PulpOtomi

47
LAPORAN TUTORIAL BLOK ORAL DIAGNOSA SKENARIO II Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas tutorial blok Oral Diagnosa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember Disusun oleh: Kelompok Tutorial III FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER 2015

description

laporan tutorial skenario pedodonsia blok oral diagnosis

Transcript of PulpOtomi

Page 1: PulpOtomi

LAPORAN TUTORIAL

BLOK ORAL DIAGNOSA

SKENARIO II

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas tutorial blok Oral Diagnosa

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember

Disusun oleh:

Kelompok Tutorial III

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS JEMBER

2015

Page 2: PulpOtomi

DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK TUTORIAL

Tutor : drg Dyah Setyorini M.Kes

Ketua : Rada Kusnadi (131610101021)

Scriber Papan :Rahajeng Intan Pawestri (131610101030)

Scriber Meja :Sita Rahma Nopitasari (131610101025)

Anggota :

1. Printis Insana Camilia (131610101019)

2. Faiqatin Cahya R (131610101016)

3. Fitriana Wadianur (131610101017)

4. Khurin In Salamatul U (131610101031)

5. Nurin Fajar Zhafarina (131610101035)

6. Melisa Novitasari (131610101036)

7. Meirisa Yunastia (131610101089)

8. Akhmad Yusuf S. (131610101092)

9. Nurinta Virgiani Andiasti (131610101095)

10. Lilis Putri A (131610101076)

11. Zoevana Anandra P (131610101078)

Page 3: PulpOtomi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya,

sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan tutorial. Laporan ini disusun

untuk memenuhi hasil diskusi tutorial kelompok III pada skenario kedua.

Penulisan makalah ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh

karena itu penyusun ingin menyampaikan terimakasih kepada:

1.drg Dyah Setyorini M.Kes, selaku tutor yang telah membimbing jalannya

diskusi tutorial kelompok III Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember dan

telah memberikan masukan yang membantu bagi pengembangan ilmu yang

telah kami dapatkan selama diskusi tutorial.

2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.

Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penyusun harapkan

dalam perbaikan–perbaikan di masa mendatang demi kesempurnaan laporan ini.

Semoga laporan ini dapat berguna bagi kita semua.

Jember, 6 April 2015

Penyusun

Page 4: PulpOtomi

DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………………………………... i

Daftar Isi…………………………………………………………………………. ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...……………………………………………………………...1

1.2 Skenario…………………..…………………………………………...………1

1.3 Mapping ………………………………………………………………………2

1.4 Learning Objective ……………………….…………………………………..2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka……………………….……………………………………

BAB 3 PEMBAHASAN

3.1

BAB 4KESIMPULAN…...…...…………………...…………………….…...

Daftar Pustaka……………………………………………………………….......

Page 5: PulpOtomi

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ruang lingkup endodontik gigi anak adalah perawatan pulpa gigi sulung

dan gigi permanen muda. Tujuan endodontik pada gigi sulung adalah untuk

mempertahankan fungsi gigi sulung tersebut sampai waktu tanggalnya gigi atau

paling sedikit untuk kepentingan perkembangan oklusi gigi geligi. Semua ini

diperlukan pengetahuan pulpa baik kondisi dan perawatannya dan juga

kepentingan gigi kearah perkembangan oklusal, dan lebih jauh lagi benih gigi

pengganti tidak mendapat gangguan resiko atau jejas dan infeksi pulpa atau

periradikulair gigi sulung.

Tujuan perawatan endodontik gigi permanen muda adalah

mempertahankan kelestanian perkembangan akar sehingga gigi tersebut dapat

berfungsi dalam perkembangan gigi. Apabila tidak mungkin dikerjakan karena

prognosis jelek, maka dipertimbangkan untuk pencabutan gigi sehingga dapat

menimbulkan space dan perlu dicari solusi untuk mengatasi hal tersebut.

Rencana perawatan termasuk tujuan jangka pendek dan program jangka

panjang dan dapat ditentukan sebelum perawatan endodontik gigi sulung gigi

permanen muda dilaksanakan. Diagnosa dan rencana perawatan untuk terapi

pulpa pada anak diperlukan pendekatan dental-history dan medical-history,

evaluasi radiografi dan pemeriksan klinis seperti palpasi, perkusi, evaluasi

mobilitas. Pada pemeriksaan klinis tidak hanya pada tingkatan penyakit pulpa

tetapi juga pada problem komunikasi dengan pasien terutama pada anak pra

sekolah.

1.2 Skenario

SKENARIO II

Pedodonsia

Seorang anak laki-laki umur 6 tahun dating ke Klinik Pedodonsia RSGM

Unej dengan dengan keluhan gigi bawah kiri patah karena menggigit daging.

Page 6: PulpOtomi

Hasil pemeriksaan klinis diperoleh gigi 85 fraktur, perforasi pulpa tes miller 1mm,

sakit dan gigi masih vital. Hasil radiografi diperoleh gigi 85 pulpa terbuka,

jaringan periapikal sehat, tidak ada kelainan jaringan periodontal, perawatan apa

yang akan dilakukan pada gigi 85.

1.3 Mapping

Pemeriksaan Klinis

1.4 Learning Objective

1. Mampu mengetahui pemeriksaan klinis pada skenario.

2. Mampu mengetahui diagnosa dari penyakit pada skenario.

3. Mampu mengetahui rencana perawatan dari penyakit pada skenario.

Rencana Perawatan

Tes Perforasi

Perforasi Vital

Perforasi Non Vital

Pulpotomi Pulpektomi

Karies Gigi

Etiologi

Page 7: PulpOtomi

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Pulpotomi

Pulpotomi adalah pembuangan pulpa vital dari kamar pulpa kemudian

diikuti oleh penempatan obat di atas orifis yang akan menstimulasikan perbaikan

atau memumifikasikan sisa jaringan pulpa vital di akar gigi. Pulpotomi disebut

juga pengangkatan sebagian jaringan pulpa. Biasanya jaringan pulpa di bagian

korona yang cedera atau mengalami infeksi dibuang untuk mempertahankan

vitalitas jaringan pulpa dalam saluran akar.

Pulpotomi bertujuan untuk melindungi bagian akar pulpa, menghindari

rasa sakit dan pembengkakan, dan pada akhirnya untuk mempertahankan gigi.

Pulpotomi dapat dipilih sebagai perawatan pada kasus yang melibatkan kerusakan

pulpa yang cukup serius namun belum saatnya gigi tersebut untuk dicabut.

Pulpotomi juga berguna untuk mempertahankan gigi tanpa menimbulkan simtom-

simtom khususnya pada anak-anak.

2.2 Keuntungan Pulpotomi

a. Dapat diselesaikan dalam waktu singkat satu atau dua kali kunjungan.

b.Pengambilan pulpa hanya di bagian korona hal ini menguntungkan

karena pengambilan pulpa di bagian radikular sukar, penuh ramikasi dan

sempit.

c. Iritasi obat – obatan instrumen perawatan saluran akar tidak ada.

d. Jika perawatan ini gagal dapat dilakukan pulpektomi.

2.3 Macam Pulpotomi

Pulpotomi dibagi menjadi 3 bagian yaitu :

a. Pulpotomi vital

Pulpotomi vital atau amputasi vital adalah tindakan pengambilan

jaringan pulpa bagian koronal yang mengalami inflamasi dengan

melakukan anestesi, kemudian memberikan medikamen di atas pulpa

yang diamputasi agar pulpa bagian radikular tetap vital.

Page 8: PulpOtomi

Pulpotomi vital umunya dilakukan pada gigi sulung dan gigi

permanen muda. Pulpotomi gigi sulung umunya menggunakan

formokresol atau glutaraldehid. Pada gigi dewasa muda dipakai

kalsium hidroksid. Kalsium hidroksid pada pulpotomi vital gigi sulung

menyebabkan resorpsi interna.

Reaksi formokresol terhadap jaringan pulpa yaitu membentuk area

yang terfiksasi dan pulpa di bawahnya tetap dalam keadaan vital.

Pulpotomi vital dengan formokresol hanya dilakukan pada gigi sulung

dengan singkat danbertujuan mendapat sterilisasi yang baik pada

kamar pulpa.

Indikasi

1. Gigi sulung dan gigi tetap muda vital, tidak ada tanda – tanda

gejala peradangan pulpa dalam kamar pulpa.

2. Terbukanya pulpa saat ekskavasi jaringan karies/dentin lunak

prosedur pulp capping indirek yang kurang hati – hati, faktor

mekanis selama preparasi kavitas atau trauma gigi dengan

terbukanya pulpa.

3. Gigi masih dapat dipertahankan/diperbaiki dan minimal

didukung lebih dari 2/3 panjang akar gigi.

4. Tidak dijumpai rasa sakit yang spontan maupun terus menerus.

5. Tidak ada kelainan patologis pulpa klinis maupun

rontgenologis.

Kontraindikasi

1. Rasa sakit spontan.

2. Rasa sakit terutama bila diperkusi maupun palpasi.

3. Ada mobiliti yang patologi

4. Terlihat radiolusen pada daerah periapikal, kalsifikasi pulpa,

resorpsi akar interna maupun eksterna.

5. Keadaan umum yang kurang baik, di mana daya tahan tubuh

terhadap infeksi sangat rendah.

6. Perdarahan yang berlebihan setelah amputasi pulpa.

Page 9: PulpOtomi

Obat yang dipakai formokresol dari formula Buckley :

- Formaldehid 19%

- Kresol 35%

- Gliserin 15%

- Aquadest 100

Teknik pulpotomi vital :

Kunjungan pertama

1) Ro-foto.

2) Anestesi lokal dan isolasi daerah kerja.

3) Semua kotoran pada kavitas gigi dan jaringan karies disingkirkan,

kemudian gigi diolesi dengan larutan yodium (Gambar A).

4) Selanjutnya lakukan pembukaan atap pulpa dengan bur fisur steril

dengan kecepatan tinggi dan semprotan air pendingin kemudian

pemotongan atau amputasi jaringan pulpa dalam kamar pulpa sampai

batas dengan ekskavator yang tajam atau dengan bur kecepatan rendah

(Gambar B, C dan D).

5) Setelah itu irigasi dengan aquadest untuk membersihkan dan mencegah

masuknya sisa – sisa dentin ke dalam jaringan pulpa bagian radikular.

Hindarkan penggunaan semprotan udara.

6) Perdarahan sesudah amputasi segera dikontrol dengan kapas kecil yang

dibasahi larutan yang tidak mengiritasi misalnya larutan salin atau

aquadest, letakkan kapas tadi di atas pulp stump selama 3 – 5 menit.

7) Sesudah itu, kapas diambil dengan hati – hati. Hindari pekerjaan kasar

karena pulp stump sangat peka dan dapat menyebabkan perdarahan

kembali.

8) Dengan kapas steril yang sudah dibasahi formokresol, kemudian orifis

saluran akar ditutup selama 5 menit. Harus diingat bahwa kapas kecil

yang dibasahi dengan formokresol jangan terlalu basah, dengan

meletakkan kapas tersebut pada kasa steril agar formokresol yang

berlebihan tadi dapat diserap (Gambar E).

Page 10: PulpOtomi

9) Setelah 5 menit, kapas tadi diangkat, pada kamar pulpa akan terlihat

warna coklat tua atau kehitam – hitaman akibat proses fiksasi oleh

formokresol.

10)Kemudian di atas pulp stump diletakkan campuran berupa pasta dari

ZnO, eugenol dan formokresol dengan perbandingan 1:1 (Gambar F), di

atasnya tempatkan tambalan tetap (Gambar G).

Gambar Prosedur perawatan pulpotomi vital dengan formokresol satu kali

kunjungan

Kunjungan kedua

Apabila perdarahan tidak dapat dihentikan sesudah amputasi pulpa

berarti peradangan sudah berlanjut ke pulpa bagian radikular. Oleh karena

itu diperlukan 2 kali kunjungan.

Teknik pulpotomi dua kali kunjungan :

1) Sebagai lanjutan perdarahan yang terus menerus ini pulpa ditekan

kapas steril yang dibasahi formokresol ke atas pulp stump dan ditutup

dengan tambalan sementara.

Page 11: PulpOtomi

2) Hindarkan pemakaian obat – obatan untuk penghentian perdarahan,

seperti adrenalin atau sejenisnya, karena problema perdarahan ini dapat

membantu dugaan keparahan keradangan pulpa.

Kunjungan kedua (sesudah 7 hari)

1) Tambalan sementara dibongkar lalu kapas yang mengandung

formokresol diambil dari kamar pulpa.

2) Letakkan di atas orifis, pasta campuran dari formokresol, eugenol

dengan perbandingan 1:1 dan zink oksid powder.

3) Kemudian di atasnya, diletakkan semen fosfat dan tutup dengan

tambalan tetap.

b. Pulpotomi devital

Pulpotomi devital atau mumifikasi adalah pengembalian jaringan

pulpa yang terdapat dalam kamar pulpa yang sebelumnya di

devitalisasi, kemudian dengan pemberian pasta anti septik, jaringan

dalam saluran akar ditinggalkan dalam keadaan aseptik. Untuk bahan

devital gigi sulung dipakai pasta para formaldehid.

Indikasi

1. Gigi sulung dengan pulpa vital yang terbuka karen karies atau

trauma.

2. Pada pasien yang tidak dapat dilakukan anestesi.

3. Pada pasien yang perdarahan yang abnormal misalnya

hemofili.

4. Kesulitan dalam menyingkirkan semua jaringan pulpa pada

perawatan pulpektomi terutama pada gigi posterior.

5. Pada waktu perawatan pulpotomi vital 1 kali kunjungan sukar

dilakukan karena kurangnya waktu dan pasien tidak kooperatif.

Kontraindikasi

1. Kerusakan gigi bagian koronal yang besar sehingga restorasi

tidak mungkin dilakukan.

2. Infeksi periapikal, apeks masih terbuka.

Page 12: PulpOtomi

3. Adanya kelainan patologis pulpa secara klinis maupun

rontgenologis.

Teknik pulpotomi devital :

Kunjungan pertama

1) Ro-foto, isolasi daerah kerja.

2) Karies disingkirkan kemudian pasta devital para formaldehid dengan

kapas kecil diletakkan di atas pulpa.

3) Tutup dengan tambalan sementara, hindarkan tekanan pada pulpa.

4) Orang tua diberitahu untuk memberikan analagesik sewaktu – waktu

jika timbul rasa sakit pada malamnya.

Kunjungan kedua (setelah 7 – 10 hari)

1) Diperiksa tidak ada keluhan rasa sakit atau pembengkakan.

2) Diperiksa apakah gigi goyang.

3) Gigi diisolasi.

4) Tambalan sementara dibuka, kapas dan pasta disingkirkan.

5) Buka atap pulpa kemudian singkirkan jaringan yang mati dalam

kavum pulpa.

6) Tutup bagian yang diamputasi dengan campuran ZnO / eugenol pasta

atau ZnO dengan eugenol / formokresol dengan perbandingan 1:1.

7) Tutup ruang pulpa dengan semen kemudian restorasi.

c. Pulpotomi non vital

Pulpotomi non vital (mortal) adalah amputasi pulpa bagian

mahkota dari gigi yang non vital dan memberikan medikamen/ pasta

antiseptik untuk mengawetkan dan tetap dalam keadaan aseptik.

Tujuan dari pulpotomi non vital adalah untuk mempertahankan gigi

sulung non vital untuk space maintainer.

Indikasi

1. Gigi sulung non vital akibat karies atau trauma.

Page 13: PulpOtomi

2. Gigi sulung yang telah mengalami resorpsi lebih dari 1/3 akar

tetapi masih diperlukan sebagai space maintainer.

3. Gigi sulung yang telah mengalami dento alveolar kronis.

4. Gigi sulung patologik karena abses akut, sebelumnya abses harus

dirawat dahulu.

Obat yang dipakai :

- Formokresol

- CHKM

Teknik non vital pulpotomi :

Kunjungan pertama

1) Ro-foto daerah kerja.

2) Buka atap pulpa / ruang pulpa

3) Singkirkan isi ruang pulpa dengan ekskavator atau bur bulat yang

besar sejauh mungkin dalam saluran akar.

4) Bersihkan dari debris dengan aquadest kemudian keringkan dengan

kapas.

5) Formokresol yang telah diencerkan atau CHKM diletakkan dengan

kapas kecil ke dalam ruang pulpa kemudian ditambal sementara.

Kunjungan kedua (setelah 2 – 10 hari)

1) Periksa gigi tidak ada rasa sakit atau tanda – tanda infeksi.

2) Buka tumpatan sementara, bersihkan kavitas dan keringkan.

3) Letakkan pasta dari ZnO dengan formokresol dan eugenol (1:1) dalam

kamar pulpa, tekan agar pasta dapat sejauh mungkin masuk dalam

saluran akar.

Page 14: PulpOtomi

BAB 3

PEMBAHASAN

PEMBAHASAN LEARNING OBJECTIVE

3.1 Pemeriksaan Klinis Penyakit pada Skenario

Riwayat penyakit yang lengkap dapat mengarah ke suatu diagnosa.

Pemeriksaan klinis merupakan alat bantu dalam mendiagnosa yang terdiri

dari:

a. Pemeriksaan subyektif.

Beberapa tanda, gejala dan keluhan rasa sakit dapat memberi gambaran

keadaan pulpa. Anak dalam keterbatasan umurnya belum mampu

mengemukakan rasa sakit. Untuk itu perlu dianjurkan beberapa pertanyaan

kepada penderita mengenai:

- Apakah giginya sakit bila minum dingin / makan yang manis – manis.

- Apakah sakit sehabis makan.

- Apakah pernah sakit di malam hari.

- Lokasi dan penyebaran rasa sakit.

Dalam hal ini dokter gigi harus mampu membedakan 1 tipe rasa sakit

yaitu:

Rasa sakit karena perangsangan

Rasa sakit karena perangsangan dihubungkan dengan adanya rangsangan

yang ditimbulkan oleh penumpukkan makanan pada lesi karies yang

menekan dan merangsang pulpa terutama setelah makan.

Rasa sakit spontan

Rasa sakit spontan, ditandai dengan rasa sakit yang datang tiba – tiba

tanpa rangsangan biasanya malam hari sehingga tidurnya terganggu. Rasa

sakit spontan dan terus menerus ini menandakan peradangan pulpa parah

dan telah mencapai saluran akar dan pulpa dalam keadaan ireversibel.

b. Pemeriksaan obyektif

Pemeriksaan obyektif dibagi 2 :

· Ekstra oral

Page 15: PulpOtomi

· Intra oral

Pemeriksaan ekstra oral :

Dilihat apakah ada pembengkakan di rahang bawah daerah submandibular

atau mandibular, biasanya karena gangren pulpa dari molar sulung. Di rahang

atas pembengkakan sampai di bawah mata akibat infeksi gigi kaninus atau

molar sulung. Apakah ada perubahan warna, fistel atau pembengkakan kelenjar

limfe.

Pemeriksaan intra oral :

Meliputi jaringan lunak atau gingiva, lidah, bibir apa ada

kemerahan,pembengkakan fistel yang biasanya disebabkan gigi gangren.

Perubahan warna, kontur, tekstur dan lesi – lesi jaringan keras (gigi) :

Apakah ada perubahan warna gigi.

Kedalaman karies.

Kebersihan mulut.

Derajat mobiliti.

Pemeriksaan obyektif lainnya dengan :

1. Perkusi

Perkusi merupakan indikator yang baik keadaan periapikal. Respon

yang positif menandakan adanya inflamasi periodonsium. Bedakan

intensitas rasa sakit dengan melakukan perkusi gigi tetangganya yang

normal atau respon positif yang disebabkan inflamasi ligamen

periodonsium, karena adanya peradangan pulpa yang berlanjut ke apikal

dan meluas mengenai jeringan penyangga.

2. Palpasi

Palpasi dilakukan jika dicurigai ada pembengakakan, dapat terjadi

intra oral atau ekstra oral. Abses dalam mulut terlihat sebagai

pembengkakan dibagian labial dari gigi yang biasanya sudah non vital.

3. Test vitalitas

Test vitalitas baik secara termis maupun elektris sedikit

manfaatnya dan diragukan pada gigi sulung dalam memberi gambaran

Page 16: PulpOtomi

tentang tingkat keradangan pulpa karena anak belum dapat membedakan

rangsangan ditambah adanya rasa takut dari si anak.

a. Test termis.

Test termis merupakan salah satu cara untuk mengevaluasi

keadaan pulpa. Sakit yang tidak hilang setelah rangsangan termal

merupakan indikasi keadaan patologi pulpa yang irreversibel.

Test termis :

· Dengan guttapercha panas.

· Dengan chlor-etil.

b. Test elektris.

Test pulpa elektris sulit dilakukan pada anak karena anak belum

dapat membedakan rangsangan test elektris. Anak memberi reaksi

karena anak dalam keadaan takut sehingga merasa sakit. Vitalitas

pulpa dapat bertahan dalam keadaan inflamasi tetapi berkurang

kualitas dan kuantitasnya selama resorpsi gigi sulung.

4. Pemeriksaan radiografi

Pemeriksaan radiografik yaitu foto bitewing, periapikal dan

panoramik diperlukan untuk membantu menegakkan diagnosa dalam

mempertimbangkan jenis perawatan yang harus diberikan antara lain

memberi evaluasi masalah :

a. Perluasan karies dan kedekatannya dengan pulpa.

b. Keadaan restorasi yang ada.

c. Ukuran dari keadaan ruang pulpa :

Dentin sekunder

Kalsifikasi

Resorpsi interna

d. Akar : bentuk, resorpsi interna

e. Apeks :

Tingkat resorpsi

Resorpsi patologis

Resorpsi yang terlambat

Page 17: PulpOtomi

3.2 Diagnosa Penyakit pada Skenario

Diagnosa penyakit pada skenario adalah gangren pulpa parsialis.

3.3 Rencana Perawatan Penyakit pada Skenario

Rencana perawatan penyakit pada skenario adalah dengan teknik

pulpotomi vital. Adapun langkah-langkah pada pulpotomi vital yaitu sebagai

berikut :

Kunjungan pertama

1) Ro-foto.

2) Anestesi lokal dan isolasi daerah kerja.

3) Semua kotoran pada kavitas gigi dan jaringan karies disingkirkan,

kemudian gigi diolesi dengan larutan yodium.

4) Selanjutnya lakukan pembukaan atap pulpa dengan bur fisur steril

dengan kecepatan tinggi dan semprotan air pendingin kemudian

pemotongan atau amputasi jaringan pulpa dalam kamar pulpa sampai

batas dengan ekskavator yang tajam atau dengan bur kecepatan rendah.

5) Setelah itu irigasi dengan aquadest untuk membersihkan dan mencegah

masuknya sisa – sisa dentin ke dalam jaringan pulpa bagian radikular.

Hindarkan penggunaan semprotan udara.

6) Perdarahan sesudah amputasi segera dikontrol dengan kapas kecil yang

dibasahi larutan yang tidak mengiritasi misalnya larutan salin atau

aquadest, letakkan kapas tadi di atas pulp stump selama 3 – 5 menit.

7) Sesudah itu, kapas diambil dengan hati – hati. Hindari pekerjaan kasar

karena pulp stump sangat peka dan dapat menyebabkan perdarahan

kembali.

8) Dengan kapas steril yang sudah dibasahi formokresol, kemudian orifis

saluran akar ditutup selama 5 menit. Harus diingat bahwa kapas kecil

yang dibasahi dengan formokresol jangan terlalu basah, dengan

meletakkan kapas tersebut pada kasa steril agar formokresol yang

berlebihan tadi dapat diserap.

Page 18: PulpOtomi

9) Setelah 5 menit, kapas tadi diangkat, pada kamar pulpa akan terlihat

warna coklat tua atau kehitam – hitaman akibat proses fiksasi oleh

formokresol.

10)Kemudian di atas pulp stump diletakkan campuran berupa pasta dari

ZnO, eugenol dan formokresol dengan perbandingan 1:1, di atasnya

tempatkan tambalan tetap.

Kunjungan kedua

Apabila perdarahan tidak dapat dihentikan sesudah amputasi pulpa

berarti peradangan sudah berlanjut ke pulpa bagian radikular. Oleh karena

itu diperlukan 2 kali kunjungan.

Teknik pulpotomi dua kali kunjungan :

1) Sebagai lanjutan perdarahan yang terus menerus ini pulpa ditekan

kapas steril yang dibasahi formokresol ke atas pulp stump dan ditutup

dengan tambalan sementara.

2) Hindarkan pemakaian obat – obatan untuk penghentian perdarahan,

seperti adrenalin atau sejenisnya, karena problema perdarahan ini dapat

membantu dugaan keparahan keradangan pulpa.

Kunjungan kedua (sesudah 7 hari)

1) Tambalan sementara dibongkar lalu kapas yang mengandung

formokresol diambil dari kamar pulpa.

2) Letakkan di atas orifis, pasta campuran dari formokresol, eugenol

dengan perbandingan 1:1 dan zink oksid powder.

3) Kemudian di atasnya, diletakkan semen fosfat dan tutup dengan

tambalan tetap.

PR :

1. Tahapan perawatan pulpotomi

2. Bahan yang digunakan dalam perawatan

3. Perbedaan pulpektomi dan pulpotomi non vital

Page 19: PulpOtomi

4. Penatalaksanaan secara psikologis pada psien anak anak

5. Dampak terhadap gigi permanen jika tidak dilakukan perawatan dan jika

dilakukan perawatan

1. a. Pulpotomi vital

Pulpotomi vital atau amputasi vital adalah tindakan pengambilan

jaringan pulpa bagian koronal yang mengalami inflamasi dengan

melakukan anestesi, kemudian memberikan medikamen di atas pulpa

yang diamputasi agar pulpa bagian radikular tetap vital.

Pulpotomi vital umunya dilakukan pada gigi sulung dan gigi

permanen muda. Pulpotomi gigi sulung umunya menggunakan

formokresol atau glutaraldehid. Pada gigi dewasa muda dipakai

kalsium hidroksid. Kalsium hidroksid pada pulpotomi vital gigi sulung

menyebabkan resorpsi interna.

Reaksi formokresol terhadap jaringan pulpa yaitu membentuk area

yang terfiksasi dan pulpa di bawahnya tetap dalam keadaan vital.

Pulpotomi vital dengan formokresol hanya dilakukan pada gigi sulung

dengan singkat danbertujuan mendapat sterilisasi yang baik pada

kamar pulpa.

Teknik pulpotomi vital :

Kunjungan pertama

1) Ro-foto.

2) Anestesi lokal dan isolasi daerah kerja.

3) Semua kotoran pada kavitas gigi dan jaringan karies disingkirkan,

kemudian gigi diolesi dengan larutan yodium (Gambar A).

4) Selanjutnya lakukan pembukaan atap pulpa dengan bur fisur steril

dengan kecepatan tinggi dan semprotan air pendingin kemudian

pemotongan atau amputasi jaringan pulpa dalam kamar pulpa sampai

batas dengan ekskavator yang tajam atau dengan bur kecepatan rendah

(Gambar B, C dan D).

Page 20: PulpOtomi

5) Setelah itu irigasi dengan aquadest untuk membersihkan dan mencegah

masuknya sisa – sisa dentin ke dalam jaringan pulpa bagian radikular.

Hindarkan penggunaan semprotan udara.

6) Perdarahan sesudah amputasi segera dikontrol dengan kapas kecil yang

dibasahi larutan yang tidak mengiritasi misalnya larutan salin atau

aquadest, letakkan kapas tadi di atas pulp stump selama 3 – 5 menit.

7) Sesudah itu, kapas diambil dengan hati – hati. Hindari pekerjaan kasar

karena pulp stump sangat peka dan dapat menyebabkan perdarahan

kembali.

8) Dengan kapas steril yang sudah dibasahi formokresol, kemudian orifis

saluran akar ditutup selama 5 menit. Harus diingat bahwa kapas kecil

yang dibasahi dengan formokresol jangan terlalu basah, dengan

meletakkan kapas tersebut pada kasa steril agar formokresol yang

berlebihan tadi dapat diserap (Gambar E).

9) Setelah 5 menit, kapas tadi diangkat, pada kamar pulpa akan terlihat

warna coklat tua atau kehitam – hitaman akibat proses fiksasi oleh

formokresol.

10)Kemudian di atas pulp stump diletakkan campuran berupa pasta dari

ZnO, eugenol dan formokresol dengan perbandingan 1:1 (Gambar F), di

atasnya tempatkan tambalan tetap (Gambar G).

Page 21: PulpOtomi

Gambar Prosedur perawatan pulpotomi vital dengan formokresol satu kali

kunjungan

Kunjungan kedua

Apabila perdarahan tidak dapat dihentikan sesudah amputasi pulpa

berarti peradangan sudah berlanjut ke pulpa bagian radikular. Oleh karena

itu diperlukan 2 kali kunjungan.

Teknik pulpotomi dua kali kunjungan :

3) Sebagai lanjutan perdarahan yang terus menerus ini pulpa ditekan

kapas steril yang dibasahi formokresol ke atas pulp stump dan ditutup

dengan tambalan sementara.

4) Hindarkan pemakaian obat – obatan untuk penghentian perdarahan,

seperti adrenalin atau sejenisnya, karena problema perdarahan ini dapat

membantu dugaan keparahan keradangan pulpa.

Kunjungan kedua (sesudah 7 hari)

Page 22: PulpOtomi

4) Tambalan sementara dibongkar lalu kapas yang mengandung

formokresol diambil dari kamar pulpa.

5) Letakkan di atas orifis, pasta campuran dari formokresol, eugenol

dengan perbandingan 1:1 dan zink oksid powder.

6) Kemudian di atasnya, diletakkan semen fosfat dan tutup dengan

tambalan tetap.

b. Pulpotomi devital

Pulpotomi devital atau mumifikasi adalah pengembalian jaringan

pulpa yang terdapat dalam kamar pulpa yang sebelumnya di

devitalisasi, kemudian dengan pemberian pasta anti septik, jaringan

dalam saluran akar ditinggalkan dalam keadaan aseptik. Untuk bahan

devital gigi sulung dipakai pasta para formaldehid.

Teknik pulpotomi devital :

Kunjungan pertama

5) Ro-foto, isolasi daerah kerja.

6) Karies disingkirkan kemudian pasta devital para formaldehid dengan

kapas kecil diletakkan di atas pulpa.

7) Tutup dengan tambalan sementara, hindarkan tekanan pada pulpa.

8) Orang tua diberitahu untuk memberikan analagesik sewaktu – waktu

jika timbul rasa sakit pada malamnya.

Kunjungan kedua (setelah 7 – 10 hari)

8) Diperiksa tidak ada keluhan rasa sakit atau pembengkakan.

9) Diperiksa apakah gigi goyang.

10) Gigi diisolasi.

11) Tambalan sementara dibuka, kapas dan pasta disingkirkan.

12) Buka atap pulpa kemudian singkirkan jaringan yang mati dalam

kavum pulpa.

13) Tutup bagian yang diamputasi dengan campuran ZnO / eugenol pasta

atau ZnO dengan eugenol / formokresol dengan perbandingan 1:1.

14) Tutup ruang pulpa dengan semen kemudian restorasi.

Page 23: PulpOtomi

c. Pulpotomi non vital

Pulpotomi non vital (mortal) adalah amputasi pulpa bagian

mahkota dari gigi yang non vital dan memberikan medikamen/ pasta

antiseptik untuk mengawetkan dan tetap dalam keadaan aseptik.

Tujuan dari pulpotomi non vital adalah untuk mempertahankan gigi

sulung non vital untuk space maintainer.

Teknik non vital pulpotomi :

Kunjungan pertama

6) Ro-foto daerah kerja.

7) Buka atap pulpa / ruang pulpa

8) Singkirkan isi ruang pulpa dengan ekskavator atau bur bulat yang

besar sejauh mungkin dalam saluran akar.

9) Bersihkan dari debris dengan aquadest kemudian keringkan dengan

kapas.

10) Formokresol yang telah diencerkan atau CHKM diletakkan dengan

kapas kecil ke dalam ruang pulpa kemudian ditambal sementara.

Kunjungan kedua (setelah 2 – 10 hari)

4) Periksa gigi tidak ada rasa sakit atau tanda – tanda infeksi.

5) Buka tumpatan sementara, bersihkan kavitas dan keringkan.

6) Letakkan pasta dari ZnO dengan formokresol dan eugenol (1:1) dalam

kamar pulpa, tekan agar pasta dapat sejauh mungkin masuk dalam

saluran akar.

d. Pulpotomi Kalsium Hidroksida

Bahan-bahan yang biasanya digunakan untuk meningkatkan

penyembuhan adalah kalsium hidroksida dan seng oksida serta eugenol.

Kalsium hidroksida digunakan karena kemampuannya membentuk

jembatan dan memelihara vitalitas sisa pulpa. Sebaliknya. semen seng

oksida eugenoI menyebabkan suatu reaksi inflamatori kronis yang

Page 24: PulpOtomi

persisten bila diaplikasikan langsung pada pulpa, dengan kemungkinan

pembentukan jembatan dentin yang Iebih kecil. Kalsium hidroksida. yang

diperkenalkan oleh Herman pada tahun I930, tersedia sebagai puder

kering, suatu pasta yang dicampur dengan air, atau suatu pasta yang

dikemas secara kornersial; seperti Pulpdent, Dycal. atau Life.

Puder/serbuk kalsium hidroksida dapat digunakan sendiri atau dengan

suatu hahan rudiopak, seperti barium sulfat agar campuran lebih dapat

dilihat pada radiograf.

Teknik pulpotomi Kalsium Hidroksida

Suatu radiograf diagnostikharus diperiksa untuk menentukan

pendekatan kekamar pulpa, untuk mengevaluasi bentuk dan ukuran

salurun akar, dan untuk memastikan keadaan jaringan periradikular. Gigi

harus dites vitalitasnya dan hasilnya dicatat. Gigi dianastesi lokaI,

menggunakan metode infitrasi atau konduksi. isolator karet dipasang. dan

medan operasi disinfeksi dengan antiseptik yang cocok. Digunakan teknik

aseptik sepanjang seluruh prosedur. Pada pengambilan struktur gigi yang

mengalami karies. pembukaan ke kamar pulpa dicapai sepanjang garis

lurus, menggunakan daerah yang terbuka sebagai titik permulaan dan

mengambil seluruh atap kamar pulpa dengan bur steril pendarahan dapat

dikendalikan dengan gulungan kapas steril basah. Bagian koronal pulpa d

diambiI dengan ekskavator sendok yang besar, tajam dan steril, atau kurer

periodontal. Suatu ekskavator sendok dengan shank panjang Iebih balk

daripada bur untuk mengambil jaringan puIpa Iunak, karena dapat

memberikan kontrol pulpa lunak karena dapat memberikan kontrol yang

Iebih cermat dalam memutuskan jaringan pulpa koronal dari jaringan

pulpa radikular. Pada gigi anterior, dimana kamar pulpanya kecil dan tidak

jeIas dan saluran akar, perlu digunakan suatu bur untuk mengambil pulpa

bagian rnahkota. Pada gigi posterior, bagian membulat (seperti bulbus)

pulpa yang terkandung dalam kamar pulpa di bawah orifis saluran akar

harus diambil; padag igi anterior, bagian membulat sampai, tetapi tidak

melebihi, sepertiga servikaI saluran akar harus diambil. Sebanyak

Page 25: PulpOtomi

mungkin jaringan harus ditinggalkan dalam saluran akar, untuk

memungkinkan maturasi seluruh pulpa. daripada hanya sebagian saja.

Sebuah gigi yang hanya dewasa sebaian adalah lemah dan rentan terhadap

fraktur oleh kekuatan oklusal. Ekskavator dengan shank yang ekstra

panjang sering diperlukan untuk mencapai kamar puIpa gigi molar dan

mengeluarkan sisa pulpa yang melekat pada dasar pulpa. Untuk

kesempatan ini baik sekali digunakan ekskavator endodonlik No.31 L

yang tajam.

Memutar/memilin puntung pulpa akan menekan jaringan, dengan

konsekuensi nekrosis. Jaringan pada jalan masuk ke saluran akar dan yang

tertahan di dalam saluran akar jangan diganggu.

Kamar pulpa sclanjutnya diirigasi secara seksama dengan air steril

atau dengan larutan anestetik. Larutan anestetik Iebih dibenarkan karena

steril, mengandung epinephrine, yang mengontrol perdarahan dan enak

dipakai. Kamar pulpa di keringkan dengan kapas steril dan diperiksa

apakah terdapat sisa jaringan pulpa. Perdarahan dikontrol dengan

gulungan besar kapas steril, basah yang ditinggalkan berkontak dengan

puntung pulpa selama 2-3 menit.

Kalsium hidroksida dalarn bentuk pasta yang dibuat dengan air

atau suatu pasta komersial yang terdiri dan kalsium hidrokida dan methyl

cellulose (Pulpdcnt), kemudian diaplikasikan pada pulpa yang telah

diamputasi. Sejumlah kecil pasta dengan mengunakan alat semprot

(Syringe) dibiarkan berkontak dengan pulpa yang diamputasi dan

dipadatkan/ditekan pada pulpa dengan gulungan kapas steril. Kalsium

hidroksida dapat juga diaplikasikan dalam bentuk pasta cepat mengeras

(Dycal). Evaluasi histologik menemukan bahwa bahan ini memuaskan.

Kamar pulpa harus diisi dengan kalsium hidroksida sampai suatu

kedalaman paling tidak 1 sampai 2 mm, dan di atasnya diaplikasikan suatu

bahan dasar (base) semen, dapat seng-oksida-eugenol atau seng fosfat.

Suatu bahan perantara tidak diperlukan karena keasaman semen seng

Page 26: PulpOtomi

fosfat dinetralkan oleh kalsium hidroksida. Suatu restorasi permanen

diletakkan di atas bahan dasar. Isolator karet kemudian diambil, dan oklusi

diperiksa. Kemudian sualu radiograf harus diambil sebagai catatan operasi,

untuk perbandingan penutupan apikal, pembentukan jembatan. resorpsi

dalam, degenerasi kalsifik, atau perkembangan penyakit periapikal pada

waktu mendatang.

Gigi harus diperiksa dengan radiograf dan tes vitalitas tiap 3 bulan.

Arus perlu agak ditambahkan daripada normal untuk mendapatkan reaksi

terhadap tes pulpa listrik. Karena gigi dengan pulpotomi kalsium

hidroksida dapat menghasilkan resorpsi internal atau dapat mengalami

kalsilikasi saluran akar sempurna, terapi endodontik harus di lakukan

segera setelah apeksogenesis sudah menyeluruh. Jembatan kalsifik

ditembus, dan terapi saIuran akar dimulai bila apeks sudah matang. Pada

kejadian rasa sakit atau matinya pulpa, isi saluran akar harus diambil

secepat mungkin, dan terapi endodontik harus dimulai bila apeks sudah

matang, tapi bila apeks belum matang, terapi apeksifikasi harus dimulai.

e. pulpotomi dengan formokresol

Tujuan perawatan ini untuk mendapatkan resorpsi akar gigi desidu

secara normal. Indikasi perawatan adalah pada gigi karies masih vital

dengan pulpa terbuka,tidak ada kelainan patologis pada lamina dura dan

resorbsi internal dan eksternal. Tanda klinis jaringan pulpa dalam saluran

akar masih normal.

Teknik perawatan pulpotomi formokresol :

Satu kali kunjungan :

Pasien dilakukan anastesi kemudian dipasang rubber dam. Pada

gigi yang dirawat jaringan karies dihilangkan (fisur bur) dengan high

speed,kemudian setelah dekat dengan pulpa gunakan low speed. Kavitas

dibersihkan dengan saline solution. Tindakan selanjutnya dilakukan

Page 27: PulpOtomi

amputasi jaringan pulpa seluruh kamar pulpa dengan ronde bur atau

sendok ekskavator yang steril. Pendarahan dihentikan dengan cotton pelet

steril dan kemudian cotton pelet diberi formokresol selama 5 menit.

Diletakkan pada ujung jaringan pulpa yang terpotong agar terjadi jaringan

fixasi. Tindakan selanjutnya dresing diletakkan campuran pasta dan Zn

oksida + eugenol (1tetes) + formokresol (1tetes) pada pulpa yang

diamputasi. Selanjutnya dikerjakan permanen filling dengan stainless steel

crown.

Dua kali kunjungan :

Tindakan perawatan ini sama dengan perawatan satu kali

kunjungan. Dengan pemberian dresing kapas dan formokresol ditinggal

dalam kamar pulpa selama 3-7 hari. Baru pada kunjungan berikutnya

dilakukan pemberian pasta campuran Zn oksida + eugenol + formokresol

dan disertai restorasi gigi.

2. a. Kalsium Hidroksida [Ca(OH)2]

kalsium hidroksida merupakan bahan pengisi saluran akar gigi sulung

yang paling baik. Kalsium hidroksida sering digunakan dalam perawatan

resorbsi dan perforasi akar. Kelebihannya yang berhubungan dengan

kerapatan penutupan apeks adalah mudahnya cara penggunaan dan baik

adaptasinya. Menurut Golberg, penggunaan pasta kalsium hidroksida dapat

beradaptasi dengan baik pada dentin maupun permukaan guttap point.

Kelebihan lain menurut penelitian Holland dkk, penggunaannya dalam proses

pengisian saluran akar dapat mengurangi kebocoran foramen apikal.

Kalsium hidroksida mempunyai pH 12,5 serta memiliki efek

antibakteri dan mampu memperbaiki kondisi patologis lesi periapikal.

Kalsium hidroksida juga mempunyai sifat alkalin yang dapat berperan sebagai

iritan, dengan merusak sel pada daerah yang berkontak kemudian

menstimulasi sel-sel yang berdekatan untuk memacu terbentuknya jaringan

terkalsifikasi. Sifat fisis kalsium hidroksida adalah daya larutnya yang tinggi

di dalam air dan gliserol, tidak larut dalam alkohol, dan tidak berbau.

Mekanisme kerja kalsium hidroksida di dalam saluran akar belum diketahui

Page 28: PulpOtomi

secara pasti, tetapi difusi ion kalsium dan hidroksil ke tubuli dentin sudah

terbukti.

Indikasi penggunaan kalsium hidroksida adalah sebagai bahan

dressing pada sebagian besar kasus perawatan saluran akar baik pada gigi

vital maupun non vital. Peletakan kalsium hidroksida di antara waktu

kunjungan dianjurkan pada gigi dengan pembersihan dan pembentukan

saluran akar yang belum sempurna, simptomatis, waktu antar kunjungan

lama, ada infeksi periapikal, juga pada kasus injuri traumatik. Pemakaian

kalsium hidroksida sebagai dressing awal tidak diindikasikan pada keadaan

dimana dibutuhkan penghambatan inflamasi atau inflamasi resorbsi akar aktif,

atau bila ada rasa sakit. Karena pada keadaan tersebut pasta ini dapat

merupakan iritan yang dapat menyebabkan eksaserbase simptom atau

inflamasi yang sebelumnya sudah ada.

b. Formokresol

Pada tahun 1905, Buckley membuat larutan yang mengandung 1%

formaldehid, 35% kresol dalam larutan gliserin / air, yang nantinya akan

digunakan sebagai obat untuk perawatan gigi-gigi molar sulung dengan

perforasi pulpa. Pulpotomi formokresol dengan menempatkan cotton pelet

yang dibasahi dengan obat dan diletakkan ke potongan pulpa setelah pulpa

koronal dibersihkan dan perdarahan dihentikan. Cotton pelet dibiarkan selama

lima menit, sehingga potongan jaringan pulpa berwarna hitam. Dresing

kemudian dibuat dengan mencampur satu tetes formokresol yang sudah

diencerkan dengan satu tetes eugenol dan zinc oksida eugenol, lalu diulaskan

ke potongan pulpa sebelum bahan pelapis zinc oksida eugenol ditempatkan.

Formokresol merupakan agen bakterisidal yang mematikan. Formokresol

mematikan enzim-enzim oksidatif didalam pulpa berdekatan pada daerah

yang diamputasi. Ini mempunyai efek aksi hialurondasi, sehingga sifat

pengikatan dari protein dan hambatan enzim dapat memutuskan jaringan

pulpa gigi dan menghasilkan fiksasi dari jaringan pulpa. Pasley dkk,

mendapatkan bahwa formokresol dapat diresorbsi lebih cepat kedalam tubuh

sebagai akibat pengikatan jaringan.Formokresol merupakan pilihan bahan

medikamen terbaik untuk perawatan pulpotomi pada gigi sulung. Menurut

penelitian klinis dan radiografis, keberhasilan pulpotomi dengan formokresol

Page 29: PulpOtomi

menunjukkan antara 70-97%. Mencairkan seperlima dari formulasi asli

Buckley menunjukkan keberhasilan yang sangat memuaskan karena ke

efektifan yang sama tetapi toksisitasnya lebih rendah. Belum banyak bahan

obat-obatan yang dapat menggantikan sifat formokresol sebagai obat pilihan

pada perawatan pulpotomi pada gigi anak.

c. Zinc Oksida Eugenol

Pasta zinc oksida eugenol merupakan bahan pengisi saluran akar yang

paling banyak digunakan. Menurut Camp, pasta ini diberikan untuk pengisian

pada gigi yang tidak memperlihatkan gejala klinis atau simptom infeksi.

Tingkat keberhasilan bahan ini cukup tinggi, baik digunakan sendiri atau

ditambahkan dengan bahan fiksatif lain. Untuk memudahkan pengisian,

bahan tersebut diaduk hingga mencapai konsistensi yang cukup encer untuk

bisa masuk ke dalam saluran akar, namun harus berhati-hati agar tidak terjadi

overfilling. Sebaliknya, pasta yang terlalu kental menyulitkan obturasi dan

menyebabkan underfilling.

Campuran bahan zinc oksida eugenol untuk pengisian saluran akar

telah menghasilkan bentuk yang cukup keras sehingga memungkinkan

terjadinya perubahan arah pada gigi permanen pengganti, dan dapat pula

terjadi keterlambatan erupsi atau bahkan erupsi yang lebih dini. Barker dan

Locket juga mensinyalir bahwa apabila bahan tersebut ditekan terlalu dalam

dan keluar melampaui akar gigi, maka bahan tersebut tidak akan diresorbsi

dan menimbulkan reaksi tubuh terhadap adanya benda asing. Namun Woods

dan Kildea menyatakan bahwa bahan tersebut masih dapat diresorbsi hanya

saja memerlukan waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.

Kelebihan pasta zinc oksida eugenol cenderung akan dibuang oleh

tubuh sebagai mekanisme pertahanan terhadap benda asing. Pasta tersebut

cenderung bergerak dari region apikal ke region interadikuler yang lebih

sedikit hambatannya. Gerakan ini disebabkan tekanan erupsi gigi permanen

dan mekanisme tubuh untuk membuang benda asing.

Erausquin dan Muruzabal memperlihatkan bahwa zinc oksida eugenol

mengiritasi jaringan periapikal dan menyebabkan nekrosis tulang dan

sementum. Pasta zinc oksida eugenol tidak memiliki kemampuan bakterisid

kecuali bila dicampur dengan bahan lain misalnya formokresol. Namun efek

dari pemakaian formokresol masih dipertanyakan terlebih bila terjadi

Page 30: PulpOtomi

overfiling. Dikhawatirkan efek formaldehid bahan tersebut akan difus pada

organisme makhluk hidup

3. Perbedaan antara pulpotomi non vital dan pulpotomi adalah dari

banyaknya jaringan pulpa yang diamputasi dan lamanya waktu pengerjaan.

Pada pulpotomi nonvital, walaupun gigi sudah non vital namun jaringan pulpa

yang diamputasi hanyalah sampai sebatas daerah mahkota saja. Jaringan

pulpa pada daerah akar ditinggalkan dalam keadaan steril. Sedangkan pada

pulpektomi, jaringan pukpa yang diambil adalah seluruhnya yaitu hingga

menuju saluran akar dan apikal gigi. Dari segi waku pengerjaan, pulpektomi

membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan pulpotomi. Dan biasanya

pulpotomi tidak efektif dilakukan pada orang dewasa.

4. Penatalaksanaan psikologis merupakan faktor yang paling penting dalam

melakukan perawatan gigi pada anak. Nyeri merupakan suatu fenommena

fisiologis dan psikologis yang kompleks. Tingkat presepsi nyeri tidak

konstan,ambang rasa nyeri serta reaksi terhadap nyeri berubah menurut keadaan

secara signifikan yang dapat dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu,tingkat

kecerdasan yang dialami sekarang serta status emosional anak tersebut. Dimana

dokter gigi perlu mengurangi kecemasan anak tersebut agar dapat memperoleh

informasi yang dapat membantu operator dalam melakukan perawatan. Cara yang

dapat dilakukan operator dalam mengurangi kecemasan pasien yaitu :

a. membangun dan mengendalikan situasi senyaman mungkin

b. membangkitkan kepercayaan pasien

c. memberikan perhatian dan simpati pada pasien

d. memperlakukan pasien sebagai individu yang penting

5. Dampak yang ditimbulkan terhadap gigi permanen adalah rusaknya

benih gigi permanen tersebut. Karena posisi gigi permanen yang berada di bawah

dari gigi sulung. Sehingga jika terjadi trauma pada gigi sulung akan

menyebabkan kerusakan pada gigi permanen atau kelainan bentuknya seperti

dilaserasi. Selain itu jika terjadi karies pada gigi sulung dan tidak ditangani, maka

invasi bakteri akan mampu masuk dan merusak benih gigi permanen

Page 31: PulpOtomi

BAB 4

KESIMPULAN

Tujuan perawatan endodontik gigi permanen muda adalah

mempertahankan kelestanian perkembangan akar sehingga gigi tersebut dapat

berfungsi dalam perkembangan gigi. Apabila tidak mungkin dikerjakan karena

prognosis jelek, maka dipertimbangkan untuk pencabutan gigi sehingga dapat

menimbulkan space dan perlu dicari solusi untuk mengatasi hal tersebut.

Pulpotomi adalah pembuangan pulpa vital dari kamar pulpa kemudian

diikuti oleh penempatan obat di atas orifis yang akan menstimulasikan perbaikan

atau memumifikasikan sisa jaringan pulpa vital di akar gigi. Pulpotomi disebut

juga pengangkatan sebagian jaringan pulpa. Biasanya jaringan pulpa di bagian

korona yang cedera atau mengalami infeksi dibuang untuk mempertahankan

vitalitas jaringan pulpa dalam saluran akar. tujuannya untuk melindungi bagian

akar pulpa, menghindari rasa sakit dan pembengkakan, dan pada akhirnya untuk

mempertahankan gigi. Pulpotomi dapat dipilih sebagai perawatan pada kasus yang

melibatkan kerusakan pulpa yang cukup serius namun belum saatnya gigi tersebut

untuk dicabut. Pulpotomi juga berguna untuk mempertahankan gigi tanpa

menimbulkan simtom-simtom khususnya pada anak-anak. Macam-macam dari

pulpotomi yaitu :

1. pulpotomi vital

2. pulpotomi non vital

3. pulpotomi devital

Page 32: PulpOtomi

DAFTAR PUSTAKA

1. Bence, R. 1990. Buku Pedoman Endodontik Klinik. Diterjemahkan dari

Handbook of Clinical Endodontics oleh E. H. Sundoro. Jakarta : Penerbit

UI.

2. Curzon, M. E. J., J. F. Roberts., dan D. B. Kennedy. 1996. Kennedy’s

Paediatric Operative Dentistry. 4th edition. London : Wright.

3. Welbury, R. R. 2001. Paediatric Dentistry. 2nd edition. New York :

Oxford UniversityPress.

4. Grossman Louis I, Oliet Seymour, Rio Carlos E Del. 1995. Ilmu

Endodontik Dalam Praktek Edisi Kesebelas. Alih Bahasa: Rafiah Abyono.

Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.