pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak...

390
http://pustaka-indo.blogspot.com

Transcript of pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak...

Page 1: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 2: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 3: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

MIZAN PUSTAKA: KRONIK ZAMAN BARU adalah salah satu liniproduk (product line) Penerbit Mizan yang menyajikan buku-bukubertema umum dan luas yang merekam informasi dan pemikiranmutakhir serta penting bagi masyarakat Indonesia.

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 4: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 5: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

MENYAKSIKAN 30 TAHUN PEMERINTAHAN OTORITER SOEHARTO© copyright Salim Haji Said, 2016Penyunting: Andityas Prabantoro

Proofreader: Ine UfiyatiputriHak cipta dilindungi undang-undang

All rights reservedAgustus 2016

Diterbitkan oleh Penerbit MizanPT Mizan Pustaka

Anggota IKAPIJln. Cinambo No. 135 (Cisaranten Wetan),

Ujungberung, Bandung 40294Telp. (022) 7834310 – Faks. (022) 7834311

e-mail: [email protected]://www.mizan.com

facebook: Penerbit Mizantwitter: @penerbitmizan

Desainer sampul: Andreas KusumahadiDigitalisasi: Ibn' Maxum

Sumber foto sampul: Arsip Nasional RI

ISBN 978-979-433-952-7

E-book ini didistribusikan olehMizan Digital Publishing

Jln. Jagakarsa Raya No. 40,Jakarta Selatan 12620 Telp. +6221-78864547 (Hunting); Faks. +62-21-

788-64272website: www.mizan.com

e-mail: [email protected]: @mizandotcom

facebook: mizan digital publishing

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 6: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Buku ini dimungkinkan terbit atasbantuan

Dr. Saiful Mujani, Saiful Mujani Researchand Consulting (SMRC) dan Kim J. Mulia,PT Asuransi Intra Asia.

Penulis dan penerbit mengucapkan terima kasih kepadakedua dermawan tersebut.

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 7: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

ISI BUKU

Pengantar PenulisKisah Tragis Tiga “King Maker”“Kau Laporkan Ini kepada Pak Harto, Ben!”Sumitro, Gagasan Tanpa Cukup DukunganL.B. Moerdani, para Jenderal Orde Baru, dan Presiden

SoehartoSudomo, Laksamana TNI di Tengah Lautan Jenderal“Dengan Saya Saja, Tidak”Menyiapkan Tutut Menggantikan SoehartoTelepon dari Sarwo Edhie“Saya Akan Kembali ke Induk Saya”ABRI Menjelang Perubahan: Sekadar MasukanTentang Tiga Jenderal BesarEmil Salim Menantang SoehartoYang Keluar dari Saku Jenderal WirantoTentang Salim Haji Said

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 8: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

PENGANTAR PENULIS

I

Pada pagi hari 1 Oktober 1965, sejumlah prajurit TNI binaanPKI melancarkan usaha menculik para jenderal pimpinanAngkatan Darat yang dinilai PKI sebagai sangat anti-Komunis. Kecerobohan perencanaan operasi penculikanmenyebabkan sasaran terpenting operasi terbunuh ditempat. Sisanya dihabisi di Lubang Buaya. Dengan latarbelakang itu, muncullah Mayjen TNI Soeharto, PanglimaKostrad waktu itu.

Presiden Sukarno menyikapi terbunuhnya parajenderal sebagai suatu hal yang “biasa terjadi dalamRevolusi”. Dengan sikap demikian, langkah pertamaSukarno pagi itu bukanlah mencari tahu siapa yangmembunuh para jenderal dan di mana mayat parapemimpin tentara dikuburkan. Yang segera dilakukanSukarno pagi hari awal bulan Oktober itu adalah segeramenunjuk Mayjen TNI Pranoto Reksosamodra (Asisten IIIbidang Personalia Panglima Angkatan Darat) menjadipejabat sementara (Pjs.) pimpinan Angkatan Daratmenggantikan Jenderal Ahmad Yani yang telah dibantaipara perwira binaan PKI beberapa jam sebelumnya.

Kemudian, ternyata Jenderal Pranoto tidakdimungkinkan menjalankan perintah Sukarno. Dengan

~1~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 9: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

cepat—mengikuti kebiasaan di Angkatan Darat sejakJenderal Yani menduduki kursi Panglima Angkatan Darat—Panglima Kostrad, Mayjen TNI Soeharto dengandukungan Jenderal TNI A.H. Nasution mengambil alihpimpinan Angkatan Darat dari pejabat yang“menghilang”. Beberapa waktu kemudian, Pangkostradmemerintahkan penangkapan Pranoto Reksosamodra.Alasan tindakan itu adalah karena operasi intel yangberhasil menangkap Kolonel Latif mendapatkan suratpada saku sang Kolonel—seorang yang berperan pentingdalam Gerakan Tiga Puluh September (Gestapu)—yangditujukan kepada Pranoto. Isi surat itu adalah Latifmeminta perlindungan Pranoto sebagai pejabat pimpinanAngkatan Darat yang baru ditunjuk Presiden Sukarno.Surat itu memperkuat kecurigaan terhadap Pranoto,seorang Sukarnois, sebagai perwira yang paling sedikitdianggap bersimpati kepada Gestapu.

Melewati power struggle (pertarungan kekuasaan)antara Soeharto—sebagai pemimpin “partai” tentara—melawan Presiden Sukarno, pada awal 1968, akhirnyaPresiden pertama Republik Indonesia tersingkir. JenderalSoeharto tampil dan bertakhta pada singgasanakekuasaan tertinggi Indonesia selama 30 tahun (1968-1998).

Modal utama kekuasaan Soeharto adalah dukungantentara dan kemarahan rakyat kepada Partai KomunisIndonesia (PKI). Sebagai seorang dengan instingkekuasaan yang ternyata tajam, Soeharto sadar tidakmemiliki cukup karisma dan pengalaman politik seperti

~2~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 10: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

yang dipunyai pendahulunya. Dengan latar belakang yangdemikian, Soeharto yakin kekuasaannya hanya akan tegakdan bertahan jika potensi pesaing di kalangan militerdisingkirkannya dengan segera.

Setelah “membereskan” Sukarno, Soehartomenempuh tiga cara untuk membangun danmempertahankan kekuasaannya. Pertama,menyingkirkan semua Perwira berorientasi kiri danSukarnois. Kedua, mempromosikan para jenderal yangdianggapnya tidak punya potensi menggunakan tentaramelawan sang Presiden. Ketiga, para pendukung yangberjasa bagi kemenangan politik Soeharto, tetapimenonjol dalam masyarakat, atau dianggap mempunyaiagenda sendiri, dengan segera disingkirkan dari posisi-posisi berpengaruh.

Dengan secara konsisten dan berkelanjutan, Soehartomenyingkirkan perwira tinggi yang dianggapnya punyapotensi mengancam. Akibatnya, militer Indonesia secaraberangsur “terbonsai”, berkembang menjadi hanya alatbagi kekuasaan Soeharto, terutama setelah pergantiangenerasi dalam aparat pertahanan dan keamanan.Berbagai cara dikembangkan sang Presiden demi menjagadan melanggengkan kekuasaannya. Pada dasarnya, cara-cara itu bukanlah cara baru ciptaannya. Soeharto padahakikatnya—seperti hampir semua penguasa otoriter—adalah seorang Machiavellian yang mempraktikkantaktik stick and carrot (tongkat dan wortel). Mereka yangmenguntungkan kekuasaan, mendapat anugerah,sementara yang berpotensi membahayakan, dengan cara

~3~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 11: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

saksama dan secepatnya, disingkirkan.Buku ini mencatat kasus-kasus yang menunjukkan

bagaimana cara Soeharto menguasai tentara. JenderalAhmad Kemal Idris, Jenderal H.R. Dharsono, JenderalSarwo Edhi Wibowo, Jenderal Sumitro, Jenderal AliMurtopo, Jenderal Benny Moerdani, dan banyak lagilainnya, adalah tokoh-tokoh yang pada suatu titik dalamperjalanan karier militer mereka dipersepsikan Soehartosebagai potensi yang mengancam kekuasaan sangPresiden. Dan karena itu sesegera mungkin disingkirkandari pendopo kekuasaan.

Para jenderal secara perlahan-lahan akhirnya memangsadar terhadap taktik dan strategi Soeharto membangun,memperkokoh, dan melanggengkan kekuasaannya.Namun, Soeharto sudah menguasai posisi sebagaiPresiden dan pemimpin tertinggi yang secara perlahantetapi ketat mengontrol tentara. Para jenderal terlambatmenyadari agenda Soeharto yang berbeda dari rencanapara petinggi militer tersebut. Ketika para jenderal mulaimenyadari kenyataan sebenarnya setelah bertahun-tahunberada dalam kesadaran palsu (false consciousness),Soeharto sudah telanjur makin kuat dan kecanggihanpolitiknya sudah bukan tandingan bagi para jenderalnya.

Kumpulan tulisan dalam buku ini membahas secarasaksama—sebisa mungkin—interaksi dan keteganganselama hampir 30 tahun antara Soeharto dan parajenderalnya. Penting diperhatikan, semua ketegangan ituberakhir dengan kemenangan Soeharto.

~4~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 12: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

~5~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 13: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Salim Haji Said mewawancarai Pangab Benny Moerdani, November1984.

Akibat “pembersihan” permanen para pimpinantentara, makin lama lingkaran kekuasaan yang berada disekitar Bapak Presiden makin menyempit. Ini hal yangmenguntungkan dan membuka peluang bagi seorangpenguasa otoriter membangun suatu dinasti yangkemudian terlihat memang direncanakan Soeharto.

Interaksi, apalagi ketegangan, antara Soeharto danpara politisi sipil hampir tidak mendapat tempat dalambuku ini. Interaksi demikian memang nyaris tidak pernahada. Berbeda dengan pengalaman Presiden Sukarnosebelumnya, kekuatan politik sipil memang tidak pernahsecara signifikan merupakan ancaman bagi Soeharto.Selama sang Jenderal berkuasa, pemerintah memang“memelihara” kelompok politik sipil yang dipacuberkompetisi memperebutkan kursi di DPR. Kompetisiterbatas dan terkontrol itu dirancang secara canggihdengan tujuan “melegalkan” peran politik tentara dankekuasaan Soeharto di mata publik Indonesia dan duniainternasional.

Golkar, PDI, dan PPP adalah perwakilan politik pesertapemilihan umum resmi menurut aturan pemerintah.Golkar adalah kelompok yang dibangun militer sebagaikendaraan politik mereka. Tugas Golkar mendudukisebanyak mungkin kursi di Dewan Perwakilan Rakyatuntuk memberi legitimasi pada kekuasaan Soeharto. PDIdan PPP merupakan kelompok politik hasil fusi sejumlah

~6~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 14: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

partai sebagai buah rekayasa aparat kekuasaan. Keduanyaadalah produk bonsai kekuasaan yang lebih difungsikansebagai “pelengkap penderita” di atas pentas politik yangdikuasai Soeharto.

Orang-orang yang dipandang berpotensi kritis padakekuasaan tidak pernah mungkin menemukan tanggamemanjat ke panggung politik. Semua yang mendapatizin memperebutkan kursi di DPR dan MPR sertakedudukan strategis dalam birokrasi adalah mereka yang“steril” setelah secara saksama ditapis aparat sekuritiPeneliti Khusus (Litsus) penguasa. Usaha meneguhkandan memantapkan kekuasaannya itu akhirnyamendorong, membawa, dan memperkuat rencanaSoeharto mewariskan kekuasaannya kepada putrinya, SitiHardianti Rukmana (Mbak Tutut). Tanpa saya sadari,apalagi direncanakan, saya terlibat dalam kegiatan terakhirini sebagaimana yang bisa dibaca dalam salah satu bagiandalam buku ini.SYAHDAN, AKHIRNYA SOEHARTO JATUH JUGA. Namun,berlainan dengan jatuhnya para tokoh otoriter yangdidukung tentara seperti yang terjadi di banyak belahanbumi lain, Soeharto tidak jatuh karena perlawanan militer.Akibat krisis moneter (krismon) yang melanda Indonesiasejak pertengahan 1997, secara perlahan Soeharto tidaklagi punya cukup dana “membeli” dan membiayai parapendukungnya dan masyarakat luas pada umumnya.Dengan kata lain, strategi stick and carrot tidak bisa lagidijalankan. Tentara (ABRI) tidak bisa bertindakmenyelamatkan Soeharto, karena mereka sudah lama

~7~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 15: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

tidak bersatu—sebagai akibat rekayasa pecah-belahSoeharto. Dalam tubuh tentara juga tidak cukup tersediapimpinan yang mencapai puncak organisasi lewat seleksiberdasar merit dan kepemimpinan sewajarnya.

Pada hari-hari terakhir masa kekuasaan Soeharto,tentara bukan saja tidak bisa membela danmempertahankan sang Presiden dari tuntutan mundur.Tentara sendiri tidak lagi punya semangat, keberanian,dan dukungan masyarakat—seperti pada 1966—mengambil alih kekuasaan dari tangan Soeharto.

Tidak berapa lama setelah kejatuhan Bapak Presiden,tentara (ABRI) pada April 2000 bahkan secara resmimeninggalkan posisinya sebagai kekuatan politik legalyang dulu populer sebagai Dwifungsi.

II

Lengsernya Soeharto adalah perubahan politik terpentingkeempat dalam sejarah Republik Indonesia. Pertamaadalah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Kedua,keputusan Presiden Sukarno (dengan dukungan aktifKepala Staf Angkatan Darat, Jenderal A.H. Nasution)memberlakukan kembali UUD 1945, membubarkanDewan Konstituante,membentuk MajelisPermusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS),membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat hasil Pemilu 1955untuk kemudian membentuk Dewan Perwakilan RakyatGotong Royong (DPRGR) yang anggotanya dipilih sendirioleh Sukarno. Lewat perubahan itu Sukarno berkuasanyaris mutlak sebagai penguasa otoriter Indonesia.Berbeda dengan Soeharto di kemudian hari, Sukarno

~8~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 16: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

punya sejumlah lawan-lawan politik sipil. Inilah latarbelakang pembubaran partai politik Masyumi dan PSI(Partai Sosialis Indonesia).

Perubahan politik terpenting berikutnya—yangketiga—adalah runtuh dan berakhirnya rezim ciptaanPresiden Sukarno (Demokrasi Terpimpin) secara dramatisdan berdarah-darah sebagai akibat Gerakan 30 Septemberdan perlawanan tentara serta masyarakat. Perubahantragis ini membuka gerbang bagi Jenderal Soehartomenaiki singgasana kekuasaan dan bertakhta di sanaselama 30 tahun.

Lengsernya Soeharto dan masuknya Indonesiakembali ke era demokrasi melalui serentetan reformasiadalah perubahan politik penting berikutnya, yangkeempat. Salah satu yang menonjol dari reformasi iniadalah keputusan militer (secara nyaris sukarela)menanggalkan peran politik mereka yang terkenal sebagaiDwifungsi.

Menarik untuk dicatat, pada semua perubahan ini parapemimpin rezim baru selalu memulai kekuasaan denganjanji setia kepada UUD, memperjuangkan nasib rakyat,merencanakan sebuah Indonesia yang aman, makmur,dan berkeadilan. Ketika rezim Demokrasi Parlementertidak kunjung berhasil memenuhi janjinya, Sukarno danmiliter bekerja sama mengambil alih kekuasaan danmembangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itumeyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpinsesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketikaDemokrasi Parlementer dicap sebagai sistem impor dari

~9~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 17: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Barat. Nyatanya, dalam waktu singkat praktik DemokrasiTerpimpin lebih buruk dan sepanjang usianya dilandaketegangan politik antargolongan yang memuncak padatragedi berdarah Gestapu yang disempurnakan denganpembubaran PKI.

Pada awal masa panjang kekuasaannya, JenderalSoeharto mengkritik pelanggaran konstitusi, kultusindividu serta korupsi yang terjadi pada masa DemokrasiTerpimpin. Tak berselang lama, banyak kesalahan yangtadinya dilakukan Sukarno diulangi kembali PresidenSoeharto. Bahkan, mungkin dalam skala lebih besar danyang pasti dalam waktu yang lebih lama.

Kegaduhan politik pada masa Demokrasi Parlementer,kekuasaan nyaris diktatorial pada masa Presiden Sukarno,dan kemudian pada masa Presiden Soeharto, semuaterjadi di depan mata rakyat yang tanpa dayamencegahnya. Demokrasi Parlementer berakhir karenatindakan pelanggaran konstitusi oleh Sukarno dan tentara,sementara Demokrasi Terpimpin berakhir karenakegagalan doktrin Nasakom. Adapun jatuhnya PresidenSoeharto bukan oleh pengkhianatan militer, melainkanakibat krisis moneter melumpuhkan strategi Soehartoyang kehabisan duit melanjutkan politik stick and carrot-nya.

Perbedaan terpenting di antara empat perubahanpolitik utama di Indonesia itu terdapat padamasyarakatnya. Masyarakat Indonesia pada dekadeterakhir Orde Baru—akibat pembangunan ekonomi rezimSoeharto—secara perlahan memperlihatkan sikap

~10~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 18: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

independen dan bahkan makin lama makin berani,terutama pada tahun-tahun menjelang jatuhnya Soeharto.Mereka layaknya kelas menengah yang siap mengatur dirisendiri setelah lepas dari pemerintahan otoriter sejak awalDemokrasi Terpimpin. Maka ketika terjadi krismon, itulahmomen bagus bagi kelas baru yang mulai muncul diIndonesia tersebut.

Saya belum terlalu berani dan yakin mendeklarasikankelas menengah telah lahir dan teguh berdiri di Indonesia.Yang bisa saya katakan, masyarakat Indonesia palingsedikit sudah “naik kelas”—meminjam istilah JenderalT.B. Simatupang—sehingga pemerintahan otoriter tidaklagi sanggup bertahan lebih lama. Dan setelah runtuh,hampir pasti sulit bangkit dan berkuasa kembali diIndonesia.

Gambaran ini menjadi jelas jika kita membandingkanIndonesia, Mesir, dan Thailand. Ketiga negara inimengalami reformasi dan demokratisasi yang waktunyatidak berbeda banyak. Namun, di Thailand dan Mesir,dalam waktu singkat tentara kembali mengambil alihkekuasaan, sementara di Indonesia TNI tetap memegangteguh keputusan mereka meninggalkan Dwifungsi. Inijelas menunjukkan bahwa di Indonesia ada masyarakatyang lebih kuat dibanding dengan yang ada di Thailanddan Mesir.

Yang justru menjadi persoalan—mungkin juga bisadisebut ancaman—terhadap kelanjutan reformasi dandemokratisasi di Indonesia adalah para elite yangmenguasai partai-partai. Skandal “Papa minta saham”

~11~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 19: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

yang menghebohkan dan menyebabkan mundurnyaSetya Novanto dari jabatan Ketua DPR dan serentetanskandal para politisi lainnya (banyak menteri, anggotaDPR, dan pejabat tinggi, pada tingkat pusat maupundaerah, dipaksa berurusan dengan KomitePemberantasan Korupsi, KPK) ditakutkan akanmenimbulkan semacam democratic fatigue (kelelahanberdemokrasi) dalam masyarakat yang pada gilirannyabukan tidak mungkin membuka kesempatan bagi lahirnyakebutuhan akan “orang kuat” yang dianggap dandiharapkan menjadi juru selamat. Jika ini yang terjadi,maka TNI bakal menghadapi ujian berat, tergodamenyediakan “orang kuat” atau setia kepada janji dantekadnya menghindarkan diri dari praktik politik praktis.

III

Jika ada pelajaran penting yang saya harap bisa kita petikdari pengalaman di bawah pemerintahan otoriterIndonesia selama hampir 40 tahun (Orde Lama dan OrdeBaru), maka itu menyangkut soal konstitusi dan perananpolitik tentara. Suatu pemerintahan otoriter selaluberkecenderungan memperpanjang masa berkuasanya.Di banyak negara, perpanjangan masa berkuasa menjadiakar dan landasan pembangunan dinasti.

Pada masa otoriter Demokrasi Terpimpin, Sukarnomenerima promosi dirinya sebagai Presiden SeumurHidup. Pada masa Orde Baru, dengan memanipulasibirokrasi dan mengerahkan militer, Soeharto—denganmenggunakan UUD 45 yang tidak membatasi masakepresidenan—terus-menerus “terpilih”. Untuk

~12~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 20: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

mengantisipasi hari-hari setelah sang Presiden tidak aktiflagi, dia secara diam-diam menyiapkan anaknya sebagaipenggantinya.

Di negeri-negeri otoriter di Timur Tengah, haldemikian sudah menjadi “tradisi”. Bashar El Assad,Presiden Suriah sekarang, adalah seorang dokter ahli mata(optomologis) yang sedang belajar di London ketikadipanggil pulang menggantikan Presiden Hafez El Assad,ayahnya yang meninggal mendadak.

Di Mesir, Presiden Husni Mubarak mempersiapkanGamal Mubarak, putranya, menduduki kursi kepresidenanyang akan ditinggalkan ayahnya. Gamal gagal mendudukikursi yang disediakan untuknya. Rezim yang dibangunGamal Abdel Naser, dilanjutkan oleh Anwar Sadat danterakhir Mubarak, terguling oleh pemberontakan rakyatsebagai bagian dari Peristiwa Musim Semi Arab.

Pemimpin Libia, Muammar Gaddafi, hampir bisadipastikan bakal digantikan oleh putranya, Saiful Islam.Seperti Gamal Mubarak, Saiful Islam juga gagalmenduduki kursi yang dipersiapkan sang ayah. Gaddafiterguling dan terbunuh sebagai akibat pemberontakanyang diilhami oleh Peristiwa Musim Semi Arab yangbermula di Tunisia.

Di Irak, Saddam Hussain juga sudah mempersiapkansalah seorang putranya yang bisa dipastikan bakal menjadipenggantinya. Seandainya Presiden Bush tidakmemerintahkan tentaranya menyerbu Irak danmenghancurkan kekuasaan Saddam, rencana itu hampirpasti akan menjadi kenyataan.

~13~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 21: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Suatu negara yang UUD-nya tidak membatasi masajabatan presiden bisa dipastikan akan membuka jalan luasbagi sang Presiden memanipulasi kekuasaan gunamemperpanjang masa berkuasanya. Dan jika diamendadak sakit parah atau meninggal dunia, padaumumnya sang Presiden dan para kroninya akan memilihpengganti yang telah dipersiapkan dan sudahdiperhitungkan tidak akan mengganggu warisankekuasaan serta kekayaan yang dikumpulkan sangPresiden. Yang paling mungkin menjamin kelanggengankekuasaan dan kekayaan (umumnya hasil korupsi) adalahkeluarga sang Presiden sendiri.

Sejarah menunjukkan umumnya pelanjut dinastiadalah anak atau istri sang penguasa. Dalam kasusIndonesia—sebagaimana yang saya tulis dalam buku ini—saya menyaksikan “rencana” Soeharto menyiapkan putrisulungnya sebagai calon penggantinya kelak. Perhitungansaya, pada masa jabatan pertama Tutut sebagai KetuaGolkar (menggantikan Harmoko), Soeharto dengan alasanusia dan kesehatan akan melaksanakan gagasannyaLengser Keprabon. Pada saat itu, yang akan menggantikanBapak Presiden adalah pemimpin golongan politikterbesar, yakni putrinya sendiri yang telah menjadi KetuaUmum Golkar lewat Munas Golkar berikutnya. Serangankrismon yang tak terantisipasi serta tak teratasimenyebabkan rencana Soeharto berantakan.

Pemerintahan otoriter pada umumnya didirikan olehtentara—lewat kudeta—atau pemerintahan diktatorpimpinan tokoh sipil yang berhasil mendapat dukungan

~14~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 22: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

militer. Pengalaman Indonesia: Pemerintahan otoriter sipilpimpinan Presiden Sukarno adalah jenis pemerintahotoriter sipil dengan dukungan militer. Kerawanan jenisotoriter ini menempatkan sang otoriter banyakbergantung pada militer.

Menghindari ketergantungan pada militer, kekuasaantentara dipreteli Sukarno dengan cara dipecah-belah.Untuk mengimbangi Angkatan Darat yang dipimpin parajenderal “anti-Komunis”, selain memanfaatkan AngkatanUdara (pimpinan Omar Dani) Sukarno juga memanfaatkangagasan lamanya, Nasakom. Dengan gagasan politik itu,Sukarno memanfaatkan PKI menjadi pendukung sipilnyadalam menghadapi Angkatan Darat. Kebijakan itu gagal,PKI bubar dan Marsekal Madya Omar Dani, pendukungfanatik sang Presiden, mengalami nasib buruk bersamaSukarno dan golongan Komunis.

Pemerintahan otoriter Soeharto adalah pemerintahanyang pada mulanya dibangun tentara dengan dukunganmasyarakat. Soeharto pada awalnya lebih memandangdirinya dan dipandang selaku pelaksana politik aspirasitentara, sebagaimana dirumuskan oleh gagasan-gagasanyang dikembangkan lewat Seminar Angkatan Darat II diBandung pada 1966. Inilah penjelasan mengapa Soeharto,sebagai Presiden, jauh lebih mudah menguasai tentaradibanding Sukarno. Soeharto datang dari dalam tentara,Sukarno berasal dari luar barak.

Karena Soeharto harus mengamankan kekuasaannya,bahkan para pendukung setianya pun—yang dinilainyamengancam kontrolnya atas negara dan tentara—

~15~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 23: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

disingkirkan. Penyingkiran demikian sudah dikenal sejakzaman purba. Pada masa awal Kesultanan Turki(Kemaharajaan Ottoman), misalnya, sejumlah sultanmembunuh saudara kandungnya sendiri begitu sangSultan naik takhta. Dengan demikian, cerita “mataharikembar” selalu berhasil dicegah sejak awal. Di Uni Soviet,entah berapa banyak mantan kamerad seperjuanganStalin membangun Uni Soviet yang dibinasakannya. Halyang sama juga melanda kediktatoran proletariat diberbagai negara Komunis. Pengalaman Stalin jugaterulang kembali ketika Mao Zedong memimpin Cina.Semua pemerintah otoriter di Timur Tengah juga tidakterbebas dari kebiasaan pembinasaan para kontenderkekuasaan yang dipersepsikan mengancam kekuasaansang Diktator.

Soeharto dan Sukarno memang tidak seganas parasultan Turki, Stalin, dan para pemimpin otoriter lainnya.Sukarno yang menyingkirkan Jenderal Nasution(menggantikannya pada Juni 1962 dengan Jenderal Yani)masih memberi posisi militer bagi Nasution, meski sudahtanpa kendali atas pasukan seperti yang dimiliki Nasutionsejak militer Indonesia terbentuk pada awal Revolusi.Soeharto menyingkirkan banyak jenderal—Kemal Idris,Dharsono, Sarwo Edhie Wibowo—dengan mendudukkanmereka sebagai duta besar. Terhormat, tetapi jauh darikekuasaan.

Kendati demikian, demi menjaga stabilitas dankelanggengan kekuasaan, praktik para pemimpin otoriterdari masa lalu dan masa kini tetap tidak terhindarkan oleh

~16~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 24: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Soeharto. Dengan kebijakan “tangan besi bersarungsutra”, seperti yang sejak awal dipraktikkannya, secaraperlahan Soeharto mengontrol negara dan tentarasebagai strategi menguasai Indonesia secaraberkesinambungan.

Untuk waktu lama, para jenderal Indonesia padaumumnya “menderita” kesadaran palsu. Mereka merasadan bersikukuh memandang Soeharto masih bagian daritentara yang berkuasa melaksanakan cita-cita yangmendasari pemerintahan yang dirancang ABRI pada 1966.Dalam buku ini bisa ditemukan kisah tragis BennyMoerdani yang pada mulanya tidak sanggup membedakanantara Soeharto dan negara. Memerlukan waktu panjangbagi Moerdani dan para Jenderal untuk akhirnyamenyadari mereka sudah lama terkecoh Bapak Presidenyang makin berkuasa dan makin canggih.

Pada titik ini, saya sulit menghindar dari ingatankepada Letjen TNI (Purn.) Harsudiono Hartas, mantanKepala Staf Sosial Politik ABRI. Pada 1997—dalam sebuahwawancara kami—sang Jenderal menjawab sendiripertanyaannya kepada saya, “Siapa yang merusak ABRI?”Dengan nada geram, Jenderal Hartas menyebut namaSoeharto. Perlu diingat, pada masa aktifnya sebagaipejabat tinggi aparat keamanan beberapa tahunsebelumnya, orang-orang sipil yang kritis kepadakepemimpinan Presiden Soeharto tampak di mataJenderal Hartas sebagai kutu yang akan “dipites” sangJenderal.

Hatta, maka mulailah mereka “berontak”. Pelopor

~17~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 25: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

“pemberontakan” awal sebenarnya adalahPangkopkamtib, Jenderal Sumitro. Dengan posisi sebagaiPangkopkamtib dan Wakil Panglima ABRI, Sumitromemandang dirinya dan dipandang sebagai pemimpinkelompok tentara profesional/lapangan yang pada awalOrde Baru dibedakan dan membedakan diri dari “tentaraistana” dalam bentuk “Opsus” yang secara langsungmeladeni kepentingan politik Soeharto. Konflik antara duakelompok tentara ini makin lama makin tajam. Oleh BapakPresiden, mereka dibiarkan bertarung salingmenghancurkan. Puncak “perang” meledak dalambentuk Malapetaka Januari 1974 (Malari).

Awalnya, yang tampaknya menang dari pertarunganpada waktu itu adalah kelompok Ali Murtopo. Sumitrokalah telak. Namun, dengan kekuasaan resmi yangdimilikinya serta kecanggihan politiknya, pemenangsebenarnya akhirnya adalah Soeharto sendiri. Sumitroterlempar dari ABRI (pensiun dini), sementara Ali Murtopodan kelompoknya dihabisi secara perlahan.

Bersama Sumitro juga tersingkir dari kepemimpinanABRI sejumlah Jenderal yang diidentifikasi Soehartosebagai pengikut sang Pangkopkamtib. Letjen TNISayidiman Suryohadiprodjo, alumnus Akademi MiliterYogyakarta (MA/Militaire Academie) dan Wakil KASADwaktu itu, adalah salah seorang yang di mata Soehartotergolong kelompok Sumitro. Sayidiman tersingkir.Akibatnya, tak seorang pun lulusan MA Yogyakarta yangmencapai pangkat Jenderal bintang empat danberkesempatan menduduki kursi KSAD.

~18~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 26: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Kalau pada “pemberontakan” ABRI pertama, Sumitroyang ternyata kurang canggih berpolitik tidak secaralangsung berhadapan dengan Soeharto, pada“pemberontakan” ABRI selanjutnya—terjadi pada bagianakhir masa berkuasanya Benny Moerdani dan parajenderal binaannya—mereka langsung, meski secaraterselubung, berhadapan dengan Soeharto. Sebagianbesar usaha mereka digagalkan Soeharto. Tidak berhasilmencegah Sudharmono menjadi Wakil Presiden, gagalmenghalangi Harmoko menjadi Ketua Umum Golkar,mereka kemudian hanya sukses “memaksa” Soehartomenerima Jenderal TNI Try Sutrisno, mantan PanglimaABRI,sebagai Wakil Presiden.

Soeharto masa itu sudah amat berkuasa, memilikibanyak dana dan kecanggihan politiknya makin sempurna.Singkat cerita “pemberontakan” Moerdani dan “jamaah”jenderalnya dengan gampang dilikuidasi Soeharto. ReaksiBapak Presiden: “de-Benny-isasi.” Try Sutrisno sendirimenjadi Wakil Presiden yang nyaris tidak difungsikan sangatasan.

Pelajaran terpenting dari pemerintahan otoriter jenisini, Jenderal yang didukung mengambil alih kekuasaanmewakili aspirasi militer mudah sekali bertransformasimenjadi dirinya sendiri dan lebih meladeni kepentingankeluarga dan para kroni pendukungnya. Menjalankan danmemanipulasi pemerintahan dan tentara oleh seorangdiktator militer menjadi makin mudah pada negara yangkonstitusinya tidak membatasi masa jabatan presiden.

Konstitusi Indonesia kini—sebagai akibat Reformasi—

~19~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 27: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

telah diamandemen, seorang Presiden telah dibatasihanya bisa berkuasa selama 2 kali masa jabatan. Kendatidemikian, kemungkinan bangkitnya otoritarianisme dinegeri ini belumlah mutlak tertutup. Namun, tentarahanya dimungkinkan mengambil alih kekuasaan jika rakyatcapek berdemokrasi, terutama karena kehilangankepercayaan kepada para politisi. Dalam keadaandemikian, rakyat lalu mencari jalan pintas. Dari“terobosan” inilah, kemungkinan terbukanya gerbangbagi masuknya “orang kuat” ke atas panggung politik. Dinegeri seperti Indonesia, “orang kuat” besarkemungkinan hanya datang dari kalangan militer atautokoh yang didukung dan “dikendalikan” militer.

IV

Sebagian tulisan dalam buku ini pernah terbit dalambentuk singkat pada beberapa buku saya sebelumnya.Atas saran dan desakan sejumlah teman, saya melakukanpenelitian tambahan dilengkapi sejumlah wawancarauntuk lebih memperdalam analisis serta cakupan topik-topik yang dibahas pada buku-buku sebelumnya. SoalLetjen TNI Prabowo Subianto, misalnya, yang dalam versiawal tulisan ini sama sekali tidak disinggung, sekarang sayapunya lebih banyak kesempatan dan bahanmembicarakannya. Memanfaatkan sejumlah bacaan baru—pada umumnya memoar—dan wawancara dengansejumlah pelaku dan saksi, bukan hanya “konflik”Prabowo versus L.B. Moerdani, melainkan juga hubungantegang Prabowo dengan Jenderal Wiranto (Panglima ABRIwaktu itu) mendapat tempat dalam buku edisi revisi ini.

~20~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 28: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Karena sensitivitasnya persoalan yang dibahas, banyaksekali narasumber yang tidak diuntungkan jika namamereka diungkapkan. Namun, saya jelas amat berterimakasih atas kepercayaan sejumlah perwira tinggi TNI yangberbagi informasi inside yang menjadi dasar bagi tulisan-tulisan dalam buku ini.

Untuk menghindari fitnah, saya sangat berhati-hatidalam menapis informasi. Cek dan ricek saya lakukansebisa mungkin.Dalam urusan kehati-hatian ini sayamendapat ilham dari cara kerja para pencari danpenghimpun hadis Nabi Muhammad Saw. sekian ratustahun silam. Karena takut berdosa, mereka sangat telitidan hati-hati dalam menerima dan mengumpulkan ucapanserta tingkah laku Rasul Allah tersebut.

Namun, itu tidak berarti saya pasti terbebas darikesalahan dan kekeliruan. Terhadap kemungkinanbersalah itu saya mohon diberi maaf sebesar-besarnyaoleh para tokoh, para ahli waris atau keturunannya yangnama serta tindakannya dibicarakan dalam buku ini.Semoga Allah memaafkan kesalahan dan dosa saya yangmungkin timbul dari kekeliruan tersebut.

Buku ini ditulis dengan niat memberi sumbangankepada penjernihan sejarah kita sebagai bangsa. SemogaAllah membimbing kita agar Bangsa Indonesia terhindardari mengulangi kesalahan masa lalu. Terutama kesalahanyang banyak mengorbankan orang-orang yangsebenarnya tidak berdosa.

Salim Haji SaidJakarta, Januari 2016

~21~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 29: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

L

KISAH TRAGIS TIGA

“KING MAKER”

etnan Jenderal TNI (Purn.) Ahmad Kemal Idris wafatRabu pagi 28 Juli 2010 dalam usia 84 tahun. Dengan

kematian itu habislah tiga King Maker yang pernah bekerjakeras menaikkan Soeharto ke takhta kepresidenan. Dualainnya, Hartono Rekso (H.R.) Dharsono dan Sarwo EdhieWibowo sudah lebih dahulu berangkat ke alam baka. Padaawal pasca-Orde Lama, mereka bertiga secara bersamatelah bekerja keras menyingkirkan Sukarno agar terbukajalan kekuasaan bagi Soeharto.

Kebanyakan orang memang hanya melihat kepergianAhmad Kemal Idris sebagai pertanda nyaris habisnyagenerasi Angkatan 45 TNI dalam masyarakat. Kemal,begitu almarhum populer dikenal, memang salah seorangtokoh penting dari angkatannya. Tapi, yang mungkin tidakmenjadi perhatian orang banyak adalah peran pentingKemal pada dua peristiwa besar dalam sejarah dan peranpolitik militer Indonesia. Terbentang jarak yang jauh antarasaat Kemal menghadapkan meriam ke Istana Merdekadan masa beliau memimpin Kostrad sebagai King Makersenior yang berhasil menyingkirkan Sukarno danmenaikkan Soeharto sebagai pengganti presiden pertama

~22~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 30: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

tersebut.Memulai kegiatan militernya sebagai pemuda

angkatan pertama yang dilatih oleh Jepang, keterampilanmiliter itulah yang mendorong Kemal memilih lapanganketentaraan dalam mengabdikan diri mempertahankanIndonesia yang baru merdeka. Dia bertempur—bertarungistilah yang disukainya—dari Tangerang hingga Madiununtuk akhirnya kembali lagi bergerilya di Jawa Baratmenjelang akhir masa Revolusi.

Namun, Kemal untuk waktu yang lama lebih dikenalsebagai seorang komandan tentara di Jakarta denganpangkat mayor yang—atas perintah KSAD Kolonel A.H.Nasution—memasang dan mengarahkan laras meriamnyake Istana Merdeka pada 17 Oktober 1952. Angkatan Darathari itu mencoba, tetapi gagal, mendesak PresidenSukarno membubarkan Parlemen. Sebagai salah satuakibatnya, Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Nasutionkehilangan posisi. Untuk sekian tahun—sebelum pada1955 diangkat kembali menjadi KSAD—Nasution menjadiKolonel tanpa jabatan.

Kemal memang tidak kehilangan jabatan sebagaiakibat aksi pasang meriam itu, tapi sejak itu dia “dicatat”Sukarno sebagai musuh. Akibatnya, karier militer Kemalterhambat lama. Pada Juni 1956, Kemal terlibat lagi dalamsuatu gerakan militer. Kali ini yang jadi target adalah justruNasution. Sejumlah perwira—sebagian besar berasal dariSiliwangi—waktu itu bertekad menurunkan Nasution darikursi KSAD. Tapi, usaha yang melibatkan Kolonel ZulkifliLubis itu juga berakhir dengan gagal. Nasib Kemal pun

~23~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 31: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

makin memburuk, sebab selain Sukarno, kini Nasutionjuga memusuhinya.

Setelah bertahun-tahun tidak punya posisi dankegiatan sebagai tentara, adalah Letjen Ahmad Yani,pimpinan Angkatan Darat, pengganti Nasution, yangmemasukkan kembali Kemal dalam jajaran militer.Bersama Kemal, Suwarto—dimusuhi Nasution karenajuga ikut gerakan usaha penyingkiran KASAD bersamaZulkifli Lubis dan Kemal—juga mendapatkan perananmiliter aktif kembali. Suwarto kemudian menjadi pimpinanSeskoad yang menyiapkan konsep-konsep AngkatanDarat untuk memainkan peran politik, sementara Kemal—setelah bertugas sebagai pasukan perdamaian PBB diKongo—menemukan dirinya menjadi perwira yangditempatkan dalam jajaran Kostrad pimpinan Mayjen TNISoeharto.

Nama Kemal muncul di publik ketika Panglima KostradSoeharto, dalam rangka Konfrontasi dengan Malaysia,menugaskannya sebagai Panglima Komando Tempur(Kopur) Kostrad yang bermarkas di sekitar Medan. TugasBrigjen TNI Kemal Idris sebenarnya adalah menyiapkanpenyerbuan ke Malaysia Barat. Tapi dalam kenyataannya,dia lebih banyak melaksanakan perintah Soeharto mencarijalan damai dengan negara jiran tersebut. Untuk tujuanitulah, Kemal melakukan Operasi Khusus (Opsus) yanglembaganya kemudian, pada masa Orde Baru, digunakanAli Murtopo melancarkan operasi politik menyingkirkanmusuh-musuh politik Soeharto dan musuh-musuh politikMurtopo sendiri.

~24~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 32: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Nama Kemal lebih muncul ke permukaan setelahalmarhum ditarik ke Jakarta mengambil alih pimpinanKostrad. Kemal yang pemberani, anti-Komunis, danmusuh lama Sukarno, adalah orang yang tepat membantuSoeharto dalam operasi pemberantasan kekuatanKomunis dan penyingkiran Sukarno. Pada saat itu, Kemalberhadapan kembali dengan dua musuh lamanya, PKIyang diperanginya di Madiun dulu (1948) dan Sukarnoyang selama bertahun-tahun ikut mempersulit kariermiliternya.

Dengan kerja sama MayorJenderal H.R. Dharsono, PanglimaSiliwangi, dan Kolonel SarwoEdhie Wibowo, KomandanResimen Para Komando AngkatanDarat (RPKAD), Kemal yangpaling senior di antara merekadengan cepatmentransformasikan trio itumenjadi King Maker yangmerancang, mendukung, bahkanmendesak Soeharto untuksecepatnya menjadi Presiden menggantikan Sukarno.Kemal adalah tokoh yang menggagas beroperasinyapasukan tanpa tanda satuan yang mengepung IstanaKepresidenan pada 11 Maret 1966. Pelaksana operasiadalah Kolonel Sarwo Edhie.

Kalau pada 17 Oktober 1952, Kemal gagal memaksaSukarno membubarkan Parlemen, pada 11 Maret 1966

~25~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 33: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Kemal berhasil “memaksa” Sukarno lari terbirit-biritmeninggalkan sidang Kabinet di Istana Negara Jakartauntuk pada malam harinya di Istana Bogor menyerahkankekuasaan, kepada Soeharto. Seperti diketahui, beberapajam setelah operasi anak buah Sarwo Edhie di seputarIstana itu, Sukarno menyerahkan Surat Perintah SebelasMaret (Supersemar) kepada Soeharto.

Dengan mandat dari Presiden, Pemimpin BesarRevolusi, dan Panglima Tertinggi ABRI itulah Soehartosegera membubarkan PKI, menangkap sejumlah anggotakabinet, dan melakukan pembersihan dalam tubuh militer.Mula-mula yang disingkirkan adalah mereka yangberhaluan kiri, tapi kemudian para simpatisan Sukarnojuga mendapat giliran. Setelah yang kiri dan Sukarnoisdibersihkan, barulah tiba giliran teman seiring, parapendukung, disingkirkan.

Sebagai jenderal yang punya insting politik canggih,Soeharto tahu riwayat hidup Kemal, seorang pejuangberwatak pemberang, berpendirian tegas, dan tidak kenalkompromi. Jenderal seperti Kemal Idris itu, bagi Soeharto,keberadaannya di Jakarta hanya akan membahayakankekuasaan sang Presiden. Setelah memantapkan kontrolselepas menghancurkan PKI dan menyingkirkan paraloyalis Sukarno, tibalah giliran Kemal untuk “dibereskan”.Melepaskan jabatan Panglima Kostrad, Kemal dikirim keMakassar menduduki posisi Panglima Komando WilayahPertahanan (Kowilhan), lembaga yang baru saja diciptakantanpa wewenang yang jelas.

Bersama Kemal, Dharsono dan Sarwo Edhie juga

~26~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 34: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

terlempar dari posisi strategis yang secara bersama telahmereka pergunakan menaikkan Soeharto. Sarwo Edhieditugaskan ke Medan sebagai Panglima Daerah Militer(Pangdam), dan Dharsono ke Bangkok sebagai DutaBesar. Beberapa waktu kemudian Sarwo Edhie dilemparlebih jauh lagi, sebagai Pangdam di Papua. SebenarnyaSarwo tadinya sudah diwacanakan mendapat pos sebagaiDuta Besar di Moskow. Tapi, pada saat terakhir terjadiperubahan, entah apa alasannya. Adapun Dharsono, diajuga kemudian dimutasi ke negara yang jauh lebih kecildan terpencil, sebagai Dubes di Phnom Penh, Kamboja.

Di markasnya di Makassar, pada September 1972Kemal tiba-tiba mendapat perintah menyerahkan jabatanPanglima Kowilhan kepada Jenderal Witono. Perintahdisampaikan oleh Jenderal TNI Sumitro, Pangkopkamtib.Pada saat yang sama, Kemal diminta bersiap-siap keBeograd menduduki jabatan Duta Besar untuk Yugoslavia.Terkejut karena tidak pernah membayangkan dirinyadilempar jauh sebagai Duta Besar, Kemal ke Cendana“mengadukan nasib”-nya langsung kepada Soeharto,mantan atasannya selama bertahun-tahun di Kostrad.Bapak Presiden cuma berkata, “Kamu masih militer,nggak? Kalau kamu masih militer, ini perintah.” Kemaltidak punya pilihan lain. Sebagai tentara, Kemal tidak bisamenolak perintah. Dia berangkat ke pos barunya, meskijabatan itu tidak disukainya.

Sebagai Duta Besar di Beograd, almarhum harustinggal beberapa tahun di Yugoslavia menghabiskanbanyak waktunya berburu di hutan-hutan sekitar ibu kota

~27~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 35: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

bersama Josip Broz Tito, Presiden Yugoslavia waktu itu.Ketika berkunjung ke Jakarta pada 1974, Kemal kebetulanjumpa Laksamana Sudomo yang waktu itu memimpinKopkamtib. Dari Sudomo-lah, menurut Kemal, dia tahubahwa laporan tentang dirinya kepada Soehartobersumber dari Ali Murtopo.

Bertahun-tahun menjadi atasan Kemal, Soehartosebenarnya tidak memerlukan laporan Ali Murtopo untukmenyingkirkan mantan anak buahnya itu. Soeharto tahuriwayat hidup serta sepak terjang Kemal. Soeharto pastitahu bahwa Kemal sebagai Pangkostrad pernah menolaksaran Sultan Hamengkubuwono IX dan Mashuri, S.H.untuk mengambil alih kekuasan dari Soeharto yangmereka nilai terlalu lamban menyelesaikan urusanSukarno. Tetapi, loyalitas Kemal kepada diri sang Presidenitu tetap saja tidak menggoyahkan kecurigaan Soehartokepada Kemal.

Ketika kemudian balik ke Jakarta sebagai pensiunanDubes dan Letnan Jenderal TNI Purnawirawan, denganpenuh harga diri Kemal menolak tawaran fasilitas bisnisdari Soeharto. “Pak Harto sudah sibuk mengurusi negeriini, biarlah saya mengurusi diri saya sendiri,” begitu kira-kira ucapan Kemal menolak tawaran fasilitas dariSoeharto. Setelah itu, Kemal dikenal sebagai “JenderalSampah”, sebab perusahaannya memang bergerak dibidang pengolahan sampah.

Pilihan jenis bisnis itu bagi seorang pejuang sepertiKemal, menjelang akhir hayatnya, sangat simbolis tapisekaligus juga ironis. Pada waktu itu, dia sering mengeluh

~28~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 36: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

terhadap perlakuan para pejabat di kantor GubernurJakarta (DKI) yang berurusan dengan perusahaanpembersihan sampah miliknya. Tapi, Kemal tidak lagipunya kekuasaan untuk berbuat sesuatu kepada parabirokrat yang dinilainya sangat korup. Dia hanya jenderalpensiunan yang tidak pula dekat dengan lingkarankekuasaan Soeharto.

“Seperti Memakamkan Kucing Saja”Ketika jumpa Soeharto pada suatu reuni para mantanTentara Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor, Kemalmenyampaikan kepada sang Presiden pengalamannyaberurusan dengan DKI. “Apa komentar Pak Harto?” tanyasaya. “Dia senyum saja,” kata Kemal. Kisah Kemal takberakhir pada sampah. Ketika dilihatnya Soeharto sudahmenjadikan dirinya penafsir tunggal konstitusi danPancasila pada 1980, Kemal secara terbuka menyatakansimpatinya kepada para pemrotes yang secara bersamamenandatangani petisi (Petisi 50), meski Kemal sendiritidak ikut bertanda tangan. Tentu saja sejak itu Soehartomakin kesal kepadanya. Dan seperti biasa, makin sulitlahkegiatan bisnis Kemal.

JIKA DIBANDINGKAN DENGAN DHARSONO, sebenarnyanasib Kemal masih lebih baik. Dharsono malah sempatdipenjara karena dituduh terlibat Peristiwa Tanjung Priok.Padahal, yang dilakukannya bersama A.M. Fatwa—seorang tokoh Muhammadiyah—hanyalah menyatakanprotes terhadap pembantaian rakyat di kawasan Tanjung

~29~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 37: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Priok oleh pasukan ABRI. Bersama A.M. Fatwa, Dharsonomendekam sekian tahun di penjara. Sekali lagi nasibDharsono lebih buruk, bukan cuma menjadi narapidana,melainkan semua tanda jasanya juga dicabut.

~30~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 38: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

~31~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 39: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Panglima Siliwangi Jenderal H.R. Dharsono bersama KomandanRPKAD, Brigjen Sarwo Edhie Wibowo, 1966.

Beberapa saat setelah mendengar kabar kematianDharsono, saya menelepon KSAD, Jenderal Hartono, agarmempertanyakan kepada Presiden Soeharto statusDharsono. Apakah setelah semua tanda jasanya dicabutmasih dimungkinkan memakamkan jasad mantanPanglima Siliwangi itu di Taman Makam Pahlawan.Jawaban Bapak Presiden, “Sudah, begitu saja.” Artinya,pemakaman tidak secara militer, juga tidak di TamanMakam Pahlawan. Kemal Idris hadir di pemakaman umumdi Bandung melepas kepergian teman seperjuangannya.Gerutu Kemal, “Seperti menguburkan kucing saja.”

Berbeda dengan kedua teman sesama King Makerlainnya, Sarwo Edhie—seorang kolonel di antara duakoleganya yang Jenderal waktu itu—tidak pernah jelasapa kesalahannya yang menjadi alasan bagi Soehartountuk secara perlahan “menamatkan” karier militernya.Cerita yang beredar waktu itu adalah bahwa dalampenyingkiran Sarwo, Ali Murtopo memainkan peran besar.Ali yang sejak awal kabarnya sudah memproyeksikandirinya suatu kali akan menggantikan Soeharto, masukakal kalau sejak dini—dengan menggunakan “tanganSoeharto”—secara perlahan menyingkirkan tokoh-tokohyang dianggapnya potensial bakal jadi saingannya padamasa mendatang.

Berbagai sumber waktu itu menjelaskan, isu SarwoEdhie ditakutkan bakal me-Najib-kan (menyingkirkanSoeharto seperti Kolonel Nasser di Mesir menyingkirkan

~32~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 40: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Jenderal Najib, seniornya yang bersamanyamenggulingkan Raja Farouk) kabarnya berasal darikelompok Ali Murtopo. Isu demikian memang sempatberedar di kalangan terbatas di Jakarta. Dalam rangka isuitu, tatkala menjabat sebagai Panglima di Medan, padasuatu hari pagi-pagi sekali Brigjen TNI Sarwo Edhiemampir di rumah pondokan saya di Matraman Raya dalamperjalanan pulang ke rumahnya di Cijantung.

“Dari mana Bapak pagi-pagi sekali?” tanya sayadengan sedikit heran. “Dari Cendana,” jawab beliau.Cendana itu tempat kediaman pribadi Presiden Soeharto.Acara penting pertemuan Sarwo Edhie dengan Soehartopagi itu adalah membicarakan soal isu “Sarwo akanmenggulingkan Soeharto”. Sarwo bertanya: “Pak Harto,apakah soal itu sudah Bapak cek?” Apa jawab Soeharto?“Beliau hanya tersenyum.” Tidak ada komentar Sarwoatas jawaban Soeharto yang jelas mengecewakannya itu.

Mengetahui rekam jejak Sarwo yang wataknyabertolak belakang dari Kemal yang pemberang, danDharsono yang suka politik (dekat dengan orang-orangPartai Sosialis Indonesia, PSI, dan berperan pentingmenggagas konsep Dwi Partai di Bandung), Soehartohampir bisa dipastikan tidak mudah percaya KomandanRPKAD itu akan menggulingkannya. Ali Murtopo mungkinsaja mencoba menghasut Soeharto, tapi kebijakan sangPresiden diputuskan tentu berdasarkan kalkulasi untungrugi bagi kelanggengan kekuasaannya sendiri.

Pengalaman bertahun-tahun bersahabat denganSarwo Edhie meyakinkan saya bahwa almarhum bukan

~33~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 41: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

orang yang tahu politik, juga bukan seorang yangambisius. Sarwo cuma tentara, suatu profesi yangdicintainya, tidak lebih dari itu. “Apakah Bapak tidak curigapada pagi 1 Oktober 1965 itu PKI ada di balik Gestapu?”tanya saya kepada beliau sekian belas tahun kemudiansetelah peristiwa berdarah itu. “Tidak menduga samasekali, sebab PKI itu, kan menerima Pancasila, Manipol,dan selalu menyatakan kesetiaannya kepada PemimpinBesar Revolusi,” jawab beliau dengan polos. Ini buat sayamerupakan indikator yang jelas mengenai rendahnyapengetahuan dan minat Sarwo kepada politik. Padahal,beberapa hari sebelum terbunuh pada subuh 1 Oktoberitu, Panglima Angkatan Darat, Ahmad Yani datangberkunjung ke markas RPKAD dan memberi taklimatkepada pasukan pimpinan Sarwo. Hari-hari itu keteganganpolitik antara PKI dengan Angkatan Darat sudah sangatmencolok.

Yani dan Sarwo adalah teman lama sejak latihan militerpada zaman Jepang. Keduanya berasal dari Purworejo,Jawa Tengah. Satu sumber mengisahkan kepada sayabahwa suatu saat Yani sebenarnya ingin mengambil Sarwosebagai ipar. Kedekatan kedua perwira TNI asal Purworejoitulah kabarnya yang ikut membakar kemarahan Sarwokepada PKI setelah Gestapu.

Bahwa Sarwo sebagai Komandan Pasukan Khususdalam masa tegang antara Angkatan Darat dan PKI samasekali tidak tahu perkembangan politik, itu berarti Yanitidak mengajaknya bicara politik. Kemungkinan besar Yanitidak merasa perlu bicara politik kepada Sarwo yang

~34~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 42: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

kesetiaannya jelas tidak dia ragukan. Tapi, juga bukan tidakmungkin karena Yani tahu bahwa Sarwo itu hanya tentarayang ikut perintah komandan dan tidak tertarik politik.

Kemudian, terbukti bahwa memang ada pejabat-pejabat penting Angkatan Darat masa itu yang tidak tahuatau tidak tertarik politik. Panglima Jakarta Raya waktu itu,Mayjen TNI Umar Wirahadikusuma adalah salah satunya.Fahmi Idris, tokoh HMI yang kemudian menjadi menteripada era pasca-Orde Baru, punya cerita menarikmengenai Panglima Umar dan politik. Syahdan, pagi hari 1Oktober 1965, Fahmi Idris dan Ekky Syahruddin, jugatokoh HMI, menemui Umar di markasnya yang terletak didepan kantor Pertamina sekarang. “Pak Umar tidak tahudan tidak curiga kalau kejadian pagi hari itu di belakangnyaada berdiri PKI. Kami mencoba meyakinkannya, tapi sulit,”cerita Fahmi. Dalam perjalanan pulang dari MarkasKodam, Ekky curiga, jangan-jangan Umar terlibat. “Ah,tidak mungkin. Dia tidak tahu saja,” kata Fahmi pula.

~35~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 43: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Ahmad Yani, Sarwo Edhie, dan Suryo Sumpeno (duduk) sebagaiperwira PETA pada zaman Jepang.

Kembali ke kasus Sarwo Edhi, untuk mengerti langkahSoeharto menyingkirkannya harus dicari penjelasan lain.Baik Jusuf Wanandi maupun Julius Pour dalam buku

~36~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 44: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

mereka masing-masing ada bercerita bahwa Soehartomulai tidak percaya bahkan curiga kepada Kolonel SarwoEdhie pada hari kedua pasca-pembantaian Jenderal olehGestapu. Ceritanya bermula ketika dari pangkalan udaraHalim Perdana Kusuma, Sarwo yang baru sajamenyelesaikan pendudukan lapangan terbang ituberencana melapor ke Soeharto.

Laksamana Muda Udara Herlambang yang secaradarurat memimpin Angkatan Udara waktu itu (PanglimaAU Omar Dani sudah tidak berfungsi efektif saat itu)meyakinkan Sarwo, Jenderal Soeharto ada di Bogor. Dankalau Sarwo mau ke Bogor, sang Kolonel dipersilakan ikutterbang bersama dengan menggunakan helikopter yangakan membawa Herlambang ke Istana Bogor. Sarwodengan pengawalan Mayor Gunawan Wibisono, asistenOperasi RPKAD, ikut terbang bersama perwira tinggiAngkatan Udara itu. Tiba di Istana, Soeharto ternyatamasih dalam perjalanan. Sarwo malah sempat jumpaSukarno yang berpakaian dalam dan tidak pakai kopiah.Komandan RPKAD yang memang tidak pernah melihatSukarno dari dekat, tidak segera mengenal “orang tua”itu. Kepada saya, Sarwo menceritakan kedongkolannyakepada “orang tua” yang memandang terbunuhnya Yanisebagai hal biasa dalam Revolusi. “Orang dibunuh kok,soal biasa,” kata Sarwo kesal.

Wangsit Sarwo Tak Kembali ke LangitSoeharto menganggap Sarwo melapor kepada Sukarnosebelum kepada Pangkostrad. Soeharto marah. Sarwo

~37~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 45: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

boleh kesal kepada Sukarno, tapi pertemuannya denganPemimpin Besar Revolusi itu mendorong Soehartomenganggap Komandan RPKAD itu punya rencana sendiriyang berbeda dengan kebijakannya sebagai pimpinansementara Angkatan Darat. Kecurigaan dan kemarahanSoeharto kepada Sarwo itu berakibat fatal. Karier militermantan Komandan RPKAD dibunuh secara kejam meskiperlahan-lahan.

Dari Medan Sarwo dilempar ke Papua. Dari Papua keMagelang menduduki kursi Gubernur Akabri. DariMagelang dikirim ke Korea sebagai Dubes. Pulang keJakarta didudukkan di Departemen Luar Negeri sebagaiInspektur Jenderal (Irjen). Dari Pejambon rencananyaSarwo akan dilempar lebih jauh lagi, ke Brasil. Entahmengapa, terjadi perubahan. Digeser beberapa puluhmeter dari kantor Irjen Deplu, Sarwo menemukan dirinyamengurusi kursus Pancasila di BP7. Tidak bisa menolakkeputusan Soeharto mendudukkannya pada kursi KepalaBP7, Sarwo Edhie hanya bisa merasa sedih terhadapperlakuan atasannya.

Kepada kami anak-anaknya, Papi sempat mengutarakan rasasedihnya. Ya, benar, dia sempat merasa kecewa dengankeputusan itu. Bukan berarti Papi mengecilkan arti BP7,melainkan karena dia merasa langkahnya mendadak dibelokkanke arah yang tidak pernah dia bayangkan. Papi terlahir sebagaiorang yang sangat mencintai dunia militer. Dia masih memilikihasrat berkobar untuk meneruskan semangat “Sarwo Edhie”seperti yang dia tunjukkan saat peperangan kemerdekaan AgresiMiliter Belanda ke-2, masa-masa memimpin RPKAD, dan erapemberantasan PKI.

~38~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 46: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Begitu cerita Ani Yudhoyono (istri Presiden SusiloBambang Yudhoyono), salah seorang putri Sarwo Edhie,dalam bukunya, Kepak Sayap Putri Prajurit. Sarwosebenarnya sudah merasa disingkirkan ketika dia akandikirim sebagai Dubes di Korea Selatan. Saya ingat waktuitu dia bertekad menolak dan akan pensiun saja. DiCijantung di depan Ibu Sarwo, saya berusaha meyakinkanJenderal itu agar menerima posisi Dubes, sebab kalau diapensiun, pasti akan selalu diintai intel. Artinya, hidupnyatidak akan tenang. ”Bapak nikmatilah posisi dubes itu,”bujuk saya.

Sarwo yang pernah Sesko di Australia, kemudianbersedia menjadi Dubes asal ditempatkan di Canberra.“Pak, posisi di sana itu baru saja diisi oleh JenderalHertasning.” Akhirnya, Pak Sarwo berangkat juga keKorea Selatan sebagai Dubes Indonesia pertama di Seoul.Posisi pimpinan KBRI di Korsel itu sebelumnya didudukioleh Kolonel L.B. Moerdani, dengan pangkat diplomatikKuasa Usaha.

Ketika saya berkunjung ke tempat tugasnya, sayatidak melihat atau mendengar keluhan dari Pak Dubes.Sarwo seorang serdadu yang terbiasa melakukan perintahatasannya sebaik mungkin tanpa mengeluh, apalagi didepan orang lain.

KALAU ANDA PERCAYA PADA MISTIK JAWA, dengarlahpenjelasan seorang paranormal mengenai akar buruknyahubungan Soeharto-Sarwo. Cerita paranormal itudisampaikan kepada saya di Praha ketika saya menjabat

~39~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 47: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Duta Besar di negeri tersebut, tidak lama setelah mantanPresiden Soeharto meninggal. Kata paranormal tersebut,Soeharto yakin bahwa yang punya wangsit (wahyu)setelah dirinya adalah Sarwo Edhie. Untukmemperpanjang dan mengamankan kekuasaannya, makasemua jalan yang dipandang Soeharto mungkindimanfaatkan Sarwo Edhie mempergunakan wahyunyauntuk “naik takhta”, harus ditutup.

Itulah, katanya, penyebab dihabisinya karier militerSarwo Edhie sedini mungkin. Kata paranormal itu lagi,Soeharto lupa bahwa wangsit Sarwo itu tidak kembali kelangit ketika mantan Komandan RPKAD itu wafat setelahkoma selama sekitar setahun. Wangsit itu tetap padanyauntuk akhirnya hinggap ke putrinya, Herawati KristianiYudhoyono. Itulah, kata sang paranormal, penjelasan dibalik terpilihnya Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), suamiHerawati, menjadi Presiden Republik Indonesia.

“Ah, itu cerita omong kosong. Pak Harto marahkepada Bapak karena ke Bogor itu. Bapak dicurigaisebagai orang ambisius oleh Soeharto,” kata Ibu SunartiSarwo Edhie, istri Jenderal Sarwo Edhie, kepada saya pada29 Desember 2012 di rumah Cijantung, Jakarta Timur.

Masih mengenai hubungan Soeharto dengan SarwoEdhie, Daud Sinyal, wartawan senior yang bersama sayameliput operasi RPKAD di Jawa Tengah pada November1965, mempunyai penjelasan tambahan. “Sarwo itu temanYani, sementara Soeharto tidak suka kepada Yani.” Danpada hari-hari awal Gestapu, Sarwo melapor langsungkepada Jenderal Nasution, Kepala Staf Angkatan

~40~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 48: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Bersenjata waktu itu. Baru setelah Soeharto menjadiPanglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan danKetertiban (Pangkopkamtib), Sarwo melapor langsungkepada Soeharto. Faktor ini tentu berpengaruh jugaterhadap sikap Soeharto kepada Sarwo Edhie. Jadi,penyingkiran Sarwo Edhie bisa dilihat juga sebagai bagiandari kebijakan Soeharto membersihkan teman-teman Yanidari pusat kekuasaan militer. Menarik untuk dicermati,ketika dulu Yani menggantikan posisi Jenderal TNINasution sebagai pimpinan Angkatan Darat pada 1962,Yani juga “membersihkan” orang-orang Nasution dariMarkas Besar Angkatan Darat.

~41~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 49: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

~42~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 50: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Soeharto dan Sarwo Edhie, 1966.

SAYA BERSAHABAT DENGAN SARWO EDHIE sejakalmarhum masih berpangkat kolonel pada masa operasipembersihan terhadap Gestapu. Persahabatan berlanjuthingga akhir hidupnya pada November 1989. Kamiberjumpa di Solo dalam posisi saya sebagai reporter mudayang meliput operasi RPKAD membersihkan Gestapu dikalangan militer Jawa Tengah waktu itu. Persahabatankami berlangsung hampir 30 tahun lamanya. Nah, selamabergaul dengan almarhum tidak sekali pun sayamendengar almarhum menggerutu mengenai Soeharto.Satu-satunya kritik Sarwo Edhie kepada Soeharto yangdiucapkannya pada tahun delapan puluhan adalah: “Kok,Pak Harto itu tak seorang pun anaknya yang jadi tentara.”Anak lelaki serta tiga mantu Sarwo memang semuatentara. Putranya, Jenderal Pramono Edhie Wibowo,bahkan berhasil menjadi Kepala Staf Angkatan Darat(KSAD) setelah sebelumnya menjadi Komandan JenderalKopassus, Panglima Kodam Siliwangi, dan PanglimaKostrad.

Prinsip Soeharto tampaknya adalah, kalau bisa kayaraya dengan cepat, mengapa harus bersusah-susah jadibawahan sebelum akhirnya jadi jenderal. Lagi pula jadijenderal pun belum tentu kaya. Buktinya adalah SarwoEdhie sendiri. Almarhum adalah seorang Jenderal terkenalyang tetap tidak punya apa-apa—bahkan tidak punyarumah pribadi—hingga akhir hayatnya. Dalam hal ini,Soeharto jelas lebih cerdik, praktis, dan realistis tinimbang

~43~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 51: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Sarwo Edhie. Buktinya, anak-anak Soeharto difasilitasiuntuk berdagang saja. Dan memang semua kemudianmenjadi kaya raya.[]

~44~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 52: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

J

“KAU LAPORKAN INI

KEPADA PAK HARTO,BEN!”

enderal TNI Muhammad Jusuf dilantik di IstanaNegara sebagai Panglima ABRI pada suatu hari di

bulan Maret 1978. Sebagai wartawan majalah Tempo, sayaditugaskan meliput upacara tersebut. Berdiri di sampingLetjen TNI Wijoyo Suyono, saya berbisik kepada PanglimaKowilhan (Komando Wilayah Pertahanan) Jawa-Madurawaktu itu: “Jangan-jangan Pak Jusuf sudah tidak tahuaturan baris-berbaris.” Jenderal yang juga mantankomandan RPKAD itu cuma tersenyum, tanpa komentar.Barangkali karena tahu saya wartawan. Tentu sajaJenderal itu tidak ingin dikutip berkomentar tentangPanglimanya yang hari itu dilantik.

Meski setengah bergurau saya sebenarnya punyadasar bertanya. Ketika dilantik menjadi Panglima ABRI,Jenderal TNI Muhammad Jusuf sudah 14 tahunmeninggalkan jajaran militer aktif, yakni sejak menjadimenteri pada zaman akhir Demokrasi Terpimpin (1965).Dan dalam masa 14 tahun itu telah terjadi perubahan tatabaris-berbaris ABRI.

Di kemudian hari, dari Atmadji Sumarkidjo, wartawan

~45~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 53: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

dan penulis biografi Jenderal Jusuf, saya mendapatinformasi Jenderal TNI Jusuf menjelang hari pelantikannyamemang berlatih baris-berbaris selama tiga hari di ruangtamu kediamannya. Pengawas latihan adalah Elly Jusuf,istri sang Panglima.

Pangkat terakhir Jusuf dalam jajaran ABRI adalahBrigadir Jenderal. Jabatan militer terakhirnya adalahPanglima Kodam XIV/Hasanuddin. Kesuksesannyamengakhiri pemberontakan Kahar Muzakkar di SulawesiSelatan menarik perhatian Presiden Sukarno. Beberapabulan setelah Kahar Muzakkar tertembak mati dalamsebuah operasi pimpinan Kolonel M. Jusuf, Sukarnomempromosikan Pangdam Hasanuddin tersebut menjadiMenteri Perindustrian Ringan.

Adalah menarik untuk mengetahui peran KaharMuzakkar atas diri Jusuf ketika mereka bersama-sama diYogyakarta pada awal Revolusi. Jusuf adalah ajudan Kaharyang waktu itu sudah menduduki posisi penting pasukanyang akan diselundupkan ke Sulawesi Selatan oleh MarkasBesar Tentara (MBT). Menurut Dr. A.M. Fatwa, seorangsepupu Jusuf, Kahar-lah yang mendesak Jusuf untuksegera kawin. Andi Mattalatta, seorang tokoh pejuang danpimpinan militer orang-orang Sulawesi Selatan di PulauJawa waktu itu, adalah pimpinan panitia perkawinan Jusuf.

Jusuf kawin dengan Maesorah, putri Ibu Hilal, seorangcucu K.H. Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah. Selainaktivis Islam, calon mertua Jusuf tampaknya juga seorangpejabat cukup penting di Istana Kepresidenan, GedungAgung Yogyakarta. Karena itu, Jusuf (berpangkat Kapten

~46~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 54: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

waktu itu) setiap hari mengantarkan mertuanya keGedung Agung. Menurut Mayjen TNI Andi Mattalattadalam memoarnya Meniti Siri’ dan Harga Diri (2003),

Perangai Kapten Andi Mo’mang [nama kecil Jusuf dikampungnya] sopan dan halus, sangat menarik simpatiPresiden. Akhirnya, Kapten Andi Mo’mang dianggap sebagaianak tertua dari Bung Karno.

Tidak banyak yang diketahui mengenai kisahperkawinan Jusuf dan Maesorah, kecuali bahwa merekamendapatkan seorang anak perempuan, bercerai, danMaesorah kemudian kawin dengan seorang MelayuSingapura, dan menetap di sana sebagai warga negara dinegara pulau tersebut hingga akhir hayatnya.

Istri Jusuf yang dikenal publik adalah Elly Saelan,saudara Emmy Saelan, seorang yang berjuang bersamaWalter Monginsidi di Makassar pada awal Revolusi(ditangkap dan dihukum mati oleh pengadilan NegaraIndonesia Timur, NIT) dan Kolonel Maulwi Saelan, WakilKomandan Pasukan Pengawal Presiden Sukarno,Cakrabirawa. Dari Elly, Jusuf mendapatkan seorang anaklaki-laki yang meninggal ketika masih kecil. TampaknyaJusuf tidak pernah punya hubungan dengan anaknya dariMaesorah.

Kenyataan bahwa Jusuf dikenal Presiden Sukarnosecara pribadi sejak awal Revolusi di Yogyakarta mungkinmemegang peranan menentukan ketika JenderalSoeharto mendukung gagasan Jusuf menemui sangPresiden di Istana Bogor pada 11 Maret 1966. Seperti luasdiketahui, pagi harinya secara sangat tergesa-gesaPresiden Sukarno menyingkir dengan helikopter ke Istana

~47~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 55: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Bogor meninggalkan sidang Kabinet yang sedangberlangsung. Waktu itu, Istana dilaporkan sedang beradadalam kepungan pasukan yang tidak mempergunakantanda pengenal.

BEBERAPA BULAN SETELAH JUSUF MENJADI MENTERI,terjadi Gestapu pada 1 Oktober. Di tengah kegalauanpolitik dan militer pasca-Gestapu, nasib mujur hinggappada diri Jusuf. Ditemani oleh Jenderal Basuki Rachmatdan Jenderal Amir Mahmud, Jenderal Jusuf berhasilmendapatkan Surat Perintah 11 Maret (Supersemar) dariSukarno untuk Soeharto.

Supersemar adalah senjata perkasa bagi naiknyaJenderal Soeharto ke kursi kekuasaan. Ironisnya, tigaperwira yang berhasil “mendesak” Sukarnomengeluarkan Supersemar—Kemal Idris, H.R. Dharsono,dan Sarwo Edhie—justru mengalami nasib tragis. Ketigaking maker tersebut tersingkir dan terbuang jauh daripusat kekuasaan.

Nasib mujur itu bukannya datang dengan takterencana. Cerita bermula ketika terjadi Gestapu pada 1Oktober 1965. Waktu itu Brigjen TNI M. Jusuf berada diBeijing sebagai bagian dari 600 pejabat tinggi Indonesiayang diundang pemerintah Tiongkok menghadiri harinasional negeri tersebut.

Begitu mendapat kabar tentang terjadinya Gestapu diJakarta, dengan segera Jusuf mencari sendiri jalan pulang.Pemerintah Tiongkok dicurigai menghambat kepulanganpara tamu Indonesia dengan alasan perlu waktu

~48~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 56: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

menyediakan pesawat terbang untuk rombongan besardari Jakarta.

Jusuf mengambil jalan pintas. Dengan kereta api,lewat Guangdong, sang Jenderal berangkat sendiri keHongkong. Mendapatkan informasi yang cukup tentangapa yang terjadi di Indonesia selama transit di koloniInggris itu, Jusuf terbang sendiri ke Jakarta.

Tiba di Kemayoran, dia tidak langsung melapor kebosnya, Presiden Sukarno. Jusuf mengarahkanlangkahnya ke Kostrad, tempat Soeharto memimpinoperasi penumpasan PKI. Keputusan Jusuf yang sangatjitu itu patut diduga bersumber pada insting politiknyayang tajam, yang menuntunnya berdasarkan keyakinanera Sukarno sudah akan berakhir, dan takhta bakal beralihke tangan Soeharto.

Hampir sepuluh tahun sebelumnya di Makassar,insting politik Jusuf juga menuntunnya dengan baik. Iniberhubungan dengan cerita lahirnya Permesta(Perjuangan Semesta) yang diproklamasikan oleh KolonelInfantri H.N.V. Sumual, Panglima Tentara dan Teritorium(TT) VII waktu itu. Jusuf adalah pendukung bahkan ikutmerancang konsep Permesta.

Namun, Sumual dalam memoarnya menulis tentangJusuf:

Begitu Permesta diproklamasikan 2 Maret, Jusuf langsungmelapor ke Yani di MBAD, dan minta instruksi militer. Artinya,memberi diri untuk menghantam kami. Padahal, dia paling aktifbersama Saleh Lahade, Dokter Engelen, dan Bing Latumahinadalam merancang Permesta.”

~49~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 57: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Lewat Jenderal Yani, karier Jusuf menanjak ketikateman-temannya di Permesta terpojok untuk akhirnyamenjadi pemberontak yang ditumpas TNI. Yani adalahteman lama Jusuf sejak mereka berjumpa ketika sama-sama belajar di Amerika Serikat sekian tahun sebelumnya.

Oleh karena itu, kalau dulu Jenderal TNI Yani yangmenjadi titian karier Jusuf, selepas tewasnya PanglimaAngkatan Darat itu di tangan Gestapu, Jenderal TNISoeharto, yang lebih berkuasa daripada Yani, merupakantangga lanjutan bagi karier Jenderal dari Makassar itu.Adalah loyalitasnya kepada Soeharto—melapor langsungke Kostrad dari Lapangan Terbang Kemayoran—yangmembuka kesempatan baginya dipercaya Soehartomenemui Sukarno di Istana Bogor yang berakhir dengankeluarnya Supersemar.

Soeharto adalah orang yang tahu berterima kasihkepada mereka yang mendukungnya tanpa kemudianmenjadi potensi ancaman bagi kepentingan dankekuasaannya. Dari singgasana kekuasaannyalahSoeharto kemudian “membayar” jasa-jasa Basuki Rahmat,Amir Mahmud, dan Andi Muhammad Jusuf.

Ketiga jenderal itu mendapat “anugerah” jabatan-jabatan tinggi. Yang pertama mendapat “anugerah”adalah Basuki Rahmat. Masih pada awal kekuasaanSoeharto, mantan Pangdam Brawijaya dari Jawa Timur itusudah didudukkan sebagai Menteri Dalam Negeri. KetikaBasuki mendadak wafat di kantornya, Amir Mahmud—waktu itu Panglima Kodam Jakarta Raya—dipromosikanmenggantikan almarhum Jenderal Basuki. Yang terakhir

~50~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 58: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

mendapatkan “anugerah tanda terima kasih” adalahJusuf.

Berbeda dengan Amir dan Basuki yang kebagianjabatan di luar struktur militer, Jusuf yang sudah lebih lamamenanggalkan pakaian dinas militer—menduduki kursiMenteri Perindustrian selama 14 tahun—justru diangkatSoeharto memimpin ABRI. Bisa diduga bahwa ini adalahsuatu sensasi besar dan topik pembicaraan yang hangatpada masa itu. Jusuf sendiri kabarnya terkejut. “Pak Jusuftidak pernah mimpi, apalagi membayangkan dirinya jadiJenderal berbintang empat dan memimpin ABRI,” kataseorang keponakannya di Makassar kepada saya tidaklama setelah Jusuf wafat.

Namun, Soeharto punya mau dan kuasa. Tak berhentipada Jusuf. Bapak Presiden juga kemudian mengangkatL.B. Moerdani ke posisi Panglima ABRI, padahal Bennylebih tidak memenuhi syarat menduduki posisi pemimpintertinggi tentara.

Tidak memiliki pengalaman komandan yangmemimpin tentara lebih tinggi dari tingkat batalion, tidakpernah menduduki jabatan teritorial dan pendidikan, tidakpernah mengikuti pendidikan Sekolah Staf (Sesko),sebagian besar kariernya di pasukan tempur dan duniaintelejen, Soeharto toh menjadikan Moerdani sebagaiPanglima ABRI. “Pengangkatan Pak Benny sebagaiPangab tidak mengikuti rute yang lazim,” menurutMayjen TNI (Purn.) Zacky Anwar. “Kekuasaannya besardan solid. Tidak ada Panglima ABRI yang memilikikekuasaan atau sejumlah jabatan rangkap seperti Pak

~51~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 59: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Benny. Sebagai Asintel (Asisten Intelijen Hankam), diasering melewati atau melakukan by pass kebijakan Kas(Kepala Staf Angkatan),” lanjut Jenderal Zacky Anwar.

Seperti Jusuf sebelumnya, Benny juga terkejutmenemukan dirinya duduk di kursi Panglima ABRI. “Sayatidak pernah bermimpi duduk di kursi ini. Saya sudahteken mati sebagai intel,” kata Moerdani kepada saya dikantornya di Jalan Merdeka Barat, pada 14 November1984.

Tambahan penjelasan di balik pengangkatan Jusufmenjadi Panglima ABRI bisa ditemukan dalam memoarJusuf Wanandi, Shades of Grey. Wanandi dari Centre forStrategic and International Studies (CSIS) waktu itu adalahseorang yang sangat dekat dengan pusat kekuasaan, jaditentu saja dia tahu banyak pergolakan dalam tubuhpemerintah. Menurut Wanandi, dalam sebuah rapat parajenderal pada awal 1978 di Markas Besar ABRI, munculsuara-suara kritis kepada kebijakan Soeharto, terutamamengenai sikap pemerintah yang keras kepadamahasiswa sebagaimana yang dijalankan oleh MenteriPendidikan, Dr. Daud Jusuf, dan tindakan keras olehPangkopkamtib, Laksamana Sudomo.

Adalah Jusuf, waktu itu Menteri Perindustrian, yang berbicaralantang mendukung Soeharto, dan kebijakan yang keras kepadamahasiswa. Dia memperingatkan para jenderal agar janganmencoba-coba merampas kekuasaan dari Soeharto. Dia bahkanmengancam akan menentang semua usaha menyingkirkanSoeharto.

Dengan kekuatan apa Jenderal Jusuf, yang Menteri

~52~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 60: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Perindustrian, akan melawan para jenderal yang kritisterhadap Soeharto? Yang tahu jawaban pertanyaan ituhanya Bapak Presiden. Soeharto barangkali sajamengambil keputusan menjadikan Jusuf Panglima ABRIberdasarkan laporan Moerdani yang menyaksikan sendiri“pameran” kesetiaan Jusuf kepada Soeharto di hadapanbanyak jenderal.

Selanjutnya kita boleh sibuk berdebat panjang untukmengerti dasar atau alasan Soeharto mengangkat Jusuf,Moerdani, Panggabean, dan Sudomo sebagaiPangkopkamtib. Kita juga tidak akan kehabisan ceritamengenai tingkah laku Benny yang berangkat dariloyalitas penuh kepada Soeharto kemudian berakhirdengan “de-Benny-isasi” akibat kemarahan sang Presidenkepadanya. Atau, Jusuf yang lebih banyak di lapangan—membagi-bagi rezeki kepada para prajurit—daripadaduduk di kursinya di Departemen Pertahanan danKeamanan (Hankam).

Akan tetapi, satu hal yang pasti, semua itudimungkinkan oleh kekuasaan Soeharto yang luar biasasehingga bisa berbuat apa saja, kapan saja, danmengangkat siapa saja ke nyaris jabatan apa saja. Tapi,mengapa Jusuf? Mengapa Moerdani? Pertanyaan bisaditeruskan dengan juga menyebut nama MaradenPanggabean, Panglima ABRI yang digantikan oleh Jusuf,dan Panglima Kopkamtib, Laksamana Sudomo. Danmengapa, misalnya, bukan Kemal Idris yang telah amatberjasa, atau R. Soedirman yang jauh lebih senior dariPanggaben dan Jusuf? Pertanyaan ini akan segera

~53~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 61: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

terjawab jika kita bisa menemukan persamaan danperbedaan di antara para jenderal tersebut.

Soedirman Berani Melawan NasutionKendati keempat yang pertama memiliki sejumlahperbedaan, di mata Soeharto, persamaan mereka jauhlebih menonjol. Semuanya tidak merupakan ancamanpotensial bagi kekuasaan sang Presiden. Denganpendekatan seperti inilah, Soeharto tidak memilih LetjenTNI Raden Soedirman (mantan Panglima Brawijaya,mantan Komandan Seskoad) untuk menggantikannyasebagai Panglima Angkatan Darat ketika jabatan itu harusditinggalkannya.

Soedirman adalah seorang santri Jawa Timur yangamat saleh—setelah pensiun aktif di Majelis UlamaIndonesia—dan terkenal sebagai orang yang beranimelawan Kolonel A.H. Nasution pada peristiwa 17 Oktober1952, tapi kemudian menjadi pendukung Jenderaltersebut ketika KSAD itu melawan komunis.

Di mata Soeharto, bisa diduga, Letjen TNI RadenSoedirman adalah potensi ancaman bagi kekuasaannya.Kemal Idris juga kurang lebih sama saja dengan R.Soedirman. Keduanya diperhitungkan Soeharto sebagaitidak akan memberi jaminan aman bagi kelanggengankekuasaan Bapak Presiden.

Jenderal Panggabean yang lebih junior dari Soedirmanadalah penganut Kristen Protestan, berasal dari TanahBatak, Sumatra Utara, dan sebagian besar dinas militernyaberlangsung di luar Jawa. Jusuf beragama Islam, orangBugis dari Sulawesi Selatan yang nyaris semua masa aktif

~54~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 62: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

militernya juga berlangsung di luar Jawa. Dan yang lebihpenting, ketika diangkat menjadi Panglima ABRI, Jusufsudah 14 tahun meninggalkan dinas militer aktif. Denganlatar belakang demikian, Jusuf yang tidak berakar dalamABRI tentu telah diperhitungkan Soeharto sebagai sulitmenggunakan tentara menentang Bapak Presiden.

Sudomo dari Angkatan Laut, meski putra seorang hajidari Malang, waktu diangkat, sang Laksamana itu karenaperkawinan sedang beragama Protestan. BennyMoerdani memang dari Jawa Tengah, tapi perwiraKomando dan Raja Intel itu beragama Katolik, berdarahIndo-Jerman, dan jabatan tertingginya dalam militer hanyakomandan batalion bisa diduga menurut perhitunganSoeharto, Moerdani juga sulit berakar dalam ABRI.Artinya, bukan potensi ancaman.

Oleh karena itu, ketika ternyata kemudian Moerdanimempunyai keberanian dan keterampilan secara perlahanmengalihkan loyalitasnya dari Soeharto ke lembaga ABRI—setelah menguasai tentara lewat aparat intelijennya(Bais)—dengan cepat, mudah, dan saksama, Soehartomenyingkirkan panglima yang Intel itu dan orang-orangyang dianggap sebagai pengikut Benny.

Dalam biografi M. Jusuf, Jenderal M. Jusuf: PanglimaPara Prajurit, Atmadji Sumarkidjo menulis:

Jusuf tidak menolak teori bahwa dia dipercaya menjadiMenhankam/Pangab karena dianggap tidak memiliki faktor yangcukup untuk membahayakan kedudukan Presiden. Dia sadarbahwa dia adalah “orang seberang” yang sulit (pada waktu itu)untuk bisa bercita-cita menjadi Presiden. Dalam anggapanbanyak orang dan juga Presiden Soeharto, orang yang bisa

~55~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 63: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

mengancam kedudukannya sebagai Presiden pasti mempunyaitiga hal: seorang tentara berpangkat jenderal, beragama Islam,dan suku Jawa.

SEBAGAI PANGLIMA ABRI, Jusuf dengan cepat menjadipopuler, karena meski semua kegiatan publiknya selaluatas nama Soeharto (selalu menyampaikan salam PakHarto kepada para prajurit yang didatanginya), kunjungandan perhatiannya kepada prajurit bukan cuma menarikperhatian dan simpati tentara, melainkan juga masyarakatluas.

Ketika cerita buruk tentang Soeharto dan keluarganyasudah perlahan merayap ke masyarakat luas, fokusharapan berangsur tertuju kepada Jusuf. Akibatnya,Soeharto dikabarkan mulai agak cemas. Jusuf sadarkeadaan itu. Mantan Menteri Perindustrian ini tidak terlalucemas sebab tahu dirinya terus menerus dibayang-bayangi oleh Moerdani, Kepala Intel ABRI dan LaksamanaSudomo, Panglima Kopkamtib dan Wakil Panglima ABRI.

Oleh karena itu, Jusuf yakin Soeharto tahu PanglimaABRI sama sekali tidak melakukan hal-hal yangmengancam kekuasaan Soeharto. Setiap menghadapi hal-hal yang sensitif, Jusuf selalu memberi perintah kepadaKepala Intelnya: “Kau laporkan ini kepada Pak Harto,Ben.”

Sadar dimata-matai dan diawasi, Jusuf toh tidakmengabaikan kesempatan menyatakan pendapatnyatentang praktik Dwifungsi waktu itu. Selain melarangtentara berdagang, melarang tentara jadi gubernur, Jusufjuga punya gagasan agar ABRI berdiri di atas semua

~56~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 64: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

golongan. Artinya, ABRI tidak lagi mendukung Golkar.Soeharto menilai tidak realistis gagasan Jusuf yang

terakhir ini. Pada Rapim ABRI di Pekanbaru bulan Maret1980, Soeharto dengan tegas menyebut ABRI masih akanmendukung Golkar. Soeharto memerintahkan LaksamanaSudomo memberi penjelasan kepada para panglimaKodam di seluruh penjuru Indonesia, menyosialisasikankeputusan Soeharto tersebut.

Sadar bahwa Soeharto sangat percaya kepadaMoerdani waktu itu, konon Jusuf pulalah yangmenyarankan agar Benny saja yang diangkat menjadipenggantinya. Mungkin Jusuf berpikir, “Daripada ditugasimemata-matai Panglima, sekalian saja dijadikanPanglima.” Berbeda dengan Jusuf yang tidak membangunjaringan pengikut dalam ABRI, jaringan intel yangbertahun-tahun dibangun Moerdani menjadi modal bagiPanglima ABRI dan Kepala Intel itu menguasai tentara.Kekuasaan dan kontrol yang ketat Moerdani atas ABRIitulah yang tampaknya kemudian menimbulkan ketakutanSoeharto.

Dengan demikian, setelah Moerdani akhirnyadisingkirkan secara prematur dari posisi Panglima,Soeharto dengan cepat melancarkan pembersihanterhadap para perwira yang dipandang sebagai pengikutBenny. “Orang-orang yang dianggap dekat dengan sayasulit mendapat promosi,” kata Moerdani kepada saya dikantor CSIS beberapa tahun sebelum mantan PanglimaABRI itu jatuh sakit yang kemudian berakhir padakematiannya.

~57~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 65: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Saya Ini Orang BugisPembersihan dalam tentara tidak perlu dilakukan Soehartosetelah dengan baik-baik menurunkan Jusuf dari kursiPanglima ABRI sesuai dengan jadwal. Jusuf memang tidakdianggap, oleh siapa saja, sebagai membahayakanSoeharto. Kendati demikian, sang Presiden kabarnyapernah juga cemas melihat popularitas Jenderal dariMakassar itu. Dalam buku biografi M. Jusuf, adadikisahkan suatu pertemuan di kediaman pribadi Presidenyang dihadiri sejumlah pejabat tinggi negara.

Adalah Mendagri [Jenderal TNI Amir Mahmud] yang berbicarapertama kali, [bahwa] dengan semakin populernya JenderalJusuf selaku Menhankam/Pangab, maka diduga ada “ambisi-ambisi tertentu” Jenderal Jusuf yang perlu ditanyakan kepadayang bersangkutan.

Tiba-tiba Jenderal Jusuf menggebrak meja dengantangannya. Dengan suara keras dia berkata, “Bohong! Itu tidakbenar semua! Saya ini diminta untuk jadi Menhankam/Pangabkarena perintah Bapak Presiden. Saya ini orang Bugis. Jadi, sayasendiri tidak tahu arti kata kemanunggalan yang bahasa Jawa itu.Tapi, saya laksanakan perintah itu sebaik-baiknya tanpa tujuanapa-apa.”

Gebrakan meja Jusuf mengejutkan semua yang hadir.Soeharto sebagai tuan rumah dengan cepatmembubarkan pertemuan yang berlangsung hanyabeberapa menit. Konon sejak itu, hubungan Jusuf-Soeharto mulai mendingin dan sidang-sidang kabinet diBinagraha tidak pernah lagi dihadiri Jusuf. Untukmengikuti sidang kabinet, Panglima ABRI selalu mengirimwakilnya, Laksamana TNI Sudomo.

~58~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 66: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Meski kelihatan janggal, tapi sebenarnya bisadimengerti jika Jusuf marah di kediaman Bapak Presiden.Pertemuan membicarakan popularitas Jusuf mudahdipastikan tidak akan berlangsung tanpa persetujuan,kalau tidak malah digagas oleh, sang Presiden sendiri.Amir Mahmud berani memulai pembicaraan mengenaisoal yang sangat peka pastilah atas petunjuk Soeharto.Jenderal Jusuf yang telah dengan sadar menjaga agarpopularitasnya tidak mencemaskan Soeharto jelas kesalmelihat bosnya tetap saja mewaspadainya.

Dalam keadaan was-was terhadap akibat popularitasM. Jusuf, intel-intel Soeharto ternyata tidak juga pernahmempunyai cukup informasi mengenai langkah-langkahPanglima yang bisa dicurigai sebagai sedang membangundukungan di dalam ABRI. Hal itu jelas berbeda denganpersepsi Soeharto kepada langkah-langkah Moerdani dikemudian hari.

Di mata Soeharto, Moerdani menggunakan aparatintel dan kontrolnya atas ABRI untuk suatu rencanakekuasaan. Moerdani yang beragama Katolik danberdarah Indo, menguasai intel selama 14 tahun, tapisadar dirinya tidak mungkin menjadi Presiden. Maka,masuk akal jika Moerdani ditengarai hanya berambisimenjadi King Maker. Dan ambisi itu kabarnya terbaca olehSoeharto. Ketika Try Sutrisno—di mata Soeharto sudahjadi orang binaan Moerdani—dicalonkan ABRI menjadiWakil Presiden, Soeharto dengan cepat melihat Moerdaniberada di balik pencalonan tersebut.

Sebaliknya, sebagai orang Bugis, penganut Islam yang

~59~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 67: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

taat, dan berasal dari Kodam kecil di luar Jawa, Jusuf tahubetul jabatan Panglima ABRI adalah jabatan dengankekuasaan tertinggi yang mungkin dicapainya. JabatanWakil Presiden tidak akan diraihnya selama Soehartomasih berkuasa.

Lagi pula, sejak muda, dia tidak mempunyaikemampuan membina pengikut. Dalam semuajabatannya, dari pangkat Letnan sebagai ajudan KaharMuzakkar di Yogyakarta, sebagai ajudan untuk KolonelKawilarang di Makassar, Panglima Kodam VII, sampai padaposisi bintang empat yang duduk di Mabes ABRI, Jusufdikenal sebagai orang yang selalu menghindar dari tamu,terutama keluarga dekat atau orang sekampungnya.

Di atas pintu kediamannya di Jalan Teuku Umar,misalnya, Jusuf memasang Close Circuit Television (CCTV)sehingga mudah baginya memonitor dan menyeleksitamu yang berkenan diterimanya. Atau—yangkebanyakan—ditolaknya. Kesalahan Jusuf sebagaiPanglima ABRI barangkali adalah kurangnya kepekaansang pemimpin tentara ini kepada publikasi yangberlebihan mengenai diri dan kegiatannya. Ketika ditelevisi (hanya ada TVRI dengan satu saluran waktu itu)setiap malam berita Jusuf mengunjungi prajurit di seluruhpenjuru Indonesia dan berbicara spontan kepada merekadengan aksen Bugisnya yang kental—suatu tontonanyang jelas lebih menarik dibanding penampilan Soehartoyang berpidato monoton—tentu saja Bapak Presidenmerasa terganggu.

~60~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 68: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

~61~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 69: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Panglima ABRI, Jenderal TNI M. Jusuf di Papua, 1981.

Popularitas demikian difasilitasi oleh Panglima danMenhankam itu dengan menyediakan kamera danperalatan elektronik canggih untuk Pusat Penerangan(Puspen) Departemen Pertahanan dan Keamanan(Dephankam) agar setiap saat dan dalam waktu singkatbisa mengirimkan laporan perjalanan Jusuf ke TVRI pusatdari lokasi mana saja di seluruh pelosok Indonesia.

Citra Jusuf dan popularitas Jenderal dari Makassartersebut bisa juga ditafsirkan sebagai ekspresi kebosananmasyarakat kepada Soeharto. Jadi, kewaspadaanSoeharto kepada Jusuf bukan terutama karena curigakepada Jusuf secara pribadi. Yang tampaknya lebihditakuti Bapak Presiden adalah opini publik yangdirasakannya makin kurang positif terhadap diri, keluarga,dan rezimnya yang terdorong ke permukaan oleh aktivitasdan popularitas sang Panglima.JUSUF SENDIRI SESUNGGUHNYA adalah tokohkontroversial. Terlahir sebagai bangsawan tinggi tanahBugis, putra Arung (raja) Kajuara, Bone, di kemudian hari—pada masa Demokrasi Terpimpin—dia menghapuskangelar bangsawan, Andi, di depan namanya. Wakil PresidenDr. H.M. Jusuf Kalla masih ingat iklan yang dipasang Jusufdi koran Makassar pada awal tahun enam puluhan yangsecara terbuka menyatakan dirinya tidak lagi memakaigelar Andi. Penjelasannya, menurut Jusuf Kalla sebagaitokoh masyarakat Sulawesi Selatan asal Bone yang dekatdengan sang Jenderal, “Di masa kecilnya di Bone, Pak

~62~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 70: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Jusuf muak melihat kesewenang-wenangan beberapabangsawan kepada rakyat kecil.” Kendati demikian,sejumlah orang melihat keputusan menanggalkan gelaritu sebagai suatu kebijakan politik penyesuaian diri kepadaalam Demokrasi Terpimpin yang populis.

Namun, tabiat sehari-hari Jenderal Jusuf—terutamadalam berhadapan dengan orang lain yang lebih rendahderajat sosialnya—tetaplah seperti layaknya parabangsawan yang sadar akan tempatnya dalammasyarakat. Mungkin kesadaran sebagai bangsawanitulah yang membuatnya menjaga jarak dengan siapa saja.Dengan latar belakang demikian, M. Jusuf jelas sulit punyapengikut.

Dekat dengan para prajurit sebagai kelompok,Jenderal Jusuf tidak mempunyai kedekatan pribadi hampirdengan siapa pun, juga dalam ABRI. Karakter pribadiseperti itulah yang berperan menghindarkan JenderalJusuf dari kemungkinan berkonspirasi terhadapkekuasaan Soeharto. Juga ketika banyak yang berharapdia bisa membangun kekuatan menggantikan BapakPresiden. Karena itu, Jusuf selamat.

Sebagai tanda senang dan pernyataan terima kasihSoeharto kepada Jusuf, segera setelah mantan PanglimaABRI itu pensiun dari dinas ketentaraan, Presidenmendudukkannya sebagai Ketua Badan PemeriksaKeuangan (BPK), suatu jabatan yang posisi protokolnyasetara dengan Presiden.

~63~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 71: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

~64~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 72: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Masjid Al-Markaz Al-Islami di Makassar.

Ketika kemudian Jusuf kembali ke Makassar sebagaipensiunan dan mendirikan masjid (Al-Markaz Al-Islami),orang-orang di sekitar Soeharto—Mar’ie Mohammad(Dirjen Pajak), Aburizal Bakrie (Ketua Kadin), konglomeratseperti Sudwikatmono, James Riyadi, Anthoni Salim, sertasejumlah konglomerat lainnya beramai-ramai memberikanbantuan. Mobilisasi bantuan itulah yang menyebabkanmasjid, dengan arsitektur cantik itu, tercatat sebagaimasjid terbesar Indonesia yang tercepat selesaipembangunannya.[]

~65~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 73: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

D

SUMITRO, GAGASAN

TANPA CUKUP

DUKUNGAN

alam sejarah Orde Baru, tampaknya sulit mencaritokoh yang posisi dan pengalamannya seunik

Jenderal (Purn.) Sumitro. Pada awal tahun ’70-an, diamenonjol sebagai orang terkuat di Indonesia setelahPresiden Soeharto. Tetapi, mendadak setelah Malari(Malapetaka Januari 1974), dia hilang begitu saja dariperedaran elite kekuasaan. Lima tahun kemudian—setelah hanya aktif sebagai pebisnis—dia tiba-tiba munculkembali lewat sejumlah gagasan politik yangdikampanyekannya dengan penuh passion. Tampilkembali pertama kali lewat sebuah artikel di HarianKompas, pertengahan Mei 1979, dia secara berangsurmulai berbicara kritis terhadap pemerintahan Orde Baru.

Sumitro yang pada awalnya tergolong tentara yangmenganggap rendah elite politik sipil—seperti umumnyatentara masa itu—menjelang akhir hayatnya berbalikmengharapkan politisi sipil menjadi Presiden Indonesia.Hal demikian terjadi setelah Sumitro kehilangankepercayaan kepada para pimpinan militer yang di matamantan Pangkopkamtib itu sudah secara sempurna

~66~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 74: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

dikontrol Soeharto.Inilah salah satu alasan yang menyebabkan membaca

buku Sumitro, Dari Pangdam Mulawarman SampaiPangkopkamtib, menjadi sangat menarik. Buku inimenarik karena tokohnya adalah Sumitro dengan segalakonotasi yang disandangnya sebagai orang penting keduadi Indonesia pada periode awal Orde Baru, pengkritiksenior terhadap Orde Baru dan Soeharto sejakpertengahan hingga menjelang akhir usia kekuasaan OrdeBaru. Yang tidak kurang penting, menyangkut gayabertutur (dicatat dengan baik oleh Ramadhan K.H.,penulis buku ini) gaya Jawa Timurannya, suatu hal yangdibanggakan Sumitro sendiri pada berbagai kesempatan.Terutama ketika mulai membedakan diri dengan PresidenSoeharto yang berbudaya Jawa Tengahan. Budaya JawaTimuran sangat extrovert berhadapan dengan budayaJawa Tengahan yang introvert.

Tentang Sumitro, salah satu sifatnya yang menonjollewat buku ini adalah kesibukannya dengan gagasan.Tatkala menjadi Panglima Brawijaya di Jawa Timur, diatampil dengan gagasan mengenai soal bagaimanasebaiknya memperlakukan masyarakat Cina di Jawa Timur.Tatkala ditunjuk menjadi Kashankam (Kepala StafDepartemen Pertahanan Keamanan), Sumitro memulaijabatan penting itu dengan gagasan reorganisasi ABRI.Kebijakan Sumitro inilah yang merupakan cikal bakaladanya Mabes ABRI sekarang ini. Inilah penataan yangdiperhitungkan tidak memungkinkan lagi adanya rivalitasantar-Angkatan yang pernah terbukti gampang dipolitisasi

~67~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 75: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

oleh Presiden Sukarno pada masa Orde Lama dulu.

~68~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 76: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

~69~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 77: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Soeharto melantik Jenderal Sumitro sebagai Pangkopkamtib.

Tatkala menjadi Pangkopkamtib dan mengurusi bukanmelulu soal keamanan dan pemberantasan PKI, Sumitrotampil dengan lebih banyak gagasan lagi. Dalam bidangekonomi misalnya, Sumitro memberikan banyak masukankepada para teknokrat pimpinan Widjojo Nitisastro. Salahsatu masukan itu adalah agar ditumbuhkannya pengusahapribumi. Tidak dijelaskan oleh Jenderal Sumitro filosofi dibelakang anjuran atau sikap ini. Namun, boleh didugaSumitro tampaknya sadar, kelas menengah Indonesiasebagai soko guru demokrasi hanya bisa datang dari kaumpribumi, dan bukan dari kalangan perantau Cina.

Jalan pikiran seperti ini bisa kita rekonstruksi jika kitahubungkan saran Sumitro kepada Widjojo mengenaikebijakan terhadap orang-orang Cina yang dijalankannyatatkala menjadi Panglima Brawijaya sebelumnya.Sayangnya, anjuran atau sumbangan pikiran Sumitro tidakmendapat perhatian Widjojo. Tokoh teknokrat ini lebihpercaya pada mekanisme pasar, hingga keadaan sosialekonomi dan politik kita menjadi seperti sekarang.

Yang terganggu oleh kesibukan Sumitro mengajakbicara Prof. Widjojo dan para teknokrat adalah Ali Murtopopemimpin kelompok Opsus yang waktu itu amat dekatdengan Presiden Soeharto. “Kegiatan Sumitromemanggili para menteri yang mengurusi ekonomidianggap mengganggu oleh Pak Ali,” kata seorangmantan pembantu Murtopo di CSIS. Bukan tidak mungkinsikap Ali Murtopo sebenarnya juga sikap Soeharto yang

~70~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 78: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

terganggu oleh kegiatan Sumitro “merecoki” timekonomi pemerintahan Orde Baru.

Sebagai Panglima Kopkamtib, Sumitro juga memberiperhatian pada politik luar negeri. Untuk itulah, diamengambil inisiatif mendirikan Pantap (panitia tetap) yangmerupakan dapur pemikir bagi kebijakan luar negeri.Sumitro yang sangat terkesan pada peranan almarhumJenderal Suwarto—tokoh yang menjadikan Seskoadsebagai dapur pemikir Orde Baru pada hari-hari pertamakekuasaan Soeharto—sibuk mengampanyekan perlunyadapur-dapur pemikir (think tank).

Inilah latar belakang dan penjelasan mengapa mantanPangkopkamtib itu berkali-kali menyarankan agar Seskoadharus kembali menjadi dapur pemikir sebagaimana duludijalankan oleh Jenderal Suwarto. Beberapa kawanpengamat mencoba memahami fanatisme JenderalSumitro terhadap dapur pemikir ini dengan menyebut:pengalaman pahit Sumitro vis-a-vis CSIS yang dibangun AliMurtopo, faktor penting di balik kejatuhan Sumitro tahun1974.

Seskoad sebagai dapur pemikir Angkatan Darat sudahberfungsi jauh sebelum Soeharto memimpin Orde Baru.Dari zaman Nasution, periode Yani hingga awal kekuasaanSoeharto, Seskoad bukan hanya menjadi dapur pemikirAngkatan Darat, melainkan juga mungkin satu-satunyadapur pemikir di Indonesia. Pemimpin Seskoad yangterkemuka masa itu adalah Mayjen Suwarto, yangmenderita kanker dan salah satu kakinya harus diamputasipada masa menjelang akhir rezim Orde Lama. Konon

~71~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 79: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

dengan alasan cacat fisik itu, Jenderal Suwarto pernahminta dipensiunkan oleh Panglima Angkatan Darat, Yani.Tapi kata Yani, “Yang aku perlukan otakmu, bukankakimu.”

Suwarto meninggal pada awal Orde Baru. Dan itusecara simbolis juga mengakhiri peran Seskoad sebagaithink tank. Sebagian peranan Seskoad sebagai “pabrikgagasan” pada awal Orde Baru diambil alih Ali Murtopodengan membangun CSIS. Namun, setelah Soeharto“belajar banyak”, dia tidak memerlukan lagi sebuah dapurpemikir, dan CSIS ditinggalkan.

Dengan semua kegiatan yang saya sebutkan tadi sertabanyak lagi yang Anda temukan dalam buku ini,sebenarnya kita cukup beralasan untuk menggolongkanJenderal Sumitro bukan saja sebagai seorang militer,melainkan juga seorang negarawan. Sebagai militer,bahkan waktu masih perwira yang belajar di SSKAD(pendahulu Seskoad), Sumitro sudah berpikir tentangkonsep pertahanan yang pantas untuk Indonesia sebagainegara kepulauan dengan wilayah tersebar luas. Ketikamenjadi pejabat militer tinggi dan menentukan, diaberbicara tentang peranan Angkatan Laut Indonesia yangmestinya seimbang dengan peranan Angkatan Darat. Atasdasar itulah, Sumitro memilih Laksamana Sudomo sebagaiwakilnya di Kopkamtib. Salah satu konsep pertahananyang dirumuskan Jenderal Sumitro itu kini terlihat dalampenataan Angkatan Laut yang terdiri dari Armada Baratyang bermarkas di Jakarta dan Armada Timur yangbermarkas di Surabaya.

~72~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 80: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Kesadaran geopolitik Sumitro itu, yang sudah terlihatketika masih menjadi siswa di SSKAD awal tahun 50-an,hingga kini masih terus berkembang. Itu terlihat padagagasan-gagasannya mengenai pentingnya Wilayah TimurIndonesia mendapat perhatian setelah Wilayah Baratdikembangkan dan berkembang pesat.

Sebagai negarawan, pada awal Orde Baru JenderalSumitro sudah berpikir tentang pembatasan masa jabatanpejabat negara. Yang berhasil dia capai hanya sampai padatingkat bupati dan gubernur. Masa jabatan Presiden yangtidak dibatasi tercantum dalam konstitusi, dan karenaUndang-Undang Dasar dianggap sakral pada masa itu,Sumitro pun tidak punya keberanian membatasi masajabatan Presiden.

Dalam soal urusan Cina, sudah kita lihat kebijakan yangdirumuskan Sumitro tatkala menjabat sebagai PangdamBrawijaya. Sayangnya, kebijakan tersebut tidak didukungkebijakan ekonomi para teknokrat sehingga cita-citaSumitro memberi kesempatan khusus kepada pengusahapribumi menumpuk modal tidak berhasil hingga kini. Satusumber di sekitar Widjojo waktu itu menjelaskan, karenakepepet waktu pembangunan yang mendesak,pemerintah terpaksa memakai para pebisnis yang ada dansudah berpengalaman. Dan mereka itu adalah pebisnisTionghoa.

Dalam bidang luar negeri, kita melihat pembentukanPantap urusan luar negeri yang diprakarsai Sumitro. LewatPantap ini, Sumitro berusaha menjadikan politik luarnegeri kita realistis, sesuai, serta mencerminkan

~73~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 81: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

kepentingan nasional kita. Gagasan ini dengan mudahdilacak pada pengamatan cermat Sumitro terhadap politikluar negeri Orde Lama yang kini kita kenang sebagai politikluar negeri yang bersifat mercusuar. Dalam bidang ini punkegiatan Sumitro bertabrakan dengan kepentingan AliMurtopo yang lewat CSIS dan Opsus membangun jaringanlobi internasional.

Dengan latar belakang seperti ini, maka tidak sulitdimengerti jika Sumitro pada masa itu amat populer danmenarik perhatian orang-orang yang memiliki pemikirandan gagasan. Setiap gagasan pada akhirnya memerlukanpendukung. Tabrakan kepentingan itulah yang berproseske arah jatuhnya Jenderal Sumitro. Kehancuran Sumitromencapai klimaksnya pada Malari. Beberapa hari setelahhuru-hara yang membakar Jakarta itu, Sumitro “dipaksa”melepaskan jabatan Pangkopkamtib dan Wakil PanglimaABRI. Ditawari jabatan Duta Besar untuk Washington,Sumitro menolak dan memilih pensiun dini denganpangkat terakhir Jenderal bintang empat.

Bagaimana menjelaskan “terusirnya” Sumitro darijabatan militer yang amat penting waktu itu? Secarasingkat bisa saya simpulkan, Sumitro merambah ranahpolitik tanpa menyadari dinamika wilayah yangdimasukinya. Jenderal Sumitro melihat tindakannyamelulu sebagai langkah seorang patriot, bahkannegarawan, yang tidak partisan. Ditinjau dari sudutpandang pelakunya, ini memang benar adanya. Namun,persepsinya terhadap tindakannya sebagai kegiatanseorang patriot dan bukan tindakan politik, ternyata tidak

~74~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 82: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

berhasil meyakinkan kontender kekuasaan lainnya. Mula-mula kelompok Opsus/Ali Murtopo, tetapi kemudian jugaPresiden Soeharto.

~75~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 83: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

~76~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 84: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Sumitro dengan Ali Murtopo.

Gagasan-gagasan Sumitro jelas amat berdimensipolitis, yang waktu itu sejatinya memerlukan dukungankekuasaan untuk pelaksanaannya. Pelaksanaan itumempersyaratkan perubahan-perubahan dari tatananyang sudah berjalan. Padahal, setiap perubahan akanselalu menguntungkan sejumlah orang atau golongan,tetapi sekaligus merugikan orang atau golongan lain.Begitulah politik. Maka, logis saja jika ada kekuatan lainyang takut pada gagasan-gagasan Sumitro tersebut.Kekuatan lain inilah yang akhirnya berhasil menjatuhkanSumitro.

Selama sekian tahun, para pengamat politikmenekankan konflik Murtopo-Sumitro-lah yangmeletakkan mantan Pangkoptib itu dalam posisi terusirdari pusat kekuasaan. Kenyataan di kemudian harimenunjukkan Ali Murtopo juga tergusur secara bertahapdari beranda kekuasaan Soeharto. Kesimpulan akhir: yangmenang lewat konflik Ali Murtopo/Opsus/CSIS melawanSumitro/Kopkamtib/ABRI adalah Presiden Soehartosendiri.

Konon, yang memulai berbicara tentang fenomenamatahari kembar yang melatarbelakangi penyingkiranpendukung radikal Soeharto (Kemal Idris, Dharsono, danSarwo Edhie) adalah Ali Murtopo. Di kemudian hari,setelah Sumitro tersingkir, di mata Soeharto, Jenderal AliMurtopo juga memainkan peran kontender kekuasaanbagi sang Presiden. Setelah Sumitro, dan Ali Murtopo,

~77~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 85: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

tokoh yang kemudian juga mendekati posisi kembaran“matahari” Soeharto di mata sang Presiden adalah BennyMoerdani. Dengan tangkas Soeharto “melikuidasi”potensi-potensi “matahari kembaran” yang dia pandangsebagai ancaman bagi monopoli kekuasaan BapakPresiden.

Analisis saya mengenai kejatuhan Jenderal Sumitro,saya simpulkan terutama dari buku yang kita bicarakan ini(terutama dari bab-bab mengenai Malari, Ramadi, AliMurtopo, Sudjono Humardani, dan CSIS) dan sejumlahpembicaraan saya dengan mantan Pangkopkamtib inilama setelah dinas militer ditinggalkannya. Sayangnya,soal tersebut kurang dielaborasi dalam buku ini, sehinggamuncul sejumlah pertanyaan.

Salah satu pertanyaan itu, bagaimana mungkinseorang Pangkopkamtib yang menguasai aparat intel tidakmengetahui ada perkembangan yang kemudian harimerupakan bahaya fatal bagi kedudukan dirinya sendiri.Sebuah contoh: dengan latar belakang pengalamantentang Dokumen Gilchrist (masih ingat cerita tentangour local army friends menjelang Gestapu 1 Oktober 1965?Yang dulu menjadi salah satu “pembenaran” aksiGestapu), mengapa Sumitro tidak mengusut tuntasDokumen Ramadi ketika laporan itu tiba padanya untukpertama kalinya. Di kemudian hari, ternyata dokumen itudisinggung oleh Presiden Soeharto tatkala memutuskanSumitro harus mundur dari jabatannya.

~78~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 86: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

~79~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 87: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Salim Haji Said bersama mantan Pangkopkamtib, Jenderal (Purn.)Sumitro, 1995.

Pada 1971, Sumitro—bahkan masyarakat politik—sudah mendengar desas-desus, Ali Murtopo adalahrivalnya. Pada masa itu, Opsus memang sangat aktif,bahkan over-aktif. Desas-desus ini ternyata tidakmembuat Jenderal Sumitro waspada. Dia merasa lebihberkuasa karena Pangkopkamtib Jenderal bintang empat,sedangkan Ali Murtopo hanya penyandang bintang dua.Juga kekuasaan Pangkopkamtib—di mata Sumitro—jauhlebih besar dari kewenangan Opsus. Padahal, dalamsebuah rezim otoriter seperti yang dipimpin Soeharto,pangkat bahkan posisi formal bukan segala-galanya.Kelengahan seperti yang di-praktikkan Sumitro tersebut dikemudian hari berakibat fatal bagi kariernya.

Kita melihat Sumitro melangkah ke lapangan politiktidak dengan kesadaran politis, tetapi dengan sikappatriot, teknokratis, bahkan negarawan. Sumitrosepertinya melihat tindakan-tindakannya mereorganisasiABRI, mengurus soal Cina, anjuran kepada Widjojo, Pantapluar negeri, anjuran pembubaran Kopkamtip dan Opsus,kebijakan komunikasi dua-arah dan gagasan“kepemimpinan baru”, melulu urusan teknis semata.

Karena tidak bersikap politis itu tadi, maka Sumitrotidak melihat langkahnya sebagai langkah politis yangmemerlukan kehati-hatian dan dukungan. Sumitrokelihatannya percaya tindakannya diniatkan memperbaikiposisi politik dan dukungan publik kepada Soeharto. SangPangkopkamtib tidak menyadari Soeharto adalah seorang

~80~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 88: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

politikus dengan banyak perhitungan untung rugi.Sumitro tidak pernah sempat merenungkan apakahperubahan yang dikampanyekannya dipandang Soehartobakal menguntungkan atau malah merugikan sangPresiden.

Lagi pula, tanpa dukungan yang jelas, sebuah gagasanperubahan politik memang tidak akan pernah menjadikenyataan. Tanpa kehati-hatian, kunjungan ke kampus-kampus bisa dengan mudah ditafsirkan, bahkandifitnahkan, sebagai usaha membina, membangun, sertamenggalang kekuatan di kalangan mahasiswa. Saranpembubaran Opsus dan Kopkamtib dengan mudah dilihatsebagai rencana yang mengancam Soeharto. Demikianjuga dengan janji “kepemimpinan baru” yangdikampanyekan Sumitro di kampus-kampus mudahdidiskreditkan sebagai sebuah langkah ke arah perebutankekuasaan. Dan memang demikianlah persepsi umumterhadap Sumitro menjelang Malari dahulu.

Dari kisah ini jelas sekali Jenderal Sumitro tidak tahubetul apa yang sebenarnya diperbuatnya dan apakemungkinan dampak dari perbuatan-perbuatan itu bagikariernya sebagai militer dengan jabatan yang amatpenting. Kelengahannya itulah yang menyebabkanSumitro secara samar-samar hanya menggunakan latarbelakang kulturnya sebagai orang Jawa Timur yang lebihspontan dan terbuka, di tengah-tengah elite politikdengan latar budaya Jawa Tengah yang lebih tertutup danmenahan diri, dan itu menjadi faktor kegagalannya.

Pendek kata, sebagai komentar terakhir saya ingin

~81~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 89: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

menyimpulkan, tidak terlalu salah mengerti kejatuhanJenderal Sumitro sebagai sebuah pengalaman sejarahyang seharusnya mengajarkan kita bahwa dalam lapanganpolitik, niat baik saja tidaklah cukup. Sumitro adalah patriotyang penuh niat baik. Dia tidak tahu politik, terlibat politik,dan dia lalu menjadi korban.[]

~82~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 90: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

P

L.B. MOERDANI, PARA

JENDERAL ORDE BARU,DAN PRESIDEN

SOEHARTO

ertemuan pertama kami berlangsung di Saigon, 10November 1974. Jenderal TNI Leonardus Benyamin

Moerdani (LBM)—Kepala Intel Strategis, Kepala IntelKopkamtib, kemudian juga merangkap Wakil Kepala Bakin—datang dari Seoul, Korea Selatan, sedangkan sayawaktu itu datang dari Phnom Penh, Kamboja. Kami sama-sama menginap di Hotel Caravelle. Mungkin hotel terbaikdi Saigon waktu itu.

Benny Moerdani datang bersama rombonganJenderal TNI Surono, Wakil Panglima Angkatan BersenjataRepublik Indonesia (ABRI). Mereka mampir di Saigonmenengok pasukan Indonesia yang mendapat tugas PBBsebagai salah satu anggota ICCS (InternationalCommission of Control and Supervision) dalam rangkapenyelesaian konflik Vietnam Selatan-Vietnam Utarasetelah Amerika menarik tentaranya dari Vietnam. KolonelInfantri Dading Kalbuadi adalah Komandan KontingenIndonesia di Saigon waktu itu.

~83~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 91: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Benny memancarkan kesan seorang pendiam, tapiangker. Itu kesan pertama saya. Masa itu kalau kitadiperkenalkan kepada seorang perwira intel, sang Intelumumnya akan berkata, “Ah, saya kenal you, tapi youtidak kenal saya.” Ada nada intimidasi di sana. “Eh, youjangan macam-macam, saya tahu you siapa, dan berbuatapa saja.” Kira-kira begitu terjemahannya. Benny tidakbicara apa-apa. Tanpa ekspresi di wajahnya, dia menerimauluran tangan perkenalan saya.

Sebagai wartawan, waktu itu saya baru sajamewawancarai Presiden Kamboja, Jenderal Lon Nol, dansejumlah pejabat tinggi negeri itu. Benny tertarik dengankisah saya mengenai Kamboja yang keadaannya memangberanjak parah. Kami lalu bicara tentang pengalamansingkat saya di Kamboja.

Di bawah Presiden Lon Nol, negeri itu bukan hanyaterancam oleh Khmer Merah—kemudian mengambil alihnegeri itu dan menjadikannya Killing Field—melainkanjuga oleh perpecahan dalam pemerintahan negeri itusendiri. Salah satu akibat perpecahan itu adalah gagalnyatentara Kamboja memanfaatkan prajurit komandoAngkatan Darat mereka yang telah dilatih di Pusat Latihanpasukan khusus Indonesia di Batu Jajar, Jawa Barat.

Tidak lama kemudian, seperti diketahui, Presiden LonNol tiba di Bali dalam perjalanannya ke Honolulu, Hawaii.Mantan Presiden yang terusir itu menetap di AmerikaSerikat hingga akhir hayatnya. Proses perjalanannya dariKamboja ke Bali hingga akhirnya memasuki sebuahpangkalan militer Amerika di Pasifik diurus Moerdani

~84~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 92: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

sebagai pejabat tertinggi intel Indonesia.Pada malam harinya, Moerdani mengajak

rombongannya makan malam di restoran hotel yangterletak di lantai paling atas. Kolonel Dading Kalbuadimenarik saya ikut serta. Di lift—setelah memberi tahu hariitu kebetulan hari ulang tahun saya—dengan bergurauuntuk menghapuskan kebekuan suasana, saya berkatakepada Benny, “General, are you going to give me a treatfor my birthday?” Jawabannya sungguh amatmengejutkan. Tanpa basa-basi, tanpa ucapan selamat,dengan dingin dan ketus Moerdani berkata, “If you havemoney, why don’t you go buy yourself birthday dinner.”

Di meja makan, pelayan meletakkan di depanMoerdani pesanannya, sepiring escargot, semacambekicot yang di Prancis konon tergolong makanan mahal.Kami memang makan di restoran yang menyuguhkanhidangan Prancis. “You tidak boleh makan ini,” katanyakepada saya sambil menunjuk escargot di dalam piring didepannya. “Buat orang Islam, ini makruh.” Secaraspontan saya puji pengetahuan Moerdani—seorang yangberagama Katolik—mengenai Islam. Pujian saya rupanyamelekat lama dalam ingatannya. Pada suatu wawancarakami puluhan tahun kemudian, Benny menyebut kembalipujian saya di kota yang kini telah berganti nama menjadiHo Chi Minh City itu.

Besok paginya, saya ikut rombongan Jenderal TNISurono meninjau pasukan Indonesia. Kolonel Dadingsangat ramah dan mengajak saya berangkat satu mobildengannya bersama Benny. Di kursi belakang sedan yang

~85~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 93: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

kami tumpangi itu saya dipersilakan duduk di tengah.Moerdani dan Dading mengapit saya. Benny Moerdanimemulai pembicaraan dengan melancarkan insinuasidengan menyebut majalah Tempo (tempat saya bekerjawaktu itu) sebagai media yang selalu mengecampekerjaan Benny.

Aneh. Bagaimana mungkin? Waktu itu ABRI,Kopkamtib khususnya, terutama setelah Malari(Malapetaka 15 Januari 1974) sangat ditakuti wartawan.Bagaimana pula kami mengkritik Benny yang sebagianterbesar kegiatannya tidak kami ketahui. Lagi pulaMoerdani belum setahun duduk sebagai Kepala Intel.Ketika Benny melancarkan insinuasinya, Kolonel InfantriDading merangkul saya sembari berkata, “Tidak, ah, PakSalim ini teman kita.”

Saya dengan cepat menafsirkan tingkah laku insinuatifBenny itu sebagai indikasi betapa besar kekuasaannyasehingga bisa bicara apa saja, di mana saja, kapan saja, danmungkin kepada siapa saja. Benny waktu itu memangdengan cepat mengontrol hampir semua badan intel danaparat sekuriti penting pada suatu zaman otoriter yanghampir segala perbuatannya tidak diketahui umum dantidak perlu dipertanggungjawabkan. Maka tentu sajasangat menakutkan, terutama bagi kami para wartawan.

Di kemudian hari, yakni lama setelah Benny tidak lagiberkuasa, ketika perlakuan Benny kepada saya di Saigondan ketakutan saya kepadanya saya ceritakan kepadaseorang Jenderal, sang petinggi militer menanggapi, “ApaPak Salim kira cuma Pak Salim yang takut? Kami semua

~86~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 94: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

dulu juga sangat takut kepada Pak Benny dan aparatintelnya.” Dengan aparat intel yang menciptakan rasatakut di kalangan para perwira itulah, antara lain, saya kiraBenny Moerdani mudah mengontrol ABRI untuk waktulama.

Benny yang memang tidak pernah melihat ancamandalam waktu dekat akan datang dari luar, memusatkanperhatiannya mewaspadai apa saja yang dipersepsikannyasebagai potensi ancaman terhadap kekuasaan Soeharto.Maka selain mengawasi secara ketat kekuatan-kekuatankritis dalam masyarakat, ABRI juga diamati dengansaksama oleh jaringan intel yang dikuasai Benny.

Inilah mungkin alasan mengapa Profesor BenAnderson dari Cornell University melihat ABRI waktu itusebagai berfungsi sama dengan tentara KNIL pada zamankolonial Belanda dulu. KNIL memang tidak disiapkanmelawan musuh dari luar. Tugas utama tentara kolonialBelanda adalah menjaga ketertiban dan keamanan dalamnegeri. Terhadap ancaman dari utara (Jepang),pertahanan Hindia Belanda telah mereka serahkan kepadaAmerika di Filipina dan Inggris di Singapura. Maka, ketikaFilipina dan Singapura direbut Jepang, dalam waktusingkat pemerintah Hindia Belanda bertekuk lutut.

JAUH SEBELUM JUMPA DI SAIGON, saya telahmendengar banyak cerita yang nyaris legendarismengenai Benny. Dia adalah pahlawan di Palagan IrianBarat (sekarang Papua) dan pertempuran menghadapiPRRI/Permesta. Di Pekanbaru, dia terjun payung sebelum

~87~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 95: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

sempat berlatih terjun. Kehebatannya sebagai perwiraintel yang menyamar sebagai pegawai perusahaanpenerbangan Garuda di Bangkok serta berbagai ceritakehebatan dan keberanian prajurit komando tersebut,semua memukau saya.

Keberaniannya terjun ke wilayah Irian Barat semasaOperasi Trikora menyebabkan Presiden Sukarnomenyematkan sendiri Bintang Sakti kepada Benny.Bintang Sakti adalah penghargaan tertinggi yangdiberikan kepada mereka yang melakukan tugasmelampaui apa yang harus dikerjakannya (beyond the callof duty). Bersama Moerdani, Untung, yang kemudianterlibat Gestapu, juga mendapat Bintang Sakti. SepertiMoerdani, Untung juga terjun di Irian Barat dalam rangkaOperasi Trikora pembebasan wilayah yang masih dikuasaiBelanda.

Cerita-cerita itu semua membuat saya melihat Bennysebagai semacam selebriti sehingga ketika jumpa, sayasulit menyembunyikan kekaguman dan keterpukauansaya kepadanya. Inilah saya kira sebabnya mengapaperlakuan kasarnya kepada saya pada pertemuan pertamakami di Saigon tidak terlalu saya masukkan di hati. Tapi,tentu saja tidak mudah saya lupakan. Lagi pula selamaOrde Baru, saya beberapa kali juga mengalami ataumelihat penghinaan, bahkan perlakuan kasar tentarakepada kami orang-orang sipil.

~88~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 96: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

~89~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 97: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Pelantikan Jenderal L.B. Moerdani sebagai Pangab.

TEPAT SEPULUH TAHUN KEMUDIAN, saya jumpa lagiBenny Moerdani. Waktu itu, penguasa intel tersebutsudah hampir dua tahun menduduki kursi Panglima ABRI(Pangab) dengan pangkat Jenderal bintang empat. “Kursiini ternyata sangat powerful,” katanya, sambil menepuk-nepuk pegangan kursi yang didudukinya. “Sayasebenarnya telah teken mati jadi intel. Tidak pernahbermimpi duduk di kursi ini,” katanya seperti mencobameyakinkan saya. Pertemuan kami waktu itu berlangsungdi kantornya di Jalan Merdeka Barat, bagian depan kantorKementerian Pertahanan sekarang.

Sebagai mahasiswa program doktor yang sedangmenyiapkan disertasi mengenai peran politik ABRI, waktuitu selama sebulan lebih saya berada di Jakartamewawancarai sejumlah pembesar tentara dan politik,aktif maupun yang sudah pensiun. Beberapa hari sebelumjumpa Benny, saya mewawancarai Jenderal TNI (Purn.)A.H. Nasution. Tahu saya akan jumpa Moerdani, Nasutionberkata, “You akan senang ketemu Benny. Dia suka padaorang sekolahan, Benny itu suka membaca.”

Nasution tidak salah. Pertemuan dan wawancara sayadengan Benny di kantornya, berlangsung sangatmenyenangkan. Tidak ada lagi ucapan kasar, insinuasi, dansikap curiga. Wawancara yang tadinya dijadwalkan hanyaakan berlangsung satu jam, berkepanjangan menjadihampir dua jam. Seorang jenderal polisi harus menungggulama di luar sebelum perwira tinggi Kepolisian itu diterima

~90~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 98: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Panglima ABRI.Wawancara direkam dan sebagian telah saya kutip

dalam disertasi saya yang kemudian terbit di Singapurasebagai buku pada 1991. Yang belum pernah sayaungkapkan adalah pernyataan Benny yang waktu itu tidaksaya mengerti maksudnya. Penting saya jelaskan,wawancara itu berlangsung hanya beberapa hari setelahPerdana Menteri India, Indira Gandhi, tewas tertembakoleh orang-orang Sikh, pengawal pribadi PerdanaMenteri. Indira Gandhi dengan segera digantikan olehRajiv Gandhi, putranya sendiri. Dua puluh tahunsebelumnya, pada 1964, ketika Perdana Menteri pertamaIndia, Jawaharal Nehru, ayah Indira, meninggal, IndiraGandhi, putrinya, tampil menggantikannya. Anak-beranakitu semua memang tokoh pimpinan Partai Kongres yangmenguasai Parlemen India era itu.

Ketika soal itu kami singgung, Benny tiba-tibamenunjuk potret Presiden Soeharto, yang tergantung didinding kantornya sambil berkata, “Saya jamin anaknyatidak akan menggantikannya.” Di kemudian hari ketika SitiHardianti Indra Rukmana (Mbak Tutut), putri tertuaSoeharto, mulai muncul di tataran politik sebagai salahseorang pemimpin Golkar, bahkan kemudian anggotakabinet, saya teringat ucapan Benny tersebut. ApakahBenny waktu itu sudah melihat gejala Soeharto sedangmempersiapkan putri sulungnya menjadi penggantinyakelak?

PULANG DARI AMERIKA Januari 1986, saya berusaha

~91~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 99: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

menjumpai Benny. Saya ingin menyerahkan sendiri copydisertasi sebagaimana yang saya janjikan kepadanya dalamwawancara kami. Tidak berhasil. Usaha mantanPangkopkamtib, Jenderal TNI (Purn.) Sumitro mengaturpertemuan yang saya harapkan itu juga gagal.

Sementara itu, di masyarakat beredar kisah tentangBenny Moerdani yang makin menakutkan banyak orang,terutama para aktivis Islam. Peristiwa pembantaian orang-orang Islam di Tanjung Priok dua tahun sebelumnya,secara meluas dituduhkan kepada Benny. “Kami tahubahwa beberapa saat setelah penembakan, Bennybersama Try Sutrisno—Pangdam Jakarta—sudah munculdi Tanjung Priok memberi ucapan selamat kepadakomandan pasukan yang membantai orang-orang Islam disana,” kata seorang aktivis Islam kepada saya.

~92~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 100: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

~93~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 101: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Try Sutrisno selaku Panglima Kodam V Jaya dan Panglima KopkamtibJenderal TNI L.B. Moerdani, 13 September 1984, memberi keterangan

pers mengenai peristiwa Tanjung Priok.

Sekian tahun kemudian, Letjen TNI Marinir (Purn.)Nono Sampono, ajudan Moerdani yang menyertainya kePriok waktu itu, menceritakan versi lain mengenaikehadiran Pangab dan Pangdam Jaya di tempatpembantaian waktu itu. “Pak Benny memang tidakmemarahi para bawahannya yang menembaki orang-orang Islam itu, tapi beliau mengingatkan, yang terbunuhadalah saudara-saudara mereka sendiri.” Nono jugamengisahkan kunjungan Moerdani ke Priok merupakanperintah Presiden Soeharto dengan tugas khususmenyelamatkan karier Mayjen TNI Try Sutrisno, PanglimaMiliter Jakarta Raya waktu itu. “Sebagai Pangdam Jaya,yang bertanggung jawab atas tragedi di Priok ituseharusnya memang Try Sutrisno.”

Mereka Semua Kecewa kepada PolisiCerita tentang Petrus (penembak misterius) juga sudahberlalu ketika saya tiba kembali di Jakarta pada Januari1986. Tatkala masih sebagai mahasiswa di Ohio sana, ceritatentang Petrus banyak saya dapatkan melalui surat-suratsejumlah teman dari Tanah Air, di samping berita-beritayang juga kadang bisa ditemukan di media Amerika. Harapdiketahui, komunikasi lewat internet belum tersedia masaitu.

Kabar dari Indonesia pada umumnya bersikap positifterhadap operasi pembunuhan para penjahat tersebut.

~94~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 102: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Penjelasannya, masyarakat umumnya kecewa kepadapolisi yang mereka anggap gagal mengatasi meningkatnyakeganasan para penjahat, sehingga tentara terpaksa harusturun tangan.

Reaksi saya kepada operasi Petrus waktu itu, antaralain, saya sampaikan lewat surat kepada Kolonel InfantriSoejono, Ajudan Presiden, yang juga menantu Mayjen TNISoegandhi, bos saya pada masa awal Orde Baru. Kepadateman lama itu saya utarakan kecemasan, kalau kuranghati-hati Petrus bisa menjalar dari pembunuhan kriminalmenjadi pembunuhan politik.

L.B. MOERDANI DILANTIK MENJADI PANGLIMA ABRIdan Pangkopkamtib pada 29 Maret 1983. Tanggal tersebuttidak berjarak jauh dari dimulainya operasi pembunuhanbandit yang sebelumnya sudah dilancarkan di Yogyakarta.Operasi yang dipelopori oleh Letnan Kolonel InfantriMohammad Hasbi, Komandan Distrik Militer (Kodim)Yogyakarta, itu kemudian secara diam-diam diambil alihPangkopkamtib Moerdani dan diberlakukan di seluruhIndonesia.

Seorang mantan pembantu dekat Moerdanimembantah atasannya yang memelopori kegiatan Petruspada tingkat nasional. Sebelum menjadi Pangkopkamtib,menurutnya, Laksamana Sudomo sebagai pejabattertinggi Kopkamtib yang digantikan Moerdani, sudahmelancarkan sejumlah operasi pembasmian bandit. KononSudomo menjelaskan, “Mereka sudah sangatketerlaluan.” Karena itu, Kopkamtib melancarkan Operasi

~95~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 103: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Celurit pada 1982.Pada waktu itu, perampokan dan penjambretan

memang merajalela dan sangat sadis. Untuk mendapatkanharta milik sasaran, para pelaku kriminal tidak jarangmelukai korbannya, bahkan ada yang sampai dibunuh.Para perampok dan penjambret itu muncul secaramencolok di berbagai penjuru Indonesia. Bathi Mulyono,mantan tokoh pelaku kriminal di Semarang, sekian tahunkemudian, menyatakan keheranannya kepada wartawanTempo terhadap fenomena tersebut. Dalamketerangannya yang dikutip pada buku yang ditulissejumlah wartawan Tempo, Benny Moerdani: Yang BelumTerungkap, Bathi menjelaskan, “Terjadi perampokan bushampir tiap malam. Anak-anak [maksudnya para pelakukriminal anak buah Bathi] sampai bingung dan enggakberani bekerja. Siapa pelakunya, mereka nggak ngerti.”Inilah sebabnya Bathi curiga pemerintah (aparatkeamanan) berada di balik tindakan kriminalitas tersebut.“Tujuannya untuk menciptakan pembenaran operasipembersihan gali pada 1980-an.”

Setelah banyak korban—jumlah yang persis tidakmudah diperoleh, tapi secara kasar pelaku kriminal yangterbunuh lebih dari seribu orang—dan protes dari luarnegeri yang dirasakan mulai “mengganggu” ketenanganpusat kekuasaan di Jakarta, Moerdani tampil di depanpers. Kepada para wartawan, Pangkopkamtib itumenyebut korban-korban tersebut sebagai akibat perangantarkelompok geng kriminal. Moerdani dan JenderalPolisi Anton Sudjarwo, Kepala Kepolisian Republik

~96~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 104: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Indonesia (Kapolri) waktu itu, secara bersama membantahketerlibatan pemerintah dalam pembantaian parapenjahat tersebut.

Namun, hasil penyelidikan Komnas HAM sekian tahunkemudian, menurut Yosep Adi Prastyo dari kantorKomnas, mengindikasikan pelaksana Petrus datang daripusat yang melibatkan orang-orang dari Kopassus.“Pelaksana Petrus tidak jarang bertindak sama sadisnyadengan para gali itu sendiri.”

Adalah Presiden Soeharto dalam memoarnya yangterbit pada 1989 mengakui keterlibatan pemerintah dalampembantaian para pelaku kriminal tersebut. Sebagai“terapi kejutan”, menurut sang Presiden. Moerdani yangmenjabat Menteri Pertahanan ketika memoar tersebutterbit, sangat kesal. Dia merasa dipermalukan atasannya.

Yang tidak banyak diketahui waktu itu, penembakanmisterius tersebut ditengarai juga sebagai mempunyaidimensi politik. Konon banyak penjahat yang dibantai itutadinya adalah para pelaku kriminal yang dibina Opsuspimpinan Ali Murtopo. Kelompok kriminal yang di JawaTengah dikenal sebagai Gali (Gabungan anak liar) tersebutterutama dipakai pada kampanye pemilihan umum untukmeneror saingan-saingan politik pemerintah, terutamakekuatan Islam politik.

Di kemudian hari, Opsus tidak mampu mengendalikanpara pelaku kriminal binaannya itu. Dan para Gali itu mulaimengganggu ketertiban dan keamanan masyarakat luas.Karena itulah, operasi pembantaian para pelaku kriminalitu juga ditafsirkan sejumlah wartawan dan pengamat

~97~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 105: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

politik masa itu sebagai usaha pembersihan kaki tangan AliMurtopo. Hubungan Soeharto dengan Ali Murtopomemang sudah berangsur memburuk sejak masa pasca-Malari 1974.

Peran Opsus dan Ali Murtopo dalam membina danmemanfaatkan para pelaku kriminal untuk memenangkanGolkar dalam Pemilihan Umum 1977 dan 1982, kemudianterungkap lebih jelas dalam memoar Jusuf Wanandi,Shades of Grey (2012). Wanandi, seorang mantan aktivisGolkar, adalah seorang pembesar CSIS yang amat dekatdengan Opsus dan Ali Murtopo.

Penting untuk diperhatikan, selain operasi Petrus,setahun setelah duduk sebagai Pangkopkamtib, pada Mei1984 Moerdani juga membubarkan Opsus yang dibangun,dipimpin, dan selama bertahun-tahun menjadi kendaraanoperasi politik Ali Murtopo. Riwayat Opsus panjang dandengan kegiatan banyak: menjadi alat intel pada masaKonfrontasi terhadap Malaysia, pada masa operasi TimorTimur, pada sebagian besar persiapan pemilu Orde Baru,dan berbagai operasi politik Soeharto serta Ali Mutopo.

Santri DipersulitSulit dibayangkan pembubaran Opsus murni kehendakdan prakarsa Moerdani. Tanpa petunjuk Soeharto,Moerdani bisa dipastikan tidak akan berani membubarkanlembaga yang dibangun dan dikendalikan oleh Murtopoyang untuk waktu lama juga dimanfaatkan Soeharto.Kabar yang beredar di Jakarta waktu itu, hubunganMoerdani dengan Murtopo memang juga sudah

~98~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 106: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

merenggang ketika pamor Murtopo sudah makin redup dimata Soeharto, sementara Moerdani makin mendapatkepercayaan dan kekuasaan. “Padahal, ketika Moerdanikeleleran di Kostrad setelah terlempar dari RPKAD, adalahPak Ali yang menampungnya,” kata Kolonel (Purn.)Aloysius Sugianto, salah seorang pelopor pembentukanpasukan komando Angkatan Darat dan pernah menjadipejabat penting di Opsus dan Bakin.

PADA SAAT YANG SAMA JUGA BEREDAR kisahdipersulitnya para perwira berlatar belakang santri dalamABRI. Robert Lowry, mantan Atase Militer Australia diJakarta menulis mengenai soal ini dalam bukunya TheArmed Forces of Indonesia. Menurut Lowry, “Praktissemua penganut Islam yang taat, dikenal sebagai santri,tersingkir sejak awal rekrutmen.” Moerdani “yangmengumpulkan di sekitarnya kaum abangan, orang-orangKristen, dan kaum yang berlatar belakang minoritas,mendorong banyak kaum santri dalam ABRI percayamereka tidak mungkin bisa naik ke posisi puncak,” tulis R.William Liddle, seorang ahli Indonesia, dalam sebuahartikelnya yang dimuat oleh The Journal of Asian Studies(1996).

Sebagai peneliti peran politik militer, saya terutamapenasaran mengenai kisah terakhir ini. Saya tidak mudahbegitu saja percaya macam-macam informasi yangberseliweran mengenai kegiatan Benny Moerdani waktuitu. Tapi, saya baru bisa mendapatkan informasi yang bisadigolongkan solid setelah Benny pensiun.

~99~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 107: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Sementara itu, sebelum sempat jumpa dan kemudianmewawancarai Benny, saya beberapa kali mewawancaraiJenderal TNI (Purn.) Sumitro, mantan Pangkopkamtib.Hubungan saya agak dekat dengan Jenderal Sumitro sejaksaya menulis disertasi mengenai peran politik militerIndonesia. Sumitro—di samping A.H. Nasution dan T.B.Simatupang, serta banyak lagi jenderal lainnya—adalahsalah satu narasumber penting yang beberapa kali sayawawancarai. Usaha saya mendapatkan kesempatanmewawancarai Jenderal M. Jusuf tidak berhasil, meskisudah mendapat bantuan Jusuf Kalla, orang dekat sangmantan Panglima ABRI.

Dalam keadaan sudah pensiun dan menjadipengusaha yang berkantor di daerah Kemang, JakartaSelatan, Sumitro ternyata masih memelihara hubungandengan Benny Moerdani dan sejumlah perwira seniorlainnya. Dari Sumitro-lah, saya banyak mendapat informasimengenai Benny maupun mengenai Soeharto danhubungannya dengan ABRI yang berangsur memburukwaktu itu. Menurut Sumitro, hubungan Benny denganSoeharto perlahan memburuk setelah Benny menjadiPangab.

Sumitro mengaku sebenarnya tidak sepakat dengankeputusan Soeharto mengangkat Benny menjadi Pangabmenggantikan Jenderal Jusuf. “Saya sarankan agar Bennydijadikan dulu Pangkowilhan, jangan langsung jadiPangab.”

Memberi pengalaman teritorial kepada seorangjenderal memang sesuatu yang dikenal sebagai sikap

~100~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 108: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Sumitro bagi perwira tinggi yang akan duduk dalampimpinan tinggi militer. Untuk itulah, Brigjen TNISayidiman Suryohadiprojo pada 1968 dikirim ke Makassarmenduduki kursi Panglima Kodam Hasanuddin sebelumakhirnya diberi kepercayaan memegang posisi penting diDepartemen Pertahanan dan Keamanan (Dephankam)pada 1970. Jenderal TNI Hasnan Habib tadinya juga akandipromosikan menjadi Panglima untuk Komando DaerahMiliter (Pangdam) Iskandar Muda di Aceh. Tapi, kegiatanpengintegrasian ABRI di bawah arahan Sumitro pada1968-1969 rupanya sangat memerlukan Hasnan.“Kesempatannya jadi Panglima Kodam menjadi hilang,”kata Sumitro.

Benny Moerdani, seperti umum diketahui, tidakpunya pengalaman teritorial, tidak punya pengalamanstaf, tanpa pengalaman sebagai pendidik, dan juga tidakpernah mengikuti Sekolah Staf Komando Angkatan Darat(Seskoad). Nyaris seluruh pengalamannya berlangsung dipasukan khusus dan intelijen. Inilah yang dilihat Sumitrosebagai kelemahan Benny sehingga mantanPangkopkamtib itu tidak setuju Kepala Intel tersebutlangsung menjadi Pangab. “Tidak ada waktu lagi,” kononjawab Soeharto kepada Sumitro.

Mengapa “tidak ada waktu”? Sumitro jelas tidakberani bertanya lebih jauh kepada Bapak Presiden. RobertLowry, pada masa itu Atase Militer Australia di Jakarta,lewat surat elektroniknya kepada saya, mencobamenjelaskan keputusan Soeharto waktu itu. “Salah satutugas Benny sebagai Panglima ABRI adalah

~101~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 109: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

menghapuskan Kowilhan [Komando Wilayah Pertahanan]yang belasan tahun sebelumnya diciptakan untukmemberi tempat kepada sejumlah jenderal, marsekal danlaksamana.” Sekian tahun kemudian, sebagai akibat makinketatnya kontrol Soeharto atas militer—terutama karenakerja keras Moerdani—akomodasi tersebut tidakdiperlukan lagi.

Komando-komando ABRI sudah bisa dirampingkandan disentralisasikan. Dari kedudukannya sebagaiPanglima ABRI, Moerdani bukan saja menghapuskanKowilhan, melainkan juga memperkecil jumlah KomandoDaerah Militer (Kodam). Organisasi yang ramping itu jelasmemudahkan kontrol Panglima atas ABRI.

Organisasi yang dirampingkan itu menimbulkanbanyak kecemasan di kalangan para perwira menengahyang akan makin sulit mendapatkan posisi yangmemungkinkan mereka menjadi perwira tinggi. Beredarisu bakal ada latihan dan pendidikan khusus bagi parakolonel yang dipersiapkan mengikuti proses alih tugas keposisi tinggi di Kepolisian (Polri). Pada gilirannya, paraperwira menengah polisi meningkat cemas olehkemungkinan “invasi” militer tersebut.

~102~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 110: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

~103~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 111: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Presiden Soeharto bersama para pimpinan ABRI pada awal OrdeBaru.

JENDERAL SUMITRO WAKTU ITU sudah lebih 10 tahunberada di luar jajaran militer. Dia pensiun dini setelahkeributan Malari 1974. Jabatan terakhir Jenderal Sumitroadalah Pangkopkamtib dan Wakil Panglima ABRI. Dariposisi yang amat penting itu, Sumitro mengabdikan dirimengamankan kekuasaan Presiden Soeharto. Dalamproses pengamanan itulah terjadinya kompetisi“mendekati kuping” sang Presiden. Saingannya adalahpemimpin Opsus dan staf pribadi Presiden, Ali Murtopo.Konflik terbuka antara keduanya kemudian takterhindarkan. Dan terjadilah huru-hara Malari ketika padaJanuari 1974 Perdana Menteri Jepang, Tanaka, sedangberkunjung ke Jakarta. Jenderal Sumitro beberapa harikemudian terlempar keluar dari ABRI, sementara AliMurtopo tersingkir secara perlahan-lahan. Yang akhirnyadiuntungkan oleh Malari adalah Presiden Soeharto sendiri.

Seperti semua jenderal lainnya—aktif ataupurnawirawan—mantan Pangkopkamtib itu sejak beradadi luar jajaran ABRI tidak lagi punya daya apa-apa terhadapSoeharto. Dia hanya bisa mengeluh dan “berdoa saja”,katanya. “Kekuatan dan kekuasaan satu-satunya diIndonesia sekarang ada di tangan Soeharto. Dwifungsisudah lama tidak jalan,” keluh Sumitro yang makin kritisterhadap sang Presiden. Dengan caranya sendiri, LetnanJenderal TNI (Purn.) Sayidiman Suryohadiprojo—tersingkir bersama Sumitro—juga mengungkapkan halyang dikeluhkan Sumitro tersebut. Pada 1995, Sayidiman

~104~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 112: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

dikutip oleh majalah Forum Keadilan mengatakan:

Kekuatan politik di Indonesia sekarang bukan Golkar, bukanPDI atau PPP, juga bukan ABRI. Kekuatan politik utama diIndonesia sekarang hanyalah Soeharto.

Sumitro maupun Sayidiman, keduanya tidak pernahsempat menjelaskan bagaimana doktrin Dwifungsiakhirnya hanya berhasil menjadi alat berkuasa sangPresiden secara hampir mutlak. Hingga akhir masakepresidenan Soeharto.

Soal Dwifungsi dan kekuasaan Soeharto itu pernahmenjadi topik diskusi saya dengan Letnan Jenderal(kehormatan) Dr. (HC) T.B. Simatupang. Secaraprovokatif—dengan menggunakan bahasa Inggris, dalamsebuah pertemuan kami—saya “menantang” mantanKepala Staf Angkatan Perang (KSAP) itu: “Doktrin macamapa Dwifungsi ini? ABRI menaikkan Soeharto kesinggasana kekuasaan, tapi kemudian tidak bisamengontrolnya?” Simatupang marah. Dengan mukamerah, dia pukul meja. “Saudara jangan menganggapenteng generasi muda TNI,” ucapnya.

Pernyataan dan kemarahan Simatupang tersebutsampai sekarang belum juga berhasil saya mengerti.Apakah Simatupang percaya generasi muda TNI nantiakan berhasil mengakhiri penyalahgunaan Dwifungsi dankekuasaan otoriter Soeharto? Kalau itu ramalan danharapan Simatupang, maka mantan KSAP jelas terbuktisalah. Soeharto “dimakzulkan” oleh “Krismon” (krisismoneter 1997-1998), bukan oleh generasi muda TNI.

~105~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 113: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Jenderal T.B. Simatupang

BENNY MOERDANI, MENURUT SUMITRO, bukan saja

~106~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 114: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

dipercayai memimpin intelijen sembari menjadi PanglimaABRI, melainkan juga terus dibebani kesibukan sebagaisecurity officer yang bertugas menjaga keamananSoeharto dan keluarganya. Peran menjaga keamananSoeharto dan keluarganya ini sebenarnya sudahdikerjakan Moerdani sejak pulang dari Seoul, beberapahari setelah Malari 1974. Dalam melaksanakan tugasmemimpin berbagai lembaga intelijen di kemudian hari,Benny, di mata sejumlah jenderal senior, sebenarnyaterutama lebih berperan sebagai seorang kepalabodyguard buat Soeharto dan keluarganya. Di kemudianhari, sejumlah perwira intel memang lebih cenderungmenilai Moerdani lebih sukses sebagai Kepala KeamananSoeharto daripada sebagai Kepala Intel strategis. “Lihatsaja kegagalannya di Timor Timur,” kata perwira inteltersebut.

Nah, mungkin dalam rangka tugas menjaga Soehartoitulah, setelah antara lain berdiskusi dengan Sumitro, danjuga mungkin dengan beberapa jenderal senior lainnya,pada suatu hari Moerdani, dalam kedudukannya sebagaiPanglima ABRI, memberanikan diri menemui Soehartodan dengan amat hati-hati menyarankan agar BapakPresiden mulai mencari orang lain untukmenggantikannya. Soeharto waktu itu memang sudahhampir 20 tahun menduduki kursi kepresidenan. Ceritatentang jaringan bisnis anak-anak dan kroninya sudah pulatersebar luas. Soeharto marah.

“Kau Salah, Ben”

~107~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 115: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Benny menyampaikan kemarahan bosnya itu kepadaSumitro. “Kau salah, Ben,” kata Sumitro. “Yang harusmenyampaikan saran itu bukan kau, tapi kami, temansegenerasinya.” Sampai meninggal, tidak pernahterdengar cerita Sumitro atau tokoh segenerasinyamemberanikan diri menemui Soeharto meminta sangPresiden mencari penggantinya.

Di kemudian hari, lama setelah pensiun, mantanPangab Try Sutrisno, dalam suatu wawancaranya dengansaya, mengaku pernah memberanikan diri menyampaikankeresahan sejumlah tokoh senior ABRI kepada PresidenSoeharto. Menurut Try, Bapak Presiden ingin tahu siapapara senior itu. Try mengaku menyebut hanya satu nama,Jenderal Sumitro. “Mereka tanya, kapan regenerasi.”Reaksi Soeharto?

Saya ini pejuang. Saya memperjuangkan idealisme bangsa.Pejuang itu tidak pernah pamrih, yang ada panggilan. Kalausaya masih dipercayai rakyat, saya terpanggil untuk mengabdike Indonesia. Sampai mati berdiri pun saya jalani.

Try Sutrisno juga mengaku menyampaikankeprihatinan para Jenderal Senior mengenai kegiatanbisnis putra-putri Presiden. Tanggapan Soeharto:

Try, apakah ada aturan, atau undang-undang yang melarang anakpejabat berbisnis? Kalau ada, saya tidak mau jadi Presiden. Kan,tidak ada larangan itu. Mau jadi tentara, pegawai negeri, ataupengusaha, semua boleh.

Mengenai soal regenerasi, Sayidiman juga adabercerita kepada saya pengalamannya “menasihati”

~108~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 116: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Presiden Soeharto. Pada 1986, Presiden yang juga mantanPangkostrad itu merencanakan penerbitan buku tentangdirinya. Salah satu yang diminta menulis adalah LetnanJenderal TNI Sayidiman. Mula-mula Sayidiman mengirapermintaan itu tidak serius, sebab Jenderal yang jugamantan Duta Besar (Dubes) RI di Tokyo itu sadar dia tidaktergolong lingkaran-dalam Soeharto. Karena itu, dia tidakmembuat tulisan.

Namun, lewat ajudan, Bapak Presiden menagihtulisan. Dengan tergesa-gesa Jenderal yang juga mantanGubernur Lemhannas itu membuat tulisan yangdiantarkannya sendiri ke kediaman Jalan Cendanakeesokan harinya. Dalam tulisan itu, menurut Sayidiman,

Saya kemukakan semua faktor yang menunjukkan keunggulandan kekuatan Pak Harto, baik sebagai strateeg militer maupunpolitik, sebagai family man yang membina keluarganya dengansetia dan saksama, sebagai pemimpin yang dekat dengan petanidan nelayan tanpa dibuat-buat.

Tapi, kemudian saya lanjutkan dengan pertanyaan-pertanyaan yang secara tidak langsung menggambarkankelemahan. Seperti, mengapa Pak Harto yang sudah begitu kuatmasih menunjukkan sikap kurang percaya diri dengan bertindaksecara berlebihan terhadap pihak-pihak yang kurang disukai.Saya akhiri tulisan dengan saran. Apakah tidak lebih baik, ketikaPak Harto berada pada puncak kekuasaan dan karier mengikutijejak Deng Xiaoping dan Lee Kuan Yew, yaitu melepaskan diridari pimpinan negara secara formal. Sebagai Ketua BadanPembina Golkar, Pak Harto masih tetap tokoh yang menguasaipolitik Indonesia.

~109~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 117: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

~110~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 118: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Letjen TNI Sayidiman.

Sepekan kemudian, Sayidiman menerima pesan dariJalan Cendana. Presiden Soeharto sudah membacakarangan tersebut, tapi hanya setuju menerbitkan bagiandepan tulisan. Bagian akhir yang mengandung kritik dansaran, terpotong gunting sensor Bapak Presiden. Kepadapara editor, Sayidiman menolak kompromi. Tapi, tulisantetap terbit sesuai dengan kemauan Soeharto.

SEBELUM KEMARAHAN SOAL sebagai Presiden yangduduk lama di Istana, beberapa ketegangan juga memangsudah muncul dalam hubungan Soeharto dan PanglimaBenny. Dalam sebuah pertemuan Sumitro denganSoeharto, Bapak Presiden mengeluhkan kegiatan bisnisorang-orang di sekitar Benny Moerdani. Soehartomenyebut nama Setiawan Jody, Robby Kethek (RobbySumampow), dan juga Teddy Rusdy.

Ketika informasi itu disampaikan Sumitro kepadaBenny, Pangab itu membela diri dan mengaku tidak punyaalasan mencegah Jody dan Robby Kethek berbisnis.“Mereka bukan pejabat,” kata Benny. Kendati bukanpejabat, Soeharto dan orang banyak waktu itu tahu RobbyKethek berbisnis dengan fasilitas dari Benny, terutama diTimor Timur. Robby memang teman lama Moerdani.Mereka berdua berasal dari Solo. Adalah Benny yangmeminta Robby berusaha di Timor Timur agar kehidupanperekonomian di wilayah yang baru diakuisisi itu bisadigerakkan. Begitu konon alasan Benny melibatkan Robby

~111~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 119: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

berbisnis di Timor Timur.

Kalah Dua Juta Dolar di Las VegasAdapun Setiawan Djody, pemusik ini—menurut ceritaSudwikatmono, sepupu Soeharto—mendapat fasilitasberbisnis lewat hubungan dekatnya dengan anak-anakSoeharto, terutama dari Bambang Trihatmojo.

Menurut Marsekal Muda (Purn.) TNI Teddy Rusdy,Benny pernah menahan paspor Setiawan Djody untukmenghalangi perjalanan pemusik itu bersama Sigit, putratertua Soeharto, pergi berjudi di luar negeri. JusufWanandi, dalam wawancaranya dengan saya, jugabercerita mengenai tindakan Moerdani suatu kalimenahan paspor Sigit, agar tidak berangkat ke luar negeriuntuk berjudi. “Sigit pernah kalah dua juta dolar dalamsatu malam di sebuah kasino di Las Vegas,” kata Wanandi.

Tentang kegiatan Teddy Rusdy berbisnis, alasannyamengumpulkan uang bagi kegiatan operasi intel.“Kegiatan Teddy Rusdy itu saya benarkan, sebab kegiatanintel di dalam dan di luar negeri memang memerlukandana besar,” kata Sumitro.

“Dia itu Merah”Mengaku bukan cuma memikirkan regenerasi padajabatan kepresidenan, bersama sejumlah perwirasegenerasinya, Sumitro juga berusaha menghalangiSoeharto mengangkat Sudharmono ke kursi WakilPresiden. “Dia itu merah,” kata Sumitro. “Tapi sumber

~112~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 120: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

kesalahan sebenarnya ada pada saya. Pada saat menjabatPangkopkamtib, saya sibuk membersihkan yang di bawah,lalai melihat ke atas. Sudharmono lolos.” Untukmelaksanakan agenda penyingkiran Sudharmono,kampanye besar-besaran lewat media mereka lakukanwaktu itu. Sumitro mengaku mendesak Moerdani,sebagai Pangkopkamtib, bertindak.

Sudarmono, Soeharto (membelakangi), dan Benny Moerdani.

~113~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 121: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Mengenai Sudharmono, Sarwono Kusumaatmadja—mantan Menteri Lingkungan Hidup dan juga mantanSekjen pada saat Sudharmono menduduki posisi KetuaUmum Golkar—mempunyai dua cerita lain yang tidakkurang menarik. Dalam sebuah pertemuan Sarwonodengan Presiden di kediaman pribadi Jalan Cendana,Sarwono memberanikan diri mempertanyakanpengetahuan dan sikap Soeharto terhadap Sudharmonoyang waktu itu gencar diserang sebagai “merah”. Dengantersenyum Soeharto membantah tuduhan tersebut. Tapiketika Sarwono bertanya mengapa Soeharto tidakmenjelaskan soal Sudharmono itu kepada parapenuduhnya, sang Presiden menjawab dengan ringan,“Yah, tidak apa-apa, diamkan saja. Sekali-sekaliSudharmono ada problem, kan tidak apa-apa.”

Cerita kedua Sarwono bersumber pada Ketua UmumGolkar itu sendiri. Sebelum Golkar secara resmimencalonkan Sudharmono menjadi Cawapres, Soehartoternyata sudah terlebih dahulu memberi tahu KetuaUmum Golkar itu tentang rencana promosinya. TapiSudharmono, sebagai pembantu dekat Soeharto sejakawal Orde Baru, tahu dengan baik cara kerja BapakPresiden. Kata Sudharmono kepada Sarwono,

Orang yang sudah diberi tahu diangkat menduduki jabatantertentu dengan Surat Keputusan Presiden saja, bisa gagal.Keppresnya dibatalkan dan saya yang harus menyampaikanberita buruk tersebut kepada orang yang bersangkutan.Pokoknya, sampai Sidang Umum MPR nanti ketok palu, sayabelum percaya saya akan menjadi Wakil Presiden.

~114~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 122: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Tentang kontroversi Sudharmono ini, Benny pernahmenjelaskan kepada saya, sebagai Pangkopkamtib diamenandatangani security clearance bagi Sudharmonountuk jadi Wakil Presiden. “Kami tidak menemukan buktiyang dituduhkan oleh Pak Mitro dan intel-intel tua itu,”kata Moerdani. Menurut perhitungan saya,penandatanganan tersebut terjadi setelah pembicaraanserius Sarwono Kusumaatmadja dengan Benny sebagaiyang akan saya kisahkan nanti. Kendati demikian usahaABRI mengganggu rencana pengangkatan Sudharmonomenjadi Wapres tetap saja berjalan.

Di antara gangguan itu yang paling mencolok adalahinterupsi Brigjen TNI Ibrahim Saleh. Anggota Fraksi ABRIini—teman seangkatan Try Sutrisno di Akademi TeknikAngkatan Darat—menerobos ke mimbar sidang MPRdengan rencana memprotes agenda pemilihanSudharmono sebagai Wakil Presiden. Tindakan nekatIbrahim itu dilihat banyak orang waktu itu sebagai sesuatuyang dirancang atau didukung kelompok Moerdani. Dalamwawancaranya dengan saya pada Januari 1997, IbrahimSaleh menjelaskan, semua tindakannya sepengetahuanLetjen TNI Harsudiono Hartas, Ketua Fraksi ABRI di MPR.Juga dilaporkan ke Benny Moerdani, lewat seorangperwira penghubung.

Sudharmono dalam memoarnya, Pengalaman DalamMasa Pengabdian, memang ada mencatat tingkah lakuaneh Moerdani terhadap pencalonan dirinya. Dalam rapatpara jenderal di Markas Bais (Badan Intelijen Strategis)yang membicarakan rencana pencalonan Wapres, Benny

~115~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 123: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

terang-terangan menolak Sudharmono. Cerita yangdikisahkan Sudharmono dalam memoarnya tersebutdiperkuat oleh cerita Julius Pour dalam bukunya, Benny:Tragedi Seorang Loyalis. Dalam buku tulisan Pour itu,Benny digambarkan mendesak agar Pangab Try Sutrisnoyang dicalonkan. Perlu diingat, Jenderal TNI Try Sutrisnowaktu itu baru beberapa hari menduduki posisi Pangab,menggantikan Moerdani.

Selain gangguan Ibrahim Saleh, juga tidak bolehdilupakan kasus Ketua Partai Persatuan Pembangunan(PPP) Jailani (Johny) Naro yang mengajukan diri sebagaisalah seorang calon Wakil Presiden. Hartono Marjono,Ketua Fraksi PPP di MPR waktu itu, menjelaskan dikemudian hari, pencalonan Naro itu adalah permainanABRI dalam usaha mereka mengganjal majunyaSudharmono ke posisi Wapres. Jenderal TNI (Purn.)Sumitro membenarkan Hartono Marjono. MenurutSumitro kepada saya dalam salah satu wawancara kami,“Ternyata yang mendorong Naro itu Benny. Bodoh Bennyitu. Dia tidak tahu Naro itu orangnya Ali Murtopo. DanNaro itu orang Parmusi. Pak Harto [waktu itu] masih alergiterhadap golongan Islam.”

Masih tentang Sudharmono, Letjen Marinir (Purn.)Nono Sampono—mantan ajudan Pangab Moerdani dantetap dekat dengan Moerdani hingga akhir hayat mantanPangab itu—pada awal 2015 memberi tambahan informasikepada saya. Menurut Nono, di kantor Bais tadinya adafile tentang Sudharmono yang menjadi dasar menuduhmantan Wapres dan mantan Ketua Golkar itu sebagai

~116~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 124: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

“merah”. Tapi, secara misterius file itu hilang. DugaanNono, file itu “dihilangkan” Moerdani setelah tahuSoeharto memutuskan Sudharmono menjadi Wapresnya.

DALAM KAPASITASNYA SEBAGAI SEKJEN GOLKAR,Sarwono Kusumaatmadja menjumpai Moerdanimenjelang pencalonan Sudharmono. Kesan Sarwonotidak ada masalah pribadi antara Benny dan Sudharmono.“Soalnya Soeharto tidak memberi tahu Benny bahwa PakDharmono disetujui sang Presiden menjadi Wapres.”Benny kelihatan terkejut ketika Sarwono menyampaikankeputusan Soeharto tersebut.

My God, ini gila. Saya, kan pembantunya, mengapa saya tidakdiberi tahu. Sampai sekarang saya masih tetap yakin Pak UmarWirahadikusuma akan terus menjadi Wapres. Kalau mauSudharmono, mengapa saya tidak diberi tahu?

Soeharto tidak memberi tahu Moerdani keputusannyamencalonkan Sudharmono karena Presiden sudah tahuRaja Intel itu tidak senang pada pilihan Soeharto. Dalambukunya, Managing Indonesia’s Transformation,Ginandjar Kartasasmita, seorang yang dianggap “anakemas” Sudharmono, mengungkapkan perbedaanpengamatannya dengan Sarwono mengenai hubunganpribadi Moerdani dengan Sudharmono. Ginandjarmenyaksikan sendiri bagaimana Moerdani secara terbukamenolak Sudharmono.

Cerita Ginandjar dalam bukunya:

Dalam pidatonya kepada para perwira senior, Benny Moerdani

~117~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 125: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

menuduh Sudharmono sebagai agen rahasia Komunis. Sayamendengarkan sendiri pidato tersebut. Moerdani [sebagaiPanglima ABRI] memerintahkan Fraksi ABRI di MPR yangsaya pimpin untuk tidak mendukung Sudharmono sebagai calonWakil Presiden.

“Bapak Itu Sebenarnya Raja”Dengan tidak mengajak bicara Moerdani mengenaipencalonan Sudharmono, menurut Sarwono, memangbegitulah cara kerja Soeharto dalam mengelola politikIndonesia.

Untuk mempertahankan kekuasaannya, Pak Harto selalumemastikan agar di antara orang-orang di bawahnya selalu adakonflik. Akibatnya, para pembantunya menjadi rival di antarasesama mereka. Semua akhirnya bergantung pada Soeharto.Kalau salah satu pihak menjadi sangat kuat, pihak itudisingkirkan. Inilah penjelasannya mengapa Sumitro, AliMurtopo, dan Benny Moerdani disingkirkan. Denganmenjadikan Sudharmono sebagai Wapres, sebenarnya mantanMenteri Sekneg itu juga ditendang ke atas.

Tidak jauh berbeda dengan pengamatan Sarwono,adalah komentar Jusuf Wanandi. Sehubungan dengankeputusan Soeharto menjadikan Sudharmono WakilPresiden dan resistensi ABRI terhadap pilihan tersebut,Jusuf Wanandi dalam memoarnya menulis:

Pak Harto seyogianya memberi tahu mereka dia menghendakiSudharmono sebagai Wakil Presiden untuk masa jabatan 1988-1993 karena loyalitas dan kerja keras Sudharmono. Pak Hartojuga harus menjelaskan dia akan menduduki jabatan Presidensecara penuh selama lima tahun dan tidak berencana lengseruntuk membuka kesempatan bagi wakilnya menggantikannyasebagai yang dicemaskan oleh para pimpinan ABRI. Tapi,

~118~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 126: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

komunikasi Presiden dengan pimpinan ABRI mengenai soaltersebut tidak pernah terjadi karena Soeharto menganggap apasaja kemauannya akan menjadi terlaksana karena dia seorangRaja. Menurut norma dan tradisi ini, Raja Jawa mendapatMandat dari langit untuk berkuasa dan memerintah dan semuabawahannya harus bergantung dan melaksanakan apa sajakeputusan Raja.

Sejarahwan dan wartawan Michael R.J. Vatikiotis yangselama empat tahun berada di Indonesia sebagaikoresponden dan Kepala perwakilan majalah berita FarEastern Economic Review, dalam bukunya IndonesianPolitics under Suharto, juga melihat Soeharto sebagaiseorang Raja Jawa. Tulis Vatikiotis,

Keraton-keraton Jawa menyimpan banyak cerita tentang paraRaja yang mengadu para abdinya satu melawan yang lainnya.Satu cerita mengungkapkan seorang Raja memberi perintahbertentangan kepada para pemimpin tentaranya sehingga merekaakhirnya bertempur sampai mati antara yang satu melawan yanglainnya. Dalam kabinet Soeharto, aliansi politik para menterinyasusah dibayangkan. Di antara para pembantunya, Soehartomengadu secara canggih menteri yang militer melawan menterisipil, yang birokrat melawan yang teknokrat, para loyalisterhadap mereka yang progresif dan berpikir bebas.

Membaca pendapat Sarwono, Wanandi, dan Vatikiotistentang Soeharto sebagai Raja Jawa, saya teringatpercakapan saya dengan Marzuki Arifin, seorang temanwartawan, yang pernah mengaku dekat dengan keluargaCendana dan Opsus pimpinan Ali Murtopo. Dalam suatupenerbangan ke Hong Kong pada pertengahan tahuntujuh puluhan, saya jumpa Marzuki (Juki, panggilanteman-teman) di atas pesawat. Pada kesempatan itu, Juki

~119~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 127: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

bercerita banyak tentang pengetahuannya mengenaikeluarga Cendana. Salah satu yang menarik adalahpercakapannya dengan Ibu Tien Soeharto. Konon istriPresiden itu dalam suatu perjalanan ke luar negeri pernahberkata kepada Juki, “Bapak itu sebenarnya Raja, tapisekarang istilah Raja tidak dipakai lagi. Yang dipakaiPresiden saja.”

LANGKAH BERIKUT SUMITRO DAN TEMAN-TEMANsenior serta para petinggi ABRI, termasuk Moerdani,adalah berusaha mencegah jangan sampai Sudharmono—yang akhirnya berhasil menjadi Wakil Presiden—naik kejabatan Presiden lewat pemilihan umum berikutnya.Untuk itulah, maka Dewan Pimpinan Golkar harus merekakuasai. “ABRI punya banyak calon,” kata Panglima ABRI,Jenderal TNI Edi Sudrajat. Untuk tujuan itu, menjelangMusyawarah Nasional (Munas) Golkar, pimpinan ABRIsudah menempatkan para perwiranya pada hampir semuaposisi pimpinan Golkar wilayah. Untuk jabatan KetuaUmum Golkar, sebagai pengganti Letjen TNI (Purn.)Wahono, mereka menyiapkan Letjen TNI SusiloSudarman.

Pokoknya ABRI sdah siap menguasai Golkar. Tapikemudian terbukti, untuk kedua kalinya, para jenderalgagal “memaksakan” kehendak mereka kepadaSoeharto. Keputusan Bapak Presiden menjadikanHarmoko sebagai Ketua Umum Golkar juga takterbendung oleh ABRI.

Apakah Benny atau Edi Sudrajat tidak suka kepada

~120~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 128: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Harmoko? “Tidak usahditanya. Semua ABRItidak suka Harmoko,”kata Sumitro kepadasaya dengan kesal.Karena itu parajenderal tidak tinggaldiam. Tidak berhasilmencegah Harmokomenjadi Ketua Umum,sebagian besardokumen dan alatkerja di kantor pusatGolkar di Slipi diobrak-abrik dan dihancurkanoleh orang tidakdikenal. “Harmokoharus mulai lagi

menyusun daftar nama para kader yang sudah kamikerjakan pada masa kepemimpinan Pak Dharmono,” kataSarwono.

Pihak ABRI bertekad menguasai Golkar gunamencegah apa yang mereka cemaskan sebagaikemungkinan Sudharmono menggunakannya sebagaitangga untuk naik ke kursi Presiden lewat pemiluberikutnya. Tapi sebenarnya, disadari atau tidak, tekaddan langkah para jenderal tersebut juga bertujuan secaraperlahan membatasi gerak Soeharto.

Dalam urusan ini tampaknya Benny yang sudah

~121~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 129: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

purnawirawan memang tidak lagi tampil memainkanperan terlalu menonjol. Tapi sikap tidak positif Bennyterhadap pencalonan Sudharmono sebagai Wapres,menurut Sumitro, membuat Soeharto tetap curiga padamantan Pangab tersebut. Soeharto juga tentu tahu,pemikir utama langkah-langkah politik para jenderal waktuitu adalah Moerdani. Hubungan baik Moerdani denganCSIS menimbulkan kecurigaan Soeharto kepada CSISsebagai tangki pemikir bagi Benny. Akibatnya, hubunganSoeharto dengan CSIS yang secara perlahan sudah mulaimemburuk sejak Malari 1974, menjadi putus sama sekalipada awal tahun delapan puluhan.

Kecurigaan Soeharto kepada Moerdani jugaberdasarkan pengamatan Bapak Presiden atas Bennyyang memang sangat tidak percaya pada politisi sipil.Padahal, salah satu tugas Sudharmono sebagai KetuaUmum Golkar adalah melaksanakan perintah Soehartomerekrut tokoh-tokoh sipil mengisi jajaran pimpinanorganisasi tersebut. “Pak Harto memberi petunjuk agarsecara berangsur Golkar mengurangi ketergantungannyakepada ABRI dan birokrasi,” kata Sarwono.

Pada waktu Sudharmono menjadi Ketua Golkar,misalnya, selain Sarwono Kusumaatmadja (ditunjuklangsung Soeharto menduduki kursi Sekretaris Jenderalbahkan sebelum Munas), posisi penting lain di Golkarkemudian juga banyak diduduki oleh orang-orang sipilseperti Akbar Tanjung, Siswono Yudhohusodo, FahmiIdris, Rahmat Witoelar, dan sejumlah politisi sipil lainnya.Moerdani dan para jenderal aktif maupun purnawirawan

~122~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 130: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

tidak senang melihat langkah Soeharto mensipilkanGolkar.

Dalam rangka “konfrontasi” dengan Soeharto, parapemimpin ABRI, menyalurkan pandangan, aspirasi, dankepentingan mereka lewat para purnawirawan. Ini tentuuntuk menghindari tuduhan insubordinasi. Dalam hal iniJenderal Sumitro dengan senang hati dan beranimemainkan peran tersebut. Pada 1989, Sumitro tampilsebagai tokoh utama yang secara terbuka, meski sangatsopan, berbicara mengenai perlunya Presiden Soehartomeninggalkan kursi kepresidenan. Sumitro menyarankankepada ABRI berperan membujuk Soeharto mundur.

Kepada Vatikiotis, Sumitro pada Maret 1990mengungkapkan, mantan Pangkopkamtib itu telahmenulis surat kepada Benny Moerdani, Edi Sudrajat, TrySutrisno, dan Rudini untuk mendesak mereka semuabertindak sebagai calon Presiden. “Mereka tertutupantara satu dan lainnya, karena itu mereka sulit mencapaikonsensus,” keluh Sumitro. Tentu saja tertutup sebabmemang demikianlah strategi dan kemauan Soeharto.

Sebagai seorang yang sadar memainkan peranmenyuarakan opini dan kepentingan ABRI, pada awal1992, Sumitro yang makin kritis terhadap Soeharto, secaraterbuka menyerukan ABRI menciptakan jarak dengankepemimpinan Orde Baru. Tidak ada reaksi dalam ABRIwaktu itu. Suatu hal yang mudah dimengerti karenatentara sudah seluruhnya dipimpin oleh para perwiramuda didikan Akademi Militer pasca-Revolusi yangmenduduki posisi penting setelah secara pribadi diseleksi

~123~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 131: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

dan kemudian secara ketat dikontrol Soeharto.Muncul pada permukaan politik Indonesia di awal

tujuh puluhan sebagai Panglima Kopkamtib yang kukuhmenjalankan pendekatan keamanan (security approach),yang antara lain menghindarkan sedapat mungkinketerlibatan sipil dalam politik, menjelang akhir hidupnyaSumitro berubah haluan. Sadar akan kekuatan PresidenSoeharto yang dengan mudah menyingkirkan dirinya danMoerdani, memorakporandakan para pengikutnya dalamABRI kemudian dengan ketat mengontrol militer, Sumitrokehilangan kepercayaan kepada potensi dan keberanianpara jenderal generasi penerus mengoreksi sangPresiden.

Satu-satunya jalan mengakhiri kekuasaan Soehartomenurut kesimpulan dan keyakinan mantan PanglimaKopkamtib itu adalah keterbukaan politik yangmemungkinkan munculnya pemimpin baru. Pada saatitulah, Sumitro mulai bicara mengenai kepemimpinan sipil.Secara terbuka dalam sebuah seminar, Sumitro berkata,“Kalau Presiden kita sipil, kita akan tenang memasuki abadke-21.” Sumitro meninggal sebelum abad ke-20 berakhir.

Pukul Anak Sindir MenantuBenny, Edi Sudrajat, Try Sutrisno, dan para jenderalpimpinan ABRI lainnya tidak senang melihat langkahSoeharto mengarahkan Golkar bergerak makinindependen dari ABRI. Mereka ingin ABRI tetapmengontrol kekuasaan. Mereka tidak percaya padakemampuan politisi sipil. Ditinjau dari titik pandang ini,

~124~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 132: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Sudharmono sebenarnya hanya sasaran antara, karenapada dasarnya, target serangan adalah kekuasaan dankebijakan Soeharto.

Ini juga lebih kurang sama dengan cerita di balikkebencian ABRI kepada Habibie yang menguasai hampirsemua industri strategis, termasuk industri yangsebelumnya berada di bawah penguasaan ABRI. Semuayang dikerjakan Habibie merupakan keputusan dankebijakan Soeharto sendiri. Jadi, sikap permusuhan ABRIkepada Habibie, sebenarnya sama saja duduk soalnyadengan sikap ABRI yang memusuhi Sudharmono danHarmoko.

Tindakan dan langkah politik Sudharmono danHarmoko semuanya berdasarkan “petunjuk BapakPresiden”, sebagaimana yang selalu diucapkan Harmoko.Jadi, sasaran ABRI sebenarnya adalah Soeharto. Parapembantu Bapak Presiden itu—termasuk Ali Murtopo danSudjono Humardani sekian tahun sebelumnya—jugacuma sasaran antara. “Pukul anak sindir menantu,” kataorang Melayu zaman dulu.

BENNY MOERDANI KELAHIRAN CEPU, DIBESARKAN DISOLO, JAWA TENGAH, putra dari seorang ibu berdarahIndo-Jerman, Yohana Roeche, kelahiran Tuban, JawaTimur. Ayah Benny adalah Raden Bagus Moerdani.Saudara-saudara Benny dari istri pertama Bagus Moerdanisemua beragama Islam, agama Bagus Moerdani. Pangabitu sendiri dibesarkan sebagai penganut Katolik oleh istrikedua Pak Moerdani yang beragama Katolik. Benny atau

~125~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 133: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Benyamin dipermandikan ketika masih bayi dan mendapatnama baptis Leonardus Benyamin. Ini penjelasanmengapa Benny Moerdani tidak punya nama Jawa.

Latar belakang pribadi yang demikian itu—Indo danKatolik—tampaknya ikut memacu Benny untuk lebihmembuktikan dia seorang Indonesia tulen dan patriotsejati yang mampu mengatasi semua aspek yang ada padalatar belakang pribadinya. Prof. Dr. Umar Kayam pernahbercerita suatu hal kepada saya tentang Benny remaja diSolo pada zaman Revolusi. Menurut Kayam, Bennypernah hampir membunuh ayahnya hanya karena sangayah bekerja pada perusahaan kereta api yang dikuasaiBelanda.

Solo waktu itu adalah wilayah Republik Indonesia yangdiduduki tentara kolonial sebagai akibat Agresi MiliterBelanda II. Benny remaja, berusia 14 tahun, ikut bergerilyabersama sejumlah anggota Tentara Pelajar. “Kalau tidakdicegah oleh anggota-anggota Tentara Pelajar yang lebihsenior, Benny bisa nekat menembak bapaknya,” kataUmar Kayam yang bersekolah di Solo pada masa itu.

PENELITIAN SAYA MENGENAI SIKAP atau kebijakanMoerdani sebagai Panglima ABRI terhadap Islam tidakmembuahkan hasil yang bulat. Sejumlah perwira seniormerasa punya bukti diperlakukan secara diskriminatifkarena mereka menjalankan syariat Islam dengan taat.Yang lainnya, terutama yang lebih junior, tidak merasaapa-apa. Tapi, umat Islam pada umumnya curiga kepadaMoerdani. Mengenang masa itu, Solahuddin Wahid—adik

~126~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 134: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

kandung Gus Dur—pernah dikutip oleh majalah Temposebagai mengatakan, “Seingat saya, perasaan tidaksenang umat Islam kepada Benny [waktu itu] kuat.”

Setelah mempelajari latar belakang perwira-perwiraitu saya berkesimpulan, yang dicurigai oleh Benny danpara perwira di sekitarnya serta para pengikutnya adalahmereka yang ditengarai sebagai menonjol keislamannya,misalnya dengan cara mengirimkan anak ke pesantrenkilat pada masa libur atau sering menghadiri pengajian.Umumnya perwira seperti ini tergolong dalam apa yang diJawa Tengah dan Jawa Timur biasa disebut sebagai orang-orang yang berlatar belakang santri.

Mayor Jenderal TNI Edi Budianto—terakhir AsistenIntel Kepala Staf Umum (Kasum) TNI sebelum meninggaltak lama setelah pensiun— pernah menceritakan kepadasaya pengalamannya ketika sebagai perwira pertamaberpangkat Kapten berdinas di Bais. Dia pernahditugaskan mengawasi seorang Kolonel. Perwiramenengah senior itu mengirimkan anak gadisnya kepesantren kilat pada masa libur. “Dicurigaifundamentalis,” kata Budianto.

Dalam pertanyaan yang harus dijawab para perwirayang mengikuti tes untuk kesempatan pendidikan militerlanjutan, dicantumkan pertanyaan-pertanyaan yangbertujuan mengetahui apakah para perwira yangberagama Islam bersedia menerima pemuda non-Muslimsebagai suami bagi anak gadisnya? Kalau jawabannyamenekankan perlu iman yang sama, maka perwiratersebut kabarnya bisa diduga akan bernasib buruk. Tidak

~127~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 135: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

dapat kesempatan sekolah. Sang perwira dicap fanatik.Artinya, hari depan karier militernya suram. Apakah inikebijakan yang digariskan Benny atau hanya tafsiran paraanak buah yang cenderung over acting?

Bersarung dan Berbaju KokoDari perlakuan terhadap perwira berlatar belakang santriitu mungkin bisa disimpulkan, tafsiran Benny terhadapideologi TNI adalah semacam ideologi sekuler yangmelihat agama semata urusan yang sangat pribadi, yangharus disembunyikan dari mata umum terutama bagimereka yang anggota TNI. Dan para perwira harus tundukpada ideologi TNI sesuai dengan tafsiran sekularistiktersebut. Sehubungan dengan ini sebuah sumbermenyebutkan Benny pernah menegur Pangdam Jaya,Mayjen TNI Try Sutrisno, yang melaksanakan ibadah shalatJumat dengan berpakaian baju koko dan bersarung.Moerdani kabarnya mengharuskan para perwiranyamelaksanakan ibadah di masjid dengan tetap berpakaianseragam militer.

Membicarakan sikap Moerdani terhadap Islam,menarik untuk memperhatikan pengamatan MarsekalMuda TNI (Purn.) Teddy Rusdy yang bertahun-tahunmenjadi pembantu dekat Benny. Menurut Teddy,

Dalam melihat masyarakat Indonesia, Benny menggunakan teoripendulum. Benny melihat pergeseran ke kiri dan ke kanan dalammasyarakat Indonesia. Ada saatnya ke kiri, yakni selama OrdeLama, dan ke kanan setelah Orde Lama tumbang. Intelijen yangdisusunnya sangat memperhitungkan gerak pendulum tersebut.

~128~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 136: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Maka, kebijakan Benny yang oleh banyak orangdipandang sebagai “anti-Islam”, mungkin sebaiknya jugadilihat dengan memperhitungkan teori pendulumnyatersebut.

Ideologi TNI versi Benny yang sekularistik itumengingatkan saya kepada sebuah iklan Free Masonry diPraha ketika saya bertugas di negeri tersebut. Iklan itudimuat oleh koran berbahasa Inggris, The Prague Postyang mengumumkan dibukanya pendaftaran menjadianggota baru. Orang Islam juga boleh masuk, tapisyaratnya, “Mereka tidak melaksanakan syariat Islam.” Inijuga mengingatkan saya pada Islam ateis di Uni Sovietdahulu. Geider Aliyev, anggota Politbiro yang berasal dariAsia Tengah adalah contoh Islam ateis. Artinya secarabudaya, dia Islam, tapi tidak menjalankan syariat Islam, dansebagai Komunis bahkan kemungkinan besar juga tidakpercaya adanya Tuhan.

Marah Karena Pesantren MasukGBHNSikap dan persepsi Benny yang sekularistik itulah yangkemungkinan besar diterjemahkan oleh bawahannya yangkadang ekstrem, bahkan over acting dan lalu menjadibahan pembicaraan sehingga akhirnya Benny dituduhanti-Islam.

Tentang sikap pribadi Benny sendiri terhadap Islam,Marsekal Madya TNI Ginandjar Kartasasmita, anggotaFraksi ABRI dan Ketua Ad Hoc Badan Pekerja-Majelis

~129~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 137: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Perwakilan Rakyat (BP-MPR), mencatat dalam bukunyaManaging Indonesia’s Transformation, pengalamannyadipanggil dan ditegur oleh Moerdani, ketika dia sedangmemimpin salah satu sidang Badan Pekerja-MPR . TulisKartasasmita,

Pada suatu hari di tengah-tengah rapat penting Komite Ad Hocyang saya pimpin, saya dipanggil oleh Jenderal BennyMoerdani, Pangab waktu itu. Atasan saya karena saya mewakiliABRI di MPR. Kepada saya, dia memprotes dimasukkannyakata “pesantren” dalam draf GBHN [Garis-Garis Besar HaluanNegara]. Pesantren adalah pendidikan tradisional Islam yangakar katanya adalah “santri” yang berarti orang yangmempelajari agama dan tinggal dalam semacam asrama.Pesantren biasanya berbentuk madrasah, atau sekolah agama.Pak Benny menentang dimasukkannya pesantren ke dalamGBHN dan menegur saya mengapa saya membiarkannya. PakBenny juga marah terhadap dimasukkannya “iman dan taqwa”,yang di Indonesia berarti kepercayaan dan ketaatan kepadaAllah Yang Mahakuasa dan satu-satunya Tuhan yang harusdisembah. Dengan memasukkan “Pesantren” serta “Iman danTaqwa” ke dalam GBHN, bagi Pak Benny itu sama saja denganmemasukkan “Piagam Jakarta” ke dalam GBHN.

Namun, tokoh terkemuka Nahdlatul Ulama (NU)Abdurrahman Wahid alias Gus Dur—pernah menjadiPresiden untuk waktu singkat—menampik pandanganyang mencurigai Moerdani sebagai anti-Islam. Mengakudekat dengan Moerdani sejak 1975, dalam sumbangannyapada buku L.B. Moerdani: Langkah dan Perjuangan(2005), Gus Dur menulis:

Sebagian teman menyatakan kepada penulis bahwa BennyMoerdani adalah musuh Islam yang sesungguhnya, tetapi

~130~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 138: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

penulis melihat kesimpulan itu sebagai sesuatu yang salah.Justru Pak Benny adalah orang yang melaksanakan polahubungan negara dan agama seharusnya. Di antaranya, diamemegang pendiriannya bahwa harus ada perbedaan yang tegasantara mana yang menjadi tanggung jawab negara dan mana milikagama itu sendiri.

~131~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 139: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

~132~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 140: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Benny dan santri.

Mengenai hubungan Moerdani dan Gus Dur, dalambuku Benny Moerdani: Yang Belum Terungkap tercatatkomentar Solahuddin Wahid mengenai hubunganabangnya dengan Moerdani. Menurut Solahuddin,

Gus Dur dan Benny Moerdani saling memanfaatkan. Bennybutuh Gus Dur sebagai pembuka pintu. Sedangkan bagi GusDur mendampingi Benny sebagai bagian dari permainannyamemperkuat posisi NU. Gus Dur memahami posisi politikBenny Moerdani (orang kuat rezim Orde Baru) dan mencobamemanfaatkannya … Gus Dur, setahu saya, lihai sekalimemainkan momentum seperti ini untuk kepentingan dia.

Pada bagian lain memoar Jusuf Wanandi, ada ceritamengenai hubungan Gus Dur dan Moerdani yang lebihkurang sama dengan kesaksian Solahuddin. Tapi, Wanandilebih menekankan peran Gus Dur melindungi Moerdanidari kebencian sementara masyarakat Islam.

KEMBALI KEPADA SALAH SATU TINDAKAN danperlakuan anak buah Moerdani yang bisa dipandangsebagai bukti adanya over acting, pernah terjadi diKopassus pada masa kepanglimaan Benny. Kejadiannyaseperti berikut. Seorang perwira senior pada suatu harimenginspeksi ruang kerja para perwira bawahannya.Ketika melihat sajadah tersampir di kursi, sang Komandanbertanya, “Apa ini?”. Jawab sang Perwira, “Sajadah untukshalat, Komandan.” Dengan membentak, sangKomandan berkata, “TNI tidak mengenal ini.” Komandanyang sama juga kabarnya sering mengadakan rapat staf

~133~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 141: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

pada saat menjelang waktu ibadah Jumat sehinggamempersulit para perwira yang akan shalat Jumat.

Mengenai perlakuan buruk terhadap perwira-perwirayang beragama Islam, politikus partai Islam, HartonoMardjono, pernah dikutip Koran Republika (edisi 3 Januari1997) sebagai menyebut rekrutmen untuk menjadiperwira Kopassus pada masa kepanglimaan Moerdanisangat diskriminatif terhadap mereka yang beragamaIslam. Menurut informasi Hartono Mardjono, kalaudirekrut 20 orang, 16 di antaranya adalah perwiraberagama Kristen atau Katolik, dua dari Islam, satu Hindu,dan satunya lagi Buddha.

Masih berhubungan dengan agama, menarik untukdicatat, Benny yang Katolik, menurut cerita Letjen TNI(Purn.) Soedibyo—dalam buku peringatan 70 tahun usiaBenny—pernah memasuki wilayah Masjidil Haram diMakkah, ketika mengawal Presiden dan keluarganyamelakukan ibadah umrah. Yang terakhir ini jelas bukankesalahan Benny. Sebagai seorang Muslim, Soehartoseharusnya mengingatkan para pengawalnya, yang bukanMuslim tidak dibolehkan menginjak Tanah Haram, yakniwilayah di sekitar Makkah dan Madinah yang disucikandan dimuliakan umat Islam.

Ketika bercerita di kantor Bais mengenaipengalamannya berada di sekitar Ka‘bah, Benny kabarnyamenyatakan kekagumannya kepada Masjidil Haram danmenganjurkan kepada para anak buahnya yang Muslimagar menyempatkan berziarah ke tempat suci tersebut.

Bahwa Benny nekat masuk ke wilayah Masjidil Haram,

~134~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 142: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

itu suatu petunjuk bagaimana bodyguard itu sangat seriusmengawal dan menjaga keamanan Bapak Presiden dankeluarganya. Untuk urusan keselamatan Soeharto, Bennytidak pernah percaya orang lain. Ke mana Soeharto pergi,Benny harus menyertainya. Bahkan, dalam acara-acarakeluarga di Cendana, tanpa diundang, Benny hampirselalu hadir. Konon Ibu Tien Soeharto pernahmengeluhkan kegiatan pengamanan Benny itu sebagaimengganggu privasi keluarga.

Hubungan Bapak dan AnakSiapa sebenarnya Benny Moerdani? Atau, mungkinpertanyaan yang lebih relevan, siapa sebenarnyaSoeharto yang menciptakan fenomena Moerdani? Itumemang pertanyaan yang tidak mudah dijawab. Tidaklama setelah menjadi Pangab, kepada wartawan FarEastern Economic Review, David Jenkins, Benny mengakuhubungannya dengan Soeharto bagaikan hubunganbapak dengan anak. Beda umur Soeharto-Benny adalah 12tahun. Pertanyaan terhadap pernyataan Moerdani iniadalah apakah Soeharto juga melihat hubungannyadengan Benny bagaikan hubungan anak dengan bapak?

Benny mengenal Soeharto dari dekat ketika keduanyabertugas dalam Operasi Trikora. Soeharto PanglimaMandala dan Moerdani Komandan Operasi Naga yangditerjunkan di belantara Irian Barat. Kelak ketika Soehartosudah menjadi Presiden, sementara Benny masih di KualaLumpur dan kemudian Seoul, setiap Kepala Negara ke luarnegeri Benny selalu didatangkan khusus dan ditugasi

~135~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 143: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

sebagai penasihat pengamanan. Ini berarti Soeharto sejaklama sudah mengenal dan mengakui keandalan Moerdanisebagai security officer.

~136~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 144: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

~137~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 145: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Soeharto dan Benny Moerdani.

MESKI JAUH DI LUAR NEGERI, Moerdani secara teraturmengikuti perkembangan politik dan keamanan diIndonesia, terutama ketika hari-hari tegang menjelanghuru-hara Januari 1974. Maka, ketika telepon panggilandari Ali Murtopo (disampaikan oleh Kolonel AloysiusSoegianto) diterimanya, Moerdani langsung siapmeninggalkan Seoul dengan penerbangan terakhir keHong Kong malam itu juga. Keesokan paginya Kolonelyang menjadi Kuasa Usaha KBRI Seoul itu melanjutkanpenerbangan ke Jakarta. Di ibu kota, dengan segeraSoeharto memberi peran amat besar kepada Moerdani.

Namun, dengan segala kekuasaan yang dipercayakanSoeharto kepada Moerdani, hubungan mereka tidakbersifat emosional sebagaimana layaknya hubungan anakdengan bapak. Ketika Moerdani sudah mulai mendeteksiada yang kurang beres pada tingkah laku Soeharto dankeluarganya, sikapnya mulai berubah. Soeharto jugamendadak menjaga jarak dan secara berangsur-angsurmenjauhkan Moerdani dari lingkungan sang Presiden.

Adapun Benny, menurut Dr. Ben Mboy—doktermiliter yang ikut terjun bersama Moerdani di wilayah IrianBarat pada masa Trikora—dia menganggap negara adalahsegala-galanya. Dia menuntut pengabdian semua orangkepada negara. Termasuk Soeharto. Ironisnya, pada saatyang sama, Moerdani juga memandang Soeharto layaknyaseorang kawula melihat Rajanya.

~138~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 146: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

“Dia Mengancam Fikri dengan Pistol”Lama setelah disingkirkan oleh Bapak Presiden, Bennymasih marah kepada siapa saja yang menjadikan Soehartobahan lelucon. Jusuf Wanandi menyaksikan bagaimanamarahnya Moerdani kepada Fikri Jufri—wartawan majalahTempo—yang menceritakan lelucon mengenai Soehartodi depan Moerdani. “Dia mengancam Fikri dengan pistol,padahal waktu itu Benny sudah lama pensiun,” tuturWanandi. Tampaknya sulit bagi mantan Pangab itumembedakan antara Soeharto dan negara. Kegalauanpada cara pandang yang demikian itulah yang, saya kira,akhirnya menjadi sumber tragedi bagi hidup Moerdani.

Mantan Pangab dan mantan Raja Intel itu adalahseorang patriot yang sejak muda memilih tentara sebagailapangan pengabdiannya. Dalam perjalanan kariernyasebagai militer, Moerdani tampaknya sampai pada pikiranbahwa ideologi tentara—pengabdian total kepada negara—yang dianutnya harus menjadi pegangan semua orangIndonesia. Oleh karena itu, siapa saja yang bersikap laindari sikap ABRI, dicurigainya. Kecuali sikap dan carapandang kenegaraan ABRI—suatu cara pandang yangtidak dilihatnya ada dalam kalangan sipil—bagi Moerdani,semua sikap dan cara pandang lain tidak punya tempat diIndonesia, terutama dalam ABRI. Ini juga, saya duga,penjelasan bagi sikapnya yang kemudian engganmendukung kebijakan Soeharto yang menugaskanSudharmono mengarahkan Golkar makin independen dariABRI.

Benny memang menganggap rendah politisi sipil sejak

~139~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 147: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Presiden Sukarno memerintahkan penaikan bendera putihdi depan Gedung Negara Yogyakarta pada 19 Desember1948. Dalam hal ini, Benny tidak sendiri. Hampir semuaperwira TNI generasi pertama menganggap rendah parapolitisi sipil. Orang yang memberi landasan doktrin kepadasikap ini adalah Nasution. “Jalan Tengah” yang kemudianditingkatkan Presiden Sukarno menjadi doktrin“Dwifungsi” adalah pernyataan paling jelas dariketidakpercayaan—kalau bukan kebencian mendasar—militer Indonesia generasi pertama kepada kaum sipil.

~140~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 148: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

~141~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 149: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Sebagai seorang Katolik, Moerdani mengaku kepadasaya dia bukanlah Katolik yang baik. Sebagai orang JawaTengah, Benny mungkin memang lebih tepat digolongkansebagai Katolik abangan. Sikapnya yang kurangbersahabat kepada Islam, hingga dia dituduh anti-Islam,mungkin sebagian besar bersumber pada latar belakangbudayanya yang abangan. Dan kalau kemudian diabersahabat dengan Gus Dur, itu juga lebih mudahdimengerti dengan melihat kedekatan kaum abangandengan golongan Islam tradisional dibanding hubungantidak bersahabat kaum abangan dengan dengan Islammodernis.

JAUH SETELAH BENNY TERSINGKIR dari pusatkekuasaan, beberapa tahun sebelum dia jatuh sakit yangakhirnya berakhir pada kematiannya, saya berkesempatanbeberapa kali mewawancarainya di CSIS, yang terletak diJalan Tanah Abang III, Jakarta Pusat. Wawancaradimungkinkan oleh bantuan Harry Tjan Silalahi, salahseorang pendiri dan pimpinan di CSIS yang juga temanlama Benny.

Pertemuan pertama kami dibuka dengan agakdramatis. “You ICMI, ya?” Tanya Benny dengan nadasetengah menuduh, ketika saya baru saja duduk. Karenadia tidak berkuasa lagi, meski saya masih tetap takutpadanya, saya tertawa sambil dengan santai berkata,“Bagaimana Bapak ini? Masa Raja Intel tidak tahu saya initidak pernah masuk organisasi, kecuali Persatuan

~142~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 150: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Wartawan Indonesia (PWI). Itu pun karena diwajibkanpemerintah Orde Baru bagi kami yang mencari makansebagai wartawan.”

Kepada Benny saya jelaskan, saya bukan anggota ICMI(Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia) tapi itu tidakberarti saya anti-ICMI. Dulu sebagai mahasiswa yangberagama Islam, saya juga tidak masuk HMI (HimpunanMahasiswa Islam), PMII (Perhimpunan Mahasiswa IslamIndonesia), atau IMM (Ikatan MahasiswaMuhammadiyah). Bukan karena saya anti, melainkankarena saya malas saja. Teman saya dulu banyak di HMI,PMII, dan IMM, seperti sekarang banyak juga di ICMI. Tapibarangkali karena saya punya kecenderungan tidak sukadiatur, maka saya pilih jadi orang bebas saja. “Mungkinkarena saya melihat diri saya sebagai seniman,” kata sayamenjelaskan. Pada saat wawancara itu, saya kebetulanmemang sedang menjabat sebagai Ketua DewanKesenian Jakarta (DKJ).

ICMI, Helikopter dan B.J. HabibieSetelah itu, Benny mulai bercerita tentang bahaya ICMIsebagai organisasi sektarian, suatu tuduhan yang seringjuga saya dengar dari Gus Dur. Benny cerita bagaimana diaberkali-kali mengingatkan Soeharto mengenai bahayaICMI. Dia menyebut nama Imaduddin Abdurrahim,seorang tokoh ICMI, yang katanya diusir dari Malaysiakarena sikapnya yang radikal. Karena sang Presidentampaknya sudah berketetapan mendirikan ICMI,peringatan Benny disepelekan saja.

~143~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 151: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Perubahan orientasi politik dan hubungan PresidenSoeharto dengan Moerdani digambarkan dengan menarikoleh Ginandjar Kartasasmita dalam memoarnya. MenurutKartasasmita,

Sebagai seorang yang pragmatis, Soeharto melihat kekuatanIslam politik berkembang dan berpengaruh kepada kekuasaan.Pada tahun tujuh puluhan, pemerintah mengirimkan banyakmahasiswa dari IAIN [Insitut Agama Islam Negeri] dansejumlah anggota HMI belajar di luar negeri. Mereka padapulang dengan gelar doktor. Nurcholish Madjid, Amien Rais,Ahmad Syafii Maarif—semuanya pulang dari belajar diAmerika dengan gelar doktor dengan gagasan-gagasan Islampolitik modern.

Pak Harto melihat sesuatu harus dilakukan menanggapiberkembangnya pengaruh golongan intelektual Islam baru itu.Dia juga melihat kelompok Moerdani makin merupakan bebanbagi sang Presiden. Untuk hari depan kepentingan politiknya,Soeharto merasa harus berbaikan dengan kekuatan Islam yangsedang bangkit tersebut, meski untuk tujuan itu dia harusmenyingkirkan Moerdani.

Terhadap sikap Moerdani tentang perubahan orientasipolitik Soeharto yang antara lain bermuara pada lahirnyaICMI, Teddy Rusdy menjelaskan,

Moerdani sebagai minoritas ganda, sadar betul terhadapkerawanan dan “sense of survival” minoritas vis a vismayoritas. LBM berpandangan, kalau ingin mencerdaskan umatIslam, cerdaskan seluruh rakyat Indonesia yang 80% lebihberagama Islam. Jadi, kehadiran ICMI dipandangnya lebihbanyak mudaratnya daripada manfaatnya. Ini adalah sikapABRI dan disuarakan juga oleh Jenderal Try Sutrisno danJenderal Edi Sudrajat yang beragama Islam.

Tentang ICMI dan latar belakang dukungan Presiden

~144~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 152: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Soeharto terhadap perkumpulan cendekiawan Muslim itu,Sarwono Kusumaatmadja juga punya informasi menarik.Berikut ini penuturannya kepada saya pada 10 Mei 2012:

Setelah ICMI terbentuk, sejumlah orang meminta saya menjadiketua PCPP [Persatuan Cendekiawan Pembangunan Pancasila].Saya menolak dengan alasan, menyebut diri cendekiawan adalahsatu arogansi. Itu juga alasan saya menolak masuk ICMI.Penolakan saya itu tak lama kemudian saya ceritakan kepadaPak Harto. Komentar Pak Harto, “Ah, orang-orang ituketakutan saja kepada ICMI. Nggak usah khawatir kepadaICMI. Itu, kan saya yang bikin. Maksudnya untukmengandangi, termasuk yang radikal, agar tahu mereka maunyaapa dan lagi mengerjakan apa. Untuk memastikan ICMI ituterkendali, saya pasang Habibie di situ. Mengapa Habibie? Ya,karena kalau saya taruh Sarwono di situ, susah dipercaya,namanya nama Jawa. Kalau Habibie, namanya BaharuddinJusuf, ya pasti Islam. Saya senang situ menolak jadi ketuaPCPP. Mereka itu konyol saja dan tidak tahu ICMI itu bikinansaya untuk mengerangkeng orang-orang itu.

Informasi yang bersumber dari Sarwono itu mendapatdukungan Robert W. Hefner, seorang profesorantropologi dari Boston University, Amerika Serikat, yangdapat dibaca dalam bukunya, Civil Islam: Muslim AndDemocratization in Indonesia (2000). Menurut Hefner,

Jelas sekali bahwa sejak awal ICMI tidak akan pernah menjadisebuah badan independen sebagaimana yang diimpikan olehpara mahasiswa dan aktivis [Islam]. Soeharto dari semula sudahbermaksud memanfaatkan ICMI untuk tujuan politiknyasendiri. Habibie juga dari awal sudah berencana mengontrolICMI dengan menggunakan teman-temannya para birokrat.ICMI hanyalah lembaga terbaru yang diciptakan Soeharto untukmengooptasi dan mengerangkeng oposisi.

~145~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 153: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Sadar pada posisinya yang amat bergantung padaSoeharto, B.J. Habibie membaca keinginan BapakPresiden dengan saksama serta mengamati danmenyadari hubungan yang makin tegang antara pimpinanmiliter dan Soeharto. Itulah latar belakang mengapa yangdidudukkan Habibie pada pucuk pimpinan ICMI adalahpara birokrat yang loyalitasnya tidak diragukan sang Ketua.Tidak menjadi soal bagi Habibie apakah para birokratloyalis tersebut punya track record Islam atau tidak. Jugatidak menjadi soal apakah mereka berlatar belakang santriatau abangan.

~146~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 154: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Habibie dan Soeharto.

~147~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 155: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Dengan menutup kemungkinan bagi cendekiawandan aktivis Islam memanfaatkan ICMI sebagai mediumberpolitik, Habibie berharap menyenangkan Soeharto danmiliter. Tentu saja kebijakan pemimpin ICMI yang demikianitu mengecewakan banyak aktivis dan cendekiawan Islamyang pada mulanya berharap banyak pada organisasi yangdibentuk dengan restu dan dukungan Presiden Soeharto.Salah seorang yang secara terbuka menyatakankekecewaannya adalah Nurcholish Madjid, tokoh pemikirpembaruan Islam terkemuka waktu itu. Tidak lama setelahICMI terbentuk, Nurcholish meninggalkan organisasibentukan Soeharto itu.

SERANGAN KEPADA ICMI menjadi makin serius karenaB.J. Habibie yang menjadi ketuanya. Kali ini masalahnyabukan soal ancaman ICMI sebagai “kekuatan sektarian”seperti yang sering dituduhkan oleh Gus Dur dan BennyMoerdani. Jauh sebelum ICMI terbentuk, Habibie sudahlama tidak populer di kalangan pimpinan ABRI. Ini lebihmerupakan soal rezeki, karena secara politik ABRIsebenarnya memang tidak pernah melihat Habibiesebagai ancaman.

Atas keputusan Presiden, hampir semua proyektentara yang berhubungan dengan teknologi diserahkankepada Habibie. Salah satu di antara banyak proyek ituadalah pabrik kapal terbang Nurtanio di Pangkalan UdaraHusein Sastranegara, Bandung. Pabrik kapal terbang yangsekarang dikenal sebagai PT Dirgantara Indonesia (PT DI)itu, pada mulanya milik Angkatan Udara yang

~148~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 156: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

pembangunannya dipelopori Nurtanio.

“Benny Itu Korban Saja”Suatu kali, Habibie merencanakan perluasan pabrik danuntuk itu kegiatan militer di pangkalan udara HuseinSastranegara harus dipindahkan. Soeharto pada mulanyamendukung gagasan Habibie. Pangab Moerdani gagalmeyakinkan Soeharto mengenai bagaimana mahal dansulitnya memindahkan sebuah pangkalan udara militer.Benny lalu memerintahkan Marsekal TNI Sukardi, KepalaStaf Angkatan Udara, untuk bicara langsung kepada BapakPresiden. Soeharto akhirnya berhasil diyakinkan. Rencanapenggusuran Pangkalan Militer Husein Sastranegara batal.

Ketika Soeharto memintanya memimpin ICMI sebagaiKetua, Habibie pada mulanya menolak. Dia merasa sudahtidak punya waktu tersisa lagi. Waktu itu jabatannya sudahsekitar 25. Baru setelah Soeharto menjelaskan apa artiICMI kepada Habibie yang hingga waktu itu memang tidakbanyak tertarik soal politik, jabatan Ketua diterimanya.Begitu cerita orang-orang di sekitar B.J. Habibie kepadasaya. Apa sebenarnya yang dibisikkan Soeharto kepadaHabibie ketika membujuk Menteri Riset dan Teknologi(Menristek) itu menerima kedudukan Ketua ICMI? Itulahyang menarik.

Menurut seorang petinggi Lembaga IlmuPengetahuan Indonesia (LIPI), dari sebuah pertemuantertutup dan terbatas dengan Habibie, dia menyimpulkan,dibentuknya ICMI tidak terlepas dari kecemasan Soehartoterhadap ancaman vokalnya “Rainbow Coalition”, yang

~149~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 157: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

merupakan kumpulan kekuatan sekuler dari berbagaigolongan minoritas, tokoh-tokoh militer yang berpalingdan menjauh dari Soeharto, dan juga para pengikut GusDur.

TENTANG HABIBIE, BENNY JUGA BERCERITA kepadasaya apa yang disebutnya sebagai “kebohongan” MenteriRiset dan Teknologi itu kepada Soeharto. Ini mengenaiprospek penjualan helikopter Puma rakitan Bandung.Cerita tentang Habibie, dalam versi yang sama, sayadengar juga dari Teddy Rusdy. Menurut cerita Teddydalam wawancaranya,

Pada suatu hari dalam suatu sidang kabinet, Habibie melaporkanrencana Iran membeli helikopter Super Puma yang dirakit diBandung. Waktu itu sedang berkecamuk Perang Iran-Irak. Kamiorang intel ingin tahu apakah Iran hanya akan membelihelikopter kosong atau dengan senjata? Kalau dengan senjata,apa senjatanya? Kemudian kami tahu bahwa yang akan djual ituadalah helikopter yang dilengkapi senjata Exocet yang memangdibuat di Indonesia dengan izin Prancis dan Jerman.

Saya diperintahkan Benny terbang ke Prancis mengecekapakah Habibie punya izin menjual Exocet itu ke negara ketiga.Mereka terkejut dan mengancam mengembargo Indonesia jikasenjata itu dijual ke negera ketiga. Akhirnya, rencana penjualansenjata itu berhenti di tengah jalan setelah Benny dan sayamelapor ke Pak Harto.

Masih mengenai Habibie, menurut seorangpurnawirawan yang pernah bertugas di Bais, Benny jugasangat khawatir melihat Menteri Ristek itu bekerja selamatiga bulan di pabrik kapal terbang Jerman, tempat Habibiedulu memulai kariernya pada industri kapal terbang.

~150~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 158: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Katanya, kegiatan di Jerman itu atas persetujuanSoeharto. Dengan alasan keamanan, Benny berpendapatseorang menteri tidak boleh merangkap jabatan lain diluar negeri.

Habibie memang seorang pejabat tinggi di pabrikkapal terbang MBB (Messerschmitt Bolkow-Blohm)sebelum dipanggil pulang Presiden Soeharto. Terhadappernyataan serta sikap Benny dan Teddy Rusdy mengenaiB.J. Habibie, Presiden Ketiga Republik Indonesia itu, lewatsebuah wawancaranya dengan saya pada 9 Januari 2012,menjelaskan:

Saya banyak pekerjaan di sini. Begitu banyak jabatan saya.Tidak ada cukup waktu. Bagaimana mungkin saya bisa ke MBBselama tiga bulan ketika saya telah jadi Menteri? Yang benarsaja, dong.

Saya ini seorang profesional dan tahu mengenai apa artiembargo. Bagaimana mungkin saya akan menjual helikopterkepada Iran yang waktu itu perang dengan Irak dan sedangdiembargo oleh Barat. Saya sampaikan rencana penjualanhelikopter di sidang kabinet? Never. Silakan periksa semualaporan sidang kabinet di Setneg.

Saya memang pernah diundang ke Iran waktu itu. Tapi,saya tolak. Saya tidak mungkin kerja sama dengan mereka. Sayatidak mau melanggar embargo.

Bisa saja ada orang lain yang menggunakan nama Habibie.Lagi pula kita di Bandung tidak membikin Exocet. Dari manaceritanya saya mau ekspor Exocet?

Tentang hubungannya dengan Benny Moerdani,kepada saya Habibie memulai ceritanya pada hari-haripertamanya di Jakarta pada 1974 setelah dipanggil pulangdari Jerman. Menurut penuturannya sendiri, Habibie tibadi Indonesia beberapa saat setelah Malari. “Saya tiba di

~151~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 159: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Jakarta ketika jam malam baru saja dicabut.” Habibie lalubercerita bagaimana pertemuan pertamanya denganKolonel Moerdani yang selalu dipanggilnya dengan “MasBenny”.

Entah apa alasannya, Pak Harto memutuskan saya harus dijaga.Yang ditugaskan adalah Benny Moerdani. Waktu itu Bennymasih Kolonel, baru ditarik dari Seoul. “Kenal Benny?” tanyaPak Harto. “Tidak.” Yah, bagaimana saya kenal, siapa orang itu?Pak Harto selanjutnya mengatakan, “Dia akan jadi Kepala IntelHankam dan saya tugaskan menjaga kamu biar tidak digangguoleh siapa pun.” Ketika saya jumpa di markas intel di Tebet,sekarang Balai Sudirman, dia baru saja naik pangkat menjadiBrigjen. Kami berbahasa Belanda. Semua pembantunya diakenalkan kepada saya waktu itu.

Untuk waktu yang lama, hubungan Benny denganHabibie amat dekat. Habibie mengaku sangat hormatkepada Benny yang dipandangnya sebagai seorangpahlawan yang sangat loyal dan penjaga keamananSoeharto dengan serius dan sepenuh hati. Di GedungBPPT, Jalan M.H. Thamrin, kantor Habibie, Benny jugamendapat kantor. Seorang teman dekat Moerdanibercerita bagaimana Benny menjaga Habibie layaknyaaparat sekuriti Amerika menjaga Wernher von Braun, ahliroket Jerman yang dibawa Amerika dari Jerman setelahPerang Dunia II berakhir.

Menurut penuturan Habibie, hubungan dirinya makinlama makin erat dengan Soeharto, sementara hubunganBapak Presiden dengan Benny—terutama setelahmenjadi Pangab—makin lama makin berjarak. Hubungan

~152~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 160: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Habibie-Moerdani memuncak buruk ketika Bennytersingkir dari lingkungan Soeharto. Habibie merasa sejakitu Benny cemburu kepadanya. Tersingkirnya Bennydigambarkan Habibie sebagai berikut:

Benny yang sangat profesional sebagai intel melihat gejalakedekatan keluarga Pak Harto dengan kalangan bisnis sebagaibisa merusak kedudukan dan citra Pak Harto. Sebagai orangyang bertanggung jawab atas keselamatan Presiden, Bennymenyampaikan kecemasannya tersebut. Ini disalah mengerti danlalu dimanfaatkan oleh orang-orang banyak di sekitar Soehartoyang memang tidak senang melihat Benny yang amat berkuasa.Benny itu korban saja.

“Soeharto Itu yang Anti-Islam”Pada wawancara kedua di tempat yang sama, saya mulaimemberanikan diri bertanya tentang sikap Moerdaniterhadap tuduhan anti-Islam yang diarahkan kepadanya.Benny marah, mukanya merah, terdiam cukup lama. Sayajadi ketakutan. Tiba-tiba dia berkata, “Kok, saya yangdituduh anti-Islam. Soeharto itu yang anti-Islam.”

Moerdani tidak memerinci lebih jauh alasannyamenuduh Soeharto anti-Islam. Tapi sebagai peneliti peranpolitik tentara, saya tahu pada awal Orde Baru, Soehartomemang ada menunjukkan sikap alergi pada Islam. Sayasendiri pernah menyaksikan Soeharto melotot kepadaseorang santri wanita yang menyarankan agardemonstrasi dukungan kepada ABRI yang berlangsung dihalaman Kostrad pada hari-hari pertama pasca-Gestapuitu, ditutup dengan doa.

Harry Tjan Silalahi, Sekretaris Jenderal Partai Katolik

~153~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 161: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

yang bersama Subchan Z.E., Ketua Pengurus BesarNahdlatul Ulama (NU), berperan penting padapengganyangan PKI pasca-Gestapu, sering kali jumpaPangkostrad/Pangkopkamtib Soeharto. Harry yangkemudian dekat dengan Soeharto bisa cerita banyakmengenai sikap negatif sang Jenderal terhadap Islam.

Bersama Subchan Z.E., Harry suatu hari menemuiSoeharto di Markas Kostrad beberapa saat setelahGestapu. Menjelang akhir pertemuan, Subchanmenyampaikan rencana aksi massa berikutnya denganmengucapkan kata Insya Allah. Soeharto amatterganggu. “Mengapa harus pakai Insya Allah?” tanyanyadengan kesal. Ketika sudah berada di luar, Subchan yangberasal dari keluarga santri daerah Kudus, Jawa Tengah,berkomentar kepada Harry, “Wah, Soeharto ini memangabangan tulen.”

Cerita lain tentang Soeharto dan Islam dari Harry bisadibaca pada buku Tengara Orde Baru: Kisah Harry TjanSilalahi yang terbit pada 2004. Pada buku tersebutdikisahkan pertemuan Harry Tjan bersama beberapatokoh masyarakat dengan Soeharto di Markas BesarAngkatan Darat pada 24 Februari 1966. Tokoh-tokoh anti-Komunis yang menjumpai Soeharto itu, antara lain,Kasimo dari golongan Katolik, Kiai Dahlan dari NU, danLukman Harun dari Muhammadiyah. Soeharto didampingiJenderal Alamsyah, Jenderal Panggabean, JenderalSugiarto, dan Jenderal Basuki Rahmat.

Dalam pertemuan tersebut, Soeharto menyempatkanbertanya kepada Kiai Dahlan mengenai kegiatan NU

~154~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 162: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

membicarakan kembali “Piagam Jakarta”. Kiai Dahlanmenjelaskan, dalam Piagam tersebut umat Islamdiwajibkan menjalankan “syariat Islam”.

Soeharto menukas dengan bertanya, “Apa itu sarengat(sarengat [Jawa] = syariat) Islam? Lalu, Kiai itu menjelaskansecukupnya dan Soeharto kembali bertanya, “Bagaimana dengansaya yang abangan ini dan orang-orang Islam abangan lainnya?Apakah akan dipaksa-paksa melakukan sembahyang dan lain-lainnya?” Oleh Kiai Dahlan dijawab, bahwa hal tersebutbergantung pada orangnya. Maka dikatakan oleh Soehartobahwa persoalan Piagam Jakarta tidak perlu dipersoalkan danmeminta agar persoalan Piagam Jakarta itu tidak diteruskan.

Menurut Harry, Lukman Harun kemudianmengomentari kejadian tersebut dengan menyimpulkanbetapa alerginya Soeharto terhadap Islam. Tapi, Harryyang lahir di Yogyakarta dan dibesarkan dalam budayaJawa, tahu bahwa pendirian Soeharto itu adalah sikapkaum abangan sejati. Menurut Harry,

Soeharto selalu mengatakan dia Islam, tapi dia Islam hakekat,bukan Islam syariat. Bersama Sudjono Humardani, Romo Giat,Romo Misran, Romo Budi, semua mereka itu orang kebatinan,penganut Islam hakekat, bukan Islam syariat.

Inilah yang menyebabkan Harry—bahkan lamasetelah Soeharto meninggal—tetap percaya bahwa ber-Islamnya Soeharto (menjalankan syariat) pada masatuanya, lebih banyak disebabkan pertimbangan politik.“Mencari dukungan Islam,” katanya. Pendapat yang samajuga pernah saya dengar dikemukakan Gus Dur.

Namun, Lukman Harun, tokoh Muhammadiyah yang

~155~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 163: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

berlatar belakang budaya Islam Minangkabau, percayaSoeharto pada masa tuanya mendapat hidayah Allah,bertobat, dan lalu jadi Muslim yang taat. Karenaperbedaan pandangan terhadap Soeharto itu, Harry Tjandan Lukman serta kaum mereka masing-masing berselisihjalan pada 10 tahun terakhir kekuasaan Soeharto.

Padahal, mungkin saja Soeharto memang “mendapathidayah Allah” secara pribadi. Dalam masyarakat Jawa, haldemikian bukan jarang terjadi. Tapi sebagai politikus, tentubisa lain lagi ceritanya. Sejarah karier politik Soehartomenunjukkan dengan jelas kecanggihan mantan Presidenitu memanfaatkan siapa saja bagi keutuhan dankelanggengan kekuasaannya. Soeharto tidak pernahbergantung pada dukungan siapa saja, ABRI, kaumsekuler, maupun Islam. Yang terjadi adalah berkatkecanggihan politiknya, semuanya bergantung padaBapak Presiden.

Komando Jihad Diciptakan KemudianDihancurkanPada masa awal kekuasaan Soeharto, setelahmembereskan PKI, para pengikut Sukarno, dan paratokoh pelopor Orde Baru (Kemal Idris, H.R. Dharsono, danSarwo Edhie), kekuatan Islam politik menjadi targetSoeharto berikutnya. Yang mula-mula menjadi operatormelaksanakan kebijakan anti-Islam Soeharto adalah AliMurtopo. Waktu itu Moerdani masih menjabat KonsulJenderal di Kuala Lumpur sebelum kemudian pindahmenjadi Kuasa Usaha di KBRI Seoul.

~156~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 164: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Dalam rangka itulah, kemudian muncul ceritamengenai Komando Jihad yang diciptakan untukkemudian dihancurkan. Ini adalah salah satu cara AliMurtopo “meneror” kekuatan Islam politik, terutamamenjelang Pemilihan Umum 1971. Waktu itu kubuSoeharto masih belum yakin pada kesanggupan Golkar—kendaraan politik tentara—mengumpulkan suara secarasignifikan dalam pemilihan umum pertama Orde Baru.

Kelompok yang dipakai Murtopo untuk operasinya itu,antara lain, adalah para mantan Darul Islam (DI) danTentara Islam Indonesia (TII) yang menurut para perwiraKodam Siliwangi sudah lama mereka “jinakkan”. Orang-orang Siliwangi itu amat kesal kepada kegiatan Murtopo“membangkitkan” kembali para mantan DI/TII tersebut.“Komando Jihad” itu menurut Panglima Siliwangi waktuitu, Mayor Jenderal TNI Himawan Sutanto, adalah “jadi-jadian”. Tapi, para perwira di Bandung tidak bisa berbuatapa-apa menghadapi pembantu dekat Presiden tersebut.

Memanfaatkan para mantan DI/TII itu adalah taktikMurtopo yang mula-mula dipraktikkannya ketikamenghadapi PKI. Dia, antara lain, menggunakan paramantan DI/TII itu untuk menghadapi orang-orang Komunissetelah Gestapu. Jauh sebelumnya, di Sumatra Barat,sebagai perwira intel dalam pasukan yang beroperasimenumpas PRRI, Ali Murtopo melakukan hal yangsebaliknya. Di Sumatra Barat, Murtopo menggunakananggota-anggota Pemuda Rakyat (PR), organisasi pemudaKomunis yang tergabung dalam Organisasi PertahananRakyat (OPR), dalam mengejar tokoh-tokoh PRRI.

~157~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 165: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Langkah Ali Murtopo itu mendapat dukungan KolonelPranoto Reksosamodra, Panglima Operasi yang memangberkecenderungan kiri.

Menurut sebuah sumber di Padang, Kolonel DahlanJambek, seorang tokoh PRRI dan mantan pejabat tinggi diMarkas Besar Angkatan Darat, tewas di tangan OPR ketikadia dalam perjalanan menyerahkan diri ke pos pasukanTNI. Sumber tersebut menjelaskan adanya kontak antaraKolonel Jambek dan pimpinan militer mengenairencananya menyerahkan diri. Untuk itu, sebagai mantanpetinggi di Markas Besar Angkatan Darat, dia minta agardijemput oleh Panglima. Tapi, tempat dan waktupenjemputan bocor atau dibocorkan kepada OPR yanglebih dulu datang “menjemput” sang Kolonel.

DI/TII yang dibangkitkan dan dimanfaatkan AliMurtopo itu kemudian ternyata tidak seluruhnya bisadijinakkannya kembali. Ini lebih kurang sama ceritanyadengan menggunakan Gali di Jawa Tengah yang akhirnyaberada di luar kontrol Murtopo. Para Gali dihabisi olehanak buah Letkol Mohammad Hasbi lewat operasi yangkemudian dikenal sebagai Petrus [penembak misterius],sementara kegiatan bekas-bekas DI/TII dalam bentukNegara Islam Indonesia (NII) masih terus menghantuimasyarakat hingga awal abad ke-21.

Salah seorang korban “cuci otak” NII adalahkeponakan kami. Bukan cuma kuliahnya berantakan,keponakan kami itu juga “dipaksa” melakukan tindakkriminal yang menjadikan milik orangtuanya sebagaisasaran. Keluarga kami memerlukan waktu lama untuk

~158~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 166: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

“mengobati” anak tersebut sebelum pada akhirnya bisakembali kuliah, setelah kehilangan waktu enam tahun.

BERBEDA SEDIKIT DENGAN PENGAMATAN HARRY TJANSILALAHI, Jusuf Wanandi—yang tidak berlatar belakangbudaya Jawa—melihat Soeharto pada masa tuanyamemang tampak berangsur berubah terhadap Islam.Meski secara politik tetap saja seperti sejak awal OrdeBaru. Menurut Jusuf Wanandi,

Pada awal masa kepresidenannya, hubungan Soeharto lebihdekat kepada mistik Jawa daripada kepada Islam. Tapi padaakhir delapan puluhan, dia menjauhkan diri dari mistik Jawa(demikian juga ingatannya kepada Sudjono Humardani, temanseperguruannya dalam mistik Jawa) demi menaikkan citranya dimata masyarakat Islam. Tapi adalah juga benar bahwa sejakSudjono meninggal pada 1986, perhatian Soeharto kepadapraktik Kejawen menjadi berkurang.

Antonius PaulusPerubahan pada diri Soeharto mungkin terjadi karena saatumurnya makin tua, muncul keperluan lebih mendekatkandiri kepada Tuhan dengan melaksanakan syariat, bukanmelulu melalui jalan kebatinan yang lebih mengutamakanhakikat. Pada dasarnya orang-orang abangan sejatinyamemang religius, sehingga tidak sulit bagi merekaberubah menjadi Islam yang serius, Katolik atau Protestanyang taat. Perubahan cara beragama banyak terjadi lewatperkawinan.

Dalam hal ini, Wiratmo Sukito—tergolongcendekiawan anti-Komunis terkemuka pada masa Orde

~159~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 167: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Lama—adalah contoh bagus yang saya saksikan sendiri.Sebagai orang Jawa abangan kelahiran Solo, pada tahunlima puluhan Wiratmo Sukito, atas kemauan sendiri,memutuskan menganut agama Katolik. Dia laludipermandikan dengan nama baptis Antonius Paulus.Sebagai penganut agama Katolik, dia sangat taat, rajin kegereja, dan tulisan-tulisannya sering mengutip Alkitab.

Pada awal Orde Baru, Wiratmo yang lama membujangmemutuskan kawin dengan seorang Hakim Agung yangkebetulan beragama Islam. Wiratmo beralih agama.Sebagai orang Islam, dia menjalankan agama barunyadengan sangat khusyuk dan tulisan-tulisannya juga banyakmengutip ayat-ayat dari Al-Quran. Persis seperti duluketika masih beragama Katolik, dia gemar mengutipAlkitab.

Perubahan keberagamaan yang terjadi pada Soehartokemungkinan besar bisa juga dimengerti jika melihatnyadari segi latar belakangnya yang abangan itu. Tapi dari titikpandang politik, yang saya duga ikut mendorongperubahan itu adalah keberhasilan Soehartomelumpuhkan kekuatan Islam politik. Artinya, kekuatanIslam politik bukan ancaman lagi bagi kekuasaan sangPresiden.

Masih dari sudut politik, seperti saya katakan tadi,perubahan juga kemungkinan muncul dari kecemasanterhadap berbaliknya kekuatan-kekuatan yang duludipelihara dan dimanfaatkan Soeharto—antara laindengan menggunakan Murtopo dan Moerdani—untukmemojokkan kekuatan Islam politik.

~160~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 168: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Menarik untuk diingat, pada awal tahun sembilanpuluhan, kekuatan-kekuatan yang pada awalnyamerupakan pendukung penting Soeharto, terutamadalam menghadapi Islam politik, secara perlahan mulaiberbalik gagang bersamaan dengan berubahnya sikapSoeharto terhadap Murtopo dan Moerdani. Gejalaperubahan politik ini makin mencolok setelah ICMIterbentuk. Sebagai reaksi terhadap ICMI, sejumlahorganisasi cendekiawan yang mendasarkan diri pada asaskebangsaan mendadak bermunculan. Mula-mula adaPersatuan Cendekiawan Pembangunan Pancasila (PCPP).Tapi karena sambutan Soeharto dingin terhadap organisasiini, muncul kemudian Yayasan Kerukunan PersaudaraanKebangsaan (YKPP) dengan Letjen TNI (Purn.) BambangTriantoro, orang dekat Moerdani, menduduki posisi Ketua.Selaku Sekretaris Jenderalnya tampil Matori Abdul Djalil(Menteri Pertahanan pada masa kepresidenan Megawati),yang waktu itu dikenal sebagai anak buah Gus Dur.Berbagai organisasi ini muncul sebagai reaksi terhadapICMI.

Nama Benny, Edi Sudrajat, dan Try Sutrisno disebut-sebut sebagai dekat dengan kekuatan anti-ICMI (baca:anti-Soeharto) tersebut. Harry Tjan menampik adanyakedekatan Benny kepada aktivis-aktivis yang kritisterhadap Soeharto itu. “Benny tidak berani melawanSoeharto,” kata Harry. Moerdani memang tidak beranisecara frontal melawan Soeharto, juga ketika masihmenduduki posisi penting. Kendati demikian, sebagaipengagum Jenderal Sudirman, sebagai seorang patriot,

~161~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 169: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Moerdani juga tidak bisa tinggal diam ketika Soehartosudah dipandangnya sebagai telah membahayakankelangsungan hidup bangsa dan negara. Dengan sikapitulah, saya duga, Moerdani bersedia hadir dalam sebuahdiskusi terbatas Yayasan Pembangunan Pemuda Indonesia(YPPI) di rumah Fahmi Idris pada suatu malam pada paruhpertama tahun 1991.

Tua, Pikun, dan Teologi Pemilu 1955

~162~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 170: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Bersama Presiden Soeharto, Benny adalah Penasihat YPPI(Yayasan Pembangunan Pemuda Indonesia) yang didirikanoleh para mantan tokoh demonstrasi 1966 dengandukungan Ali Murtopo. Hadir di rumah Fahmi pada malamitu para pemimpin demonstrasi 1966 seperti CosmasBatubara, dr. Abdul Ghafur, Firdaus Wajdi, Suryadi, SofjanWanandi, Husni Thamrin, dan sejumlah tokoh mantandemonstran lainnya. Topik pembicaraan, situasi politikwaktu itu. Firdaus Wajdi, Ketua Harian YPPI, ingat malamitu Moerdani bicara mengenai Soeharto yang menurutMenhankam itu, “Sudah tua, bahkan sudah pikun,sehingga tidak bisa lagi mengambil keputusan yang baik.Karena itu sudah waktunya diganti.”

Caranya bagaimana? Seorang peserta pertemuanbertanya. Benny menoleh kepada Drs. Suryadi, KetuaPartai Demokrasi Indonesia (PDI) waktu itu, sambilbertanya, bagaimana PDI? “Ah, PDI itu partai kecil, tidakusah diperhitungkan,” respons Suryadi merendah. Bennykemudian bertanya kepada Husni Thamrin dari PPP.Jawab Husni, “Ini harus hati-hati. Soeharto itu orang Jawa.Tidak ada yang bisa menerka dia.” Benny kemudianbertanya kepada pihak Golkar. Banyak tokoh muda Golkardi majelis itu, tapi tak seorang pun yang berani menjawab.Benny kemudian bicara mengenai gerakan massa sebagaijalan untuk menurunkan Soeharto. Firdaus menanggapi,“Kalau menggunakan massa, yang pertama dikejar adalahorang-orang Cina dan kemudian gereja.” Cara yang lebihaman, kata Firdaus, “Kuasai MPR. Lewat MPR, Soehartobisa dengan lebih aman diturunkan.”

~163~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 171: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Pertemuan di rumah Fahmi itu bocor dan dilaporkankepada Soeharto. Sebuah sumber menyebutkan laporanmencapai Presiden lewat Azwar Anas, MenteriKoordinator Kesejahteraan Rakyat waktu itu. Atas dasarlaporan itulah, Soeharto dan para pembantunya, termasukSiti Hardianti Rukmana (Tutut), putrinya, mempersiapkandaftar calon sebagai antisipasi terhadap daftar calonanggota DPR/MPR dari pimpinan Golkar yang dicurigaiSoeharto dan orang sekelilingnya sebagai telah berada dibawah pengaruh Moerdani.

Map yang berisi daftar calon yang disampaikan KetuaUmum Golkar, Wahono, dan Sekjennya, Rahmat Witoelar,diterima Soeharto untuk seterusnya dimasukkan ke lacimeja kerjanya di kediaman Jalan Cendana. Dan dari laci itudikeluarkan map yang berisi daftar yang telah disusun ataspetunjuk Bapak Presiden. “Pakai ini saja,” kata Soehartokepada Wahono. Daftar itulah yang kemudianmenghasilkan anggota DPR dan MPR yang waktu itudikenal sebagai “ijo royo-royo”.

KEMBALI KEPADA SOEHARTO yang berubah sikapterhadap Islam pada sepuluh tahun terakhirkekuasaannya, kita sebaiknya juga harusmemperhitungkan dampak gerakan pembaruan Islamyang dilancarkan Nurcholish Madjid dan teman-temannyasejak 1970. Saya melihat gerakan Nurcholish dan teman-temannya itu sebagai suatu usaha pembebasan umatIslam Indonesia dari apa yang sering saya sebut sebagai“teologi Pemilu 1955” yang dulu mewajibkan umat Islam

~164~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 172: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

memilih hanya partai yang berjuang bagi tegaknya negaraberdasarkan syariat Islam.

Dengan pembaruan tersebut, umat Islam akhirnyatidak lagi wajib menjadi anggota atau mendukung partaiIslam, meski beberapa partai tetap mengakumemperjuangkan terbentuknya negara berdasarkansyariat Islam. Semboyan yang diperkenalkan Nurcholish,“Islam Yes, Partai Islam No,” kemudian menjadi peganganmayoritas masyarakat Islam Indonesia, bahkan hinggamasa pasca-Orde Baru sekarang. Salah satu akibat daripopulernya pemikiran pembaruan Nurcholish itu adalahberkurangnya kecurigaan tentara dan penguasa kepadaIslam, sebagaimana yang tecermin dalam kebijakanSoeharto. Terhadap kalangan Islam sendiri, langkah-langkah Nurcholish dan teman-temannya mengakibatkanlenyapnya hambatan bagi kader-kader Islam (NU maupunMuhammadiyah, dan HMI) untuk masuk Golkar ataubahkan PDI yang kelak menjadi PDI Perjuangan (PDIP).Sulit membayangkan Dr. Ir. Akbar Tanjung, mantan KetuaHMI, menjadi Ketua Golkar tanpa sebelumnya ada usahapembaruan Nurcholish Madjid dan kawan-kawannyatersebut.

Dengan semua latar belakang itulah, antara lain, kitaharus melihat kebijakan Soeharto yang membolehkanjilbab dipakai murid-murid sekolah setelah sebelumnyadilarang Menteri Pendidikan Dr. Daud Jusuf. Soehartojuga memfasilitasi berdirinya Bank Muamalat sertamendukung terbentuknya ICMI.

Daud Jusuf, salah seorang pendiri dan tokoh CSIS,

~165~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 173: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

tidak mendukung kebijakan Soeharto yang “bersahabat”terhadap Islam Syariah, karena itu tidak lagi duduk dalamkabinet. Daud adalah seorang doktor didikan Prancis(Sorbonne) yang sangat kagum pada sekularisme yangdipraktikkan negara tempatnya belajar. Berbeda dengansekularisme Amerika yang toleran terhadap agama,sekularisme Prancis (Laïcité/Laicism) berpangkal padaRevolusi Prancis yang memusuhi agama (anti-cleric).

Jenderal Mustafa Kemal Atatürk, pendiri Turki modernadalah tokoh yang juga penganut sekularisme Prancis.Maka setelah berhasil menghapuskan KesultananOttoman, Kemal sebagai Presiden pertama Turki modernmenerapkan sekularisme Prancis di negara yangdipimpinnya. Penerapan itu sangat anti-Islam. Segala yangberbau Islam dihapuskan. Orang-orang Turki dipaksameninggalkan nama-nama berbau Islam dan harusmenggunakan apa yang disebut Kemal sebagai “nama asliTurki”. Pakaian yang bercorak Islami dilarang dan orangTurki didorong berpakaian seperti orang-orang Eropa.Azan di masjid yang menggunakan bahasa Arab dilarang,digantikan dengan bahasa Turki.

Haji Mohammad SoehartoPada 1991, Soeharto sekeluarga melaksanakan ibadah haji.Waktu itu banyak pemerhati politik yang belum melihatlangkah Soeharto berhaji sebagai suatu yang serius. DiJakarta waktu itu sejumlah orang cenderung melihatlangkah itu sebagai lebih merupakan tipu daya politikmenjelang Pilpres 1993. Menjelang keberangkatannya ke

~166~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 174: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Tanah Suci, kepada pimpinan NU Jawa Timur, Kiai HajiMisbah dan Dr. Saleh Aljufri, yang menemuinya diCendana, Soeharto menjelaskan, sebenarnya dia sudahmerencanakan berhaji sejak masa Pelita (PembangunanLima Tahun) I, tapi batal. Pada Pelita II gagal, masa Pelita IIIbaru sempat melakukan umrah, dan pada masa Pelita IVbatal lagi. “Baru pada Pelita V ini saya takut kepada Allahuntuk menunda kembali karena saya tahu pergi haji ituwajib hukumnya,” kata Soeharto.

Terhadap kepergian Soeharto ke Tanah Suci itu,Benny cemas. Kepada sejumlah sahabatnya yangberkumpul di CSIS, Benny berkata, “Wah, kalau Bapaknyaserius, bakal repot kita.” Soeharto ternyata kemudianmemang tidak main-main ke Makkah. Selainmenyempurnakan namanya menjadi Haji MohammadSoeharto, sikap politiknya terhadap Islam juga kemudianterlihat makin simpatik. Apa pun alasan dan motifnya,Benny dan sejumlah jenderal tidak bisa mengerti, apalagimenerima perubahan sikap dan kebijakan Soehartotersebut. Raja Intel itu bersama sejumlah golongan anti-Soeharto akhirnya melanjutkan crusading merekaterhadap kebijakan baru Bapak Presiden terhadap Islam,terutama terhadap ICMI. Akibatnya, Benny akhirnya yangmenerima tuduhan sebagai anti-Islam.

~167~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 175: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

~168~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 176: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Soeharto dan Ibu Tien di Padang Arafah ketika menjalankan ibadahhaji, 1991.

Sehubungan dengan ketegangan hubungan antaraSoeharto dan mantan Panglima ABRI itu, menarik untukmemperhatikan satu dari sejumlah cerita dalam memoarJusuf Wanandi mengenai Moerdani dan Soeharto. Inimengenai pertemuan Soeharto dengan Moerdani yanglolos dari pengamatan pers dan para musuh Benny.Kepada Wanandi, Moerdani bercerita, atas usaha Tutut,mantan Pangab itu berhasil jumpa Soeharto. Konon ituadalah perjumpaan pertama Benny dengan Soehartosejak Ibu Tien Soeharto meninggal dunia beberapa tahunsebelumnya.

Sejumlah hal dibicarakan kedua mantan pembesarRepublik tersebut. Salah satu hal penting yangdisampaikan Benny kepada Soeharto dalam pertemuan dirumah Sigit Harjojudanto—salah seorang putra sangmantan Presiden—adalah informasi mengenai 5 dari 10Pangdam waktu itu adalah mereka yang disebut Moerdanisebagai jenderal “hijau”.

Menurut Jusuf Wanandi—mengaku mendapatkancerita pertemuan Moerdani dengan Soeharto langsungdari mantan Pangab itu sendiri—Benny menuliskan nama-nama Pangdam yang dinilainya “hijau” itu danmenyerahkannya kepada Soeharto. Soeharto, menurutWanandi, mengirimkan daftar nama tersebut kepadaWiranto, Panglima ABRI di bawah Presiden B.J. Habibie.Wiranto, menurut Wanandi lagi, memerlukan waktu hanyasebulan melengserkan lima Pangdam yang ada dalam

~169~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 177: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

daftar Moerdani tersebut.Selain soal pelengseran para Pangdam yang dianggap

“hijau” berdasar informasi Moerdani, Jusuf Wanandi jugamencatat kontak Wiranto lainnya dengan Benny. Menurutpetinggi CSIS tersebut, beberapa saat setelah dilantiksebagai KSAD pada 10 Juni 1997, Wiranto menemuiMoerdani untuk minta bantuan. Respons Benny,

Jangan bermimpi. Orang tua itu tidak senang kepada saya, tidakpercaya kepada saya. Kau harus bertahan di situ karena kausatu-satunya yang kita miliki. Jangan berbuat salah. Jangandekat dengan saya sebab kau akan dihabisi Soeharto kalau diatahu.

~170~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 178: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

~171~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 179: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Presiden Soeharto melantik Jenderal Wiranto sebagai Panglima ABRI.

KEBETULAN SAYA JUMPA JENDERAL TNI WIRANTO diStudio Metro TV pada 22 Oktober 2012. Kami sama-samamenjadi narasumber pada acara Mata Najwa yangmembicarakan prospek para mantan jenderal yang akanmenjadi calon Presiden pada Pemilihan Presiden 2014.“Tidak benar semua cerita itu.” Kata Wiranto selanjutnya,

Demi Allah, saya tidak pernah berhubungan dengan Pak Bennysecara pribadi. Saya jumpa hanya pada acara-acara resmi. Dantidak ada lima Panglima Kodam yang saya ganti waktu itu.Dalam soal ABRI “Hijau” dan “Merah Putih” saya memangselalu kena fitnah.

PADA MULANYA BARANGKALI BENNY memang hanyamenjalankan kebijakan Soeharto. Tapi, mengingat sikapdan latar belakangnya yang secara prinsipil dari awalmemang kurang bersahabat kepada Islam, makamasyarakat Islam Indonesia akhirnya cenderungmelupakan bahwa Soeharto-lah sebenarnya yang mula-mula menggariskan kebijakan sikap keras terhadap Islam.Benny dan Ali Murtopo hanya menafsirkan sertamelaksanakannya. Tentu menurut penafsiran dan selera,latar belakang, ambisi pribadi serta kepentingan golonganmasing-masing kedua tokoh intel tersebut.

Dalam mencoba mengerti kebijakan Orde Baruterhadap Islam, ketika menjadi mahasiswa di Ohio StateUniversity, saya pernah menulis sebuah makalah untukkelas perkembangan politik di Dunia Ketiga. Yangmengajar waktu itu adalah Prof. Dr. Ali Mazrui, guru besar

~172~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 180: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

tamu dari Kenya, Afrika Timur. Pada makalah tentangIslam di Indonesia tersebut, saya mengemukakansinyalemen saya mengenai adanya kesinambungan antarakebijakan Islam Snouck Hurgronje (penasihat urusan Islampemerintah Kolonial Belanda pada awal abad ke-20)dengan kebijakan Islam yang dijalankan Soeharto. Unsurpaling penting kebijakan tersebut adalah: Islam sebagaiibadah harus didukung, Islam sebagai kegiatan sosial harusdiawasi, sedangkan Islam sebagai kegiatan politik harusdicegah.

Salah Menjabarkan PerintahNah, dalam melaksanakan pencegahan itulah tampaknyapara pelaksana kebijakan Soeharto membuat penafsiran-penafsiran yang mengacaukan antara Islam sebagaiibadah, aktivitas sosial, dan Islam sebagai gerakan politik.Kesalahan atau kekacauan tersebut tidak harus dilihatmelulu sebagai kesalahan tak terencana. Bukan tidakmungkin “kesalahan” itu adalah justru bagian dari sebuahrencana berdasar pandangan dan kepentingan tertentu.Saya secara perlahan mendapat kesan kuat telahterjadinya kesalahan penafsiran atau salah menjabarkanperintah oleh para anak buahnya.

Dan salah menafsirkan yang berujung pada salahimplementasi itu kemudian menyulitkan posisi politikSoeharto di mata kaum mayoritas. Mengingat hubungandekat CSIS dengan Ali Murtopo dan Moerdani, dandoktrin “dua setan” yang dulu diperkenalkan Pater Beek(memandang Islam sebagai musuh potensial yang harus

~173~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 181: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

diwaspadai), maka hubungan Soeharto dengan CSIS jugaikut terseret jadi korban.

TELAH MENJADI KEBIASAAN SAYA MEMBERIKANTRANSKRIP rekaman wawancara kepada tokoh pentingyang saya wawancarai. Maksudnya untuk menghindarikeliru catat, dan sekaligus memberi kesempatan kepadanarasumber mengoreksi atau bahkan mengubah hasilwawancaranya. Hal yang sama saya lakukan juga kepadaBenny Moerdani.

Beberapa hari setelah transkrip terkirim melalui CSIS,saya kebetulan berjumpa dengan mantan Pangab itu diMarkas Besar Angkatan Darat (MBAD). Pada hari itu, 10Juni 1997, diselenggarakan upacara timbang terima KSADdari Jenderal Hartono ke Jenderal Wiranto. Saya memberisalam. Jawab yang saya peroleh bukan salam, tapipertanyaan bernada menuduh: “Whom you are workingfor?” [Kau kerja untuk siapa?] Khas pertanyaan seorangintel yang memang selalu hidup penuh curiga terhadapsekelilingnya.

Lho, kok saya dicurigai kaki tangan orang lain.“General, I am a scholar. I work for nobody.” Saya tidaktahu dari mana saya tiba-tiba mendapat keberanianmenantang sang mantan Raja Intel dan mantan PanglimaABRI. Kata saya, “Saya ingin jumpa Pak Benny.” Beberapajam kemudian, tak lama setelah saya tiba di rumah,telepon berbunyi. “Dari CSIS,” kata istri saya. Pesannya,“Pak Benny menunggu Pak Salim hari Rabu siang di TanahAbang.” Hari itu Senin, jadi besok lusanya saya akan jumpa

~174~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 182: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Benny di CSIS.Rabu tiba. Dalam perjalanan ke CSIS pagi itu segala

doa yang pernah diajarkan almarhum Ayah, yang harusdibaca kalau ingin jumpa pembesar, saya baca dengankhusyuk. Doa-doa itu, menurut ayah saya, akanmelunakkan hati sang pembesar yang akan kita temui.Harus saya akui hari itu saya masuk ke gedung CSISdengan rasa takut. Benny resminya memang tidak lagiberkuasa, tapi bagi saya, masih tetap saja menakutkan.Dugaan saya, mantan anak didik serta perwira-perwirabinaannya di kalangan intel masih banyak di dalam ABRI.

Ketika pintu saya ketuk, Benny membukakan sendiripintu bekas kantor Ali Murtopo, tempat wawancaraberlangsung. Bisa diduga, dengan wajah datar, tanpaemosi, dan pasti tanpa senyum. Melihat langsung kematanya, kalimat pertama saya setelah duduk: “PakBenny, saya itu takut pada Anda.” Jawab Moerdanidengan spontan, “Kalau saya tidak percaya pada you,tidak akan you sampai di tempat ini.” Ketakutan sayamendadak sirna. Doa saya dikabulkan Allah. Alhamdulillah.

Dalam suasana yang lebih santai, pertanyaan sayamakin berani. “Ada apa sebenarnya yang terjadi antaraAnda dan Pak Harto, kok bisa sampai Anda dimusuhi?”Tidak jelas jawaban Benny. Mungkin dia memang tidaksuka menjawab pertanyaan tersebut. “Pak Benny tidakingin membicarakan soal itu,” kata seorang mantan anakbuahnya. Mungkin juga tidak ingin orang tahu dia adapersoalan dengan mantan bosnya. Harry Tjan, yang sejakbeberapa menit lalu bergabung ke majelis wawancara

~175~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 183: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

tersebut, diam sembari terus memperhatikan wajahBenny. Menanti agak lama, saya memberanikan dirimenjawab sendiri pertanyaan saya: “Di mata SoehartoAnda sudah sangat kuat, dan itu menakutkan sangPresiden.”

Saya lalu cerita kasus-kasus kepala intel yang berhasilmenyingkirkan presidennya atau mereka yangdisingkirkan bahkan sebelum berbuat apa-apa. ShaariGoma di Mesir disingkirkan dengan cepat oleh PresidenAnwar Sadat—tidak berselang lama setelahmenggantikan Presiden Nasser—karena menciumrencana makar sang Kepala Intel. Beria di Uni Soviet yangsangat berkuasa atas KGB dengan cepat disingkirkan olehKhrushchev setelah orang Ukraina itu suksesmenggantikan Stalin. Di Korea Selatan, kepala intel malahberhasil menembak mati Presiden Park Chung Hee.

Benny berusaha membantah penjelasan saya. TapiHarry Tjan menengahi, “Saya kira Salim benar.”Sebenarnya saya masih ingin mengelaborasi jawabansaya, tapi tiba-tiba kehilangan semangat. Yang rencananyaingin saya katakan kepada Benny: “Karena Anda menjadisangat kuat oleh besarnya wewenang dan kekuasaanyang dilimpahkan Soeharto, Anda makin menguasai ABRI,terutama dengan menggunakan semua jaringan intelijen.Atas dasar kekuasaan yang amat besar itu, di mataSoeharto Anda cukup kuat untuk mengalihkan loyalitasdari dirinya ke lembaga ABRI.”

Benny mungkin tidak menyadari akibat dari langkah-langkahnya. Dia “menegur” Soeharto kemungkinan besar

~176~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 184: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

bertolak dari rasa hormat dan cintanya kepada orang yangtelah “memungut” dan memercayainya dengankekuasaan tak terkira besarnya. Saya hampir yakin, Bennyjustru berusaha menyelamatkan Soeharto, sembari jugamungkin untuk menyelamatkan kekuasaan ABRI. TapiSoeharto, apa boleh buat, melihatnya dari sudut berbeda.

Soeharto tampaknya menafsirkan langkah-langkahBenny sebagai bagian dari rencana sang Kepala Intel danPanglima tentara itu menggunakan ABRI mengoreksi,bahkan mengontrol kekuasaan sang Presiden. Inilah, sayayakin, penjelasan mengapa Benny dicopot dari jabatanPanglima ABRI secara mendadak sebelum Sidang MPR1988 itu. Menurut beberapa sumber, Soeharto waktu itutakut Benny akan memengaruhi jalannya Sidang MPRyang salah satu agendanya mengangkat Sudharmonomenjadi Wakil Presiden.

Di kemudian hari, pada memoar Jusuf Wanandi sayamendapatkan informasi baru yang mungkin ikutmendorong Soeharto melengserkan Moerdani secaramendadak. Dikisahkan Wanandi mengenai sejumlahpengikut Benny yang ternyata memang melakukankegiatan dalam rangka rencana mengusulkan namaPanglima mereka kepada Soeharto agar diangkat menjadiWakil Presiden. Untuk tujuan tersebut, para loyalisMoerdani sudah memulai langkah mereka denganmenyosialisasikan gagasan tersebut kepada para AtasePertahanan (Athan) Indonesia dengan mengumpulkanmereka di Bangkok dan Aljir (Aljazair).

Seperti diketahui, perwira yang menduduki posisi

~177~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 185: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Athan pada waktu itu hampir semuanya orang-orang Bais,perwira intel, yang hanya mungkin menduduki posnyaberdasarkan persetujuan Moerdani. Orang-orang Bennyseperti Marsekal Muda Teddy Rusdy, menurut Wanandi,cenderung melihat Soeharto sebagai harusmemperhatikan kehendak ABRI karena kekuasaannyabergantung pada dukungan ABRI.

Meletakkan Tongkat BiliarJusuf dan Harry Tjan berpendapat sebaliknya. Bagi parapembesar CSIS itu, ABRI yang justru bergantung padaSoeharto. Menurut Jusuf, Harry menjelaskan kepadaTeddy Rusdy, dia dan teman-temannya tidak akan pernahberhasil memaksakan kemauan ABRI kepada Soeharto,juga seandainya dia bisa menyatukan ABRI untukmelakukan pemaksaan tersebut. Rencana para pengikutBenny—yang mungkin saja tidak diketahui oleh sang RajaIntel—tentulah diketahui Soeharto.

Syahdan, maka pada suatu kesempatan bermain biliardi Cendana, Benny memberanikan diri secara langsungmenyampaikan kritiknya terhadap tingkah laku anak-anakSoeharto yang dianggap sang Panglima sebagai “bisamembahayakan keamanan Bapak Presiden”. Menurutcatatan Julius Pour, penulis biografi L.B. Moerdani, dalampertemuan di kamar biliar itu Benny meyakinkandukungan ABRI kepada Soeharto, tapi terhadap anak-anakSoeharto, Benny menjelaskan, “Saya tidak bisa menjaminmereka juga bakal mendukung putra-putri Bapak.” ReaksiSoeharto: diam, meletakkan tongkat biliar, meninggalkan

~178~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 186: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Benny sendirian. Moerdani mengira Soeharto pergi kekamar kecil. “Ternyata dia meninggalkan saya untuk tidur.Maka, saya sadar dia marah atas kata-kata yang baru sajasaya ucapkan,” kata Benny kepada Julius Pour.

Soeharto tentu terkejut melihat keberanian Moerdanimenegurnya mengenai hal yang amat sensitif bagi sangPresiden. Keterkejutan itu besar kemungkinan jugadilatarbelakangi informasi yang dipunyai Soehartomengenai adanya rencana memaksakan dirinya menerimaBenny sebagai Wakil Presiden.

Di samping itu, Bapak Presiden memang sangat pekajika bisnis anak-anaknya diungkat-ungkit. Soeharto miskindan menderita pada masa kecilnya. Dia tidak ingin anak-anaknya mengalami penderitaan itu lagi, begitu pendapatsejumlah orang yang kenal sejarah hidup dan sikapSoeharto kepada anak-anaknya. Sikap memanjakan anakyang berlebihan ini konon sering menjadi topik kritik dandebat antara Soeharto dan Ibu Tien, istrinya. Sang Ibukonon tidak terlalu berkenan melihat suaminya secaraberlebihan memanjakan anak-anak mereka.

Selain Moerdani, dalam soal anak-anak BapakPresiden itu kabarnya Menteri Pekerjaan Umum, RadinalMochtar, juga pernah “kena batunya”. Ketika putri sulungsang Presiden, Tutut, bermaksud menjadi pemborongjalan tol Cawang-Priok hingga ke lapangan terbangCengkareng, Radinal menghadap Bapak Presiden. “Itupekerjaan sulit, dan Mbak Tutut belum berpengalamanmengerjakan proyek besar demikian,” kira-kira begitukata Radinal. Jawab Soeharto, “Kalau dia tidak tahu,

~179~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 187: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Saudara ajari anak itu.” Dan selesailah cerita. JawabanSoeharto adalah perintah yang harus dikerjakan MenteriRadinal Mochtar. Dan perintah Bapak Presiden memangtidak mungkin tidak dilaksanakan oleh sang Menteri.

Jauh sebelum Moerdani memberanikan diri menegurSoeharto mengenai bisnis anak-anaknya, Mashuri, S.H.—bekas tetangga Pangkostrad di Jalan Agus Salim,kemudian Menteri Pendidikan dan Menteri PeneranganOrde Baru—pernah mengingatkan Soeharto mengenaiadiknya, Probosutejo, mantan guru Taman Siswa di KotaPematang Siantar, Sumatra Utara. Adik Soeharto ini padaawal Orde Baru mendadak menjadi pebisnis besar dantentu saja kaya raya. Jawab Soeharto kepada Mashuri,“Kalau saya bisa memperkaya orang lain, mengapa sayatidak boleh memperkaya keluarga saya sendiri.”

Mengenai kegiatan bisnis anak-anak Soeharto, TeddyRusdy, dalam wawancaranya dengan saya pada 10Agustus 2010, menjelaskan:

Karena percayanya Pak Harto kepada Pak Benny, Presidentidak hanya minta Pak Benny sebagai Asisten Intel, tapi jugauntuk mengamankan keluarganya. “Mengamankan” itu sebuahkata multitafsir. Pak Harto tidak pernah bilang, “Ben, bisnisnyaanak-anak itu dibantu.”

Pak Benny kemudian mendiskusikan dengan saya arti kata“mengamankan” itu. Kalau itu menyangkut bisnis, hal demikianbisa memukul balik Pak Harto. Itu yang kami sampaikan kepadaanak-anak Pak Harto. Tapi bagi anak-anak, yang merekakehendaki harus kita turuti dan bantu. Tutut pernah datangdengan 10 proyek. Saya bilang kepadanya, dua boleh, yangdelapan, tidak. Tommy datang dengan empat, Pak Benny bilangyang satu bagus, yang tiga tidak bisa.

Nah, ada beberapa jenderal yang kendati tidak dititipi olehPak Harto, tapi karena ingin mendekati Cendana, kehendak

~180~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 188: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

anak-anak itu mereka turuti. Inilah yang menyebabkantimbulnya citra buruk Pak Benny di mata Cendana.

Masih mengenai tingkah laku putra-putri Soeharto,Jusuf Wanandi suatu kali mengungkapkan kepada sayarencana Tutut memberi kuliah mengenai jalan tol diUniversitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah.Sebagai pemborong pembangunan jalan tol waktu ituTutut sedang menyelesaikan jalan tol dari Cawang, melaluiTanjung Priok ke airport Sukarno-Hatta. Berdasarkanpengalaman membangun jalan bebas hambatan itu, Tututberencana memberi kuliah umum di UniversitasDiponegoro, Semarang. Moerdani mencegahnya. “Kalaumau membangun jalan tol, bangun saja. Tidak usahmemberi kuliah segala.” Menurut Jusuf Wanandi, Bennycemas Tutut akan jadi sasaran demonstrasi mahasiswa jikaniatnya memberi kuliah terlaksana.

Membahayakan ABRIYang juga makin memperburuk hubungan Soehartodengan Benny Moerdani adalah sikap Panglima ABRIterhadap Sudharmono sebagai Ketua Golkar, artinyasebelum menjadi Wakil Presiden. Dalam sebuah rapatpimpinan Golkar yang juga dihadiri Moerdani sebagaiKetua golongan ABRI dalam Golkar, Sudharmonomengumumkan tekadnya memenangi 70 persen suarapada Pemilu menjelang Sidang Umum MPR 1988. Bennyberpendapat kemenangan demikian tidak akan bisatercapai tanpa melibatkan usaha paksa dari ABRI. “Ini

~181~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 189: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

tidak benar. Merusak ABRI,” kata Benny, menurutpenuturan Teddy Rusdi. Benny menuduh Golkar tidakpercaya diri, padahal selain Golkar ada ABRI yang jugapunya fraksi di MPR. “Yang kita pertahankan itu UUD 45dan Pancasila. Kalau voting kita pasti menang. Jadi, Golkarmenang 60 persen saja cukup. Kita harus bermain cantiksaja,” tandas Moerdani.

Namun, karena Sudharmono menjalankan kebijakanPresiden Soeharto yang Ketua Dewan Pembina Golkar,“Maka pendapat Pak Benny dinilai sebagai tanda tidakloyal,” kata Teddy. Pada masa itu, Benny malah dituduhmendukung Megawati dan PDI.

Mengenai dukungan terhadap Megawati ini, menurutJusuf Wanandi, dalam ABRI waktu itu memang munculdua kelompok. Satu yang bersimpati kepada Megawati,yang lainnya tidak ingin melihat putri Sukarno itumemimpin PDI. Termasuk yang bersimpati kepadaMegawati adalah Brigjen TNI Agum Gumelar dan MayjenTNI Abdullah Mahmud Hendropriyono. Moerdanimenyarankan kepada Agum dan Hendro agar melindungiMegawati. “Kita tidak boleh membiarkannya tersingkir.Saya tahu orang tua itu ingin terbebas dari Mega. Tapi, itutidak fair,” begitu konon kata Benny kepada dua jenderaljuniornya tersebut.

Menurut Jenderal Marinir Nono Sampono, padawaktu itu Benny memang amat mendukung Megamenjadi Ketua PDI. “Kalau tidak sekarang, nanti dia terlalutua untuk jadi Presiden.” Nono mengaku terkejutmendengar ucapan Benny yang kemudian menjadi

~182~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 190: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

kenyataan ketika Mega menjadi Presiden menggantikanGus Dur yang dimakzulkan. Tapi, menurut pengakuanJenderal Hendropriyono kepada saya,

Saat Munas [musyawarah nasional] PDI, saya tidak pernahmenerima perintah atau pesan apa pun langsung dari JenderalBenny untuk menyukseskan Megawati, kecuali mungkin secaratidak langsung jika melalui orang-orangnya. Di pos saya diKodam Jaya, orang-orang tersebut adalah Letjen TNI ArySudewo (Waka Bais ABRI) dan Letjen TNI Haryoto P.S.(Kasospol ABRI). Namun anehnya, mereka berdua juga terlihatbingung ketika saya berpendirian keras, bahwa Munas PDI didaerah tanggung jawab saya harus berlangsung secarademokratis. Kedua senior saya itu setuju dengan kesimpulansaya bahwa kalau berlangsung demokratis, Megawati akanmenang. Menurut saya mereka berdua adalah simpatisanMegawati. Tapi, saya tidak mendengar dari keduanya adabisikan dari Benny Moerdani. Saya sendiri memang bersimpatikepada Megawati karena Bung Karno idola saya.

Ketika jumpa Pak Harto di [Pangkalan Udara] HalimPerdanakusuma, saya katakan, Munas PDI saya jamin aman jikapemilihan saya kawal sesuai dengan aspirasi floor dan hampirpasti Megawati akan terpilih kembali sebagai Ketua Umum. PakHarto tersenyum lalu berkata, “PDI itu partai kecil sehinggasiapa pun yang menjadi Ketua Umum tidak akan berpengaruhapa-apa terhadap stabilitas nasional.”

Cerita tentang Megawati, PDI, dan Moerdanisebenarnya sudah bermula pada 1987, ketika Bennysebagai Pangab dan Pangkopkamtib, membiarkan partaitersebut melakukan kampanye pemilu besar-besaran diJakarta dengan peserta berpakaian merah sembarimembawa gambar-gambar Bung Karno. Pada hari-harikampanye itu, Jakarta berubah menjadi kota yang“metal”, merah total. Para peserta kampanye bukan cuma

~183~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 191: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

orang-orang PDI, anak-anak kelas menengah yangumumnya bukan konstituen PDI juga ikut memanfaatkankesempatan berhura-hura dengan mobil-mobil mewahmereka.

Saya menonton kampanye itu di beberapa tempat.Kesan saya, selain merupakan hura-hura anak muda,keramaian itu sekaligus juga sebagai semacam pernyataanprotes kepada pemerintah lebih dari sekadar dukungankepada PDI. Menurut catatan Jusuf Wanandi,

… Kemudian Benny dengan koneksi pribadi di kalangan PDIdan keluarga Sukarno berusaha dengan Agum danHendropriyono [membantu Megawati]. Inilah yangdisampaikan Benny kepada Harry Tjan dan saya di kemudianhari.

Yang barangkali tidak diceritakan Benny kepada Jusufadalah mantan Pangab itu pernah “dilamar” oleh Sukarnountuk menjadi suami Megawati tidak lama setelahMoerdani mendapatkan Bintang Sakti. Benny menolaknyadengan alasan sudah punya pacar. Pilihan Benny adalahHartini, seorang pramugari yang kemudian menjadiistrinya. Juga tidak dijelaskan dalam memoar Wananditindakan Moerdani “membantu” Megawati dan PDIsangat membuat Soeharto marah karena Bapak Presidenmelihat Megawati sebagai potensi saingan, bahkanancaman bagi Tutut, putri sulung sang Presiden. Danseperti yang kita ketahui, nanti pada era Reformasi,Megawati sempat menjadi Presiden (menggantikan GusDur), sementara Tutut tersisih.

Yang juga perlu dicatat sehubungan dengan episode

~184~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 192: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

kedekatan Moerdani dengan PDI adalah sikap ABRIkepada Golkar waktu itu yang tidak lagi sekompak masa-masa sebelumnya. Secara terang-terangan menjelangPemilu 1993, ada 40 purnawirawan ABRI berpangkatkolonel ke atas memutuskan bergabung ke PDI. Tapi darisemua kegiatan Moerdani, tampaknya yang palingmendongkolkan Soeharto adalah saran Benny agarsecepatnya sang Presiden memilih orang lain melanjutkankepemimpinan nasional Indonesia. Sang Presidenmungkin berpikir, “Ini anak yang saya ‘pungut’ dari ujungutara dunia sana sudah berani mengajari saya.”

Penting untuk diketahui, posisi dan nasib Bennymemang mendadak berubah menjadi amat pentingberdasar keputusan Soeharto menariknya dari jabatanKuasa Usaha pada KBRI Seoul segera setelah Malari 1974.Benny tiba dari Seoul sebagai Kolonel dan dalambeberapa hari sudah jadi Brigadir Jenderal dengankekuasaan hampir tak terbatas atas berbagai lembagaintelijen penting. Menurut catatan buku terbitan majalahTempo, Benny waktu itu menduduki pimpinan enamposisi intel terpenting Indonesia. Dia Wakil Kepala Bakin,Asisten Intel Hankam, Asisten Intel Kopkamtib, KepalaPusat Intel Strategis, Kepala Pusat Screening, dan KepalaSatuan Tugas Intel Kopkamtib.

Minta Waktu 10 TahunKeributan di Jakarta pada awal 1974 tersebut mendorongSoeharto memanfaatkan Benny setelah badan-badan inteldi Jakarta kacau-balau akibat konflik yang meledak antara

~185~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 193: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

kubu Sumitro (Kopkamtib) dan kubu Ali Murtopo (Opsus).Atas saran Murtopo, Soeharto memerintahkan Moerdanisegera meninggalkan Seoul, terbang ke Jakarta. Kononmantan Konjen itu minta waktu 10 tahun untukmembenahi intel militer dan sipil. Permintaan dikabulkan.Ternyata kemudian selama 14 tahun, Benny secarasempurna telah menguasai intel Indonesia yang telahditatanya. Masa panjang menguasai intel yang demikianitu belum pernah terjadi sebelumnya dan tidak pernahterjadi lagi setelah Benny tersingkir. Masa sepanjang itumenguasai intel membuka kesempatan bagi Moerdaniuntuk akhirnya juga menguasai ABRI.

Penataan kembali berbagai organisasi intel tersebutdilakukan Moerdani jelas berdasarkan otorisasi Soeharto.Dalam melaksanakan perintah dan kepercayaan Soeharto,Benny juga mempertimbangkan pengalamannya padamasa Konfrontasi. Sebagai Konjen di Malaysia selepasKonfrontasi, Benny antara lain bertugas menguruspemulangan para sukarelawan Dwikora kita yangtertangkap dan dipenjarakan di negara bagian Johor. Daripara sukarelawan itu, Benny tahu betapa kacaunya intelkita waktu itu. Informasi yang dibekalkan kepadasukarelawan itu banyak yang salah sehingga merekamudah sekali tertangkap. Pengalaman buruk masaKonfrontasi itu ikut jadi pertimbangan dalam penataankembali intel yang dilakukan Benny.

Ironisnya, dalam Operasi Seroja menduduki Dili, TimorTimur, terjadi lagi kesalahan yang sama, kalau tidak malahlebih parah. Pasukan yang terjun di Dili pada hari pertama

~186~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 194: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Operasi Seroja itu mengalami banyak kesulitan dan korbanakibat saling tembak karena, antara lain, taklimat intelyang kurang akurat. Disebutkan, misalnya,Sungai Komorodi tengah Kota Dili itu banyak buayanya, padahal di sungaitersebut bukan cuma tidak ada buaya, tapi juga tidak adaair. Alias kering berbatu.

Menurut pandangan Letjen TNI (Purn.) SayidimanSurjohadiprodjo yang ditulisnya sebagai Pengantar bukuKiki Syahnakri, Timor Timur The Untold Story (2012),kecerobohan intel bukan soal tunggal kegagalanpenyerbuan TNI ke Timor Timur. Perencanaan operasijuga semrawut. Izin Presiden Soeharto kepada Moerdanisebagai pemimpin dan pengendali Operasi Seroja,menurut yang didengar Sayidiman dari Jenderal TNIMaraden Panggabean, Panglima ABRI waktu itu, adalahOperasi Intel. Izin itu disalahartikan oleh Moerdani. TulisSayidiman selanjutnya,

Pada dasarnya satu operasi intelijen adalah tertutup (covert),bukan secara terbuka. Jadi melaksanakan operasi intelijendengan cara operasi militer konvensional merupakan keganjilan,bahkan kesalahan. Apalagi melakukan operasi konvensionalyang begitu spektakuler berupa operasi gabungan antar-angkatandengan disertai operasi lintas udara (airborne operations) padadasarnya suatu kesalahan.

Jenderal Hendropriyono, perwira Kopassus yangpernah beroperasi di Timor Timur dan kemudian menjabatPanglima Kodam Jaya, mempunyai komentar lainterhadap kegagalan Operasi Seroja di Timor Timur.Katanya,

~187~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 195: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Kesalahan strategis dalam kampanye militer di Timor Timurdulu adalah merebut kota-kota besar dengan sangat tergesa-gesa,yaitu menyerbu langsung kota-kota besar tanpa terlebih dahulumengepungnya dari pedalaman atau desa-desa. Sasaran strategisberupa kota-kota dengan mudah direbut, jika daerah-daerahsekelilingnya telah kita kuasai, sehingga semua fasilitas sepertiair, listrik, dan dukungan logistik ke kota lainnya telah kita tutupmelalui operasi interdiksi.

Kendati kegagalan intel dan kecerobohanperencanaan operasi—semua di bawah pimpinanMoerdani—Soeharto tetap saja mengangkat Bennymenjadi Panglima ABRI pada 1983. Yang mencolok tapiditoleransi Soeharto, Benny yang sudah jadi PanglimaABRI tetap juga memimpin Bais—lembaga intel ABRIyang waktu itu bahkan lebih berkuasa dari Bakin—suatuhal yang bertentangan dengan tradisi dan aturan militeryang memisahkan antara penyedia dan penggunaintelijen.

Nanti ketika Soeharto mulai merasakan Benny sebagaiancaman, Bais dilikuidasi. Bais dibubarkan pada 25 Januari1994, sebulan setelah Megawati terpilih sebagai KetuaPartai Demokrasi Indonesia (PDI). Mungkin sajapembubaran Bais adalah bagian dari “hukuman” Soehartokepada Moerdani yang meski bukan lagi Pangab, tapitetap saja diizinkan Panglima Try Sutrisno berkantor diBais.

Sebagian kegiatan badan intel ciptaan Moerdanidialihkan ke lembaga intel baru, Badan Intelijen ABRI (BIA)yang tidak lagi seberkuasa Bais. Sebagian sisakekuasaannya dikembalikan kepada Badan Koordinasi

~188~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 196: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Intelijen Negara, Bakin (yang sekarang menjadi BIN).

WAKTU DIPANGGIL KEMBALI KE JAKARTA, menurutceritanya kepada saya, mantan Konjen dan kemudianKuasa Usaha itu sebenarnya sedang bersiap-siapditempatkan di Negeri Belanda sebagai Duta Besarsetelah sekian tahun bertugas sebagai Konjen di Malaysiadan Kuasa Usaha di KBRI Korea Selatan. “I was on myway out of the army,” katanya kepada saya. Soehartomencegatnya di jalan dan memberinya kekuasaan yangnyaris tak terbatas.

Dugaan saya, sang Presiden memberi kepercayaandan kekuasaan amat besar kepada Benny, berdasarkanasumsi sang mantan Konjen tidak punya akar dalam ABRI.Latar belakang Benny sebagai orang yang berdarah Indo-Jerman dan beragama Katolik tentu juga ikut menambahkeyakinan Soeharto melihatnya sebagai bukan potensiancaman bagi kekuasaan Bapak Presiden.

Ketika Soeharto mengangkatnya memimpin berbagailembaga intel pada masa pasca-Malari 1974, Benny sudahsembilan tahun berada di luar jajaran militer. Jabatantertinggi sebagai tentara yang pernah dipegangnya hanyaKomandan Batalion, dengan pangkat mayor, padaResimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD). Dimata Soeharto, barangkali latar belakang demikian akanselalu menempatkan Moerdani pada posisi bergantungpada Presiden.

Membuat pemimpin tentara bergantung padaPresiden sebelumnya telah dilakukan Sukarno terhadap

~189~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 197: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Omar Dani. Dengan mengendalikan Omar Dani, Sukarnonyaris berhasil memanfaatkan Angkatan Udaramenghadapi Angkatan Darat. Berkonflik denganSoeharto, Sukarno gagal. Akibatnya, Dani kemudian“masuk jurang” bersama sang Presiden. HubunganSoeharto-Moerdani berakhir lain. Moerdani pintar, tapiSoeharto ternyata tidak kalah cerdik.

Menarik untuk diperhatikan, sebelum Benny,Soeharto juga telah mengangkat Jenderal Jusuf, yangketika dilantik sebagai Panglima ABRI, sudah 14 tahunberada di luar jajaran militer. Selain bukan orang Jawa,Jusuf juga berasal dari Kodam kecil di luar Jawa, tidakpunya kebiasaan mengumpulkan pengikut, dan selamamemimpin ABRI selalu sadar diawasi oleh Benny sebagaikepala intel dan Laksamana TNI Sudomo sebagaiPangkopkamtib.

Yang tidak pernah diperhitungkan Soeharto, Bennyseorang perwira para komando yang amat cerdas,berpengetahuan luas, gemar membaca, banyak inisiatif,teguh memegang prinsip, berani, selalu bisamemanfaatkan kesempatan yang sulit macam apa pun,dan memiliki kepemimpinan yang mumpuni.

Yang juga tidak dipertimbangkan Soeharto ketikamemberi kepercayaan amat besar kepada Benny adalahsifat sang Kepala Intel yang kemudian terbukti tidak loyalkepada orang, siapa pun dia. Benny hanya loyal kepadaprinsip yang diyakininya.

Singkat kata, Soeharto tidak betul-betul kenal Bennyketika memercayainya dengan kekuasaan yang amat

~190~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 198: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

besar. Sebagai seorang yang gemar dan terampilmengelola kekuasaan, kesalahan Benny cuma satu,terlambat bertindak (kalau memang pernah ada rencanabertindak). Soeharto dengan tangkas mendahuluinya.

Tidak Kenal MenyerahUntuk mengenal dengan lebih baik watak perwirakomando ini, kita harus tahu siapa jenderal yangdikaguminya, dan mengapa? Benny adalah pengagumberat Panglima Besar Sudirman. Jenderal Sudirmanmerupakan model militer bagi Benny. Sudirman adalahperwira yang tidak loyal secara kaku kepada PresidenSukarno. Ketika tentara Belanda menyerbu Yogyakartapada 19 Desember 1948, Sukarno, berdasarkanperhitungan politik dan diplomatik, memutuskanmendukung keputusan kabinet yang memilih sikapmenyerah kepada musuh.

Namun, sebelum menaikkan bendera putih di depanGedung Agung, Presiden Sukarno masih sempatmembujuk Sudirman yang sakit (paru-parunya baru sajadibuang sebelah dalam sebuah operasi medis) agar tinggalsaja di dalam kota. Kepada Sudirman, Sukarno berjanjiakan meminta dokter tentara Belanda merawatnya.

Berpegang pada sumpah TNI yang “tidak kenalmenyerah”, Sudirman mengabaikan perintah PanglimaTertingginya. Dia memutuskan masuk hutan memimpinperang gerilya. Dilihat dari segi disiplin militer, Sudirmansebenarnya melakukan insubordinasi. Tapi itu terjadi padazaman Revolusi dan aturan yang dipakai juga “aturan

~191~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 199: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Revolusi” dalam suatu negara yang belum lagimempunyai tradisi pengelolaan hubungan sipil-militer.

Bagi Benny, keputusan Sudirman bergerilya kendatidalam keadaan fisik yang sangat lemah, adalah contohsikap seorang kesatria sejati. Sudirman di mata Bennylebih mementingkan keselamatan Tanah Air dan Bangsadaripada secara militer tunduk perintah atasan, ketikaperintah itu dianggap membahayakan kelanjutan hidupbangsa, negara, dan keselamatan Tanah Air.

Sikap Sudirman itulah yang dijadikan contoh danmodel TNI mengenai disiplin hidup untukmembedakannya dengan disiplin mati (cadaver). Yangberperan besar dalam menafsirkan dan menghidupkankembali warisan Sudirman adalah Jenderal TNI Abdul HarisNasution. Pengalaman serta tingkah laku politik Sudirmanditafsirkan dan dihidupkan kembali oleh Nasution setelahkegagalan pimpinan Angkatan Darat menghadapiParlemen dan Sukarno pada 17 Oktober 1952.

Yang paling penting dan mendasar dari pengalamandan tingkah laku politik Sudirman dalam tafsiran Nasutionadalah menyebut TNI pertama-tama adalah alatperjuangan. Konsekuensi dari sikap dan persepsi diriseperti ini, dalam keadaan tertentu tentara bisa berbedapandangan dengan pemerintah.

Dan dengan sikap dan persepsi diri demikian itulah,tentara mempunyai landasan berpolitik sebagaimanadirumuskan Nasution lewat pidato “Jalan Tengah” yangdiucapkan di Akademi Militer Nasional (AMN) di Magelangbulan November 1958. Sikap Soeharto kepada Sukarno

~192~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 200: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

pada hari-hari pertama pasca-Gestapu—tidak selalumengikuti kehendak Presiden—berkiblat kepada modelkepemimpinan Sudirman.

Nah, dengan latar belakang inilah kita harus mengertisikap Benny yang mencoba mengalihkan loyalitasnya dariSoeharto ke lembaga ABRI. Bagi Benny, sang Presidensudah mulai menunjukkan tanda-tanda membahayakankeselamatan bangsa dan negara. Tapi, Benny bukanSudirman. Soeharto juga jelas bukan Sukarno. Zamannyabukan zaman Revolusi, juga bukan masa gawat pasca-Gestapu. Faktor-faktor penting ini rupanya tidak begitudiperhitungkan Benny Moerdani. Akibatnya, dengantangkas, trengginas, dan cepat, Presiden Soeharto“melucutinya”.

Anjing HerderYang juga tidak diperhitungkan Benny adalah dampakpekerjaan lamanya sebagai apa yang pernah disebutnyasendiri sebagai “anjing herder penjaga Soeharto”. Ketikamelaksanakan pekerjaan sebagai aparat sekuriti(bodyguard) penjaga Soeharto, Benny, mungkin tanpasadar, telah berhasil menciptakan banyak musuh.

Musuh-musuh itulah yang tampaknya dilihat B.J.Habibie sebagai sejumlah orang yang melancarkan intrikterhadap Moerdani di lingkungan Soeharto. Di luarlingkungan Presiden, musuh besar Benny adalahgolongan Islam. Paling sedikit Benny dipersepsikan olehmayoritas umat Islam Indonesia waktu itu sebagai musuhyang menakutkan. Moerdani bukan tidak sadar akan

~193~

pustaka-indo.blogspot.com

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 201: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

posisinya yang sulit karena persepsi golongan Islam yangdemikian. Karena itu, sejak lama Benny mendekati GusDur untuk melindungi dirinya terhadap tuduhan anti-Islam. Ketika Gus Dur mengadakan Muktamar NU diSitubondo tahun 1984, menurut Jusuf Wanandi, Moerdanimembantunya habis-habisan.

Dalam pengamatan Jusuf Wanandi, Benny dan GusDur sependapat dalam soal menolak Islam politik. Padasaat yang sama, Gus Dur juga curiga kepada Soehartoyang berada di balik ICMI. Gus Dur memusuhi ICMI karenadi mata tokoh NU ini ICMI berbau Masyumi, partai kaummodernis Islam yang di mata Gus Dur merupakan musuhlama NU.

Adalah kelihaian Soeharto merangkul golongan Islamsebagai bagian dari usahanya memperkuat barisanmenghadapi apa yang mungkin dipersepsikannya sebagaipotensi bahaya dari kelompok sekuler di sekitar Moerdanidan para jenderal pimpinan ABRI lainnya serta parapengikut Gus Dur. Hebatnya Soeharto, dia mendapatdukungan Islam tanpa konsesi signifikan yangmengompromikan kontrolnya terhadap kekuasaan siapasaja.

Senjata untuk Mujahidin AfghanistanKetika kita membicarakan para musuh Benny, namaPrabowo Subianto tidak boleh dilupakan. Prabowo yangwaktu itu menantu Soeharto, sepertinya menganggapMoerdani sebagai penghalang bagi hari depan kariernya.Untuk waktu yang lama terjadi ketegangan antara dua

~194~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 202: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

perwira berlatar belakang Kopassus itu. Masing-masingmembina pengikut. Dan untuk menjaga loyalitas parapengikut, mereka berdua memerlukan dana banyak.Moerdani rajin bagi-bagi hadiah kepada para pengikut ataupara perwira yang didekati untuk, paling sedikit, tidakberpihak kepada kekuatan yang tidak loyal kepadanya.Prabowo juga melakukan hal yang sama. Maka, terjadilahkompetisi bagi-bagi duit dan hadiah.

~195~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 203: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

~196~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 204: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Danjen Kopassus TNI AD Mayjen Prabowo Subianto bertindak selakukomandan upacara pada geladi resik Gelar Pasukan Kopassus 1997 di

Batujajar, Bandung.

Selain kompetisi damai, suatu konflik fisik juga nyaristerjadi, yakni ketika Prabowo mencurigai Moerdanimerencanakan kudeta penyingkiran Soeharto.Ketegangan antara Moerdani dan Prabowo diselesaikansecara internal oleh Panglima ABRI, Jenderal Jusuf.

“Rencana kudeta” yang tidak pernah terjadi ituterungkap ke masyarakat di kemudian hari, jauh setelahberakhirnya rezim Orde Baru. Drama yang tokohutamanya Prabowo, sekarang bisa dibaca dalam bukubiografi Mayjen TNI Sintong Panjaitan, senior Prabowo diKopassus. Pada buku Perjalanan Seorang Prajurit ParaKomando, terdapat bagian yang mengisahkan Prabowomenyiapkan pasukannya menangkap Moerdani danorang-orangnya yang dicurigai akan melancarkan kudetakepada Presiden Soeharto, mertuanya.

Rencana aksi Prabowo bermula pada adanya sejumlahsenjata yang dicurigai Prabowo dibeli Moerdani dariTaiwan. Berbagai jenis senjata tersebut, menurut sejumlahmantan pembantu Moerdani, rencananya akan disalurkankepada para Mujahidin yang melancarkan perang gerilyaterhadap Uni Soviet di Afghanistan.

Menurut Jenderal Luhut Binsar Panjaitan, atasanPrabowo waktu itu, operasi intelijen Moerdani,(pembelian senjata dan rencana pengirimannya keAfganistan lewat Pakistan) dilakukan dalam upayamemberi peran Indonesia dalam pergolakan politik di Asia

~197~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 205: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Selatan. “Jadi, tidak pernah ada rencana kudeta,” kataLuhut sekian belas tahun kemudian. Sayangnya, usahasaya mendapatkan tanggapan Prabowo terhadappernyataan Luhut ini tidak pernah berhasil. Persoalanmasa lalu tampaknya tidak lagi menarik bagi Prabowo. Diatentu lebih tertarik mengelola kekuasaannya lewat PartaiGerindra yang didirikan dan di-pimpinnya.

Marsekal Muda TNI (Purn.) Teddy Rusdi terlibat dalamurusan senjata untuk Mujahidin di Afganistan tersebut.“Tidak ada pembelian dari Taiwan,” katanya. Senjata ituadalah senjata buatan Uni Soviet, bekas dipakai ABRI padamasa Trikora dan Dwikora. “Kami berikan senjata buatanSoviet itu agar mereka mudah memanfaatkan peluru yangmereka sita dari tentara Soviet di Afghanistan,” kataRusdi.

Sadar bahwa Kapten Prabowo adalah menantuPresiden Soeharto, Panglima ABRI, Jenderal Jusuf, yangterkenal keras dalam menegakkan disiplin militer, ternyatatidak cukup berani mendisiplinkan Wakil KomandanDetasemen Anti Teror Kopassus tersebut. Selainkedudukannya sebagai menantu Soeharto, Prabowo jugaputra Prof. Dr. Sumitro, begawan ekonomi Indonesia,tetangga dan teman lama Jenderal Jusuf. Ketika Prabowomelangsungkan pernikahannya dengan putri PresidenSoeharto, atas permintaan Prof. Sumitro, Jenderal Jusuftampil sebagai saksi nikah dari pihak Prabowo.

Sumber yang amat dekat dengan Jenderal Jusufwaktu itu menyebutkan aksi Prabowo itu sebenarnyaberangkat dari penolakan perwira Kopassus itu kepada

~198~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 206: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

kemungkinan Soeharto mengangkat Moerdanimenggantikan Jusuf sebagai Panglima ABRI. Tidak jelasapakah waktu itu sudah terlihat tanda-tanda Soehartoakan mengangkat Moerdani sebagai pengganti Jusuf.

Dalam posisinya sebagai perwira berpangkat Kaptendan baru saja menjadi menantu Presiden Soeharto, tentuPrabowo belum mempunyai akses langsung kepadapenguasa tertinggi ABRI. Itulah penjelasannya mengapadia hanya mungkin berbicara dengan Panglima Jusuf.Mungkin karena teman keluarga Prabowo, Jusufmelindungi putra Prof. Sumitro itu dari kemungkinantindakan balasan Moerdani. Jenderal Jusuf jugatampaknya tidak melaporkan kasus tersebut kepadaPresiden Soeharto.

MASIH TENTANG PRABOWO, Vatiokiotis dalam bukunyaIndonesian Politics Under Suharto, menulis:

Prabowo, seorang perwira yang dipandang banyak orangberpotensi mendapatkan posisi militer jika Soeharto bertahan,sangat yakin adanya plot dari kalangan militer tertentu terhadapmertuanya. Bersama sejumlah anggota keluarga Presiden,Prabowo mencoba meyakinkan Soeharto adanya bahayaterhadap sang Presiden dari orang tertentu—terutama Moerdani—dan memberikan saran mengenai siapa yang harusdipromosikan untuk menghadapi ancaman tersebut. Sulitdimengerti seorang yang hanya berpangkat Letnan Kolonelmemiliki pengaruh besar dalam militer. Pada 1991, anak mudayang ambisius ini memimpin dua batalion para dari Brigade 17Kostrad yang Panglimanya ipar Soeharto [Wismoyo]. Dengansepengetahuan atau tidak sepengetahuan Soeharto, Prabowomengumpulkan sejumlah perwira yang loyal kepadanya.Dengan menggunakan ancaman Moerdani dan “Klik Kristen”-nya, Prabowo menarik perwira-perwira yang beragama Islam.

~199~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 207: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Menjadikan Benny Moerdani sebagai tokoh yangdianggap mengancam dan karenanya harus diwaspadaibukan saja dilakukan Prabowo Subianto. JenderalAlamsyah, pengikut lama Soeharto dan waktu itumenduduki posisi sebagai Menteri Agama, bahkanmemobilisasi dukungan umat Islam kepada Soehartodengan menjadikan Moerdani sebagai ancaman terhadapumat Islam. Menurut Vatiokiotis,

Alamsyah menyebarkan ketakutan di kalangan ulama denganmenyebut adanya ancaman Moerdani terhadap umat Islam.Dengan menyebut pembantaian brutal orang Islam di TanjungPriok pada September 1984, Alamsyah berusaha meyakinkanpara ulama akan bahaya Kristen terhadap umat Islam denganMoerdani sebagai tokohnya.

Di seputar pergolakan politik dan militer pada hari-hariberakhirnya rezim Orde Baru, nama Prabowo—PanglimaKostrad dengan pangkat Letnan Jenderal—tampil kembalike perhatian publik. Kali ini “konfliknya” bukan lagidengan Moerdani, melainkan dengan Jenderal TNIWiranto, Pangkostrad, Kepala Staf Angkatan Darat,kemudian Panglima ABRI.

Di kalangan para perwira dan sejumlah pemerhatimiliter waktu itu sudah lama beredar cerita “rivalitas”Prabowo-Wiranto. Prabowo kabarnya memandang rendahJenderal Wiranto yang dianggapnya tidak punya cukuppengalaman tempur seperti dirinya yang bolak-balikbertugas di Papua dan Timor Timur. KeteganganPrabowo-Wiranto mencapai klimaks ketika atasrekomendasi Dewan Kehormatan Perwira (DKP) Panglima

~200~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 208: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

ABRI—dengan persetujuan Presiden Habibie—memecatPangkostrad dari dinas militer. DKP bersidang memeriksakasus keterlibatan Prabowo dalam penculikan sejumlahaktivis menjelang Sidang MPR 1998.

~201~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 209: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

~202~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 210: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Panglima ABRI, Wiranto melepas tanda kepangkatan di pundakLetjen Prabowo Subianto sebagai simbol pemberhentian dari dinas

kemiliteran pada 24 Agustus 1998.

Sebelum diperiksa oleh DKP, Prabowo sudah dimintamemberi penjelasan kepada pimpinan ABRI. Menurutkesaksian Jenderal Wiranto dalam bukunya, WirantoBersaksi di Tengah Badai,

Dalam penjelasan yang disampaikan secara lisan di depan saya,yang juga diketahui oleh Kassospol Letjen TNI Susilo BambangYudhoyono, Kasum Letjen TNI Fachrul Razi, dan Ka BaisMayjen TNI Zacky Anwar Makarim, yang bersangkutanmengakui keterlibatan Kopassus dalam peristiwa tersebut. Sayalalu menanyakan, bagaimana mungkin aksi semacam itudilakukan tanpa menyampaikan laporan kepada atasan.Jawaban Letjen Prabowo sungguh mengejutkan, operasi intelijenyang berbentuk aksi penculikan tersebut memang sengaja tidakdilaporkan atau dimintakan izin kepada pimpinan ABRImaupun staf agar tidak merepotkan dan tidak melibatkan MabesABRI.

Hanya 17 JamKetakutan yang “ditebarkan” oleh Moerdani sejak masapasca-Malari, 1974, ternyata tidak mudah terhapuskan daripikiran sejumlah besar orang. Begitu besar danpanjangnya usia ketakutan tersebut, pada hari pertamapasca-Orde Baru, seorang perwira tinggi yang hanyakarena dicurigai sebagai “orang Benny” harusdikorbankan secara spektakuler.

Jenderal itu bernama Johny Lumintang. Dia AsistenOperasi di Mabes ABRI ketika malam itu diperintahkan

~203~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 211: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

mengambil alih kursiPangkostrad dari Letjen TNIPrabowo Subianto. PutraProf. SumitroDjojohadikusumo itu secaramendadak dicopot darijabatannya oleh PresidenHabibie. Konon atas saranmantan Presiden Soeharto,yang waktu itu masihmertua Prabowo.

Entah dari manasumbernya, pada malamLumintang secaramendadak ditugaskanmenggantikan Prabowo, beredar dengan cepat informasiyang menyebut Johny orangnya Benny Moerdani.“Bahaya, Benny main lagi.” Timbul kepanikan. JenderalTNI Wiranto mendapat “tekanan”. Dalam keadaan yangpenuh ketidakpastian hari-hari itu, Panglima Wirantoterdesak membatalkan pengangkatan Lumintang setelahmenduduki jabatan Pangkostrad selama hanya 17 jam.

Yang tidak diketahui orang banyak, pengangkatanLumintang dilakukan Wiranto berdasarkan usul LetnanJenderal TNI Fachrul Razi, Kepala Staf Umum (Kasum)ABRI yang pernah disebut-sebut oleh beberapa pengikutBenny dan Edi Sudrajat sebagai tergolong kelompok“hijau”. Fachrul Razi adalah putra Aceh yang taatmenjalankan ibadahnya, bahkan dikenal sebagai khatib

~204~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 212: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

sembahyang Jumat pada masjid-masjid di berbagai markastentara.

Ketika malam itu saya hubungi lewat telepongenggam menyampaikan beredarnya cerita “Johny orangBenny” itu, komentar Letjen TNI Fachrul Razi dari MabesABRI: “Johny itu perwira profesional. Kalaupun Johnymemang ternyata orangnya Benny, masa satu orang tidakbisa kita atasi.” Kesan saya, Fachrul mencalonkan Johny,teman sekelasnya di Akabri, karena tahu Johny bukanorangnya siapa-siapa.

DI SAMPING UMAT ISLAM DALAM MASYARAKAT LUAS,di kalangan ABRI, seperti sudah saya katakan tadi, sudahlama beredar pandangan, di bawah Benny, mereka yangsantri tidak selalu mudah mendapatkan promosi.Kebijakan Benny ini diketahui dengan baik dandimanfaatkan secara saksama oleh Soeharto yangmembersihkan ABRI dari pengaruh Moerdani. Inilah latarbelakang dipromosikannya Jenderal TNI Feisal Tanjungmenjadi Panglima ABRI dan Jenderal TNI Hartono menjadiKSAD. Ini juga penjelasannya mengapa kemudian BrigadirJenderal TNI Nyoman Suwisma, beragama Hindu Bali,gagal menjadi Komandan Kopassus meski namanya sudahlolos dari seleksi Dewan Jabatan Tinggi (Wanjakti). Dansebagai gantinya, Soeharto menarik dari Kalimantan TimurMayjen TNI Muhdi Priopranyoto, Pangdam Tanjung Purawaktu itu.

Menurut informasi yang saya dapatkan di kemudianhari, pada mulanya Soeharto mengalami kesulitan

~205~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 213: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

mendapatkan calon Panglima yang bisa dipercayainyamendukung kebijakan “de-Benny-isasi” yang sedangdilancarkannya. Sembari menunggu calon yang bisadipercayainya, mantan KSAD Edi Sudrajat untuksementara dibiarkan merangkap jabatan Menteri Hankamdan Panglima ABRI, dua jabatan yang berdasarkanundang-undang sebenarnya sudah dipisahkan.

Soeharto memerlukan waktu sebelum menemukandan memercayai Jenderal TNI Feisal Tanjung mendudukikursi Panglima ABRI. Karena terlalu lama “terpendam” diBandung sebagai Komandan Seskoad, nama Feisalmemang nyaris tak terdengar, dan karena itu lolos dari“radar pengamatan” Soeharto. Atas bantuan beberapaorang dekat Bapak Presiden—disebut antara lain namaMenko Kesra Azwar Anas, Menristek B.J. Habibie, danPrabowo Subianto—Feisal kemudian ditarik ke MabesABRI untuk mula-mula hanya menduduki jabatan Kasumdengan pangkat Letnan Jenderal.

Dari posisi Kasum itulah, Feisal naik ke kursi Panglimamenggantikan Edi Sudrajat yang duduk di kursi pimpinanABRI selama hanya hampir tiga bulan. Sebelum menunjukFeisal, Soeharto perlu kesaksian sejumlah orang yangdianggap kenal calon Pangab itu secara pribadi. AlmarhumMayjen TNI Zaini Azhar Maulani dan Menko Azwar Anasadalah orang-orang yang diminta bersaksi lewat rekamanyang alat perekamnya dibawakan kepada mereka olehKolonel Kivlan Zain dan Kolonel Ismed Yuzeiri. Rekamanitu kemudian diperdengarkan kepada Soeharto. Sayatidak tahu siapa saja tokoh lain yang memberi kesaksian

~206~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 214: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

sebelum akhirnya Bapak Presiden berkeputusan melantikJenderal TNI Feisal Tanjung menjadi Pangab.

Sembari mempromosikan para perwira berlatarbelakang santri tersebut, Soeharto juga melanjutkankesibukannya membersihkan ABRI dari siapa saja yangdianggap sebagai pengikut Moerdani. Salah seorang yangmasuk jaring pembersihan adalah Mayjen TNI SintongPanjaitan. Kebetulan Sintong menjabat sebagai PangdamUdayana, bermarkas di Denpasar, ketika peristiwaberdarah Santa Cruz terjadi pada 1991 di Dili.

Timor Timur (sekarang Timor Leste) adalah wilayahtanggung jawab Sintong, dan Peristiwa Santa Cruzdipergunakan Soeharto mengakhiri karier militer mantanKomandan Kopassus tersebut. Kesalahan Sintong? Diadianggap orangnya Moerdani karena sebagai PangabBenny kabarnya memang mempersiapkan Sintong(lulusan Akademi Militer Nasional 1963) mendudukijabatan KSAD. Sintong, menurut cerita teman-temandekatnya, sebenarnya hanya seorang serdadu profesionalyang bersahaja dan apolitis.

ABRI “Hijau” dan “Merah Putih”Dari rentetan cerita yang saya kemukakan tadi,sebenarnya bisa disimpulkan, dengan mempromosikananak-anak santri tersebut (Feisal, Hartono, Muhdi, danbanyak lagi lainnya), yang dilakukan Presiden Soehartopada dasarnya adalah memanfaatkan mereka yangtadinya disingkirkan oleh kelompok Benny. Dengan katalain, kelompok yang “diciptakan” Benny justru

~207~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 215: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

dimanfaatkan oleh Soeharto dalam usaha sang Presidenmenyingkirkan para pengikut Moerdani.

Harus dicatat, pada masa inilah juga munculnya ceritatentang “ABRI Hijau”, dan “ABRI Merah Putih”. Merekayang disingkirkan Soeharto menyebut diri mereka “ABRIMerah Putih” dan menggelari lawannya, yakni merekayang dipakai Soeharto, sebagai “ABRI Hijau”.Pengamatan saya mendorong kepada kesimpulan, semuamereka adalah Pancasilais dan Saptamargais. Dan labelserta isu “ABRI Hijau” versus “ABRI Merah Putih” adalahsesuatu yang mengada-ada, menyesatkan, dan kemudianmemang dengan cepat berlalu.

Untuk diketahui lebih jauh, Feisal Tanjung adalah anakdari seorang tokoh Muhammadiyah di Medan, Hartonoputra dari seorang ibu yang aktivis Aisyiyah di Madura.Muhdi datang dari keluarga Muhammadiyah diYogyakarta. Mayor Jenderal TNI Hartono adalah PanglimaBrawijaya di Surabaya ketika diminta oleh masyarakatJawa Timur menjadi Gubernur di provinsi tersebut. “TrySutrisno malah memindahkan saya ke Bandung menjadiKomandan Sesko Gabungan,” kata Hartono dengan kesal.

Sebelum itu, Try Sutrisno sebagai Panglima ABRI jugapernah memerintahkan Hartono sebagai PangdamBrawijaya di Jawa Timur agar tidak mendukungpembentukan ICMI yang waktu itu kongrespembentukannya akan diadakan di Malang. TahuSoeharto mendukung ICMI, Hartono mengabaikanperintah Panglima ABRI tersebut. “Saya lebih takutkepada Pak Harto,” katanya.

~208~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 216: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Feisal, lain lagi ceritanya. Mantan salah satuKomandan kompi RPKAD pada masa Gestapu inimenduduki jabatan Komandan Seskoad di Bandungselama hampir empat tahun. Normalnya jabatan tersebuthanya dijabat untuk masa tiga tahun. Begitu lamanya diSeskoad, teman-teman Feisal waktu itu meramalkan diaakan pensiun di sana. “Siapa yang bertanggung jawabmenahan saya begitu lama di Seskoad?” Yah, siapa,menurut Pak Feisal, tanya saya. “Teman-teman Pak Bennyitulah,” jawab Feisal di kantornya sebagai Panglima ABRIpada Agustus 1997.

Dekat dengan Pangab Jenderal TNI Muhammad Jusufdan salah seorang Komandan Kompi RPKAD kesayanganKolonel Sarwo Edhie di masa penumpasan Gestapu danberbagai operasi di Irian Barat, Feisal adalah BrigadirJenderal pertama dari kelas 1961 AMN. Tapi, pangkatMayor Jenderal disandangnya selama tujuh tahun.“Alasan kualitas tidak bisa dipakai untuk diskualifikasi ataumemperlambat karier anak Medan itu,” kata Maulani,teman seangkatan Feisal.

Maulani—pemegang penghargaan Kartika Cendekiapada angkatannya—pernah menjadi anak buah Moerdanidi Bais dan dipercayai menduduki pos Atase Pertahanan(Athan) di London. Kedekatan Tanjung kepada Jusuf,menurut kecurigaan Maulani, turut menyebabkan karierFeisal terhambat. Tentang hubungan Feisal dan Jusuf,Atmadji Sumarkidjo dalam buku Jenderal M. Jusuf:Panglima Para Prajurit, menulis:

… [I]a sendiri terang-terangan menyebut bahwa Jusuf adalah

~209~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 217: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

satu-satunya idolanya. Kebanggaan itu konsisten diucapkankepada berbagai pihak hingga ia menjabat sebagai PanglimaABRI. “Eh, Feisal, aku baca kau mengagumi aku. Terima kasihitu. Tapi, Pak Harto kadang-kadang tidak suka model itu.”Entah karena nasihat itu, setelah telepon Jusuf itu, di suatumedia ketika ditanya siapa senior ABRI yang jadi favorit atauteladannya, Feisal Tanjung kini menyebut tiga nama: Soeharto,M. Jusuf, dan Sarwo Edhie Wibowo.

Jenderal Z.A. Maulani dan Jenderal Feisal Tanjung.

~210~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 218: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Sumber lain menunjuk kedekatan khusus Feisaldengan Sarwo Edhie yang mungkin ikut mempersulitkedudukannya pada masa Kepanglimaan Moerdani.Seperti diketahui, ketika Panglima Angkatan Darat, LetjenTNI Ahmad Yani, menyelesaikan konflik antara Moerdani-Komandan Batalion—dan Kolonel Infantri MungParhadimulyo-Komandan RPKAD—keduanya dimutasikankeluar dari korps Baret Merah. Benny ke Kostrad menjadianak buah Soeharto, dan Mung menjadi Panglima Kodamdi Kalimantan Timur. Sarwo Edhie, teman lama JenderalYani dan komandan pusat latihan RPKAD di Batujajarsebelum menduduki posisi Kepala Staf RPKAD, ditunjukmenduduki posisi Komandan RPKAD.

Menganggap masih ada perwira RPKAD yang lebihsenior dari Sarwo Edhie (disebut nama Wijoyo Suyono),Benny memprotes pengangkatan itu. Juga karenamenurutnya, “Sarwo Edhie bukan dari pasukan Komandodan belum pernah mengikuti pendidikan Komando.”Padahal, tidak semua Komandan RPKAD pernahmengikuti latihan komando. Tapi sejak itu, Moerdanisecara terbuka menunjukkan ketidaksenangannya kepadaSarwo.

Karier militer Maulani sendiri juga mandek di tengahjalan. Untuk beberapa tahun Maulani—sepulang dariLondon—memang pernah menjadi sekretaris Pangab,Jenderal Jusuf. Lepas dari tugas sekretaris Pangab, KSADJenderal TNI Rudini Puspohandoyo, mempromosikanMaulani menjadi Pangdam Tanjung Pura di KalimantanTimur. Setelah itu, pada masa Try Sutrisno sebagai

~211~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 219: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Pangab, Maulani dikaryakansebagai Sekjen DepartemenTransmigrasi sampaipensiun.

Presiden Soehartokemudian menunjuknyamenjadi Sekretaris WakilPresiden B.J. Habibie. KetikaHabibie menjadi Presiden,Maulani dipercayaimenduduki jabatan KepalaBakin (pendahulu BIN).Kesalahan Maulani di mataMoerdani? “Benny akhirnyatahu kalau saya sebelummenjadi tentara adalah aktivis PII [Pelajar IslamIndonesia].”

Sulit Main GolfAkhirnya benny bicara juga mengenai akibat pembersihanSoeharto yang dikenal sebagai de-Benny-isasi itu. “Orangyang pernah dekat dengan saya sulit mendapat posisi,”katanya. “Mereka yang namanya mulai dengan F.X. jugasulit dapat tempat. Tapi, saya harap ini tidak akanberlangsung lama.” Untuk diketahui, F.X. (FranciscusXaverius) adalah nama baptis Katolik.

Sehubungan dengan perwira-perwira intel yangberlatar belakang Katolik ini, saya teringat pada 1987,Athan pada Kedutaan Besar Amerika di Jakarta

~212~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 220: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

menunjukkan kepada saya daftar nama para perwiraintelijen Indonesia. “Bagaimana Anda menjelaskan kepadasaya bahwa 30 persen dari mereka beragama Katolik?”tanya Athan Amerika tersebut.

Kepada saya, pada wawancara itu, Benny jugamengeluh sulit mendapat teman main golf karena orangtakut terlihat bersama dirinya. Saya sendiri jugamenyaksikan bagaimana perwira-perwira yang duludengan bangga tampil sebagai “orangnya Pak Benny”,kemudian beramai-ramai menghindari mantan PanglimaABRI tersebut. Para bekas anak buah Benny itu padaumumnya membela diri dengan alasan yang bukan tidakmasuk akal juga. Dulu mereka dekat kepada Benny karenatugas. “Sekarang Pak Benny sudah pensiun, kami tidakada hubungan lagi dengan beliau,” kata Kolonel Sudrajatkepada saya di London. Sudrajat—pensiun sebagaiMayjen dengan posisi terakhir Duta Besar di Beijing-—waktu itu menjabat Athan pada KBRI di London. Ketikamasih di Bais, Kapten Sudrajat pernah menjadi SekretarisMoerdani.

Begitu besarnya kekuasaan Benny pada masaberdinasnya dulu, saya mendengar cerita beberapaPanglima Daerah Militer (Pangdam) sangat berhati-hatikepada Kepala Intelnya (Asisten Satu), karena sangAsisten Intel memberi kesan kuat sebagai “orangnya PakBenny”. Itu berarti ada kontak langsung dengan Bais yangtidak mudah diawasi oleh Pangdam yang membawahinya.

Mengenai cerita banyaknya perwira yang dulu disebutatau mengaku sebagai “orangnya Pak Benny”, Adam

~213~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 221: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Schwarz, seorang wartawan Amerika yang bertugas diJakarta selama Benny menjabat Pangab dan kemudianMenhankam, menjelaskan semua itu sebagai akibatkebijakan Benny sendiri. Berbeda dengan panglima-panglima sebelum dan sesudahnya, Benny memang“memelihara” sejumlah orang yang disenanginya.“Mereka itu semacam golden boys Benny Moerdani,”tulis Schwarz. Kebijakan demikian mungkin takterhindarkan bagi Moerdani sang Kepala Intel yang salahsatu tugasnya adalah penggalangan dan pembinaan.

~214~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 222: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

~215~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 223: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Luhut dan Prabowo.

Salah satu yang dikenal sebagai “anak emas” ituadalah Luhut Binsar Panjaitan, seorang perwira Kopassusyang dianugerahi pangkat Jenderal kehormatan setelahpurnawira. Jabatan teritorial tertinggi yang dicapai LuhutPanjaitan hanyalah Komandan Korem di Madiun. Setelahitu, dia ikut menjadi korban de-Benny-isasi. Sejumlah besarpara “anak emas” ini pada mulanya memang berasal dariKopassus yang punya latar belakang pendidikan intel. Paraperwira inilah yang umumnya dipromosikan Benny keberbagai jabatan penting dalam ABRI, terutama posisipimpinan intelijen.

BEGITU DIANGKAT MENJADI PEMIMPIN INTEL dankemudian sebagai Panglima, yang mula-mula direkrutBenny sebagai pembantunya adalah teman-temanlamanya dari zaman awal latihan militernya di Bandung.Perwira seperti Dading Kalbuadi, Gunawan Wibisono,Suweno, C.I. Santoso, dan Sebastian Sukoso adalahorang-orang RPKAD angkatan pertama yang juga temanBenny di Pusat Pendidikan Perwira Angkatan Darat(P3AD) di Bandung pada awal tahun lima puluhan. “PakBenny itu orang intel. Dia merasa aman berada danbekerja di sekitar orang yang dikenalnya dengan baik,”kata Teddy Rusdy. Baru di kemudian hari barisan “anakemas” tercipta, yakni ketika para teman lama telahmendapatkan posisi penting di luar kantor Benny.

~216~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 224: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Carilah di Kalangan MinoritasTambahan cerita tentang Moerdani bersumber pada HarryTjan Silalahi, teman karib Moerdani. Menurut Harry,Benny berprinsip, “Kalau mau mendapatkan orang loyal,carilah di kalangan minoritas.” Cara pandang inilahrupanya yang menjelaskan mengapa kaum santri, kaummayoritas, dijauhi oleh Benny. Maka di sekeliling Bennybanyak ditemukan perwira dari etnis tertentu denganagama yang bukan Islam, atau mereka yang tergolongIslam abangan. Mayjen TNI (Purn.) Syamsuddin, perwiraKopassus yang mantan Panglima Kodam Trikora di Papua,pernah menceritakan kepada saya mengenai posisiasisten intel di berbagai Kodam pada zaman Moerdani.“Memang banyak diduduki oleh para perwira non-Muslim.”

Kembali ke cerita “anak emas” itu tadi. Yang jugaditengarai tergolong kelompok “anak emas” itu adalahpara anggota Fraksi ABRI di DPR pada awal tahunsembilan puluhan. Mayor Jenderal TNI Raja KamiSembiring Meliala adalah tokoh menonjol Fraksi ABRIwaktu itu. Sembiring yang di kemudian hari, setelahReformasi, beralih menjadi anggota DPR dari PDIPerjuangan (PDIP), menurut mantan KSAD JenderalRudini Puspohandoyo adalah satu dari lulusan pertama(1960) Akademi Militer Nasional yang dibina langsungMoerdani.

Sembiring inilah yang dengan vokal dan secaramencolok pada November 1993 mengecam B.J. Habibieyang tampil ke depan dalam kedudukannya sebagai

~217~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 225: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

anggota Dewan Pembina Golkar. Di samping Sembiring,anggota fraksi lain yang juga vokal waktu itu adalahRukmini, seorang perwira Polwan (Polisi Wanita). MenurutAdam Schwarz dalam bukunya Indonesia In Waiting(1994), Rukmini dan Sembiring adalah bagian dari “SayapMoerdani di DPR”. Karena kesal kepada merosotnyapengaruh mereka terhadap Soeharto, Fraksi ABRI diParlemen beranjak kritis. Sikap demikian kemudianberperan mendorong munculnya para vokalis dari FraksiGolkar dan Fraksi PDI serta PPP.

ATAS PETUNJUK KETUA DEWAN PEMBINA, HajiMohammad Soeharto, Habibie, dan semua anggotaDewan Pembina mendukung Harmoko menduduki posisiKetua Umum Golkar, menggantikan Letjen TNI (Purn.)Wahono. Tanpa arahan Soeharto, bisa dipastikan Habibietidak punya kepentingan, apalagi keberanian, menjagokandan mendukung Harmoko.

Penunjukan Harmoko memimpin Golkar sangatmembuat marah sejumlah besar perwira ABRI, terutamaEdi Sudrajat dan Benny Moerdani. “Bukan cuma Bennydan Sudrajat, seluruh ABRI marah,” kata Jenderal TNI(Purn.) Sumitro menegaskan kepada saya sikap tentarawaktu itu.

Apakah Sumitro menolak kepemimpinan sipil diGolkar? Menurut Sayidiman yang dekat dengan Sumitro,“Kami bukan tidak setuju Golkar dipimpin orang sipil, tapiPak Mitro tidak suka Harmoko secara pribadi yangdinilainya oportunis dan tukang ngolor belaka. Kami juga

~218~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 226: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

tidak setuju dengan pimpinan Golkar yang tentara sepertiSudharmono, sebab dia tidak membawa Golkar kedemokrasi yang sehat.”

Saya tidak tahu apakah Sumitro, Benny, Edi Sudrajat,Sayidiman, dan para jenderal lainnya waktu itu sadar,Sudharmono, Habibie, maupun Harmoko, semuanyahanya pelaksana kebijakan dan perintah Soeharto.Sebenarnya para jenderal itu sebagian besar juga pernahmenduduki jabatan penting dengan tugas menjalankankehendak Soeharto. Setelah kemudian tersingkir dariposisi menentukan, barulah mereka secara berangsursadar juga pernah menjadi alat kekuasaan Soeharto.Jenderal Sumitro, misalnya. Sebagai Panglima Kopkamtib,dialah yang ditugasi Soeharto “mengusir” Kemal Idris,Dharsono, dan Sarwo Edhie dari sekitar pusat kekuasaan.

Mengomentari pengangkatan Harmoko ke kursiKetua Umum Golkar, Harold Crouch, peneliti politikIndonesia dari Australia, waktu itu menjelaskan dalamsebuah tulisannya: Harmoko menjadi Ketua Umum Golkarbukan karena dia seorang sipil, tapi karena dia menjadipilihan Istana. Dengan demikian, statusnya sebagaiseorang sipil bukanlah perkara pokok. Tulis Crouchselanjutnya,

Dari segi itu, kedudukan Harmoko mungkin ada kesamaandengan kedudukan salah seorang pendahulunya, yaitu LetjenSudharmono yang ditunjuk sebagai Ketua Umum Golkarsepuluh tahun sebelumnya. Seperti Harmoko, ciri istimewaSudharmono bukan statusnya dari segi dikotomi sipil-militer,tapi hubungan akrabnya dengan dengan Kepala Negara.

~219~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 227: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Sebagai teman lama Harmoko, saya hampir tidakpercaya ketika mendapat inside infos menjelang Munasyang menyebut senior saya di dunia kewartawanan ituakan menduduki kursi Ketua Umum Golkar. Bagaimanabisa? Untuk jadi Ketua Persatuan Wartawan Indonesia(PWI) Pusat saja, Harmoko perlu “dikatrol” olehPangkopkamtib Sumitro.

Dan inilah kisah naiknya Harmoko menjadi Ketua PWIPusat: Pada tahun 1970, terjadi perpecahan dalam tubuhPWI sebagai akibat kongres Palembang yang kisruhkarena diintervensi Opsus. Hasil rekayasa para anak buahAli Murtopo itu mengakibatkan munculnya dua pengurus.Satu dipimpin Rosihan Anwar, yang lainnya di bawah B.M.Diah. Ali Murtopo mendukung B.M. Diah. Kopkamtibmenolak campur tangan Opsus. Pangkopkamtib Sumitroturun tangan mengatasi konflik dengan caramempromosikan Harmoko dari posisi Ketua PWI Jakartake kursi Ketua PWI Pusat.

Alasan Sumitro, Harmoko anak muda, sedangkanRosihan dan Diah sudah sangat senior. Dari posisipemimpin organisasi tunggal para wartawan itulah,Harmoko tertangkap “radar” Soeharto.

Maka, ketika dalam sebuah diskusi Sumitro ngomel-ngomel mengenai Harmoko, saya ingatkan mantanPangkopkamtib itu, dialah yang harus bertanggung jawabterhadap tingkah laku Harmoko. Karena Sumitro-lah yangdulu mengatrolnya. Tapi, lalu apa bedanya penunjukanHarmoko memimpin Golkar dengan pengangkatanJenderal Jusuf, dan Jenderal Moerdani menjadi Pangab?

~220~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 228: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Kedua perwira tinggi itu juga terkejut ketika kebagianposisi Pangab. Bukan cuma Jusuf dan Moerdani, kitasemua juga terkejut. Ternyata kita tidak punya cukupimajinasi membayangkan betapa berkuasanya Soehartohingga dengan mudah menjadikan Jusuf dan Moerdanisebagai Pangab, dan Harmoko sebagai Ketua UmumGolkar.

SEPERTI YANG SUDAH SAYA URAIKAN, menjelangMunas Golkar, Edi Sudrajat sebagai Panglima menyebutABRI punya banyak calon yang disiapkan memimpinGolkar. Tidak lama kemudian, Edi Sudrajat dicopot darikursi Pangab. Feisal Tanjung yang menggantikannyasangat mafhum kehendak Soeharto. Pangab baru itudengan segera mengeluarkan ralat. Katanya, “ABRI tidakpunya calon. Terserah pada Munas.”

Maka, ketika Sembiring Meliala berkata, “Mereka itubukan apa-apa dan akan hilang setelah Soeharto tidak lagiberkuasa,” segera beredar kesan kuat Sembiring Melialahanya “penyambung lidah” yang menyampaikanpendapat Edi Sudrajat, Benny Moerdani, dan para perwirasenior ABRI lainnya.

Mantan Panglima ABRI yang juga mantan pemimpinberbagai lembaga intel itu memang tidak pernahmenunjukkan kepercayaannya kepada politisi sipil.Terhadap kepemimpinan sipil, Sembiring berkomentarlebih jauh, “Rakyat masih mengharapkan ABRI sebagaiPresiden.” Apakah Benny berambisi menjadi Presidensetelah Soeharto? Itu, antara lain, pertanyaan beberapa

~221~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 229: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

wartawan asing di Jakarta hari-hari itu.

“Panglima ABRI. Bukan PanglimaKatolik”Sebagai seorang berlatar belakang Indo dan beragamaKatolik, Benny sangat sadar kemungkinannya menjadiPresiden hampir tidak ada. Kiai Yusuf Hasyim, seorang kiaidari Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jawa Timur, yang jugapaman Presiden Abdurrahman Wahid, pernahmenceritakan kepada saya sarannya kepada Benny agarmasuk Islam saja supaya bisa jadi Presiden. Jawab Benny,“Apakah masyarakat masih akan percaya seorang yangmenjadi murtad hanya karena ingin sebuah jabatan?”

Menurut cerita Bill Morrison, seorang diplomatAustralia yang kenal dekat dengan Benny, yang menjadihambatan bagi Benny untuk jadi Presiden bukan cumakarena agamanya yang Katolik, melainkan juga karenakesadarannya terhadap latar belakangnya sebagai Indo.Sebelum amandemen konstitusi pada zaman Reformasi,UUD 1945 memang mempersyaratkan dipenuhinya syaratwarga negara asli sebagai presiden. Sebagai warga negarayang punya darah Jerman, Moerdani tampaknya tidakmelihat dirinya sebagai warga negara Indonesia asli.

Masih tentang urusan agama yang dianut Moerdaniyang menjadi hambatannya untuk jadi Presiden atau WakilPresiden, Jusuf Wanandi mencatat dalam memoarnyasuatu adegan menarik:

Sebagai orang Katolik, dia tidak akan pernah menjadi Presiden.

~222~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 230: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Dan dia tidak pernah berniat berganti kepercayaan. Itu sudahdikemukakan dengan jelas oleh Benny. Suatu malam, saya ingat,kami semua makan malam bersama: Benny, Harry Tjan, dansaya. Beberapa pemimpin redaksi yang dekat dengan Bennyjuga ada di sana: Jakob Oetama [Kompas] dan Fikri Jufri dariTempo. Tampaknya Fikri sudah minum anggur cukup banyak.Dia menangis, dan lalu menengok kepada Benny. “MengapaAnda tidak masuk Islam agar kami bisa memilih Anda menjadiPresiden?” Kami semua diam. Kami tahu Benny gampang marahdan sulit diduga. Benny memandang tajam ke arah Fikri. “Apakau pikir saya begitu murah, mengganti agama saya hanya untukmendapatkan posisi? Tidak akan.”

Mengenai Benny sebagai seorang berdarah Indo,Teddy Rusdy membenarkan pendapat Morrison danmengenang mantan bosnya sebagai seorang yang sangatsadar sebagai minoritas ganda. “Dia Katolik dan juga Indo.Benny sadar betul pada posisi demikian,” kata Teddy.Jenderal Sumitro pernah memarahi Benny yang tidaksowan (kunjungan kehormatan) kepada Kiai As’ad,seorang kiai karismatik di Asem Bagus, Jawa Timur, ketikaPangab meninjau latihan militer di sekitar sana. Bennymembela diri, “Saya bukan Muslim.” Tapi kata Sumitrokepada Moerdani—sebagaimana yang dikisahkannyakepada saya—“Ben, kau Panglima ABRI, bukan PanglimaKatolik.”

Minoritas Harus Kerja Dua Kali LebihKerasHarry Tjan juga ingat Benny pernah berkata kepadanya,“Har, untuk terbilang, kita sebagai minoritas harus kerja

~223~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 231: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

dua kali lebih keras dari mereka yang mayoritas.” Sayasangat menduga, bukan tidak mungkin kondisi dan latarbelakang seperti inilah yang membuat Benny lebihmelihat prospek dan potensinya sebagai King Maker, dansama sekali tidak berambisi menjadi King. Potensidemikian sudah lama menjadi bahan pembicaraan dikalangan elite Jakarta masa itu. Dan seingat saya, selamaMoerdani menduduki posisi penting, memang tidakpernah muncul pembicaraan di publik yang mengarahpada adanya kecurigaan Benny berambisi menjadiPresiden atau bahkan Wakil Presiden.

~224~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 232: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

~225~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 233: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

L.B. Moerdani bersama Harry Tjan Silalahi di Jakarta, 1982.

Dalam biografi Teddy Rusdy, Think Ahead, diceritakankesan perwira Angkatan Udara itu mengenai Moerdanipada awal pertemuan mereka pada 1974. Tertulis dalambuku tersebut:

Teddy Rusdy terkesan dengan pesan dan visualisasi Pak BennyMoerdani yang mengatakan bahwa dalam menjalani kehidupanini, manusia mempunyai dua pilihan, sebagai seorang aktor atausutradara. Seorang aktor harus tampil di panggung membawakanperan yang diembannya, memainkan peranan sesuai petunjuksutradara. Sedangkan sutradara merencanakan dan membuatjalannya cerita, “making things happen” yang dilakukannya daribelakang layar.

Dua Kali sebagai Pangab?Ketika Harsudiono Hartas dan para jenderal pada 1993nekat mencalonkan Try Sutrisno sebagai Wakil Presiden,tanpa terlebih dahulu berkonsultasi dengan PresidenSoeharto, bahkan juga tidak dengan Jenderal Try Sutrisnosendiri, banyak pengamat politik—tentu juga Soeharto—yang yakin Benny berada di balik punggung Hartas. Bagiorang-orang itu, Benny adalah sutradara yang “makingthings happen”, sebab mantan Pangab itu, karena alasanagama dan latar belakang keluarga, memang hanyamungkin berperan sebagai “sutradara”.

Seperti yang sudah saya jelaskan, lima tahunsebelumnya, sesaat setelah diturunkan secara mendadakdari posisi Panglima ABRI, Benny menolak dicalonkanmenjadi Wapres oleh Fraksi ABRI di MPR. Dia menunjuk

~226~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 234: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Try Sutrisno, Panglima ABRI yang baru, sebagai tokohyang harus dicalonkan. Ketika Benny menunjuk TrySutrisno sebagai calon Wapres, alasannya Try adalahPanglima ABRI—“Ketua Partai ABRI”, menurut istilahBenny waktu itu—sedangkan Benny sudah meninggalkanposisi tersebut. Di kemudian hari baru kita ketahui TrySutrisno memang teman lama Benny, yakni sejakkeduanya bersama-sama memulai karier militer diBandung. Waktu itu Moerdani baru saja menjadi perwiraInfantri dengan pangkat Letnan Dua, sedangkan Try masihSersan Taruna pada Akademi Teknik Angkatan Darat(Atekad).

Ketika meninggalkan jabatan Ajudan Presiden, Trydiajak Benny bergabung ke komunitas intelijen yangberada di bawah pimpinannya. Menurut cerita Try kepadasaya, Benny mencoba meyakinkannya bahwa dia tidakpunya hari depan di Angkatan Darat karena Try perwiraZeni, bukan Infantri. Tapi, kekuatan dan kontrol Soehartoatas ABRI terbukti telah menjadikan apa yang hampir tidakmungkin menjadi sangat mungkin. Sebagai perwira Zeni,Try Sutrisno bukan hanya berhasil memimpin AngkatanDarat, melainkan juga berhasil menduduki kursi PanglimaABRI.

Keputusan Soeharto yang berhasil melambungkan TrySutrisno ke posisi tertinggi dalam tatanan militer Indonesiajustru makin membuka peluang bagi Moerdanimemainkan peranannya sebagai tokoh pemikir politikABRI. Persahabatan lama Try dengan Moerdani itulahyang menjelaskan mengapa Benny diterima dengan

~227~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 235: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

senang hati oleh Panglima penggantinya sebagaisemacam supervisor (pembimbing) selama Try duduk dikursi Panglima ABRI. Dari kedekatan itulah, pikiran dangagasan politik Moerdani mengalir ke dalam ABRI.

Sebagai teman lama, Benny tahu betul siapa Try,kapasitas dan kemampuannya. Dan karena itumemerlukan bimbingan Moerdani. Dalam salah satuwawancara kami, dengan nada setengah memprovokasisaya tanya Benny, “Anda ini dua kali jadi Pangab.” Dengansedikit membelalakkan mata, Benny bertanya,“Bagaimana bisa?” Jawab saya, “Waktu Pak Benny jadiPangab, itu jelas Pak Benny Pangab. Tapi ketika Pak TrySutrisno jadi Pangab, menurut banyak jenderal, Pak Bennyjuga Pangab.” Komentar Benny singkat dan dingin, “Well,in a way.”

Inilah tampaknya penjelasan mengapa sebagian stafyang dipakai Benny sebagai Panglima ABRI dimanfaatkanterus oleh Try Sutrisno. Inilah juga barangkalipenjelasannya mengapa Benny menjagokan Try menjadiWapres ketika usia Soeharto sudah beranjak sepuh.“Kalau terjadi sesuatu dengan Soeharto, orang Bennysudah siap menunggu di samping puncak kekuasaan,”kata Jenderal Rudini yang sudah lama bersikap kritis danwaspada kepada Moerdani. Hubungan akrab Moerdanidan Sutrisno ini jugalah yang menjadi penjelasan mengapahubungan Soeharto dengan ABRI makin tidak mulus padamasa kepanglimaan Try Sutrisno.

“Ah, Kita yang Bodoh”

~228~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 236: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Saya berada di Melbourne, Australia, ketika Moerdanimeninggal dunia setelah sakit berat cukup lama. Media-media Australia hampir semuanya memberitakanwafatnya mantan Pangab tersebut. Beberapa koran malahbercerita lebih jauh tentang tersingkirnya Moerdani darisisi Soeharto setelah sebelumnya sangat dipercaya danamat berkuasa.

Kembali ke Jakarta, saya mendengar cerita menariktentang hari-hari terakhir mantan pemimpin intel itu. Salahsatu cerita menyebutkan, dalam keadaan fisik yang sudahamat lemah, Moerdani masih berusaha berdiri dari kursirodanya dengan sikap sempurna memberi hormat ketikatelevisi memperdengarkan lagu Indonesia Raya.

Tidak bisa diragukan lagi, Benny Moerdani adalahseorang patriot yang membaktikan seluruh hidupnyakepada negara lewat profesi militer. Dalam pengabdianitu, untuk waktu lama, Moerdani melihat Soehartosebagai personifikasi negara. Itulah yang menyebabkanBenny mengabdikan waktu, tenaga, dan keahliannyasebagai aparat sekuriti dan bodyguard, berperan sebagai“anjing herder” penjaga keamanan Soeharto dankeluarganya.

Di kemudian hari Moerdani sadar, selama bertahun-tahun menyamakan Soeharto dengan negara merupakankesalahan besar yang telah dilakukannya. “Hebat, ya, PakHarto? Bisa bertahan begitu lama, sementara Sukarnohanya tahan beberapa tahun,” komentar saya tentangSoeharto pada sebuah wawancara dengan Moerdani.“Ah, tidak. Kita yang bodoh,” sergah Benny. Kesadaran

~229~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 237: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

akan kebodohan datang terlambat. Bapak Presiden sudahamat berkuasa dan Jenderal Moerdani dan para jenderallainnya tidak mungkin berbuat apa-apa lagi.

Maka bagi saya, Benny adalah korban dari kekuasaantak terbatas yang pernah ikut dia bangun, kelola, danlindungi dengan sepenuh hati, tenaga, dan fanatisme.

Mungkin Benny memang pernah merasa kekuasaan ditangannya hampir tak terbatas. Mula-mula dengankekuasaan itu seluruh hidupnya diabdikannya kepadaSoeharto, orang yang memercayakan kepadanyakekuasaan yang begitu besar. Tapi, dinamika kekuasaanbesar itu jugalah yang mendorongnya mengembangkanvisi dan misi sebagai perwira yang berprinsip harusmendahulukan kepentingan negara daripada sekadarmengamankan seorang Soeharto dan keluarganya.

Benny pernah merasa dirinya seorang yang amatdekat dan spesial bagi Soeharto. Keamanan Soehartoselalu dalam pantauan dan kontrol Benny. Bahkan, sampaimemasuki area Masjidil Haram dilakukan Benny demikeamanan Soeharto dan keluarganya.

Untuk keselamatan salah satu penerbangan BapakPresiden ke wilayah Timur Tengah, Benny pernah sampaimeminta pinjaman roket dari Israel—negara yang tidakpunya hubungan diplomatik dengan Indonesia—untukmenangkal kemungkinan serangan kepada pesawatkepresidenan. Apakah memang penerbangan Presidenwaktu itu terancam? Siapa yang mengancamnya?Kemungkinan besar yang tahu jawaban pertanyaantersebut hanya Moerdani sendiri. Lagi pula pertanyaan itu

~230~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 238: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

tidak begitu relevan, sebab yang lebih penting adalahdemonstrasi loyalitas dan dedikasi serta kerja kerasMoerdani menjaga Soeharto.

Demi keamanan Soeharto dan keluarganya, kaca-kacajendela ruang depan kediaman Jalan Cendana konondiganti Moerdani dengan kaca tahan peluru. Untukkeselamatan sang Presiden di jalan, Benny memesankhusus mobil yang bukan cuma kebal peluru, tapi jugatahan granat. Mobil berlapis baja istimewa itu akhirnyanongkrong di garasi karena dipandang terlalu berat. Lagipula Soeharto tampaknya juga yakin tidak ada orang yangakan melemparinya dengan granat. Sebuah sumber malahbercerita tentang tindakan Benny menyadap kediamanJalan Cendana. Bukan untuk memata-matai Soeharto,melainkan justru untuk tahu apa sebenarnya kemauanSoeharto.

Kok, Begini Jadinya Nasib Kita, Sim?Pada masa kekuasaan Sukarno, percobaan pembunuhanatas diri Pemimpin Besar Revolusi itu memang beberapakali terjadi. Tapi hal demikian dialami Sukarno sebelumterbentuknya pasukan pengawal Presiden yang dikenalsebagai Resimen Cakrabirawa. Menarik untuk diketahui,pembentukan Cakrabirawa adalah gagasan JenderalNasution setelah beberapa kali terjadi percobaanpembunuhan atas diri Sukarno. Resimen pengawalPresiden itu diresmikan oleh Sukarno pada tanggal 6 Juni1962. Ironisnya bagi Nasution, pasukan yang digagasnyaitulah kemudian yang nyaris membunuhnya dan berhasil

~231~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 239: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

menewaskan putri bungsu Kepala Staf AngkatanBersenjata tersebut.

Sebagai ganti Cakrabirawa, pada awal kepresidenSoeharto, dibangun Pasukan Pengamanan Presiden(Paspampres) yang jauh lebih hebat dari ResimenCakrabirawa dulu. Dengan jaringan pengamanan yanglebih canggih, Soeharto jelas tidak lagi memerlukan mobilantigranat atau rumah dengan kaca antipeluru.

~232~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 240: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

KSAD A.H. Nasution dan Asisten KSAD Ahmad Yani.

Juga perlu saya tambahkan bahwa bisa dipastikanbukan Soeharto yang membuat aturan untuk menghindarijumpa Nasution pada berbagai resepsi perkawinan. AdalahBenny—menafsirkan kekesalan Presiden terhadapNasution yang terus mengkritiknya—yang mengatur agarpertemuan kedua tokoh tidak sampai terjadi. Jenderal

~233~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 241: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Nasution pernah menceritakan kepada saya beberapa kaliundangan resepsi perkawinan yang diterimanya ditarikkembali oleh sang pengundang atas desakan aparatsekuriti kepresidenan. Pasalnya, pada jam yang samaSoeharto juga akan hadir.

Ketika T.B. Simatupang mantu di gedung yangsekarang dikenal sebagai Balai Kartini, Nasution baru bisadatang pada pukul 10 malam, yakni ketika Soeharto sudahmeninggalkan gedung. Menurut cerita MangadangNapitupulu, seorang keponakan Jenderal Simatupang,ketika kedua mantan pendiri dan petinggi TNI ituberangkulan, dalam bahasa Batak, Nasution berkatakepada teman sekolahnya di Akademi Militer Bandungdahulu, “Kok, begini jadinya nasib kita, Sim?”

Demi kenyamanan dan kepuasan Soeharto jugalahsuatu kali Moerdani merencanakan penangkapanNasution yang sibuk ceramah di berbagai tempat.Ceramah-ceramah yang bernada kritis terhadappemerintah itulah yang mendorong Benny merencanakanbertindak. Hanya campur tangan Jenderal T.B.Simatupang waktu itu yang menyelamatkan temanseperjuangannya.

Untuk itu, Simatupang harus datang sendiri ke kantorBais membujuk Benny agar jangan membiasakanmenangkap seniornya. “Tapi, orang tua itu sudah sangatjengkel,” keluh Benny menjelaskan kemarahan Soehartokepada kritik-kritik Nasution. “Ah, Nas itu sudah sakit-sakitan. Nanti saya sampaikan keluhanmu.” Berhasilmenenangkan Benny, Simatupang melanjutkan, “Buat

~234~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 242: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

apa pula kau pasang tukang jual rokok di depanrumahnya?” Tukang jual rokok itu adalah anak buahMoerdani yang dipasang di sana untuk mengawasimantan KSAD yang juga mantan KSAB itu.

Menempatkan intel yang menyamar sebagai tukangrokok yang berjualan di depan rumah orang yangdimusuhi dan diawasi pemerintah rupanya sudah menjaditradisi intel Indonesia dalam mengintai sasarannya.Penjual rokok juga dipasang di depan rumah Sudjatmoko—cendekiawan terkemuka yang juga mantan orang dekatPerdana Menteri Sjahrir—oleh Kepala Badan PusatIntelijen (BPI), Dr. Subandrio, pada masa Orde Lama. Dantentu banyak lagi penjual rokok “jadi-jadian” yang“berjualan” di depan rumah orang-orang yang dimusuhipemerintah pada zaman Orde Lama maupun Orde Barukemudian.

Sebagai mantan pejabat tinggi militer, Nasution jelastahu budaya intel Indonesia. Karena itu, dia sadar dirinyaselalu dalam pengawasan. Suatu kali pada November 1984ketika saya sedang mewawancarai Jenderal itu di depanjendela paviliun yang ditempati putrinya, seseorangsedang memotong rumput di bawah jendela tersebut.Nasution kelihatan gelisah dan terganggu, lalu mengusir situkang potong rumput. “Wah, di mana-mana kita diikutiintel,” keluhnya. Saya terkesima oleh ketakutan Nasutionkepada tukang rumput yang mungkin intel, tapi bisa jugabukan. Beginilah akhirnya nasib seorang yang pernahsangat berkuasa di Indonesia, pikir saya. Ternyatakemudian dengan tukang rumput saja dia sudah

~235~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 243: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

ketakutan.Pikiran demikian muncul juga di kepala saya ketika

melihat potret Sukarno dengan muka membengkak—akibat tidak cuci darah meski ginjalnya sudah nyaris tidakberfungsi—ketika menghadiri perkawinan putrinya,Rahmawati. Waktu itu Sukarno memang sudah lamadisingkirkan dari Istana Merdeka dan Istana Bogor.

Nasib yang sama kelak dialami juga Soeharto. Meskisecara fisik aman dan terjaga di Jalan Cendana setelahmundur dari jabatan Presiden, tapi tidak jauh darikediaman pribadi mantan Presiden terlama Indonesia itu,selama beberapa hari ribuan mahasiswa berdemonstrasidan—lewat pengeras suara—memaki-makinya denganbebas tanpa gangguan aparat keamanan. Betapa tidaklanggengnya kekuasaan, pikir saya.

MASIH TENTANG NASIB NASUTION dan sikap sertakebijakan Moerdani yang selalu menjaga keselamatan dankenyamanan Soeharto. Ketika Nasution melayat jenazahJenderal T.B. Simatupang, mantan KSAD dan mantanKSAB itu dengan kasar didorong ke luar ruangan jenazaholeh para pengawal Soeharto. Waktu itu, PresidenSoeharto memang akan segera tiba.

Kebijakan demikian jelas bukan karena kehadiranNasution mengancam keselamatan Soeharto. Ke manapun Bapak Presiden pergi, pengamanan secara ketatselalu menyertainya bahkan jauh sebelum ketibaannya.Maka, bisa dipastikan perlakuan kasar kepada Nasutionmerupakan kebijakan Benny melulu demi kenyamanan

~236~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 244: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Soeharto.Hal yang sama juga dilakukan oleh Laksamana TNI

Sudomo terhadap Ali Sadikin dan teman-temannya parapenanda tangan Petisi 50. Berbeda dengan Benny yangintel, Sudomo yang pelaut, secara polos dan terbukamengumumkan bahwa dialah—sebagai Pangkopkamtib—yang mencekal seniornya agar tidak mempunyaikesempatan berada bersama Soeharto dalam suatu acara.Sudomo selaku Pangkopkamtib juga menjatuhkanhukuman “mati secara perdata” kepada para seniornya.

Akibat hukuman tersebut, Ali Sadikin, keluarganya,dan teman-temannya tidak bisa berbisnis. Pangkopkamtibmelarang semua bank melayani mereka. Koran, radio, dantelevisi juga dilarang mengumumkan pernyataan danketerangan kelompok Petisi 50 yang oleh Sudomo dinilaihanya akan mengganggu kenyamanan PresidenSoeharto. Maka, informasi kegiatan Petisi 50 harus kitacari pada media asing, sebab hanya wartawan luar negeriyang bertugas di Jakarta yang sulit dicegah Moerdani danSudomo meliput dan memberitakan kegiatan teman-teman Ali Sadikin tersebut.

Sekian tahun setelah Sudomo meninggal, dariseorang mantan pembesar Angkatan Laut, saya mendapatinformasi mengenai tindakan Sudomo terhadap AliSadikin. “Perintah Soeharto,” kata sumber tersebut, “AliSadikin harus ditangkap. Tapi, Sudomo berhasil membujukSoeharto agar Pangkopkamtib itu tidak dipaksamenangkap seniornya. Karena tindakan demikian itubertentangan dengan tradisi Angkatan Laut.” Jalan

~237~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 245: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

tengahnya, pencekalan serta “pembunuhan secaraperdata”.

Menyembelih Ayam PetelurSebagai seorang politisi yang canggih dan jenderal yangberpengalaman, demi keamanan dan kelanggengankekuasaannya, Soeharto memanfaatkan bukan cumaBenny, melainkan banyak orang lain dengan berbagaimacam tugas. Di mata Soeharto, tak seorang pun diantara mereka dekat dan spesial. Mereka semua hanyaalat penyangga kekuasaan Soeharto.

Ali Murtopo, misalnya, pada awal Orde Barudipandang masyarakat luas sebagai tokoh amat pentingdan menentukan di pusat kekuasaan. Dari penampilannya,Murtopo dianggap amat berpengaruh kepada Soeharto.Murtopo sebagai perwira yang ikut Soeharto sejak masakepanglimaan Bapak Presiden di Semarang, niscaya tahupandangan umum tersebut. Karena itu, dia menciptakandan menjaga citranya sebagai orang penting di sekitarSoeharto.

Di kemudian hari Murtopo dicampakkan begitu sajaketika masa bergunanya bagi sang Presiden sudah habis.“Saya ini bagaikan ayam petelur. Setelah tidak lagibertelur, disembelih,” keluh Ali Murtopo—pada pestaulang tahunnya di Hotel New Otani, Tokyo—kepadaJenderal Sayidiman, Duta Besar Indonesia untuk Jepangwaktu itu.

Menurut Sayidiman, waktu itu Indonesia sedangmenghadapi Pemilu 1983, dan Ali Murtopo yang

~238~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 246: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

menduduki kursi Menteri Penerangan sejak 1978 sudahlebih dahulu memberi nama-nama calon Menteri Mudauntuk duduk di kabinet mendatang. Salah satu nama yangdiusulkan adalah Jusuf Wanandi, tokoh CSIS danpembantu dekat Murtopo yang ikut mendampingi BosOpsus tersebut di Tokyo waktu itu. Semua usul ditolakSoeharto. “Lha, kapan Jusuf Wanandi bisa jadi Menteri?”keluh Murtopo kepada Sayidiman.

Nama-nama yang diusulkan Murtopo untukmenduduki posisi eselon satu di DepartemenPenerangan, juga bernasib sama. Usul ini disampaikanJenderal yang Bos Opsus dengan keyakinan dirinya akantetap menjadi Menteri Penerangan sambil mendudukikursi Menko yang katanya telah dijanjikan Soehartokepadanya. Tapi, kemudian Murtopo ternyata hanyakebagian kursi di Dewan Pertimbangan Agung (DPA).Artinya, sama sekali tersingkir dari kabinet dan kekuasaan.

~239~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 247: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

~240~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 248: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Ali Murtopo dengan Presiden Soeharto.

Yang menggantikannya sebagai Menteri Peneranganadalah Harmoko, pilihan yang kabarnya dianggap sebagaipenghinaan yang amat menyakitkan Ali Murtopo. Sebuahsumber di dekat Soeharto mengutip Bapak Presidenberkata, “Tugas sebagai Menteri Penerangan cukupdikerjakan oleh orang seperti Harmoko saja.”

Tidak lama setelah menjadi anggota DPA, Murtopomendadak meninggal di ruang kerjanya di Gedung DewanPers, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat. “Seranganjantung,” kata dokter. Itu serangan jantung kedua, yangpertama terjadi di Kuala Lumpur. “Pak Ali memang tidakberhati-hati menjaga kesehatannya. Beliau perokokberat,” kata Jusuf Wanandi. Tapi, Murtopo bukan sajatidak hati-hati menjaga kesehatannya, lebih penting dariitu dia juga tidak cukup jeli mempelajari tingkah laku politikSoeharto yang telah didukungnya sejak mereka bersamadi Semarang.

Sekian tahun setelah kematian Murtopo, Soehartomenjelaskan hubungannya dengan mantan pembantunyaitu dalam memoar sang Presiden yang berjudul, Soeharto:Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya. Menurut Soeharto,

Sebelum Ali Murtopo meninggal, ada yang suka menilai bahwaAli Murtopo itulah yang menentukan. Karena apa? Mungkinkarena dia pandai bicara, berani, atau dinilainya sebagai Aspri,sehingga merupakan pembantu utama saya yang terdekat dansegala sesuatunya bergantung pada dia. Dengan menilainyaseperti ini, orang mengira, bahwa pemerintah tidak bisamengambil keputusan tanpa dia. Karena Ali Murtopomemimpin CSIS yang di Tanah Abang, maka orang mengira

~241~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 249: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

bahwa lembaga itulah dapurnya pemerintah. Kalau bergantungpada Ali Murtopo, berarti kalau Ali Murtopo meninggal,pemerintah tidak bisa jalan. Kenyataan menunjukkan bahwadengan meninggalnya Ali Murtopo, pemerintah tetap bisaberjalan. Dan saya bisa memimpin. Maka tidak benar bahwasegalanya itu bergantung pada dia.

Jenderal Sumitro juga pada awal Orde Baru disebutorang kuat kedua Indonesia di samping Soeharto. Dariposisi “orang kuat” tersebut, Sumitro terlibat bentrok(Malari 1974) dengan Ali Murtopo dan SudjonoHumardani. Keberanian dan ketegasan Sumitro itutampaknya memicu kecemasan Soeharto. Dengan satugerakan, karier militer Sumitro dihabisi begitu saja.Sumitro sebagai Jenderal bintang empat “terpaksa”pensiun dini pada usia yang relatif muda. Berhenti sebagaiPangkopkamtib beberapa hari setelah Malari, Sumitromenolak tawaran menjadi Dubes di Washington. Jenderalyang berbadan subur itu memilih berdagang bersamasejumlah mantan anak buahnya dari masa berjuang diJawa Timur pada zaman Revolusi dahulu.

Pengalaman menyingkirkan dengan gampang orang-orang yang pernah berjasa kepadanya itu kemudianmenjadi ciri mencolok kepribadian Soeharto. BagiPresiden terlama Indonesia ini tidak ada teman baru,teman lama, teman dekat, atau teman jauh. Semuanyasama saja, semuanya hanya alat yang ada masa pakainya.Dalam hal ini Soeharto mungkin bisa diumpamakansebagai seorang pemeras kelapa yang andal. Dia pandaimemilih dan memanfaatkan kelapa yang bersantan

~242~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 250: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

banyak. Setelah santan terperas, ampasnya segera sajadicampakkan.

TIDAK BERLEBIHAN UNTUK MENYIMPULKAN, NASIBBENNY MOERDANI sebenarnya tidak jauh berbedadengan nasib Jenderal A.H. Nasution, Jenderal Sumitro,Jenderal Kemal Idris, Jenderal H.R. Dharsono, danJenderal Sarwo Edhie, beberapa tahun sebelumnya.Dengan dukungan Angkatan Darat pimpinan Nasutionpada 1959, Sukarno mendapat kekuasaan amat besarsebagai Presiden lewat sebuah sistem presidensial akibatberlakunya kembali UUD 1945. Adalah Nasution yang telah“memaksakan” berlakunya kembali UUD 45.

Dengan kekuasaan besar yang sudah berada ditangan, Sukarno merasa tugas Nasution sudah selesai.Pada 1962, dengan licik Sukarno menyingkirkan Nasution.Mantan KSAD itu “ditendang ke atas” ke posisi KepalaStaf Angkatan Bersenjata (KSAB) tanpa garis komando kepasukan dan dengan tugas yang lebih bersifatadministratif.

Kemal, Dharsono, dan Sarwo Edhie adalah tiga “KingMaker” yang memanggul Soeharto naik menggantikanSukarno pada awal Orde Baru. Setelah mengonsolidasikankekuasaannya, Kemal, Dharsono, dan Sarwo—denganmemanfaatkan Pangkopkamtib Sumitro—semuadisingkirkan Soeharto ke tempat yang tidak penting danjauh dari pusat kekuasaan.

Seperti Nasution, Kemal, Dharsono, dan Sarwo Edhiesebelumnya, peran Benny juga berakhir setelah Soeharto

~243~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 251: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

—dengan menggunakan tangan besi sang Kepala Intel—sudah berhasil mengonsolidasikan kekuasaannya.Nasution dan Benny Moerdani adalah dua jenderal yangamat menonjol pada masa berkuasa mereka. Keduanyamemimpin tentara sebagai kekuatan politik terpenting.Maka, tidak usaha heran jika sang Presiden—Sukarnomaupun Soeharto—selalu waspada kepada pemimpintentaranya masing-masing, sebab memang tidak adakekuatan sipil yang berposisi sebagai ancaman seriusterhadap kekuasaan mereka.

Sukarno maupun Soeharto menaiki takhta kekuasaankarena dukungan tentara. Oleh sebab itu, di matakeduanya hanya tentara pula yang berpotensimenjatuhkan mereka. Pada masa dinas sebagai pemimpinmiliter, Nasution dan Moerdani mengontrol tentara yangdipersepsikan oleh kedua Presiden sebagai sumberpotensi ancaman. Untuk itulah—setelah tugas merekamengukuhkan kekuasaan sang Presiden selesai—keduanya harus secepatnya disingkirkan dari berandapusat kekuasaan.[]

~244~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 252: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

S

SUDOMO, LAKSAMANA

TNI DI TENGAH LAUTAN

JENDERAL

udomo yang meninggal pada 18 April 2012 adalahsalah seorang tokoh terkemuka zaman Orde Baru

yang bertahan lama di pusat kekuasaan. Berkat hubungankhususnya dengan Presiden Soeharto sejak masa OperasiTrikora Pembebasan Irian Barat, Sudomo menjadi satu-satunya perwira Angkatan Laut yang menduduki posisipenting hampir sepanjang sejarah Orde Baru. Sudomopernah menduduki jabatan Kepala Staf Angkatan Laut,pernah memimpin Kopkamtib, Wakil Panglima ABRI,Menteri Perburuhan, Menkopolkam, dan akhirnyamenduduki kursi Ketua Dewan Pertimbangan Agung(DPA).

Jauh sebelum jabatan-jabatan penting di tingkat pusatitu, Kolonel (waktu itu) Sudomo sudah menjadi komandanoperasi yang melibatkan beberapa kapal Motor TorpedoBoat (MTB) Angkatan Laut dalam operasi penyusupanpasukan ke daratan Irian Barat pada 1962. Kisah tentangoperasi yang dipimpin Sudomo itu menjadi amat terkenalkarena salah sebuah MTB yang dikomandoinya bernamaMacan Tutul. Ikut berlayar di kapal tersebut adalah

~245~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 253: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Laksamana Pertama TNI Yos Sudarso. Sang Laksamanatewas bersama sejumlah anak buahnya ketika MTB yangditumpanginya pada 15 Januari 1962 dipergoki danakhirnya ditenggelamkan oleh kapal perang Belanda diLaut Arafuru.

Sudomo kemudian ditarik ke Makassar membantuPanglima Mandala, Mayjen TNI Soeharto. KedudukanSudomo di Makassar adalah Panglima Angkatan LautMandala. Kerja sama Soeharto-Sudomo di Makassar itulahyang menjadi awal sebuah hubungan kerja yangberlangsung puluhan tahun.

Bersama Sudomo, juga ada Laksamana Muda Udara(Marsekal Muda, sekarang) Leo Wattimena. Leo, seorangpenerbang tempur, dipercayai menduduki jabatanPanglima Angkatan Udara Komando Mandala.Hubungannya dengan Soeharto waktu itu sangat baik.Kalau Leo terbang, Soeharto menanti di pangkalan udarasampai Leo mendarat kembali.

Hubungan Leo dengan Soeharto mendadak rusakwaktu Gestapu. Karier Leo berakhir sebagai Duta BesarIndonesia di Italia, berkedudukan di Roma. Dalamkunjungan saya ke Italia pada 1970, saya jumpa Leo. Waktuitu dia masih berharap dapat ditempatkan di Dephankamkalau pulang ke Jakarta selepas jadi Dubes. Tapi, bagiSoeharto dia sudah selesai.

~246~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 254: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

~247~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 255: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Panglima Mandala, Soeharto dan Kolonel Sudomo memeriksakesiapan Angkatan Laut menjelang operasi merebut Irian Barat, 1962.

Mendekati rekor Sudomo di sekitar Soeharto—berkuasa selama 32 tahun—hanya ada tiga orang pentingOrde Baru lainnya: B.J. Habibie, menduduki jabatanMenteri Riset dan Teknologi dari 1978 sampai akhirnyamenjadi Wakil Presiden; Harmoko, menjadi satu-satunyaorang Indonesia yang berhasil menduduki jabatan MenteriPenerangan sepanjang lebih dari 10 tahun tanpa henti,dan beberapa tahun terakhir dirangkap pula denganjabatan Ketua Golkar sebelum menjadi Ketua Parlemen;L.B. Moerdani, adalah Kepala Intel militer terlama (14tahun) dalam sejarah Indonesia. Sudharmono juga wajibdicatat sebagai Sekretaris Negara terlama, sebelumakhirnya menjadi Wakil Presiden.

MENJELANG SIDANG UMUM MPR bulan Maret 1978, parapimpinan mahasiswa dari Bandung, Jakarta, Surabaya,Yogyakarta, dan Bogor mendatangi Istana Kepresidenanpada tanggal 18 bulan itu. Tujuan kunjungan, mendesakSoeharto agar tidak lagi melanjutkan kekuasaannyasebagai Presiden lewat sidang MPR bulan Maret tahun itu.Soeharto tidak ada di Istana. Tapi dua hari kemudian,Pangkopkamtib Sudomo mulai bertindak.

Sejumlah koran nasional diberangus. Mereka dituduhmembesar-besarkan kegiatan mahasiswa. LangkahSudomo berikutnya, tentara dikerahkan mendudukisejumlah kampus. Aparat Kopkamtib menahan 143mahasiswa. Banyak di antara mereka dikirim ke penjara

~248~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 256: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

setelah diadili. Dan surat kabar-surat kabar yangterberangus hanya bisa terbit kembali setelah terlebihdahulu setuju dengan syarat—kesediaan menyensor dirisendiri—yang disiapkan oleh Sudharmono, SekretarisNegara waktu itu.

Dalam kedudukannya sebagai Pangkopkamtib danWakil Panglima ABRI, Sudomo juga “ditugaskanmengawasi” Panglima ABRI Jenderal Jusuf. Tahu dirinyaterus diamati, Jusuf menikmati kedudukannya sebagaiPanglima dengan menyibukkan diri berkeliling meninjaupasukan di hampir seluruh penjuru Indonesia. JenderalJusuf adalah Menteri Hankam dan Panglima ABRI yangmenghabiskan paling banyak waktu di lapangan. Sebagianbesar urusan kantor diserahkan Jusuf kepada Sudomo,wakilnya. Dengan Moerdani, Kepala Intel dan Sudomosebagai Wapangab dan Pangkopkamtib yang secarabersama “bertugas” mengawasi Pangab, Jusuf memangtidak mungkin menjadi ancaman bagi Soeharto.

Dengan demikian, ketika Jenderal Jusuf mencobaangkat bicara politik dengan menyebut ABRI harus beradadi atas semua golongan, dan bahwa para jenderal tidakboleh dagang atau menjadi gubernur, adalah Sudomoyang ditugaskan Soeharto berkeliling ke Kodam-Kodammenyampaikan pesan Bapak Presiden yang menyebutpendapat Pangab itu tidak realistis. Sudomo juga bertugasmeyakinkan para petinggi Golkar, ABRI akan tetapmendukung mereka.

MESKI LAMA JADI ORANG PENTING, Sudomo dalam

~249~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 257: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

tahun-tahun terakhir Orde Baru bukan lagi pejabat yangdiperhitungkan. Sebagai Ketua DPA tugasnya hanyamenasihati pemerintah, dan masukan itu sifatnya rahasia,artinya tidak untuk disebarkan kepada publik. Menurutbeberapa mantan anggota di DPA, kebanyakan masukanmereka tidak dihiraukan Soeharto. Karena itu, banyakyang memplesetkan DPA sebagai Dewan PensiunanAgung.

Mungkin karena pernah lama menjadi pejabatpemerintah yang selalu menjadi sumber berita pers,Sudomo sudah amat terbiasa berurusan denganwartawan. Dan dalam suasana persaingan pers yangmakin ketat, wartawan tentu senang mendapatkan beritadari orang seterkenal Sudomo. Dengan latar belakangseperti inilah, munculnya sejumlah komentar Sudomoyang kadang menimbulkan kebingungan publik menjelangberakhirnya rezim Orde Baru.

Tentu tidak bisa kita menuduh Sudomo sebagaimenderita post-power syndrome, sebab mantanLaksamana ini kabarnya waktu itu masih mempunyai aksescukup besar ke Presiden Soeharto sampai saat terakhirhidup sang mantan Presiden. Paling-paling kita bisamelihat Sudomo sebagai orang yang sudah pindah kursi,tapi merasa masih duduk di kursi lamanya. Barangkalikarena dihinggapi “penyakit” lupa—yang kabarnya seringmenyerang pembesar yang telah kehilangan jabatanpenting—itulah, maka Sudomo yang tetap bersahabatdengan wartawan, kadang menjadi sumber berita untukhal-hal yang bukan lagi wewenangnya.

~250~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 258: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Pada suatu hari menjelang krisis Orde Baru, misalnya,Sudomo mendadak muncul secara dramatis di berbagaimedia. Waktu itu ada kerusuhan di Tasikmalaya, JawaBarat, sebagai bagian dari kerusuhan menjelang jatuhnyaOrde Baru. Mengulangi kebiasaan lamanya sebagaiPangkopkamtib atau Menkopolkam, Sudomomengomentari kerusuhan tersebut dan dengan yakinmenyebutnya sebagai didalangi oleh DI/TII. Menurutteman yang mendengarkan penjelasan Sudomo itu, gayapenjelasan itu santai tapi meyakinkan, persis seperti ketikaSudomo masih memimpin Kopkamtib dulu. “Jangan-jangan beliau masih merasa berada di kantor Kopkamtib,”gurau teman saya itu. Tapi, teman wartawan itu tiba-tibadengan serius bertanya kepada saya, “Menurut Bung,apakah mungkin masih ada DI/TII yang potensialmengacau dengan menimbulkan kerusuhan seperti diTasik itu?”

Dari dulu saya tidak yakin ada DI/TII yang mengacaupada masa Orde Baru ini. Bukti yang dikemukakanpemerintah waktu itu kurang meyakinkan saya sebagaipeneliti maupun sebagai wartawan. Yang saya dengarsepanjang usia Orde Baru sehubungan dengan soal DI/TII,terutama ketika Ali Murtopo masih hidup, soal tersebutadalah hasil rekayasa Opsus pimpinan Ali Murtopo. Untuktujuan politiknya, Ali Murtopo memang terkenalmenggunakan cara apa saja. Ketika, misalnya, beroperasimemberantas PRRI di Sumatra Barat, Ali Murtopo bahkanmenggunakan orang-orang Komunis (terutama PemudaRakyat) untuk mengejar tokoh-tokoh PRRI.

~251~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 259: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Ketika melawan PKI setelah Gestapu, dan kemudianuntuk mendiskreditkan kekuatan politik Islam agar tidakmenjadi saingan Golkar, Ali Murtopo menggunakanjaringan lama DI/TII yang sebelumnya telah berhasil“dijinakkan” oleh Siliwangi di Jawa Barat. Dan sepertidiketahui, dengan menggunakan berbagai namaorganisasi, orang-orang DI/TII itu di kemudian hari disikatsendiri oleh Ali Murtopo ketika kegunaan mereka sudahtidak diperlukan lagi.

Namun, seandainya memang benar DI/TII menjadiotak kerusuhan di Tasikmalaya atau di mana saja danSudomo memiliki bukti, seyogianya mantan petinggiKopkamtib itu melaporkan temuannya itu kepadaPangab/Ketua Bakostranas yang bertanggung jawab ataskeamanan waktu itu. Artinya, Sudomo yang bukan lagipejabat keamanan tidak sewajarnya mengumumkannyasendiri, sebab itu bukan wewenangnya. Keamanan danketertiban tidak mungkin tercapai jika aturan main kitalanggar semau kita saja. Saya yakin Sudomo tentu amatmafhum tata krama itu. Bukankah beliau lama memimpinKopkamtib yang tujuannya menciptakan keamanan danketertiban?

Lagi pula sebagai mantan perwira tinggi, sudahsepatutnya Sudomo memberikan contoh bagaimanamenghormati dan mempercayai perwira-perwira ABRIjuniornya yang bertugas menangani urusan keamanan.Dengan mengumumkan langsung sinyalemennya kepadamasyarakat, Sudomo memberikan kesan kuat dia tidak lagipercaya kepemimpinan ABRI.

~252~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 260: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Ironisnya pula, ketika aparat keamanan mencobamelacak sinyalemen yang diumumkan Sudomo, hasilnyaternyata berbeda. “Tidak ada itu DI/TII dalam kerusuhanTasik. Saya ini, kan lurahnya di sini, yang lebih tahutentang Tasik,” kata Mayjen TNI Tayo Tarmadi, PangdamSiliwangi waktu itu. Pangdam Siliwangi sebelumnya,Mayjen TNI Himawan Sutanto menyebut para mantanDI/TII yang dimanfaatkan oleh Murtopo itu sebagaisesuatu yang “jadi-jadian”.

BERITA BERIKUTNYA tentang Sudomo menyangkutkeheranannya mengapa mantan Laksamana ini dituduhanti-Islam. Ini kejadian sebelum berakhirnya Orde Baru.Saya sendiri sulit percaya seorang pejabat tinggi Indonesiamemiliki sikap anti-Islam. Republik Indonesia adalah negeridengan penduduk Islam terbesar di dunia, dan persentaseumat Islam di Indonesia jauh di atas 80 persen. Dengandata seperti itu bagaimana mungkin seseorang bisamenduduki jabatan pemerintah sembari membenci rakyatbanyak di negeri yang dikelola berdasarkan Pancasila dankedaulatan rakyat? Ini tentu tidak logis. Tapi, yang logis itujuga sudah terbukti tidak selalu benar, bukan?

Makhluk Datang dari Masa laluSekali lagi di sini terjadi proses lupa pada diri Sudomo.Pertama, dia lupa bahwa DI/TII pada masa Orde Baru duluitu pada dasarnya sengaja “dibangkitkan dari kuburnya”oleh Ali Murtopo untuk dipakai menakut-nakuti,memojokkan, dan menekan aspirasi politik Islam. Kedua,

~253~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 261: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Sudomo lupa bahwa Orde Baru pada tahun-tahunterakhirnya tidak lagi melihat Islam sebagai musuh.Buktinya, Soeharto mendukung berdirinya BankMuamalat dan Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia(ICMI), bahkan mendorong B.J. Habibie, menterikesayangannya, menjadi Ketua ICMI. Dalam keadaanbegini, maka Sudomo terasa tampil sungguh bagaikanmakhluk yang datang dari masa lalu. Dengan latarbelakang seperti ini pula tidak mengherankan jika banyakorang marah. Sedemikian marahnya, hingga banyak yangmenuduh Sudomo—waktu itu beragama Protestan—sebagai anti-Islam.

BEBERAPA TAHUN SETELAH Soeharto meninggal, padasuatu sore saya kebetulan jumpa Sudomo di kamar kecilHotel Jakarta Hilton atau The Sultan sekarang. Sebagaiwartawan, saya dulu sering mewawancarai Sudomo dalamkedudukan beliau sebagai Pangkopkamtib maupunsebagai Menko Polkam. Yang saya ingat, dalam segalajabatan yang didudukinya, di mana pun saya jumpa,sikapnya selalu sama: ramah, hangat, dan bersahabat.Meski memimpin Kopkamtib, lembaga yang menakutkanmasa itu, pada masa tuanya Sudomo tidak pernahbersikap salah tingkah.

Mantan Pangkopkab itu tampaknya masih ingat saya.Tapi, tentu ceritanya kini sudah lain. “You umur berapasekarang?” Setelah mendapat jawaban, dia mulaibercerita tentang kesibukannya sebagai penyelam dankesenangannya main golf yang masih dilakoninya pada

~254~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 262: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

usia tuanya. Sudomo kelihatannya bangga betul bahwadalam usianya yang amat lanjut, dia masih sehat dan tetapberaktivitas, termasuk menyelam di laut. “Pak Domo,kenapa Anda tidak menulis memoar?” tanya saya.Jawabnya dengan cepat: “Saya ingin menikmati sisa hidupsaya dengan tenang. Saya tidak mau ribut-ribut.” Katanyamelanjutkan, “Saya tidak ingin terlibat ribut seperti yangterjadi antara Jenderal Sumitro dan Jenderal MaradenPanggabean yang terpicu oleh memoar Sumitro.”

Berbeda dengan para mantan pembesar yang dulukerap “mengorbankan” banyak orang pada masaberkuasanya pada zaman Orde Baru dan karena itucenderung bertingkah serbasalah pada masa pasca-OrdeBaru, Sudomo biasa-biasa saja. Dia seperti orang yangtidak pernah bersalah, meski pernah memimpinKopkamtib yang dulu menjadi alat kekuasaan otoriterSoeharto. Ketika fenomena Sudomo itu saya bicarakandengan purnawirawan Angkatan Laut, dia menjelaskan:“Sudomo itu tahu diri. Sebagai perwira Angkatan Laut, diatahu dirinya hanya alat bagi Soeharto. Jadi, tidak pernahbenar-benar merasa berkuasa.”

Kendati demikian, Laksamana purnawirawan yangdulu pernah menjadi pembantu Sudomo itu menjelaskanbagaimana Sudomo secara diam-diam menyelamatkansejumlah aktivis mahasiswa yang semestinya harusditahan setelah Peristiwa Malari dan Peristiwa Bandung1978. Bahkan, beberapa tokoh mahasiswa diberinyakesempatan menyelesaikan pendidikan di luar negeri,meski status mereka adalah orang yang masih dicekal.

~255~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 263: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Konon Dr. Syahrir dan Dr. Rizal Ramli adalah tokoh-tokohmahasiswa yang diberi kelonggaran menyelesaikanpendidikan tinggi mereka di Amerika.

Rizal Ramli adalah salah seorang tokoh mahasiswaInstitut Teknologi Bandung (ITB) yang ditangkap saatpergolakan mahasiswa pada awal 1978. Waktu itu,mahasiswa ITB bersama sejumlah mahasiswa beberapakampus menolak Soeharto yang akan dilantik kembalimenjadi Presiden pada Sidang MPR 1978 itu. ITB diserbuoleh tentara yang tidak berada di bawah komandoSiliwangi. Pangdam Siliwangi waktu itu, Mayor JenderalTNI Himawan Sutanto, memang menolak menggunakankekerasan terhadap mahasiswa. Di kemudian hari barudiketahui bahwa Pangkopkamtib Sudomo mendapatperintah langsung dari Presiden Soeharto untuk menindakITB dengan menggunakan pasukan yang tidak berasal dariSiliwangi. Maka, selain sejumlah mahasiswa ditangkap,Rektor ITB, Iskandar Ali Syahbana, juga diberhentikan.

Sebagai orang yang pada dasarnya baik, dan mungkinsadar sebagai hanya alat kekuasaan Soeharto, Sudomo“terpaksa” menunjukkan loyalitasnya kepada Bos denganbertindak keras kepada para seniornya yang tidakdisenangi Soeharto. Kalau Benny Moerdanimenghindarkan Jenderal Nasution untuk jumpa Soeharto,Sudomo menindak para penanda tangan Petisi 50 yangtokoh utamanya adalah Letjen Marinir Ali Sadikin. AdalahSudomo, menurut pengakuannya sendiri, yang mencekalpara penanda tangan Petisi 50, menutup jalur bisnis, danmencegah mereka berhubungan dengan media.

~256~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 264: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Dengan kata lain, Sudomo-lah yang “menghukummati secara perdata” para pengkritik Soeharto tersebut.Akibatnya, Ali Sadikin—mantan senior Sudomo diAngkatan Laut—dan teman-temannya tidak bisa berbisniskarena semua bank dilarang memberi kredit kepadanya,teman-temannya, dan keluarganya. Para wartawan jugadicegah memberitakan kegiatan dan pernyataan-pernyataan para penanda tangan Petisi 50 tersebut.Keputusan drastis Sudomo tersebut adalah ongkos yangharus dibayar Laksamana itu untuk tetap bertahan disekitar Soeharto yang mengendalikan secara terpusatsemua kekuasaan di bumi Indonesia masa itu.

SEBENARNYA SUDOMO—yang lewat perkawinanberagama Islam lagi setelah dulu beralih dari Islam keProtestan, juga karena perkawinan—masih akan lebihberguna di masa tuanya seandainya dia suka menulismemoarnya. Sebab meski hanya jadi alatnya Suharto—seperti hampir semua petinggi tentara waktu itu—Sudomo tahu banyak intrik politik dan kekuasaan yangberkecamuk di sekitar bosnya itu. Sebagai perwiraAngkatan Laut yang berada di pusat kekuasaan di tengahlautan jenderal Angkatan Darat, Sudomo bisa berceritabanyak mengenai bagaimana Soeharto menciptakan,mengelola, dan memanfaatkan konflik yang berkembangdi kalangan para perwira tinggi Angkatan Darat yangmengelilingi sang Presiden.

Salah satu di antara banyak cerita intrik Istana ituadalah kisah yang dibocorkan Sudomo kepada Kemal Idris.

~257~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 265: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Menurut mantan Pangkowilhan itu adalah Sudomo yangkemudian memberi tahu Jenderal Kemal Idris bahwa diaterlempar menjadi Duta Besar di Yugoslavia karena AliMurtopo meyakinkan Soeharto mengenai apa yangdisebutnya sebagai bahaya yang mengancam sangPresiden dari Kemal. Yang mungkin kurang disadariSudomo adalah bahwa Soeharto lebih tahu Kemaldaripada Ali.

Seandainya Sudomo berani dan mau jujur dalammenulis memoarnya, niscaya kita akan dapat lebih banyakcerita menarik mengenai sejumlah intrik di sekitarSoeharto. Kita misalnya tidak tahu bagaimanapertimbangan Soeharto di balik pengangkatan L.B.Moerdani menjadi Panglima ABRI, padahal karier tertinggiMoerdani sebagai pemimpin pasukan hanya sebagaiKomandan Batalion RPKAD dengan pangkat mayor. Kitajuga tidak tahu dengan pasti alasan sebenarnya yangmembawa Soeharto kemudian secara mendadakmenyingkirkan Benny dengan cara yang dramatis dankemudian mengangkatnya ke kursi Menhankam. Kitaakhirnya hanya bisa menduga-duga saja. Yang saya tahudari almarhum Letjen TNI (Purn.) Hasnan Habib, adalahSudomo yang berhasil membujuk Soeharto agarmengangkat L.B. Moerdani ke posisi Menhankam setelahdicopot secara prematur dari jabatan Panglima ABRI.

Dalam melakukan lobi untuk Moerdani, Sudomokabarnya memulai ceritanya dengan menyebut sejumlahpejabat intel yang karena kecewa kepada presidennyabertindak nekat membunuh sang presiden. Tampaknya

~258~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 266: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Soeharto ngeri juga membayangkan nasib yang menimpaJenderal Park Chung Hee yang dihabisi oleh KepalaIntelnya. Dan Benny Moerdani pun kebagian kursi dikabinet. Begitu kesimpulan saya setelah mendengar ceritaHasnan Habib.

Masih banyak intrik dan kerumitan politik pada masakekuasaan Soeharto yang kita tidak tahu hingga hari ini.Kalau punya sedikit keberanian, jauh setelah Soehartomeninggal dunia, Sudomo sebenarnya bisa berbuatbanyak menolong sejarah kita.[]

Versi singkat tulisan ini pernah dimuat Harian Kompas,edisi 19 April 2012.

~259~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 267: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

P

“DENGAN SAYA SAJA,TIDAK”

encalonan Jenderal TNI Try Sutrisno sebagai WakilPresiden (1993) yang tanpa dikonsultasikan dengan

Presiden Soeharto jelas melanggar TAP (Ketetapan) MPRNo. II, 1973. TAP MPR itu mengatur Cawapres harus “bisabekerja sama dengan Presiden terpilih”. Untuk tahuseseorang calon bisa atau tidak bisa bekerja sama denganPresiden, maka harus ditunggu sampai munculnyaPresiden terpilih. Nah, waktu ABRI mengumumkanpencalonan Try Sutrisno, Soeharto bukan saja tidakdimintai persetujuan, dia bahkan belum terpilih kembali.

Pencalonan Sutrisno, yang juga mantan AjudanPresiden (1974-1978), untuk jabatan Wapres itudiumumkan oleh Letjen TNI Harsudiono Hartas, KepalaStaf Sosial Politik (Kasospol) ABRI, tanpa sebelumnyaberkonsultasi dengan Soeharto. Harsudiono Hartasbahkan juga tidak meminta persetujuan Jenderal TrySutrisno. Dalam wawancaranya dengan saya pada 3 Juli2012, mantan Wapres tersebut menjelaskan, “Jangankankonsultasi dengan Pak Harto, dengan saya saja tidak.”

~260~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 268: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

~261~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 269: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Try Sutrisno.

Lalu siapa yang memutuskan Try Sutrisno sebagaiCalon Wakil Presiden yang diusulkan ABRI? “Saya tidakbisa menunjuk siapa yang memulai, tapi Kepala StafSospol ABRI suatu hari lapor kepada saya bahwa rapat stafMabes ABRI memutuskan saya menjadi calon ABRI untukjabatan Wakil Presiden,” kata mantan Wapres tersebut.Reaksi Try: “Stop, Wapres itu dipilih oleh Presiden terpilih.Saya minta soal pencalonan itu jangan dibicarakan lagi.”Perintah Pangab ini ternyata tidak dihiraukan Kasospol.

Cerita pencalonan Pangab Try Sutrisno sebagaiCawapres dari ABRI menyebar ke masyarakat lewatHartas. Menurut Try Sutrisno, Hartas mengaku“keceplosan” bicara kepada wartawan selepas memberitaklimat (briefing) di Departemen Dalam Negeri (sekarangKementerian Dalam Negeri). “Ditanya wartawan, siapacalon ABRI, dia bilang Try Sutrisno. Sudah itu Hartasdatang kepada saya minta maaf dan siap dipecat akibatkeceplosan itu.” Sebagai orang yang selalu berprasangkabaik, Jenderal Try Sutrisno tampaknya percaya sajapenjelasan Hartas bahwa Kasospol itu betul-betul“keceplosan”.

Kepada saya, Hartas memberi keterangan lain. Dalamwawancaranya pada 14 Juli 1997 di kantor DewanPertimbangan Agung (DPA), kantornya waktu itu, Hartasmenjelaskan, ABRI mendorong Try Sutrisno sebagai CalonWakil Presiden karena dari dua calon menonjol saat itu—B.J. Habibie dan Try Sutrisno—Presiden Suharto telah

~262~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 270: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

memilih Try. “Tempat Habibie di bidang teknologi,”begitu konon kata Pak Harto ketika Hartas dan rombonganbertemu Presiden di kediaman Jalan Cendana, JakartaPusat.

Pernyataan Soeharto itu lantas ditafsirkan Hartassebagai bukti Bapak Presiden telah memilih Try. Atas dasarpenafsirannya sendiri itulah, Hartas mengaku yakin danberani mengumumkan pencalonan Pangab Try Sutrisnotanpa melaporkannya terlebih dahulu kepada yangdicalonkan. Tapi, andai tafsiran Hartas itu memang benaradanya, persetujuan Soeharto secara resmi tentu tetapsaja diperlukan, bukan? Meski mungkin hanya sekadarbasa-basi saja. Lagi pula, hal demikian itu telah diatur olehTAP MPR dan sudah berkali-kali dijalankan.

~263~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 271: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

~264~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 272: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Panglima ABRI Jenderal Try Sutrisno dan KSAD Jenderal Edi Sudrajat.

Sekarang bisa disimpulkan pernyataan Hartas itubukan sikap pribadi dan juga tidak mudah dipercayasebagai akibat “keceplosan”. Pernyataan Hartas adalahkeputusan kolektif para pemimpin ABRI dan Hartas hanyajuru bicara dan operator lapangan mereka. Ini terbukti daripernyataan Benny Moerdani dalam wawancaranyadengan Michael R.J. Vatikiotis, wartawan Far EasternEconomic Review di Jakarta pada 3 Mei 1993. Kepadawartawan dari media terbitan Hongkong itu Jenderal TNI(Purn.) Benny Moerdani menjelaskan, kesepakatan parajenderal mencalonkan Try Sutrisno diputuskan olehmereka lima tahun sebelumnya, yakni pada 1988.

Kami memutuskannya lima tahun silam. Kami putuskan setelahSudharmono terpilih pada 1988, ABRI harus menduduki jabatanWakil Presiden berikutnya. Kami putuskan mempersiapkan TrySutrisno.

Keputusan itu dicapai ketika Try Sutrisno barubeberapa hari menduduki jabatan Pangab menggantikanMoerdani. Apakah Try Sutrisno tahu keputusan yangdiungkapkan Moerdani tersebut? Tampaknya tidak.Keputusan dicapai tanpa kehadirannya. Moerdanitampaknya juga tidak merasa penting memberi tahu TrySutrisno adanya keputusan tersebut.

Tidak Bisa DiramalkanPertanyaan berikutnya, mengapa para jenderal

~265~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 273: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

membangkang, melanggar Ketetapan MPR? Jawabannya,para jenderal belum yakin sepenuhnya pada tafsiranHartas terhadap pernyataan Presiden Soeharto. Lagi pulapengalaman menunjukkan Soeharto adalah penguasayang tingkah laku politiknya tidak selalu bisa diramalkan.Jadi, sebelum Soeharto berubah sikap—itu kalau tafsiranHartas memang benar—umumkan saja dulu. Dengandeklarasi pencalonan Try yang demikian itu, Soeharto sulitberubah pendirian. Bapak Presiden akhirnya memangtidak punya pilihan lain, kecuali menerima calon Wapresyang “dipaksakan” ABRI kepadanya.

Ginandjar Kartasasmita, seorang menteri yang waktuitu amat dekat dengan Wakil Presiden Sudharmono,mencatat naiknya Try Sutrisno ke posisi Wakil Presidendalam bukunya, Managing Indonesia’s Transformation:

Pada tahun 1993, Sudharmono mengakhiri tugasnya sebagaiWakil Presiden dan digantikan oleh Jenderal Try Sutrisno,mantan Panglima ABRI. Dari lingkaran dalam di sekitar PakHarto saya mendapat informasi, Bapak Presiden tidak 100persen senang kepada pengangkatan Try Sutrisno. Tapi tidakada pilihan. Lagi pula Try dicalonkan oleh Benny Moerdaniketika Soeharto masih memerlukan dukungan militer.

Lebih tegas adalah penjelasan Jenderal TNI (Purn.)Sumitro. Menurut mantan Pangkopkamtib tersebut,tindakan Hartas bertolak dari kecemasan para jenderalterhadap kemungkinan Soeharto mengangkat Habibiemenduduki kursi Wapres.

Sudharmono dan Habibie masa itu adalah orang-orangyang dipercayai Soeharto sebagai pembantu-

~266~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 274: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

pembantunya yang loyal. Kedua tokoh itu—berbedadengan para jenderal yang duduk pada pimpinan ABRI—tidak punya dukungan politik dan massa yang mungkinmereka mobilisasikan untuk mengancam kekuasaanSoeharto.

Tokoh yang juga diperhitungkan bukan sebagaipotensi ancaman bagi kekuasaannya adalah Harmoko.Inilah penjelasannya mengapa Harmoko menjadi KetuaUmum Golkar, meski para jenderal menginginkan salahseorang dari mereka yang menggantikan JenderalWahono, orang yang digantikan Harmoko.

Barangkali untuk makin membulatkan dukungan dariHabibie dan Harmoko, keduanya kemudian secaraterpisah dijanjikan jabatan Wapres. Harmoko dijanjikanakan menjadi Wapres mengikuti jalan Adam Malik sekiantahun sebelumnya—menaiki kursi Wapres setelah untukbeberapa waktu memimpin DPR dan MPR.

Oleh karena itu, menjelang Pemilu terakhir Orde Baru,sebagai Ketua Umum Golkar Harmoko secara all outmendukung Soeharto dan meyakinkan Bapak Presidenmasih besarnya dukungan rakyat kepadanya untukmelanjutkan jabatan kepresidenan lewat Sidang MPR1998.

Soeharto yang sudah bicara mengenai niatnya lengserkeprabon (mundur dari jabatan Presiden), diyakinkanHarmoko agar tetap mempertahankan singgasananya.Terpilih kembali sebagai Presiden, Soeharto melupakanjanjinya kepada Harmoko, seperti dulu melupakan janjinyakepada Ali Murtopo ketika memilih Harmoko menduduki

~267~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 275: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

kursi Menteri Penerangan. Yang ditunjuk Soehartomenduduki kursi Wakil Presiden ternyata adalah B.J.Habibie. Maka, bisa dibayangkan betapa marahnyaHarmoko yang merasa dibohongi.

Mengenai janji Soeharto kepada beberapa oranguntuk menduduki jabatan Wakil Presiden, pada akhir 2012saya mendapat cerita menarik dari Ibu Sunarti, istrimendiang Jenderal TNI (Anumerta) Sarwo Edhie.Ternyata menjelang Sidang MPR 1988, selainSudharmono, Presiden Soeharto diam-diam jugamenjanjikan jabatan Wakil Presiden kepada Letjen TNISarwo Edhie. Mengikuti jalan Adam Malik yang menjadiWakil Presiden melalui jabatan Ketua DPR dan MPR,Sarwo Edhie juga dijanjikan untuk terlebih dahuludidudukkan sebagai pimpinan legislatif sebelum akhirnyamenjadi Wakil Presiden.

Berbeda dengan Harmoko, Sarwo Edhie kemudianterbukti tidak pernah menjadi Ketua DPR dan MPR. Tapiseperti Harmoko, mantan Komandan RPKAD itu juga tidakpernah sampai tercatat sebagai salah seorang WakilPresiden. Meski nasibnya lebih baik dari Sarwo Edhie,Harmoko tetap saja kecewa berat. Kekecewaan itulahyang melatarbelakangi dan memberi semangat kepadaKetua DPR dan MPR itu untuk berani mendorongSoeharto mundur menjelang 21 Mei 1998.

KETIKA ABRI—SEJAK MASA KEPANGLIMAANMOERDANI—sudah secara berangsur menunjukkan sikaptidak ingin terus bergantung kepada Soeharto, sejak itu

~268~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 276: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

pula Bapak Presiden beralih mengandalkan orang-orangyang secara pribadi dikenalnya. Dalam kepemimpinanABRI, keputusan Soeharto itu terlihat pada pengangkatanke posisi strategis para mantan ajudan dan mantanpengawal. Para perwira kepercayaan pribadi PresidenSoeharto adalah Subagio Hadisiswoyo (Kepala StafAngkatan Darat), Sjafrie Sjamsoeddin (Panglima KodamJaya/Jakarta), Dibyo Widodo (Kepala Polisi RepublikIndonesia), Hamami Nata (Kepala Polisi Jakarta), Soejono(Kepala Staf Umum ABRI), Sugiyono (Kepala PasukanPengawal Presiden dan kemudian Panglima Kostrad). Darikalangan keluarga tercatat nama Wismoyo Arismunandar(Komandan Pasukan Khusus, kemudian Kepala StafAngkatan Darat) dan Prabowo Subianto (KomandanPasukan Khusus dan kemudian Panglima Kostrad).Pokoknya semua yang secara pribadi dikenal Soeharto.Yang tidak dikenal Bapak Presiden nyaris sulit mendapatposisi strategis. Melewati perwira-perwira kepercayaanyang mengitarinya itulah, Presiden Soeharto mengaturdan mengontrol ABRI.

Menyembunyikan Kepada OrangBanyakJadi, mudah dimengerti jika Bapak Presiden marah kepadaHarsudiono Hartas yang dinilainya sebagai “operator”Moerdani, Jenderal yang ditengarai Soeharto sebagaiancaman. Tapi Soeharto memilih tidak menolakpencalonan mantan ajudannya yang “dipaksakan” ABRIkepadanya. Sang Presiden tidak ingin masyarakat tahu

~269~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 277: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

adanya keretakan antara dirinya dan ABRI.Sebenarnya sikap Soeharto yang demikian, lebih

kurang sama dengan usaha Benny Moerdani, yangdengan canggih, dan untuk waktu lama,menyembunyikan kepada orang banyak kenyataan dirinyadan Soeharto sebenarnya sudah tidak akur. Keduajenderal itu memang berasal dari Jawa Tengah. Merekaberdua tumbuh dalam budaya yang secara saksamamelatih mereka menyembunyikan perasaan.

Menurut sahibul hikayat, kesalahan Hartas di mataSoeharto bukan hanya karena melanggar TAP MPR dankarena itu dianggap lancang. Lebih dari itu, Soehartokonon juga sudah lama hilang kepercayaan kepada TrySutrisno. Soeharto yang merasa sudah berhasilmenyingkirkan “orang-orang Benny Moerdani” di dalamABRI kemudian menyadari, mantan ajudannya itu ternyatasudah berhasil dibina oleh Panglima yang digantikannya.Maka, tidak sulit menduga bahwa Presiden waktu itumelihat Hartas dan Try Sutrisno sebagai bagian darigerakan para jenderal pimpinan Moerdani yangberencana mengambil kembali kekuasaan yang pada awalOrde Baru dipercayakan ABRI kepada Soeharto.

Meski bukan Panglima ABRI lagi, tapi Moerdani yangterkenal cerdas, pada 1988—terutama lewat Jenderal TrySutrisno—masih memainkan peran besar dalammerumuskan kebijakan politik ABRI. Strategi para jenderalwaktu itu adalah “merebut” kursi Wakil Presiden padaSidang MPR 1993 setelah sebelumnya gagal mencegahSudharmono menduduki kursi orang kedua di pusat

~270~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 278: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

kekuasaan Indonesia pada Sidang MPR 1988. CalonMoerdani sejak awal sudah jelas: Try Sutrisno.

Seperti kisah Moerdani sebelumnya, posisi Try dimiliter menanjak tajam karena Soeharto. Tapi ketikaSoeharto sudah “memusuhi” Benny, Try justru malahmakin dekat kepada mantan Pangab yang digantikannya.Sebagian staf penting di Mabes ABRI yang ditinggalkanMoerdani terus dipakai Try Sutrisno. Para pengamat politikwaktu itu pada umumnya cenderung melihat BennyMoerdani yang terus menguasai intel (bahkan tetapberkantor di Bais) juga dipandang sebagai tetap“mengendalikan” Try Sutrisno. Contoh yang seringdikemukakan untuk membuktikan peranan pentingMoerdani atas diri Try Sutrisno waktu itu adalah tetapduduknya Marsekal Muda TNI Teddy Rusdy pada jabatanAsisten Perencanaan Umum (Asrenum) di Mabes ABRI,jauh setelah Benny pensiun.

Selama Moerdani menduduki kursi Pangab, TeddyRusdy menjabat sebagai Asrenum untuk waktu empattahun. Pada masa dua tahun pertama kepanglimaan Try,Teddy bertahan pada jabatan penting tersebut. Padahal,kecuali jabatan Panglima ABRI dan Kepala Staf Angkatan,normalnya suatu jabatan diduduki seorang perwira tinggiuntuk masa dua atau tiga tahun saja.

Dalam buku biografi Teddy Rusdy, Think Ahead, yangditulis Servas Pandur, dikisahkan sebelum Teddymeninggalkan jabatan Asrenum, Presiden Soeharto sudahtiga kali mengingatkan Pangab Try Sutrisnomemberhentikan Teddy. Menurut cerita Try Sutrisno,

~271~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 279: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

desakan Soeharto itu selalu diabaikannya. Selainbarangkali untuk menunjukkan independensinya terhadapSoeharto, Pangab tampaknya memang merasa sangatpuas dengan pekerjaan Teddy. Tapi, Asrenum yang tahukeadaan sudah berubah—orang-orang Moerdani sudahpada disingkirkan—memutuskan meninggalkan posisinyadan sekaligus pensiun dini dari Angkatan Udara pada usia53 tahun.

~272~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 280: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

~273~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 281: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Wapres Try Sutrisno, Presiden Soeharto, dan Widjojo Nitisastro padaacara pelantikan Ketua BPK, 1993.

KEPADA SAYA, HARTAS MEMBANTAH kalau pencalonanTry merupakan pengaruh Moerdani. “Kalau sudahpensiun, tak akan perintahnya kita ikuti.” Tapi, pembelaandemikian tampaknya tidak mudah diterima Soeharto.Sebagai seorang jenderal dan politisi amat senior,Soeharto tahu bagaimana orang intel yang juga PanglimaABRI membangun basis kekuatan mengembangkan danmelanggengkan kekuasaan. Kegiatan demikian telahdipraktikkan sendiri Bapak Presiden selama bertahun-tahun dengan hasil yang luar biasa.

Atas dasar pengalaman panjang yang disempurnakanoleh kecanggihan berpolitik yang begitu tinggi, alasan apasaja yang dikemukakan Hartas, tidak tecerna nalarSoeharto. Di mata sang Presiden, Hartas telah“bersekongkol” dengan sesama jenderal mengalihkankekuasaan dari Soeharto ke Markas Besar ABRI. Soehartosangat marah.

Akibatnya, Hartas yang tadinya dikabarkan bakalmenduduki kursi Menteri Dalam Negeri, akhirnya terpaksaharus cukup puas berkantor di Dewan PertimbanganAgung (DPA) saja. Tugas DPA memberi nasihat—dimintaatau tidak—kepada Presiden. Tapi, Soeharto tidak pernahminta nasihat DPA, dan jika DPA secara sukarela memberinasihat, Soeharto juga nyaris tidak pernahmemperhatikannya.

Nah, sekarang tentang Try sebagai Wapres. Terhadapwakilnya itu, secara mencolok Soeharto

~274~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 282: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

mempertontonkan ketidaksenangan danketidakpercayaannya. Selama menjadi Wapres, TrySutrisno tidak pernah dipercaya mewakili Indonesia padaacara-acara penting di dalam maupun di luar negeri.Contoh men-colok, ketika Soeharto sedang sakit tatkalaada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN di KualaLumpur, yang ditunjuk mewakili Presiden adalah MenteriLuar Negeri Ali Alatas, bukan Wapres Try Sutrisno.

Pengamatan saya ini dikoreksi oleh Try, “Sayamewakili Presiden ke Australia untuk membalaskunjungan Perdana Menteri Keating,” katanya kepadasaya. KTT ASEAN jelas jauh lebih penting dari sekadaracara protokoler membalas kunjungan Keating yangmemang berkali-kali datang ke Indonesia. Satu sumber dikalangan intel mengisahkan kepada saya mengenai seringhilangnya file agenda Wapres yang, antara lain, mencatatsiapa saja yang menjadi tamu Try Sutrisno dan apa sajapembicaraannya. Dari file yang hilang, Soeharto ditengaraiberusaha tahu lebih jauh Try Sutrisno berbicara apakepada siapa.

Mengajarkan Doa-DoaSecara pribadi, saya sendiri baru kenal Try Sutrisno daridekat pada tahun-tahun awal Reformasi. Orangnya sangathangat, bersahaja, dan rendah hati. Dan yang istimewa,kalau kita mengeluh sakit, beliau akan dengan spontanmengajarkan doa-doa untuk menetralisasi penyakittersebut. Try bukan saja sanggup mengajarkan banyakdoa, mantan Wapres itu, menurut seorang bekas Ajudan

~275~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 283: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Presiden, juga punya ilmu menangkal hujan. Kebolehandemikian kabarnya pernah dipraktikkannya ketika Trybertugas sebagai Ajudan Presiden.

DALAM SEBUAH PERJALANAN KERJA ke Jakarta sebagaiDuta Besar, saya mengadakan kunjungan kehormatankepada mantan Wapres itu di kediamannya yangsederhana di Jalan Purwakarta, daerah Menteng, JakartaPusat. Ketika staf di rumah jaga melaporkan kedatangansaya dan istri, mantan Pangab dan mantan Wakil Presidenitu dengan segera membukakan pintu dan menerimatamunya dengan memberi hormat militer dalam sikapsempurna.

Tidak banyak hal serius yang kami bicarakan, sayahanya menyatakan akan datang lagi suatu kali sebagaipeneliti peran politik tentara untuk melakukan wawancaradengan beliau. Tentu saja Pak Try berjanji akan menerimasaya. Jenderal TNI (Purn.) Try Sutrisno menepati janji dansaya mewawancarainya pada 3 Juli 2012.

Ketika meninggalkan kediamannya pada kunjunganpertama dua tahun sebelumnya, kami disuguhi buahjambu dari pohon yang tumbuh subur di halaman depankediaman mantan jenderal itu. “Manis, sekali,” kata saya.Secara spontan kami dihadiahi setangkai pohon jambuyang telah dicangkok dalam sebuah pot kecil. Kami tanampohon jambu yang masih kecil itu di halaman rumahCipinang Muara. Tapi karena kami harus kembali ke Prahadan tidak ada yang mengurus tanaman di halaman, pohonjambu itu akhirnya gagal memberi kami buah manis,

~276~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 284: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

seperti yang kami nikmati di kediaman Try Sutrisno hariitu.

Dalam kunjungan pertama tersebut, satu soal sempatsaya tanyakan. Bagaimana mantan Wapres itu melihatJenderal Benny Moerdani? Jawabannya tidak singkat.Kisah bermula dari sejarah perkenalan ketika merekaberdua masih remaja di Bandung. Benny waktu itu sudahperwira berpangkat Letnan Dua, sementara Try masihtaruna Akademi Teknik Angkatan Darat (Atekad).

Mereka jumpa kembali di satu lapangan terbang kecilpada sebuah pulau yang menjadi salah satu pangkalanOperasi Trikora pada masa perjuangan pengembalian IrianBarat (sekarang Papua). Di sana, Try sebagai perwira Zenibertugas membangun landasan terbang, sedangkanMoerdani yang perwira Resimen Para Komando AngkatanDarat (RPKAD) bersiap-siap diterjunkan ke belantara IrianBarat.

Bagi Try Sutrisno hanya ada dua Jenderal Indonesiayang amat dihormatinya, Panglima Besar Sudirman danJenderal L.B. Moerdani. Tadinya saya kira nama Soehartoakan disebutkannya juga. Bukankah Soeharto telahmengangkatnya dari posisi Ajudan menjadi PanglimaKodam, KSAD, Panglima ABRI, dan akhirnya Wapres?Bukankah Presiden Soeharto telah menjadikannya KepalaStaf Angkatan Darat dan Panglima ABRI, padahal Trybukan berasal dari korps Infantri? Bukan cuma orang Zenipertama yang menjadi KSAD, Try Sutrisno—sampai saatini—adalah perwira Zeni satu-satunya yang berhasilmenduduki jabatan Panglima tentara Indonesia. Kendati

~277~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 285: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

demikian, ternyata Soeharto tidak tergolong jenderalIndonesia yang diidolakannya. Agak mengherankan bagisaya.

Namun, kemudian saya lebih mengerti sikap TrySutrisno yang demikian setelah membaca memoar JusufWanandi, Shades of Grey. Pada buku itu diceritakanbagaimana Moerdani menyelamatkan karier Try ketikaterjadi peristiwa pembantaian massa Islam di TanjungPriok (Jakarta Utara) pada September 1984. SebagaiPanglima Militer Jakarta, menurut Wanandi, yang harusbertanggung jawab atas pembantaian itu sebenarnyaadalah Try Sutrisno. Tapi atas perintah Presiden Soeharto,Benny sebagai Pangab dan Pangkopkamtib mengambilalih tanggung jawab. Penjelasan Wanandi,

Benny bukannya tanpa agenda dan rencana sendiri. Sembarimengikuti perintah Soeharto menjaga agar pembantaian diTanjung Priok tidak merusak karier Try Sutrisno, Moerdanipunya agenda sendiri. Sejak lama dia dekat dengan Try Sutrisnodan berharap jika Try menjadi Panglima, Benny masih tetapbisa mengontrol dari balik singgasana yang dipercayakanSoeharto kepada Try.

Agenda Moerdani itu berhasil terlaksana. Pada masaTry Sutrisno menduduki kursi Panglima, Moerdani secaranyaris saksama “mengendalikan” sang Pangab.

Adapun Jenderal Harsudiono Hartas, kemarahannyakepada Soeharto tidak disembunyikannya kepada saya.“Pak Salim mau tahu siapa yang merusak ABRI?” Sayamasih berpikir ketika Hartas menjawab sendiripertanyaannya. Sambil menengok ke arah foto Presiden

~278~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 286: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

yang tergantung pada dinding kantornya di gedung DPA,Hartas berkata dengan nada tinggi, “Soeharto!”.

YANG MEMBUAT KEDUDUKAN TRY amat pentingsebagai Pangab dan kemudian Wakil Presiden adalahkarena perwira tinggi kelahiran Surabaya itu menjabatposisi sangat strategis tersebut ketika usia Soeharto sudahberanjak sepuh. Dan karena ada Fraksi ABRI di DPR danMPR—sebagai salah satu kekuatan sospol—tentu parajenderal di Mabes ABRI merasa berhak juga mengirimkanjagonya ke gelanggang.

Tokoh yang mereka sepakati tentulah yang terseniordi antara mereka. Tadinya Moerdani yang mereka inginpromosikan. Moerdani menolak. Mantan Pangab itumenunjuk teman lamanya, Try Sutrisno.

Keputusan yang dipelopori Moerdani itu dicatat olehMichael R.J. Vatikiotis dalam bukunya Indonesian PoliticsUnder Suharto (1993). Menurut Vatikiotis,

Dengan mendudukkan Try di samping Soeharto, ABRI—lebihkhusus kelompok Moerdani—merencanakan mengelola suksesidan mencegah munculnya pengaruh politik antimiliter. Soehartomenyadari skenario Moerdani tersebut dan karena itumerendahkan Try Sutrisno dengan lebih memperlakukannyasebagai mantan Ajudan daripada sebagai mantan Panglima.

Bagaimanakah seharusnya kita membaca langkah danstrategi ABRI tersebut? Sulit bagi saya untuk tidakberkesimpulan, dengan “memaksakan” Try menjadiWapres tanpa konsultasi dengan Soeharto, yang dilakukanABRI waktu itu sebenarnya adalah sebuah

~279~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 287: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

“pemberontakan” kepada Bapak Presiden.Tanda-tanda mulai “berontak” itu sebenarnya sudah

terlihat ketika para jenderal berusaha menghalangipengangkatan Sudharmono menjadi Wapres, danpengangkatan Harmoko sebagai Ketua Umum Golkar.Bahkan, ada yang menyebut tahun 1978 sebagai awalmunculnya sikap kritis ABRI kepada Soeharto.

Akan tetapi, kalau kita menengok lebih saksama kebelakang, sebenarnya esensi konflik yang meledakmenjadi Peristiwa Malari 1974 adalah “pemberontakan”ABRI secara tidak langsung kepada kekuasaan Soehartoyang sudah beranjak berkuasa mutlak. Ali Murtopo danSujono Humardani yang waktu itu berkonfrontasi denganPangkopkamtib Sumitro sesungguhnya hanyalah sasaranantara. Murtopo dan Humardani adalah dua jenderalIstana yang amat berpengaruh di sekitar Soeharto,sementara Sumitro merupakan representasi para perwiraprofesional di lapangan. Di kemudian hari, posisi Murtopodan Sujono Humardani—sebagai sasaran antara—diperankan oleh Sudharmono, Harmoko, dan Habibie.

Pada 1978, ketika kontrol Soeharto makin ketatterhadap politik dan militer, dalam satu rapat parajenderal, muncul sikap kritis terhadap kebijakanpemerintah kepada para mahasiswa. Waktu itu sejumlahtokoh mahasiswa ditangkap setelah kampus ITB diBandung diserang tentara. Para mahasiswa waktu itumendesak Soeharto agar tidak lagi mencalonkan dirisebagai Presiden lewat Sidang MPR berikutnya. AdalahJenderal Muhammad Jusuf, Menteri Perindustrian waktu

~280~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 288: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

itu, yang tampil dengan bersemangat membela Soehartopada rapat yang dihadiri banyak jenderal. Tak lamakemudian, Jusuf diangkat menduduki jabatan PanglimaABRI.

KEJADIAN PENTING berikutnya terlihat pada saat-saatmenjelang terpilihnya Sudharmono menjadi WakilPresiden. Meski tahu keputusan Soehartomempersiapkan Sudharmono, Moerdani ternyata masihtetap berusaha “menggelindingkan” nama Try Sutrisnosebagai calon Wapres pada Sidang Umum MPR 1988 itu.Try mencium gelagat Benny yang terlihat sulit beranjakdari tekad mengganjal promosi Sudharmono. Sebelumsidang pemilihan Wapres dimulai, Try Sutrisno mencegatMoerdani di depan ruang sidang. Menurut biografi TrySutrisno, Pengabdian Tiada Akhir, pada saat itu terjadilahadegan sebagai berikut:

“Pak, sini Pak, ngomong dulu sebelum masuk.”“Kenapa, Try?” tanya Benny heran.“Saya mau tanya, sekarang siapa lurahnya ABRI?”“Ya, kamu …,” jawab Benny.“Nah, kalau saya … Pak Benny harus nurut saya. Nanti kalausidang, jangan bikin ulah macam-macam. Jangan memunculkannama calon Wapres baru.”

~281~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 289: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Wapres Try Sutrisno dan mantan Wapres Sudharmono.

Sebagai tentara yang taat disiplin, Moerdanimengikuti perintah panglimanya. Inilah penjelasannyamengapa lima tahun kemudian, tanpa izin Try Sutrisno,ABRI “menggelindingkan” nama Pangab tersebut untukjabatan Wapres. Dengan cara demikian, yang sebenarnyadilakukan para jenderal adalah mencoba “memaksakan”kehendak mereka kepada Soeharto.

~282~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 290: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Mereka tidak ingin gagal lagi mendudukkan wakilABRI pada kursi Wapres. Untuk itulah, merekamenghindari konsultasi dengan Soeharto, juga tidakdengan persetujuan Try Sutrisno. Jadi, yang “dipaksa”menerima kehendak dan keputusan para Jenderal bukancuma Soeharto, tapi juga Try Sutrisno.

Apakah ini berarti ABRI secara kelembagaan akankembali memainkan peranan langsung dalam politikseperti pada awal Orde Baru? Pertanyaan ini menjadi amatmenarik karena sejak lama para pengamat secara diam-diam sepakat berkesimpulan, ABRI sudah digiringSoeharto ke arah lebih menekankan peranan militernyadan berangsur mengurangi peran politiknya. Waktu itupelaksanaan Dwifungsi memang nyaris semuanya sudahdikendalikan Soeharto.

Moerdani sebagai Pangab pada mulanya ikut menarimengikuti irama gendang yang ditabuh Soeharto. Bennyadalah Pangab yang mengubah kurikulum AkademiAngkatan Bersenjata (Akabri) yang tadinya sarat dengankuliah nonmiliter—maksudnya sospol—menjadi lebihberkonsentrasi pada mata kuliah militer. Pengalamanoperasi militer di Timor Timur yang kurang menyenangkankarena mutu tentara dan perencanaan yang tidakmemadai sehingga banyak korban, ikut mendorongMoerdani lebih memiliterkan TNI.

Namun, dalam perjalanan kariernya sebagai Panglima,sikap Benny kepada Soeharto kemudian berubah. Di mataMoerdani dan para jenderal, Bapak Presiden secaraperlahan makin lama makin lebih sibuk mengurus

~283~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 291: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

kepentingan diri, keluarga, dan kroninya daripadamengurus negara. Dari kontrolnya yang ketat atas ABRI,Moerdani dan para jenderal di sekitarnya berangsurmengalihkan loyalitas mereka dari pribadi Soeharto kelembaga ABRI. Bersama para pimpinan ABRI lainnya,Moerdani “bersepakat” mengambil kembali kekuasaanyang pada awal Orde Baru mereka percayakan kepadaSoeharto.

Itulah latar belakang “dipaksakannya” Try Sutrisnomenjadi Wakil Presiden.

Apakah Try kira-kira menyadari peran yang“dipaksakan” kepadanya oleh para koleganya sesamajenderal? Kesan saya dari dua kali pertemuan denganmantan Wapres tersebut, pemaksaan itu tidakdisadarinya. Try Sutrisno percaya jabatan Wapresdidudukinya atas keputusan Bapak Presiden, tanpacampur tangan, apalagi tekanan siapa-siapa. Yangmenarik, Try Sutrisno juga sama sekali tidak percaya adakonflik antara Soeharto dan Moerdani. Ketidakpercayaanitu dengan teguh dipertahankan mantan Wapres itu meskisaya telah berusaha meyakinkannya, cerita keteganganantara Soeharto dan Moerdani adalah informasi yang sayadengar langsung dari mulut Jenderal Benny.

MENGINGAT MAKIN KETATNYA KONTROL Soeharto atasABRI pasca-Benny tersingkir, dugaan saya waktu itu, tidakakan terjadi perubahan drastis ketika Try didudukkan padakursi Pangab. Tapi, dengan berlatar belakang rencana parajenderal mengambil kembali kekuasaan setelah Soeharto

~284~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 292: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

tidak di singgasana kekuasaan lagi, maka merekakemudian mendorong Sutrisno duduk di sampingpenguasa tertinggi Indonesia. Dengan demikian, ABRIjelas merencanakan berkuasa kembali setelah Soehartomeninggalkan kursi kepresidenan.

Di kemudian hari terbukti bahwa Soeharto tidak inginlagi digantikan oleh seorang tentara. Rencana Soehartoadalah “mengembalikan ABRI ke tangsi”. Tapi ini bukankarena sang Presiden merencanakan membangun suatuIndonesia yang demokratis, dengan kedaulatan di tanganrakyat lewat pemilihan umum yang betul-betul bebas danrahasia. Soeharto punya rencana lain.

Memang diperlukan waktu cukup lama untukmenyadari rencana Pangkostrad pertama itu dalam prosesmempersiapkan pembangunan sebuah dinasti. Tanda-tanda nyata ke arah itu mulai tampak ketika putrisulungnya, Siti Hardianti Rukmana (Mbak Tutut) secaramencolok menjadi orang penting dalam Golkar, bahkankemudian menjadi Menteri dalam kabinet terakhirayahandanya.

Seandainya saja Reformasi terlambat beberapa tahun,hampir bisa dipastikan Tutut akan menjadi Ketua UmumGolkar, menggantikan Harmoko. Dari posisi ketua“organisasi politik terbesar” itulah, putri sulung BapakSoeharto akan menggantikan ayahandanya yang akanmengundurkan diri dengan alasan sudah amat sepuh(lengser keprabon madeg pandito).

Skenario dan rencana Soeharto ini tampaknya disadariMoerdani dan Hartas serta para jenderal lainnya. Karena

~285~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 293: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

itu, Try Sutrisno mereka “paksakan” naik menduduki kursiWakil Presiden untuk berjaga-jaga agar ABRI siapmenguasai kembali Indonesia jika terjadi sesuatu pada diriSoeharto yang waktu itu memang sudah sakit-sakitan.Sebagai politisi yang canggih, Soeharto niscaya menciumrencana para jenderalnya tersebut.

Rencana Soeharto membangun dinasti itu tampaknyajuga mulai tercium oleh para jenderal ketika Sudharmonomenduduki kursi Ketua Umum Golkar. Seperti kitaketahui, tugas terpenting Sudharmono sebagai pemimpinGolkar adalah mensipilkan para pimpinan kelompok politikterbesar itu sembari secara berangsur mengurangiketergantungan Golkar kepada ABRI. Sudharmonomendapat perlawanan keras dari para jenderal waktu itu.Apakah para jenderal sudah curiga terhadappengangkatan Sudharmono menjadi Ketua Umum Golkardan kemudian Wakil Presiden sebagai salah satu bagiandari langkah awal Soeharto dalam perjalanan ke arahpembangunan dinasti?

KEMUDIAN, TERNYATA TIDAK TERJADI SESUATUselama Try menjabat Wapres. Soeharto memang pernahdikabarkan sakit, tapi tetap masih mampu mengendalikankekuasaannya. Sampai berakhirnya masa jabatan Try,Soeharto tetap mengontrol keadaan. Try kehilangankesempatan menggantikan Soeharto. Krisis moneter yangdahsyat mendadak menerpa ketika Dr. B.J. Habibiemenjabat Wapres.

Sejarah kemudian mencatat, bukan ABRI dan bukan

~286~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 294: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

turunan Soeharto yang menjadi Presiden. Habibie yangtadinya mungkin direncanakan hanya sebagai semacam“pejabat penghangat kursi” dalam kedudukan Wapres,malah jadi Presiden mendadak. Meski untuk waktu sedikitlebih dari 500 hari saja.

JAUH SETELAH SOEHARTO TERPAKSA MUNDUR, ketikamantan Presiden yang berkuasa paling lama itu sakitmenjelang akhir hidupnya, B.J. Habibie heran dia ditolakmenengok mantan atasannya. “Saya salah apa?” tanyaHabibie kepada hampir setiap orang yang membicarakanhubungan buruknya dengan mantan atasannya. Dr. A.M.Fatwa—seorang politikus yang dulu lama menghunipenjara Orde Baru—sempat jumpa Tutut di rumah sakitketika Soeharto dirawat. Dari Fatwa-lah Dr. Habibie tahu,oleh keluarga Soeharto dia dianggap pengkhianat.Soalnya dia tidak solider ikut mundur bersama orang yangdiakuinya sebagai “Guru Besar”-nya itu.

Ketika saya berkunjung ke rumahnya pada awal tahun2011, Habibie memulai percakapan kami denganpertanyaan berikut: “Menurut Saudara, mengapa PakHarto memusuhi saya? Tidak mau menemui saya?” Jawabsaya: “Suharto sudah merasa gagal. Rencananyamembangun dinasti berantakan. Anda sebagai ‘bagian darikeluarganya’ diharapkan solider mundur bersamanya.Tapi, Anda ternyata memilih bertahan.”

Meski berkali-kali mengaku dan mengumumkandirinya sebagai murid “Profesor Soeharto”, Habibieternyata masih tetap seorang modern hasil didikan Barat.

~287~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 295: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Sebagai orang rasional, Doktor lulusan Achen, Jerman, itulebih memilih menghormati konstitusi (Pasal 8 UUD 45)daripada loyal buta kepada Soeharto. Dalam hal ini, sikapHabibie terhadap Soeharto sebenarnya lebih kurang samadengan sikap Moerdani yang mengalihkan loyalitasnyadari Soeharto pribadi kepada lembaga ABRI.

Bagi Moerdani, pada akhirnya, keselamatan negaralebih penting dari sekadar keselamatan Soeharto. BagiHabibie, keselamatan dan kelanjutan hidup RepublikIndonesia lebih penting daripada setia buta kepadaSoeharto. Akibatnya, kedua tokoh ini mendapat“hukuman” dari Soeharto. Benny dicopot mendadak darijabatan Pangab disusul pembersihan ABRI dan parapengikutnya, sedangkan Habibie ditolak berjumpa mantan“Profesor”-nya hingga akhir hayat Haji MohammadSoeharto.

DALAM KEADAAN KRISIS PASCA-SOEHARTO, ABRIternyata sudah tidak cukup punya pemimpin yang berani,bersemangat, dan yakin bisa mendapat dukungan publikdalam melanjutkan kepemimpinan nasional. Ini adalahakibat kebijakan Soeharto yang telah bertahun-tahunmemecah belah ABRI, terutama setelah menyingkirkanBenny Moerdani. ABRI pasca-Moerdani adalah tentarayang dibikin makin tidak bersatu. ABRI atau tentara yangkompak di mana-mana memang merupakan potensiancaman utama kepada kepemimpinan otoriter.

Di bawah Panglima Moerdani, dengan menggunakankekuasaannya atas jaringan intelijen, Benny berhasil

~288~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 296: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

mempersatukan dan mengontrol ABRI. KekuatanMoerdani berdasar kontrolnya atas ABRI ternyatakemudian dilihat Soeharto sebagai ancaman. Sejak Bennydisingkirkan dan para pengikutnya dibersihkan darisejumlah posisi penting dalam tubuh tentara, praktisSoeharto-lah yang menjadi Panglima ABRI.

Cara Soeharto mengontrol tentara dan politik adalahmengusahakan dengan saksama agar mereka yang ada dibawahnya sedapat mungkin tidak akur satu dengan yanglainnya. Inilah alasan saya untuk selalu mengatakan bahwaABRI adalah korban tragis Orde Baru. Mendirikan OrdeBaru dan resminya berkuasa serta kelihatan utuh,nyatanya ABRI berhasil dibikin tidak kompak danpraktiknya hanya jadi alat Soeharto, keluarga, dankroninya.[]

~289~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 297: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

P

MENYIAPKAN TUTUT

MENGGANTIKAN

SOEHARTO

ada suatu hari di pekan pertama bulan Agustus 1997,atas bantuan Kasospol ABRI, Letjen TNI Syarwan

Hamid, saya bisa mewawancarai Jenderal TNI FeisalTanjung, Panglima ABRI waktu itu. Wawancara tersebutmerupakan bagian dari kegiatan saya mengumpulkanbahan bagi penulisan sebuah makalah mengenaihubungan Presiden Soeharto dan ABRI masa pasca-Panglima ABRI L.B. Moerdani dan Try Sutrisno. Secara taktersangka, pada akhir wawancara itu Jenderal Feisalbertanya, “Menurut Pak Said, ke mana arah Mbak Tutut?”

~290~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 298: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

~291~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 299: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Tutut dan anaknya menyambut kepulangan Pak Harto dari perjalananke luar negeri.

Atas nasihat Letjen TNI Syarwan Hamid dan Letjen TNIZain A. Maulani, saya kemudian menjawab pertanyaanJenderal Feisal Tanjung lewat sebuah analisis tertulis.Analisis tersebut bisa Anda baca sekarang sebagai yangtercantum di bawah ini. Pada waktu ditulis dulu sifatnyasangat confidential. Tapi yang jelas pada waktu itu, sayatelah dengan yakin mengatakan bahwa Soeharto sedangmempersiapkan putrinya, Siti Hardianti Indra Rukmana(Tutut), untuk kelak menggantikan ayahandanya.

Di kemudian hari, yakni pada Sidang Badan Pekerja-MPR (BP-MPR) 1997/1998, saya dan Prof. Dr. Ryaas Rasyiddiangkat menjadi penasihat Fraksi Golkar dalam BadanPekerja-MPR tersebut. Menurut Ryaas, adalah Tutut yangmeminta kami berdua. Saya sendiri sudah lupa siapa yangmenghubungi saya waktu itu.

Ketua Fraksi Golkar di BP-MPR adalah Tutut. Luar biasaberkuasanya. Sebaliknya juga, luar biasa takzimnyaanggota Fraksi Golkar kepada pimpinan mereka.

Lucunya, justru dalam situasi demikian saya bisaberbuat banyak dalam menyarankan koreksi danperubahan draf GBHN yang dibahas dalam rapat-rapat BP-MPR tersebut. Saya duduk di samping sang Ketua Fraksi,sehingga cukup banyak usul saya yang berhasil dia adopsi.Padahal, ketika gagasan perubahan saya sampaikankepada sejumlah anggota fraksi, mereka semua engganmenyampaikannya kepada Ibu Ketua. Kesan saya merekasemua takut

~292~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 300: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Ryaas Rasyid tidak begitu aktif. Kesan saya, dia risimelihat permainan politik tersebut. Saya, sebaliknya,bersemangat dan selalu hadir di sidang maupunpertemuan di markas Fraksi di Kebayoran Baru. “Sebagaiwartawan dan pemerhati politik, ini kesempatan buat sayamelihat proses politik dari dalam,” kata saya kepadaRyaas.

Pengalaman berada di sekitar Tutut selama beberapahari itu makin meyakinkan saya, putri sulung sangPresiden sedang dalam proses berjalan ke tempattertinggi Golkar sebagai bagian dari usaha sang Bapakmenyiapkan putrinya menduduki jabatan tertinggi diIndonesia. Langkah pertama ke arah puncak kekuasaan ituadalah menjadi anggota kabinet. “Anda lihat nanti dalamkabinet mendatang, Tutut akan jadi Menteri Sosial atauUrusan Wanita,” kata saya kepada Ryaas. Ramalan sayatidak meleset. Tutut jadi Menteri Sosial pada kabinetterakhir Presiden Soeharto.

~293~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 301: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

~294~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 302: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Soeharto ditemani Tutut memeriksa hasil kerajinan rakyat.

Saya juga meramalkan, lewat Musyawarah Nasional(Munas) Golkar setelah sidang MPR, Tutut akan jadi KetuaUmum menggantikan Harmoko. Ramalan ini tidak jadikenyataan karena Reformasi, secara mendadak dan takterduga, telah menggusur kekuasaan Soeharto.Seandainya tidak terjadi Reformasi, maka menjelang, ataubahkan sebelum, Sidang MPR lima tahun berikutnyaSoeharto akan melengserkan diri dan mengarahkan agarpenggantinya adalah pimpinan partai atau “golonganpolitik yang paling besar pendukungnya”. Pada saat ituputri tertuanya, Tutut sudah dengan kukuh mendudukijabatan Ketua Umum Golkar. Jadilah putri sulung itupewaris takhta kekuasaan ayahandanya. ABRI waktu ituakan mendukung Tutut sebab pemimpin mereka sudahsejak lama dipersiapkan Soeharto lewat seleksi ketat dansecara pribadi semua perwira tinggi dikenal oleh BapakPresiden.

Berikut ini makalah saya untuk Jenderal TNI Feisal Tanjungtersebut.

Pada masa penyusunan anggota MPR 1993-1998 danpembentukan kabinet selepas sidang tersebut, B.J.Habibie memainkan peranan yang amat besar. Salah satuhasil peranan Habibie itulah yang secara sinis duluditanggapi oleh sebuah harian ibu kota sebagai “ijo loyo-loyo”. Kemudian terbukti bahwa orang-orang pilihanHabibie dalam kabinet (Wardiman, Haryanto Danutirto,

~295~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 303: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

dan Billy Yudhono) bagi Presiden Soeharto kurangmemenuhi persyaratan untuk kedudukan mereka.Beberapa di antara mereka bahkan ditengarai Soehartosebagai mempunyai agenda politik sendiri.

~296~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 304: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

~297~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 305: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Soeharto memancing bersama B.J. Habibie dan Kanselir JermanBarat, Helmut Kohl, di Teluk Jakarta.

Yang terakhir ini—mempunyai agenda politik sendiri—tentu saja membuat kesal Presiden Soeharto. Tidak sulitdimengerti, bagi Soeharto yang boleh punya agendapolitik hanya Bapak Presiden, Pangti ABRI, dan MandatarisMPR.

Habibie, dan siapa saja yang diangkat olehnya(termasuk para pimpinan ABRI) hanya pelaksana agendadan rencana-rencana politik Bapak Presiden. Inilah latarbelakang mengapa kemudian Habibie tidak lagimemainkan peranan sebagai political recruiter. “Habibieterkenal dan dikenal oleh orang banyak, tapi Habibie tidakkenal orang,” begitu konon keluhan Soeharto mengenaiB.J. Habibie.

Penjelasan tambahan, kendati tidak kurang penting,terhadap tergesernya Habibie sebagai political recruiteradalah ketidakpekaan Habibie kepada peranan politikTutut. Tampaknya Habibie masih melihat Tutut sebagaianak kecil yang dikenalnya ketika Menristek itu baru sajapulang dari Jerman (1974). Habibie barangkali melihatdirinya sebagai salah seorang “anak” Soeharto yang akanmelanjutkan legacy (warisan kekuasaan dan formatpolitik) Soeharto kelak, dan karena itu melihat Tutut hanyasebagai anak kecil yang “mengganggu”.

Karena tidak mengerti peranan politik yang digariskandan diproyeksikan Soeharto untuk putri sulungnya(peranan Tutut dalam Golkar, sebagai salah satucontohnya) atau barangkali juga karena menganggap

~298~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 306: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

enteng Tutut, Habibie tidak sempat menyadari posisi sertakebolehan putri sulung sang Presiden dalam mewarisikecanggihan berpolitik bapaknya.

ABRI dan Hari Depan Politik IndonesiaBagi yang mengamati tingkah laku politik Soeharto akhir-akhir ini sulit menghindari kesan bahwa yang mempunyaipeluang besar menggantikan Soeharto adalah Tutut.Dalam rangka itulah, orang harus melihat langkah-langkahPak Harto mendorong putri sulungnya terlibat dalamkepemimpinan Golkar.

Bisa dikatakan, lewat Golkar Tutut “dilatih menjadipemimpin” dalam rangka mempersiapkannya menjadipengganti ayahandanya. Sekarang Tutut adalah hanyasalah satu ketua, tapi tahun depan hampir pasti, lewatMunas, dia akan menjadi Ketua Umum Golkar.

Sebagai bagian dan langkah awal dalam perjalanannyake puncak kekuasaan pada masa pasca-Soeharto, dalampenyusunan pimpinan ABRI pun kabarnya perlahan-lahanTutut ikut berperan, meski sekarang kontrol ayahandanyamasih cukup ketat. Lewat kontrol ketat itulah kelihatannyamantan Pangkostrad itu menempatkan pada posisi kuncipara perwira yang diperhitungkannya tidak akanmenimbulkan soal terhadap perjalanan kepemimpinanTutut ke puncak piramida kekuasaan Indonesia.

~299~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 307: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

~300~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 308: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Tutut memimpin apel barisan Kirab Pemuda.

Dalam rangka inilah juga, orang banyak harusmengerti pidato Soeharto di depan Ulang Tahun GolkarOktober 1997 lalu. Lewat pidato itu untuk pertama kalinyaPresiden Soeharto mengungkapkan kemungkinan suksesiyang masih memberikan tempat (sebagai pandito)kepada pemimpin yang mengundurkan diri. Konsep“kependetaan” ini mengingatkan kita kepada peran LeeKuan Yew sebagai Menteri Senior di Singapura setelahmeninggalkan kedudukannya sebagai Perdana Menteri.

Belajar dari pengalaman pahit memercayai nyarishanya satu orang (L.B. Moerdani) dengan memberinyakekuasaan yang begitu besar, komposisi pimpinan ABRIselanjutnya diatur Soeharto sedemikian rupa, sehinggatidak ada jenderal yang dominan. Dengan cara ini tidakakan ada lagi orang seperti L.B. Moerdani yang sangatberkuasa dan mengontrol ABRI secara ketat, sehinggabisa menjadikan lembaga militer itu basis kekuatan sangJenderal sendiri.

Jenderal HartonoPosisi Jenderal TNI Raden Hartono unik. PresidenSoeharto melihatnya sebagai seorang yang loyal danberani, tapi juga seorang santri yang tak menyembunyikankeislamannya. Soeharto tentu tidak pernah lupakeberanian Hartono, waktu itu Pangdam Brawijaya,menolak perintah Pangab, Jenderal Try Sutrisno, yangmelarangnya membantu ICMI yang didirikan di Malang.

~301~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 309: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Inilah konon latarbelakang bakaldidorongnya JenderalHartono masuk keICMI. Menurutperkiraan beberapapengurus ICMI, dalamwaktu dekat—setelahpensiun—Hartonomungkin akanmenggantikan Habibiesebagai Ketua ICMI.Dengan Hartonosebagai pemimpinICMI, Pak Harto jelasingin mantan KSAD itumewarnai ICMI agarbisa tetap beradadalam grand strategy sang Presiden. Strategi seperti inisejak awal dijalankan Soeharto, itu sebabnya Habibie yangjadi Ketua ICMI dan sebagian besar pembesar ICMI adalahanggota Korpri (Korps Pegawai Republik Indonesia).

Menguasai dan mengontrol ICMI bukan pekerjaanyang mudah, karena dari sejak kebangkitan Islam diIndonesia pada permulaan abad ke-20, Islam memangtidak pernah bersatu. Perbedaan, bahkan pertentanganantara kubu tradisional melawan kubu modernismempunyai sifat mendasar. Tapi, R. Hartono sebagaiJenderal TNI, dan santri, berada dalam posisi yang unik

~302~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 310: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

dan kuat bagi kemungkinan—dengan dukunganSoeharto, tentu saja—menjadi pemimpin politik IslamOrde Baru.

Posisi demikian memang belum pernah ada selama inidi Indonesia. Sampai saat sekarang yang ada hanyapimpinan kaum modernis atau kaum tradisional. AmienRais (Muhammadiyah) paling-paling hanya didukung olehkaum modernis, sedangkan Abdurrahman Wahidterutama hanya didukung jamaah NU.

Sementara itu, peranan Islam—sebagai mayoritas—amat penting dalam masa transisi pasca-Soeharto kelak.Pada saat itu nanti hanya ada dua kekuatan besar, ABRIyang terorganisasikan dengan rapi, dan Islam yang tidakterorganisasikan (kecuali kalau R. Hartono, buatsementara lewat ICMI, berhasil menjadi pemimpin politikIslam yang bersatu).

Harus disadari, tidak ada jaminan pada masa transisipasca-Soeharto, ABRI bisa kompak, bersatu, dan siapsecara utuh mengambil alih kontrol negeri ini. KebijakanSoeharto yang menghindarkan adanya pemimpin ABRIyang kuat seperti Moerdani, telah berhasil membuatlembaga militer itu seluruhnya dikontrol Soeharto lewatsejumlah perwira yang secara pribadi dikenal dandipercayainya.

Para perwira itu tidak selalu akur antara yang satu danyang lainnya. Potensi saling bertentangan itu sangatmenguntungkan Soeharto. Tentara yang bersatu adalahpotensi ancaman bagi kekuasaan otoriter.

Tutut sebagai pemimpin memerlukan tambahan

~303~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 311: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

dukungan dari luar ABRI. Di sana Hartono sebagai“pemimpin” Islam tampaknya diharapkan PresidenSoeharto bisa menjadi pemain penting.

Yang menguntungkan bagi konstelasi politik jika Islampolitik dipimpin oleh R. Hartono adalah, kecurigaan daridalam ABRI kepada Islam kemungkinan besar bisaberanjak minim. Sebab, mereka tahu Jenderal R. Hartonoadalah salah seorang dari kalangan mereka juga. Lebihjauh dari itu adalah lebih menguntungkan bagi ABRI jikayang menjadi pemimpin Islam adalah mantan KSADdaripada orang yang mereka tidak tahu tujuan dankonsepsi politiknya. Mungkin begitulah jalan pikiran BapakPresiden.

Namun, jika kita berbicara dari segi politik, seandainyapada masa transisi pasca-Soeharto ternyata ABRI yangmenang mutlak (suatu hal yang tampaknya hampirmustahil) dalam kontes kekuasaan, bukan tidak mungkinakan terjadi perseteruan antara ABRI melawan umatIslam. Hal seperti ini dulu dialami Indonesia pada masaawal pemerintahan Orde Baru dan masa L.B. Moerdanimemimpin militer.

Keadaan seperti ini dimungkinkan terjadi kalaukeduanya tidak bisa menemukan modus kerja sama.Dalam keadaan demikian, ABRI tentu akan mendapatdukungan kaum sekuler dan golongan non-Muslim yangsekarang ini bersatu dalam kelompok yang dikenal sebagaiRainbow Coalition (Koalisi berbagai golongan anti-Soeharto). Akibatnya, Islam akan terpuruk kembalimenjadi golongan yang selalu dicurigai, atau terjadi konflik

~304~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 312: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

politik berkepanjangan seperti di Turki akhir-akhir ini. Inisuatu keadaan yang pasti akan terus mengganggustabilitas politik.

Sebagai mantan KSAD, peranan politik Hartono hanyaakan berhasil jika ABRI menyadari pentingnya skenariopolitik yang akan dimainkan R. Hartono sebagaimana yangdirencanakan Soeharto. Skenario politik ini juga barangkalimerupakan jalan satu-satunya yang tersedia bagi ABRI danTutut untuk memasuki masa pasca-Soeharto tanpagonjang-ganjing politik yang pada akhirnya hanya akanmemperhadapkan militer dengan sipil di satu pihak, danpembersihan (purge) berkepanjangan di dalam tubuhABRI sendiri, di pihak lain. Yang terakhir ini, pembersihan,kita alami pada masa pasca-Gestapu dengan korban yangcukup banyak.

Dengan terciptanya hubungan kemitraan antara Islamdan ABRI, maka kedua kekuatan utama ini diharapkanoleh Bapak Presiden menjadi soko guru pendukungkepemimpinan Tutut, sebagai pelanjut kekuasaanayahandanya.

Gus Dur tampaknya mengerti strategi PresidenSoeharto itu. Pada kampanye Pemilihan Umum 1977, GusDur bersama Tutut sibuk berkampanye untuk Golkar.Adalah Gus Dur yang menyertai Tutut berkunjung keberbagai pondok pesantren di Jawa Tengah dan JawaTimur. Menurut catatan sejarahwan M.C. Ricklefs, daripertemuannya dengan Gus Dur di Jakarta pada 5 Juli 1997,

Saat itu, dia [Gus Dur] mengatakan kepada saya bahwa dia bisamembayangkan beberapa skenario yang mungkin bagi masa

~305~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 313: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

depan Indonesia, dan di hampir semua skenario itu Tutut akanmemainkan peranan yang penting. Tutut bukanlah, demikianpernyataan Gus Dur, pribadi yang suka foya-foya sepertidianggap oleh beberapa kalangan, tapi alih-alih seorang yangserius, berkemampuan, dan konstruktif yang mampuberkomunikasi dengan baik dengan para kiai serta merebut hatimereka.

Dengan strategi mempersiapkan putrinya, tampaknyaSoeharto berharap mencapai beberapa tujuan sekaligus:Presiden Soeharto merasa aman (ancaman terhadapkepentingan politik dan bisnis keluarganya terhindarkan),gejolak politik pasca-Soeharto bisa dihindari (stabilitaspolitik dan ekonomi bisa dipelihara), peranan politik ABRI(dengan cara yang lebih canggih, meski terbatas) jugatetap bisa berlangsung. Di atas stabilitas politik sepertiitulah, menurut ramalan saya, Presiden Soehartomengharapkan putrinya kelak bertakhta.[]

~306~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 314: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

T

TELEPON DARI SARWO

EDHIE

elepon rumah berdering pada suatu sore pada tahun1988, istri saya mengangkatnya. “Dari Pak Sarwo,”

katanya. Saya belum sempat bertanya apa pun, darirumahnya di Cijantung, Letjen TNI (Purn.) Sarwo EdhieWibowo sudah langsung bicara. Katanya, “Dik Salim, sayaakan kirim Bambang dan beberapa temannya ke rumahDik Salim. Tolong diajak bicara anak-anak muda itu.”Waktu itu Jenderal Sarwo sudah lama meninggalkanprofesi militer.

Tidak dijelaskan apa saja yang harus kita bicarakan.Malam harinya, tiga orang perwira muda, semuaberpangkat Mayor—siswa Sekolah Staf dan KomandoAngkatan Darat (Seskoad)—memasuki halaman rumahsaya. Mereka adalah Mayor Infantri Susilo BambangYudhoyono (SBY)—yang juga menantu Jenderal SarwoEdhie—Mayor Infantri Syamsul Maarif, dan Mayor InfantriEdi Budianto. Di ruang tamu yang sempit, selama sekitardua jam kami bertukar pikiran.

Menurut penuturan SBY kepada saya pada 11 Januari2013, Pak Sarwo Edhie memang sering berdiskusi denganmenantunya serta kawan-kawan segenerasinya, semuataruna didikan Sarwo Edhie di Akabri.

~307~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 315: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Yang dibicarakan utamanya adalah urusan militer danpertahanan, meskipun terkadang juga berkaitan denganpersoalan negara dan politik. Sesekali teman-teman sepertiSyamsul Maarif juga ikut diskusi itu. Nah, dalam salah satupembicaraan kami, beliau bilang punya sahabat muda yangsering bersama pada masa perubahan politik di awal Orde Baru.Beliau lalu minta kami mendatangi Mas Salim. Almarhumberpendapat perwira masa kini perlu memiliki wawasan lebihluas, bukan melulu mendalami ilmu militer dan pertahanan.

Begitu cerita SBY kepada saya di kantornya dilingkungan Istana Kepresidenan.

~308~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 316: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

~309~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 317: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Salim Haji Said dan Presiden SBY di Istana.

Pada kesempatan lain, Syamsul Maarif—temansekelas SBY—menceritakan aktivitas mereka ketika masihmenjadi taruna di Akademi Angkatan Bersenjata RepublikIndonesia (Akabri) di Magelang dan ketika sudah menjadiperwira muda. Menurut Mayjen TNI Dr. Syamsul,

Sejak masa taruna pada 1972, kami sering melakukan diskusi-diskusi dengan SBY, Prabowo, dan Agus Wirahadikusuma.Ketika teman-teman pesiar pada hari Minggu, kami sering tetapberada di kampus berdiskusi. SBY dan Prabowo adalah sumberinspirasi kami. Saya hanya pengikut mereka.

SBY membenarkan pernyataan Syamsul. Katanya,

Kami adalah taruna yang tidak puas dengan keadaan waktu itu.Kami ingin melakukan perubahan ke arah keadaan yang lebihbaik. Waktu itu kami masih muda, tapi sudah memikirkanperlunya tentara yang lebih modern dari segi pelatihan,persenjataan, dan doktrin. Nanti waktu berpangkat Kolonel dankemudian Jenderal, kritik saya adalah Dwifungsi ABRI sudahberjalan terlalu jauh. Dalam sebuah seminar di Seskoad ketikasaya sudah menjadi Panglima Daerah Militer di Palembang[Sriwijaya], saya menulis makalah yang berisi koreksi atasimplementasi Dwifungsi.

Cerita Syamsul selanjutnya,

Lewat berbagai diskusi, kami melihat bagaimana hari depannegara dan kemungkinan peran kami di sana. Sebagai taruna,waktu itu saya telah memproyeksikan akan jadi apa kelak. Pada1998 terjadi diskontinuitas [Reformasi]. Tapi, setidaknya kamiwaktu itu sudah ada di puncak. SBY, Prabowo, dan AgusWirahadikusuma, semua sudah bintang tiga. Saya bintang dua.Yang kami capai pada 1998 merupakan usaha yang kami mulai

~310~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 318: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

sejak masa taruna.

Yang tidak kurang menarik dari pengalaman Syamsuladalah perhatian Jenderal Sarwo Edhie kepada paramantan anak didiknya di Akabri. Tutur Syamsul,

Suatu ketika, saya menjabat posisi Kepala Operasi Detasemendi Bali dengan pangkat Kapten, Pak Sarwo suatu malammenghubungi saya lewat telepon. Perang Teluk sedangberkecamuk di Timur Tengah masa itu. Beliau tanya pendapatsaya mengenai perang tersebut. Waktu itu belum ada internet,jadi saya mencari koran dan membaca sebanyak mungkinmengenai Perang Teluk. Pertanyaan mengenai keadaan di TimurTengah itu menyangkut soal strategis dan politik internasional.Almarhum memang selalu berusaha agar mantan anak didiknyatidak terkungkung dalam suatu kotak perhatian saja.

Pada pertemuan pertama saya dengan tiga anak mudaberpangkat Mayor itu, saya tidak lagi ingat apa persisnyayang kami bicarakan. Tapi, menurut SBY,

~311~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 319: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

~312~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 320: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Mayjen Dr. Syamsul Maarif, Ketua Badan Nasional PenanggulanganBencana, bersama KSAD Jenderal Pramono Edhie Wibowo.

Waktu itu kita bicara banyak hal, antara lain mengenaiDwifungsi. Mas Salim menjelaskan mengenai doktrin Dwifungsidan sejarahnya. Sebagai militer profesional, saya berpendapatfungsi militer harusnya berkaitan dengan bidang pertahanan dankeamanan. Tapi, bisa saja TNI ikut memikirkan urusannegaranya jika keadaan mengharuskan, meski tidak bolehmenghilangkan fungsi utamanya sebagai kekuatan pertahanandan keamanan.

SBY kemudian bicara mengenai konsep dankegiatannya pada saat Reformasi. Waktu itu posisinyaadalah Kepala Staf Sosial Politik (posisi itu kemudianberubah nama menjadi Kepala Staf Teritorial).

Sebagai drafter konsep Reformasi militer dan Ketua FraksiABRI di MPR, dari sekian puluh orang yang bertemu dengansaya, hanya ada dua orang yang sebenarnya bisa saya ajakbicara secara intensif, Cak Nur [Nurcholish Madjid] dan MasSalim. Waktu itu, kita bertemu berkali-kali. Kadang bertemubertiga dengan Cak Nur, tapi sering juga berdua saja. Yang MasSalim sampaikan waktu itu turut menjadi bagian yang mengubahnegara. Kita berbicara banyak waktu itu mengenai perlunyaperubahan.

Apa saja pengalaman menarik SBY sebagai tokohReformasi ABRI?

Suatu kali saya hadir dalam sebuah pertemuan para jenderalpurnawirawan. Mereka semua dari generasi Angkatan 45,beliau-beliau yang dulu berhasil mencapai pangkat bintang tigadan bintang empat. Salah seorang di antara para pinisepuh itubertanya kepada saya, “Kamu yang namanya BambangYudhoyono?” Jawab saya, “Siap.” Mantan Jenderal itumelanjutkan bicaranya. Katanya, “Kamu harus mengerti sejarah.

~313~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 321: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Tidak ada itu namanya Dwifungsi mau diganti dan ditinggalkan.Itu bagian hidup dari TNI.”

Saya jelaskan kepada para senior itu secara persuasif.Intinya, peranan politik tentara dihapuskan, dan itu berartiDwifungsi berakhir.

Apakah ada Jenderal aktif yang menolak kebijakanmeninggalkan Dwifungsi waktu itu?

Ada. Tidak usah saya sebutkan nama mereka. Ketika sayamenyusun draf Reformasi ABRI pada awal 1998, saya siapkandaftar pertanyaan tertulis kepada sejumlah perwira tinggi TNIdan Polri. Ada 15 pertanyaan yang saya minta mereka jawab.Saya ingin tahu sikap mereka mengenai hari depan Dwifungsi.Hasilnya, 60 persen setuju perubahan dengan syarat tidakterlalu dramatis. Lima belas persen ingin perubahan yang lebihradikal. Sisanya yang 25 persen mengatakan tidak setujuperubahan. Mereka berpendapat Dwifungsi sudah benar, yangsalah adalah implementasinya. Jadi, yang ingin mempertahankanDwifungsi tetap ada. Tapi, mereka minoritas.

Begitulah, lebih kurang, cerita Doktor Haji SusiloBambang Yudhoyono dan Dr. Syamsul Maarif mengenaipertemuan pertama kami pada suatu malam di tahun1988. Ketika catatan ini saya tulis, Mayjen TNI (Purn.) EdiBudianto sudah lama meninggalkan kami semua. Yangsaya ingat dari cerita Jenderal Budianto, dia ke rumah sayakarena diajak SBY. Katanya, “Untuk belajar politik.”

Satu cerita lucu yang tersisa dari pertemuan pertamakami itu bersumber pada Syamsul Maarif. HarapanSyamsul yang dikemukakannya malam itu adalahkeinginannya menjadi bupati di kampungnya di sebuahkota kecil di Jawa Timur. Menurut ceritanya, ayah Syamsuladalah seorang Pembantu Letnan Satu (Peltu) dengankedudukan sebagai Komandan Komando Rayon Militer

~314~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 322: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

(Koramil) di kampungnya. Di mata putra seorangKomandan Koramil, jabatan bupati tentu sudah amattinggi. Pada masa awal kemiliterannya, tentulah Syamsulbelum sanggup membayangkan bakal terjadinya socialupward mobility yang kelak membuka kesempatan bagidirinya mencapai pangkat Mayor Jenderal, memegangjabatan Kepala Staf Komando Daerah Militer (Kasdam)Brawijaya di Surabaya, Gubernur Akademi Militer diMagelang, dan akhirnya posisi setingkat menteri dalamurusan penanggulangan bencana (BNPB). “Sebagai anakseorang Peltu, di mata saya waktu itu jabatan KomandanKomando Distrik Militer (Kodim) saja sudah amat tinggi.Apalagi Bupati,” kenang Dr. Syamsul Maarif sekian puluhtahun kemudian.[]

~315~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 323: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

S

“SAYA AKAN KEMBALI KE

INDUK SAYA”

ebagai mahasiswa program doktor pada Ohio StateUniversity (OSU), pada Oktober dan November 1984

saya berada di Indonesia mengumpulkan bahan bagipenulisan disertasi saya. Selain harus ke sebuahperpustakaan di Yogyakarta yang menyimpan koran-koranYogyakarta terbitan zaman Revolusi, saya juga harusmencari bahan di Arsip Nasional, Jalan Ampera Raya, didaerah Kemang, Jakarta Selatan.

Yang tidak kurang penting adalah mewawancaraisejumlah besar mantan jenderal yang berperan pada masaRevolusi dahulu. Paling penting tentulah Jenderal A.H.Nasution, Jenderal T.B. Simatupang di samping JenderalSoeharto (Presiden waktu itu), Jenderal Kemal Idris,Jenderal Suprayogi, Jenderal Azis Saleh, JenderalSumitro, dan banyak lagi lainnya. Karena waktu itu,Jenderal Benny Moerdani berkedudukan sebagaiPanglima ABRI, maka dia juga saya wawancarai.

~316~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 324: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

~317~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 325: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Jenderal (Purn.) A.H. Nasution dan Jenderal (Purn.) T.B. Simatupang.

Sejumlah politisi yang berperan masa itu juga sayamintai keterangan. Mohammad Natsir yang menjabatMenteri Penerangan pada masa kudeta 3 Juli 1946 jugaberhasil saya wawancarai. Subadio Sastrosatomo danDayino, keduanya orang dekat Sutan Syahrir, juga sayadatangi. Demikian juga Sri Sultan Hamengkubuwono IXyang bertahan di Keraton ketika Yogyakarta didudukiBelanda. Pokoknya semua yang bisa menolong sayamerekonstruksi cerita hubungan sipil dengan militer danperanan Panglima Besar Sudirman waktu itu, sayawawancarai. Tentu termasuk pula Jenderal SupardjoRustam, ajudan Panglima Besar yang sedang mendudukiposisi Menteri Dalam Negeri ketika saya mengumpulkanbahan. Tidak ketinggalan Harsono Cokroaminoto yangpernah menjadi penasihat Jenderal Sudirman.

Berbeda dengan kecemasan saya sebelumnya,ternyata tidak sulit mendapatkan keterangan dari parapelaku sejarah tersebut. Bahkan, beberapa di antaramereka bercerita lebih panjang daripada yang sayabutuhkan. Mereka seperti ketakutan, pengalaman masalalu mereka akan hilang begitu saja tak tercatat dandilupakan. Dari semua janji wawancara yang sudah sayadapat, yang tidak berhasil saya temui langsung adalahPresiden Soeharto. Kegagalan jumpa disebabkanterjadinya kecelakaan motor boat yang menimpa putrabungsunya, Hutomo Mandala Putra (Tommy). Tapi, PakHarto mengirim pesan agar saya menyampaikan saja

~318~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 326: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

pertanyaan tertulis.Jawaban terketik rapi saya terima dari pejabat pada

Sekretariat Negara (Sekneg) bagian mass media, BrigjenTNI Gufron Dwipayana (Dipo). Jelas sekali jawaban yangsaya peroleh bersumber pada jawaban lisan yang direkamdan ditranskripsi dengan setia dari ucapan Bapak Presiden.Jawaban itu penting (mengenai Letkol Soeharto sebagaiutusan Panglima Besar Sudirman jumpa Muso, pemimpinPartai Komunis Indonesia, PKI, di Madiun, September1948) pada awal peristiwa Pemberontakan Komunis dikota itu. Sayang tidak bisa saya kutip verbatim karenabahasanya amat rumit. Pokoknya saya mengertimaksudnya. Itu yang penting.

Yang paling menarik dari semua pengalamanmendapatkan informasi para mantan jenderal pejuang ituadalah wawancara dengan Letjen TNI (Purn.) G.P.H.Djatikusumo. Ketika mencoba membuat janji lewattelepon tentang maksud dan topik wawancara, JenderalDjatikusumo sudah langsung saja memberi penjelasan.“Begini, ya, Saudara, TNI itu organisasi perjuangan.Berbeda dengan ABRI. Kalau ABRI itu alat negara. Saya inisudah pensiun dari ABRI, tapi tetap anggota TNI. Inipenjelasannya mengapa saya masih ikut memikirkan TNI,ikut bicara mengenai peran politik TNI, berbicaramengenai TNI sebagai milik seluruh rakyat dan bukan milikgolongan tertentu.”

~319~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 327: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

G.P.H. Djatikusumo ketika masih Kolonel.

Saya tidak bisa memotong beliau yang terus bicarabersemangat tentang TNI dan aktivitas beliau sebagaianggota TNI yang “tidak akan pernah pensiun”.

Akibatnya … saya tidak pernah berhasil bertatap mukadengan Jenderal Djatikusumo, karena sampai beliauselesai melakukan monolog, saya tidak pernah sempatmembicarakan waktu dan tempat untuk jumpa. Tapi,pesan dari cerita dan pengalaman saya dengan JenderalDjati ini menunjukkan sesuatu yang sangat penting, suatuhal yang dalam berbagai cara saya dapatkan juga dari

~320~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 328: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

hampir semua perwira TNI generasi awal itu.Penjelasan Jenderal Djatikusumo mengandung

persepsi generasi Angkatan 45 dalam militer Indonesiaterhadap TNI dan masyarakat sekaligus. Bagi tentara darigenerasi itu, TNI adalah segala-segalanya. “TNI semuabisa”, adalah ucapan populer di kalangan perwira ituketika secara resmi TNI mendapat peran politik menjelangakhir tahun lima puluhan. Pada 1984, Jenderal L.B.Moerdani pernah mengatakan kepada saya, “Dari perwiraTNI Generasi 45 kita bisa dapat apa saja, dari lurah hinggapresiden.”

Moerdani membedakan antara tentara Generasi 45dengan mereka yang lulusan Akademi Militer pasca-Revolusi. Yang terakhir ini disebut Benny sebagai peacetime army, tentara masa damai. Moerdani dipandang danmemandang dirinya sebagai penghubung dua generasiTNI itu.

Sebagai organisasi perjuangan yang menggunakansenjata, TNI bagi mereka adalah kelompok yang konsistenberjuang mempertahankan Indonesia dengan loyalitastunggal. Suatu hal yang pada zaman Revolusi, masa mudamereka, berbeda dengan partai politik dengan macam-macam ideologi dan kepentingan. Bagi generasi ini, TNIadalah juga organisasi perjuangan yang tidak kenalmenyerah dan memang tidak menyerah meski PanglimaTertingginya, Sukarno, seorang sipil, menyerah kepadatentara Belanda di Yogyakarta pada 19 Desember 1948.

Pengalaman melihat pimpinan sipil menyerahsementara mereka masuk hutan bergerilya mewarnai

~321~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 329: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

dengan kental sikap dan cara pandang tentara generasi itukepada politisi sipil.

Ikatan mereka dengan TNI pasti jauh lebih fanatikdibanding ikatan yang sama antara mereka yang berjuangdalam partai politik dan partai mereka masing-masing.Bagi mereka, TNI adalah the only game in town. Inilahlatar belakang mengapa Djatikusumo aktif dalam ForumStudi dan Komunikasi Angkatan Darat (Fosko) pada masaAngkatan Darat berada di bawah pimpinan Jenderal TNIWododo, lama setelah Jenderal Djati pensiun dari dinasmiliter. Kegiatan Fosko tidak mudah dicegah oleh KSAD.Dengan cara pandang dan dasar pemikiran yang sama,sebagai pejuang, sejumlah mantan perwira TNI juga ikutmenjadi penanda tangan Petisi 50, suatu pernyataan kritisterhadap Presiden Soeharto.

Fosko merupakan lembaga yang dimanfaatkan olehpara purnawirawan Angkatan Darat untuk terus memberimasukan dan koreksi kepada Presiden Soeharto, sesamaanggota TNI. Sang Presiden tampaknya lama-kelamaancapek menghadapi “kerewelan” teman-temansegenerasinya. Soeharto akhirnya memerintahkanpembubaran Fosko. Dan salah satu akibatnya, usia jabatanKSAD Jenderal Widodo menjadi pendek. Adapun parapenanda tangan Petisi 50, lewat tangan PangkopkamtibSudomo, mereka “dibunuh secara perdata”.

Sebagai ilustrasi guna memperjelas cara pandang TNIterhadap diri serta tempat mereka dalam masyarakat,berikut ini pengalaman saya dengan Mayjen TNI (Purn.)TNI Slamet Danusudirjo. Pernah menduduki macam-

~322~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 330: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

macam jabatan sipil di lingkungan pemerintahan, setelahpensiun Slamet sibuk menulis novel. Sebagai bukansastrawan profesional, novel yang ditulisnya dengan namasamaran Pandir Kelana, tidak jelek. Jenderal yang novelisini memang hanya menulis tentang pengalamannyaselama masa Revolusi. Dia kenal baik tokoh-tokohnya,lingkungannya, dan persoalan-persoalannya. Karenasumber cerita hanya pengalaman konkretnya, maka suatukali tidak ada lagi yang masih tersisa untuk diceritakannya.Peran dan kegiatannya sebagai novelis berakhir begitusaja. Ini berbeda dengan “keanggotaannya” dalam TNIyang tidak pernah berakhir.

Yang menarik, meski beberapa novelnya sempatdifilmkan (tidak semua penulis beruntung mendapathonor dari penjualan hak film dari novelnya), JenderalSlamet tidak pernah merasa sebagai sastrawan. Kepadasaya, dia pernah mengaku menolak hadir dalam sebuahpertemuan para sastrawan. “Saya ini tentara yang menulispengalaman zaman perang saja,” katanya.

Suatu kali Jenderal Slamet diminta jadi Rektor InstitutKesenian Jakarta (IKJ). Tentu salah satu alasan memintabeliau menjadi kepala sekolah para calon senimantersebut adalah karena selain kewibawaan beliau sebagiJenderal diharapkan membantu lebih menegakkan disiplinpada sebuah sekolah seni (pada umumnya senimanmemang sulit diajak disiplin), Jenderal Slamet jugaseniman (pengarang novel). Ringkas cerita, IKJ diurusnyadengan baik. Dia cukup tahu seniman tidak bisa diaturseperti tentara. Dan sampai beliau pensiun semua berjalan

~323~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 331: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

lancar-lancar saja di IKJ.Nah, beberapa saat setelah pensiun sebagai kepala

sekolah para calon seniman itulah, saya jumpa Pak Slametdi lapangan parkir Taman Ismail Marzuki (TIM). Waktu itu,saya menduduki posisi Ketua Dewan Kesenian Jakarta(DKJ) yang berkantor di kompleks yang sama dengan IKJ.“Apa rencana berikutnya, Pak Slamet?” Jawabnya singkat,“Saya akan kembali ke induk saya.” Anda tahu apa yangdimaksud Pak Slamet dengan “induk”? Yah, TNI AngkatanDarat. Persis sama dengan Djatikusumo yang pensiun dariABRI, tapi tetap merasa anggota aktif TNI.

YANG MENJADI PERTANYAAN dalam kepala saya waktuitu, ke bagian mana di Angkatan Darat Jenderal Slametkiranya membayangkan dirinya akan kembali? Kalaugambarannya tentang Angkatan Darat itu adalahorganisasi perjuangan, keadaan sudah lama berubah.Waktu Jenderal Slamet pensiun dari IKJ, penanggalansudah menunjukkan penghujung tahun sembilan puluhan.Masa itu TNI sudah nyaris sempurna menjadi alatkekuasaan Presiden Soeharto. Pada 1984, ketikaDjatikusumo menyebut TNI organisasi perjuangan,“perlawanan” masih mungkin terdengar suara dari paraanggota “organisasi perjuangan” tersebut. Dalam bentukFosko, misalnya. Tapi, menjelang tahun sembilan puluhan?

Saya tidak pernah jumpa lagi dengan Jenderal Slametsejak beliau pensiun dari IKJ. Jadi, saya tidak tahubagaimana jadinya dengan rencana beliau kembali ke“induk”-nya. Sebagai pengajar pada berbagai sekolah

~324~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 332: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

militer, dan karena itukenal perwira-perwiraTNI waktu itu, sayabisa membayangkanbetapa bingungnyaperwira dari generasimuda itu menghadapiJenderal SlametDanusudirjo yang inginkembali ke kalanganmereka. Latarbelakang merekaberbeda, etos danmotivasi jadi tentarajuga lain sama sekali.

Sebagai ilustrasiperbedaan etostersebut, izinkanlahsaya menyampaikan pengalaman saya sebagai Guru Besarpada Universitas Pertahanan Indonesia dalamberhubungan dengan para perwira TNI generasi mudatersebut. Salah seorang di antara mahasiswa kami,seorang kolonel, menulis tesis mengenai orientasi sertapilihan kejuruan di kalangan para taruna Akademi MiliterMagelang (Akmil). Temuan dia, mayoritas taruna diAkademi Militer menghindar dari memilih jurusan tempursebagai karier selepas mengikuti pendidikan di Akademi.

Pada umumnya mereka lebih memilih jurusan bantuantempur. ”Mereka melihat jurusan tempur bukan profesi

~325~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 333: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

yang memberi harapan hidup di masa depan,” kataKolonel itu menjelaskan tesisnya di depan para penguji.Masa bagi Kopassus sebagai pilihan para taruna, pada erapasca-Reformasi ini sudah hampir tak berbekas, kata sangKolonel menjelaskan tesisnya lebih jauh. Dalam hati saya,alangkah drastisnya perubahan sikap para calon perwirakita sekarang ini. Saya teringat cerita Letjen TNI (Purn.)Sjafrie Sjamsoeddin yang hanya menulis “Kopasanda”untuk tiga pilihan yang dihadapkan kepadanya ketikamasih Taruna Akademi Angkatan Bersenjata RepublikIndonesia (Akabri). Pada akhir enam puluhan dan tujuhpuluhan, Kopasanda (sekarang Kopassus) memang pilihanutama calon perwira Angkatan Darat.

SEMENTARA ITU, rekan-rekan seangkatan Pak Slametjuga sudah pula berangsur habis dimakan usia. Yangtersisa pun sudah tidak ada waktu untuk memikirkan balikke “induk”. Induk yang lama, rumah yang mereka bangundan tempat bernaung sejak zaman Revolusi sudahberangsur hilang sejak generasi itu tiba pada puncakkekuasaan setelah runtuhnya kekuasaan Sukarno danbangkitnya rezim Soeharto yang bertahan hingga 30tahun.

Pengalaman Jenderal Djatikusumo dan JenderalSlamet adalah pengalaman para perwira TNI Angkatan 45,terutama yang memelihara cita-cita dan kemurniansemangat lama yang bersemi ketika mereka masih berusiamuda di bawah pimpinan Panglima Besar Sudirman sertabertahun-tahun di bawah Jenderal Nasution di tahun lima

~326~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 334: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

puluhan.Djatikusumo maupun Slamet adalah dua dari sejumlah

Jenderal yang setia hingga terakhir terhadap semangatdan sikap masa muda sebagai pejuang yang memilih TNIsebagai organ perjuangannya. Inilah penjelasannyamengapa orang-orang ini mengalami alienasi dari “induk”-nya secara perlahan-lahan. Hingga akhirnya mereka tampilseakan makhluk yang agak aneh pada masa tuanya.

Sebagai seorang peneliti peran politik tentara yangberkenalan dengan banyak perwira TNI sejak 1965, dankemudian mengajar banyak perwira generasi muda sejakawal tahun sembilan puluhan, saya dengan mudah melihatperbedaan para perwira dua generasi ini. Bagi Generasi45, TNI adalah rumah tunggal yang mereka bangunbersama, sehingga ketika harus meninggalkan dinasmiliter pada umumnya mengalami rasa kehilangan yangamat besar.

Bagi generasi muda, TNI adalah sebuah pilihan diantara banyak kemungkinan pilihan lainnya. Dan padaumumnya selama berada dalam “induk” pilihan itu,mereka menyiapkan diri untuk berpindah ke “induk” lainsetelah purnatugas nantinya.

Tidak banyak di antara anggota Generasi 45 itu padamasa pensiun dari dinas militer menyadari bahwa secaraperlahan lembaga yang mereka tinggalkan telahmengalami modifikasi, baik oleh teman mereka yangberkuasa lama maupun oleh penghuni baru, generasi adikdan anak-anak mereka. Dan “induk” masa lalu itu punberangsur menyelinap ke dalam ingatan dan tinggal di

~327~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 335: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

sana sebagai kenangan yang wujudnya di lapanganmenghilang secara cepat.

Dengan latar belakang seperti itulah, Jenderal Slametpada masa tuanya merindukan kembali “induknya” yangsebenarnya telah hilang. Sedihnya pula, kesempatanpunya dunia lain, “induk lain”, sastrawan misalnya, tidakpula berkenan buat perasaannya. Dalam keadaandemikian, risikonya memang kesepian.

Ikatan dengan “induk” bagi para generasi awal TNI inimemang luar biasa kuatnya. Saya masih punya kisah laintentang itu. Ketika berada di Negeri Belanda pada 1969-1970, saya mendengar cerita menarik tentang Letjen(kehormatan) Dr. T.B. Simatupang yang pernah diundangke Holland dalam kedudukannya sebagai salah seorangpemimpin gereja sedunia. “Simatupang datang sebagaitokoh gereja, tapi ternyata dia lebih banyak bicaramengenai TNI dan peran TNI yang penting dalammenyelamatkan Indonesia,” kata seorang petinggi gerejaBelanda kepada kami, beberapa wartawan Indonesia yangsedang training di Amsterdam waktu itu.

Ketika berada dan berbicara di Negeri Belanda itu,Simatupang sudah keluar dari dinas militer selama sekitar17 tahun. Simatupang adalah Jenderal Mayor (setingkatBrigjen sekarang) pertama TNI selepas Belandameninggalkan Indonesia pada 1950. Pangkat itudiperolehnya karena kedudukannya sebagai Kepala StafAngkatan Perang (KSAP). Berada dalam AngkatanBersenjata selama tidak lebih dari 9 tahun, Simatupangpensiun dini setelah jabatannya sebagai KSAP dihapuskan

~328~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 336: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Menteri Pertahanan Iwa Kusuma Sumantri pada 1953.Bayangkan mereka yang sepanjang hidup, dari zamanRevolusi hingga pensiun, terus menerus berada dalamTNI.

Sekian tahun setelah pensiun dari tentara, JenderalNasution pernah ditawari memimpin sebuah organisasiIslam. Mungkin karena pimpinan organisasi itu melihatSimatupang yang Kristen menjadi tokoh gereja, lalu jugaberharap Nasution—yang terkenal saleh dan taatmenjalankan ibadah—bersedia juga menjadi tokohpemimpin organisasi Islam. “Kenapa Pak Nas menolak?”tanya saya kepada jenderal Indonesia pertama yangmencapai pangkat bintang empat itu. “Saya ini dari duluTNI saja. Seluruh hidup saya di sana. Susah bergantiorganisasi.”

MESKI PERBEDAAN MEREKA tidak sebesar denganperbedaan antargenerasi, Angkatan 45 dengan generasimuda pasca-Revolusi, tapi menarik juga melihatperbedaan yang ada antara generasi muda senior danyang junior. Tergolong senior adalah mereka yanggenerasi Akademi Militer Magelang, tapi berkesempatanmenjadi bawahan perwira Generasi 45, sedangkan yangjunior adalah sisanya yang lebih muda. Pengaruh“semangat” yang diwariskan oleh senior mereka masihsering terlihat. “Semangat” yang ditanamkan Jepangkepada mereka yang berlatih dalam Peta (Pembela TanahAir) mempunyai “mistik” yang tidak dikenal oleh tentaraprofesional yang tumbuh dan terdidik secara rasional dan

~329~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 337: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

profesional seperti para perwira TNI generasi baru.Inilah yang menjelaskan mengapa makin lama makin

susah membedakan perwira-perwira Indonesia masa kinidengan perwira-perwira negara lain. Tentara profesionalmempunyai standar internasional, dan tentara semuabangsa mengacu ke sana. Ini juga berarti bahwa TNImakin lama makin tidak unik sebagaimana yang sukadikampanyekan oleh perwira Angkatan 45 ketika masihberkuasa dulu. Mereka yang Generasi 45 dulu itu memangunik, tapi keunikan itu tidak mungkin seluruhnyadiwariskan kepada generasi berikutnya. Tantangan yangdihadapi setiap generasi berbeda, jawabannya jugaberlainan. Tapi, para senior itu tetap saja bertekadmewariskan pengalaman dan nilai-nilai mereka kepadagenerasi muda TNI.

Dalam rangka pewarisan nilai-nilai tersebut, suatu kalisaya diundang hadir dalam sebuah pertemuan kecil diLemhannas. Di sana hadir para perwira Angkatan 45,waktu itu sebagian besar sudah purnawirawan meskibeberapa di antara mereka masih menduduki jabatan-jabatan pemerintahan. Di antara mereka saya ingat hadirJenderal Cokropranolo, Jenderal Ahmad Tahir, danJenderal Hasnan Habib. Juga hadir sejumlah perwiralulusan Akademi Militer Magelang. Para Pejuang 45 itubicara banyak dalam mengarahkan para junior merekaberdasarkan semangat dan pengalaman masa lalu.

Di tengah-tengah wejangan para tetua itu, sayamemberanikan diri angkat tangan. Ketika saya diizinkanbicara, inilah yang saya katakan: “Apakah Bapak-Bapak ini

~330~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 338: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

tidak meminta terlalu banyak dari para perwira generasimuda ini? Nilai-nilai yang membentuk Bapak-Bapak semuaadalah hasil dari sebuah proses menjawab tantangan-tantangan yang Bapak semua hadapi secara pribadimaupun secara kelompok di zaman Jepang serta masaRevolusi dulu. Zaman itu sudah lewat dan tantangan yangdihadapi para junior ini juga lain sama sekali.”

Saya sudah lupa apa jawaban para senior tersebut.Tapi di luar ruangan, seorang perwira generasi muda,seorang berpangkat Brigjen, menyalami saya sambilberkata, “Anda bebas mengucapkan itu, kami tidak bisa,”katanya sambil senyum.

Satu lagi yang membedakan para perwira Generasi 45dengan generasi perwira TNI masa kini. Ketika para senioritu dulu mulai memasuki masa purnawira (pensiun),mereka masih potensial menjadi kekuatan yang kadangmerisaukan Soeharto. Lewat Fosko, misalnya, G.P.H.Djatikusumo—dan teman-temannya yang sudah lamamemasuki masa purnawira—masih faktor yang harusdiperhitungkan Soeharto. Djatikusumo dan para jenderalsegenerasinya masih punya hubungan dan bahkanpengaruh kepada mantan anak buah yang masih adadalam jajaran militer aktif. Ini adalah akibat hubunganantara anak buah dan bapak buah yang khas dan hanyaberkembang pada masa Revolusi.

Tentara yang menciptakan dirinya sendiri (self-createdarmy) seperti TNI, mencari senjata dan logistiknya sendiridan para perwiranya mencari bintara dan tamtamanyasendiri juga. Akibatnya adalah berkembangnya hubungan

~331~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 339: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

patron-client yang erat dan berlangsung lama antarapimpinan dan bawahan (anak buah dengan bapak buah).Hubungan dan ikatan seperti ini pada umumnyaberlangsung sampai jauh memasuki masa pensiun merekasemua. Saya teringat pada para pegawai di perusahaandagang Jenderal TNI (Purn.) Sumitro yang umumnyaterdiri dari para mantan anak buahnya pada zamanbergerilya di Jawa Timur pada masa Revolusi.

Sebaliknya dengan generasi perwira masa kini, semuasudah disediakan negara, dari pendidikan, peralatan,logistik, dan anak buah. Sehingga setelah merekapensiun, urus diri sendiri masing-masing saja. Keadaanseperti inilah yang tidak memudahkan tampilnya “orangkuat” dalam militer Indonesia pascapensiunnya Angkatan45.

SEKIAN TAHUN KEMUDIAN, saya membaca buku LeeKuan Yew: The Hard Truths, To Keep Singapore Going. Iniadalah kumpulan wawancara mantan Perdana Menteridan Bapak pendiri Republik Singapura itu mengenaibagaimana mengelola negara kota tersebut. Lee KuanYew adalah penggagas pembayaran gaji mahal bagipejabat tinggi Singapura. Negara kota itu memangtercatat sebagai membayar paling tinggi pejabatpemerintahannya, sehingga gaji Perdana MenteriSingapura tergolong paling tinggi di antara pemimpinpemerintahan di seluruh dunia. Formulanya adalahmembayar para eksekutif pemerintahan setinggi gajipemimpin perusahaan swasta. Dengan cara ini, Singapura

~332~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 340: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

bisa bersaing dengan perusahaan swasta dalammendapatkan kader terbaik untuk mengelola negara.

Pada awal kebangkitan Singapura sebagai negara,generasi Lee mempertaruhkan jiwa mereka bagi survivalnegeri yang menghadapi dua tantangan: terusir dariFederasi Malaysia dan ancaman Komunis di dalam negeri.Pengalaman para pendiri Singapura itu tidak banyakberbeda dengan tantangan generasi Angkatan 45 kita.Mereka semua tidak punya banyak pilihan. “Apakahgenerasi penerus akan berbuat sama seperti kami dulu?”tanya Lee. “Tidak. Mereka sekarang punya banyak pilihan.Anda memerlukan sebuah revolusi untuk mendapatkanpemimpin seperti generasi saya dulu,” kata Leemenjelaskan. “Anda tidak mungkin mereproduksi motivasiyang sama pada generasi berikut. Kondisi sudah berbeda.Tiap generasi berbeda.”

Maka, agar Singapura bisa bertahan di tengahberkembangnya bisnis besar di pulau itu, parapembesarnya harus mereka bayar mahal. Kalau tidak,tenaga-tenaga terampil sebagian besar akan memilih jadipejabat tinggi di berbagai usaha bisnis, dan besarkemungkinan hanya mereka yang bermutu rendah yangakan bekerja di kantor pemerintah.

Memang tidak rasional dan juga tidak fairmengharapkan anak-anak generasi sekarang berkorbansecara tanpa pamrih membaktikan diri kepada negaraseperti Generasi 45 dulu.[]

~333~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 341: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

K

ABRI MENJELANG

PERUBAHAN:SEKADAR

MASUKAN

esempatan secara teratur mengajar di Sekolah StafGabungan ABRI (Seskogab, sekarang Sesko TNI),

Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas), Sekolah Stafdan Komando Angkatan Laut (Seskoal), serta seringmemberi ceramah atau berseminar di Sekolah Staf danKomando Angkatan Darat (Seskoad), memberi banyakkesempatan kepada saya berkenalan dan bertukar pikirandengan para perwira menengah dan para Jenderal TNImengenai perkembangan politik Indonesia dan prospeknyaserta peranan politik tentara.

Naskah di bawah ini ditulis atas dorongan beberapajenderal selepas saya berdiskusi dengan mereka. Saya tulisnaskah ini pada pertengahan 1997 dan disampaikankepada Jenderal Feisal Tanjung, Panglima ABRI, olehKolonel Syarifuddin Tippe, staf pribadi Panglima, yangkebetulan menjadi mahasiswa saya di Universitas Jayabayamasa itu. Di kemudian hari, Letjen TNI Dr. SyarifuddinTippe menjadi Rektor di Universitas Pertahanan (Unhan)Indonesia, tempat saya mengajar Ilmu Politik.

Beberapa jenderal kemudian mengaku membaca

~334~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 342: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

naskah saya itu. “Ini kalian baca,” konon kata FeisalTanjung kepada sejumlah jenderal setelah naskah itudiperbanyak di Mabes ABRI. Letnan Jenderal TNI (Purn.)Sjafrie Sjamsoeddin bahkan mengaku masih menyimpannaskah tersebut sampai sekarang.

Dengan sedih harus saya katakan bahwa PanglimaFeisal Tanjung maupun Panglima Wiranto, yangmenggantikannya, tidak pernah dimungkinkan berbuatsesuatu bagi perbaikan posisi dan kebijakan ABRI hinggadatangnya Reformasi.

Seperti telah saya uraikan di berbagai tempat dan diberbagai kesempatan, sejak mencopot Jenderal TNI L.B.Moerdani secara mendadak dan melakukan de-Benny-isasisetelah itu, Soeharto tidak lagi percaya sepenuhnyakepada siapa saja yang ditunjuknya menjadi PanglimaABRI. Panglima ABRI yang sebenarnya sejak Benny dicopotadalah Soeharto sendiri. Keadaan ini banyak persamaannyadengan tahun-tahun terakhir kekuasaan Presiden Sukarno.

Setelah Jenderal Nasution “ditendang ke atas”,pimpinan ABRI pada masa Orde Lama itu “dijabat” olehPanglima Tertinggi in function. Sukarno menggunakanistilah itu untuk menguasai tentara. Soeharto yangmemang seorang Jenderal, mengontrol tentara tanpaistilah. Sukarno, seorang sipil yang gemar berseragammiliter, memerlukan pembenaran untuk menguasaitentara. Tapi pada akhirnya praktik mereka sama,menguasai atau berusaha menguasai tentara. Soehartoberhasil, karena itu bertahan lama. Sukarno gagal, karenaitu cepat terjungkir.

~335~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 343: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Inilah naskah untuk Panglima Feisal Tanjung tersebut.

SIAPA SAJA YANGDENGAN SAKSAMAmengamati politikIndonesia sekarangpastilah sulit untuktidak setuju bahwasebuah perubahanpolitik bakal terjadidalam waktu yangtidak terlalu lama lagi.Ada dua gejala yangmenjadi tanda makindekatnya perubahanitu. Pertama, usiakepala negara yangsudah di atas 70tahun, suatu usia yangberada jauh di atas

umur rata-rata yang bisa dicapai manusia Indonesia. Dankekuasaan sang Presiden tersebut selama ini lebih banyakditentukan oleh karisma pribadinya, kontrolnya atasmiliter serta kecanggihan politiknya dalam memanfaatkanberbagai institusi yang mendukungnya.

Kedua, maraknya gejolak masyarakat sebagai akibatmakin dirasakannya ketidakpastian hukum, kesenjangansosial-ekonomi, serta terasa terus menyempitnya ruanggerak masyarakat dalam ikut menentukan hari depan

~336~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 344: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

mereka sebagai warga negara. Gejala kedua ini makinmengemuka oleh makin vokalnya masyarakat—terutamagenerasi mudanya—dalam hampir semua sektorkehidupan.

Generasi muda adalah mereka yang menikmatiperbaikan kualitas hidup sebagai akibat pembangunanyang dilakukan Orde Baru 30 tahun terakhir ini. Sebagaiakibat dari suksesnya Orde Baru meningkatkan kualitashidup sebagian besar anggota masyarakat, mereka kiniberada dalam era revolution of rising demand.Kemakmuran menaik yang mereka nikmati justrumembuat mereka menuntut lebih banyak lagi.

Keadaan inilah yang menyebabkan stabilitas yangselama ini kita bangga-banggakan menjadi hal yang tidaklagi bisa dipertahankan. Stabilitas yang dulu menjadilandasan pembangunan kini telah kelihatan hasilnyadengan baik, tapi justru karena itu diperlukan suatustabilitas baru, lantaran stabilitas lama sudah berhasilmenyelesaikan tugasnya dan kini terasa dan terlihat tidakmemadai lagi.

Secara garis besar dapat disimpulkan, stabilitas yangdulu dibangga-banggakan itu kini telah berangsur lunturoleh merajalelanya tiga hal yang berlangsung di ataslandasan stabilitas tersebut:

• penyalahgunaan kekuasaan,• iklim yang korup,• kebijakan (policy) yang buruk.

Penyalahgunaan kekuasaan terjadi karena kekuasaan

~337~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 345: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

negara yang terlalu besar, sementara perkembangankekuatan masyarakat sangat lambat. Dua faktor penyebabkeadaan ini: pertama, secara kultural kita mewarisi tradisinegara tradisional yang kuat terhadap kawulanya dannegara kolonial yang amat perkasa terhadap anakjajahannya; kedua, pembangunan kita selama ini memangmasih lebih menekankan pertumbuhan dan belum seriusdengan pemerataan. Padahal tanpa pemerataan, yangterjadi adalah konsentrasi kekayaan pada sejumlah kecilorang yang menjadi kaya oleh koneksi, bahkan kolusidengan penyelenggara negara.

Orang yang menjadi kaya oleh koneksi dan kolusi ituakan selalu sangat bergantung kepada negara. Orang-orang seperti inilah yang secara mati-matianmempertahankan status quo.

Iklim yang korup adalah akibat kekuasaan yang amatbesar, terpusat, dan tak terkontrol oleh masyarakat yangmasih lemah. Dalam keadaan demikian, mereka yangdipercayai mengelola negara mempergunakankesempatan seluas-seluasnya untuk mendapatkankeuntungan sebesar-besarnya bagi kepentingan diri dankelompok mereka sendiri. Mereka yang mestinya bekerjasebagai abdi masyarakat akhirnya hanya menjadi abdinegara (Korpri adalah “Abdi Negara”, bukan abdimasyarakat) dan kepentingan negara adalah apa yangpada umumnya mereka tafsirkan sesuai dengan interestmereka yang berkuasa.

Kebijaksanaan yang buruk terkait langsung kepadakekuasaan yang sangat terpusat (tak terkontrol dengan

~338~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 346: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

semestinya) pada negara yang dilaksanakan olehaparatnya. Dalam keadaan demikian, aparat pemerintahbisa dengan gampang membuat aturan (policy) tanpaharus berpikir berkali-kali mengenai dampaknya kepadamasyarakat, sebab masyarakat toh tidak mempunyaikekuatan menentangnya.

Iklim yang korup adalah akibat langsung darikekuasaan terkonsentrasi di tangan negara. Mereka yangmengelola negara bukan saja punya banyak peluangmembuat kebijakan yang buruk, melainkan bahkan jugamendapat kesempatan memperkaya diri dan pengikut-pengikutnya karena mereka memiliki kewenangan besaryang didapatkannya sebagai pengelola negara yang amatkuat dan lalu membuat kebijakan yang menguntungkandiri dan kelompok mereka.

Penyalahgunaan kekuasaan, kebijakan yang buruk,serta iklim yang korup, secara bersama menciptakankeresahan dalam masyarakat. Keresahan itu timbul olehmakin meluasnya di dalam masyarakat perasaan tidakdiperlakukan dengan adil secara ekonomis (monopoli dankesempatan luas bagi pengusaha keturunan Cina), politis(suara rakyat tak diperhatikan), maupun secara legal(pengadilan yang selalu menguntungkan yang kuat).

Masyarakat Indonesia yang makin sadar politik, makinlama makin tahu bahwa penderitaan yang mereka alami—diperlakukan secara tidak adil—adalah pertanda telahterjadinya pelanggaran terhadap kedaulatan rakyat olehpemerintah dan aparatnya. Keresahan itulah yangmerupakan lahan subur bagi terjadinya berbagai

~339~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 347: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

kerusuhan yang akhir-akhir ini melanda Indonesia (27 Juli1996 di Jakarta, Peristiwa Situbondo dan Huru-HaraTasikmalaya).

ABRI dan StabilitasSemua orang yang secara saksama mengamati politikIndonesia dewasa ini tahu bahwa stabilitas yang menjaditumpuan pembangunan Indonesia selama ini tercapai olehkerja keras ABRI. Adalah ABRI yang menciptakan danmemelihara stabilitas itu. Kalau analisis di atas bisaditerima, maka ABRI sebenarnya kini dituntut lagimenciptakan stabilitas baru untuk menjadi landasanpembangunan dalam Pembangunan Jangka Panjang (PJP)II. Berbeda dengan keadaan pada awal PJP I (awal OrdeBaru) tatkala peranan ABRI sangat menonjol pada periodepasca-Gestapu/PKI, sementara peranan masyarakat masihsangat rendah, kini masyarakat Indonesia mempunyaipotensi yang jauh lebih meningkat.

Seperti dikatakan pada awal dokumen ini,pembangunan Orde Baru telah menciptakan sejumlahorang yang kritis dan selalu mempertanyakan haknyadalam negara yang berdasarkan kedaulatan rakyat ini.Jumlah orang kritis ini terus berkembang dan makin tidakmudah diabaikan. Golongan ini harus diperhitungkan olehABRI dalam usahanya menciptakan stabilitas barutersebut.

Yang juga membedakan keadaan sekarang dengankeadaan pada awal Orde Baru ialah faktor ekonomi. OrdeBaru mewarisi dari rezim Presiden Sukarno ekonomi yang

~340~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 348: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

nyaris lumpuh . Kini Indonesia mempunyai ekonomidengan magnitude yang besar (bahkan, dilengkapidengan pasar modal). Faktor ekonomi ini mempunyaidinamikanya sendiri dalam rangka perubahan politik nanti.Dinamika itu haruslah diperhitungkan ABRI dalamusahanya menciptakan stabilitas baru tersebut. Tanpadengan saksama memperhitungkan faktor ekonomi ini,pembangunan bukan tak mungkin terkorbankan, lalu kitaharus mulai dari bawah lagi.

Namun, ABRI juga harus waspada agar dimensiekonomi ini tidak mendikte ABRI. Perlu diingat bahwa kitasebagai bangsa belum pernah mengalami perubahanpolitik dengan faktor ekonomi yang begitu menonjolseperti sekarang. Kalau ABRI kurang waspada, maka bisaterjadi stabilitas yang diciptakannya bukan stabilitas sejati,melainkan stabilitas semu yang hanya menguntungkanpara pemilik modal yang memperalat ABRI untukkepentingan mereka sendiri.

Perbedaan lain antara awal Orde Baru dan sekarangadalah pada lingkungan strategis. Pada awal Orde Baru,Indonesia masih berada dalam era Perang Dingin. Waktuitu cerita tentang HAM belum lagi terdengar, bahkankubu Barat maupun Timur sama-sama mendukung rezimotoriter dan campur tangan militer dalam politik denganalasan dan kepentingan masing-masing. Perang Dinginkini telah jadi objek tontonan dalam museum. Dunia tidaklagi menoleransi otoritarianisme, bahkan keterlibatanmiliter dalam politik makin lama makin dianggap sebagaisuatu barang kuno sisa masa Perang Dingin yang harus

~341~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 349: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

secepatnya disingkirkan.Kenyataan internasional ini mempunyai gaung yang

makin kuat di dalam negeri. Di kampus-kampus kitasekarang para aktivis sering terdengar mempersoalkanDwifungsi, dan militer mereka anggap tidak pantasmenjamah politik. Keadaan ini semua tidak bisa dianggapsepi begitu saja oleh ABRI. Di sini ABRI ditantangmembuktikan kehadirannya selaku kekuatan sosial politiksebagai betul-betul diperlukan untuk mengamankan danmemperlancar perubahan politik ke arah terciptanyasebuah stabilitas baru bagi kelanjutan pembangunanbangsa. Dengan kata lain, ABRI tidak bisa lagi terus-menerus hanya menggunakan pembenaran sejarah,legitimasi filosofis, dan legitimasi hukum sebagaipembenaran keterlibatan sosial politiknya.

Hari Depan DwifungsiSementara itu, bagaimanapun tajamnya kritik terhadapperanan sosial politik ABRI, dalam waktu dekat ini belumbegitu terlihat kemungkinan ABRI melepas peranan sosialpolitiknya. Bahkan kritik terhadap peranan sosial politikABRI dalam konteks Indonesia akhir-akhir ini justru harusdilihat sebagai cambuk yang melecut perlunyapenyesuaian implementasi Dwifungsi terhadapperkembangan masyarakat Indonesia.

Menyadari perkembangan dan perubahan masyarakatIndonesia serta perubahan lingkungan strategis pasca-Perang Dingin, maka ABRI yang mungkin akan tetapmempunyai peranan dalam proses perubahan politik yang

~342~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 350: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

aman dan penciptaan stabilitas baru, seharusnya segeramemikirkan sikap dan serangkaian kebijakan yangdiperkirakan bisa menjamin peranan sosial politik ABRIagar ABRI nanti bisa tampil secara elegan, terhormat,terencana, dan akseptabel. Terencana di sini harus berartimempunyai strategi yang bertolak dari realitas sosialpolitik dan tidak menempatkan ABRI sekadar sebagailembaga pemadam kebakaran.[]

~343~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 351: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

P

TENTANG TIGA JENDERAL

BESAR

ada waktu Jenderal (TNI) Wiranto menerimapimpinan Angkatan Darat dari tangan Jenderal (TNI)

Hartono lewat suatu upacara timbang terima di halamanMarkas Besar Angkatan Darat, saya duduk di barisan keduapara tamu VIP. Di depan saya duduk Jenderal TNI (Purn.)AH Nasution, sementara di samping saya ada MayorJenderal TNI Fachrul Razie, waktu itu Gubernur AkademiMiliter di Magelang.

Selesai upacara resmi, Wiranto dan istrinyamendatangi Nasution untuk memberi salam. KetikaWiranto membungkukkan badan mencium tanganNasution, saya tiba-tiba melihat suatu kesinambunganyang menarik. Menurut catatan, Wiranto lahir pada 1948,tahun ketika Nasution sebagai Panglima Komando Jawasedang memimpin perang gerilya di Pulau Jawa. Sebagaiseorang peneliti politik militer, kenyataan yang menarikitu merangsang perasaan dan pergolakan pemikirandalam diri saya. Dari pergolakan itu gagasan yang lahiradalah pantasnya Nasution menjadi Jenderal bintang lima[Jenderal Besar]. Memang aneh, dan tidak bisa sayajelaskan sampai sekarang mengapa lahir pemikiran dangagasan demikian pada saat itu. Muncul begitu saja.

~344~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 352: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Mungkin tidak terlalu salah untuk mengatakan bahwawaktu itu saya lebih menjadi seorang seniman dansejarahwan tinimbang seorang ilmuwan politik yangmempelajari peran politik militer Indonesia.

Ketika tiba acara ramah tamah, saya membicarakangagasan mendadak saya itu dengan dua jenderal,Sayidiman Suryohadiprojo dan Zaini Azhar Maulani.Keduanya bersimpati kepada gagasan tersebut.Sayidiman menyarankan menuliskannya di media, tapiMaulani meyakinkan saya bahwa kalau dipublikasikansebelumnya, Soeharto pasti tidak akan setuju. Sayakemudian berpikir, Soeharto jelas akan menolak juga kalauNasution dihargai lebih tinggi daripada sang Presiden.Akhirnya saya sampai pada kesimpulan. Gagasan orisinalsaya itu hanya bisa terwujud kalau Soeharto jugamendapat bintang lima. Tapi, lalu apa dasar pemberianitu? Setelah berhari-hari berpikir, saya menemukan jalankeluar. Untuk itu, Panglima Besar Sudirman juga harusdianugerahi bintang lima. Alasan yang dipakai adalahperan mereka bertiga dalam Dwifungsi. Tapi, kepada siapagagasan itu harus saya jual supaya bisa menjadikenyataan?

Teman baik saya, Letnan Jenderal TNI SyarwanHamid, Kepala Staf Sosial Politik ABRI waktu itu,menawarkan bantuan mempertemukan saya denganJenderal TNI Feisal Tanjung, Panglima ABRI. “Ya, talk tohim,” kata Maulani. Ketika gagasan tersebut sayasampaikan kepada Feisal pada awal Agustus 1997, beliauternyata tertarik. “Tolong tuliskan dasar

~345~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 353: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

pertimbangannya,” kata Jenderal Tanjung. Pada 6Agustus, saya kirimkan dasar pertimbangan untukgagasan saya itu. Sore harinya saya berangkat ke Nigeriamembawa rombongan Dewan Kesenian Jakarta. Kamimampir dan mengadakan pertunjukan di Kairo sebelummelanjutkan perjalanan ke Lagos.

Ketika balik ke Jakarta, beberapa hari kemudian, sayakebetulan jumpa Akbar Tanjung, salah seorang tokohGolkar. “Eh, kabarnya nanti Pak Harto dan beberapaJenderal akan menjadi Jenderal bintang lima,” katanyakepada saya. Berita itu tidak saya komentari. Sayakemudian menelepon Nurdin, mantu Jenderal A.H.Nasution. “Kami juga mendengar kabar itu. Tapi, kitalihat saja nanti,” katanya.

Singkat cerita, pada Hari Angkatan Bersenjata, 5Oktober 1997, Soeharto dan Nasution sudah memakaibintang lima di pundak masing-masing. Saya berada diHanoi waktu itu. Tapi, Jenderal Maulani menceritakankemudian bagaimana bintang lima itu telah menimbulkankeakraban serta rasa sukacita pada Nasution danSoeharto. “Seperti tidak pernah terjadi apa-apa di antarakeduanya,” kata Maulani.

Nah, naskah di bawah ini adalah dasar pertimbanganyang saya tulis atas permintaan Pangab, Jenderal TNIFeisal Tanjung waktu itu.

PADA SUATU hari di bulan Agustus tahun 1945, sebuahnegara lahir di Kepulauan Nusantara. Tapi, diperlukanwaktu hampir dua bulan sebelum pada akhirnya kabinet

~346~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 354: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

negara baru itu pada 5 Oktober memutuskan untukmembentuk tentara. Dalam masa antara lahirnya negaradan terbentuknya tentara itulah para pemuda di berbagaipenjuru Indonesia bangkit merebut senjata dari musuh,mempersenjatai diri, dan membentuk pasukan-pasukanguna mempertahankan negara yang baru lahir itu.

Ketika kumpulan pemuda bersenjata itu memilihsendiri pemimpinnya pada November 1945 di Yogyakarta,yang mereka pilih adalah seorang mantan Daidancho(Komandan Batalion) yang sebelumnya adalah salahseorang pimpinan Pemuda Muhammadiyah KaresidenanBanyumas, Jawa Tengah. Orang itu bernama Sudirman,dan nama kedudukan yang diberikan oleh para pemudayang memilihnya adalah Panglima Besar Tentara.

Boleh jadi karena komunikasi antara Jakarta—pusatpemerintahan—dan Yogyakarta—tempat kedudukanpimpinan tentara—begitu buruk pada awal masa Revolusiitu, mungkin juga karena para politisi di Jakarta tidaksenang dipaksa pemuda menerima Sudirman sebagaipemimpin tentara, maka diperlukan waktu lebih sebulansebelum akhirnya Kabinet Sutan Syahrir mengakuiSudirman sebagai Panglima Besar Tentara pada Desember1945.

Sebagai Panglima Besar yang dipilih oleh anakbuahnya, dan tahu bahwa pemerintah tidak terlalubahagia dengan dirinya sebagai pemimpin tentara,mantan Daidancho Sudirman ini melihat kepada anakbuahnya sebagai constituent bagi peranannya dalamperjuangan mempertahankan Republik Indonesia.

~347~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 355: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Dengan sikap seperti inilah, Sudirman dan pasukannya—yang kemudian dikenal sebagai Tentara NasionalIndonesia (TNI)—mengembangkan sikap politiknyatersendiri. Sikap politik ini menjadi makin mendapatkanbentuk di tengah-tengah pertikaian seru antara partaioposisi melawan partai pemerintah dalam sebuah sistemyang kini sering dikenang dengan pahit sebagai zamanliberal.

Sudirman dan para pemimpin tentara yang lebihmengutamakan keselamatan negara dari ancaman tentarakolonial Belanda, menganggap terlalu mewah pertikaianpolitik yang melanda kaum sipil ketika musuh sudah berdiridi ambang pintu dan setiap saat siap menyerbu. Sikappemerintah yang cenderung mencoba jalan damaidengan cara berunding dengan musuh, juga menjadipokok masalah yang menciptakan jarak antara tentara dankabinet.

Namun, Sudirman tidak selalu menarik garis bataspemisah antara tentara dan pemerintah, meski ada masaketika Panglima Besar ikut bersama pemimpin oposisi, TanMalaka, dalam rapat yang mengecam pemerintah. KetikaJenderal Darsono, misalnya, melakukan percobaanperampasan kekuasaan di Istana Yogya pada 3 Juli 1947,Sudirman menolak mendukung anak buahnya itu. Tapi,ketika Komunis berontak pada 1948, Sudirman segeramelaksanakan perintah Perdana Menteri Hattamenyerang Madiun.

Sebelum orang-orang Komunis bikin negara sendiri diMadiun, Mohammad Hatta merasionalisasikan tentara

~348~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 356: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

sebagai konsekuensi Perjanjian Renville, yang sebelumnyatelah ditandatangani oleh Perdana Menteri AmirSyarifuddin. Belajar dari sejarah penipuan danpengkhianatan Belanda terhadap Pangeran Diponegoro,Sudirman tidak ingin tentaranya diperkecil ketika Belandamakin menjepit wilayah Republik yang terus mengecilhingga tinggal bagaikan selembar “daun kelor”. Sudirmanmenolak rasionalisasi tentara. Dan Hatta tidak bisa berbuatbanyak.

Firasat Panglima Besar ternyata tidak meleset,Belanda kemudian menyerang dan menduduki wilayahRepublik pada 19 Desember 1948. Pada jam-jam terakhirsebelum jatuhnya Yogyakarta, Sudirman yang berparu-paru sebelah, menolak tawaran Presiden Sukarno untuktinggal di Yogyakarta agar bisa dirawat oleh dokterpasukan Belanda. Setelah itu, Panglima Besarmeninggalkan ibu kota, memimpin perang gerilya.

Kelak ketika perang gerilya berakhir di penghujung1949, diperlukan usaha khusus membujuk Sudirman untukmasuk kota. Pasalnya sederhana, Panglima Besar sudahberjanji kepada anak buahnya tidak akan meninggalkanwilayah gerilya sebelum perang berakhir dengankemenangan. Setelah dengan enggan kembali keYogyakarta, muncullah soal yang paling berat bagiSudirman. Panglima Besar diminta Sukarno menghentikantembak-menembak dan memerintahkan anak buahnyameninggalkan semua basis gerilya sebelum perundingandengan Belanda dimulai di Den Haag. Sudirman menolak,bahkan minta berhenti dari ketentaraan. Sukarno

~349~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 357: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

mengancammeletakkan jabatan.Ancam-mengancamberakhir ketikaKolonel Abdul HarisNasution berhasilmeyakinkan Sudirmanuntuk memilihkeutuhan bangsadaripada hanyakepentingan TNI.

Sikap Sudirmansebagai Bapak Tentarayang terus-menerussebisa mungkinmenjaga keutuhandan otonomi tentaradari berbagai usahasipil—pemerintah maupun oposisi—untuk mengontrolatau memengaruhinya, berhasil membawa TNI melewatimasa Revolusi bebas dari kendali kaum oposisi—TanMalaka maupun Front Demokrasi Rakyat/PKI—ataupundari kontrol penuh pemerintah. Kepemimpinan Sudirmanjuga membawa TNI keluar dari masa Revolusi denganpersepsi diri sebagai suatu kekuatan politik yang berjuangbersama dengan kekuatan politik lainnya dalam menjagakelangsungan dan perkembangan Republik Indonesia.

Bebas dari ancaman kolonial Belanda, hidup dalammasa demokrasi parlementer, Abdul Haris Nasution

~350~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 358: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

sebagai pemimpin tentara pada tahun lima puluhan harusbekerja keras menjaga keutuhan dan otonomi tentara.Bukan saja menghadapi tekanan dari kekuatan politik diluar, dari dalam diri tentara sendiri juga muncul ancaman—PRRI/Permesta, DI/TII, Gestapu/PKI—yang bukan sajamembahayakan keutuhan tentara, melainkan jugakeutuhan Republik. Semua itu secara berangsur-angsurdiatasi Nasution.

~351~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 359: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Jenderal Besar Nasution bersama Jenderal Besar Soeharto.

Sejak penghujung tahun lima puluhan hingga 1965,soal serius yang dihadapi oleh Nasution adalah kekuatanKomunis yang makin marak, dan Sukarno yang makiningin menentukan. Kalau pada masa Revolusi, Sukarnosering kali bersimpati kepada Sudirman, pada masakepemimpinan Nasution, TNI sulit mendapatkan simpatiSukarno. Presiden pertama Indonesia waktu itu adalah

~352~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 360: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

juga seorang pemain politik yang terus mencobamemperluas dukungan. Karena tidak bisa mengandalkandukungan tentara untuk tujuan-tujuan politiknya, Sukarnoakhirnya memanfaatkan golongan kiri, terutama PKI. Danmakin sulitlah posisi Nasution khususnya, TNI umumnya.

Dalam periode yang sekarang dikenang sebagaizaman Orde Lama itu, posisi TNI pada dasarnya amatdefensif menghadapi aksi ofensif PKI dan Sukarno. Padakeadaan seperti itu yang tampaknya mungkin dilakukanNasution adalah menciptakan teori-teori untuk membelaperanan dan partisipasi politik tentara. Dalam rangka inilahkita harus mengerti lahirnya doktrin “Jalan Tengah” yangdicetuskan Nasution pada November 1958 pada sebuahpidato di Akademi Militer Nasional Magelang. Layaknyateori-teori yang lahir pada masa defensif, “Jalan Tengah”adalah sekadar pernyataan posisi tentara yang di satupihak bukan tanpa peran politik. Tapi, di lain pihak bukantentara yang berencana berkuasa seperti di negeri-negeriLatin Amerika yang masa itu memang banyak didominasioleh pemerintahan militer.

Pada suatu hari di awal Oktober 1965, akibat tindakanmakar Gestapu, pemerintahan Sukarno ikut terperosok kejurang kehancuran. Sebagai kekuatan terdepan barisananti-Komunis pada masa itu, Angkatan Darat adalahkekuatan politik yang paling siap mengambil alihkekuasaan. Yang tidak dipunyai Jenderal Soeharto waktuitu adalah teori atau doktrin yang membenarkan perandominan tentara dalam politik.

Dengan demikian, setelah menguasai keadaan,

~353~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 361: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

mengonsolidasi kekuatan, langkah penting JenderalSoeharto berikutnya adalah menciptakan teori untuklandasan peranan tentara sebagai pengelola negara. Teori-teori peranan sosial politik yang dikembangkan Nasutionpada zaman Orde Lama belum lagi memperhitungkankemungkinan datangnya suatu masa ketika TNI berdiritegak di atas panggung politik Indonesia sebagai kekuatanutama. Kekosongan teori seperti itulah yang diisi JendralSoeharto lewat Seminar Angkatan Darat II pada Agustus1966 di Bandung.

Pada seminar di Bandung itu, Angkatan Daratmenyadari dan menyimpulkan bahwa ABRI umumnya,dan TNI Angkatan Darat khususnya, menjadi tumpuanharapan masyarakat. Karena itu yang tersedia bagi TNIhanya satu pilihan, memenuhi harapan rakyat dalambentuk membangun pemerintahan yang kuat danprogresif. Di atas landasan harapan rakyat yangdipersepsikan Angkatan Darat pada 1966 itulah tegaknyapemerintahan Orde Baru. Lewat Orde Baru pimpinanJenderal Soeharto itulah TNI memelopori pembangunanIndonesia.

Berdiri pada bulan Oktober 1997 sembari memandangke belakang perjalanan sejarah TNI, terlihat garis menaikketerlibatan politik tentara di Indonesia. Pada masakepemimpinan Jenderal Sudirman, keterlibatan awaltentara ke dalam politik bermula pada keterlambatanpemerintah membentuk tentara. Adalah suatu keputusanpolitik ketika para pemuda merebut senjata dari tentaraJepang, mempersenjatai diri, membentuk barisan

~354~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 362: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

pertahanan, dan memilih Sudirman sebagai PanglimaBesar mereka. Tentara makin terlibat saja dalam politikketika konflik pemerintah versus opisisi mewarnai politikIndonesia masa Revolusi. Tokoh utama dalam peran politiktentara ini adalah Sudirman sendiri. Mempersepsikan diridan pasukannya lebih sebagai pejuang daripada tentarapemerintah, dia tidak merasa selalu harus terikat denganaturan-aturan baku hubungan sipil-militer yang memangtidak dikenalnya.

Tingkah laku politik Sudirman itu tidak sepenuhnyabisa dilanjutkan Nasution. Tapi, peran politik tentara tidakbisa dihindarkan pimpinan tentara pasca-Revolusi. Untukitulah lahirnya teori yang kemudian dikenal sebagaiDwifungsi. Lewat “Jalan Tengah”, Nasutionmelembagakan peranan sosial politik tentara. Tapi, yangakhirnya menggunakan peran politik tentara untukmemerintah adalah Jenderal Suharto.

Oleh karena itu, tidak salah untuk menyebut Sudirmansebagai peletak dasar peran politik tentara, Nasutionmelembagakan peran tersebut, sementara Soehartomemanfaatkannya untuk berkuasa. Maka dalam konteksini, jika kita meninjau sejarah ABRI sebagai kekuatanpolitik, niscaya terlihat adanya tiga jenderal terpenting:Sudirman, Abdul Haris Nasution, dan Soeharto.

Pada negara-negara yang tentaranya tidakmemainkan peranan politik, ukuran keberhasilan seorangjenderal terletak pada prestasinya di medan tempur.Eisenhower, Omar Bradley, Marshall, dan MacArthuradalah Jenderal-Jenderal Amerika Serikat dengan bintang

~355~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 363: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

lima karena sukses mereka pada Perang Dunia II. Tapi,bagi Indonesia dengan tentara yang berperan politik,kepiawaian dalam memainkan peranan politik tentaradalam pembangunan bangsa adalah kriteria penting.Kebetulan juga bahwa baik Sudirman, maupun Nasutiondan Soeharto, semuanya adalah Jenderal-Jenderal yangpunya reputasi di medan tempur.

Sudirman adalah Panglima Besar dengan reputasigemilang sebagai pemimpin dan komandan tempur diPalagan Ambarawa serta pemimpin perang gerilya yanglegendaris. Nasution adalah konseptor perang gerilya,Panglima Komando Jawa pada masa perang gerilya, danKSAD yang memimpin dengan berhasil penumpasanpemberontakan PRRI/Permesta. Soeharto terkenalsebagai komandan yang memimpin Serangan Umum SatuMaret 1949 ke Kota Yogyakarta, Panglima Mandalapembebasan Irian Barat, dan Panglima Kostrad yangberhasil menyelamatkan negara dari ancaman bahayaKomunis.

Dalam perspektif inilah—terutama perspektif perananpolitik tentara—sebaiknya kita semua harus melihatperlunya menghargai jasa-jasa tiga Jenderal terpentingTNI dengan menjadikan ketiganya Jenderal Bintang Lima.[]

~356~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 364: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

J

EMIL SALIM MENANTANG

SOEHARTO

atuhnya Presiden Soeharto pada 21 Mei 1988,bukanlah sesuatu yang amat mengejutkan. Ada

banyak tanda yang mengisyaratkan segera berakhirnyarezim Orde Baru sekian bulan, bahkan sekian tahun,sebelum Soeharto terpaksa turun panggung. Salah satuyang mencolok yang sudah hampir dilupakan oleh banyakorang adalah tantangan secara terbuka kepada rencanaSoeharto mengangkat Prof. Dr. B.J. Habibie menjadi WakilPresiden pada Sidang MPR 1998. Sepanjang sejarahkekuasaan Soeharto, masa menjelang Sidang MPR 1998itulah munculnya secara terbuka tantangan terhadapkekuasaan Bapak Presiden. Pada Sidang MPR 1988, rencanaSoeharto mengangkat Ketua Umum Golkar Sudharmonomemang mendapatkan “tantangan” dari dalam ABRI.Tapi, ribut di sekitar keputusan Soeharto mengangkatMensesneg terlama Orde Baru waktu itu terbatas dikalangan elite ABRI dan mereka yang berada di sekitarBapak Presiden saja. Artinya, tidak melibatkan publik.

Seperti diketahui, salah satu Ketetapan MPR padamasa Orde Baru mengatur dengan jelas bahwa seoranghanya akan menjadi Wakil Presiden (Wapres) kalau bisabekerja sama dengan Presiden terpilih. Ketetapan MPR ini

~357~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 365: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

jelas dibuat dengan niat agar Presiden Soeharto sendirilahyang menentukan siapa yang berkenan dipilihnya menjadiWapres. Dengan kata lain, bukan MPR yang memilihWapres, melainkan Presiden Soeharto sendiri.

Ketika menjelang Sidang MPR 1983, pihak ABRI—diwakili oleh Letjen Harsudiono Hartas—mencalonkanPanglima ABRI, Try Sutrisno, Soeharto sangat marah danlalu menghukum Hartas dengan menempatkannyasebagai anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA).Padahal, tadinya Kepala Staf Sosial Politik ABRI itudisebut-sebut sebagai calon Menteri Dalam Negeri.

Nah, keberanian menantang Soeharto menjadi makintampak menjelang Sidang MPR 1998. Waktu itu sejumlahnama muncul sebagai calon meski yang paling menarikadalah nama Prof. Dr. Emil Salim. Ekonom ini, seperti kitaketahui, adalah salah seorang yang bersama Prof. WijoyoNitisastro merupakan arsitek ekonomi Orde Baru.

Peristiwa yang amat penting ini—serangan dantantangan terbuka untuk pertama kalinya kepadarencana Soeharto—waktu itu saya komentari lewatsebuah tulisan. Entah mengapa, tidak ada media yangberani memuatnya. Untuk kepentingan historis,komentar itu saya cantumkan di bawah ini.

PROF. DR. EMIL SALIM adalah satu dari beberapa orangyang dicalonkan atau mencalonkan diri untuk dipilihsebagai Presiden atau Wakil Presiden oleh MPR padasidangnya awal Maret saat itu. Yang menarik danmembedakan pencalonan Emil Salim dari sejumlah calon

~358~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 366: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

lainnya, adalah timing pencalonannya, kelompok yangmencalonkannya, dan alasan yang mendorongpencalonan itu.

Pencalonan Emil diluncurkan oleh sejumlah tokohterkemuka yang menyebut diri kelompok Gema Madani.Pencalonan mereka umumkan pada 16 Februari 1998,yakni hanya dua hari sebelum ABRI membulatkan danmengumumkan dukungan kepada Prof. Dr. B.J. Habibiesebagai calon Wapres setelah sebelumnya semua fraksimenyebut Habibie sebagai calon mereka.

Memunculkan nama Emil Salim sebagai calon padasaat demikian, tidak bisa dibaca lain kecuali berartipenolakan Emil dan para pendukungnya kepada B.J.Habibie. Kejadian seperti ini, dengan cara yang lebihhalus, terjadi juga pada 1988 ketika ABRI menolakpencalonan Sudharmono untuk jabatan Wakil Presiden.Waktu itu, Soeharto masih sangat kuat, bukan sajaberhasil menjadikan Sudharmono sebagai Wapres,melainkan juga menghukum para jenderal yang“membangkang”.

~359~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 367: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

~360~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 368: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Salim Haji Said bersama Prof. Emil Salim.

Tentu saja tidak ada yang salah dari langkah menolakHabibie dan mencalonkan Emil, atau siapa saja untukjabatan apa saja di negara yang didambakan sebagainegara demokrasi ini. Tapi, perlu diingat bahwa merekayang berada dalam kelompok Gema Madani adalah orangpintar-pintar—karena itu tahu jago mereka tidak bakalmengalahkan Habibie yang dicalonkan Soeharto, orangyang menentukan siapa yang bisa bekerja samadengannya nanti.

Oleh karena itu, bisa dipastikan mereka tahu bahwatidak terlalu banyak manfaatnya jika yang mereka tujuhanya sekadar menyatakan penolakan kepada Habibie,sebab hal demikian sudah pula dilakukan banyak orang,bahkan termasuk Lee Kuan Yew dari Singapura. Olehsebab itu, saya yakin ada pesan lain yang ingin merekasampaikan kepada Habibie dan Haji Mohammad Soeharto,yang secara bersama hampir bisa dipastikan akan terpiliholeh MPR. Apa pesan atau pesan-pesan tersebut?

Untuk menjawab pertanyaan itu, marilah kita melihatpenjelasan Emil Salim dan para pendukungnya. RahmiHatta, janda Bung Hatta, menjelaskan dukungannyakepada Emil sebagai usaha untuk “Mengingatkanmasyarakat bahwa kita memerlukan orang-orang dalampemerintahan yang bersih, punya perhatian padamasyarakat yang berlapis-lapis, terutama rakyat kecil”.

Agus Purnomo, juru bicara kelompok Gema Madanimenjelaskan kegiatan kelompoknya mencalonkan Emil

~361~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 369: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

karena Emil mereka nilai sebagai “Seorang yang bersihdari berbagai bentuk kolusi, korupsi, dan nepotisme”.Pada koran dengan tanggal penerbitan yang sama,Zoemrotin, seorang tokoh Lembaga Swadaya Masyarakat(LSM) yang mendukung Emil Salim, menyebut kegiatanpencalonan Emil sebagai lebih kepada kegiatan “moralforce dan pemberdayaan civil society”.

Pernyataan Zoemrotin sejalan dengan pernyataanEmil Salim sendiri. Kata Guru Besar Ekonomi itu: “Kursibukan tujuan utama. Tetapi, motivasi utamanya adalahpendidikan politik.” (Kompas, 18 Februari 1998)

Menteri Lingkungan Hidup, Ir. Sarwono bukanlahorang yang secara resmi mendukung Emil Salim, tapipernyataannya kepada pers mengenai kegiatanpencalonan itu menunjukkan simpati dan pengertiannyamengenai latar belakang pencalonan tersebut. KataSarwono: “Di balik ini semua saya pikir ada kerinduan akannilai-nilai tertentu yang dipersepsikan mulai hilang diIndonesia, seperti sifat-sifat jujur, apa adanya, dankesederhanaan.”

Yang paling jelas mengungkapkan pentingnyamasalah konsep dan gagasan di balik pencalonan Emiladalah Herawati Diah. Wartawati senior ini menjelaskan,“Kita tidak mendukung semata sosok Emil sendiri, tetapijuga konsep dan programnya. Kami harapkan kalaupunorangnya tidak terpilih, programnya bisa diteruskan.”

Tampaknya karena mempunyai konsep dan programitulah, maka Emil Salim menantang B.J. Habibie untukberdebat demi menguji konsep dan program masing-

~362~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 370: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

masing. Tujuan perdebatan itu, menurut Emil Salim, “Agardengan begitu Wapres yang dipilih nantinya memangbenar-benar memberikan tekanan, nuansa, dan akses kedalam upaya pemulihan ekonomi pada masa lima tahunmendatang.”

Tantangan berdebat ini mengubah kedudukan Emildari posisi orang yang didorong menjadi orang yangterkesan berambisi menduduki kursi Wapres. Perdebatanpara calon adalah tradisi yang lazim di negara yangmemilih tokoh berdasarkan program, seperti di AmerikaSerikat, misalnya. Tapi di Indonesia, program (GBHN)dibikin terlebih dahulu oleh MPR, dan baru setelah ituMPR memilih orang yang dianggap pantas dan memenuhisyarat melaksanakan program (GBHN) tersebut.

Emil Salim yang lama menjadi orang penting OrdeBaru tentulah mengerti konstitusi dan aturan main politikIndonesia itu. Ataukah dengan tantangan berdebat itu,Emil ingin mengatakan bahwa konstitusi dan aturan mainitu sudah kuno dan sudah harus dicampakkan? Tentu sajadia boleh berpendapat demikian, tapi untuk pemilihanPresiden dan Wakil Presiden bulan Maret saat itu,konstitusi dan aturan main yang ada masih belum diubahdan karena itu masih harus dihormati.

Yang juga terasa aneh dari ajakan berdebat Emilkepada Habibie itu adalah adanya kesan kuat bahwa EmilSalim mengabaikan kenyataan konstitusional dan sejarahpolitik Orde Baru. Konstitusi kita yang lebih dikenalsebagai UUD 45 memberikan kekuasaan yang luar biasabesarnya kepada Presiden, dan Wakil Presiden hanyalah

~363~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 371: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

pembantu Presiden.Wapres bekerja sesuai dengan petunjuk sang

Presiden. Kalau Presidennya merasa bisa bekerja sendiri,sebagaimana yang selama ini ditunjukkan oleh PresidenSoeharto, maka Wapres hadir tidak lebih dari sekadarmemenuhi persyaratan konstitusi. Dan sejarah Orde Baruadalah juga sejarah Wapres yang hadir terutama karenakonstitusi mempersyaratkan demikian. Karena itu,fungsinya tidak lebih dari ban cadangan saja.

Dengan demikian, terlepas dari sistem kita yangmemberi hak kepada MPR membuat GBHN dan memilihPresiden dan Wakil Presiden untuk melaksanakannya, jikaEmil Salim memang punya gagasan dan konseppembenahan ekonomi yang sedang dilanda krisis ini, yangsebenarnya lebih masuk akal ditantangnya berdebatbukanlah Habibie, melainkan Haji Mohammad Soeharto,orang yang hampir dipastikan akan menjadi Presiden kitauntuk yang ketujuh kalinya.

Sebab, meski Habibie akan berperan lebih besarsebagai Wapres—lebih daripada para pendahulunya, sayakira—tapi dia toh hanya akan menjalankan petunjukPresiden dalam mengimplementasikan GBHN. SebagaiWapres, Habibie saya kira hampir bisa dipastikan tidakakan pernah berada dalam posisi membuat kebijakansendiri.

Dengan kata lain, meski Emil formalnya terkesanberambisi menjadi Wakil Presiden, dengan menonjolkanpentingnya program dan konsep yang dimilikinya itu, sulitmenyingkirkan kesan bahwa Emil Salim justru berambisi

~364~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 372: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

menjadi Presiden. Sekali lagi ini boleh-boleh saja dan samasekali tidak melanggar konstitusi dan peraturan apa pun dinegeri ini. Tapi untuk tujuan itu, Emil tentu tahu syaratnyajauh lebih berat.

Apa pun yang dilakukan oleh Gema Madani dalammenjagokan Emil, dan bagaimanapun tingkah laku politikEmil Salim sebagai akibat adanya dukungan tersebut, satuhal yang niscaya jelas bagi pemerintah—yang sekarangmaupun yang akan dihasilkan oleh Sidang MPR bulandepan—masyarakat Indonesia makin kritis, makin berani,dan telah berada pada tingkatan sanggup menampilkantokoh alternatif. Dengan memperhatikan alasanpencalonan Emil oleh Gema Madani, Habibie yang akanjadi Wapres nanti tentulah bisa menimba masukanmengenai apa yang dicemaskan sejumlah orangterkemuka Indonesia terhadap dirinya.

Terhadap gejolak akibat munculnya nama Emil Salimsebagai penantang Habibie ini, kita tidak boleh lupa bahwaEmil Salim adalah salah seorang yang ikut meletakkandasar-dasar pembangunan Orde Baru. Peran penting Emilsebagai salah seorang arsitek pembangunan Orde Baruitulah rupanya yang mendorong Dr. Afan Gaffar dariUniversitas Gadjah Mada menyebut post-power syndromesebagai hal yang melatarbelakangi bersemangatnya Emilmenerima dukungan sebagai calon Wakil Presiden.

Menurut Afan Gaffar, Emil Salim, “Seharusnya ikutbertanggung jawab terhadap keadaan [krisis ekonomi]sekarang ini.” Apakah justru karena merasa ikutbertanggung jawab itulah, maka Emil menjadi

~365~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 373: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

bersemangat tampil kembali ke dalam kancahpemerintahan Republik ini demi mengoreksi kesalahan-kesalahan masa lalunya? Wallahu a‘lam.[]

~366~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 374: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

K

YANG KELUAR DARI SAKU

JENDERAL WIRANTO

etika Jakarta terbakar pada 14 Mei 1998, saya sedangberada di Mabes ABRI Cilangkap, Jakarta Timur.

Bersama dengan beberapa pimpinan ABRI dan sejumlahkecil kaum cendekiawan—antara lain Dr. NurcholishMadjid, Eep Saifullah, Dr. Indria Samego, dan Prof. Dr.Ryaas Rasyid—kami diajak berdiskusi mengenaibagaimana sebaiknya mengatasi krisis yang sedangmelanda Indonesia hari-hari itu.

Diskusi tidak bisa dilanjutkan karena telepon genggamLetnan Jenderal TNI Hari Sabarno, Ketua Fraksi ABRI diMajelis Permusyawarahan Rakyat (MPR), terus-menerusberdering mengabarkan makin meluasnya kebakaran yangmelanda Jakarta. Huru-hara sebenarnya sudah bermulasecara terbatas sehari sebelumnya, beberapa saat setelahempat korban penembakan mahasiswa di Universitas TriSakti dimakamkan.

Setelah Letnan Jenderal TNI Susilo BambangYudhoyono, Kepala Staf Sospol yang jadi tuan rumahrapat itu, meninggalkan sidang secara mendadak, kamisemua sepakat mengakhiri pertemuan. Agenda kamiberikutnya adalah masuk kembali ke Jakarta. Ternyatatidak mudah. Huru-hara sudah mendekati dua pintu tol di

~367~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 375: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

pinggir timur Jakarta yang harus saya lewati untuk masukkota. Hanya dengan susah payah, melewati jalan-jalantikus dari arah Bekasi, akhirnya saya bisa tiba di rumah sayayang terletak di Cipinang Muara, Jakarta Timur.Selanjutnya, saya hanya sanggup mengikuti beritaterbakarnya Jakarta lewat sejumlah saluran televisi yangsecara bebas menyiarkan huru-hara hari itu.

Waktu itu, saya sudah sekitar 50 tahun menetap diJakarta dan mengalami semua huru-hara yang pernahmelanda Jakarta sejak menetap di ibu kota. Huru-harayang akhirnya menjatuhkan Soeharto ini paling luar biasaseru dan mengerikannya. Kebakaran dan penjarahanmelanda semua penjuru dan kematian ratusan manusiatak terelakkan. Saya kira ini adalah ledakan kemarahanyang sudah terpendam bertahun-tahun sehingga tidak lagimudah menuding siapa pencetusnya, siapa yangmenunggangi, dan apa targetnya.

Sebelum meninggalkan Mabes ABRI, seoranglaksamana dengan cemas mendekati saya bertanya,bagaimana menghubungi para pimpinan mahasiswa.“Tidak ada lagi tokoh mahasiswa seperti zaman duluketika terjadi pergolakan melawan rezim Orde Lama.Organisasi mahasiswa telah diporakporandakan olehpemerintah, khususnya pada masa Daud Jusuf menjadiMenteri Pendidikan. Yang ada sekarang adalah sejumlahgrup-grup studi yang entah siapa pemimpinnya dan dimana alamatnya.” Begitu saya menjelaskan kepadaperwira tinggi yang mungkin seorang dari kantor sospolatau intelijen.

~368~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 376: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

SAYA SEDANG BERTAMU di rumah Letnan Jenderal TNIMohammad Yunus Yosfiah ketika berita terbunuhnyaempat mahasiswa Universitas Tri Sakti masuk lewattelepon genggam saya. Yang menelepon adalah sutradarafilm Chairul Umam, teman lama yang seorang anggotakeluarganya adalah mahasiswa yang tewas sore hari itu.Terbunuhnya empat mahasiswa itu mengingatkan sayapada tewasnya Arief Rahman Hakim di depan IstanaMerdeka pada hari-hari demonstrasi tahun 1966.

Entah Arief terkena peluru nyasar dari pasukanCakrabirawa yang mengawal Istana atau peluru darisenjata mereka yang merencanakan penciptaan seorangmartir, tidak pernah jelas sampai hari ini. Yang jelas haritertembaknya seorang mahasiswa itu adalah titikberangkat jatuhnya Presiden Sukarno. Secara spontan,setelah menerima berita kematian mahasiswa Tri Sakti itusaya berkata kepada Jenderal Yunus, “Kita sedang beradapada hari-hari terakhir rezim Orde Baru.”

Presiden Soeharto berada di Kairo tatkala huru-haraitu terjadi. Bahkan, sebelum Presiden mendarat dipangkalan udara Halim Perdanakusuma menjelang subuhpada 15 Mei, tidak seorang pun di antara kami yang masihyakin rezim Orde Baru akan bertahan. Tapi, bagaimanaakan berakhirnya rezim yang berkuasa paling lama dalamsejarah modern Indonesia itu?

Tekanan terus meningkat agar Soeharto mundursecepatnya. Di jalanan maupun di Gedung DPR/MPR,suara tuntutan itu makin nyaring. Menjelang 20 Mei,Amien Rais, tokoh terpenting gerakan Reformasi dan

~369~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 377: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

tuntutan penurunan Soeharto waktu itu, mengumumkanagar pada 20 Mei seluruh rakyat membanjiri lapanganMonumen Nasional (Monas) untuk secara bersamameneriakkan agar Soeharto mundur.

Aparat keamanan mempunyai alasan kuat ketikamemutuskan mencegah pengumpulan massa di Monas.Yang ditakutkan, massa akan merangsek ke mana-mana.Padahal, di sekitar Monumen Nasional (Monas) terletaksejumlah gedung vital: Istana Kepresidenan, Markas BesarAngkatan Darat, Departemen Pertahanan, GedungTelkom, Studio Pusat RRI, Kedutaan Besar AmerikaSerikat, dan pasar bursa efek serta sejumlah kantorkementerian lainnya.

Untuk mencegah berkumpulnya massa itulah, militermemasang barikade di semua jalan menuju lapanganMonas dengan cara mengerahkan tank, panser, berbagaikendaraan militer lainnya, serta barikade kawat berduri.Dan tentu saja disertai sejumlah besar prajurit siaptempur.

Atas bujukan sejumlah teman serta para perwiramiliter, Amien Rais akhirnya membatalkan rencanapengumpulan massa itu. Kendati demikian, tentara tidakingin mengambil risiko, dan Monas tetap ditutup darisegala penjuru.

Dalam keadaan tertutup itulah, saya mendapattelepon dari staf Jenderal Susilo Bambang Yudhoyonountuk hadir pada 20 Mei, pukul 19.00 pada sebuah rapat diGedung Urip Sumohardjo di Kompleks DepartemenPertahanan dan Keamanan yang terletak di Jalan Merdeka

~370~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 378: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Barat. Mobil saya hanya bisa mengantar sampai ke TuguTani di Menteng Raya sebab di sanalah “garis perbatasan”terletak.

Dari sana saya masuk ke wilayah Monas, melewatibarikade, dengan mobil militer yang dikendarai olehMayor Benny, seorang staf kantor Kepala Staf SosialPolitik yang memang ditugaskan menjemput saya di“perbatasan”. Monas sepi, jalan-jalan lengang, dan yangbergerak hanya beberapa kendaraan militer.“Penyeberangan” ke dalam wilayah Monas yang terjagaketat mengingatkan saya pada pengalaman menyeberangdari Berlin Barat ke Berlin Timur yang saya alami pertamakali pada musim semi tahun 1970.

KETIKA MEMASUKI RUANG RAPAT, sudah lebih duluhadir sejumlah perwira tinggi ABRI—antara lain Letjen TNIHari Sabarno—dan tim dari Universitas Indonesia (UI)pimpinan Rektor UI. Mantan dosen saya di UI dulu,seorang ahli hukum tata negara, Harun Al Rasyid, jugaProf. Zen Umar Purba, S.H., teman sekantor di majalahTempo, menjadi bagian dari tim UI. Di samping itu jugasudah hadir Prof. Dr. Ryaas Rasyid dan Letjen TNI SusiloBambang Yudhoyono sebagai tuan rumah. Saya memilihduduk di samping Ryaas Rasyid.

Acara pertama adalah makan malam dengan menunasi gudeg dalam kotak. Kami tampaknya melewatkanwaktu dengan makan untuk menunggu datangnyaPanglima ABRI, Jenderal TNI Wiranto. Ketika PanglimaABRI itu datang, rapat lantas dimulai. Bambang

~371~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 379: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Yudhoyono bertindak sebagai pemimpin rapat. “KalauSoeharto mundur, bagaimana sebaiknya caramundurnya?” Itulah agenda rapat.

Harun Al Rasyid menjelaskan, berdasarkan Pasal 8UUD 45, kalau Presiden mundur atau tidak lagidimungkinkan menjalankan tugasnya, maka WakilPresiden yang akan mengambil alih. Tidak ada debatmengenai ini. Semua yang hadir tampaknya sepakat.Tidak lama kemudian, Panglima Wiranto meninggalkanruangan. Susilo Bambang Yudhoyono meneruskan rapat.

Pembicaraan selanjutnya dipicu oleh pernyataan HariSabarno. Setuju dengan pelaksanaan Pasal 8 UUD 45,Sabarno meragukan kewibawaan Wakil Presiden B.J.Habibie untuk tampil menggantikan Soeharto. Pada titikitu, saya mendadak teringat pengalaman hari-hari awalOrde Baru ketika timbul keraguan mengenai apakahJenderal Soeharto—yang sebelum Gestapu hampir tidakdikenal publik—cukup berwibawa menggantikanSukarno?

Atas prakarsa Jenderal Nasution, para pimpinan ABRIsepakat menyatakan dukungannya kepada Soeharto.Mantan Pangkostrad itu lalu menjadi yakin majumenggantikan Sukarno. Apakah sekarang pimpinan ABRItidak bisa menyelamatkan negara dan konstitusi dengancara mendukung proses peralihan kekuasaan secarakonstitusional? Itu pertanyaan saya secara berbisik kepadaRyaas Rasyid. Kata Ryaas, “Anda bicara saja, sampaikangagasan Anda itu.”

Saya mengacungkan tangan minta bicara. Bambang

~372~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 380: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Yudhoyono mempersilakan. Gagasan saya kemukakan.Karena sifatnya adalah hanya saran untukdipertimbangkan, dan karena tidak menimbulkan debat,rapat bisa dengan segera diakhiri dan kami pulang denganmasing-masing diantar sampai ke “perbatasan”, tempatkendaraan-kendaraan kami menunggu.

Beberapa hari kemudian, saya mendapat informasi,ketika kami masih rapat di Merdeka Barat itu, PresidenSoeharto memerintahkan ajudannya memanggil PanglimaABRI Jenderal Wiranto dan Sekretaris Negara Sa’adillahMursyid. Sa’adillah Mursyid diminta mempersiapkantimbang terima dari Presiden Soeharto kepadapenggantinya, Wakil Presiden B.J. Habibie. Keesokanharinya di Istana Kepresidenan, seperti sudah diketahui,Soeharto mengumumkan mundur dari jabatan yangdidudukinya sekitar 30 tahun. Dan Habibie langsungdisumpah sebagai Presiden Ketiga Republik Indonesia.

PADA MULANYA tidak jelas bagi kami para peserta rapatmalam itu apakah Jenderal Wiranto meninggalkan kamikarena dipanggil oleh Soeharto atau karena kemauansendiri untuk menyampaikan saran-saran berdasarkanrekomendasi rapat kami mengenai bagaimana sebaiknyacara Pak Harto mundur. Untuk jelasnya mengenai apasebenarnya yang terjadi malam itu, berikut ini penuturanWiranto kepada saya pada 12 Januari 2012 di Jakarta:

Ketika rapat masih berlangsung, saya mendapat pesan agarsegera menghadap Pak Harto di Jalan Cendana, kediamanpribadi beliau. Saya ditemani oleh dua perwira tinggi, JenderalSubagio, KSAD waktu itu dan Mayjen Endriartono Sutarto,

~373~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 381: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Komandan Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres).Sebelum masuk ruangan Pak Harto, saya diberi tahu Ajudanbahwa Pak Habibie, Wakil Presiden, baru saja juga diterima PakHarto.

Panglima TNI Jenderal Wiranto.

Ada dua hal yang disampaikan Pak Harto kepada saya.Pertama, beliau menyatakan akan mundur besok pagi. Kedua,menyerahkan dokumen yang juga dikenal sebagai InstruksiPresiden (Inpres) No. 16 Tahun 1998 yang berisi pengangkatan

~374~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 382: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

saya menjadi Panglima Komando Kewaspadaan danKeselamatan. Ini adalah sebuah Inpres yang berinduk padaKetetapan (TAP) MPR No. V Tahun 1988 yang memberiwewenang kepada Presiden untuk mengambil langkah-langkahkhusus dalam keadaan kritis.

Langkah khusus itu adalah menerbitkan Inpres untukmengangkat seorang perwira tinggi menjadi Panglima Komandodari badan baru yang disebut Komando Kewaspadaan tersebut.Badan baru itu sebenarnya, sesuai dengan petunjuk Presiden,sudah disiapkan di Mabes ABRI dalam dua pekan terakhir. Paraperwira tinggi yang ikut mempersiapkannya melihat badan barutersebut sebagai semacam Kopkamtib. Biasanya seorang atasanmemberi perintah untuk dilaksanakan dan yang menerimaperintah akan menerimanya dengan mengucapkan, “Siap,laksanakan!”. Malam itu keadaannya lain sama sekali.Penyerahan Inpres diantar dengan ucapan, “Instruksi ini sayaberikan, kamu boleh pakai, boleh tidak.”

Sebelum menyerahkan Instruksi itu, kepada Pak Hartosaya sempat menyampaikan posisi ABRI terhadap beliau. Sayasampaikan bahwa posisi politik beliau sudah sangat lemah.Kendati demikian, “ABRI akan tetap mempertahankanpemerintahan yang sah.” Saat itu, pemerintahan Pak Hartomeski sudah amat lemah, tapi tetap masih sah karena dukunganMPR belum dicabut. Komentar Pak Harto singkat, “Saya tidakingin rakyat jadi korban.”

Kalau Instruksi itu saya gunakan, saya dan ABRI terpaksaberhadapan dengan mahasiswa yang sudah sejak lama dan diberbagai kota telah bergolak. Saya juga akan mendapat capsebagai pemimpin rezim militer. Itulah yang ada dalam pikiransaya dalam perjalanan dari Cendana ke Merdeka Barat (kantorKemhan sekarang).

Di Merdeka Barat menjelang tengah malam, sayamengadakan rapat staf. ”Berapa mahasiswa yang akan jadikorban kalau ABRI mengambil alih kekuasaan?” Sekitar 200hingga 250 kata seorang Jenderal dari staf Panglima. Sejuruskemudian Kepala Staf Sospol, SBY (Susilo BambangYudhoyono) minta keputusan. “Panglima akan mengambil alih(kekuasaan)?” Jawab saya tegas, “Tidak. Besok kita bersama-sama akan mengantarkan pergantian Presiden dari Pak Harto ke

~375~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 383: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Wakil Presiden Habibie lewat sebuah proses yangkonstitusional.”

Saya lalu menitipkan beberapa poin dan minta stafmenyiapkan sebuah pernyataan Panglima. Yang menyusunpernyataan itu adalah SBY yang dengan sedikit perubahan sayabacakan setelah pergantian pimpinan negara di Istana pada pagihari esoknya. Konsep asli tulisan SBY itu masih saya simpansampai sekarang.

Liddle Menjelang SubuhYang tidak kurang menarik adalah cerita Harmoko, KetuaDPR/MPR waktu itu. Menurut mantan Pemimpin RedaksiHarian Pos Kota itu, beberapa saat sebelum pukul 23.00,Ajudan Presiden menelepon Ketua DPR/MPRmenyampaikan pesan bahwa pimpinan Dewan akanditerima Presiden di Istana pukul 09.00 keesokan harinya.Harmoko segera menghubungi Wakil Presiden B.J.Habibie untuk melaporkan rencana pertemuan tersebut.Tapi kata Habibie, dia besok pagi akan dilantik sebagaipengganti Soeharto.

Menjelang subuh, saya dibangunkan oleh Prof.William Liddle dari Columbus, Ohio. Lewat sambungantelepon internasional, Liddle bertanya, “Salim, apakahSoeharto betul mundur? Di sini sudah tersiar berita PakHarto pagi ini akan mengundurkan diri.” Waktu di Amerikabagian timur menunjukkan pukul 4 sore. AntaraColumbus, Ohio—terletak di Amerika bagian timur—memang ada jarak waktu 12 jam dengan Jakarta. Merekaberada di belakang kita.

Untuk lebih yakin apa yang sebenarnya terjadi, sayalangsung menelepon Bambang Yudhoyono. “Betul, Mas,

~376~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 384: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Pak Harto mundur pagi ini,” kata Jenderal yang kini lebihdikenal sebagai SBY. Katanya lagi: “Mas, nanti perhatikanyang keluar dari saku Pak Wiranto. Itu gagasan Mas Salimpada rapat semalam.”

~377~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 385: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

~378~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 386: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

Presiden Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya.

Singkat cerita, setelah Prof. Dr. B.J. Habibie diambilsumpahnya sebagai Presiden Ketiga Republik Indonesia,Panglima ABRI Jenderal Wiranto, mendekati mikrofonsambil mengeluarkan selembar kertas dari saku bajunya.“ABRI mendukung proses pengalihan kekuasaan secarakonstitusional,” kata Wiranto sesuai yang tertulis padakertas yang dipegangnya.

Rupanya SBY memberi tahu Wiranto sumber gagasandukungan ABRI kepada proses pergantian kepemimpinannasional itu. Beberapa hari kemudian, di Dewan KesenianJakarta, kantor saya waktu itu, telepon genggam sayaberdering. Jenderal Wiranto di ujung sana. “Terima kasihgagasannya. Tapi saya digebuki dari kiri-kanan,” kataWiranto. Jawab saya dengan cepat, “Lebih baik Andadigebuki sekarang daripada anak buah Anda kocar-kacirkalau tidak ada arahan yang jelas mengenai bagaimanaharus bersikap terhadap pergantian Presiden.”[]

~379~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 387: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

L

TENTANG SALIM HAJI

SAID

ahir sebagai anak tertua HajiSaid dan Hajjah Ayu Salmah

pada 10 November 1943, di DesaAmparita (Kabupaten Parepare,sekarang masuk wilayahKabupaten Sidrap), SulawesiSelatan. Salim menjalanipendidikan dasarnya di KotaParepare sebelum akhirnyamenyelesaikan SekolahMenengah Atas (SMA) di Solo,Jawa Tengah.

Selama lima tahun (1963-1968), dia belajar psikologipada Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI). Salimkemudian beralih mempelajari ilmu sosial pada FakultasIlmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP UI) setelah tidak lagidiizinkan bertahan di sekolah lamanya karena tingkatabsennya yang tinggi oleh kesibukannya sebagai aktivis.Dari FISIP UI, Salim Haji Said mendapat gelar sarjana (Drs.)dalam Ilmu Sosiologi pada 1976. Pendidikan tingginya diJakarta tersendat-sendat dan berlangsung lama karenakegiatannya sebagai aktivis mahasiswa dan kesibukannya

~380~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 388: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

sebagai wartawan.Pada 1979, Salim Haji Said memulai pendidikan

pascasarjana di Ohio University, Athens, Ohio AmerikaSerikat. Mendapat gelar Master of Arts in InternationalAffairs (MAIA) pada 1980, dia kemudian diterima padaprogram doktor di Ohio State University (OSU) dan belajarilmu politik di bawah bimbingan Prof. Dr. Raymond WilliamLiddle (Bill). Salim Haji Said mendapat gelar Master (M.A.)kedua pada 1983. Kemudian pada Desember 1985, SalimHaji Said memperoleh gelar Ph.D. dalam ilmu politikdengan disertasi mengenai peran politik militer Indonesiapada periode Revolusi Kemerdekaan.

Ketika menyelesaikan pendidikannya pada JurusanSosiologi FISIP UI, Salim menulis tesis mengenai sejarahsosial film Indonesia. Tidak terlalu sulit baginya menulistesis tersebut karena selama bertahun-tahun dia jugabersibuk sebagai kritikus film majalah Tempo. Tesis ituadalah usaha penulis menemukan jawaban atas keluhanterhadap rendahnya mutu film Indonesia. Tesis Salim HajiSaid tersebut terbit sebagai buku dalam bahasa Indonesiadan Inggris (terjemahan).

Dalam riwayat hidupnya, Salim Haji Said tercatatsebagai wartawan selama 25 tahun. Dari kedudukansebagai wartawan dan foreign travelling correspondentmajalah Tempo, Salim—juga salah seorang pendirimajalah mingguan itu—berkesempatan berkeliling keberbagai penjuru dunia dan menulis laporan dan analisismengenai peristiwa yang terjadi di negara-negara yangdikunjunginya. Salim bangga berkesempatan meliput hari-

~381~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om

Page 389: pustaka-indo.blogspot...membangun Demokrasi Terpimpin. Sukarno waktu itu meyakinkan cukup banyak orang, Demokrasi Terpimpin sesuai dengan Kepribadian Nasional Indonesia, ketika Demokrasi

hari terakhir Kamboja sebelum jatuh ke tangan KhmerMerah yang menciptakan killing field, dan bulan-bulanterakhir sebelum Amerika Serikat dan rezim kanan diVietnam Selatan secara sempurna terusir dari kawasanIndochina. Salim juga meliput pelaksanaan kesepakatanCamp David yang dicapai bersama Menachim Begin(Israel) dan Anwar Sadat (Mesir). Untuk itu, dengan biayasendiri dia terbang ke Kairo dan lewat darat(menyeberangi Gurun Sinai) melanjutkan perjalanan keIsrael pada musim panas 1978.

Selama sembilan bulan pada awal masa Reformasi,Salim Haji Said ditunjuk mewakili kaum cendekiawan padaBadan Pekerja MPR (BP-MPR). Pada 2006, Guru BesarIlmu Politik ini dipercayai Presiden SBY menjadi DutaBesar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (Dubes LBBP) untukRepublik Ceko yang berkedudukan di Praha.

Pada tahun-tahun terakhir ini, sebagai Guru Besar IlmuPolitik, Salim Haji Said sibuk mengajar pada UniversitasPertahanan Indonesia (Unhan), Sekolah Staf danKomando Angkatan Laut (Seskoal), Sesko Angkatan Darat(Seskoad), Angkatan Udara (Seskoau), Sekolah Staf danKomando TNI (Sesko TNI), dan Perguruan Tinggi IlmuKepolisian (PTIK). Dia juga sibuk melakukan penelitianbagi buku yang sedang dipersiapkannya. “Saya terobsesimenyelesaikan penelitian dan menulis buku mengenaidinamika hubungan Presiden Sukarno dan militer darimasa Revolusi hingga naiknya Soeharto,” katanya.[]

~382~

http

://pu

stak

a-in

do.b

logs

pot.c

om