Putusan Majlis Tarjih Muhammadiyah

14
Pacaran dan KDP (Kekerasan dalam Pacaran) Pacaran itu salah satu surganya dunia, demikian kata orang-orang yang sedang dimabuk cinta. Terutama bagi mereka, kawula muda yang memang baru saja mengenal yang namanya cinta. Bagi mereka pacaran merupakan masa-masa yang paling indah. Yang tidak akan pernah terlupakan seumur hidup. Bahkan sampai akhir hayatnya. Pacaran itu sendiri adalah kegiatan saling mengenal dan saling menjajaki antara dua insan yang berbeda jenis (laki-laki dan perempuan). Baik mengenal bagaimana kepribadiannya, apa hobinya, bagaimana keluarganya, dan seterusnya. Berbicara tentang pacaran tidak membatasi pada umur. Karena pacaran itu sejatinya memang alamiah bagi setiap jiwa manusia. Kerap kali dijumpai kawula muda yang gaya pacarannya mengkhawatirkan, karena menjurus pada perilaku kekerasan. Kekerasan dalam pacaran oleh usia remaja antara lain kekerasan verbal/non-verbal, kekerasan seksual, kekerasan secara psikologis, dan seterusnya. Kekerasan dalam pacaran adalah salah satu bentuk perilaku merugikan yang banyak terjadi dalam sebuah hubungan pacaran. Kekerasan ini bisa dalam bentuk kkerasan fisik (physical abused) seperti penganiyaan, pemukulan, melukai dengan benda-benda tertentu dsb. Selain itu, kekerasan juga bisa berbentuk psikis (mentally abused) seperti penyampaian kata-kata yang tidak senonoh, pelecehan, intimidasi atau

description

Putusan Majlis Tarjih Muhammadiyah

Transcript of Putusan Majlis Tarjih Muhammadiyah

Page 1: Putusan Majlis Tarjih Muhammadiyah

Pacaran dan KDP (Kekerasan dalam Pacaran)

Pacaran itu salah satu surganya dunia, demikian kata orang-orang yang sedang

dimabuk cinta. Terutama bagi mereka, kawula muda yang memang baru saja mengenal

yang namanya cinta. Bagi mereka pacaran merupakan masa-masa yang paling indah.

Yang tidak akan pernah terlupakan seumur hidup. Bahkan sampai akhir hayatnya.

Pacaran itu sendiri adalah kegiatan saling mengenal dan saling menjajaki antara dua insan

yang berbeda jenis (laki-laki dan perempuan). Baik mengenal bagaimana kepribadiannya,

apa hobinya, bagaimana keluarganya, dan seterusnya.

Berbicara tentang pacaran tidak membatasi pada umur. Karena pacaran itu

sejatinya memang alamiah bagi setiap jiwa manusia. Kerap kali dijumpai kawula muda

yang gaya pacarannya mengkhawatirkan, karena menjurus pada perilaku kekerasan.

Kekerasan dalam pacaran oleh usia remaja antara lain kekerasan verbal/non-verbal,

kekerasan seksual, kekerasan secara psikologis, dan seterusnya.

Kekerasan dalam pacaran adalah salah satu bentuk perilaku merugikan yang

banyak terjadi dalam sebuah hubungan pacaran. Kekerasan ini bisa dalam bentuk

kkerasan fisik (physical abused) seperti penganiyaan, pemukulan, melukai dengan benda-

benda tertentu dsb. Selain itu, kekerasan juga bisa berbentuk psikis (mentally abused)

seperti penyampaian kata-kata yang tidak senonoh, pelecehan, intimidasi atau ancaman

dsb. Salah satu pasanngan, baik laki-laki maupun perempuan, bias mendapatkan

perlakuan yang tidak menyenangkan dari pasangannya baik secara fisik maupun

psikologis. Salah satu pasangan yang lemah akan menjadi korban kekerasan secara

berulang-ulang bahkan mungkin intensitasnya semakin meningkat.

Menghadapi kekerasan dalam pacaran seringkali lebih sulit bagi kita, karena anggapan

bahwa orang pacaran pasti didasari perasaan cinta, simpati, sayang dan perasaan-

perasaan lain yang positif , sehingga kalau pasangan kita sering marah-marah dan

membentak atau menampar kita, kita berpikir ini karena kesalahan diri sendiri. Hal klasik

yang sering muncul dalam kasus kekerasan dalam pacaran adalah perasaan menyalahkan

diri sendiri dan merasa “pantas” diperlakukan seperti itu.Menghadapi kekerasan dalam

pacaran seringkali lebih sulit bagi kita, karena anggapan bahwa orang pacaran pasti

didasari perasaan cinta, simpati, sayang dan perasaan- perasaan lain yang positif ,

Page 2: Putusan Majlis Tarjih Muhammadiyah

sehingga kalau pasangan kita sering marah-marah dan membentak atau menampar kita,

kita berpikir ini karena kesalahan diri sendiri. Hal klasik yang sering muncul dalam kasus

kekerasan dalam pacaran adalah perasaan menyalahkan diri sendiri dan merasa “pantas”

diperlakukan seperti itu.

Cara yang paling efektif mencegah KDP adalah dengan mencegah sebelum terjadinya

kekerasan. Jadi penting bagi pasangan untuk sama-sama sepakat memahami hubungan

yang sehat, bahkan sejak pertama kali memutuskan untuk berpacaran. Sebaiknya

tentukan batasan-batasan atau harapan-harapan terhadap satu sama lain. Bicarakan

konsekuensinya jika batasan-batasan tersebut dilanggar dan diskusikan jika harapan satu

pihak tidak sesuai dengan harapan pasangannya. Penting juga untuk menyepakati

bagaimana penyelesaian jika terjadi masalah. Yang paling penting, satu sama lain harus

memahami bahwa masing-masing merupakan individu yang bisa mengambil keputusan

secara mandiri tanpa boleh diancam atau dipaksa. Bahwa kamu lah yang paling berhak

menentukan sesuatu atas tubuhmu. Jangan pernah berusaha menyenangkan pasangan

kamu dengan tindakan yang sebenarnya tidak kamu senangi atau tidak nyaman

melakukannya. Jadi berani berkata tidak disertai dengan argumen yang bisa meyakinkan

pasangan kamu. Dengan demikian kamu juga belajar berkomunikasi secara asertif dan

terbuka yang bisa membantu membuat hubungan kamu lebih baik.

Mengenal tanda2 kekerasan pada remaja

Masa remaja itu merupakan masa pembentukan identitas diri. Pada masa ini diharapkan

remaja mampu membangun sense of identity . Setelahnya dilanjutkan dengan tugas

perkembangan berikutnya, yaitu intimacy, atau menjalin hubungan dengan lawan

jenisnya, kalau tidak salah itu kata Havighurst. Nah, ketika mengalami

masa-masa pacaran, ternyata proses yang dihadapi untuk setiap orang tidak sama. Ada

yang berjalan dengan sangat menyenangkan, namun tidak sedikit pula yang terpaksa

menjalaninya dengan berbagai hal yang tidak nyaman. Anehnya, meskipun dengan

keadaan yang tidak mengenakkan, tetap saja bentuk hubungan bernama pacaran itu tetap

saja menjadi impian para remaja. Berbagai bentuk tindakan kurang menyenangkan,

seperti hal nya dalam rumah tangga juga banyak terjadi pada remaja sekarang ini,

Page 3: Putusan Majlis Tarjih Muhammadiyah

sehingga “kekerasan dalam pacaran (KDP)” adalah tema yang tepat untuk bahasan kali

ini.Masa remaja itu merupakan masa pembentukan identitas

diri. Pada masa ini diharapkan remaja mampu membangun sense of identity . Setelahnya

dilanjutkan dengan tugas perkembangan berikutnya, yaitu intimacy,

atau menjalin hubungan dengan lawan jenisnya, kalau tidak salah itu kata Havighurst.

Nah, ketika mengalami masa-masa pacaran, ternyata proses yang dihadapi untuk setiap

orang tidak sama. Ada yang berjalan dengan sangat menyenangkan, namun tidak sedikit

pula yang terpaksa menjalaninya dengan berbagai hal yang tidak nyaman. Anehnya,

meskipun dengan keadaan yang tidak mengenakkan, tetap saja bentuk hubungan bernama

pacaran itu tetap saja menjadi impian para remaja.

Kekerasan dalam Pacaran ( Dating Violence) adalah segala bentuk tindakan yang

mempunyai unsur pemaksaan, tekanan, perusakan, dan pelecehan fisik maupun

psikologis yang terjadi dalam hubungan pacaran. Kekerasan dalam pacaran meliputi

kekerasan fisik, emosional, dan atau verbal oleh seseorang kepada pasangannya yang

dilakukan dalam hubungan pacaran. Hal ini bisa dilakukan tidak hanya oleh pria,

melainkan juga oleh wanita.

Kekerasan dalam Pacaran ( Dating Violence) adalah segala bentuk tindakan yang

mempunyai unsur pemaksaan, tekanan, perusakan, dan pelecehan fisik maupun

psikologis yang terjadi dalam hubungan pacaran. Kekerasan dalam pacaran meliputi

kekerasan fisik, emosional, dan atau verbal oleh seseorang kepada pasangannya yang

dilakukan dalam hubungan pacaran. Hal ini bisa dilakukan tidak hanya oleh pria,

melainkan juga oleh wanita.

Berikut beberapa bentuk kekerasan yang sering terjadi di dalam pacaran, yaitu:

Kekerasan fisik, meliputi memukul, menendang, menjambak rambut, menampar,

menonjok, melempar benda, membawa ke tempat yang membahayakan

keselamatan korban.

Page 4: Putusan Majlis Tarjih Muhammadiyah

Kekerasan seksual , meliputi setiap kontak seksual yang tidak diinginkan, rabaan,

ciuman, melakukan hubungan seksual yang tidak kita kehendaki dengan berbagai

ancaman.

Kekerasan emosional atau psikis, meliputi mengejek, curiga berlebihan, selalu

menyalahkan pacar, mengekang, melarang atau membatasi aktifitas kita,

memerasa, melarang kita untuk menegur orang lain.

Kekerasan secara ekonomi , bentuk kekerasan ini memang tidak terlalu terasa dan

bahkan menganggap tidak pernah ada, kekerasan yang sering timbul dalam hal

ekonomi diantaranya berupa peminjaman uang dan/atau barang yang pada ketika

ingin ditagih maka si peminjam beralasan yang macam-macam, kemudian dapat

juga dengan pengendalian terhadap pengeluaran dari salah satu pihak, misal:

selalu minta ditraktik dan belnaja barang yang mewah, ketika tidak dituruti

kemauannya maka akan berimbas kepada kekerasan yang lain, bisa fisik maupun

psikis.

kekerasanemosional tidak meninggalkan luka yang jelas dan sulit dijelaskan, tapi

efeknya bisa lebih parah daripada luka fisik. Kekerasan fisik ini seringkali dimulai

dari hal-hal yang sederhana. Korban membiarkan terjadi karena menganggap

tidak ada resiko besar yang akan menjadi konsekuensi dari ‘pembiaran’ tadi.

Rasionalisasi yang dilakukan korban misalnya “lagian dia kan pacarku” atau

“sesekali bolehlah.

Karakteristik Kekerasan dalam Pacaran

Kekerasan yang terjadi dalam pacaran mengikuti sebuah siklus yang saling berkaitan satu

sama lain yang disebut dengan siklus kekerasan. Siklus ini merupakan karakteristik kunci

dalam dating violence, yang ciri-cirinya antara lain :

Sering ketergantungan antara pelaku kekejaman dan korban, peristiwa yang tidak

menyenangkan (korban melakukan sesuatu yang dipandang sebagai sesuatu tidak

dapat diterima bagi pelaku,

pelaku mencoba untuk menghentikan perilaku dengan mengancam,

korban juga berargumentasi baik,

Page 5: Putusan Majlis Tarjih Muhammadiyah

keputusan “last straw” (pelaku memutuskan suatu situasi sebagai sesuatu yang

tidak dapat ditolerir),

serangan kemarahan yang primitif (Semua halangan untuk menyakiti orang yang

dicintai tidak nampak),

serta penyesalan (permohonan maaf, janji-janji, dan “saat-saat bahagia”), fase ini

hilang dari siklus setelah beberapa tahunkekerasan (dikenal dengan fenomena

cycle of abuse ).

Bentuk kekerasan, apapun bentuknya adalah suatu hal yang akan mengakar dan akan

terjadi berulang. Sikap menyesal dan permintaan maaf yang dilakukan oleh pelaku adalah

fase “reda” dari suatu siklus. Biasanya setelah fase ini, pelaku akan tampak tenang,

seolah-olah telah berubah dan kembali bersikap baik. Jika pada suatu saat timbul konflik

yang menyulut emosi perilaku, maka kekerasan akan terjadi lagi.

Penyebab Kekerasan dalam Pacaran

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan kekerasan dalam

pacaran , yaitu :

Pola asuh dan lingkungan keluarga yang kurang menyenangkan . Keluarga

merupakan lingkungan social yang amat berpengaruh dalam membentuk

kepribadian seseorang. Masalah-masalah emosional yang kurang diperhatikan

orang tua dapat memicu timbulnya permasalahan bagi individu yang

bersangkutan di masa yang akan datang. Misalkan saja sikap kejam orang tua,

berbagai macam penolakan dari orang tua terhadap keberadaan anak, dan sikap

disiplin yang diajarkan secara berlebihan. Hal-hal semacam itu akan berpengaruh

pada peran (role model) yang dianut anak itu pada masa dewasanya. Bisa model

peran yang dipelajari sejak kanak- kanak tidak sesuai dengan model yang normal

atau model standard, maka perilaku semacam kekerasan dalam pacaran ini pun

akan muncul.

Page 6: Putusan Majlis Tarjih Muhammadiyah

Peer Group , Teman sebaya memiliki pengaruh yang besar dalam memberikan

kontribusi semakin tingginya angka kekerasan antar pasangan. Berteman dengan

teman yang sering terlibat kekerasan dapat meningkatkan resiko terlibat

kekerasan dengan pasangannya.

Media Massa, Media Massa, TV atau film juga sedikitnya memberikan kontribusi

terhadap munculnya perilaku agresif terhadap pasangan. Tayangan kekerasan

yang sering muncul dalam program siaran televise maupun adegan sensual dalam

film tertentu dapat memicu tindakan kekerasan terhadap pasangan.

Kepribadian, Teori sifat mengatakan bahwa orang dengan tipe kepribadian A lebih

cepat menjadi agresif daripada tipe kepribadian B (Glass, 1977). Dan hal ini

berlaku pula pada harga diri yang dimiliki oleh seseorang. Semakin tinggi harga

diri yang dimiliki oleh seseorang maka ia memiliki peluang yang lebih besar

untuk bertindak agresif. Peran Jenis Kelamin , Pada banyak kasus, korban

kekerasan dalam pacaran adalah perempuan. Hal ini terkait dengan aspek sosio

budaya yang menanamkan peran jenis kelamin yang membedakan laki-laki dan

perempuan. Laki-laki dituntut untuk memiliki citra maskulin dan macho,

sedangkan perempauan feminine dan lemah gemulai. Laki-laki juga dipandang

wajar jika agresif, sedangkan perempuan diharapkan untuk mengekang

agresifitasnya. Dilain pihak, hal yang sering muncul dalam kasus-kasus kekerasan

dalam pacaran adalah bahwa korban wanita biasanya cenderung lemah, kurang

percaya diri, dan amat mencintai pasangannya. Apalagi karena sang pacar, setelah

melakukan kekerasan (menampar, memukul, menonjok, dan lain-lain) biasanya

terus menunjukkan sikap menyesal, minta maaf, dan berjanji tidak akan

melakukannya lagi, serta bersikap manis pada pasangannya. Pada saat inilah,

karena wanita tersebut sangat mencintainya dan berharap sang pacar akan berubah

dan benar-benar insyaf, maka serta merta dia akan memaafkannya dan hubungan

diharapkan bias berjalan lancar kembali. Padahal, kekerasan dalam pacaran ini

seperti sesuatu berpola, ada siklusnya. Seseorang yang pada dasarnya memiliki

kebiasaan bersikap kasar pada pasangannya, akan cenderung mengulangi hal yang

sama karena ini sudah menjadi bagian dari kepribadiannya, dan merupakan cara

baginya untuk menghadapi konflik atau masalah.

Page 7: Putusan Majlis Tarjih Muhammadiyah

Hal lain yang menyebabkan perempuan menerima menjadi korban kekerasan oleh

pasangannya dalam hubungan pacaran antara lain :

Mereka mengharapkan hubungan mereka berjalandengan mulus, dan berharap

pasangannya akan berubah pada akhirnya.

Mereka merasa takut atau khawatir bahwa pacar mereka akan menyakiti atau

melakukan balas dendam

Mereka merasa bersalah atau malu

Mereka melihat bahwa tidak ada alternatif lain, dan tidak menyadari bahwa

meminta pertolongan memang bisa dilakukan.

Mereka tidak memiliki dukungan baik secara social maupun individual

Mereka menganggap bahwa pasangan yang hanya sekali-kali melakukan

kekerasan lebih baik dibandingkan tidak memiliki pasangan sama sekali

Mereka meyakini bahwa sebetulnya, tindak kekerasan seperti itu biasa-biasa saja

Mereka berfikir bahwa tindak kekerasan akan lenyap dengan sendirinya ketika

mereka sudah menikah atau memiliki anak

Dampak kekersan dalam Pacaran

Kekerasan dalam pacaran menimbulkan dampak baik fisik maupun psikis.

Dampak fisik bisa berupa memar, patahtulang, dsbg.

Dampak luka psikis bisa berupa sakit hati, harga diri yang terluka , terhina,

Depresi, menyalahkan diri sendiri, ketakutan merasa dibayangi okeh terror, rasa

malu, merasa sedih, bingung, mencoba bunuh diri, cemas, tidak mempercayai diri

sendiri dan orang lain, merasa bersalah.

Penanganan

Diatas telah dipaparkan penyebab terjadinya KDP. Penanganan dari KDP ini tentunya

bergantung pada penyebabnya. Kita mesti menelusuri terlebih dahulu apa penyebabnya

baru kemudian kita menentukan cara penanganannya. Proses penanganan KDP ini perlu

melibatkan penyadaran kedua belah pihak, baik pelaku

Page 8: Putusan Majlis Tarjih Muhammadiyah

maupun korban, karena biasanya dalam kasus-kasus KDP diakibatkan ketergantungan

pada masing-masing pihak. Kepada korban, kita perlu meyakinkan dia untuk berkata

tidak untuk tindak kekerasan yang dilakukan oleh pasangannya, membantunya melihat

pilihan dan alternative yang mungkin dan menumbuhkan kepercayaan dirinya. Untuk

korban yang mengalami trauma tentu dibutuhkan penanganan khusus oleh psikiater atau

psikolog atau melalui pendamping korban untuk tahap awal. Bagi pelaku kekerasan, kita

telusuri apa penyebab dari perilakunya tersebut,apakah ada peristiwa buruk atau perilaku

traumatic sehingga dia menggunakan cara penyelesaian konflik dengan cara kekerasan

atau pada penyebab lainnya. Pelaku perlu mendapatkan konseling ataupun psikoterapi

dari psikolog atau psikiater, juga perlu disadarkan bahaya dari perilakunya, baik bagi

dirinya sendiri ataupun bagi pasangannya. Alternatif pengendalian emosi juga bisa

dianjurkan, misalnya dengan pelatihan yoga, latihan pernafasan, dan sebagainya. Di

Indonesia, telah ada hukum yang melindungi korban kekerasan (termasuk KDP) yaitu

pasal 351-358 KUHP untuk penganiayaan fisik, pasal 289-296 tentang pencabulan, jika

kita mengalami pelecehan seksual, pasal 281-283, pasal 532-533untuk kejahatan terhadap

kesopanan, dan pasal 286-288 untuk persetubuhan dengan perempuan dibawah umur.

Sedangkan jika dalam kasus KDP ini menimpa anak yang masih dibawah umur (dibawah

18 tahun) maka perlindungan lebih lanjut akan mengacum kepada Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2003 tentang Perlindungan Anak. (dari berbagai sumber)

Pacaran dalam Islam memang tidak ada secara jelas larangannya dalam Al Qur'an dan

As-Sunnah. Akan tetapi pacaran merupakan muqaddimatu Al zina, dalam artian

merupakan aktifitas yang bisa menjurus kepada aktivitas zina. Pacaran di sini di artikan

dengan hubungan emosional yang dekat antara dua individu yang berbeda jenis dengan

rasa suka-saling suka. akan tetapi pacaran memang aktivitas ilegal pra nikah. catatan ini

diperuntukan bagi akktivis pacaran yang sedang melakukan ini, agar bisa kembali kepada

jalur yang benar. sedangkan bagi yang belum pacaran berfikir sebelum melakukannya.

untuk yang sudah tidak lagi pacaran dan mencari jalur aman, mari kita suarakan tidak

untuk pacaran sebelum menikah. Tapi di bawah ini kita perlu memahami realitas pacaran

itu sendiri, banyak sekali kekerasan dalam pacaran yang ada di sekeliling kita.

Page 9: Putusan Majlis Tarjih Muhammadiyah

1. Al-Isra`: 32

“Dan janganlah kalian mendekati perbuatan zina, sesungguhnya itu adalah perbuatan nista dan sejelek-jelek jalan.”

2. An-Nur ayat 30:

Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.”

3. An-Nur ayat 31:

Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung