Puisi Buat Ustazah Fatimah

2
Buat Ustazah Fatimah Ketika tiba saat perpisahan, janganlah kita berduka, sebab apa yang paling kita kasihi darinya, mungkin akan nampak, lebih nyata dari kejauhan seperti gunung yang nampak lebih agung terlihat dari padang dan dataran, tersergam indah mata memandang. Perpisahan bukanlah akhirnya, dari sebuah perjalanan hidup, Semua harus tetap berjalan, Maafkan kami Jika pernah kami buat kau tersedu, Jika pernah kami buat kau terkedu, Atau pernah kami, Mengawangkan kau dengan olahan kami, Sekilas terpandang diari yang usang, Berkelip mata fikiran melayang Terusik rasa di hati kami, Yang kekadang terjamah seakan mati Mungkinkah ada yang bisa mengerti Keperitan meronta yang kau alami, Hanya kau yang mengerti. Keperitan dihati.... Namun... Hatikau masih di sini Tak mungkin ke mana lagi, Kerana gelaran guru sampai ke mati,

description

puisi

Transcript of Puisi Buat Ustazah Fatimah

Page 1: Puisi Buat Ustazah Fatimah

Buat Ustazah Fatimah

Ketika tiba saat perpisahan,janganlah kita berduka, sebab apa yang paling kita kasihi darinya,mungkin akan nampak,lebih nyata dari kejauhanseperti gunungyang nampak lebih agungterlihat dari padang dan dataran,tersergam indah mata memandang.

Perpisahan bukanlah akhirnya,dari sebuah perjalanan hidup,Semua harus tetap berjalan,Maafkan kamiJika pernah kami buat kau tersedu,Jika pernah kami buat kau terkedu,Atau pernah kami,Mengawangkan kau dengan olahan kami,

Sekilas terpandang diari yang usang,Berkelip mata fikiran melayangTerusik rasa di hati kami,Yang kekadang terjamah seakan matiMungkinkah ada yang bisa mengertiKeperitan meronta yang kau alami,Hanya kau yang mengerti.Keperitan dihati....

Namun...Hatikau masih di siniTak mungkin ke mana lagi,Kerana gelaran guru sampai ke mati,Panggilan keramat yang abdi. Disanjung orang hingga kemati.

Ke kanan tidak ke kiri masih belum pastiHendakkah kami terus berjanji

Page 2: Puisi Buat Ustazah Fatimah

Pada bulan, bintang dan matahariMahukah kami terus berdiriJasamu tetap kami abdi,Dalam hati nurani,Yang suci.

Rintik-rintik hujan kian terasaKu kuis permata airDari matamu yang sayu dan pilu,Dari matamu kering dan gersangAda sinar pengharapan,Demi masa hadapan,Yang penuh dugaan.

Harapan kami,Kan kau jumpa apa yang dicari selama ini,Atau terserempak dengan mimpi-mimpi indah,Pengisi masa meniti hari-hari.