PU Kewalahan Tangani Situ di Tangsel - ftp.unpad.ac.id file13.140 meter persegi, tempat berdirinya...

1
K EMENTERIAN Pe- kerjaan Umum (PU) kewalahan mena- ngani Situ Sasak Tinggi di Tangerang Selatan (Tangsel), Banten. Pihak PU ha- nya bisa melakukan tindakan darurat memasang karung berisi pasir untuk membendung agar air situ tidak merembes ke per- mukiman. “Dari sisi teknis, pengerjaan di saat hujan tidak tepat dan bisa memengaruhi hasil. Hujan jadi kendala karena membuat pengerjaan tanah sulit. Untuk saat ini kami baru bisa melaku- kan penanganan darurat,” kata Direktur Jenderal (Dirjen) Sum- ber Daya Air (SDA) Kemente- rian PU Mohammad Amron di Jakarta, kemarin. Kementerian PU, ujar Am- ron, akan segera melaksanakan kajian teknis membenahi Situ Sasak Tinggi. Tanggul di sekitar situ, menurut Amron, perlu diperkuat dengan menambah ketebalan dan kedalamannya supaya air situ tidak merembes ke jalan raya. Selain Situ Sasak, sambung Amron, dua situ lainnya yang berstatus rawan di Tangerang, yaitu Situ Parigi dan Situ Cile- dug, juga ditangani. Pemerintah Kota (Pemkot) Tangsel mulai membuka Jalan Siliwangi, Kelurahan Pamulang Barat, Kecamatan Pamulang, kemarin dini hari. Sejak Jumat (24/9) malam jalan itu ditutup karena air Situ Sasak Tinggi di sisi jalan itu meluap dan me- rembes ke badan jalan. “Debit air situ sudah mulai turun hingga 1 meter,” kata Kepala Seksi Pengendalian dan Opera- si Dinas Perhubungan Pemkot Tangsel Taufik Wahidin di Ta- ngerang, Banten, kemarin. Tanggul yang retak pada situ, ujar Taufik, belum diperbaiki. Karena itu, pihaknya melarang truk dan angkutan berat lain- nya melewati Jalan Siliwangi dan mengalihkan ke arah Pon- dok Cabe. Minim realisasi Penanganan banjir di DKI Jakarta juga masih terkendala. Seiring dengan itu, realisasi anggaran penanganan banjir Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) DKI 2010 masih berkisar 17%-26% di setiap kota madya. Kepala Dinas PU DKI Jakarta Ery Basworo berjanji semua sa- luran penghubung di lima wila- yah kota madya rampung Ok- tober. “Kami tidak hanya mela- kukan penyelesaian genangan secara bertahap pada 106 titik di ruas jalan arteri maupun kolektor, tapi kami juga akan Stasiun yang Menjadi Rumah Mereka Selain Situ Sasak Tinggi di Tangsel, dua situ lainnya di Tangerang, yaitu Situ Parigi dan Situ Ciledug, berstatus rawan. Sumantri Handoyo Sengketa Lahan, Siswa NJIS tidak Bisa Bersekolah H ARI masih pagi, saat seorang perempuan tua membantu memasangkan dasi pada seragam sekolah Muhamad Edwin, 9, bocah laki-laki yang kini duduk di kelas tiga sekolah dasar negeri di kawasan Cikini, Jakarta Pusat. Pemandangan itu tidak terjadi di dalam ruangan suatu rumah di Jakarta, tapi di atas selembar kardus yang dijadikan tempat tinggal Edwin dan neneknya. Mereka berdua tinggal di pinggiran rel beberapa puluh meter dari Stasiun Cikini hanya dengan beralaskan kardus bekas tanpa sekat dan hanya beratapkan langit. Jika hujan tiba-tiba datang, nenek dan cucu itu cukup mengandalkan dua buah payung untuk menaungi mereka dari guyuran air serta dinginnya hembusan angin. Setiap hari Nani, 60, sang nenek yang telah puluhan tahun tinggal di Jakarta itu menjadi pemulung untuk memperoleh penghasilan. Hasil dari mengais sampah digunakan perempuan asal Kediri itu untuk kebutuhan membeli makanan ia dan cucunya. Namun tak jarang mereka berdua harus berpuasa jika tidak memperoleh cukup uang untuk membeli makanan. Keseharian Edwin dan neneknya tidak berbeda dengan Yanti, 48. Perempuan asal Indramayu, Jawa Barat, itu juga memilih bernaung di beberapa stasiun saat malam datang hanya dengan berbekal selembar kardus atau koran untuk alas tidur. “Biasanya saya datang ke sini sekitar pukul sepuluh atau sebelas malam,” ujar Yanti. Perempuan ini menuturkan, ia sengaja datang ke Ibu Kota sekitar 1992 untuk mengadu nasib. Menurutnya, dulu ia dan suaminya bermalam di emperan toko. Namun setahun terakhir ini ia NJIS Aa Kustia ketika ditemui di sekretariat NJIS, kemarin. Sebelumnya, pihak sekolah juga telah menerima SP 1 ter- tanggal 3 September 2010 dan SP 2 tertanggal 17 September 2010. Pihaknya sendiri telah me- layangkan surat balasan yang meminta perpanjangan deadline penutupan. Namun belum dir- espons oleh Summarecon. Sebenarnya, Yayasan NJIS telah memutuskan kesanggup- an untuk membeli dan telah mendapat kesepakatan dengan Summarecon pada Maret 2010. Penetapan nilai jual tanah dan bangunan dengan Collier Inter- nasional sebagai perantara da- lam menentukan harga tanah per meter persegi. Oleh karena itu, pihak Yayasan mengaku bingung mengapa Summarecon memerintahkan pihaknya untuk melakukan pengosongan, padahal surat kesepakatan pembelian telah disetujui kedua belah pihak. Secara terpisah, Coorporate Communication PT Sumarecon Agung Cut Meutia mengakui adanya klausul jual-beli atas lahan itu. “Kami memutus- kan untuk tidak jadi menjual karena tidak melihat adanya keseriusan dalam hal pengu- rusan detail jual-beli,” kata Cut Meutia. (*/J-2) SEKITAR 340 siswa yang berse- kolah di North Jakarta Interna- tional School (NJIS), Kelapa Gading, Jakarta Utara, resmi dirumahkan, kemarin. Mereka merupakan korban sengketa antara PT Summarecon Agung dan Yayasan NJIS selaku pengelola sekolah. Summarecon merupakan pemilik lahan seluas 13.140 meter persegi, tempat berdirinya sekolah itu. Akibatnya, orang tua para siswa sekolah itu kini bingung untuk menyekolahkan anak mereka. Menurut Hilma, 42, salah satu wali murid, penutupan ini juga pernah terjadi 2009 lalu. Tapi akhirnya tidak terlaksana. Orang tua yang anaknya duduk di kelas 7 ini juga mengaku te- lah menerima surat dari pihak se kolah bahwa sewa lahan sekolah telah diperpanjang hingga Agustus 2011. Kepastian menghentikan kegiatan belajar mengajar itu diambil setelah Summarecon mengirim surat peringatan (SP) ketiga kepada pihak Yayasan NJIS untuk mengosongkan tempat tersebut kemarin. “Kami diminta mengosong- kan sekolah hari ini (kemarin) pada pukul 17.00 WIB. Kami akan melakukan hal tersebut,” ungkap Sekretaris Yayasan mereka adalah salah satu fenomena yang bisa ditemui di Ibu Kota. “Pemerintah sudah seharusnya mengatasi hal ini,” ujar sosiolog Universitas Indonesia, Paulus Wirutomo, kemarin. Menurutnya, solusi pemerintah dengan memberikan rumah singgah bagi tunawisma kurang tepat dan tidak efektif. “Itu karena sifatnya mengikat dan tidak memberi manfaat sehingga banyak dari mereka yang enggan kembali dan lebih memilih menggelandang,” jelasnya. Menurutnya, seharusnya mereka diberdayakan dengan memberi pendidikan dan pelatihan sesuai dengan kondisi mereka. Ia berharap pemerintah menerapkan langkah solutif dan tepat untuk menangani permasalahan penyandang masalah kesejahteraan sosial di Jakarta. (Nesty Trioka Pamungkas/J-3) memutuskan untuk pindah ke stasiun dengan alasan keamanan. “Kalau di jalan atau emperan toko enggak aman, lebih enak di stasiun,” ceritanya. Menurut kisahnya, dulu ia bekerja sebagai pelayan rumah makan. Namun tempatnya bekerja tutup karena bangkrut sehingga ia pun terpaksa menggelandang. Bukan hanya itu, suaminya pun meninggalkannya begitu saja. “Suami saya pergi sejak 12 tahun lalu, enggak tahu ke mana. Ya, daripada enggak hidup, mulung aja,” cerita perempuan yang tidak memiliki anak tersebut. Perempuan berambut ikal ini juga mengaku kerap berpindah-pindah stasiun. Beberapa stasiun di Jakarta bergantian menjadi ‘rumahnya’. “Kadang di Gondangdia, kadang di Cikini, kadang di Tanah Abang,” ujarnya. Kondisi yang dialami MI/RAMDANI TINGGAL DI STASIUN: Edwin, 9, memakai seragam sekolah ditemani neneknya di bawah Stasiun Cikini, Jakarta Pusat, kemarin. Edwin dan neneknya merupakan tunawisma yang memilih tinggal di stasiun kereta. PU Kewalahan Tangani Situ di Tangsel membersihkan seluruh saluran penghubung mikro dan makro di lima wilayah Jakarta,” kata Ery di Jakarta, kemarin. Pemprov DKI, ujar Ery, be- rencana memperbesar saluran penghubung sebagai tali air untuk mengalirkan air hujan ke laut atau ke sungai yang ada di Jakarta. Kepala Bidang Pengelolaan Sumber Daya Air Dinas PU DKI Tarjuki mengatakan khusus un- tuk mencegah genangan air dan jebolnya tanggul, APBD DKI me- nyediakan Rp6 miliar per tahun. “Ini anggaran sewaktu-waktu dan darurat,” kata Tarjuki. Kepala Suku Dinas (Sudin) Pekerjaan Umum Tata Air Ja- karta Barat R Herianto menar- getkan sebanyak 200 saluran penghubung mikro yang tertu- tup bangunan liar dan tertutup beton segera ditertibkan hingga akhir 2010. Di tempat terpisah, Kepala Sudin PU Tata Air Jakarta Pusat Agus Triyono akan mengantisi- pasi genangan air di Jl Kebon Ka- cang dan area-area yang rawan genangan air. Kepala Sudin PU Tata Air Jakarta Timur Suhartono sudah membuat saluran baru dan membeli pompa air untuk mengantisipasi banjir. Sejumlah area permukiman di Jakarta, kemarin, tergenang air akibat luapan kali yang titik hulunya di Bogor. Area permu- kiman itu antara lain kawasan Pondok Labu, Jl MT Haryono, dan kawasan Kalibata. (CS/Ssr/*/J-5) [email protected] Polres Bekasi Sita Dolar Palsu Senilai Rp32 Miliar SATUAN Reskrim Polres Kabu- paten Bekasi mengungkap sindi- kat pemalsu dolar Amerika dan Singapura. Enam pelaku diring- kus beserta sejumlah barang buk- ti berupa uang palsu yang terdiri atas 90 lembar pecahan S$100 (Rp60.912.000), 468 lembar pecah- an S$10.000 (Rp31.674.240.000), dan 500 lembar pecahan US$100 (Rp447.400.000). Tidak hanya itu, di dalam tas juga terdapat 31 bundel potong- an kertas hitam siap cetak dan dua botol cairan tiner. Awal terkuaknya uang palsu senilai Rp32.182.552.000 itu di- dapat dari informasi seorang pembantu rumah tangga (PRT) di Perumahan Grand Wisa- ta, Cluster Celebration Town BB7/10, Desa Lambang Sari, Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi. Rumah tersebut milik warga negara Korea Selatan yang bekerja sebagai pengusa- ha batu bara di Kalimantan. Menurut Kapolres Kabupaten Bekasi Kombes Setija Junianta, PRT itu penasaran dengan tas jinjing warna hijau yang terong- gok di sudut ruangan selama empat bulan. Setelah dibuka, isinya ternyata ratusan lembar uang dolar. Selagi sang majikan tidak di tempat, temuan dolar di dalam tas tersebut dilaporkan ke petugas RT untuk selanjut- nya diteruskan kepada polisi. “Mengetahui dolar yang di- simpan di dalam tas ternyata palsu, polisi membentuk tim dan menyelidiki sindikat pe- mal su uang. Alhasil, enam pelaku berhasil dibekuk di se- jumlah lokasi,” katanya. Tersangka pertama Muning- sih alias Ning, 50. tertangkap di sekitar Pulogadung, Jaktim. Perempuan tersebut mengaku memperoleh uang palsu itu dari rekannya, yakni Kusnadi alias Agus, 44, yang kemudian ditangkap di wilayah Leuwili- ang, Kabupaten Bogor. Dari situ polisi pun menang- kap pelaku yakni Udin Djaenu- din, 61, Ahyarudin, 46, Taufik Hidayat, 47, dan Rojudin, 31. Sementara itu, WNA Korea Selatan selaku pemilik rumah tidak terlibat. Sebab ia tidak mengetahui bahwa tas berisi uang palsu itu disimpan pelaku di rumahnya. Muningsih enggan menga- takan sejak kapan menggeluti bisnis penjualan uang palsu. “Jangan tanya saya. Tanya polisi saja. Saya Cuma dititipin tas dan tidak dibayar,” katanya sembari menutup wajah de- ngan nada terisak. (GG/J-3) 4 | Megapolitan SELASA, 28 SEPTEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA DOK-PU.GO.ID Mohammad Amron Dirjen Sumber Daya Air PU Enam pelaku berhasil dibekuk di sejumlah lokasi.” Setija Junianta Kapolres Kabupaten Bekasi

Transcript of PU Kewalahan Tangani Situ di Tangsel - ftp.unpad.ac.id file13.140 meter persegi, tempat berdirinya...

KEMENTERIAN Pe-kerjaan Umum (PU) kewalahan mena-ngani Situ Sasak

Ting gi di Tangerang Selatan (Tangsel), Banten. Pihak PU ha-nya bisa melakukan tindakan darurat memasang karung berisi pasir untuk membendung agar air situ tidak merembes ke per-mukiman.

“Dari sisi teknis, pengerjaan di saat hujan tidak tepat dan bisa memengaruhi hasil. Hujan jadi kendala karena membuat pengerjaan tanah sulit. Untuk saat ini kami baru bisa melaku-kan penanganan darurat,” kata Direktur Jenderal (Dirjen) Sum-ber Daya Air (SDA) Kemente-rian PU Mohammad Amron di Jakarta, kemarin.

Kementerian PU, ujar Am-ron, akan segera melaksanakan ka jian teknis membenahi Situ Sasak Tinggi. Tanggul di sekitar situ, menurut Amron, perlu di perkuat dengan menambah ke tebalan dan kedalamannya supaya air situ tidak merembes ke jalan raya.

Selain Situ Sasak, sambung Amron, dua situ lainnya yang ber status rawan di Tangerang, yaitu Situ Parigi dan Situ Cile-dug, juga ditangani.

Pemerintah Kota (Pemkot) Tangsel mulai membuka Jalan Siliwangi, Kelurahan Pamulang Barat, Kecamatan Pamulang, kemarin dini hari. Sejak Jumat (24/9) malam jalan itu ditutup karena air Situ Sasak Tinggi di

sisi jalan itu meluap dan me-rembes ke badan jalan. “Debit air situ sudah mulai turun hingga 1 meter,” kata Kepala Seksi Pengendalian dan Opera-si Dinas Perhubungan Pemkot Tangsel Taufi k Wahidin di Ta-nge rang, Banten, kemarin.

Tanggul yang retak pada situ, ujar Taufi k, belum diperbaiki. Karena itu, pihaknya melarang truk dan angkutan berat lain-nya melewati Jalan Siliwangi dan mengalihkan ke arah Pon-dok Cabe.

Minim realisasi Penanganan banjir di DKI

Jakarta juga masih terkendala. Se iring dengan itu, realisasi ang garan penanganan banjir Anggaran Pendapatan dan Be lanja Daerah (APBD) DKI 2010 masih berkisar 17%-26% di setiap kota madya.

Kepala Dinas PU DKI Jakarta Ery Basworo berjanji semua sa-luran penghubung di lima wila-yah kota madya rampung Ok-tober. “Kami tidak hanya mela-kukan penyelesaian genangan secara bertahap pada 106 titik di ruas jalan arteri maupun kolektor, tapi kami juga akan

Stasiun yang Menjadi Rumah Mereka

Selain Situ Sasak Tinggi di Tangsel, dua situ lainnyadi Tangerang, yaitu Situ Parigi dan Situ Ciledug,

berstatus rawan.

Sumantri Handoyo

Sengketa Lahan,Siswa NJIS

tidak Bisa Bersekolah

HARI masih pagi, saat seorang perempuan tua membantu

memasangkan dasi pada seragam sekolah Muhamad Edwin, 9, bocah laki-laki yang kini duduk di kelas tiga sekolah dasar negeri di kawasan Cikini, Jakarta Pusat. Pemandangan itu tidak terjadi di dalam ruangan suatu rumah di Jakarta, tapi di atas selembar kardus yang dijadikan tempat tinggal Edwin dan neneknya. Mereka berdua tinggal di pinggiran rel beberapa puluh meter dari Stasiun Cikini hanya dengan beralaskan kardus bekas tanpa sekat dan hanya beratapkan langit. Jika hujan tiba-tiba datang, nenek dan cucu itu cukup mengandalkan dua buah payung untuk menaungi mereka dari guyuran air serta dinginnya hembusan angin.

Setiap hari Nani, 60, sang nenek yang telah puluhan tahun tinggal di Jakarta itu

menjadi pemulung untuk memperoleh penghasilan. Hasil dari mengais sampah digunakan perempuan asal Kediri itu untuk kebutuhan membeli makanan ia dan cucunya. Namun tak jarang mereka berdua harus berpuasa jika tidak memperoleh cukup uang untuk membeli makanan.

Keseharian Edwin dan neneknya tidak berbeda dengan Yanti, 48. Perempuan asal Indramayu, Jawa Barat, itu juga memilih bernaung di beberapa stasiun saat malam datang hanya dengan berbekal selembar kardus atau koran untuk alas tidur. “Biasanya saya datang ke sini sekitar pukul sepuluh atau sebelas malam,” ujar Yanti.

Perempuan ini menuturkan, ia sengaja datang ke Ibu Kota sekitar 1992 untuk mengadu nasib. Menurutnya, dulu ia dan suaminya bermalam di emperan toko. Namun setahun terakhir ini ia

NJIS Aa Kustia ketika ditemui di sekretariat NJIS, kemarin.

Sebelumnya, pihak sekolah juga telah menerima SP 1 ter-tang gal 3 September 2010 dan SP 2 tertanggal 17 September 2010. Pihaknya sendiri telah me-layangkan surat balasan yang meminta perpanjangan deadline penutupan. Namun belum dir-espons oleh Summarecon.

Sebenarnya, Yayasan NJIS telah memutuskan kesanggup-an untuk membeli dan telah mendapat kesepakatan dengan Summarecon pada Maret 2010. Penetapan nilai jual tanah dan bangunan dengan Collier Inter-nasional sebagai perantara da-lam menentukan harga tanah per meter persegi.

Oleh karena itu, pihak Yayasan mengaku bingung mengapa Summarecon memerintahkan pihaknya untuk melakukan pengosongan, padahal surat kesepakatan pembelian telah disetujui kedua belah pihak.

Secara terpisah, Coorporate Communication PT Sumarecon Agung Cut Meutia mengakui ada nya klausul jual-beli atas lahan itu. “Kami memutus-kan untuk tidak jadi menjual karena tidak melihat adanya keseriusan dalam hal pengu-rusan detail jual-beli,” kata Cut Meutia. (*/J-2)

SEKITAR 340 siswa yang berse-kolah di North Jakarta Interna-tional School (NJIS), Kelapa Ga ding, Jakarta Utara, resmi dirumahkan, kemarin.

Mereka merupakan korban sengketa antara PT Summarecon Agung dan Yayasan NJIS selaku pengelola sekolah. Summarecon merupakan pemilik lahan seluas 13.140 meter persegi, tempat berdirinya sekolah itu.

Akibatnya, orang tua para sis wa sekolah itu kini bingung untuk menyekolahkan anak mereka.

Menurut Hilma, 42, salah sa tu wali murid, penutupan ini juga pernah terjadi 2009 lalu. Tapi akhirnya tidak terlaksana. Orang tua yang anaknya duduk di kelas 7 ini juga mengaku te-lah menerima surat dari pihak se kolah bahwa sewa lahan se kolah telah diperpanjang hing ga Agustus 2011.

Kepastian menghentikan ke giatan belajar mengajar itu diambil setelah Summarecon mengirim surat peringatan (SP) ketiga kepada pihak Yayasan NJIS untuk mengosongkan tempat tersebut kemarin.

“Kami diminta mengosong-kan sekolah hari ini (kemarin) pada pukul 17.00 WIB. Kami akan melakukan hal tersebut,” ungkap Sekretaris Yayasan

mereka adalah salah satu fenomena yang bisa ditemui di Ibu Kota. “Pemerintah sudah seharusnya mengatasi hal ini,” ujar sosiolog Universitas Indonesia, Paulus Wirutomo, kemarin. Menurutnya, solusi pemerintah dengan memberikan rumah singgah bagi tunawisma kurang tepat dan tidak efektif. “Itu karena sifatnya mengikat dan tidak memberi manfaat sehingga banyak dari mereka yang enggan kembali dan lebih memilih menggelandang,” jelasnya.

Menurutnya, seharusnya mereka diberdayakan dengan memberi pendidikan dan pelatihan sesuai dengan kondisi mereka. Ia berharap pemerintah menerapkan langkah solutif dan tepat untuk menangani permasalahan penyandang masalah kesejahteraan sosial di Jakarta. (Nesty Trioka Pamungkas/J-3)

memutuskan untuk pindah ke stasiun dengan alasan keamanan. “Kalau di jalan atau emperan toko enggak aman, lebih enak di stasiun,” ceritanya.

Menurut kisahnya, dulu ia bekerja sebagai pelayan rumah makan. Namun tempatnya bekerja tutup karena bangkrut sehingga ia pun terpaksa menggelandang. Bukan hanya itu, suaminya pun meninggalkannya begitu saja. “Suami saya pergi sejak 12 tahun lalu, enggak tahu ke mana. Ya, daripada enggak hidup, mulung aja,” cerita perempuan yang tidak memiliki anak tersebut.

Perempuan berambut ikal ini juga mengaku kerap berpindah-pindah stasiun. Beberapa stasiun di Jakarta bergantian menjadi ‘rumahnya’. “Kadang di Gondangdia, kadang di Cikini, kadang di Tanah Abang,” ujarnya.

Kondisi yang dialami

MI/RAMDANI

TINGGAL DI STASIUN: Edwin, 9, memakai seragam sekolah ditemani neneknya di bawah Stasiun Cikini, Jakarta Pusat, kemarin. Edwin dan neneknya merupakan tunawisma yang memilih tinggal di stasiun kereta.

PU Kewalahan Tangani Situ

di Tangsel

membersihkan seluruh saluran penghubung mikro dan makro di lima wilayah Jakarta,” kata Ery di Jakarta, kemarin.

Pemprov DKI, ujar Ery, be-ren cana memperbesar saluran penghubung sebagai tali air un tuk mengalirkan air hujan ke laut atau ke sungai yang ada di Jakarta.

Kepala Bidang Pengelolaan Sumber Daya Air Dinas PU DKI Tarjuki mengatakan khusus un-tuk mencegah genangan air dan jebolnya tanggul, APBD DKI me-nyediakan Rp6 miliar per tahun. “Ini anggaran sewaktu-waktu dan darurat,” kata Tarjuki.

Kepala Suku Dinas (Sudin) Pekerjaan Umum Tata Air Ja-karta Barat R Herianto menar-getkan sebanyak 200 saluran penghubung mikro yang tertu-tup bangunan liar dan tertutup beton segera ditertibkan hingga akhir 2010.

Di tempat terpisah, Kepala Sudin PU Tata Air Jakarta Pusat Agus Triyono akan mengantisi-pasi genangan air di Jl Kebon Ka-cang dan area-area yang ra wan genangan air. Kepala Sudin PU Tata Air Jakarta Timur Suhartono sudah membuat sa luran baru dan membeli pompa air untuk mengantisipasi banjir.

Sejumlah area permukiman di Jakarta, kemarin, te r genang air akibat luapan kali yang titik hulunya di Bogor. Area permu-kiman itu antara lain kawasan Pondok Labu, Jl MT Haryono, dan kawasan Kalibata. (CS/Ssr/*/J-5)

[email protected]

Polres Bekasi Sita Dolar Palsu Senilai Rp32 MiliarSATUAN Reskrim Polres Kabu-paten Bekasi mengungkap sindi-kat pemalsu dolar Amerika dan Singapura. Enam pelaku diring-kus beserta sejumlah barang buk-ti berupa uang palsu yang terdiri atas 90 lembar pecahan S$100 (Rp60.912.000), 468 lembar pecah-an S$10.000 (Rp31.674.240.000), dan 500 lembar pecahan US$100 (Rp447.400.000).

Tidak hanya itu, di dalam tas juga terdapat 31 bun del potong-an kertas hitam siap cetak dan dua botol cairan tiner.

Awal terkuaknya uang palsu se nilai Rp32.182.552.000 itu di-

dapat dari informasi seorang pem bantu rumah tangga (PRT) di Perumahan Grand Wisa-ta, Cluster Celebration Town BB7/10, Desa Lambang Sari, Tam bun Selatan, Kabupaten Bekasi. Rumah tersebut milik warga negara Korea Selatan yang bekerja sebagai pengusa-ha batu bara di Kalimantan.

Menurut Kapolres Kabupaten Bekasi Kombes Setija Junianta, PRT itu penasaran dengan tas jinjing warna hijau yang terong-gok di sudut ruangan selama empat bulan. Setelah dibuka, isinya ternyata ratusan lembar

uang dolar. Selagi sang majikan tidak di tempat, temuan dolar di dalam tas tersebut dilaporkan ke petugas RT untuk selanjut-nya diteruskan kepada polisi.

“Mengetahui dolar yang di-simpan di dalam tas ternyata palsu, polisi membentuk tim dan menyelidiki sindikat pe-mal su uang. Alhasil, enam pe laku berhasil dibekuk di se-jumlah lokasi,” katanya.

Tersangka pertama Muning-sih alias Ning, 50. tertangkap di sekitar Pulogadung, Jaktim. Perempuan tersebut mengaku memperoleh uang palsu itu da ri rekannya, yakni Kusnadi alias Agus, 44, yang kemudian di tangkap di wilayah Leuwili-ang, Kabupaten Bogor.

Dari situ polisi pun menang-

kap pelaku yakni Udin Djaenu-din, 61, Ahyarudin, 46, Taufi k Hidayat, 47, dan Rojudin, 31.

Sementara itu, WNA Korea Selatan selaku pemilik rumah tidak terlibat. Sebab ia tidak me ngetahui bahwa tas berisi uang palsu itu disimpan pelaku di rumahnya.

Muningsih enggan menga-takan sejak kapan menggeluti bisnis penjualan uang palsu.

“Jangan tanya saya. Tanya polisi saja. Saya Cuma dititipin tas dan tidak dibayar,” katanya sembari menutup wajah de-ngan nada terisak. (GG/J-3)

4 | Megapolitan SELASA, 28 SEPTEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA

DOK-PU.GO.ID

Mohammad AmronDirjen Sumber Daya Air PU

“Enam pe laku berhasil dibekuk di sejumlah lokasi.”Setija JuniantaKapolres Kabupaten Bekasi