Pukulan Hitam

download Pukulan Hitam

of 524

Transcript of Pukulan Hitam

  • 8/11/2019 Pukulan Hitam

    1/523

    PUKULAN HITAM

    (Hek-tjiang)

    Oleh :S.D. Liong

    Penerbit :

    U.P. NAGADjl. Setabelan 32B - Sala.

    Pentjetak :Pertjetakan SEMARDJAJA

    Djl. Maj. Djen. Pandjahitan no.1Sala.

    Mengetahui : No.Pol.5.09.Intel.11.1969

  • 8/11/2019 Pukulan Hitam

    2/523

    Djilid 1

  • 8/11/2019 Pukulan Hitam

    3/523

    1 Malaekat-elmautLangit lazuardi jang terang tjerah tiba2 diganggu

    oleh tebaran awan jang ingin menondjolkan diri. Tetapi

    hal itu tak mengurangi kemeriahan gedung Bu-tjeng-pohjang tengah menjelenggarakan pesta besar. Pesta untukmerajakan hari djadi jang ke 70 dari pemilik Bu-tjeng-poh.

    Tiba2 seorang pemuda muntjul dimuka pintu Butjeng-poh. Seorang pemuda jang berpakaian tjompangtjamping dan ke-tolol2an sikapnja. Kedua tangannja

    disembunjikan dalam lengan badjunja. Tak ada sesuatujang luar biasa pada diri pemuda itu ketjuali sepasangmatanja jang memantjarkan sinar ber-api2....

    Lama djuga ia menunggu didepan pintu barulahseorang budjang tua muntjul dan menjapanja: "Kalausaudara hendak memberi selamat pada poh-tju(madjikan), silahkan masuk!"

    Pemuda itu merenung sedjenak lalu balas bertanja:"Apakah disini Bu tjeng-poh?""Didunia masakan terdapat dua buah Bu-tjeng

    poh?" sahut budjang tua."Kalau begitu kepala Bu-tjeng-poh ini tentu Bu-

    tjeng-mo-ong Leng-hou Tjiu?""Budak hina, kau masih muda, bitjaralah dengan

    sopan santun!" bentak budjang itu."Hm..." sipemuda mendengus."Kalau kau mau undjuk ugal2an di Bu-tjeng-poh,

    disinilah tempatnja untuk membereskan."Pemuda tolol kerutkan alis, bentaknja: "Djangan

    banjak mulut! Lekas suruh Bu-tjeng-mo-ong keluarmenerima kematian!"

    Wadjah orangtua djenggot pendek itu segera

    berubah gelap: "Keparat, kau sungguh sudah bosanhidup!" serunja seraja mendorong dengan sepasang

  • 8/11/2019 Pukulan Hitam

    4/523

    tangan. Segulung angin kuat segera melanda pemudaitu.

    Dingin sadja sambutan sipemuda. Ia takmenangkis maupun menghindar. Baru pada saat deru

    pukulan tiba, ia gerakkan kedua lengan badjunja.Tenaga pukulan budjang tua itu terpental balik kepadapengirimnja. Dia hendak menghindar tetapi sudah kasip.Dadanja serasa disambar geledek. Tubuh ter-hujung2kebelakang sampai beberapa tindak dan mulutmenjembur darah segar!

    "Kalau kau tak mau memanggilnja keluar, terpaksaakan kubunuhnja dihadapan para tetamu!" serusipemuda seraja melangkah masuk.

    Para tetamu jang terdiri dari berbagai tokoh darisegenap pendjuru, tak menghiraukan kedatanganpemuda itu.

    "Berhenti!" tiba2 terdengar lengking suara seoranggadis.

    Sipemuda berhenti sebentar, tetapi segera ia

    teruskan langkahnja pula. Sedjenakpun tak mau iaberpaling melihat penegurnja tadi.

    Baru beberapa langkah kembali suara melengkingjang merdu itu terdengar menegurnja pula: "Saudaradatang hendak menghaturkan selamat, mengapa takpakai aturan sama sekali!"

    Kali ini tergeraklah perhatian sipemuda. Ia berhenti

    dan setengah memutar tubuh memandang kebelakang.Demi pandangannja tertumbuk dengan si penegur,

    batinnja mendebur keras. Buru2 ia berpaling ke mukalagi. Kiranja kurang lebih 9 tombak dari tempat iaberdiri, tampak seorang dara jang teramat tjantik tegakberdiri memandangnja.

    Pemuda itu merasa seperti kena pesona. Tak kuasa

    ia beradu pandang dengan sinar mata dara djelita.

  • 8/11/2019 Pukulan Hitam

    5/523

    Tiba2 ia dikedjutkan oleh ngiang pesan seorang tuajang menjuruhnja ia datang ke Bu-tjeng-poh: "setantjilik, pergilah bunuh bu-tjeng-mo-ong, aku..."

    Pesona jang mentjengkam hati sipemuda bagaikan

    awan bujar tertiup angin. Ia gelagapan seperti digujur airdingin. Buru2 ia teruskan langkahnja lagi.Sidara tertjengang. Pada lain saat ketika ia

    tersadar, sipemuda itu sudah melangkah masuk ke-dalam ruangan besar. Dara itu ber-gegas2 memburunja.

    Mata sipemuda berkeliaran memandang kesegenappendjuru. Karena sedang sibuk ber-tjakap2 danbersenda gurau menikmati hidangan, tetamu2 itu takmemperhatikan kemuntjulan pemuda jang tak dikenalitu.

    Pemuda itu langsung menudju kepada seoranglelaki tua jang duduk dikursi tuan rumah, tegurnja:"Apakah tuan ini Bu-tjeng-mo-ong Leng-hou Tjiu?"

    Lelaki tua berbadju biru itu tersentak kaget, karenaia tak tahu akan kehadiran pemuda jang tak dikenalnja

    itu. Sebagai seorang momok jang termasjhur ganas, iaheran dan kaget mengapa sampai tak mengetahui halitu.

    "Siapakah saudara?" orang tua itu balas bertanjaseraja memandang tadjam.

    "Djawab dulu pertanjaanku tadi !"Saat itu semua tetamu jang terdiri dari kaum

    persilatan berbagai pendjuru, telah mengetahui djugakeributan itu. Serempak mereka berdiri.

    "Djika seorang tokoh matjam Leng-hou lo-tjian-pwetak mengenal, mengapa masih berlagak tjongkak?" serusalah seorang hadirin.

    Orangtua badju biru tetap bersabar, tegurnja:"Perlu apa saudara hendak mentjariku? Sebutkan

    namamu, djangan main sembunjikan diri!"

  • 8/11/2019 Pukulan Hitam

    6/523

    Namun pemuda itu tak menggubris, serunja? "Butjeng-mo-ong, hari apakah saat ini!"

    "Semua orang tahu bahwa hari ini adalah hariulang tahunku jang ke 70!"

    "Salah!" tukas pemuda itu, "Hari ini adalah hariadjalmu!"Bukan main marah orangtua badju biru itu. Segera

    ia bersuit perlahan. Berpuluh lelaki gagah denganpakaian ringkas segera mengepung pemuda itu. Malahbeberapa tetamu jang sudah setengah mabuk,memandang pemuda itu dengan mata melotot. Merekasiap menghadjarnja setiap saat.

    Pemuda itu tak mengatjuhkan sedikitpun djuga.Serunja dengan dingin : "Kematian sudah tibadihadapanmu, mengapa kau masih menjuruh orang2jang tak berdosa mendjual djiwa untukmu?"

    "Tutup mulutmu, andjing!" bentak siorangtua badjubiru, "biarpun kau mempunjai sajap, djangan harap kaumampu lolos dari Bu-tjeng-poh sini!"

    "Benarkah?" edjek sipemuda."Lekas katakan nama gurumu!""Aku jang berbuat, aku sendiri jang bertanggung

    djawab, tak sangkut paut dengan guruku!" sahut sipemuda.

    "Kalau begitu sebutkan namamu!"Angkuh dan tjongkak sekali sikap pemuda itu.

    Sekalipun orang gagah tak puas dan hendakmenghadjarnja. Suasana tegang sekali.

    Pun saking marahnja orangtua badju biru itugemetar, bentaknja : "Aku tak mau membunuh budakjang tak bernama! Lekas beritahukan namamu ataupulang sadja minta susu pada ibumu!"

    Pemuda itu kibarkan mata memandang

    kesekeliling. Se-konjong2 karena tak dapat menahankemarahannja, sekalian djago2 serempak

  • 8/11/2019 Pukulan Hitam

    7/523

    menghamburkan pukulan kepada pemuda itu. Hebatnjabukan kepalang.

    Pemuda itu terkedjut. Buru2 ia tarik tangan kirinjadari lengan badju lalu ditamparkan. Sekalian djago2

    tersentak. Tenaga pukulan mereka terhalau olehtamparan pemuda itu."Hebat sekali tenagamu, budak!" seru siorang tua

    badju biru, "tetapi mengapa kau tak berani menjebutdirimu!"

    Dengus sipemuda: "akan kuperlihatkan padamusebuah benda. Segera kau tentu kenal siapa diriku ini!"

    "Benda apa?"Tangan kanan pemuda itu bergerak-gerak dalam

    lengan badju, seperti ia hendak mengeluarkan suatupusaka. Semua mata hadirin ditudjukan pada tanganpemuda itu.

    Tiba2 tangan kanan pemuda itu tersembul keluardari lengan badjunja. Astaga, sebuah lengan tangan janghitam warnanja.

    "Wahai, Malaekat-elmaut!" sekalian tetamumemekik kaget.

    Orangtua jang mendjadi tuan rumah itupunmenjurut mundur dua langkah. Wadjahnja putjat pasimemantul sinar suram putus asa. Tiba2 suatu lamunanngeri melintas dalam benaknja. Kembali ia terhujung-hujung beberapa langkah kebelakang. Pun sekalian

    tetamu jang terdiri dari kaum persilatan sama mundurseperti melihat hantu disiang hati. Sebagian besarmenggunakan kesempatan untuk njelonong lolos.

    Namun orangtua badju biru itu tak maukehilangan harga diri sebagai seorang tokoh persilatanternama. Serunja dengan garang: "Apakah kau muriddari Malaekat-elmaut?"

    "Bukan!" sahut sipemuda."Bohong! Habis apa maksudmu datang kemari?"

  • 8/11/2019 Pukulan Hitam

    8/523

    "Mengambil djiwamu!""Mengapa?""Membalas dendam mengorek bidji mata!""Mengorek bidji mata? Bidji mata siapa? Si

    Malaikat Elmaut?""Mungkin!" seru sipemuda pah-poh sambildjulurkan tangannja jang hitam kemuka. Segumpal sinarhitam segera menghambur kearah situan rumah. Orangtua itu rasakan seperti dilanda oleh ribuan pukulanhitam jang mentjengkeramnja. Tjepat ia menghantam,tetapi ah... pukulannja itu seperti ketjemplung dalamtempat jang kosong melompong. Bujar lenjap!

    Pada saat tangan hitam sipemuda mendjamah dadaorang, terdengarlah orangtua itu mendjerit ngeri. Diamentjelat terlempar sampai beberapa meter djauhnja.Mulutnja muntah2 darah hitam dan putuslah djiwanjaseketika...

    Sipemuda menjaksikan adegan itu dengan dingin2sadja. Setelah melihat siorang tua benar2 sudah mati,

    barulah ia masukkan tangannja kedalam lenganbadjunja lagi.

    Se-konjong2 sesosok tubuh menerobos masukkedalam ruangan. Demi melihat siorang tua badju biruterkapar dilantai, petjahlah tangis orang itu.....

    Sipemuda tak dikenal terbalik kaget sekali. Kiranjajang masuk itu adalah sidara tjantik jang didjumpainja

    diluar tadi.Dara itu memeluk tubuh siorang tua dan menangis

    tersedu sedan. Tiba2 ia berdiri. Dengan mata masih ber-linang2 ia segera menghampiri kemuka sipemuda.

    Pemuda itu mau tak mau meujurut mundur demimenghadapi wadjah sidara jang sedemikian membeku

    Plak... plak... tiba2 dara itu menampar pipi

    sipemuda. Pemuda itu tak mau menghindar ataumenangkis. Ia kasihkan mulutnja ditampar sampai

  • 8/11/2019 Pukulan Hitam

    9/523

    berdarah! Hebat sekali tamparan dara itu. Sebenarnjasipemuda mengantjing mulutnja rapat2 untuk menahandjangan darahnja muntah keluar. Beberapa saatkemudian ia muntahkan dua buah giginja jang rontok.

    Sidara menatapnja lekat2, serunja dingin: "Enjahkau! Pada suatu hari aku tentu membalas sakit hati ini!"Pada pertama kali melihat pemuda itu, sidara

    memperoleh kesan aneh. Pemuda itu walaupuntampaknja ke-tolol2an atjuh tak atjuh, tapi sikapnjatjongkak sekali. Diluar dugaan dara itu malahmempunjai kesan baik. Ia kagum dan suka kepadadjenis pria matjam begitu!

    Tetapi pertemuannja jang kedua kali, telahmerobah semua pandangannja. Ternjata pemuda ituseorang pembunuh jang berhati dingin. Bahkan jangmendapat korban itu adalah ajah sidara sendiri. Hebat...!

    Pemuda itu segera putar diri dan berdjalan keluardari ruangan. Tak seorangpun dari sekalian tetamu2djago2 persilatan itu jang berani menghalangi sipemuda.

    Dengan lenggangnja pemuda itu melangkah keluar.Ruang perdjamuan jang megah meriah, kini

    berobah mendjadi sebuah medan jang penuh diliputikesunjian dan kesedihan serta helaan napas...

    Ketika pemuda itu tiba disebuah hutan, haripunsudah petang. Angkasa penuh bertaburan bintang2gemerlap. Entah berapa lama lagi ia berdjalan, ketika

    melihat sebuah goha batu, iapun segera memasukinja.Ternjata didalam goha itu terdapat penghuni. Ini dapatditandai dengan sinar api jang menerangi ruang goha.

    Diatas sebuah bale2 batu jang terletak diudjungruang, duduk seorang tua berambut dan berdjenggotputih. Djubahnja mendjuntai ketanah tetapi keduakakinja tak tampak. Ah, ternjata orangtua itu seorang

    manusia jang tak utuh tubuhnja. Matanja jang kanan

  • 8/11/2019 Pukulan Hitam

    10/523

    tjomplong (hilang), lengan kirinja hilang dan keduakakinja buntung...

    Begitu si anak muda masuk, orangtua aneh itusegera menegurnja : "Hai, setan tjilik, apakah Bu-tjeng-

    mo-ong sudah kau bunuh?"Sambil melangkah musuk. anakmuda itumenjahut: "Sudah!"

    "Perlihatkan tangan kananmu!" perintah orangtuaaneh itu dengan nada dingin.

    Anak muda itu segera ulurkan tangan kanankemuka. Siorang aneh tertawa gelak2 dan sianakmudatertjengang. Kiranja tangan kanannja itu sudah pulihseperti tangan kirinja. Tidak berwarna hitam lagi tetapiputih.

    Siorangtua aneh tertawa njaring: "Setan tjilik, kauminta adjaran ilmu apa?"

    "Kasih adjar ilmu Pukulan Hitam (Hek Tjiang)padaku!"

    "Tidak! Telah kukatakan sebelumnja, ketjuali kau

    sudah membunuh semua musuhku, tak usah kau mintatentu akan kuadjarkan padamu ilmu itu!"

    Orang aneh itu berhenti sedjenak, serunja pula:"Hai, setan tjilik, tjoba kau hitung, masih berapabanjakkah musuh2ku itu!"

    Djelas diketahui oleh sipemuda bahwa orang anehitu tak punja lengan kiri, telinga kanan dan dua kaki.

    Serentak ia mendengus: "Setan tua, lenganmu hilangsatu, telingamu terpapas satu, kakimu buntung danpahamu kutung. Apakah kau hendak suruh akumembunuh 4 orang lagi?"

    "Tak ada lain pilihan lagi.... katakanlah, kauhendak minta adjaran ilmu apa sadja. Jika kau bisamendapat satu sadja dari ilmuku, tanggung kau tentu

    dapat mendjagoi dunia, perlu apa kau hanja maubeladjar Pukulan Hitam sadja?" orang aneh itu ulurkan

  • 8/11/2019 Pukulan Hitam

    11/523

    tangannja kanan. Dibawah tjahaja api, tampak lengannjaberwarna hitam mulus seperti arang.

    "Tetapi musuhku itu adalah djago nomor satu di-dunia!" sipemuda menghela napas.

    "Hai, setan tjilik, siapakah namamu?""Setan tua, perlu apa kau tanjakan? Kau memberiadjaran ilmu padaku dan aku melaksanakan perintahmumembunuh orang. Bukankah itu suatu tjara djual belijang adil? Aku tak bertanja namamu, perlu apa kaumenanjakan namaku? Eh, ja, bukankah kau bernamaMalaekat Elmaut?"

    Seketika wadjah orang aneh itu berobah,bentaknja: "Setan tjilik, siapa jang memberitahukanpadamu!"

    "Bu-tjeng-mo-ong!""Selandjutnja tak boleh kau menjebut nama

    Malaekat Elmaut itu lagi, atau segera kubunuhmu!"Pemuda itu menggigil, tak berani lagi ia

    memandang simanusia aneh.

    "Kau sudah membunuh Bu-tjeng-mo-ong, nah, kauhendak minta adjaran ilmu apa, lekas katakan! Taknanti aku ingkar djandji!"

    "Aku hanja ingin beladjar pukulan hitam sadja.Lainnja aku tak kepingin!"

    "Pukulan-hitam? Kalau ingin beladjar Pukulan-Hitam harus membunuh 4 orang lagi!"

    Pemuda ketololan itu tergetar hatinja. Sebenarnjaia seorang pemuda baik hati. Djika bukan karenamangandung tjita2 membalas sakit hati, tak nanti iasudi meluluskan sjarat sigila itu.

    Masih terngiang rasanja djerit ratapan sidaratjantik jang menangisi majat ajahnja. Betapa kedjam iamemisahkan seorang anak dengan ajahnja. Betapa

    djahat perbuatannja membunuh seorang jang tak salah

  • 8/11/2019 Pukulan Hitam

    12/523

    tak dosa kepadanja. Beberapa saat bajang2 ngeri ituterlintas dalam benaknja.

    "Tidak!" tiba2 ia menjahut getas, "aku tak sudidjadi algodjomu lagi!"

    "Baik", sahut orang aneh itu dengan dingin, "kalaubegitu aku hanja akan mengadjar ilmu lweekang jangdisebut Kiu-tjoan-gi kang untuk membalas djasa-mumembunuh Bu-tjeng-mo-ong! Setelah itu silahkan kaupergi!"

    "Aku tak sudi beladjar Kiu-tjoan-gi-kangmu!"dengan geram pemuda tolol itu segera melangkah keluar.Siorang anehpun tak mau mentjegah.

    Beberapa saat kemudian, tiba2 pemuda itu baliklagi.

    "Ho, ho," siorang aneh tertawa meloroh, "kutahukau tentu kembali lagi. Dengan memiliki ilmu Kiu-tjoan-gi-kang sadja, tjukuplah kau sedjadjar dengan tokoh2sakti dalam dunia persilatan sekarang ini!"

    "Aku tak kepingin...", tukas si pemuda tolol. Tetapi

    lain saat ia segera berseru dengan geram: "Katakan,siapa orang kedua jang harus kubunuh! Aku bersediamemenuhi sjaratmu membunuh 4 orang lagi!"

    "Karena kau tetap ingin beladjar Pukulan-hitam?""Tentu! Setan tua, djangan banjak omong!

    Siapakah tjalon korban jang kedua itu?" tukassipemuda.

    Orang itu mengangkat tangannja sebelah kanan.Ia merabah-rabah telinganja kanan jang sudah

    hilang. Serunja penuh geram: "Dia adalah orang jangtelah memotong daun telingaku ini jakni Bok-tiong-long-tju Tang-hun Ka!"

    "Bok-tiong-long-tju Tang-hun Ka?" menegassipemuda.

  • 8/11/2019 Pukulan Hitam

    13/523

    "Ja, lekas duduk. Segera akan kusalurkantenagaku murni untuk menurunkan ilmu Pukulan-hitampembunuh-seorang-djiwa!"

    "Setan tua," seru sipemuda dengan sorot mata

    meratap, "djangan menjiksa diriku. Sebutkan sadjakeempat orang musuhmu itu dan terus adjarkanPukulan-hitam padaku. Kubersumpah tentu akanmembunuh musuhmu itu semua!"

    "Tidak!" seru siorang tua aneh. "Hanja sedjurusPukulan-membunuh-seorang sadja jang dapatkuadjarkan padamu. Setelah Bok-tiong-long-tjukaubunuh, ilmu Pukulan hitampun segera lenjap lagi.Kau harus datang kemari menerima perintahku. Setelahkau selesai membunuh musuh2ku tentu akankuadjarkan padamu semua djurus Pukulan hitam. Lekaskemari kau, setan tjilik!"

    Sipemuda tolol segera menghampiri. Orang tuaaneh itupun ulurkan tangannja kanan jang berwarnahitam, mentjekal tangan kanan sipemuda.

    Segera pemuda tolol itu rasakan bahunja kanankesemutan. Suatu aliran tenaga aneh mengalirkelengannja. Aliran itu panas sekali. Lengan sipemudaseperti dibakar...

    "Sudah, pergilah!" beberapa saat kemudian siorangtua aneh berseru.

    Ketika menarik lengannja, sipemuda dapatkan

    tangannja berobah mendjadi hitam seperti tangansiorang tua aneh.

    Dengan geram pemuda itu melangkah keluar."Ingat, bunuhlah Bok-tiong-long tju!" siorang tua anehmemberi peringatan. Namun pemuda itu sudah lenjapdalam kegelapan malam.

    ***

  • 8/11/2019 Pukulan Hitam

    14/523

    Suasana seram. Hawa pembunuhan menjelimutisebuah pekuburan tua jang terletak didaerah gunungsitu. Suara gemerintjing sendjata beradu, memetjahkesunjian malam. Benar, memang ditanah lapang

    pekuburan itu tengah berkumpul berpuluh djago2persilatan. Mereka sedang mengadu djiwa. Rupanja adasesuatu jang diperebutkan.

    Salah seorang djago jang bernama Te Bok gelarsasterawan awet muda, tengah mengangkat sebuah petibesi ketjil dan tertawa dingin. "Ajo, siapa jang tak takutmati, boleh tjoba merebut benda ini..." belum habis iaberseru, seorang paderi tampil melantang: "Kutu buku,djangan bermulut besar! Goan Thong hendakmendjadjalmu!"

    Paderi itu bermuka persegi, bertelinga besar danbertubuh gemuk. Dari badjunja jang tersingkap, tampakdadanja besimbar bulu. Suaranjapun keras sepertigeledek. Ia menutup kata-katanja dengan dorongkansepasang tindjunja jang sebesar mangkuk...

    Put-lo-su seng atau Sasterawan awet-mudabergeliatan mengingsut seraja balas menampar dengantangannja kanan.

    Tar.... terdengar letupan keras ketika dua buahpukulan beradu. Sasterawan-awet-muda dan paderigemuk sama2 tersurut mundur dua langkah. Wadjahmereka putjat lesi....

    Belum Sasterawan-awet-muda berdiri tegak, tiba2sebuah angin tadjam mendesing dibelakangnja. Ia tahudirinja dibokong dari belakang. Dalam posisi seperti saatitu tiada lain djalan baginja ketjuali harus mendjorokkemuka sekali. Tetapi karena ia berbuat begitu, peti besijang ditjekalnjapun terlepas...

    Setelah terhindar dari serangan gelap, Sasterawan-

    awet muda menghambur makian."Menjerang dari

  • 8/11/2019 Pukulan Hitam

    15/523

    belakang. adalah pengetjut! Sungguh ketjewa kaumendjadi putera dari Thian-te-tjoat-kiam!"

    Kiranja jang menjerang dari belakang itu seorangpemuda berpakaian mentereng. Sepasang alisnja jang

    memandjang makin memperindah wadjahnja jangtjakap. Hanja sajang gundu matanja mengandung sinarkekedjaman.

    Dalam pada menghambur makian itu, Sasterawan-awet muda segera bergerak menjambar peti besi jangmenggeletak ditanah. Tjepat sekali ia bergerak tetapi takkurang tjepatnja pula beberapa sosok tubuhberhamburan melandanja!

    Sasterawan-awet-muda terkedjut dan menjurutmundur, ia tegak ter-mangu2.

    Paderi gemuk Goan Thong, pemuda ganteng danber-puluh2 djago2 silat dari golongan Hitam maupunPutih tengah mengepung peti besi itu. Masing2 berdjaga-djaga dengan tegang. Asal ada orang jang beranimengambil, tentu akan diserang berpuluh djago sakti.

    Sesaat suasana mendjadi tegang regang. Takseorangpun jang berani bergerak. Hening lelap bagaikankuburan mati.

    Tiba2 terdengar lengking melantang memetjahketegangan : "Hai, siapakah diantara kalian jangbernama Bok tiong-long-tju?"

    Seorang pemuda jang gagah tetapi ke tolol2an

    sikapnja muntjul. Sepasang alisnja mengerutmengandung hawa pembunuhan.

    Seorang tua kurus kering dalam djubah hitamtampil dari rombongan djago2 itu.

    "Apakah kau bukan pemuda jang beberapa harijang lalu membunuh Bu tjeng-mo-ong dengan Pukulan-hitam?" serunja.

    "Siapakah saudara? Apa hubunganmu denganperistiwa itu?" sahut sipemuda.

  • 8/11/2019 Pukulan Hitam

    16/523

    Wadjah si orang tua kurus membesi."Aku Ko Tiok lodjin adalah sahabat karib dari Bu-

    tjeng-mo-ong. Djika benar kau jang membunuhsahabatku itu, heh heh... djangan harap kau dapat

    tinggalkan tempat ini!""O, kau hendak membalaskan sakit hati Bu-tjeng-mo-ong? Boleh sadja, aku setiap saat bersediamelajanimu!" sahut sipemuda dengan tjong-kak.

    Ko Tiok lodjin taburkan lengan djubahnja. Sebuahpukulan dilajangkan kepada pemuda itu.

    Tenang2 sadja pemuda tolol itu memandang. Pe-lahan2 ia mengangkat tangan kiri untuk menjongsong.Uh.... seketika Ko Tiok lodjin rasakan dadanja tertindihtembok raksasa. Djantungnja me-letup2 dan tubuhpunterhujung-hujung mundur beberapa langkah lalu djatuhterduduk. Sampai beberapa saat ia tak dapat bangun...

    Sepasang alis pemuda itu mendjungkat. Matabersinar membara. Dengan geram disapunja wadjahsekalian orang jang berada disitu. Tiba2 ia menghela

    napas dan melangkah pergi...Belum berapa lama ia berdjalan. Se-konjong2 dari

    lamping gunung tampak sesosok bajangan hitam ber-lari2an menudju kearahnja!

    Tjepat sekali bajangan itu sudah tiba dimukasipemuda. Seorang wanita tua berambut putih muntjuldalam pakaian hitam...

    ***

  • 8/11/2019 Pukulan Hitam

    17/523

    2 Kitab tanpa tulisanWanita tua memandang sipemuda dengan tadjam.

    Ditelusuri udjung kaki pemuda itu sampai keataskepalanja.

    "Hai, bujung, tundjukkan tanganmu kanan!" sesaatkemudian wanita itu melengking.

    "Kalau aku tak mau?" djawab sipemuda denganatjuh tak atjuh.

    "Kau harus memikul akibatnja sendiri...""Tak pertjaja! Masakan kau mampu memaksaku!"Rambut putih wanita itu bergontjangan. Wadjahnja

    menampilkan sinar ambisi jang besar. Ia djulurkantangannja kanan. Dengan djari telundjuk ia membuatgurat2an dari djarak djauh kearah lengan badjusipemuda. Ret, ret... lengan badju sipemuda robek dantampaklah lengannja jang kanan. Hai, lengan hitam...

    Sekalian djago2 jang melihat peristiwa itu mendjerittertahan. Wadjah mereka putjat seketika...

    Mata wanita tua itu ber-api2 melekat padasipemuda: "Kau murid dari Malaekat-elmaut?""Bukan!""Pembohong! Dikolong djagad hanja Malaekat-

    elmaut itu jang memiliki ilmu Pukulan-hitam. Siapanamamu?"

    "Aku tak punja nama, djuga bukan murid dariMalaekat-elmaut!" sahut sipemuda.

    "Hm, bagaimanapun halnja kau harusmemberitahukan dimana tempat Malaekat-elmaut!" seruwanita tua.

    "Tidak tahu!""Hm, kau bukan tandinganku," gumam siwanita

    tua, "kasih tau dengan baik2 agar kau terhindar darisiksaan."

  • 8/11/2019 Pukulan Hitam

    18/523

    Sipemuda tolol mengatjungkan tangannja kanan,berseru: "Djika kau berani kurang adjar kepadaku,djangan salahkan aku kalau gunakan Pukulan-hitam!"

    Sedikitpun wanita tua itu tak djeri. Bahkan ia

    malah madju menghampiri dan menantang: "Tjobalahkau pukul aku!"Melihat keberanian siwanita tua dan mengingat

    bahwa Pukulan hitam jang dimiliki hanja dapatdigunakan satu kali sadja, djika ia sembaranganmenggunakan kepada wanita itu bagaimana ia dapatmelaksanakan tugas membunuh Bok tiong long-tjunanti?

    Ia terpaku seperti patung."Huh, kutahu kau tentu tak berani edjek siwanita

    tua.Pemuda tolol itu terkesiap kaget. Pikirnja: "Apakah

    ia tahu bahwa lenganku itu hanja dapat dipergunakanmembunuh seorang sadja...."

    Ditatapnja wanita tua itu dengan penuh

    keheranan."Malaekat-elmaut tentu sudah memesanmu," kata

    wanita tua seenaknja, "supaya djangan kurang adjarkepadaku..."

    Wanita tua itu memandang djauh kemuka.Mulutnya mengingau seorang diri: "Ah, sungguh takterduga dia masih teringat padaku!"

    Keriput dahi wanita itu menggerenjah girang. Tiba2ia berpaling kepada sipemuda tolol, serunja: "Gurumuitu, apakah pernah mentjeritakan kepadamu tentangdiriku. Ja, benar, memang aku jang dipanggil Tjeng-Thian-it ki (wanita kasih). Tentu kau sudah pernahmendengar nama itu!"

    Diluar dugaan pemuda tolol gelengkan kepala.

    Wadjahnja tawar2 sadja dan sepatahpun tak mendjawab.

  • 8/11/2019 Pukulan Hitam

    19/523

    Tjeng-thian-it ki agak ketjewa, serunja"Hai apakahgurumu tak pernah bertjerita?"

    "Aku tak mengerti apa jang kau katakan!""Tak peduli kau mengerti atau tidak, ajo lekas

    katakan dimana tempat tinggal si Malaekat-elmaut!"bentak wanita kasih."Apa jang harus kukatakan padamu?" seru pemuda

    tolol, "terus terang sadja aku tak dapat memberitahukanhal itu!"

    "Djangan bersikap ke-kanak2an bujung!" tegurTjeng thian-it ki, "asal kau mau memberitahukan tempattinggal si Malaekat-elmaut, peti besi jang berisi Kitab-tanpa-tulisan itu tentu kurebutkan untukmu!"

    Kini barulah sipemuda tahu apa jang terkandungdalam kotak besi jang diperebutkan sekalian djago2 silat.Sebuah kitab jang tiada tulisannja. Ah, apa guna sebuahkitab jang tiada tulisannja?

    "Aku tak mengharap benda jang bukan mendjadihak milikku!" sahutnja.

    "Apa?" seru Tjeng-thian-it-ki dengan kaget, "kautak ingin memiliki Kitab-tanpa-tulisan?"

    Tjeng-thian-it-ki benar2 heran melihat sikap si-pemuda jang dianggap begitu tolol tetapi angkuh. Barusekali itu ia berhadapan dengan pemuda seaneh itu.

    Sebenarnja penolakan sipemuda tolol itu bukankarena kitab itu milik lain orang melainkan karena ia tak

    tahu apa gunanja Kitab-tanpa-tulisan itu.Beberapa saat kemudian Tjeng-thian-it ki berseru

    geram: "Persetan kau mau atau tidak dengan Kitab-tanpa-tulisan, tetapi kau harus memberitahukan tempattinggal si Malaekat-elmaut!"

    "Aku tiada tempo omong2 dengan kau!" teriaksipemuda seraja terus melangkah pergi.

    Tjeng thian-it ki mengangkat tangannja kanan.Kelima djarinja jang runtjing tadjam seperti tjakar

  • 8/11/2019 Pukulan Hitam

    20/523

    garuda segera digeliat-geliatkan matjam burungmentjakar-tjakar diudara: "Budak, kembalilah!"

    Seketika punggung sipemuda itu seperti ditarikbalik oleh sebuah tangan-penjedot sehingga mau tak

    mau harus tersurut mundur beberapa langkah."Kau mau mengatakan atau tidak!" bentak wanitaTjeng-thian-it-ki dengan bengis.

    "Sampai matipun aku tak mau bilang!" sahutsipemuda tak gentar.

    Tjeng-thian-it-ki ber-kaok2 seperti kerbaudisembelih. Sekali tangannja didorongkan, iamembentak: "Enjah kau!"

    Tubuh sipemuda bagaikan sebuah lajang2 putustali, melajang sampai 6 tombak djauhnja. Setelah ter-hujung2 barulah ia dapat berdiri tegak pula.

    "Pulang beritahukan pada si Malaekat-elmaut,Tjeng thian-it ki Bu Peng ki pada satu hari pasti dapatmentjarinja!"

    Pemuda tolol benar2 terpesona melihat kesaktian

    wanita tua itu. Setelah memandang tadjam2 beberapadjenak, segera ia melangkah pergi.

    Djelaslah didengarnja dari arah belakang terdengarpula letupan pukulan beradu dan gemertjing sendjatatadjam serta pekik bentakan dari djago2 persilatan jangbertempur memperebutkan peti besi, namun pemuda itutak mau menghiraukan, ia lari se-kentjang2. Setelah

    terpisah djauh dari medan pertempuran, barulah iamengeluarkan sehelai badju warna kelabu. Ia menggantibadjunja jang telah bilang bagian lengannja tadi.

    Ketika melandjutkan perdjalanan, ia tertegun. Daridjauh terdengar suara tetabuhan sedih tengahmendatangi. Segera ia menjongsong.

    Suatu rerotan pandjang matjam orang sedang

    pawai, tampak berdjalan per-lahan2. Ah,ternjata sebuahrerotan orang jang sedang mengantar djenazah. Jang

  • 8/11/2019 Pukulan Hitam

    21/523

    paling menarik perhatian pemuda tolol itu ialah seorangdara badju hitam jang berdjalan menggelandoti peti matiseraja tak henti2nja menangis tersedu-sedan.

    Mau tak mau hati pemuda itu ikut rawan djuga.

    Pikirnja, "Pernah apakah orang jang mati itu dengandara badju hitam itu? Mengapa ia begitu bersedihsekali?"

    Saat itu rerotan djenazah berdjalan lewat disisinja.Diluar kesadarannja, pemuda tolol itupun ikutmenggabungkan diri dalam rerotan lalon. Selamaberdjalan itu sipemuda mempunjai kesempatan untukmemperhatikan orang2 jang ikut dalam penguburan itu.Ah, ternjata orang2 itu lain dengan orang biasa. Matamereka memantjarkan sinar tadjam. Ada jangmengenakan pakaian ringkas. Ada jang berpakaianseperti orang biasa tetapi dalam badjunja menjelipsendjata.

    "Ah, djenazah ini tentulah seorang tokoh persilatanjang ternama," diam2 pemuda itu menimang dalam hati.

    Tiba2 ia dikedjutkan dengan suara berisik daripekik bentakan orang. Wahai, kiranja rerotan lajon itutiba lagi dilereng gunung dimana djago2 silat sedangberebut sebuah peti besi jang ketjil. Hanja bedanja saatitu sudah ada beberapa orang jang bergelimpanganrubuh ditanah. Mereka tentu kurban2 dari rebutan petibesi jang berisi Kitab-tanpa-tulisan.

    Jang mendjadi keheranan sipemuda ialahbahwasanja saat itu wanita Tjeng-thian-it-ki tak tampakberada ditempat itu lagi. Rupanja tentu sudah pergi.

    Saat itu peti besi berisi Kitab-tanpa tulisan (Bu-dji-thian-su) berada ditangan seorang paderi tua jang alisnjasudah putih. Paderi itu mengenakan djubah warnamerah. Dari delapan pendjuru ber-puluh2 djago silat

    berdjalan per-lahan2 menghampiri paderi itu. Tegang-regang, genting meruntjing...

  • 8/11/2019 Pukulan Hitam

    22/523

    Rombongan pengantar djenazah harus melaluilapangan tempat mereka bertempur. Pada saat tokoh2persilatan itu sudah siap hendak menghantam paderitua, se-konjong2 sidara berseru hambar: "Harap tuan2

    djangan berkelahi dulu dan silahkan memberi djalan!"Perlahan kedengarannja sidara mengutjapkankata2nja tetapi telinga sekalian orang seperti terngiangletupan keras sehingga mereka sama terkesiapmemandang pada sidara badju hitam. Entah karenakaget akan suara sidara jang sedemikian hebat ataukarena menghormat rerotan lajon, ber-puluh2 djago silatitu segera mengurut mundur beberapa langkah.

    Paderi tua jang memegang kotak besipun ikutmenjingkir hendak memberi djalan.

    "Bok Gwan taysu maukah kau memberikan kotakitu kepadaku?" se-konjong2 sidara badju hitam berserupelahan.

    Empuk dan merdu sekali udara mengutjapkankata2nja. Tiada kata2 jang memaksa atau menekan

    orang, tetapi sebuah permintaan jang sukar ditolak. Dananehnja paderi tua jang sudah putih alisnja itu sertamerta segera menjerahkan kotak kepada sidara.

    Setelah menerima kotak besi sidara segera memberiperintah kepada rombongannja untuk melandjutkanperdjalanan pula.

    Heran.... entah karena hendak memburu kotak besi

    atau karena hendak menjatakan ikut berduka tjita,sekalian tokoh2 persilatan jang memperebutkan kotak-besi itu pun segera ikut menggabungkan diri dalamrerotan lajon.

    Pemuda tolol tak habis herannja. Siapakahrombongan pengantar lajon jang misterius itu? Ia hendakmentjari keterangan tetapi ketika melihat wadjah orang2

    jang mengantar lajon itu dingin2 dan serius, tak mau iabertanja. Pemuda tolo1 itu hanja tampaknja sadja tolol

  • 8/11/2019 Pukulan Hitam

    23/523

    tetapi sebenarnja ia seorang pemuda jang berhati tinggidan keras kepala.

    Dua djam kemudian tibalah mereka disebuahlembah jang sempit dan pandjang. Agak lama djuga

    mereka menjusur lembah itu. Begitu keluar dari lembah,mereka tiba disebuah padang rumput jang luas.Rombongan itu berhenti diudjung timur padang rumput.Disini sudah disiapkan sebuah liang jang besar. Petimatipun segera dimasukkan kedalam liang diantardengan isak tangis jang menjajat hati dari sidara badjuhitam. Mau tak mau sekalian orang ikut mengutjurkanairmata djuga.

    Sipemuda tolol melihat kesemuanja itu denganwadjah dingin2 sadja.

    "Kau benar2 seorang jang berhati dingin. Ikut aku,maukah?" sekonjong2 telinga pemuda itu dikedjutkanoleh sebuah ngiang suara jang njaring.

    Pemuda tolol menjurut kaget. Ah, sidara badjuhitam tengah menghampiri kepadanja. Saat itu barulah

    ia dapat melihat djelas bagaimana air-muka gadis itu.Seorang gadis jang berwadjah... buruk, tetapi mempunjaidaja tarik jang sukar dielakkan!

    Gadis itu membawa dua buah benda. Tangan kirimentjekal kotak-besi berisi kitab. Tangan kananmentjekal sebuah galah bambu pandjang. Ia berdjalanpe-lahan2. Setiap satu langkah, ia menggurat sebuah

    lingkaran ditanah.Pemuda tolol sebenarnja tak mau mengikuti tetapi

    diluar kesadarannja sang kaki melangkah mengikutinjadjuga.

    Lingkaran jang dibuat dara itu makin lama makinrapat djaraknja. Pun galah makin mendalam masuknjaketanah, sehingga menghamburkan debu dan pasir.

  • 8/11/2019 Pukulan Hitam

    24/523

    Makin aneh tingkah laku sidara makin besarkeheranan sipemuda tolol. Namun dia tak mau bertanjadan hanja mengikutinja sadja.

    Serentak dara itu berhenti dengan serempak.

    Tegurnja, "Kau tentu heran akan tingkah lakukubukan?"Walaupun heran tetapi sipemuda tolol tetap

    menjahut dingin2: "Nona tentu bukan orangsembarangan. Apa jang nona lakukan tentu sukardiduga orang!"

    "Djangan takut akan gerak gerikku. Apa jangkugurat ditanah itu hanja merupakan sebuah barisan!"

    "Aku seorang tolol," sahut sipemuda, "tak mengertibarisan apa jang nona buat itu!"

    "Aku membuat lingkaran jang bertalian satu samalain. Untuk sementara kunamakan barisan Lingkaran-berantai. Mungkin kau tak menjadari bahwa barisanLingkaran-berantai itu sebenarnja demi mendjagakeselamatanmu!"

    "Ini... benar2 aku tak mengerti maksud nona!""Bukankah kau ini murid si Malaekat-elmaut?"

    Sidara belas bertanja."Bukan...""Ah,djangan kau menjangkal. Tak peduli

    bagaimana, kau tentu mempunjai hubungan denganMalaekat-elmaut. Dan keluarmu kedunia persilatan kali

    ini bukankah dengan tugas membalaskan sakit hati siMalaekat-elmaut kepada musuh2nja pada puluhantahun jang lalu? Bukankah kau hendak membunuhBok-tiong-long-tju Tang-hun Ka?"

    Pemula tolol terkesiap heran.Dara badju hitam menundjuk pada beberapa tokoh

    badju kelabu jang berada diluar barisan, serunja:

    "Rombongan orang badju kelabu itu adalah anak-buah

  • 8/11/2019 Pukulan Hitam

    25/523

    Bok-tiong-long tju! Mereka sedang siap2 hendakmembunuhmu!"

    Mata sipemuda bergemerlapan api kemarahan."Bagus!" serunja, "ditjari ke-mana2 tak ketemu

    ternjata sudah didepan mata. Djusteru aku kuatir takdapat mentjari anakbuah Bok-tiong-long-tju. Djikakubunuh anak buahnja, masakan pemimpinnja takmuntjul?"

    Ia segera melangkah kepada rombongan badjukelabu.

    "Nanti dulu," tiba2 sidara mentjegahnja, "kaupintar tetapi sering keblinger. Ketahuilah, jang baik tentutakkan datang. Jang datang tentulah jang tidak baik!"

    "Apa artinja?" seru sipemuda."Ketahuilah bahwa Bok-tiong-long-tju itu seorang

    tokoh jang pandai dan sakti. Dengan mengirimrombongan anakbuahnja, dia tentu sudah mempunjairentjana bagus. Tak nanti dia begitu mudah kaubunuhseperti halnja Bu-tjeng-mo-ong tempo hari!"

    Pemuda tolol berbalik tubuh dan menghampirisidara, serunja: "Maaf ketololanku, nona. Tetapibolehkah aku bertanja sepatah kata kepadamu?"

    "Bukankah kau hendak menanjakan djenazahsiapakah jang dikubur tadi?"

    Pemuda tolol terkesiap."Benar!"

    "Dia bernama Ting Kay-ih gelar Sin-tjiu-it-kiam,"sahut sidara.

    "Ajah nona?""Bukan, hanja ajah angkat!""Ah, mengapa dia meninggal dunia?""Terserang penjakit aneh jang tak dapat diobati

    lagi!"

    "Penjakit aneh?" tegas sipemuda.

  • 8/11/2019 Pukulan Hitam

    26/523

    "Ja, benar!" sebuah penjakit jang luar biasaanehnja!"

    "Dapatkah nona memberi pendjelasan sedikit?"Dara itu merenung sedjenak. Ia menjusun pula

    rambutnja jang kusut lalu berkata: "Tiga hari jang lalu,dia mendengar sebuah berita lalu bersedih danmeninggal!"

    "Berita? Berita apa jang sedemikian mengedjutkanbeliau?"

    "Ah, tak perlu kutjeritakan!""Kalau nona tak mau mengatakan akupun tak

    berani mendesak," kata sipemuda dengan nada agakketjewa.

    "Hi, hi," tiba2 dara itu tertawa mengikik, "aku hanjaber-olok2 kepadamu tetapi rupanja kau lantas naikpitam. Sebenarnja peristiwa itu mempunjai hubungandengan kau djuga!"

    "Dengan aku?" sipemuda terkedjut heran."Tak lain karena mendengar berita tentang

    binasanja Bu-tjeng-mo-ong akibat menderita Pukulanhitam itu. Beliau tjemas dan meninggal..."

    "Kalau begitu, akulah jang berdosa kepada ajahnona," kata sipemuda dengan nada menjesal, "tetapiapakah hubungan hal ini dengan beliau?"

    "Entahlah, aku tak tahu..."Belum sidara selesai berkata, pemuda tolol sudah

    mendjerit kaget. Ternjata rombongan djago2 silat jangbermula berada diluar lingkaran, saat itu semua samamenjerbu masuk dan menghampiri kepada keduaanakmuda itu. Pemuda tolol mendjadi tegang.

    "Tak usah takut," kata sidara sambil tertawatenang, "tak nanti mereka dapat menerobos masukkesini!"

    Pemuda tolol tersipu-sipu malu. Memandang ke-muka, benarlah. Rombongan djago-djago silat itu

  • 8/11/2019 Pukulan Hitam

    27/523

    memang hanja lewat disisi mereka tetapi tak dapatmenerdjang.

    Diam2 pemuda tolol itu kagum."Dapatkah kau memberitahukan siapa namamu?"

    tanja udara."Ini... maaf, belum dapat!" sahut sipemuda."Manusia adalah machluk jang mempunjai

    peraturan tinggi. Hampir setengah hari kita bergaul,masakan sedikitpun kita tak punja... hm, baiklah kalaubegitu. Akupun sukar meminta..."

    Utjapan sidara penuh dengan kerawanan. Sikapnjapatut dikasihani. Tiba2 ia membuka mulut pula: "Djikakuminta tolong kau melakukan sebuah hal jang sepele,maukah kau meluluskan?"

    Pemuda tolol diliputi rasa sungkan dan sesal,sahutnja: "Entah urusan apa, silahkan nonamengatakan. Djika tenagaku mampu tentu dengansenang hati kulakukan!"

    "Ah, hanja suatu pekerdjaan jang mudah sekali!"

    "Katakanlah!"Dara itu mengatjungkan kotak besi, serunja:

    "Harap suka membukakan kotak besi ini!"Pemuda tolol menjambut kotak udjarnja:

    "Mengerdjakan begini, bukan termasuk menolong!"Tiba2 ia mendapat pikiran, tanjanja: "Tolong tanja,

    nona. Bukankah jang berada dalam kotak besi ini Kitab-

    tanpa-tulisan?"Seketika berobahlah wadjah sidara. Tetapi pada

    lain kedjab ia tenang kembali. Katanja tawar: "Benar,bagaimana kau tahu?"

    "Sebenarnja akupun hanja mendengarkanketerangan dari Tjeng-thian-it-ki sadja," kata sipemudaseraja siapkan tangan kiri untuk menghantam kotak-

    besi. Terdengar berderak suara kotak terbuka dan apa

  • 8/11/2019 Pukulan Hitam

    28/523

    jang diduga tadi memang benar. Didalam kotak ketjil ituterdapat sebuah buku ketjil tipis.

    "Mengapa kitab jang begini ketjil harusdimasukkan dalam kotak besi?" tanja sipemuda dengan

    heran. Dalam pada itu tangannja kananpun sudahmendjemput kitab itu dan diserahkan kepada sidara."Harap nona suka menjimpan Kitab-tanpa-tulisan

    ini!" katanja."Kau sungguh baik..." sidara memudji seraja

    menjambuti. Tetapi tiba2 ia meminta lagi: "Tolong kaubuntalkan sekalian!"

    Sipemuda tak dapat berbuat apa2 ketjualimelakukan perintah. Dibungkusnja kitab itu dengansapu tangan lalu diberikan pula kepada sidara.

    Menjambuti kitab, wadjah sidara berseri girang.Dengan langkah lemah gemulai iapun segera berputardiri dan melangkah pergi.

    Sipemuda hanja mengantarkan langkah sidaradengan pandangan jang berkesan. Ketika ia djuga akan

    tinggalkan tempat itu, kedjutnja bukan kepalang...Nun tak djauh dihadapannja terbentang serentang

    samudera besar dengan ombaknja jang setinggi rumah.Ia tertegun. Memandang kesekeliling pendjuru barulah iatersadar. Kiranja saat itu ia tengah berdiri disebuahpulau terpentjil jang dikelilingi empat pendjuru lautan.

    Bersamaan dengan itu tersadarlah ia akan apa jang

    telah terdjadi. Kiranja ia telah termakan tipu sidara,masuk kedalam barisan Lingkaran-berantai. Untukmenerobos keluar, ah betapa sukarnja.

    Teringat hal itu, diam2 pemuda itu mengeriputsesal. Sesal bertjampur putus asa. Tengah ia terlongong-longong tiba2 dari belakang terdengar suara orangmembentaknja: "Hai, budak liar, lekas beritahukan

    namamu!"

  • 8/11/2019 Pukulan Hitam

    29/523

    Tjepat sekali pemuda itu tersentak seraja berputardiri. Ah, 4 orang lelaki berpakaian warna kelabu tengahberdiri tak djauh dari tempatnja dengan mata ber-api2.Salah seorang karena pemuda itu tak lekas menjahut,

    segera membentak pula dengan marah: "Bagus, budak,apakah kau tak mendengar?"Pemuda tolol hanja pitjingkan mata menjahut:

    "Bertanja nama orang apakah dengan tjara sekasarbegitu?"

    "Apakah perlu harus minta maaf kepadamu?"teriak orang berpakaian kelabu itu: "Hai, budak,bukankah kau murid Malaekat-elmaut?"

    "Kalau benar bagaimana, kalau bukan lalubagaimana?" sipemuda balas bertanja.

    "Kalau benar, tuanmu segera akan mengambilnjawamu!"

    "Djangan kalian bermulut besar," djawab sipemudatolol. "Lekas pulang dan suruh Bok-tiong-long-tju sadja

    jang keluar. Lambat atau tjepat aku tentu mentjabut

    njawanja."Berobahlah seketika wadjah keempat orang badju

    kelabu. Seru mereka dengan seram, "Djelas bahwa kauini memang murid jang diutus oleh si Malaekat-elmaut..."

    "Untuk mengambil njawa Bok-tiong-long-tju..."baru sipemuda belum menjelesaikan kata2nja, keempat

    orang badju kelabu itu serempak menghantamnja.Empat buah pukulan dahsjat telah menimbulkan deruangin laksana prahara melanda.

    Pemuda tolol itu tenang2 sadja. Ia menjongsongdengan tangan kiri. Aneh, deru 4 pendjuru angin dahsjatitu segera reda dan tertampar balik kepada pemiliknja.Tubuh keempat orang berpakaian kelabu itu ter-hujung2

    mundur sampai beberapa langkah.

  • 8/11/2019 Pukulan Hitam

    30/523

    Pemuda tolol iyu djuga menderita. Wadjahnjaputjat dan tubuhnja ber-gojang2an. Dengan sekuattenaga ia berusaha untuk memperkokoh keseimbangantunuhnja.

    Masih keempat lelaki berpakaian kelabu itupenasaran. Serempak mereka madju lagi dan lontarkanpukulan.

    Se-konjong2, serangkum angin pujuh melanda.Kawanan djago badju kelabu itu terpental mundurbeberapa langkah. Djuga pemuda tolol itupun terhujung-hujung kebelakang Dadanja seraja meledak. Huak.... iamuntahkan segumpal darah segar....

    "Hm apakah aku termakan ratjun orang?" pemudaitu heran dalam hati.

    Tetapi ia tak sempat memikir lebih lama karenasaat itu ke 4 lelaki badju kelabu sudah melajang turundari udara dan menghantam kepalanja. Datangnjaserangan itu tjepat dan setjara tak ter-duga2 sehingga si-pemuda tak sampai mengetahui. Tetapi aneh. Entah

    siapa jang melakukan, keempat penjerang itupunterpental mundur. Mereka merasa seperti didera anginjang kuat. Sedemikian kuat tenaga jang dihambur anginitu sehingga 3 dari ke 4 lelaki badju kelabu terdjungkalrubuh...

    Djago badju kelabu jang masih kuat berdiri,marahnja bukan kepalang. Dengan mata ber-api2 ia

    mentjari siapa penjerang mereka. Ah..."Hai, Dewi-es Leng Ho im....!" ia memekik kaget.Saat itu sipemuda tololpun sudah berputar diri.

    Ketika melihat bahwa jang datang itu adalah puteri dariBu tjeng-mo ong, sidara jang tjantik djelita, hatinjatergetar sekali.

    "O, kau nona...."

  • 8/11/2019 Pukulan Hitam

    31/523

    Dingin laksana gumpalan es digunung kutub,menjahut dara tjantik itu: "Walaupun teraling gunungterpisah lautan, akhirnja dapat kuketemukan djuga."

    Kata2 itu ditutup dengan sebuah gerakan tangan.

    Sinar berkelebat, deru angin mendesis tadjam dan dadapemuda tolol itupun terantjam pukulan maut.Pemuda tolol terkedjut. Ia mengangkat lengannja

    kiri. Maksudnja hendak menangkis. Tetapi bukan mainkedjutnja ketika ia rasakan uluhatinja sakit sehinggatubuh menggigil. Terpaksa ia tarik pulang tangannja kiri.Djusteru saat itu pukulan Dewi es telah tiba. Wut...bagaikan lajang2 putus, tubuh pemuda itu melajangsampai berpuluh tombak djauhnja.

    "Ih..." Dewi es berdjengit kaget sendiri, ia tak kirakalau pemuda jang keras kepala dan pernah membunuhajahnja itu ternjata hanja seperti sebuah patung.Keheranannja itu baru terdjawab ketika dilihatnjapemuda itu muntah darah beberapa kali.

    "Hai, kau terkena ratjun dari Kitab-tanpa-tulisan."

    Pemuda itupun terkedjut djuga. Pikirnja: "Ah,kiranja Kitab-tanpa-tulisan itu ditabur ratjun makadimasukkan dalam kotak-besi. Tjelaka, aku termakantipu dara badju hitam itu!"

    "Hm tak perlu kuturun tangan sendiri, dalamwaktu 8 hari lagi, kau tentu sudah binasa!" tiba2kedengaran suara Dewi es berseru.

    Habis berkata Dewi-es segera pergi. Tetapi barubeberapa langkah ia berhenti lagi, merenung beberapadjenak lalu melandjutkan langkahnja lagi...

    Betapa pedih hati sipemuda tolol saat itu. Sampaibeberapa saat barulah ia bergeliat bangun. Tiba2seorang djago badju kelabu menghampiri danmenghantamnja. Pemuda tolol itu sudah hambar hatinja.

    Bukannja menangkis atau menghindar, sebaliknja iahanja meramkan mata menunggu kematian.

  • 8/11/2019 Pukulan Hitam

    32/523

    Tetapi sampai lama ia tak merasa apa2. Buru2 iamembuka mata. Dilihatnja djago badju kelabu itu tegangsekali wadjahnja dan ber-kaok2 seperti orang kalap."Aku, aku, aku... aku telah telah kehilangan tenaga...

    sama seperti orang biasa... ah Dewi-es, kau sungguhkedjam..."Ia me-londjak2 seperti orang gila dan lari kabur.

    Pemuda tolol terkesiap. Tetapi ia hanja mendengus danlandjutkan langkahnja.

    Saat itu ia sudah keluar dari Lingkaran-berantai.Sekeliling pendjuru merupakan hutan belantara. Anginmenderu, suasana rawan. Pemuda itupun merasagundah sekali.

    Tjakrawala mulai mengembang gumpalan awanhitam, pertanda hudjan akan turun. Pemuda itu makintegang.

    "Bakal turun hudjan!" pikirrja. Ia segerakentjangkan larinja tetapi aneh... dadanja sertamerakah, sakitnja bukan kepalang sehingga tak dapat ia

    lari tjepat.Apa jang diduganja memang benar. Sebelum

    mendapat tempat meneduh, ditengah djalan hudjan-punturun dengan derasnja. Pemuda itu basah kujup.Bergegas-gegas ia hendak mentjari tempat meneduh.Ah... rupanja djauh disebelah muka seperti tampaksebuah biara.

    Ia kuatkan hati menahan sakit. Dengan paksakandiri ia lari menudju kebiara tersebut. Dalam beberapakedjab, tibalah ia dibiara itu. Ah, ternjata sebuah biararusak. Tiada seorang paderi jang mendjaga. Ketikamelangkah kedalam ruang tengah, ia mendjerit tertahan:...

    Dibawah kaki artja jang dipudja dalam biara itu,

    tampak seorang djembel tengah tidur mendengkur.

  • 8/11/2019 Pukulan Hitam

    33/523

    Karena atap botjor, tubuh orang djembel itu basahdengan air. Tetapi dia tetap tidur seperti orang mati.

    Kasihan djuga pemuda itu melihat sidjembel.Dihampirinja orang itu. Pikirnja hendak dibangunkan.

    "Ah, dia sedang tidur pulas sekali. Kalaukubangunkan mungkin akan mengganggu tidurnja,"tiba2 ia menimang. Tak djadi ia membangunkanmelainkan membuka badjunja lalu ditutupkan ketubuhsidjembel supaja djangan kedinginan.

    Se-konjong2 djembel itu membuka mata dantertawa gelak2. "Aku Kang-ou-long-tiong, hari ini benar2baru berdjumpa dengan seorang anak jang baik hati!"

    Pemuda tolol membungkuk memberi hormat:"Harap suka maafkan karena aku mengganggu tidur lo-tjianpwe!"

    Mata sidjembel menatap lengan kanan pemuda itu,Seketika berobahlah wadjahnya. Serentak ia terbangkit:"Kau murid si Malaekat-elmaut?" serunja bengis.

    "Tidak! Bukan!" sahut sipemuda tolol.

    "Djangan bohong!" bentak sidjembel, "Ah... belasantahun telah lampau. Kutahu Malaekat-elmaut itu tentumelaksanakan perkataannja."

    Kepala pemuda tolol itu basah kujup tertimpahhudjan. Dia diam sadja

    "Namaku Hoa Ya-bok bergelar Kang-ou-long-tiong.Mau bunuh aku, lekas! Aku tak takut mati!" seru

    djembel itu dengan nada getar.Pemuda djembel tolol terbeliak kaget."Lo-tjianpwe," sahutnja, "kita tak saling kenal.

    Mengapa aku harus membunuh lo-tjianpwe?""Kentut busuk," seru djembel itu dengan sinis, "aku

    tak pertjaja apabila Malaekat-elmnaut menurunkanPukulan-hitam padamu tanpa menjuruhmu membunuh

    orang?"

  • 8/11/2019 Pukulan Hitam

    34/523

    Terpaksa sipemuda memberi keterangan : "Benar.Tetapi dengan sedjudjurnja kukatakan bahwa aku samasekali bukan murid si Malaekat-elmaut. Memang akutelah mendapat perintah dari Malaekat-elmaut untuk

    membunuh Bok-tiong-long tju Tang Bun ka, bukannjalo-tjianpwe!""Benar, benar. Setelah Bok tiong-long-tju, Bu-tjeng-

    mo-ong, tentu giliranku...""Tidak, lo-tjianpwe, bukan kau!"Melihat kesungguhan kata2 sipemuda, agak

    pertjajalah sidjembel. Udjarnja meragu : "Ah, apakahMalaekat-elmaut lupa padaku?" Ia mengangkatkepalanja memandang sipemuda tolol dengan tadjam.Sekonjong2 ia terkesiap kaget dan madju mendekatisipemuda. Dipandangnja pemuda itu sampai sekianlama. Kemudian ia menghela napas: "Ah, rupanja kautelah keratjunan..."

    "Benar, aku memang terkena ratjun dari Kitab-tanpa-tulisan. Dalam waktu 3 hari pasti mati," sahut

    sipemuda."Kau tak takut?"Dengan nada garang, pemuda itu menjahut:

    "Seorang anak lelaki, mengapa gembira karena hidup,susah karena mati? Apakah jang harus kutakutkan!"

    "Untung kau berdjumpa dengan aku," kata djembelitu.

    "Apakah lo-tjianpwe dapat mengobati ratjun dalamtubuhku ini?"

    "Mengapa tidak!" sahut Kang-ou-long-tiong,"masakan gelar Kang-ou-long-liong itu hanja sekedargelar kosong sadja?"

    Kang-ou-long-tiong artinja pengembara dalamdunia persilatan. Dalam pada ber-kata2 itu iapun

    mengeluarkan sebutir pil putih dari badjunja dandiberikan kepada sipemuda. "Makanlah pil ini dan

  • 8/11/2019 Pukulan Hitam

    35/523

    duduklah jang baik. Aku hendak memberi salurantenaga murni ketubuhmu untuk menghalau ratjun!"

    Serta merta sipemuda segera menelan pil itu.Beberapa detik sadja ia sudah rasakan sakitnja

    berkurang. Kemudian ia duduk dilantai.Saat itu awan hitam mulai menjurut. Hudjanpunmakin reda. Sepasang tangan Kang-ou-long-tiongdilekatkan kepunggung sipemuda.

    "Tariklah napas keperut. Djangan sekali-kalibitjara. Kalau kau tak menurut, bukan hanja ilmumujang punah, pun djiwaku turut terantjam."

    Pemuda itu duduk tegak dan lakukan apa jangdiperintahkan. Ia rasakan punggungnja seperti dipalu.Sakitnja sampai menembus keulu hati. Tiba2 mulutnjaterasa manis2 amis. Huak... pada lain saat ia tak dapatmenahan luapan darah jang menjembur darimulutnya....

    Kang-ou-long-tiong tak henti2nja mengurutpunggung pemuda itu. Beberapa kali sipemuda

    muntahkan darah jang berwarna hitam sehingga lantaibergenangan darah.

    Tiba2 Khng-ou-long-tiong berbangkit: "Sudah,ratjun sudah hilang!"

    Pemuda itu masih lelah. Namun semangatnjasudah banjak segar. Pe-lahan2 ia berbangkit: "Lo-tjian-pwe, aku tak dapat berdiri!"

    Kang-ou-long-tiong kerutkan dahi. Didjamahnjatubuh pemuda itu. Ia menghela napas: "Ah, ratjunterlalu dalam sekali merasuk kedalam tubuhmu. Banjakdarah jang kau muntahkan, mungkin djiwamuterantjam... Ah, pertjuma ku-buang2 tenaga murni!"

    "Apa? Aku tiada harapan tertolong?" pemuda tololterkedjut.

    "Masakan aku bohong!""Ah, djika tahu begitu perlu apa harus diobat?"

  • 8/11/2019 Pukulan Hitam

    36/523

    Kang-ou-long-tiong tundukkan kepala serajaberdjalan mondar mandir. Rupanja dia sedang mengasahotak. Sampai beberapa saat belum djuga ia mendapatakal.

    Lewat beberapa saat kemudian barulah Kang-ou-long-tiong berseru girang: "Djangan kuatir, aku dapatakal. Selain tertolong kaupun akan tambah tenaga!"

    "Tjaranja?""Darahku akan kusalurkan ketubuhmu?""Lo tjianpwe, kau sungguh baik sekali," seru

    sipemuda dengan terharu. Matanja ber-linang2."Tetapi ingat, diwaktu sedang melakukan

    perpindahan darah itu walaupun melihat apa2 sadjadjangan sekalikah bitjara!" kata Kang ou-long-tiongdengan bengis.

    Tjepat ia mentjekal siku lengan sipemuda dansetjepat kilat Kang-ou-long tiong itu menggigit djarikelingkingnja sendiri. Setelah darah mengutjur deras,tjepat-tjepat ia tusukkan kedalam djalan darah si

    pemudaTengah keduanja melakukan pemindahan darah

    (tranfusi), tiba2 muntjul dua orang lelaki. Menjusulseorang tua jang bertubuh kurus kering dan berwadjahkuning kumal, pun ikut masuk. Wadjahnja mirip setanjang seram

    Langsung orangtua kurus itu menghampiri

    ketempat Kang-ou-long-tiong dan pemuda tolol"Saudara Hoa, lama benar kita tak berdjumpa. Ah,

    kiranja kau masih segar bugar!"Kang-ou-long-tiong membuka mata dan

    memberinja sebuah senjuman. Tiba-tiba mata sipit dariorangtua kurus itu menghambur kelengan kanansipemuda...

    "Kelintji liar, kiranja kau murid si Malaekat-elmaut!" serunja.

  • 8/11/2019 Pukulan Hitam

    37/523

    Terdengar hati sipemuda tolol. Dingin2 dia menatapsetan kurus itu. Sepatahpun ia tak mengutjap.

    Situa kurus tertawa mengekeh, "heh, heh,bukankah kau hendak membunuh Bok-tiong-long tju?

    Aku inilah orangnja. Ajo, ingin kurasakan bagaimanalihaynja Pukulan Hitam itu!"Pemuda tolol tetap diam sadja.Heran sikurus jang ternjata Bok-tiong-long-tju

    Tang Bun-ka itu melihatnja. Mengapa Kang-ou-long-tiong dan pemuda itu diam sadja. Dipandangnja denganseksama. Ah... kiranja Kang-ou-long-tiong tengahmemberi saluran darah kepada sipemuda. Pemuda itutentu murid Malaekat-elmaut jang disuruhmembunuhnja (Tang Bun ka). Seketika meluaplahkemarahan orangtua kurus itu.

    "Saudara Hoa, apakah kau lupa akan peristiwabelasan tahun jang lalu? Malaekat-elmaut sudahbersumpah akan mengirim muridnja untuk menuntutbalas. Tetapi mengapa kau malah memberinja darah?

    Apakah kau hendak tjari mati sendiri?"Kang-ou-long-tiong tertawa dingin. Sepatahpun ia

    tak menjahut.Bok-tiong long-tju makin marah: "Karena saudara

    Hoa tak menghiraukan peringatanku, djangan sesalkanaku bertindak tak kenal budi."

    Kata2 itu ditutup dengan sebuah tamparan jang

    penuh mengandung lwekang hebat. Saat itu sebenarnjapemindahan darah sudah hampir selesai. Kang-ou long-tiong kerahkan 7 bagian tenaganja untuk menjongsong.Darrr, terdengar letupan keras ketika dua tenagapukulan saling berbentur.

    Wadjah sipemuda sudah bersemu merah segar.Mendapat tangkisan itu, Bok-tiong-long-tju makin

    meluap kemarahannja. Kini ia memukul dengan keduatangannja...

  • 8/11/2019 Pukulan Hitam

    38/523

    Setjepat kilat Kang-ou-long-liong mengambilselempat koyok (obat lekat) dan ditempelkan kesikulengan sipemuda. Karena serangan Bok-tiong long-tjudatangnja begitu tjepat, tak sempat lagi sipemuda untuk

    berdiri menangkis. Dengan masih duduk terpaksa iatamparkan tangannja kanan. Wut... berhamburanlahberatus sinar hitam jang mirip hudjan kapas menaburpukulan Bok-tiong-long-tju...

    Seketika Bok-tiong-long-tju rasakan matanja gelap,dada seraja petjah dan terdjungkallah ia kebelakang.Tubuhnja tak berkutik, djiwanjapun melajang...

    Ketika sipemuda lontjat bangun menghampiriternjata Bok-tiong-long-tju sudah mati. Melihat ini,kedua pengawalnja segera lontjat melarikan diri...

    Pemuda itu geram melihat perbuatan kedji Bok-tiong long-tju, ia gerakkan kedua tanganja menampar.

    Terdengar djeritan ngeri dan kedua pengawal Bok-tiong-long-tju itupun rubuh tak bernjawa.

    Sementara itu Kang-ou-long-tiong pun sudah

    bangun dan menghampiri sipemuda. Udjarnja denganlemah : "Adalah karena hendak menolongmu makakutangkis pukulan Tang Bun ka tadi. Dengan begitu akukehilangan tenaga-murni dan darah. Mungkin aku tiadaharapan hidup lagi!"

    "Apakah tiada obatnja lagi?""Ada sih ada, tetapi sukarnja bukan alang

    kepalang. Harus mendapat darah dari Tjian lian-lok(rusa jang berumur seribu tahun) barulah djiwakutertolong!" sahut Kang-ou-long-tiong dengan putus asa.Dengan terhujung-hujung ia melangkah keluar daribiara.

    Pemuda tolol ter-mangu2 memandangnja. Sesaattak tahu ia bagaimana harus bertindak. Hanja hatinja

    bersedih melihat keadaan orangtua jang telahmenjelamatkan djiwanja itu.

  • 8/11/2019 Pukulan Hitam

    39/523

    "Hiantit, kau disini!" tiba2 terdengar orang berserukedjut2 girang. Hiantit artinja keponakan.

    Pemuda tolol berpaling. Ah, kiranja jang berseru ituadalah paman ketiga Ko Te-ing gelar Kian-gun-tjiang

    (pukulan Sapu djagad). Girangnja bukan kepalang:"Sam-siok-siok!" serunja."Ajahmu? Sudah belasan tahun...""Ajah, dia... dia berada di Neraka-19 lapis!""Apa? Neraka-19-lapis..." Kian-gun tjiang mendjerit

    ngeri dan rubuh. Tahu2 ia binasa.Pemuda tolol kaget sekali. Ia lontjat memeriksa

    kesekeliling biara, namun tak berdjumpa apa2."Hm, Neraka-19-lapis, apabila aku sudah beladjar

    Pukulan-hitam, pasti akan kuhantjurkan!"

  • 8/11/2019 Pukulan Hitam

    40/523

    3 Suram muramGeram dan marah mentjengkram seisi dada

    pemuda itu. Diangkatnja tubuh paman Kian-gun-tjiangdan dengan penuh dendam kesumat, mulutnja

    mengutjap sepatah demi sepatah""Ne... ra... ka... 19...lapis..."

    Setelah puas menumpahkan dendamnja, ia segeramenanam djenazah pamannja dengan baik. Kemudianmentjari siorangtua aneh jang memiliki ilmu Pukulan-hitam.

    Hari sudah petang ketika ia melangkah masuk di-

    goha tempat kediaman orang tua aneh. Orang tua anehitu duduk disudut goha; Rambutnja jang pandjangmendjulai sampai kebahu. Rupanja ia tengah menantikedatangan sipemuda. Beberapa kali ia terkesiap apabilamendengar suara. Dikiranja sipemuda datang tetapiternjata hanja desis angin menghambur tanah diluargoha.

    Tetapi kali ini terpenuhilah harapannja ketikamendengar langkah kaki orang masuk kedalam goha."Hai, kau sudah kembali!" serunja dengan girang

    menjambut kedatangan sipemuda."bagaimana hasilmu? Apakah Bok-tiong-long-tju

    sudah kau bunuh?" serunja tak sabar."Sudah! Katakan siapa orang ketiga jang harus

    kubunuh?" sahut sipemuda dengan hambar."Ho, ho, ho... orang tua itu tertawa meloroh.

    Nadanja seram sekali."Djangan ter-buru2, setan tjilik,"

    katanja."Tundjukkan lenganmu kanan!"Geram dan muak sekali pemuda itu. Atjuh tak

    atjuh ia lakukan perintah orang. Ah, lengannja kanansudah kembali seperti biasa lagi. Warna hitam sudah tak

    ada lagi.Kembali siorang tua aneh tertawa gelak2.

  • 8/11/2019 Pukulan Hitam

    41/523

    "Setan tua, lekas! Aku tak punja waktumelajanimu!" teriak pemuda tolol dengan djemu.

    Wadjah pemilik Pukulan-hitam jang seram,mengerut riang. Udjarnja tenang2: "Mengapa kau

    terburu nafsu, setan tjilik? Kau harus mentjeritakanpengalamanmu dulu!""Dia sudah kubunuh mati, habis perkara. Apa jang

    hendak kau dengarkan lagi..."Kau sungguh berhati dingin... ah! Belasan tahun

    lamanja aku tinggal seorang diri digoha karang sini.Kehidupan begitu sebenarnja bukan mendjadi selerakusi Malaekat-elmaut... tiba2 ia berhenti. Rupanja iamerasa telah kelepasan omong. Dipandangnja pemudaitu dengan sinar mata ber-kilat2.

    Tiba2 pemuda itupun teringat sesuatu, serunja:"Setan tua, seorang wanita jang menamakan dirinjasebagai Dewi-es Bu Peng ki..."

    "Ha, Ki moay (adik Ki)? Apakah kau berdjumpadengannja?" teriak orang tua aneh jang ternjata

    mengaku memang si Malaekat-elmaut, tokoh ganas jangmemiliki Pukulan hitam.

    "Ja, setjara tak ter-duga2...""Apa katanja kepadamu?""Dia suruh aku menjampaikan pesan. Kelak pada

    suatu hari ia tentu dapat mentjarimu..."Wadjah Malaekat-elmaut membeku seketika."Kau

    memberitahukan tempatku sini?" serunja tegang."Tidak!"Malaekal-elmaut menghela napas longgar, se-olah2

    terlepas dari himpitan batu. Udjarnja: "Benar djanganse-kali2 kau beritahukan tempat tinggalku ini kepadasiapapun!"

    "Ja..."

  • 8/11/2019 Pukulan Hitam

    42/523

    "Dan nanti, kelak apabila kau berdjumpa lagidengan Tjeng-thian-it-ki itu, harus berlaku sungkan danmengalah. Djangan se-kali2 kau berani menempurnja!"

    Pemuda tolol makin muak. Tak sabar lagi ia

    melajani bitjara : "Apakah hal itu djuga termasuk dalamperdjandjian kita?"Pertanjaan itu membuat Malaekat-elmaut tertegun.

    Setelah meringis, ia pun tertawa : "Setan tjilik kaubenar2 pandai berdagang. Walaupun hal itu tidaktermasuk dalam perdjandjian tetapi aku minta tolongpadamu..."

    "Tidak!" sahut sipemuda tolol tegas," kita tukarmenukar. Kau suruh aku membunuh musuhmu dansebagai upah kau memberi peladjaran ilmu Pukulan-hitam. Kalau akan kau tambah dengan minta tolong lagi,bukankah aku jang rugi?"

    "Bagaimana? Kau tak meluluskan?""Baiklah, aku menjanggupi asal kau menerima

    sjaratku djuga!"

    "Sjarat apa?"Dengan nada ber-sungguh2 pemuda itu

    berkata;"Tjeritakanlah hubunganmu dengan wanitaTjeng-thian-it-ki itu kepadaku!"

    Mendengar itu teganglah wadjah Malaekat-elmautTubuhnja menggigil menahan gontjangan hatinja. Djelasbahwa antara Malaekat-elmaut dengan Tjeng-thian-it-ki

    itu terdapat djalinan hubungan jang luar biasa.Sampai beberapa djenak barulah ia dapat bitjara:

    "Kau ingin mendengar?""Ja," sipemuda mengiakan."Baik," kata Malaekat-elmaut. Iapun mengatur

    napas dan mulai bitjara..."Dahulu ada seorang anak sebatang kara. Namanja

    Wi Tjo-tjhiu. Dia bekerdja sebagai katjung digedungHong hun poh. Karena miskin dan sudah sebatang kara,

  • 8/11/2019 Pukulan Hitam

    43/523

    dia selalu mendapat edjekan dan hinaan dari orang2.Hanja seorang jang kasihan dan memperlakukannjadengan baik. Orang ini adalah puteri pemilik gedungjang bernama Bu Peng ki. Dara itu selalu membela dan

    melindunginja apabila ada orang jang berani menggodaanak itu."Hai, bukankah Bu Peng ki itu Tjeng thian-it-ki?"

    tukas sipemuda."Benar," kata Malaekat-elmaut..."tetapi madjikan

    gedung Hung-hun-poh jang bernama Hong-hun-kiamkhek atau pendekar pedang-angin Bu Peng bun,memperlakukan anak itu dengan sia-sia. Setiap kaliselalu hendak menindasnja. Karena tekanan hidup jangdideritanja sedjak ketjil, maka mendjadilah anak ituseorang jang sinis membentji orang..." Malaekat-elmautberhenti sedjenak mengatur napas.

    "Setelah Wi Tjo tjhiu mengindjak umur 10 tahun.Diam3 ia telah mrntjintai puteri madjikannja jakni BuPeng ki. Dan dara itupun membalas tjintanja. Keduanja

    saling berdjandji untuk sehidup semati. Tetapi tiba2datanglah sebuah peristiwa jang mengojak-hantjurkanimpian mereka..."

    "Apakah peristiwa itu?" karena terpikatperhatiannja sipemuda tolol berseru.

    "Ternjata ajah gadis itu diam2 telah mendjodohkandara Bu Peng-ki dengan putera dari pemilik gedung Bu-

    tjeng-puh jang bernama Ling-liou-tiu!""Habis bagaimana!" seru sipemuda."Tetapi dara djelita Bu Peng-ki tetap setia pada Wi

    Tjo-tjhiu. Ia mengambil putusan melarikan diri bersamakekasihnja itu!"

    "Berhasilkah?" tanja sipemuda."Djika rentjana mereka berhasil tak nanti bakal

    lahir peristiwa balas dendam berdarah seperti hari ini.Pada suatu hari Wi Tjo tjhiu telah mengetahui sebuah

  • 8/11/2019 Pukulan Hitam

    44/523

    rahasia dari keluarga Bu. Dia memutuskan tak dapatmentjintai Bu Peng ki lagi..."

    "Apakah rahasia itu?" sipemuda makin tertarik.Malaekat-elmaut menarik napas pandjang.

    "Setjara tak ter-duga2 Wi Tjo tjhiu mengetahuibahwa madjikannja jani Hong-hun-kiam-Khek dan ajahdari Lenghu Tiu (kepala Bu- tjeng-poh) jang bernamaLeng hou Yap, adalah pembunuh ajah Wi Tjo-tjhiu..."

    "Astaga!" sipemuda mendjerit. Bukan kepalangkedjutnja.

    Kata Malaekat-elmaut melandjutkantjeritanja,"Ajah Wi Tjo-tjhiu bernama Wi Ih hong, seorangtuan rumah jang kaja raja didaerah utara. Hong-hun-kiam-khek Bu Ping-bun dan Leng-hou Yap sebenarnjahanja penbantu2 Wi Ih-hong. Siapa tahu, hati manusiamemang sukar diukur. Kedua pembantu jang dipertjajapenuh itu diam2 telah mengadakan komplotan untukmembunuh madjikannja dan merampas hartabendanja..."

    "Setan tua," tiba2 sipemuda tolol memutus tjeritaorang, "aku hendak bertanja. Kalau toh Bu Ping-bun danLeng hou Yap sudah membunuh madjikannja (Wi In-hong), mengapa puteranja jang bernama Wi Tjo-tjhiutetap dipelihara dan tidak dibunuh sekalian?"

    "Memang aku sendiri sampai saat ini belum djelasapa maksud mereka!" sahut Malaekat-elmaut.

    "Mungkin terselip suatu rahasia!" kata sipemuda."Benar, setan tjilik," kata Malaekat-elmaut,

    "kuharap kelak kau dapat mewakili aku mentjari buktijang terang."

    "Baik," sipemuda serentak menjanggupi,"anggaplah ini sebagai pertolongan jang tak termasukdalam perdjandjian kita. Teruskanlah tjeritamu.

    Bagaimana tindakan Wi-Tjo-tjhiu selandjutnja? Apakah

  • 8/11/2019 Pukulan Hitam

    45/523

    dia lantas membunuh Hong-hun-kiam-khek Bu Ping-bun?"

    "Mana bisa? Kala itu Hong-hun-kiam-khekmerupakan tokoh persilatan jang dimalui orang. Dia

    mendjadi radja didaerahnja. Wi Tjo-tjhiu sama sekalibukan tandingannja. Karena itu diam2 ia minggat!""Tentulah dia mendapat peruntungan besar dapat

    bertemu dengan orang sakti dan bisa mendjadi seorangdjago sakti?"

    "Tepat sekali dugaanmu...""Setan tua, bagaimana tjara Wi Tjo-tjhiu bisa

    memperoleh kesaktian itu seharusuja kau tjeritakandjugalah!" desak sipemuda.

    Malaekat-elmaut merenung sedjenak. Udjarnja:"Hal itu tiada hubungannja dengan pokok tjerita. Bolehtak usah ditjeritakan!"

    Sipemuda mendengus, ia hendak membantahtetapi tak djadi.

    Malaekat-elmaut deliki mata: "Tak usah kau

    penasaran, setan tjilik! Perdjandjian jang kita buatberdua, adalah atas dasar adil. Siapapun tak ada janguntung atau rugi. Wi Tjo-tjhiu malang melintang di-dunia persilatan. Karena sedjak ketjil sudah menghiruphawa dendam kesumat, maka dia mendjadi seorangmanusia ganas. Entah sudah berapa bantjak djiwa jangmelajang ditangannja. Orang persilatan memberi gelar

    sebagai Malaekat-elmaut...""Oh, Wi Tjo-tjhiu itu Malaekat-elmaut itu kiranja

    kau sendiri!"Djangan memutus tjeritaku, setan tjilik," bentak

    Malaekat-elmaut, "memang benarlah. Achirnja Malaekat-elmaut Wi Tjo-tjhiu dapat membunuh kedua musuhnjaHong hun kiam khek Bu Ping hun dan Ling-hou Yap.

    Malaekat-elmaut hanja sekedar menuntut balas ataskemauan ajahnja...

  • 8/11/2019 Pukulan Hitam

    46/523

    "Eh, apakah Tjeng-thian-it ki Bu Peng ki djadimenikah dengan Leng-hou Tiu?" tanja sipemuda.

    "Tidak!""Dan kaulah jang memperisteri nona Bu itu?"

    "Karena nona Bu mendjadi puteri dari musuh jangmembunuh ajahmu. Benar...""Setan tjijik, djangan mengotjeh sendiri," bentak

    Malaekat-elmaut, "sekarang kau dengarlah. Orang ketigajang harus kau bunuh ialah Sin-tjiu-it-kiam Siang Kay-ih."

    Mendengar itu sipemuda seperti terpagut ular.Tetapi tjepat sudah tenang lagi.

    "Sin tjiu-it-kiam Siang Kay ih?" ia menegas."Tepat! Kau kenal padanja?"Sipemuda tolol tertegun, ia benar-benar risau

    sekali. Sin-tjiu-it-kiam atau Djago pedang nomor satudari Sin tjiu Sang Kay-ih itu bukan lain ajah dari sidarabadju hitam jang menjuruhnja membuka kotak-besiberisi kitab pusaka. Bukanlah Siang Kay ih sudah mati

    karena kaget mendengar Pu tjeng mo-ong binasa karenaPukulan hitam? Dia telah menjaksikan dan hadir dalamupatjara penguburan djago pedang itu.

    Terbit keraguan dalam benak pemuda itu. Kalaudia mentjeritakan terus terang bahwa Siang Kay-ihsudah mati, dia tentu bebas dari tugas sebagai algodjo.Tetapi djika hal itu ia rahasiakan, bukankah dia akan

    dapat lebih tjepat pulang menemui mamahnja jang tentumengharap-harap kedatangannja?

    Tiba2 terngianglah pesan mamahnja ketika iahendak berangkat.

    "Nak, pergilah! Kau harus memiliki Ilmu Pukulan-hitam sebelum pulang menemui aku...." demikianutjapan mamahnja.

  • 8/11/2019 Pukulan Hitam

    47/523

    "Ja, aku harus mengetahui asal usul diriku. Untukitu terpaksa aku harus bertindak begini..." ia menimangdalam hati.

    Setelah mengambil putusan, barulah ia mendjawab

    pertanjaan Malaekat-elmaut: "Tidak, aku tak kena1padanja..."Malaekat-elmaut berpikir beberapa saat. Udjarnja:

    "Sin-tjiu-it-kiam itu adalah orang jang telah mengutungilenganku!"

    "Kutahu!""Kemarilah mendekati," seru Malaekat-elmaut.Pemuda tolol melangkah setindak demi setindak.

    Setjepat kilat Malaekat-elmaut menjambar lenganpemuda itu. Seketika sipemuda rasakan tubuhnjadisaluri aliran hawa panas jang menjerang sampai keuluhati. Dahinja mulai bertjutjuran keringat.

    Beberapa saat kemudian barulah Malaekat-elmautmenarik pulang tangannja: "Sudah, kuberimu lagiPukulan-hitam untuk membunuh seorang. Pergilah!

    Wakili aku membasmi musuhku jang ketiga. Selesaitugasmu akan kuberimu seluruh ilmu peladjaranPukulan-hitam!"

    Pemuda tolol deliki mata. Ia menggeram ketikamelihat lengannja kanan berobah hitam. Tanpa berkataapa2 ia ngelojor pergi...

    "Setan tjilik, kembali dulu!" tiba2 Malaekat-elmaut

    berseru.Pemuda tolol putar kepala dan menegur dingin:"Mau pesan apa lagi, setan tua!""Aku hendak bertanja sebuah hal padamu!"Pemuda tolol menatap tadjam kepada Malaekat-

    elmaut, manusia jang berwadjah seram karena anggautatubuhnja banjak jang protol.

    "Siapakah namamu?" diluar dugaan Malaekat-elmaut menanjakan soal nama.

  • 8/11/2019 Pukulan Hitam

    48/523

    "Entah!" pemuda tolol mengangkat bahu. Malaekat-elmaut kerutkan dahi, bentaknja: "Setan tjilik, kausungguh berhati dingin!"

    Tiba2 itu pemuda itu memikir. Meskipun dia sudah

    mengadakan perdjandjian tukar-menukar denganMalaekat-elmaut, tetapi setelah mendengar sedjarahhidupnja, ia tahu bahwa Malaekat-elmaut itu sebenarnjabukan seorang manusia ganas.

    Sambil ber-linang2 airmata pemuda itu berkata taklampias: "asal usulku mungkin lebih ngenas dari kau,setan tua! Sampai detik ini ketjuali hanja tahu bahwaaku orang she Ko, siapa namaku aku tak tahu samasekali..."

    Rata haru mengundang airmatanja mengalir makinderas. Tetapi dia seorang anak jang keras hati. Tak mauia undjuk kelemahan di hadapan orang. Serentak iaberputar tubuh dan melangkah keluar.

    Masih terdengar didalam goha, Malaekat-elmautmenghela napas pandjang: "Ah, kembali sebuah dunia

    jang ngeri!"Namun pemuda itu tak mau menghiraukan.

    Setelah mengusap airmatanja, ia kertek gigi dan sekaliendjot tubuhnja ia lenjap dalam kegelapan malam.

    Achirnja sang malam harus mengalah gilirannjakepada sang surja. Fadjar mulai menjinar bumi. Kala itupemuda tolol tiba disebuah bukit. Ketika memandang

    kesebelah muka, hatinja makin tegang. Ia pertjepatlarinja menudju kesebuah rumah pondok. Makin dekatmakin teganglah perasaannja.

    Walaupun masih djauh namun dapat djuga iamelihat mamahnja. Tetapi ada suatu perasaan jangmenjebabkan ia gelisah dan ketakutan.

    Mamahnja telah meng-harap2 sang putera pulang

    dengan membawa ilmu Pukulan-hitam. Tetapi jang

  • 8/11/2019 Pukulan Hitam

    49/523

    diperolehnja saat itu hanjalah Pukulan-hitam satu kalipakai.

    Tiba2 pemuda itu hentikan larinja. Dia bersangsisampai lama.

    "Ah, mah, harap maafkan aku. Bukan sengadjahendak menipumu, tetapi aku benar2 tak tahanmenderita siksaan lahir batin. Sampaipun siapanamaku, tak kuketahui. Dan ajah saat ini tersiksa dalamNeraka-19-lapis, djuga belum diketahui bagaimananasibnja..."

    Dalam merenung itu iapun sudah melangkahkedalam pondok. Segera sebuah suara wanita jangbernada rawan menjambutnja: "Nak, kau sudah pulang."

    Seorang wanita duduk ditengah balai. Rambutnjaterurai mendjulur kebahu. Mukanja ditutupi dengansehelai kain kerudung hitam. Tetapi dari nadanja,menandakan kalau ia belum tua.

    "Mah..." sipemuda segera menghampiri serajamenjahut terisak. j

    "Nak, apakah kau sudah memperoleh ilmuPukulan-hitam?" tanja wanita itu.

    "Sudah, mah""Oh..."Wanita itu terkesiap. Entah bagaimana ia

    tertjengkam oleh rasa kedjut-girang sehingga tubuhgemetar. Tetapi karena wadjahnja tertutup kerudung,

    maka tak dapatlah dilihat bagaimana perubahanairmukanja.

    Berapa saat suasana dalam ruang pondok heninglelap.

    "Ah, tak njana begitu lekas kau sudah memperolehilmu itu. Kukiranja akan memakan waktu sampai 3 - 5tahun lagi. Ah kesemuanja ini adalah atas rachmat

    Tuhan. Dendam keluarga Ko tentu segera terhimpas!""Mah, siapakah namaku?"

  • 8/11/2019 Pukulan Hitam

    50/523

    "Ko Tjian hong!"Pemuda itu menghela napas longgar. Kini baru ia

    tahu namanja. Tiba2 ia teringat, serunja, "Mah, akuberdjumpa dengan...samsiok!"

    "Apa? Pamanmu Kiam-gun-tjiang Ku Te-ing?"mamahnja terkedjut"Ja.""Lalu bagaimana dia?""Meninggal!"Wanita itu serempak berbangkit seperti dipagut

    ular. Diraihnja tangan Ko Tjian hong erat2."Nak, apakatamu?"

    "Samsiok telah mati!""Siapa jang membunuh? seru ibunja tegang."Mungkin anakbuah Neraka-19!""Neraka 19? Hm !" dengus siwanita dengan penuh

    kegeraman.Dengan penuh kemarahan dan kebentjian, pemuda

    Tjian hong berseru, "Ma, apakah ajah djuga

    dipendjarakan oleh orang Neraka-19?""Sudah belasan tahun lamanja!" sahut sang ibu."Siapakah nama dan gelaran ajah?""Peladjar seribu-muka Ko hong!""Dan mamah sendiri?"Pertanjaan Tjian hong benar2 menjahut hati

    ibunja. Sampai beberapa lama wanita itu diam tak

    bitjara apa2. Setelah tersadar, ia menggesek gerahamnja."Kang ou-bi-djin Hoa Sian-lan!" serunja.Kang ou bi-djin artinja si Djelita dari dunia

    persilatan.Melihat ibunja tegang, berkatalah Tjian hong

    dengan penuh kasih: "Mah... apakah kau suka membukakain kerudungmu? Selama ini aku belum pernah melihat

    wadjahmu."

  • 8/11/2019 Pukulan Hitam

    51/523

    Kang-ou-bi-djin tertegun mendengar permintaanputeranja. Beberapa saat ia termenung.

    Tjian hong susupkan kepalanja kedada sang ibudan berkata dengan bisik2: "Mah, idjinkan anak melihat

    wadjahmu!"Kang-ou-bi-djin menghela napas."Nak, mungkin kau nanti ketjewa!"Tjian hong heran. Mengapa ibunja mengatakan

    begitu? Masakan seorang anak akan ketjewa melihatwadjah ibunja?

    "Tidak, mah, kau salah. Baik buruk kau adalahibuku, masakan aku tak berbakti!" katanja.

    Kata2 sang putera itu rupanja terasakan dihatiKang-ou-bi-djin. Tiba2 ia menjingkap kerudung hitam

    jang menutupi mukanja. Seketika tampaklah sebuahwadjah wanita jang luar biasa.... djeleknja.

    Hampir Tjian hong mendjerit kaget. Ia tak pertjajaapa jang dilihatnja saat itu. Ibunja jang digelari orangsebagai Djelita-dunia-persilatan ternjata memiliki wadjah

    jang ngeri sekali. Daging2 pipinja menondjol lekak-lekuk,keningnjapun dekok2 tak karuan. Ketjuali lubang mata,hidung dan mulut, boleh dikata wadjah sang ibu ituhanja berwudjut segumpal daging datar jang merah.Benar2 sebuah wadjah jang mengerikan!

    Sehabis tersadar dari ketegunan, serta merta Tjianhong djatuhkan diri didalam haribaan sang ibu. Pemuda

    itu menangis tersedu sedan....Kang-ou-bi-djin Hoa Sian lan tenang2 sadja."Nak, seorang anak laki djangan gampang2

    mengutjurkan airmata..."Tjian hong mengusap airmatanja."Mah, ini, ini, ini..." serunja tegang, ia tak dapat

    melampiaskan kata2nja karena dada serasa meledak.

    Kang-ou-bi-djin menutup kembali kainkerudungnja. Ditjiumnja djidat sang putera: "Nak,

  • 8/11/2019 Pukulan Hitam

    52/523

    peristiwa ini merupakan peristiwa dendam darah jangbelum pernah terdjadi dalam sedjarah manusia!"

    "Dendam darah? Aku hendak menuntut hutangdarah itu!"

    "O, nak, kau benar2 seorang putera keluarga Kojang berbakti!" kata Kang-ou-bi-djin dengan nada penuhdendam kesumat. Seorang wanita tjantik telah dirusakwadjahnja sedemikian rupa hingga kehilangan sifat2kewanitaannja...

    Ko Tjian hong kerut kening: "Mah, harap tjeritakansemua peristiwa jang kau alami. Aku sungguh tak tahanlagi!"

    "Nak tiba2 Kang ou-bi-djin hentikan kata-katanja.Ia tertegun.

    "Ada orang!" serunja gugup.Serentak Ko Tjian hong lontjat melesat keluar.

    Kang-ou-bi-djinpun menjusulnja. Memang benar.Dilereng bukit tampak sesosok bajangan lari pesat.Melihat itu, meluaplah hawa pembunuhan pada dada

    Kang ou-bi-djin.Lari orang itu seperti bintang djatuh pesatnja.

    Dibelakangnja diikuti oleh ber-puluh2 sosok tubuh jangmenghunus sendjata.

    Ko Tjian hong dan Kang-ou bi-djin siap menunggukedatangan orang2 itu...

  • 8/11/2019 Pukulan Hitam

    53/523

    4 Hudjan darahDalam beberapa kedjab rombongan orang itupun

    sudah tiba. Ko Tjian hong melihat orang jang berlaridisebelah muka itu seorang lelaki setengah tua. Sutera

    tangkai pedang jang tersanggul dipunggungnja ber-kibar2 kedada. Sepasang matanja tadjam2 menatapKang-ou-bi-djin.

    "Ih Thian-tjek, apakah kau masih ada mukaketemu aku?" bentak Kang-ou-bi-djin.

    Orang lelaki setengah tua itu bernama Ih Thian tjekgelar Pedang-hudjan-bunga. Dia tertawa mengakak.

    "Hm! Duapuluh tahun lamanja kutjari kau. Tetapikau tetap setia-tjuma pada si Peladjar-seribu-muka.Kalau rumahtanggamu sampai berantakan, itulah suatubalasan jang setimpal!"

    "Tutup mulutmu, andjing!" damprat Kang-ou-bi-djin.

    "Sudahlah aku tak mau adu mulut dengan kau.

    Lekas serahkan kitab itu, kalau tidak, heh, heh, heh,heh..." Pedang-hudjan-bunga Ih Thian-tjek berpalingkearah rombongannja jang terdiri dari ber-puluh2 djagopedang. Dia gembira sekali.

    "Djangan tertawa seperti orang sinting, ajo enjahdari sini," tiba2 Djian-hong membentak.

    Bentakan itu membuat Uh-hoa-kiam atau Pedang-hudjan-bunga Ih Thian tjek terbeliak. Saat itu baru iamengetahui dan memperhatikan anak muda disampingKang ou-bi-djin. Lebih2 ketika melihat betapa tjongkaksikap anak itu.

    Setelah puas memandang pemuda itu dari udjungkaki sampai kerambut, berserulah Pedang-hudjan-bungadengan suara dingin: "Siapa kau?"

    "Aku ja aku, apa pedulimu!" sahut Tjian hong

    dengan busungkan dada.

  • 8/11/2019 Pukulan Hitam

    54/523

    Penjahutan itu membuat Ih Thian-tjek terkesiap.Belum pernah ia berdjumpa dengan seorang anak jangseberani dan sesombong itu.

    "Oh, kutahulah. Mungkin kau anak dari Hoa Sian-

    lan ini, bukan?" serunja."Anaknja atau bukan, kau mau apa?" tantang Tjianhong.

    "Itu kebetulan sekali. Sekali tepuk dua lalat. Kalianibu dan anak akan kubereskan semua!"

    Ko Tjian hong mendengus hina."Rupanja kau hendak tjari mati!" serunja. Dia

    marah sekali. Bentakan ditutup dengan sebuah ajunantangan kiri kedada Pedang-hudjan-bunga.

    Melihat pukulan anak itu sedemikian dahsjat IhThian-tjek lontjat mundur setombak djauhnja.

    "Hm, benar2 anak domba jang tak takut padaharimau. Anak kemarin sore jang tak tahu betapatingginja langit," Ih Thian-tjek tertawa meringkik,"Bagus, keinginanmu akan tertjapai. Kau bakal

    melantjong kepintu Achirat!"Ih Thian-tjek berpaling kepada rombongannja."Tjintjang anak itu!" serunja.Kang-ou-bi-djin terkedjut. Dia tahu bahwa

    rombongan anakbuah Ih Thian tjek jang terdiri dari 50orang itu akan membentuk sebuah barisan maut jangdisebut Hiat-oh-lok-hua kiam-tin atau barisan Hudjan-

    darah- bunga-gugur.Selama 20 tahun lamanja sampai saat itu, belum

    pernah terdapat seorang tokoh persilatan jang mampulolos dari barisan maut itu. Hanja Tjian-bin-su-seng(Peladjar-seribu-muka) ajah Ko Tjian hong satu2-njadjago silat jang mampu mendjebolkan barisan itu.

    "Hong-dji, djangan bertindak sembarangan!" tjepat2

    Kang-ou-bi-djin memperingatkan puteranja.

  • 8/11/2019 Pukulan Hitam

    55/523

    "Ho, Hoa Sian-lan, kau takut puteramu mati dalambarisan Hiat uh-lok-hoa tin?" Ih Thian-tjek tertawamengedjek.

    "Djangan membakar hatiku!"

    "Kalau begitu, serahkan sadja kitab itu dan kaliantentu kubebaskan.""Djangan bermulut besar! Akan kuhantjurkan

    barisanmu itu!" tiba2 Tjian hong berseru dan serentakmenjerbu kedalam barisan Hudjan-darah-bunga-gugur.....

  • 8/11/2019 Pukulan Hitam

    56/523

    Djilid 2

  • 8/11/2019 Pukulan Hitam

    57/523

    "Hong dji, Hong dji..." Kang-ou Bi-djin berteriakkaget. Tetapi saat itu Ko Tjian hong sudah terbenamdalam kepungan 36 djago2 silat. Ia tak mendengar lagiteriakan ibunja.

    Barisan Hiat uh lok hoa kiam-tin jang terdiri dari36 djago pedang itu telah terlatih sempurna. Begitubergerak, barisan itu seperti seekor naga bertjengkeramadisamudera. Sinar pedang dan bajang2 manusiamendampar dari delapan pendjuru.

    Ko Tjian hong benar2 seperti seekor anak kambingjang tak takut pada harimau. Kedahsjatan barisan itubukan menghantjurkan njalinja, bahkan kebalikannjamalah menimbulkan kemarahannja jang me-luap2. Ialantjarkan pukulan makin gentjar! Tubuhnja men-deru2bagai halilintar berhamburan diangkasa... Tjian hongbenar2 marah dan kalap.

    Tetapi barisan pedang Hudjan-darah-bunga-gugurmerupakan barisan jang istimewa. Udara seolah-olahtertutup oleh sinar pedang. Makin lama makin

    membubung tinggi sehingga udara gelap. Hanja suaraangin pukulan bergeletaran membentur pedang. Batudan pasir berhamburan keseluruh pendjuru.

    Sepintas pandang pertempuran itu merupakanpertempuran atjak-atjakan. Tetapi sebenarnja suatupertempuran jang berderap djurus2 istimewa jangdjarang terdapat didunia persilatan.

    Uh-hoa kiam Ih Thian-tjek mengawasi barisannjadengan ter-senjum2. Sebaliknja Kang-ou Bi-djin kedatkedut hatinja. Ia mengikuti gerak puteranja denganpenuh ketjemasannja. Diam2 ia siapkan keduatangannja. Setiap saat akan turun tangan bila sangputera terantjam...

    Se-konjong2 barisan terpetjah. Serentak

    terdengarlah djeritan ngeri. Suara pukulan mendahsjat,darah dan daging berhamburan, tubuh susul menjusul

  • 8/11/2019 Pukulan Hitam

    58/523

    bergelimpangan djatuh. Dalam beberapa kedjab, sudahada beberapa korban jang djatuh...

    Melihat barisan jang diandalkan bonjok,berobahlah seketika wadjah Ih Thian-tjek. Sebaliknja

    kendorlah ketjemasan Kang-ou Bi-djin. Ia benar2 kagummelihat kiprah puteranja jang sedemikian hebat. Deringdan taburan pedang jang sedemikian hebatnja takmampu menerobos pukulan anak itu.

    Tiba tiba...Lingkaran sinar pedang berhamburan petjah.

    Teriak djeritan memekik ngeri, tubuh2 berkaparanmalang melintang ditanah. Kutungan pedang bertebarandjatuh kebumi. Suatu pembunuhan besar2an telahberlangsung setjara menegakkan bulu roma.

    Tampak Tjian hong tegak dengan keringatbertjutjuran didahi. Kemudian ia ajunkan langkahpelahan-lahan dari medan laga. Uh-hoa-kiam atau siHudjan-pedang Ih Thian-tjek berdiri seperti patung.

    "Mati seperti pulang kerumah. Serbu lagi!" tiba2 ia

    membentak kepada sisa barisan Hiat uh-lok-hoa-kiam-tin jang hanja tinggal beranggauta 12 orang.

    Kedua belas djago pedang itupun terpaksamenghampiri Tjian hong lagi. Wadjah pemuda itutampak putjat lesi. Tetapi ia tetap dahsjat dan lintjahdalam menghadapi serbuan ke 12 djago pedang.

    Walaupun hanja tinggal 12 orang, tetapi barisan

    Hiat-uh-lok hoa kiam-tin tak berkurang perbawanja.Sinar pedang mereka masih tetap menutup angkasa.Gerak pedang tak makin berkurang bahkan malahmakin segentjar hudjan mentjurah. Empat arah delapanpendjuru, berhamburan pedang ketubuh Ko Tjian hong.

    Kang-ou Bi-djin mulai gelisah pula. Ia mengikutipertandingan maut itu dengan penuh perhatian. Ia

    tjukup paham akan barisan Hiat-uh-lok-hoa-kiam tin.Barisan itu memang lain dari jang lain. Walaupun

  • 8/11/2019 Pukulan Hitam

    59/523

    anggautanja sebagian besar sudah gugur, namunbarisan itu tetap dahsjat. Dahulu Tjian-bin-su seng atauPeladjar wadjah seribu (ajah Tjian hong) dapatmenerobos dari barisan itu setelah barisan hanja tinggal

    18 orang anggautanja.Suatu keistimewaan dari tjiri2 barisan itu jalah,makin banjak anggautanja jang gugur, makin hebatperbawa barisan itu. Karena Tjian hong saat itu harusmenghadapi 12 orang, maka ia lebih menderitakesukaran daripada ajahnja dahulu jang menghadapi 18djago pedang.

    Mulai wadjah anak muda itu mengerut susah.Tangannja kiripun mulai linu. Tiba2 pemuda itumendapat akal. Ia merasa kewalahan menghadapi sekianbanjak lawan. Untuk merebut kemenangan adalah takmungkin. Ia menjadari sebuah tjara jang djitu.Menangkap pendjahat haruslah membekuk pemimpindulu....

    Tjepat ia songsongkan pukulan kiri untuk

    mengundur dua orang lawan. Kemudian ia bersuit se-keras2-nja dan tiba2 ia endjot tubuhnja keudara.Ditengah udara ia berdjumpalitan lalu menukik kearahkepala Ih-hoa-kiam Ih Thian-tjek.

    Pemimpin barisan Hiat uh-lok-hoa-kiam-tinterkedjut. Tetapi sudah kasip, Tjian hong saat itu sudahmenerkam kepalanja. Namun Ih Tjian-tjek seorang djago

    silat jang sudah banjak pengalaman. Tak ketjewa iamendjadi seorang tokoh silat kelas satu. Tjepat iagerakkan kedua tangannja untuk menggunting musuh.

    Tar... terdengar letupan keras ketika tanganmereka beradu. Tetapi pada lain saat terdengarlah IhThian-tjek mendjerit kaget: "Hai, pukulan hitam...!"

    Betapapun ganas pemimpin barisan Hiat-uh-lo-

    hoa-kiam, namun ketika menghadapi Pukulan-hitam iangeri djuga. Tjepat2 ia endjot tubuhnja kebelakang

  • 8/11/2019 Pukulan Hitam

    60/523

    dalam gerakan jang mengagumkan. Sekalipun begitutetap ia terlambat setindak. Sinar hitam berkelebatmenjerbu matanja. Tahu2 dadanja serasa petjah, darahbergolak hebat. Ia terhujung-hujung puluhan langkah

    dan djatuh terduduk ditanah. Mulutnja menjemburdarah sampai beberapa meter djauhnja....Kedua belas anak buah barisan Hiat-uh-lok-hoa-

    kiam-tin segera berhamburan mentjegat Tjian hong.Mereka berdjadjar-djadjar melindungi ketuanja.

    Dengan susah pajah Ih Thian-tjek menggeliatbangun. Serunja dengan nada kesakitan: "Hoa Sian-lan,hari ini aku mengaku kalah. Mungkin aku mati dibawahPukulan-hitam. Tetapi apakah kau jakin mampu lolosdari kedjaran orang Su-hay-mo-ong?"

    Su-hay mo ong artinja Durdjana dari Empatsamudera. Hoa Sian-lan atau Kang-ou Bi-djin agakberobah mukanja. Namun ia paksakan diri berlakusetenang mungkin.

    "Sudah mau mati masih gojang lidah!" serunja.

    "Hoa Sian-lan, lebih baik serahkan kitab itudaripada kau selalu di-kedjar2 bahaja maut!"

    Sahut Kang-ou Bi-djin dengan tenang: "Terusterang kuberitahukan padamu. Apabila kitab itu masihberada ditanganku tak nanti aku sampai..."

    "Ah, ah, d jiwaku ini... sia-sia kukorbankan..."Pemimpin barisan Hiat-uh-lok-hoa-kiam-tin itu tak

    dapat melandjutkan kata2nja karena saat itu kulitnjapun berobah hitam. Tubuhnja menggigil keras.Tangannja berkeledjotan meraih keatas dan pada lainkedjab, rubuhlah tubuhnja menggelepar ketanah. Djagopedang jang termasjhur itupun melajang djiwanja.

    Pukulan-hitam meminta sebuah korban lagi!Keduabelas anggauta barisan Hiat-uh-lok-hoa-

    kiam-tin sesaat tak tahu apa jang harus dilakukan.Tiba2 salah seorang mengangkat tubuh Ih Thian tjek.

  • 8/11/2019 Pukulan Hitam

    61/523

    Dengan bersuit njaring ia segera lontjat turun gunung.Kawan2njapun segera mengikuti...

    Rupanja kemarahan Tjian hong masih belum reda.Melihat kawanan djago2 pedang itu melarikan diri, ia

    segera lontjat hendak mengedjar tetapi ditjegah ibunja."Hong-dji! Kembali!" teriaknja, "membunuh lawanhabis-habisan, bukanlah laku seorang kesatrya!"

    Mendengar itu Tjian hongpun berhenti dan larimenghampiri ibunja: "Mah...ia tak dapat melandjutkankata2nja karena Kang-ou Bi-djin menatapnja denganmata ber-api2.

    Tjian hong tak mengerti mengapa mendadak sontakibunja sedemikian gusar. Ia termangu-mangu. Sesaatkemudian barulah ia memberanikan diri bertanja: "Mah.Ih Thian-tjek tadi menjebut-njebut tentang kitab ketjil.Kitab apakah itu sehingga ia begitu mati-matian hendakmendapatkan?"

    "Tidak, tidak apa2!" sahut ibunja."Tetapi djelas aku mendengarnja tadi, mengapa

    mamah mengatakan tidak apa2?" Tjian hong menegas.Tiba2 mata Kang ou Bi-djin ber-kilat2. Beberapa

    saat ia memandang kesekeliling pendjuru. Se-olah2takut kalau didengar orang.

    "Ah, itulah sebuah kitab jang membawa tjelaka,"achirnja ia menerangkan.

    "Kitab? Kitab pembawa tjelaka?" Tjian hong

    mengulang."Ja, barangsiapa mendapatkan kitab itu tentu akan

    tertimpa bentjana besar!""Benarkah?" Tjian hong menegas."Mengapa aku harus berbohong kepadamu, Hong

    dji!""Kitab apakah itu, mah?"

    "Salah sebuah kitab dari Tiga-kitab-mudjidjat di-dunia!"

  • 8/11/2019 Pukulan Hitam

    62/523

    Tjian hong terkedjut: "Tiga-kitab-mudjidjat dalamdunia?"

    Kang-ou Bi-djin mengangguk.Tjian hong makin kaget, desaknja: "Hai, apakah

    bukan Kitab-tanpa tulisan?"Mendengar Tjian hong menjebut Kitab-tanpa-tulisan, bukan kepalang kedjut Kang-ou Bi-djin. Dengantegang ia menghampiri puteranja.

    "Hong-dji bagaimana kau dapat mengetahuitentang Kitab-tanpa tulisan itu? Meskipun itu bukankitab jang dikedjar-kedjar Ih Thian tjek, tetapi kitab itumerupakan salah satu dari tiga-kitab mudjidjat didunia!Djuga kitab itu membawa bentjana besar!"

    "Benar, mah!" seru Tjian hong," kitab itu dilumuriratjun. Aku pernah terkena ratjunnja!"

    "Kau terkena ratjunnja?" Kang-ou Bi-djin makintegang.

    "Benar. Tetapi untunglah aku diobati oleh Kang-ou-long-tiong!"

    "Ah, sjukur..." kata Kang-ou Bi-djin penuh ra