Pudarnya Persatuan Dan Kesatuan

4
BAB III Pembahasan Perkelahian antar warga desa yang masih sering terjadi di Indonesia tidak hanya terjadi di wilayah yang paling timur di Indonesia saja tetapi bentrok antar warga juga sudah banyak merambah ke kota- kota besar. Tidak hanya terjadi satu kali saja seperti pada kasus bentrok di papua yang terus berkelajuatan sampai saat ini. Ketiga kasus yang di bahas di bab1 tersebut merupakan tantangan dan permasalan dalam upaya memelihara persatuan dan kesatuan bangsa ,yang terjadi karena beberapa faktor yaitu : 1. Faktor Amarah Amarahlah yang menyebabkan para warga desa melakukan pembalasan kepada satu sama lainnya, dan semuannya berujung pada kelajutan konflik yang tiada berujung dan melebar. 1. Faktor Biologis Para warga yang ikut dalam perkelahian atau bentrokan antar 2 desa atau warga ini tidak dipengaruhi oleh gen keturunan orang tua mereka yang tidak agresif atau suka mengagangu orang lain. Karena itu apabila ada perkelahian antar warga terjadi mereka hanya sebatas ikut-ikutan dan rasa solidaritas saja. 1. Faktor Kesenjangan Generasi Sehubungan dengan adanya perbedaan dan atau jurang pemisah (gap) antar generasi yaitu anak dengan orangtua dapat terlihat dari bentuk hubungan komunikasi yang semakin minimal dan tidak harmonis. Hal ini ketika ada rombongan anak muda yang diberi nasihat ketika ada hiburan agar tidak melakukan kekerasan dan mabuk-mabukan tidak digubris. Yang semakin jelas ketika menyangkut hutan yaitu agar tidak melakukan penebangan pohon jati mereka warga suka juga melakukan penebangan kayu. 1. Lingkungan Antara warga ke 2 desa yang masing masing keluarga memiliki sejata api atau senjata tradisional yang dengan bebas di miliki oleh oara warga di Indonesia bagian timur tersebut maka tak heran lingkuangan sangat mempengaruhi kejadian tersebut dijadikan ajang pembalasan dendam ketika ada kasus dahulu yang belum selesai. 1. Peran Belajar Model Kekerasan Pengaruh terjadinya kekesaran atau tindakan anrkis di kalangan masyarakat di Indonesia salah satunya disebabkan oleh adanya teknologi yang berkembang contohnya TV atau playstion. Playstion masih jarang dipunyai oleh warga

description

bahan pancasila

Transcript of Pudarnya Persatuan Dan Kesatuan

BAB IIIPembahasanPerkelahian antar warga desa yang masih sering terjadi di Indonesia tidak hanya terjadi di wilayah yang paling timur di Indonesia saja tetapi bentrok antar warga juga sudah banyak merambah ke kota- kota besar. Tidak hanya terjadi satu kali saja seperti pada kasus bentrok di papua yang terus berkelajuatan sampai saat ini. Ketiga kasus yang di bahas di bab1 tersebut merupakan tantangan dan permasalan dalam upaya memelihara persatuan dan kesatuan bangsa ,yang terjadi karena beberapa faktor yaitu :1. Faktor AmarahAmarahlah yang menyebabkan para warga desa melakukan pembalasan kepada satu sama lainnya, dan semuannya berujung pada kelajutan konflik yang tiada berujung dan melebar.1. Faktor BiologisPara warga yang ikut dalam perkelahian atau bentrokan antar 2 desa atau warga ini tidak dipengaruhi oleh gen keturunan orang tua mereka yang tidak agresif atau suka mengagangu orang lain. Karena itu apabila ada perkelahian antar warga terjadi mereka hanya sebatas ikut-ikutan dan rasa solidaritas saja.1. Faktor Kesenjangan GenerasiSehubungandenganadanyaperbedaandanataujurangpemisah(gap) antar generasi yaitu anak dengan orangtua dapat terlihat dari bentukhubungan komunikasi yang semakin minimal dan tidak harmonis. Hal ini ketika ada rombongan anak muda yang diberi nasihat ketika ada hiburan agar tidak melakukan kekerasan dan mabuk-mabukan tidakdigubris. Yang semakin jelas ketika menyangkut hutan yaitu agar tidakmelakukan penebangan pohon jati mereka warga suka juga melakukan penebangan kayu.1. LingkunganAntara warga ke 2 desa yang masing masing keluarga memiliki sejata api atau senjata tradisional yang dengan bebas di miliki oleh oara warga di Indonesia bagian timur tersebut maka tak heran lingkuangan sangat mempengaruhi kejadian tersebut dijadikanajang pembalasandendam ketikaada kasus dahulu yang belum selesai.1. Peran Belajar Model KekerasanPengaruh terjadinya kekesaran atau tindakan anrkis di kalangan masyarakat di Indonesia salah satunya disebabkan oleh adanya teknologi yang berkembang contohnya TV atau playstion. Playstion masih jarang dipunyai oleh warga sebab kalau televisi harusmenggunakan antena yang tinggi. Sedangkan rental VCD atau plastionjarang digemari oleh anak muda. Bagi yang suka mereka pergi ke Desa lain jadi hanya beberapa warga yang suka menonton TV dengan program program siaran yang tidak bermutu berjam-jam untuk mereka . Sedangkan pemuda kalau pun playstation lebih suka games berkelahi bukan games yang sepakbola.F. FrustasiSebagaimasyarakatpertanian keduapedukuhaninitidaklahterlalu banyak untuk memenuhi tuntutan hidup. Sebab sebagai masyarakat petani hidup apa adanya. Kecuali anak-anak muda yang lebih suka menacari nafkah dengan pergi ke kota besar seperti Jakata atau Bandung dan sebagainya. Ada juga yang pergi menjadi TKI di luar negeri seperti Malaysia, Arab Saudi serta melakukan pelayaran dilaut.Kalaufrustasi, mengenai persoalan cinta pernah ada perkelahian antar warga ini.Yaituketika warga salah satu warga desa pergi kerja keluarkota dan saat pulang kampung ceweknya yang menjadi pacar dahulu kini malah jatuh cinta pada orang warga desa lain hal ini menyebabkan frustasi. Oleh sebab itu maka biasanya melakukan pembalasandan kadang mengincar orang warga desa lain untuk berkelahi.1. Proses pendisiplinanYang keliru Para pelaku perkelahian khususnya kelampok anak muda. Pendidikan disiplinnya keliru dan kurang baik. Ini dibuktikan seperti anak atau siswa SD yang sebagian anak yang oleh orang tuanya agar cepat pulang ketika masih jam pelajaran. Dan kadang tidak mau mendengarkan nasehat guru-gurunya. Yaitu ketika anak atau siswa SD itu ingin ngarit(cari rumput) untuk makan ternak kambing,kerbau atau sapi. Menurut mereka lebih baik membolos atau minta ijinpada gurunya, malahan kadang memerintah gurunya agar jam pelajaran cepat pulang kalau tidak nanti orangtuanya akan marah.Hal inimengingatkan pendidikan orangtua mereka rendah karena semakin baikpendidikan orangtua semakin bijak perilaku disiplin pada anak-anaknya.1. Faktor EkonomiFaktor ekonomi dalam secara tidak langsung yang melatar belakangi perkelahian antara warga ini adalah berkaiatan dengan masalah kayu. Karena di hutan ini memberikan kentungan yang besar melalui kayu masyarakat sekitar. Terlebih lagi masyarakat ini lebih banyak mengabil kayu ini untuk mencukupi kebutuhanya. Walaupun ini kadang masyarakat sekitar juga ingin berebut daerah kekuasan hutan yang bisa diambil kayunya. Karena merasakan hasil kayu lebih menguntungkan dan mahal sehingga menimbulkan iri dan konflik.Selain faktor faktor yang menjadi tantangan dan permasalahan terdapat pula Faktor faktor yang dapat memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa :1. Keutuhan dan kedaulatan wilayah negara dari Sabang sampai Merauke.2. Pancasila dan UUD 1945 sebagai acuan dasar dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.3. Konsep wawasan nusantara dan ketahanan sebagai acuan operasional.4. Kekayaan budaya bangsa Indonesia termasuk hasil hasil pembangunan.Untuk dapat mengatasi masalah Tantangan dan permasalahan dalam upaya memelihara persatuan dan kesatuan bangsa memerlukan kesadaran individu maupun kesadaran besama atau kolektif.1. Secara individual, masing-masing kita harus memiliki kesadaran bahwa ada perbedaan diantara kita. Kesadaran bahwa kita beda, lalu diteruskan melalui dialog lewat interaksi sosial untuk bias saling memberi dan saling menerima dalam kesetaraan. Lewat kesadaran individual masing-masing kita mencoba untuk mencari dan merumuskan kesepakatan-kesepakatan sosial tanpa harus kehilangan jati diri, karakteristik masing-masing. Ego dan super ego untuk selalu berkuasa dan ingin tampil terbaik akan terakomudasi melalui kesepakatan sosial yang terbangun. Pencerahan individu ini dapat dilakukan melalui penyingkiran sumber derita dari keterasingan, adanya keinginan yang berlebihan, tahta, nafsu atau dorongan, (hal ini memang sangat filosofis dan mengacu pada ajaran dan nilai agama).2. Secara besama atau kolektif, konflik sosial yang terjadi merupakan buah dari disparitas sosial, eknomi dan politik yang berdampak adanya pengebiran terhak-hak sekelompok orang oleh kelompok orang yang lainnya. Hal ini terjadi biasanya diawali oleh adanya pengingkaran atas komitment atau kontrak sosial yang telah dibangun, adanya ketidak adilan, ketidak setaraan dan sikap eklusivitas antar kelompok satu dengan yang lainnya. Untuk itu langkah struktural yang bersifat preventif yang dapat dilakukan dalam mengatasi konflik sosial, ekonomi dan politik bahkan bias merembet ke persoalan konflik SARA adalah:1. Secara terus menerus membangun komitmen persatuan dan kesatuan sehingga tidak ada dusta diantara kita;2. Secara terus menerus melakukan revitalisasi nilai yang memang bergerak bersamaan dengan perubahan sosial;3. Mengembangkan sikap dan prilaku segilik, seguluk, selunglung sebayan taka, paras paros sarpanaya.;4. Mengembangkan kesadaran menyama braya sebagai simbol kehidupan bersama sebagai satu kesatuan keluarga;5. Membangun solideritas sosial, kepedulian sosial dan interkasi sosial yang intens, hal ini penting dilakukan untuk menghindari tumbuhnya sikap individulis dan eklusifistis dikalangan kelompok-kelompok sosial;BAB IVSimpulan dan Saran4.1 Simpulan