PTK IPS
-
Upload
yohanesnono -
Category
Documents
-
view
12 -
download
4
description
Transcript of PTK IPS
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berdasarkan pendapat Hamalik ( 2004 : 27 ), “ Belajar adalah suatu proses
perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya”. Sesuai
dengan pembahasan tersebut, maka keberhasilan pendidikan tidak hanya
ditentukan oleh satu komponen saja ,tetapi juga melibatkan seluruh komponen,
yaitu siswa dengan segala karakteristiknya, peranan guru, sarana prasarana
pembelajaran yang tersedia, serta hal – hal lain yang saling terkait.
Dengan demikian, bukan berarti bahwa jika komponen-komponen tersebut
telah terpenuhi maka proses pembelajaran dijamin dapat berhasil secara optimal.
Dalam kegiatan belajar mengajar keterlibatan siswa secara aktif mutlak diperlukan
, karena inti dari proses belajar siswa adalah siswa belajar . Sehingga dapat
dikatakan bahwa harus ada usaha dari siswa untuk mendapatkan hasil yang
terbaik. Selain itu, keberhasilan proses belajar mengajar juga harus didukung oleh
cara guru menyampaikan materi pelajaran.
Pada umumnya, pelajaran IPS Sosiologi merupakan salah satu mata
pelajaran yang tidak disukai siswa. Hal ini disebabkan oleh kurangnya minat serta
partisipasi siswa untuk mempelajari IPS Sosiologi. Adapun faktor yang sangat
mempengaruhi minat siswa dalam mempelajari IPS Sosiologi diantaranya adalah
sebagai berikut :
1. Guru dalam menyampaikan materi pelajaran cenderung monoton dan tidak
memperhatikan suasana kelas.
1
2. Sebagian besar guru dalam memberikan materi pelajaran masih mementingkan
terget penyelesaian materi, kurang memperhatikan proses belajar mengajar
yang terjadi pada siswa ( guru menganggap siswa memiliki kemampuan yang
sama )
3. Guru kurang memberikan motivasi kepada para siswa, misalnya kurangnya
pujian sebagai penghargaan atas usahanya dalam mengerjakan tugas.
4. Dalam penyajian materi, guru tidak pandai memilih alat peraga.
Dengan dilandasi oleh faktor-faktor di atas, penulis akan menggunakan
model Quantum sebagai upaya untuk menarik minat siswa dalam pembelajaran
IPS Sosiologi. Pembelajaran Quantum merupakan pembelajaran yang berupaya
menciptakan suasana kondusif ( nyaman dan menyenangkan ). Kelas kohesif
( rasa kebersamaan tinggi ), dinamis-interaktif, partisipasif dan saling menghargai.
Penggunaan model Quantum sangat cocok dengan kurikulum yang baru
yaitu KTSP 2006, karena dalam kurikulum ini yang lebih banyak berperan dalam
belajar adalah siswa, guru hanya berperan sebagai motivator dan membantu siwa
dalam memecahkan masalah yang dihadapi pada saat berlangsungnya proses
pembelajaran, khususnya dalam mempelajari IPS Sosiologi. Dengan
menungkatnya interaksi dalam pembelajaran , akan semakin meningkat tajam
energi kehidupan dalam kelas, sehingga hasilnya akan meningkat pula. Dengan
perkataan lain, proses pembelajaran dengan aktifitas tinggi dalam suasana yang
kondusif akan menghasilkan produk belajar yang optimal. Melalui model
Quantum diperkenalkan oleh Bobbi De Porter dan berdasarkan uraian diatas,
2
maka pennneliiiti berrrmaksud meneliti penggunaan model Quantum pada
pembelajaran penyimpangan sosial dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
B. Identifikasi Masalah
Pada umumnya, pelajaran IPS Sosiologi itu merupakan salah satu mata
pelajaran yang tidak disukai oleh siswa. Hal ini disesbabkan oleh kurang minat
serta partisipasi siswa untuk mempelajari IPS Sosiologi, serta suasanya tidak
kondusif ( nyaman dan menyenangkan ), begitu pula yang dialami oleh siswa
kelas VIII B SMP Yos Sudarso Cigugur – Kuningan.
C. Batasan dan Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang dikemukakan diatas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah, bagaimana upaya meningkatkan motivasi belajar
siswa dalam proses pembelajaran Penyimpangan Sosial kelas VIII B SMP Yos
Sudarso Cigugur Kuningan ?
Mengingat permasalah yang dihadapi cukup luas dan komplek, maka
peneliti dalam hal ini memberi batasan – batasan sebagai berikut :
1. Bagaimana suasana kelas ketika berlangsung proses pembelajaran dengan
menggunakan model Quantum ?
2. Bagaim anakah motivasi siswa selama proses pembelajaran berlangsung
dengan menggunakan model Quantum ?
3. Bagaimanakah hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran
dengan menggunakan model Quantum ?
3
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa
2. Untuk meningkatkan situasi pembelajaran yang menyenangkan
3. Untuk mengetahui peningkatan daya serap siswa setelah menggunakan model
Quantum pada pembelajaran Penyimpangan Sosial
4. Untuk meningkatkan keterampilan guru dalam memotivasi siswa dan memilih
metode pembelajaran, model serta media pembelajaran yang tepat.
E. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat manfaat diantaranya adalah :
1. Bagi Siswa
a. Dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar
b. Dapat meningkatkan situasi pembelajaran yang menyenangkan
2. Bagi Guru
a. Untuk mengetahui daya serap siswa setelah menggunakan model Quantum
b. Untuk meningkatkan keterampilan guru dalam memotivasi siswa dan memilih
metode pembelajaran , model serta media pembelajaran yang tepat.
3. Bagi guru lain
a. Dapat meningkatkan motivasi guru untuk melakukan penelitian tindakan kelas.
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Model Pembelajaran Quantum
1. Pengertian Pembelajaran Quantum
De Porter ( 1999 : 5 ) menyatakan bahwa, “Quantum adalah interaksi
mengubah energi menjadi cahaya”. Dalam pendidikan Quantum Teaching
merupakan pengubah berbagai interaksi yang ada pada momen belajar. Interaksi –
interaksi ini mencakup unsur – unsur belajar yang efektif yang dapat
mempengaruhi kesuksesan siswa.
Dari kutipan di atas diperoleh pengertian bahwa pembelajaran Quantum
merupakan upaya pengorganisasian bermacam-macam interaksi yang ada di
sekitar momen belajar. Prinsip – prinsip pembelajaran Quantum adalah :
a. Segalanya berbicara
Segala sesuatu yang ada di lingkungan kelas seperti body language dapat
digunakan untuk pembelajaran. Mulai dari kertas yang dibagikan kepada siswa
hingga rancangan pembelajaran dapat digunakan untuk mengirim pesan
belajar.
b. Segalanya bertujuan
Semua yang terjadi dalam kelas atau dalam penggubahan memiliki tujuan
c. Pengalaman sebelum pemberian nama
Otak manusia berkembang karena adanya rangsangan yang komplek, yang
mendorong rasa ingin tahu. Pembelajaran yang baik adalah yang diawali oleh
5
rasa ingin tahu, di mana anak memperoleh informasi tentang sesuatu sebelum
mengetahui namanya.
d. Akui setiap usaha
Pembelajaran merupakan proses yang mengandung resiko karena pembelajaran
sesuatu yang baru, belajar berarti melangkah ke luar dari kenyamanan. Pada
saat langkah ini, siswa mengambil langkah ini, merasa patut mendapat
pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka.
e. Jika layak dipelajari, maka layak dirayakan.
Dari prinsip ini tersirat bahwa keceriaaan para siswa sejak awal masuk kelas
dapat mendorong kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan
belajar.
Sebagai suatu simponi, pembelajaran Quantum memiliki banyak unsur
yang menjadi faktor pengalaman belajar. Unsur itu dibagi menjadi dua kategori
yaitu konteks dan isi.
Konteks merupakan latar untuk pengalaman diantaranya lingkungan yang
berisi keakraban, suasana yang mencerminkan semangat guru dan murid, landasan
yaitu keseimbangan kerjasama antara alat pembelajaran dan siswa, rancangan
yaitu interpretasi guru terhadap pelajaran.
Bagian isi merupakan bagian yang tak kalah penting dengan bagian
konteks. Pada bagian isi , materi pelajaran yang merupakan not-not lagu yang
harus dimainkan. Salah satu unsur dalam bagian isi ini adalah bagaimana tiap
tahap musik itu dimainkan atau bagaimana pelajaran disajikan. Isi juga meliputi
keterampilan guru sebagai sang maestro yang menfasilitasi pembelajaran dengan
6
memanfaatkan bakat dan potensi setiap siswa, keajaiban pengalaman akan terbuka
bila konteksnya tepat.
Dengan dasar prinsip – prinsip di atas, maka dapatlah disusun kerangka
rancangan pembelajaran Quantum menurut de Porter ( Suherman, 2004 : 25 )
sebagai berikut :
a. Tumbuhkan
Tumbuhkan minat dengan selalu menggerahkan siswa terhadap pemahaman
tentang apa manfaat setiap pembelajaran bagi diri siswa dan manfaatkan
kehidupan siswa , atau “ Apakah Manfaat Bagiku ( AMBAK ) “
b. Alami
Buatlah pemahaman umum yang dapat di mengerti oleh siswa
c. Namai
guru harus menyediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi sebagai
masukan.
d. Demonstrasikan
Sebaiknya guru menyediakan kesempatan bagi siswa untuk menunjukkan apa
yang sudah mereka ketahui dengan mempresentasikan di depan kelas . Hal ini
di maksudkan agar siswa belajar berani, bertanggung jawab, dan terbuka untuk
dikoreksi.
e. Ulangi
Setelah sampai pada suatu konsep atau generalisasi, diadakan tanya jawab
untuk lebih memantapkan, membuat rangkuman agar pemahamannya
7
komprehensif, diberikan kuis ( tes, ulangan ) untuk refleksi. Dengan demikian
akan sampai pada ungkapan ata ba ata, aku tahu bahwa aku memang tahu.
f. Rayakan
Guru harus memberi pengakuan terhadap setiap penyelesaian dengan
memberikan reward atau pengharapan kepada siswa berupa pujian, nilai,
pemebrian sesuatu, senyuman, tertawa dan semacamnya. Dengan demikian
mereka merasa dihargai atas segala upayanya sehingga akan lebih
meningkatkan kinerjanya pada masa yang akan datang.
Dalam pembelajaran Quantum, harus diperhatikan juga kondisi siswa
sebagai subjek yang sedang belajar , informasikan bagaimana kiat-kiat belajar
agar siswa sukses. Hal ini perlu karena sekarang ini pada umumnya siswa
memandang bahwa kata “ belajar “ pada pikiran mereka mempunyai citra yang
tidak dikonotasikan sebagai suatu aktivitas yang menjenuhkan, membosankan,
menakutkan, mencemaskan dan menyebalkan.
Prinsip pembelajaran Quantum adalah dimulai dengan menciptakan
sugesti bahwa citra belajar perlu diubah. Karena citra akan menumbuhkan sugesti
yang menentukan perilaku , maka tugas guru adalah menciptakan sugesti positif,
yaitu dengan cara :
a. Suasana nyaman dan menyenangkan.
b. menempelkan hasil karya siswa di kelas agar menjadi suatu kebanggaan .
c. Usahakan belajar dibarengi musik yang sifatnya menenangkan pikiran dan rasa.
d. Partisipasi setiap individu siswa digugah dengan berprinsip salah bukan untuk
dihindari, tapi salah adalah bagian dari belajar.
8
Penataan lingkungan belajar yang perlu diperhatikan pada pembelajaran
Quantum adalah penciptaan suasana nyaman, musik, santai, konsentrasi. Dengan
musik tensi menjadi tenang, gelombang otak stabil, dan otot-otot menjadi rileks.
Dalam kelas terpampang kata-kata mutiara ( kalimat penggugah/slogan ),
foto/piagam keberhasilan, interaksi efektif, dan lain-lain.
B. Suasana Kondusif
Suasana pengajaran merupakan faktor yang ikut menentukan berhasil
tidaknya pendidikan anak. Apakah suasana belajar menunjang pengajaran atau
tidak. Jadi sepenuhnya hal itu tergantung dari sikap guru. Untuk tercapainya
tujuan – tujuan belajar dengan mudah, maka lingkungan kelas harus ditata
sedemikian rupa menjadi lingkungan yang kondusif yang dapat mempengaruhi
siswa secara positif dalam belajar. Lingkungan belajar yang kondusif dapat
menumbuhkan motivasi belajar siswa, penyajian bahan pengajaran dapat
disuguhkan dengan penuh makna serta memberi kesan tersendiri kepada siswa.
Lingkungan kelas yang kondusif itu terdiri dari lingkungan fisik dan non
fisik. Lingkungan kondusif itu antara lain :
1. Lingkungan yang menyenangkan, nyaman , yang cocok untuk kepentingan
pembelajaran.
2. Guru selalu menghargai perbedaan individua baik minat, perhatian maupun
dalam bakat kebutuhan.
3. Guru memahami perbedaan dalam cara – cara mempelajari sesuatu mencakup
gaya dan bentuk – bentuk belajar perseorangan.
9
4. Guru dapat menyesuaikan terhadap gaya dan bentuk belajar perseorangan
melalui berbagai cara pengajaran yang variatif.
5. Proses belajar mengajar adalah proses sosialisasi, artinya dapat membina siswa
dalam mengembangkan potensi sosial yang berguna bagi pergaulan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Iklim lingkungan kelas yang positif akan terbentuk dari iklim lingkungan
fisik dan emosional yang saling menunjang. Pada akhirnya iklim lingkungan kelas
yang akan memberikan suasana yang kondusif bagi anggotanya. Johnson dan
Johnson ( Triyulan, 1997 : 5 ) menyebutkan ciri-ciri iklim lingkungan kelas yang
kondusif :
1. Terjadinya interaksi dan kerjasama antar kelompok
2. Saling menyukai
3. Komunikasi yang efektif
4. Tingkat kepercayaan yang tinggi
5. Tingginya tingkat penerimaan dan dukungan
6. Pemberdayaan anggota.
Suatu yang kondusif dalam kelas sangat berpengaruh terhadap prestasi
belajar siswa. Jika suasananya yang tidak kondusif maka pembelajaran tidak akan
berjalan dengan lancar.
Sekolah yang dijadikan tempat penelitian adalah SMP Yos Sudarso
Cigugur – Kuningan . Selanjutnya untuk pelaksanaan penelitian penulis
mengambil siswa kelas VIII B SMP Yos Sudarso Cigugur – Kuningan. Adapun
alasan dipilihnya siswa kelas VIII B adalah karena siswa kelas VIII B mempunyai
10
kemampuan yang beragam sehingga diperoleh daya serap siswa yang beragam
pula. Selain itu, siswa kelas VIII B SMP Yos Sudarso Cigugur – Kuningan dapat
kondusif dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas.
11
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dari penelitian ini yaitu dengan menggunakan LKS, tes
formatif, tes sub sumatif, pedoman observasi, dan angket. LKS dan tes formatif
diberikan pada saat proses pembelajaran berlangsung disetiap pertemuan atau
tindakan. Tes sub sumatif dilakukan setelah pokok bahasan selesai atau setelah
seluruh tindakan selesai.
Lembar observasi siswa digunakan peneliti untuk mendapatkan data
tentang suasana di dalam kelas selama proses pembelajaran berlangsung. Lembar
observasi ini diisi oleh seorang observer yang mengamati suasana kelas di dalam
kelas. Angket yang berisi 15 pertanyaan diberikan kepada siswa untuk mengetahui
respon siswa terhadap pembelajaran yang sedang diteliti.
B. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
kuantitatif berupa frekuensi, persen , dan data kualitatif. Analisis data dilakukan
pada tahap evaluasi dari setiap tindakan. Suherman ( 2001 : 6 ) mengemukakan
bahwa, “ Analisis data dilakukan dengan cara menggelompokkkan data yang
mempunyai kategori sama , kemudian dibuat rangkuman menurut aspek atau
ketegorinya dan terakhir melakukan interprestasi sesuai dengan masalah atau
tujuan penelitian”.
1. Data Hasil Angket
12
Untuk mengolah data angket digunakan rumus Suherman dan Yaya ( 2003
: 237 ) sebagai berikut :
X = Xts
P
Keterangan
X = rata – rata skor siswa
Xts = jumlah skor siswa
P = jumlah pertanyaan
Xt = ∑ x
n
Xt = jumlah total jawaban
X = jumlah rata – rata skor siswa
N = jumlah siswa
Setelah data dianalisis , lalu dilakukan interprestasinya dengan
menggunakan kriteria berdasarkan skala likert.
Kriteria Penafsiran Data
Jumlah Jawaban ( Xt ) Kategori
3 Pendapat positif
Pendapat Netral
Pendapat negatif
2. Data Hasil Observasi
13
Data hasil observasi suasana pembelajaran dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :
Presentasi ( % ) = Jumlah Nilai Total x 100%
Nilai Aspek Tertinggi x Jumlah Aspek
Kategori Penafsiran Observasi :
Persentase Penafsiran Data
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat Kurang
3. Data Tes Hasil Belajar
Menganalisis data berupa tes hasil belajar siswa dari setiap siklus, untuk
mengukurnya menggunakan kategori ketercapaian dan ketuntasan belajar,
perhitungannya sebagai berikut :
a. Daya Serap Siswa ( DSS )
DSS = Skor yang dicapai x 100%
Jumlah skor maksimun
Siswa dikatakan tuntas belajarnya apabila DSS 65%
b. Daya Serap Kelas ( DSK )
14
DSK = Jumlah siswa yang tuntas x 100 %
Jumlah siswa
Satu kelas dikatakan tuntas belajarnya apabila DSK 85%
E. Cara Pengambilan Kesimpulan
Kesimpulan dalam penelitian ini dilakukan secara berkolaborasi dengan
guru bidang studi lain di SMP Yos Sudarso yang berlaku sebagai observer, setelah
semua data terkumpul dengan menuju kepada aturan teoritik serta hasil penelitian
dan observasi dari observer, maka kesimpuilan yang diperoleh selanjutnya dapat
dijadikan pembelajaran IPS Sosiologi.
15
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Penelitian dilakukan setelah menemukan indikasi bahwa suasana
belajar siswa dalam mata pelajaran IPS Sosiologi tidak kondusif dan
kurang perhatian. Pendekatan yang dilakukan maupun metode dan teknik
tidak akan dimodifikasi dan dilakukan pula melalui multi metode. Dalam
hal ini penulis mencoba menggunakan pendekatan Quantum. Penulis
meminta guru mata pelajaran lain untuk ikut terlibat dalam penelitian ini.
Dalam pelaksanaan penelitian ini siswa tidak diberi tahu bahwa dirinya
sedang dijadikan objek dan subjek penelitian, namun suasana belajar
berjalan sebagaimana mestinya, dan dengan demikian akan bersifat alami
apa adanya.
B. Langkah Penelitian
Untuk langkah penelitian secara umum penulis menyusun rencana
penelitian yang berisi :
a. Pengumpulan Data Awal
Data awal penelitian ini adalah hasil belajar siswa dalam
pelajaran IPS Sosiologi “ Penyimpangan Sosial “ yang
dianggap masih kurang pada siswa kelas VIII B SMP YOS
SUDARSO CIGUGUR Kuningan, sebagai berikut :
16
TABEL 4.1
Hasil Tes Awal
KKM 78
NO SUBJEKNILAI
AWALKETERAMPILAN
1 Agustina Nica Setiani 80
2 Alfonsus Adi Sadewa 100
3 Alfonsus Mario Sahnadi 87,5
4 Alfred Philaugys I Kawilarang 67,5
5 Amelia Septiani 65
6 Apolonaris Aditya 85
7 Bernadus Bimo Satrio W 57,5
8 Brigita Pujiawati 87,5
9 Cristian Managu Rumapea 77,5
10 Cucu Cahyanti 67,5
11 Dwi Marcelino Mahardani 85
12 Emanuel Gerry Ben Kusuma 72,5
13 Fabius Yordan Rianto 62,5
17
14 Fransiskus Rian Susanto 78
15 Ignatius Diman Suhardiman 85
16 Jonathan Haryana 87,5
17 Julyanto Panjaitan 72,5
18 Karolina Mia Vermiami 80
19 Magdalena Erni Herliani 90
20 Maria Fitri 85
21 Marselinus Tri Pascal 55
22 Monica Trianurwati 80
23 Royen Pahala Sihombing 47,5
24 Regita Dwi Wulansari 87,5
25 Rikky Fernando Tambunan 67,5
26 Sigit Cahyadi 57,5
27 Teta Oktaviana 82,5
28 Theresia Tri Fitriani 75
29 Veronika Veni Vebriati 54
18
30 Veronika Fitri Fitriani 90
31 Yohanes Engkos Gunawan 87,5
32 Yuliana Astuti 92,5
33 Yulianus Mulyadi 44
Jumlah 2493,5
Rata – rata 75,56
Sumber : Hasil Penelitian tahun 2012
Berdasarkan pada perolehan nilai di atas yang terkesan
rendah , dimana nilai KKM 78 maka dibuatlah rencana
pembelajaran dengan menggunakan model Quantum .
b. Rencana Persiapan Pembelajaran
Penyusunan rencana persiapan pembelajaran dilakukan oleh
guru IPS dan berkolaborasi dengan guru lain sebagai observer.
c. Lembar Evaluasi
Penyususnan lembar evaluasi dilakukan untuk mengetahui
tingkat penguasaan siswa atau daya serap siswa terhadap materi
pelajaran yang disajikan dalam proses pembelajaran dengan
pembelajaran Quantum.
d. Waktu pelaksanaan penelitian
Pelaksanaan penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus terdiri dari
2 pertemuan dalam setiap pertemuan peneliti dan observer
19
melakukan analisis dan refleksi untuk diperbaiki pada
pertemuan berikutnya.
e. Hasil Penelitian
Perolehan data berdasarkan hasil pelaksanaan penelitian
kemudian didiskusikan bersama observer, dan hasilnya
merupakan kesimpulan penelitian.
C. Hasil Penelitian
1. Pelaksanaan Pembelajaran
a. Analisis Pembelajaran I
Pembelajaran I dilaksanakan pada tanggal 28 Mei 2012
sesuai dengan skenario pembelajaran I yang telah disusun
oleh peneliti. Sub pokok bahasan yang diajarkan mengenai
“ pengertian penyimpangan sosial dan faktor pendorong
terjadinya penyimpangan sosial , serta macam – macam
penyimpangan“. Pada penelitian ini, selain proses
pembelajaran yang sesuai dengan skenario pembelajaran,
aspek yang dianalisis dalam proses ini adalah suasana kelas
selama pembelajaran berlangsung dengan menggunakan
lembar observasi yang tersedia.
Pada awal pembelajaran guru memeriksa
kehadiran siswa, kemudian menginformasikan
mengenai materi yang akan di bahas.
20
Guru menerangkan materi tentang
penyimpangan sosial, siswa tidak hanya
mencatat dan mendengarkan saja, tetapi
apabila ada hal – hal yang kurang jelas siswa
dapat bertanya.
Setelah guru selesai menerangkan guru
membagikan LKS 1 untuk dikerjakan oleh
siswa dengan berdiskusi. Tempat duduk siswa
diatur sesuai dengan keinginan siswa agar
siswa lebih nyaman dalam berdiskusi.
Swambil berdiskusi, musik mulai
diperdengarkan dengan volume yang rendah.
Guru berkeliling menghampiri bangku siswa
dan membantu siswa apabila ada hal – hal
yang kurang dimengerti.
Setelah siswa selesai mengerjakan LKS, guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk
maju ke depan mengerjakan jawaban LKS di
papan tulis.
Ternyata siswa masih takut maju ke depan
karena takut salah. Kemudian guru
memberikan motivasi kepada siswa untuk
lebih percaya diri pada saat tampil di depan
21
kelas ataupun dalam mengemukakan
pendapat.
Dari hasil pengamatan , rangsangan yang di berikan oleh guru
mendapat respon yang baik dari siswa, dan sebagian siswa ada yang mau
maju ke depan untuk mengerjakan LKS di papan tulis. Walaupun jawaban
siswa kurang tepat guru harus tetap memberikan pujian dan memberikan
penghargaan atas keberaniannya untuk tampil di depan kelas.
Pada akhir pembelajaran, guru mengadakan tes formatif ! untuk
mengetahui kemampuan siswa dalam menerima materi yang telah
diberikan dengan model Quantum. Setelah kegiatan tes dilaksanakan, guru
menuntun siswa untuk membuat kesimpulan dari materi yang telah di
bahas.
b. Refleksi Pembelajaran I
Setelah data diperoleh dari hasil observasi pada pembelajaran I dan
dilihat dari kejadian – kejadian pada saat proses pembelajaran
berlangsung, masalah – masalah yang menjadi kendala dalam
pembelajaran perlu diadakan refleksi untuk pembelajaran selanjutnya.
Berdasarkan pada hasil analisis kegiatan refleksi pada pembelajaran I
maka upaya yang harus diperbaiki adalah sebagai berikut :
1. Guru harus dapat mengatur waktu sebaik mungkin
2. Guru harus dapat menciptakan suasana rileks, agar siswa tidak takut
dalam bertanya ataupun menjawab.
22
3. Guru harus memberikan motivasi belajar siswa agar dapat lebih aktif
dalam diskusi.
c. Analisis pembelajaran II
Proses pembelajaran ke II tanggal 29 Mei 2012 ini sama
halnya dengan apa yang dilakukan pada pembelajaran I. Tetapi
pada awal pembelajaran, guru terlebih dahulu mengajak siswa
untuk bernyanyi bersama dengan lagu bebas, hal ini dilakukan
agar siswa dapat lebih bersemangat. Materi yang akan
dipelajari adalah macam – macam penyimpangan dan dampak
penyimpangan. Dengan metode diskusi dan tanya jawab , tetapi
sebelumnya guru mengingatkan kembali materi yang telah di
pelajari dengan tanya tanya jawab. Seperti pada pembelajaran I,
guru menerangkan kemudian membagikan LKS, guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk tampil di depan
kelas mempresentasikan jawaban di papan tulis.
Karena siswa sudah mempunyai pengalaman dari
pertemuan sebelumnya maka pada pembelajaran II ini siswa
sedikit demi sedikit sudah mulai terbiasa dengan menggunakan
model Quantum . Sebagian siswa tidak merasa tegang lagi
dalam belajar dan lebih percaya diri untuk tampil di depan
kelas. Setelah semua soal dikerjakan di papan tulis, kemudian
guru membahas kembali jawaban siswa. Guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada hal – hal
23
yang kurang jelas atau kurang dipahami. Ada sebagian siswa
yang bertanya mengenai LKS 2 yang telah diselesaikan oleh
temannya. Sebelum guru memberikan tes formatif, guru
memberikan permainan yang dimaksudkan untuk membuat
suasana lebih hidup lagi dan siswa tidak merasa jenuh.
Pada akhir pembelajaran guru memberikan tes formatif II,
kemudian guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan
dari materi yang telah dipelajari. Dari hasil kesimpulan materi ,
guru masih mendominasi penyimpulannya. Jadi ,penyimpulan
materi masih dilakukan oleh guru.
d. Refleksi Pembelajaran II
Dari hasil data observasi pada pembelajaran II, terdapat
kendala-kendala yang harus diperbaiki untuk siklus berikutnya.
Diantaranya guru harus melakukan hal – hal sebagai berikut :
1. Meningkatkan pengelolaan kelas agar suasananya
kondusif
2. memberikan bimbingan secara merata pada seluruh
siswa.
3. Melibatkan siswa pada saat membuat kesimpulan.
2. Hasil Observasi
Hasil observasi pada setiap pembelajaran I, II selanjutnya
diidentifikasi. Data rangkuman keseluruhan hasil obervasi pada
pembelajaran dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini :
24
Tindakan Jumlah Nilai Total Persentase (% ) Kategori
I 46 61,3 CUKUP
II 60 80,0 BAIK
Dari rangkuman di atas terlihat adanya peningkatan dari setiap
siklus tindakan, hal ini sesuai dengan yang diharapkan. Dari grafik
4.1 dapat di lihat persentase observasi setiap tindakan. Persentase
proses pada tindakan I sebesar 61,3 % dengan kategori cukup,
persentasi proses pada tingkatan II sebesar 80 % dengan kategori
baik. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
penyimpangan sosial dengan menggunakan model Quantum dapat
menciftakan suasana kondusif.
Tabel 4.2
Rangkuman Hasil Observasi Penelitian Tindakan Kelas dengan Model
Quantum
Tindakan Persentase ( % )
I 70
II 100
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa penelitian tindakan kelas
dengan model Quantum telah terlaksana dengan baik.
3. Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
25
daya serap siswa dalam materi penyimpangan sosial. Dari data
hasil tes pada tiap siklus dan tes akhir pembelajaran dilakukan
analisis deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran
tentang ketuntasan belajar tiap individu atau klasikal.
Berdasarkan kriteria ketuntasan belajar dalam petunjuk
pelaksanaan PBM Dikmenum dalam Suherman ( 2001 )
dikemukakan bahwa :
1. Daya serap perorangan siswa disebut telah tuntas belajar bila ia
telah mencapai skor 65% atau nilai 6.5
2. Daya serap klasikal suatu kelasd disebut telah tuntas belajar bila
dikelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap ≥
65 %
TABEL 4.3
Rekapitulasi Hasil Belajar Tes Formatif dan Tes Sub Sumatif
No Tindakan Nilai Rata – rata
kelas
Daya Serap
kelas
Ketuntasan
belajar kelas
1 I 7,08 70,8 85,0
2 II 9,84 98,4 100
3 TS 9,4 94 100
Dari tabel di atas dapat dilihat nilai rata – rata kelas
pertemuan pertama sebesar 7,08 , daya serap kelas 70,8 %,
ketuntasan belajar kelas 85 %.
26
Pada pertemuan ke dua nilai rata-rata sebesar 9,84, daya
serap kelas 98,4%, ketuntasan belajar kelas 100%.
Pada tes sumatif nilai rat – rata 9,4,daya serap kelas 94 %,
dan ketuntasan belajar 100%.
Dari data di atas , nilai rata – rata, daya serap kelas dan
ketuntasan belajar dari tindakan pertama sampai terakhir
mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran
penyimpangan sosial dengan menggunakan model quantum
dapat meningkatkan daya serap kelas.
4. Hasil Angket
Setelah pembelajaran dengan menggunakan model
Quantum dan pemberian tes akhir selesai dilaksanakan, siswa
diberikan isian untuk mengetahui tanggapannya. Berdasarkan hasil
yang diperoleh kemudian di hitung rata – rata totalnya seperti pada
tabel 4.4
X skor total Frekuensi
3,00 – 3,49 -
3,50 – 3,99 4
4,00 – 4,49 23
4,50 – 4,99 6
Dari tabel di atas dapat dicari modus nya adalah 4,00 – 4,49
, sehingga dapat dikatakan bahwa tanggapan siswa terhadap
penggunaan model Quantum adalah positif.
27
Dari tabel 4.4 terlihat bahwa sikap siswa tentang pembelajaran IPS
Sosiologi dengan menggunkan model Quantum sangat positif. Hal
ini ditunjukkan dengan banyaknya siswa yang menyatakan sangat
setuju atau setuju pada setiap pernyataan positif dan sangat tidak
setuju atau tidak setuju pada pernyataan yang negatif. Pernyataan
positif dari nomor 1 sampai dengan 12, dan pernyataan negatif dari
no 13 sampai 15.
D. Pembahasan
Berdasarkan data hasil penelitian terhadap suasana
pembelajaran mengalami peningkatan untuk setiap tindakan
walaupun pada awalnya suasana kurang kondusif, tetapi setelah
diterapkannya model Quantum ini, suasana menjadi lebih kondusif.
Siswa lebih nyaman dalam belajar dan suasana pembelajaranpun
lebih menarik dan hidup. Hal tersebut diperhatikan pada saat
proses belajar. Lingkungan kelas di tata sedemikian rupa menjadi
lingkungan yang kondusif yang dapat mempengaruhi siswa secara
positif dalam be;lajar. Posisi duduk pada saat diskusi di atur sesuai
dengan keinginan siswa , penyajian bahan pengajaran diberikan
dengan penuh makna, perhatian guru merata pada seluruh siswa,
dan pemutaran musik yang dapat membuat suasana lebih tenang
dan nyaman.
Sebagai salah satu tindak lanjut dari pelaksanaan evaluasi
adalah menentukan daya serap terhadap materi evaluasi ( tes ) yang
28
telah dilaksanakan. Dengan mengetahui daya serap siswa, maka
guru dapat mengetahui materi mana yang belum atau kurang
dikuasai oleh siswa. Dalam ruang lingkup yang lebih luas lagi
dengan mengetahui daya serap siswa maka dapat diketahui
ketuntasan belajar siswa dalam suatu kelas. Untuk mengatahui
daya serap siswa , pada mulanya guru memberikan lembar kerja
siswa pada setiap pertemuan yang dimaksudkan sebagai latihan.
Pada akhir pembelajaran siswa menyampaikan hasil diskusinya,
kemudian siswa dikut sertakan dalam membahas hasil diskusi dan
mengambil kesimpulan, selanjutnya siswa diberikan tes formatif.
Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa dengan
menggunakan model Quantum dalam pembelajaran dapat
meningkatkan daya serap siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai
rata – rata kelas, daya kelas dan ketuntasan belajar pada umumnya
mengalami peningkatan walaupun mengalami penurunan pada tes
sub sumatif. Penurunan tersebut diakibatkan karena materi dan
jumlah soal yang lebih banyak dibandingkan tes formatif.
Pendapat siswa terhadap pembelajaran diungkapkan dengan
menggunakan angket yang mencantumkan beberapa
pernyataan.Pernyataan tersebut meliputi pernyataan positif dan
pernyataan negatif . Pernyataan positif yaitu pernyataan yang
mendukung terhadap terhadap pembelajaran dan pernyataan
negatif merupakan pernyataan yang tidak mendukung terhadap
29
pembelajaran. Hasil perhitungan rata-rata angket untuk setiap
siswa melebihi dari skor netral. Berdasarkan interprestasi data
angket, jika rerata skor subjek lebih besar dari skor netral, maka
bersikap positif. Maka nilai tersebut tergolong kedalam kategori
positif. Hal tersebut memperlihatkan bahwa sikap siswa terhadap
pembelajaran dengan menggunakan model Quantum positif.
30
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data selama pembelajaran
Penyimpangan Sosial dengan menggunakan model Qantum , maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Penggunaaan model Quantum dalam pembelajaran Penyimpangan
Sosial dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
2. Penggunaaan model Quantum dalam pembelajaran Penyimpangan
Sosial dapat meningkatkan situasi pembelajaran yang menyenangkan.
3. Penggunaaan model Quantum dalam pembelajaran Penyimpangan
Sosial dapat meningkatkan daya serap siswa dapat dilihat dari hasil tes
formatif 1 ke tes formatif 2 meningkat 27,6 %
3. Pembelajaran Penyimpangan Sosial dengan menggunakan model
Quantum dapat meningkatkan keterampilan guru dalam memotivasi
siswa.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dalam penelitian ini maka diajukan beberapa
saran sebagai berikut :
1. Guru diharapkan dapat menggunakan model Quantum dalam setiap
pembelajaran sosiologi, karena dengan model ini selain dapat
31
menciptakan suasana kondusif juga dapat meningkatkan daya serap
siswa.
2. Penelitian ini hanya berlaku pada siswa kelas VIII B SMP Yos
Sudarso , dan penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran
2011 – 2012, untuk lebih mengenal dan mengetahui model
pembelajaran Quantum dalam menciftakan suasana kondusif, peneliti
lain diharapkan melakukana penelitian tindakan kelas dengan
menggunakan model Quantum pada pokok bahasan yang berbeda.
32
DAFTAR PUSTAKA
Aqib. Z ( 2006 ) .Penelitian Tindakan Kelas.Bandung.Rama Widya
Depniknas.(2006 ) Kurikulum Tingkat Satuian Pendidikan. Jakarta
Depniknas.( 2006 ) Teknik Penyususnan Karya Tulis Ilmiah.Jakarta
Depniknas.(2007 ). Penelitian Tindakan Kelas.LPMP Jawa Barat
DE Porter.B., dkk ( 1999) . Quantum Teaching. Bandung Kaifa.
Hamalik.O ( 2001 ) . Proses Belajar Mengajar . Bandung. PT. Bumi Aksara
Mukhtar, dkk ( 2007 ) Kiat Sukses Mengajar di Kelas. Jakarta. Nimas
Multima.
Nasution ( 2005 ). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar,
Jakarta .Bumi Aksara
33
ULANGAN HARIAN
PENYIMPANGAN SOSIAL
1. Apa yang dimaksud dengan penyimpangan sosial ?
2. Sebutkan faktor pendorong terjadinya penyimpangan sosial !
3. Berdasarkan kadar penyimpangannya, penyimpangan dibedakan menjadi
dua. Jelaskan dan berilah contohnya!
4. Berdasarkan pelaku penyimpangan, maka penyimpangan dibedakan
menjadi, penyimpangan individu, kelompok dan campuran. Apa yang
dimaksud dengan penyimpangan individu?
34
5. Sebutkan 3 macam penyakit sosial yang terjadi dalam lingkungan
sekitarmu, dan sebutkan pula dampak penyimpangan tersebut !
PENILAIAN
NO SKOR
1 2
2 8
3 4
4 2
5 4
TOTAL SKOR 20
NiLAI = JUMLAH SKOR PEROLEHAN x 10
JUMLAH SKOR TOTAL
35
A. Setting Penelitian
Penelitian dilakukan setelah menemukan indikasi bahwa suasana belajar
siswa dalam mata pelajaran IPS Sosiologi tidak kondusif. Pendekatan yang
dilakukan maupun metode dan teknik tidak akan dimodifikasi dan dilakukan
pula melalui multi metode. Dalam hal ini penulis menggunakan metode
Quantum . Penulisyang merupakan guru mata pelajaran IPS meminta guru lain
ikut terlibat dalam penelitian ini. Dalam pelaksanaan penelitian ini siswa tidak
diberitahu bahwa dirinya sedang dijadikan objek dan subjek penelitian, namun
36
suasana kelas berjalan baik, sehingga proses belajar dapat berjalan secara
alami.
Penelitian dilakukan di SMPN Yos Sudarso Cigugur – Kuningan
dilaksanakan pada bulan Mei 2012. Dengan objek dan subjek penelitian adalah
siswa kelas VIII B.
B. Sumber Data
Penelitian ini menggunakan dua sumber data yaitu sumber data primer
dan sumber data sekunder. Sumber data primer diperoleh dari siswa yang
berperan sebagai subyek penelitian. Sedangkan sumber data sekunder
diperoleh dari data observasi yang dikumpulkan peneliti selama tindakan
berlangsung.
C. Tehnik dan Alat Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua tehnik pengumpulan
data yaitu tehnik observasi untuk mengamati proses menganalisa siswa, baik
secara kelompok maupun individu, terutama tentang kemampuan siswa dalam
menganasila suatu kasus yang ada di media massa. Dan tehnik angket dipakai
untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap metode analisa yang diterapkan
oleh guru.
Sedangkan sebagai alat pengumpulan data menggunakan Blanko
obsevasi dalam bentuk skala penilaian tentang kemampuan mengemukakan
37
pendapat dalam menganalisa dan blangko angket tentang tanggapan siswa
terhadap metode yang dipakai oleh guru.
D. Validasi Data
Karena penelitian ini berupa proses pembelajaran maka validitas data
yang diperoleh dari sumber data dengan menggunakan tehnik validasi
trianggulasi dari hasil observasi peneliti. Adapun indikator yang dipakai dalam
penelitian ada 3 indikator, dimana indikator ini terbagi dalam indikator yang
lebih terperinci, yaitu :
1. Intersitas /frekuensi berpendapat.
2. Kualitas isi analisis
3. Sikap dalam menganalisis
E. Analisa Data
Dalam menganalisis data, peneliti tidak menggunakan uji statistik tetapi
menggunakan analisis deskriptif kualitatif berdasarkan hasil observasi dan
referensi.
F. Indikator Kinerja
Dengan penerapan metode analisis ini peneliti berharap
Kelas VIII pada semester ganjil. Di dalam pelaksanaan pembelajaran
selama ini guru lebih banyak menggunakan metode konversional yaitu
ceramah bervariatif, sehingga siswa lebih banyak sebagai pendengar kalau di
38
selingi pertanyaan siswa tidak dapat menjawab, kalau di beri kesempatan
bertanya hanya sekitar 5 siswa yang bertanya dan lainnya tidak bertanya karena
tidak tahu apa yang akan ditanyakan. Ketidak mampuan mengajukan
pertanyaan di kelas VIII E berdasarkan pengamatan teman sejawat dan juga
pertanyaan dari peneliti untuk siswa yang harus di jawab, secara jujur ternyata
siswa belum / tidak membaca materi yang akan diberikan dan juga kalau ada
tugas banyak yang mengerjakan di kelas / sekolah, itupun nyontek temannya
yang sudah mengerjakan. Kondisi riil yang peneliti temukan di kelas VIII E
SMP N 1 Karangdadap Kabupaten Pekalongan, setiap kali mengawali
pembelajaran dan selama proses pembelajaran siswa yang dapat menjawab
pertanyaan materi baru ( Pretest ) dan mengerjakan tugas dengan baik hanya
sekitar 5 dari 39 anak atau 12,82%, rendahnya minat baca mengerjakan tugas
sangat memprihatinkan dan peneliti menyimpulkan permasalahan tersebut
mendesak untuk dientaskan
Dengan penerapan metode analisis ini peneliti berharap siswa dapat
meningkatkan hasil belajar terutama mata pelajaran “sosiologi” melalui media
massa, sehingga siswa dapat mengambil pelajaran hidup untuk diterapkan
dalam kehidupan se hari-hari.
G. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian
tindakan kelas yang terdiri dari 2 siklus. Langkah-langkah dari tiap siklus
39
terdiri dari perencanaan (Planning), pelaksanaan tindakan (Acting),
pengamatan (Observing) dan refleksi (Reflecting)
H.Hasil Penelitian Dan Pembahasan
Deskripsi Kondisi Awal
Sebelum penelitian dilakukan guru melaksakan pembelajaran
secara monoton, guru menggunakan metode konvensional, guru sebagai
pembicara tunggal dalam pembelajaran, terjadi komunikasi satu arah,
guru sebagai otoritas penentu, jarang mendapat pertanyaan, usul, saran
atau pendapat dari siswa. Di lihat dari sudut siswa, siswa pasif, jarang
beertanya,jarang berpendapat, kegiatan siswa mendengarkan, mencatat,
keadaan kelas kurang hidup akibatnya hasil ulangan tidak mencapai
crikeria ketuntasan minimal.
40
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWASIKLUS :
Petunjuk :Tuliskan nomor absen siswa dari masing-masing kelompok !Berilah tanda jika siswa melakukan kegiatan sesuai dengan rubric penilaian !
NoAspek yang dinilai No. Absensi
Kelompok … . Kelompok … .
1. Membawa buku referensi.
2. Duduk dengan tenang.
3. Memperhatikan penjelasan guru
4. Membuat catatan materi pelajaran
5. Melakukan kegiatan pengamatan media
6. Bertanya pada guru/teman lain pada saat dijelaskan/saat diskusi kelompok
7. Memberi tanggapan saat diskusi kelompok
8. Presentasi hasil pengamatan di depan kelas
9. Mengemukakan pendapat/pertanyaan saat diskusi kelas
10. Menjawab pertanyaan teman saat diskusi kelas
11. Tidak serius dalam kegiatan pengamatan/ diskusi
12. Melakukan kegiatan lain yang tidak berkaitan dengan proses pembelajaran
Jumlah
Keterangan :
41
Skor 1 : aspek yang dilakukan siswa (Ya)Skor 0 : aspek yang tidak dilakukan siswa (Tidak)Skor maksimal : 12
Pekalongan, Observer,
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWASIKLUS :
Petunjuk :Tuliskan nomor absen siswa dari masing-masing kelompok !Berilah tanda jika siswa melakukan kegiatan sesuai dengan rubric penilaian !
NoAspek yang dinilai No. Absensi
Kelompok … . Kelompok … .
1. Membawa buku referensi.
2. Duduk dengan tenang.
3. Memperhatikan penjelasan guru
4. Membuat catatan materi pelajaran
5. Melakukan kegiatan pengamatan media
6. Bertanya pada guru/teman lain pada saat dijelaskan/saat diskusi kelompok
7. Memberi tanggapan saat diskusi kelompok
42
8. Presentasi hasil pengamatan di depan kelas
9. Mengemukakan pendapat/pertanyaan saat diskusi kelas
10. Menjawab pertanyaan teman saat diskusi kelas
11. Tidak serius dalam kegiatan pengamatan/ diskusi
12. Melakukan kegiatan lain yang tidak berkaitan dengan proses pembelajaran
Jumlah
Keterangan : Skor 1 : aspek yang dilakukan siswa (Ya)Skor 0 : aspek yang tidak dilakukan siswa (Tidak)Skor maksimal : 12
Pekalongan, Observer,
Rubrik Kinerja Guru dalam Pembelajaran
Nama Sekolah : Standar Kompetensi : Kelas/semester :
No Aspek yang Diamati Skor
1. Pendahuluan
a. Memotivasi siswa
43
1) Memberi contoh fenomena, demonstrasi fenomena, tanya jawab, mudah dipahami
2) Memberi contoh fenomena, tanya jawab, mudah dipahami
3) Memberi contoh fenomena, mudah dipahami
4) Memberi contoh fenomena, kurang dapat dipahami
b. Menyampaikan tujuan pembelajaran
1) pada awal pembelajaran, menyebutkan tujuan, jelas
2) pada awal pembelajaran, menyebutkan tujuan
3) menyebutkan tujuan
4) menyebutkan tujuan, kurang jelas
2. Kegiatan inti
a. Memberi informasi tentang kegiatan
1) rinci, runtut, jelas, tepat waktu
2) rinci, runtut, jelas
3) rinci, jelas
4) rinci, kurang jelas
b. Membentuk kelompok
1) tegas, pemberian nama kelompok, efisien waktu, tidak gaduh
2) tegas, pemberian nama kelompok, efisien waktu
3) tegas, pemberian nama kelompok
4) kurang tegas
c. Membagi LKS dan member penjelasan
1) lengkap, efisien waktu, menjelaskan isi, memberi kesempatan siswa bertanya, Menjawab pertanyaan siswa
2) lengkap, efisien waktu, menjelaskan isi,
44
3) lengkap, menjelaskan isi,
4) lengkap, informasi kurang jelas
d. Membimbing diskusi kelompok
1) efisiensi waktu, membantu kelompok, membantu individu, menjawab pertanyaan siswa, dapat dipahami siswa
2) efisiensi waktu, membantu kelompok, menjawab pertanyaan siswa, dapat dipahami siswa
3) efisiensi waktu, membantu kelompok, dapat dipahami siswa
4) membantu kelompok tidak efisiensi waktu
e. Memberi kesempatan kelompok presentasi
1) tegas, bergilir, efisiensi waktu
2) tegas, bergilir
3) tegas, tidak bergilir
4) tidak tegas, tidak bergilir
f. Memberi tanggapan kelompok presentasi
1) obyektif, mudah dipahami, member penghargaan
2) obyektif, mudah dipahami
3) obyektif, kurang bisa dipahami
4) tidak obyektif, kurang bisa dipahami
g. Membimbing siswa menarik simpulan
1) mengarahkan siswa, sesuai tujuan, dapat dipahami siswa, efisiensi waktu
2) mengarahkan siswa, sesuai tujuan, dapat dipahami siswa
3) mengarahkan siswa, sesuai tujuan, kurang dapat dipahami siswa
4) menyuruh siswa menyimpulkan sindiri
h. Memberi penegasan konsep-konsep esensial
45
1) mengulangi konsep-konsep esensial, jelas, member contoh
2) mengulangi konsep-konsep esensial, jelas
3) mengulangi konsep-konsep esensial, kurang jelas
4) mengulangi konsep-konsep yang tidak esensial
3. Penutup
a. Membimbing siswa melakukan refleksi
1) Memberi kesempatan siswa memahami kembali, membuat hubungan antar konsep, menuliskan pengalaman belajar, efisien waktu
2) memberi kesempatan siswa memahami kembali, menuliskan pengalaman belajar, efisien waktu
3) member kesempatan siswa memahami kembali, efisien waktu
4) memberi kesempatan siswa memahami kembali, tidak efisien Waktu
b. Memberi kesempatan siswa mencatat
1) efisien waktu, memberi pemahaman yang harus dicatat, menjawab pertanyaan siswa
2) efisien waktu, siswa mencatat sendiri, menjawab pertanyaan Siswa
3) efisien waktu, siswa mencatat sendiri
4) tidak efisien waktu, tidak membimbing
c. Melakukan feed back pertanyaan atau tes
1) jelas, berkaitan dengan materi, pengembangan materi, pertanyaan individual
2) jelas, berkaitan dengan materi, pertanyaan individual
3) jelas, berkaitan dengan materi, pertanyaan klasikal
4) berkaitan dengan materi, kurang jelas
46
d. Memberi tugas
1) jelas, berkaitan dengan materi, pengembangan materi, tugas Individual
2) jelas, berkaitan dengan materi, tugas individual
3) jelas, berkaitan dengan materi, tugas klasikal/kelompok
4) berkaitan dengan materi, kurang jelas
Nama Guru yang diamati :
Mata Pelajaran :
Semester :
Pekalongan, Observer,
47
LEMBAR PENGAMATAN INDIVIDUAL SISWA
NAMA SISWA : …………….....…
KELAS : …..…………...…
No Kriteria Skor
1. Perhatikan siswa terhadap penjelasan guru
a. memperhatikan, menyimak, mencatat
b. mencatat
49
c. memperhatikan
d. kurang perhatian
2. Aktivitas siswa dalam diskusi kelompok
a. dapat bekerja sama, mengemukakan ide, menjawab pertanyaan teman, dan menghargai pendapat teman
b. dapat bekerja sama, mengemukakan ide
c. dapat bekerja sama
d. tidak beraktivitas
3. Kemampuan siswa mengemukakan pendapat
a. responsif, runtut, mudah dipahami, disertai contoh
b. responsif, runtut, mudah dipahami, disertai contoh
c. responsif, runtut
d. tidak berpendapat
4. Kemampuan siswa mengkaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari
a. relevan, menyebutkan contoh, penjelasan contoh, memiliki ide pemecahan masalah sehari-hari
b. relevan, menyebutkan contoh, penjelasan contoh
c. relevan, menyebutkan contoh
d. tidak dapat mengaitkan
5. Kemampuan siswa memanfaatkan waktu
a. datang tepat waktu, siap mengikuti pelajaran, dapat menyelesaikan tugas tepat waktu
b. datang tepat waktu, dapat menyelesaikan tugas tepat waktu
c. datang tepat waktu atau dapat menyelesaikan tugas tepat waktu
d. tidak dapat memanfaatkan waktu
6. Kemampuan siswa membangun ide
50
a. memahami meteri, mengorganisasikan ide, mengaitkan dengan keseharian, menyampaikan ide
b. memahami materi, mengorganisasikan ide
c. memahami materi
d. belum mampu mengembangkan ide
7. Kemampuan siswa menarik kesimpulan
a. kesimpulan benar, logis, sesuai tujuan pembelajaran
b. kesimpulan logis, sesuai tujuan pembelajaran
c. kesimpulan logis
d. kesimpulan masih Kabul
51
ANGKET MINAT BELAJAR SISWANama : …………….No. Absen : …………….Kelas : …………….
NO PERNYATAANJAWABAN
SS S RR TS STS
1. Pembelajaran IPS Sosiologi dilaksanakan dengan analisis membuat saya memiliki kemauan yang tinggi untuk mengikuti pelajaran
2. Pembelajaran IPS Sosiologi dilaksanakan dengan analisis sangat menarik dan tidak membosankan
3. Pembelajaran IPS Sosiologi dilaksanakan dengan analisis maka konsep, prinsip, dan penerapan lebih cepat saya pahami
4. Pembelajaran IPS Sosiologi dilaksanakan dengan analisis dapat memotivasi saya untuk berprestasi
53
5. Pembelajaran IPS Sosiologi dilaksanakan dengan analisis dapat membantu saya menyelesaikan masalah
6. Pembelajaran IPS Sosiologi dilaksanakan dengan analisis dapat meningkatkan penalaran saya dalam mempelajari materi pelajaran
7. Pembelajaran IPS Sosiologi dilaksanakan dengan analisis dapat membantu saya berpikir lebih kritis
8. Pembelajaran IPS Sosiologi dilaksanakan dengan analisis maka saya memiliki keberanian mengeluarkan pendapat
9. Pembelajaran IPS Sosiologi dilaksanakan dengan analisis membuat saya merasa lebih dihargai dalam mengeluarkan pendapat
10. Pembelajaran IPS Sosiologi dilaksanakan dengan analisis dapat memanfaatkan waktu belajar dengan baik
Keterangan : Kategori1-1 : STS (Sangat Tidak Setuju) 10-20 : Tidak berminat2-2 : TS (Tidak Setuju) 21-30 : Kurang berminat3-3 : RR (Ragu-ragu) 31-40 : Cukup berminat4-4 : S (Setuju) 41-50 : Berminat5-5 : SS (Sangat Setuju)
Pekalongan, 1 Oktober 2009
Siswa,
………………………
54