Pulpen dari ayah

4
Nama : M. Ramadhan Kelas : IX-B No. Abs : 22 Materi : Cerpen PULPEN DARI AYAH Namaku Hafiz, rumahku Indonesia tapi ayahku orang palestina. Akhirnya akupun kelahiran sana juga. Mengapa aku bisa berbahasa Indonesia karena umur 7-12 aku berada di Indonesia lalu meneruskan studyku ke Palestina. SMPku di Palestina jadi aku terbiasa dengan 2 bahasa, Bahasa Indonesia dan arab. Saat aku SMP aku dipaksa ayahku untuk belajar bahasa Inggris. Ayahku bilang bahasa Inggris akan berguna meskipun aku ada di Negara manapun. Tapi aku menolak untuk belajar bahasa Inggris karena sangat sulit dipahami akupun mencoba kabur tapi ayahku sangat cekatan memegang tanganku “Hafiz ayah akan beri kamu hadiah bila kamu belajar bahasa Inggris “ kata ayahku sambil memegang tanganku. “Ayah mau memberi kado apa” tanyaku sambil bergerak kembali ke kursi. Ayah ternyata memberi sebuah pulpen ini semasa aku kuliah. Setelah selang 6 tahun berlalu aku harus kuliah aku memutuskan untuk kuliah di Paris. Di sana aku mengambil jurusan sastra. AKu mendaftarkan diri dan selang 3 hari aku diterima di sana. Hari pertama masuk kuliah aku tidak mengenal sispa-siapa disini. Hari-hari pertama masuk kuliah aku banyak menghabiskan waktu di perpustakaan. Tiba-tiba ada orang yang duduk dekatku aku mencoba untuk berkenalkan dengannya. “Hay … what your name” katanya dalam bahasa Inggris. “My name is Angga” katanya sambil berjabat tangan. “Can you longue Indonesia” kataku “Yes I can, I’am from Indonesia’ katanya senang. “Oh … kamu kuliah disini juga, Jurusan apa” tanyaku. “Iya aku jurusan sastra”. Disini Angga sudah mempunyai teman bernama Carles dia juga berasal dari Indonesia tapi katanya dia Blesteran. Angga

Transcript of Pulpen dari ayah

Page 1: Pulpen dari ayah

Nama : M. RamadhanKelas : IX-BNo. Abs : 22Materi : Cerpen

PULPEN DARI AYAH

Namaku Hafiz, rumahku Indonesia tapi ayahku orang palestina.

Akhirnya akupun kelahiran sana juga. Mengapa aku bisa berbahasa

Indonesia karena umur 7-12 aku berada di Indonesia lalu meneruskan

studyku ke Palestina. SMPku di Palestina jadi aku terbiasa dengan 2 bahasa,

Bahasa Indonesia dan arab. Saat aku SMP aku dipaksa ayahku untuk belajar

bahasa Inggris. Ayahku bilang bahasa Inggris akan berguna meskipun aku

ada di Negara manapun. Tapi aku menolak untuk belajar bahasa Inggris

karena sangat sulit dipahami akupun mencoba kabur tapi ayahku sangat

cekatan memegang tanganku “Hafiz ayah akan beri kamu hadiah bila kamu

belajar bahasa Inggris “ kata ayahku sambil memegang tanganku. “Ayah

mau memberi kado apa” tanyaku sambil bergerak kembali ke kursi. Ayah

ternyata memberi sebuah pulpen ini semasa aku kuliah.

Setelah selang 6 tahun berlalu aku harus kuliah aku memutuskan

untuk kuliah di Paris. Di sana aku mengambil jurusan sastra. AKu

mendaftarkan diri dan selang 3 hari aku diterima di sana. Hari pertama

masuk kuliah aku tidak mengenal sispa-siapa disini. Hari-hari pertama masuk

kuliah aku banyak menghabiskan waktu di perpustakaan. Tiba-tiba ada

orang yang duduk dekatku aku mencoba untuk berkenalkan dengannya.

“Hay … what your name” katanya dalam bahasa Inggris. “My name is

Angga” katanya sambil berjabat tangan. “Can you longue Indonesia” kataku

“Yes I can, I’am from Indonesia’ katanya senang. “Oh … kamu kuliah disini

juga, Jurusan apa” tanyaku. “Iya aku jurusan sastra”. Disini Angga sudah

mempunyai teman bernama Carles dia juga berasal dari Indonesia tapi

katanya dia Blesteran. Angga sudah mempunyai istri yang bernama Harun.

Akhirnya disini aku ngekost dengan Carles. Ya Carles sangat menyenangkan

tapi dia beragama lain denganku disini yang Islam hanya aku dan Angga.

Dan Carles suka memakan daging Babi, sedangkan di Negara ini makanan

paling murah dan halal hanya kari ayam. Carles pernah hidup di Inggris dan

Indonesia. Carles mempunyai teman yang bernama Maria.

Berjalannya waktu disini aku sudah 6 semester. Aku keluar dari kamar

kost Cales sudah menungguku untuk berangkat bersama ke Kampus.

Page 2: Pulpen dari ayah

Sampai di jalan aku bertanya dengan Carles “Kamu dapat urutan keberapa

Les” tanyaku “Urutan apa” jawabnya cuek. “Ya urutan skripsi …” kataku.

“OH nomor 3!!” kstsnys cuek. Karena terlalu banyak

ngobrol tidak terasa sudah sampai Kampus. Setelah melewati jam kuliah aku

langsung menuju perpus sampai di perpus aku bertemu Maria, lalu aku ada

berita bagus untukku kamu” kayanya. “Apa Mar!!!?” tanyaku. “Kita diundang

untuk pesta dansa acara kelulusan besok” kata Maria. “Apa, tapi aku gak

bisa, emang kapan” tanyaku kaget. “Iya makanya besok kita latihan dan

pestanya 1 minggu lagi kok” Setelah mengobrol dengan Maria aku sadar

Pulpen dari Ayahku hilang seingatku aku tadi mengeluarkan pulpenku tadi di

perpustakaan. Aku sangat teledor, aku kembali ke perpustakaan tapi pulpen

dari ayah tidak ada. Aku sangat kepikiran dengan pulpen itu. Sampai malam

aku tidak bisa tidur sehingga aku di Palestina. “Asalamu’alaikum Ummi,

bagaimana kanarnya Ummi.” kataku untuk mengawali telfonku. Hafiz disini

Umi dan ayah baik Fiz, kamu gimana” balas Ummi” Allhamdulillah Ummi

Hafiz baik, Ummi Pulpen dari ayahmu hilang Ummi” kataku yang menyesal.

“Bagaimana bisa hilang Fiz, tapi kalau memang kamu tidak bisa temukan

tidak papa Fiz” kata Ummi. “Insyaallah Ummi, Hafiz akan temukan pulpen

itu, ya sudah Ummi begitu saja telfon Hafiz wassalamu’alaikum” kataku. “Iya

Hafiz walaikumsalam.” Setelah Ummi aku memandang foto ayah. Aku sangat

menyesal pulpen itu bisa hilang.

Setelah hari itu 4 hari lagi aku Sekripsi yaitu hari ini aku sangat gugup

tapi aku dapat urutan ke 2 setelah Angga. Setelah keluar saatnya aku masuk

“Semoga sukses ya Fiz” kata Angga sambil menepuk pundakku. Saat di

dalam ruangan aku harus berbicara dengan Bahasa Inggris setelah 1 jam

berlalu akhirnya selesai juga. Setelah Sekripsi aku memutuskan untuk

pulang, tapi saat aku keluar dari Kampus aku melihat carles ingin

menyebrang tapi ada mobil yang datang dan menabrak Carles. Aku sempat

koma 3 hari, tapi hari ke 4 , Carles sudah sedikit pulih. Saat aku ingin

membangunkan Carles untuk makan siang tiba-tiba hapku berbunyi ternyata

itu telfon dari Maria. “Hallo Hafiz kamu udah siap untuk nanti malam kan”

kata Maria. “Siap apa ya, Maria aku lagi ada di rumah sakit nungguin Carles”

kataku. “Lo memang Carles kenapa” Tanya Maria. “Dia 4 hari yang lalu

kecelakaan” kataku. “kok aku gak tau, tapi nanti malam kamu harus datang”

aku ingin menjawab tapi telfonnya sudah mati. Aku langsung berfikir aku dan

Maria tidak mukhrim bagaimana aku bisa dansa dengan Maria, apa yang

harus aku lakukan dengan Maria.

Page 3: Pulpen dari ayah

Setelah aku membangunkan Carles untuk makan aku langsung pulang

untuk siap-siap ke pesta dansa tapi aku juga sudah menyiapkan sarung

tangan agar aku tidak bersentuhan langsung dengan Maria. Aku naik mobil

menuju Kampus. Sesampaiku disana aku langsung bertemu dengan Maria.

Sehingga aku dan Maria langsung masuk ke aula kampus dengan

bergandengan dengan keadaan tanganku menggunakan sarung tangan.

Setelah dansa aku langsung keluar, ke teras atas dan tiba-tiba Maria

datang “Kamu kenapa??” Tanya Maria “Hem … enggak aku cuma masih

kepikiran sama pulpen yang dikasih dari ayah aku” kataku. “Em … apa ini

pulpenmu!!!” kata Maria sambil menunjukkan pulpennya. “Loh kamu dari

mana Mar aku cari-cari kemana-mana ternya ada dikamu, em … makasih ya

kamu sudah nemuin pulpen aku” kataku. Saat aku menerima pulpen itu

bersamaan pula hpku bordering ternyata telfon dari Ummi.

“Assalamu’alaikum Ummi” kataku . “Waalaikum salam Hafiz ayahmu nak”

kata Ummi tergesa-gesa sambil menangis “Ummi kenapa, ayah kenapa??”

tanyaku yang juga gugup. “Ayahmu terluka parah karena bom Israel Fiz,

kamu pulang ya nak’ kata Ummi, saat aku mau menjawab tiba-tiba ada

suara ayah. “Ka-kamu ja-jangan pulang na..nak ka…mu gab o … leh pu …

lang seb … belum ka… mu lu … lus ku … liah ya aagh” kata ayah yang

sedikit tersendat-sendat tapi itu juga kata-kata terakhir dari ayah untukku.

Aku ingin sekali melihat ayah terakhir kalinya tapi aku ingat aku tidak boleh

pulang sebelum aku lulus kuliah. Aku langsung bergegas pulang dari kampus

dan meninggalkan Maria. Sampai rumah aku langsung memegang foto ayah

dan pulpen dari ayah dengan sangat erat. Perkataan ayah benar pulpen ini

sangat berguna untukku. Terimakasih Tuhan kau telah menganugerahkan

Ayah yang begitu hebat untukku.