarif Hidayatullah,

Jakarta, 2008

Page 25: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

8

F. Signifikasi Masalah

Yang mendasari peneliti mengemukakan permasalahan ini adalah

karena ketika seorang isteri ditinggalkan oleh suaminya selama bertahun-

tahun tanpa ada kabar yang jelas, maka seorang isteri pasti butuh kepastian

tentang pernikahannya. Hukum positif dan hukum islam membolehkan

isteri mengajukan gugat cerai terhadap suaminya ketika meninggalkannya

bertahun-tahun. Dan yang jadi masalah dalam kasus ini adalah hakim

diPengadilan Agama Cibinong menjatuhkan talak satu ba’in sughro kepada

isteri dalam kasus suami mafqud, dan hakim diPengadilan Agama Giri

Menang memutuskan Fasakh dalam kasus suami mafqud juga.

Sehingga dalam hal ini peneliti berpendapat bahwa hal ini sangat

perlu untuk diteliti yang kemudian dijelaskan agar masyarakat kelak akan

mengetahui bagaimana cara mengatasi suami yang mafquddan apa saja

langkah yang dapat diambil oleh istri jika suaminya mafqud. Sehingga para

suami bisa lebih berhati hati lagi dalam bertindak terhadap keluarga, dan

bisa menjadikan keluarganya Sakinah Mawaddah Wa Rahmah.

G. Metode Penelitian

Penelitian adalah penyelidikan yang hati-hati dan kritis dalam

mencari fakta dan prinsip-prinsip, suatu penyelidikan yang sangat cerdik

untuk menetapkan sesuatu. Pencarian yang dimaksud dalam hal ini tentunya

pencarian itu akan dipakai untuk menjawab permasalahan tertentu.10

1. Jenis penelitian

Dalam penelitian hukum ada dua jenis penelitian, yaitu penelitian

normatif dan penelitian empiris/sosiologis atau peneltian lapangan.

Penelitian normatif adalah penelitian hukum kepustakaan, di mana dalam

10

Faisar Ananda Arfa dan Watni Marpaung, metode penelitan hukum islam,

(Jakarta: Prenadamedia Group, 2016), h. 12

Page 26: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

9

penelitian digolongkan sebagai data sekunder. Data sekunder tersebut

memiliki ruang lingkup yang sangat luas, sehingga meliputi surat-surat

pribadi, buku-buku harian, buku-buku, sampai pada dokumen-dokumen

resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah.11

Untuk penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian

hukum normatif tertulis, yaitu metode penelitian hukum terhadap aturan

hukum yang tertulis. Pada penelitian hukum normatif, peraturan

perundangan yang menjadi objek penelitian menjadi sumber data primer

dalam penelitian yang dilakukan. Dalam penelitian ini, penulis melakukan

pengumpulan bahan-bahan baik yang terpublikasi atau tidak yang

berkenaan dengan bahan-hahan hukum positif yang dikaji.12

2. Sumber Data

a. Data Primer, yang didapatkan dari Pengadilan Agama berupa putusaan

perceraian karena suami mafqud yang terjadi dipengadilan Agama

Cibinong. Wawancara dengan pihak yang berkepentingan seperti

Hakim/Panitera, dan juga beberapa Tokoh Ulama, kemudian data

tersebut dianalisisdengan cara menguraikan dan menghubungkan

dengan masalah yang dikaji.

b. Data Sekunder, yaitu semua yang berhubungan langsung dengan objek

penelitian. Dalam hal ini adalah kitab-kitab, buku-buku dan literature

yang berkaitan dengan hukum suami yang mafqud baik dari UUP No. 1

Tahnun 1974 dan juga Kompilasi Hukum Islam (KHI).

c. Data Tersier, yaitu data non-hukum yang diharapkan mendukung

dalam penulisan skripsi ini, seperti kamus, media elektronik, serta

ensiklopedi yang berkaitan dengan pembahasan.

11

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji Penelitian Hukum Normatif (Suatu

Tinjauan Singkat), cet. ke-IV,( Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 1995), h. 23. 12

Fahmi Muhammad Ahmadi, Jaenal Aripin, Metode Penelitian Hukum, Jakarta:

Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2010, h. 38

Page 27: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

10

3. Metode Pengumpulan Data

Dalam hal ini penulis menggunakan beberapa cara untuk metode

pengumpulan data

a. Study lapangan dengan cara wawancara terhadap

Hakim/Panitera juga beberapa ulama terkait dengan Putusan

Pengadilan Agama Cibinong Nomor 2016/Pdt. G/2015/PA. Cbn

dan Putusan Pengadilan Agama Giri Menang Nomor 02/Pdt.

G/2009/PA. GM

b. Penelitian kepustakaan (library research) yang dilakukan

dengan mempelajari penelitian sebelumnya, mengkaji buku-

buku, surat kabar, dan majalah/jurnal yang berhubungan dengan

pembahasan skripsi ini.13

Namun juga menggunakan Undang

Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan dan Kompilasi

Hukum Islam yang kemudian dianalisis untuk mendapatkan

landasan teoritis serta informasi yang relevan dengan judul

skripsi ini.

4. Metode Analisa Data

Dalam penulisan ini penulis menggunakan dua metode yakni

metode komparatif yaitu membandingan dan juga metode content analysis

yakni merupakan analisa data secara kualitatif. Kemudian

menginterprestasikannya dengan bahasa penulis sendiri dengan melalui

beberapa proses pengumpulan data yang dilakukan dengan berbagai macam

metode yang terpilih.

5. Teknik Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini penulis merujuk pada buku Pedoman

Penulisan Skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012 dan tahun 2014.

13

Arif Wicaksono, Status Perkawinan Isteri Akibat Suami Hilang, Fakultas Syariah

dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,h. 14

Page 28: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

11

H. Sistematika Penulisan

Dalam memudahkan penyusunan skripsi ini dan untuk memberikan

gambaran secara rinci mengnai pokok pembahsan maka penulis menyusun

skripsi ini dalam beberapa bab dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I merupakan pendahuluan, yang meliputi latar belakang

masalah, identifikasi masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, riview kajian terdahulu, signifikansi penelitian, metode

dan teknik penelitian, kerangka teori dan sistematika penulisan.

BAB II membahas tentang pengertian umum tentang suami mafqud,

Pandangan hukum islam mengenai suami mafqud, dan Pandangan hukum

positif mengenai suami mafqud, dan status pernikahan isteri ketika suami

mafqud

BAB III membahas tentang analisis penulis tentang putusan Hakim

yakni perkara No. 3144/Pdt. G/2016/PN. Cbn, dan Perkara No. 02/Pdt.

G/2009/PN. GM

BAB IV membahas tentang analisa perbandingan Fiqh Mazhab

Munakahat mengenai Putusan tentang suami mafqud (Talak satu ba’in

sughra), dan putusan tentang suami mafqud (fasakh).

BAB V adalah merupakan penutup yang berisi tentang kesimpulan

yang menjawab rumusan masalah dan saran yang berguna untuk perbaikan

di masa yang akan datang

Page 29: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

12

BAB II

MAFQUD DALAM KONSEP HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

1. Pengertian Mafqud

Mafqud bentuk ism maf‟ul dari kata faqada-yafqudu-faqdan yang

berarti hilang atau menghilangkan sesuatu.14

Menurut Wahbah Zuhaily

yang dimaksud mafqud adalah orang yang hilang yang tidak diketahui

apakah ia masih hidup sehingga tidak dapat dipastikan kedatangannya

kembali atau apakah ia sudah mati sehingga kuburannya dapat diketahui.15

Sedangkan dalam pengertian hukum waris mafqud itu ialah orang yang

hilang dan telah terputus informasi tentang dirinya sehingga tidak diketahui

lagi keadaan yang bersangkutan, apakah ia masih hidup atau sudah wafat.16

Muhammad Toha Abul „Ula Kholifah mengatakan bahwa mafqud adalah

orang yang hilang dan telah terputus informasi tentang dirinya dan tidak

diketahui lagi tempat tinggalnya secara pasti sehingga tidak dapat

dipastikan apakah ia masih hidup atau sudah wafat.17

Menurut istilah mafqud bisa diterjemahkan dengan al-ghaib, kata ini

secara bahasa memiliki arti gaib, tiada hadir, bersembunyi, mengumpat.

Hilang dalam hal ini terbagi menjadi dua macam, yaitu:

1. Hilang yang tidak terputus karena ada berita atau informasi

tentangnya

14

Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, ( Jakarta: Yayasan Penyelenggara

Penterjemah/Penafsiran Al-Qur‟an, 1973), h. 642 15

Wahbah al-Zuhaily, Al-Fiqh Islam wa Adillatuhu, ( Beirut Dar el-Fikr), Juz 7, h.

642 16

Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, Cet. 2, ( Jakarta: Kencana 2005), h. 16 17

https://adityoariwibowo.wordpress.com/2013/05/02/sekilas-tentang-mafqud/

Page 30: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

13

2. Hilang yang terputus yaitu sama sekali tidak diketahui

keberadaannya serta tidak ditemukan informasi tentangnya18

Jadi dari pengertian-pengertian tentang mafqud diatas, dapat penulis

simpulkan bahwa mafqud adalah orang yang telah pergi meniggalkan

keluarganya tanpa ada kejelasan tentang keadaan dan keberadaanya, dan

juga tidak ada kepastiannya apakah orang itu masih hidup atau sudah tiada,

ataupun dia diketahui keberadaannya namun kepergiannya itu

menyebabkan kesulitan bagi keluarganya.

Dalam keadaan seperti ini isteri dapat mengambill keputusan

terhadap status perkawinanya. Walaupun pada dasarnya talak itu adalah hak

suami, namun Pengadilanpun mempunyai hak untuk menjatuhkan talak

kepada isteri atas nama suaminya dalam kasus-kasus tertentu, antara lain19

:

1. Karena tidak ada nafkah

2. Karena bahaya yang kritis

3. Karena jelek pergaulan

4. Karena suami ditahan

5. Karena takut terjadi bencana

Alasan pengadilan menjatuhkan talak dalam konteks mafqud ini

yaitu karena takut terjadi bencana. Maksudnya ketika suami meninggalkan

isterinya dalam jangka waktu yang lama dikhawatirkan akan mendatangkan

banyak kemudharatan kepada isterinya. Contohnya, tidak ada yang

menafkahi hidupnya baik lahir maupun batin dan itu pasti akan

menyulitkan dirinya dan keluarganya juga dikhawatirkan dia akan berbuat

zinah. Maka dari itu jika seorang suami mafqud, baik dia terputus beritanya

18

Kamus Yunus, Kamus Bahasa Arab, h. 304 (Lihat skripsi, Idham Abdul

Fattah,Putusan Pengadilan Agama Kota Tangerang Dalam Perkara Cerai Talak Dengan

Alasan Isteri Mafqud, UIN Jakarta,2010, h. 40 19

Hotnidah Nasution, Relasi Suami Isteri Dalam Islam, Pusat Study Wanita (PSW)

UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta 2004, h. 35

Page 31: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

14

ataupun tidak terputus, maka Isteri bisa mengajukan gugatan ke Pengadilan

Agama.

2. Pandangan Hukum Islam Mengenai Mafqud

Hukum Islam sangatlah luas pembahasannya, namun dalam

pembahasan suami mafqud ini, penulis akan membahasnya dari segi

Pandangan Ulama Mazhab yang empat, yakni Imam Abu Hanifah, Imam

Syafi‟i, Imam Malik, dan Imam Ahmad bin Hanbal. ParaUlama berbeda

pendapat mengenai apa yang harus dilakukan terhadap hartanya dan apa

yang dilakukan oleh isterinya.

(1) Ulama Hanafiyah dan Ulama Syafiiyah berpendapat bahwa orang

itu dianggap masih hidup, baik mengenai isterinya maupun

mengenai hartanya. Keduaduanya masih kepunyaannya sampai ada

kepastian tentang mati atau hidupnya. Pendapat ini memegang apa

yang telah ada dengan yakin.20

فذىب احلنفية و الشافعية إىل إعتباره حيا ىف األمرين وقالوا ىى زوجتو 21وىف ىذا حمافظة على أمر ثبت بيقنوادلال، مالو حىت يتبن أمره

(2) Ulama Hanabilah berpendapat bahwa orang itu dianggap sudah mati

mengenai isteri dan hartanya yaitu sesudah lewat waktu yang

ditentukan menurut mereka, isteri itu keluar dari ikatan

perkawinannya dan hartanya dibagikan kepada ahli warisnya.

Pendapat ini memperhatikan nasib isteri dan menghilangkan

kemelaratan terhadapnya, sedang harta mengikuti hal itu. Dengan

demikian, isterinya keluar dari ikatan nikah dengannya, dan

hartanya dibagikan kepada ahli warismya.

20

Ismuha, Terjemah Perbandingan Mazhab dalam Fiqih, Bulan Bintang, Jakarta, h..

246 21

Syaikh Mahmoud Syaltout dan M. Ali As-Sayis, Muqoronatu al-Madzaahib fi al-

Fiqhu, 1953 M, h. 118

Page 32: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

15

وذىب احلنابلة إىل اعتباره ميتا فيهما على تفصيل يأتى بعد. وذلك عقب انتهاء مدة الرتبص ادلقدرة عندىم فتخرج زوجو من عصمة ويقسم مالو على

ورثتو(3) Ulama Malikiyah berpendapat bahwa kematian orang itu hanya

ditinjau dari isterinya saja sedangkan hartanya tetap sebagai

miliknya. Pendapat ini hanya mementingkan nasib isteri, sedang

mengenai harta tidak ada alasan untuk dianggap orang itu mati.

أما ادلال فيبقى على ميتايف حق الزوجة فقط. هوذىب ادلالكية إىل إعتبار تدعو اليو ىف . وىف ىذا اإلعتبار مراعاة حلق ادلرأة وال ضرورة لكليتوحكم م 22األموال

(4) Ia dianggap masih hidup mengenai hartanya, dan sudah mati

mengenai isterinya. Pendapat ini memperhatikan segi harta, lebih

banyak dari memperhatikan segi isteri, sedang menurut pandangan

syara‟ urusan harta adalah lebih enteng dari urusan isteri. Dan lagi

harta itu dapat dipelihara dengan jalan perwalian sebagai yang

dilakukan terhadap harta orang yang tidak mampu memeliharanya.

Oleh karena itu sepanjang pengetahuan kita tidak ada seorangpun

Ulama Fiqh yang berpendapat seperti alternatif keempat. Pendapat

mereka hanya berkisar antara tiga alternatif terdahulu.

وقد عهد العمل ىف الشريعة عليهما ىف حن أن ىذا االعتبار يراعى جانب ادلال أكثر مما يراعى جانب ادلرأة مع أن أمر ادلال أىوان فىنظر من أمرادلرأة.

ن ماطة القوامة الىت عهدت ىف أموال وألن ادلال ميكن حفظو وتنميتو بوسا نظر إىل ادلفقود ال يستطيعون حفظها وتنميتها. وذلذا ال نعلم أن فقيه

22

Ibid

Page 33: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

16

هبذا االعتبار الرابع. وإمنا ارائهم دائرة على االعتبارات الثلثة ادلتقدنة كما علمت

Para ulama berselisih pendapat tentang suami yang hilang dan tidak

diketahui hidup matinya. Menurut Imam Malik, siisteri diberi waktu

selama empat tahun sejak ia mengadukan perkaranya kepada hakim. Jika

pencarian informasi tentang hidup atau matinya sang suami telah berakhir

tanpa adanya kejelasan perkaranya, maka hakim memberikan tempo

tersebut kepada isteri. Jika tempo waktu empat tahun tersebut telah

berakhir, si isteri harus menjalanai iddah kematian selama empat bulan

sepuluh hari. Setelah itu ia baru bebas. Menurut Imam Malik, harta suami

tidak boleh diwarisi sebelum tenggang waktu yang biasanya

memungkinkan untuk mengetahui kepastian nasib orang yang hilang.23

Ada yang mengatakan tenggang waktunya ialah tujuh puluh tahun. Ada

yang mengatakan delapan puluh tahun. Ada yang mengatakan sembilan

puluh tahun. Dan ada pula yang mengatakan seratus tahun. Ini berlaku

bagi orang yang pada waktu berada dibawah umur-umur tersebut. Inilah

pendapat yang dikutip dari Umar bin Khattab, dan juga dari Utsman, Al-

Laits setuju pada pendapat ini. Menurut Imam Syafi‟i, Imam Abu

Hanifah, dan ats-Tsauri, si isteri tidak halal kecuali sesudah ada kepastian

tentang kematian suaminya. Pendapat ini dikutip dari Ali dan Ibnu

Mas‟ud.24

23

Abdul Rasyad Shiddiq, Terjemah Bidayatul Nujtahid wa Nihayatul muqtashid,

Akbar Media, Jakarta, 2013, hlm. 138 24

Ibid, (Jika seorang suami pergi dari isterinya hal ini tidak lepas dari dua

kemungkinan. Pertama, jika perginya bersifat sementara masih bisa didengar kabar

beritanya, dan masih bisa berkirim surat menurut para ulama ia tidak boleh menikah lagi.

Kecuali kalau sang suami kesulitan memberikan nafkah kepada siisterinya dari hartany,

maka dalam hal ini si isteri berhak menuntut pembatalan nikah.

Kedua, mungkin ia pergi dan diyakini meninggal dunia contohnya sperti ia pegi tanpa pamit

kepada isteri atau keluarganya dan lama tidak pulang-pulang, atau diyakini dia pergi

ketempat yang dekat tetapi tidak memberikan kabar berita, atau ia naik kapal lalu tenggelam

Page 34: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

17

واختلفوا يف ادلفقود الذي جتهل حياتو أوموتو يف أرض اإلسلم، فقال مالك فاذا انتهى يضرب المرأتو أجل أربع سنن من يوم ترفع أمرىا اىل احلاكم،

فاذ انتهى الكشف عن حياتو أو موتو فجهل ذلك ضرب ذلا احلاكم األجل، الوفاة أربعة أشهر وعشرا وحلت قال ؛ وأما مالو فل يورث حىت دت عدةاعت

يأيت عليو من الزمان ما يعلم أن ادلفقود ال يعيش اىل مثلو غالبا، فقيل سبعون، وقيل مثانون، وقيل تسعون، وقيل مائة فيمن غاب وىو دون ىذه األسنان، وروي

ثمان وبو قال الليث، ىذا القول عن عمر بن اخلطاب، وىو مروي أيضا عن عوقال الشافعي وابو حنيفة والثوري؛ الحتل امرأة ادلفقود حىت يصح موتو، وقوذلم

25مروي عن علي وابن مسعود

Silang pendapat ini disebabkan pertentangan antara pengakuan

adanya istishab al-hal atau pertimbangan keadaan dengan qiyas.

Berdasarkan pertimbangan istishab al-hal, ikatan pernikahan itu praktis

terputus hanya karena kematian atau talak. Kecuali jika ada dali yang

menunjukkan kebalikannya. Sementara qiyas menyamakan antara

kerugian yang menimpa isteri karena kepergian sang suami dalam tempo

yang lama, dengan kerugian yang ditimbulkan oleh sumpah dan impoten.

bersama beberapa temannya, dan lain sebagainya. Menurut Imam Ahmad, dalam kasus ini

siisteri harus menunggu selama empat tahun dan setelah menjalani masa iidah seperti wanita

yang ditinggal mati suaminya yakni selama empat bulan sepuluh hari ia baru boleh menikah

lagi. Ini pendapat Umar, Utsman, Ibnu Abbas dan Ibnu az-Zubair. Juga pendapat yang

dikatakan oleh Atha‟ Umar bin Abd Aziz, Al-Hasan, az-Zuhri, Qatadah, al-Laits, Ali bin Al-

Madini, Abdul Aziz abu Salamah, Imam Malik dan Imam Syafi‟i dalam pendapat versi

lama. Tetapi kata Imam Malik orang yang pergi untuk berperang tidak perlu ditunggu. Kata

Sa‟id bin al-Musayyab harus ditunggu selama setahun.

Menurut pendapat yang dikuti dari Imam Ahmad jika sudah menunggu selama empat tahun

dan sudah menjalani masa iddah selama empat bulan sepuluh hari, siistri boleh menikah

lagi.) 25

Ibnu Rusyd al-Hafiid, Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid Juz II, Kariyat

Putra, 595 M, Semarang, hlm. 39

Page 35: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

18

Oleh karena itulah dalam masalah ini siistri juga berhak memilih

sebagaimana dalam kedua masalah tadi.26

والسبب يف اختلفهم معارضة استصحاب احلال للقياس, وذلك استصحاب احلال يوجب أن ال تنحل عصمة إال مبوت طلق حىت يدل أن الدليل على غن

باإليلء والعنة, فيكون ة تذلك, واما القياس فهو تشبو الضرر اللحق ذلا من غيب ذلا اخليار كما يكون يف ىذين

Ulama juga membedakan antara hilang yang lahirnya selamat dan

hilang yang lahirnya tidak selamat.

Diantaranya Ulama Hanabilah berpendapat bahwa hilang itu ada dua

macam, yaitu hilang yang menurut lahirnya selamat, seperti pergi berniaga

ketempat yang tidak berbahaya, pergi menuntut ilmu dan mengembara.

Menurut mazhab Hanbaly ikatan suami isteri itu tidak hilang selama

belum diyakini mati suami atau lewat masa yang orang seperti dia tidak

hidup lagi, dan itu tidak dikembalikan pada ijtihad Hakim. Sedangkan

dalam hal ini Ulama Syafi‟iyah dan Ulama Hanafiyah yaitu harus lewat

waktu tertentu yaitu 90 tahun terhitung sejak lahirnya orang itu. Dan

hilang yang menurut lahirnya tidak selamat, seperti orang yang hilang tiba

tiba diantara keluarganyaa, atau ia keluar untuk shalat tapi tidak kembali

lagi, atau ia pergi karena suatu keperluan yang seharusnya ia kembali, lalu

tidak ada kabar beritanya atau ia hilang antara dua pasukan yang

bertempur atau bersamaan dengan tenggelamnya sebuah kapal dan

sebagainya. Hukum mengenai hal itu, ditunggu sampai 4 tahun. Kalau

tidak ada juga kabar beritanya, maka hartanya dibagikan dan isterinya

mulai beriddah sebagai isteri yang meninggal suaminya, yaitu 4 bulan 10

hari. Al-Qodli menyebutkan bahwa hartanya tidak dibagikan sampai lalu

26

Abdul Rasyad Shiddiq, Ibid

Page 36: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

19

iddah kemarian suami sesudah 4 tahun tersebut. Sesudah itu tidak

memerlukan lagi keputusan Hakim.27

وي رحل احلنابل ة أن الويب ة نوع ان ؛ غيب ة ساىرى ا الس لمة كس فر التج ارة ىف غ ن ادل ذىب خلف و مهلكة. والسفر لطلب العلم والسياحة. أمح د ب ن حنب ل ق ال؛ إن

متض ى م دة ال يع يش دلثله ا. وذال ك زول م اي يت يقن موت و أو ت وى و أن الزوجي و ال افعية أن و ال ب د م ن مض ى م دة ردود اىل اجته اد احل اكم. ق الو احلنفي ة والش م

التعم ن. وق د روى ا بتس عن س نة م ن وق ت والدة ادلفق ود. و غيب ة ساىرى ا اذل ل كال ذحل يفق د م ن ب ن أىل و أو ف رج للص لة ف ل يرج ع أو ميض ى حلاج ة عل ى أن يع ود ف ل يظه ر ل و خ أو ييفق د ب ن الص فن. أو م ن غ رق س فينة أو و ذل ك

. واحلك م في و أن ينتظ ر ب و أرب ع س نن ف ن ي يظه ر ل و م ن س ائر أس باب اذل ل خ قس م مال و وأعت دت زوجت و للوف اة أربع ة أش هر وعش را. وذك ر القاض ى أن و ال

يقس م مال و ح ىت متض ى ع دة الوف اة بع د األرب ع الس نن وال يفتقرذل ك كل و اىل 28حكم حاكم

Disini Ulama Hanabilah mengatakan bahwa keputusan-keputusan

tersebut adalah mengenai kasus-kasus orang hilang yang menurut lahirnya

adalah tidak selamat. Maka hukum ini terbatas pada kasus-kasus serupa

tanpa membedakan antara yang sebabnya membinasakan dan yang tidak

demikian. Sedang hilang yang menurut lahirnya selamat adalah tetap

menurut kaidah:29

درء ادلفاسد مقدم على جلب مصاحل

27

Ismuha, Terjemah Perbandingan Mazhab dalam Fiqih, Bulan Bintang,

Jakarta,op. cit., h. 249 28

Syaikh Mahmoud Syaltout dan Syaikh Ali As-Sayis, op. cit., hlm 118 29

. Ismuha, op. cit., h. 253

Page 37: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

20

“Sesuatu yang diyakini, tidak dapat hilang dengan sebab sesuatu yang

diragukan”

قال احلنابلة إن ىذه القضايا وردت ىف مفقود بويبة ساىراىا اذلل فيقتصر فىهذا ىل سبب من شأنو األالويبة من غن تفريقو بن مالو احلكم على ما مياثل تلك

وما ليس لو سبب كذلك. وتبقى الويبة الىت ساىرىا السلمة على مقتضى قاعدة. 30)اليقن ال يزول بالشك(

.

Adapun Ulama Malikiyah berpendapat jika hilang itu dengan sebab

yang biasanya selamat maka mereka itu menunggu sampai seumur orang

pada masa itu. Kalau hilang dengan sebab yang biaasanya tidak selamat,

mereka membagi dua macam. Yang pertama sebab besar dugaan tidak

selamat karena terjadinya sesudah sebab yang membinasakan, maka

mereka itu memberi hukum sudah dapat dianggap cerai antara suami istri

seketika selesainya kejadian itu kalau memerlukan waktu untuk pulang,

dan sehabis waktu dapat pulang, kalau memerlukan waktu itu. Yang

kedua ialah yang tidak berat dugaan selamat, karena bukan terjadi sesudah

sesuatu sebab yang membinasakan. Mereka itu mengatakakn bahwa

dalam hal inilah yang diberi waktu 4 tahun.31

أما ادلالكية فقد نظروا إىل ما يولب فيو السلمة فرتكوه للتعمن وإىل ما يولب فيو اذلل وجعلوا ىذا قسمن؛قسم يعظم فيو غلبة اذلل لوقوعو بعد سبب مهلك

مدة عودة أوبعد مدة بالتفريق عقب السبب مباشرة ان كان ال حيتاج إىل فحكمواالعودة ادلمكنة إىل بلده إن كان حيتاج إىل مدة، وقسم اخر ال تعظم فيو غلبة

30

Syaikh Mahmoud Syaltout dan Syaikh Ali As-Sayis, op. cit., hlm. 119 31

Ismuha , op. cit., h. 254

Page 38: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

21

اذلل لعدم وقوعو بعد سبب مهلك وقالوا إن ىذا القسم ىو حمل التقدير بأربع 32سنن

Kemudian masing-masing dari Ulama Hanabilah dan Ulama

Malikiyah mengatakan bahwa menceraikan antara orang yang hilang dan

isterinya adalah didasarkan kepada menolak kemelaratan terhadap istri

yang suaminya sudah hilang dan meninggalkannya berhadapan dengan

kepahitan hidup sendirian, dan apabila istri itu masih muda, tentu ia tidak

dapat menjaga dirinya dari faktor-faktor fitnah yang berada

disekelilingnya. Oleh karena itu maka hendaklah ditetapkan waktu dalam

hal kemelaratan karena hilangnya suami yang menimpa istrinya.33

مث قال كل من احلنابلة وادلالكية إن التفريق بن الوائب وامرأتو قد بين على اساسدفع الضرر عن زوجة غاب عنها زوجها وتركها تتعرض لعنت احلياة الفردية خصوصا إذا كانت الزوجة شابة ال تستطيع أن حتفظ نفسها من عوال اافتنة الىت

34حييط هبا أسباهبا نن كل جانب

Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa terdapat beberapa

perbedaan pendapat diantara para ulama mengenai Mafqud dan juga

memiliki alasan tersendiri terhadap perbedaan tersebut. Seperti Ulama

Syafiiiyah dan Ulama Malikiyah berpendapat bahwa istri harus menunggu

selama 90 tahun terhitung sejak lahirnya orang itu, sedangkan Ulama

Malikiyah dan Ulaama Hanabilah berpendapat mereka harus menunggu

minimal selama empat tahun setelah ketidak jelasan keberadaan suaminya,

baru ia boleh mengajukan gugatan perceraian kepada suaminya dengan

alasan mafqud/ghaib yang menyebabkan kemelaratan kepada dirinya,

32

Syaikh Mahmoud Syalthout dan Syaikh Muhammad Ali as-Sayis, op. cit., h. 121 33

Ismuha, h. 254 34

Syaokh Mahmoud Syaltout dan Syaikh Muhammad Ali As-Sayis, h. 121

Page 39: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

22

tetapi selebihnya keputusannya diserahkan kepada qodhi/hakim di

Pengadilan Agama setempat. Namun ini barulah menurut Hukum Islam,

selanjutnya akan dibahas menurut Hukum Positif yakni menurut Undang-

Undang dan Kompilasi Hukum Islam.

3. Pandangan Hukum Positif Mengenai Mafqud

a. Menurut Undang-Undang

Menurut pasal 199 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, suatu

perkawinan dapat putus atau bubar karena35

:

1. Kematian

2. Oleh tidak hadirnya sisuami atau siisteri (afwezigheid) selama

sepuluh tahun, yang disusul oleh perkawinan baru isteri atau

suaminya

3. Oleh keputusan hakim setelah pisah meja dan ranjang (scheiding

van tafel en bed)

4. Oleh perceraian

Pasal 208 BW menegaskan bahwa perceraian perkawinan sekali-

kali tidak dapt terjadi hanya dengan persetujuan bersama. Yang

dapat dijadikan alasan perceraian secara limitatif telah ditetapkan

dalam Pasal 209 BW, yaitu:

a) Zina

b) Meninggalkan tempat tinggal bersama dengan itikad buruk

c) Dikenakan hukuman penjara lima tahun atau hukuman yang

lebih berat lagi, setelah dilangsungkan perkawinan

d) Pencederaan berat atau penganiayaan, yang dilakukan oleh

salah seorang dan suami isteri itu terhadap yang lainnya

35

Kama Rusdiana dan Jaenal Aripin, Perbandingan Hukum Perdata, Lembaga

Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, Jakarta 2007, h. 39

Page 40: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

23

sedemikian rupa, sehingga membahayakan keselamatan jiwa,

atau mendatangkan luka-luka yang berbahaya

Pasal 38 Undang Undang Perkawinan menyebutkan bahwa

perkawinan dapat putus karena:

1. Kematian

2. Perceraian

3. atau keputusan Pengadilan

Pasal 39 Undang Undang Perkawinan menegaskan bahwa36

:

- Perceraian hhanya dapat dilakukan didepan sidang pengadilan

setelah pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak

berhasil mendamaikan kedua belah pihak

- Untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan, bahwa

antara suami isteri itu tidak akan dapat hidup rukum sebagai

suami isteri

- Tata cara pereraian didepan sidang pengadilan diatur dalam

peraturan perundangan tersendiri

Alasan-alasan perceraian menurut Undang Undang Perkawinan

(Pasal 39 ayat (2) UU No. 1 Tahun 1974) ialah:

a) Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk,

pemadatpenjudi, dan lain sebagainya yang sukar

disembuhkan

b) Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua)

tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan

yang sah atau karena hal lain diluar kemampuannya

36

Ahmad Rofiq,, Hukum Perdata Islam Diindonesia, PT. Rja Grafindo Jakarta,

cet-1, 2013, h. 218

Page 41: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

24

c) Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun

atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan

berlangsung

d) Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan

berat yang membahayakan pihak yang lain

e) Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan

akibat-akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai

suami isteri

f) Antara suami dan isteri terus menerus terjadi perselisihan,

pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun dalam

rumah tangga.

Pasal 39 ayat (2) UU No. 1 Tahun 1974 yang telah dijabarkan

dalam Pasal 19 huruf b PP No. 9 Tahun 1975 menegaskan bahwa salah

satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 tahun berturut-turut tanpa izin

pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain diluar

kemampuannya dapat menjadi alasan hukum perceraian.

Meninggalkan pihak lain tanpa alasan yang sah menunjukkan secara

tegas bahwa suami atau isteri sudah tidak melaksanakan kewajibannya

sebagai suami atau isteri, baik kewajibannya yang bersifat lahiriyah

maupun batiniyah. Ini berarti bahwa tidak ada harapan lagi untuk

mempertahankan kelangsungan rumah tangga, karena telah hilangnya

perasaan sayang dan cinta, sehingga tega menelantarkan atau mengabaikan

hak suami atau isteri yang ditinggalkannya. Jadi, perceraian adalah solusi

untuk keluar dari rumah tangga yang secara hukum formal ada, tetapi

secara faktual sudah tidak ada lagi.37

Alasan hukum perceraian berupa meninggalkan pihak lain selama 2

tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah, harus

37

Ibid

Page 42: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

25

dimajukan didepan sidang pengadilan dari rumah kediaman pihak yang

menuntut perceraian setelah lampaunya waktu 2 tahun terhitung sejak saat

pihak lainnya meningglkan tempat kediaman tanpa sebab yang sah,

kemudian tetap segan untuk kumpul kembali dengan pihak yang

ditinggalkan.38

UU No. 1 Tahun 1974 dan PP No. 9 Tahun 1975 tidak memuat

penjelasan tentang pengertian dan kriteria hukum “tanpa alasan yang sah”,

sehingga dapat saja ditafsirkan bahwa jika ada hal-hal dalam rumah tangga

suami dan isteri yang sangat buruk, sehingga dianggap pantas bagi suami

atau isteri untuk meninggalkan pihak lainnya itu, maka keadaan demikian

tidak merupakan alasan bagi pihak lainnya untuk menuntut perceraian.

UU No. 1 Tahun 1974 dan PP No. 9 Tahun 1975 juga tidak

memberikan penjelasan tentang “hal lain diluar kemampuannya”. Oleh

karena itu, terbuka peluang hukum untuk ditafsirkan bahwa kalimat “hal

lain diluar kemampuannya” adalah faktor yang menyebabkan suami atau

isteri meninggalkan pihak lainnya selama dua tahun berturut-turut, baik

dengan atau tanpa izin dan alasan yang sah, misalnya suami atau isteri

menghilang tanpa diketahui keberadaan dan kabarnya, meskipun telah

diupayakan pencariannya secara maksimal, menggunakan segala sumber

daya yang ada, termasuk bantuan dari warga masyarakat dan aparat

kepolisian serta media massa.39

b. Menurut Kompilasi Hukum Islam

Didalam Kompilasi Hukum Islam juga diatur mengenai perceraian

karena suami mafqud. Yakni Bagian kesatu Pasal 116 yang isinya sama

38

Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perkawinan di Indonesia, Sumur Bandung, Jakarta,

1981, h. 140 39

Muhammad Syaifuddin, Sri Turatmiyah, dan Annalisa Yahanan, Hukum

Perceraian, Sinar Grafika, Jakarta, 2014, h. 193

Page 43: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

26

seperti Pasal 39 ayat (2) UU No. 1 Tahun 1974, namun dalam kompilasi

Hukum Islam ditambah 2 point lagi yaitu40

:

1. Suami melanggar ta‟lik talak

2. Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya

ketidakrukunan dalam rumah tangga

Jadi, sama halnya dengan Undang-Undang Perkawinan didalam

Kompilasi Hukum Islam yaitu seorang isteri yang suaminya tidak lagi

diketahui keadaan dan keberadaannya maka ia boleh mengajukan gugatan

cerai dengan alasan yang terdapat di Pasal 116 point 2 KHI dan Pasal 39

ayatb(2) UU No. 1 Tahun 1974 point b yakni salah satu pihak

meninggalkan pihak lain selama 2 tahun berturut-turut tanpa izin pihak

lalin dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain diluar

kemampuannya.41

Jadi menurut Hukum Positif baik Undang-Undang maupun

Kompilasi Hukum Islam. ketika seorang suami meninggalkan isterinya

selama dua tahun berturu-turut ia sudah boleh mengajukan gugatan

perceraian ke Pengadilan Agama setempat. Berbeda dengan pendapat para

ulama fikih yang harus menunggu minimal selama empat tahun terlebih

dahulu baru ia boleh mengajukan gugata ke Pengadilan Agama. Namun

kesemuanya itu hasil akhirnya tetap ada di tangan seorang hakim.

Dapat saya simpulkan dari penjelasan-penjelasan diatas keempat

Ulama Fikih yakni Ulama Syafi‟iah, Ulama Hanabilah, Ulama Hanafiah

dan Ulama Malikiyah masing-masing berpendapat mengenai seberapa

lama isteri harus menunggu suaminya sehingga ia dapat mengajukan

perceraian, begitu juga Hukum Positif yang ada di Indonesi telah

mengatur mnegenai hal tersebut

40

Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, CV Akademika Pressindo,

Jakarta cet-4, h. 141 41

Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam, op. cit., h. 141

Page 44: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

27

Perbandingan Lama Masa Tunggu Suami Mafqud Menurut Hukum

Islam dan Hukum Perkawinan

No

Hukum

Islam/Hukum

Positif

Lama Masa Tunggu

Menurut Lahirnya

Selamat

Menurut Lahirnya

Tidak Selamat

1 Hanabilah

Ikatan suami istri tidak

tidak hilang sebelum

diyakini meninggal,

atau lewat masa orang

seusianya tidak hidup

lagi

4 Tahun

2 Syafi‟iyah 90 Tahun (terhitung

sejak orang itu lahir) -

3 Hanafiyah 90 Tahun (terhitung

sejak orang itu lahir) -

4 Malikiyyah

Menunggu sampai

seumur orang pada

masa itu

4 Tahun

5

Undang-Undang

No. 1 Tahun 1974

tetang

Perkawinan

Apabila salah satu pihak meninggalkan

pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut-

turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan

yang sah atau karena hal lain diluar

kemampuannya (Pasal 39 ayat (2) point b)

6 Kompilasi

Hukum Islam

Perceraian dapat terjadi karena alasan, salah

satu pihak meninggalkan pihak lain selama

2(dua tahun berturut-turut tanpa izin pihak

lain dan tanpa alasan yang sah atau karena

hal lain diluar kemampuannya (Pasal 116

point b, Kompilasi Hukum Islam

Page 45: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

28

4. Status Isteri Karena Suami Mafqud

Ketika seorang isteri ditinggalkan suaminya selama bertahun-tahun

tanpa ada kabar darinya juga tidak diketahui keberadaannya apakah ia

masih hidup atau sudah mati, pastinya seorang isteri akan merasakan

bingung tentang statusnya sebagai istri. Semestinya jika ia masih istri yang

sah dari suaminya maka nafkah lahir batin wajib ia dapatkan. Akan tetapi,

akibat ketidakjelasan keberadaan suami semua hak nya itu tidak lagi

didapatkannya.

Berbagai spekulasi pun bermunculan akibat ketidakpastian dan

ketidakjelasan posisi suami yang menghilang itu. Disatu sisi istri mau

bertahan meskipun suaminya tidak lagi memberi nafkah lahir-batin, ia rela

menunggu sampai kapanpun. Tetapi disisi lain, ada juga yang tidak bisa

menahannya karena berbagai alasan hingga memutuskan untuk menikah

lagi lantaran anak-anak yang butuh figur ayah, dan juga rindu akan sosok

pendamping yang siap melindungi.

Dalam sebuah pernikahan biasanya setelah akad selesai maka suami

akan membacakan sighat ta‟lik talak. Jumhur ulama mazhab berpendapat

bahwa bila seseorang telah menta‟likkan talaknya yang dalam

wewenangnya dan telah terpenuhi syarat-syaratnya sesuai kehendak mereka

masing-masing, maka ta‟lik itu dianggap sah untuk semua bentuk ta‟lik,

baik itu mengandung sumpah ataupun mengandung syarat biasa. Maksud

adanya sighat ta‟lik talak ini yaitu bertujuan agar terdapat keseimbangan

antara hak talak yang diberikan secara mutlak kepada suami dengan

perlindungan terhadap isteri dari perbuatan kesewenangan suami42

. Seperti

yang kita ketahui isi dari sighat ta‟liq talak diantaranya yaitu jika suami

meninggalkan isteri selama 2 tahun berturut-turut dan isteri tidak rela maka

otomatis akan jatuh talak satu kepada isteri.

42

Ismuha, op. cit., h. 237

Page 46: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

29

Didalam hukum positif, seorang isteri akan tetap menjadi isteri dari

suami yang menikahinya secara sah sampai suaminya menceraikannya atau

dia sendiri yang mengajukan cerai dan pengajuannya itu diterima oleh

pihak yang berwenang. Walaupupun ketika awal pernikahan suami tersebut

telah mengucapkan sighat talik talak tetapi didalam hukum positif

perceraianpun ada aturan-aturanya, yakni jika salah satu pasangan ingin

berpisah maka salah satu diantaranya harus mengajukan gugatan ke

Pengadilan maka sehabis itu melalui proses-prosesnya akan terjadi

perceraian yang sah. Tetapi jika salah satunya tidak ada yang mengajukan

gugatam kepengadilan maka pernikahannya itu tetap masih ada, termasuk

ketika suaminya mafqud walaupun sudah dalam jangka waktu yang cukup

lama, tetapi isteri tidak mengajukan tuntutan apapun kepengadilan maka

status isteri tersebut tetaplah menjadi isteri sahnya dari suami mafqud

tersebut dan isteri tersebut dianggap ridho akan perbuatan suaminya

tersebut. Karena seusai peraturan yang terdapat didalam Undang-Undang

yakni Perceraian yang sah yaitu yang dilakukan didepan Pengadilan.

Seperti Hadits yang diriwiyatkan oleh Daruquthny dalam sunannya

dari Siwar bin Mash'ab, katanya telah diceritakan kepada kami oleh

Muhamad bin Syurahbil Al-Hamsany dari Mugjirah bin Syu'bah ia berkata :

Telah bersabda Rasulullah SAW:43

مبا أخرجو الدارقطىن ىف سننو عن سوار بن مصعب. حدثنا حممد بن شرحبيل رسول اهلل صلى اهلل عليو وسلم، امرأة ادلفقود اذلمدان عن مونة بن شعبة قال؛قال

قي(رواه السنن الصون البيه ) امرأتو حىت يأتيها البيان

Adapula Hadits yang diriwayatkan dari Abd. Raziq, katanya telah

dikabarkan kepada kami oleh Muhammad bin Abdullah Al'Azramy dari Al-

43

Ismuha, op. cit., h. 251

Page 47: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

30

Hakam bin 'Uyainah dari 'Ali Rodhiyallahu 'Anhu ia berkata mengenai

isteri orang yang hilang:

مبا روحل عن عبد الرازق؛ أخ نا حممد بن عبداهلل العزرمى عن احلكم ابن عتيبة عن على رضى اهلل عنو قال؛ ىف امرأة ادلفقود ىى امرأة ادلفقود ىى امرأة ابتليت فلتص

نن الصون البيهقي(رواه الس ) حىت يأتيها موت أوطلق

Dan dari kedua Hadits tersebut dapat kita pahami bahwa seorang

isteri yang suaminya hilang maka dia tidak boleh menikah lagi sampai ada

berita kematiannya atau berita talak. Jadi ketika belum ada berita kepastian

tentang suaminya dan juga belum ada berita talak maka istri tersebut status

nya masih isteri dari suami yang hilang tersebut. Namun jika sudah ada

talak yang dijatuhkan kepada dirinya maka statusnya sudah bukan menjadi

istri dari suami yang mafqud tersebut dan dia boleh menikah membangun

rumah tangga kembali dengan orang lain.

Seperti yang diriwayatkan dari Sa‟id bin Musayyab, ia menceritakan

bahwa Umar bin Khattab Radhiyallahu Anhu pernah mengatakan: ”Siapa

pun wanita yang kehilangan suaminya, maka ia harus menunggu selama

empat tahun. Kemudian menjalani „iddah selama empat bulan sepuluh hari,

dan selanjutnya halal baginya menikah dengan laki-laki lain, ada pula

pendapat yang mengatakan: Jika suaminya itu pulang kembali pada saat ia

sedang menjalani masa „iddah atau sesudahnya dan belum ada lalki-laki

lain yang menikahinya, maka suaminya itu masih berhak atas isterinya

tersebut. Akan tetapi, jika sang isteri telah menikah dengan laki-laki lain

dan sudah berhubungan badan, maka tidak diperbolehkan bagi suaminya

untuk kembali padanya.44

44

M. Abdul Ghoffar E.M, Fiqih Wanita (Edisi Indonesia), Pustaka Al-Kautsar.

Cet.24, Jakarta, 2007, hlm. 435

Page 48: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

31

Dari semua penjelasan mengenai status isteri ketika suami mafqud

kesimpulannya adalah, isteri dari seorang suami yang mafqud akan tetap

menjadi isteri sah dari suaminya tersebut sampai ada berita kepastian

kematian atau thalaq. Jadi jika belum ada kepastian mengenai kematian atau

belum jatuh talak/keputusan hakim kepadanya, maka dia belum boleh

menikah dengan lelaki lain, karena statusnya masih tetap menjadi istri sah

dari suaminya yang mafqud. Dan jika dia tetap menikah dengan seseorang

meski belum ada kepastian kematian tentang suaminya atau belum jatuh

talak kepadanya, maka pernikahan tersebut bisa dibatalkan. Seperti yang

terdapat didalam Pasal 71 ayat 2 yaitu suatu perkawinan dapat dibatalkan

apabila, perempuan yang dikawini ternyata kemudian diketahui masih

menjadi isteri pria lain yang mafqud (hilang tidak diketahui beritanya).

Page 49: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

32

BAB III

PERKARA CERAI GUGAT DENGAN ALASAN SUAMI MAFQUD

DIPENGADILAN AGAMA CIBINONG DAN PENGADILAN AGAMA GIRI

MENANG

A. Duduk Perkara

Dalam surat gugatan duduk perkara/posita sangat eksistensinya,

setiap surat gugatan memuat posita. Posita gugatan merupakan istilah

yang akrab digunakan dalam praktik peradilan dan disebut juga sebagai

fundamental petendi. Fundamentum petendi yaitu dasar guagatan atau

dasar tuntutan, yaitu bagian yang berisi dalil yang menggambarkan

adanya hubungan yang menjadi dasar atau uraian dari suatu tuntutan.

Untuk mengajukan suatu tuntutan, seseorang harus menguraikan terlebih

dahulu alasan-alasan atau dalil sehingga ia bisa mengajukan tuntutan

seperti itu. 45

Acuan utama dalam membuat pertimbangan hukum adalah apa

yang terjadi dalam proses persidangan serta ketentuan hukum yang

berlaku dilingkungan peradilan. Putusan-putusan Hakim pada dasarnya

tidak boleh melewati apa yang dimohon atau digugat. Majelis Hakim

dalam memutuskan suatu perkara dituntut suatu keadilandan untuk itu

Hakim melakukan suatu penilaian terhadap peristiwa dan fakta-fakta yang

ada apakah benar-benar terjadi.

Berikut penulis akan memaparkan duduk perkara, pertimbangan

hakim serta menganalisis dua perkara putusan perceraian mengenai suami

mafqud. Yakni putusan Nomor 3144/Pdt. G/2016/PA.Cbn (Pengadilan

Agama Cibinong) dan Putusan Nomor 002/Pdt.G/2009/PA.GM

45

M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata (Tentang Gugatan, Persidangan,

Penyitaan, Pemblokiran, dan Putusan Pengadilan), Sinar Grafika, Jakarta, 2013, hlm. 57

Page 50: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

33

(Pengadilan Agama Giri Menang) Serta penulis akan mewawancarai

beberapa narasumber terkait dengan Putusan Perceraian Suami Mafqud.

1. Perkara Nomor 3144/Pdt. G/2016/PA. Cbn

1) Duduk Perkata

Tentang posita atau duduk perkara dalam surat gugatan yang

tertanggal 22 September 2016 yang terdaftar dibagian kepaniteraan

Pengadilan Agama Cibinong dengan register perkara Nomor 3144/Pdt.

G/2016/PA. Cbn. Antara Penggugat, umur 40 tahun, tempat tinggal di Kp.

Cibuntu Ali Odah RT 04/06, Desa Ciadas, Kecamatan Ciampea, Kabupaten

Bogor dan Tergugat, umur 40 tahun, dahulu bertempat tinggal di Kp.

Cibuntu Ali Odah RT 04/06, Desa Cicadas, Kecamatan Ciampea,

Kabupaten Bogor

Bahwa berdasarkan keterangan Penggugat pada tanggal 15 Juni

2002 penggugat dan tergugat telah melangsungkan pernikahan, berdasarkan

kutipan akta nikah nomor: 814/82/VI/2002 tertanggal 22 Juni 2002, yang

dikeluarkan oleh Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Ciampea

Kabupaten Bogor. Setelah menikah penggugat dan tergugat memutuskan

untuk tinggal bersama di Kp. Cibuntu Ali Odah RT. 4 RW. 6, Desa

Cicadas, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Dan selama

pernikahannya mereka memiliki 1 orang anak perempuan yang bernama

Siti Neisca Okaviani yang lahir pada tanggal 01 Oktober 2002, Bogor.

Namun sejak Mei 2003 antara mereka sering terjadi perselisihan dan

pertengkaran terus menerus yang disebabkan

1. Tergugat memiliki sifat egois dan tempramental

2. Tergugat kurang cukup dalam memberikan nafkah pada

penggugat

3. Tergugat tidak terbuka dalam hal keuangan pada penggugat

Page 51: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

34

4. Komunikasi antara penggugat dengan tergugat sudah sangat

buruk dalam urusan rumah tangga

5. Antara penggugat dan tergugat sudah tidak cocok lagi untuk

berumah tangga

Dengan alasan diatas Penggugat memohon kepada Pengadilan

Agama Cibinong untuk menjatuhkan putusan sebagai berikut:

1. Mengabulkan gugatan Penggugat

2. Menjatuhkan talak satu ba‟in sughra kepada Tergugat terhadap

Penggugat

3. Membebankan biaya perkara menurut hukum yang berlaku

Pada surat putusan majelis hakim telah memikirkan adanya, bahwa

penggugat selalu hadir dalam persidangan yang telah ditentukan,

pemeriksaan tetap dilanjutkan dengan pihak Tergugat yang tidak pernah

hadir dan tidak diwakilkan oleh orang lain, sedangkan jurusita telah

memanggil Tergugat dengan resmi dan patut. Upaya majelis hakim tidak

berhasil dengan upaya perdamaian dan menasihati pihak Penggugat.

Penggugat tetap meminta kepada majelis hakim untuk mengabulkan

gugatannya, dengan bukti-bukti yang dimiliki oleh Pengguagat:

1. Fotokopi Kutipan Akta Nikah Nimor 814/82/VI/2002 bertanggal

27 Juni 2002 yang dikeluarkan oleh Kantor Urusan Agama

Ciampea Kabupaten Bogor

2. Fotokopi Srat Keterangan No. 474/9618/VIII-Pem/2016, atas

nama Penggugat, yang dikeluarkan oleh Camat Ciampea

Kabupaten Bogor.

3. Fotokopi surat keterangan No. 474/02/2007/II/2017, yang

dikeluarkan oleh Kepala Desa Cicadas Kecamatan Ciampea

Kabupaten Bogor

4. Keterangan 2 orang saksi diantaranya:

a. Anin bin Karna

Page 52: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

35

Bahwa hubungan saksi dan Penggugat adalah paman

penggugat. Saksi mengatakan bahwa dia mengetahui bahwa rumah

tangga antara Penggugat dan Tergugat tidak harmonis dan sering

bertengkar sejak tahun 2004 dan penyebab mereka bertengkar

yaitu karena Tergugat tidak tanggung jawab dalam memberikan

nafkah kepada Penggugat. Antara Penggugat dan Tergugat juga

sudan pisah rumah selama kurang lebih 12 (dua belas) tahun.

Saksi pun sudah berusaha mendamaikan Penggugat dan Tergugat

tetapi tidak berhasil, dan saksi tidak sanggup lagi mendamaikan

kedua belah pihak.

b. Saliman bin Sajim

Bahwa hubungan saksi dan Penggugat adalah tetangga

Tergugat. Saksi megatakan bahwa ia mengetahui rumah tangga

antara Penggugat dan Tergugat tidak harmonis dan sering

bertengkar sejak sekitar Mei 2003 dan Tergugat telah

meninggalkan Penggugat selama 12 tahun dan keberadaan

Tergugat sudah tidak diketahui lagi Penggugat juga sudah

berusaha mencarinya namun tidak ditemukan. Saksi kedua ini juga

sudah berusaha mendamaikan Penggugat dan Tergugat namun

tidak berhasil dan juga tidak sanggup lagi mendamaikan kedua

belah pihak.

1) Pertimbangan Hukum Hakim46

Pelaksanaan tugas Peradilan, seorang hakim tidak boleh

dipengaruhi atau diintimidasi oleh kekuasaan siapapun, bahkan

Ketua Penngadilan sendiri tidak berhak ikut campur dalam soal

peradilan yang dilaksanakannya. Hakim bertanggungjawab kepada

46

Putusan No. 3144/Pdt.G/2016/PA.Cbn

Page 53: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

36

diri sendiri dan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas putusan yang

telah ditetapkan.

Dan berdasarkan hasil penelitian dalam petitum dari gugatan

penggugat, Putusan Nomor 3244/Pdt. G/2016/PA. Cbn, maka

pertimbangan Hukum Majelis Hakim berdasarkan posita dan

petitum gugatan Penggugat telah dengan jelas menunjukkan tentang

adanya sengketa dalam kehidupan rumah tangga antara Penggugat

dan Tergugat sebagaimana dalam gugatan penggugat dan

keterangan para saksi dipersidangan.

Menimbang, bahwa perkara yang diajukan Penggugat pada

pokoknya adalah gugatan perceraian, berdasarkan ketentuan Pasal

49 huruf a berikut penjelasan Pasal 49 huruf a angka 9 Undang-

Undang Nomor 3 Tahun 2006 yang telah diubah dengan Undang-

Undang Nomor 50 Tahun 2009, maka Pengadilan Agama

berwenang menerima dan memeriksa perkara a qu.

Menimbang, bahwa yang menjadi dalil pokok gugatan yang

harus dibuktikan kebenarannya didepan persidangan sesuai dengan

isi posita gugatannya adalah bahwa keadaan rumah tangga

Penggugat dengan Tergugat sudah tidak harmonis, sering terjadi

perselisihan dan pertengkaran diantara mereka, sehingga tidak ada

harapan lagi untuk hidup rukun dalam rumah tangga mereka.

Menimbang, bahwa guna meneguhkan dalil-dalil gugatan,

Penggugat telah mengajukan alat bukti tertulis, yaitu berupa

Fotokopi Kutipan Akta Nikah Nomor 814/82/VI/2002, Fotokopi

atas nama Penggugat, fotokopi surat Keterangan dan alat bukti

keterangan dari dua orang saksi. Dan saksi yang diajukan oleh

Penggugat yaitu Anin bin Karna dan Saliman bin Sajim. Para saksi

tersebut telah memberikan keterangan di bawah sumpah yang saling

Page 54: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

37

bersesuaian antara satu dengan yang lain sebagaumana terurai

diatas.

Menimbang, bahwa Penggugat menerangkan Tergugat telah

tidak diketahui lagi keberadaannya di wilayah Indonesia telah

dikuatkan dengan saksi-saksi dipersidangan. Oleh karena itu Majelis

Hakim berkesimpulan bahwa Tergugat telah tidak diketahui lagi

alamat dengan pasti di Wilayah Negara Republik Indonesia maka

pemanggilan kepada Tergugat melalui siaran radio.

Menimbang, bahwa Tergugat tidak hadir dipersidangan, dan

tidak menyuruh orang lain untuk hadir dipersidangan sebagai

kuasanta, padahal Tergugat sudah dipanggil secara sah dan patut,

maka majelis berpendapat perkara ini dapat diperiksa tanpa

hadirnya Tergugat.

Menimbang, bahwa berlandaskan fakta-fakta tersebut diatas,

seharusnya suatu perkawinan merupakan suatu pergaulan hidup

antara dua orang (manusia) yang berbeda jenisnya yang dilakukan

secara teratur yang menghasilkan ketentraman dan kedamaian

dalam keluarga. Bahwa tujuan Perkawinan sebagaimana dimaksud

dalam [asal 3 Kompilasi Hukum Islam adalah mewujudkan

kehiidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah.

Menimbang bahwa sebagaimana terbukti antara Penggugat dan

Tergugat sering terjadi pertengkaran yang terus menerus sejak tahun

2004, antara Penggugat dan Tergugat sudah pisah rumah kurang

lebih selama dua belas tahun sampai sekarang, maka Majelis Hakim

menilai rumah tangga mereka telah kehilangan hakekat dan makna

dari tujuan perkawinan tersebut, dimana ikatan perkawinan antara

keduanya sudah sedemikian rapuh, tidak terdapat lagi rasa sakinah

(ketenangan) dan rasa mawaddah (cinta) serta rahmah (kasih

sayang). Sebagaimana dimaksud Pasal 3 Kompilasi Hukum Islam

Page 55: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

38

jo. Pasal 1 Undang-Undang Nomor1 Tahun 1974 telah tidak

terwujud.

Menimbang bahwa majelis berpendapat pula mempertahankan

rumah tangga yang demikian akan menambah penderitaan lahir

batin yang berkepanjangan serta akan memunculkan kemudharatan-

kemudharatan yang lebih besar lagi terhadap rumah tangga dan

keluarga-keluarga mereka, padahal agama Islam mengajarkan

menghilangkan kesulitan/kemudharatan lebih diutamakan dari

mendapatkan kemaslahatan, hal ini sesuai maksud dalil ushul fikih

yang artinya “menolak kemadharatan harus didahulukan daripada

menarik kemanfaatan”

Menimbang, bahwa oleh karena ternyata Tergugat telah

membangkang terhadap Panggilan Pengadilan, sedangkan gugatan

Penggugat beralasan dan tidak melawan hukum maka sesuai

ketentuan Pasal 125 HIR Tergugat yang tidak datang menghadap

dipersidangan harus dinyatakan tidak hadir dan gugatan Penggugat

dikabulkan secara verstek.

Menimbang, bahwa berdasarkan catatan status perkawinan

antara Penggugat dan Tergugat belum pernah bercerai, oleh karena

itu talak Tergugat terhadap Penggugat yang dijatuhkan oleh

Pengadilan Agama adalah talak yang kesatu, berdasarkan ketentuan

Pasal 119 ayat (2) huruf c Kompilasi Hukum Islam, talak yang

dukatuhkan adalah talak satu ba‟in sughra.

Menimbang, bahwa perkara ini termasuk bidang perkawinan,

maka sesuai dengan Pasal 89 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7

Tahun1989 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

Nomor 3 tahun 2006 juncto Undang-Undang Nomor 50 tahun 2009,

maka seluruh biaya yang timbul dalam perkara ini dibebankan

kepada Penggugat.

Page 56: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

39

Mengingat,segala peraturan perundang-undangan yang berlaku,

serta hukum syar‟i yang berkaitan dengan perkara ini.

2) Analisa Penulis

Suatu perkawinan memang dapat putus dan berakhir karena

beberapa hal, yaitu karena terjadinya talak yang dijatuhkan oleh suami

terhadap isterinya, atau karena perceraian yang terjadi antara keduanya,

atau karena sebab-sebab lain.47

. dan menurut Pasal 38 Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1974 dikatakan Perkawinan dapat putus karena Kematian,

Perceraian, dan atas kepustusan Pengadilan. Dalam kasus ini putusnya

perkawinan Keputusan Pengadilan. Seperti yang telah kita ketahui bahwa

perkawinan itu ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang

wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga yang

bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang Maha Esa48

. Juga tujuan

dari pernikahan menurut Kompilasi Hukum Islam yaitu membangun rumah

tangga yang sakinnah mawaddah wa rahmah. Namun rasanya kedua

pasangan ini tidak berhasil untuk mencapai tujuan tersebut sehingga

berakhir dengan perceraian.

Dalam kasus Putusan Nomor 3144/Pdt.G/2016/PA.Cbn. penggugat

(isteri) tekah mengajukan gugatan terhadap suaminya keperngadilan Agama

Cibinong dengan alasan bahwa terhitung sejak bulan Juli 2014 sampai

gugatan ini diajukan (2016) Tergugat telah meninggalkan dirinya dan

anaknya tanpa ada kabar yang pasti tentang keberadaannya. Tidak diketahui

alasan yang membuatnya menunggu selama 12 tahun tersebut, mungkin

selama itu penggugat masih berharap tergugat (suaminya) kembali

kepadanya sehingga ia masih bersabar menunggunya. Namun karena

Tergugat tidak kunjung datang juga dan penggugat butuh kepastian

47

Abd. Rahman Ghazaly, Fqih Munakahat, Pernada Media, Bogor 2003, h. 191 48

Amiur Nuruddin dan Drs. Azhari Akmal Tarigan, M.Ag,

Page 57: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

40

statusnya, maka ia memutuskan untuk tidak menunggunya lagi dan

mengajukan gugatan perceraian kepengadilan Agama.

Perlu diketahu yang membedakan proses perkara sidang cerai

karena suami mafqud dengan proses perceraian lainnya yaitu pada proses

proses pemberkasan atau alat bukti tertulis, dalam perkara mafqud ini

penggugat harus melampirkan surat keterangan mafqud yang dibuat oleh

desa setempat, dan proses pemanggilannya yaitu melalui siaran Radio

setempat. Namun setelah dua kali disiarkan dan Tergugat tetap saja tidak

ada kabarnya, sehingga perkara inipun diputuskan secara versteck. Pasal

125 HIR yang mengatur perihal verstek. Pasal ini Ayat (1) menyatakan,

apabila pada hari yang telah ditentukan, tergugat tidak hadir dan pula tidak

menyuruh orang lain untuk hadir sebagai wakilnya, padahal ia telah

dipanggil dengan patut maka gugatan itu diterima dengan putusan tak hadir

(verstek)49

. Jadi jika biasanya diputusan lain ada petitum dan positanya,

namun dalam putusan verstek ini tidak ada, karena memang tidak ada

bantahan dan tuntutan dari pihak Tergugat.

Setelah itu dalam putusan ini terdapat 2 orang saksi yang dimintai

kesaksiannya atas perkara ini yaitu Paman Penggugat dan seorang yang

pernah bertetangga dengannya. Kedua saksi tersebut membenarkan bahwa

memang sering terjadi pertengkaran diantara Penggugat dan Tergugat dan

membenarkan juga bahwa mereka telah pisah rumah selama kurang lebih

12 Tahun. Dan dari keterangan mereka, mereka mengatakan bahwa sudah

berusaha untuk mendamaikan kedua belah pihak namun tidak berhasil.

Sepertihalnya dalam Firman Allah SWT yang terdapat dalam surat an-Nisa

Ayat 35 (4) 50

49

Moh. Taufik Makarao,SH.MH., Pokok-Pokok Hukum Acara Perdata, PT. Rinerka

Cipta, Jakarta, 2004, h. 57 50

QS. An-Nisa, Ayat : 35

Page 58: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

41

حكما من أىلو وحكما من أىلها إن يريدا قاق ب ينهما فاب عث واوإن خفتم ش ن هم إصل را احا ي وفق اهلل ب ي إن اهلل كان عليما خبي

“Apabila kamu khawatir akan terjadi perpecahan antara mereka

maka kirimlah seorang hakam dari pihak laki-laki dan seorang hakan dari

pihak perempuan. Jika kedua hakam bermaksud mengadakan perbaikan,

niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah

Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”

Diantara dalil yang dikeluarkan Hakim yaitu satu qaidah fiqh yang

artinya “menolak kemudharatan harus didahulukan daripada menarik

kemanfaat”, maksudnya ketika suami mafqud maka selama itu juga

kewajibannya sebagai suami dan hak isterinya telah ia lalaikan, seperti

menafkahkan keluarganya, melindungi keluarganya, serta memberikan

kasih sayang kepada keluarganya, semua itu akan menimbulkan

kemudharatan siiteri yakni istrinya akan terlantar karena tidak ada yang

menafkahi, melindungi dan mengasihi. Untuk menghindari kemudharatan

lainnya yaitu agar isteri terhindar dari perbuatan zinah apalagi jika isterinya

itu masih muda takut nantinya akan timbul fitnah. Oleh karena itu untuk

menghilangkan kemudharatan seperti itu dalam kasus suami mafqud ini

isteri sebaiknya mengajukan gugatan perceraian agar ia mendapatkan status

yang jelas dalam pernikahannya dan agar dia bisa melanjutkan

kehidupannya.

Dan majelis hakim pun sudah tepat mendalilkan Pasal 19 huruf (f)

Peraturan Pemerintah Tahun 1975 jo. Pasal 116 huruf f Kompilasi Hukum

Islan, karena menurut penulis jika perkawinan tersebut terus dipaksakan

untuk bersatu maka sudah tidak layak lagi karena sudah melanggar pasal 3

Kompilasi Hukum Islam yang berbunyi “perkawinan bertujuan untuk

Page 59: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

42

mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan

rahmah.51

Pada perkara ini Hakim menjatuhkan Talak satu ba‟in sughra

terhadap Tegugat berdasarkan ketentuan Pasal 119 ayat (2) huruf c

Kompilasi Hukum Islam yakni Talak ini dijatuhkan oleh Pengadilan

Agama. Majelis hakim menjatuhkan Tallak satu ba‟in sughra yang artinya

suami isteri tersebut tidak boleh rujuk tetapi boleh akad nikah baru dengan

bekas suaminya meskipun dalam iddah. Jadi jika tiba-tiba setelah putusan

ini suaminya kembali lagi jika keduanya ingin memperbaiki hubungannya

maka harus dimulai dengan akad yang baru lagi. Namun lain halnya jika

isteri telah menikah dengan laki-laki lain, maka isteri boleh menentukan

pilihannya sendiri.

Penulis pun setuju apa yang sudah menjadi ketetapan pertimbangan

dari majelis hakim Pengadilan Agama Cibinong. Namun didalam putusan

ini hakim memakai dalil Pasal 116 huruf f saja, dan menurut penulis akan

lebih kuat lagi jika ditambahkan dengan pasal 116 huruf b. Selebihnya,

Menurut penulis proses persidangan sudah sesuai dengan hukum acara

peradilan agama yaitu Pengadilan Agama Cibinong telah membaca dan

mempelajari berkas perkara dan telah mendengarkan keterangan Penggugat

dan para saksi, serta memeriksa bukti-bukti persidangan. Dalam proses

perceraian suami mafqud penggugat harus melampirkan surat keteranga

mafqud dari desa setempat, dan penggugat telah melengkapinya dan diberi

tanda P.3 oleh majelis hakim. Juga dalam proses pemanggilannya harus

melalui radio, dan itu juga sudah dilakukan dengan memanggil Penggugat

melalui Radio Teiman 93,7 FM Tegar Beriman. Dan ketika sudah dua kali

dilakukan pemanggilan melalui radio dan Tergugat tetap tidak datang maka

majelis Hakim menjatuhkannya dengan verstek. Menurut saya semua itu

51

Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam, op. cit., h. 141

Page 60: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

43

sudah sesuai dengan peraturan yang ada. Juga dalam hal ini isteri

mengajukan gugatan perceraian karena suami mafqud ini setelah ia telah

menunggu suaminya selama 12 tahun, dan ini sudah masuk dalam syarat

untuk mengajukan cerai karena mafqud.

Dengan demikian dijatuhkan amar terhadap putusan ini berarti

Pengadilan Agama Cibinong telah mengabulkan gugatan penggugat untuk

menceraikan suaminya (tergugat) dalam perkara nomor

3166/Pdt.G/2016/PA.Cbn, pada hari selasa tanggal 05 Januari 2016 M,

bertepatan dengan tanggal 24 Rabiul awal 1437 H oleh Dr. nasich Salam

Suharto, Lc, LLM sebagai Ketua Majelis, Drs. H. Yusri dan H. Fikri

Habibi, S.H.,M.H masing-masing sebagai Hakim Anggota. Putusan tersebut

diucapkan dalam sidang terbuka oleh ketua majelis dengan didampingi oleh

Dra. Hj. Tati Sunengsih, S.H.,M.H sebagai panitera pengganti, serta

dihadiri oleh pemohon tanpa dihadiri Termohon.

2. Perkara Nomor 176/Pdt. G /2013/PA.GM

1) Duduk Perkara

Tentang posita atau duduk perkara dalam surat gugatan yang

tertanggal 9 januari 2009 yang terdaftar dibagian kepaniteraan Pengadilan

Agama Giri Menang dengan register perkara Nomor 02/Pdt.

G/2009/PA.GM. Antara Penggugat, umur 22 tahun, bertempat tinggal di

Sekotong, Kabupaten Lombok Barat dan Tergugat, umur 25 tahun, semula

bertempat tinggal di Sekotong Kabupaten Lombok Barat, tetapi sekarang

tidak diketahui alamatnya secara pasti diseuruh wilayah Indonesia.

Bahwa berdasarkan keterangan Penggugat pada tanggal 24

Desember 2005 Penggugat dan Tergugat telah melangsungkan pernikahan

berdasarkan Syariat Islam di Medan Sekotong Barat. Pernikahan tersebut

tidak tercatat pada KUA/PPN Kecamatan setempat, sdedangkan Penggugat

berkepentingan dengan hal tersebut untuk mengajukan perceraian, oleh

karena itu Penggugat juga memohon untuk mengisbatkan pernikahannya

Page 61: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

44

untuk kepentingan perceraian. Dalam pernikahan ini antara Penggugat dan

Tergugat belum dikaruniai seorang anak.

Bahwa kerukunan rumah tangga mereka hanya berjalan tiga bulan

lamanya, kemudian secara diam-diam tanpa seizin dan sepengetahuan

penggugat , tergugat pergi meninggalkan Penggugat ke Lombok Timur dan

ternyata tergugat menikah lagi dengan wanita lain tanpa persetujuan

penggugat dan kabarnya sudah mempunyai seorang anak dari isteri

keduanya. Selama tergugat berada di Lombok Timur kurang lebih satu

setengah tahun, tergugat tidak pernah pulang dan tidak pernah mencari

Penggugat dan pula tidak pernah memberikan nafkah kepada Penggugat.

Dan ternyata menurut paman Tergugat ternyata Tergugat sudah pergi lagi

ke Makaysia juga tanpa izin dari Penggugat. Dan selama itu Tergugat tidak

pernah memberikan kabar maupun nafkah lahir dan batin kepada

Penggugat.

Dengan alasan diatas Penggugat memohon kepada Pengadilan

Agama Giri Menang untuk menjatuhkan putusan sebagai berikut:

1. Mengabulkan gugata Penggugat

2. Mengisbatkan pernikahan Penggugat dengan Tergugat yang

dilaksanakan tahun 2005 dalam rangka perceraian

3. Menceraikan Penggugat dengan Tergugat

4. Membebankan biaya perkara sesuai ketentuan hukum yang

berlaku

Bahwa Majelis Hakim telah mengupayakan perdamaian dengan

menasihati Penggugat, akan tetapi tidak berhasil, dan ternyata dengan

ketidakhadiran Tergugat menjadikan perkara ini tidak bisa untuk

diselenggarakan mediasi guna memenuhi peraturan Pemerintah No. 1 tahun

2008. Sehingga Penggugat tetap meminta kepada majelis hakim untuk

mengabulkan gugatannya, dengan bukti-bukti yang dimiliki oleh

Penggugat:

Page 62: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

45

a. Surat Keterangan Berdomisili Nomor: Pem.14.1/119/SB/V/2009

atas nama Penggugat yang dikeluarkan oleh Kepala Desa

Sekotong Barat Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat

b. Surat Keterangan yang menernagkan bahwa Tergugat telah 3

tahun berada di Luar Negeri, yang dikleuarkan oleh Kepala Desa

Sekotong Barat Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok

Barat, nomor: 118/SB/V/2009 tanggal 12 Mei 2009

c. Keterangan dua orang saksi

a. Awad bin Ismail

Bahwa hubungan saksi dan Penggugat adalah orang tua

Penggugat. Saksi mengatakan bahwa dia mengetahui bahwa

Penggugat dan Tergugat melangsungkan pernikahan secara

Syari‟at Islam pada tahun 2005. Saksi juga mengetahui bahwa

setelah pernikahan tersebut Penggugat dan Tergugat hidup

rukun selama 3 bulan, setelah itu Tergugat perhi ke Lombok

Timur dan selanjutnya ke Malaysia dengan alasan mencari

pekertjaan dan kepergian tersebut tanpa izin dari Penggugat.

Selama itu Tergugat tidak pernah pulang dan tidak memberi

kabar kepada Penggugat baik surat, telepon, maupun kabar dari

orang lain. Dan saksi sebagai keluarga Penggugat pernah

menasihati Penggugat untuk bersabar tetapi tidak berhasil, dan

sudah tidak sanggup lagi untuk menasihatinya.

b. Jahre bin Jahnum

Bahwa hubungan saksi dan Penggugat adalah paman

Penggugat. Saksi mnegetahui bahwa sejak tiga tahun yang lalu

antara Penggugat dan Tergugat telah berpisah tenpat tinggal dan

tidak pernah kumpul lagi sampai sekarang. Selama itu juga

saksi mengetahui Tergugat tidak pernah mengirim uang sebagai

nafkah sampai sekarang dan tidak ada juga meninggalkan harta

Page 63: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

46

dan benda atauuang sebagai jaminan hidup Penggugat. Saksi

sebagai kelurga Penggugat juga pernah menasihati Penggugat

agar bersabar tetapi tidak berhasil, dan sudah tidak sanggup lagi

untuk menasihati Penggugat.

2) Pertimbangan Hukum Hakim52

berdasarkan hasil penelitian dalam petitum dari gugatan penggugat,

Putusan Nomor 3244/Pdt. G/2016/PA. Cbn, maka pertimbangan

Hukum Majelis Hakim berdasarkan posita dan petitum gugatan

Penggugat telah dengan jelas menunjukkan tentang adanya sengketa

dalam kehidupan rumah tangga antara Penggugat dan Tergugat

sebagaimana dalam gugatan penggugat dan keterangan para saksi

dipersidangan.

Menimbang, bahwa berdasaekan keterangan Penggugat yang

didukung dengan alat bukti tertulis yakni surat keterangan domisili dan

kesaksian para saksi dipersidangan, terbukti Penggugat adalah penduduk

yang bertempat tinggal diwilayah Lombok Barat dan oleh karena itu

perkara ini termasuk dalam yuridiksi Pengadilan Agama Giri Menang.

Menimbang, bahwa pada hari-hari persidangan yang telah

ditetapkan Penggugat telah hadir sendiri dipersidangan dan tidak pula

menyuruh oranglain untuk hadir sebagai wakil/kuasanya yang sah

meskipun telah dipanggil secara resmi dan patut melalui RRI Regional I

Mataram sebagaimana reelas panggilan nomor: 02/Pdt.G/2009/PA.GM,

tetapi Tergugat tidak hadir oleh karena itu perkara ini dapat diselesaikan

tanpa hadirnya Tergugat (verstek)

Menimbang, bahwa pokok dari gugatan Penggugat adalah mohon

agar Pengadilan menceraikan Penggugat dari Tergugat karena sejak

52

Putusan Nomor 002/Pdt.G/2009/PA.GM

Page 64: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

47

tahun 2006 Tergugat telah pergi meninggalkan Penggugat tanpa nafkah

lahir batin ,, dan hingga sekarang tanpa ada kabar beritanya.

Menimbang, bahwa berdasarkan dalil-dalil dan alasan-alasan serta

keterangan saksi-saksi, Majelis Hakim telah menemukan fakta bahwa

perkawinan Penggugat dengan Tergugat benar telah dilangsungkan dan

telah memenuhi syarat dan rukun perkawinan yang ada didalam Undang-

Undang No.1 tahun 1974 dan hukum Islam serta dengan memperhatikan

Pasal 7 ayat (3) Kompilasi Hukum Islam yang berbunyi “Isabat nikah

yang dapat diajukan ke Pengadilan Agama terbatas mengenai hal-hal

ytang berkenaan dengan: (a) Adanya perkawinan dalam rangka

penyelesaian perceraian oleh karenanya beralasan bagi Majelis Hakim

untuk menetapkan sahnya perkawinan antara Penggugat dengan

Tergugat yang dilaksanakan pada tanggal 24 Desember 2005.

Menimbang, bahwa Majelis Hakim telah mendengar keterangan 2

orang saksi, dan keduanya memberikan keterangan dibawah sumpah.

Mereka memberikan keterangan bahwa Penggugat dan Tergugat adalah

suami isteri yang sah, setelah menikah mereka hanya rukun selama 3

bulan kemudian Tergugat telah pergi tanpa seijin Penggugat,

meninggalkan Penggugat semula ke Lombok Timur selanjutnya ke

Malaysia untuk mencari pekerjaan, Tergugat tidak pernah mengirim

uang sebagai nafkah dan tanpa kabar beritanya sampai sekarang.

Menimbang, bahwa berdasarkan dalil-dalil dan alasan-alasan

Penggugat tersebut, maka majelis berkesimpulan bahwa Tergugat telah

melalaikan kewajibannya sebagai suami terhadap Penggugat sehingga

Penggugat merasa keberatan dan tidak rela atas perlakuan Tergugat

tersebut, oleh karena itu telah terbukti bahwa Tergugat tidak memenuhi

ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 80 (angka 2 dan angka 4

huruf a) Kompilasi Hukum Islam, dan akhirnya Penggugat tidak sanggup

lagi membina rumah tangga dengan Tergugat

Page 65: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

48

Menimbang, bahwa dari uraian-uraian sebagaimana tersebut diatas,

Majelis Hakim menemukan fakta dipersidangan bahwa Tergugat telah

terbukti pergi meninggalkan dan membiarkan penggugat selama kurang

lebih 3 tahun berturut-turut, tanpa nafkah dan tanpa kabar beritanya,

sehingga Majelis Hakim berkesimpulan bahwa rumah tangga penggugat

dengan Tergugat tidak harmonis lagi sehingga tujuan perkawinan

sebagaimana tersurat dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun

1974, yaitu bertujuan untuk membentuk rumah tangga yang bahagia dan

bertujuan untuk membentuk rumah tangga yang bahagia dan kekal

berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, Jo. Pasal 3 Kompilasi Hukum

Islam, yaitu bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang

sakinah, mawaddah, dan rahmah tidak terwujud dalam rumah tangga

Penggugat dan Tergugat.

Menimbang, bahwa Pasal 19 huruf b Peraturan Pemerintah Nomor 9

Tahun 1975 Jo. Pasal 116 huruf b Kompilasi Hukum Islam menyebutkan

bahwa perceraian dapat terjadi karnea alasan atau alasan-alasan (b) salah

satu pihak meninggalkan pihak lainnya selama 2 tahun berturut-turut

tanpa izin pihak lain tanpa alasan yang sah atau karena hal lain diluar

kemampuannya.

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-perimbangan siatas,

gugatan Penggugat telah terbukti adanya alasan yang memungkinkan

untuk bercerai sesuai ketentuan Pasal 19 huruf b Peraturan Pemerintah

nomor 9 Tahun 1975 Jo. Pasal 116 huruf b Kompilasi Hukum Islam

tersebut

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan

tersenut diatas, Majelis Hakim berkesimpulan bahwa gugatan Penggugat

patut untuk dikabulkan dengan memfasakh pernikahan Penggugat

dengan Tergugat

Page 66: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

49

Menimbang, bahwa perkara ini menyangkut bidang perkawinan,

sesuai dengan ketentuan Pasal 89 ayat (1) Undang-Undang nomor 7

tahun 1989 yang telah diubah dengan Undang-Undang nomor 3 tahun

2006, maka biaya perkara dibebankan kepada Penggugat.

Mengingat segala peraturan Perundang-undangan yang berlaku serta

hukum Islam yang berkaitan dengan perkara ini.

3) Analisa Penulis

Dalam kasus perceraian diatas bahwa disini posita yang akan

dicermati penulis adalah suami meniggalkan isteri tanpa adanya kabar

dan alasan yang sah walaupun dalam putusan ini bukti tertulisnya berupa

surat keterangan suaminya sudah 3 tahun tinggal di Malaysia. Namun,

saya tetap beranggapan bahwa ini termasuk dalam kategori

ghaib/mafqud. karena dalam kasus Putusan nomor

3144/Pdt.G/2016/PA.Cbn dan Putusan nomor 02/Pdt.G/2009/PA.GM

keduanya memiliki kesamaan yaitu suami dari kedua Penggugat tersebut

sama-sama telah meninggalkan mereka dalam kurun waktu yang cukup

lama.

Bedanya didalam perkara nomor 3144/Pdt.G/2016/PA.Cbn hanya

mengajukan perkara gugat cerai saja sedangkan dalam perkara ini

Penggugat selain mengajukan gugat cerai ia mengajukan itsbat nikah.

Itsbat nikah yaitu proses hukum yang harus ditempuh oleh pasangan

suami dan isteri di Pengadilan Agama, agar perkawinan yang tidak

dicatat yang telah sah menurut hukum agama (Islam), tetapi menjadi

Perkawinan dicatat menurut negara. Dan itsbat nikah ini juga ditujukan

agar Penggugat bisa mendapatkan akta nikah yang sebagai salah satu

syarat untuk mengajukan gugatan perceraian ke Pengadilan Agama.

Namun dalam hal ini saya akan lebih fokus terhadap pembahasan gugat

cerainya .

Page 67: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

50

Sama halnya dengan perkara nomor 3144/Pdt.G/2016/PA.Cbn

dalam perkara ini pun Tergugat dipanggil melalui radio, yaitu RRI

Regional I Matraman dengan relaas panggilan nomor

002/Pdt.G.2009/PA.GM namun Tergugat tidak juga hadir sehingga

perkara ini pun diputuskan secara verstek. Dan hanya perkara ghaib saja

Tergugat pemanggilannya melalui radio, maka dari itu kedua putusan ini

adalah perkara yang sama. Perkara ini pun dalam pembuktiannya

menghadirkan dua orang saksi yakni Ayah dan Paman Penggugat, dan

bukti tertulis lainnya.

Dalam perkara ini Hakim Pengadilan Agama Giri Menang

menjatuhkaan fasakh nikah dengan dalil bahwa Tergugat telah

melalaikan kewajibannya sebagai suami terhadap Penggugat sehingga

Penggugat merasa keberatan dan tidak rela atas perlakuan tergugat, oleh

karena itu tergugat tidak memenuhi ketentuan sebagaimana diatur dalam

Pasal 80 (angka 2 dan angka 4 huruf a) Kompilasi Hukum Islam, juga

dalil lainnya yaitu Pasal 19 huruf b Peraturan Pemerintah Nomor 9

Tahun 1975 Jo. Pasal 116 huruf b Kompilasi Hukum Islam yakni

Perceraian dapat terjadi karena alasan salah satu pihak meninggalkan

pihak lain selama 2 tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa

alasan yang sah atau karena hal lain diluar kemampuannya53

.

Dalam putusan ini juga terdapat bukti tertulis yakni berupa surat

keterangan yang menyatakan bahwa Tergugat telah tinggal di Malaysia

selama 3 tahun. Seperti yang telah kita ketahui di bab sebelumnya telah

dibahas, bahwa hilangnya suami itu ada dua macam yakni yang terputus

informasinya dan yang tidak terputus informasinya. Dalam utusan ini

perkara tersebut masuk dalam kategori hilang yang tidak terputus

informasinya. Namun disini juga tidak tertulis dengan jelas dimana

53

Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam, op. cit., hlm. 141

Page 68: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

51

alamat Tergugat yang pasti. Dan juga didalam putusan tersebut berkali-

kali di tegaskan bahwa Penggugat tidak tahu kabar dan keadaan

Tergugat serta terputus semua komunikasi pada Tergugat. Disini

Penggugat juga mengetahui Tergugat telah tinggal diMalaysia hanya dari

satu orang saja, yaitu Paman Tergugat. Yang tidak bisa dipastikan

apakah itu benar atau tidak karena tidak dituliskan secara pasti dimana

alamat tempat tinggal dari Tergugat.

Dan diketahui juga bahwa Tergugat telah memiliki isteri baru tanpa

diketahui oleh Penggugat. Jadi jelaslah pernikahan seperti ini sudah tidak

layak lagi untuk dipertahankan. Karena sudah tidak sesuai lagi dengan

tujuan perkawinan seperti dalil yang telah dipakai oleh majelis hakim

yaitu pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, yaitu bertujuan

untuk membentuk rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan

Ketuhanan Yang Maha Esa, jo. Pasal 3 Kompilasi Hukum Islam, yaitu

bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah

mawaddah, dan rahmah. Dan dalam kasus ini tujuan dari pernikahan

tersebut tidak terwujud dalam rumah tangga Penggugat dan Tergugat.

Maka dari itu untuk menghindari kemudharatan yang lebih menyakitkan

lagi bagi Penggugat, dia bisa mengajukan perceraian ke Pengadilan.

Namun menurut saya dalam putusan ini, seharusnya Hakim bisa

menambahkan kaidah Fiqh seperti halnya putusan Nomor

3144/Pdt.G/2013/PA.Cbn tidak hanya Undang-Undang saja yang dipakai

dalam memutskan suatu perkara. Karena memang didalam Al-Qur‟an

dan Hadits tidak ada penjelasan tentang suami mafqud secara rinci jadi

mungkin bisa ditambahkan dengan satu kaidah fiqih, Walaupun hanya

dengan menggunakan dalil Undang-Undang sudah sah, tetapi itu akan

lebih mneguatkan lagi dalil-dalil yang sudah ada. Walaupun hanya

dengan menggunakan dalil Undang-Undang sudah sah

Page 69: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

52

Terlepas dari itu semua, saya sangat setuju dengan dalil yang

dipakai oleh Majelis Hakim dalam memutuskan perkara ini. Tetapi saya

kurang setuju dengan putusan Hakim yang menjatuhkan putusannya

dengan memfasakh perkara ini. Memang jika suami meninggalkan

kediaman selama 2 tahun berturutu-turut boleh difasakh. Namun,

menurut saya sebaiknya dijatuhkan talak, karena jika nanti suatu saat

suaminya kembali lagi maka talak yang tersisa hanya tinggal dua,

sedangkan jika difasakh maka sama saja suami belum pernah mentalak

isteri tersebut, walaupun nantinya jika ia ingin kembali harus dengan

akad yang baru.

Dengan demikian dijatuhkan amar terhadap putusan ini berarti

Pengadilan Agama Giri Menang telah mengabulkan gugatan Penggugat

untuk memfasakh pernikahan Penggugat dan Tergugat dalam perkarra

nomor 002/Pdt.G/2009/PA.GM, pada tanggal 12 Mei 2009 M bertepatan

dengan tanggal 16 Jumadil Awal 1430 H. Oleh Majelis Hakim

Pengadilan Agama Giri Menang dengan susunan Majelis Hj. Atin

Adriah, S.Ag. MH, sebagai Hakim Ketua dan Siti Aisyah, S.Ag, dan H.

Abdul Majid, SHI., masing-masing sebagai Hakim Anggota. Putusan

mana pada hari itu juga dibacakan dalam sidang terbuka oleh umum oleh

Ketua Majelis tersebut dengan dibantu oleh Lalu Wirame, SH., sebagai

panitera pengganti dengan dihadiri oleh Penggugat tanpa hadirnya

Tergugat.

Page 70: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

53

BAB IV

ANALISIS PERBANDINGAN FIQIH MUNAKAHAT DAN UNDANG-

UNDANG TENTANG GUGAT CERAI SUAMI MAFQUD

Akibat dari perceraian itu berbeda-beda, tergantung apa yang

menjadi penyebab perceraiannya. Diantara sebab terjadinya perceraian

yaitu54

:

1. Perceraian karena talak

2. Perceraian karena fasakh

3. Perceraian karena khulu‟

4. Perceraian karena sumpah li‟an

Dan dalam bab ini penullis akan menganalisa dua putusan yang

terjadi karena talak dan karena fasakh, keduanya merupakan perkara suami

mafqud akan tetapi dua Pengadilan Agama yang berbeda ini berbeda

dalam menjatuhkan putusannya. Pengadilan Agama Cibinong dalam

perkara ini menjatuhkan talak satu bain sughra kepada Penggugat

sedangkan Pengadilan Agama Giri Menang memfasakh pernikahan

Penggugat dengan Tergugat. Maka dari itu penulis akan meganalisa apa

yang menjadi penyebab perbedaan diantara kedua putusan tersebut dan apa

akibat yang akan terjadi setelah putusan tersebut.

A. Putusan Tentang Suami Mafqud (Talak Satu Ba’in Sughra)

Majelis Hakim Pengadilan Agama Cibinong menjatuhkan talak satu

ba‟in sughra Didalam perkara Nomor 3144/Pdt.G/2016/PA.Cbn tentang

suami mafqud. Seperti yang kita ketahui bahwa hak talak itu ada ditangan

suami bukan ditangan istri, meskipun ia adalah pasangan dalam akad untuk

menjaga perkawinan, serta untuk menilai berbagai bahaya pengakhiran

54

Tihami Sohari, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap, Rajawali Pers,

Jakarta, 2009, h. 315

Page 71: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

54

perkawinan dengan cara yang tepat dan tidak terkontrol. Hal itu karena

laki-laki yang membayar mahar dan yang memberikan nafkah kepada istri

dan rumah biasanya lebih memperhatikan konsekuensi berbagai perkara,

dan lebih jauh dari sikap kesembronoan dalam tindakan yang bisa

memberikan keburukan yang besar baginya. Sedangkan perempuan

biasanya lebih terpengaruh dengan perasaan dibandingkan laki-laki. Jika

dia memilih hak untuk menalak, maka bisa jadi dia jatuhkan talak dengan

sebab yang sederhana yang tidak perlu membuat hancur perkawinan.55

Walaupun pada dasarnya Talakitutetapberadaditangansuami, namun

isteri juga diberi hak untuk melepaskan diri dari suami yang dibencinya,

atau suami secara sengaja menyakiti istri atau mengganggunya. Dan

dengan demikian berarti kita menghalang-halangi kemungkinan

kesewenag-wenangan pihak suami dengan hak talak yang ada ditangannya

yang menyalahi akhlak islam.56

Jadi talak juga bisa dilakukan oleh selain suami, baik dengan

mengatasnamakan suami misalnya oleh pengacara atau representasi lain

yang ditunjuk sebagai wakil suami, maupun tanpa mengatasnamakan

suami, misalnya hakim (pengadilan) yang menjatuhkan talak dalam

beberapa kasus darurat57

. Seperti contohnya dalam kasus ini hak cerai

dapat diberikan kepada isteri manakala suami tidak diketahui dimana ia

berada atau mafqudul akhbar (tak diketahui kabar beritanya). Dalam hal ini

yang menjatuhkan talak bukan suami akan tetapi hakim (pengadilan).

Walaupun dalam hal ini tidak terjadi syiqaq, namun suami tidak

memenuhi kewajibannya sebagai suami. Dalam hal tersebut memang tidak

ada petunjuk al-Qur‟an maupun hadits yang pasti berapa lama seorang

55

Wahbah al-Zuhaily, Al-Fiqh Islam wa Adillatuhu, ( Beirut Dar el-Fikr), Juz 9,

h. 320 56

Firdaweri, Hukum Islam Tentang Fasakh, CV. Pedoman Ilmu Jaya, Jakarta 1989,

h. 51 57

Abu Malik Kamal bin as-Sayid Salim, Shahih Fikih Sunah, Jilid 3, Pustaka

Azzam, Jakarta, 2007, h. 367

Page 72: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

55

isteri harus menunggu58

. Namun banyak pendapat ulama dan juga hukum

tertulis yang mengatur itu semua yang bisa untuk dijadikan dalil dalam

pertimbangan hukum hakim dalam memutuskan perkara ini.

Perlu diketahu Talak ba’in terbagi mennjadi dua yaitu59

:

a. Talak bain sughra, yang dimaksud dengan talak ba‟in sughra ialah

talak yang menghilangkan hak-hak rujuk dari bekas suaminya, tetapi

tidak menghilangkan hak nikah baru kepada isteri bekas isterinya.

b. Talak bain kubra, yang dimaksud dengan talak bain kubra ialah talak

yang mengakibatkan hilangnya hak rujuk kepada bekas isteri, suami

haram kawin lagi dengan istrinya tersebut kecuali mantan istrinya

tersebut telah kawin dengan laki-laki lain.

Dan di Kompilasi Hukum Islam jugabterdapat pengertian mengenai

talak bain sughra dan kubra. Didalam pasal 119 dijelaskan60

:

(1) Talak bain sughra adalah talak yang tidak boleh dirujuk tapi boleh

akad nikah baru dengan bekas suaminya meskipun dalam masa iddah

(2) Talak bain sugra sebagaimana tersebut pada ayat (1) adalah61

:

a. Talak yang terjadi qobla dukhul

b. Talak dengan tebusan atau khuluk

c. Talak yang dijatuhkan oleh Pengadilan Agama

Jadi dapat kita pahami bahwa talak bain sughra ialah talak yang

dijatuhkan kepada isteri dan tidak bisa dirujuk akan tetapi jika suami isteri

tersebut ingin bersama lagi maka harus dengan akad yang baru. Dalam

perkara ini hakim telah menjatuhkan talak satu bain sughra kepada

58

Kama Rusdiana, Jaenal Aripin, Perbandingan Hukum Perdata, Lembaga

Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, Jakarta 2007, h. 30 59

A. Tihami, dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat, Rajawali Pers, Jakarta, 2009,

h. 245 60

Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam, Akademika Pressindo, Jakarta, 2010, h.

141 61

Ibid

Page 73: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

56

penggugat yang menandakan bahwa status Penggugat tersebut sudah jelas

bahwa ia bukan lagi isteri dari suami yang mafqud tersebut. Akan tetapi

karena yang dijatuhkan oleh hakim yaitu talak satu bain sughra, maka

ketika suatu saat nanti tiba-tiba suaminya datang kembali dan ingin rujuk

dan disetujui juga dengan Penggugat maka itu diperbolehkan dengan

syarat-syarat tertentu dan nantinya hak talak yang tersisa hanya tinggal dua

kali saja.

Didalam kitab fiqh islam wa adillatuhu dikatakan bahwa talak

menjadi talak bain sughra yaitu karena62

:

1. Talak yang terjadi sebelum persetubuhan yang bersifat hakiki

atau setelah terjadi khalwat yang benar-benar shahih. Talak

yang pertama adalah talak bain, karena talak ini tidak

mewajibkan iddah dan juga tidak menerima rujuk.

2. Talak yang bersifat sindiran yang gandengkan dengan sesuatu

yang menunjukkan kekerasan, kekuatan, atau bainunah. Karena

talak yang dijatuhkan dengan sindiran jika diniatkan talak

merupakan talak satu bain, meskipun dia berniat dua pada lafal

maka ditetapkan yang paling rendah yaitu satu

3. Talak berdasarkan iwadh harta atau khulu‟

4. Talak yang dijatuhkan oleh qodhi bukan karena sebab si suami

tidak memberikan nafkah atau karena sebab „illa. Hanya saja

yang menjadi sebab adalah kekurangan yang ada pada diri

suami atau akibat kerenggangan ikatan suami-istri. Atau akibat

mudharatnya istri dengan ketidakberadaan suami atau

tertawannya suami. Karena pengaduan isteri kepengadilan

dilakukan hanya untuk menghilangkan kerugian dari dirinya,

62

Wahbah Az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu, op. cit., h 380-381

Page 74: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

57

dan menentukan nasib perkawinan. Maksud ini tidak dapat

terwujud kecuali dengan talak bain.

Dan dalam perkara ini talak bain sughra yang dijatuhkan oleh

Pengadilan Agama/Qodhi. Undang-undang tahun 1920 telah menetapkan

syarat-syarat bagi Pengadilan menjatuhkan talak. Syarat-syarat ini

berdasarkan ijtihad para ahli fiqih, karena dalam perkara suami

mafqud/ghaib ini tidak ada keterangan yang tegas dari Al-Qur‟an dan

Hadits tetapi pengadilan Agama dapat menetapkan talak dalam perkara

karena suami tidak mampu memberi nafkah, cacad nya suami,

membahayakan jiwa isteri, meninggalkan pergi tanpa alasan dan hukuman

penjara berdasarkan Undang-Undang yang berlaku.

Imam Malik dan Imam Ahmad berpendapat dapat dijatuhkan talak

karena suami meninggalkan isteri. Imam Malik menganggap talak bain dan

Imam Ahmad menganggap fasakh. Dan biasanya Pengadilan menjatuhkan

talak satu bain sughra karena alasan suami meninggalkan istri tanpa alasan

dan guna melepaskannya dari kesusahan yang dideritanya dan agar ia

mendapatkan status yang jelas dalam pernikahannya. Karena seorang isteri

berhak menuntut perceraian jika suami pergi meninggalkannya, sekalipun

suami punya harta sebagai pembayar nafkah, dengan syarat:63

1. Perginya suami dari isterinya tanpa ada alasan yang diterima

2. Perginya dengan maksud menyusahkan isteri

3. Perginya keluar negri tempat tinggalnyya

4. Lebih dari satu tahun dan lagi isteri merasa dibuat susah

التطليق لويبة الزوج ىو مذىب مالك وامحد، دفعا للضرر عن ادلرأة، فللمرأة أن :64تطلب التفريق إذا غاب عنها زوجها ولو كان لو مال تنفق منو بشرط

63

Sayyid Sabiq, alih bahasa Moh Tholib, Fikih Sunnah, PT Al-Ma‟arif, Cet. 5,

Bandung, 1987, h. 90 64

Sayyid Sabiq , Fiqih Sunnah Jilid 2, Daarul Fath, 1999 M, h. 189

Page 75: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

58

أن يكون غياب الزرج عن زوجتو لون عذر مقبول -

أن تتضرر بويابو -

أن تكون الويبة ىف بلد غن الذحل تقيم فيو -

65تضرر فيها الزوجةأن متر سنة ت - Jika kepergian suami dari isterinya dengan alasan yang dapat

diterima, seperti untuk menuntut ilmu atau berdagang atau sebagai petugas

diluar daerah atau tentara yang bertugas ditempat yang jauh, dalam

keadaan seperti ini baru isteri tidak dibenarkan untuk minta cerai. Begitu

pula halnya kalau perginya suami hanya dalam negri tempat kediamannya

sendiri. Tetapi dalam putusan ini kepergian suaminya lebih dari satu tahun

dan lagi isteri merasa dibuat susah jadi dia juga berhak minta cerai karena

kesusahan yang dialaminya, bukan karena kepergian suaminya.

Hakim Pengadilan Agama Cibinong didalam perkara

No.3144/Pdt.G/2016/PA.Cbn yang menjatuhkan talak satu bain sughra,

berdasarkan peraturan yang terdapat didalam Kompilasi Hukum Islam,

Undang-Undang Perkawinan, dan juga satu kaidah fikih. Diantara dalil-

dalilnya yaitu Pasal 3 Kompilasi Hukum Islam yang berbunyi bahwa

tujuan perkawinan adalah mewujudkan kehidupan rumah tangga yang

sakinah, mawaddah wa rahmah juncto Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1974. Pasal 39 ayat (2) Undang-Undang No. 1 Tahun 1975 jo. Pasal

19 huruf f Peraturan Pemerintah No.9 Tahun 1975 jo. Pasal 116 huruf f

Kompilasi Hukum Islam, juga berdasarkan satu kaidah fikih yang artinya

menolak kemudharatan harus didahulukan daripada menarik kemanfaatan,

65

Ibid

Page 76: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

59

dan juga dengan ketentuan pasal 119 ayat (2) huruf c Kompilasi Hukum

Islam, maka dari itu talak yang dijatuhkan adalah talak satu bain sughra.

Jadi perkara ini dijatuhkan talak satu bain sughra yaitu karenna

memang antara Penggugat dan Tergugat sudah tidak dapat lagi

mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah mawaddah warahmah,

dan juga berdasarkan Pasal 116 huruf f bahwa perceraian ini terjadi karena

diantara suami dan isteri terus menerus terjadi perselisihan dan

pertengkaran dan tidak ada harapan aman hidup rukun lagi dalam rumah

tangga, dan menurut penulis selain pasal 116 huruf f perceraian ini juga

terjadi karena salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama dua tahun

berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena

hal lain diluar kemampuannya, seperti yang terdapat didalam pasal 116

huruf b. Sehingga dijatuhkan talak satu bain sughra karena talak ini

dijatuhkan oleh Pengadilan Agama seperti yang terdapat didalam pasal 119

ayat (2) huruf f.

Namun lain halnya dengan perkara No. 002/Pdt.G/2009/PA.GM.

Meskipun kasusnya sama namun majelis hakim tidak menjatuhkan talak

bain sughra melainkan memfasakh perkara tersebut.

B. Putusan Tentang Suami Mafqud (Fasakh)

Majelis Hakim Pengadilan Agama Giri Menang memfasakh

pernikahan dalam perkara Nomor. 02/Pdt.G/2009/PA.GM.66

Seperti yang

telah dibahas dalam bab II bahwa suami yang hilang itu ada 2 macam yaitu

hilang yang terputus semua informasinya dan hilang yang masih tidak

terputus infotmasinya. Didalam putusan Pengadilan Agama Cibinong itu

termasuk dalam hilang yang terputus semua informasinya sedangkan dalam

kasus ini hilangnya yaitu hilang yang tidak terputus informasinya,

66

Putusan Nomor. 02/Pdt.G/2009/PA.GM

Page 77: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

60

meskipun dalam perkara ini Penggugat mengetahui keberadaan Tergugat,

namun dia tidak mengetahui alamatnya secara pasti, kemungkinan itu

hanya dugaan. Jadi kedua kasus tersbut mempunyai perkara yang sama.

Seperti yang telah dibahas diatas juga hak melepaskan diri dari

ikatan perkawinan tidak mutlak ditangan suami, walaupun memang hak

talak itu diberikan kepadanya, tetapi disamping itu isteri juga diberi hak

menuntut cerai dalam keadaan-keadaan dimana ternyata pihak suami

berbuat menyalahi dalam menunaikan kewajibannya atau dalam keadaan-

keadaan khusus. Jadi jelaslah bahwa istri mempunyai hak pula dalam

masalah perceraian ini. Dan dia juga dalam keadaan-keadaan tertentu

berhak untuk memilih apakah dia akan tetap bersama suaminya atau tidak.

Salah satu hak isteri untuk melepaskan diri dari ikatan pernikahannya

welain talak ialah dengan jalan fasakh.Didalam fikih memang biasanya

disebut fasakh namun didalam undang-undang biasanya disebut

pembatalan nikah.

Secara etimologi fasakh berarti membatalkan. Apabila dihubungkan

dengan perkawinan, fasakh berarti membatalkan perkawinan atau

merusakkan perkawinan. Kemudian secara terminologis fasakh bermakna

pembatalan ikatan pernikahan oleh Pengadilan Agama berdasarkan

tuntutan isteri atau suami yang dapat dibenarkan Pengadilan Agama atau

karena pernikahan yang terlanjur menyalahi hukum pernikahan.67

Fasakh menurut bahasa yang dikemukakan oleh Al-Abu Luwis

Ma‟lufi:68

الفسخ ىو نقض االمر اوالعقد“Fasakh adalah merusakkan pekerjaan atau aqad “

67

Abdul Ghafur Anshori, Hukum Perkawinan Islam (Perspektif Fikih dan Hukum

Positif), UII Press, Yogyakarta, 2011, h. 141 68

Firdaweri, op. cit., h. 52

Page 78: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

61

Menurut istilah syar‟i fasakh berarti:

فسخ العقد ن قده وحل الربطة الت ت ربط ب ن الزوجن “Fasakh aqad (perkawinan) adalah membatalkan akad perkawinan dan

memutuskan tali perhubungan yang mengikat antara suami isteri”

Ali Hasabilah memperinci mengenai pembagian fasakh ini sebagai

berikut:69

عد طل قا وىو نوعان كما قلنا يف مبداء فسخ الزوج وىو ماتنحل بو عقدبو وال ي الكلم على الفرق ما حيتاج اىل قضاء القاضى وما ال حيتاج اليو.

Fasakh perkawinan ialah sesuatu yang merusakkan akad

(perkawinan) dan dia tidak dinamakan thalaq. Fasakh itu terbagi kepda

duam macam. Fasakh yang berkehendak kepada keputusan hakim dan

fasakh yang tidak berkehendak kepada keputusan hakim.

Dengan demikian dapatlah diambil kesimpulan bahwa terjadi

fasakh itu ada karena sebab yang dapat merusakkan perkawinan. Dan

ditinjau kepada sebab yang merusakkan itu fasakh terbagi kepada dua

macam:

1. Fasakh yang berkehendak kepada keputusan hakim, ini harus melalui

jalur proses pengadilan

2. Fasakh yang tidak berkehendak kepada keputusan hakim, ialah waktu

suami isteri mengetahu adanya sebab yang merusakkan perkawinan

ketika itu mereka wajib memfasakhkan perkawinannya, tanpa melalui

proses pengadilan.

Dalam hal fasakh yang berkehendak kepada keputusan hakim dan

yang tidak. Mengenai ini as-Sayid Sabiq menjelaskan sebagai berikut:

1. Fasakh yang berkehendak kepada keputusan hakim ialah bila:

69

Ibid

Page 79: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

62

القاضي قضاء اىل فيحتاج جلى غن خفيا الفسخ سبب مايكون "Apa saja yang menjadi sebab fasakh iti tersembunyi, tidak jelas, maka

dalam hal ini berkehendak kepada keptusaa hakim”

Misalnya suami impoten, suami pergi tanpa ada kabar kejelsannya

(ghaib), atau karena „Ila, dan lain sebagainya yang menyebabkan isteri

tidak senang dalam keadaan demikian, maka dia berhak menuntut

fasakh kepada hakim.

2. Fasakh yang tidak berkehendak kepada keputusan hakim adalah

apabila sebeb fasakh itu jelas, sebagaimana diterangkan bahwa apa saja

yang menjadi sebab fasakh itu jelas, dalam hal ini tidak berkehendak

kepada keputusan hakim, seperti apabila nyata bagi siami istri bahwa

mereka saudara sesusuan, ketika itu mereka wajib memfasakhkan

perkawinannya, tanpa berkehendak kepada keputusan hakim, tanpa

melalui prosedur pengadilan.

Tetapi bagi masyarakat Indonesia, seara yuridis formilnya, untuk

memperoleh pembuktian tentang putusnya perkawinan dan termasuk

masalah fasakh ini dan pengakuan sahnya menurut Undang-Undang harus

ditempuh melalui Pengadilan Agama. Ini mengigat bahwa pembatalan

suatu perkawinan dapat membawa akibat yang jauh, baik terhadap suami

isteri, maupun terhadap keluarganya. Dalam peraturan pemerintah no.9

tahun 1975 pasal 37 tercantum bahwa batalnya perkawinan hanya dapt

diputuskan pengadilan.

Dan Menurut Abdul Ghofur Anshori, alasan terjadinya fasakh

secara umum dibedakan menjadi dua macam, yaitu:70

a. Perkawinan yang telah berlangsung ternyata kemudian tidak memenuhi

persyaratan yang ditentukan, baik mengenai rukun maupun syarat.

Dapat juga terjadi karena keadaan bahwa pada perkawinan tersebut

terdapat halangan yang tidak membenarkan terjadinya perkawinan.

70

Abdul Ghofur Anshori, op. cit., h. 141

Page 80: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

63

b. Fasakh terjadi karena pada diri suami atau isteri terdapat sesuatu yang

menyebabkan perkawinan tidak mungkin dilanjutkan, karena kalau

dilanjutkan akan menyebabkan kerusakan pada suami atau istri atau

keduanya. Fasakh dalam bentuk ini disebut khiyar fasakh.

Alasan-alasan yang memperbolehkan seorang isteri menuntut

fasakh di Pengadilan menurut penjelasan Soemiyati, ialah sebagai

berikut71

:

a. Suami sakit gila

b. Suami menderita penyakit menular yang tidak dapat diharapkan dapat

sembuh

c. Suami tidak mampu atau kehilangan kemampuan untuk berhubungan

badan

d. Suami jatuh miskin hingga tidak mampu memberi nafkah pada istrinya

e. Isteri merasa tertipu baik nasab, kekayaan atau kedudukan suami

f. Suami pergi tanpa diketahui tempat tinggalnya dan tanpa berita,

sehinggga tidak diketahui hidup matinya dan waktunya sudah cukup

lama.

Adapun faktor-faktor penyebab fasakh menurut Abdul Ghoful Anshori adalah

sebagai berikut:72

a. Siqaq

b. Fasakh karena cacat

c. Fasakh karena ketidakmampuan suami memberi nafkah

d. Fasakh karena suami gaib (al-Mafqud)

e. Fasakh karena melanggar perjanjian dalam perkawinan

71

Muhammad saifuddin, Sri Turatmiyah, Hukum Perceraian, Sinar Grafika,

Jakarta, 2013, h. 138 72

Abdul Ghofur Anshori, op. cit., h..142

Page 81: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

64

Isteri yang diceraikan pengadilan dengan jalan fasakh, tidak dapat

dirujuk oleh suaminya. Jadi, kalau keduanya ingin kembali hidup bersama

harus dengan perkawinan baru, yaitu melaksanakan akad nikah baru.

Pereraian dengan fasakh tidak mengurangi hak talak suami, lain halnya

dengan talak satu bain sughra yang mengurangi satu hak talak dari suami.

Dengan demikian apabila suami isteri yang telah bercerai dengan fasakh,

kemudian hidup bersama lagi sebagai suami isteri, oleh karena perceraian

karena fasakh ini tidak dapat kawin lagi atau rujuk, maka perceraian karena

alasan fasakh menurut pendapat Sudarsono dihukumkan sebagai talak bain

kubro.73

Pisahnya suami istri akibat fasakh berbeda dengan pisahnya karena

talak. Sebab talak ada talak raj’i dan talak bain. Talak raj’i tidak

mengakhiri ikatan suami isteri dengan seketika sedangkan talak bain

mengakhirinya seketika itu juga. Adapun fasakh, pendapat lain mengatakan

fasakh artinya merusak akad nikah, bukan meninggalkan. Pada hakikatnya

fasakh ini lebih keras daripada khulu‟, dan tak ubahnya seperti melakukan

khulu’ pula. Artinya, khulu’ yang dilakukan oleh pihak perempuan

disebabkan ada beberapa hal. Perbedaannya adalah khulu’ diucapkan oleh

suami sendiri sedangkan fasakh diucapkan oleh qodhi nikah setelah isteri

mengadu kepadanya dengan mengembalikan maharnya.74

Menurut Sudarsono, suami hilang tidak tentu hidup matinya setelah

ditunggu empat tahun dapat dikualifikasikan sebagai fasakh yang

merupakan alasan hukum perceraian menurut hukum Islam. pada

prinsipnya fasakh adalah hak suami dan isteri tetapi dalam praktik

(khususnya di Indonesia) lebih banyak diberikan kepada pihak isteri,

karena suami telah punya hak talak.75

73

Muhammad saifuddin, Sri Turatmiyah, Annalisa Yahanan, op. cit.,h.140 74

. A. Tihami, dan Sohari Sahrani, op. cit., h. 201 75

Muhammad Saifuddin, Sri Turatmiyah, Annalisa Yahanan, op. cit.,h.141

Page 82: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

65

Tujuan disyariatkannya fasakh tiada lain hanya untuk melepas

beban pihak istri mupun suami. Dimana salah satu dari suami istri tersebut

terdapat sesuatu penyakit yang nantinya akan menjadi sebuah penyakit

yang mematikan atau keadaan yang tidak memungkinkan dalam menjalani

hubungan rumah tangga, contoh: jika suami ghaib maka otomatis dia tidak

menafkahi keluarganya atau istri, maka disana diperbolehkan untuk

melakukan pembatalan perkawinan (fasakh), agar supaya tidak ada yang

dirugikan dalam hubungan rumah tangga dan supaya terciptanya sebuah

kemaslahatan dalam rumah tangga pada nantinya.76

Sama halnya dengan putusan No.3144/Pdt.G/2016/PA.Cbn,

didalam putusan ini tidak terdapat dalil Al-Qur‟an ataupun hadits, karena

memang Al-Qur‟an dan Hadits tidak menjelaskan secara eksplisit

mengenai suami yang mafqud. Tetapi majelis hakim menggunkan dalil

yang terdapat didalam Undang-Undang dan Kompilasi Hukum Islam.

seperti Pasal 80 angka 2 dan angka 4 huruf a Kompilasi Hukum Islam,

Pasal 19 huruf b Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 jo. Pasal 116

huruf b Kompilasi Hukum Islam, dan sama halnya seperti putusan

pengadilan agama Cibinong yaitu Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun

1974 jo. Pasal 3 Kompilasi Hukum Islam.

Memang berbeda dengan putusan pengadilan agama Cibinong yang

menjatuhkan talak satu bain sughra, pengadilan agama Giri Menang

memfasakh pernikahan pada putusan No.002/Pdt.G/2009/PA.GM, namun

tentu keputusan itu berdasarkan undang-undang serta ketentuan fikih yang

ada. Karena memang ketika suami meninggalkan isterinya 2 tahun

berturut-turut atau lebih tanpa diketahui kabar kejelasan darinya atau

mafqud (ghaib) maka itu boleh difasakh. Namun tidak salah juga jika

76

Ibid

Page 83: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

66

dijatuhkan talak satu bain sughra kepada isteri yang mengajukan gugatan

tersebut. Hanya saja nanti akan berbeda akibat dari talak ataupun fasakh.

Yang perlu dicatat bahwa antara membatalkan dan menyudahi itu

adalah dua hal yang berbeda. Meski fasakh dan talak sama-sama

memisahkan hubungan pernikahan antara suami dan istri, namun status dan

konsekuensi hukum yang mengikuti di belakangnya berbeda. Kalau

diibaratkan dengan sewa menyewa rumah, maka fasakh itu adalah

membatalkan sewa rumah sehingga uang dikembalikan dan pihak penyewa

meski sempat menempati rumah itu, setelah fasakh tentu sudah tidak lagi

menempati rumah sewaan. Dalam hal ini yang terjadi dalam fasakh adalah

batalnya perjanjian sewa menyewa. Sedangkan talak kalau diibaratkan

dengan sewa rumah adalah tidak meneruskan sewa atau tidak

memperpanjang kontrak rumah, setelah sebelumnya sudah terjadi sewa

menyewa sekian lama. Dalam hal ini yang terjadi dalam talak adalah tidak

diteruskannya perjanjian sewa menyewa. Maka apabila terjadi kasus

dimana sepasang suami istri berpisah dengan cara fasakh dalam

perkawinan mereka, secara hukum seolah-olah mereka belum pernah

menikah sebelumnya77

.

Jadi kedua putusan tersebut mempunyai perkara yang sama yakni

seorang isteri yang mengajukan gugatan ke Pengadilan karena suaminya

telah pergi meninggalkannya selama bertahun-tahun dan tanpa ada

kejelasan kabar darinya. Memang berbeda putusan yang dijatuhkan akan

tetapi majelis hakim dari kedua Pengadilan Agama yang berbeda ini pun

memiliki dalil masing-masing dengan segala pertimbangannya. Yang

membedakan antara talak satu bain sughra dan fasakh juga yaitu

akibatnya. Jika talak satu bain sughra yang dijatuhkan maka akibatnya hak

talak suami yaitu hanya tersisa 2 kali saja, sedangkan jika fasakh maka hak

77

www.rumahfikih.com

Page 84: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

67

talak suami tidak berkurang atau suami masih mempunyai hak 3 kali talak

untuk isterinya. dan dalam hal ini saya lebih setuju jika dijatuhkan talak

satu bain sughra bukan di fasakh.

Dan didalam kedua putusan tersebut dalam dalil-dalilnya hanya

menggunakan hukum positif saja yakni Undang-Undang Perkawinan dan

Kompilasi Hukum Islam. Sedangkan pendapat para ahli fikih tidak

digunakan. Seperti halnya mayoritas para ulama berpendapat bahwa harus

menunggu minimal 4 tahun istri baru bisa menggugat, tetapi didalam

putusan Pengadilan Agama Giri Menang Penggugat baru ditinggalkan

Tergugat sekitar 3 tahun 6 bulan dan gugatannya dikabulkan oleh

Pengadilan. Karena memang pendapat para fuqoha hanya sebagai penguat,

atau akan dipakai ketika tidak ada peraturannya didalam hukum positif

yang berlaku.

Page 85: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

68

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penulis telah menguraikan pada bab sebelumnya mengenai putusan

karena suami mafqud menurut hukum Islam dan hukum Positif yang

didasarkan kepada Putusan Pengadilan Agama Cibinong dan Pengadilan

Agama Giri Menang, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

Dalam kedua putusan tersebut diketahu bahwa kedua majelis hakim

yang berbeda itu telah menjatuhkan putusan yang berbeda tetapi kedua

putusan tersebut memiliki kasus yang sama, yakni kedua suami Penggugat

tersebut telah meninggalkannya dalam kurun waktu yang lama dan tanpa

ada kabar yang jelas dari suaminya/hilang..Pengadilan Agama Cibinong

menjatuhkan talak satu bain sughra dalam putusan

No.3144/Pdt.G/2016/PA.Cbn, dan Pengadilan Agama Giri Menang

memfasakh putusan No.002/Pdt.G/2009/PA.GM. Tetapi hilang disini ada 2

macam yaitu hilang yang terputus semua informasi tentangnya seperti

didalam perkara Pengadilan Agama Cibinong dan hilang yang tidak

terputus informasi tentangnya seperti putusan didalam perkara Pengadilan

Agama Giri Menang.

Dan didalam pertimbangannya juga kedua Pengadilan Agama

tersebut memakai dalil yang berbeda tetapi ada juga yang sama.

Diantara dalil yang sama yaitu keduanya sama-sama memakai dalil yang

terdapat didalam Pasal 1 Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun

1974 jo. Pasal 3 Kompilasi Hukum Islam. Kedua putusan tersebut pun

sama-sama diputuskan secara versteck, yakni perkara yang diputuskan

tanpa ada hadirnya Tergugat, selain itu proses pemanggilan Tergugat

perkara ghaib ini pun sama-sama melalui siaran Radio. Pengadilan Agama

Page 86: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

69

Cibinong memanggil melalui Radio Teman 93 FM Tegar Beriman, dan

Pengadilan Agama Giri Menang melalui RRI Regional I Mataram.

Adapun Pertimbangan hukum lainnya yang dipakai oleh Pengadilan

Agama Cibinong adalah Pasal 39 ayat (2) Undang-Undang No. 1 Tahun

1975 jo. Pasal 19 huruf f Peraturan Pemerintah No.9 Tahun 1975 jo. Pasal

116 huruf f Kompilasi Hukum Islam, yaitu perceraian dapat terjadi karena

adanya pertengakaran terus menerus yang terjadi antara suami dan isteri

dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga. Juga

berdasarkan satu kaidah fikih yang artinya menolak kemudharatan harus

didahulukan daripada menarik kemanfaatan, karena jelas jika seorang

suami meninggalkan isterinya begitu saja tanpa ada kabar yang pasti dari

suaminya jelas akan banyak kemudharatan yang timbul kepada isterinya,

maka dari itu kemudharatan seperti ini harus dihilangkan dengan cara

mengajukan gugatan cerai ke Pengadilan Agama. Dan pertimbangan

hukum yang digunakan juga dengan ketentuan pasal 119 ayat (2) huruf c

Kompilasi Hukum Islam,

Sedangkan Pertimbangan hukum lainnya yang dipakai oleh

Pengadilan Agama Giri Menang selain Pasal 3 Kompilasi Hukum Islam

yaitu dalil yang terdapat didalam Pasal 80 angka 2 dan angka 4 huruf a

Kompilasi Hukum Islam, yakni intinya suami tidak dapat melaksanakan

kewajibannya seperti memberi nafkah, kiswah, dan lain sebagainya. Pasal

19 huruf b Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 jo. Pasal 116 huruf

b Kompilasi Hukum Islam, yakni Perceraian dapat terjadi karena salah satu

pihak meninggalkan pihak lainnya selama dua tahun berturut-turut tanpa

izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain diluar

kemampuannya.

Kedua Pengadilan Agama tersebut memutuskan perkara perceraian

ini pun sudah berdasarkan prosedur yang berlaku dan Pertimbangan hukum

yang sesuai dengan Undang-Undang. Hanya saja akibat yang dapat

Page 87: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

70

ditumbulkan dari kedua putusan tersebut akan berbeda karena putusan yang

dijatuhkan itu berbeda. Akibat dari jatuhnya talak satu bain sughra maka

nantinya hak talak suami berkurang jadi tinggal 2, dan jika ingin rujuk

kembali harus dengan akad yang baru. Sedangkan akibat dari pernikahan

yang fasakh maka itu sama saja diantara keduanya seperti belum pernah

menikah sama sekali atau tidak berkurang hak talak suami jika ia ingin

kembali lagi, namun harus dengan muhalil terlebih dahulu.

Dan penulis dalam hal ini lebih setuju jika dijatuhkan talak satu

kepada suami yang hilang/ghaib, karena suami tersebut sudah menyakiti

lahir batin isteri dan keluarganya. Jadi sepertinya jika difasakh itu sama

saja seperti diantara keduanya belum terjadi pernikahan, padahal tidak

seperti itu keadaannya.

B. Saran

Saran penulis untuk meminimalisirkan perceraian pada kasus suami

gahib ini khususnya yaitu,

1. sebaiknya suami isteri dalam berumah tangga masing-masing harus

mengetahui hak dan kewajibannya terlebih dahulu sebagai seorang

suami/isteri sebelum menikah diantaranya dengan membaca buku

seputar perkawinan.

2. Sebaiknya disekolah tingkat Tsanawiyah atau Aliyah terdapat pelajaran

seputar fikih munakahat, agar mereka nantinya tidak terlalu awam

mengenai pernikahan, jika ingin menikah setelah lulus dari sekolahnya

3. Hendaknya para Ustad/ustadzah di seriap daerah itu berperan aktif

dikehidupan masyarakat dalam membina atau membimbing dalam segi

hal agama agar menghindari adanya suami mafqud dalam suatu

pernikahan melalui dakwah/siraman rohani

4. Hendaknya juga para keluarga terdekat jika memang mulai melihat

rumah tangga saudara, anak, adik, kakak atau lainnya, sudah mulai

tidak harmonis lagi, sebaiknya dibantu dengan cara menasihati satu

Page 88: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

71

sama lain agar tidak saling menyakiti lahir dan batin antara keduanya

sebisa mungkin, jika memang nanti keduanya tetap ingin bercerai maka

akan bercerai dengan baik tidak dengan cara ghaib seperti kedua

perkara diatas.

Page 89: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

72

Daftar Pustaka

Az-Zuhaili, Wahbah. Al-Fiqh Al-Islami Wa Adillatuhu. Juz 9. Damaskus:

Dar Al-Fikr, 2007

Az-Zuhaili, Wahbah, Al-Fiqh Al-Islami Wa Adillatuhu. Juz 7. Damaskus:

Dar Al-Fikr, 2007

Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, Akademika Pressindo,

Jakarta 1995

Nasution, Hotnidah, Relasi Suami Isteru Dalam Islam, Pusat Study Wanita,

Jakarta 2004

Rofiq, Ahmad, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta

2015

Mulyono, Idris, Tinjauan Beberapa Pasal Undang Undang Nomor 1 Tahun

1974 Dari Segi Hukum Perkawinan Islam, Ind-Hill-Co, Jakarta

1990

Rusdiana, Kama, dan Aripin, Jaenal, Perbandingan Hukum Perdata, UIN

Jakarta Pers, Jakarta 2007

Thalib, Moh, Fikih Sunnah 8, PT. AL-Ma‟arif, Bandung, 1987

Sabiq, Sayyid, Fiqh Sunnah, Jilid II, Daarul Fath, 1999

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji. Penelitian Hukum Normatif (Suatu

Tinjauan Singkat). Rajawali Press, Jakarta 2001

Mardani, Hukum Keluarga Islam di Indonesia, Prenada Media Group,

Jakarta 2016

Page 90: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

73

Ahmadi, Fahmi, Muhammad, dan, Aripin Jaenal, Metode Penelitian Hukum,

Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2010

Arfa, Ananda, Faisar, dan, Marpaung Watni, Metode Penelitian Islam,

Prenada Media Group, Jakarta, 2016

Yunus, Mahmud, Kamus Bahasa Arab Indonesia, Yayasan Penyelenggara

Peterjemah, Jakarta, 1973

Syarifuddin Amir, Hukum Kewarisan Islam, Kencana, Jakarta, 2005

Ismuha, Terjemah Perbandingan Mahab dalam Fikih, Bulan Bintang,

Jakarta

Syaltouth, Syaikh, Mahmoud, as-Sayis, Syaikh, M. Ali, Perbandingan

Mazhab dalam Masalah Fikih, PT. Bulan Bintang, Jakarta 1973

Shiddiq, Rasyad, Abdul, Terjemah Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul

Muqtashiid, Akbar Media, Jakarta, 2013

Rusyd, Ibnu, Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtashiid Juz II, Kariyat

Putra, Semarang, 595 M

Prodjodikoro, Wirjono, Hukum Perkawinan di Indonesia, Sumur Bandung,

Jakarta, 1981

Syaifuddin, Muhammad, dan kawan kawan, Hukum Perceraian, Sinar

Grafika, Jakarta

Ghazaly, Abdul, Rahman, Fiqih Munakahat, Pernada Media, Bogor, 2003

Firdaweri, Hukum Islam tentang Fasakh Nikah, CV. Pedoman Ilmu Jaya,

Jakarta 1989

Tihami, dan, Sahrani Sohari, Fikih Munakahat, Rajawali Pers, Jakarta, 2009

Page 91: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

74

Anshori, Gahfur, Abdul, Hukum Perkawinan Islam (Perpektif Fikih dan

Hukum Positif), UII Pers, Yogyakarta, 2011

Makarou, Moh, Taufik, Pokok-Pokok Hukum Acara Perdata, PT. Rinerka

Cipta, Jakarta, 2004

Nuruddin, Amiur, dan, Tarigan Akmal Azhari, Hukum Perdata Islamm di

Indonesia (Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fikih, UU.

No. 1/1974 sampai KHI),

Goffar, Abdul, Fiqih Wanita (Edisi Indonesia), Cet.24 Pustaka Al-Kautsar,

Jakarta 2007

Sembiring, Rosnidar, Hukum Keluarga Harta-Harta Benda Dalam

Perkawinan, Jakarta, 2016,

Hasibuan, Yusuf, Fauzie, Hukum Acara Perdata, Yayasan Pustaka Hukum

Indonesia, Jakarta, 2006

Harahap, Yahya, Hukum Acara Perdata (Hukum Acara Perdata (Tentang

Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pemblokiran, dan Putusan

Pengadilan), Sinar Grafika, Jakarta, 2013

Inayah, Iin, Skripsi tentang Perceraian dalam Putusan Verstek menurut

Hukum Islam (Analisi Putusan Pengadilan Agama Jakarta Selatan

Nomor. 0965/Pdt.G/2009/PA.JS, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta,

2009

Munawwarah, Siti, Skripsi tentang Pelimpahan Hak Asuh Anak Kepada

Bapak karena Isteri Mafqud (Analisa Yurisprudensi No.

881/Pdt.G/2008/PA.JB), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011

Page 92: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

75

Fattah, Abdul, Idhab, Skripsi tentang Putusan Pengadilan Agama Kota

Tangeran dalam Perkara Cerai Talak dengan Alasan Istri Mafqud,

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010

Wicaksono, Arief, Skripsi tentang Status Isteri Karena Suami Mafqud, UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta,2008

Putusan Nomor.3144/Pdt.G/2016/PA.Cbn

Putusan Nomor.002/Pdt.G/2009/PA.GM

https://adityoariwibowo.wordpress.com/2013/05/02/sekilas-tentang-mafqud

www.rumahfikih.com

repository.umy.ac.id

Page 93: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

76

LAMPIRAN

Page 94: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

Wawancara I

Narasumber : Dra. Hj. Tati Sunaengsih, S.H.MH

Jabatan : Panitera Muda Hukum

1. Apa pengertian mafqud menurut menurut Bapak/Ibu?

- Yaitu seseorang yang meninggalkan isterinya dan tidak diketahu

secara pasti kabar serta alamat tempat tinggal pastinya.

2. Faktor apa saja yang menjadi penyebab terjadinya perceraian

karena suami mafqud?

- Biasanya masalah faktor ekonomi, mungkin karena suami tidak

bekerja dan dia merasa tidak sanggup untuk menafkahi

keluarganya sehingga dia meninggalkan keluarganya begitu

saja, atau juga bisa karena dia menikah lagi dengan seseorang

lalu memilih untuk tinggal dengan isteri barunya tanpa

meninggalkan kabar yang jelas.

3. Sumber utama apa yang dipakai majelis hakim dalam

menentukan perceraian karena suami mafqud/ghaib?

- Sumber yang dipakai yaitu Undang-Undang Perkawinan,

Kompilasi Hukum Islam, Kaidah Fiqih dan Al-Qur’an

4. Ulama Fikih berpendapat ketika seorang suami dinyatakan

mafqud maka minimal istri haru menunggunya terlebih dahulu

selama 4 tahun baru setelahnya boleh menceraikan suaminya,

namun Undang-Undang mengatakan bahwa jika suami telah

meninggalkan isterinya selama dua tahun berturut-turut maka

isteri boleh menceraikan suaminya. Pendapat mana yang

Bapak/Ibu gunakan dalam menangani perkara suami mafqud?’

- Yang kami pakai dalam memutuskan perkara karena suami

mafqud/ghaib yaitu Undang-Undang, jadi walaupun suami telah

Page 95: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

meninggalkan isteri selama 2 tahun tanpa ada kabar kejelasan

dari suaminya maka dia sudah boleh mengajukan gugatan, tidak

harus menunggu selama 4 tahun

5. Pengadilan Giri Menang memfasakh pernikahan karena suami

izin mencari pekerjaan dan meninggalkannya selama 2,5 tahun,

namun ia tak kunjung kembali dan tiba tiba dia mendapat

kabar bahwa suaminya telah tinggal dimalaysia bersama isteri

barunya, dan Pengadilan Agama Cibinong menjatuhkan talak

satu bain sughra karena suaminya telah meninggalkan isteri

selama 13 tahun berturut-turut. Apakah kedua kasus tersebut

sama? Atau berbeda, sehingga putusannya yang dijatuhkannya

berbeda?

-ya kedua kasus tersebut sama, walaupun dalam putusan pengadilan

Agama Giri Menang ada surat keterangan bahwa suami telah

tinggal di Malaysia selama 3 tahun, namun itu hanya dugaan saja

karena tidak tertulis dengan jelas dimana alamat tempat tinggalnya,

karena yang dimaksud mafqud/ghaib itu jika seseorang tidak

diketahui dimana alamatnya secara pasti.

6. Menurut Bapak/Ibu apakah yang seharusnya dijatuhkan dalam

perkara ini? Apakah fasakh atau talak satu ba’in sughra?

- Menurut saya seharusya memang dijatuhkan talak tidak difasakh

7. Apakah perceraian karena suami mafqud/ghaib banyak terjadi

di Pengadilan Agama Cibinong?

- Tidak, sangat sedikit perceraian yang disebabkan karena suami

mafqud/ghaib

8. Apakah hanya perkara perceraian karena suami mafqud saja

yang proses pemanggilannya melalui siaran radio?

- Ya hanya perceraian karena suami mafqud/ghaib saja yang

proses pemanggilannya melalui radio. Dan itu prosesnya

Page 96: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

ditunggu selama 4 bulan jika memang tidak ada kabar juga,

maka perkara ini akan diputuskan tanpa hadirnya Tergugat.

Page 97: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

Wawancara II

Nama : Prof. Hudzaimah Tahido Yanggo, MA

Jabatan : Guru Besar Perbandingan Mazhab dan Hukum UIN

Jakarta

1. Menurut Ibu apa sebab yang menjadikan Majelis Hakim Berbeda dalam

menjatuhkan Putusannya?

- Menurut saya, Majelis Hakim yang menjatuhkan talak satu itu melihat

sesuai dengan ikrar ta’liq talak yang diucapkan ketika menikah, yang di

antara isinya yaitu jika suami selama 6 bulan tidak memberikan nafkah

lahir dan batin, meninggalkan istrinya selama dua tahun berturut-turut,

sedangkan istri tidak rela dengan itu semua, maka otomatis akan jatuh

talak satu kepada isteri. Jadi biarpun suaminya tidak hadir di

persidangan tetap jatuh talak satu kepada istri. Dalam kasus ini, suami

hilang tidak ada beritanya sudah lebih dari dua tahun, sedangkan istri

tidak rela, maka sudah jatuh talak satu. Yang satu memfasakh, saya

kira karena hal ini yang mengajukan gugatan adalah istri, ini termasuk

dalam khulu’. Sebenarnya ini bukan fasakh tetapi khulu’. Khulu’ itu

memang fasakh, didalam fikih pun terdapat ikhtilaf apakah khulu’ itu

termasuk fasakh atau talak. Jadi fasakhnya pernikahan ini adalah

karena khulu’.

2. Menurut Ibu putusan yang harus dijatuhkan dalam perkara ini fasakh/talak?

- sebenarnya fasakh nikah itu kalau suami murtad atau salah satu di

antara suami atau istri murtad, tapi ini tidak murtad hanya hilang, tetapi

seperti sighat ta’lik talak terdapat kata- kata jika meninggalkan istri

selama dua tahun berturuut-turut maka akan jatuh talak satu. jadi

seharusnya memang jatuh talak bukan fasakh, karena isteri tidak rela.

3. Ulama fikih berbeda pendapat mengenai seorang istri yang suaminya hilang

maka harus menunggu terlebih dahulu selama 4 tahun bahkan ada yang

Page 98: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah

berpendapat lebih dari itu baru ia bisa mengajukan perceraian. Sedangkan

didalam Hukum Positif baik didalam Undang-Undang Perkawinan maupun

Kompilasi Hukum Islam dinyatakan jika seorang suami/istri meninggalkan

rumahnya selama dua tahun berturut-turut maka dia sudah Boleh

mengajukan perceraian kePengadilan Agama. Menurut ibu seharusnya isteri

harus menunggu berapa lama dulu sehingga ia bisa mengajukan perceraian?

- Ya kalau lama sekali tidak pulang- pulang itu namanya menganiaya

istri, karena memang terdapat ikhtilaf diantara mereka ada yang

mengatakan 2 tahun, ada juga yang mengatakan 4 tahun bahkan ada

yang lebih dari itu, maka dibuatlah Kompilasi Hukum Islam. Seorang

suami harusnya memberi nafkah istrinya. Jadi dalam memutuskan

suatu pertkara Pengadilan Agama harus merujuk kepada Undang-

Undang dan Kompilasi Hukum Islam, kecuali isteri rela.

4. Apa akibat bagi istri jika jatuh talak satu bain sughra padanya, dan apa juga

akibatnya jika pernikahannya difasakh?

- Jika fasakh itu karena dia saudara sepersusuan atau salah satu murtad,

maka sama saja seperti talak bain kubra, berarti tidak boleh menikah

lagi. Tetapi jika fasakhnya karena khulu’ maka dia sama dengan talak

satu bain sughra dan jika ingin kembali maka harus dengan akad baru

dan mahar baru

5. Apakah fasakh dan pembatalan nikah itu sama ?

- Beda, kalau fasakh akan batal secara otomatis tanpa izin dari

pengadilan/tanpa harus mengajukan perkaaranya ke Pengadilan Agama,

akan tetapi Pengadilan Agama hanya mengesahkan saja, seperti ketika

sudah menikah mereka baru tau kalau mereka adalah saudara

sepersusuan, atau salah satu diantara suami siteri tersebut murtad.

Sedangkan Pembatalan nikah maka perkaranya harus diajukan terlebih

dahulu ke Pengadilan Agama.

Page 99: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah
Page 100: “PUTUSAN TENTANG SUAMI MAFQUD” - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41608/1/ZARA PUTRI AULIA-FSH.pdf · tetap dilanjutkan, seperti kaidah