PTK IPS

77
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan pendapat Hamalik ( 2004 : 27 ), “ Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya”. Sesuai dengan pembahasan tersebut, maka keberhasilan pendidikan tidak hanya ditentukan oleh satu komponen saja ,tetapi juga melibatkan seluruh komponen, yaitu siswa dengan segala karakteristiknya, peranan guru, sarana prasarana pembelajaran yang tersedia, serta hal – hal lain yang saling terkait. Dengan demikian, bukan berarti bahwa jika komponen-komponen tersebut telah terpenuhi maka proses pembelajaran dijamin dapat berhasil secara optimal. Dalam kegiatan belajar mengajar keterlibatan siswa secara aktif mutlak diperlukan , karena inti dari proses belajar siswa adalah siswa belajar . Sehingga dapat dikatakan bahwa harus ada usaha dari siswa untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Selain itu, 1

description

Penelitian tindakan kelas ips

Transcript of PTK IPS

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berdasarkan pendapat Hamalik ( 2004 : 27 ), “ Belajar adalah suatu proses

perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya”. Sesuai

dengan pembahasan tersebut, maka keberhasilan pendidikan tidak hanya

ditentukan oleh satu komponen saja ,tetapi juga melibatkan seluruh komponen,

yaitu siswa dengan segala karakteristiknya, peranan guru, sarana prasarana

pembelajaran yang tersedia, serta hal – hal lain yang saling terkait.

Dengan demikian, bukan berarti bahwa jika komponen-komponen tersebut

telah terpenuhi maka proses pembelajaran dijamin dapat berhasil secara optimal.

Dalam kegiatan belajar mengajar keterlibatan siswa secara aktif mutlak diperlukan

, karena inti dari proses belajar siswa adalah siswa belajar . Sehingga dapat

dikatakan bahwa harus ada usaha dari siswa untuk mendapatkan hasil yang

terbaik. Selain itu, keberhasilan proses belajar mengajar juga harus didukung oleh

cara guru menyampaikan materi pelajaran.

Pada umumnya, pelajaran IPS Sosiologi merupakan salah satu mata

pelajaran yang tidak disukai siswa. Hal ini disebabkan oleh kurangnya minat serta

partisipasi siswa untuk mempelajari IPS Sosiologi. Adapun faktor yang sangat

mempengaruhi minat siswa dalam mempelajari IPS Sosiologi diantaranya adalah

sebagai berikut :

1. Guru dalam menyampaikan materi pelajaran cenderung monoton dan tidak

memperhatikan suasana kelas.

1

2. Sebagian besar guru dalam memberikan materi pelajaran masih mementingkan

terget penyelesaian materi, kurang memperhatikan proses belajar mengajar

yang terjadi pada siswa ( guru menganggap siswa memiliki kemampuan yang

sama )

3. Guru kurang memberikan motivasi kepada para siswa, misalnya kurangnya

pujian sebagai penghargaan atas usahanya dalam mengerjakan tugas.

4. Dalam penyajian materi, guru tidak pandai memilih alat peraga.

Dengan dilandasi oleh faktor-faktor di atas, penulis akan menggunakan

model Quantum sebagai upaya untuk menarik minat siswa dalam pembelajaran

IPS Sosiologi. Pembelajaran Quantum merupakan pembelajaran yang berupaya

menciptakan suasana kondusif ( nyaman dan menyenangkan ). Kelas kohesif

( rasa kebersamaan tinggi ), dinamis-interaktif, partisipasif dan saling menghargai.

Penggunaan model Quantum sangat cocok dengan kurikulum yang baru

yaitu KTSP 2006, karena dalam kurikulum ini yang lebih banyak berperan dalam

belajar adalah siswa, guru hanya berperan sebagai motivator dan membantu siwa

dalam memecahkan masalah yang dihadapi pada saat berlangsungnya proses

pembelajaran, khususnya dalam mempelajari IPS Sosiologi. Dengan

menungkatnya interaksi dalam pembelajaran , akan semakin meningkat tajam

energi kehidupan dalam kelas, sehingga hasilnya akan meningkat pula. Dengan

perkataan lain, proses pembelajaran dengan aktifitas tinggi dalam suasana yang

kondusif akan menghasilkan produk belajar yang optimal. Melalui model

Quantum diperkenalkan oleh Bobbi De Porter dan berdasarkan uraian diatas,

2

maka pennneliiiti berrrmaksud meneliti penggunaan model Quantum pada

pembelajaran penyimpangan sosial dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

B. Identifikasi Masalah

Pada umumnya, pelajaran IPS Sosiologi itu merupakan salah satu mata

pelajaran yang tidak disukai oleh siswa. Hal ini disesbabkan oleh kurang minat

serta partisipasi siswa untuk mempelajari IPS Sosiologi, serta suasanya tidak

kondusif ( nyaman dan menyenangkan ), begitu pula yang dialami oleh siswa

kelas VIII B SMP Yos Sudarso Cigugur – Kuningan.

C. Batasan dan Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang dikemukakan diatas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah, bagaimana upaya meningkatkan motivasi belajar

siswa dalam proses pembelajaran Penyimpangan Sosial kelas VIII B SMP Yos

Sudarso Cigugur Kuningan ?

Mengingat permasalah yang dihadapi cukup luas dan komplek, maka

peneliti dalam hal ini memberi batasan – batasan sebagai berikut :

1. Bagaimana suasana kelas ketika berlangsung proses pembelajaran dengan

menggunakan model Quantum ?

2. Bagaim anakah motivasi siswa selama proses pembelajaran berlangsung

dengan menggunakan model Quantum ?

3. Bagaimanakah hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran

dengan menggunakan model Quantum ?

3

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa

2. Untuk meningkatkan situasi pembelajaran yang menyenangkan

3. Untuk mengetahui peningkatan daya serap siswa setelah menggunakan model

Quantum pada pembelajaran Penyimpangan Sosial

4. Untuk meningkatkan keterampilan guru dalam memotivasi siswa dan memilih

metode pembelajaran, model serta media pembelajaran yang tepat.

E. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat manfaat diantaranya adalah :

1. Bagi Siswa

a. Dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar

b. Dapat meningkatkan situasi pembelajaran yang menyenangkan

2. Bagi Guru

a. Untuk mengetahui daya serap siswa setelah menggunakan model Quantum

b. Untuk meningkatkan keterampilan guru dalam memotivasi siswa dan memilih

metode pembelajaran , model serta media pembelajaran yang tepat.

3. Bagi guru lain

a. Dapat meningkatkan motivasi guru untuk melakukan penelitian tindakan kelas.

4

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Quantum

1. Pengertian Pembelajaran Quantum

De Porter ( 1999 : 5 ) menyatakan bahwa, “Quantum adalah interaksi

mengubah energi menjadi cahaya”. Dalam pendidikan Quantum Teaching

merupakan pengubah berbagai interaksi yang ada pada momen belajar. Interaksi –

interaksi ini mencakup unsur – unsur belajar yang efektif yang dapat

mempengaruhi kesuksesan siswa.

Dari kutipan di atas diperoleh pengertian bahwa pembelajaran Quantum

merupakan upaya pengorganisasian bermacam-macam interaksi yang ada di

sekitar momen belajar. Prinsip – prinsip pembelajaran Quantum adalah :

a. Segalanya berbicara

Segala sesuatu yang ada di lingkungan kelas seperti body language dapat

digunakan untuk pembelajaran. Mulai dari kertas yang dibagikan kepada siswa

hingga rancangan pembelajaran dapat digunakan untuk mengirim pesan

belajar.

b. Segalanya bertujuan

Semua yang terjadi dalam kelas atau dalam penggubahan memiliki tujuan

c. Pengalaman sebelum pemberian nama

Otak manusia berkembang karena adanya rangsangan yang komplek, yang

mendorong rasa ingin tahu. Pembelajaran yang baik adalah yang diawali oleh

5

rasa ingin tahu, di mana anak memperoleh informasi tentang sesuatu sebelum

mengetahui namanya.

d. Akui setiap usaha

Pembelajaran merupakan proses yang mengandung resiko karena pembelajaran

sesuatu yang baru, belajar berarti melangkah ke luar dari kenyamanan. Pada

saat langkah ini, siswa mengambil langkah ini, merasa patut mendapat

pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka.

e. Jika layak dipelajari, maka layak dirayakan.

Dari prinsip ini tersirat bahwa keceriaaan para siswa sejak awal masuk kelas

dapat mendorong kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan

belajar.

Sebagai suatu simponi, pembelajaran Quantum memiliki banyak unsur

yang menjadi faktor pengalaman belajar. Unsur itu dibagi menjadi dua kategori

yaitu konteks dan isi.

Konteks merupakan latar untuk pengalaman diantaranya lingkungan yang

berisi keakraban, suasana yang mencerminkan semangat guru dan murid, landasan

yaitu keseimbangan kerjasama antara alat pembelajaran dan siswa, rancangan

yaitu interpretasi guru terhadap pelajaran.

Bagian isi merupakan bagian yang tak kalah penting dengan bagian

konteks. Pada bagian isi , materi pelajaran yang merupakan not-not lagu yang

harus dimainkan. Salah satu unsur dalam bagian isi ini adalah bagaimana tiap

tahap musik itu dimainkan atau bagaimana pelajaran disajikan. Isi juga meliputi

keterampilan guru sebagai sang maestro yang menfasilitasi pembelajaran dengan

6

memanfaatkan bakat dan potensi setiap siswa, keajaiban pengalaman akan terbuka

bila konteksnya tepat.

Dengan dasar prinsip – prinsip di atas, maka dapatlah disusun kerangka

rancangan pembelajaran Quantum menurut de Porter ( Suherman, 2004 : 25 )

sebagai berikut :

a. Tumbuhkan

Tumbuhkan minat dengan selalu menggerahkan siswa terhadap pemahaman

tentang apa manfaat setiap pembelajaran bagi diri siswa dan manfaatkan

kehidupan siswa , atau “ Apakah Manfaat Bagiku ( AMBAK ) “

b. Alami

Buatlah pemahaman umum yang dapat di mengerti oleh siswa

c. Namai

guru harus menyediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi sebagai

masukan.

d. Demonstrasikan

Sebaiknya guru menyediakan kesempatan bagi siswa untuk menunjukkan apa

yang sudah mereka ketahui dengan mempresentasikan di depan kelas . Hal ini

di maksudkan agar siswa belajar berani, bertanggung jawab, dan terbuka untuk

dikoreksi.

e. Ulangi

Setelah sampai pada suatu konsep atau generalisasi, diadakan tanya jawab

untuk lebih memantapkan, membuat rangkuman agar pemahamannya

7

komprehensif, diberikan kuis ( tes, ulangan ) untuk refleksi. Dengan demikian

akan sampai pada ungkapan ata ba ata, aku tahu bahwa aku memang tahu.

f. Rayakan

Guru harus memberi pengakuan terhadap setiap penyelesaian dengan

memberikan reward atau pengharapan kepada siswa berupa pujian, nilai,

pemebrian sesuatu, senyuman, tertawa dan semacamnya. Dengan demikian

mereka merasa dihargai atas segala upayanya sehingga akan lebih

meningkatkan kinerjanya pada masa yang akan datang.

Dalam pembelajaran Quantum, harus diperhatikan juga kondisi siswa

sebagai subjek yang sedang belajar , informasikan bagaimana kiat-kiat belajar

agar siswa sukses. Hal ini perlu karena sekarang ini pada umumnya siswa

memandang bahwa kata “ belajar “ pada pikiran mereka mempunyai citra yang

tidak dikonotasikan sebagai suatu aktivitas yang menjenuhkan, membosankan,

menakutkan, mencemaskan dan menyebalkan.

Prinsip pembelajaran Quantum adalah dimulai dengan menciptakan

sugesti bahwa citra belajar perlu diubah. Karena citra akan menumbuhkan sugesti

yang menentukan perilaku , maka tugas guru adalah menciptakan sugesti positif,

yaitu dengan cara :

a. Suasana nyaman dan menyenangkan.

b. menempelkan hasil karya siswa di kelas agar menjadi suatu kebanggaan .

c. Usahakan belajar dibarengi musik yang sifatnya menenangkan pikiran dan rasa.

d. Partisipasi setiap individu siswa digugah dengan berprinsip salah bukan untuk

dihindari, tapi salah adalah bagian dari belajar.

8

Penataan lingkungan belajar yang perlu diperhatikan pada pembelajaran

Quantum adalah penciptaan suasana nyaman, musik, santai, konsentrasi. Dengan

musik tensi menjadi tenang, gelombang otak stabil, dan otot-otot menjadi rileks.

Dalam kelas terpampang kata-kata mutiara ( kalimat penggugah/slogan ),

foto/piagam keberhasilan, interaksi efektif, dan lain-lain.

B. Suasana Kondusif

Suasana pengajaran merupakan faktor yang ikut menentukan berhasil

tidaknya pendidikan anak. Apakah suasana belajar menunjang pengajaran atau

tidak. Jadi sepenuhnya hal itu tergantung dari sikap guru. Untuk tercapainya

tujuan – tujuan belajar dengan mudah, maka lingkungan kelas harus ditata

sedemikian rupa menjadi lingkungan yang kondusif yang dapat mempengaruhi

siswa secara positif dalam belajar. Lingkungan belajar yang kondusif dapat

menumbuhkan motivasi belajar siswa, penyajian bahan pengajaran dapat

disuguhkan dengan penuh makna serta memberi kesan tersendiri kepada siswa.

Lingkungan kelas yang kondusif itu terdiri dari lingkungan fisik dan non

fisik. Lingkungan kondusif itu antara lain :

1. Lingkungan yang menyenangkan, nyaman , yang cocok untuk kepentingan

pembelajaran.

2. Guru selalu menghargai perbedaan individua baik minat, perhatian maupun

dalam bakat kebutuhan.

3. Guru memahami perbedaan dalam cara – cara mempelajari sesuatu mencakup

gaya dan bentuk – bentuk belajar perseorangan.

9

4. Guru dapat menyesuaikan terhadap gaya dan bentuk belajar perseorangan

melalui berbagai cara pengajaran yang variatif.

5. Proses belajar mengajar adalah proses sosialisasi, artinya dapat membina siswa

dalam mengembangkan potensi sosial yang berguna bagi pergaulan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Iklim lingkungan kelas yang positif akan terbentuk dari iklim lingkungan

fisik dan emosional yang saling menunjang. Pada akhirnya iklim lingkungan kelas

yang akan memberikan suasana yang kondusif bagi anggotanya. Johnson dan

Johnson ( Triyulan, 1997 : 5 ) menyebutkan ciri-ciri iklim lingkungan kelas yang

kondusif :

1. Terjadinya interaksi dan kerjasama antar kelompok

2. Saling menyukai

3. Komunikasi yang efektif

4. Tingkat kepercayaan yang tinggi

5. Tingginya tingkat penerimaan dan dukungan

6. Pemberdayaan anggota.

Suatu yang kondusif dalam kelas sangat berpengaruh terhadap prestasi

belajar siswa. Jika suasananya yang tidak kondusif maka pembelajaran tidak akan

berjalan dengan lancar.

Sekolah yang dijadikan tempat penelitian adalah SMP Yos Sudarso

Cigugur – Kuningan . Selanjutnya untuk pelaksanaan penelitian penulis

mengambil siswa kelas VIII B SMP Yos Sudarso Cigugur – Kuningan. Adapun

alasan dipilihnya siswa kelas VIII B adalah karena siswa kelas VIII B mempunyai

10

kemampuan yang beragam sehingga diperoleh daya serap siswa yang beragam

pula. Selain itu, siswa kelas VIII B SMP Yos Sudarso Cigugur – Kuningan dapat

kondusif dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas.

11

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dari penelitian ini yaitu dengan menggunakan LKS, tes

formatif, tes sub sumatif, pedoman observasi, dan angket. LKS dan tes formatif

diberikan pada saat proses pembelajaran berlangsung disetiap pertemuan atau

tindakan. Tes sub sumatif dilakukan setelah pokok bahasan selesai atau setelah

seluruh tindakan selesai.

Lembar observasi siswa digunakan peneliti untuk mendapatkan data

tentang suasana di dalam kelas selama proses pembelajaran berlangsung. Lembar

observasi ini diisi oleh seorang observer yang mengamati suasana kelas di dalam

kelas. Angket yang berisi 15 pertanyaan diberikan kepada siswa untuk mengetahui

respon siswa terhadap pembelajaran yang sedang diteliti.

B. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

kuantitatif berupa frekuensi, persen , dan data kualitatif. Analisis data dilakukan

pada tahap evaluasi dari setiap tindakan. Suherman ( 2001 : 6 ) mengemukakan

bahwa, “ Analisis data dilakukan dengan cara menggelompokkkan data yang

mempunyai kategori sama , kemudian dibuat rangkuman menurut aspek atau

ketegorinya dan terakhir melakukan interprestasi sesuai dengan masalah atau

tujuan penelitian”.

1. Data Hasil Angket

12

Untuk mengolah data angket digunakan rumus Suherman dan Yaya ( 2003

: 237 ) sebagai berikut :

X = Xts

P

Keterangan

X = rata – rata skor siswa

Xts = jumlah skor siswa

P = jumlah pertanyaan

Xt = ∑ x

n

Xt = jumlah total jawaban

X = jumlah rata – rata skor siswa

N = jumlah siswa

Setelah data dianalisis , lalu dilakukan interprestasinya dengan

menggunakan kriteria berdasarkan skala likert.

Kriteria Penafsiran Data

Jumlah Jawaban ( Xt ) Kategori

3 Pendapat positif

Pendapat Netral

Pendapat negatif

2. Data Hasil Observasi

13

Data hasil observasi suasana pembelajaran dapat dihitung dengan

menggunakan rumus :

Presentasi ( % ) = Jumlah Nilai Total x 100%

Nilai Aspek Tertinggi x Jumlah Aspek

Kategori Penafsiran Observasi :

Persentase Penafsiran Data

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

Sangat Kurang

3. Data Tes Hasil Belajar

Menganalisis data berupa tes hasil belajar siswa dari setiap siklus, untuk

mengukurnya menggunakan kategori ketercapaian dan ketuntasan belajar,

perhitungannya sebagai berikut :

a. Daya Serap Siswa ( DSS )

DSS = Skor yang dicapai x 100%

Jumlah skor maksimun

Siswa dikatakan tuntas belajarnya apabila DSS 65%

b. Daya Serap Kelas ( DSK )

14

DSK = Jumlah siswa yang tuntas x 100 %

Jumlah siswa

Satu kelas dikatakan tuntas belajarnya apabila DSK 85%

E. Cara Pengambilan Kesimpulan

Kesimpulan dalam penelitian ini dilakukan secara berkolaborasi dengan

guru bidang studi lain di SMP Yos Sudarso yang berlaku sebagai observer, setelah

semua data terkumpul dengan menuju kepada aturan teoritik serta hasil penelitian

dan observasi dari observer, maka kesimpuilan yang diperoleh selanjutnya dapat

dijadikan pembelajaran IPS Sosiologi.

15

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Setting Penelitian

Penelitian dilakukan setelah menemukan indikasi bahwa suasana

belajar siswa dalam mata pelajaran IPS Sosiologi tidak kondusif dan

kurang perhatian. Pendekatan yang dilakukan maupun metode dan teknik

tidak akan dimodifikasi dan dilakukan pula melalui multi metode. Dalam

hal ini penulis mencoba menggunakan pendekatan Quantum. Penulis

meminta guru mata pelajaran lain untuk ikut terlibat dalam penelitian ini.

Dalam pelaksanaan penelitian ini siswa tidak diberi tahu bahwa dirinya

sedang dijadikan objek dan subjek penelitian, namun suasana belajar

berjalan sebagaimana mestinya, dan dengan demikian akan bersifat alami

apa adanya.

B. Langkah Penelitian

Untuk langkah penelitian secara umum penulis menyusun rencana

penelitian yang berisi :

a. Pengumpulan Data Awal

Data awal penelitian ini adalah hasil belajar siswa dalam

pelajaran IPS Sosiologi “ Penyimpangan Sosial “ yang

dianggap masih kurang pada siswa kelas VIII B SMP YOS

SUDARSO CIGUGUR Kuningan, sebagai berikut :

16

TABEL 4.1

Hasil Tes Awal

KKM 78

NO SUBJEKNILAI

AWALKETERAMPILAN

1 Agustina Nica Setiani 80

2 Alfonsus Adi Sadewa 100

3 Alfonsus Mario Sahnadi 87,5

4 Alfred Philaugys I Kawilarang 67,5

5 Amelia Septiani 65

6 Apolonaris Aditya 85

7 Bernadus Bimo Satrio W 57,5

8 Brigita Pujiawati 87,5

9 Cristian Managu Rumapea 77,5

10 Cucu Cahyanti 67,5

11 Dwi Marcelino Mahardani 85

12 Emanuel Gerry Ben Kusuma 72,5

13 Fabius Yordan Rianto 62,5

17

14 Fransiskus Rian Susanto 78

15 Ignatius Diman Suhardiman 85

16 Jonathan Haryana 87,5

17 Julyanto Panjaitan 72,5

18 Karolina Mia Vermiami 80

19 Magdalena Erni Herliani 90

20 Maria Fitri 85

21 Marselinus Tri Pascal 55

22 Monica Trianurwati 80

23 Royen Pahala Sihombing 47,5

24 Regita Dwi Wulansari 87,5

25 Rikky Fernando Tambunan 67,5

26 Sigit Cahyadi 57,5

27 Teta Oktaviana 82,5

28 Theresia Tri Fitriani 75

29 Veronika Veni Vebriati 54

18

30 Veronika Fitri Fitriani 90

31 Yohanes Engkos Gunawan 87,5

32 Yuliana Astuti 92,5

33 Yulianus Mulyadi 44

Jumlah 2493,5

Rata – rata 75,56

Sumber : Hasil Penelitian tahun 2012

Berdasarkan pada perolehan nilai di atas yang terkesan

rendah , dimana nilai KKM 78 maka dibuatlah rencana

pembelajaran dengan menggunakan model Quantum .

b. Rencana Persiapan Pembelajaran

Penyusunan rencana persiapan pembelajaran dilakukan oleh

guru IPS dan berkolaborasi dengan guru lain sebagai observer.

c. Lembar Evaluasi

Penyususnan lembar evaluasi dilakukan untuk mengetahui

tingkat penguasaan siswa atau daya serap siswa terhadap materi

pelajaran yang disajikan dalam proses pembelajaran dengan

pembelajaran Quantum.

d. Waktu pelaksanaan penelitian

Pelaksanaan penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus terdiri dari

2 pertemuan dalam setiap pertemuan peneliti dan observer

19

melakukan analisis dan refleksi untuk diperbaiki pada

pertemuan berikutnya.

e. Hasil Penelitian

Perolehan data berdasarkan hasil pelaksanaan penelitian

kemudian didiskusikan bersama observer, dan hasilnya

merupakan kesimpulan penelitian.

C. Hasil Penelitian

1. Pelaksanaan Pembelajaran

a. Analisis Pembelajaran I

Pembelajaran I dilaksanakan pada tanggal 28 Mei 2012

sesuai dengan skenario pembelajaran I yang telah disusun

oleh peneliti. Sub pokok bahasan yang diajarkan mengenai

“ pengertian penyimpangan sosial dan faktor pendorong

terjadinya penyimpangan sosial , serta macam – macam

penyimpangan“. Pada penelitian ini, selain proses

pembelajaran yang sesuai dengan skenario pembelajaran,

aspek yang dianalisis dalam proses ini adalah suasana kelas

selama pembelajaran berlangsung dengan menggunakan

lembar observasi yang tersedia.

Pada awal pembelajaran guru memeriksa

kehadiran siswa, kemudian menginformasikan

mengenai materi yang akan di bahas.

20

Guru menerangkan materi tentang

penyimpangan sosial, siswa tidak hanya

mencatat dan mendengarkan saja, tetapi

apabila ada hal – hal yang kurang jelas siswa

dapat bertanya.

Setelah guru selesai menerangkan guru

membagikan LKS 1 untuk dikerjakan oleh

siswa dengan berdiskusi. Tempat duduk siswa

diatur sesuai dengan keinginan siswa agar

siswa lebih nyaman dalam berdiskusi.

Swambil berdiskusi, musik mulai

diperdengarkan dengan volume yang rendah.

Guru berkeliling menghampiri bangku siswa

dan membantu siswa apabila ada hal – hal

yang kurang dimengerti.

Setelah siswa selesai mengerjakan LKS, guru

memberikan kesempatan kepada siswa untuk

maju ke depan mengerjakan jawaban LKS di

papan tulis.

Ternyata siswa masih takut maju ke depan

karena takut salah. Kemudian guru

memberikan motivasi kepada siswa untuk

lebih percaya diri pada saat tampil di depan

21

kelas ataupun dalam mengemukakan

pendapat.

Dari hasil pengamatan , rangsangan yang di berikan oleh guru

mendapat respon yang baik dari siswa, dan sebagian siswa ada yang mau

maju ke depan untuk mengerjakan LKS di papan tulis. Walaupun jawaban

siswa kurang tepat guru harus tetap memberikan pujian dan memberikan

penghargaan atas keberaniannya untuk tampil di depan kelas.

Pada akhir pembelajaran, guru mengadakan tes formatif ! untuk

mengetahui kemampuan siswa dalam menerima materi yang telah

diberikan dengan model Quantum. Setelah kegiatan tes dilaksanakan, guru

menuntun siswa untuk membuat kesimpulan dari materi yang telah di

bahas.

b. Refleksi Pembelajaran I

Setelah data diperoleh dari hasil observasi pada pembelajaran I dan

dilihat dari kejadian – kejadian pada saat proses pembelajaran

berlangsung, masalah – masalah yang menjadi kendala dalam

pembelajaran perlu diadakan refleksi untuk pembelajaran selanjutnya.

Berdasarkan pada hasil analisis kegiatan refleksi pada pembelajaran I

maka upaya yang harus diperbaiki adalah sebagai berikut :

1. Guru harus dapat mengatur waktu sebaik mungkin

2. Guru harus dapat menciptakan suasana rileks, agar siswa tidak takut

dalam bertanya ataupun menjawab.

22

3. Guru harus memberikan motivasi belajar siswa agar dapat lebih aktif

dalam diskusi.

c. Analisis pembelajaran II

Proses pembelajaran ke II tanggal 29 Mei 2012 ini sama

halnya dengan apa yang dilakukan pada pembelajaran I. Tetapi

pada awal pembelajaran, guru terlebih dahulu mengajak siswa

untuk bernyanyi bersama dengan lagu bebas, hal ini dilakukan

agar siswa dapat lebih bersemangat. Materi yang akan

dipelajari adalah macam – macam penyimpangan dan dampak

penyimpangan. Dengan metode diskusi dan tanya jawab , tetapi

sebelumnya guru mengingatkan kembali materi yang telah di

pelajari dengan tanya tanya jawab. Seperti pada pembelajaran I,

guru menerangkan kemudian membagikan LKS, guru

memberikan kesempatan kepada siswa untuk tampil di depan

kelas mempresentasikan jawaban di papan tulis.

Karena siswa sudah mempunyai pengalaman dari

pertemuan sebelumnya maka pada pembelajaran II ini siswa

sedikit demi sedikit sudah mulai terbiasa dengan menggunakan

model Quantum . Sebagian siswa tidak merasa tegang lagi

dalam belajar dan lebih percaya diri untuk tampil di depan

kelas. Setelah semua soal dikerjakan di papan tulis, kemudian

guru membahas kembali jawaban siswa. Guru memberikan

kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada hal – hal

23

yang kurang jelas atau kurang dipahami. Ada sebagian siswa

yang bertanya mengenai LKS 2 yang telah diselesaikan oleh

temannya. Sebelum guru memberikan tes formatif, guru

memberikan permainan yang dimaksudkan untuk membuat

suasana lebih hidup lagi dan siswa tidak merasa jenuh.

Pada akhir pembelajaran guru memberikan tes formatif II,

kemudian guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan

dari materi yang telah dipelajari. Dari hasil kesimpulan materi ,

guru masih mendominasi penyimpulannya. Jadi ,penyimpulan

materi masih dilakukan oleh guru.

d. Refleksi Pembelajaran II

Dari hasil data observasi pada pembelajaran II, terdapat

kendala-kendala yang harus diperbaiki untuk siklus berikutnya.

Diantaranya guru harus melakukan hal – hal sebagai berikut :

1. Meningkatkan pengelolaan kelas agar suasananya

kondusif

2. memberikan bimbingan secara merata pada seluruh

siswa.

3. Melibatkan siswa pada saat membuat kesimpulan.

2. Hasil Observasi

Hasil observasi pada setiap pembelajaran I, II selanjutnya

diidentifikasi. Data rangkuman keseluruhan hasil obervasi pada

pembelajaran dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini :

24

Tindakan Jumlah Nilai Total Persentase (% ) Kategori

I 46 61,3 CUKUP

II 60 80,0 BAIK

Dari rangkuman di atas terlihat adanya peningkatan dari setiap

siklus tindakan, hal ini sesuai dengan yang diharapkan. Dari grafik

4.1 dapat di lihat persentase observasi setiap tindakan. Persentase

proses pada tindakan I sebesar 61,3 % dengan kategori cukup,

persentasi proses pada tingkatan II sebesar 80 % dengan kategori

baik. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

penyimpangan sosial dengan menggunakan model Quantum dapat

menciftakan suasana kondusif.

Tabel 4.2

Rangkuman Hasil Observasi Penelitian Tindakan Kelas dengan Model

Quantum

Tindakan Persentase ( % )

I 70

II 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa penelitian tindakan kelas

dengan model Quantum telah terlaksana dengan baik.

3. Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

25

daya serap siswa dalam materi penyimpangan sosial. Dari data

hasil tes pada tiap siklus dan tes akhir pembelajaran dilakukan

analisis deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran

tentang ketuntasan belajar tiap individu atau klasikal.

Berdasarkan kriteria ketuntasan belajar dalam petunjuk

pelaksanaan PBM Dikmenum dalam Suherman ( 2001 )

dikemukakan bahwa :

1. Daya serap perorangan siswa disebut telah tuntas belajar bila ia

telah mencapai skor 65% atau nilai 6.5

2. Daya serap klasikal suatu kelasd disebut telah tuntas belajar bila

dikelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap ≥

65 %

TABEL 4.3

Rekapitulasi Hasil Belajar Tes Formatif dan Tes Sub Sumatif

No Tindakan Nilai Rata – rata

kelas

Daya Serap

kelas

Ketuntasan

belajar kelas

1 I 7,08 70,8 85,0

2 II 9,84 98,4 100

3 TS 9,4 94 100

Dari tabel di atas dapat dilihat nilai rata – rata kelas

pertemuan pertama sebesar 7,08 , daya serap kelas 70,8 %,

ketuntasan belajar kelas 85 %.

26

Pada pertemuan ke dua nilai rata-rata sebesar 9,84, daya

serap kelas 98,4%, ketuntasan belajar kelas 100%.

Pada tes sumatif nilai rat – rata 9,4,daya serap kelas 94 %,

dan ketuntasan belajar 100%.

Dari data di atas , nilai rata – rata, daya serap kelas dan

ketuntasan belajar dari tindakan pertama sampai terakhir

mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran

penyimpangan sosial dengan menggunakan model quantum

dapat meningkatkan daya serap kelas.

4. Hasil Angket

Setelah pembelajaran dengan menggunakan model

Quantum dan pemberian tes akhir selesai dilaksanakan, siswa

diberikan isian untuk mengetahui tanggapannya. Berdasarkan hasil

yang diperoleh kemudian di hitung rata – rata totalnya seperti pada

tabel 4.4

X skor total Frekuensi

3,00 – 3,49 -

3,50 – 3,99 4

4,00 – 4,49 23

4,50 – 4,99 6

Dari tabel di atas dapat dicari modus nya adalah 4,00 – 4,49

, sehingga dapat dikatakan bahwa tanggapan siswa terhadap

penggunaan model Quantum adalah positif.

27

Dari tabel 4.4 terlihat bahwa sikap siswa tentang pembelajaran IPS

Sosiologi dengan menggunkan model Quantum sangat positif. Hal

ini ditunjukkan dengan banyaknya siswa yang menyatakan sangat

setuju atau setuju pada setiap pernyataan positif dan sangat tidak

setuju atau tidak setuju pada pernyataan yang negatif. Pernyataan

positif dari nomor 1 sampai dengan 12, dan pernyataan negatif dari

no 13 sampai 15.

D. Pembahasan

Berdasarkan data hasil penelitian terhadap suasana

pembelajaran mengalami peningkatan untuk setiap tindakan

walaupun pada awalnya suasana kurang kondusif, tetapi setelah

diterapkannya model Quantum ini, suasana menjadi lebih kondusif.

Siswa lebih nyaman dalam belajar dan suasana pembelajaranpun

lebih menarik dan hidup. Hal tersebut diperhatikan pada saat

proses belajar. Lingkungan kelas di tata sedemikian rupa menjadi

lingkungan yang kondusif yang dapat mempengaruhi siswa secara

positif dalam be;lajar. Posisi duduk pada saat diskusi di atur sesuai

dengan keinginan siswa , penyajian bahan pengajaran diberikan

dengan penuh makna, perhatian guru merata pada seluruh siswa,

dan pemutaran musik yang dapat membuat suasana lebih tenang

dan nyaman.

Sebagai salah satu tindak lanjut dari pelaksanaan evaluasi

adalah menentukan daya serap terhadap materi evaluasi ( tes ) yang

28

telah dilaksanakan. Dengan mengetahui daya serap siswa, maka

guru dapat mengetahui materi mana yang belum atau kurang

dikuasai oleh siswa. Dalam ruang lingkup yang lebih luas lagi

dengan mengetahui daya serap siswa maka dapat diketahui

ketuntasan belajar siswa dalam suatu kelas. Untuk mengatahui

daya serap siswa , pada mulanya guru memberikan lembar kerja

siswa pada setiap pertemuan yang dimaksudkan sebagai latihan.

Pada akhir pembelajaran siswa menyampaikan hasil diskusinya,

kemudian siswa dikut sertakan dalam membahas hasil diskusi dan

mengambil kesimpulan, selanjutnya siswa diberikan tes formatif.

Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa dengan

menggunakan model Quantum dalam pembelajaran dapat

meningkatkan daya serap siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai

rata – rata kelas, daya kelas dan ketuntasan belajar pada umumnya

mengalami peningkatan walaupun mengalami penurunan pada tes

sub sumatif. Penurunan tersebut diakibatkan karena materi dan

jumlah soal yang lebih banyak dibandingkan tes formatif.

Pendapat siswa terhadap pembelajaran diungkapkan dengan

menggunakan angket yang mencantumkan beberapa

pernyataan.Pernyataan tersebut meliputi pernyataan positif dan

pernyataan negatif . Pernyataan positif yaitu pernyataan yang

mendukung terhadap terhadap pembelajaran dan pernyataan

negatif merupakan pernyataan yang tidak mendukung terhadap

29

pembelajaran. Hasil perhitungan rata-rata angket untuk setiap

siswa melebihi dari skor netral. Berdasarkan interprestasi data

angket, jika rerata skor subjek lebih besar dari skor netral, maka

bersikap positif. Maka nilai tersebut tergolong kedalam kategori

positif. Hal tersebut memperlihatkan bahwa sikap siswa terhadap

pembelajaran dengan menggunakan model Quantum positif.

30

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data selama pembelajaran

Penyimpangan Sosial dengan menggunakan model Qantum , maka dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Penggunaaan model Quantum dalam pembelajaran Penyimpangan

Sosial dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

2. Penggunaaan model Quantum dalam pembelajaran Penyimpangan

Sosial dapat meningkatkan situasi pembelajaran yang menyenangkan.

3. Penggunaaan model Quantum dalam pembelajaran Penyimpangan

Sosial dapat meningkatkan daya serap siswa dapat dilihat dari hasil tes

formatif 1 ke tes formatif 2 meningkat 27,6 %

3. Pembelajaran Penyimpangan Sosial dengan menggunakan model

Quantum dapat meningkatkan keterampilan guru dalam memotivasi

siswa.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dalam penelitian ini maka diajukan beberapa

saran sebagai berikut :

1. Guru diharapkan dapat menggunakan model Quantum dalam setiap

pembelajaran sosiologi, karena dengan model ini selain dapat

31

menciptakan suasana kondusif juga dapat meningkatkan daya serap

siswa.

2. Penelitian ini hanya berlaku pada siswa kelas VIII B SMP Yos

Sudarso , dan penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran

2011 – 2012, untuk lebih mengenal dan mengetahui model

pembelajaran Quantum dalam menciftakan suasana kondusif, peneliti

lain diharapkan melakukana penelitian tindakan kelas dengan

menggunakan model Quantum pada pokok bahasan yang berbeda.

32

DAFTAR PUSTAKA

Aqib. Z ( 2006 ) .Penelitian Tindakan Kelas.Bandung.Rama Widya

Depniknas.(2006 ) Kurikulum Tingkat Satuian Pendidikan. Jakarta

Depniknas.( 2006 ) Teknik Penyususnan Karya Tulis Ilmiah.Jakarta

Depniknas.(2007 ). Penelitian Tindakan Kelas.LPMP Jawa Barat

DE Porter.B., dkk ( 1999) . Quantum Teaching. Bandung Kaifa.

Hamalik.O ( 2001 ) . Proses Belajar Mengajar . Bandung. PT. Bumi Aksara

Mukhtar, dkk ( 2007 ) Kiat Sukses Mengajar di Kelas. Jakarta. Nimas

Multima.

Nasution ( 2005 ). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar,

Jakarta .Bumi Aksara

33

ULANGAN HARIAN

PENYIMPANGAN SOSIAL

1. Apa yang dimaksud dengan penyimpangan sosial ?

2. Sebutkan faktor pendorong terjadinya penyimpangan sosial !

3. Berdasarkan kadar penyimpangannya, penyimpangan dibedakan menjadi

dua. Jelaskan dan berilah contohnya!

4. Berdasarkan pelaku penyimpangan, maka penyimpangan dibedakan

menjadi, penyimpangan individu, kelompok dan campuran. Apa yang

dimaksud dengan penyimpangan individu?

34

5. Sebutkan 3 macam penyakit sosial yang terjadi dalam lingkungan

sekitarmu, dan sebutkan pula dampak penyimpangan tersebut !

PENILAIAN

NO SKOR

1 2

2 8

3 4

4 2

5 4

TOTAL SKOR 20

NiLAI = JUMLAH SKOR PEROLEHAN x 10

JUMLAH SKOR TOTAL

35

A. Setting Penelitian

Penelitian dilakukan setelah menemukan indikasi bahwa suasana belajar

siswa dalam mata pelajaran IPS Sosiologi tidak kondusif. Pendekatan yang

dilakukan maupun metode dan teknik tidak akan dimodifikasi dan dilakukan

pula melalui multi metode. Dalam hal ini penulis menggunakan metode

Quantum . Penulisyang merupakan guru mata pelajaran IPS meminta guru lain

ikut terlibat dalam penelitian ini. Dalam pelaksanaan penelitian ini siswa tidak

diberitahu bahwa dirinya sedang dijadikan objek dan subjek penelitian, namun

36

suasana kelas berjalan baik, sehingga proses belajar dapat berjalan secara

alami.

Penelitian dilakukan di SMPN Yos Sudarso Cigugur – Kuningan

dilaksanakan pada bulan Mei 2012. Dengan objek dan subjek penelitian adalah

siswa kelas VIII B.

B. Sumber Data

Penelitian ini menggunakan dua sumber data yaitu sumber data primer

dan sumber data sekunder. Sumber data primer diperoleh dari siswa yang

berperan sebagai subyek penelitian. Sedangkan sumber data sekunder

diperoleh dari data observasi yang dikumpulkan peneliti selama tindakan

berlangsung.

C. Tehnik dan Alat Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua tehnik pengumpulan

data yaitu tehnik observasi untuk mengamati proses menganalisa siswa, baik

secara kelompok maupun individu, terutama tentang kemampuan siswa dalam

menganasila suatu kasus yang ada di media massa. Dan tehnik angket dipakai

untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap metode analisa yang diterapkan

oleh guru.

Sedangkan sebagai alat pengumpulan data menggunakan Blanko

obsevasi dalam bentuk skala penilaian tentang kemampuan mengemukakan

37

pendapat dalam menganalisa dan blangko angket tentang tanggapan siswa

terhadap metode yang dipakai oleh guru.

D. Validasi Data

Karena penelitian ini berupa proses pembelajaran maka validitas data

yang diperoleh dari sumber data dengan menggunakan tehnik validasi

trianggulasi dari hasil observasi peneliti. Adapun indikator yang dipakai dalam

penelitian ada 3 indikator, dimana indikator ini terbagi dalam indikator yang

lebih terperinci, yaitu :

1. Intersitas /frekuensi berpendapat.

2. Kualitas isi analisis

3. Sikap dalam menganalisis

E. Analisa Data

Dalam menganalisis data, peneliti tidak menggunakan uji statistik tetapi

menggunakan analisis deskriptif kualitatif berdasarkan hasil observasi dan

referensi.

F. Indikator Kinerja

Dengan penerapan metode analisis ini peneliti berharap

Kelas VIII pada semester ganjil. Di dalam pelaksanaan pembelajaran

selama ini guru lebih banyak menggunakan metode konversional yaitu

ceramah bervariatif, sehingga siswa lebih banyak sebagai pendengar kalau di

38

selingi pertanyaan siswa tidak dapat menjawab, kalau di beri kesempatan

bertanya hanya sekitar 5 siswa yang bertanya dan lainnya tidak bertanya karena

tidak tahu apa yang akan ditanyakan. Ketidak mampuan mengajukan

pertanyaan di kelas VIII E berdasarkan pengamatan teman sejawat dan juga

pertanyaan dari peneliti untuk siswa yang harus di jawab, secara jujur ternyata

siswa belum / tidak membaca materi yang akan diberikan dan juga kalau ada

tugas banyak yang mengerjakan di kelas / sekolah, itupun nyontek temannya

yang sudah mengerjakan. Kondisi riil yang peneliti temukan di kelas VIII E

SMP N 1 Karangdadap Kabupaten Pekalongan, setiap kali mengawali

pembelajaran dan selama proses pembelajaran siswa yang dapat menjawab

pertanyaan materi baru ( Pretest ) dan mengerjakan tugas dengan baik hanya

sekitar 5 dari 39 anak atau 12,82%, rendahnya minat baca mengerjakan tugas

sangat memprihatinkan dan peneliti menyimpulkan permasalahan tersebut

mendesak untuk dientaskan

Dengan penerapan metode analisis ini peneliti berharap siswa dapat

meningkatkan hasil belajar terutama mata pelajaran “sosiologi” melalui media

massa, sehingga siswa dapat mengambil pelajaran hidup untuk diterapkan

dalam kehidupan se hari-hari.

G. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian

tindakan kelas yang terdiri dari 2 siklus. Langkah-langkah dari tiap siklus

39

terdiri dari perencanaan (Planning), pelaksanaan tindakan (Acting),

pengamatan (Observing) dan refleksi (Reflecting)

H.Hasil Penelitian Dan Pembahasan

Deskripsi Kondisi Awal

Sebelum penelitian dilakukan guru melaksakan pembelajaran

secara monoton, guru menggunakan metode konvensional, guru sebagai

pembicara tunggal dalam pembelajaran, terjadi komunikasi satu arah,

guru sebagai otoritas penentu, jarang mendapat pertanyaan, usul, saran

atau pendapat dari siswa. Di lihat dari sudut siswa, siswa pasif, jarang

beertanya,jarang berpendapat, kegiatan siswa mendengarkan, mencatat,

keadaan kelas kurang hidup akibatnya hasil ulangan tidak mencapai

crikeria ketuntasan minimal.

40

LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWASIKLUS :

Petunjuk :Tuliskan nomor absen siswa dari masing-masing kelompok !Berilah tanda jika siswa melakukan kegiatan sesuai dengan rubric penilaian !

NoAspek yang dinilai No. Absensi

Kelompok … . Kelompok … .

1. Membawa buku referensi.

2. Duduk dengan tenang.

3. Memperhatikan penjelasan guru

4. Membuat catatan materi pelajaran

5. Melakukan kegiatan pengamatan media

6. Bertanya pada guru/teman lain pada saat dijelaskan/saat diskusi kelompok

7. Memberi tanggapan saat diskusi kelompok

8. Presentasi hasil pengamatan di depan kelas

9. Mengemukakan pendapat/pertanyaan saat diskusi kelas

10. Menjawab pertanyaan teman saat diskusi kelas

11. Tidak serius dalam kegiatan pengamatan/ diskusi

12. Melakukan kegiatan lain yang tidak berkaitan dengan proses pembelajaran

Jumlah

Keterangan :

41

Skor 1 : aspek yang dilakukan siswa (Ya)Skor 0 : aspek yang tidak dilakukan siswa (Tidak)Skor maksimal : 12

Pekalongan, Observer,

LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWASIKLUS :

Petunjuk :Tuliskan nomor absen siswa dari masing-masing kelompok !Berilah tanda jika siswa melakukan kegiatan sesuai dengan rubric penilaian !

NoAspek yang dinilai No. Absensi

Kelompok … . Kelompok … .

1. Membawa buku referensi.

2. Duduk dengan tenang.

3. Memperhatikan penjelasan guru

4. Membuat catatan materi pelajaran

5. Melakukan kegiatan pengamatan media

6. Bertanya pada guru/teman lain pada saat dijelaskan/saat diskusi kelompok

7. Memberi tanggapan saat diskusi kelompok

42

8. Presentasi hasil pengamatan di depan kelas

9. Mengemukakan pendapat/pertanyaan saat diskusi kelas

10. Menjawab pertanyaan teman saat diskusi kelas

11. Tidak serius dalam kegiatan pengamatan/ diskusi

12. Melakukan kegiatan lain yang tidak berkaitan dengan proses pembelajaran

Jumlah

Keterangan : Skor 1 : aspek yang dilakukan siswa (Ya)Skor 0 : aspek yang tidak dilakukan siswa (Tidak)Skor maksimal : 12

Pekalongan, Observer,

Rubrik Kinerja Guru dalam Pembelajaran

Nama Sekolah : Standar Kompetensi : Kelas/semester :

No Aspek yang Diamati Skor

1. Pendahuluan

a. Memotivasi siswa

43

1) Memberi contoh fenomena, demonstrasi fenomena, tanya jawab, mudah dipahami

2) Memberi contoh fenomena, tanya jawab, mudah dipahami

3) Memberi contoh fenomena, mudah dipahami

4) Memberi contoh fenomena, kurang dapat dipahami

b. Menyampaikan tujuan pembelajaran

1) pada awal pembelajaran, menyebutkan tujuan, jelas

2) pada awal pembelajaran, menyebutkan tujuan

3) menyebutkan tujuan

4) menyebutkan tujuan, kurang jelas

2. Kegiatan inti

a. Memberi informasi tentang kegiatan

1) rinci, runtut, jelas, tepat waktu

2) rinci, runtut, jelas

3) rinci, jelas

4) rinci, kurang jelas

b. Membentuk kelompok

1) tegas, pemberian nama kelompok, efisien waktu, tidak gaduh

2) tegas, pemberian nama kelompok, efisien waktu

3) tegas, pemberian nama kelompok

4) kurang tegas

c. Membagi LKS dan member penjelasan

1) lengkap, efisien waktu, menjelaskan isi, memberi kesempatan siswa bertanya, Menjawab pertanyaan siswa

2) lengkap, efisien waktu, menjelaskan isi,

44

3) lengkap, menjelaskan isi,

4) lengkap, informasi kurang jelas

d. Membimbing diskusi kelompok

1) efisiensi waktu, membantu kelompok, membantu individu, menjawab pertanyaan siswa, dapat dipahami siswa

2) efisiensi waktu, membantu kelompok, menjawab pertanyaan siswa, dapat dipahami siswa

3) efisiensi waktu, membantu kelompok, dapat dipahami siswa

4) membantu kelompok tidak efisiensi waktu

e. Memberi kesempatan kelompok presentasi

1) tegas, bergilir, efisiensi waktu

2) tegas, bergilir

3) tegas, tidak bergilir

4) tidak tegas, tidak bergilir

f. Memberi tanggapan kelompok presentasi

1) obyektif, mudah dipahami, member penghargaan

2) obyektif, mudah dipahami

3) obyektif, kurang bisa dipahami

4) tidak obyektif, kurang bisa dipahami

g. Membimbing siswa menarik simpulan

1) mengarahkan siswa, sesuai tujuan, dapat dipahami siswa, efisiensi waktu

2) mengarahkan siswa, sesuai tujuan, dapat dipahami siswa

3) mengarahkan siswa, sesuai tujuan, kurang dapat dipahami siswa

4) menyuruh siswa menyimpulkan sindiri

h. Memberi penegasan konsep-konsep esensial

45

1) mengulangi konsep-konsep esensial, jelas, member contoh

2) mengulangi konsep-konsep esensial, jelas

3) mengulangi konsep-konsep esensial, kurang jelas

4) mengulangi konsep-konsep yang tidak esensial

3. Penutup

a. Membimbing siswa melakukan refleksi

1) Memberi kesempatan siswa memahami kembali, membuat hubungan antar konsep, menuliskan pengalaman belajar, efisien waktu

2) memberi kesempatan siswa memahami kembali, menuliskan pengalaman belajar, efisien waktu

3) member kesempatan siswa memahami kembali, efisien waktu

4) memberi kesempatan siswa memahami kembali, tidak efisien Waktu

b. Memberi kesempatan siswa mencatat

1) efisien waktu, memberi pemahaman yang harus dicatat, menjawab pertanyaan siswa

2) efisien waktu, siswa mencatat sendiri, menjawab pertanyaan Siswa

3) efisien waktu, siswa mencatat sendiri

4) tidak efisien waktu, tidak membimbing

c. Melakukan feed back pertanyaan atau tes

1) jelas, berkaitan dengan materi, pengembangan materi, pertanyaan individual

2) jelas, berkaitan dengan materi, pertanyaan individual

3) jelas, berkaitan dengan materi, pertanyaan klasikal

4) berkaitan dengan materi, kurang jelas

46

d. Memberi tugas

1) jelas, berkaitan dengan materi, pengembangan materi, tugas Individual

2) jelas, berkaitan dengan materi, tugas individual

3) jelas, berkaitan dengan materi, tugas klasikal/kelompok

4) berkaitan dengan materi, kurang jelas

Nama Guru yang diamati :

Mata Pelajaran :

Semester :

Pekalongan, Observer,

47

48

LEMBAR PENGAMATAN INDIVIDUAL SISWA

NAMA SISWA : …………….....…

KELAS : …..…………...…

No Kriteria Skor

1. Perhatikan siswa terhadap penjelasan guru

a. memperhatikan, menyimak, mencatat

b. mencatat

49

c. memperhatikan

d. kurang perhatian

2. Aktivitas siswa dalam diskusi kelompok

a. dapat bekerja sama, mengemukakan ide, menjawab pertanyaan teman, dan menghargai pendapat teman

b. dapat bekerja sama, mengemukakan ide

c. dapat bekerja sama

d. tidak beraktivitas

3. Kemampuan siswa mengemukakan pendapat

a. responsif, runtut, mudah dipahami, disertai contoh

b. responsif, runtut, mudah dipahami, disertai contoh

c. responsif, runtut

d. tidak berpendapat

4. Kemampuan siswa mengkaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari

a. relevan, menyebutkan contoh, penjelasan contoh, memiliki ide pemecahan masalah sehari-hari

b. relevan, menyebutkan contoh, penjelasan contoh

c. relevan, menyebutkan contoh

d. tidak dapat mengaitkan

5. Kemampuan siswa memanfaatkan waktu

a. datang tepat waktu, siap mengikuti pelajaran, dapat menyelesaikan tugas tepat waktu

b. datang tepat waktu, dapat menyelesaikan tugas tepat waktu

c. datang tepat waktu atau dapat menyelesaikan tugas tepat waktu

d. tidak dapat memanfaatkan waktu

6. Kemampuan siswa membangun ide

50

a. memahami meteri, mengorganisasikan ide, mengaitkan dengan keseharian, menyampaikan ide

b. memahami materi, mengorganisasikan ide

c. memahami materi

d. belum mampu mengembangkan ide

7. Kemampuan siswa menarik kesimpulan

a. kesimpulan benar, logis, sesuai tujuan pembelajaran

b. kesimpulan logis, sesuai tujuan pembelajaran

c. kesimpulan logis

d. kesimpulan masih Kabul

51

52

ANGKET MINAT BELAJAR SISWANama : …………….No. Absen : …………….Kelas : …………….

NO PERNYATAANJAWABAN

SS S RR TS STS

1. Pembelajaran IPS Sosiologi dilaksanakan dengan analisis membuat saya memiliki kemauan yang tinggi untuk mengikuti pelajaran

2. Pembelajaran IPS Sosiologi dilaksanakan dengan analisis sangat menarik dan tidak membosankan

3. Pembelajaran IPS Sosiologi dilaksanakan dengan analisis maka konsep, prinsip, dan penerapan lebih cepat saya pahami

4. Pembelajaran IPS Sosiologi dilaksanakan dengan analisis dapat memotivasi saya untuk berprestasi

53

5. Pembelajaran IPS Sosiologi dilaksanakan dengan analisis dapat membantu saya menyelesaikan masalah

6. Pembelajaran IPS Sosiologi dilaksanakan dengan analisis dapat meningkatkan penalaran saya dalam mempelajari materi pelajaran

7. Pembelajaran IPS Sosiologi dilaksanakan dengan analisis dapat membantu saya berpikir lebih kritis

8. Pembelajaran IPS Sosiologi dilaksanakan dengan analisis maka saya memiliki keberanian mengeluarkan pendapat

9. Pembelajaran IPS Sosiologi dilaksanakan dengan analisis membuat saya merasa lebih dihargai dalam mengeluarkan pendapat

10. Pembelajaran IPS Sosiologi dilaksanakan dengan analisis dapat memanfaatkan waktu belajar dengan baik

Keterangan : Kategori1-1 : STS (Sangat Tidak Setuju) 10-20 : Tidak berminat2-2 : TS (Tidak Setuju) 21-30 : Kurang berminat3-3 : RR (Ragu-ragu) 31-40 : Cukup berminat4-4 : S (Setuju) 41-50 : Berminat5-5 : SS (Sangat Setuju)

Pekalongan, 1 Oktober 2009

Siswa,

………………………

54