PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis...

109
PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan Nomor 967/Pdt.G/2010/PA. JP) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Syari’ah (S.Sy) Oleh: AHMAD ROBIAN NIM: 1111044100013 PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ( A H W A L S Y A K H S I Y Y A H ) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1437 H/2016 M

Transcript of PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis...

Page 1: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD

(Analisis Putusan Nomor 967/Pdt.G/2010/PA. JP)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum Untuk

Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Syari’ah (S.Sy)

Oleh:

AHMAD ROBIAN

NIM: 1111044100013

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

( A H W A L S Y A K H S I Y Y A H )

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1437 H/2016 M

Page 2: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan
Page 3: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan
Page 4: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan
Page 5: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

iv

Skripsi ini penulis persembahkan kepada :

Ayahanda Sukarna dan Ibunda Siti Romlah Atas do’a dan kasih

sayang yang tiada henti yang selalu tercurahkan kepada penulis

Saudari kandung Dede Mulyati dan Charia Fitri

Yang selalu memberikan dorongan

Serta semangat kepada penulis

Page 6: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

v

ABSTRAK

Ahmad Robian, 111104400013, Putus Pernikahan Dengan Alasan Murtad

(Analisis Putusan Pengadilan Agama Jakarta Pusat No. 967/Pdt.G/2010/PA. JP).

Konsentrasi Peradilan Agama Program Studi Hukum Keluarga Fakultas Syariah

dan Hukum Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 1437

H/2015 M.

Studi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana status perkawinan

pasangan yang salah satunya murtad menurut fiqih dan peraturan perundang-

undangan di Indonesia. Untuk mengetahui pertimbangan hakim Pengadilan

Agama jakarta Pusat dalam menyelesaikan perkara pembatalan perkawinan

dengan alasan suami murtad. Untuk mengetahui putusan Hakim PA Jakarta Pusat

No Perkara 967/Pdt.G/2010/PA.JP Tentang putus perkawinan karena murtad

ditinjau dari Hukum Formil dan Materil

Penelitian ini adalah Penelitian Kualitatif dengan pendekatan normatif

empiris. Sumber datanya terdiri dari data Primer dan Skunder. Data Primernya

putusan No 967/Pdt.G/2010/PA.JP dan hasil wawancara dengan hakim yang

memutus Putusan No 967/Pdt.G/2010/PA.JP serta hakim PA Jakpus. Data

Skundernya tulisan yang terkakait dengan tema penelitian, tehnik pengumpulan

data dilakukan dengan wawancara, kajian pustaka dan dokumentasi. Metode

menganalisanya dilakukan dengan metode induktif.

Hasil penelitian menunjukan bahwa status perkawinan jika salah satu

pihak Murtad menurut fiqih bahwa perkawinan mereka menjadi fasakh tanpa

diputus oleh PA. dalam KHI Pasal 116 huruf h, menyebutkan bahwa jika salah

satu pasangan suami isteri murtad dan menyebabkan ketidak harmonisan dalam

rumah tangga, maka hal tersebut dapat dijadikan sebagai alasan perceraian dan

bukan sebagai alasan fasakh. Adapun mekanisme penyelesaian perkara cerai

karna murtad di Pengadilan Agama Jakarta Pusat. Maka amarnya adalah

memfasakhkan perkawinan tersebut. Hal ini sesuai dengan Pedoman Pelaksanaan

Tugas dan Administrasi Peradilan Agama yang menyebutkan bahwa amar putusan

dalam perkara cerai gugat dengan alasan murtad (Peralihan Agama) adalah

memfasakh perkawinan. Berbeda dengan putusan yang menjadi objek penelitian

ini yang amarnya adalah memutuskan perkawinan dengan perceraian.Tinjauan

hukum formil pada putusan ini sudah sesuai dengan hukum formil yang ada.

Namun dalam hukum materilnya, ada beberapa kekeliruan dalam mencantumkan

rumusan Pasal yang digunakan dalam hal kesaksian dan pertimbangan hukum.

Sehingga menimbulkan ketidak jelasan atau kekaburan dalam putusan tersebut.

Kata Kunci : Perceraian, Murtad, Fasakh

Pembimbing : Hj. Hotnidah Nasution, M.A

Dafar Pustaka : Tahun 1976 sampai Tahun 2013

Page 7: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji penulis panjatkan kepada Allah SWT yang mana telah

memberikan taufiq dan hidayahn-Nya kepada Penulis terutama dalam

meyelesaikan Skripsi ini. Sholawat serta salam Penulis panjatkan kepada

junjungan besar, Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabat yang telah

banyak berkorban menyebarkan dakwah Islam kepada umat, sehingga

mengangkat umat dari kebodohan kepada kecerdasan.

Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar

strata 1 (S.1), dengan adanya persyaratan ini membuat Penulis berfikir bahwa

untuk mencapai sesuatu yang diinginkan tidak mudah. Dibutuhkan kerja keras,

semangat, sungguh-sunguguh, motivasi dan bimbingan dari semua pihak agar

dapat menyelesaikan skripsi dengan baik yang sesuai dengan harapan Penulis.

Untuk menyelesaikan skripsi ini penulis banyak mendapat petunjuk dan

bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung dan tidak. Karena itu Penulis

ucapkan terimakasih kepada yang terhormat bapak ibu:

1. Prof. Dede Rosyada, M.A., Rektor Universititas Islam Negri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A., Ph.D., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah jakarta.

3. Dr. Abdul Halim, MA., dan Arip Purkon, MA., Selaku Ketua Program Studi

dan Skretaris Hukum Keluarga. (Ahwal Syakhshiyyah) Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negri Jakarta.

4. Hj. Hotnidah Nasution, M.A., selaku dosen pembimbing skripsi penulis yang

telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan

Kepada penulis, sehingga penulis dapat meneyelesaikan skripsi ini dengan

baik, semoga beliau selalu dalam lindungan dan kasih sayang Allah SWT.

5. Dr. Hj. Mesraini, M.Ag., Dosen Program Hukum Keluarga Fakultas Syariah

dan Hukum yang telah Ikhlas berbagi pengetahuan dan pengalamannya dalam

Page 8: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

vii

kegiatan belajar dan mengajar yang penulis jalani.

6. Drs. H. Hafifullah, S.H., M.H., selaku hakim yang memutus perkara No.

976/Pdt.G/2010/PA.JP. yang telah meluangkan waktunya dan arahannya serta

informasi kepada Penulis.

7. Para staf Pengadilan Agama jakarta Pusat yang telah memberikan izin kepada

Penulis untuk melaksanakan observasi dan wawancara selama Penulis

mengadakan penelitian khusunya, Ruslan P., SH., M.H. selaku Panitra Muda

Hukum yang telah banyak membantu Penulis mendapatkan data-data

penelitian

8. Drs. H. Munadi, M.H., selaku hakim Pengadilan Agama Jakarta Pusat yang

telah memberikan informasi kepada Penulis.

9. Segenap Dosen Program Studi Hukum Keluarga Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta yeng telah memberikan ilmu

Pengetahuan dengan tulus ikhlas, semoga ilmu yang diajarkan bermanfaat

serta menjadi keberkahan Penulis dalam menjalani kehidupan. Serta para

Pimpinan dan Staf Perpustakaan baik Perpustakaan Utama maupun

Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum guna menyelesaikan skripsi ini.

10. Teristimewa Ananda haturkan terima kasih kepada orang tua ananda yaitu

ayahanda tercinta Sukarna dan ibunda tercinta Siti Romlah karena berkat do’a,

motivasi, kasih sayang perhatian dan bantuan (moril, materil, dan spritual)

yang telah memberikan ayahanda dan ibunda tercinta kepada ananda dengan

tulus, sehingga dapat menyelesaikan studi ini dengan lancar.

Meskipun telah berupaya dengan optimal, Penulis menyadari bahwa

skripsi ini masih banyak kekurangan dari berbagai segi dan jauh dari sempurna,

karena kesempurnaan milik Allah semata. Sehingga saran dan kritik yang bersifat

membangun Penulis harapkan untuk kebaikan skripsi ini.

Jakarta, 4 Januari 2016

Penulis

Page 9: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PANITIAN UJIAN SKRIPSI ........................ i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ............................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN .......................................................................... iii

ABSTRAK ...................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR .................................................................................... v

DAFTAR ISI ................................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1

B. Identifikasi Masalah .............................................................. 6

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah .................................... 7

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................. 8

E. Review Study Terdahulu ........................................................ 9

F. Metode Penelitian................................................................... 10

G. Sistematika Penulisan ............................................................ 14

BAB II PINDAH AGAMA SEBAGAI PENYABAB PUTUSNYA

PERNIKAHAN

A. Agama Sebagai Hak Individu ............................................... 16

B. Agama Sebagai Aspek Kehidupan Dalam Rumah Tangga.... 21

C. Pindah Agama dan Akibat Hukumnya Terhadap Pernikahan 27

1. Pindah Agama Sebagai Pembatalan Nikah ...................... 27

2. Pindah Agama Sebagai Fasakh ........................................ 36

D. Pembatalan Pernikahan Dalam Undang-Undang................... 42

BAB III PERKARA PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA

JAKARTA PUSAT

A. Perkara Perceraian di Pengadilan Agama Jakarta Pusat ........ 45

B. Administrasi Pengajuan Perkara Perceraian .......................... 46

C. Faktor-faktor Perceraian di Pengadilan Agama Jakarta Pusat 49

D. Prosedur Pemeriksaan Perceraian .......................................... 50

E. Volume Perkara Perceraian Tahun 2012-2014 ...................... 53

BAB IV PUTUS CERAI TALAK SUAMI MURTAD DI

PENGADILAN AGAMA JAKRTA PUSAT

A. Putus Cerai Talak Suami Murtad di Pengadilan Agama

Jakarta Pusat ........................................................................... 54

B. Tinjauan Fiqh Pada Putusan Nomor 967/Pdt.G/2010/PA.JP. 57

C. Tinjauan Hukum Formil dan Materil Pada Putusan Nomor

967/Pdt.G/2010/PA.JP ............................................................ 60

D. Penyelesaian Perkara Perceraian Karena Murtad di

Pengadilan Agama Jakarta Pusat ............................................ 62

Page 10: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

ix

E. Analisis Penulis ...................................................................... 63

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................. 67

B. Saran-saran .............................................................................. 69

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 71

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 11: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkawinan merupakan hal yang sangat penting dalam realita

kehidupan umat manusia, dengan adanya perkawinan rumah tangga dapat

ditegakkan dan dibina sesuai dengan norma agama dan tata kehidupan

masyarakat.1 Tujuan dari perkawinan itu adalah membentuk suatu keluarga

sakinah mawaddah warrahmah.2

Keluarga yang sakinah, mawaddah, dan warahmah merupakan suatu

model atau performance keluarga yang dicita-citakan oleh setiap orang.

Perkawinan merupakan awal hidup bersama dalam suatu ikatan yang diatur

dalam suatu ikatan lahir batin secara sah baik menurut agamanya dan tunduk

kepada peraturan perundang-undangan dengan yang berlaku di Indonesia.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, menjelaskan

secara jelas tentang arti perkawinan: “perkawinan ialah ikatan lahir batin

antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan

keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan

Yang Maha Esa”.3 Perkawinan adalah ikatan yang kuat (mitsaqon ghalizan)

1 Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta:

Kencana, 2006), h. 1.

2 Khoiruddin Nasution, Hukum perkawinan I, (Yogyakarta: ACAdemia TAZZAFA,

2004), h. 38.

3 Amin Suma,Undang-Undang Perdata Islam & Peraturan Pelaksanaan Lainnya di

Negara Hukum Indonesia. (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), h. 522.

Page 12: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

2

sebagai mana dijelaskan dalam pasal 2 Kompilasi Hukum Islam (KHI).4

sebuah perkawinan pada dasarnya terdiri dari dua orang yang

mempunyai kepribadian, sifat, dan karakter yang sama. Latar belakang

keluarga problem yang berbeda satu sama lain. Semua itu sudah jauh

dipertimbangkan sebelum keduanya memutuskan untuk menikah. Oleh

karena itu, tidak mengherankan jika kehidupan perkawinan pada kenyataan

selanjutnya tidak seindah dan seromantis harapan pasangan tersebut.

Persoalan demi persoalan yang dihadapi setiap hari, belum lagi ditambah

dengan keunikan masing-masing individunya, sering menjadikan kehidupan

perkawinan menjadi sulit dan hambar. Jika sudah demikian, maka kondisi itu

semakin membuka peluang bagi timbulnya percekcokan yang kemudian

mengakibatkan perceraian diantara mereka.

Islam memahami dan menyadari hal di atas, karena itu Islam

membernarkan dan mengizinkan perceraian kalau perceraian itu dinilai lebih

baik dari pada tetap berada dalam ikatan perkawinan. Walaupun maksud dari

perkawinan itu untuk mencapai kebahagiaan dan kerukunan hati masing-

masing, tentu hal tersebut tidak akan tercapai dalam hal-hal yang sudah tidak

dapat disesuaikan lagi. Karena kebahagiaan itu tidak dapat dipaksakan,

memaksakan kebahagiaan bukanlah kebahagiaan tetapi mengakibatkan

penderitaan. Karenanya Islam tidak mengikat mati perkawinan tetapi tidak

4 Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: CV Akademika

Presindo, 2010), h. 114.

Page 13: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

3

pula mempermudah perceraian.5 untuk memungkinkan terjadinya perceraian

harus didasari oleh alsan-alasan tertentu dan dilakukan di depan sidang

pengadilan.6

KHI secara jelas dinyatakan dalam pasal 116 mengenai persayaratan

dapat mengajukan perceraian. Ketika salah seorang pasangan murtad selama

dalam pernikahan, maka hal ini dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya

percerian sebagaimana hal ini telah diatur dalam pasal 116 h yang

menyatakan Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya

ketidak rukunan dalam rumah tangga.7

Pembatalan perkawinan yang didalam fiqih Islam yang dikenal

dengan sebutan (nikah al-batil). Didalam pasal 22 UU No.1/1974 dinyatakan

dengan tegas bahwa Perkawinan dapat dibatalkan apabila para pihak tidak

memenuhi syarat-syarat untuk melangsungkan perkawinan. Suatu perkawinan

dapat batal demi hukum dan bisa dibatalkan oleh pengadilan. Secara

sederhana ada dua sebab terjadinya pembatalan perkawinan:

Pertama, pelanggaran prosedural perkawinan. Contohnya, tidak

terpenuhinya syarat-syarat wali nikah, tidak dihadiri para saksi dan alasan

prosedural lainnya. Kedua, pelanggaran terhadap materi perkawinan.

Contohnya, perkawinan yang dibawah ancaman, terjadi salah sangka

mengenai calon suami dan istri. Adapun perkawinan yang dapat dibatalkan

5 M. Djamil Latif, Aneka Hukum Perceraian di Indonesia, ( Jakarta: Ghalia

Indonesia, 1985), h. 30. 6 Muhammad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Press, 1998), h.

268.

7 Kompilasi Hukum Islam Pasal 116 (h).

Page 14: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

4

adalah seperti yang termaktub didalam Undang-undang Perkawinan Pasal 22

yang menyatakan Perkawinan dapat dibatalkan apabila para pihak tidak

memenuhi syarat-syarat untuk melangsungkan perkawinan.

Murtad dalam fiqih bisa dijadikan sebagai penyebab putusnya

perkawinan, begitupun pandangan para imam madzhab fiqih, sepakat apabila

salah suatu suami atau istri pindah agama maka perkawinannya putus.

Menurut Imam Abu Hanifah dan Imam Malik, jika salah seorang suami istri

keluar dari agama Islam maka secepatnya bercerai (mutlak) baik murtadnya

sebelum bercampur maupun sesudahnya. Menurut Imam Asy-syafi’i dan

Imam Ahmad bin Hambal, jika murtadnya sebelum terjadi bercampur, harus

secepatnya bercerai. Namun jika murtadnya sesudah bercampur hendaknya

ditunggu hingga iddahnya selesai. Sedangkan menurut Imam Hanafi, Syafi’i

dan Hambali; tidak bercerai apabila keduanya sama-sama murtad, berbeda

dengan Imam Malik yang mengharuskan bercerai alias perkawinannya putus.8

Peraturan perundang-undangan di Indonesia menjelaskan bahwa.

murtad juga bisa dijadikan alasan putus perkawinan namun dikemas dalam

bentuk perceraian.9 Dalam KHI secara jelas dinyatakan dalam pasal 116

mengenai Alasan dapat mengajukan perceraian. Ketika salah seorang

pasangan murtad selama dalam pernikahan, maka hal ini dapat menjadi salah

satu penyebab terjadinya percerian sebagaimana hal ini telah diatur dalam

pasal 116 h yang menyatakan Peralihan agama atau murtad yang

8 Muhammad bin Abdurrahman ad-Dimasyqi, Fiqih Empat Madzhab, Penerjamah

Abdullah zaki Alkaf (Bandung Hasyim, 2010), h. 350.

9 Muhammad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Press, 1998), h.

268.

Page 15: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

5

menyebabkan terjadinya ketidak rukunan dalam rumah tangga.10

Memang tampak ada perbedaan dalam fiqih dengan peraturan

perundang-undangan di Indonesia, kemudian apabila dilihat dari

implementasi dilapangan murtad itu banyak terjadi dan sebelumnya sudah

diputuskan oleh Pengadilan, salah satu nya di Pengadilan Agama Jakarta

Pusat Putusan Nomor 967/Pdt.G/2010/PA JP.

Perkara putusan tersebut asal masalahnya adalah karena terjadinya

murtad diantara salah seorang pasangan yang kemudian mengakibatkan

timbulnya ketidak harmonisan dalam pernikahannya. Berdsasarkan peristiwa

tersebut kalau kita merujuk kepada KHI pasal 116 H maka seharusnya

pristiwa tersebut menjadi alasan dapat diajukannya perceraian. Sehingga

seharusnya perkawinan mereka putus karena cerai, dalam hal ini cerai talak.

Pengadilan Agama Jakarta Pusat dalam memutus perkara tersebut

dengan pembatalan nikah yang dalam amar putusannya karena perceraian.

Pengadilan dalam merujuk dasar hukumnya memakai rumusan Pasal 116

huruf g dan f juncto Pasal 75 huruf (a) Kompilasi Hukum Islam. Namun

kalau kita pahami pasal yang menjadi rujukan tersebut dalam hal ini pasal

116 g, sama sekali tidak membahas tentang murtad, karena seharunya hakim

merujuk pada psal 116 H, sehingga dalam hal ini penulis merasa terdapat

ketidak sesuaian dalam rumusan dasar hukumnya.

Mengenai hal ini dalam KHI sebagaimana dalam pasal 70-76 tidak

dinyatakan bahwa ketika salah satu pasangan murtad maka perkawinan

10

Kompilasi Hukum Islam Pasal 116 huruf (h)

Page 16: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

6

mereka dapat dibatalkan. Karena sesungguhnya dalam KHI ketika salah

seorang murtad hal ini seharusnya menjadi salah satu sebab dapat

diajukannya perceraian, bukan dengan pembatalan, sebagaimana hal ini

terdapat dalam pasal 116 huruf h.

Akibat yang timbul ketika hakim memberikan putusan fasakh sangat

berbeda dari putusan karena talak. Apabila pernikahan putus karena fasakh

maka perceraian mereka dianggap batal, dan tidak ada hak rujuk dari suami,

serta suami tidak dibebankan biaya berupa mut’ah, nafkah dan sebagainya

yang seharusnya dapat dibebankan kepada suami yang bercerai karena cerai

talak.

Penulis menemukan kejanggalan dalam putusan yang dikeluarkan

oleh Pengadilan Agama Jakarta Pusat dalam memutus perkara ini. Bahkan

setalah penulis teliti ternyata selain dari amar putusan, terdapat beberapa

kejanggalan dalam putusan tersebut. Beranjak dari masalah tersebut, penulis

merasa tertarik untuk membahas lebih lanjut tentang putusan Pengadillan

Agama Jakarta Pusat ini dan mengangkatnya menjadi skripsi dengan judul

“PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis

Putusan Nomor 967/Pdt.G/2010/PA JP).”

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah merupakan suatu permasalahan yang terkait

dengan judul yang sedang dibahas. masalah-masalah yang sudah tertuang pada

subbab latar belakang diatas pada umumnya kerap dijumpai direalita

kehidupan untuk saat ini, maka dari itu penulis memaparkan beberapa

Page 17: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

7

permasalahan yang ditemukan sesuai dengan bagian latar belakang penelitian

ini diantaranya adalah:

1. Bagaimana metode ijtihad seorang hakim dalam memutus perkara

pembatalan pernikahan yang amar putusannya perceraian?

2. Apa saja kebijakan yang digunakan majlis hakim dalam memutus perkara

pembatalan pernikahan?

3. Apakah dasar hukum yang digunakan dalam putusan hakim sudah sesuai

dengan Undang-undang yang berlaku?

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Dalam penulisan ini, agar penelitian ini tidak melebar, maka pembahasan

mengenai pembatalan pernikahan dibatasi pada pembatalan yang

disebabkan oleh pasangan yang murtad, putusan pengadilan dibatasi pada

putusan Pengadilan Agama Jakarta Pusat Nomor 967/Pdt.G/2010/PA JP.

2. Perumusan Masalah

Menurut fiqih dan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang

Kompilasi Hukum Islam, pindah agama (murtad) adalah salah satu

penyebab putusnya perkawinan bukan batalnya perkawinan, namun pada

prakteknya di Pengadilan Agama Jakarta Pusat memutus perkara

pembatalan perkawinan dengan alasan suami pindah agama. Karena itu

pertanyaan peneletiannya adalah:

a. Bagaimana status perkawinan murtad menurut fiqih dan peraturan

perundang-undangan di Indonesia?

Page 18: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

8

b. Bagaimana Hakim Pengadilan Agama Jakarta Pusat menyelesaikan

perkara putus perkawinan karena murtad?

c. Bagaimana putusan Hakim Pengadilan Agama Jakarta Pusat Nomor

Perkara 967/Pdt.G/2010/PA. JP. tentang pembatalan perkawinan

karena pasangan murtad ditinjau dari hukum formil dan materil?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui bagaimana status perkawinan pasangan yang salah

satunya murtad menurut fiqih dan peraturan perundang-undangan di

Indonesia.

b. Untuk mengetahui cara Hakim Pengadilan Agama Jakarta Pusat dalam

menyelesaikan perkara pembatalan perkawinan dengan alasan suami

murtad.

c. Untuk mengetahui putusan Hakim PA Jakarta Pusat No Perkara

967/Pdt.G/2010/PA.JP Tentang putus perkawinan karena murtad

ditinjau dari Hukum Formil dan Materil

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi penulis, penilitian ini diharapkan dapat memberikan penjelasan

bagaimana peran hukum dan hakim dalam mengatur murtad sebagai

alasan pembatalan perkawinan.

b. Bagi akademik, penelitian ini dapat menambah dan memperkaya

khazanah ilmu pengetahuan dalam hal perkawinan dan hukum perdata

khususnya yang berkaitan dengan pembatalan perkawinan dengan

alasan suami murtad.

Page 19: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

9

c. Bagi Badan Penegak Hukum dan Keadilan, hasil penelitian ini dapat

memberikan sumbangan pemikiran dalam merumuskan hal yang

membatalkan perkawinan karena murtad yang dapat sesuai, seiring dan

sejalan dengan peraturan perundang-undangan.

d. Bagi masyarakat umum, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan

penjelasan kepada masyarakat dalam rangka menjawab pertanyaan

ataupun pernyataan seputar konsep alasan pembatalan perkawinan

karena murtad.

E. Review Studi Terdahulu

Dalam penulisan skripsi ini, penulis melakukan tinjauan kajian

terdahulu terhadap karya ilmiah terdahulu, diantarnya:

1. Nasrudin, (1110044100025), Murtad Sebagai Alasan Pembatalan

Perkawinan (Analisis putusan perkara No. 2390/Pdt.G/PA. Dpk.).

Pembatalan Karena Suami Murtad dan Kedudukan Perkawinan. Di sini

penulis lebih menekankan pada kasus Pembatalan perkawinan yang

disebabkan oleh salah satu pasangan murtad yang ada dalam putusan PA

Jakarta Pusat No.967/Pdt.G/2010.PA JP

2. Usuf Shalahuddin, (108044100036), Efek Riddah Terhadap Status

Pernikahan (Studi Analisis Putusan Pengadilan Agama Bekasi

Nomor:342/Pdt.G/2010/PA.Bks). Menganalisis efek riddah terhadap status

pernikahan menurut fiqh. Di sini penulis lebih menekankan pada kasus

Pembatalan perkawinan yang disebabkan oleh salah satu pasangan murtad

yang ada dalam putusan PA Jakarta Pusat No.967/Pdt.G/2010.PA JP.

Page 20: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

10

3. Lilis Suryani, (104044201470), Akibat hukum dari Perceraian Dengan

Alasan Suami Murtad (Analisis putusan No 1154/Pdt/2007/PA. JS) 2008.

Dalam skripsi ini menjelaskan tentang perceraian yang dilatarbelakangi

adanya perpindahan agama yang dilakukan suami dan bagaimana akibat

hukumnya menurut Undng-Undang 1 Tahun 1974. Di sini penulis lebih

menekankan pada kasus Pembatalan perkawinan yang disebabkan oleh

salah satu pasangan murtad yang ada dalam putusan PA Jakarta Pusat

No.967/Pdt.G/2010.PA JP.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan

Penelitian ini dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif dengan

metode analisis deskriptif.

Metode analisis dekriptif yaitu metode yang menggambarkan dan

memberikan analisa terhadap kenyataan di lapangan. Sedangkan yang

dimaksud dengan menggunakan pendekatan kualitatif yaitu prosedur yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari orang-orang

atau prilaku yang diamati.11

2. Jenis penelitian

Penelitian ini merupakan yang mendeskripsikan fenomena-fenomena yang

terjadi di lapangan, dalam hal ini menyangkut tentang pembatalan

perkawinan, yang menjadi kajian pokok adalah analisis perkara yang

disidangkan di Pengadilan JakPus, yaitu perkara pembatalan perkawinan

Nomor 967/Pdt.G/2010/PA JP. Dengan demikian, jenis penelitian ini

11

Sudarman Damin, Menjadi Peneliti Kualitatif: Ancaman Metoodelogi, Presentasi

dan Publikasi Hasil Penelitian, cet.1, (Bandung: Pustaka Setia, 2002), h. 51.

Page 21: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

11

adalah sebuah penelitian hukum (Normatif Empiris) yaitu bagaimana

Peraturan ini diperaktekkan oleh masyrakat dalam hal ini diperaktekkan

oleh hakim di pengadilan.12

3. Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data

a. Sumber Data

Untuk mendapatkan sumber data yang diperlukan dalam penulisan ini,

maka sumber data yang penulis gunakan, yaitu data primer dan data

sukender.13

1) Data primer merupakan bahan hukum yang mempunyai otoritas.

Data primer dalam penelitian ini adalah dokumen register dan berkas

perkara Pengadilan Agama Jakarta Pusat, yakni putusan pembatalan

pernikahan pada tahun 2010 dengan Nomor perkara

967/Pdt.G/2010/PA JP. Dan hasil wawancara langsung dengan para

hakim yang memutus perkara Nomor 967/Pd.G/2010/PA. JP

2) Data sekunder adalah semua publikasi tentang hukum yang

merupakan dokumen yang tidak resmi. Publikasi tersebut terdiri

atas: (a) buku-buku teks yang membicarakan suatu dan/atau

beberapa permasalahan hukum termasuk skripsi,tesis, dan disertasi

hukum, (b) kamus-kamus hukum, (c) jurnal-jurnal hukum dan (d)

komentar-komentar atas putusan hakim. Publikasi tersebut

merupakan petunjuk atau penjelasan yang berasal dari kamus,

ensiklopedia, jurnal, surat kabar, dan sebagainya.14

12

Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum,(Jakarta: Sinar Grafika, 2010), h. 31. 13

Peter Muhammad Marzuki, Penelitian Hukum, (jakarta: Kencana, 2007), h. 144-

146.

14

Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, Jakarta; PT. Bumi

Askara, ct. Ke-8, 2007, h. 83.

Page 22: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

12

4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah

metode kepustakaan (library research) dan penelitian lapangan (field

research).15

a. Metode kepustakaan

Metode kepustakaan (Library Research) adalah metode yang sumber

datanya diambil dari tulisan-tulisan (sumber bacaan) yang telah

diterbitkan. Di antaranya buku, hasil penelitian, jurnal buletin, review,

majalah surat kabar, dan bahan-bahan dokumen resmi yang ada

kaitannya dengan penelitian.

b. Studi Dokumenter

Studi Dokumenter merupakan salah satu metode yang digunakan untuk

mencari data otenteik berupa catatan harian ataupun catatan penting

lainnya. Adapun yang dimaksudkan penulis dengan dokumentasi disini

adalah data atau dokumen dari Pengadian Agama Jakarta Pusat, yakni

berupa putusan pembatalan pernikahan pada tahun 2010 dengan nomor

perkara 967/Pdt.G/2010/PA.JP.

c. Metode Wawancara

Metode Wawancara (interview) yaitu adalah proses tanya jawab yang

berlangsung secara lisan yang mana dua orang atau lebih bertatap muka

mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-

15

Bambang Sanggona, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: PT. RajaGrafindo

Persada, 2003), h. 36.

Page 23: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

13

keterangan.16

Dalam wawancara peniliti menanyakan secara langsung

kepada yang diwawancarai untuk mengetahui apa yang terjadi

pertimbangan hakim dalam memutus perkara pembatalan pernikahan

yang terkait dengan penelitian ini.

Adapun jenis wawancara yang digunakan adalah interview guide, yakni

wawancara yang menggunakan panduan pokok-pokok masalah yang

diteliti.17

Dalam hal ini yang menjadi informan adalah. hakim yang telah

menyidangkan/memutuskan perkara Nomor 967/Pdt.G/2010/PA.JP. yaitu

bapak Drs. Hafifullah, S.H., M.H. selaku ketua majlis hakim. dan salah

satu hakim Pengadilan Agama Jakarta Pusat yaitu bapak Drs. H.

Munadi, MH.

5. Metode Pengelolaan Data

1. Pengumpulan Data

a) Seleksi data: setelah memperoleh data dan bahan-bahan baik melalui

(Library Research) maupun (field research), lalu data diperiksa

kembali agar tidak terjadi kekeliruan.

b) Klasifikasi data: setelah data diperiksa lalu diklasifikasikan dalam

bentuk dan jenis tertentu, kemudian diambil suatu kesimpulan.

2. Analisis Data

Setelah bahan yang diperoleh dari berbagai sumber, selanjutnya penulis

mengolah dan menganalisisnya sebagai berikut:

a. Metode induktif, yaitu cara menganalisis dengan menyajikan

16

Lexy, J, Mpoleng, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2004), h. 45.

17

Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta; PT. Bumi

Askara, ct. Ke-8, 2007), h. 83.

Page 24: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

14

bahan dari yang bersifat khusus lalu digunakan secara umum.18

6. Teknik Penulisan

Teknik penulisan dan penyusunan skripsi ini penulis merujuk pada buku

“Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah 2012”.

G. Sistematika Penulisan

Bab Pertama, berisi tentang Latar Belakang Masalah, Pemabatasan

dan Perumusan Masalah, Tujuan penelitian, Manfaat Penelitian, Review Studi

terdahulu, Metode Penelitian, Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan.

Bab Kedua, Pindah Agama Sebagai Putus Pernikahan, Agama

Sebagai Hak Individu, Agama Sebagai Aspek Keharmonisan Dalam Rumah

Tangga, Pindah Agama dan Akibat Hukumnya Pernikahan, pindah agama

sebagai pembatalan nikah, pindah agama sebagai fasakh dan Pembatalan

Pernikahan dalam Undang-undang.

Bab Ketiga, Bab ini Menjelaskan mengenai Perceraian karena murtad

di Pengadilan Agama, Administrasi Pengajuan Perkara Perceraian, Faktor-

faktor Perceraian di Pengadilan Agama Jakarta Pusat, Prosedur Pemerikasaan

Perceraian, Volume Perkara Perceraian Tahun 2012-2014.

Bab Keempat, Bab ini merupakan Hasil Penelitian dari inti

permasalahan yang diangkat meliputi: Putus Cerai Talak Suami Murtad di

Pengadilan Agama Jakarta Pusat. Tinjauan Fiqh Pada Putusan Nomor

967/Pdt.G/2010/PA JP. Tinjauan Hukum Formil dan Materil Pada Putusan

18

Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, h. 26 h. 27.

Page 25: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

15

No.967/Pdt.G/2010/PA JP. Penyelesaian Perkara Perceraian Dengan Alasan

Murtad di Pengadilan Agama Jakarta Pusat. dan Analisis Penulis.

Bab Kelima, Bab ini merupakan bagian penutup yang berisikan

Kesimpulan, dan saran-saran yang menyangkut jawaban dari rumusan

masalah.

Page 26: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

16

BAB II

PINDAH AGAMA SEBAGAI PENYABAB PUTUSNYA

PERNIKAHAN

A. Agama Sebagai Hak Individu

Agama dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah ajaran, atau sistem

yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada tuhan

yang maha kuasa.1 Agama di Indonesia berasal dari bahasa Sangsekerta yang

artinya tidak kacau, diambil dari dua suku kata a berarti tidak dan gama

berarti kacau. Maksudnya agama dapat diartikan sebagai peraturan yang

mengatur manusia agar tidak kacau. Adapun secara maknanya, kata agama

dapat disamakan dengan kata religion (Inggris), religie (Belanda), atau

berasal dari bahasa Latin religio yang dari akar kata religie yang berarti

mengikat.2

Harun Nasution memberikan penafsiran agama sebagaimana dikutip

oleh Jalaludin bahwa agama diartikan berdasarkan asal kata, diantaranya; al-

din, religi (relegere, religare) dan agama. Al-Din (semit berarti undang-

undang atau hukum. Kemudian dalam bahasa arab kata ini mengandung arti

menguasai, mendundukan, patuh, utang, balasan, kebiasaan.3

1 Depatemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa IndonesiaPusat bahasa,

ed.IV ( Jakarta: PT gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 15.

2 Dadang Kahmad. M,SI, Metode Penelitian Agama (Prespektif Perbandingan

Agama), Pustaka Setia Bandung 2000, Cet 1, h. 21.

3 Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo 2005), h. 12.

Page 27: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

17

Kendatipun demikian, semua pengikut agama mengetahui bahwa hak

mereka dalam hidup ini dijamin penuh oleh syariat Islam. Mereka

mendapatkan hak kebebasan memeluk kepercaaan dan agama, karena Allah

berfirman; (QS. Al-Baqarah [2] : 256).4

Artinya; “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya

telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu

Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka

Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang

tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” (QS.

Al-Baqarah [2] : 256)

Agama merupakan ketentuan-ketentuan Tuhan Yang Maha Esa

mengandung Nilai-nilai luhur, mulia dan suci yang dihayati dan diamalkan

oleh para pemeluknya masing-masing.5

Keinginan kepada hidup beragama adalah salah satu dari sifat-sifat

yang asli pada manusia. Itu adalah nalurinya, garidzahya, fitrahnya,

kecenderungannya yang telah menjadi pembawaannya, dan bukan sesuatu

yang dibuat-buat, atau sesuatu keinginan yang datang kemudian, lantaran

pengaruhnya dari luar. Sama halnya dengan keinginannya pada makan dan

minum. Dengan demikian manusia cenderung beragama adalah panggilan dari

hati nuraninya. Dengan adanya keyakinan tentang Tuhan ini, mereka mulai

4 Abdul Mutaal Muhammad Al jabry, Perkawinan Campuran Menurut Pandangan

Islam, (PT Bulan Bintang, Jakarta, 1996),cet3, h. 4.

5 Pedoman Dasar Kerukunan Hidup Beragama, Proyek Pembinaan Kerekunan

Hidup Beragama departemen Agama, tahun Angaran 1983/1984. h. 1.

Page 28: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

18

hidup ber-Tuhan, dan mulai hidup beragama. Oleh karenanya beragama pada

dasarnya merupakan kecenderungan manusia yang sesuai dengan insting dan

fitrahnya untuk mengakui adanya kekuatan yang luar biasa di atas alam yang

ada ini.6

Sekalipun kecenderungan beragama itu fitrah dan terdapat pada segala

bangsa dan semua jenis manusia, namun itu tidak berarti bahwa semua

manusia hanya menganut satu agama saja. Dan juga tidak benar bahwa semua

orang itu beragama. oleh karena itu kecenderungan beragama merupakan

pikiran yang ada pada segala bangsa, baik bangsa primitif maupun bangsa

modern. Tidak ada satu umat pun yang tidak beragama, baik dulu maupun

sekarang, bahkan dari studi yang terus menerus dilakukan, nyata bahwa

kecenderungan beragama adalah gejala yang nampak lebih dulu dibanding

gejala peradaban materi apapun. Bahkan bisa dikatakan bahwa kecenderungan

beragama memang betul-betul merupakan kecenderungan manusiawi.

Disamping itu kecenderungan manusia merupakan kebutuhan orsinal, yang

selalu bergandengan dengan struktur akal pikiran, kejiawaan maupun roh

manusia. Dan anggapan inilah yang benar mendapat dukungan dari al-Quran.

Firman Allah QS. Al-Baqarah [2]: 37-39.7

6 Abu Ahmadi & Noor Salimi, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, Bumi

Akarsa, Jakarta 2004, cet 4, h.13.

7 Nabil Muhammad Taufik As-Samaluthi, Pengaruh Agama terhadap Struktur

Keluarga, (PT Bina Ilmu Surabaya .1987) cet 1, h. 66.

Page 29: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

19

Artinya; Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, Maka

Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi

Maha Penyayang. Kami berfirman: "Turunlah kamu semuanya dari surga itu!

kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, Maka barang siapa yang

mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan

tidak (pula) mereka bersedih hati". Adapun orang-orang yang kafir dan

mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di

dalamnya.

Agama merupakan suatu pandangan hidup yang harus diterapkan

dalam kehidupan individu maupun kelompok, mempuyai hubungan pengaruh-

mempengaruhi dan saling bergantung (interdependence) dengan semua faktor

yang ikut membentuk stuktur sosial dalam masyarakat manapun.8

Agama menurut definisi Sosiologi secara objektif, terlebih dahulu kita

harus membedakan antara dua hal. Yaitu;

Pertama: pengertian agama yang hakiki dan benar, yaitu pengertian

agama yang sebenarnya menurut Islam, dan yang bisa diterapkan pada semua

agama-agama samawi, yang Islam sendiri datang untuk menyempurnakannya

dan meluruskannya kembali.

Kedua; pengertian agama secara umum, seperti yang bisa kita temui

pada semua masyarakat tanpa kecuali, baik yang masih primitif ataupun yang

8 Dadang Kahmad. Metode Penelitian Agama (Prespektif Perbandingan Agama),

Pustaka Setia Bandung 2000,Cet,1, h. 22.

Page 30: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

20

sudah maju, dan yang telah menempuh perjalan sejarahnya di antara sekalian

umat manusia sampai saat ini.

Islam sendiri masih menganggap aliran-aliran lain sebagai agama,

sekalipun ia memandang bahwa “agama yang diridai disisi Allah hanyalah

Islam”. Namun Islam tetap mengakui ada agama-agama lain, sekalipun

mereka sebenarnya telah menyimpang dari fitrah atau jalan yang lurus lagi

mudah. Karena Allah Ta‟ala berfirman; (QS. Ali-Imran [3] : 85)

Artinya; Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, Maka sekali-kali

tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan Dia di akhirat Termasuk

orang-orang yang rugi. (QS. Ali-Imran [3] : 85)

(Al-Kafirun 6).9

Artinya: untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku. (QS. Al-Kafirun [109]

: 6).10

Dewasa ini, diskriminasi terhadap minoritas agama secara teoritis

tidak lagi ada, namun dalam kenyataannya masih terjadi dibeberapa negara.

Hal ini berkaitan langsung dengan kawin campur. Menurut syariat seorang

pria muslim boleh mengawini seorang wanita dari “agama-agama kitab”

(seorang wanita Kristiani atau Yahudi), namun sebaliknya perempuan tidak

boleh menikah dengan laki-laki Ahlul Kitab (mereka yang beragama Kristiani

atau Yahudi). Ikatan perkawinan dengan seorang partner dari suatu agama

9 Nabil Muhammad Taufik As-Samaluthi, Pengaruh Agama terhadap Struktur

Keluarga, (PT Bina Ilmu Surabaya .1987),cet,1, h. 46.

10

Nabil Muhammad Taufik As-Samaluthi, Pengaruh Agama terhadap Struktur

Keluarga, (PT Bina Ilmu Surabaya .1987),cet,1, h.47.

Page 31: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

21

yang tidak diakui adalah tidak legal (Ilegal). Oleh karenanya, manusia

membutuhkan kemampuan untuk memandang agama-agama lain bukan

sebagai musuh, tapi sebagai teman, tetangga, bahkan sebagai saudara.11

B. Agama Sebagai Aspek Dalam Keharmonisan Rumah Tangga

Agama adalah wahyu yang diturunkan Tuhan untuk manusia. Fungsi

dasar agama adalah memberi orientasi, motivasi, dan membantu manusia

untuk mengenal dan menghayati sesuatu yang sakral. Manusia menjadi

memiliki kesanggupan, kemampuan dan kepekaan rasa untuk mengenal dan

memahami eksistensi sang ilahi.12

Manusia lahir dengan membawa potensi tauhid, atau paling tidak, ia

berkecenderungan untuk mengesakan tuhan dan berusaha terus menerus untuk

mencapai ketauhidan tersebut. Manusia secara fitrahnya telah memiliki watak

dan rasa al-tauhid walaupun masih di dalam imateri (Alam ruh). Hal itu

digambarkan dalam dialog antara Allah dan Ruh yaitu; (Qs. Al-A‟raf [7] :

172)

Artinya; Dan (ingatlah), Ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak

Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksaian terhadap

jiwamereka (seraya berfirman): “ Bukankah aku ini Tuhanmu?” mereka

menjawab: “ Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (kami lakukan

11

Munawar Ahmad Aness. Syed Z. Abedin. Ziauddin Sarda. Dialog Muslim Kristen

dulu, sekarang, esok, (Penerbit Qalam,Yogyakarta 2000), Cet,1, h. 5.

12

M Sayuthi Ali, Metologi Penelitian Agama, (PT Raja Grafindo Persada Jakarta

2012), Cet,1, h.1.

Page 32: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

22

yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:

“Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap

ini (keesaan Tuhan)”.

Firman Allah SWT. ( Q.S. Luqman [31] : 25).13

Artinya; dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak

Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa

mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka

menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan

yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:

"Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap

ini (keesaan Tuhan)",

Dikarenakan agama merupakan pedoman hidup manusia. Di dalam

Islam terdapat kompenen akidah yang merupakan pegangan hidup setiap

muslim dan akhlak yang merupakan sikap hidup seorang muslim, serta syariah

yang menjadi jalan hidup seorang muslim, baik dalam berhubungan dengan

Tuhannya maupun dalam berhubungan dengan manusia lain dalam masyrakat.

Ketiga kompenen itu dalam agama Islam berjalin dan berkelindan.14

Selanjutnya dalam rangka pembangunan masyrakat, Islam melangkah

kepada pembinaan keluarga. Maka dimulailah dari langkah pertama yang

mesti ditempuh. Untuk itu Allah dalam Al-quran melandasi firman-Nya:

13

Ramayulis, Pengantar Psikologi Agama, (Kalam mulia, jakarta 2002). h. 33.

14

Mustofa Abdul Wahid, Hukum Islam Kontemporer, (Jakarta, Sinar Grafika

2013),cet, 2, h. 7.

Page 33: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

23

Artinya: Dan di antara tanda-tada kekuasaan-Nya ialah Dia yang

menciptakan untukmu isteri-isteri dai jenismu sendiri, supaya kamu

cenderung dan merasa tentram dengannya, dan dijadikan Nya di antara kau

rasa kasih dan sayang. (QS. Ar-Ruum [30] : 21).15

Hubungan perkawinan antara laki-laki dan Perumpuan merupakan

kelanjutan dari hikmat yang diciptakan oleh kedua jenis manusia, oleh karena

hubungan perkawinan itu perlu, demi berkesinambungan hidup manusia dari

generasi ke generasi. Langkah pertama yang ditempuh oleh Islam dalam

mengatur hubungan ini ialah menganjurkan perkawinan. Anjuran ini

disampaikan dalam berbagai kesempatan, sampai-sampai Rasul yang mulia

menancap tegaknya hubungan perkawinan separuh dari agama. Beliau

bersabda mengenai ini:

Artinya: Barang siapa yang telah kawin, maka sesungguhnya dia telah

meyempurnakan setengah dari imannya. Maka hendaknya dia bertaqwa

kepada Allah pada setengah yang lain. (HR. At-Thabrany)

Langkah berikutnya berupa peringatan agar berhati-hati dalam

memilih jodoh. Cara memilih jodoh menurut ajaran Islam ialah dengan

memperhatikan arti kata kemantapan, kesinambungan, dan ketentraman

(istriqrar, istimrar dan sakan). sesudah itu tidaklah berlebihan kiranya kalau

kita mengatakan bahwa hal-hal berikut ini merupakan dasar dalam hal

memilih jodoh menurut ajaran Islam:

15

Yusuf Abdul Hadi Asy-iyal, Islam Membina Masyarakat Adil Makmur, (Pustaka

Dian/ Antar Kota Jakarta, 1987),Cet,1, h. 169.

16

At-Thabrany, al-Mu‟jam al-Ausath, (Kairo: Dar al-Haramain), Juz 7, h. 332.

Page 34: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

24

Ada dua hal yang harus menjadi dasar pemilihan, yaitu agama dan

akhlak. Itulah sebabnya Rasulullah SAW menekankan agar pemilihan itu

dititik beratkan pada wanita maupun laki-laki yang tekun beragama. sabda

beliau:

Artinya: Wanita itu dikawini karena empat hal hartanya, kecantiakannya,

kedudukannya,ataupun keturunnya. Piihlah olehmu wanita karena agamanya,

kamu pasti berbahagia. (HR. Muslim)

Perhatian Islam terhadap hubungan antara suami-isteri begitu besar

dan menyeluruh, sampai-sampai Islam memberi peringatan tentang hal-hal

yang kecil, tapi justru berbahaya dan sering mengalihkan perhatian dari

pemikiran yang sehat dan penilaian yang semestinya.18

Oleh karena itu Perkawinan merupakan salah satu subsistem dari

kehidupan beragama.19

Namun didalam Islam sendiri tidak membiarkan

perkawinan antara seorang laki-laki Muslim dengan selain wanita Muslimat,

kecuali dengan wanita Ahli Kitab, disamping tidak membolehkan seorang

wanita Muslimat kawin dengan laiki-laki bukan Muslim meski dari Ahli Kitab

(Yahudi atau Nasrani), Firman Allah Ta‟ala.

17

Muslim, Shahih Muslim, (Beirut: Dar Ihya at-Turats al-„Araby), Juz 2, h. 1086.

18

Yusuf Abdul Hadi Asy-iyal, Islam Membina Masyarakat Adil Makmur, h.173.

19

Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fiqih

Munakahat dan Undang-dang Perkawinan, (kencana,jakarta:2009),cet,3, h. 19.

Page 35: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

25

QS. Al-Baqarah [2] : 221.

Artinya; dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.

firman Allah QS,Al- Maidah [5] : 5

Artinya; pada hari ini Dihalalkan bagimu yang baik-baik. makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi Al kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal (pula) bagi mereka. (dan Dihalalkan mangawini) wanita yang menjaga kehormatan diantara wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi Al kitab sebelum kamu, bila kamu telah membayar mas kawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundik-gundik. Barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam) Maka hapuslah amalannya dan ia di hari kiamat Termasuk orang-orang merugi.

Para fuqaha sependapat bahwa kalau ada laki-laki bukan Islam kawin

dengan wanita Muslimat, maka perkawinannya tidak sah. Dan kalau punya

anak, maka anak itu tidak bernasab kepada ayahnya. Sedangkan wanita itu

Page 36: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

26

sendiri tidak wajib menunggu iddah.20

Dengan mengambil kesimpulan ayat

dan hadits, para ulama sangat menekankan agama (al-din) sebagai salah satu

aspek yang menetukan sahnya perkawinan.21

Kompilasi Hukum Islam pada pasal 40 merumuskan dengan jelas

larangan perkawinan antara orang yang berbeda agama dengan kata-kata

sebagai berikut “ Dilarang melangsungkan perkawinan antara seorang pria

dengan (c) seorang wanita yang tidak beragama Islam. Artinya seorang

muslim dilarang kawin dengan seorang wanita yang tidak beragama Islam.

Begitupun dengan pasal 44, di Bab yang sama dijumpai pula rumusan yang

sebagai berikut: “seorang wanita dilarang melangsungkan perkawinan dengan

seorang pria yang tidak beragama Islam.”22

Pasal 2 UU No.1 1974 berbunyi:

1. Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing

agama dan kepercayaan itu.

2. Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan

yang berlaku

Islam memaknai perkawinan sebagai perbuatan ibadah, ia juga

merupakan sunnah Allah dan sunnah Rasul. Sunnah Allah, berarti: menurut

qadrat dan iradat Allah dalam penciptaan alam ini, sedangkan sunnah Rasul

berarti suatu tradisi yang telah ditetapkan oleh Rasul untuk dirinya sendiri dan

untuk umatnya.23

20

Nabil Muhammad Taufik As-Samaluthi, Pengaruh Agama terhadap Struktur Keluarga, (PT Bina Ilmu Surabaya .1987), cet, h. 93.

21

Ahmad Tholabi Kharlie, Hukum Keluarga Indonesia,( jakarta: Sinar grafika, 2013) cet, 1, h. 241.

22

A. Basiq Djalil, Pernikahan Lintas Agama (Dalam Presfektif Fiqh dan Kompilasi Hukum Islam, h. 37.

23

Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fiqih Munakahat dan Undang-dang Perkawinan), kencana,jakarta 2009, cet,3,h. 41.

Page 37: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

27

Karena itu Islam berperan sangat penting dalam masalah keluarga,

syariat Islam yang mulia merupakan undang-undang yang sangat elok. Karena

dengan Syariat Islam akan terjaminlah tegaknya suatu keluarga pada landasan-

landasan yang kuat, dan terjamin pula kesempurnaannya serta

kelangsungannya. Sebab di sanalah terdapat cara-cara yang ampuh dalam

menghadapai berbagai problema keluarga. Dan akan lebih jelas lagi betapa

agungnya syariat Islam dalam masalah Keluarga, dan faktanya satu-satunya

hal yang harus diyakini adalah, bahwa permulaan adanya umat manusia itu

bersamaan dengan adanya suatu keluarga, yaitu keluarga Adam a.s. dan

Hawa.24

C. Pindah Agama dan Akibat Hukumnya Terhadap Pernikahan

1. Pindah Agama Sebagai Pembatalan Nikah

Pindah agama atau murtad sering dikenal dengan sebutan riddah,

yaitu secara etimologi (bahasa), kata riddah merupakan mashdar dari kata

radda-yariddu-irtidaadan yang memiliki arti keadaan mundur,

mengembalikan dan kembali kebelakang.25

Menurut bahasa fasid berasal dari bahasa Arab

yang berarti rusak.26

Fasad dan batal adalah lawan dari Istilah sah, artinya

bilamana suatu akad tidak dinilai sah berarti fasad atau batal.27

24

Nabil Muhammad Taufik As-Samaluthi, Pengaruh Agama terhadap Struktur

Keluarga, (PT Bina Ilmu Surabaya .1987) cet,1, h. 82. 25

A.W. Munawir, Kamus Al-munawir Arab-Indonesia Surabaya; pustaka

Progresis,1997), h.86 26

A.W.Munawir, Kamus Al-Munawir Arab Indonesia Terlengkap, (Surabaya;

pustaka Progresis,1997), h. 92. 27

A.W. Munawir, Kamus Al-Munawir Arab Indonesia Terlengkap, (Surabaya;

pustaka Progresis,1997), h. 20-21.

Page 38: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

28

Kata sah berasal dari bahasa Arab “Sahih” yang secara etimologi

berarti suatu dalam kondisi baik dan tidak bercacat.28

Menurut istilah

Ushul Fiqh kata sah digunakan kepada suatu ibadah atau akad yang

dilakasankan dengan melengkapi segala syarat dan rukunnya.29

Batal yaitu

rusaknya hukum yang ditetapkan terhadap suatu amalan seseorang, karena

tidak memenuhi syarat dan rukunnya, sebagaimana yang ditetapkan oleh

syara”. Selain tidak memenuhi syarat dan rukun, juga perbuatan itu

dilarang atau diharamkan oleh agama. Jadi secara umum batalnya

perkawinan yaitu rusak atau tidak sahnya perkawinan karena tidak

memenuhi salah satu syarat atau salah satu rukunnya, atau sebab lain yang

dilarang atau diharamkan oleh agama.30

Istilah batal maupun fasad sama-sama berarti suatu pelaksanaan

ibadah atau nikah misalnya yang dilaksanakan dengan tidak mencukupi

syarat atau rukunnya. Ibadah yang tidak sah, baik karena tidak lengkap

syarat atau rukunnya bisa disebut akad fasad atau akad batal.

Dalam kitab al-fiqh „ala al-Madzhab al-Arba‟ah disebutkan:

Artinya:“ Nikah fasid adalah nikah yang tidak memenuhi salah satu dari

syarat-syaratnya, sedang nikah bathil adalah apabila tidak memenuhi

rukunnyam hukum nikah fasid dan batil adalah sama, yaitu tidak sah.”31

28

A.W. Munawir, Kamus Al-Munawir Arab Indonesia Terlengkap, (Surabaya; pustaka Progresis,1997), h. 20.

30 Abd. Rahaman Ghazaly, Fiqih Munakahat, (Jakarta: Kencana, 2003), h.142.

31

Resti Gustiana, Permohonan Pembatalan Perkawinan Karena Pemalsuan Identitas Yang di Ajukan Oleh Jaksa di Pengadilan Agama, Konsentrasi Perdilan Agama program Study Hukum Keluarga, Fakultas Syariah dan Hukum universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta 1435/204, h. 17.

Page 39: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

29

Untuk menguraikan tentang dasar hukum pembatalan nikah, disini

dikemukakan dalam ayat al-quran dan hadits-hadits yang berkenaan

dengan nikah yang dibatalkan tidak memenuhi syarat dan rukun nikah.

Jika fasid terjadi disebabkan karena melanggar ketentuan-ketentuan

hukum agama dalam perkawinan, misalnya larangan perkawinan yang

sebagaimana termaktub dalam QS. An-Nisa [4] : 22-23.

Artinya: dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini

oleh ayahmu, terkecuali pada masa yang telah lampau. Sesungguhnya

perbuatan itu Amat keji dan dibenci Allah dan seburuk-buruk jalan (yang

ditempuh).

Artinya; diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu

yang perempuan;saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara

bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan;

anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak

perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang

menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu

(mertua); anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri

yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu

itu (dan sudah kamu ceraikan), Maka tidak berdosa kamu mengawininya;

(dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan

Page 40: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

30

menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara,

kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; Sesungguhnya Allah Maha

Pengampun lagi Maha Penyayang.

Sebagaimana disebutkan dalam shahih Al-Bukhori;

Artinya:“dari Khansa‟ binti Khidzam al-Anshariyah ra: Bahwa ayahnya

telah mengawinkannya sedangkan ia sudah janda, lantas ia tidak

menyukai pernikahan itu, kemudian ia mengadukannya kepada Rasullah

SAW maka beliau membatalkannya. ( HR. Bukhari).

Sabda Rasullah SAW, riwayat dari Aisyah ra:

Artinya:“Apabila seorang perempuan menikah tanpa ijin walinya maka nikahnya batal 3x, apabila si suami telah menggaulinya, maka bagi dia berhak menerima mahar sekedar menghalalkan farjinya, apabila walinya enggan (memberi ijin) maka wali hakim (pemerintah) lah yang menjadi wali bagi perempuan yang (dianggap) tidak memiliki wali.”. (HR. Tirmidzi)

Maka akibatnya segala sesuatu yang dihasilkan dari pernikahan itu

menjadi batal dan semuanya dianggap tidak pernah terjadi pula. Kemudian

karena fasid nikah atau pembatalan pernikahan ini dapat mengakibatkan

pasangan suami isteri itu terpisah selama-lamanya, tetapi dapat juga

menjadi pasangan suami isteri lagi, artinya berpisahnya hanya untuk

sementara, hal ini tergantung sebab terjadinya fasid nikah,

32

Bukhari, Shahih al-Bukhari, (Dar Thuq an-Najat, 1422 H), Juz 7, h. 18.

33

Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi, (Beirut: Dar al-Gharb al-Islamy, 1998 M), Juz 2, h.

398.

Page 41: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

31

Ulama berbeda pendapat dalam menyikapi tentang murtadnya

salah satu pasangan dalam pernikahan, sebagaimana dijelaskan di bawah

ini:

a. Murtadnya Suami

Menurut pandangan Imam Abu Hanifah jika suami yang melakukan

perbuatan murtad, maka dia harus dipisahkan dengan istrinya pada saat

ia melakukan kemurtadan, baik murtadnya sebelum bercampur

maupun sesudahnya.34

Karena seorang kafir tidak dapat hidup

berdampingan dengan sorang muslimah pada apapun juga dan mereka

dipisahkan dengan segera tanpa adanya penangguhan.35

Adapun dasar

yang dipergunakan ulama Hanafiah adalah QS. Mumtahanah (60): 10

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu perempuan-perempuan yang beriman, Maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka. Allah lebih mengetahui tentang keimanan mereka;maka jika kamu telah mengetahui bahwa mereka

34

Muhammad bin Abdurrahman ad-Dimasqy, Fiqih Empat Madzhab, Penerjemah

Abdullah Zaki Alkaf, h 350.

35

Syaikh Hasan Ayyub, Fiqih Keluarga, Terjamahan M. Abdul Ghofur, Fiqih al-

Usrah al-Muslimah, cet. 3 (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2003), h. 158.

Page 42: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

32

(benar-benar) beriman Maka janganlah kamu kembalikan mereka kepada (suami-suami mereka) orang-orang kafir. mereka tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal pula bagi mereka. dan berikanlah kepada (suami suami) mereka, mahar yang telah mereka bayar. dan tiada dosa atasmu mengawini mereka apabila kamu bayar kepada mereka maharnya. dan janganlah kamu tetap berpegang pada tali (perkawinan) dengan perempuan-perempuan kafir; dan hendaklah kamu minta mahar yang telah kamu bayar; dan hendaklah mereka meminta mahar yang telah mereka bayar. Demikianlah hukum Allah yang ditetapkanNya di antara kamu. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Mesikpum demikian, menurut Imam Abu Hanifah adakalanya

status tersebut berubah menjadi thalaq, yakni bila suami murtad

kemudian ia bertaubat lalu mengabaikan sang istri dengan cara tidak

mempebahrui nikah. Menurut pendapat Imam Malik, bila yang murtad

adalah suami, baik murtadnya sebelum bercampur maupun sesudah

bercampur suami isteri, maka hukum dalam melepaskan perkawinanya

bukan fasakh tetapi dengan menthalaq, karena pemutus perkawinan

tersebut berasal dari diri suami atau berkeinginan lepas dari isterinya,

maka keduanya harus dipisahkan dengan segera baik hal ini karena

kekuasaan terletak pada suami.36

Imam Malik mempunyai tiga pendapat sebagai berikut:

1) Bahwa kemurtadan tersebut dengan sendirinya menyebabkan

terjadinya thalaq ba‟in kubra, sehingga bila suami murtad maka dia

pisah dengan istrinya sebgaimana halnya dengan talak bai‟in kubra

yakni harus adanya (muhalil), dan wajib memisahkannya dengan

segera;

2) Bahwa kemurtadan tersebut menyebab kan terjadinya talak raj‟i

36

Muhammad bin Abdurrahman ad-Dimasqi, Fiqih Empat Madzhab, h. 350.

Page 43: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

33

sehingga jika kemudian suami kembali memeluk Islam dan isteri

dalam keadaan „iddah, maka ia dapat Ruju dengan tanpa adanya

akad yang baru;

3) Bahwasannya kemurtadan tersebut merupakan fasakh bukan

talak.37

Berbeda dengan dua Madzhab tersebut di atas, Imam Asy-

Syafi‟i dan Imam Ahmad bin Hambal berpandapat bahwa jika

murtadnya sebelum terjadi bercampur, harus secepatnya bercerai.

Namun jika murtadnya sesudah bercampur hendaknya ditunggu hingga

iddahnya selesai.38

Dan jika suami kembali masuk Islam sebelum masa

iddah selesai maka kemurtadan tersebut hanya mengurangi bilangan

dari thalaq dan tidak diperbaharui akad yang baru.39

b. Murtadnya Isteri

Imam Abu Hanifah Berpandapat:

1) Bahwa kemurtadan isteri menyebabkan rusaknya akad. Suami

dianjurkan mengurung isteri dengan disertai memberikan

pengarahan-pengarahan kepada isteri dan bujukan-bujukan

berlandaskan pada situasi dan kondisi yang dihadapi oleh sang

isteri (dengan tanpa mengejek dan menghina akidah barunya)

dengan tenggang waktu tiga hari sekali sehingga si isteri dapat

kembali memeluk Islam atau ia bahkan mati dalam terkurung. Jika

37

Syekh Hasan Ayyub, Fikih Keluarga, Terjemahan M. Abdul Ghoffar, Fikih al-Usrah al-Muslimah, h.157-158.

38

Muhammad bin Abdurrahman ad-Dimasqi, Fiqih Empat Madzhab, h. 350. 39

Tengku Muhammad Hasbi Ash Shidieqy, Hukum Antar Golongan: Interaksi Fiqih Islam dengan Syariat Agama lain (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2001), h.99.

Page 44: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

34

isteri kembali memeluk Islam ia dicegah untuk menikah dengan

orang lain (harus dengan suaminya yang dahulu) dengan

memperbaharui akad nikah dengan mahar yang ditentukan oleh

suami. Jika suami mendiamkan atau meninggalkannya secara jelas

yakni tidak mau menikahinya lagi, maka si isteri diperbolehkan

menikah dengan orang lain.

2) Bahwa kemurtadan si isteri tidak menyebabkan rusaknya akad

secara mutlak, terutama jika landasan kemurtadan tersebut karena

keinginan bebasnya atau lepasnya sang isteri dari tekanan

suaminya. Jika hal tersebut penyebabnya maka tidak ada fasakh

dan tidak ada pembaharuan nikah, pada keadaan inilah juga adanya

kewajiban bagi suami sebagaimana pada yang pertama, namun

suami tidak membatasi nikah bagi isteri.40

Imam Malik memandang kemurtadan pihak isteri dari segi latar

belakangnya, yakni bahwa kemurtadan isteri merupakan suatu tipu

daya atau siasat agar bebas dari tekanan suaminya. Oleh karena itu

ulama malikiyah berpandapat pasangan suami isteri tersebut tidak

dipisahkan, akan tetapi diusahakan agar tercapai apa yang diinginkan

si isteri.41

Menurut Imam Asy-Syafi‟i kemurtadan isteri tidak ada

bedanya dengan kemurtadan suami yaitu jika kemurtadan isteri

sebelum terjadi bercampur maka akad perkawinannya batal dengan

40

Muhammad bin Abdurrahman ad-Dimasqi, Fiqih Empat Madzhab, h. 350.

41

Muhammad bin Abdurrahman ad-Dimasqi, Fiqih Empat Madzhab, h. 350.

Page 45: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

35

sendirinya, tetapi jika murtadnya sesudah bercampur akad dipandang

tidak batal hingga iddahnya selesai, dan pada masa iddah tidak

diperbolehkan adanya persetubuhan.42

Imam Ahmad bin Hambal jika yang melakukan kemurtadan

adalah isteri maka dihukumi fasakh, karena pihak isteri tidak memiliki

hak thalaq seperti yang dimiliki suami. Oleh karena itu pernikahannya

harus segera dibatalkan dan harus dilaksanakannya pemisahan antara

suami isteri tersebut.43

c. Murtadnya suami dan isteri

Menurut Imam Abu Hanifah, Asy-Syafi‟i dan Imam Ahmad bin

Hambal berpandapat bahwa kemurtadan yang dilakukan suami dan

isteri tidak bercerai apabila keduanya sama-sama murtad, berbeda

dengan Imam Malik yang mengharuskannya bercerai alias

perkawinannya putus.44

Dapat disimpulkan, meskipun terdapat perbedaan dalam hal ini, ada

sebagian ulama yang menganggap jika kemurtadan itu dilakukan oleh

pihak suami maka bentuk perceraiannya adalah thalaq, akan tetapi

sebagian besar ulama menganggap bahwa perceraian yang bisa

disebabkan oleh kemurtadan suami atau isteri adalah fasakh.

Untuk lebih ringkasnya, maka penulis merinci mengenai ikhtilaf

fuqaha‟ tentang murtad sebagai penyebab fasakhnya suatu perkawinan,

yakni ada empat hal sebagai berikut:

42

Muhammad bin Abdurrahman ad-Dimasqi, Fiqih Empat Madzhab. h. 350. 43

Muhammad bin Abdurrahman ad-Dimasqi, Fiqih Empat Madzhab, h. 350. 44

Muhammad bin Abdurrahman ad-Dimasqi, Fiqih Empat Madzhab, h. 350.

Page 46: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

36

1) Perpisahan yang terjadi karena salah satu suami atau istri maupun

kedua-duanya murtad, itu tidak memerlukan keputusan Hakim.

2) Murtadnya si suami, menurut kaidah hukum Islam jelas

menyebabkan furquh/fasakh, dan hal ini sudah menjadi

kesepakatan buat para ulama tanpa adanya perbedaan pendapat.

3) Sedangkan mengenai murtadnya si isteri, hal ini masih menjadi

perselisihan pendapat di kalangan para ulama, yakni mengenai

murtadnya si isteri tersebut apakah akan menyebabkan furqoh atau

tidak furqohnya suatu perkawinan. Beberapa ulama ada yang

berpendapat bahwa murtadnya seseorang isteri itu menyebabkan

furqohnya suatu perkawinan, semuanya sepakat berpandapat

bahwa furqoh itu adalah fasakh bukan thalaq.

2. Pindah Agama Sebagai Fasakh

Fasakh berasal dari bahasa Arab dari akar اسخ، يفسخ،فسخف45

yang sacara

etimologi berarti membatalkan (فسد و انقظ) .46

Sedangkan menurut kamus

bahasa Indonesia fasakh adalah hukum pembatalan iktan perkawinan oleh

hakim Peradilan Agama berdasarkan tuntutan isteri yang dapat dibenarkan

oleh pengadilan disebabkan menyalahi hukum perkawinan.47

Al-Abu Luwais Ma‟ful mengartikan Fasakh ialah:

45

A, W, Munawir, Kamus Al-Munawir Arab Indonesia, terlengkap, h. 1054. 46

Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia, Antara Fiqh

Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan, (Jakarta: kencana,2009), cet, 3, h. 242. 47

Frista Artmanda, Kamus Lengkap Bahasa Insdonesia, (Jombang: Lintas

Media,2007), h. 314.

Page 47: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

37

Artinya: Fasakh adalah merusakan pekerjaan atau aqad

Artinya:“adapun fasakh (nikah) itu sebenarnya adalah datang kemudian

yang mengalangi kelangsungan nikah sebagai usulan terhadap perkara

yang berama-sama dengan timbulnya nikah, sehinnga dijadikan akad itu

tidak lazim.”48

Menurut Istilah Syar‟i Fasakh berarti:

Artinya: Fasakh aqad (perkawinan) adalah membatalkan aqad

perkawinan dan memutuskan tali perhubungan yang mengikat suami

isteri.49

„Ali Hasabilah memperinci mengenai pembagaian fasakh sebagai

berikut:

Artinya: Fasakh perkawinan ialah sesuautu yang merusakan akad

(perkawinan) dan dia tidak dinamakan thalaq. Fasakh itu terbagi kepada

dua macam. Sebagaimana kita katakan pada permulaan pembicaraan

mengenai peceraian yaitu;

1. Fasakh yang berkendak kepada keptusan hakim.

2. Fasak yang tidak berkehendak kepada kepustusan hakim.

Dengan demikian dapatlah diambil pengertian bahwa terjadi fasakh

itu ada karena sebab yang dapat merusakan perkawinan dan ditinjau

kepada sebab yang merusakan itu, fasakh terbagi kepada dua macam:

48

Muhammad Abu Zahra, Al-Ahwal Asy-Syakhsiyah,(Beirut: Dar Al-F ikri Al-

Arabi, 2005), h. 324. 49

Firdaweri, Hukum Islam Tentang Fasakh Perkawinan, Karena Ketidak-Mampuan

Suami Menenuikan Kewajibannya, (Jakarta; Cv Pedoman Ilmu jaya, 1989), cet,1. h. 52.

Page 48: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

38

a. Fasakh yang berkhendak kepada putusan hakim, ini harus melalui

proses pengadilan.

b. Fasakh yang tidak berkhendak kepada keputusan hakim, ialah waktu

suami isteri mengetahui adanya sebab yang merusakan

perkawinannya, tanpa melalui proses pengadilan.50

Namun bagi masyarakat Islam di Indenesia, secara yuridis

fomilnya, untuk memperoleh pembuktian tentang putusnya perkawinan

dan termasuk masalah fasakh ini dan pengakuann sahnya menurut undang-

undang harus ditempuh melalui Pengadilan Agama. Dengan melalui

proeses pengadilan ini dimaksudkan supaya untuk menghindarkan

terjadinya pembatalan suatu perkawinan oleh instansi lain diluar jalur

Pengadilan Agama. Dalam Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1975 pasal

37 tercantum bahwa: Batalnya suatu perkawinan hanya dapat diputuskan

oleh pengadilan.51

Fasakh juga berdampak pada putusnya hubungan perkawinan.

Secara harfiah berarti “membatalkan suatu perjanjian” atau menarik

kembali suatu penawaran. Ia diputuskan oleh Qodhi setelah

mempertimbangkan dengan seksama gugatan terhadap suami yang

dilakukan oleh pihak isteri. Bila Qodhi yakin bahwa wanita tersebut

dirugikan dalam suatu perkawinan, maka dapat membatalkan perkawinan

50

Firdaweri, Hukum Islam Tentang Fasakh Perkawinan, Karena Ketidak-Mampuan

Suami Menenuikan Kewajibannya, h. 53.

51

Firdaweri, Hukum Islam Tentang Fasakh Perkawinan, Karena Ketidak-Mampuan

Suami Menenuikan Kewajibannya, h. 54.

Page 49: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

39

itu. Persayartan yang mengatur tentang Thalaq (perceraian) dan Fasakh

(gugatan) diberikan secara terperinci oleh para ulama dari keEmpat

Madzhab Hukum Islam.52

MenurutMadzhab Hanafiyah Kasus-kasus berikut adalah Thalaq:

a. Pengucapan cerai oleh suami

b. Ila‟

c. Khulu‟

d. Li‟an : saling menyumpah

e. Perpisahan karena cacat kelamin („Aib Jinsi) pada pihak suami

f. Perceraian karena murtad suami

Sedangkan Fasakh menurut Madzhab Hanafiyah adalah dalam

kasus berikut:

a. Perpisahan karena murtadnya kedua suami isteri tersebut

b. Perceraian disebabkan rusaknya (fasad) perkawinan itu

c. Bubar dikarenakan tiadanya kesamaan status (kufu) atau suami tidak

dapat dipertemukan

Thalaq berdasarkan Madzhab Syafi‟iyah dan Hanabilah adalah:

a. Pengucapan “Thalaq” oleh suami

b. Khulu‟

c. Pernyataan Thalaq oleh Qodhi karena suami menolak menjatuhkan

Thalaq

d. disebabkan “Ila”

Sedangkan Fasakh menurut Madzhab Syafi‟iyah dan Hanabilah

adalah;

a. Perpisahan karena cacatnya salah sorang dari pasangan tersebut

b. Percerian disebabkan berbagi kesulitan (I‟asar) suami

c. Bubar dikarenakan “Li‟an”

d. Salah seorang dari suami isteri murtad

e. Rusaknya perkawinan: dan

f. Tiadanya keasamaan status (kufu)

Adapun Thalaq berdasarkan Madzhab Malikiyah adalah haram

dalam kasus-kasus berikut:

a. Diucapkan Thalaq oleh suami

b. Khulu‟

c. Cacat salah seorang dari kedua suami isteri itu

d. Berbagi kesulitan suami untuk memberikan nafkah kepada isterinya

e. Adanya hal yang membahayakan (dhirar)

f. Karena Ila‟

g. Tiadanya kufu

Dan ia menjadi Fasakh dalam kasus berikut:

52

Abdur Rahman, Perkawinan Dalam Syariat Islam, (Jakarta: 1992 , PT Rineka

Cipta), cet,1, h. 79.

Page 50: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

40

a. Terjadinya Li‟an

b. Rusaknya perkawinan

c. Murtadnya salah seorang dari pasangan tersebut.53

Fasakh bisa terjadi karena tidak terpenuhinya sayart-sayart ketika

berlangsung akad nikah, atau karena hal-hal lain yang membatalkan suatu

perkawinan, sebagai berikut:

a. Fasakh karena syarat-syarat tidak terpenuhinya akad nikah.

1) Setelah akad nikah, diketahui isterinya adalah saudara kandung

atau saudara sesusuan pihak suami.

2) Suami isteri masih kecil diadakannya akad nikah oleh selain

ayahnya.

3) Suami isteri masih kecil, dan diadakannya akad nikah oleh salain

ayahnya. Kemudian setelah dewasa ia berhak meneruskan ikatan

perkawinannya yang dahulu atau mengakhirinya.

b. Fasakh karena hal-hal yang datang setelah akad.

1) Bila seorang dari isteri murtad atau keluar dari agama Islam dan

tidak mau kembali sama sekali maka akadnya batal (Fasakh)

karena Murtad.

2) Jika suaminya kafir masuk Islam, tetapi isteri masih tetap

musyrik, maka akad nya batal (fasakh).54

Adapun pengertian Fasakh nikah menurut pendapat Sayyid Sabiq

dalam bukunya Fiqih as-Sunnah adalah bahwa menfasakh nikah

berarti membatalkan dan melepaskan ikatan antara suami isteri.55

Artinya:“adapun fasakh (nikah) itu sebenarnya adalah datang

kemudian yang mengalangi kelangsungan nikah sebagai usulan

terhadap perkara yang berama-sama dengan timbulnya nikah,

sehinnga dijadikan akad itu tidak lazim.”56

53

Abdur Rahman, Perkawinan Dalam Syariat Islam, h. 80

. 54

Rahaman, Ghazaly, Fiqih Munakahat, (Jakarta: Prenada Media,2003), h. 142-

143.

55

Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, (Bandung:PT, Al-Ma‟arif, 1978), h. 124.

56

Abu Zahro, Al-Akhawal Asy-Syakhsiyah,(Beirut: Dar Al-F ikri Al-Arabi, 2005), h.

,324.

Page 51: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

41

Adapun mengenai murtad sebagai penyebab fasakh, Menurut

Imam Abu Zahro dalam kitabnya al-Ahwal al-Syakhsiyah menyebutkan

bahwa fasakh yang tidak membatalkan aqad dibagi dua. Pertama, fasakh

yang melarang hubungan pernikahan selamanya, yakni fasakh yang

disebabkan terjadinya sebab mengharamkan pernikahan laki-laki dan

perempuan tersebut selamanya, seperti misalnya ternyata si laki-laki

adalah bapak dari si perempuan. Kedua, fasakh yang melarang perkawinan

sementara. Fasakh ini disebabkan fasakh ini disebabkan oleh murtadnya

salah satu pasangan.57

Dalam Islam akad perkawinan antara seorang laki-laki dan seorang

perempuan yang se-agama tidak menjadi masalah. Namun ketika setelah

menikah dan keluarga, ternyata pihak suami atau isteri menjadi murtad,

bagaimana kedudukan perkawinan mereka. Hal terebut menjadi masalah

disebabkan adanya larangan (Qs. Al-Baqarah [2] :221)

Artinya: dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum

mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik

dari wanita musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. dan janganlah kamu

menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin)

57

Abu Zahro, Al-Akhawal Asy-Syakhsiyah,(Beirut: Dar Al-F ikri Al-Arabi, 2005),

h. 326.

Page 52: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

42

sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik

dari orang musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. mereka mengajak ke

neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya.

dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada

manusia supaya mereka mengambil pelajaran.

Dalam Kompilasi Hukum Islam Pasal 40 menegaskan bahwa Pada

dasarnya hukum fasakh itu adalah mubah atau boleh, tidak disuruh dan

tidak boleh dilarang, namun bila melihat kepada keadan dan bentuk

tertentu hukumnya sesuai dengan keadaan dan bentuk tertentu itu, yang

akan dijelaskan kemudian.

Adapun hikmah diperbolehkannya fasakh itu adalah memberikan

kemaslahatan kepada umat manusia yang telah dan sedang menempuh

hidup berumah tangga. Dalam masa perkawinan itu mungkin ditemukan

hal-hal yang tidak memungkinkan keduanya mencapai tujuan perkawinan,

yaitu kehidupan mawadah, warahma, dan sakinah, atau perkawinan itu

akan merusak hubungan keduanya. Atau dalam masa perkawinan itu

ternyata bahwa keduanya mestinya tidak mungkin melakukan perkawinan,

namun kenyataan telah terjadi. Hal-hal yang memungkinkan keluar dari

kemelut itu adalah perceraian.58

D. Pembatalan Pernikahan Menurut Undang-Undang

Peraturan perundang-undangan di Indonesia telah mengatur tentang

pembatalan pernikahan. Pengaturan ini dilakukan untuk menjaga agama

seperti dikatakan dalam maqashid syariah. Bahwa menjaga agama adalah

salah satu dari lima hal yang pokok yang harus dijaga. Untuk itu jika salah

58

Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia, Antara Fiqh

Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan, (Jakarta: kencana, 2009), cet, 3, h. 244.

Page 53: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

43

satu berpindah agama dan pihak ketiga merasa dirugikan maka dapat

mengajukan pembatalan pernikahan. Meskipun telah terjadi pembatalan

perkawinan dan mengakibatkan hukum sampai menimbulkan kerugian dan

kesengsaraan bagi anak yang dialahirkan dari perkawinan tersebut. Untuk itu

peraturan perundang-undangan di Indonesia mengaturnya untuk melindungi

hak-hak anak, sebagaimana diatur dalam pasal 75 dan 76 Kompilasi hukum

Islam, dengan rumusan yang berbeda. Adapun bunyi pasal 75 dan 76 adalah

sebagai berikut:

Pasal 75

Keputusan Pembatalan perkawinan tidak berlaku surut terhadap:

a. Perkawinan yang batal karena salah satu suami atau isteri murtad.

b. Anak-anak yang dilahirkan dari perkawinan tersebut.

c. Pihak ketiga, sepanjang mereka memproleh hak-hak dengan beri‟tikad

baik, sebelum keputusan pembatalan perkawinan mempunyai kekuatan

yang tetap.

Pasal 76

“Batalnya suatu perkawinan tidak akan memutuskan hubungan hukum antara

anak dengan orang tuanya”.

Maksud dan tujuan dari pasal 76 Kompilasi Hukum Islam di atas

adalah untuk melindungi kemaslahatan dan kepentingan hukum serta masa

depan anak yang perkawinan ibu bapaknya dibatalkan. Anak-anak tersebut

tidak dapat dibebani kesalahan akibat dari pada kekeliruan yang dialakukan

dari kedua orang tuanya. Meskipun secara pisokologis jika pembatalan

perkawina tersebut benar-benar terjadi, akan tetapi membawa dampak yang

tidak menguntungkan bagi kepentingan anak-anak tersebut. Tetapi karena

demi hukum, maka kebenaran baru ditegakkan meski terkadang membawa

Page 54: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

44

kepahitan.59

Batalnya perkawinan diatur juga dalam pasal 22-28 Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1974 tetang perkawinan. Pihak yang dapat mengajukan

pembatalan perkawinan diatur dalam pasal 23, sebab-sebab batalnya

perkawinan diatur dalam pasal 24, 26 ayat (1) dan (2), tempat pengajuan

gugatan pembatalan perkawinan diatur dalam pasal 25, saat mulai berlakunya

pembatalan perkawinan diatur dalam pasal 28 ayat (1), akibat hukum

pembatalan perkawinan diatur dalam pasal 28 ayat (2), dan gugur hak diatur

dalam pasal 26 ayat (2) dan pasal 27 ayat (3).60

Pembatalan perkawinan terjadi apabila perkawinan sudah

dilangsungkan dalam ketentuan pada bab IV pasal 22 UU No.1 Tahun 1974

tentang perkawinan disebutkan, “Perkawinan dapat dibatalkan, apabila para

pihak tidak memenuhi syarat untuk dilangsungkannya perkawinan”.61

Dalam

pasal ini batal bila mana menurut ketentuan-ketentuan hukum agamanya tidak

menentukan lain. Selanjutnya dapat kita pahami bahwa suatu perkawinan yang

dilangssungkan oleh seorang bisa batal demi hukum dan bisa dibatalkan

apabila cacat hukum dalam pelaksanaannya.

59

Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, h.152.

60

Amin Suma,Undang-Undang Perdata Islam & Peraturan Pelaksanaan Lainnya

di Negara Hukum Indonesia. (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), h. 522.

61

Kamarusdiana, Jaenal Aripin, Perbandingan Hukum Perdata,(Jakata: UIN Jakarta

Press, 2007), h. 12.

Page 55: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

45

BAB III

PERKARA PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA

JAKARTA PUSAT

A. Jenis Perceraian

Mahligai pernikahan sudah tidak harmonis dan tidak dapat di

pertahankan lagi walaupun sudah dilalukan berbagai upaya perbaikan. Maka

Islam membolehkan perceraian.1 Perceraian dapat terjadi apabila dilakukan di

depan sidang pengadilan setelah pengadilan yang bersangkutan berusaha dan

tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak. Maka dengan demikian

perceraian yang sah hanya di depan pengadilan agama. Adapun jenis

perceraian yang dikenal di Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu:

a. Cerai Talak

Cerai talak merupakan cerai yang dikehendaki suami yang sejalan lurus

dengan Kompilasi Hukum Islam (KHI) dijelaskan bahwa cerai talak

adalah “ ikrar suami dihadapan sidang Pengadilan Agama yang menjadi

salah satu sebab putusnya perkawinan, dengan cara sebagaimana dimaksud

dalam pasal 129,130 dan 131”.2 Cerai talak diajukan oleh pihak suami

yang petitumnya memohon untuk diizinkan menjatuhkan talak terhadap

isterinya.3

1 Mesraini, Fiqih Munakahat, (Jakarta: Pusat Studi Pengembangan Pesantren, 2008), h.

143.

2 Kompilasi Hukum Islam, (Surabaya: Rona Publishing), h. 138.

3 Ibrahim Ahmad Harun, Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Peradilan

Agama: Buku II (Mahkamah agung ri direktorat jenderal badan peradilan agama 2013), h. 158

Page 56: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

46

Dijelaskan juga dalam UU No. 7 Tahun 19894 pasal 66 yang berbunyi:

1) Seorang suami yang beragama Islam yang akan menceraikan istrinya mengajukan permohonan kepada Pengadilan untuk mengadakan sidang guna menyaksikan ikrar talak.

2) Permohonan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) diajukan kepada Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman termohon, kecuali apabila termohon dengan sengaja meninggalkan tempat kediaman yang ditentukan bersama tanpa izin pemohon.

3) Dalam hal termohon bertempat kediaman di luar negeri, permohonan diajukan kepada Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman pemohon.

4) Dalam hal pemohon dan termohon bertempat kediaman di luar negeri, maka permohonan diajukan kepada Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat perkawinan mereka dilangsungkan atau kepada Pengadilan Agama Jakarta Pusat.

5) Permohonan soal penguasaan anak, nafkah anak, nafkah istri, dan harta bersama suami istri dapat diajukan bersama-sama dengan permohonan cerai talak ataupun sesudah ikrar talak diucapkan.

b. Cerai Gugat

Cerai gugat diajukan oleh isteri yang petitumnya memohon agar

Pengadilan Agama/ Mahkamah Syar’iyah memutuskan perkawinan

Penggugat dengan Tergugat. Dijelaskan juga dalam pasal 73 UU No. 7

Tahun 1989, yang berbunyi:

1) Gugatan perceraian diajukan oleh istri atau kuasanya kepada Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman penggugat, kecuali apabila penggugat dengan sengaja meninggalkan tempat kediaman bersama tanpa izin tergugat.

2) Dalam hal penggugat bertempat kediaman di luar negeri, gugatan perceraian diajukan kepada Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman tergugat.

3) Dalam hal penggugat dan tergugat bertempat kediaman di luar negeri, maka gugatan diajukan kepada Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat perkawinan mereka dilangsungkan atau kepada Pengadilan Agama Jakarta Pusat.

B. Administrasi Pengajuan Perkara Perceraian

a. Surat Gugatan

Bentuk dan isi surat gugatan secara garis besarnya terdiri dari tiga

4 Lihat UU No. 7 Tahun 1989 Pasal 66

Page 57: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

47

kompenen, yaitu:

1) Identitas pihak-pihak

2) Fakta-fakta atau hubungan hukum yang terjadi antara kedua belah

pihak, biasa disebut bagian “posita” (jamak) atau “positum” (tunggal).

3) Isi tuntutan yang biasa disebut bagian “petita” (jamak) atau “petitum”

(tunggal).5

b. Pendaftaran

1. Untuk perkara perceraian, Pemohon (suami) atau Penggugat (isteri)

mengajukan permohonan atau gugatan secara tertulis atau lisan ke

Pengadilan Agama.

2. Untuk pekara lainnya Pemohon atau Penggugat mengajukan

permohonan atau gugatan ke Pengadilan Agama.

3. Pemohon atau Penggugat pada saat pendaftaran membawa fotokopi

KTP, Fotokopi Akta Kelahiran Anak, dan lain-lain.

4. Pemohon atau Penggugat membayar panjar biaya perkara

5. Bagi Pemohon atau penggugat yang tidak mampu (miskin) dapat

beracara secara cuma-cuma (prodeo), dengan melampirkan Surat

Keterangan Tidak Mampu dari Kelurahan yang diketahui oleh

Camat.6

c. Biaya Perceraian

Biaya perkara sebagaimana dijelaskan dalam UU No. 7 Tahun 1989 pasal

5 Roihan A. Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada. 1995), h. 45

6 www.Pa-jakartapusat.go.id/ internet diakses pada hari senin tgl 7-12-15 pukul

21,34.wib.

Page 58: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

48

89, yang berbunyi:

1) Biaya perkara dalam bidang perkawinan dibebankan kepada

penggugat atau pemohon.

2) Biaya perkara penetapan atau putusan Pengadilan yang bukan

merupakan penetapan atau putusan akhir akan diperhitungkan dalam

penetapan atau putusan akhir.7

Pasal 90

(1) Biaya perkara sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 89, meliputi:

a. biaya kepaniteraan dan biaya meterai yang diperlukan untuk

perkara itu;

b. Biaya untuk para saksi, saksi ahli, penerjemah, dan biaya

pengambilan sumpah yang diperlukan dalam perkara itu;

c. Biaya yang diperlukan untuk melakukan pemeriksaan setempat dan

tindakan-tindakan lain yang diperlukan oleh Pengadilan dalam

perkara itu;

d. Biaya pemanggilan, pemberitahuan, dan lain-lain atas perintah

Pengadilan yang berkenaan dengan perkara itu.

(2) Besarnya biaya perkara diatur oleh Menteri Agama dengan

persetujuan Mahkamah Agung.8

Pasal 91

1) Jumlah biaya perkara sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 90

harus dimuat dalam amar penetapan atau putusan Pengadilan.

2) Jumlah biaya yang dibebankan oleh Pengadilan kepada salah satu

pihak berperkara untuk dibayarkan kepada pihak lawannya dalam

perkara itu, harus dicantumkan juga dalam amar penetapan atau

putusan Pengadilan.9

Rincian Biaya Perkara Perceraian di Pengadilan Agama Jakarta Pusat

Meliputi;.10

A. Cerai Gugat

Biaya Tetap:

- Redaksi/Leges Rp. 5000,-

7 Lihat UU No. 7 Tahun 1989 pasal 89

8 Lihat UU No. 7 Tahun 1989 pasal 90

9 Lihat UU No. 7 Tahun 1989 pasal 91

10

www.Pa-jakartapusat.go.id/ internet diakses pada hari senin tgl 7-12-15 pukul

21,35.wib.

Page 59: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

49

- Materal Rp. 6000,-

- Pendaftaran/ PNBP Rp. 30.000,-

- Biaya Proses Rp. 75.000,-

Biaya Tidak Tetap:

- Biaya Panggilan Penggugat 2 x Rp. 100.000,- Rp. 200.000,-

- Biaya panggilan Tergugat 3 x Rp. 100.000,- Rp. 300.000,-

- Biaya Panggilan Mediasi 2 x Rp. 100.000,- Rp. 200.000,-

JUMLAH Rp. 816.000,-

B. Cerai Talak

Biaya Tetap:

- Redaksi/Leges Rp. 5.000,-

- Materal Rp. 6.000,-

- Pendaftaran/ PNBP Rp. 30.000,-

- Biaya Proses Rp. 75.000,-

Biaya Tidak Tetap:

- Biaya Panggilan Pemohon 2 x Rp. 100.000,- Rp.300.000,-

- Biaya Panggilan Termohon 3 x Rp. 100.000,- Rp.400.000,-

- Biaya Panggilan Mediasi 2 x Rp. 100,000,- Rp. 200.000,-

JUMLAH Rp.1.016.000,-

C. Faktor-Faktor Perceraian di Pengadilan Agama Jakarta Pusat

a. Poligami Tidak Sehat

b. Krisis Ahlak

c. Cemburu

Page 60: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

50

d. Kawin Paksa

e. Ekonomi

f. Tidak Ada Tanggung Jawab

g. Kawin di Bawah Umur

h. Kekejaman Jasmani

i. Kekejaman Mental

j. Dihukum

k. Cacat Biologis

l. Politis

m. Ganguan Pihak Ketiga

n. Tidak Ada Keharmonisan

o. Lain-Lain.11

D. Prosedur Pemeriksaan Dalam Sidang Perceraian

Setelah permohonan cerai talak diajukan ke Pengadilan Agama,

Pengadilan Agama melakukan pemeriksaan mengenai alasan-alasan yang

menjadi dasar diajukannya permohonan tersebut. Hal itu diatur dalam Pasal 68

Undang-undang Peradilan Agama No. 7 Tahun 1989 dan Pasal 131 Instruksi

Presiden No. 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam (KHI).

Berikut adalah bunyi Pasal 68 Undang-undang No. 7 Tahun 1989 tentang

Peradilan Agama. Yaitu:

1) Pemeriksaan permohonan cerai talak dilakukan oleh Majlis hakim

selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah berkas atau surat

permohonan cerai talak didaftarkan di kepanitraan.

2) Pemeriksaan permohonan cerai talak dilakukan dalam sidang tertutup.12

11

www.Pa-jakartapusat.go.id/ internet diakses pada hari senin tgl 7-12-15 pukul 21,38

wib. 12

Lihat Undang-undang No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama Pasal 66 dan 68.

Page 61: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

51

Sedangkan dalam Kompilasi Hukum Islam mengenai tata cara perceraian

termuat dalam pasal 131 ayat:

1) Pengadilan Agama yang bersangkutan mempelajari permohonan

dimaksud Pasal 129 dan dalam waktu selambt-lambatnya tiga puluh hari

memanggil pemohon dan istrinya untuk meminta penjelasan tentang

segala sesuatu yang berhubungan dengan maksud menjatuhkan talak.

2) Setelah Pengadilan Agama tidak berhasil menasehati kedua belah pihak

dan ternyata cukup alasan untuk menjatuhkan talak serta yang

bersangkutan tidak mungkin lagi hidup rukun dalam rumah tangga,

Pengadilan Agama menjatuhkan keputusan tentang izin suami untuk

mengikrarkan talak.

3) Setelah keputusan mempunyai kekuatan tetap, suami mengikrarkan

talaknya di depan sidang Pengadilan Agama. Dihadiri oleh istri atau

kuasanya.

4) Bila suami tidak mengikrarkan talak dalam tempo 6 (enam) bulan

terhitung sejak putusan Pengadilan Agama tentang ikrar talak baginya

mempunyai hukum tetap, maka hak suami menikrarkan talak gugur dan

ikatan perkawinan tetap utuh.

5) Setelah sidang penyaksian ikrar talak, Pengadilan Agama membuat

penetapan tentang terjadinya talak rangkap empat yang merupakan bukti

perceraian bagi bekas suami dan istri. Helai pertama beserta surat ikrar

talak dikirimkan kepada Pegawai Pencatat Nikah yang mewilayahi

tempat

6) tinggal suami untuk diadakan pencatatan. Helai kedua masing-masing

diberikan kepada suami isri, dan helai keempat disimpan di Pengadilan

Agama.13

Proses pemeriksaan perkara perdata di depan sidang dilakukan melalui

tahap-tahap dalam acara perdata, setelah hakim terlebih dahulu berusaha dan

tidak berhasil mendamaikan para pihak yang bersengketa. Tahapan-tahapan

pemeriksaan tersebut ialah:

1. Pembacaan gugatan

Pada tahap pembacaan gugatan, maka pihak penggugat berhak meneliti

ulang apakah seluruh materil (dalil gugatan dan petitum) sudah benar dan

lengkap. Hal-hal yang tercantum dalam surat gugatan itulah yang menjadi

13 Cik Hasan Bisri, ed. Kompilasi Hukum Islam dan Peradilan Agama dalam Sistem Hukum

Nasional, (Jakarta: logos wacana ilmu, 1999), Cet. II, h. 179-180

Page 62: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

52

acuan (obyek) pemeriksaan dan pemeriksaan tidak boleh keluar dari ruang

lingkup yang termuat dalam surat gugatan.14

2. Jawaban Tergugat

Pada tahap jawaban ini, pihak tergugat diberi kesempatan untuk membela

diri dan mengajukan segala kepentingannya terhadap penggugat melalui

hakim.15

3. Replik penggugat

Pada tahap replik, penggugat dapat menegaskan kembali gugatannya yang

disangkal oleh tergugat dan juga mempertahankan diri atas serangan-

serangan oleh tergugat.

4. Duplik Terguugat

Pada tahap duplik, maka tergugat dapat mejelaskan kemabali jawabannya

yang disangkal oleh penggugat. Replik dan duplik dapat diulang-ulang

sehingga hakim memandang cukup untuk itu yang dilakukan dengan

pembuktian.16

5. Pembuktian

Pada tahap pembuktian, maka penggugat mengajukan semua alat-alat

bukti untuk mendukung dalili-dalil gugat. Demikian pula tergugat juga

menagajukan alat-alat bukti untuk memandang jawabannya

(sanggahannya). Masing-masing pihak berhak menilai alat bukti pihak

14

Kamarusdiana, Hukum Acara Peradilan Agama, Fakultas Syariah dan Hukum Uin Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun 2013, h. 95-96.

15 Kamarusdiana, Hukum Acara Peradilan Agama, Fakultas Syariah dan Hukum Uin Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun 2013, h. 95-96.

16 Kamarusdiana, Hukum Acara Peradilan Agama, Fakultas Syariah dan Hukum Uin Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun 2013, h. 95-96.

Page 63: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

53

lawannya.17

6. Kesimpulan

Pada tahap kesimpulan, maka masing-masing pihak (penggugat dan

tergugat) mengajukan pendapat akhir tentang hasil pemeriksaan.18

7. Putusan Hakim.19

Pada tahap putusan, maka hakim menyampaikan segala pendapatnya

tentang perkara itu dan menyimpulkan dalam amar putusan. Putusan

hakim untuk mengakhiri sengketa.20

E. Volume Perkara Perceraian Tahun 2012-2014

17

Kamarusdiana, Hukum Acara Peradilan Agama, Fakultas Syariah dan Hukum Uin Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun 2013, h. 95-96.

18

Kamarusdiana, Hukum Acara Peradilan Agama, Fakultas Syariah dan Hukum Uin Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun 2013, h. 95-96.

19

Kamarusdiana, Hukum Acara Peradilan Agama, Fakultas Syariah dan Hukum Uin Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun 2013, h. 93.

20

Kamarusdiana, Hukum Acara Peradilan Agama, Fakultas Syariah dan Hukum Uin Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun 2013, h. 95-96.

282 272 320

627 666 817

2012 2013 2014

Data Perceraian Pengadilan Agama Jakarta Pusat Periode

Tahun 2012-2014

Cerai Talak Cerai Gugat

Page 64: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

54

BAB IV

PUTUS CERAI TALAK SUAMI MURTAD DI PEGADILAN

AGAMA JAKARTA PUSAT

A. Putusan Cerai Talak Suami Murtad di Pengadilan Agama Jakarta Pusat

1. Posisi Kasus Pembatalan Pernikahan

Pengadilan Agama Jakarta Pusat Kelas IA yang memeriksa dan mengadili

perkara tertentu pada tingkat pertama dalam persidangan majelis telah

menjatuhkan putusan sebagaimana tertera di bawah ini dalam perkara

pembatalan nikah antara: Penggugat, umur 36 tahun, agama Kristen

protestan, warga negara Indonesia, pendidikan SLTA, pekerjaan Karyawan

Swasta, tempat tinggal di disebut PENGGUGAT.

Tergugat, umur 34 Tahun, Agama Islam, warga negara Indonesia,

pendidikan D.III, pekerjaan Ibu rumah tangga, tempat tinggal di jalan

disebut TERGUGAT.

Pengadilan Agama tersebut. Setelah membaca surat gugatan Penggugat

dan semua surat yang berkaitan dengan perkara ini. Telah mendengar

keterangan Penggugat dan jawaban Tergugat serta Saksi- saksi yang

dihadirkan oleh Penggugat.

2. Duduk Perkara

Bahwa pada hari jum’at tanggal 11 Februari 2000 masehi bertepatan

dengan tanggal 5 Djulqa’dah 1420 Hijriyah sebagaimana ternyata dalam

kutipan akta nikah nomor 1137/43/II/2000 tanggal yang dikeluarkan oleh

Urusan Agama kecamata Cimahi Selatan, Bandung, Jawa Barat. Telah

Page 65: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

55

terjadinya pernikaha anatar penggugat dan Tergugat.1 Selama berumah

tangga antara Pengugat dan Tergugat hidup rukun sebagaimana layaknya

sebuah keluarga yang bahagia. Meskipun pernah timbul perselisihan

namun bisa diredam atau diatasi. Dan setelah pernikahan tersebut

Penggugat dan Tergugat bertempat tinggal di Kota jakarta pusat.2

Dari pernikahan tersebut Penggugat dan Tergugat telah dikaruniai 1 (satu)

orang anak. Dan seiring dangan berjalannya waktu rumah tangga

Penggugat dan Tergugat sudah berbeda keyakinan satu sama lain yang

mana si Penggugat telah beralih agama menjadi kristen protestan (murtad).

Dan dari perbedaan itu menyebabkan suasana rumah tangga Penggugat

dan Tergugat sudah mulai tidak lagi harmonis dan sering timbul

perselisihan dan pertengkaran.

Oleh karna perselisihan dan pertengkaran berlangsung terus menerus, dan

Penggugat telah berupaya semaksimal mungkin untuk mengatasi masalah

tersebut dengan jalan mediasi atau musyawarah namun upaya tersebut

tidak menemukan titik terang. Maka akhirnya penggugat merasa rumah

tangganya sudak tidak dapat dipertahankan lagi dalam berumah

tangganya.3

3. Pertimbangan Hukum Majelis Hakim

Pertimbangan hukum dalam putusan tersebut bahwa maksud dan tujuan

perkawinan tidak terwujud, majelis hakim melalui mediator, telah

1 Putusan nomor 967/Pdt.G/2010/PA JP. Tanggal 13 Januari 2011, h. 1 dari 12

2 Putusan nomor 967/Pdt.G/2010/PA JP. Tanggal 13 Januari 2011, h. 2 dari 12

3 Putusan nomor 967/Pdt.G/2010/PA JP. Tanggal 13 Januari 2011, h, 3 dari 12

Page 66: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

56

mengadakan mediasi terhadap pengugat, namun tidak berhasil karena

sipenggugat tetap pada pendiriannya mohon untuk diceraikan dari

tergugat.4

Pisahnya tempat tinggal antara penggugat dan tergugat telah terjadi

perselisihan dan pertengkaran yang terus menerus dan tidak ada harapan

lagi untuk hidup rukun dalam rumah tangganya.

Berdasarkan fakta tersebut, maka terciptanya kelurga sakinah mawaddah

warahmah antar penggugat dan tergugat sudah tidak dapat lagi terwujud,

hal ini membuktikan bahwa rumah tangga penggugat dan tergugat betul-

betul telah pecah.

Untuk mempertahankan ikatan perkawinan antara penggugat dengan

tergugat dalam suasana seperti yang ada sekarang lebih banyak

mendatangkan madharat. Majelis hakim melalui mediator tidak berhasil

merukunkan antara penggugat dan tergugat, oleh karena itu hakim dapat

menjatuhkan fasakh terhadap pernikahannya.

Bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas, maka

gugatan penggugat cukup beralasan, karena telah memenuhi pasal 39

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 jo pasal 19 huruf (f) Peraturan

Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 dan pasal 116 huruf g dan f juncto

pasal 175 huruf a Kompilasi Hukum Islam, oleh karena itu terdapat alasan

bagi penggugat untuk diputuskan perkawinan dengan tergugat.5

4 Putusan nomor 967/Pdt.G/2010/PA JP. Tanggal 13 Januari 2011, h. 6 dari 12

5 Putusan nomor 967/Pdt.G/2010/PA JP. Tanggal 13 Januari 2011, h. 9 dari 12

Page 67: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

57

4. Amar Putusan

Berdasarkan pertimbangan hukum di atas, maka ditetapkan amar

putusannya sebagai berikut:

1. Mengabulkan gugatan Penggugat.

2. Menetapkan putus perkawinan antara Penggugat (...............................)

dengan Tergugat (..................................) karena perceraian.

3. Memerintahkan Panitera Pengadilan Agama Jakarta Pusat untuk

mengirimkan salinan putusan ini yang telah berkekuatan hukum tetap

kepada Kantor Urusan Agama Kecamatan Cimahi Selatan dan Kantor

Urusan Agama yang mewilayahi tempat tinggal Penggugat dan

Tergugat.

4. Membebankan Penggugat membayar biaya perkara ini sebesar Rp

396.000 (tiga ratus sembilan puluh enam ribu rupiah).

B. Tinjauan Fiqh Terhadap Putusan Nomor 967/Pdt.G/2010/PA JP

Menurut jumhur ulama (Imam Abu Hanifah, dan Imam Asy-syafi’i

dan Imam Ahmad bin Hambal) bahwamurtadnya salah satu pasangan suami

istri menyebabkan putusnya ikatan perkawinan dengan fasakh.

Sedangkan Imam Malik berpendapat bahwa putusnya perkawinan

karena murtad termasuk dalam katagori thalaq, dikarenakan yang menjadi

alasan putusnya perkawinan itu karena murtad tidak menyebabkan putus untuk

selamanya, namun bisa utuh lagi dengan kembalinya ia pada agama Islam.6

Para ulama fiqh berbeda pendapat dalam hal waktu, kapan ikatan

6 Wahbah azz-Zuhaili, al-Fiqh Islam Wa- Adillatuh, (Dar al-Fikr al-Ma’sir

1997) Juz VII, h, 621.

Page 68: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

58

perkawinan harus diputus sebab suami atau isteri murtad. Ada tiga pendapat

yaitu:

1. Madzhab Hanafiah, Malikiyah, akad nikah menjadi batal seketika itu juga,

baik sebelum bercampur maupun sesudah bercampur. Adapun dalil yang

digunakan dalam argumennya ini adalah bahwa orang yang murtad

diqiyaskan kepada orang mati, karena murtad merupakan sebab buruk

yang ada pada dirinya, sedangkan orang mati bukanlah obyek yang bisa

untuk dinikahi. Oleh karena itu tidak boleh menikah dengan orang murtad.

2. Syafi’iyah dan Hanabilah, apabila murtadnya sebelum melakukan

hubungan suami isteri, maka pernikahan itu batal seketika, namun apabila

murtadnya setelah melakukan hubungan suami isteri, maka pembatalan

nikahnya ditangguhkan hingga masa iddahnya habis, maka ia tetap pada

setatus pernikahannya.

3. Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qayyim. Apabia dari salah satu pasangan suami

murtad maka pernikahannya harus dibekukan, apabila masuk lagi ke Islam

maka pernikahannya sah lagi, baik sesudah ataupun sebelum masa

iddahnya habis.

Dari beberapa penjelasan diatas, maka menurut penulis bahwa putusan

pengadilan Agama Jakarta Pusat mengenai masalah murtad termasuk dalam

katagori thalaq, dalam hal ini lebih mengadopsi pendapat Imam Malik.

Sehingga sikap Pengadilan Agama di Indonesia bersikap pasif, adalah jika hal

tersebut menjadi masalah atau sengketa bagi kedua pasangan suami isteri dan

salah satunya megajukan gugatan, maka Pengadilan Agama mempunyai

Page 69: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

59

kewenganan untuk memeriksa dan menyelesaikannya.7

Namun jika tidak dipermasalahkan maka Pengadilan Agama tidak

mempunyai Kewenangan untuk memutuskan perkawinan tersebut, sehingga

setatus perkawinan setelah salah satu murtad masih dianggap sah.

Dalam perkara tersebut Majlis Hakim sudah berada pada posisi yang

benar dengan memutus ikatan perkawinan antara Penggugat dan tergugat yang

sudah tidak bisa didamaikan lagi karena perselisihan dan pertengkaran

disebabkan peralihan agama.

Dari keterangan diatas, dapat dipahami Majlis Hakim Pengadilan

Agama Jakarta Pusat yang memutus putusnya perkawinan dengan percerian

sudah tepat, namun sangat disayangkan sekali putusan tersebut masih terlalu

ambigu apakah perceraian tersebut masuk kedalam katagori thalaq raj’i atau

thalaq ba’in, atau fasakh. sebab implikasi hukum antara perceraian (thalaq

raj’i dan thlaq ba’in) dengan fasakh sangatlah berbeda. Apabila hakim

memberikan putusan dengan fasakh, maka bilangan thalaq suami tidak

berkurang sama sekali, dan tidak ada hak rujuk dari suami, serta suami tidak

dibebankan berupa biaya nafkah iddah dan mut’ah sebagaimana yang

harusnya itu semua dapat dibebankan kepada suami yang bercerai karena cerai

thalaq.

7 Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan

Agama, (Jakarta: Kencana, 2006), Cet, IV, h, 20.

Page 70: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

60

C. Tinjauan Hukum Formil dan Materil Pada Putusan Nomor

967/Pdt.G/2010/PA JP

1. Tinjauan Hukum Formil

Bahwa setelah penulis menganalisis tinjauan hukum formil pada

perkara ini majelis hakim sudah sesuai dengan tinjauan hukum formil yang

ada. Terbukti dalam putusan tersebut hakim melakukan mediasi, sesuai

dengan perma No. 1 tahun 2008 tentang mediasi maka antara penggugat

dan tergugat diadakan mediasi dengan ketentuan kedua belah pihak hadir,

namun ketika mediasi gagal atau tidak dapat didamaikan maka harus

ditulis dalam berita acara bahwa mediasi gagal. dan langkah selanjutnya

baru pembacaan surat gugatan oleh penggugat. Setelah pemabacaan

gugatan oleh pengugat maka hakim mempersilakan kepada tergugat untuk

menjawab gugataan dari penggugat. Setelah jawaban diberikan oleh

tergugat maka selanjutnya ada replik, duplik, dan pembuktian. Pada proses

pembuktiaan ini maka para pihak yaitu penggugat dan tergugat harus

memabawa bukti dan semua alat bukti harus disampaikan kepada majlis

hakim. Pembuktian ini dilakukan oleh kedua belah pihak agar hakim dapat

(mengkonstartir) semua bukti yang ada. Setelah pembuktiaan maka

kesimpulan dari masing-masing pihak perihal gugatan yang telah

disampaikannya. Setelah kesimpulan disampaikan oleh kedua belah pihak

kemudian proses selanjutnya adalah pembacaan putusan oleh majlis

hakim.

Page 71: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

61

2. Tinjauan Hukum Materil

Bedasarkan gambaran perkara diatas penetapan hukum yang

digunakan oleh majelis hakim berkenaan dengan cerai karena murtad tidak

sesuai dengan hukum materil hal ini terbukti dalam pertimbangan hukum

yang mengatakan tergugat membantah sebagian posita fundamentum

patendi gugatan penggugat, maka kepada pengguggat dibebankan wajib

bukti, dan untuk itu telah didengar keterangan saksi-saksi keluarga dan

atau orang dekat dari masing-masing pihak sebagaimana kehendak

rumusan Pasal 22 ayat (2) peraturan pemerintah nomor 9 tahun 1975 dan

ketentuan Pasal 154 Kompilasi Hukum Islam. Untuk itu seharusnya hakim

tidak menggunakan pasal 154 KHI tentang kesaksian sebab pasal 154

berbicara tentang iddah dan perubahan iddah yang ditalak raj’i oleh

suaminya, maka dari itu hakim seharusnya tidak menggunakan pasal 154

Kompilasi Hukum Islam melainkan menggunakan HIR pasal 174

“Pengakuan yang diucapkan di hadapan Hakim, cukup menjadi bukti

untuk memberatkan orang yang mengaku itu, baik yang diucapkannya

sendiri, maupun dengan pertolongan orang lain, yang istimewa

dikuasakan untuk itu”.

Bahwa hakim dalam pertimbangan hukumnya sebagaimana dalam

rumusan pasal 116 huruf g dan huruf f jo pasal 75 huruf a Kompilasi Hukum

Islam. Menurut analisis penulis hakim kurang tepat dalam menerapkan pasal,

dalam hal ini memakai pasal 116 huruf g yang mana pasal tersebut berbicara

tentang taklik talak. Idealnya hakim disini memakai pasal 116 huruf h yang

Page 72: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

62

berbicara tentang “peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya

ketidak rukunan dalam rumah tangga” yang semestinya sesuai dengan perkara

ini. Namun setelah dikonfirmasi kepada hakim yang bersangkutan bahwa

terdapat kekeliruan dalam penggunaan huruf dalam pasal 116 huruf g dan f,

seharusnya pasal 116 huruf g dan h.8 Ini membuktikan adanya kekeliruan

hakim ini menimbulkan ketidak jelasan atau kekaburan dalam putusan

tersebut. Seharusnya hakim meneliti kembali putusan tersebut sebelum

dibacakan dalam sidang terbuka untuk umum.

D. Penyelesaian Perkara Perceraian Karena Murtad di Pengadilan Agama

Jakarta Pusat

Mekanisme penyelesaian perkara cerai karna murtad di Pengadilan

Agama Jakarta Pusat sama dengan penyelesaian perkara cerai pada umumnya

dimana majlis hakim selalu berupaya agar para pihak berdamai, namun

apabila tidak berhasil maka hakim akan melajutkan acara pada pemeriksaan

perkara yang diakhiri dengan putusan hakim.

Berdasarkan hasil dari wawancara penulis dengan hakim Pengadilan

Agama Jakarta Pusat bahwa setiap perkara yang masuk ke pengadilan Agama

Jakarta Pusat Khusunya perceraian yang didasari karena salah satu pihak

murtad (peralihan agama). Menurut hakim di Pengadilan Agama Pusat:

apabila memang sudah jelas dalam gugatan dan/atau dalam permohonan salah

satu pihak atau dua belah pihak telah murtad (keluar dari Agama Islam), maka

8 Wawancara dengan Bpk. Hafifullah (Hakim yang Memutus Perkara

967/Pdt.G/2010/PA.JP) di Pengadlan Agama Sleman, hari Jum’at, 13-11-2015.

Page 73: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

63

hakim di Pengadilan Agama Khusunya, Pengadilan Agama Jakarta Pusat

memutuskan perkara ini atau dijatuhkannya putusan tersebut dengan

memfasakhkan perkawinan Penggugat dan Tergugat atau Pemohon dan

Termohon. Karena menurut hakim di Pengadilan Agama Jakarta Pusat hal

yang demikian ini sudah sangat sesuai dengan hasil rakernas Mahkamah

Agung Tahun 2009-2012 poin 44 dan Buku II Tentang Pedoman Pelaksanaan

dan Administrasi Peradilan Agama.9

Meski secara hukum Islam perkawinan mereka telah fasakh (batal),

yang berarti tidak memerlukan keputusan hakim. Tetapi menurut perundang-

undangan di Indonesia segala bentuk putusnya perkawinan, termasuk fasakh

harus didaftarkan ke Pengadilan Agama, untuk diproses sesuai prosdur yang

berlaku pada Pengadilan Agama dimana Hakim akan memberikan

pertimbangan hukumnya berdasarkan pemeriksaan selama persidangan.

Dalam kasus perceraian, perbuatan murtad jarang dijadikan alasan utama,

tepatnya murtad lebih sering dijadikan sebagai alasan dari pada timbulnya

perselisihan yang terus menerus yang tidak menyebabkan kerukunan dan

keharmonisan dalam rumah tangga.

E. Analisis Penulis

Tentang Penggugat dan Tergugat bahwa dalam perkara No.

967/Pdt.G/2010/PA. JP Pembatalan Pernikahan. Bahwa lazimnya di Indonesia

ketika ada suami yang ingin menceraikan istrinya dan diputus oleh Pengadilan

9 Wawancara dengan Bpk. Munadi (Hakim Pengadilan Agama Jakarta Pusat)

hari Jumat, tanggal 23 Oktober 2015 jam 14.30 WIB

Page 74: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

64

Agama. Tentu disini kedudukan suami sebagai Pemohon dan si istri sebagai

Termohon. Namun faktanya yang terjadi dilapangan bahwa yang perlu

diketahui seksama apabila dalam kasus percerian yang diakibatkan salah satu

pasangan murtad, Khususnya suami yang murtad. Kemudian yang

mengajukannya adalah suami. Maka kedudukan suami menjadi Penggugat

bukan Pemohon. Hal yang demikian tersebut sudah sesuai dengan Peraturan

Pelaksanaan Tugas Admnisitrasi Peradilan Agama Buku II.10

Kemudian

Putusan perkara No 967/Pdt.G/2010/PA. JP tentang pembatalan nikah penulis

menemukan kekaburan atau ketidakjelasan dalam putusan tersebut. Hal ini

bisa dilihat dari isi putusan tentang pembatalan nikah. Dimana hakim dalam

penggunaan hukum materil tentang pembatalan nikah terdapat ketidak

sesuaian dengan peraturan perundang-undangan. Yaitu hakim kurang tepat

dalam penggunaan pasal dalam pertimbangan hukum. Hakim menggunakan

116 huruf g dan f, yang mana seharusnya hakim menggunakan pasal 116 huruf

dan h. Agar bersesuaian dengan permasalahan yang ada. Kekeliruan hakim ini

ataupun kesalahan dalam pengetikan ini seharusnya bisa dihindari oleh

hakim.11

sebab hal ini dapat berimplikasi hukum yang berbeda dalam putusan

tersebut.

Selanjutnya kekeliruan hakim dalam putusan tersebut juga terlihat

dalam penggunaan pasal 154 Kompilasi Hukum Islam, yang seharusnya

10 Ibarahim Ahmad Harun. Peraturan Pelaksanaan Tugas Admnisitrasi Peradilan

Agama Buku II, h, 158

11 Wawancara dengan Bpk. Hafifullah (Hakim yang Memutus Perkara

967/Pdt.G/2010/PA.JP) di Pengadlan Agama Sleman, hari Jum’at, 13-11-2015.

Page 75: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

65

hakim harus menggunakan pasal 174 HIR tentang kesaksian.

Human eror ini sangat fatal yang dilakukan oleh hakim, tidak saja

merugikan para pihak yang terkait namun merugikan institusi yang

menaunginya. Sebab hal ini menunjukan kurangnya ketelitian hakim

pengadilan agama dalam memutus perkara tersebut.

Berkenaan dengan amar putusan perkara No 967/Pdt.G/2010/PA.JP

yang menetapkan putus perkawinan antara penggugat dengan tergugat karena

perceraian tidaklah sesuai. Hal ini, sesuai dengan hasil rakernas Mahkamah

Agung Tahun 2009-2012 poin 44 yang berbunyi bahwa dalam perkara cerai

gugat dengan alasan riddah (peralihan agama) amar putusannya adalah

Fasakh, bukan bain shughra, apalagi perceraian.12

Hal inilah yang menurut

penulis amar putusan tersebut tidak mempunyai korelasi dengan judul dalam

putusan tersebut yang menyatakan tentang pembatalan nikah. Dan majelis

hakim tidak mengindahkan isi dari rakernas Mahkamah Agung tersebut dan

amar putusan tersebut seharusnya menyatakan fasakh perkawinan penggugat

dengan tergugat.13

Hal ini disebabkan karena adanya sebab baru yang

menjadikan pernikahan itu menjadi difasakh, sebagaimana dikatakan dalam

fiqih sunnah:

Artinnya: Apabila salah seorang dari suami istri murtad dari islam dan tidak

mau kembali lagi sama sekali, maka aqad nikahnya difasakh (dibatalkan)

disebabkan kemurtadannya yang terjadi setelah akad nikah.

12 Lihat Rakernas Mahkamah Agung Tahun 2009-2012 poin 44. 13 Lihat Rakernas Mahkamah Agung Tahun 2009-2012 poin 44. 14 Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, Juz 2, h. 314.

Page 76: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

66

Namun dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia murtad bisa

dijadikan sebagai alasan perceraian bukan pembatalan pernikahan. Karena

dalam pasal 116 huruf h yang berbunyi perceraian dapat terjadi karena alasan

atau alasan-alasan peralihan agama atau murtad yang menjadikan ketidak

rukunan dalam rumah tangga. Karena dalam KHI menginstruksikan bahwa

murtad adalah sebagai alasan perceraian, maka implikasinya hakim harus

memberikan dalam putusannya adalah talak raj’i dan bukan fasakh. Sebab

antara talak dan fasakh mempunyai impikasi hukum yang berbeda. Dan fasakh

tidak dapat membatalkan perkawinan karena salah satu dari suami isteri

murtad sebagaimana dijelaskan dalam pasal 75 huruf a yang berbunyi

keputusan pembatalan perkawinan tidak berlaku surut terhadap perkawinan

yang batal karena salah satu dari suami atau istri murtad.15

Untuk itu fasakh

karena salah satu suami atau istri murtad tidak bisa diterapkan dalam putusan

tersebut. Sebab pembatalan tersebut tidak berlaku surut atau kebelakang.

Untuk itu penulis lebih merujuk kepada murtad dijadikan sebagai alasan

perceraian yang putusannya menyatakan talak raj’i dari pada memfasakh

pernikahan tersebut.

15 Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta: CV Akademika Presindo,

2010), h. 134

Page 77: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

67

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan dan penelitian pada bab sebelumnya dapat diambil

kesimpulan bahwa:

1. Status perkawinan jika salah satu pihak Murtad (Peralihan Agama)

menurut fiqih bahwa perkawinan mereka menjadi fasakh atau rusak

dengan sendrinya. Oleh karana itu penulis merinci mengenai ikhtilaf

fuqaha’ tentang murtad sebagai penyebab fasakhnya suatu perkawinan,

yaitu sebagai berikut:

a. Perpisahan yang terjadi karena salah satu suami atau istri maupun

kedua-duanya murtad, itu tidak memerlukan keputusan Hakim.

b. Murtadnya si suami, menurut kaidah hukum Islam jelas menyebabkan

fasakh, dan hal ini sudah menjadi kesepakatan para ulama tanpa adanya

perbedaan pendapat.

c. Sedangkan mengenai murtadnya si isteri, hal ini masih menjadi

perselisihan pendapat di kalangan para ulama, yakni mengenai

murtadnya si isteri tersebut apakah akan menyebabkan furqoh atau

tidak furqohnya suatu perkawinan. Beberapa ulama ada yang

berpendapat bahwa murtadnya seseorang isteri itu menyebabkan

furqohnya suatu perkawinan, dan semuanya sepakat berpandapat bahwa

furqoh itu adalah fasakh bukan thalaq.

d. Adapun murtadnya suami dan istri menurut ulama Imam Abu Hanifah,

Asy-Syafi’i dan Ahmad bin Hambal sepakat bahwa kemurtadan yang

Page 78: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

68

dilakukan oleh suami dan istri tidak perlu bercerai apabila keduanya

sama-sama murtad. Berbeda dengan Imam Malik yang mengharuskan

bercerai (perkawinannya harus diputus).

Sedangkan dalam peraturan Perundang-undangan di Indonesia Pasal

116 huruf (h) Kompilasi Hukum Islam menyebutkan bahwa jika salah satu

pasangan suami isteri murtad dan menyebabkan ketidak harmonisan dalam

rumah tangga, maka hal tersebut dapat dijadikan sebagai alasan perceraian

dan bukan sebagai alasan Fasakh/Pembatalan.

2. Mekanisme penyelesaian perkara cerai karna murtad di Pengadilan Agama

Jakarta Pusat sama dengan penyelesaian perkara cerai pada umumnya

majlis hakim selalu berupaya agar para pihak berdamai, namun apabila

tidak berhasil maka Hakim akan melajutkan acara pada pemeriksaan

perkara yang diakhiri dengan putusan Hakim. Perlu digaris bawahi khusus

Perkara perceraian yang diakibatkan salah satu pasangan yang murtad

kemudian perkara tersebut diajukan ke Pengadilan Agama Jakarta Pusat

maka putusan tersesbut langsung di putus dengan fasakh. hal ini sesuai

dengan Buku II Mahkamah Agung yang menyebutkan bahwa amar

putusan dalam perkara cerai gugat dengan alasan murtad (Peralihan

Agama) adalah memfasakh perkawinan penggugat dan tergugat atau

Pemohon dan Termohon.

3. Tinjauan hukum formil pada perkara ini majelis hakim sudah sesuai

dengan hukum formil yang ada. dimana didalanya terdapat mediasi antara

Penggugat dan Tergugat, Pembacaan gugatan oleh si Penggugat, jawaban

oleh si Tergugat, replik, duplik, pembuktian, kesimpulan dan pembacaan

putusan oleh majlis Hakim. Adapun tinjauan hukum materil yang dalam

Page 79: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

69

putusan tersebut bahwa Hakim tidak tepat dalam menetapkan Pasal yang

digunakan. Dalam hal kesaksian Hakim tidak memakai rumusan Pasal 154

KHI sebab Pasal tersebut berbicara tentang iddah dan perubahan iddah

yang ditalak raj’i oleh suaminya. Seharusnya Hakim menggunakan HIR

Pasal 174 “Pengakuan yang diucapkan di hadapan Hakim, cukup menjadi

bukti untuk memberatkan orang yang mengaku itu, baik yang

diucapkannya sendiri, maupun dengan pertolongan orang lain, yang

istimewa dikuasakan untuk itu”. Kemudian dalam pertimbangan

hukumnya sebagaimana dalam rumusan pasal 116 huruf g dan huruf f jo

pasal 75 huruf a KHI. Hakim kurang tepat dalam menerapkan huruf pasal,

dalam hal ini memakai pasal 116 huruf g yang mana Pasal tersebut

berbicara tentang taklik talak. Idealnya Hakim disini memakai Pasal 116

huruf h yang berbicara tentang “peralihan agama atau murtad yang

menyebabkan terjadinya ketidak rukunan dalam rumah tangga” yang

semestinya sesuai dengan perkara ini.

B. Saran-Saran

1. Perlu adanya penyuluhan hukum dengan bagus, baik dan benar terhadap

masyrakat oleh instansi terkait mengenai hukum perkawinan di Indonesia,

yaitu dengan melibatkan tokoh setempat agar tercipta pemahaman hukum

yang tepat, sehingga tidak melenceng dari norma-norma ajaran Islam.

2. Seorang non muslim yang ingin masuk Islam, hendaknya tidak hanya

sekedar karena rasa cinta terhadap pasangannya atau sekedar memenuhi

syarat untuk memuluskan perkawinannya. Jika nantinya timbul cecok

dalam rumah tangga, orang yang baru masuk islam tersebut tidak akan

Page 80: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

70

mudah goyah imannya kembali keagamanya semula. Dan setelah menikah

hendaknya para (mu’alaf) tersebut diberi bimbingan guna menambah

pengetahuannya tentang ajaran Agama Islam, tidak hanya menjadikan

Isalam sebagai simbol, namun juga harus mendalami dan memahami

ajaran-ajarannya, sehingga bisa membangun rumah tangga dengan di

dasarkan pondasi-pondasi ajaran Islam.

3. Bagi Pengadilan Agama sebagai lembaga hukum penjamin keadilan dan

kemaslahatan, Khususnya meja satu harus benar-benar teliti dalam

menerima berkas-berkas perkara dan juga bisa mengarahkan kemana

seharusnya berkas perkara itu disidangkan, jangan sampai salah

mengarahkan. serta Khusunya kepada Majlis Hakim harus lebih teliti dan

penuh pertimbangan dalam menggunakan Pasal yang dipakai guna

menghindari adanya kesalahan atau kekeliruan setelah putusan telah

dipublikasi kepada masyarakat.

Page 81: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

71

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Yusuf Hadi Asy-iyal, Islam Membina Masyarakat Adil Makmur, Jakarta:

Pustaka Dian/ Antar Kota 1987.

Abdullah Abu Muhamad bin Qosim as-Syafi’I, Syeh Ala’ Ibnu Qoshim/Quotu al-

Habibi al-Qorib, Surabaya: Darul Ilmi,t,t.

Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia, Jakarta: CV Akademikan

Pressindo, 2010.

Abu Ahmadi & Noor Salimi, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, Jakarta:

Bumi Akarsa, 2004.

Ahmad Ibrahim Harun, Pedoman Peaksanaan Tugas dan Administrasi Peradilan

Agama, Buku II, Mahkamah Agung RI, Direktorat Jendral Peradilan

Agama, 2013.

Ahmad Warson Munawir, Al-Munawir Kamus Besar Arab-Indonesia Surayabaya:

Pustaka Progresif, 1997.

Ali M Sayuthi, Metologi Penelitian Agama, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

2012.

Ali Zainuddin, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2006.

Ali Zainuddin, Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika, 2010.

Al-Jaziri Abdurahman, ‘Ala Madzab arba’ah, Kairo, Darul Hadis, 2004.

Aness, Ahmad Munawar. Syed Z. Abedin. Ziauddin Sarda. Dialog Muslim

Kristen dulu, sekarang, esok, Yogyakarta: Qalam, 2000.

Artmanda Frista, Kamus Lengkap Bahasa Insdonesia, Jombang: Lintas Media,

2007.

At-Thabrany, al-Mu’jam al-Ausath, Kairo: Dar al-Haramain, Juz 7

Authar Nailul, Himpunan Hadist-Hadist Hukum. Jilid 5, Penerjemah Mu’ammal

Hamidy dkk, cet, III, Surabaya: PT, Bina Ilmu, 2001.

AZ-Zuhaili, Wahbah. Al-Fiqh, Al-islami wa Adilatuhu, Juz IV

Basiq A. Djalil, Pernikahan Lintas Agama Dalam Frespektif Fiqh dan Khi,

Jakarta: Qalbun Salim, 2005.

Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, Jakarta: Kencana, 2000.

Page 82: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

72

Dadang Ahmad, Metode Penelitian Agama, (Prespektif Perbandingan Agama),

Bandung: Pustaka, 2000.

Bukhari, Shahih al-Bukhari, Dar Thuq an-Najat, 1422 H.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Jakarta: Balai Pustaka,1995.

Depatemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa,

ed.IV, Jakarta: PT gramedia Pustaka Utama, 2008.

Djamil Latif, M. Aneka Hukum Perceraian Di Indonesia, Jakarta: Ghila

Indonesia, 1985.

Firdaweri, Hukum Islam Tentang Fasakh Perkawinan, Karena Ketidak-Mampuan

Suami Menenuikan Kewajibannya, Jakarta: Cv Pedoman Ilmu jaya, 1989.

Hardiman Budi, Hak-Hak Asasi Manusia polemik dengan agama dan

kebudayaan, Yogyakarta: kansius, 2011.

Hasan Abi Nuruddin Muhammad, Shaih Bukhari, Beirut: Dar-al Kotob al-

Ilmiyah,1998.

Hasan Syaikh Ayyub, Fiqih Keluarga, Terjamahan M. Abdul Ghofur, Fiqih al-

Usrah al-Muslimah, cet. 3, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2003.

Jalaludin, Psikologi Agama , Jakarta: Pt.Grafindo Persada, 2005.

Ka’bah Riyal, Permasalahan Perkawinan Dalam Majalah varia Peradilan No

271 Juni 2008, Jakarta: IKAHI, 2008.

Kuzari Ahmad, Nikah Sebagai Perikatan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

1995.

Mahdi Soleh A, Hukum Bagi Orang Yang Murtad dan Kufur, Jakarta : PT. Arista

Brahmatyaa, 1994.

Manan Abdul, Aneka masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta:

kencana, 2006.

Mesraini, Fiqih Munakahat, Jakarta: Pusat Studi Dan Pengembangan Pesantren,

2008.

Mploeng Lexy J, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya,

2004.

Muhammad Abdul Mutaal Al jabry, Perkawinan Campuran MenurutPandangan

Islam, Jakarta: PT Bulan Bintang, 1996.

Page 83: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

73

Muhammad Nabil Taufik As-Samaluthi, Pengaruh Agama terhadap Struktur

Keluarga, Surabaya: PT Bina Ilmu 1987.

Muhammad Peter Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana, 2007.

Muhammad Tengku Hasbi Ash Shidieqy, Hukum Antar Golongan: Interaksi Fiqih

Islam dengan Syariat Agama lain, Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra,

2001.

Mujier Abdul M dkk, Kamus Istilah Fiqih, Jakarta: PT. Pustaka Firadaus, 1994.

Musthopa, Kepanitraan Peradilan Agama, Jakarta,Kencana, 2005.

Mustofa Abdul Wahid, Hukum Islm Kontemporer, Jakarta, Sinar Grafika 2013.

Muslim, Shahih Muslim, Beirut: Dar Ihya at-Turats al-‘Araby.

Narbuko Cholid dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, Jakarta; PT. Bumi

Askara, 2007.

Nasution Khoiuddin. Hukum perkawinan I, Yogyakarta: ACAdemia TAZZAFA,

2004.

Nuruddin Amir dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia,

Jakarta: Kencana Prenanda Media, 2006.

Pedoman Dasar Kerukunan Hidup Beragama, Proyek Pembinaan Kerekunan

Hidup Beragama departemen Agama, tahun Angaran 1983/1984

Publikasi Hasil Penelitian, Bandung: Pustaka Setia, 2002.

Rahaman Abd Ghazaly, Fiqih Munakahat, Jakarta: Prenada Media, 2003.

Ramayulis, Pengantar Psikologi Agama, Jakarta:Kalam mulia, 2002.

Rofiq Ahmad, Hukum Islam di Indonesia, cet. VI, Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2003.

Sabiq Sayyid, Fiqih Sunnah II, Beirut: Dar Al-Fiqh, 1983.

Sanggona Bambang Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada, 2003.

Sohari Sahrani dan Tihami, Fikih Munakahat: Kajian Fikih Nikah Lengkap,

Jakarta: Rajawali Pers, 2009.

Suma Amin,Undang-Undang Perdata Islam & Peraturan Pelaksanaan Lainnya

di Negara Hukum Indonesia. Jakarta: Rjawali Pers, 2008.

Page 84: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

74

Suparmono Gatot Segi-Segi Hukum Hubungan Luar Nikah, Jakarta:

Djambatan,1998.

Syarifuddin Amir, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fiqih

Munakahat dan Undang-dang Perkawinan, Jakarta: kencana, 2009.

Tirmidzi Sunan at-Tirmidzi, Beirut: Dar al-Gharb al-Islamy, 1998 M.

Tholabi Ahmad kharie, Hukum Keluarga Indonesia, Jakarta: Sinar grafika, 2013.

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama.

Undang-Undang No 1 tahun 1974 tentang Perkawinan.

Undang-undang No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama Pasal 66 dan 68.

Undang-Undang Perkawinan, Jakarta: kencana, 2009.

Warson Ahmad Munawir, Kamus Al-Munawir Arab Indonesia Terlengkap.

Zahra Abu Muhammad, Al-Akhawal Asy-Syakhsiyah,Beirut: Dar Al-F ikri Al-

Arabi, 2005.

Zahri Hamid, Pokok-Pokok Hukum Perkawinan Islam Dan UU Perkawinan

Indonesia, Yogyakarta: Bina Cipta, 1976.

Zainuddin Bin Abdul Aziz al-malibari al-fannani, Terjemahan Fat’Hul Mu’in,

Bandung: Simar Baru Algensindo, 1994.

www.pa-jakartapusat.go.id/

Page 85: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

Putusan nomor 967/Pdt.G/2010/PA JP. Tanggal 13 Januari 2011 Hal 1 dari 12 hal.

PUTUSAN

Nomor 967/Pdt.G/2010/PA JP.

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Pengadilan Agama Jakarta Pusat Kelas IA yang memeriksa dan mengadili

perkara tertentu pada tingkat pertama dalam persidangan majelis telah

menjatuhkan putusan sebagaimana tertera di bawah ini dalam perkara

pembatalan nikah antara:

..................................., umur 36 tahun, agama Kristen protestan, warga

negara Indonesia, pendidikan SLTA, pekerjaan Karyawan Swasta, tempat

tinggal di ........................................... Disebut PENGGUGAT.

MELAWAN

..................................., umur 34 tahun, Agama Islam, warga negara

Indonesia, pendidikan D.III, pekerjaan Ibu rumah tangga, tempat tinggal

di jalan ........................................... Disebut TERGUGAT.

Pengadilan Agama tersebut.

Setelah membaca surat gugatan Penggugat dan semua surat yang berkaitan

dengan perkara ini.

Telah mendengar keterangan Penggugat dan jawaban Tergugat serta Saksi-

saksi yang dihadirkan oleh Penggugat.

TENTANG DUDUK PERKARA

Menimbang, bahwa Penggugat melalui suratnya tanggal 16

Desember 2010 telah mengajukan pembatalan perkawinan yang telah

didaftarkan di kepaniteraan Pengadilan Agama Jakarta Pusat dalam buku

register perkara gugatan nomor 967/Pdt.G/2010/PA JP. tanggal 16-12-

2010 dengan perbaikan secara lisan yang isinya mengemukakan posita

dan petitum sebagai berikut:

1. Bahwa Penggugat dan Tergugat adalah pasangan suami istri yang sah,

menikah pada hari Jum’at tanggal 11 Februari 2000 Masehi bertepatan

dengan tanggal 5 Dzulqa’dah 1420 Hijriyah sebagaimana ternyata dalam

kutipan akta nikah nomor 1137/43/II/2000 tanggal yang dikeluarkan oleh

Kantor Urusan Agama Kecamatan Cimahi Selatan, Bandung, Jawa Barat.

Page 86: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

Putusan nomor 967/Pdt.G/2010/PA JP. Tanggal 13 Januari 2011 Hal 2 dari 12 hal.

2. Bahwa, setelah pernikahan tersebut, Penggugat dan Tergugat tinggal

bersama dan menetap di ...........................................

3. Bahwa, selama pernikahan tersebut Penggugat dengan Tergugat telah

hidup rukun sebagaimana layaknya suami istri dan telah memiliki 1 (satu)

orang anak yang bernama ..................................., perempuan, lahir di

Jakarta, tanggal 22 Agustus 2000 sekarang anak tersebut ikut tinggal

bersama Penggugat.

4. Bahwa, sejak awal pernikahan, keharmonisan rumah tangga Penggugat dan

Tergugagat sudah terganggu dan kerap memicu terjadi perselisihan dan

pertengkaran, disebabkan:

4.1. Antara Penggugat dengan Tergugat berbeda keyakinan.

4.2. Antara Penggugat dengan Tergugat sudah tidak ada lagi kecocokan

dalam menjalani kehidupan rumah tangga.

4.3. Antara Penggugat dengan Tergugat selalu berbeda pendapat.

4.4. Tergugat sudah tidak menghargai dan tidak patuh kepada Penggugat

sebagai kepala keluarga.

4.5. Tergugat sering mengungkit masalah yang telah lalu khususnya

dalam hal ekonomi.

4.6. Antara Penggugat dengan Tergugat jarang sekali berkomunikasi

walaupun masih tinggal satu rumah.

4.7. Penggugat menganggap bahwa tujuan pernikahan tidak ada lagi

dalam rumah tangga, sehingga Penggugat takut akan membawa

mudharat yang lebih besar.

5. Bahwa, puncak kekecewaan Penggugat terjadi pada bulan Juni 2009,

dimana Penggugat pergi dari rumah kediaman bersama karena tidak tahan

lagi dengan keadaan rumah tangga yang selalu bertengkar dan berselisih

paham.

6. Bahwa, akibat perilaku Tergugat tersebut, telah meruntuhkan rasa cinta

Penggugat kepada Tergugat, dan karenanya Penggugat sudah tidak ingin

melanjutkan rumah tangganya dengan Tergugat.

7. Bahwa, terhadap biaya perkara agar dibebankan kepada Penggugat sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Berdasarkan alasan/dalil-dalil di atas, Penggugat memohon agar Ketua

Pengadilan Agama Jakarta Pusat segera memeriksa dan mengadili perkara ini,

selanjutnya menjatuhkan putusan yang amarnya berbunyi sebagai berikut:

1. Mengabulkan gugatan Penggugat.

Page 87: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

Putusan nomor 967/Pdt.G/2010/PA JP. Tanggal 13 Januari 2011 Hal 3 dari 12 hal.

2. Menetapkan putus perkawinan antara Penggugat (....................................)

dengan Tergugat (....................................) karena perceraian.

3. Membebankan biaya perkara sesuai peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

4. Atau menjatuhkan putusan lain yang seadil-adilnya.

Menimbang, bahwa pada hari-hari sidang yang telah ditetapkan untuk

memeriksa perkara ini para pihak yang berperkara telah sama-sama dipanggil

secara resmi dan patut, terhadap panggilan tersebut, Penggugat dan

Tergugat masing-masing hadir inperson di persidangan, kemudian Majelis

Hakim telah berusaha mendamaikan kedua belah pihak yang berperkara agar

dapat rukun kembali dalam rumah tangga tetapi upaya perdamaian tersebut

tidak tercapai.

Menimbang, bahwa untuk kepentingan mediasi, kedua belah pihak di

muka sidang sepakat memilih mediator non hakim bernama Dra. Hj. Zubaidah

Muchtar, dan atas dasar kesepakatan tersebut, majelis hakim meminta kepada

mediator yang disepakati untuk memediasi kedua belah pihak.

Menimbang, bahwa acara mediasi telah dilaksanakan pada tanggal 12

Januari 2011 di ruang mediasi Pengadilan Agama Jakarta Pusat, dan menurut

laporan mediator tersebut hasilnya gagal karena telah berbeda agama, dan

kedua belah pihak menolak untuk didamaikan termasuk menolak untuk

mengajukan usul-usul perdamaian.

Menimbang, bahwa setelah surat gugatan tersebut dibacakan yang

isinya sebagaimana di atas dengan perubahan pihak-pihak dan petitum serta

penjelasan dalil-dalil secara lisan sebagai berikut:

Bahwa seuasai akad nikah, Penggugat kembali ke agama semula yaitu

agama kristen protestan.

Bahwa sebelum menikah, Tergugat telah hamil sekitar 3 (tiga) bulan

akibat perbuatan Penggugat dan Tergugat.

Yang keterangan selengkapnya sebagaimana telah dimuat dalam berita

acara sidang, kemudian Penggugat menyatakan tetap mempertahankan

gugatannya.

Menimbang, bahwa terhadap gugatan tersebut, Tergugat telah

menyampaikan jawaban lisan yang intinya membenarkan semua dalil-dalil

gugatan Penggugat kecuali:

Dalil angka 4.5. Bahwa yang benar adalah Tergugat tidak pernah

mengungkit masalah ekonomi.

Page 88: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

Putusan nomor 967/Pdt.G/2010/PA JP. Tanggal 13 Januari 2011 Hal 4 dari 12 hal.

Dan alasan Tergugat tidak taat kepada Penggugat sebagai suami adalah

karena Tergugat tidak mau mengikuti keinginan Penggugat yang

mengajak Tergugat masuk ke agama Penggugat.

Bahwa Tergugat sama sekali tidak keberatan diceraikan dari

Penggugat.

Menimbang, bahwa terhadap jawaban tersebut, Tergugat menyatakan tidak

mengajukan replik.

Menimbang, bahwa untuk mempertahankan kebenaran dalil-dalil

gugatannya, Penggugat telah mengajukan alat-alat bukti sebagai berikut:

1. Bukti Surat, berupa fotokopi buku kutipan akta nikah nomor:

1137/43/II/2000 atas nama James J.R. Ginoga (Penggugat) dan

Nurmayasari (Tergugat) yang dikeluarkan oleh Pegawai Pencatat Nikah

pada Kantor Urusan Agama Kecamatan Cimahi Selatan, Bandung,

tanggal 11-2-2000.

Surat bukti tersebut telah bermeterai cukup dan dapat diperlihatkan

aslinya di persidangan kemudian diberi tanda bukti P.1.

2. Bukti Saksi:

2.1. ..................................., umur 71 tahun, agama Kristen protestan,

pekerjaan Ibu rumah tangga, tempat tinggal di

........................................... Di bawah sumpahnya secara

kristen protestan, Saksi menyampaikan kesaksiannya yang

intinya disimpulkan sebagai berikut:

Bahwa Saksi kenal Penggugat sejak Penggugat masih kecil

karena Saksi adalah Tante Penggugat, dan Saksi kenal

Tergugat sebagai istri Penggugat sejak Penggugat menikah

dengan Tergugat.

Bahwa selama dalam ikatan perkawinan Penggugat dan

Tergugat telah memperoleh anak 1 (satu) orang sekarang

ikut tinggal bersama Tergugat.

Bahwa setelah menikah Penggugat dan Tergugat tinggal di

...........................................

Bahwa setahu saksi, sejak 2 (dua) minggu setelah menikah,

antara Penggugat dengan Tergugat sering berselisih paham dan

bertengkar mulut karena berbeda prinsip dan berbeda agama,

Page 89: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

Putusan nomor 967/Pdt.G/2010/PA JP. Tanggal 13 Januari 2011 Hal 5 dari 12 hal.

dimana Penggugat telah kembali lagi ke agamanya yang semula

yaitu Kristen protestan, dan saksi sering melihat Penggugat pergi

ke gereja. Sedangkan Tergugat tetap beragama Islam sampai

saat ini.

Bahwa, Penggugat sejak kecil beragama kristen protestan, dan

Penggugat masuk Islam yaitu hanya pada saat akad nikah dengan

Tergugat.

Bahwa saksi pernah mendengar dan melihat langsung Penggugat

bertengkar dengan Tergugat di rumah kediaman bersama.

Bahwa sejak Juni 2009 hingga sekarang antara Penggugat dengan

Tergugat tidak serumah lagi karena Penggugat pergi

meninggalkan rumah kediaman bersama, demikian pula Tergugat

pergi dari rumah kediaman bersama dan sekarang Tergugat

menetap di rumah orang tuanya di alamat Tergugat sekarang,

dan selama itu pula tidak pernah bersatu lagi dalam rumah

tangga.

Bahwa pihak keluarga dari Penggugat pernah berusaha

mendamaikan kedua belah pihak agar dapat rukun kembali dalam

rumah tangga tetapi tidak berhasil sehingga Saksi sekarang tidak

bersedia lagi menyatukan Penggugat dengan Tergugat.

Menimbang, bahwa terhadap keterangan Saksi tersebut, Penggugat

membenarkannya, sedangkan Tergugat menyatakan tidak keberatan.

2.2. ..................................., umur 51 tahun, agama kristen protestan,

pekerjaan Ibu rumah tangga, tempat tinggal di

........................................... Di bawah sumpahnya secara kristen

protestan, Saksi tersebut menyampaikan kesaksian yang pokok-

pokoknya disimpulkan sebagai berikut:

Bahwa Saksi adalah Ibu kandung Penggugat, dan Saksi kenal

Tergugat sebagai istri Penggugat (menantu saksi) sejak tahun 2000.

Bahwa setahu saksi, sejak bulan pertama menikah antara Penggugat

dengan Tergugat sering berbeda pendapat dan cekcok lantaran

berbeda pandangan dimana setelah menikah Penggugat telah kembali

lagi ke agamanya semula yaitu kristen protestan. Sedangkan Tergugat

tetap beragama Islam.

Page 90: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

Putusan nomor 967/Pdt.G/2010/PA JP. Tanggal 13 Januari 2011 Hal 6 dari 12 hal.

Bahwa setahu saksi, sejak Juni 2009 sampai sekarang Penggugat tidak

tinggal serumah lagi dengan Tergugat karena masing-masing tinggal di

rumah orang tuanyanya.

Bahwa setahu Saksi, keluarga Penggugat pernah berusaha menasehati

Penggugat dan Tergugat tetapi tidak berhasil sehingga Saksi tidak

sanggup lagi merukunkan kedua belah pihak.

Menimbang, bahwa terhadap keterangan Saksi tersebut, Penggugat

membenarkan seluruhnya, sedangkan Tergugat tidak menyampaikan

tanggapan.

Menimbang, bahwa Penggugat menyatakan tidak akan mengajukan lagi

bukti-bukti yang lain.

Menimbang, bahwa Tergugat menyatakan tidak akan mengajukan bukti.

Menimbang, bahwa Penggugat telah mengajukan kesimpulan lisan

yang intinya menyatakan bahwa Penggugat tetap pada gugatannya semula dan

memohon agar perkara ini dapat segera diputus dengan mengabulkan gugatan

Penggugat.

Menimbang, bahwa Tergugat mengajukan konklusi lisan yang intinya

tidak keberatan terhadap gugatan pembatalan pernikahan Penggugat dengan

Tergugat, dan memohon agar gugatan Penggugat dapat dikabulkan.

Menimbang, bahwa tentang jalannya pemeriksaan perkara ini di

persidangan selengkapnya telah dicatat dalam berita acara sidang, maka

untuk mempersingkat uraian putusan ini cukuplah Pengadilan menunjuk kepada

berita acara sidang dimaksud yang merupakan satu kesatuan yang tak

terpisahkan dengan putusan ini.

TENTANG HUKUMNYA

Menimbang, bahwa maksud dan tujuan gugatan Penggugat

sebagaimana telah diuraikan di atas.

Menimbang, bahwa selama proses persidangan Majelis Hakim telah

berusaha mendamaikan kedua belah pihak yang berperkara namun upaya

tersebut tidak tercapai dengan demikian kehendak Pasal 65 jis. Pasal 82 ayat

(4) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama serta Pasal 31 ayat (2)

Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 dan Pasal 115 Kompilasi Hukum

Islam dipandang telah terpenuhi.

Page 91: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

Putusan nomor 967/Pdt.G/2010/PA JP. Tanggal 13 Januari 2011 Hal 7 dari 12 hal.

Menimbang, bahwa setelah membaca gugatan Penggugat serta

mendengar keterangan Penggugat dan jawaban Tergugat di persidangan, maka

yang menjadi pokok masalah dari gugatan Penggugat adalah Penggugat

mengajukan pembatalan perkawinnya dengan Tergugat di hadapan sidang

Pengadilan Agama Medan dengan dalil yang dijadikan dasar hukum yaitu

bahwa Penggugat telah beralih agama ke agama kristen, dan juga antara

Penggugat dengan Tergugat terus menerus terjadi perselisihan dan

pertengkaran yang berkesinambungan sehingga rumah tangga menjadi tidak

harmonis disebabkan hal-hal seperti telah diuraikan pada bagian duduk

perkara.

Menimbang bahwa dalam jawabannya, Tergugat telah mengakui

sebagian dalil-dalil Penggugat dan membantah sebagian lainnya sebagaima

telah diuraikan di atas.

Menimbang, bahwa berdasarkan bukti P.1 (akta otentik) yang

merupakan syarat mutlak (conditio sine qua non) mengajukan gugatan

perceraian dan atau pembatalan nikah ternyata Penggugat dan Tergugat masih

terikat dalam perkawinan, dan Penggugat mengakui bahwa Penggugat telah

beralih agama dari agama Islam ke agama Kristen protestan, sedangkan

Penggugat menikah dengan Tergugat secara Islam, maka harus dinyatakan

terbukti bahwa Penggugat dan Tergugat adalah pihak-pihak yang berhak dan

berkepentingan mengajukan perkara ini (persona standi in judicio) dan secara

kompetensi relatif Pengadilan Agama Jakarta Pusat berwenang memeriksa dan

mengadili perkara ini.

Menimbang, bahwa oleh karena Tergugat membantah sebagian

posita/fundamentum petendi gugatan Penggugat, maka kepada Penggugat

dibebankan wajib bukti, dan untuk itu telah didengar keterangan saksi-saksi

keluarga dan atau orang dekat dari masing-masing pihak sebagaimana

kehendak rumusan Pasal 22 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun

1975 dan ketentuan Pasal 154 Kompilasi Hukum Islam.

Menimbang, bahwa kesaksian Saksi-saksi Penggugat tersebut secara

formil dapat diterima karena telah disumpah yang intinya telah melihat dan

mendengar langsung bahwa Penggugat telah murtad dan sering bertengkar

serta sudah berpisah rumah dengan Tergugat sebagaimana telah diuraikan

pada bagian duduk perkara, dan keterangan tersebut tidak bertentangan antara

keterangan Saksi yang satu dengan Saksi lainnya, dengan demikian keterangan

para Saksi tersebut relevan dan obyektif dengan dalil-dalil guagatan Penggugat,

Page 92: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

Putusan nomor 967/Pdt.G/2010/PA JP. Tanggal 13 Januari 2011 Hal 8 dari 12 hal.

oleh karenanya keterangan Saksi-saksi tersebut secara materil dapat

dipertimbangkan sebagai alat bukti sebagaimana dikehendaki ketentuan Pasal

171 ayat (1) dan Pasal 172 HIR.

Menimbang, bahwa berdasarkan dalil-dalil/posita gugatan Penggugat

yang telah dibuktikan secara sah di atas, maka Majelis Hakim mengkonstatir

peristiwa konkret tersebut dan menemukan fakta-fakta/peristiwa hukum

sebagai berikut:

1. Bahwa Penggugat dan Tergugat adalah suami isteri sah, menikah pada

tanggal 11 Februari 2000 di Kecamatan Cimahi Selatan Bandung, dan

selama dalam ikatan perkawinan telah memperoleh anak 1 (satu) orang

sebagaimana tersebut di atas sekarang ikut tinggal bersama Tergugat.

2. Bahwa frekuensi perselisihan dan pertengkaran antara Penggugat

dengan Tergugat secara berkelanjutan sejak bulan pertama menikah

yang puncaknya pada bulan Juni 2009 hingga gugatan ini diajukan

tanggal 16 Desember 2010.

3. Bahwa faktor penyebab perselisihan dan pertengkaran berawal dari

sikap perbedaan keyakinan/agama dimana Tergugat telah murtad

(keluar dari agama Islam/masuk ke agama kristen protestan), dan

sesuai dengan pengakuan Tergugat bahwa Tergugat mengajak

Penggugat untuk masuk agama Tergugat tetapi Penggugat menolak

dengan tegas.

4. Bahwa akibat pertengkaran tersebut rumah tangga menjadi tidak

harmonis.

5. Bahwa pihak keluarga telah berupaya secara optimal mendamaikan

Penggugat dan Tergugat namun ternyata menemui kebuntuan, yang

pada akhirnya para Saksi tersebut menyatakan tidak sanggup lagi

merukunkan dan menyatukan kedua belah pihak.

Menimbang, bahwa jika suami istri yang sah bertengkar terus menerus,

dan juga menurut pernyataan Penggugat dan Tergugat bahwa “tidak dapat

dipertahankan lagi”, maka dapat dikategorikan sebagai pasangan suami isteri

yang tidak harmonis dan dinilai perkawinan tersebut sudah pecah [marriage

breakdown / broken home]. Oleh karena apa yang menjadi tujuan perkawinan

tidak dapat terwujud, maka mempertahankan rumah tangga yang sedemikian

dipandang sebagai perbuatan sia-sia bahkan akan mendatangkan penderitaan

batin yang berkepanjangan bagi kedua belah pihak sehingga dapat

menimbulkan mafsadat. Dan Tindakan kedua belah pihak dalam kapasitasnya

Page 93: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

Putusan nomor 967/Pdt.G/2010/PA JP. Tanggal 13 Januari 2011 Hal 9 dari 12 hal.

sebagai suami dan isteri yang tidak mau lagi berkomunikasi dianggap telah

keluar dari koridor dan bingkai rumusan Pasal 3 Kompilasi Hukum Islam

sehingga dapat dipastikan tidak akan mampu lagi berbagi rasa dalam

melestarikan sendi-sendi rumahtangga yang sakinah berlandaskan mawaddah

dan rahmah yang merupakan tujuan hakiki dari suatu perkawinan.

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan hukum

tersebut di atas harus dinyatakan telah terbukti secara sah bahwa antara

Penggugat dengan Tergugat telah terjadi perselisihan dan pertengkaran yang

terus-menerus yang tidak ada lagi harapan kedepan bagi keduanya akan dapat

hidup rukun kembali dalam rumah tangga, dan pengertian “terus menerus

terjadi pertengkaran”, keadaan tersebut dapat dikualifikasikan sebagai

perkawinan yang telah pecah dan “tidak ada harapan kedepan akan dapat

hidup rukun kembali dalam rumahtangga“ sehingga dapat dikonstituir secara

yuridis bahwa peristiwa hukum tersebut adalah sebagaimana alasan perceraian

yang ditentukan dalam rumusan Pasal 116 huruf g dan f juncto Pasal 75 huruf

a Kompilasi Hukum Islam yakni salah satu pihak telah murtad yang

menyebabkan perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada lagi keharmonisan

dalam rumah tangga telah terpenuhi unsur-unsurnya, maka Majelis Hakim

berpendapat bahwa gugatan Penggugat mengenai pembatalan pernikahannya

tersebut dipandang sangat beralasan dan tidak melawan hukum.

Menimbang, bahwa berdasarkan Hadits Qauly, serta kaidah hukum dan

doktrin pakar hukum Islam yang selanjutnya diambil alih sebagai pertimbangan

hukum sebagai berikut:

Tidak boleh memudharatkan diri sendiri dan tidak boleh pula) ِض اَل راَل اَل اَل اَل اَلراَل اَل .1

membahayakan orang lain). Sunan Ibni Majah, Kitab al-Ahkam, Hadits nomor 2331

2. لطارئة ل دة بسبب لعقد فسخ إليه، يعد لم سالم عن لز جين أحد رتد إذ Apabila salah seorang dari suami isteri murtad dari Islam dan tidak mau kembali lagi sama sekali, maka akad nikahnya difasakh (dibatalkan) disebabkan kemurtadannya yang terjadi mendatang/setelah akad nikah. {Fiqh Al-Sunnah, Jilid 2, Bab Al-fasakh}.

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan hukum

tersebut di atas, maka Majelis Hakim berkesimpulan sesuai dengan Pasal 70

ayat (1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama bahwa kedua

belah pihak tidak mungkin lagi didamaikan karena kondisi rumahtangga

Penggugat dan Tergugat telah pecah dan sudah tidak mungkin dipertahankan

Page 94: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

Putusan nomor 967/Pdt.G/2010/PA JP. Tanggal 13 Januari 2011 Hal 10 dari 12 hal.

lagi, maka solusi yang harus ditempuh adalah membuka pintu perceraian dan

atau membatalkan perkawinan, oleh karenanya sepatutnya petitum gugatan

Penggugat pada angka 1 dan 2 tersebut dapat dikabulkan dengan

menetapkan putus perkawinan antara Penggugat dengan Tergugat

karena perceraian.

Menimbang, bahwa untuk ketertiban administrasi, berdasarkan Pasal 84

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang peradilan Agama, maka Majelis

Hakim perlu memerintahkan Panitera Pengadilan Agama Jakarta Pusat untuk

mengirimkan salinan putusan ini yang telah berkekuatan hukum tetap kepada

Pegawai Pencatat Nikah pada Kantor Urusan Agama Kecamatan tempat

dicatatnya pernikahan Penggugat dan Tergugat serta Kantor Urusan Agama

yang mewilayahi tempat tinggal Penggugat dan Tergugat.

Menimbang, bahwa berdasarkan Pasal 89 ayat (1) dan Undang-Undang

Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 7

Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama, semua biaya perkara ini dibebankan

kepada Penggugat.

Memperhatikan pasal-pasal peraturan perundang-undangan yang

berlaku serta kaidah-kaidah hukum dan doktrin yang berkaitan dengan perkara

ini.

MENGADILI

1. Mengabulkan gugatan Penggugat.

2. Menetapkan putus perkawinan antara Penggugat (...............................)

dengan Tergugat (..................................) karena perceraian.

3. Memerintahkan Panitera Pengadilan Agama Jakarta Pusat untuk

mengirimkan salinan putusan ini yang telah berkekuatan hukum tetap

kepada Kantor Urusan Agama Kecamatan Cimahi Selatan dan Kantor

Urusan Agama yang mewilayahi tempat tinggal Penggugat dan Tergugat.

4. Membebankan Penggugat membayar biaya perkara ini sebesar Rp

396.000 (tiga ratus sembilan puluh enam ribu rupiah).

Demikian diputuskan di Jakarta Pusat pada hari Kamis tanggal 13

Januari 2011 / 8 Shafar 1432 Hijriyah oleh kami Drs. Hafifullah, S.H., M.H.

sebagai Hakim Ketua, Dra. Nadhifah, S.H., M.H. dan Drs. H. Ujang Soleh, S.H.

masing–masing sebagai Hakim Anggota, dan putusan ini diucapkan pada hari

itu juga dalam sidang terbuka untuk umum dengan dihadiri oleh Ruslan P.,

Page 95: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

Putusan nomor 967/Pdt.G/2010/PA JP. Tanggal 13 Januari 2011 Hal 11 dari 12 hal.

S.H., M.H. sebagai Panitera Pengganti pada Pengadilan Agama Jakarta Pusat

Kelas IA, dan dihadiri oleh Penggugat dan Tergugat.

Hakim Ketua

Drs. Hafifullah, S.H., M.H.

Hakim Anggota Hakim Anggota

Drs. H. Ujang Soleh, S.H. Drs. Nadhifah, S.H., M.H.

Panitera Pengganti

Ruslan P., S.H., M.H.

Rincian biaya perkara: 1. Biaya Administrasi Rp 50.000

2. Biaya Pendaftaran Rp 30.000 3. Biaya Panggilan Rp 305.000

4. Biaya Redaksi Rp 5.000 5. Biaya Meterai Rp 6.000

------------------

Jumlah Rp 396.000 (tiga ratussembilan puluh enam ribu rupiah).

Untuk salinan yang sama dengan bunyi aslinya

Oleh Panitera Pengadilan Agama Jakarta Pusat

Ahmad Majid, S.H.

Page 96: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

Putusan nomor 967/Pdt.G/2010/PA JP. Tanggal 13 Januari 2011 Hal 12 dari 12 hal.

Untuk salinan yang sama dengan bunyi aslinya.

Salinan putusan ini diterimakan untuk dan atas permintaan Penggugat dan putusan ini belum

berkekuatan hukum tetap.

Jakarta, Januari 2011 Panitera

Meninggal karena: Sakit, kecelakaan lalulintas, pembunuhan, bunuh diri, bersalin, lahir mati, kecelakaan industri, dll.

Page 97: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan
Page 98: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan
Page 99: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan
Page 100: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan
Page 101: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

Dokumentasi Wawancara

Wawancara Dengan Bpk. Munadi.

Hakim Pengadilan Agama Jakarta Pusat.

Hari : Jum’at

Tgl : 23/10/2015

Tempat : Pengadilan Agama Jakarta Pusat

Page 102: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan
Page 103: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan
Page 104: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan
Page 105: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan

Dokumentasi Wawancara

Wawancara Dengan Bpk. Hafifullah.

Hakim yang Memutus Perkara No. 967/Pdt.G/2010/PA.JP

Hari : Jum’at

Tgl : 13/11/2015

Tempat: Pengadilan Agama Sleman Yogyakarta

Page 106: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan
Page 107: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan
Page 108: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan
Page 109: PUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45004/1/AHMAD ROBIAN-FSH.pdfPUTUS PERNIKAHAN DENGAN ALASAN MURTAD (Analisis Putusan