ptk ips penerapan model pemeblajarn kooperetif tife make a match pada mapel ips sd kelas V
-
Upload
solichinpinkkost -
Category
Documents
-
view
1.307 -
download
3
description
Transcript of ptk ips penerapan model pemeblajarn kooperetif tife make a match pada mapel ips sd kelas V
BAB IPENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI
dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi
untuk satuan pendidikan dasar dan menengah bahwa Standar Kompetensi ( SK ) dan
Kompetensi Dasar ( KD) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata
pelajaran yang diberikan mulai dariSD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS
mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan
isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah,
Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk
menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga
dunia yang cinta damai. Dimasa yang akan datang peserta didik akan menghadapi
tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap
saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan,
pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam
memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.
Pendidikan IPS adalah penyederhanaan adaptasi, seleksi, dan modifikasi dari
disiplin akademis ilmu-ilmu sosial yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan
pedagogis-psikologis untuk tujuan institusional pendidikan dasar dan menengah dalam
kerangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila
Pendidikan IPS adalah seleksi dari struktur disiplin akademik ilmu-ilmu sosial yang
diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk mewujudkan tujuan
pendidikan dalam kerangka pencapaian tujuan pendidikan nasional yang berdasarkan
Pancasila (Somantri, 2001 : 103).
1
Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai
berikut : (1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungannya; (2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin
tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial; (3)
Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; (4)
Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat
yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global (KTSP, 2006:82).Mata pelajaran
IPS pada satuan pendidikan SD/MI meliputi Manusia, Tempat, dan Lingkungan, Waktu,
Keberlanjutan, dan Perubahan, Sistem Sosial dan Budaya, Perilaku Ekonomi dan
Kesejahteraan (KTSP, 2006:176). Pemahaman pada materi pelajaran IPS sangat
diperlukan sebab materi IPS merupakan materi yang luas dan abstrak.
Berdasarkan temuan Depdiknas (2007), dari hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa masih banyak permasalahan pelaksanaan standar isi mata pelajaran
IPS. Guru dalam menerapkan pembelajaran lebih menekankan pada metode yang
mengaktifkan guru, pembelajaran yang dilakukan guru kurang kreatif, lebih banyak
menggunakan metode konvensional dan kurang mengoptimalkan media pembelajaran.
Sehingga siswa kurang aktif dalam pembelajaran tersebut. Siswa hanya diam saja dan
mudah jenuh dalam pembelajaran. Selain itu kurang nya motivasi yang diberikan guru,
juga menjadi faktor kurangnya hasil belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS.
Pelaksanaan pembelajaran IPS tersebut di atas, merupakan gambaran yang
terjadi di SDN Subah 02. Berdasarkan refleksi awal dengan tim kolaborasi yang
dilakukan pada pembelajaran IPS dinyatakan bahwa guru kurang variatif dalam
menggunakan metode pembelajaran yaitu pada saat memberikan materi hanya
menggunakan metode konvensional dan lebih menekankan pada hafalan, keaktifan siswa
untuk bertanya dan menjawab pertanyaan dalam kegiatan KBM masih belum optimal.
Selain itu, keaktifan siswa dalam kelompok kurang,sertaguru kurang maksimal dalam
memanfaatkan media dan penggunaan alat peraga selama proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas dan data dokumen nilai IPS siswa kelas
V semester II tahun pelajaran 2010/2011 yang menyatakan bahwa kualitas pembelajaran
IPS masih rendah.dari tes unjuk kerja yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 15 Maret
2011 dan data dokumen guru ditemukan bahwa pencapaian hasil belajar siswa kelas V
semester II SDN 02 Subah tahun pelajaran 2010/2011 masih rendah.
Hasil observasi dilapangan ditemukan data bahwa ketika guru meminta
perwkilan siswa dari setiap kelompok untuk maju menyampaikan hasil diskusi
2
kelompok di depan kelas. Kelas tersebut terdapat 5 kelompok siswa yang sudah
dibentuk guru, dengan setiap kelompok terdiri dari 5 siswa. Dari kelompok I dan II, 10
siswa tidak berani maju ke depan kelas untuk meyampaikan hasil diskusi, kelompok III
dan IV 6 siswa berani maju namun harus dengan motivasi dan bujukan guru terlebih
dahulu sedangkan 4 sisanya tidak berani maju ke depan, dan kelompok V, 5 siswa berani
maju tanpa harus dibujuk guru. Kekurangaktivan siswa dalam kelompok tersebut
dipengaruhi oleh guru yang kurang memiliki pengetahuan di bidang IPS, guru kurang
bisa mengelola kelas, serta guru kurang variatif dalam menerapkan metode pembelajaran
karena menggunakan metode konvensinal dan kurang mengoptimalkan media
pembelajaran.
Keadaan itu didukung data dari pencapaian hasil observasi dan evaluasi proses
pembelajaran IPS siswa kelas V semester II tahun pelajaran 2010/2011 masih dibawah
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 65. Data keaktifan
dan hasil belajar ditunjukkan dengan nilai terendah 59 dan nilai tertinggi 71, dengan
rerata kelas 63,25 untuk nilai ulangan harian. Dengan melihat data keaktifan dan hasil
belajar dan pelaksanakan mata pelajaran tersebut perlu sekali proses pembelajaran untuk
ditingkatkan kualitasnya, agar siswa lebih aktif dalam pembelajaran dan kualitas
pembelajaran IPS menjadi meningkat.
Berdasarkan hasil diskusi dengan guru kelas V,untuk memecahkan masalah
pembelajaran tersebut, tim kolaborasi menetapkan alternatif tindakan untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran, yang dapat mendorong keterlibatan siswa dalam
pembelajaran dan meningkatkan kreativitas guru.Dengan penggunaan pendekatan dalam
pembelajaran yang tepat akan menghidupkan pembelajaran yang ditandai dengan siswa
aktif, kreatif, dan menyenangkan. Untuk memperbaiki hal tersebut perlu disusun suatu
model pembelajaran yang lebih komprehensif dan dapat mengaitkan materi teori dengan
kenyataan yang ada di lingkungan sekitarnya. Maka peneliti menggunakan salah satu
model pembelajaran inovatif yaitu model pembelajaran kooperatif tipe make a match.
Menurut Stahl (Raharjo dan Etin, 2008: 5) mengatakan bahwa model
pembelajaran kooperatif menempatkan siswa sebagai bagian dari suatu sistem kerja sama
dalam mencapai suatu hasil yang optimal dalam belajar. Melalui pembelajaran ini siswa
bersama kelompok belajar secara gotong-royong, setiap anggota kelompok saling
membantu yang lemah. Kegagalan individu adalah kegagalan kelompok dan
keberhasilan individu adalah keberhasilan kelompok. Sedangkan menurut Ibrahim
3
(2000:2) model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang
membantu siswa mempelajari isi akademik dan hubungan sosial.
Untuk meningkatkan partisipasi dan keaktifan siswa dalam kelas, guru
menerapkan metode pembelajaran make a match. Metode Make A Matchatau mencari
pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan
metode ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang
merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan
kartunya diberi poin.Penggunaan metode make a mach
Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial diharapkan keterampilan guru, aktivitas siswa,
dan hasil belajar akan meningkat melalui model pembelajaran kooperatif tipe make a
match.
Dari pemaparan latar belakang tersebut diatas maka peneliti akan mengkaji
melalui Penelitian Tindakan Kelas dengan judul: “Peningkatan Kualitas Pembelajaran
IPS Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match pada Siswa Kelas V
SDN Subah 02”.
2. Perumusan Masalah dan Pemecahan Masalah
a). Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut: Bagaimanakah cara meningkatkan kualitas pembelajaran IPS di Kelas
V SDN Subah 02?
Adapun rumusan masalah tersebut dapat dirinci sebagai berikut:
1) Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dapat meningkatkan
ketrampilan guru dalam pembelajaran IPS kelas V?
2) Apakah model pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat meningkatkan
aktifitas siswa dalam pembelajaran IPS kelas V?
3) Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dapat meningkatkan
hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS kelas V?
b). Pemecahan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka peneliti memilih model
pembelajaran Make A Match untuk memecahkan permasalahan belajar yang terjadi.
4
Pada prinsipnya langkah-langkah model pembelajaran Make A Match adalah sebagai
berikut (Curran, 1994) :
1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang
cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu
jawaban.
2) Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban.
3) Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
4) Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Misalnya:
pemegang kartu yang bertuliskan nama pahlawan.akan berpasangan dengan
gambar pahlawan.
5) Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi
poin.
6) Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak
dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman,
yang telah disepakati bersama.
7) Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang
berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.
8) Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang
kartu yang cocok.
9) Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi
pelajaran.
3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran IPS pada siswa kelas V SDN Subah 02.
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
a. Mendeskripsikan peningkatkan ketrampilan guru dalam pembelajaran IPS
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match.
b. Mendeskripsikan peningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match.
c. meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe make a match.
5
4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan suatu kontribusi terhadap
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu, dapat memberikan
manfaat bagi:
a) Siswa
Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipeMake A Match siswa dapat
mengalami suatu pembelajaran yang menarik dan menyenangkan sehingga dapat
meningkatkan minat, keaktifan dan hasil belajar siswa.
b) Guru
Memberikan wawasan pengetahuan dan pengalaman tentang model pembelajaran
yang lebih kreatif untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran yang diinginkan.
c) Sekolah
Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipeMake A Match dapat
digunakan sebagai pertimbangan dalam memotivasi guru untuk melaksanakan
proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Serta dapat menumbuhkan kerja
sama antar guru yang berdampak positif pada kualitas pembelajaran di sekolah.
BAB IIKAJIAN PUSTAKA
1. Kajian Teoritis
a) Hakikat Belajar
1) Pengertian Belajar
Belajar mempunyai pengertian yang kompleks, sehingga banyak ahli
mengemukakan pengertian belajar dengan ungkapan dan pendapat yang
berbeda-beda. Berikut ini pendapat tentang pengertian belajar:
Slameto (2003:2) memberikan pengertian, “belajar sebagai suatu
proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interakasi dengan lingkungannya”.(Hamalik, 2001)
menyimpulkan belajar juga tidak hanya mempelajari mata pelajaran, tetapi
juga penyusunan, kebiasaan, persepsi, kesenangan atau minat, penyesuaian
sosial, bermacam-macam keterampilan lain, dan cita-cita. Menurut Rifa’I RC
dan Tri Anni (2009: 82) menyatakan bahwa belajar merupakan proses penting
bagi perubahan perilaku setiap orang dan belajar itu mencakup segala sesuatu
6
yang dipikirkan dan dikerjakan oleh seseorang. Belajar memegang peranan
penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan,
kepribadian, dan bahkan persepsi seseorang.
Berdasarkan pengertian belajar dari para ahli di atas, peneliti
menyimpulkan bahwa belajar adalah usaha yang dilakukan menusia karena
adanya interaksi manusia dengan lingkungannya disertai dengan perubahan
perilaku. Seseorang dikatakan belajar apabila terjadi perubahan pada dirinya
akibat adanya latihan dan pengalaman melalui interaksi dengan lingkungan.
2) Faktor-Faktor Belajar
Belajar dipengaruhi oleh faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern
diartikan sebagai faktor yang berasal dari dalam diri seseorang. Sedangkan
faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar diri seseorang namun
berpengaruh juga dalam proses belajar. Berkenaan dengan hal tersebut,
analisis tentang faktor intern dan ekstern dapat membantu individu untuk
mengenali dirinya sendiri serta lingkungannya sehingga proses belajar dapat
berlangsung dengan baik.
Menurut Anni (2007:13) factor yang mempengaruhi belajar ada dua
yaitu
(a) Kondisi Internal
Kondisi internal yaitu kondisi yang berasal dari dalam diri seseorang.
Kondisi internal mencakup kondisi fisik, seperti kesehatan organ tubuh;
kondisi psikis, seperti kemampuan intelektual, emosi; dan kondisi sosial,
seperti kemampuan bersosialisasi.
(b) Kondisi Eksternal
Kondisi ekternal yaitu kondisi yang berada di luar individu. Beberapa
eksternal seperti antara lain variasi dan derajat kesulitan materi (stimulus)
yang dipelajari (direspon), tempat belajar, iklim, suasana belajar, dan
budaya belajar masyarakat.
Berdasarkan pengertian factor-faktor belajar dari para ahli di atas,
peneliti menyimpulkan bahwa factor-faktor belajar adalah segala sesuatu
yang dapat mempengaruhi kondisi seseorang baik yang berasal dari luar
maupun dari dalam diri seseorang.
7
3) Prinsip-Prinsip Belajar
Menurut Siddiq (2008:1-4) prinsip belajar ada tiga yaitu
(a) Proses
Belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berpikir dan
merasakan. Seorang dikatakan belajar apabila pikiran dan perasaanya aktif.
Aktivitas pikiran dan perasaan itu sendiri tidak dapat diamati orang lain,
akan tetapi dirasakan oleh yang bersangkutan sendiri.
(b)Perubahan Perilaku
Hasil belajar akan nampak pada perubahan perilaku individu yang
belajar. Seseorang yang belajar akan mengalami perubahan perilaku sebagai
akibat kegiatan belajarnya. Pengetahuan dan keterampilanya bertambah,
dan penguasaan nilai-nilai dan sikapnya bertambah pula.
(c)Pengalaman
Belajar adalah mengalami, dalam arti bahwa belajar terjadi karena
individu berinteraksi dengan lingkungannya, baik lingkungan pisik maupun
lingkungan sosial.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa prinsip belajar
menunjuk kepada hal-hal penting yang harus dilakukan guru agar terjadi
proses belajar siswa sehingga proses pembelajaran yang dilakukan dapat
mencapai hasil yang harapkan. Prinsip-prinsip belajar juga memberikan
arah tentang apa saja yang sebaiknya dilakukan oleh guru agar para siswa
dapat berperan aktif di dalam proses pembelajaran.
4) Pembelajaran
Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan
mengajar. Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar
dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran
formal lain. Sedangkan mengajar meliputi segala hal yang guru lakukan di
dalam kelas.
Pengertian pembelajaran dari beberapa ahli antara lain adalah sebagai
berikut :Duffy dan Roehler (1989). Pembelajaran adalah suatu usaha yang
sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki
guru untuk mencapai tujuan kurikulum.Gagne dan Briggs (1979:3).
Mengartikan instruction atau pembelajaran ini adalah suatu sistem yang
8
bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian
peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan
mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat
internal.Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. (UU No. 20/2003, Bab I
Pasal Ayat 20). Pembelajaran merupakan suatu kumpulan proses yang
bersifat individual, yang merubah stimuli dari lingkungan seseorang kedalam
sejumlah informasi, yang selanjutnya dapat menyebabkan adanya hasil
belajar dalam bentuk ingatan jangka panjang. (Sugandi, 2005: 9)
Berdasarkan konsep tentang pembelajaran di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk
membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri
siswa yang belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan
baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama dan karena adanya usaha.
b) Kualitas Pembelajaran
1) Pengertian Kualitas Pembelajaran
Konsep kualitas pembelajaran merupakan salah satu unsur dari
paradigma baru pengelolaan pendidikan. Menurut Kamus Lengkap Bahasa
Indonesia Praktis (1994), kata kualitas memiliki makna kadar; tingkat baik
buruknya sesuatu; mutu; derajat. Kualitas (mutu) pembelajaran dapat
dikatakan sebagai gambaran mengenai baik-buruknya hasil yang dicapai oleh
peserta didik dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan. Sekolah
dianggap bermutu bila berhasil mengubah sikap, perilaku dan keterampilan
peserta didik dikaitkan dengan tujuan pendidikannya. Mutu pendidikan
sebagai sistem selanjutnya tergantung pada mutu komponen yang
membentuk sistem, serta proses pembelajaran yang berlangsung hingga
membuahkan hasil.
Sudjana (1991) menyatakan bahwa ”Kondisi pembelajaran yang
berkualitas dipengaruhi oleh faktor-faktor: tujuan pengajaran yang jelas,
bahan pengajaran yang memadahi, metodologi pengajaran yang tepat, dan
cara penilaian yang baik”. Yang dimaksud dengan bahan pengajaran di sini
adalah seperangkat materi keilmuan yang terdiri atas fakta, konsep,
prinsip, generalisasi suatu ilmu pengetahuan yang bersumber dari
9
kurikulum. Saat ini hal-hal tersebut merupakan suatu kompetensi yang harus
dimiliki oleh siswa.
Pembelajaran yang berkualitas harus memiliki ciri 3M yaitu :
(a) Menyenangkan: siswa mengikuti pembelajaran dengan perasaan riang,
gembira dan bahagia sehingga siswa terlibat penuh, antusias dan ceria.
(b) Memuaskan: kebutuhan & rasa ingin tahu dari siswa terpenuhi sehingga
mereka mau kembali belajar. Dari sisi guru, indikator pencapaian
terpenuhi sehingga juga muncul kepuasan.
(c) Membekas: apa yang diajarkan secara kognitif membekas di pikiran siswa
sehingga tidak akan lupa. Selain itu secara afektif dan psikomotorik
akan membentuk perilaku baru pada siswa menjadi lebih baik.
Dari beberapa pendapat di atas, yang dimaksud dengan
pembelajaran yang berkualitas adalah suatu pembelajaran yang dapat
memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan, memuaskan
serta membekas secara mendalam kepada anak dengan bimbingan guru
yang atraktif, interaktif dan inspiratif.
2) Media pembelajaran
Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari
“Medium” yang secara harfiah berarti “perantara” atau “pengantar” yaitu
perantara atau pe-ngantar sumber pesan dengan penerima pesan. Beberapa ahli
memberikan defini-si tentang media pembelajaran. Schramm mengemukakan
bahwa media pembela-jaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat
dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.
Menurut Mulyani dan Johar (2001: 152) terdapat pendapat lain dari
para ahli tentang media pengajaran.Menurut Bringgs;Media pengajaran adalah
segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta perangsang peserta didik
untuk belajar. Contoh : buku, film, kaset, slide, dan lain-lain.Menurut Gagne
dan Reiser; Media pengajaran adalah alat-alat fisik dimana pesan-pesan
instruskional di-komunikasikan. Contoh : buku, film, tipe recorder, dan lain-
lain.Menurut Dinje Borman Rumumpuk. Media pengajaran adalah setiap alat
baik software maupun hardware yang dipergunakan sebagai media komunikasi
dan bertujuan untuk meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar.
Dari pengertian media di atas peneliti menyimpulkan bahwa media
pengajaran adalah segala alat pengajaran yang digunakan guru sebagai
10
perantara untuk menyampaiakan bahan-bahan instruksional dalam proses
belajar mengajar sehingga memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran
tersebut.
3) Iklim pembelajaran
Iklim pembelajaran mencakup aspek-aspek yang meliputi: 1) suasana
kelas yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya kegiatan pembelajaran
yang menarik, menantang, menyenangkan dan bermakna bagi pembentukan
profesionalitas kependidikan; dan 2) perwujudan nilai dan semangat
ketauladanan, prakarsa, dan kreativitas guru (Depdiknas, 2004:9).
Dari pengertian di atas peneliti menyimpulkan bahwa iklim
pembelejaran merupakan kondisi atau suasana kelas yang dapat memengaruhi
kegiatan belajar mengajar.
4) Materi Pembelajaran
Menurut Depdiknas (2004:9), materi pembelajaran yang berkualitas
tampak dari: (1) kesesuaiannya dengan tujuan pembelajaran dan kompetensi
yang harus dikuasai siswa; (2) ada keseimbangan antara keluasaan dan
kedalaman materi dengan waktu yang tersedia; (3) materi pembelajaran
sistematis dan kontekstual; (4) dapat mengakomodasikan partisipasi aktif
siswa dalam belajar semaksimal mungkin; (5) dapat menarik manfaat yang
optimal dari perkembangan dan kemajuan bidang ilmu, teknologi, dan seni; (6)
materi pembelajaran memenuhi kriteria filosofis, profesional, psiko-pedagogis
dan praktis. Sehingga guru dituntut untuk bias memilih materi yang tepat,
sesuai dengan tujuan pembelajaran, kebutuhan, dan karakteristik siswa dan
lingkungan.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa bahan ajar atau
materi pembelajaran secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan,
dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar
kompetensi yang telah ditentukan.
c) Keterampilan Guru
Keterampilan mengajar atau membelajarkan merupakan kompetensi
pedagogik yang cukup kompleks karena merupakan integrasi dari berbagai
kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, keterampilan merupakan “kecakapan untuk menyelesaikan tugas”,
11
sedangkan mengajar adalah “melatih”. DeQueliy dan Gazali (Slameto,
2010:30) mendefinisikan mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada
seseorang dengan cara paling singkat dan tepat. Definisi yang modern di
Negara-negara yang sudah maju bahwa “teaching is the guidance of
learning”.
Mengajar adalah bimbingan kepada siswa dalam proses belajar. Alvin
W.Howard (Slameto, 2010:32) berpendapat bahwa mengajar adalah suatu
aktivitas untuk mencoba menolong, membimbing seseorang untuk
mendapatkan, mengubah atau mengembangkan skill, attitude, ideals (cita-
cita), appreciations (penghargaan) dan knowledge. 10 macam keterampilan
guru dalam mengajar:
(1)Keterampilan membuka pelajaran
Memperhatikan sikap dan tempat duduk siswa
Memulai pelajaran setelah nampak siswa siap belajar.
Cara mengenalkan pelajaran cukup menarik.
Mengenalkan pokok pelajaran dengan menghubungkan pengetahuan
yang sudah diketahui oleh siswa (apersepsi).
Hubungan antara pendahuluan dengan inti pelajaran nampak jelas dan
logis.
(2)Keterampilan memberi motivasi
Mengucapkan 'baik", bagus, ya, bila siswa menjawab/ mengajukan
pertanyaan
Ada perubahan sikap non verbal positif pada saat menenggapi
pertanyaan/ jawaban siswa.
Memuji dan memberi dorongan dengan senyum, anggukan atas
partisipasi siswa.
Memberi tuntunan pada siswa agar dapat memberi jawaban yang benar.
Memberi pengarahan sederhana dan pancingan, agar siswa memberi
jawaban yang benar.
c) Keterampilan bertanya
Pertanyaan guru sebagian besar telah cukup jelas
Pertanyaan guru sebagian besar jelas kaitanya dengan masalah.
Pertanyaan ditunjukan keseluruhan kelas lebih dahulu, baru menunjuk
Guru menggunakan teknik -pause- dalam menyampaikan pertanyaan
12
Pertanyaan didistribusikan secara merata diantara para siswa.
Teknik menunjuk yang memungkinkan seluruh siswa siap.
d) Keterampilan menerangkan
Keterangan guru berfokus pada inti pelajaran
Keterangan guru menarik perhatian siswa
Keterangan guru mudah ditangkap(dicerna) oleh siswa.
Penggunaan contoh, ilustrasi, analogi, dan semacamnya menarik
perharian siswa.
Guru memperhatikan dengan sungguh-sungguh respon siswa yang
berupa pertanyaan, reaksi, usul dan semacamnya.
Guru menjelaskan respon siswa, sehingga siswa menjadi jelas dan
mengerti.
e) Keterampilan mendayagunakan media
Pemilihan media sesuai dengan PBM yang diprogramkan
Teknik mengkomunikasikan media tepat.
Organisasi mengkomunikasikan media menunjang PBM.
Guru trampil menggunakan media.
f) Keterampilan menggunakan metode yang tepat
Ada kecocokan antara metode yang dipilih dengan tujuan pengajaran.
Ada kecocokan antara metode yang dipilih dengan materi pelajaran dan
situasi kelas.
Dalam menggunakan metode telah memenuhi / mengikuti sistematika
metode tersebut
Alat yang dapat menunjang kelancaran penggunaan metode tersebut
telah disiapkan.
Menguasai dalam penggunaan metode tersebut.
g) Keterampilan mengadakan interaksi
Aspek mengadakan interaksi
Ada keseimbangan antara jumlah kegiatan guru (aksi) dengan kegiatan
siswa (reaksi) selama proses belajar mengajar.
h) Keterampilan penampilan verbal non verbal
Gerakan guru wajar dan bertujuan
13
Gerakan guru bebas
Isyarat guru menggunakan tangan, badan, dan wajah cukup bervariasi
Suara guru cukup bervariasi, lemah dan keras.
Ada pemusatan perhatian dari pihak siswa.
Pengertian indera melihat dan mendengar berjalan dengan wajar.
i) Keterampilan penjajagan/assesment
Menaruh perhatian kepada siswa yang mengalami kesulitan.
Adanya kesepakatan guru terhadap tanda siswa yang mengalami salah
pengertian
Melakukan penjajagan kepada siswa tentang pelajaran yang telah
diterimanya
Mencari/melakukan apa yang menjadi sumber terjadinya kesulitan.
Melakukan kegiatan untuk mengatasi/menunjukan kesulitan siswa.
j) Keterampilan menutup pelajaran
Dapat menyimpulkan pelajaran dengan tepat.
Dapat menggunakan kata-kata yang dapat membesarkan hati siswa
Dapat menimbulkan perasaan mampu ( sense of achievment) dari
pelajaran yang diproleh.
Berdasarkan pengertian tersebut maka yang dimaksud dengan
keterampilan mengajar guru adalah seperangkat kemampuan/kecakapan guru
dalam melatih/membimbing aktivitas dan pengalaman seseorang serta
membantunya berkembang dan menyesuaikan diri kepada lingkungan.
Dalam penelitian ini ketampilan guru pada pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tife Make A Matchpeneliti
mengambil dari ketrampilan mengajar guru tersebut di atas yang sudah
disesuaikan dengan penerapan model tersebut yang meliputi indikator; (1)
Mempersipakan siswa untuk mengikuti pelajaran ( ketrampilan membuka
pelajaran ), (2) Melakukan apersepsi sesuai dengan materi (ketrampilan
membuka pelajaran), (3) Menyampaikan tujuan pembelajaran(keterampilan
membuka pelajaran), (4) Menggunakan media pembelajarn berupa kartu
gambar pahlawan (5) Menjelaskan materi perjuangan melawan penjajahan
Belanda (keterampilan menjelaskan), (6) Melakukan Tanya jawab dengan
siswa mengenai perjuangan melawan penjajahan Belanda ( Ketrampilan
bertanya), (7) Mengkondisikan siswa menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok
14
penanya, penjawab, dan peniai (Ketrampilan mengelola kelas), (8)
Membimbing diskusi siswa dalam mencari kartu jawaban yang sesuai dengan
kartu yang dipegang (ketrmpilan membimbing diskusi kelompok), (9)
Memberikan penguatan kepada siswa/kelompok yang berhasil melaksanakan
tuganya (Ketrampilan member penguatan), (10) Menutup pelajaran
( Ketrampilan menutup pelajaran )
d) Aktivitas Belajar Siswa
Aktivitas siswa dalam pembelajaran mempunyai peranan yang sangat
penting. Hal ini sesuai dengan pendapat (Sadirman, 2004:99) bahwa : Dalam
belajar sangat diperlukan adanya aktivitas, tanpa aktivitas belajar itu tidak
mungkin akan berlangsung dengan baik. Aktivitas dalam proses belajar
mengajar merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam
mengikuti pelajaran, bertanya hal yang belum jelas, mencatat, mendengar,
berfikir, membaca, dan segala kegiatan yang dilakukan yang dapat menunjang
prestasi belajar.
Dalam pembelajaran perlu diperhatikan bagaimana keterlibatan siswa
dalam pengorganisasian pengetahuan, apakah mereka aktif atau pasif. Banyak
jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa selama mengikuti
pembelajaran. Berkenaan dengan hal tersebut, Paul B. Dierich (Dalam
Sadirman, 2004:101) menggolongkan aktivitas siswa dalam pembelajaran
antara lain sebagai berikut :
(1)Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca,
memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaa, pekerjaan orang lain.
(2)Oral activities, seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, dan memberi
saran, menegluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.
(3)Listening activities, sebagai contoh mendengarkan : uraian, percakapan,
diskusi, musik, pidato.
(4)Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan,
angket, menyalin.
(5)Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram.
(6)Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain : melakukan
percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun,
berternak.
15
(7)Mental activities, sebagai contoh misalnya : menanggapi, mengingat,
memecahkankan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil
keputusan.
(8)Emotional activities, seperti misalnya : menaruh minat, merasa bosan,
gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, dan gugup.
Jadi peneliti berkesimpulan bahwa aktivitas belajar adalah segala kegiatan
yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka
mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya
adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif.
Kegiatan-kegiatan belajar tersebut di atas dapat terlaksana secara
optimal,apabila ditunjang dengan model pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik siswa dan situasi kelas yang mendukung serta materi ajar yang
relevan. Adapun dalam penelitian ini aktivitas siswa pada pembelajaran
dengan model pembelajaran kooperatif tife Make A Matchmeliputi indikator;
(1) Mempersiapkan diri dalam memnerima pelajaran (aktivitas emosional), (2)
Memperhatikan penjelasan guru tentang materi perjuangan melawan
penjajahan Belanda (aktivitas mendengarkan), (3) Mengamati gambar
pahlawan yang ditampilkan (aktivitas melihat), (4) Aktif bertanya dan
menjawab pertanyaan tentang materi perjuangan melawan penjajahan Belanda
(aktivitas lisan), (5) Aktif dalam kegitan pembelajaran berkelompok, yaitu
mencari pasangan kartu yang dipegang (aktivitas visual, lisan, mendengarkan,
mental, emosional), (6) Membacakan jawaban sesuai dengankartu yang
dipengangnya di depan kelas(aktivitas lisan, emosional), (7) Memberikan
tanggapan terhadap jawabandariteman lain (aktivitas lisan dan mental)
e) Hasil Belajar
Hasil belajar dalam Anni (2006,4) merupakan perubahan perilaku yang
diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek-
aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh
pembelajar. Oleh karena itu apabila pembelajar mempelajari pengetahuan
16
Tujuan pengajaran
Hasil belajar
Pengalaman belajarmengajar
tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa
penguasaan konsep. Dalam pembelajaran, perubahan perilaku yang harus
dicapai oleh pembelajar setelah melaksanakan aktivitas belajar dirumuskan
dalam tujuan pembelajaran. Hubungan ketiga unsur tersebut digambarkan
dalam bagan berikut:
Benyamin S. Blom dalam Anni (2006: 7), membagi hasil belajar menjadi
tiga ranah, yaitu:
(1) Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri
pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan
evaluasi.
(2) Ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari penerimaan,
jawaban atau reaksi, dan penilaian.
(3) Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan bertindak.
Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang disengaja melalui proses
belajar dengan usaha yang maksimal untuk memperoleh tingkat keberhasilan
yang dinyatakan dalam bentuk nilai setelah diketahui melalui evaluasi
pembelajaran. Indikator hasil belajar siswa dalam penerapan model
pembelajaran kooperatif tife Make A Match meliputi: (a) Mengeidentifikasi
tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda melalui gambar. (b)
Menjelaskan perjuangan yang dilakukan tokoh pejuang masa penjajahan
Belanda, (c) Keaktifan siswa dalam pembelajaran kelompok, yaitu mencari
pasngan kartu yang di pegang, (d) Ketepatan siswa dalam mencocokan kartu
jawaban, (e) kecepatan siswa dalam mencari dan mencocokan kartu jawaban
yang di pegangnya, dan (f) menentukan sikap atau tindakan yang harus
dilakukan untuk menghargai jasa para pejuang masa penjajahan Belanda.
f) Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial
Menurut Mulyono Tj. (1980:8), IPS adalah merupakan suatu pendekatan
interdsipliner (Inter-disciplinary Approach) dari pelajaran Ilmu-ilmu Sosial.
17
IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu-ilmu Sosial, seperti
sosiologi, antropologi budaya, psikologi sosial, sejarah, geografi, ekonomi,
ilmu politik, dan sebagainya. Saidiharjo (1996:4) menegaskan bahwa IPS
merupakan hasil kombinasi atau hasil pemfusian atau perpaduan dari sejumlah
mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi, antropologi,
politik. Mata pelajaran tersebut mempunyai ciri-ciri yang sama, sehingga
dipadukan menjadi satu bidang studi yaitu Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
Pendidikan IPS bertujuan untuk membina anak didik menjadi warga
negara yang baik, yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kepedulian
sosial yang berguna bagi dirinya sendiri, masyarakat, bangsa dan negara.
Untuk merealisasikan tujuan tersebut, maka proses pembelajaran tidak hanya
terbatas pada aspek-aspek pengetahuan (kognitif) dan keterampilan
(psikomotor) saja melainkan meliputi juga aspek akhlak (afektif) dalam
menghayati serta menyadari kehidupan yang penuh dengan masalah,
tantangan, hambatan, dan persaingan (Nursid Sumaatmadja, dkk 2005:10).
Sedang pendekatan yang digunakan dalam mempelajari IPS adalah
Pendekatan Inter-disiplin (Interdisciplinary Approach). Dalam Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP, 2006:17) mata pelajaran IPS bertujuan agar
peserta didik memiliki kemampuan mengenal konsep-konsep yang berkaitan
dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, memiliki kemampuan dasar
untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah,
dan keterampilan dalam kehidupan sosial, memiliki komitmen dan kesadaran
terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, serta memiliki kemampuan
berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang
majemuk, di tingkat lokal, nasional dan global. Adapun ruang lingkup mata
pelajaran IPS meliputi aspek-aspek: manusia, tempat dan lingkungan, waktu,
keberlanjutan, dan perubahan sistem sosial dan budaya, dan perilaku ekonomi
dan kesejahteraan.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Ilmu
pengetahuan sosial adalah mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial
yang kajiannya mengintegrasikan bidang-bidang ilmu sosial dan humaniora
serta mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial di
masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan secara terpadu,
18
yang bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik sebelum terjun dalam
kehidupan masyarakat,
g) IPS di Sekolah Dasar
IPS di Sekolah Dasar Pembelajaran IPS SD akan dimulai dengan
pengenalan diri (self), kemudian keluarga, tetangga, lingkungan RT, RW,
kelurahan/desa, kecamatan, kota/kabupaten, propinsi, negara, negara tetangga,
kemudian dunia. Anak bukanlah sehelai kertas putih yang menunggu untuk
ditulisi, atau replika orang dewasa dalam format kecil yang dapat dimanipulasi
sebagai tenaga buruh yang murah, melainkan, anak adalah individu yang unik,
yang memiliki berbagai potensi yang masih latent dan memerlukan proses
serta sentuhan-sentuhan tertentu dalam perkembangannya. Mereka yang
memulai dari egosentrisme dirinya kemudian belajar, akan menjadi
berkembang dengan kesadaran akan ruang dan waktu yang semakin meluas,
dan mencoba serta berusaha melakukan aktivitas yang berbentuk intervensi
dalam dunianya. Maka dari itu, pendidikan IPS adalah salah satu upaya yang
akan membawa kesadaran terhadap ruang, waktu, dan lingkungan sekitar bagi
anak.
Pengajaran IPS SD diandalkan untuk membina generasi penerus usia
dini agar memahami potensi dan peran dirinya dalam berbagai tata
kehidupannya, menghayati tuntutan keharusan dan pentingnya bermasyarakat
dengan penuh rasa kebersamaan dan kekeluargaan serta mahir berperan erat di
lingkungannya sebagai insan sosial dan warga negara yang baik (BSNP,
2006:18). Sedangkan menurut Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang
Standar Isi, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata
pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB.
IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang
berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat
materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran
IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia
yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.
Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat
karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat.
Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan
19
pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial
masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.
Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu
dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam
kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta
didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada
bidang ilmu yang berkaitan.
Tujuan IPS diajarkan di SD tentu saja harus dikaitkan dengan kebutuhan
dan disesuaikan dengan tantangan-tantangan kehidupan yang akan dihadapi
anak. Berkaitan dengan hal tersebut, Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta
didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat
dan lingkungannya
2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin
tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan
sosial.
3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan
4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi
dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
Dari pengertian diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa, IPS sebagai
mata pelajaran di tingkat sekolah dasar pada hakikatnya merupakan suatu
integrasi utuh dari disiplin ilmu-IPS dan disiplin ilmu lain yang relevan untuk
merealisasikan tujuan pendidikan di tingkat persekolahan. Implikasinya,
berbagai tradisi dalam IPS termasuk konsep, struktur, cara kerja ilmuwan
sosial, aspek metode, maupun aspek nilai yang dikembangkan dalam ilmu-
IPS, dikemas secara psikologis, pedagogis, dan sosial budaya untuk
kepentingan pendidikan
Untuk merealisasikan tujuan-tujuan di atas, proses mengajar dan
membelajarkannya tidak hanya terbatas pada aspek-aspek pengetahuan
(kognitif), keterampilan (psikomotor) saja, melainkan meliputi juga aspek
sikap (afektif) dalam menghayati serta menyadari kehidupan yang penuh
dengan masalah, tantangan, hambatan dan persaingan ini.
20
h) Model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match
Pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai suatu pendekatan
mengajar di mana siswa bekerjasama di antara satu sama lain dalam kelompok
belajar yang kecil untuk menyelesaikan tugas individu atau kelompok yang
diberikan oleh guru (Isjoni, 2009: 20-21).
Menurut Nur (dalam Isjoni, 2009: 27) pembelajaran kooperatif adalah
model pembelajaran yang mengelompokkan siswa untuk tujuan menciptakan
pendekatan pembelajaran yang berhasil yang mengintegrasikan keterampilan
sosial yang bermuatan akademik. Lebih lanjut Isjoni (2009:27) mengutip
pendapat Davidson dan Warsham, memberikan definisi bahwa pembelajaran
kooperatif adalah kegiatan belajar mengajar secara kelompok-kelompok kecil,
siswa belajar dan bekerjasama untuk sampai kepada pengalaman belajar
berkelompok, pengalaman individu, maupun pengalaman kelompok.
Untuk mencapai hasil yang maksimal, Lie (2008: 15) mengemukakan
lima unsur model pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan, yaitu: (a)
saling ketergantungan positif, (b) tanggung jawab perseorangan, (c) tatap
muka, (d) komunikasi antar anggota, dan (e) evaluasi proses kelompok.
Salah satu model yang menggunakan landasan kooperatif yaitu model
Model Pembelajaran Make A Matchartinya model pembelajaran Mencari
Pasangan. Setiap siswa mendapat sebuah kartu (bisa soal atau jawaban), lalu
secepatnya mencari pasangan yang sesuai dengan kartu yang ia pegang.
Suasana pembelajaran dalam model pembelajaran Make A Matchakan riuh,
tetapi sangat asik dan menyenangkan.
(1) Langkah-langkah pembelajaran Make A Match (Curran, 1994). adalah
sebagi berikut :
i. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik
yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan
bagian lainnya kartu jawaban.
ii. Setiap siswa mendapat satu buah kartu.
iii. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
iv. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok
dengan kartunya. Artinya siswa yang kebetulan mendapat kartu ‘soal’
maka harus mencari pasangan yang memegang kartu ‘ jawaban soal’
secepat mungkin. Demikian juga sebaliknya.
21
v. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu
diberi poin.
vi. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu
yang berbeda dari sebelumnya.
vii. Demikian seterusnya sampai semua kartu soal dan jawaban jatuh ke
semua siswa.
viii. Kesimpulan/penutup.
(2) Kelebihan dan Kekurangan Metode Make a Match
Kelebihan metode Make A Match adalah sebagai berikut (Curran, 1994).:
dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif
maupun fisik;
karena ada unsur permainan, metode ini menyenangkan;
meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari;
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, terutama jika;
efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil
presentasi;
efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk
belajar;
Kekurangan Metode Make a Match adalah sebagai berikut (Curran,
1994).:
jika tidak merancangnya dengan baik, maka banyak waktu
terbuang;
pada awal-awal penerapan metode ini, banyak siswa yang malu
bisa berpasangan dengan lawan jenisnya;
jika tidak mengarahkan siswa dengan baik, saat presentasi banyak
siswa yang kurang memperhatikan;
harus hati-hati dan bijaksana saat memberi hukuman pada siswa
yang tidak mendapat pasangan, karena mereka bisa malu;
menggunakan metode ini secara terus menerus akan menimbulkan
kebosanan.
22
i) Teori Belajar yang Mendasari Model Pembelajaran Kooperatif Tife
Make A Match
a) Teori belajar konstruktivisme
Teori konstruktivis (Von Glaserfeld) ini menyatakan bahwa siswa harus
menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek
informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-
aturan itu tidak lagi sesuai. Menurut teori ini, satu prinsip yang paling penting
dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar
memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri
pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk
proses ini, yaitu dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau
menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan
secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat
memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih
tinggi dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut
(Trianto, 2002: 8).
b) Teori belajar Behaviorisme
Behaviorisme (Thorndike) adalah teori perkembangan perilaku, yang
dapat diukur, diamati dan dihasilkan oleh respons pelajar terhadap rangsangan.
Tanggapan terhadap rangsangan dapat diperkuat dengan umpan balik positif
atau negatif terhadap perilaku kondisi yang diinginkan. Hukuman kadang-
kadang digunakan dalam menghilangkan atau mengurangi tindakan tidak
benar, diikuti dengan menjelaskan tindakan yang diinginkan.
Pendidikan behaviorisme merupakan kunci dalam mengembangkan
keterampilan dasar dan dasar-dasar pemahaman dalam semua bidang subjek
dan manajemen kelas. Ada ahli yang menyebutkan bahwa teori belajar
behavioristik adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai
secara konkret.
Ciri dari teori belajar behaviorisme adalah mengutamakan unsur-unsur
dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan,
mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya
latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar,mementingkan peranan
kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang
diinginkan. Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa
23
tingkahlaku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkahl laku
adalah hasil belajar.
Peneliti menerapkan model pembelajaran Make A Match menurut teori
kontruktivisme menurut Von Glaserfeld dan teori behaviorisme menurut
Thorndike. Anak belajar melalui tahapan-tahapan belajar yang telah diuraikan
oleh Von Glaserfeld .
j) Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match pada
Pelajaran IPS di Kelas.
a) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik
yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya
kartu jawaban.
b) Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban.
c) Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
d) Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya.
Misalnya: pemegang kartu yang bertuliskan nama pahlawan akan
berpasangan dengan gambar pahlawan tersebut.
e) Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu
diberi poin.
f) Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya
(tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan
mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama.
g) Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu
yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.
h) Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang
kartu yang cocok.
i) Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi
pelajaran.
2. Kajian Empiris
Penelitian ini juga di dasarkan pada penelitian yang telah dilakukan oleh
peneliti terhadap model pembelajaran Make A Match. Adapun hasil penelitian tersebut
antara lain :
Penelitian yang dilakukan oleh Maryuni apada tahun 2010 pada siswa kelas V
Semester 1 dengan judul “ Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial
24
Tentang Sejarah Masuknya Agama Di Indonesia Melalaui Model Pembelajaran
Mencari pasangan Bagi Siswa Kelas V Semester 1, SDN 01 Cangakan Kecamatan
Karanganyar Tahun Pelajaran 2008/2009”. Hasil analisis menunjukkan bahwa
sebelum penelitian (tes awal) pemahaman siswa terhadap pelajaran IPS hanya 46,7%
yaitu 7 anak yang tuntas berarti terdapat 53,3% yaitu 8 anak yang belum tuntas, pada
siklus I Pemahaman Konsep menjadi 80% yaitu 12 siswa yang tuntas berarti
meningkat sebesar 33,3% dan pada siklus II jumlah siswa tuntas menjadi 100% atau
naik sebesar 20%. Peningkatan ini bukan hanya dari pemahaman konsep saja tetapi
jga dari aspek keaktifan siswa, ini ditunjukkan dengan keaktifan siswa yang mula-
mula hanya 55,67% oada siklus I menjadi 81,30% yaitu meningkat 25,6% dan pada
siklus II menjadi 89,79 yaitu meningkat menjadi 8,49%.
Penelitian yang dilakukan oleh Muharif tahun 2009 dalam penelitiannya yang
berjudul “Penerapan Model Cooperatif Learning-Make A Match Untuk Meningkatkan
Aktivitas Siswa Kelas V Dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SDN
010 Gabung Makmur Kecamatan Kerinci Kanan Kabupaten Siak ” penelitian ini
menyimpulkan bahwa, dalam setiap siklus ketuntasan hasil belajar pada
aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan yaitu pada tahap tindakan pada
siklus I 61,1% dan pada siklus II mengalami kenaikan menjadi 100%. Ketuntasan
hasil belajar pada aktivitas belajar siswa dari siklus I naik 38,9% ke siklus II.
Dalam setiap siklus ketuntasan hasil belajar pada tes akhir siswa mengalami
peningkatan yaitu pada nilai awal sebelum tindakan adalah 13,7%, pada siklus I
ada 48,3% dan pada siklus II ini mengalami kenaikan cukup tinggi yaitu
100%. Ketuntasan hasil belajar pada tes akhir siswa dari nilai awal ke siklus I naik
34,6% dan dari siklus I ke siklus II naik 51,7%.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa melalui
model pembelajaran kooperattif tife Make A Match dapat meningkatkan ketrampilan
guru dalam mengajar, keaktifan siswa dalam pembelajaran, dan hasil belajar siswa
juga meningkat dalam pelaksanaan pembelajaran IPS. Selain itu pembelajaran juga
lebih menyenangkan dan tidak membosankan karena pembelajarannya diselingi
dengan permainan, yaitu mencari kartu gambar. Melihat dari hasil kesimpulan
penelitian tersebut dapat dijadikan acuan oleh peneliti dalam melakukan penelitian
yang berjudul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS Melalui Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Make A Match pada Siswa Kelas V SDN Subah 02”.
.
25
3. Kerangka Berpikir
Berdasarkan data awal hasil observasi bahwa penyebab rendahnya kualitas
pembelajaran IPS pada perjuangan melawan penjajah Belanda adalah rendahnya
keterampilan guru dan aktivitas siswa. Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar
merupakan proses komunikasi antara guru dan siswa. Guru harus dapat menciptakan
komunikasi yang memberikan kemudahan bagi siswa agar mampu menerima
pengetahuan yang diberikan oleh guru. Kenyataannya komunikasi dalam proses
belajar mengajar tidak dapat berlangsung seperti yang diharapkan. Guru
menggunakan metode pembelajaran yang konvensional. Siswa hanya menerima
informasi saja tanpa adanya kegiatan praktek, sehingga membuat siswa menjadi cepat
bosan, mengantuk, dan tidak senang. Guru kurang mengoptimalkan media
pembelajaran. Siswa tidak memiliki kreatifitas, tidak mempunyai kesempatan
berpartisipasi aktif dalam KBM sehingga prestasi belajar yang dihasilkan rendah.
Kondisi seperti ini memerlukan suatu perbaikan, salah satu diantaranya yaitu
dengan menerapkan model pembelajaran yang lebih baik sehingga dapat
meningkatkan kualitas Kegiatan Belajar Mengajar. Mata pelajaran IPS, yang
mengintegrasikan konsep-konsep esensial dari ilmu-ilmu sosial dan sarat dengan
konsep-konsep konotatif, maka perlu dicari model pembelajaran yang dapat
mengaktifkan siswa dalam pembelajaran IPS.
Oleh karena itu diharapkan guru sebagai fasilitator dapat menerapkan strategi
serta menggunakan metode dan media yang variatif dalam proses pembelajaran.
Untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal tersebut, penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Make A Match diharapkan dapat memberikan manfaat
dalam kegiatan pembelajaran. Diantaranya yaitu siswa mampu berfikir kreatif dan
imajinatif, siswa lebih aktif baik dalam kegiatan belajar kelompok maupun belajar
mandiri, memudahkan pemahaman siswa sehingga kualitas pembelajaran meningkat
serta hasil belajar akan tercapai secara maksimal.
Berdasarkan beberapa masalah diatas peneliti berusaha mencari pemecahan
masalahnya yaitu menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match.
Dengan penerapan model pembelajaran tersebut siswa bisa belajar lebih
efektif/mendalam, siswa mampu berfikir kreatif dan imajinatif, siswa lebih aktif baik
dalam kegiatan belajar kelompok maupun belajar mandiri, memudahkan pemahaman
26
siswa, pembelajaran lebih menyenangkan, dan siswa tidak cepat merasa bosan.
Dengan meningkatnya keaktifan siswa diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar
siswa dalam pembelajaran IPS.
Adapun alur kerangka berpikir ini dapat dilihat pada gambar berikut :
27
TINDAKAN
KONDISI AWAL
KONDISI AKHIR
Aktivitas siswa kurang, siswa pasif dan tidak berani mengeluarkan pendapatKetrampilan mengajar guru kurang, masih menggunakan metode konvensional dan kurang mengoptimalkan media pembelajaranHasil belajar siswa rendah
Guru menggunakan Model Make a Match dalam melaksanakan Pembelajaran IPS
Kualitas pembelajaran meningkat
Langkah-langkah pemblajaran Make a Matchbeberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban.Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama.Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok.Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.
Siklus ISiklus II
Aktivitas siswa meningkatKetrampilan guru meningkatHasil belajar siswa meningkat
28
Gambar 1.0 Kerangka Berpikir
4. Hipotesis
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah: Bila
pembelajaran IPS kelas IV SDN Subah 02 diterapkan dengan model Make a Match, maka
diharapkan aktivitas siswa, aktivitas guru, dan hasil belajar siswa meningkat.
E. METODE PENELITIAN
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Subah 02. Subyek pengamatan
difokuskan pada 10 siswa dari 25 siswa, yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 16 siswa
perempuan serta guru di kelas tersebut.
2. Variabel Penelitian
Variabel penelitian dalam penelitian ini adalah:
a. Keterampilan guru dalam pembelajaran IPS melalui model pembelajaran
kooperatif tipe make a match.
b. Aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS melalui model pembelajaran kooperatif
tipe make a match.
c. Hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS melalui model pembelajaran
kooperatif tipe make a match.
3. Prosedur/Langkah-Langkah PTK
Rancangan yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan
Kelas. Menurut Arikunto, dkk (2009: 3) bahwa penelitian tindakan kelas merupakan
suatu pencermatan terhadap kegiatan beajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja
dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Dalam pelaksanaan
penelitian tindakan kelas terdapat empat tahap penting yaitu perencanaan, pelaksanaan,
observasi dan refleksi.
29
Arikunto (2009: 16)
Rancangan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, dengan tahapan
sebagai berikut:
a. Perencanaan
Arikunto (2006 : 17) menjelaskan bahwa dalam tahap perencanaan peneliti
menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan
tersebut dilakukan.
Dalam tahapan perencanaan ini meliputi:
1) Mengkaji atau menelaah materi pembelajaran IPS mengenai perjuangan melawan
penjajah Belanda menelaah indikator bersama tim kolaborasi.
2) Menyusun RPP sesuai indikator yang telah ditetapkan dan skenario pembelajaran
dengan menggunakan model Make A Match
3) Menyiapkan alat-alat peraga dan media pembelajaran yang akan digunakan : peluit,
alat tulis, kertas, dan gambar pahlawan, dengan materi yang akan disampaikan
yaitu perjuangan melawan penjajah Belanda.
4) Menyiapkan alat evaluasi hasil belajar yang berupa tes tertulis, dan lembar kerja
siswa.
5) Menyipakan lembar pengamatan dan catatan lapangan untuk mengamati aktivitas
siswa dan aktivitas guru di kelas.
b. Pelaksanaan Tindakan
Tahap kedua dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan tindakan yang
merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan
dikelas. Hal yang perlu diingat adalah bahwa dalam tahap kedua ini pelaksana guru
harus ingat dan berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi
harus pula berlaku wajar, tidak dibuat-buat (Arikunto, 2006 : 18).
Pelaksanaan tindakan dengan mengimplementasikan dari perencanaan tindakan
yang telah dipersiapkan, yaitu pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model
Make A Match diterapkan dalam 2 siklus. Dalam Pelaksanaan PTK ini direncanakan
30
dalam dua siklus. Siklus pertama yaitu melakukan pembelajaran IPS dengan model
pembelajaran kooperatif tipe make a match dengan menggunakan media gambar yang
berkaitan dengan perjuangan melawan penjajahan Belanda. Siklus kedua dilakukan
untuk memperbaiki pembelajaran yang pertama dengan metode yang sama dan
dilakukan dengan dua pertemuan
c. Observasi
Observasi adalah kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat (Arikunto,
2009: 19). Kegiatan observasi dilakukan secara kolaboratif dengan guru yang
bersangkutan untuk mengadakan pengamatan langsung pada kegiatan pembelajaran IPS
di kelas V SDN Subah 02 untuk menyesuaikan data dan informasi yang diperoleh.
d. Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah
terjadi dan apa yang sudah dilakukan (Arikunto, 2006:99). Kegiatan refleksi penelitian
ini mengkaji aktivitas siswa dan keterampilan guru serta hasil belajar dalam
pelaksanaan pembelajaran IPS melalui model pembelajaran kooperatif tipe make a
match, apakah sudah efektif dengan melihat ketercapaian dalam indikator kinerja pada
siklus pertama, serta mengkaji kekurangan dan membuat daftar permasalahan yang
muncul dalam pelaksanaan siklus pertama. Kemudian peneliti bersama kolabolator
membuat perencanaan tindak lanjut untuk siklus berikutnya.
4. Siklus Penelitian
Perencanaan siklus
a. Siklus I pertemuan 1
1) Perencanaan
Pada tahapan ini hal-hal yang dilakukan sebagai berikut:
(a) Menyusun RPP dengan materi “Perjuangan melawan penjajahan Belanda”
(b) Mempersiapkan sumber dan media pembelajaran berupa kartu gambar yang
berkaitan dengan materi.
(c) Menyiapkan alat evaluasi berupa tes tertulis dan lembar kerja siswa.
(d) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa dan guru serta
proses pembelajaran.
2) Pelaksanaan TindakaTindakan yang dilakukan dalam siklus I adalah sebagai berikut:
31
(a) Salam
(b) pengkondisian Kelas
(c) doa
(d) presensi
(e) Guru melakukan apersepsi
(f) Guru memberi motivasi kepada siswa untuk melaksanakan pembelajaran
dengan baik.
(g) Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari.
(h) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
(i) siswa menyimak informasi dan termotivasi untuk belajar
(j) guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang perjuangan melawan
penjajahan Belanda (eksplorasi)
(k) Guru menjelaskan tentang perjuangan melawan penjajahan Belanda (eksplorasi)
(l) Guru menjelaskan langkah–langkah tentang model pembelajaran Make A
Match. (elaborasi)
(m) Guru mengatur tempat duduk siswa membentuk huruf U dan membagi tiga
kelompok yaitu kelompok pertanyaan, kelompok jawaban, dan kelompok
penilai. Kelompok pertanyaan duduk berhadapan dengan kelompok jawaban
dan kelompok penilai duduk menghadap ke kelompok pertanyaan dan
kelompok jawaban. (elaborasi)
(n) Guru memberikan kartu pertanyaan dan kartu jawaban pada dua kelompok,
setiap siswa memahami kartu yang dipegang dan memprediksi jawaban kartu
yang dipegang (elaborasi)
(o) Guru membunyikan peluit pertanda siswa mulai mencari pasangan kartu yang
dipegangnya. Jika siswa sudah menemukan pasangannya, kemudian berdiskusi
tentang kartunya dan menuju kelompok penilai (elaboasi).
(p) Kelompok penilai mendiskusikan jawaban yang sudah diserahkan. Setiap
pasangan yang dinyatakan cocok antara kartu soal dan kartu jawaban
membacakan hasilnya di depan kelas dan ditanggapi oleh kelompok lain
(elaborasi).
(q) Guru membimbing siswa membuat rangkuman atau kesimpulan dari hasil
kegiatan kelompok
(r) guru mengkritisi dan menyempurnakan jawaban dari masing-masing kelompok
(eksplorasi)
32
(s) guru memberikan motivasi kembali berupa penguatan terhadap materi yang
baru saja di pelajari (konfirmasi).
(t) guru memberikan reward terhadap kelompok yang baik (konfirmasi)
(u) guru memberi kesempatan kepada masing-masing siswa untuk bertanya kembali
apabila di dalam penyampaian materi masih kurang jelas bersama siswa, Guru
mengulas kembali pelajaran yang baru saja disampaikan dan membuat
ringkasan. (konfirmasi)
(v) guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran hari ini.
(w) Guru member motivasi belajar kepda siswa
3) Observasi
(a) Melakukan pengamatan aktivitas guru dalam perbaikan pembelajaran, melalui
model pembelajaran kooperatif tipe Make a match
(b) Melakukan pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran melalui model
pembelajaran kooperatif tipe Make a match
4) Refleksi
(a) Mengkaji pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan siklus 1 pertemuan 1,
apakah pembelajaran berlangsung efektif atau tidak.
(b) Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran siklus 1 pertemuan 1, menganalisis
kelemahan dan keberhasilan setelah menerapkan model pembelajaran Make A
Match kemudian mempertimbangkan langkah selanjutnya. Terutama dalam
mengelola kelas, saat siswa melakukan kerja kelompok.
(c) Membuat daftar permasalahan yang terjadi pada siklus 1 pertemuan 1 untuk
digunakan sebagai kajian pada tindakan selanjutnya.
(d) Menyusun perencanaan tindak lanjut untuk digunakan pada siklus 1 petemuan 2
b. Siklus I pertemuan 2
1) Perencanaan
Pada tahapan ini hal-hal yang dilakukan sebagai berikut:
(a) Menyusun RPP dengan materi “Perjuangan melawan penjajahan Jepang”
(b) empersiapkan sumber dan media pembelajaran berupa kartu gambar yang
berkaitan dengan materi.
33
(c) Menyiapkan alat evaluasi berupa tes tertulis dan lembar kerja siswa.
(d) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa dan guru serta
proses pembelajaran.
2) Pelaksanaan Tindakan
Tindakan yang dilakukan dalam siklus I adalah sebagai berikut:
(a) Salam
(b) pengkondisian Kelas
(c) Doa
(d) Presensi
(e) Guru melakukan apersepsi
(f) Guru memberi motivasi kepada siswa untuk melaksanakan pembelajaran
dengan baik.
(g) Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari.
(h) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
(i) Siswa menyimak informasi dan termotivasi untuk belajar
(e) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang Perjuangan melawan
penjajahan Jepang”
(f) Guru menjelaskan tentang Perjuangan melawan penjajahan Jepang” (eksplorasi)
(g) Guru menjelaskan langkah–langkah tentang model pembelajaran Make A
Match. (elaborasi)
(h) Guru mengatur tempat duduk siswa membentuk huruf U dan membagi tiga
kelompok yaitu kelompok pertanyaan, kelompok jawaban, dan kelompok
penilai. Kelompok pertanyaan duduk berhadapan dengan kelompok jawaban
dan kelompok penilai duduk menghadap ke kelompok pertanyaan dan
kelompok jawaban. (elaborasi)
(i) Guru memberikan kartu pertanyaan dan kartu jawaban pada dua kelompok,
setiap siswa memahami kartu yang dipegang dan memprediksi jawaban kartu
yang dipegang (elaborasi)
(j) Guru membunyikan peluit pertanda siswa mulai mencari pasangan kartu yang
dipegangnya. Jika siswa sudah menemukan pasangannya, kemudian berdiskusi
tentang kartunya dan menuju kelompok penilai (elaboasi).
34
(k) Kelompok penilai mendiskusikan jawaban yang sudah diserahkan. Setiap
pasangan yang dinyatakan cocok antara kartu soal dan kartu jawaban
membacakan hasilnya di depan kelas dan ditanggapi oleh kelompok lain
(elaborasi).
(l) Guru membimbing siswa membuat rangkuman atau kesimpulan dari hasil
kegiatan kelompok.
(m) guru mengkritisi dan menyempurnakan jawaban dari masing-masing kelompok
(eksplorasi).
(n) guru memberikan motivasi kembali berupa penguatan terhadap materi yang
baru saja di pelajari (konfirmasi).
(o) guru memberikan reward terhadap kelompok yang baik (konfirmasi)
(p) guru memberi kesempatan kepada masing-masing siswa untuk bertanya kembali
apabila di dalam penyampaian materi masih kurang jelas bersama siswa, Guru
mengulas kembali pelajaran yang baru saja disampaikan dan membuat
ringkasan. (konfirmasi)
(q) guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran hari ini.
(r) Guru member motivasi belajar kepda siswa
3) Observasi
(a) Melakukan pengamatan aktivitas guru dalam perbaikan pembelajaran, melalui
model pembelajaran kooperatif tipe Make a match
(b) Melakukan pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran melalui model
pembelajaran kooperatif tipe Make a match
4) Refleksi
(a) Mengkaji pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan siklus 1 pertemuan 2,
apakah pembelajaran berlangsung efektif atau tidak.
(b) Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran siklus 1 pertemuan 2 Menganalisis
kelemahan dan keberhasilan setelah menerapkan model pembelajaran Make A
Match kemudian mempertimbangkan langkah selanjutnya. Terutama dalam
mengelola kelas, saat siswa melakukan kerja kelompok.
(c) Membuat daftar permasalahan yang terjadi pada siklus 1 pertemuan 2 untuk
digunakan sebagai kajian pada tindakan selanjutnya.
(d) Menyusun perencanaan tindak lanjut untuk digunakan pada siklus 2
35
5. Data dan Cara Pengumpulan Data
a. Sumber Data
1) Siswa
Sumber data siswa diperoleh dari hasil observasi secara sistematik selama dalam
pelaksanaan siklus pertama sampai pada siklus kedua, hasil evaluasi serta
wawancara dari guru.
2) Guru
Sumber data guru diperoleh melalui instrumen observasi keterampilan guru saat
penerapan Model Make A Match pada pembelajaran IPS.
3) Data Dokumen
Sumber data dokumen berupa data awal nilai tes sebelum dilakukan
tindakan, aktifitas siswa dan keterampilan guru, dan hasil rekaman pembelajaran.
4) Catatan Lapangan
Sumber data yang berupa catatan lapangan berasal dari catatan selama proses
pembelajaran berupa data aktivitas siswa, keterampilan guru dan hasil belajar siswa
setelah dilakukan evaluasi
b. Jenis Data
1) Data Kuantitatif
Data kuantitatif diwujudkan dengan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS
melalui model pembelajaran kooperatif tipe make a match yang diperoleh siswa.
2) Data Kualitatif
Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi dengan menggunakan lembar
pengamatan aktifitas siswa, aktivitas guru, serta catatan lapangan dalam
pembelajaran IPS menggunakan model Make A Match
c. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah metode
observasi, metode tes, dokumentasi, dan catatan lapangan.
1) Metode Observasi
Observasi adalah mengamati denga suau tujuan, dengan meggunakan berbagai
teknik untuk merekam atau member kode pada apa yang diamati (Poerwati, dkk.
2008: 3-22). Observasi dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai tingkat
36
aktivitas siswa dan guru dalam kegiatan pembelajaran IPS menggunakan model
Make A Match
2) Metode Tes
Tes adalah seperangkat tugas yang harus dikerjakan atau sejumlah pertanyaan yang
harus dijawab oleh peserta didik untuk mengukur tingkat pemahaman dan
penguasaannya terhadap cakupan materi yang dipersyaratkan dan sesuai dengan
tujuan pengajaran tertentu (Endang Poerwanti, dkk. 2008: 1-5). Tes dalam
penelitian ini digunakan untuk mengukur kemampuan belajar siswa dalam
pembelajaran IPS menggunakan model pembelajaran koeperatif tipe make a match.
3) Metode Dokumentasi
Dalam melaksanakan metode dokmentasi, peneliti menyelidiki benda-benda
tertulis seperti buku-buku, majalah, catatan harian, dan sebagainya (Arikunto,
2006: 158). Dokumentasi dalam penelitian ini adalah berupa dokumentasi gambar
yang berupa foto-foto kegiatan pembelajaran. Dokumentasi dalam penelitian ini
digunakan untuk untuk menemukan data-data dari siswa yang menggunakan
dokumen-dokumen yang ada.
4) Catatan lapangan
Guru/peneliti secara sitematis membuat catatan tentang situasi kelas, baik selama
maupun segera setelah pelajaran usai, mengenai hal-hal penting yang terjadi di
kelas (Wijaya dan Dedi, 2010: 62). Catatan lapangan di tulis oleh guru pengamat
untuk menggambarkan keadaan saat pembelajaran dengan menggunakan model
Make A Match Selanjutnya apabila ada permasalahan yang muncul dan tidak
diharapkan oleh peneliti. Catatan ini digunakan untuk merefleksi kegiatan
pembelajaran yang telah dilaksanakan.
6. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah:
a) Kuantitatif
Data kuantitatif berupa hasil belajar kognitif IPS yang dianalisis dengan
menggunakan teknik analisis deskriptif dengan menentukan mean atau rerata..
Penyajian data kuantitatif dipaparkan dalam bentuk persentase. Adapun langkah-
langkah untuk menganalisis data adalah sebagai berikut:
37
1) Menghitung nilai berdasarkan skor teoritis
Untuk menghitung nilai berdasarkan skor teoritis, digunakan rumus:
n = bSt
x 100 (Poerwati, dkk. 2008: 6-3)
Keterangan : n = skor
b = banyaknya butir soal yang dijawab benar
St = skor teoritis
2) Menghitung presentase ketuntasan belajar klasikal
Untuk menghitung presentase ketuntasan belajar klasikal, digunakan rumus:
F = fi
Σf x 100 %
Keterangan: F = Presentase frekuensi
fi = jumlah frekuensi yang muncul
Σf = jumlah frekunsi seluruhnya
3) Menghitung mean untuk mencari rata-rata hasil belajar siswa menggunakan
rumus :
x = ∑ x∑ N
Keterangan : x = Nilai rata-rata
∑x = jumlah nilai semua siswa
∑N = jumlah siswa
Hasil penghitungan dikonsultasikan dengan kriteria ketuntasan belajar
siswa SDN Subah 02 dengan KKM klasikal dan individual yang dikelompokkan ke
dalam dua kategori tuntas dan tidak tuntas, dengan kriteria sebagai berikut :
Batas Ketuntasan Minimal
38
Kriteria KetuntasanKualifikasi
Individual Klasikal
≥ 65 ≥ 80 Tuntas
< 65 < 80 Tidak Tuntas
a. Kualitatif
Data kualitatif berupa data hasil observasi terhadap aktifitas siswa,
keterampilan guru, hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS serta hasil dari
catatan lapangan dan wawancara yang dianalisis dengan menggunakan analisis
deskriptif kualitatif. Data kualitatif ini dipaparkan dalam bentuk kalimat yang
dipisah-pisahkan yang menurut kategori untuk mendapatkan kesimpulan.
Data kualitatif berupa data hasil observasi keterampilan guru dan aktivitas
siswa dalam pembelajaran memahami perjuangan melawan penjajahan Belanda.
Adapun langkah-langkah menentukan data kualitatif ( Poerwanti, 2007 : 6.9) adalah
1) Menentukan skor terendah (R)
2) Menentukan skor tertinggi (T)
3) Mencari median
4) Membagi rentan nilai menjadi 4 kategori, yaitu sangat baik, baik, cukup, dan
kurang
Kita dapat menghitung data skor dengan cara sebagai berikut:
R = skor terendah
T = skor tertinggi
n = banyaknya skor = (R-T) + 1
Q2 = median
Letak Q2 = 24
(n+1) untuk data ganjil atau genap
Q1 = kuartil pertama
Letak Q1 = 14
(n+2) untuk data genap atau Q1 = 14
(n+1) untuk data ganjil
Q3 = kuartil ketiga
Letak Q3 = 14
(3n+2) untuk data genap atau Q3 = 14
(3n+1)
Q4 = kuartil keempat = T
Nilai yang didapat dari lembar observasi kemudian dimasukkan dalam tabel kriteria
ketuntasan data kualitatif.
39
Tabel 2
Kriteria Ketuntasan Data Kualitatif
Kriteria
Ketuntasan
Skala
PenilaianKualifikasi
Q3 ≤ skor ≤ T Sangat Baik Tuntas
Q2 ≤ skor < Q3 Baik Tuntas
Q1 ≤ skor < Q2 Cukup Tidak Tuntas
R ≤ skor < Q1 Kurang Tidak Tuntas
7. Indikator Keberhasilan
Melalui model pembelajaran Make A Match dapat meningkatkan hasil belajar
IPS di kelas V SDN Subah 02 dengan indikator sebagai berikut :
a. Keterampilan guru dalam pembelajaran IPS melalui model pembelajaran
kooperatif tipe Make A Match meningkat dengan kriteria minimal baik dalam
lembar observasi pengamatan, yaitu antara rentan 22 ≤ skor < 28,25.
b. Aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS melalui model pembelajaran kooperatif
tipe Make A Match meningkat dengan kriteria minimal baik dalam lembar
observasi pengamatan, yaitu antara rentan 19 ≤ skor < 25,25.
c. 90% siswa kelas V SDN 02 Subah mencapai ketuntasan belajar individual sebesar
>65 dalam pembelajaran IPS.
40
F. Jadwal Penelitian
No Pelaksanaan penelitian
Februari Maret April Mei1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Proposal PTK X x x x
2. Siklus I Pertemuan IPerencanaanTindakanObservasiRefleksi
Pertemuan IIPerencanaanTindakanObservasiRefleksi
xxxx
xxxx
3. Siklus II Pertemuan IPerencanaanTindakanObservasiRefleksi
Pertemuan IIPerencanaanTindakanObservasiRefleksi
xxxx
Xxxx
4. Pelaporan
G. Rencana Anggaran Biaya
Anggaran biaya dalam penelitian ini diperkirakan dengan rincian sebagai
berikut :
1) Print Naskah : Rp 50.000,00
2) Jilid buku : Rp 10.000,00
41
3) Penggandaan laporan : Rp 110.000,00
4) Lain-lain : Rp 50.000,00
Jumlah : Rp 220.000,00
H. Tim Peneliti
1. Nama : Moh Solichin
NIM : 1401409244
Jabatan : Peneliti
Lokasi penelitian : SDN Subah 02
2. Nama : Rifqi Ubaidillah
NIM : 1401409290
Jabatan : Peneliti
Lokasi penelitian : SDN Subah 02
3. Nama : Fitriyani Puji Rahayu, S.Pd
NIP : -
Jabatan : Kolaborator
Lokasi Penelitian : SDN Subah 02
j
DAFTAR PUSTAKA
Arinil. 2011. Tujuan dan Ruang Lingkup Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
SD/MI.
(Sumber : http://arinil.wordpress.com/2011/01/30/tujuan-dan-ruang-lingkup-mata-
pelajaran-ilmu-pengetahuan-sosial-sdmi/ diakses Selasa, 5 Juloi 2011 pukul 6:03)
42
Atika. 2010. Taksonomi Bloom Sebagai Tujuan Pembelajaran IPS (mencakup analisis,
tujuan, beserta contohnya).
(Sumber : http://atikatikaaziz.blogspot.com/2010/09/taksonomi-bloom-sebagai-
tujuan.html diakses Selasa, 5 Juli 2011 pukul 6:27)
Endonesa. 2009. Media Pembelajaran.
(Sumber : http://endonesa.wordpress.com/ajaran-pembelajaran/media-
pembelajaran/ diakses Selasa, 5 Juli 2011 18:45)
Hadi, Susilo dkk. 2008. Kajian Ilmu Pengetahuan Sosial. Salatiga: Widya Sari
Ischak. 2004. Pendidikan IPS di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Junaidi. 2010. Aktivitas belajar Siswa.
(Sumber : http://wawan-junaidi.blogspot.com/2010/07/aktivitas-belajar-siswa.html
diakses Selasa, 5 Juli 2011 pukul 14:08)
Krisna. 2010. Pengertian Dan Ciri-Ciri Pembelajaran.
(Sumber : http://krisna1.blog.uns.ac.id/2009/10/19/pengertian-dan-ciri-ciri-
pembelajaran/ diakses Selasa, 5 Juli 2011 pukul 10:14)
Laria, Kartika 2008. Kajian Pustaka Media Pembelajaran.
(Sumber : http://www.infoskripsi.com/Article/Kajian-Pustaka-Media-
Pembelajaran.html diakses Selasa, 5 Juli 2011 pukul 18:29)
Muhidin, Sambas Ali. 2011. Keterampilan Mengajar Guru.
(Sumber : http://sambasalim.com/pendidikan/keterampilan-mengajar-guru.html
diakses Selasa, 5 Juli 2011 pukul 13:00)
Muhidin, Sambas Ali. 2009. Kualitas Proses Pembelajaran.
(Sumber : http://sambasalim.com/pendidikan/kualitas-proses-pembelajaran.html.
diakses Selasa, 5 Juli 2011 pukul 19:29)
Pargito. 2010. Kebijakan Kurikulum IPS.
43
(Sumber : http://blog.unila.ac.id/pargito/2010/10/07/kebijakan-kurikulum-ips/
diakses Selasa, 5 Juli 2011 pukul 5:10)
Ramadhan, Tarmizi. 2010. Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match
(Sumber : http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2073915-model-
pembelajaran-kooperatif-match/#ixzz1SVBp6XbB diakses selasa, 19 juli 2011 jam
6:21)
Suciati. 2007. Belajar dan Pembelajaran 2. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sugandi, Achnad. 2005. Teori Pembelajaran. Semarang: UNNES Press.
Sutisna. 2010. Khasanah Inovasi Difusi Inovasi dan Implikasi Inovasi Terhadap
Kualitas-Pembelajaran
(Sumber : http://sutisna.com/jurnal/jurnal-kependidikan/khasanah-inovasi-difusi-
inovasi-dan-implikasi-inovasi-terhadap-kualitas-pembelajaran/ diakses Selasa, 5
Juli 2011 pukul 20:06)
Tarmizi. 2008. Pembelajaran Kooperatife “Make A Match”
(Sumber : http://tarmizi.wordpress.com/2008/12/03/pembelajaran-kooperatif-
make-a-match/ diakses Selasa, 19 juli 2011 5:59 )
Tidak ada nama penulis. 2011. Kelebihan dan Kekurangan Problem Solving.
(Sumber : http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2116421-
kelebihan-dan-kekurangan-metode-problem/#ixzz1RBXPXujC diakses Selasa, 5
Juli 2011 pukul 7:15)
Tidak ada nama penulis. 2010. Pengertian Belajar Menurut Para Ahli. (Sumber :
http://belajarpsikologi.com/pengertian-belajar-menurut-ahli/ diakses Selasa, 5 Juli
2011 pukul 9:56)
Widodo, Rachmad. 2009. Model pembelajaran Make a Match (Lorna Curran,1994)
44
(Sumber : http://wyw1d.wordpress.com/2009/11/06/model-pembelajaran-make-
a-match-lorna-curran-1994/ diakses Selasa, 19 juli 2011 Jam 6:24 )
Winataputra, Udin S. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas
Terbuka
Pedoman Penetapan Indikator Aktivitas Siswa
Dalam Pembelajaran IPS Materi Perjuangan melawan penjajahan BelandaSiswa Kelas V SDN Subah 02 melalui
Model PembelajaranMake A Match
Aktivitas SiswaLangkah
Model Pembelajaran
Make A Match
Indikator Aktivitas Siswa
dalam Model
PembelajaranMake A Match
1. Aktivitas Visual,
seperti membaca,
melihat gambar-
gambar, mengamati
demonstrasi, pameran,
atau mengamati orang
lain bekerja atau
bermain.
2. Aktivitas Lisan (oral),
seperti mengemukakan
suatu fakta atau
prinsip,
menghubungkan suatu
kejadian, mengajukan
pertanyaan, memberi
saran, mengemukakan
pendapat, wawancara,
diskusi dan interupsi.
3. Aktivitas
mendengarkan, seperti
mendengarkan
1. Guru menyiapkan
beberapa kartu yang
berisi beberapa konsep
atau topik yang cocok
untuk sesi review, satu
bagian kartu soal dan
bagian lainnya kartu
jawaban.
2. Setiap siswa
mendapatkan sebuah
kartu yang bertuliskan
soal/jawaban.
3. Tiap siswa memikirkan
jawaban/soal dari kartu
yang dipegang.
4. Setiap siswa mencari
pasangan kartu yang
cocok dengan kartunya.
Misalnya: pemegang
kartu yang bertuliskan
nama pahlawan akan
1. Mempersiapkan diri dalam
memnerima pelajaran
(aktivitas emosional)
2. Memperhatikan penjelasan
guru tentang materi
perjuangan melawan
penjajahan belanda
(aktivitas mendengarkan)
3. Mengamati gambar tokoh
pejuang pada masa
penjajahan Belanda yang
ditampilkan (aktivitas
melihat)
4. Aktif bertanya dan
menjawab pertanyaan
tentang materi perjuangan
melawan penjajahan
belanda (aktivitas lisan)
5. Aktif dalam kegitan
pembelajaran berkelompok,
yaitu mencari pasangan
45
penyajian bahan,
mendengarkan
percakapan atau
diskusi kelompok,
mendengarkan suatu
diskusi.
4. Aktivitas menulis,
seperti menulis cerita,
menulis laporan,
memeriksa karangan,
membuat rangkuman,
mengerjakan tes dan
mengisi angket.
5. Aktivitas menggambar,
seperti menggambar,
membuat grafik, peta,
diagram.
6. Aktivitas Metrik,
seperti melakukan
percobaan,
melaksanakan
pameran, membuat
model,
menyelenggarakan
pameran, menari dan
berkebun
7. Aktivitas Mental,
seperti mengingat,
memecahkan soal,
menganalisa,
menanggapi,
mengambil keputusan
8. Aktivitas emosional,
seperti menaruh minat,
berpasangan dengan
gambar pahlawan tersebut
5. Setiap siswa yang dapat
mencocokkan kartunya
sebelum batas waktu
diberi poin.
6. Jika siswa tidak dapat
mencocokkan kartunya
dengan kartu temannya
(tidak dapat menemukan
kartu soal atau kartu
jawaban) akan
mendapatkan hukuman,
yang telah disepakati
bersama.
7. Setelah satu babak, kartu
dikocok lagi agar tiap
siswa mendapat kartu
yang berbeda dari
sebelumnya, demikian
seterusnya.
8. Siswa juga bisa
bergabung dengan 2 atau
3 siswa lainnya yang
memegang kartu yang
cocok.
9. Guru bersama-sama
dengan siswa membuat
kesimpulan terhadap
materi pelajaran.
kartu yang dipegang
(aktivitas visual, lisan,
mendengarkan, mental,
emosional)
6. Membacakan jawaban
sesuai dengankartu yang
dipengangnya di depan
kelas(aktivitas lisan,
emosional)
7. Memberikan tanggapan
terhadap jawabandariteman
lain (aktivitas lisan dan
mental)
46
gembira, merasa bosan,
berani, tenang, gugup.
Pedoman Penetapan Indikator Keterampilan Guru
Dalam Pembelajaran IPS Materi perjuangan melawan penjajahan Belanda Siswa Kelas V
SDN Subah 02 melalui Model Pembelajaran Make A Match
Keterampilan Guru
Langkah
Model Pembelajaran
Make A Match
Indikator Keterampilan Guru
dalam Model Pembelajaran
Make A Match
1. Keterampilan
membuka
pelajaran dan
menutup
pelajaran
2. Keterampilan
bertanya
3. Keterampilan
memberi
penguatan
4. Keterampilan
mengadakan
variasi
5. Keterampilan
menjelaskan
6. Keterampilan
membimbing
diskusi kelompok
kecil
7. Keterampilan
mengajar
1. Guru menyiapkan
beberapa kartu yang
berisi beberapa konsep
atau topik yang cocok
untuk sesi review, satu
bagian kartu soal dan
bagian lainnya kartu
jawaban.
2. Setiap siswa
mendapatkan sebuah
kartu yang bertuliskan
soal/jawaban.
3. Tiap siswa memikirkan
jawaban/soal dari kartu
yang dipegang.
4. Setiap siswa mencari
pasangan kartu yang
cocok dengan kartunya.
Misalnya: pemegang
kartu yang bertuliskan
nama pahlawan akan
1. Mempersipakan siswa untuk
mengikuti pelajaran
( ketrampilan membuka
pelajaran )
2. Melakukan apersepsi sesuai
dengan materi (ketrampilan
membuka pelajaran)
3. Menyampaikan tujuan
pembelajaran(keterampilan
membuka pelajaran)
4. Menggunakan media
pembelajarn berupa kartu
gambar tokoh pahlawan
5. Menjelaskan materi
perjuangan melawan
penjajahan Belanda kepada
siswa(keterampilan
menjelaskan)
6. Melakukan Tanya jawab
dengan siswa perjuangan
melawan penjajahan Belanda
47
kelompok kecil
dan perorangan
8. Keterampilan
mengelola melas
berpasangan dengan
gambar pahlawan
tersebut.
5. Setiap siswa yang dapat
mencocokkan kartunya
sebelum batas waktu
diberi poin.
6. Jika siswa tidak dapat
mencocokkan kartunya
dengan kartu temannya
(tidak dapat menemukan
kartu soal atau kartu
jawaban) akan
mendapatkan hukuman,
yang telah disepakati
bersama.
7. Setelah satu babak, kartu
dikocok lagi agar tiap
siswa mendapat kartu
yang berbeda dari
sebelumnya, demikian
seterusnya.
8. Siswa juga bisa
bergabung dengan 2 atau
3 siswa lainnya yang
memegang kartu yang
cocok.
9. Guru bersama-sama
dengan siswa membuat
kesimpulan terhadap
materi pelajaran.
( Ketrampilanbertanya)
7. Mengkondisikan siswa
menjadi 3 kelompok, yaitu
kelompok penanya,
penjawab, dan peniai
(Ketrampilan mengelola
kelas)
8. Membimbing diskusi siswa
dalam mencari kartu jawaban
yang sesuai dengankartu
yang dipegang(ketrmpilan
membimbing diskusi
kelompok)
9. Memberikan penguatan
kepada siswa/kelompok yang
berhasil melaksanakan
tuganya (Ketrampilan
member penguatan)
10. Menutup pelajaran
( Ketrmpilan menutup
pelajaran )
48
Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Judul :
Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make
A Match pada Siswa Kelas V SD Negeri Subah 02
No Variabel Kriteria Sumber Data
Alat/Instrumen
Pengumpul
Data
1. Aktifitas siswa
dalam
pembelajaran
kooperatif tipe
Make A Match
1. Siap mengikuti proses
pembelajaran
2. Memperhatikan
penjelasan guru tentang
materi perjuangan
melawan penjajahan
Belanda (aktivitas
mendengarkan)
3. Mengamati
gambartokoh pahlawan
yang ditampilkan
(aktivitas melihat)
4. Aktif bertanya dan
menjawab pertanyaan
tentang materi
perjuangan melawan
penjajahan Belanda
(aktivitas lisan)
5. Aktif dalam kegitan
pembelajaran
berkelompok, yaitu
1. Siswa
2. Data
dokumen
( fotodan
video
kegiatan
siswa dalam
pembelajaran
IPS melalui
model
pembelajaran
kooperatif
tipe Make A
Match )
1. Lembar
observasi
2. Catatan
lapangan
3. Alat doku-
mentasi
(kamera
dan video)
49
mencari pasangan kartu
yang dipegang
(aktivitas visual, lisan,
mendengarkan, mental,
emosional)
6. Membacakan jawaban
sesuai dengan kartu
yang dipengangnya di
depan kelas(aktivitas
lisan, emosional)
7. Memberikan tanggapan
terhadap jawaban
dariteman lain
(aktivitas lisan dan
mental)
2. Keterampilan
guru dalam
pembelajaran
kooperatif
Make A Match
1. Mempersipakan siswa
untuk mengikuti pelajaran
2. Melakukan apersepsi
sesuai dengan materi
(ketrampilan membuka
pelajaran)
3. Menyampaikan tujuan
pembelajaran
(keterampilan membuka
pelajaran)
4. Menggunakan media
pembelajarn berupa kartu
gambar tokoh pahlawan
5. Menjelaskan materi
perjuangan melawan
penjajahan Belanda
kepada siswa
1. Guru
2. Data
dokumen
( foto dan
video
kegiatan
siswa dalam
pembelajaran
IPS melalui
model
pembelajaran
kooperatif
tipe Make A
Match
1. Lembar
observasi
2. Catatan
lapangan
3. Alat doku-
mentasi
(kamera
dan video)
50
(keterampilan
menjelaskan)
6. Melakukan Tanya jawab
dengan siswa mengenai
perjuangan melawan
penjajahan Belanda
( Ketrampilan bertanya)
7. Mengkondisikan siswa
menjadi 3 kelompok, yaitu
kelompok penanya,
penjawab, dan peniai
(Ketrampilan mengelola
kelas)
8. Membimbing diskus
isiswa dalam mencari
kartu jawaban yang sesuai
dengan kartu yang
dipegang (ketrmpilan
membimbing diskusi
kelompok)
9. Memberikan penguatan
kepada siswa/kelompok
yang berhasil
melaksanakan tuganya
(Ketrampilan member
penguatan)
10. Menutup pelajaran
( Ketrmpilan menutup
pelajaran )
3. Hasil belajar
IPS melalui
model
1. Mengeidentifikasi tokoh
pejuang pada masa
penjajahan Belanda melalui
-Daftar hasil
belajar siswa
-Tes tertulis
-Tes unjuk kerja
51
pembelajaran
kooperatif tipe
Make A Match
gambar.
2. Menjelaskan perjuangan
yang dilakukan tokoh
pejuang masa penjajahan
Belanda,
3. Keaktifan siswa dalam
pembelajaran kelompok,
yaitu mencari pasngan kartu
yang di pegang,
4. Ketepatan siswa dalam
mencocokan kartu jawaban,
5. kecepatan siswa dalam
mencari dan mencocokan
kartu jawaban yang di
pegangnya, dan,
6. menentukan sikap atau
tindakan yang harus
dilakukan untuk
menghargai jasa para
pejuang masa penjajahan
Belanda.
52
Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa
Dalam Pembelajaran IPS Materi perjuangan melawan penjajahan Belanda Siswa Kelas V
SDN Subah 02 melalui Model PembelajaranMake A Match
Pertemuan...........Siklus...............
Nama Siswa :.....................
Nama SD : SDN Subah 02
Kelas/Semester :
Hari/Tanggal : ............/.............
Petunjuk : Berilah tanda check (√) pada kolom tingkat kemampuan yang sesuai
dengan indikator pengamatan!
No Indikator
Tingkat
Kemampuan Jumlah
1 2 3 4
1. Mempersiapkan diri dalam memnerima pelajaran
(aktivitas emosional)
2.Memperhatikan penjelasan guru tentang materi
perjuangan melawan penjajahan belanda (aktivitas
mendengarkan)
3.Mengamati gambar tokoh pejuang pada masa
penjajahan Belanda yang ditampilkan (aktivitas
melihat)
4.Aktif bertanya dan menjawab pertanyaan tentang materi
perjuangan melawan penjajahan belanda (aktivitas
lisan)
53
5.Aktif dalam kegitan pembelajaran berkelompok, yaitu
mencari pasangan kartu yang dipegang (aktivitas visual,
lisan, mendengarkan, mental, emosional)
6. Membacakan jawaban sesuai dengankartu yang
dipengangnya di depan kelas(aktivitas lisan, emosional)
7. Memberikan tanggapan terhadap jawabandariteman lain
(aktivitas lisan dan mental)
Jumlah skor
Jumlah skor = ............... Kategori = .....................
Kriteria penilaian: Skor maksimal (T) : 28Skor minimal (R) : 7Banyaknya skor (n) : ?
n = (T - R) + 1 = (28-7) + 1 = 22
Nilai Qi = letak Qi + (R-1)
Letak Q1 = 14
(n + 2) = 14
(25 + 2) = 6,75
Nilai Q1 = letak Q1 + (R-1) = 6,75 + (7-1) = 12,75
Jadi nilai Q1 adalah 12,75
Letak Q2 = 24
( n + 1 ) = 24
(25 + 1) = 13
Nilai Q2 = letak Q2 + (R-1) = 13 + (7-1) = 19
Jadi nilai Q2 adalah 19
Letak Q3= 14
( 3n + 2) = 14
(3. 25+ 2) = 19,25
Nilai Q3 = letak Q3 + (R-1) = 19,25+ (7-1) = 25,25Jadi nilai Q3 adalah 25,25Nilai Q4 = Nilai maksimal (T), Jadi Q4 = 28
54
Kriteria Keaktifan Siswa Kategori Nilai
25,25≤ skor ≤ 28 Sangat baik A
19 ≤ skor <25,25 Baik B
12,75≤ skor < 19 Cukup C
7 ≤ skor <12,75 Kurang D
Batang, ……................
Observer
Deskriptor Pengamatan Aktivitas Siswa
Dalam Pembelajaran IPS Materi Perjuangan Melawan Penjajah Belanda Siswa Kelas V SDN
Subah 02 melalui Model Pembelajaran Make A Match
No Indikator Kurang (1) Cukup (2) Baik (3) Sangat Baik (4)
1. Mempersiapkan
diri dalam
memnerima
mpelajaran
(aktivitas
emosional)
Sudah di dalam
kelas tapi belum
menempati
tempat duduk
Sudah di
dalam kelas,
menempati
tempat
duduk,
tapitidak
membawa
peralatan
belajar
lengkap
Sudah di dalam
kelas, menempati
tempat duduk dan
membawa
peralatan belajar
lengkap, tapi
belum meng-
eluarkan alat tulis
Sudah di dalam
kelas, menempati
tempat duduk,
membawa
peralatan belajar
yang lengkap dan
sudah mengeluar-
kan alat tulis
2 Memperhatikan
penjelasan guru
tentang materi
perjuangan
melawan
penjajahan belanda
(aktivitas
mendengarkan)
Memperhati-kan
penjelasan guru
namun kurang
konsentrasi
Memperhatik
an penjelasan
guru dengan
konsentrasi,
namun
kurang
tenang
Memperhatikan
penjelasan guru
dengan
konsentrasi,
tenang tap
idengan sikap
duduk yang
kurang baik
Memperhatikan
penjelasan guru
dengan
konsentrasi,
tenang dan sikap
duduk yang baik
55
3 Mengamati gambar
tokoh pejuang
pada masa
penjajahan
Belanda yang
ditampilkan
(aktivitas melihat)
Mengama ti
gambar namun
kurang
konsentrasi
Mengamati
gambar
dengan
konsentrasi
namun
kurang
tenang
Mengamati
gambar dengan
konsentrasi,
tenang namun
dengan sikap
duduk kurang
baik
Mengamati
gambar dengan
konsentrasi,
tenang dan sikap
duduk yang baik
4 Aktif bertanya dan
menjawab
pertanyaan tentang
materi perjuangan
melawan
penjajahan
Belanda (aktivitas
lisan)
Tidak bertanya
atau menjawab
sama sekali
Bertanya
atau
menjawab
sebanyak 1x
Bertanya atau
menjawab
sebanyak 2x
Bertanya atau
menjawab
sebanyak 3x
5 Aktif dalam
kegiatan
pembelajaran
berkelompok, yaitu
mencari pasangan
kartu yang
dipegang (aktivitas
visual, lisan,
mendengarkan,
mental, emosional)
Menunjukkan
kerja sama yang
kompak
Menunjukkan
kerja sama
yang
kompak,
Saling
membantu
dan berperan
serta dalam
mencocokkan
kartu
Menunjukkan
kerja sama yang
kompak, Saling
membantu dan
berperan serta
dalam
mencocokkan
kartu, Tidak
bekerja sendiri
Menunjukkan
kerja sama yang
kompak, Saling
membantu dan
berperan serta
dalam
mencocokkan
kartu, Tidak
bekerja sendiri,
Siswa mau
bekerjasama jika
disuruh gurunya
6 Membacakan Membacakan Membacakan Membacakan Membacakan
56
jawaban sesuai
dengan kartu yang
dipengangnya di
depan
kelas(aktivitas
lisan, emosional)
jawaban sesuai
dengan kartu
jawaban
sesuai dengan
kartu, jelas
jawaban sesuai
dengan kartu,
jelas, isinya
sesaui dengan
permasalahan
jawaban sesuai
dengan kartu,
jelas, isinya
sesaui dengan
permasalahan,
intonasinya jelas
7 Memberikan
tanggapan terhadap
jawaban dari
teman lain
(aktivitas lisan dan
mental)
Tidak
memberikan
tanggapan sama
sekali
Memberikan
tanggapan
sebanyak 1x
Memberikan
tanggapan
sebanyak 2x,
memberikan
kritik dan saran,
Memberikan
tanggapan
sebanyak 2x,
memberikan
kritik dan saran,
membacakan
hasil
tanggapannya di
depan kelas
57
Angket Respon Siswa Terhadap Pembelajaran IPS Materi Perjuangan Melawan Penjajahan Belanda Siswa Kelas V SDN Subah 02 melalui
Model Pembelajaran Make A MatchSiklus ……………..
Nama Siswa : …………………………………….
Nama SD : SDN Subah 02
Kelas :
Materi :
Hari/Tanggal : …………………………………….
Petunjuk : Berilah tanda cek (√) pada kolom yang sesuai dengan pilihanmu!
No PertanyaanJawaban
Ya Tidak
1. Apakah pembelajaran yang dilaksanakan tadi menarik?
2. Apakah kalian pernah belajar Pendidikan IPS dengan
pembelajaran yang Ibu/Bapak berikan tadi?
3. Apakah pembelajaran tadi membuat kalian tertarik sehingga
pelajaran menjadi mudah dipahami?
4. Apakah ada kesulitan saat pembelajaran berlangsung?
58
5. Apakah kalian bersedia jik adiajar seperti pembelajaran tadi?
Batang,………………
Observer,
(………………….)
Catatan Lapangan
Terhadap Pembelajaran IPS Materi Perjuangan Melawan Penjajahn Belanda Siswa
Kelas V SDN Subah 02 melalui Model Pembelajaran Make A Match
Pertemuan……..Siklus ……
Ruang Kelas :
Nama Guru : …………………………………..
Hari/Tanggal : …………………………………….
Pukul : …………………………………….
Petunjuk : Catatlah secara singkat hal-hal yang terjadi selama pembelajaran Pendidikan
IPS melalui Model Pembelajaran Make A Match
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
……………
Batang, ……….......
59
Observer,
(…………………………)
LEMBAR PENGAMATAN AKTIVITAS SISWA
PADA PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH
Siklus.........................
Nama Siswa :
Nama SD : SDN Subah 02
Kelas/semester :
Materi :
Hari/tanggal :
Petunjuk : Berilah tanda check (√) pada kolom tingkat kemampuan yang sesuai
dengan indikator pengamatan!
No Indikator
Tingkat
Kemampuan Jumlah
1 2 3 4
1. Mempersipakan siswa untuk mengikuti pelajaran
2. Melakukan apersepsi sesuai dengan materi
(ketrampilan membuka pelajaran)
3.1. Menyampaikan tujuan pembelajaran (keterampilan
membuka pelajaran)
4. Menggunakan media pembelajarn berupa kartu
gambar tokoh pahlawan
5. Menjelaskan materi perjuangan melawan penjajahan
Belanda kepada siswa (keterampilan menjelaskan)
60
6.
Melakukan Tanya jawab dengan siswa mengenai
perjuangan melawan penjajahan Belanda
(Ketrampilan bertanya)
7. Mengkondisikan siswa menjadi 3 kelompok, yaitu
kelompok penanya, penjawab, dan peniai
(Ketrampilan mengelola kelas)8.1. Membimbing diskus isiswa dalam mencari kartu
jawaban yang sesuai dengan kartu yang dipegang
(ketrmpilan membimbing diskusi kelompok)
9.
1. Memberikan penguatan kepada siswa/kelompok yang
berhasil melaksanakan tuganya (Ketrampilan member
penguatan)
10. Menutup pelajaran
Jumlah skor
Jumlah skor = ............... Kategori = .....................
Kriteria penilaian: Skor maksimal (T) : 40Skor minimal (R) : 10Banyaknya skor (n) : ?
n = (T - R) + 1 = (40-10) + 1 = 31
Nilai Qi = letak Qi + (R-1)
Letak Q1 = 14
(n + 2) = 14
(25 + 2) = 8
Nilai Q1 = letak Q1 + (R-1) = 8 + (10-1) = 17
Jadi nilai Q1 adalah 17
Letak Q2 = 24
( n + 1 ) = 24
(25 + 1) = 13
Nilai Q2 = letak Q2 + (R-1) = 13 + (10-1) = 22
Jadi nilai Q2 adalah 22
Letak Q3= 14
( 3n + 2) = 14
(3. 25 + 2) = 19,25
Nilai Q3 = letak Q3 + (R-1) = 19,25+ (10-1) = 28,25Jadi nilai Q3 adalah 28,25
Nilai Q4 = Nilai maksimal (T), Jadi Q4
= 40
61
Kriteria Keaktifan Siswa Kategori Nilai
28,25 ≤ skor ≤ 40 Sangat baik A
22 ≤ skor <28,25 Baik B
17 ≤ skor <22 Cukup C
8 ≤ skor <17 Kurang D
Batang, ……................
Observer
(………………………….)
62
Deskriptor Pengamatan Keterampilan Guru
Dalam Pembelajaran IPS Materi Perjuangan Melawan Penjajahn Belanda Siswa Kelas
V SDN Subah 02 melalui Model Pembelajaran Make A Match
No Indikator Kurang (1) Cukup (2) Baik (3) Sangat Baik (4)
1. Mempersipakan
siswa untuk
mengikuti pelajaran
Memimpin
doa
Memimpin
doa,melakukan
presensi
Memimpin
doa,melakukan
presensi,
pegaturan
tempat duduk
Memimpin
doa,melakukan
presensi, pegaturan
tempat duduk,
danmenyiapkanruan
gdanperalatan
2 Menyampaikan
tujuan pembelajaran
(keterampilan
membuka pelajaran)
Tidak
menyampaik
an tujuan
pembelajaran
Menyampai-
kan tujuan
pembelajaran
dengan tidak
begitu jela
s dan tidak
ditulis di papan
tulis
Menyampai-kan
tujuan
pembelajaran
dengan jelas
tetapi tidak
ditulis di papan
tulis
Menyampai-kan
tujuan pembelajaran
dengan jelas dan
ditulis di papan tulis
3 Melakukan
apersepsi sesuai
dengan materi
Tidak
melakukan
apersepsi
Melakukan
apersepsi
tetapi tidak
Melakukan
apersepsi
relevan dengan
Melakukan apersepsi
relevan dengan
materi dan dikaitkan
63
(keterampilan
membuka pelajaran)
relevan dengan
materi
materi, tidak
dikaitkan
dengan materi
sebelumnya
dengan materi
sebelumnya
4 Menjelaskan materi
perjuangan melawan
penjajahan Belanda
kepada siswa
Menyampaik
an materi
relevan
Menyampaika
n materi
relevan, sesuai
dengan
indicator
Menyampaikan
materi relevan,
sesuai dengan
indicator, sesuai
sasaran
Menyampaikan
materi relevan,
sesuai dengan
indicator, sesuai
sasaran, dan mudah
dipahami siswa
5 Menggunakan media
pembelajaran berupa
kartu gambar tokoh
pahlwan perjuangan
melawan Belanda
Isi kartu
gambar
sesuai dengan
tujuann
Isi kartu
gambar sesuai
dengan
tujuann,
menarik,
Isi kartu gambar
sesuai dengan
tujuann,
menarik, mudah
diingat
Isi kartu gambar
sesuai dengan
tujuan, menarik,
mudah diingat dand
ipahami olehsiswa
6 Melakukan Tanya
jawab dengan siswa
Mengenai materi
perjuangan
penjajahan Belanda
yang ditampilkan
(aktivitas melihat)
Tidak
melakukan
Tanya jawab
Melakukan
Tanya jawab
yang tidak
relevan dengan
materi,
Melakukan
Tanya jawab
yang relevan
dengan materi,
tidak disertai
pengarahan
Melakukan Tanya
jawab yang relevan
denganmateri, dan
disertai pengarahan
7 Mengkondisikan
siswa menjadi 3
kelompok, yaitu
kelompok penanya,
penjawab, danpeniai
Membagi
kelompok
Membagi
kelompok dan
mengatur
tempat duduk
Membagi
kelompok dan
mengatur tempat
duduk,
berkeliling
membimbing
kerja siswa
Membagi kelompok
dan mengatur tempat
duduk serta
berkeliling
membimbing kerja
siswa, membagi
kelompok heterogen
64
8. Membimbing
diskusi siswa dalam
mencari kartu
jawaban yang sesuai
dengan kartu yang
dipegang
Hanya
membimbing
1 kelompok
saja
Hanya
membimbing 2
kelompok saja
Membimbing
semua
kelompok
(kelompok
penanya,
penjawab,
danpenilai),
tetapi tidak
member
kesempatan
untuk bertanya
Membimbing semua
kelompok
(kelompok penanya,
penjawab,
danpenilai), member
kesempatan siswa
untuk bertanya
9. Memberikan
penguatan kepada
siswa/kelompok
yang berhasil
melaksanakan
tugasnya
Tidak
member
penguatan
Memberi
penguatan
kepada siswa 1
x
Memberi
penguatan
kepada siswa 2
x, dengan kata
pujian
Memberi penguatan
kepada siswa lebih
dari 2 x, dengan kata
pujian, symbol
penghargaan
10. Menutup pelajaran Menyimpulk-
an pelajaran
Menyimpulkan
pelajaran,
melaksanakan
evaluasi
Menyimpulkan
pelajaran,
melaksanakan
Evaluasi dengan
menggunakan
rubric
penilaian
Menyimpulkan
pelajaran,
kmelaksanakan
Evaluasi dengan
menggunakan rubric
Penilaian dan
melakukan refleksi
65