Purwanto, dalam bukunya psikologi pendidikan berpendapat ...

28
8 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Gaya Belajar Mahasiswa 1. Pengertian Belajar dan Gaya Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dan interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Purwanto, dalam bukunya psikologi pendidikan berpendapat bahwa “belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.” 1 Belajar adalah perubahan tingkah laku yang menyerupai proses pertumbuhan dimana semua itu melalui penyesuaian terhadap situasi melalui rangsangan. Belajar adalah perubahan yang relatif permanen. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Sudjana, mendefinisikan “belajar sebagai suatu proses yang ditandai dengan perubahan pada diri seseorang.” 2 Sardiman menegaskan bahwa “Belajar itu sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju ke perkembangan pribadi 1 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h.81-82. 2 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (CV. Sinar Baru: Bandung, 2010), h. 28

Transcript of Purwanto, dalam bukunya psikologi pendidikan berpendapat ...

Page 1: Purwanto, dalam bukunya psikologi pendidikan berpendapat ...

8

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Gaya Belajar Mahasiswa

1. Pengertian Belajar dan Gaya Belajar

Belajar merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan tingkah laku

sebagai hasil dan interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah

laku. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Purwanto, dalam bukunya psikologi pendidikan berpendapat bahwa “belajar

adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai

suatu hasil dari latihan atau pengalaman.”1 Belajar adalah perubahan tingkah laku

yang menyerupai proses pertumbuhan dimana semua itu melalui penyesuaian

terhadap situasi melalui rangsangan. Belajar adalah perubahan yang relatif permanen.

Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan

perilakunya.

Sudjana, mendefinisikan “belajar sebagai suatu proses yang ditandai dengan

perubahan pada diri seseorang.”2 Sardiman menegaskan bahwa “Belajar itu sebagai

rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju ke perkembangan pribadi

1 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h.81-82.2 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (CV. Sinar Baru: Bandung, 2010),

h. 28

Page 2: Purwanto, dalam bukunya psikologi pendidikan berpendapat ...

9

manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah

kognitif, afektif, dan psikomotorik”.3

Belajar merupakan salah satu cara manusia untuk memanfaatkan akal, belajar

juga merupakan suatu kegiatan yang terjadi pada semua orang tanpa mengenal batas

usia dan berlangsung selama seumur hidup. Belajar juga merupakan proses penting

bagi perubahan perilaku manusia yang mencakup segala yang dipikirkan dan

dikerjakan, dan sebaiknya belajar ini dibiasakan sejak manusia masih kecil.

Proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang

paling pokok. Ini berarti berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan hanya

bergantung kepada proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik.

Menurut teori Behavioristik belajar adalah

Perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulusdan respon. Dengan kata lain belajar merupakan bentuk perubahan yangdialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan carayang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.4

Jadi, seseorang yang belajar akan mengalami perubahan pada tingkah laku.

Misalnya siswa belum mampu untuk mengerjakan sholat. Walaupun dia sudah

berusaha, dan gurunya juga sudah mengajarkan dengan tekun, namun jika siswa

tersebut belum dapat melaksanakan ibadah shalat maka belum dianggap belajar.

Karena dia belum dapat menunjukkan perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar.

3 Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Press, 2010),h. 21

4 C. Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), h. 20.

Page 3: Purwanto, dalam bukunya psikologi pendidikan berpendapat ...

10

Agama Islam, mencari ilmu pengetahuan sangatlah dianjurkan untuk

menjalani kehidupan di dunia. Manusia diciptakan Allah SWT dalam keadaan

sempurna dibanding dengan makhluk lain karena manusia dibekali akal untuk

berpikir. Sehingga manusia disuruh untuk belajar, bukti yang mendasari perintah

untuk belajar yaitu terdapat pada Al- Quran surat Al-Alaq ayat 1-5, merupakan ayat

pertama yang diturunkan Allah SWT.

Terjemahnya:

1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan.2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah.4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam.5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.5

Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses

perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan

lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahanperubahan tersebut

akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat didefinisikan

sebagai berikut: Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

5 Departemen Agama R.I., al Quran dan Terjemahnya, (Bandung: Doponegoro, 2007), h. 597

Page 4: Purwanto, dalam bukunya psikologi pendidikan berpendapat ...

11

pengalaman, (learning is defined as the modification or strengthening of behavior

through experiencing).6

Dari pendapat-pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu

proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan

sebagai hasil dari berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman sikap,

tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain

yang ada pada individu yang belajar. Proses terjadinya belajar sangat sulit diamati.

Karena itu orang cenderung melihat tingkah laku manusia untuk disusun menjadi

pola tingkah laku yang akhirnya tersusunlah suatu model yang menjadi prinsip-

prinsip belajar yang bermanfaat sebagai bekal untuk memahami, mendorong dan

memberi arah kegiatan belajar.

Prinsip-prinsip belajar yang dapat dilaksanakan dalam situasi dan kondisi

yang berbeda dan oleh setiap peserta didik secara individual adalah sebagai berikut:

a. Berdasar prasyarat yang diperlukan untuk belajar. Dalam belajar peserta

didik diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing

untuk mencapai tujuan intruksional.

b. Sesuai hakikat belajar. Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara

sesuatu dengan yang lain) sehingga mendapat pengertian yang diharapkan

stimulus yang diberikan dapat menimbulkan respon yang diharapkan.

6 Slameto, Belajar & Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta, 2010),h. 2.

Page 5: Purwanto, dalam bukunya psikologi pendidikan berpendapat ...

12

c. Sesuai materi atau bahan yang akan dipelajari. Belajar bersifat keseluruhan

dan materi itu harus memiliki struktur penyajian yang bisa ditangkap

pengertiannya.

Gaya belajar terdiri dari kata gaya dan belajar. Gaya belajar adalah kombinasi

dari menyerap mengatur dan mengolah informasi agar mudah dipahami. Dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia, gaya adalah tingkah laku, gerak gerik dan sikap.7

Sedangkan belajar adalah berusaha memeroleh kepandaian atau menuntut ilmu.8

Skinner, dalam bukunya Educational Psychology menjelaskan pengertian belajar

yakni Learning is a process of progressive behavior adaptation.9 Belajar adalah suatu

proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.

Sedangkan menurut Slameto, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya.10

Setiap manusia yang lahir ke dunia ini selalu berbeda satu sama lainnya. Baik

bentuk fisik, tingkah laku, sifat, maupun berbagai kebiasaan lainnya. Tidak ada

satupun manusia yang memiliki bentuk fisik, tingkah laku dan sifat yang sama

walaupun kembar sekalipun. Suatu hal yang perlu kita ketahui bersama adalah bahwa

7 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar BahasaIndonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 422

8 Ibid., h. 23.9 Charles E. Skinner, Educational Psychology, (New York: Prentice-hall, 1998), h. 19910 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Memengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005),

h. 2

Page 6: Purwanto, dalam bukunya psikologi pendidikan berpendapat ...

13

setiap manusia memiliki cara menyerap dan mengolah informasi yang diterimanya

dengan cara yang berbeda satu sama lainnya. Ini sangat tergantung pada gaya

belajarnya. Seperti yang dijelaskan oleh Uno, bahwa pepatah mengatakan “lain

ladang, lain ikannya. Lain orang, lain pula gaya belajarnya”. Peribahasa tersebut

memang pas untuk menjelaskan fenomena bahwa tak semua orang punya gaya belajar

yang sama. Termasuk apabila mereka bersekolah disekolah yang sama atau bahkan

duduk dikelas yang sama.11

Sukadi menjelaskan bahwa “gaya belajar yaitu kombinasi antara cara

seseorang dalam menyerap pengetahuan dan cara mengatur serta mengolah informasi

atau pengetahuan yang didapat.”12 Sedangkan menurut Nasution, “gaya belajar adalah

cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid dalam menangkap stimulus

atau informasi, cara mengingat, berpikir, dan memecahkan soal.”13

Menurut DePorter & Hernacki, “gaya belajar merupakan suatu kombinasi dari

bagaimana ia menyerap, dan kemudian mengatur serta mengolah informasi.”14

Menurut Fleming dan Mills, “gaya belajar merupakan kecenderungan siswa untuk

mengadaptasi strategi tertentu dalam belajarnya sebagai bentuk tanggung jawabnya

untuk mendapatkan satu pendekatan belajar yang sesuai dengan tuntutan belajar di

kelas/sekolah maupun tuntutan dari mata pelajaran.” Willing mendefinisikan, “gaya

11 Hamzah B. Uno,Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara,2008), h. 180.

12 Sukadi, Progressive Learning, (Bandung: MSQ Publishing, 2008), h. 9313 S. Nasition, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar, (Jakarta: Bumi

Aksara, 2011), h. 9414 Bobby DePorter dan Mike Hernacki, Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman

dan Menyenangkan, (Bandung: Kaifa, 1999), h. 110

Page 7: Purwanto, dalam bukunya psikologi pendidikan berpendapat ...

14

belajar sebagai kebiasaan belajar yang disenangi oleh pembelajar. Keefe memandang

gaya belajar sebagai cara seseorang dalam menerima, berinteraksi, dan memandang

lingkungannya.”15 Adapun gaya belajar yang dimaksud dalam proposal ini adalah

cara mahasiswa mempelajari materi yang didasarkan pada gaya belajar yang mereka

miliki yaitu: gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik.

Menurut DePorter & Hernacki, gaya belajar seseorang adalah kunci untuk

mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, disekolah, dan dalam situasi antar pribadi.

Rina Dunn, seorang pelopor di bidang gaya belajar, telah menemukan banyak

variabel yang mempengaruhi cara belajar orang. Ini mencakup faktor- faktor fisik,

emosional, sosiologis, dan lingkungan. Sebagian orang, misalnya, dapat belajar

paling baik dengan cahaya yang terang, sedang sebagian yang lain dengan

pencahayaan yang suram. Ada orang yang belajar paling baik secara berkelompok,

sedang yang lain lagi memilih adanya figur otoriter seperti orang tua atau guru, yang

lain merasa bahwa bekerja sendirilah yang paling efektif bagi mereka. Sebagian

orang memerlukan musik sebagai latar belakang, sedang yang lain tidak dapat

berkonsentrasi kecuali dalam ruangan sepi. Ada orang-orang yang memerlukan

lingkungan kerja yang teratur dan rapi, tetapi yang lain lebih suka menggelar segala

sesuatunya supaya semua dapat terlihat.

Walaupun masing-masing peneliti menggunakan istilah yang berbeda dan

menemukan berbagai cara untuk mengatasi gaya belajar seseorang, telah disepakati

secara umum adanya dua kategori utama tentang bagaimana kita belajar. Pertama,

15 Ibid., h. 110

Page 8: Purwanto, dalam bukunya psikologi pendidikan berpendapat ...

15

bagaimana kita menyerap informasi dengan mudah (modalitas) dak kedua, cara kita

mengatur dan mengolah informasi tersebut (dominasi otak). Selanjutnya, jika

seseorang telah akrab dengan gaya belajarnya sendiri, maka dia dapat membantu

dirinya sendiri dalam belajar lebih cepat dan lebih mudah.16

Belajar atau menuntut ilmu dalam Islam merupakan suatu kewajiban bagi

setiap muslim. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. at Taubah [9]: 122 sebagai

berikut:

Terjemahnya:

Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapatidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untukmemperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatankepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itudapat menjaga dirinya.17

Dari ayat tersebut menunjukkan bukti bahwa Islam menuntut agar umatnya

berilmu, sedangkan sebagai alat untuk memeperoleh ilmu adalah dengan belajar.

Ajaran Islam menganjurkan agar manusia menggunakan potensi-potensi atau organ

psiko-psikis, seperti akal, indera penglihatan (mata), dan pendengaran (telinga) untuk

melakukan kegiatan belajar. Sebagai alat belajar, akal merupakan potensi kejiwaan

manusia berupa sistem psikis yang kompleks untuk menyerap, mengolah,

16 Ibid., h. 110-11217 Departemen Agama RI, al Quran dan Terjemahnya, (Bandung: Diponegoro, 2007), h. 187

Page 9: Purwanto, dalam bukunya psikologi pendidikan berpendapat ...

16

menyimpan, dan memproduksi kembali item-item informasi dan ilmu pengetahuan.

Selanjutnya, mata dan telinga merupakan alat fisik yang berguna untuk menerima

informasi visual dan informasi verbal.18

Tiap individu memiliki kekhasan sejak lahir dan diperkaya melalui

pengalaman hidup. Semua orang belajar melalui alat inderawi, baik penglihatan,

pendengaran, dan kinestetik (sentuhan/gerakan). Setiap orang memiliki kekuatan

belajar atau gaya belajar. Jika seseorang semakin mengenal baik gaya belajar yang

dimiliki maka akan semakin mudah dan lebih percaya diri dalam menguasai

keterampilan dan konsep-konsep dalam kehidupan.

Setiap manusia di dunia ini memiliki gaya tersendiri dalam berbusana,

berbicara dan juga gaya hidup yang berbeda antara satu sama lain. Begitu pula

dengan gaya belajar. Keanekaragaman cara mahasiswa dalam belajar disebut dengan

gaya belajar, ada pula yang menyebutnya dengan modalitas belajar. Setiap mahasiswa

memiliki gaya belajarnya sendiri, hal itu diumpamakan seperti tanda tangan yang

khas bagi dirinya sendiri.19 Pengetahuan tentang gaya belajar siswa sangat penting

untuk diketahui guru, orang tua, dan siswa itu sendiri, karena pengetahuan tentang

gaya belajar ini dapat digunakan untuk membantu memaksimalkan proses

18 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja GrafindoPersada, 2006), h. 54.

19 Paul Ginnis, Trik dan Taktik Mengajar, Strategi Meningkatkan Pencapaian Pengajaran diKelas, terj. Wasi Dewanto, (Jakarta: Macanan Jaya Cemerlang, 2008), h. 41.

Page 10: Purwanto, dalam bukunya psikologi pendidikan berpendapat ...

17

pembelajaran agar hasil pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan tujuan yang

diharapkan.20

Levie & Levie yang dikutip Arsyad membaca kembali hasil-hasil penelitian

tentang belajar melalui stimulus gambar dan stimulus kata atau visual dan verbal

menyimpulkan bahwa stimulus visual membuahkan hasil belajar yang lebih baik

untuk tugas-tugas seperti mengingat, mengenali, mengingat kembali dan

menghubungkan fakta dan konsep. Baugh dan Achsin memiliki pandangan yang

searah mengenai hal itu. Perbandingan memperoleh hasil belajar melalui indra

pandang dan indra dengar sangat menonjol perbedaannya kurang lebih 90% hasil

belajar seseorang diperoleh melalui indra pandang (visual), dan hanya sekitar 5%

diperoleh melalui indera dengar (auditorial), dan 5% lagi dengan indera lainnya

(kinestetik). Sementara itu, Dale memperkirakan bahwa perolehan hasil belajar

melalui indera pandang (visual) berkisar 75%, melalui indera dengar (auditorial)

sekitar 13% dan melalui indera lainnya (termasuk dalam kinestetik) sekitar 12%.21

Seluruh definisi gaya belajar di atas tampak tidak ada yang bertentangan,

melainkan memiliki kemiripan antara yang satu dengan yang lainnya. Definisi-

definisi gaya belajar tersebut secara subtansial tampak saling melengkapi.

Berdasarkan keterangan-keterangan di atas maka penulis mengambil kesimpulan

bahwa gaya belajar yaitu suatu cara pandangan pribadi terhadap peristiwa yang

dilihat dan di alami. Oleh karena itulah pemahaman, pemikiran, dan pandangan

20 Adi W. Gunawan, Genius Learning Strategy: Petunjuk Praktis untuk MenerapkanAccelarated Learning, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003), h. 141.

21 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h. 9.

Page 11: Purwanto, dalam bukunya psikologi pendidikan berpendapat ...

18

seorang anak dengan anak yang lain dapat berbeda, walaupun kedua anak tersebut

tumbuh pada kondisi dan lingkungan yang sama, serta mendapat perlakuan yang

sama.

2. Macam-macam dan Ciri-Ciri Gaya Belajar

Menurut Poter & Hernacki secara umum gaya belajar manusia dibedakan ke

dalam tiga kelompok besar, yaitu gaya belajar visual, gaya belajar auditorial dan gaya

belajar kinestetik.22

a. Gaya Belajar Visual

Menurut Poter & Hernacki yang dikutip oleh Sukadi, berdasarkan arti

katanya, Gaya belajar visual adalah gaya belajar dengan cara melihat, mengamati,

memandang, dan sejenisnya. Kekuatan gaya belajar ini terletak pada indera

penglihatan. Bagi orang yang memiliki gaya ini, mata adalah alat yang paling peka

untuk menangkap setiap gejala atau stimulus (rangsangan) belajar. Orang dengan

gaya belajar visual senang mengikuti ilustrasi, membaca instruksi, mengamati

gambar-gambar, meninjau kejadian secara langsung, dan sebagainya. Hal ini sangat

berpengaruh terhadap pemilihan metode dan media belajar yang dominan

mengaktifkan indera penglihatan (mata).23 Visual learning adalah gaya belajar

dengan cara melihat sehingga mata memegang peranan penting. Gaya belajar visual

dilakukan seseorang untuk memeroleh informasi seperti melihat gambar, diagram,

22 Bobby DePorter dan Mike Hernacki , op. cit., h. 11223 Sukadi, op. cit., h. 95

Page 12: Purwanto, dalam bukunya psikologi pendidikan berpendapat ...

19

peta, poster, grafik, dan sebagainya. Bisa juga dengan melihat data teks seperti tulisan

dan huruf.24

Setiap orang yang memiliki gaya belajar visual memiliki kebutuhan yang

tinggi untuk melihat dan menangkap informasi secara visual sebelum mereka

memahaminya. Mereka lebih mudah menangkap lewat materi bergambar. Selain itu,

mereka memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna dan pemahaman yang cukup

terhadap artistik. Dalam hal ini tekhnik visualisasi melatih otak untuk bisa

memvisualisasikan sesuatu hal, mulai dari mendeskripsikan suatu pemandangan,

benda (baik benda nyata maupun imajinasi), hingga akhirnya mendapatkan yang

diinginkan.

Seseorang yang memiliki gaya belajar visual, belajar dengan menitik beratkan

ketajaman penglihatan. Artinya, bukti-bukti konkret harus diperlihatkan terlebih

dahulu agar mereka mudah untuk memahaminya. Seorang anak yang memunyai gaya

belajar visual akan lebih mudah mengingat dengan cara melihat, misalnya membaca

buku, melihat demonstrasi yang dilakukan guru, melihat contoh-contoh yang tersebar

di alam atau fenomena alam dengan cara observasi, bisa juga dengan melihat

pembelajaran yang disajikan melalui TV atau video kaset.25

Cara yang paling tepat untuk meningkatkan hasil belajar bagi seseorang yang

memunyai gaya belajar visual adalah dengan menggunakan alat bantu visual seperti

grafik dan gambar yang memungkinkan mereka melihat gambaran luas dari materi

24 Nini Subini, Rahasia Gaya Belajar Orang Besar, (Jogjakarta: Javalitera, 2001), h. 17.25 Hariyanto dan Suyono, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012),

h. 149.

Page 13: Purwanto, dalam bukunya psikologi pendidikan berpendapat ...

20

yang akan dipelajari. Mereka akan merasa kesulitan bila harus mengingat materi yang

tidak disertai dengan warna, gambar, desain, kaligrafi tertentu, atau bentuk-bentuk

yang artistik. Saat mereka melihat guru, gambar, grafik, atau alat bantu visual

lainnya, sense belajar mereka akan terbuka dan apapun yang sedang dibahas akan

terserap. Semua yang diberikan dengan stimulasi visual akan tertangkap dan dapat

diingat dengan jelas. Mereka belajar dan mengingat dengan lebih baik bila terjadi

kontak mata dengan guru atau pengajar daripada harus mendengarkan saja, namun

para pengajar perlu juga memberikan alat bantu visual pada mereka agar materi

pelajaran tersebut tidak mudah dilupakan.

Gaya belajar visual adalah gaya belajar dengan cara melihat sehingga mata

sangat memegang peranan penting. Gaya belajar secara visual dilakukan seseorang

untuk memperolah informasi seperti melihat gambar, giagram, peta, poster, grafik,

dan sebagainya. Bisa juga dengan melihat data teks seperti tulisan dan huruf.26

Walaupun seseorang yang memiliki gaya belajar visual memiliki kepekaan yang kuat

terhadap warna dan juga mempunyai pemahaman yang cukup terhadap artistik,

mereka juga memiliki kendala untuk berdialog secara langsung karena terlalu reaktif

terhadap suara, sehingga sulit mengikuti anjuran secara lisan dan sering salah

menginterpretasikan kata atau ucapan. Banyak dari para orang visual yang kurang

peka terhadap respons instruksi verbal dan akan mudah lupa dengan apa yang

26 Nini Subini, Mengatasi Kesulitan Belajar Pada Anak, (Jogjakarta: Javalitera, 2012), h.118.

Page 14: Purwanto, dalam bukunya psikologi pendidikan berpendapat ...

21

disampaikan orang lain sampai mereka diberikan instruksi secara visual yang disertai

dengan tulisan, gambar, diagram ataupun bagan.

Selain dengan menggunakan alat bantu visual, untuk mempercepat proses

belajar bagi anak yang memunyai gaya belajar visual dapat dilakukan dengan cara

membaca dan melihat materi visual dalam bentuk bahasa: surat, kata-kata, dan angka.

Mereka dapat belajar dari media cetak seperti buku, majalah, jurnal, koran, buku

pedoman, poster dan sebagainya. Seseorang dengan gaya belajar visual harus

mengingat detail kata dan angka yang mereka baca. Karena kegiatan membaca

dilakukan secara visual, maka tipe ini merasa mudah dan nyaman jika harus belajar

dengan membaca. Jika mereka harus mengingat apa yang mereka pelajari, maka

mereka akan lebih mudah mengingat dengan cara membaca dari apa yang tertulis di

buku dari pada dibacakan oleh orang lain.27

Seorang yang bertipe visual, akan cepat mempelajari bahan-bahan yang

disajikan secara tertulis, bagan, grafik, gambar. Pokoknya mudah mempelajari bahan

pelajaran yang dapat dilihat dengan alat penglihatannya. Sebaliknya merasa sulit

belajar apabila dihadapkan bahan-bahan bentuk suara, atau gerakan.28 Dari beberapa

pengertian di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa orang yang menggunakan gaya

belajar visual memperoleh informasi dengan memanfaatkan alat indera mata. Orang

dengan gaya belajar visual senang mengikuti ilustrasi, membaca instruksi, mengamati

gambar-gambar, meninjau kejadian secara langsung, dan sebagainya.

27 Ricki Linksman, Cara Belajar Cepat, (Semarang: Dahara Prize, 2004), h. 106-10928 Abu ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h.

84-85.

Page 15: Purwanto, dalam bukunya psikologi pendidikan berpendapat ...

22

b. Gaya Belajar Auditorial

Gaya belajar auditorial adalah gaya belajar dengan cara mendengar. Orang

dengan gaya belajar ini, lebih dominan dalam menggunakan indera pendengaran

untuk melakukan aktivitas belajar. Dengan kata lain, ia mudah belajar, mudah

menangkap stimulus atau rangsangan apabila melalui alat indera pendengaran

(telinga). Orang dengan gaya belajar auditorial memiliki kekuatan pada

kemampuannya untuk mendengar.29 Oleh karena itu, mereka sangat mengandalkan

telinganya untuk mencapai kesuksesan belajar, misalnya dengan cara mendengar

seperti ceramah, radio, berdialog, dan berdiskusi. Selain itu, bisa juga mendengarkan

melalui nada (nyanyian/lagu).30

Gaya belajar ini biasanya disebut juga sebagai gaya belajar pendengar. Orang-

orang yang memiliki gaya belajar pendengar mengandalkan proses belajarnya melalui

pendengaran (telinga). Mereka memperhatikan sangat baik pada hal-hal yang

didengar. Mereka juga mengingat sesuatu dengan cara “melihat” dari yang tersimpan

ditelinganya. Pada umumnya, seorang anak yang memiliki gaya belajar auditori ini

senang mendengarkan ceramah, diskusi, berita di radio, dan juga kaset pembelajaran.

Mereka senang belajar dengan cara mendengarkan dan berinteraksi dengan orang

lain.31

29 Sukadi, op .cit., h. 9830 Subini, op. cit., h. 11931 Robert Steinbach, Succesfull Lifelong Learning, terj. Kumala Insiwi Suryo, (Jakarta:

Victory Jaya Abadi, 2002), h. 29.

Page 16: Purwanto, dalam bukunya psikologi pendidikan berpendapat ...

23

Orang-orang dengan gaya belajar auditori, biasanya mereka sangat peka pada

gangguan auditori. Jika mereka sedang mendengarkan penjelasan guru mereka akan

merasa terganggu bila ada suara-suara di sekitarnya. Seperti suara mobil, dengung

AC, suara orang yang sedang makan, atau suara kebisingan lain dapat mengganggu

konsentrasi belajar mereka. Karena mereka tidak bisa mengabaikan suara-suara itu

layaknya tipe visual, maka mereka memprogram diri agar hanya mendengarkan suara

guru atau dosen atau pikiran mereka sendiri

Seseorang yang memiliki gaya belajar auditori dalam kesehariannya mereka

selalu memerlukan stimuli auditori secara terus-menerus. Mereka tidak akan betah

dengan kesunyian. Jika keadaan terlalu sunyi, mereka merasa tidak nyaman dan akan

berusaha memecahkan kesunyian dengan bersenandung, menyanyi, berbisik,

berbicara keras-keras, mendengarkan radio, atau menelepon orang lain. Mereka juga

suka membuka percakapan dan mendiskusikan segala sesuatu secara panjang lebar.

Bahkan mungkin juga menanyakan berbagai hal dan mengajak bicara orang-orang di

sekelilingnya.32

Hal-hal yang dilakukan oleh seorang yang memiliki gaya belajar auditori

untuk mempercepat proses belajarnya yaitu harus membaca secara sepintas terlebih

dahulu. Mereka perlu membayangkan teks yang ada seperti sebuah film dengan

disertai efek suara, aksen dan nada suara, perasaan, dan musik untuk membuat materi

menjadi lebih hidup. Dengan kosa kata yang menggambarkan suarasuara yang indah.

Mereka biasanya bisa lebih memahami bacaan jika dibaca dengan suara keras.

32 Ricki Linksman, Cara Belajar Cepat, (Semarang: Dahara Prize, 2004), h. 126-127

Page 17: Purwanto, dalam bukunya psikologi pendidikan berpendapat ...

24

Mereka juga suka menggerakkan bibir dan mengucapkan tulisan di buku ketika

sedang membaca. Hal itu dilakukan agar mereka lebih memahami materi daripada

hanya sekedar dibaca di dalam hati.

Seorang dengan gaya belajar auditori sangat menyukai musik, suara-suara,

irama, nada suara, dan memiliki kemampuan sensor kata yang sangat kuat. Mereka

sangat peka pada suara yang mungkin bagi orang lain tidak berarti sama sekali.

Mereka senang pada suara-suara indah, melodi yang manis, dan suara yang

menyenangkan hati. Biasanya mereka merasa terganggu dengan suara nyaring seperti

suara sirine, ketukan palu, atau suara kebisingan. Mereka bisa mengingat materi

pelajaran dengan film mental, efek suara, musik imajiner, dan dialog-dialog. Tekhnik

asosiasi semacam ini membantu tipe auditori dalam mempelajari subjek-subjek

abstrak seperti struktur bahasa, pengejaan, kosa kata, bahasa asing, dan lain-lain.33

Anak yang bertipe auditorial, mudah mempelajari bahan-bahan yang disajikan

dalam bentuk suara (ceramah), begitu guru menerangkan ia cepat menangkap bahan

pelajaran, disamping itu kata dari teman (diskusi) atau suara radio/casette ia mudah

menangkapnya. Pelajaran yang disajikan dalam bentuk tulisan, perabaan, gerakan-

gerakan yang ia mengalami kesulitan.34 Dari beberapa pengertian di atas dapat di

ambil kesimpulan bahwa orang yang menggunakan gaya belajar Auditorial

memperoleh informasi dengan memanfaatkan alat indera telinga. Untuk mencapai

33 Ibid., h. 13834 Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, op. cit., h. 85

Page 18: Purwanto, dalam bukunya psikologi pendidikan berpendapat ...

25

kesuksesan belajar, orang yang menggunakan gaya belajar auditorial bisa belajar

dengan cara mendengar seperti ceramah, radio, berdialog, dan berdiskusi.

c. Gaya belajar Kinestetik

Gaya belajar kinestetik adalah gaya belajar dengan cara bergerak, bekerja, dan

menyentuh. Maksudnya ialah belajar dengan mengutamakan indera perasa dan

gerakan-gerakan fisik. Orang dengan gaya belajar ini lebih mudah menangkap

pelajaran apabila ia bergerak, meraba, atau mengambil tindakan. Misalnya, ia baru

memahami makna halus apabila indera perasanya telah merasakan benda yang

halus.35

Gaya belajar ini biasanya disebut juga sebagai gaya belajar penggerak. Hal ini

disebabkan karena anak-anak dengan gaya belajar ini senantiasa menggunakan dan

memanfaatkan anggota gerak tubuhnya dalam proses pembelajaran atau dalam usaha

memahami sesuatu. Bagi pembelajar kinestetik, kadang-kadang membaca dan

mendengarkan merupakan kegiatan yang membosankan. Instruksi-instruksi yang

diberikan secara tertulis maupun lisan seringkali mudah dilupakannya. Mereka

memiliki kecenderungan lebih memahami tugas-tugasnya bila mereka mencobanya36

Seseorang yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar dengan cara

menggerakkan otot-otot motorik mereka secara imajinatif, kreatif, mengalir,

terstruktur. Mereka tidak berfikir dalam uraian kata-kata, tapi mengumpulkan

informasi secara intuitif. Gaya belajar ini bukanlah merupakan tipe pendengar yang

35 Sukadi, op. cit., h. 10036 Suparman S, Gaya Mengajar yang Menyenangkan Siswa, (Jogjakarta: Pinus Book

Publisher, 2010), h. 68-69

Page 19: Purwanto, dalam bukunya psikologi pendidikan berpendapat ...

26

baik karena mereka senang bergerak, dan pikiran mereka bekerja dengan sangat baik

justru pada saat matanya tidak tertuju pada lawan bicara, tetapi saat yang terbaik

adalah ketika ia sedang bergerak. Mereka bisa menjadi pendengar yang baik saat

mata mereka tidak terfokus ke satu titik atau tidak melihat ke arah lawan bicara .

Memori mereka juga lebih baik justru pada saat mereka banyak bergerak. Saat

mereka bergerak mereka bisa relaks dan berkonsentrasi.

Seseorang dengan gaya belajar kinestetis bukan merupakan tipe pendengar

atau pencerna kata-kata, maka bacaan tidak terlalu penting bagi mereka. Irama musik

merangsang otot-otot mereka untuk bergerak mengikuti alunan musik. Dengan cara

ini stress mereka berkurang dan perhatian serta motivasi mereka lebih meningkat.

Walaupun seseorang dengan gaya belajar kinestetik menanggapi perhatian fisik dan

banyak bergerak, namun para pelajar kinestetik ini cenderung berbicara dengan

lambat. Berbeda dengan pelajar visual yang berbicara dengan kecepatan bicara yang

cepat, auditori dengan kecepatan berbicara sedang, para pelajar kinestetik berbicara

dengan perlahan dan pelan. Banyak juga para pelajar yang tidak senang pada

penjelasan yang panjang lebar, tetapi mereka membutuhkan sesuatu yang nyata.

Mereka membutuhkan seorang guru yang bisa berperan sebagai pelatih,

menggunakan kata-kata kunci dan perbuatan, serta memberikan bimbingan bila

mereka membutuhkannya.37

Materi yang nyata dan manipulatif sangat penting bagi seseorang dengan gaya

37 Linksman, op. cit., h. 181-186

Page 20: Purwanto, dalam bukunya psikologi pendidikan berpendapat ...

27

belajar kinestetis, karena mereka dapat menggunakan keseluruhan bagian tubuh,

bukan hanya menggerakkan tangan mereka saja tapi anggota tubuh yang lain. Bagi

para siswa dengan gaya belajar kinestetis ini mendengarkan guru atau penjelasan

verbal saja tidak akan cukup bagi mereka. Mereka akan lebih memahami materi

pelajaran jika diberi penjelasan sekaligus dipraktikkan di depan kelas. Untuk

mempermudah membaca, seorang dengan gaya belajar visual ini harus terlibat secara

langsung dengan bacaan tersebut dengan cara mempraktikkannya secara fisik atau

sekedar membayangkan sedang melakukan seperti apa yang tertulis di buku tersebut.

Banyak juga dari orang-orang dengan tipe kinestetik yang menggunakan jari mereka

sebagai penunjuk ketika membaca buku. Untuk mengingat materi yang ada di buku,

mereka menyimpan dalam memori mereka dengan mengubahnya secara mental

menjadi sebuah rangkaian film bergerak di dalam otak. Mereka akan lupa jika mereka

tidak melakukannya.

Individu yang bertipe ini, mudah mempelajari bahan yang berupa tulisan-

tulisan, gerakan-gerakan, dan sulit mempelajari bahan yang berupa suara atau

penglihatan. Selain itu, belajar secara kinestetik berhubungan dengan praktik atau

pengalaman belajar secara langsung.38 Dari pengertian di atas dapat di ambil

kesimpulan bahwa orang yang menggunakan gaya belajar kinestetik memperoleh

informasi dengan mengutamakan indera perasa dan gerakan-gerakan fisik. Individu

yang mempunyai gaya belajar kinestetik mudah menangkap pelajaran apabila ia

38 Subini, op. cit., h. 119

Page 21: Purwanto, dalam bukunya psikologi pendidikan berpendapat ...

28

bergerak, meraba, atau mengambil tindakan. Selain itu dengan praktik atau

pengalaman belajar secara langsung.

Pada dasarnya, dalam diri setiap manusia terdapat tiga gaya belajar. Akan

tetapi ada di antara gaya belajar yang paling menonjol pada diri seseorang. Disini

peneliti membahas tiga ciri gaya belajar, yaitu ciri gaya belajar Visual, Auditorial dan

Kinestetik.

a. Ciri-ciri yang menonjol dari mereka yang memiliki tipe gaya belajar Visual:

1) Senang kerapian dan ketrampilan.2) Jika berbicara cenderung lebih cepat.3) Ia suka membuat perencanaan yang matang untuk jangka panjang.4) Sangat teliti sampai ke hal-hal yang detail sifatnya.5) Mementingkan penampilan, baik dalam berpakaian maupun presentasi.6) Lebih mudah mengingat apa yang di lihat, dari pada yang di dengar.7) Mengingat sesuatu dengan penggambaran (asosiasi) visual.8) Ia tidak mudah terganggu dengan keributan saat belajar (bisa membaca

dalam keadaan ribut sekali pun).9) Ia adalah pembaca yang cepat dan tekun.10) Lebih suka membaca sendiri dari pada dibacakan orang lain.11) Tidak mudah yakin atau percaya terhadap setiap masalah atau proyek

sebelum secara mental merasa pasti.12) Suka mencoret-coret tanpa arti selama berbicara di telepon atau dalam

rapat.13) Lebih suka melakukan pertunjukan (demonstrasi) dari pada berpidato.14) Lebih menyukai seni dari pada musik.15) Sering kali mengetahui apa yang harus dikatakan, akan tetapi tidak pandai

memilih kata-kata.16) Kadang-kadang suka kehilangan konsentrasi ketika mereka ingin

memperhatikan.39

Ciri-ciri bahasa tubuh yang menunjukkan seseorang gaya belajar Visual yaitu

biasanya duduk tegak dan mengikuti penyaji dengan matanya.40

39 Sukadi, op. cit., h. 96-98

Page 22: Purwanto, dalam bukunya psikologi pendidikan berpendapat ...

29

b. Ciri-ciri yang menonjol dari mereka yang memiliki tipe gaya belajar

Auditorial:

1) Saat bekerja sering berbicara pada diri sendiri.2) Mudah terganggu oleh keributan atau hiruk pikuk disekitarnya.3) Sering menggerakkan bibir dan mengucapkan tulisan dibuku ketika

membaca.4) Senang membaca dengan keras dan mendengarkan sesuatu.5) Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama, dan warna suara

dengan mudah.6) Merasa kesulitan untuk menulis tetapi mudah dalam bercerita.7) Biasanya ia adalah pembicara yang fasih.8) Lebih suka musik dari pada seni yang lainnya.9) Lebih mudah belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang

didiskusikan dari pada yang dilihat.10) Suka berbicara, berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu dengan panjang

lebar.11) Lebih pandai mengeja dengan keras dari pada menuliskannya.41

Ciri-ciri bahasa tubuh yang menunjukkan seseorang gaya belajar Auditorial

yaitu sering mengulang dengan lembut kata-kata yang di ucapkan penyaji, atau sering

menggunakan kepalanya saat fasilitator menyajikan informasi lisan. Pelajar tipe ini

sering “memainkan sebuah kaset dalam kepalanya” saat ia mencoba mengingat

informasi. Jadi, mungkin ia akan memandang ke atas saat ia melakukannya.42

c. Ciri-ciri yang menonjol dari mereka yang memiliki tipe gaya belajar

kinestetik:

1) Berbicara dengan perlahan2) Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka3) Berdiri dekat ketika berbicara dengan orang4) Selalu berorientasi dengan sifik dan banyak bergerak

40 Gordon Dryden dan Jeannette Vos, Revolusi Cara Belajar (the Learning Revolution):Belajar akan Efektif Kalau Anda dalam Keadaan “Fun”, (Bandung: Kaifa, 2002), h. 364.

41 Skadi, op. cit., h. 99-10042 Gordon Dryden dan Jeannette Vos, op. cit., h. 364

Page 23: Purwanto, dalam bukunya psikologi pendidikan berpendapat ...

30

5) Menghafal dengan cara berjalan dan melihat6) Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca7) Banyak menggunakan isyarat tubuh8) Tidak dapat duduk diam untuk waktu lama9) Memungkinkan tulisannya jelek10) Ingin melakukan segala sesuatu11) Menyukai permainan yang menyibukkan.43

Ciri-ciri bahasa tubuh yang menunjukkan seseorang gaya belajar Kinestetik

yaitu sering memnunduk saat ia mendengarkan.44

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Gaya Belajar

Gaya belajar yang digunakan merupakan kunci untuk mengembangkan

kinerja dalam belajar. Perlu disadari bagaimana orang yang satu dengan yang lain

menyerap dan menggali informasi, dan dapat menjadikan belajar dan berkomunikasi

lebih mudah dengan gaya sendiri. Sebagian siswa dapat belajar paling baik dengan

pencahayaan terang, sedangkan sebagian siswa lain dengan pencahayaan yang suram.

Ada siswa yang belajar paling baik secara berkelompok, sedangkan yang lain

memilih belajar dengan adanya figur yang otoriter seperti gutu atau orangtua, yang

lain merasa bahwa bekerja sendirilah yang paling efektif bagi mereka. Sebagian

orang memerlukan musik sebagai iringan belajar, sedangkan yang lain tidak dapat

berkonsentrasi kecuali dalam keadaan sepi. Ada siswa yang memerlukan lingkungan

belajar yang teratur dan rapi, tetapi ada yang lebih suka menggelar segala sesuatunya

supaya dapat dilihat.45

43 Bobby DePorter dan Mike Hernacki, op. cit., h. 118-120.44 Gordon Dryden dan Jeannette Vos, op. cit., h. 364.45 Qodriyah, Belajar dan Motivasi Belajar dan Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2011), h. 27

Page 24: Purwanto, dalam bukunya psikologi pendidikan berpendapat ...

31

Ketika belajar siswa perlu berkonsentrasi dengan baik. Untuk bisa

berkonsentrasi dengan baik, perlu adanya lingkungan yang medukung belajar siswa.

Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi konsentrasi belajar siswa, antara lain:

a. Suara

Tiap siswa mempunyai reaksi yang berbeda-beda terhadap suara, ada yang

menyukai belajar dengan mendengarkan musik lembut, keras, ataupun

menonton televisi. Ada juga yang menyukai belajar dalam suasana sepi dan

ada juga yang menyukai belajar dalam suasana ramai dalam kelompok.

b. Pencahayaan

Pencahayaan merupakan faktor yang pengaruhnya kurang dirasakan

dibandingkan pengaruh suara.

c. Temperatur

Tiap siswa juga mempunyai selera yang berbeda-beda. Ada yang suka tempat

sejuk, ada juga yang lebih menyukai tempat yang hangat ketika belajar.

d. Desain belajar

Desain belajar ada dua macam, yaitu desaian belajar formal dan desai belajar

tidak formal. Desain formal contohnya belajar di meja dengan alat-alatnya,

sedangkan belajar tidak formal dengan belajar santai, duduk di lantai ataupun

sambil tiduran.46

46 Ibid., h. 28-29

Page 25: Purwanto, dalam bukunya psikologi pendidikan berpendapat ...

32

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan digunakan untuk mencari persamaan dan

perbedaan ataran penelitian orang lain dengan penelitian yang dilakukan penulis

atau membandingkan penelitian yang satunya dengan yang lainnya. Beberapa

penelitian terdahulu dan relevan dengan variabel penelitian yang dilakukan oleh

penulis adalah sebagai berikut:

1. Siti Aisya Mu`min melakukan penelitian dengan judul Regulasi Diri dalam

Belajar Mahasiswa Yang Bekerja. Hasil penelitiannya menunjukkan

mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Kendari yang

bekerja berjumlah 107 orang atau 9,94 %. Mahasiswa tersebut ada yang

bekerja setiap hari, akhir pekan dan ada yang bekerja pada libur kuliah saja.

Mahasiswa yang bekerja pada akhir pekan memiliki regulasi diri dalam

belajar yang baik, mereka dapat mengatur waktu belajar dan mengerjakan

tugas perkuliahan dengan baik. Disamping itu, mereka juga memiliki

prestasi belajar yang baik.47

2. Siti Aisya Mu`min melakukan penelitian dengan judul Variasi Individu

dalam Pembelajaran. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa masing-

masing individu memiliki sejumlah gaya belajar dan berpikir, demikian pula

inteligensi dan kepribadian mereka. Gaya belajar dan berpikir yang sering

kita jumpai adalah gaya impulsive/reflektif dan gaya mendalam/dangkal.

47 Sitti Aisyah Mu'min, Regulasi Diri dalam Belajar Mahasiswa Yang Bekerja, Jurnal Al-Ta’dib IAIN Kendari Vol. 9 No. 1, Januari-Juni, h. 1-20

Page 26: Purwanto, dalam bukunya psikologi pendidikan berpendapat ...

33

Inteligensi merupakan keahlian memecahkan masalah dan kemampuan

untuk beradaptasi pada, dan belajar dari, pengalaman hidup sehari-hari.

Menurut teori triarkis Stenberg, inteligensi muncul dalam bentuk analitis,

kreatif dan praktis. Sedangkan Gardner mengemukakan delapan tipe

inteligensi yaitu: inteligensi verbal, matematika, spasial, tubuh-kinestetik,

music, intrapersonal, interpersonal, dan naturalis. Kepribadian yang

didefinisikan sebagai pemikiran, emosi dan perilaku yang khas yang menjadi

cirri dari cara individu untuk beradaptasi dengan dunianya. Para psikolog

mengidentifikasi lima besar atau the big five factor kepribadian , yaitu

stabilitas emosional, ekstraversi, keterbukaan terhadap pengalaman,

agreeableness dan conscientiousness. Hal lain yang juga berkaitan dengan

kepribadian adalah temperamen yang diartikan sebagai gaya perilaku

seseorang dan cara merespons yang khas. Psikolog mengidentifikasi tiga

gaya temperamen dasar, yakni: easy, difficult dan slow-to-warm-up.

Berdasarkan pengetahuan tentang variasi individual tersebut, membantu

guru dalam menentukan strategi dan gaya mengajar yang tepat di kelas.48

3. Jafriansen Danamik, melakukan penelitian dengan judul Gaya Belajar

Mahasiswa yang Bekerja: Penelitian Di STKIP Purnama Jakarta. Hasil

penelitiannya menujukan bahwa: mahasiswa STKIP Purnama pada

umumnya memiliki gaya belajar auditori. Mereka lebih suka dan lebih

48 Sitti Aisyah Mu'min, Variasi Individu dalam Pembelajaran, Jurnal Al-Ta’dib IAINKendari, Vol. 7 No. 1 Januari-Juni 2014. h. 68-83

Page 27: Purwanto, dalam bukunya psikologi pendidikan berpendapat ...

34

mengandalkan tatap muka dengan dosen dengan mendengarkan penjelasan

dan diskusi atau tanya jawab. Sedangkan bagi mahasiswa yang pada saat

pagi dan siang hari bekerja dan pada saat sore dan malam hari mengikuti

perkuliahan di kampus STKIP Purnama, hanya memiliki sedikit waktu untuk

membaca buku atau diktat yang ditentukan oleh dosen. Kegiatan tatap muka

dengan setiap dosen di kelas menjadi kesempatan penting dan utama bagi

mahasiswa yang sedang bekerja. Dengan gaya belajar auditori mahasiswa

akan dapat dengan mudah memahami penjelasan tentang materi perkuliahan

oleh setiap dosen di kelas. Di samping itu juga terdapat mahasiswa STKIP

Purnama yang memiliki gaya belajar visual. Mereka lebih mengandalkan

bacaan buku atau diktat yang disediakan oleh dosen, disamping

mendengarkan penjelasan dan diskusi atau tanya jawab. Mereka

memanfaatkan waktu luang atau waktu istirahat kerja untuk membaca buku

atau diktat, sesuai dengan mata kuliah atau materi kuliah yang sedang

dipelajari di kampus.49

49 Jafriansen Danamik, Gaya Belajar Mahasiswa yang Bekerja: Penelitian Di STKIPPurnama Jakarta, J D P Volume 8, Nomor 1, April 2015: 25-34

Page 28: Purwanto, dalam bukunya psikologi pendidikan berpendapat ...

35

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif yaitu

penelitian yang dilakukan untuk mengetahui secara objektif suatu aktifitas dengan

tujuan menemukan pengetahuan baru yang sebelumnya belum pernah diketahui.1

Dalam penelitian ini penulis mencari data faktual dan akurat secara sistematis dari

suatu aktifitas kemudian dideskripsikan secara kualitatif, yaitu menggambarkan objek

penelitian dalam lingkungan hidupnya sesuai hasil pengamatan dan pengkajian

dimana hasil yang akan dimunculkan bukan hanya dari modifikasi, tetapi dapat

menambah khazanah keilmuan.2 Oleh karena itu, penelitian ini harus dilakukan

berdasarkan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif, berupa data-data

tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku serta keadaan yang dapat diamati.3

Jadi, penulis dalam penelitian ini menjadi partisipan yang aktif dengan responden

untuk dapat memahami lebih jauh dalam menginterpretasikan suatu makna peristiwa

interaksi.4 Sehingga menghasilkan data yang baru, mengenai hasil penelitian yang

ditemukan.

1 Sugiono, Metodologi Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R & D (Bandung, CV Alvabeta,2006), h. 4

2 Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Rake Sarasih, 2000), h. 153 Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2008),

h. 384 Sujarwo, Metodologi Penelitian Sosial, Cet:I (Bandar Lampung : CV. Mandar Maju, 2001),

h. 45