Pupuk Kompos

14
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pupuk organik adalah pupuk dengan senyawa organik. Pupuk ini merupakan hasil pelapukan bahan-bahan organik dan biasanya mempunyai kandungan unsur hara yang rendah. Oleh karena itu, pemberian pupuk organik bertujuan untuk memperbaiki sifat fisik tanah terutama struktur tanah. Pupuk organik terdiri dari pupuk kandang, pupuk hijau, kompos, guano, tepung tulang, tepung ikan, bungkil, tepung darah, night soil, dll. Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik. Kompos sendiri dapat dibuat dari sampah organik seperti dedaunan yang berasal dari taman, jerami, rerumputan, dan sisa-sisa sayur, buah, yang berasal dari aktivitas rumah tangga dan pasar (sampah domestik), dimana semua bahan memiliki kandungan unsur hara tinggi bagi tanaman, khususnya unsur makro N, P, dan K. Kompos yang berasal dari bahan organik tersebut dapat membantu memperbaiki sifat fisika, kimia, maupun biologi tanah sehingga kesuburan tanah tetap terjaga serta ketersediaan haranya pun terjamin. Apalagi kompos dapat dibuat sendiri dari bahan-bahan yang mudah

description

Pupuk dan Pemupukan

Transcript of Pupuk Kompos

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pupuk organik adalah pupuk dengan senyawa organik. Pupuk ini merupakan hasil pelapukan bahan-bahan organik dan biasanya mempunyai kandungan unsur hara yang rendah. Oleh karena itu, pemberian pupuk organik bertujuan untuk memperbaiki sifat fisik tanah terutama struktur tanah. Pupuk organik terdiri dari pupuk kandang, pupuk hijau, kompos, guano, tepung tulang, tepung ikan, bungkil, tepung darah, night soil, dll.Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik. Kompos sendiri dapat dibuat dari sampah organik seperti dedaunan yang berasal dari taman, jerami, rerumputan, dan sisa-sisa sayur, buah, yang berasal dari aktivitas rumah tangga dan pasar (sampah domestik), dimana semua bahan memiliki kandungan unsur hara tinggi bagi tanaman, khususnya unsur makro N, P, dan K. Kompos yang berasal dari bahan organik tersebut dapat membantu memperbaiki sifat fisika, kimia, maupun biologi tanah sehingga kesuburan tanah tetap terjaga serta ketersediaan haranya pun terjamin. Apalagi kompos dapat dibuat sendiri dari bahan-bahan yang mudah ditemukan, sehingga tidak memerlukan biaya banyak dalam pembuatannya. Mengingat pentingnya pupuk kompos, maka dalam paper ini dimuat beberapa hal penting mengenai pupuk kompos tersebut.1.2 TujuanPaper ini memiliki dibuat untuk memenuhi tugas perkuliahan dari dosen mata kuliah Pupuk dan Pemupukan. Selain itu, paper ini memiliki tujuan untuk memperkuat pemahaman mengenai materi tentang pupuk organik khususnya kompos, faktor yang mempengaruhi pengoposan, kandungan unsur hara dalam kompos, serta manfaat kompos.II. PEMBAHASAN

2.1 Kompos

Kompos adalah pupuk yang dibuat dari sisa-sisa tanaman atau sisa hasil panen yang dibusukkan pada suatu tempat, terlindungi dari matahari dan hujan, serta diatur kelembabannya dengan menyiram air apabila terlalu kering (Hardjowigeno, 1989). Proses pengomposan bisa berlangsung apabila bahan- bahan mentah telah dicampur secara merata, pengomposan dapat dibagi menjadi 2 tahap yaitu : tahap aktif, dan tahap pematangan. Pada tahap awal proses, oksigen dan senyawa-senyawa yang mudah terdegradasi akan segera dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik, yang mengakibatkan suhu tumpukan kompos akan tinggi dan pH kompos meningkat. Suhu akan meningkat menjadi 50 70 0C, dan akan tetap tinggi selama waktu tertentu. Mikroba yang berperan aktif pada kondisi ini adalah mikroba termofilik yaitu mikroba yang aktif pada suhu yang tinggi. Pada saat terjadi proses ini, maka proses dekomposisi bahan organik juga berlangsung.Menurut Isroi (2007), mikroba-mikroba di dalam kompos dengan menggunakan oksigen akan menguraikan bahan organik menjadi CO2, uap air dan panas. Setelah sebagian besar bahan terurai, maka suhu akan mengalami penurunan secara perlahan, dimana pada saat ini terjadi proses pematangan kompos tingkat lanjut. Selama proses pengomposan, kompos akan mengalami penyusutan volume dan biomassa bahan, yang mencapai 30 40% dari bobot awal bahan. Proses pengomposan dapat terjadi secara aerobik (menggunakan oksigen) atau anaerobik (tidak menggunakan oksigen). Proses yang dijelaskan di atas adalah proses aerobik dimana mikroba menggunakan oksigen dalam proses dekomposisi bahan organik.2.2Faktor yang Mempengaruhi Pengomposan

Menurut Isroi (2007), dalam proses pengomposan ada beberapa faktor yang mempengaruhi cepat atau lambat kompos itu terbentuk yaitu :

1. Rasio C/N

C/N yang sesuai dan optimal untuk proses pengomposan yaitu 30:1 hingga 40:1, dan apabila perbandingan C/N terlalu tinggi akan mengakibatkan mikroba kekurangan N sehingga proses dekomposisi berjalan lambat.

2. Aerasi

Proses pengomposon akan berlangsung dengan cepat apabila terdapat oksigen dalam keadaan cukup. Pembentukan aerasi akan terjadi secara alami apabila terjadi peningkatan suhu yang mengakibatkan udara hangat keluar dan udara yang lebih dingin masuk ke dalam tumpukan kompos. Faktor yang mempengaruhi aerasi ini adalah porositas dan kelembaban. Apabila aerasi terhambat akan terjadi proses anaerob yang akan menghasilkan bau yang tidak sedap. Untuk memperbaiki aerasi dapat dilakukan dengan membolak-balik tumpukan.

3. Kelembaban

Kelembaban adalah faktor yang sangat penting dalam proses pengomposan karena mempengaruhi proses metabolisme mikroba dan berpengaruh terhadap suplay oksigen. Kelembaban 40 - 60% adalah kisaran optimum untuk metabolisme mikroba. Apabila kelembaban tumpukan < 40% akan mengakibatkan aktivitas mikroba mengalami penurunan, tetapi apabila kelembabannya > 60 % akan membuat banyak hara yang tercuci, volume udara berkurang sehingga terjadi fermentasi anaerobik yang menimbulkan bau yang tidak sedap.

4. Suhu

Panas dalam tumpukan kompos dihasilkan oleh aktivitas mikroba. Apabila semakin tinggi suhu, maka akan semakin banyak konsumsi oksigen sehingga proses dekomposisi akan semakin cepat. Suhu yang berkisar antara 30 60 0C menandakan proses pengomposan yang cepat. Tetapi apabila suhu tumpukan > 60 0C akan mengakibatkan sebagian mikroba mati, sehingga hanya mikroba termofilik yang mampu bertahan hidup.

5. pH

Kisaran pH yang cocok agar proses pengomposan dapat terjadi dengan baik adalah 6.5 8.0, sedangkan pH kotoran ternak pada umumnya adalah 6.8 7.4. Proses pengomposan juga dapat mengakibatkan perubahan pada bahan organik dan pH bahan itu sendiri. Menurut Ryak (1992) ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses pengomposan, dan memaparkan kondisi yang ideal agar proses pengomposan berlangsung dengan baik, seperti tertera pada Tabel 1.

Tabel 1. Kondisi yang marginal dan ideal untuk mempercepat proses pengomposan (Ryak,1992).KondisiKondisi yang bisa diterima (marginal)Kondisi Ideal

Rasio C/N(20 : 1) - ( 40 : 1)(25 : 1) - (35 : 1)

Kelembaban40 - 60 %45 65 %

Ukuran partikel1 inchiBervariasi

Konsentrasi oksigen tersedia> 5 %> 10 %

pH5.5 - 9.06.5 8.0

Suhu43 - 66 0C54 60 0C

2.3Kandungan Unsur Hara pada Kompos

Kadar unsur makro yang terdapat di dalam pupuk kompos seperti N, P dan K tidak setinggi pada pupuk anorganik, sehingga membuat pupuk kompos jarang digunakan sebagai pupuk utama dalam bercocok tanam, tetapi pupuk kompos memiliki unsur mikro yang cukup tinggi yang dibutuhkan oleh tanaman tertentu untuk pertumbuhannya. Kandungan hara kompos secara umum dapat dilihat pada Tabel 2 (Center for Policy and Implementation Studies, 1994).Menurut Yuwono (2005), kompos yang sudah jadi dan siap digunakan untuk memupuk tanaman mengandung sebagian besar dari tiga golongan unsur hara antara lain: Unsur hara makro primer yaitu unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah banyak, seperti Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Yang kedua mengandung unsur hara makro sekunder sedang yaitu unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah kecil, seperti Sulfur/Belerang (S), Kalsium (Ca), dan Magnesium (Mg). Dan unsur yang ketiga adalah unsur hara mikro yaitu unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit, seperti Besi (Fe), Tembaga (Cu), Seng (Zn), Klor (Cl), Boron (B), Mangan (Mn), dan Molibdenum (Mo). Unsur-unsur tersebut sangat dibutuhkan tanaman daalam pertumbuhannya.

Tabel 2. Kandungan Hara Kompos Sisa Tanaman Secara umum

KomponenKandungan (%)

Kadar air41.00 - 43.00

C-organik4.83 - 8.00

N0.10 - 0.51

P2O50.35 - 1.12

K2O0.32 - 0.80

Ca1.00 - 2.09

Mg0.10 - 0.19

Fe0.50 - 0.64

Al0.50 - 0.92

Mn0.02 - 0.04

2.4Cara Memperkaya Kompos

Kompos-kompos yang sudah matang yang biasa diperjualbelikan di pasaran, memang telah memiliki unsur yang cukup untuk diaplikasikan ke tanaman. Akan tetapi, permasalahan yang sering muncul adalah kebutuhan kompos yang cukup banyak untuk memenuhi seluruh kebutuhan hara tanaman. Jika dibandingkan dengan pupuk kimia, memang kebutuhan pupuk kompos dapat 10-20 kali lebih banyak daripada pupuk kimia. Jadi untuk mengatasi masalah ini, maka akhir-akhir ini banyak berkembang istilah kompos yang diperkaya. Bahan-bahan yang dipergunakan untuk memperkaya kompos antara lain: pupuk kimia konvensional, bahan-bahan organik lain yang memiliki kandungan hara tinggi dan mikroba-mikroba bermanfaat. Mikroba-mikroba yang terdapat dalam kompos memang memiliki manfaat yang sangat baik untuk tanah dan tanaman. Untuk memperkaya dan meningkatkan kualitas kompos, mikroba-mikroba yang bermanfaat bagi tanaman dapat ditambahkan dari luar. Mikroba yang sering digunakan adalah mikroba penambat nitrogen (Azotobacter sp., Azosprillium sp., Rhizobium sp., dll), mikroba pelarut K dan P (Aspergillus sp., Aeromonas sp.), mikroba agensia hayati (Metharhizium sp., Trichoderma sp.), mikroba perangsang pertumbuhan tanaman (Trichoderma sp., Pseudomanas sp., Azosprillium sp.) (Isroi, 2007).

Pupuk organik dalam bentuk yang telah dikomposkan ataupun segar berperan penting dalam perbaikan sifat kimia, fisika dan biologi tanah serta sumber nutrisi tanaman. Menurut Karama, dkk (1990), penggunaan kompos/pupuk organik pada tanah memberikan manfaat, antara lain :

1. Menambah kesuburan tanah

2. Memperbaiki struktur tanah menjadi lebih remah dan gembur

3. Memperbaiki sifat kimiawi tanah, sehingga unsur hara yang tersedia dalam tanah lebih mudah diserap oleh tanaman

4. Memperbaiki tata air dan udara dalam tanah, sehingga akan dapat menjaga suhu dalam tanah menjadi lebih stabil

5. Mempertinggi daya ikat tanah terhadap zat hara, sehingga mudah larut oleh air

6. Memperbaiki kehidupan jasad renik yang hidup dalam tanah

III. PENUTUP

3.1KesimpulanDari pembahasan materi tersebut dapat disimpulkan bahwa:

1. Kompos adalah hasil penguraian dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang sesuai.2. Kompos mengandung unsur hara makro dan mikro yang lengkap walaupun jumlahnya sedikit jika dibandingkan dengan kandungan unsur hara pada pupuk anorganik.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengomposan antara lain: rasio C/N, aerasi, kelembaban, suhu, dan pH.

4. Kompos dapat diperkaya kandungan unsur haranya yakni dengan menambahkan: pupuk kimia konvensional, bahan-bahan organik lain yang memiliki kandungan hara tinggi dan mikroba-mikroba bermanfaat.5. Kompos berguna dalam memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah, serta menjaga kelangsungan hidup jasad renik di dalam tanah.3.2SaranMateri mengenai kompos akan mudah dipahami jika didukung dengan sumber referensi yang memadai, dalam artian kualitas dan kuantitasnya. Untuk pembuatan paper selanjutnya, saya menyarankan untuk lebih banyak menambah referensi.

DAFTAR PUSTAKACenter for Policy and Implementation Studies. 1994. Buku Panduan Teknik Pembuatan Kompos dari Sampah. Jakarta.

Hardjowigeno, S. 1989. Ilmu Tanah. Jakarta: PT. Mediyatama Sarana Perkasa.

Isroi. 2007. Pengomposan Limbah Padat Organik. Agustus 2007. http://www.ipard.com/art_perkebun/KomposLimbahPadatOrganik.pdf. Diakses pada 17 Mei 2015.

Karama, A.S., A. Rasyid Marzuki, dan Ibrahim Manwan. 1990. Penggunaan Pupuk Organik pada Tanaman Pangan. Prosiding Lokakarya Nasional Efisiensi Penggunaan Pupuk V. Bogor: Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat.Ryak, R. 1992. On-Farm Composting Handbook. Northeast Regional Agricultural Engineering Service Pub. No. 54 Cooperative Extension Service. Ithaca, N.Y. 1992 ; 186 pp. A classic in on-farm composting. Website: www.nraes.org.Yuwono, Dipo. 2005. Kompos. Jakarta: Penebar swadaya.

Tugas IndividuPupuk dan Pemupukan

Kompos, Faktor yang Mempengaruhi Pengomposan, dan Manfaatnya

OLEH :Nama

: Riyami

Nim

: G111 13 048

Kelas

: B

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PE RTANIAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2015