PTK IPS

69
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi pembelajaran IPS di negara kita sampai saat ini masih banyak diwarnai dengan menggunakan model pembelajaran konvensional yaitu ceramah. Metode ceramah itu lebih menitikberatkan guru sebagai pusat informasi atau guru hanya menyalurkan ilmu saja kepada siswanya (teacher centre), sedangkan siswa hanya sebagai pendengar setia saja. Ditambah lagi guru sering menugaskan siswa untuk menghapal atau menulis (mencatat) semua materi dalam pembelajaran IPS. Pada akhirnya sering kali kita mendengar bahwa pelajaran IPS itu sangat membosankan, jenuh bahkan siswa menjadi pasif dalam proses pembelajaran berlangsung. Siswa tidak antusias dalam proses pembelajaran tersebut, yang berdampak tidak berhasilnya siswa dalam pembelajaran IPS. Oleh karena itu, keberhasilan dalam proses belajar mengajar dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam menggunakan strategi, metode dan teknik belajar serta kreativitas guru dalam menggunakan metode- metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang

Transcript of PTK IPS

Page 1: PTK IPS

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kondisi pembelajaran IPS di negara kita sampai saat ini masih banyak

diwarnai dengan menggunakan model pembelajaran konvensional yaitu

ceramah. Metode ceramah itu lebih menitikberatkan guru sebagai pusat

informasi atau guru hanya menyalurkan ilmu saja kepada siswanya (teacher

centre), sedangkan siswa hanya sebagai pendengar setia saja. Ditambah lagi

guru sering menugaskan siswa untuk menghapal atau menulis (mencatat)

semua materi dalam pembelajaran IPS.

Pada akhirnya sering kali kita mendengar bahwa pelajaran IPS itu

sangat membosankan, jenuh bahkan siswa menjadi pasif dalam proses

pembelajaran berlangsung. Siswa tidak antusias dalam proses pembelajaran

tersebut, yang berdampak tidak berhasilnya siswa dalam pembelajaran IPS.

Oleh karena itu, keberhasilan dalam proses belajar mengajar dipengaruhi oleh

kemampuan guru dalam menggunakan strategi, metode dan teknik belajar

serta kreativitas guru dalam menggunakan metode-metode pembelajaran yang

sesuai dengan materi yang akan disampaikan oleh guru selama proses

pembelajaran.

Salah satu faktor penentu keberhasilan dari proses pembelajaran adalah

faktor kemampuan guru dalam merencanakan dan melaksanakan

pembelajaran. Proses pembelajaran yang efektif tidak dapat muncul dengan

sendirinya, tetapi guru harus mampu menciptakan pembelajaran yang

memungkinkan siswa dapat mencapai kompetensi tertentu yang telah

ditetapkan. Guru sebagai fasilitator bertugas sebagai pengelola pembelajaran

(instruktur/pengajar) sekaligus sebagai pengelola kelas (manager). Menurut

Wright (dalam Suciati, 2005 : 5.17), di samping bertugas mengelola

pembelajaan, guru dituntut menguasai materi pembelajaran sekaligus

Page 2: PTK IPS

menyajikan secara tepat, sehingga materi pembelajaran dapat dipahami siswa

dan kompetensi pembelajaran dapat tercapai.

Tingkat keberhasilan pembelajaran serta penguasaan materi yang

diajarkan guru dapat kita ketahui melalui nilai yang diperoleh siswa dalam

kegiatan evaluasi pembelajaran. Dari hasil evaluasi inilah seorang guru akan

menentukan tindak lanjut dari pembelajaran tersebut, apakah proses dan hasil

pembelajaran tersebut dilakukan pengayaan ataukah perbaikan. Perbaikan

akan dilakukan oleh seorang guru apabila hasil evaluasi yang diperoleh siswa

masih rendah.

Keberhasilan pembelajaran IPS konsep jual beli di kelas III SD

Negeri 2 Serayukaranganyar antara lain ditunjukkan dengan dikuasainya

materi pembelajan oleh siswa. Ketercapaian proses pembelajaran tersebut

dapat diukur dengan tes hasil belajar. Hasil test awal sebagai temuan awal

dari jumlah siswa kelas III sebanyak 20 siswa baru 7 orang siswa saja atau 35

% yang mempunyai nilai 7,00 ke atas. Batas ketuntasan minimal (KKM IPS

di SD Negeri 2 Serayukaranganyar adalah 7,00). Menyadari adanya

kesenjangan antara kenyataan pencapaian tujuan dengan harapan yang

dituangkan dalam tujuan pembelajaran, peneliti merasakan adanya masalah

yang menghambat keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran tersebut.

Sadar akan adanya masalah dan bercermin dari pelaksanaan pembelajaran

yang telah dilaksanakan dengan gambaran ideal tentang pembelajaran yang

semestinya, maka selanjutnya peneliti merefleksi hal-hal yang kurang untuk

kemudian mengidentifikasi masalah yang ada. Hasil identifiasi dalam refleksi

tersebut akan ditindaklanjuti dalam kegiatan perbaikan pembelajaran melalui

penelitian tindakan kelas (PTK).

Berawal dari rekaman proses pembelajaran dan hasil belajar tersebut,

peneliti minta bantuan dosen pembimbing guna mengidentifikasi kekurangan

dari pembelajaran yang telah peneliti laksanakan. Dari hasil diskusi dengan

dosen pembimbing terungkap adanya masalah yang terjadi dalam

pembelajaran, yaitu:

Page 3: PTK IPS

1. Pemahaman siswa terhadap konsep yang diajarkan rendah.

2. Siswa kurang berminat dalam belajar.

Berdasarkan masalah yang telah terindentifikasi tersebut, peneliti

mencoba melakukan analisis masalah, berdiskusi dengan teman sejawat dan

dosen pembimbing serta bertanya kepada siswa tentang pembelajaran yang

telah peneliti laksanakan selama ini. Dari rangkaian proses tersebut, akhirnya

dapat dianalisis beberapa kemungkinan yang menjadi faktor penyebab

rendahnya hasil belajar siswa antara lain adalah: (1) model pembelajaran

yang dipilih guru terlalu didominasi oleh metode ceramah, sehingga

menyebabkan abstraksi konsep; (2) guru menjelaskan terlalu cepat; (3) guru

kurang memberikan contoh konkret yang mudah dipahami oleh siswa; (4)

guru tidak memberi kesempatan bertanya kepada siswa; (5) guru kurang

menggali potensi dan rasa ingin tahu dalam diri siswa; (6) guru kurang

memperhatian kognitif siswa; dan (7) guru tidak menggunakan peraga,

sehingga konsep yang diberikan terlalu abstrak.

Berangkat dari akar masalah tersebut atas saran dosen pembimbing,

peneliti memilih alternatif pemecahan masalah melalui penerapan metode

bermain peran (role playing) dengan mengoptimalkan penggunaan peraga

gambar. Melalui model pembelajaran ini diharapkan:

1. Siswa memperoleh pengalaman belajar yang nyata tentang

konsep jual beli.

Siswa dapat memperoleh pengalaman belajarnya sendiri tentang konsep

jual beli.

Hal tersebut mengingatkan kita, bagaimana seharusnya siswa belajar.

Janganlah siswa hanya mendengar ceramah saja dari gurunya, karena mudah

lupa dan terlupakan. Siswa diharuskan lebih aktif dan ikut terlibat langsung

dalam proses belajar mengajar IPS pada khususnya (student centre). Agar

pembelajaran tersebut lebih bermakna bagi siswa.

Page 4: PTK IPS

Apalagi sekarang ini dunia pendidikan disuguhkan dengan adanya

berbagai macam strategi, metode dan teknik pembelajaran. Adapun Metode-

metode pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut: (1) Lesson Study, (2)

Examples Non Examples, (3) Picture and Picture, (4) Numbered Heads

Together, (5) Cooperative Script, (6) Pembelajaran Berdasarkan Masalah, (7)

Explicit Instruction (Pengajaran Langsung), (8) Inside-Outside-Circle

(Lingkaran kecil-Lingkaran besar), (9) Cooperative Integrated Reading and

Composition (CIRC), (10) Student Facilitator and Explaining, (11) Course

Review Horay, (12) Talking Stick, (13) Bertukar Pasangan, (14) Snowball

Throwing, (15) Artikulasi, (16) Mind Mapping, (17) Student Teams –

Achievement Divisions (STAD), (18) Kepala Bernomor Struktur (Modifikasi

dari Number Heads), (19) Scramble, (20) Word Square, (21) Kartu Arisan,

(22) Concept Sentence, (23) Make-A Match (Mencari Pasangan), (24) Take

and Give, (25) Tebak Kata, (26) Metode Diskusi, (27) Metode Jigsaw, (28)

Metode Investigasi Kelompok (Group Investigation), (29) Metode Inquiry,

(30) Metode Debat, (31) Metode bermain peran (role playing), (32) Metode

Pemecahan Masalah (Problem Solving), (33) Metode Team Games

Tournament(TGT), dan lain-lain. (Dikutip dari www.google.com learning-

withme. blogspot.com/2011/09/pembelajaran.html - 91k).

Dari banyaknya metode pembelajaran tersebut, maka guru dapat

memilih strategi, metode dan teknik belajar itu dengan leluasa, dan dapat

menggunakannya sesuai dengan materi yang akan disampaikan kepada siswa

dalam pembelajaran IPS. Sehingga diharapkan tujuan pendidikan nasional,

Page 5: PTK IPS

tujuan institusional, tujuan kurikuler maupun tujuan kompetensi dasar dapat

tercapai dengan maksimal sesuai dengan yang diharapkan. Dan kegiatan

belajar mengajar merupakan kegiatan yang utama untuk mencapai tujuan

pendidikan nasional.

Untuk itu, agar siswa tertarik pada mata pelajaran IPS serta mampu

mengaplikasikannya. Diperlukan suatu metode pembelajaran IPS yang

berbeda dalam kegiatan proses belajar mengajarnya, yakni yang lebih

interaktif, tidak monoton, memberikan keleluasaan berfikir pada siswa serta

siswa ikut terlibat langsung dalam proses belajar mengajarnya. Agar proses

pembelajaran bagi siswa menjadi bermakna. Pembelajaran yang dapat

melibatkan siswa secara langsung dalam proses belajar mengajar adalah

pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centre). Guru tidak hanya

berperan sebagai penyampai informasi saja, tetapi sebagai fasilitator,

motivator dan pembimbing yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengembangkan pola fikirnya dan kemampuan dasarnya. Salah satu alternatif

pembelajaran yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran IPS pada topik

kegiatan jual beli di kelas III adalah dengan menggunakan metode bermain

peran (role playing). Metode ini dapat menggali kemampuan siswa dalam

kerjasama, komunikatif, sosialisasi dan dapat menginterpretasikan suatu

kejadian.

Menurut Mansyur yang dikutip oleh Sagala (2007:213) kebaikan-

kebaikan metode bermain peran (role playing) antara lain: (a) siswa melatih

dirinya untuk melatih, memahami, dan mengingat isi bahan yang akan di

Page 6: PTK IPS

perankan. Sebagai pemain harus memahami, menghayati isi cerita secara

keseluruhan, terutama untuk materi yang harus diperankannya. Dengan

demikian daya ingatan siswa harus tajam dan tahan lama, (b) siswa akan

terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif. Pada waktu bermain para pemain

dituntut untuk mengemukakan pendapatnya sesuai dengan waktu yang

tersedia, (c) bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga

memungkinkan akan muncul atau tumbuh bibit seni peran dari sekolah, (d)

kerjasama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaik-baiknya,

(e) siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung

jawab dengan sesamanya, (f) bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa

yang baik agar mudah dipahami orang lain.

Kelemahan metode bermain peran (role playing) antara lain: (a)

sebagian besar anak yang tidak ikut bermain peran mereka menjadi kurang

kreatif, (b) banyak memakan waktu, baik waktu persiapan dalam rangka

pemahaman isi bahan pelajaran maupun pada pelaksanaan pertunjukkan, (c)

memerlukan tempat yang cukup luas, jika tempat bermain sempit menjadi

kurang bebas, (d) sering kelas lain terganggu oleh suara para pemain, dan lain-

lain.

Oleh karena itu, dalam memberikan materi pembelajaran IPS guru harus

pandai-pandai memilah dan memilih metode yang akan digunakan harus

disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan. Penyampaian materi yang

menggunakan metode bermain peran (role playing) diharapkan dapat

melibatkan siswa dan menarik minat siswa sehingga memudahkan siswa

Page 7: PTK IPS

dalam memahami materi pelajaran serta dapat meningkatkan hasil belajar

siswa. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian terhadap pengaruh metode bermain peran (role playing) untuk

meningkatkan hasil belajar siswa SD. Maka penelitian ini diberi judul :

”Penggunaan Metode Bermain Peran (Role Playing) untuk Meningkatkan

Hasil Belajar Siswa SD Kelas III Pada Topik Memahami Lingkungan dan

Melaksanakan Kerjasama di Sekitar Rumah dalam Pembelajaran IPS”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di atas,

secara umum permasalahan penelitian ini adalah bagaimana meningkatkan

hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS di kelas III SDN 02

Serayukaranganyar Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga dengan

menggunakan metode bermain peran (role playing).

Penelitian ini dapat menjadi lebih terarah, maka permasalahan tersebut

dijabarkan kedalam pertanyaan sebagai berikut:

1. Apakah terjadi peningkatan hasil belajar siswa setelah pembelajaran IPS

menggunakan metode bermain peran (role playing)?

2. Bagaimana respon siswa setelah pembelajaran IPS menggunakan metode

bermain peran (role playing)?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian secara umum adalah untuk meningkatkan hasil belajar

siswa pada mata pelajaran IPS dengan menggunakan metode bermain peran

Page 8: PTK IPS

(role playing) di kelas III SDN 02 Serayukaranganyar kecamatan Mrebet

Kabupaten Purbalingga . Tujuan secara khusus dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Mengetahui terjadinya peningkatan hasil belajar siswa setelah

pembelajaran IPS menggunakan metode bermain peran (role playing).

2. Mengetahui respon siswa setelah pembelajaran IPS menggunakan metode

bermain peran (role playing).

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan memberi manfaat sebagai berikut:

1. Bagi siswa

a. Melatih keberanian, keterampilan, dan rasa percaya diri siswa pada

saat melaksanakan pembelajaran IPS dengan menggunakan metode

bermain peran (role playing).

b. Memberikan pengalaman belajar dan mampu mengimplementasikan

konsep jual beli melalui permainan.

c. Meningkatkan mutu proses dan mutu hasil belajar

2. Bagi guru

a. Untuk memperbaiki kegiatan belajar mengajar.

b. Mengembangkan pembelajaran alternatif untuk meningkatkan hasil

belajar siswa dalam pembelajaran IPS.

c. Memberikan pengalaman pada guru dalam merancang penggunaan

metode bermain peran (role playing) dalam pembelajaran IPS di SD.

d. Sebagai perbandingan dalam menggunakan metode pembelajaran.

Page 9: PTK IPS

3. Bagi Kepala Sekolah

Menambah wawasan dan pemikiran baru bagi kepala sekolah dalam

memberikan saran dan masukan untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran.

4. Bagi Peneliti

Dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan yang sangat

berharga untuk menambah wawasan dalam bidang akademik.

5. Bagi Lembaga Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada

dunia pendidikan pada umumnya, dan bagi SDN 2 Serayukaranganyar

pada khususnya dalam rangka meningkatkan hasil belajar dalam

pembelajaran IPS di SD dengan menggunakan salah satu metode

pembelajaran yaitu metode bermain peran (role playing).

E. Definisi Istilah

Untuk menghindari kesalahan penafsiran terhadap berbagai istilah.

Maka, beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Penggunaan

Penggunaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah cara

menggunakan pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk

menggunakan peran dan tugas yang dimiliki oleh pihak-pihak tertentu dan

tingkah dalam kegiatan belajar mengajar.

Page 10: PTK IPS

2. Metode

Metode adalah cara yang dianggap efisien yang digunakan oleh guru

menyampaikan suatu mata pelajaran tertentu kepada siswa-siswa agar

tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya dalam proses kegiatan

pembelajaran dapat tercapai dengan efektif (Suradisastra, dkk

1991/1992:91).

3. Bermain peran

Bermain peran adalah suatu teknik kegiatan belajar yang

menekankan pada kemampuan penampilan warga belajar untuk

memerankan suatu status atau fungsi suatu pihak-pihak lain yang terdapat

pada dunia kehidupan (Sujana 1983:77).

Menurut Wahab, A. A (2007:109) bermain peran (role playing)

adalah berakting sesuai dengan peran yang telah ditentukan terlebih dahulu

untuk tujuan-tujuan tertentu seperti menghidupkan kembali suasana

historis misalnya mengungkapkan kembali perjuangan para pahlawan

kemerdekaan, atau mengungkapkan kemungkinan keadaan yang akan

datang.

4. Metode bermain peran (role playing)

Menurut Surachman (1984:102) bahwa “metode bermain peran (role

playing) dalam pelaksanaannya sering disilihgantikan”. Bermain peran

(role playing) menekankan kenyataan dimana siswa diturutsertakan dalam

memainkan peranan dan mendramatisasikan masalah-masalah hubungan

sosial.

Page 11: PTK IPS

5. Hasil belajar

Menurut Wahab, A. A (2007:85) bahwa hasil belajar adalah

merupakan kerjasama antara guru dan siswa. Selain itu, hasil belajar

merupakan tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti suatu kegiatan

belajar mengajar yang ditampilkan dalam beberapa bentuk hasil belajar.

6. Pembelajaran

Menurut Surya, M yang dikutip oleh Sukirman, D dan Djumhana, N

(2008:6) pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk

memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil dari pengalaman individu sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya.

7. Ilmu Pengetahuan Sosial

Djahiri yang dikutip oleh Sapriya, dkk (2006:7) mengemukakan

bahwa IPS merupakan ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah

konsep pilihan dari cabang-cabang ilmu sosial dan ilmu lainnya kemudian

diolah berdasarkan prinsip pendidikan dan didaktik untuk dijadikan

program pengajaran pada tingkat persekolahan.

Menurut Mulyasa, (2004:194) mata pelajaran ilmu pengetahuan

sosial adalah suatu bahan kajian yang terpadu sebagai penyederhana,

adaptasi, seleksi, dan modifikasi yang diorganisasikan dari konsep-konsep

dan keterampilan-keterampilan sejarah, geografi, sosiologi, antropologi

dan ekonomi.

Page 12: PTK IPS

F. Metode Penelitian

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif kualitatif dengan teknik penelitian tindakan kelas (Classroom Action

Research). Metode ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan

pendekatan kualitatif. “Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha

mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa atau kejadian yang terjadi pada saat

sekarang” (Sudjana & Ibrahim,1995:64). Pendekatan kualitatif adalah

pendekatan yang memandang bahwa kenyataan sebagai suatu yang berdimensi

jamak, utuh/merupakan kesatuan, dan berubah/open ended. Oleh karena itu

rancangan dalam penelitian ini tidak dapat disusun secara rinci dan baku

karena disesuaikan dengan perkembangan selama proses penelitian

berlangsung.

Untuk memperoleh data penelitian, maka diperlukan teknik

pengumpulan data dengan menggunakan instrumen-instrumen penelitian,

diantaranya : (1) Lembar Observasi. Yaitu alat untuk mengukur kegiatan

proses pembelajaran atau pada saat proses pembelajaran berlangsung yang

meliputi siswa, cara guru mengajar. Hasil observasi yang dilakukan oleh

observer dianalisis sebagai bahan refleksi untuk mengetahui kekurangan dan

kelebihan dari proses pembelajaran yang berlangsung sehingga pada

pembelajaran berikutnya dapat diperbaiki. (2) Wawancara. Wawancara

dilaksanakan antara peneliti dengan beberapa siswa serta antara peneliti

dengan observer melalui pedoman wawancara yang telah disediakan. Hasil

wawancara yang dilakukan menggunakan pedoman wawancara, kemudian

Page 13: PTK IPS

ditarik kesimpulan secara umum mengenai penggunaan metode bermain peran

(role palying) dalam pembelajaran IPS. (3) Angket. Angket adalah sejumlah

pertanyaan mengenai kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, yang

diberikan pada siswa setelah seluruh kegiatan dilakukan. (4) Tes Tulis. Data

tes berasal dari tes yang dilakukan setiap akhir siklus pembelajaran, data hasil

tes berupa jawaban-jawaban siswa dengan tipe soal pilihan ganda dan isian.

Untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS dengan

menggunakan metode bermain peran (role palying), maka data yang diperoleh

dari hasil tes dapat dilihat di setiap siklus.

Data yang terkumpul dari hasil tindakan dan observasi akan secepatnya

dianalisis dan diinterpretasi sehingga segera dapat diketahui apakah tindakan

yang telah dilakukan telah tercapai tujuan. Analisis data dalam penelitian ini

menggunakan analisis data kualitatif dan kuantitatif.

Page 14: PTK IPS

BAB II

PENGGUNAAN METODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING)

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SD SD KELAS III

PADA TOPIK MEMAHAMI LINGKUNGAN DAN MELAKSANAKAN

KERJASAMA DI SEKITAR RUMAH

DALAM PEMBELAJARAN IPS

Fokus pembahasan pada bab ini adalah menjelaskan lebih lanjut mengenai

hal-hal yang menjadi dasar acuan teoritis yang berkaitan dengan judul dalam

penelitian ini. Pembahasan bab ini terbagi dalam 4 sub bab, diantaranya: (1)

membahas tentang konsep metode bermain peran (role playing). Yang

didalamnya memaparkan pengertian mengenai metode mengajar, metode bermain

peran (role playing) yang dikemukakan oleh berbagai para ahli serta membahas

langkah-langkah pelaksanaan dalam menggunakan metode bermain peran (role

playing). (2) Hasil belajar. Pada bagian ini akan dibahas mengenai pengertian

hasil belajar yang dikemukakan dari berbagai sumber dan hasil belajar dalam

pendidikan IPS. (3) Konsep dasar IPS.

Dalam sub bab ini penulis memaparkan pengertian IPS, fungsi dan tujuan

IPS, dan karakteristik pembelajaran IPS di Sekolah Dasar (SD). (4) Kegiatan jual

beli. Dalam sub bab ini akan membahas mengenai jenis kegiatan jual beli di

lingkungan rumah dan sekolah, mengelompokkan jenis barang, dan manfaat jual

beli. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan satu persatu di bawah ini.

Page 15: PTK IPS

A. Konsep Metode Bermain Peran (Role Playing)

1. Pengertian Metode Mengajar

Metode secara harfiah berarti cara. Dalam pemakaian umum, metode

diartikan sebagai cara melakukan suatu kegiatan atau cara melakukan

pekerjaan dengan menggunakan fakta dan konsep-konsep secara

sistematis. ‘Metode mengajar adalah cara yang berisi prosedur baku untuk

melaksanakan kegiatan pendidikan, khususnya kegiatan penyajian materi

pelajaran kepada siswa’ (Tardif dalam Syah, M. 2004:201).

Menurut Dahlan (1984:21) bahwa “metode mengajar adalah suatu

rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur

materi pelajaran dan memberikan petunjuk pada pengajar di kelas dalam

pengajaran”. Menurut Wesley dan Wronski (1965) yang dikutip oleh

Wahab, A. A (2007:83) bahwa ‘metode mengajar adalah kata yang

digunakan untuk menandai serangkaian kegiatan yang diarahkan oleh guru

yang hasilnya adalah belajar pada siswa’. Dengan demikian metode dapat

pula diartikan sebagai proses atau prosedur yang hasilnya adalah belajar

atau dapat pula merupakan alat melalui makna belajar menjadi aktif.

Sudirman (1991:21) mengemukakan tentang metode mengajar berikut ini.

Metode mengajar merupakan upaya guru membantu memudahkan

proses belajar, sehingga diharapkan dalam jangka panjang para siswa

dapat meningkatkan kemampuan belajarnya secara efektif dan mudah

menyerap atau memperoleh informasi, gagasan, kemampuan, nilai-nilai,

berpikir serta dapat mengekspresikan dirinya.

Page 16: PTK IPS

Selain itu Sudjana (1983:76) mengungkapkan mengenai pengertian

metode mengajar seperti di bawah ini. Metode mengajar adalah cara yang

dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat

berlangsungnya pengajaran. Jadi, peranan metode mengajar ialah sebagai

alat ukur menciptakan proses belajar mengajar, dan diharapkan dengan

metode yang baik akan tercipta interaktif edukatif antara guru sebagai

pembimbing dan siswa sebagai orang yang dibimbing.

Di lihat dari pengertian-pengertian di atas, metode mengajar banyak

macamnya. Oleh karena itu, pemilihan suatu metode mengajar yang baik

harus sesuai dengan tujuan pengajaran itu sendiri. Pada hakekatnya,

mengajarnya itu adalah suatu proses dimana pengajar dan siswa

menciptakan lingkungan yang baik agar terjadi kegiatan belajar yang

multiguna.

Setiap metode yang dipilih haruslah mengungkapkan berbagai

realitas yang sesuai dengan situasi kelas dan pandangan hidup, yang

dihasilkan dari kerjasama antar guru dan siswa. Dalam penciptaan metode-

metode mengajar, jika guru menginginkan siswa yang produktif dan

kreatif, maka guru haruslah membiarkan siswa untuk tumbuh dan

berkembang sesuai dengan gayanya sendiri dan penerapan metode

mengajarpun haruslah mengikuti kebutuhan siswa.

Memilih dan menggunakan metode mengajar adalah merupakan kiat

guru berdasarkan pengetahuan metodologisnya serta pengalaman

mengajarnya yang sebenarnya telah menyatu dengan dirinya. Oleh sebab

Page 17: PTK IPS

itu, pada akhirnya tentu yang terbaik adalah mengkombinasikan berbagai

metode dan teknik mengajar disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan dan

keadaan siswa serta karakteristik materi pelajaran yang akan disampaikan.

2. Metode Bermain Peran (Role Playing)

Metode adalah salah satu komponen yang harus diperhatikan dalam

setiap proses belajar mengajar. Sebagaimana Suradisastra, dkk

(1991/1992:91) mengungkapkan bahwa:

Metode adalah cara yang dianggap efisien yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan suatu mata pelajaran tertentu kepada siswa-siswa agar tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya dalam proses kegiatan pembelajaran dapat tercapai dengan efektif.

Sebagai sebuah cara dan alat, maka akan sangat tergantung kepada

keterampilan pemakainya serta kondisi dan keadaan yang dihadapi. Untuk

mencapai suatu tujuan tertentu maka, sebuah alat harus difungsikan

dengan baik oleh pemakainya. Dalam hal ini guru sebagai orang yang

menggunakan alat atau metode dalam mengajar harus memilih metode

yang tepat dalam proses belajar mengajar, karena banyak sekali jenis-jenis

metode dalam pengajaran. Salah satu metode dalam proses belajar

mengajar adalah bermain peran (role palying).

Wahab, A. A (2007:109) mengemukakan dalam bukunya bahwa:

Bermain peran (role palying) adalah berakting sesuai dengan peran yang telah ditentukan terlebih dahulu untuk tujuan-tujuan tertentu seperti menghidupkan kembali suasana historis misalnya mengungkapkan kembali perjuangan para pahlawan kemerdekaan, atau mengungkapkan kemungkinan keadaan yang akan datang.

Page 18: PTK IPS

Banyak pendapat para ahli yang mengungkapkan tentang pengertian

metode bermain peran (role palying). Di bawah ini akan dipaparkan

sebagian pengertian metode tersebut, diantaranya sebagai berikut:

1) Sagala (2007:213) mengungkapkan bahwa:

Metode bermain peran (role playing) merupakan cara menyajikan

bahan pelajaran dengan mempertunjukkan dan mempertontonkan atau

mendramatisasikan cara tingkah laku dalam hubungan sosial. Jadi,

metode bermain peran (role playing) ialah metode mengajar yang

dalam pelaksanaannya peserta didik mendapat tugas dari guru untuk

mendramatisasikan suatu situasi sosial yang mengandung suatu

problem agar peserta didik dapat memecahkan masalah yang muncul

dari situasi.

2) Fanie dan Shaftel yang di kutip oleh Wahab, A. A (2007:109)

mengungkapkan bahwa:

Metode bermain peran (role playing) dirancang khususnya untuk

membantu para siswa mempelajari nilai-nilai sosial dan

pencerminannya dalam perilaku. Dan bahwa metode bermain peran

(role playing) mempunyai berbagai fungsi namun dua fungsi utamanya

adalah “education for citizen” dan “group counseling” yang dilakukan

oleh guru di kelas.

3) Surachman (1984:102) mengemukakan bahwa:

Metode bermain peran (role playing) dalam pelaksanaannya sering

disilihgantikan. Bermain peran (role playing) menekankan kenyataan

Page 19: PTK IPS

dimana siswa diturutsertakan dalam memainkan peranan dan

mendramatisasikan masalah-masalah hubungan sosial.

4) Menurut R. Ibrahim dan Nana Syaodih (1996:107) bahwa:

Metode bermain peran (role playing) merupakan metode yang sering

digunakan nilai-nilai dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi

dalam hubungan sosial dengan orang-orang di lingkungan keluarga,

sekolah, maupun masyarakat. Dalam melaksanakannya siswa-siswa

diberi berbagai peran tertentu dalam melaksanakan peran tersebut,

serta mendiskusikan di kelas.

Dari sekian banyaknya pendapat dari berbagai para ahli mengenai

metode bermain peran (role playing), maka dapat disimpulkan bahwa

metode tersebut merupakan salah satu metode yang dapat menyajikan

bahan pelajaran dengan cara memainkan peranan dan mendramatisasikan

suatu situasi sosial yang mengandung suatu problem, dengan harapan agar

peserta didik dapat memecahkan masalah yang dihadapi dalam hubungan

sosial dengan orang-orang di lingkungan keluarga, sekolah maupun

masyarakat.

Disamping itu, metode ini digunakan pula untuk membentuk para

siswa mengumpulkan dan mengorganisasikan isu-isu sosial,

mengembangkan empati terhadap orang lain dan berupaya memperbaiki

keterampilan sosial. Dalam metode ini para siswa dibimbing untuk

memecahkan berbagai konflik, belajar mengambil peranan orang lain dan

mengamati perilaku sosial. Dengan berbagai penyesuaian, metode ini

Page 20: PTK IPS

dapat digunakan untuk berbagai bidang studi peserta didik dari berbagai

usia (Winataputra, 1992:40).

Selain pengertian metode bermain peran (role playing), adapula

beberapa teknik yang dilakukan dalam bermain peran (role playing) yang

dapat membantu siswa untuk memiliki kemampuan diantaranya:

1. Mengembangkan kemampuan untuk melakukan hubungan

interpersonal (antar pribadi).

2. Mengapresiasi perspektif atau sudut pandang pendapat orang lain.

3. Mengetahui perspektif atau pendapat orang lain atau siswa lain.

4. Mengetahui dampak keputusan seseorang terhadap orang lain.

5. Menguasai materi atau bahan pelajaran. (Sudjana, 1983:78-79)

Sudjana (1983:78-79) mengemukakan bahwa teknik bermain peran

adalah suatu teknik kegiatan belajar yang menekankan pada kemampuan

penampilan warga belajar untuk memerankan suatu status atau fungsi

pihak-pihak lain yang terdapat pada dunia kehidupan.

Adapun tujuan yang diharapkan dengan penggunaan metode bermain

peran (role playing) antara lain adalah:

1. Agar siswa dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain.

2. Dapat belajar bagaimana membagi tanggung jawab.

3. Dapat belajar bagaimana mengambil keputusan dalam situasi

kelompok secara spontan.

4. Merangsang kelas untuk berpikir dan memecahkan masalah.

Page 21: PTK IPS

Bermain peran (role playing) selain mempunyai beberapa kelebihan

juga mempunyai beberapa kelemahan, antara lain sebagai berikut:

1. Kelebihan Metode Bermain Peran (role playing):

a. Siswa melatih dirinya untuk melatih, memahami, dan mengingat isi

bahan yang akan diperankan. Sebagai pemain harus memahami,

menghayati isi cerita secara keseluruhan, terutama untuk materi

yang harus diperankannya. Dengan demikian daya ingat siswa

harus tajam dan tahan lama.

b. Siswa akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif. Pada waktu

bermain peran para pemain dituntut untuk mengemukakan

pendapatnya sesuai dengan waktu yang tersedia.

c. Bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga

dimungkinkan akan muncul atau tumbuh bibit seni peran dari

sekolah. Jika seni peran mereka dibina dengan baik, kemungkinan

besar mereka akan menjadi pemain yang baik kelak.

d. Kerjasama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan

sebaik-baiknya.

e. Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi

tanggung jawab dengan sesamanya.

f. Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang baik agar

mudah dipahami orang lain. (Djamarah dan Zain, 2006:100).

Page 22: PTK IPS

2. Kelemahan Metode Bermain Peran (role playing):

a. Sebagian besar anak yang tidak ikut bermain peran mereka

menjadi kurang kreatif.

b. Banyak memakan waktu, baik waktu persiapan dalam rangka

pemahaman isi bahan pelajaran maupun pada pelaksanaan

pertunjukkan.

c. Memerlukan tempat yang cukup luas, jika tempat bermain sempit

menjadi kurang bebas.

d. Sering kelas lain terganggu oleh suara para pemain dan para

penonton yang kadang-kadang bertepuk tangan dan sebagainya

(Djamarah dan Zain, 2006:100).

Disamping itu Clark dalam Wahab, A. A (2007:110) mengemukakan

beberapa kelemahan dalam menggunakan metode bermain peran (Role

playing) diantaranya:

1. Jika siswa tidak dipersiapkan dengan baik ada kemungkinan tidak akan

melakukan secara sungguh-sungguh.

2. Bermain peran mungkin tidak akan berjalan dengan baik jika suasana

kelas tidak mendukung.

3. Bermain peran tidak selamanya menuju pada arah yang diharapkan

seseorang yang memainkannya. Bahkan juga mungkin akan

berlawanan dengan apa yang diharapkannya.

Page 23: PTK IPS

4. Siswa sering mengalami kesulitan untuk memerankan peran secara

baik khususnya jika mereka tidak diarahkan atau tidak ditugasi dengan

baik. Siswa perlu mengenal dengan baik apa yang akan diperankannya.

5. Untuk berjalan dengan baik sebuah bermain peran, diperlukan

kelompok yang sensitif, imajinatif, terbuka, saling mengenal sehingga

dapat bekerjasama dengan baik

3. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Bermain Peran (Role Playing).

Menurut Shaftel yang dikutip oleh Dahlan (1984:128) metode

bermain peran terdiri dari sembilan tahapan, yaitu:

a. Merangsang semangat kelompok,

b. Memilih peran,

c. Mempersiapkan pengamat,

d. Mempersiapkan tahap-tahap peran,

e. Pemeranan,

f. Mendiskusikan dan mengevaluasi peran dan sisinya,

g. Pemeranan ulang,

h. Mendiskusikan dan mengevaluasi pemeranan ulang,

i. Mengkaji kemanfataannya dalam kehidupan nyata melalui saling tukar

pengalaman dan penarikan generalisasi.

Menurut Roestiyah (2001:91) langkah-langkah pelaksanaan metode

bermain peran (Role playing) agar berhasil dengan baik yaitu dengan cara

sebagai berikut:

Page 24: PTK IPS

a. Guru harus menerangkan dan memperkenalkan kepada siswa tentang

teknik pelaksanaan metode bermain peran ini, bahwa dengan metode

ini siswa diharapkan dapat memecahkan masalah hubungan sosial

yang aktual di masyarakat.

b. Guru menunjuk beberapa siswa yang akan berperan dimana masing-

masing akan mencari pemecahan masalah sesuai dengan perannya

sementara siswa lain menjadi penonton dengan tugas-tugas tertentu

pula.

c. Guru memilih masalah urgen, sehinggga menarik siswa.

d. Agar siswa memahami peristiwanya, maka guru harus menceritakan

sambil mengatur adegan yang pertama.

e. Guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untu dapat

berperan, tetapi harus dipertimbangkan apakah ia tepat untuk perannya

itu. Bila tidak ditunjuk saja siswa yang memiliki kemampuan,

pengetahuan dan pengalaman seperti yang diperankan itu.

f. Siswa yang tidak turut menjadi penonton aktif, mendengarkan dan

melihat adegan yang dimainkan. Mereka harus bisa memberi saran dan

kritik pada apa yang dilakukan setelah adegan peranan selesai.

g. Bila siswa belum terbiasa, perlu dibantu oleh guru dalam menimbulkan

kalimat pertama dalam dialog.

h. Setelah adegan itu dalam situasi klimaks, maka harus dihentikan agar

kemungkinan-kemungkinan pemecahan masalah dapat didiskusikan

secara umum. Sehingga siswa lain yang tidak berperan dapat

Page 25: PTK IPS

kesempatan untuk berpendapat, menilai permainan dan sebagainya.

Adegan peranan dapat dihentikan bila menemui jalan buntu.

i. Sebagai tindak lanjut dari hasil diskusi, walau mungkin masalah belum

terpecahkan, maka perlu dibuka tanya jawab, diskusi atau membuat

karangan yang berbentuk sandiwara.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas tentang teknik bermain peran

agar berjalan efektif, maka secara garis besar langkah-langkah pelaksanaan

bermain peran (role playing), yaitu:

a. Penentuan topik dan tujuan bermai peran.

b. Guru memberikan gambaran secara garis besar situasi yang akan

dimainkan.

c. Guru memimpin pengorganisasian kelompok, peranan-peranan yang

akan dimainkan, pengaturan ruangan, pengaturan alat dan sebagainya.

d. Guru memberikan kesempatan untuk mempersiapkan diri kepada

kelompok dan pemegang peranan.

e. Pelaksanaan bermain peran (role playing).

f. Evaluasi dan pemberian balikan, baik berupa diskusi atau tanya jawab

(Roestiyah, 2001:91).

B. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Sebagai pendidik senantiasa ingin mengetahui keberhasilan proses

pembelajaran yang dilakukan telah mencapai tujuan pendidikan yang ada

Page 26: PTK IPS

dalam KTSP atau belum. Untuk itu harus ditentukan apa yang akan kita

nilai sehingga hasil belajar siswa sesuai dengan yang di harapkan.

Menurut Wahab, A. A (2007:85) bahwa ’hasil belajar adalah

merupakan kerjasama antara guru dan siswa’. Namun demikian metode

atau teknik mengajar hanyalah salah satu komponen penting di dalam

keseluruhan interaksi belajar mengajar atau interaksi edukatif. Hasil

belajar adalah pola-pola perbuatan, nila-nilai, pengertian-pengertian,

sikap-sikap, apresiasi, abilitas dan keterampilan. Siswa memperoleh

informasi dan perubahan dari segi afektif, kognitif, dan psikomotor dari

pembelajaran yang dilakukan.

Hasil belajar merupakan tingkat keberhasilan siswa setelah

mengikuti suatu kegiatan belajar mengajar yang ditampilkan dalam

beberapa bentuk hasil belajar. Proses belajar mengajar yang optimal

memungkinkan hasil belajar optimal pula. Oleh karena itu, perlu

menggunakan metode atau teknik mengajar yang tepat agar mencapai

hasil belajar yang optimal.

Untuk mengumpulkan informasi tentang kemampuan belajar siswa

dapat dilakukan beragam teknik, baik berhubungan dengan proses belajar

maupun hasil belajar. Teknik untuk mengumpulkan informasi tersebut

pada prinsipnya adalah cara penilaian kemajuan belajar siswa terhadap

pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Penilaian satu

kompetensi dasar dilakukan berdasarkan indikator-indikator pencapaian

hasil belajar, baik berupa domain kognitif, afektif, maupun psikomotor.

Page 27: PTK IPS

Ada 7 (tujuh) teknik yang yang dapat digunakan, yaitu penilaian unjuk

kerja, penilaian sikap, penilaian tertulis, penilaian proyek, penilaian

produk, penggunaan portifolio dan penilaian diri (Pedoman Model

Penilaian Kelas, 2006:41).

Untuk mengetahui hasil belajar siswa pada konsep jual beli dengan

menggunakan metode bermain peran (role playing), alat ukur atau teknik

penilaian yang digunakan salah satunya adalah penilaian unjuk kerja dan

penilaian tertulis. Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang

dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan

sesuatu, seperti bermain peran. Teknik penilaian unjuk kerja dapat

menggunakan alat atau instrumen seperti daftar cek (Check-list) atau skala

penilaian (rating scale). Penilaian secara tertulis dilakukan dengan tes

tertulis. Tes tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban diberikan

kepada peserta didik dalam bentuk tulisan.

2. Hasil Belajar dalam Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Hasil belajar merupakan tingkat keberhasilan siswa setelah

mengikuti suatu kegiatan belajar mengajar yang ditampilkan dalam

beberapa bentuk hasil belajar. Proses pengajaran yang optimal

memungkinkan hasil belajar yang optimal pula. Oleh karena itu,

penggunaan metode yang tepat sesuai dengan materi pembelajaran dalam

proses belajar mengajar menunjukkan hasil belajar yang diperolehnya

pula. Makin besar usaha untuk menciptakan kondisi proses pengajaran,

maka tinggi pula hasil atau produk dari pengajaran itu.

Page 28: PTK IPS

Menurut Hamalik, O (2001:30) tingkah laku manusia terdiri dari

sejumlah aspek sehingga hasil belajar akan nampak pada setiap perubahan

pada aspek-aspek tersebut. Adapun aspek-aspek tersebut, adalah: (1)

Pengetahuan, (2) Pengertian, (3) Kebiasaan, (4) Keterampilan, (5)

Apresiasi, (6) Emosional, (7) Hubungan Sosial, (8) Jasmani, (9) Etis atau

budi pekerti, dan (10) Sikap.

Aspek-aspek tersebut di atas menunjukkan jika seseorang telah

melakukan perbuatan belajar, maka akan terlihat terjadinya perubahan

dalam salah satu atau beberapa aspek tingkah laku sebagai hasil belajar

yang telah dilakukannya. Berdasarkan pendapat di atas, bahwa hasil

belajar Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang diharapkan meliputi

aspek kehidupan siswa, yang harus ditampilkan dalam kehidupan sehari-

hari dengan berbagai bentuk kemampuan, baik kemampuan kognitif,

afektif, dan psikomotor. Namun yang terpenting dalam hasil belajar IPS,

tidak sekedar hasil yang diperoleh setelah mengikuti proses belajar

mengajar tetapi hasil diperoleh adalah bagaimana siswa mengikuti proses

belajar mengajar.

Hal yang terpenting dalam hasil belajar yang diperoleh adalah

diharapkan materi pelajaran IPS dapat diserap dan disosialisasikan secara

optimal dan mantap dengan berbagai keterampilan belajar kadar tinggi,

sehingga peserta didik mampu menampilkan sikap perilaku yang baik

dalam kehidupan sosial di lingkungan masyarakat.

Page 29: PTK IPS

C. Konsep Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Di bawah ini ada beberapa pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

yang dikutip dalam buku yang berjudul “Pembelajaran dan Evaluasi Hasil

Belajar IPS” oleh Sapriya, dkk (2006).

a. Keller yang dikutip oleh Sapriya, dkk (2006:6), mengatakan bahwa:

IPS sebagai suatu panduan dari pada sejumlah ilmu-ilmu sosial dan

ilmu lainnya yang tidak terikat oleh ketentuan disiplin/struktur ilmu

tertentu melainkan bertautan dengan kegiatan-kegiatan pendidikan

yang berencana dan sistematis untuk kepentingan program pengajaran

sekolah dengan tujuan memperbaiki, mengembangkan dan memajukan

hubungan-hubungan kemanusiaan kemasyarakatan.

b. Dalam Kurikulum 2006 yang dikutip oleh Sapriya, dkk (2006:7)

mengemukakan IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang

diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS

mengkaji seperangkat isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran

IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Melalui

mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga

negara Indonesia yang demokrasi dan bertanggung jawab, serta warga

dunia yang cinta damai.

c. Masson yang dikutip oleh Sapriya, dkk (2006:6) mengartikan bahwa:

”IPS sebagai suatu pengajaran yang membimbing para pemuda-

Page 30: PTK IPS

pemudi ke arah menjadi warga Negara yang cerdas, hidup fungsional,

efektif, produktif dan berguna”.

d. Somantri (1988) yang dikutip oleh Sapriya, dkk (2006:7)

mengemukakan bahwa: Pendidikan IPS adalah penyederhanaan

disiplin ilmu-ilmu sosial, ideologi negara dan disiplin ilmu lainnya

serta masalah-masalah sosial terkait yang diorganisasikan dan

disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan pada

tingkat pendidikan dasar dan menengah.

e. Djahiri yang dikutip oleh Sapriya, dkk (2006:7) mengemukakan

bahwa: IPS merupakan ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah

konsep pilihan dari cabang-cabang ilmu sosial dan ilmu lainnya

kemudian diolah berdasarkan prinsip pendidikan dan didaktik untuk

dijadikan program pengajaran pada tingkat persekolahan.

Mulyasa, E (2004:194) mengemukakan tentang pengertian mata

pelajaran IPS berikut ini. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

adalah suatu bahan kajian yang terpadu sebagai penyederhana, adaptasi,

seleksi, dan modifikasi yang diorganisasikan dari konsep-konsep dan

keterampilan-keterampilan sejarah, geografi, sosiologi, antropologi dan

ekonomi.

Pembelajaran IPS yang telah dilaksanakan sampai saat ini, baik pada

pendidikan dasar maupun pada pendidikan tinggi, tidak menekankan

kepada aspek teoritis keilmuannya, melainkan lebih ditekankan kepada

segi praktis mempelajari, menelaah, mengkaji gejala dan masalah sosial,

Page 31: PTK IPS

yang tentu saja bobotnya sesuai dengan jenjang pendidikan masing-

masing. Pengajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang

melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya. IPS berkenaan dengan

cara manusia menggunakan usaha memenuhi kebutuhan materinya,

memenuhi kebutuhan budayanya, kebutuhan kejiwaannya, pemanfaatan

sumber daya yang ada di permukaan bumi, mengatur kesejahteraan dan

pemerintahannya, dan lain sebagainya yang mengatur serta

mempertahankan kehidupan masyarakat manusia.

Sebenarnya IPS ini berinduk kepada ilmu sosial dengan pengertian

bahwa teori, konsep dan prinsip yang diterapkan pada ilmu pengetahuan

sosial adalah teori konsep prinsip yang ada dan berlaku pada ilmu sosial.

Ilmu sosial dengan keilmuannya, digunakan untuk melakukan pendekatan,

analisa, dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial pada

pengkajian IPS (Nursid, 1984:10-11).

Menurut Suradisastra (1992:4-6) bahwa “IPS merupakan kajian

tentang manusia dan dunia sekelilingnya. Yang menjadi kajian pokok IPS

adalah tentang hubungan antar manusia. Latar telaahnya adalah kehidupan

nyata manusia”. Secara mendasar, pengajaran IPS berkenaan dengan

kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan

kebutuhannya. Ilmu Pengetahuan Sosial berkenaan dengan cara manusia

menggunakan usaha memenuhi kebutuhan materinya, memenuhi

kebutuhan kejiwaannya, pemanfaatan sumber daya yang ada di permukaan

bumi, mengatur kesejahteraannya dan pemerintahannya, dan lain

Page 32: PTK IPS

sebagainya yang mengatur serta mempertahankan kehidupan masyarakat

manusia.

Dari sekian banyaknya pendapat dari berbagai sumber tentang

pengertian IPS maka, dapat dirumuskan dalam ide pokok, yaitu sebagai

berikut:

a. Ilmu pengetahuan yang merupakan perpaduan dari ilmu sosial dan

ilmu lainnya.

b. Diorganisasikan secara selektif.

c. Prinsip pertimbangan ilmiah, psikologis dan praktis.

d. Untuk tujuan pendidikan di sekolah (Sapriya, dkk.,2006:15).

2. Fungsi dan Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi oleh Mulyasa, E (2004:195)

pengetahuan sosial di SD dan MI mempunyai fungsi untuk

mengembangkan pengetahuan, nilai dan sikap serta keterampilan peserta

didik untuk dapat menelaah masalah sosial yang dihadapi sehari-hari serta

menumbuhkan rasa bangga dan cinta terhadap perkembangan bangsa dan

negara Indonesia. “The Social Science Education Frame Work for

California School” dalam Djahiri yang dikutip oleh Sapriya, dkk

(2006:13) mengemukakan 5 tujuan pokok pembelajaran IPS adalah:

a. Membina siswa agar mampu mengembangkan pengertian/pengetahuan

berdasarkan data, generalisasi serta konsep ilmu tertentu maupun yang

bersifat interdisipliner/komprehensif dari berbagai cabang ilmu sosial.

Page 33: PTK IPS

b. Membina siswa agar mampu mengembangkan dan mempraktekkan

keanekaragaman keterampilan studi, kerja dan intelektualnya secara

pantas dan tepat sebagaimana diharapkan ilmu-ilmu sosial.

c. Membina dan mendorong siswa untuk memahami, menghargai dan

menghayati adanya keanekaragaman dan kesamaan kultural maupun

individual.

d. Membina siswa kearah turut mempengaruhi nilai-nilai kemasyarakatan

serta juga dapat mengembangkan-menyempurnakan nilai-nilai yang

ada pada dirinya.

e. Membina siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan

baik sebagai individu maupun sebagai warga negara.

Dalam Kurikulum 2004 tujuan mata pelajaran pengetahuan sosial

adalah sebagai berikut:

a. Mengajarkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi,

sejarah dan kewarganegaraan melalui pendekatan pedagogis dan

psikologis.

b. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, inkuiri,

memecahkan masalah dan keterampilan sosial.

c. Membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai social dan

kemanusiaan.

d. Meningkatkan kemampuan bekerjasama dan berkompetisi dalam

masyarakat yang majemuk, baik secara nasional maupun global.

Page 34: PTK IPS

Sedangkan menurut Wahab, A. A (2007:34) pengembangan

kurikulum IPS di Indonesia pada tahun 1972 paling tidak telah

menetapkan delapan tujuan umum pengajaran IPS di Indonesia

diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan kesadaran ekonomi rakyat.

b. Meningkatkan kesejahteraan jasmani dan kesejahteraan rohani.

c. Meningkatkan efesiensi, kejujuran dan keadilan bagi semua warga

negara.

d. Meningkatkan mutu lingkungan.

e. Menjamin keamanan dan keadilan bagi semua warganegara.

f. Memberikan pengertian tentang hubungan internasional bagi

kepentingan bangsa Indonesia dan perdamaian dunia.

g. Meningkatkan saling pengertian dan kerukunan antar golongan dan

daerah dalam menciptakan kesatuan dan persatuan nasional.

h. Memelihara keagungan sifat-sifat kemanusiaan, kesejahteraan

rohaniah dan tata susila yang luhur.

3. Karakteristik Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di

Sekolah Dasar (SD)

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar bersifat

integratif, karena materi yang diajarkan merupakan akumulasi sejumlah

disiplin ilmu sosial. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pun lebih

menekankan aspek pendidikan dari pada transfer konsep. Karena melalui

pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial siswa diharapkan memahami

Page 35: PTK IPS

sejumlah konsep, dan melatih sikap, nilai, moral dan keterampilannya

berdasarkan konsep yang telah dimilikinya.

Menurut Djahiri (1979) yang dikutip oleh Sapriya, dkk (2006:8)

mengemukakan bahwa karakteristik pembelajaran IPS adalah sebagai

berikut:

a. IPS berusaha mempertautkan teori, ilmu dengan fakta atau sebaliknya.

b. Penelaahan IPS bersifat komprehensif, integrated, broadfield,

multiresources dari berbagai ilmu sosial dan ilmu lainnya.

c. Mengutamakan peran aktif siswa melalui proses belajar inquiri agar

siswa mampu mengembangkan berpikir kritis, rasional dan anlitis.

d. Berusaha menghubungkan teori dengan kehidupan nyata di

masyarakat.

e. IPS dihadapkan secara konsep dan kehidupan sosial yang sangat labil

(mudah berubah), sehingga titik berat pembelajaran adalah terjadinya

proses internalisasi secara mantap dan aktif pada diri siswa agar siswa

memiliki kebiasaan dan kemahiran untuk menelaah permasalahan

kehidupan nyata pada masyarakatnya.

f. IPS mengutamakan hal-hal, arti dan penghayatan hubungan

antarmanusia yang bersifat manusiawi.

g. Pembelajaran tidak hanya mengutamakan pengetahuan semata, juga

nilai dan keterampilan.

h. Berusaha untuk memuaskan setiap siswa yang berbeda melalui

program maupun pembelajarannya.

Page 36: PTK IPS

i. Dalam pengembangan program pembelajaran senantiasa melaksanakan

prinsip-prinsip karakteristik (sifat dasar) dan pendekatan-pendekatan

yang menjadi ciri IPS itu sendiri.

Pembelajaran sebagai suatu proses, menurut Surya (2004:8-9)

berlandaskan dari prinsi-prinsip, yaitu :

a. Sebagai usaha memperoleh perubahan tingkah laku.

b. Hasil pembelajaran ditandai dengan perubahan tingkah laku secara

keseluruhan.

c. Merupakan suatu proses.

d. Terjadinya karena adanya sesuatu pendorong atauu tujuan yang akan

dicapai.

e. Merupakan bentuk pengalaman.

Pada hakikatnya pembelajaran merupakan suatu proses dimana guru

dan siswa bersama-sama menciptakan lingkungan yang baik sehingga

tercipta kegiatan mengajar yang berdaya guna. Pelaksanaan kegiatan

belajar mengajar didasarkan pada rencana pengajaran. Pengajaran yang

berhasil akan bergantung pada rencana pengajaran yang disusun guru.

Perencanaan yang baik tidak hanya dirancang untuk diaplikasikan dalam

bentuk aksi mengajar guru, tetapi harus dirancang agar tercipta suasana

interaksi yang lebih baik antara guru dan siswa.

Untuk itu diperlukan metode dan model pembelajaran yang

mengungkapkan berbagai realitas yang sesuai dengan situasi kelas yang

dihasilkan dari kerjasama guru dan siswa. Sehubungan dengan itu, maka

Page 37: PTK IPS

guru dalam mengelola proses kegiatan belajar mengajar (KBM) di kelas

hendaknya mengacu kepada hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan

siswa dalam mempelajari bahan yang akan disampaikan oleh guru, serta

cara guru menjelaskan materi kepada siswa.

Dalam melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar (KBM),

seorang guru harus pandai-pandai memotivasi siswanya untuk terbuka,

kreatif, responsif, interaktif, dan evaluatif. Sebab kegiatan belajar

mengajar itu sangat erat hubungannya dengan metode pembelajaran.

Dalam konteks tersebut, bahwa metode pembelajaran bermain peran (role

playing) dapat dijadikan salah satu alternatif, selain metode ceramah yang

hampir dijadikan sebagai satu-satunya metode pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar.

D. Memahami Lingkungan dan Melaksanakan Kerjasama di Sekitar

Rumah.

Penjabaran bahan pengajaran Memahami Lingkungan dan Melaksanakan

Kerjasama di Sekitar Rumah dalam standar isi, kurikulum tingkat satuan

pendidikan. Mata pelajaran IPS kelas III sekolah dasar tahun 2006

(Depdiknas. , 2008 : 164) adalah :

Standar Kompetensi

1. Memahami lingkungan dan melaksanakan kerjasama di sekitar rumah dan

sekolah.

Kompetensi Dasar

1.2. Memelihara lingkungan rumah alam dan buatan di sekitar rumah

Page 38: PTK IPS

Materi pokok

Lingkungan Sekitar

Indikator

1.2.1. Menjelaskan cara memelihara/merawat lingkungan alam.

1.2.2. Menyebutkan cara-cara merawat/ memelihara lingkungan buatan.

Pembelajaran Memahami Lingkungan dan Melaksanakan Kerjasama di

Sekitar Rumah yang tercantum di dalam kurikulum akan dikembangkan oleh

peneliti dan diterapkan melalui metode Role Playing (bermain peran).

Langkah-langkah proses belajar mengajar yang dilakukan guru dalam

menggunakan pendekatan lingkungan yaitu :

1. Perencanaan

a. Menentukan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa berkaitan

dengan strategi pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan sebagai

sasaran belajar, sumber belajar dan sarana belajar.

b. Menentukan obyek yang akan diamati keterkaitannya dengan tujuan

pembelajaran dan kemudahan-kemudahan dalam menggunakan

lingkungan seperti : biayanya murah, tidak terlalu memerlukan waktu

lama, keamanannya dan tersedianya sumber belajar yang harus

dipelajari.

c. Merumuskan cara belajar atau bentuk kegiatan yang harus dilakukan

selama proses belajar mengajar seperti : mengamati proses, mencatat

kejadian, melakukan wawancara dan mengkomunikasikan.

Page 39: PTK IPS

d. Membagi siswa menjadi beberapa kelompok (5/6) orang dan setiap

kelompok diberi tugas untuk mengisi LKS dan melaporkan hasil

pekerjaannya di depan kelas.

2. Pelaksanaan

Langkah pelaksanaan yaitu melakukan kegiatan belajar di tempat

yang akan diamati siswa serta menempelkan alat peraga sesuai dengan

instrument yang telah disiapkan. Setiap kelompok mendiskusikan hasil

pengamatan untuk dilaporkan kepada guru dan kelompok lainnya

3. Tindak Lanjut (Follow Up)

Langkah tindak lanjut adalah langkah berupa kegiatan belajar di

dalam kelas untuk mendiskusikan hasil-hasil yang diperoleh dari

lingkungan. Setiap kelompok diminta untuk melaporkan hasil diskusi di

depan kelas, kelompok lain ditugaskan untuk menanggapi, pada akhirnya

guru memberikan penjelasan dan pembahasan akhir yang dikaitkan dengan

tujuan pembelajaran.

Page 40: PTK IPS

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini penulis menggunakan pendekatan

kualitatif, yaitu pendekatan untuk memahami fenomena tentang apa yang

dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan,

dan lain-lain, secara holistik, dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata

dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan

berbagai metode alamiah. (Lexy J. Moleong, 2007 : 6)

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

tindakan kelas (Class Action Research), karena jenis penelitian ini mampu

menawarkan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan

profesionalisme pendidik dalam proses belajar mengajar di kelas dengan

melihat kondisi siswa. (Suharsimi Arikunto, dkk, 2007 : 102)

B. Rancangan Penelitian

Dalam penelitian tindakan kelas pendidikan agama islam tentang ibadah

shalat fardhu, rancangan penelitian yang dibuat adalah sebagai

berikut:

1. Melihat kondisi riil hasil ulangan siswa melalui daftar nilai

serta tingkat ketercapaian dalam standar ketuntasan belajar

minimal (SKBM)

Page 41: PTK IPS

2. Menyiapkan media dan fasilitas pendukung

3. Menyusun rencana pembelajaran

4. Membuat panduan observasi untuk mengetahui tingkat pemahaman

siswa terhadap pembelajaran pendidikan agama islam pada materi

ibadah shalat fardhu

5. Menargetkan ketercapaian hasil pembelajaran 75% lebih siswa dapat

menguasai bahan pelajaran

C. Pelaksanaan Penelitian

Dalam melaksanakan PTK harus mengacu pada desain penelitian yang

telah dirancang sesuai dengan prosedur penelitian yang berlaku.Ada beberapa

ahli yang mengemukakan model penelitian dengan model yang berbeda,

namun secara garis besar terdapat empat tahapan yang harus dilaluinya, yaitu:

(Suharsimi Arikunto, 2007 16-19)

1. Perencanaan (Planning). Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan.

2. Pelaksanaan (Acting). Tahap kedua dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan kelas.

3. Pengamatan (Observing). Tahan ketiga ini, yaitu kegiatan pengamatan yang dilakuakn oleh pengamat. Sebetulnya sedikit kurang tepat kalau pengamat ini dipisahkan dengan pelaksanaan tindakan karena seharusnya pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang dilakukan. Jadi, keduanya berlangsung dalam waktu yang sama.

4. Refleksi (Reflecting). Tahap keempat merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksana sudah melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan, jika penelitian ini kolaboratif. Adapun model penelitiannya dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Page 42: PTK IPS

Gambar Alur Pelaksanaan Tindakan Penelitian Tindakan Kelas

Page 43: PTK IPS

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi Abu. 2006. Metodik Khusus Pendidikan Agama (MKPA). Bandung: Armico.

Arief Armai. 2002. Pengantar Ilmu Dan Metologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pers.

Arifin Muzayyin. 2005. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

As’ad Moh. 2001. Psikologi Industri. Yogyakarta: Liberty.

Daradjat Zakiyah. 2004. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Depag. 2004. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: Intermasa.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2009. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2004. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional.

Fathurrohman Pupuh dan Sutikno, M. Sobry. 2007. Strategi Belajar Mengajar:Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islam. Bandung: Refika Aditama.

Gintings Abdurahman. 2008. Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Humaniora.

Ghony Djunaidi. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif. Malang: UIN Press.

Hamalik Oemar. 2007. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Hall, Calvin S. dan Lindzey Gardner. 2003. Teori-Teori Holistik (Organik-Fenomenologis). Yogyakarta: Kanisius.

Khaeruddin dan Junaedi Mahfud. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Konsep dan Implementasinya di Madrasah. Jogjakarta: Pilar Media.

K, Roestiyah N. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Nazarudin Mgs. 2007. Manajemen Pembelajaran. Yogjakarta: Teras.

Prasetyo Bambang dan Jannah, Lina Miftahul. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rajawali Pers.

Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama/IAIN. 2002. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam.

Purwanto Ngalim. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Page 44: PTK IPS

Sagala Syaiful. 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar ProsesPendidikan. Jakarta: Kencana Perdana Media Group.

Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajagrafindo.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudijono Anas. 2005. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajagrafindo Persada

Sugiyono, 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan Kualitatiif RD Bandung: Alfabeta.

Surakhmad Winarno. 2006. Metodologi Pengajaran Nasional. Jakarta: Jemmars.

Syah Muhibbin. 2005. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Bandung: Remaja Rosdakarya.

Tafsir Ahmad. 2004. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Tatapangarsa Humadi. 1974. Methodology Pendidikan Agama Islam. Malang: IKIP Malang.

Uno, Hamzah B. 2007. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.

Usman, Moh. Uzer. 2002. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Yamin Martinis. 2007. Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Press.

Wahidmurni. 2008. Cara Mudah Menulis Proposal dan Laporan Penelitian Lapangan. Malang: UM Press.

Winkel, W.S. 2001. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo.

Zuhairini, dkk. 2001. Metodik Khusus Pendidikan Agama. Surabaya: Usaha Nasional.