Purwanto, dalam bukunya psikologi pendidikan berpendapat ...
Transcript of Purwanto, dalam bukunya psikologi pendidikan berpendapat ...
8
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Gaya Belajar Mahasiswa
1. Pengertian Belajar dan Gaya Belajar
Belajar merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan tingkah laku
sebagai hasil dan interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah
laku. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Purwanto, dalam bukunya psikologi pendidikan berpendapat bahwa “belajar
adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai
suatu hasil dari latihan atau pengalaman.”1 Belajar adalah perubahan tingkah laku
yang menyerupai proses pertumbuhan dimana semua itu melalui penyesuaian
terhadap situasi melalui rangsangan. Belajar adalah perubahan yang relatif permanen.
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan
perilakunya.
Sudjana, mendefinisikan “belajar sebagai suatu proses yang ditandai dengan
perubahan pada diri seseorang.”2 Sardiman menegaskan bahwa “Belajar itu sebagai
rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju ke perkembangan pribadi
1 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h.81-82.2 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (CV. Sinar Baru: Bandung, 2010),
h. 28
9
manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah
kognitif, afektif, dan psikomotorik”.3
Belajar merupakan salah satu cara manusia untuk memanfaatkan akal, belajar
juga merupakan suatu kegiatan yang terjadi pada semua orang tanpa mengenal batas
usia dan berlangsung selama seumur hidup. Belajar juga merupakan proses penting
bagi perubahan perilaku manusia yang mencakup segala yang dipikirkan dan
dikerjakan, dan sebaiknya belajar ini dibiasakan sejak manusia masih kecil.
Proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang
paling pokok. Ini berarti berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan hanya
bergantung kepada proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik.
Menurut teori Behavioristik belajar adalah
Perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulusdan respon. Dengan kata lain belajar merupakan bentuk perubahan yangdialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan carayang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.4
Jadi, seseorang yang belajar akan mengalami perubahan pada tingkah laku.
Misalnya siswa belum mampu untuk mengerjakan sholat. Walaupun dia sudah
berusaha, dan gurunya juga sudah mengajarkan dengan tekun, namun jika siswa
tersebut belum dapat melaksanakan ibadah shalat maka belum dianggap belajar.
Karena dia belum dapat menunjukkan perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar.
3 Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Press, 2010),h. 21
4 C. Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), h. 20.
10
Agama Islam, mencari ilmu pengetahuan sangatlah dianjurkan untuk
menjalani kehidupan di dunia. Manusia diciptakan Allah SWT dalam keadaan
sempurna dibanding dengan makhluk lain karena manusia dibekali akal untuk
berpikir. Sehingga manusia disuruh untuk belajar, bukti yang mendasari perintah
untuk belajar yaitu terdapat pada Al- Quran surat Al-Alaq ayat 1-5, merupakan ayat
pertama yang diturunkan Allah SWT.
Terjemahnya:
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan.2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah.4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam.5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.5
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses
perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahanperubahan tersebut
akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat didefinisikan
sebagai berikut: Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui
5 Departemen Agama R.I., al Quran dan Terjemahnya, (Bandung: Doponegoro, 2007), h. 597
11
pengalaman, (learning is defined as the modification or strengthening of behavior
through experiencing).6
Dari pendapat-pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu
proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan
sebagai hasil dari berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman sikap,
tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain
yang ada pada individu yang belajar. Proses terjadinya belajar sangat sulit diamati.
Karena itu orang cenderung melihat tingkah laku manusia untuk disusun menjadi
pola tingkah laku yang akhirnya tersusunlah suatu model yang menjadi prinsip-
prinsip belajar yang bermanfaat sebagai bekal untuk memahami, mendorong dan
memberi arah kegiatan belajar.
Prinsip-prinsip belajar yang dapat dilaksanakan dalam situasi dan kondisi
yang berbeda dan oleh setiap peserta didik secara individual adalah sebagai berikut:
a. Berdasar prasyarat yang diperlukan untuk belajar. Dalam belajar peserta
didik diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing
untuk mencapai tujuan intruksional.
b. Sesuai hakikat belajar. Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara
sesuatu dengan yang lain) sehingga mendapat pengertian yang diharapkan
stimulus yang diberikan dapat menimbulkan respon yang diharapkan.
6 Slameto, Belajar & Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta, 2010),h. 2.
12
c. Sesuai materi atau bahan yang akan dipelajari. Belajar bersifat keseluruhan
dan materi itu harus memiliki struktur penyajian yang bisa ditangkap
pengertiannya.
Gaya belajar terdiri dari kata gaya dan belajar. Gaya belajar adalah kombinasi
dari menyerap mengatur dan mengolah informasi agar mudah dipahami. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, gaya adalah tingkah laku, gerak gerik dan sikap.7
Sedangkan belajar adalah berusaha memeroleh kepandaian atau menuntut ilmu.8
Skinner, dalam bukunya Educational Psychology menjelaskan pengertian belajar
yakni Learning is a process of progressive behavior adaptation.9 Belajar adalah suatu
proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.
Sedangkan menurut Slameto, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.10
Setiap manusia yang lahir ke dunia ini selalu berbeda satu sama lainnya. Baik
bentuk fisik, tingkah laku, sifat, maupun berbagai kebiasaan lainnya. Tidak ada
satupun manusia yang memiliki bentuk fisik, tingkah laku dan sifat yang sama
walaupun kembar sekalipun. Suatu hal yang perlu kita ketahui bersama adalah bahwa
7 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar BahasaIndonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 422
8 Ibid., h. 23.9 Charles E. Skinner, Educational Psychology, (New York: Prentice-hall, 1998), h. 19910 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Memengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005),
h. 2
13
setiap manusia memiliki cara menyerap dan mengolah informasi yang diterimanya
dengan cara yang berbeda satu sama lainnya. Ini sangat tergantung pada gaya
belajarnya. Seperti yang dijelaskan oleh Uno, bahwa pepatah mengatakan “lain
ladang, lain ikannya. Lain orang, lain pula gaya belajarnya”. Peribahasa tersebut
memang pas untuk menjelaskan fenomena bahwa tak semua orang punya gaya belajar
yang sama. Termasuk apabila mereka bersekolah disekolah yang sama atau bahkan
duduk dikelas yang sama.11
Sukadi menjelaskan bahwa “gaya belajar yaitu kombinasi antara cara
seseorang dalam menyerap pengetahuan dan cara mengatur serta mengolah informasi
atau pengetahuan yang didapat.”12 Sedangkan menurut Nasution, “gaya belajar adalah
cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid dalam menangkap stimulus
atau informasi, cara mengingat, berpikir, dan memecahkan soal.”13
Menurut DePorter & Hernacki, “gaya belajar merupakan suatu kombinasi dari
bagaimana ia menyerap, dan kemudian mengatur serta mengolah informasi.”14
Menurut Fleming dan Mills, “gaya belajar merupakan kecenderungan siswa untuk
mengadaptasi strategi tertentu dalam belajarnya sebagai bentuk tanggung jawabnya
untuk mendapatkan satu pendekatan belajar yang sesuai dengan tuntutan belajar di
kelas/sekolah maupun tuntutan dari mata pelajaran.” Willing mendefinisikan, “gaya
11 Hamzah B. Uno,Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara,2008), h. 180.
12 Sukadi, Progressive Learning, (Bandung: MSQ Publishing, 2008), h. 9313 S. Nasition, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2011), h. 9414 Bobby DePorter dan Mike Hernacki, Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman
dan Menyenangkan, (Bandung: Kaifa, 1999), h. 110
14
belajar sebagai kebiasaan belajar yang disenangi oleh pembelajar. Keefe memandang
gaya belajar sebagai cara seseorang dalam menerima, berinteraksi, dan memandang
lingkungannya.”15 Adapun gaya belajar yang dimaksud dalam proposal ini adalah
cara mahasiswa mempelajari materi yang didasarkan pada gaya belajar yang mereka
miliki yaitu: gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik.
Menurut DePorter & Hernacki, gaya belajar seseorang adalah kunci untuk
mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, disekolah, dan dalam situasi antar pribadi.
Rina Dunn, seorang pelopor di bidang gaya belajar, telah menemukan banyak
variabel yang mempengaruhi cara belajar orang. Ini mencakup faktor- faktor fisik,
emosional, sosiologis, dan lingkungan. Sebagian orang, misalnya, dapat belajar
paling baik dengan cahaya yang terang, sedang sebagian yang lain dengan
pencahayaan yang suram. Ada orang yang belajar paling baik secara berkelompok,
sedang yang lain lagi memilih adanya figur otoriter seperti orang tua atau guru, yang
lain merasa bahwa bekerja sendirilah yang paling efektif bagi mereka. Sebagian
orang memerlukan musik sebagai latar belakang, sedang yang lain tidak dapat
berkonsentrasi kecuali dalam ruangan sepi. Ada orang-orang yang memerlukan
lingkungan kerja yang teratur dan rapi, tetapi yang lain lebih suka menggelar segala
sesuatunya supaya semua dapat terlihat.
Walaupun masing-masing peneliti menggunakan istilah yang berbeda dan
menemukan berbagai cara untuk mengatasi gaya belajar seseorang, telah disepakati
secara umum adanya dua kategori utama tentang bagaimana kita belajar. Pertama,
15 Ibid., h. 110
15
bagaimana kita menyerap informasi dengan mudah (modalitas) dak kedua, cara kita
mengatur dan mengolah informasi tersebut (dominasi otak). Selanjutnya, jika
seseorang telah akrab dengan gaya belajarnya sendiri, maka dia dapat membantu
dirinya sendiri dalam belajar lebih cepat dan lebih mudah.16
Belajar atau menuntut ilmu dalam Islam merupakan suatu kewajiban bagi
setiap muslim. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. at Taubah [9]: 122 sebagai
berikut:
Terjemahnya:
Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapatidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untukmemperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatankepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itudapat menjaga dirinya.17
Dari ayat tersebut menunjukkan bukti bahwa Islam menuntut agar umatnya
berilmu, sedangkan sebagai alat untuk memeperoleh ilmu adalah dengan belajar.
Ajaran Islam menganjurkan agar manusia menggunakan potensi-potensi atau organ
psiko-psikis, seperti akal, indera penglihatan (mata), dan pendengaran (telinga) untuk
melakukan kegiatan belajar. Sebagai alat belajar, akal merupakan potensi kejiwaan
manusia berupa sistem psikis yang kompleks untuk menyerap, mengolah,
16 Ibid., h. 110-11217 Departemen Agama RI, al Quran dan Terjemahnya, (Bandung: Diponegoro, 2007), h. 187
16
menyimpan, dan memproduksi kembali item-item informasi dan ilmu pengetahuan.
Selanjutnya, mata dan telinga merupakan alat fisik yang berguna untuk menerima
informasi visual dan informasi verbal.18
Tiap individu memiliki kekhasan sejak lahir dan diperkaya melalui
pengalaman hidup. Semua orang belajar melalui alat inderawi, baik penglihatan,
pendengaran, dan kinestetik (sentuhan/gerakan). Setiap orang memiliki kekuatan
belajar atau gaya belajar. Jika seseorang semakin mengenal baik gaya belajar yang
dimiliki maka akan semakin mudah dan lebih percaya diri dalam menguasai
keterampilan dan konsep-konsep dalam kehidupan.
Setiap manusia di dunia ini memiliki gaya tersendiri dalam berbusana,
berbicara dan juga gaya hidup yang berbeda antara satu sama lain. Begitu pula
dengan gaya belajar. Keanekaragaman cara mahasiswa dalam belajar disebut dengan
gaya belajar, ada pula yang menyebutnya dengan modalitas belajar. Setiap mahasiswa
memiliki gaya belajarnya sendiri, hal itu diumpamakan seperti tanda tangan yang
khas bagi dirinya sendiri.19 Pengetahuan tentang gaya belajar siswa sangat penting
untuk diketahui guru, orang tua, dan siswa itu sendiri, karena pengetahuan tentang
gaya belajar ini dapat digunakan untuk membantu memaksimalkan proses
18 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja GrafindoPersada, 2006), h. 54.
19 Paul Ginnis, Trik dan Taktik Mengajar, Strategi Meningkatkan Pencapaian Pengajaran diKelas, terj. Wasi Dewanto, (Jakarta: Macanan Jaya Cemerlang, 2008), h. 41.
17
pembelajaran agar hasil pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan tujuan yang
diharapkan.20
Levie & Levie yang dikutip Arsyad membaca kembali hasil-hasil penelitian
tentang belajar melalui stimulus gambar dan stimulus kata atau visual dan verbal
menyimpulkan bahwa stimulus visual membuahkan hasil belajar yang lebih baik
untuk tugas-tugas seperti mengingat, mengenali, mengingat kembali dan
menghubungkan fakta dan konsep. Baugh dan Achsin memiliki pandangan yang
searah mengenai hal itu. Perbandingan memperoleh hasil belajar melalui indra
pandang dan indra dengar sangat menonjol perbedaannya kurang lebih 90% hasil
belajar seseorang diperoleh melalui indra pandang (visual), dan hanya sekitar 5%
diperoleh melalui indera dengar (auditorial), dan 5% lagi dengan indera lainnya
(kinestetik). Sementara itu, Dale memperkirakan bahwa perolehan hasil belajar
melalui indera pandang (visual) berkisar 75%, melalui indera dengar (auditorial)
sekitar 13% dan melalui indera lainnya (termasuk dalam kinestetik) sekitar 12%.21
Seluruh definisi gaya belajar di atas tampak tidak ada yang bertentangan,
melainkan memiliki kemiripan antara yang satu dengan yang lainnya. Definisi-
definisi gaya belajar tersebut secara subtansial tampak saling melengkapi.
Berdasarkan keterangan-keterangan di atas maka penulis mengambil kesimpulan
bahwa gaya belajar yaitu suatu cara pandangan pribadi terhadap peristiwa yang
dilihat dan di alami. Oleh karena itulah pemahaman, pemikiran, dan pandangan
20 Adi W. Gunawan, Genius Learning Strategy: Petunjuk Praktis untuk MenerapkanAccelarated Learning, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003), h. 141.
21 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h. 9.
18
seorang anak dengan anak yang lain dapat berbeda, walaupun kedua anak tersebut
tumbuh pada kondisi dan lingkungan yang sama, serta mendapat perlakuan yang
sama.
2. Macam-macam dan Ciri-Ciri Gaya Belajar
Menurut Poter & Hernacki secara umum gaya belajar manusia dibedakan ke
dalam tiga kelompok besar, yaitu gaya belajar visual, gaya belajar auditorial dan gaya
belajar kinestetik.22
a. Gaya Belajar Visual
Menurut Poter & Hernacki yang dikutip oleh Sukadi, berdasarkan arti
katanya, Gaya belajar visual adalah gaya belajar dengan cara melihat, mengamati,
memandang, dan sejenisnya. Kekuatan gaya belajar ini terletak pada indera
penglihatan. Bagi orang yang memiliki gaya ini, mata adalah alat yang paling peka
untuk menangkap setiap gejala atau stimulus (rangsangan) belajar. Orang dengan
gaya belajar visual senang mengikuti ilustrasi, membaca instruksi, mengamati
gambar-gambar, meninjau kejadian secara langsung, dan sebagainya. Hal ini sangat
berpengaruh terhadap pemilihan metode dan media belajar yang dominan
mengaktifkan indera penglihatan (mata).23 Visual learning adalah gaya belajar
dengan cara melihat sehingga mata memegang peranan penting. Gaya belajar visual
dilakukan seseorang untuk memeroleh informasi seperti melihat gambar, diagram,
22 Bobby DePorter dan Mike Hernacki , op. cit., h. 11223 Sukadi, op. cit., h. 95
19
peta, poster, grafik, dan sebagainya. Bisa juga dengan melihat data teks seperti tulisan
dan huruf.24
Setiap orang yang memiliki gaya belajar visual memiliki kebutuhan yang
tinggi untuk melihat dan menangkap informasi secara visual sebelum mereka
memahaminya. Mereka lebih mudah menangkap lewat materi bergambar. Selain itu,
mereka memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna dan pemahaman yang cukup
terhadap artistik. Dalam hal ini tekhnik visualisasi melatih otak untuk bisa
memvisualisasikan sesuatu hal, mulai dari mendeskripsikan suatu pemandangan,
benda (baik benda nyata maupun imajinasi), hingga akhirnya mendapatkan yang
diinginkan.
Seseorang yang memiliki gaya belajar visual, belajar dengan menitik beratkan
ketajaman penglihatan. Artinya, bukti-bukti konkret harus diperlihatkan terlebih
dahulu agar mereka mudah untuk memahaminya. Seorang anak yang memunyai gaya
belajar visual akan lebih mudah mengingat dengan cara melihat, misalnya membaca
buku, melihat demonstrasi yang dilakukan guru, melihat contoh-contoh yang tersebar
di alam atau fenomena alam dengan cara observasi, bisa juga dengan melihat
pembelajaran yang disajikan melalui TV atau video kaset.25
Cara yang paling tepat untuk meningkatkan hasil belajar bagi seseorang yang
memunyai gaya belajar visual adalah dengan menggunakan alat bantu visual seperti
grafik dan gambar yang memungkinkan mereka melihat gambaran luas dari materi
24 Nini Subini, Rahasia Gaya Belajar Orang Besar, (Jogjakarta: Javalitera, 2001), h. 17.25 Hariyanto dan Suyono, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012),
h. 149.
20
yang akan dipelajari. Mereka akan merasa kesulitan bila harus mengingat materi yang
tidak disertai dengan warna, gambar, desain, kaligrafi tertentu, atau bentuk-bentuk
yang artistik. Saat mereka melihat guru, gambar, grafik, atau alat bantu visual
lainnya, sense belajar mereka akan terbuka dan apapun yang sedang dibahas akan
terserap. Semua yang diberikan dengan stimulasi visual akan tertangkap dan dapat
diingat dengan jelas. Mereka belajar dan mengingat dengan lebih baik bila terjadi
kontak mata dengan guru atau pengajar daripada harus mendengarkan saja, namun
para pengajar perlu juga memberikan alat bantu visual pada mereka agar materi
pelajaran tersebut tidak mudah dilupakan.
Gaya belajar visual adalah gaya belajar dengan cara melihat sehingga mata
sangat memegang peranan penting. Gaya belajar secara visual dilakukan seseorang
untuk memperolah informasi seperti melihat gambar, giagram, peta, poster, grafik,
dan sebagainya. Bisa juga dengan melihat data teks seperti tulisan dan huruf.26
Walaupun seseorang yang memiliki gaya belajar visual memiliki kepekaan yang kuat
terhadap warna dan juga mempunyai pemahaman yang cukup terhadap artistik,
mereka juga memiliki kendala untuk berdialog secara langsung karena terlalu reaktif
terhadap suara, sehingga sulit mengikuti anjuran secara lisan dan sering salah
menginterpretasikan kata atau ucapan. Banyak dari para orang visual yang kurang
peka terhadap respons instruksi verbal dan akan mudah lupa dengan apa yang
26 Nini Subini, Mengatasi Kesulitan Belajar Pada Anak, (Jogjakarta: Javalitera, 2012), h.118.
21
disampaikan orang lain sampai mereka diberikan instruksi secara visual yang disertai
dengan tulisan, gambar, diagram ataupun bagan.
Selain dengan menggunakan alat bantu visual, untuk mempercepat proses
belajar bagi anak yang memunyai gaya belajar visual dapat dilakukan dengan cara
membaca dan melihat materi visual dalam bentuk bahasa: surat, kata-kata, dan angka.
Mereka dapat belajar dari media cetak seperti buku, majalah, jurnal, koran, buku
pedoman, poster dan sebagainya. Seseorang dengan gaya belajar visual harus
mengingat detail kata dan angka yang mereka baca. Karena kegiatan membaca
dilakukan secara visual, maka tipe ini merasa mudah dan nyaman jika harus belajar
dengan membaca. Jika mereka harus mengingat apa yang mereka pelajari, maka
mereka akan lebih mudah mengingat dengan cara membaca dari apa yang tertulis di
buku dari pada dibacakan oleh orang lain.27
Seorang yang bertipe visual, akan cepat mempelajari bahan-bahan yang
disajikan secara tertulis, bagan, grafik, gambar. Pokoknya mudah mempelajari bahan
pelajaran yang dapat dilihat dengan alat penglihatannya. Sebaliknya merasa sulit
belajar apabila dihadapkan bahan-bahan bentuk suara, atau gerakan.28 Dari beberapa
pengertian di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa orang yang menggunakan gaya
belajar visual memperoleh informasi dengan memanfaatkan alat indera mata. Orang
dengan gaya belajar visual senang mengikuti ilustrasi, membaca instruksi, mengamati
gambar-gambar, meninjau kejadian secara langsung, dan sebagainya.
27 Ricki Linksman, Cara Belajar Cepat, (Semarang: Dahara Prize, 2004), h. 106-10928 Abu ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h.
84-85.
22
b. Gaya Belajar Auditorial
Gaya belajar auditorial adalah gaya belajar dengan cara mendengar. Orang
dengan gaya belajar ini, lebih dominan dalam menggunakan indera pendengaran
untuk melakukan aktivitas belajar. Dengan kata lain, ia mudah belajar, mudah
menangkap stimulus atau rangsangan apabila melalui alat indera pendengaran
(telinga). Orang dengan gaya belajar auditorial memiliki kekuatan pada
kemampuannya untuk mendengar.29 Oleh karena itu, mereka sangat mengandalkan
telinganya untuk mencapai kesuksesan belajar, misalnya dengan cara mendengar
seperti ceramah, radio, berdialog, dan berdiskusi. Selain itu, bisa juga mendengarkan
melalui nada (nyanyian/lagu).30
Gaya belajar ini biasanya disebut juga sebagai gaya belajar pendengar. Orang-
orang yang memiliki gaya belajar pendengar mengandalkan proses belajarnya melalui
pendengaran (telinga). Mereka memperhatikan sangat baik pada hal-hal yang
didengar. Mereka juga mengingat sesuatu dengan cara “melihat” dari yang tersimpan
ditelinganya. Pada umumnya, seorang anak yang memiliki gaya belajar auditori ini
senang mendengarkan ceramah, diskusi, berita di radio, dan juga kaset pembelajaran.
Mereka senang belajar dengan cara mendengarkan dan berinteraksi dengan orang
lain.31
29 Sukadi, op .cit., h. 9830 Subini, op. cit., h. 11931 Robert Steinbach, Succesfull Lifelong Learning, terj. Kumala Insiwi Suryo, (Jakarta:
Victory Jaya Abadi, 2002), h. 29.
23
Orang-orang dengan gaya belajar auditori, biasanya mereka sangat peka pada
gangguan auditori. Jika mereka sedang mendengarkan penjelasan guru mereka akan
merasa terganggu bila ada suara-suara di sekitarnya. Seperti suara mobil, dengung
AC, suara orang yang sedang makan, atau suara kebisingan lain dapat mengganggu
konsentrasi belajar mereka. Karena mereka tidak bisa mengabaikan suara-suara itu
layaknya tipe visual, maka mereka memprogram diri agar hanya mendengarkan suara
guru atau dosen atau pikiran mereka sendiri
Seseorang yang memiliki gaya belajar auditori dalam kesehariannya mereka
selalu memerlukan stimuli auditori secara terus-menerus. Mereka tidak akan betah
dengan kesunyian. Jika keadaan terlalu sunyi, mereka merasa tidak nyaman dan akan
berusaha memecahkan kesunyian dengan bersenandung, menyanyi, berbisik,
berbicara keras-keras, mendengarkan radio, atau menelepon orang lain. Mereka juga
suka membuka percakapan dan mendiskusikan segala sesuatu secara panjang lebar.
Bahkan mungkin juga menanyakan berbagai hal dan mengajak bicara orang-orang di
sekelilingnya.32
Hal-hal yang dilakukan oleh seorang yang memiliki gaya belajar auditori
untuk mempercepat proses belajarnya yaitu harus membaca secara sepintas terlebih
dahulu. Mereka perlu membayangkan teks yang ada seperti sebuah film dengan
disertai efek suara, aksen dan nada suara, perasaan, dan musik untuk membuat materi
menjadi lebih hidup. Dengan kosa kata yang menggambarkan suarasuara yang indah.
Mereka biasanya bisa lebih memahami bacaan jika dibaca dengan suara keras.
32 Ricki Linksman, Cara Belajar Cepat, (Semarang: Dahara Prize, 2004), h. 126-127
24
Mereka juga suka menggerakkan bibir dan mengucapkan tulisan di buku ketika
sedang membaca. Hal itu dilakukan agar mereka lebih memahami materi daripada
hanya sekedar dibaca di dalam hati.
Seorang dengan gaya belajar auditori sangat menyukai musik, suara-suara,
irama, nada suara, dan memiliki kemampuan sensor kata yang sangat kuat. Mereka
sangat peka pada suara yang mungkin bagi orang lain tidak berarti sama sekali.
Mereka senang pada suara-suara indah, melodi yang manis, dan suara yang
menyenangkan hati. Biasanya mereka merasa terganggu dengan suara nyaring seperti
suara sirine, ketukan palu, atau suara kebisingan. Mereka bisa mengingat materi
pelajaran dengan film mental, efek suara, musik imajiner, dan dialog-dialog. Tekhnik
asosiasi semacam ini membantu tipe auditori dalam mempelajari subjek-subjek
abstrak seperti struktur bahasa, pengejaan, kosa kata, bahasa asing, dan lain-lain.33
Anak yang bertipe auditorial, mudah mempelajari bahan-bahan yang disajikan
dalam bentuk suara (ceramah), begitu guru menerangkan ia cepat menangkap bahan
pelajaran, disamping itu kata dari teman (diskusi) atau suara radio/casette ia mudah
menangkapnya. Pelajaran yang disajikan dalam bentuk tulisan, perabaan, gerakan-
gerakan yang ia mengalami kesulitan.34 Dari beberapa pengertian di atas dapat di
ambil kesimpulan bahwa orang yang menggunakan gaya belajar Auditorial
memperoleh informasi dengan memanfaatkan alat indera telinga. Untuk mencapai
33 Ibid., h. 13834 Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, op. cit., h. 85
25
kesuksesan belajar, orang yang menggunakan gaya belajar auditorial bisa belajar
dengan cara mendengar seperti ceramah, radio, berdialog, dan berdiskusi.
c. Gaya belajar Kinestetik
Gaya belajar kinestetik adalah gaya belajar dengan cara bergerak, bekerja, dan
menyentuh. Maksudnya ialah belajar dengan mengutamakan indera perasa dan
gerakan-gerakan fisik. Orang dengan gaya belajar ini lebih mudah menangkap
pelajaran apabila ia bergerak, meraba, atau mengambil tindakan. Misalnya, ia baru
memahami makna halus apabila indera perasanya telah merasakan benda yang
halus.35
Gaya belajar ini biasanya disebut juga sebagai gaya belajar penggerak. Hal ini
disebabkan karena anak-anak dengan gaya belajar ini senantiasa menggunakan dan
memanfaatkan anggota gerak tubuhnya dalam proses pembelajaran atau dalam usaha
memahami sesuatu. Bagi pembelajar kinestetik, kadang-kadang membaca dan
mendengarkan merupakan kegiatan yang membosankan. Instruksi-instruksi yang
diberikan secara tertulis maupun lisan seringkali mudah dilupakannya. Mereka
memiliki kecenderungan lebih memahami tugas-tugasnya bila mereka mencobanya36
Seseorang yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar dengan cara
menggerakkan otot-otot motorik mereka secara imajinatif, kreatif, mengalir,
terstruktur. Mereka tidak berfikir dalam uraian kata-kata, tapi mengumpulkan
informasi secara intuitif. Gaya belajar ini bukanlah merupakan tipe pendengar yang
35 Sukadi, op. cit., h. 10036 Suparman S, Gaya Mengajar yang Menyenangkan Siswa, (Jogjakarta: Pinus Book
Publisher, 2010), h. 68-69
26
baik karena mereka senang bergerak, dan pikiran mereka bekerja dengan sangat baik
justru pada saat matanya tidak tertuju pada lawan bicara, tetapi saat yang terbaik
adalah ketika ia sedang bergerak. Mereka bisa menjadi pendengar yang baik saat
mata mereka tidak terfokus ke satu titik atau tidak melihat ke arah lawan bicara .
Memori mereka juga lebih baik justru pada saat mereka banyak bergerak. Saat
mereka bergerak mereka bisa relaks dan berkonsentrasi.
Seseorang dengan gaya belajar kinestetis bukan merupakan tipe pendengar
atau pencerna kata-kata, maka bacaan tidak terlalu penting bagi mereka. Irama musik
merangsang otot-otot mereka untuk bergerak mengikuti alunan musik. Dengan cara
ini stress mereka berkurang dan perhatian serta motivasi mereka lebih meningkat.
Walaupun seseorang dengan gaya belajar kinestetik menanggapi perhatian fisik dan
banyak bergerak, namun para pelajar kinestetik ini cenderung berbicara dengan
lambat. Berbeda dengan pelajar visual yang berbicara dengan kecepatan bicara yang
cepat, auditori dengan kecepatan berbicara sedang, para pelajar kinestetik berbicara
dengan perlahan dan pelan. Banyak juga para pelajar yang tidak senang pada
penjelasan yang panjang lebar, tetapi mereka membutuhkan sesuatu yang nyata.
Mereka membutuhkan seorang guru yang bisa berperan sebagai pelatih,
menggunakan kata-kata kunci dan perbuatan, serta memberikan bimbingan bila
mereka membutuhkannya.37
Materi yang nyata dan manipulatif sangat penting bagi seseorang dengan gaya
37 Linksman, op. cit., h. 181-186
27
belajar kinestetis, karena mereka dapat menggunakan keseluruhan bagian tubuh,
bukan hanya menggerakkan tangan mereka saja tapi anggota tubuh yang lain. Bagi
para siswa dengan gaya belajar kinestetis ini mendengarkan guru atau penjelasan
verbal saja tidak akan cukup bagi mereka. Mereka akan lebih memahami materi
pelajaran jika diberi penjelasan sekaligus dipraktikkan di depan kelas. Untuk
mempermudah membaca, seorang dengan gaya belajar visual ini harus terlibat secara
langsung dengan bacaan tersebut dengan cara mempraktikkannya secara fisik atau
sekedar membayangkan sedang melakukan seperti apa yang tertulis di buku tersebut.
Banyak juga dari orang-orang dengan tipe kinestetik yang menggunakan jari mereka
sebagai penunjuk ketika membaca buku. Untuk mengingat materi yang ada di buku,
mereka menyimpan dalam memori mereka dengan mengubahnya secara mental
menjadi sebuah rangkaian film bergerak di dalam otak. Mereka akan lupa jika mereka
tidak melakukannya.
Individu yang bertipe ini, mudah mempelajari bahan yang berupa tulisan-
tulisan, gerakan-gerakan, dan sulit mempelajari bahan yang berupa suara atau
penglihatan. Selain itu, belajar secara kinestetik berhubungan dengan praktik atau
pengalaman belajar secara langsung.38 Dari pengertian di atas dapat di ambil
kesimpulan bahwa orang yang menggunakan gaya belajar kinestetik memperoleh
informasi dengan mengutamakan indera perasa dan gerakan-gerakan fisik. Individu
yang mempunyai gaya belajar kinestetik mudah menangkap pelajaran apabila ia
38 Subini, op. cit., h. 119
28
bergerak, meraba, atau mengambil tindakan. Selain itu dengan praktik atau
pengalaman belajar secara langsung.
Pada dasarnya, dalam diri setiap manusia terdapat tiga gaya belajar. Akan
tetapi ada di antara gaya belajar yang paling menonjol pada diri seseorang. Disini
peneliti membahas tiga ciri gaya belajar, yaitu ciri gaya belajar Visual, Auditorial dan
Kinestetik.
a. Ciri-ciri yang menonjol dari mereka yang memiliki tipe gaya belajar Visual:
1) Senang kerapian dan ketrampilan.2) Jika berbicara cenderung lebih cepat.3) Ia suka membuat perencanaan yang matang untuk jangka panjang.4) Sangat teliti sampai ke hal-hal yang detail sifatnya.5) Mementingkan penampilan, baik dalam berpakaian maupun presentasi.6) Lebih mudah mengingat apa yang di lihat, dari pada yang di dengar.7) Mengingat sesuatu dengan penggambaran (asosiasi) visual.8) Ia tidak mudah terganggu dengan keributan saat belajar (bisa membaca
dalam keadaan ribut sekali pun).9) Ia adalah pembaca yang cepat dan tekun.10) Lebih suka membaca sendiri dari pada dibacakan orang lain.11) Tidak mudah yakin atau percaya terhadap setiap masalah atau proyek
sebelum secara mental merasa pasti.12) Suka mencoret-coret tanpa arti selama berbicara di telepon atau dalam
rapat.13) Lebih suka melakukan pertunjukan (demonstrasi) dari pada berpidato.14) Lebih menyukai seni dari pada musik.15) Sering kali mengetahui apa yang harus dikatakan, akan tetapi tidak pandai
memilih kata-kata.16) Kadang-kadang suka kehilangan konsentrasi ketika mereka ingin
memperhatikan.39
Ciri-ciri bahasa tubuh yang menunjukkan seseorang gaya belajar Visual yaitu
biasanya duduk tegak dan mengikuti penyaji dengan matanya.40
39 Sukadi, op. cit., h. 96-98
29
b. Ciri-ciri yang menonjol dari mereka yang memiliki tipe gaya belajar
Auditorial:
1) Saat bekerja sering berbicara pada diri sendiri.2) Mudah terganggu oleh keributan atau hiruk pikuk disekitarnya.3) Sering menggerakkan bibir dan mengucapkan tulisan dibuku ketika
membaca.4) Senang membaca dengan keras dan mendengarkan sesuatu.5) Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama, dan warna suara
dengan mudah.6) Merasa kesulitan untuk menulis tetapi mudah dalam bercerita.7) Biasanya ia adalah pembicara yang fasih.8) Lebih suka musik dari pada seni yang lainnya.9) Lebih mudah belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang
didiskusikan dari pada yang dilihat.10) Suka berbicara, berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu dengan panjang
lebar.11) Lebih pandai mengeja dengan keras dari pada menuliskannya.41
Ciri-ciri bahasa tubuh yang menunjukkan seseorang gaya belajar Auditorial
yaitu sering mengulang dengan lembut kata-kata yang di ucapkan penyaji, atau sering
menggunakan kepalanya saat fasilitator menyajikan informasi lisan. Pelajar tipe ini
sering “memainkan sebuah kaset dalam kepalanya” saat ia mencoba mengingat
informasi. Jadi, mungkin ia akan memandang ke atas saat ia melakukannya.42
c. Ciri-ciri yang menonjol dari mereka yang memiliki tipe gaya belajar
kinestetik:
1) Berbicara dengan perlahan2) Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka3) Berdiri dekat ketika berbicara dengan orang4) Selalu berorientasi dengan sifik dan banyak bergerak
40 Gordon Dryden dan Jeannette Vos, Revolusi Cara Belajar (the Learning Revolution):Belajar akan Efektif Kalau Anda dalam Keadaan “Fun”, (Bandung: Kaifa, 2002), h. 364.
41 Skadi, op. cit., h. 99-10042 Gordon Dryden dan Jeannette Vos, op. cit., h. 364
30
5) Menghafal dengan cara berjalan dan melihat6) Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca7) Banyak menggunakan isyarat tubuh8) Tidak dapat duduk diam untuk waktu lama9) Memungkinkan tulisannya jelek10) Ingin melakukan segala sesuatu11) Menyukai permainan yang menyibukkan.43
Ciri-ciri bahasa tubuh yang menunjukkan seseorang gaya belajar Kinestetik
yaitu sering memnunduk saat ia mendengarkan.44
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Gaya Belajar
Gaya belajar yang digunakan merupakan kunci untuk mengembangkan
kinerja dalam belajar. Perlu disadari bagaimana orang yang satu dengan yang lain
menyerap dan menggali informasi, dan dapat menjadikan belajar dan berkomunikasi
lebih mudah dengan gaya sendiri. Sebagian siswa dapat belajar paling baik dengan
pencahayaan terang, sedangkan sebagian siswa lain dengan pencahayaan yang suram.
Ada siswa yang belajar paling baik secara berkelompok, sedangkan yang lain
memilih belajar dengan adanya figur yang otoriter seperti gutu atau orangtua, yang
lain merasa bahwa bekerja sendirilah yang paling efektif bagi mereka. Sebagian
orang memerlukan musik sebagai iringan belajar, sedangkan yang lain tidak dapat
berkonsentrasi kecuali dalam keadaan sepi. Ada siswa yang memerlukan lingkungan
belajar yang teratur dan rapi, tetapi ada yang lebih suka menggelar segala sesuatunya
supaya dapat dilihat.45
43 Bobby DePorter dan Mike Hernacki, op. cit., h. 118-120.44 Gordon Dryden dan Jeannette Vos, op. cit., h. 364.45 Qodriyah, Belajar dan Motivasi Belajar dan Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2011), h. 27
31
Ketika belajar siswa perlu berkonsentrasi dengan baik. Untuk bisa
berkonsentrasi dengan baik, perlu adanya lingkungan yang medukung belajar siswa.
Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi konsentrasi belajar siswa, antara lain:
a. Suara
Tiap siswa mempunyai reaksi yang berbeda-beda terhadap suara, ada yang
menyukai belajar dengan mendengarkan musik lembut, keras, ataupun
menonton televisi. Ada juga yang menyukai belajar dalam suasana sepi dan
ada juga yang menyukai belajar dalam suasana ramai dalam kelompok.
b. Pencahayaan
Pencahayaan merupakan faktor yang pengaruhnya kurang dirasakan
dibandingkan pengaruh suara.
c. Temperatur
Tiap siswa juga mempunyai selera yang berbeda-beda. Ada yang suka tempat
sejuk, ada juga yang lebih menyukai tempat yang hangat ketika belajar.
d. Desain belajar
Desain belajar ada dua macam, yaitu desaian belajar formal dan desai belajar
tidak formal. Desain formal contohnya belajar di meja dengan alat-alatnya,
sedangkan belajar tidak formal dengan belajar santai, duduk di lantai ataupun
sambil tiduran.46
46 Ibid., h. 28-29
32
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan digunakan untuk mencari persamaan dan
perbedaan ataran penelitian orang lain dengan penelitian yang dilakukan penulis
atau membandingkan penelitian yang satunya dengan yang lainnya. Beberapa
penelitian terdahulu dan relevan dengan variabel penelitian yang dilakukan oleh
penulis adalah sebagai berikut:
1. Siti Aisya Mu`min melakukan penelitian dengan judul Regulasi Diri dalam
Belajar Mahasiswa Yang Bekerja. Hasil penelitiannya menunjukkan
mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Kendari yang
bekerja berjumlah 107 orang atau 9,94 %. Mahasiswa tersebut ada yang
bekerja setiap hari, akhir pekan dan ada yang bekerja pada libur kuliah saja.
Mahasiswa yang bekerja pada akhir pekan memiliki regulasi diri dalam
belajar yang baik, mereka dapat mengatur waktu belajar dan mengerjakan
tugas perkuliahan dengan baik. Disamping itu, mereka juga memiliki
prestasi belajar yang baik.47
2. Siti Aisya Mu`min melakukan penelitian dengan judul Variasi Individu
dalam Pembelajaran. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa masing-
masing individu memiliki sejumlah gaya belajar dan berpikir, demikian pula
inteligensi dan kepribadian mereka. Gaya belajar dan berpikir yang sering
kita jumpai adalah gaya impulsive/reflektif dan gaya mendalam/dangkal.
47 Sitti Aisyah Mu'min, Regulasi Diri dalam Belajar Mahasiswa Yang Bekerja, Jurnal Al-Ta’dib IAIN Kendari Vol. 9 No. 1, Januari-Juni, h. 1-20
33
Inteligensi merupakan keahlian memecahkan masalah dan kemampuan
untuk beradaptasi pada, dan belajar dari, pengalaman hidup sehari-hari.
Menurut teori triarkis Stenberg, inteligensi muncul dalam bentuk analitis,
kreatif dan praktis. Sedangkan Gardner mengemukakan delapan tipe
inteligensi yaitu: inteligensi verbal, matematika, spasial, tubuh-kinestetik,
music, intrapersonal, interpersonal, dan naturalis. Kepribadian yang
didefinisikan sebagai pemikiran, emosi dan perilaku yang khas yang menjadi
cirri dari cara individu untuk beradaptasi dengan dunianya. Para psikolog
mengidentifikasi lima besar atau the big five factor kepribadian , yaitu
stabilitas emosional, ekstraversi, keterbukaan terhadap pengalaman,
agreeableness dan conscientiousness. Hal lain yang juga berkaitan dengan
kepribadian adalah temperamen yang diartikan sebagai gaya perilaku
seseorang dan cara merespons yang khas. Psikolog mengidentifikasi tiga
gaya temperamen dasar, yakni: easy, difficult dan slow-to-warm-up.
Berdasarkan pengetahuan tentang variasi individual tersebut, membantu
guru dalam menentukan strategi dan gaya mengajar yang tepat di kelas.48
3. Jafriansen Danamik, melakukan penelitian dengan judul Gaya Belajar
Mahasiswa yang Bekerja: Penelitian Di STKIP Purnama Jakarta. Hasil
penelitiannya menujukan bahwa: mahasiswa STKIP Purnama pada
umumnya memiliki gaya belajar auditori. Mereka lebih suka dan lebih
48 Sitti Aisyah Mu'min, Variasi Individu dalam Pembelajaran, Jurnal Al-Ta’dib IAINKendari, Vol. 7 No. 1 Januari-Juni 2014. h. 68-83
34
mengandalkan tatap muka dengan dosen dengan mendengarkan penjelasan
dan diskusi atau tanya jawab. Sedangkan bagi mahasiswa yang pada saat
pagi dan siang hari bekerja dan pada saat sore dan malam hari mengikuti
perkuliahan di kampus STKIP Purnama, hanya memiliki sedikit waktu untuk
membaca buku atau diktat yang ditentukan oleh dosen. Kegiatan tatap muka
dengan setiap dosen di kelas menjadi kesempatan penting dan utama bagi
mahasiswa yang sedang bekerja. Dengan gaya belajar auditori mahasiswa
akan dapat dengan mudah memahami penjelasan tentang materi perkuliahan
oleh setiap dosen di kelas. Di samping itu juga terdapat mahasiswa STKIP
Purnama yang memiliki gaya belajar visual. Mereka lebih mengandalkan
bacaan buku atau diktat yang disediakan oleh dosen, disamping
mendengarkan penjelasan dan diskusi atau tanya jawab. Mereka
memanfaatkan waktu luang atau waktu istirahat kerja untuk membaca buku
atau diktat, sesuai dengan mata kuliah atau materi kuliah yang sedang
dipelajari di kampus.49
49 Jafriansen Danamik, Gaya Belajar Mahasiswa yang Bekerja: Penelitian Di STKIPPurnama Jakarta, J D P Volume 8, Nomor 1, April 2015: 25-34
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif yaitu
penelitian yang dilakukan untuk mengetahui secara objektif suatu aktifitas dengan
tujuan menemukan pengetahuan baru yang sebelumnya belum pernah diketahui.1
Dalam penelitian ini penulis mencari data faktual dan akurat secara sistematis dari
suatu aktifitas kemudian dideskripsikan secara kualitatif, yaitu menggambarkan objek
penelitian dalam lingkungan hidupnya sesuai hasil pengamatan dan pengkajian
dimana hasil yang akan dimunculkan bukan hanya dari modifikasi, tetapi dapat
menambah khazanah keilmuan.2 Oleh karena itu, penelitian ini harus dilakukan
berdasarkan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif, berupa data-data
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku serta keadaan yang dapat diamati.3
Jadi, penulis dalam penelitian ini menjadi partisipan yang aktif dengan responden
untuk dapat memahami lebih jauh dalam menginterpretasikan suatu makna peristiwa
interaksi.4 Sehingga menghasilkan data yang baru, mengenai hasil penelitian yang
ditemukan.
1 Sugiono, Metodologi Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R & D (Bandung, CV Alvabeta,2006), h. 4
2 Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Rake Sarasih, 2000), h. 153 Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2008),
h. 384 Sujarwo, Metodologi Penelitian Sosial, Cet:I (Bandar Lampung : CV. Mandar Maju, 2001),
h. 45