Ptk Drill and Media Kartu

download Ptk Drill and Media Kartu

of 58

description

pkm

Transcript of Ptk Drill and Media Kartu

BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kiranya tidak asing lagi apabila mendengar guru-guru Agama yang menyatakan keluhan-keluhan tentang pengajaran materi pendidikan agama, khususnya di sekolah-sekolah umum. Hal ini disebabkan karena adanya faktor ketakutan dari siswa itu sendiri yang menganggap materi pendidikan agama adalah materi yang paling menyulitkan untuk dipelajari. Ketika seorang guru memberikan materi pendidikan agama saat itu juga siswa merasa kurang berminat, kurang termotivasi untuk mempelajari atau untuk menerimanya. Akibatnya, dapat mengurangi keefektifan proses belajar mengajar.

Faktor lain adalah karena basic (dasar) dari siswa. Mayoritas siswa yang belajar di sekolah-sekolah umum memiliki dasar yang minim sekali tentang pendidikan agama. Atau mereka bisa dikatakan orientasinya kepada pendidikan agama kurang. Akibatnya, ketika siswa dihadapkan pada materi agama khususnya pembelajaran bahasa arab, siswa akan mengalami kesulitan pada proses belajarnya.

Demikian juga alokasi waktu yang diberikan untuk mata pelajaran PAI di sekolah-sekolah umum (1 x pertemuan dalam seminggu / 2 x 45 menit). Bagaimana mungkin siswa dapat membaca dengan fasih, menulis dengan tepat dan benar, menghafal dengan cepat. Dengan latar belakang basic agama yang minim sekali sementara waktu yang diberikan untuk materi pendidikan agama sangat sedikit sekali. Hal inilah yang menjadi penghalang ketercapaian hasil yang memuaskan. Akan berbeda sekali dengan siswa madrasah pada umumnya yang telah memiliki latar pendidikan agama. Lebih mudah untuk membaca, mudah dalam menulis dan menghafal sehingga tidak terdapat kesulitan-kesulitan untuk mempelajari materi pendidikan agama.

Berdasarkan fenomena-fenomena di atas sebagai gambaran problema dalam memperoleh efektifitas dan efisien pembelajaran materi pendidikan agama, maka disini penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan tersebut melalui pendekatan teoritis dan empirik. Maka dari itu disini penulis mencoba untuk mengambil judul Penggunaan Metode Drill Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Pada Materi Bahasa Arab Di kelas II- Di MTS Kediri II. Kediri. Dari sini diharapkan dapat menemukan pemecahannya sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan yang hendak di kaji dapat dirumuskan sebagai berikut :1 Apakah penggunaan metode drill dapat mengatasi kesulitan belajar pada mata pelajaran Bahasa Arab?

2 Bagaimana pelaksanaan metode drill dalam mengatasi kesulitan belajar pada materi Bahasa Arab yang diberikan pada siswa kelas II-1 di MTS Kediri II ?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah yang hendak di kaji tersebut, maka peneliti ini bertujuan untuk :

1 Memperoleh konfirmasi apakah metode drill dapat mengatasi kesulitan belajar materi Bahasa Arab siswa kelas II-1 di SMU Negeri 1 Batu.

2 Mengetahui bagaimana peaksanaan metode drill materi Bahasa Arab siswa kelas II-1 di SMU Negeri 1 Batu.

D. Hipotesis

Dengan menggunakan Metode Drill materi Pendidikan Agama Islam dapat mempermudah belajar siswa kelas II-1 di SMU Negeri 1 Batu.

E. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian, diharapkan dapat meberikan manfaat, antara lain :

1. Lembaga Sebagai pemberi informasi tentang hasil dari penggunaan metode drill dalam proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam khususnya Bahasa Arab, serta sebagai bahan pertimbangan bagi lembaga dalam memberikan kebijakan kepada para guru dalam penyampaian materi Pendidikan Agama Islam.

2. GuruAgar guru lebih mudah dalam menyampaikan materi yaitu secara praktis, efektif dan efesien dalam mencapai hasil pembelajaran yang maksimal, serta untuk menmbah wawasan tentang penggunaan metode pembelajaran.

3. SiswaSiswa agar lebih mudah dalam memahami materi yang disampaikan guru serta lebih mudah dalam memotivasi kegiatan belajar materi Pendidikan Agama Islam khususnya Bahasa Arab untuk direalisasikan dalam kehidupannya..F. Sistematika PembahasanBAB I Pendahuluan, pada bab ini memaparkan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, hipotesis penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan.

BAB II Kajian Pustaka, pada bab ini memaparkan tentang pengertian, unsur-unsur, tujuan, kebaikan, kelemahan, dan penggunaan metode drill dalam pembelajaran Bahasa Arab.

BAB III Metode Penelitian, pada bab ini memaparkan tentang pendekatan dan jenis penelitian, tahapan penelitian, siklus penelitian, pembuatan instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, pengecekan keabsahan data, indikator kinerja.

BAB IV Paparan Data dan Hasil Penelitian, pada bab ini memaparkan tentang lokasi penelitian dan hasil penelitian yang meliputi penyajian data-data yang diperoleh dari lapangan.

BAB V Penutup, pada bab ini memaparkan tentang kesimpulan dari hasil penelitian serta saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perkembangan Pendidikan Agama Islam khususnya Bahasa Arab dalam metode pengajarannya.BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Metode Drill

1. Definisi Metode Drill

Sebelum mendefinisikan tentang metode drill terlebih dahulu mengetahui tentang metode mengajar itu sendiri. Metode mengajar adalah cara guru memberikan pelajaran dan cara murid menerima pelajaran pada waktu pelajaran berlangsung, baik dalam bentuk memberitahukan atau membangkitkan. Oleh karena itu peranan metode pengajaran ialah sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar yang kondusif. Dengan metode ini diharapkan tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa sehubungan dengan mengajar guru, dengan kata lain terciptalah interaksi edukatif antara guru dengan siswa. Dalam interaksi ini guru berperan sebagai penggerak atau pembimbing, sedangkan siswa berperan sebagai penerima atau yang dibimbing. Proses interaksi ini akan berjalan dengan baik jika siswa lebih aktif di bandingkan dengan gurunya. Oleh karenanya metode mengajar yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar siswa dan sesuai dengan kondisi pembelajaran.

Salah satu usaha yang tidak boleh ditinggalkan oleh guru adalah bagaimana guru memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang mempengaruhi dalam proses belajar mengajar. Kerangka berpikir yang demikian bukanlah suatu hal yang aneh tetapi nyata dan memang betul-betul dipikirkan oleh guru.Dari definisi metode mengajar, maka metode drill adalah suatu cara mengajar dimana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan, agar siswa memiliki ketangkasan atau ketrampilan yang lebih tinggi dari apa yang dipelajari.

Dalam buku Nana Sudjana, metode drill adalah satu kegiatan melakukan hal yang sama, berulang-ulang secara sungguh-sungguh dengan tujuan untuk memperkuat suatu asosiasi atau menyempurnakan suatu ketrampilan agar menjadi bersifat permanen. Ciri yang khas dari metode ini adalah kegiatan berupa pengulangan yang berkali-kali dari suatu hal yang sama.

Dengan demikian terbentuklah pengetahuan-siap atau ketrampilan-siap yang setiap saat siap untuk di pergunakan oleh yang bersangkutan.

2. Macam-Macam Metode Drill

Bentuk- bentuk Metode Drill dapat direalisasikan dalam berbagai bentuk teknik, yaitu sebagai berikut :

a. Teknik Inquiry (kerja kelompok)

Teknik ini dilakukan dengan cara mengajar sekelompok anak didik untuk bekerja sama dan memecahakan masalah dengan cara mengerjakan tugas yang diberikan.

b. Teknik Discovery (penemuan)

Dilakukan dengan melibatkan anak didik dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, diskusi.

c. Teknik Micro TeachingDigunakan untuk mempersiapkan diri anak didik sebagai calon guru untuk menghadapi pekerjaan mengajar di depan kelas dengan memperoleh nilai tambah atau pengetahuan, kecakapan dan sikap sebagai guru.

d. Teknik Modul Belajar

Digunakan dengan cara mengajar anak didik melalui paket belajar berdasarkan performan (kompetensi).

e. Teknik Belajar Mandiri

Dilakukan dengan cara menyuruh anak didik agar belajar sendiri, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.

3. Tujuan Penggunaan Metode Drill

Metode Drill biasanya digunakan untuk tujuan agar siswa :

a. Memiliki kemampuan motoris/gerak, seperti menghafalakan kata-kata, menulis, percakapan atau mempergunakan alat.

b. Mengembangkan kecakapan intelek, seperti mengalikan, membagi, menjumlahkan.

c. Memiliki kemampuan menghubungkan antara sesuatu keadaan dengan yang lain.

4. Syarat-Syarat Dalam Metode Drill

1. Masa latihan harus menarik dan menyenangkan.

a. Agar hasil latihan memuaskan, minat instrinsik diperlukan.

b. Tiap-tiap langkah kemajuan yang dicapai harus jelas.

c. Hasil latihan terbaik yang sedikit menggunakan emosi

2. Latihan latihan hanyalah untuk ketrampilan tindakan yang bersifat otomatik.

3. Latihan diberikan dengan memperhitungkan kemampuan/ daya tahan murid, baik segi jiwa maupun jasmani.

4. Adanya pengerahan dan koreksi dari guru yang melatih sehingga murid tidak perlu mengulang suatu respons yang salah.

5. Latihan diberikan secara sistematis.

6. Latihan lebih baik diberikan kepada perorangan karena memudahkan pengarahan dan koreksi.

7. Latihan-latihan harus diberikan terpisah menurut bidang ilmunya.

5. Prinsip Dan Petunjuk Menggunakan Metode Drill

a. Siswa harus diberi pengertian yang mendalam sebelum diadakan latihan tertentu.

b. Latihan untuk pertama kalinya hendaknya bersikap diagnostik:

1 Pada taraf permulaan jangan diharapkan reproduksi yang sempurna.

2 Dalam percobaan kembali harus diteliti kesulitan yang timbul.

3 Respon yang benar harus diperkuat.

4 Baru kemudian diadakan variasi, perkembangan arti dan kontrol

c. Masa latihan secara relativ singkat, tetapi harus sering dilakukan.

d. Pada waktu latihan harus dilakukan proses essensial.

e. Di dalam latihan yang pertama-tama adalah ketepatan, kecepatan dan pada akhirnya kedua-duanya harus dapat tercapai sebagai kesatuan.

f. Latihan harus memiliki arti dalam rangka tingkah laku yang lebih luas.

1 Sebelum melaksanakan, pelajar perlu mengetahui terlebih dahulu arti latihan itu.

2 Ia perlu menyadari bahwa latihan-latihan itu berguna untuk kehidupan selanjutnya.

3 Ia perlu mempunyai sikap bahwa latihan-latihan itu diperlukan untuk melengkapi belajar.

6. Keuntungan Atau Kebaikan Metode Drill

a. Bahan pelajaran yang diberikan dalam suasana yang sungguh-sungguh akan lebih kokoh tertanam dalam daya ingatan murid, karena seluruh pikiran, perasaan, kemauan dikonsentrasikan pada pelajaran yang dilatihkan.

b. Anak didik akan dapat mempergunakan daya fikirannya dengan bertambah baik, karena dengan pengajaran yang baik maka anak didik akan menjadi lebih teratur, teliti dan mendorong daya ingatnya.

c. Adanya pengawasan, bimbingan dan koreksi yang segera serta langsung dari guru, memungkinkan murid untuk melakukan perbaikan kesalahan saat itu juga. Hal ini dapat menghemat waktu belajar disamping itu juga murid langsung mengetahui prestasinya.

7. Kelemahan Metode Drill dan Petunjuk Untuk Mengurangi Kelemahan-Kelemahan Tersebut

a. Kelemahan Metode Drill

1 Latihan Yang dilakukan di bawah pengawasan yang ketat dan suasana serius mudah sekali menimbulkan kebosanan.

2 Tekanan yang lebih berat, yang diberikan setelah murid merasa bosan atau jengkel tidak akan menambah gairah belajar dan menimbulkan keadaan psikis berupa mogok belajar/latihan.

3 Latihan yang terlampau berat dapat menimbulkan perasaan benci dalam diri murid, baik terhadap pelajaran maupun terhadap guru.

4 Latihan yangs selalu diberikan di bawah bimbingan guru, perintah guru dapat melemahkan inisiatif maupun kreatifitas siswa.

5 Karena tujuan latihan adalah untuk mengkokohkan asosiasi tertentu, maka murid akan merasa asing terhadap semua struktur-struktur baru dan menimbulkan perasan tidak berdaya.

b. Petunjuk Untuk Mengurangi Kelemahan-Kelemahan Di Atas

1 Janganlah seorang guru menuntut dari murid suatu respons yang sempurna, reaksi yang tepat.

2 Jika terdapat kesulitan pada murid saat saat merespon, mereaksi, hendaknya guru segera meneliti sebab-sebab yang menimbulkan kesulitan tersebut.

3 Berikanlah segera penjelasan-penjelasan, baik bagi reaksi atau respon yang betul maupun yang salah. Hal ini perlu dilakukan agar murid dapat mengevaluasi kemajuan dari latihannya.

4 Usahakan murid memiliki ketepatan merespon kemudian kecepatan merespon.

5 Istilah-istilah baik berupa kata-kata maupun kalimat-kalimat yang digunakan dalam latihan hendaknya dimengerti oleh murid.

B. Kesulitan Belajar Siswa

1. Definisi Kesulitan Belajar

Definisi kesulitan belajar pertama kali dikemukakan oleh The United State of Office of Education (USEOU) pada tahun 1997 yang dikenal dengan public law, yaitu suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa uraian atau tulisan. Adapun The National Joint Committee for Learning Disabilities (NJCLD) mengemukakan bahwa kesulitan belajar adalah menunjuk kepada sekelompok kesulitan yang dimanifestasikan dalam bentuk kesulitan yang nyata dalam kemahiran dan penggunaan kemampuan mendengarkan, bercakap-cakap, membaca menulis, dan nalar. Kesulitan belajar juga dikemukakan oleh The Board of The Association for Children and Adult with Learning Disabilities (ACALD), yaitu :

a. Suatu kondisi yang diduga bersumber neurologis yang secara selektif mengganggu perkembangan, integrasi dan atau kemampuan verbal atau non verbal.

b. Suatu kondisi, ketidakmampuan yang nyata pada orang-orang yang memiliki system sensoris yang cukup dan kesempatan untuk belajar yang cukup pula.

Dari beberapa definisi tersebut diatas mengemukakan bahwa anak kesulitan belajar memperoleh prestasi belajar jauh di bawah potensi yang dimilikinya. Selain itu juga beberapa definisi tersebut juga mengemukakan bahwa pengertian kesulitan belajar harus disebabkan oleh adanya gangguan fungsi neorologin.

2. Klasifikasi Kesulitan Belajar

Secara garis besar yang berhubungan dengan perkembangan (Developmental Learning Disabilities) mencakup gangguan motorik dan persepsi kesulitan belajar bahasa dan komunikasi, kesulitan dalam penyesuaian perilaku sosial.

a. Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan (Developmental Learning Disabilities) mencakup gangguan motorik dan persepsi kesulitan belajar bahasa dan komunikasi, kesulitan dalam penyesuaian perilaku sosial. Kesulitan tersebut sulit diketahui karena tidak ada pengukuran yang sistematis dan sering tampak sebagai kesulitan yang disebabkan oleh tidak dikuasainya ketrampilan prasyarat.

b. Kesulitan belajar akademik, menunjuk pada adanya kegagalan-kegagalan pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas yang diharapkan. Kesulitan ini dapat diketahui ketika anak gagal menampilkan salah satu/beberapa kemampuan akademik.

3. Penyebab Kesulitan Belajar

Prestasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu internal dan eksternal. Penyebab utama kesulitan belajar adalah faktor internal, yaitu kemungkinan adanya disfungsi neurologis. Sedangkan penyebab utama problema belajar adalah faktor eksternal.

Berbagai faktor yang menyebabkan disfungsi neurologis yang pada gilirannya dapat menyebabkan kesulitan belajar ;

a. Faktor genetik.

b. Luka pada otak karena trauma fisik.

c. Biokimia yang hilang.

d. Biokimia yang merusak otak.

e. Pencemaran lingkungan.

f. Gizi yang memadai.

g. Pengaruh-pengaruh psikologis dan sosial.

Adapun menurut Oemar Hamalik ada beberapa faktor yang dapat menimbulkan kesulitan belajar :

1. Faktor-faktor yang bersumber dari diri sendiri

Faktor ini timbul dari siswa sendiri yang seringkali tidak disadari oleh siswa yang bersangkutan atau meski disadari seringkali menganggap remeh dan tidak berusaha untuk menghilangkan/ memperbaikinya, yang termasuk dalam sebab ini adalah :

a. Siswa tidak mempunyai tujuan belajar yang jelas.

b. Siswa kurang berminat terhadap bahan pengajaran.

c. Kesehatan siswa yang terganggu.

d. Kebiasaan belajar yang kurang menguntungkan bagi siswa.

2. Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan keluarga adalah:

a. Masalah ekonomi dalam keluarga.

b. Masalah disharmonis dalam keluarga.

c. Kurangnya kontrol dalam keluarga.

d. Faktor-faktor yang bersumber dari masyarakat

e. Gangguan dari jenis kelamin.

a. Terlalu aktif dalam organisasi.

b. Tidak mempunyai teman belajar bersama untuk kesulitan belajar.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti memilih pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat diperoleh dengan menggunakan prosedur statistik atau dengan cara lain dari pengukuran.

Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kegiatan pembelajaran dalam mengatasi kesulitan siswa dalam pembelajaran.

Menurut T. Raka Joni dalam F.X Soedarsono penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan rasional dari tindakan-tindakan yang dilakukannya itu serta memperbaiki kondisi-kondisi di mana praktek-praktek pembelajaran tersebut dilakukan.

Penelitian ini dilaksanakan di SMU Negeri 1 Batu yang terletak di Jl. KH. Agus Salim 57 Kota Batu, SMU Negeri 1 Batu merupakan salah satu Sekolah Menengah Umum yang berada di Batu di bawah naungan Departemen Pendidikan Nasional. Penelitian ini akan difokuskan pada peserta didik kelas II - 1 di SMU Negeri 1 Batu yang berjumlah 42 siswa (39 siswa muslim dan 3 siswa non muslim) pada saat mengikuti kegiatan proses belajar mengajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

B. Tahapan Penelitian

1. Perencanaan Tindakan

Dalam penelitian tindakan kelas ini diharapkan kita dapat mengetahui efektifitas dari penggunaan Metode Drill dalam mengatasi kesulitan belajar siswa yang khususnya materi Pendidikan Agama Islam bagi siswa kelas II-1 SMU Negeri 1 Batu. Sebagai upaya untuk mencapai hasil yang maksimal dan optimal sesuai dengan keinginan bersama, maka perlu dirumuskan skenario. Adapun perencanaan skenario tersebut adalah:

a. Diskusi dengan guru pamong untuk memilih kelas yang akan diteliti.

b. Observasi kondisi kelas II-1 SMU Negeri 1 Batu.

c. Identifikasi permasalahan dalam proses belajar-mengajar.

d. Menyusun langkah-langkah pembelajaran yang sistematis.

e. Menyusun materi yang akan disampaikan.

f. Memformulasikan metode yang sesuai.

g. Membuat alat observasi, untuk mengetahui keaktifan dan tingkat kreatifitas dalam proses belajra-mengajar.

h. Memakai metode yang digunakan yaitu Metode Drill.

i. Menyusun alat evaluasi.

Penelitian ini dilaksanakan selama 5 (lima) minggu yang dimulai pada hari Rabu tanggal 28 Juli 2004 dan berakhir pada tanggal 25 Agustus 2004.

2. Pelaksanaan Tindakan

Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti membagi menjadi 2 siklus. Tiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Adapun pelaksanaan tindakan / kegiatan-kegiatan yang direncanakan di kelas selama 5 (lima) kali pertemuan sebagai berikut:

a. Tahap Awal1. Salam pembuka.

2. Membaca ayat-ayat pilihan yang oleh peneliti.

3. Menyampaikan tujuan pembelajaran / kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa.

4. Dalam proses belajar mengajar (Teaching Learning Proces) menerapkan Metode Drill.

b. Tahapan Inti

1. Peneliti mengadakan tes untuk hafalan siswa.

2. Peneliti memberikan stimulus materi yang akan di bahas.

3. Peneliti mebagi siswa menjadi beberapa bagian kelompok.

4. Peneliti memberi tugas kepada masing-masing kelompok.

5. Peneliti mengatur jalannya diskusi.

6. Tiap kelompok harus mempresentasikan hasil diskusinya.

7. Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pendapatnya, baik dalam bentuk menyanggah ataupun yang lainnya.

8. Peneliti mengevaluasi hasil kinerja siswa selama proses belajar mengajar berlangsung.c. Tahap Akhir

1. Peneliti meluruskan permasalahan dan memberikan feed back yang tepat atas permasalahan yang di bahas.

2. Peneliti memberi tugas untuk mempelajari bab selanjutnya dan menghaflkan tugas-tugas yang telah ditentukan.3. Peneliti menutup pertemuan / salam penutup3. Observasi dan Interpretasi

Selama proses belajar-mengajar berlangsung, peneliti melakukan pengambilan data berupa hasil pengamatan dan hasil belajar siswa. Hasil pengamatan dicatat pada lembar pengamatan dan di dokumentasikan. Hal-hal yang dicatat antara lain :

a. Aktivitas siswa selama proses belajar-mengajar berlangsung.

b. Out put belajar siswa yang diperoleh dari nilai tugas diskusi di kelas, keaktifan siswa, dan nilai tes ulangan harian.

4. Analisis dan Refleksi

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.

Menurut Miles dan Hubberman, tekhnik analisa data terdiri dari 3 tahap pokok, yaitu: 1) reduksi data, 2) paparan data, dan 3) penarikan kesimpulan.

Reduksi data merupakan proses pemilahan data yang relevan, penting, bermakna dan data yang tidak berguna untuk menjelaskan tentang apa yang menjadi sasaran analisis. Langkah yang digunakan adalah menyederhanakan dengan membuat jalan fokus, klasifikasi dan abstraksi data kasar menjadi data yang bermakna untuk dianalisis. Data yang telah direduksi selanjutnya disajikan dengan cara mendiskripsikan dalam bentuk paparan data yang memungkinkan untuk ditarik kesimpulan. Kesimpulan merupakan intisari dari analisis yang memberikan pernyataan tentang dampak dari penelitian tindakan kelas. Data hasil pengamatan dan hasil belajar siswa, setelah dianalisis dapat digunakan untuk menyusun refleksi. Refleksi merupakan kegiatan sintesis-analisis, integrasi, interpretasi dan eksplanasi terhadap semua informasi yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan.

Terkait dengan penelitian ini, maka data yang diperoleh melalui observasi di dalam kelas dianalisis untuk memastikan bahwa dengan menerapkan metode drill dapat mengatasi kesulitan belajar siswa dalam mempelajari materi Pendidikan Agama Islam.

Dalam menganlisis data akan digunakan prosedur dan teknik-teknik yang sesuai dengan tujuan yang ada atau yang akan dicapai. Yakni memberikan kesempatan kepada siswa untuk pengetahuan-pengetahuan yang baru didapatnya lebih berharga, karena itu merupakan hasil temuan mereka sendiri, sehingga pada akhirnya akan dapat mengatasi kesulitan belajar siswa.

C. Siklus Penelitian.

Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti membagi menjadi 2 siklus. Tiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Hal ini sesuai dengan dua pokok bahasan, yakni bab shalat sunah (4 X 45 menit dengan 2 kali pertemuan), dan bab zikir dan doa (4 X 45 menit dengan 2 kali pertemuan).

D. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analis, penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi pelopor hasil penelitiannya. Pengertian instrument atau alat penelitian di sini tepat karena ia menjadi segalanya dari keseluruhan proses penelitian. Namun, instrument penelitian di sini dimaksudkan sebagai alat mengumpulkan data seperti tes pada penelitian kualitatif. Adapun instrumen yang dapat dijadikan sebagai penunjang lainnya adalah pengamatan dengan lembar pedoman observasi prilaku siswa di dalam kelas pada saat proses belajar-mengajar, nilai tugas dari setiap siklus dan nilai ulangan harian.

E. Teknik Pengumpulan Data

Data yang akurat akan diperoleh ketika proses pengumpulan data tersebut dipersiapkan dengan matang. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa tehnik pengumpulan data, yaitu:1. Metode Observasia) Observasi Partisipatif

Pengamatan dapat diklafisikasikan atas pengamatan melalui cara berperan serta dan yang tidak berperan serta. Pada pengamatan tanpa peran serta pengamat hanya melakukan satu fungsi, yaitu mengadakan pengamatan. Pengamatan berperan serta melakukan dua peranan sekaligus, yaitu sebagai pengamat dan sekaligus menjadi anggota resmi dari kelompok yang diamatinya. Pengamatan dapat pula dibagi atas pengamatan terbuka dan pengamatan tertutup. Yang terbuka atau tertutup disini adalah pengamat dan latar penelitian. Pengamat secara terbuka diketahui oleh subjek, sedangkan sebaliknya para subjek dengan sukarela memberikan kesempatan kepada pengamat untuk mengamati peristiwa yang terjadi, dan mereka menyadari bahwa ada orang yang mengamati hal yang dilakukan mereka. Sebaliknya pada pengamatan tertutup, pengamatnya beroperasi dan mengadakan pengamatan tanpa diketahui oleh para subjeknya.

Terkait dengan penelitian ini, maka observasi disini maksudnya adalah observasi berpartisipatif. Cara ini digunakan agar data yang diinginkan sesuai dengan apa yang dimaksud oleh peneliti. Pengamatan partisipatif maksudnya peneliti turut berpartisipasi secara langsung dan bersifat aktif dalam kegiatan subyek yang diteliti dan menjadi pengarah acara agar kedalaman dan keutuhan datanya tercapai. Sekaligus sebagai fasilitator. Pengamat dalam hal ini menjadi anggota penuh dari kelompok yang diamatinya. Dengan demikian ia dapat memperoleh informasi apa saja yang dibutuhkannya, termasuk yang dirahasiakan sekalipun. Dan juga peneliti kadang-kadang mengarahkan obyek yang diteliti untuk melaksanakan tindakan yang mengarah pada data yang ingin diperoleh peneliti.

b) Observasi Aktivitas KelasMerupakan suatu pengamatan langsung terhadap siswa dengan memperhatikan tingkah lakunya dalam proses belajar-mengajar maupun dalam model pembelajaran apapun. Sehingga, peneliti memperoleh gambaran suasana kelas dan peneliti dapat melihat secara langsung tingkah laku siswa, kerjasama serta komunikasi diantara siswa dalam proses belajar-mengajar.

Terkait dengan penelitian ini, maka observasi disini maksudnya adalah observasi aktivitas kelas yang dilaksanakan oleh peneliti dan siswa yang diteliti ketika peneliti mengajar dikelas yang menggunakan Metode Drill. Observasi secara langsung yang dilakukan peneliti ini agar memperoleh data-data yang berguna bagi penelitiannya.

2. Pengukuran Test Hasil Belajar

Data yang telah diperoleh dilapangan akan dikomparasikan oleh peneliti dengan menggunakan lembar observasi prilaku siswa, out put dari data evaluasi tugas, nilai ulangan harian, juga melihat dari keaktifan obyeknya.

Untuk mempermudah peneliti dalam mengumpulkan data, dan data yang diperoleh tidak hilang maka peneliti melakukan perekaman dengan cara membuat catatan dari hasil yang telah diperoleh selama proses penelitian. Teknik perekaman yang dilakukan adalah dengan membuat catatan-catatan pada lembar pedoman observasi prilaku siswa berdasarkan perkembangan siswa setiap siklus, yakni siklus I dan siklus II.F. Pengecekan Keabsahan DataUntuk pengecekan keabsahan data dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti menggunakan triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.

Terkait dengan penelitian ini, maka data yang dijadikan perbandingan adalah lembar pedoman observasi prilaku siswa, hasil dari nilai tugas (siklus I dan siklus II), keaktifan siswa, dan nilai ulangan harian.

G. Indikator Kinerja

Sebagai tolak ukurnya, penelitian ini yang dilaksanakan selama 5 kali pertemuan pada saat proses belajar-mengajar dengan observasi di dalam kelas sudah cukup untuk menilai apakah penggunaan metode drill dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMU Negeri 1 Batu dapat mengatasi kesulitan belajar siswa. Hal tersebut dapat kita lihat dari catatan pada lembar observasi prilaku siswa pada saat mengikuti proses kegiatan belajar-mengajar, nilai tugas dan tes ulangan harian.

BAB IV

PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMU Negeri 1 Batu yang terletak di Jl. KH. Agus Salim 57 Kota Batu, SMU Negeri 1 Batu merupakan salah satu Sekolah Menengah Umum yang berada di Batu di bawah naungan Departemen Pendidikan Nasional. SMU Negeri 1 Batu merupakan sekolah yang favorit. SMU Negeri 1 Batu didukung oleh sumber daya manusia yang cukup memadai dan profesional, dimana SMU Negeri 1 Batu, memiliki 50 pendidik yang tetap, dan 5 pendidik yang tidak tetap. Jadi jumlah seluruh pendidik di SMU Negeri 1 Batu berjumlah 55 dengan kepala sekolah. Pegawai di SMU Negeri 1 Batus ebagian besar mereka adalah lulusan berpendidikan yang tinggi, baik yang ada di kota Malang maupun diluar kota Malang.

Dan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas, SMU Negeri 1 Batu menyediakan berbagai macam fasilitas yang mendukung proses pendidikan, diantaranya adalah ruang belajar (kelas) yang berjumlah 24 kelas, yitu 8 ruang untuk kelas satu, 8 ruang untuk kelas dua, dan 8 ruang untuk kelas tiga. SMU Negeri 1 Batu juga dilengkapi dengan laboratorium komputer, laboratorium bahasa, laboratorium IPA, laboratorium IPS, perpustakaan, musholla, ruang guru, ruang tata usaha, ruang kepala sekolah, ruang BP, ruang kesenian, organisasi kesiswaan seperti OSIS, UKS, Koperasi Sekolah, Pramuka, PMR, ruang olah raga, dan kamar mandi.

Penelitian ini akan difokuskan pada peserta didik kelas II - 1 di SMU Negeri 1 Batu yang berjumlah 42 siswa (39 siswa muslim dan 3 siswa non muslim)pada saat mengikuti kegiatan proses belajar-mengajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Penelitian ini dilaksanakan oleh guru praktekan selaku penulis laporan ini. Penelti mencoba menerapkan metode yang dianggap mampu untuk mengatasi permasalahan dalam mengatasi kesulitan belajar. Salah satu metode pengajarannya adalah dengan menerapkan metode drill. Penelitian ini juga dimaksudkan untuk mengubah system pengajaran Pendidikan Agama Islam yang selama ini monoton menjadi menarik dan diminati oleh siswa.

B. Hasil Penelitian

Uraian berikut adalah salah satu upaya untuk mendeskripsikan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan. Dengan demikian kita akan mengetahui bahwa penggunaan metode drill dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam dapat mengatasi kesulitan belajar siswa kelas II-1 di SMU Negeri 1 Batu.

Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 28 Juli 2004 sampai dengan tanggal 25 Agustus 2004 selama 5 kali pertemuan, tiap hari sabtu jam 3-4 di kelas II-1. Dengan demikian, praktek untuk mengajar yang dilakukan peneliti hanya berlangsung 5 kali pertemuan (1 pertemuan, observasi kelas, dan 4 pertemuan untuk praktek mengajar) dengan 2 pokok bahasan yaitu bab shalat sunah (4 X 45 menit dengan 2 kali pertemuan), dan bab zikir dan doa (4 X45 pertemuan dengan 2 kali pertemuan). 1. Siklus Pertama

a. Rencana Tindakan Siklus ISebagai upaya untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan optimal, peneliti menerapkan metode drill sebagai metode yang dapat melibatkan antara guru dan siswa dan dapat berperan aktif dalam proses kegiatan belajar-mengajar. Karena jika hanya menggunakan metode-metode klasik seperti metode ceramah ataupun yang lainnya dirasakan kurang tepat jika diterapkan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada kelas II-1.

Siklus ini terdiri dari satu pokok bahasan, yaitu bab shalat sunah (4 X 45 menit dengan 2 kali pertemuan). Sebelum pelaksanaan metode drill pada siklus I, peneliti melakukan perencanaan melalui beberapa tahap persiapan yaitu:

a. Membuat rencana pembelajaran.

b. Membagi materi BAB II (Shalat Sunah) menjadi 5 bagian, yaitu:

1) Shalat dhuha

2) Shalat gerhana matahari dan bulan

3) Shalat istikharah

4) Shalat hajat

5) Shalat istisqa

c. Peneliti membagai siswa kelas II-1 menjadi 5 kelompok sekaligus memberi tugas masing-masing kelompok..

d. Setelah pembentukan kelompok, kemudian peneliti mengambila alat observasi guna mengetahui keantusiasan dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran berlangsung.b. Pelaksanaan Siklus I

Setelah diputuskan menggunakan metode drill siswa kelas II-1, maka tahapan pembelajaran sesuai dengan tahapan dalam metode drill. Adapun penelitian ini mulai dilaksanakan pada tanggal 04 Agustus 2004 yang proses pembelajarannya berlangsung selama 2 X 45 menit, yang meliputi:Pertemuan I : 2 X 45 menit (Rabu, 04 Agustus 2004)

1. Tahap Awal

a. Salam pembuka (assalamualaikum Wr. Wb.)

b. Membaca Al-Quran sesuai dengan topik bahasan.

c. Presensi siswa.

2. Tahap Inti

Pre Activitya. Peneliti/ guru memberikan stimulus materi BAB II (Shalat-Shalat Sunah)

b. Peneliti/ guru membagi siswa menjadi 5 kelompok.

c. Peneliti/ guru memberi tugas kepada masing-masing kelompok.

Whilst Activitya. Peneliti/ guru memberikan instruksi untuk membaca dan menghafal doa sholat dhuha serta menulisnya dalam waktu beberapa menit. Kemudian dilanjutkan dengan diskusi yang disesuaikan dengan materi BAB II serta mempresentasikannya.

b. Peneliti/ guru mengatur jalannya diskusi.

c. Peneliti/ guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pendapatnya, baik dalam bentuk menyanggah ataupun yang lainnya.

Post Activity

a. Peneliti/ guru mengevaluasi hasil kinerja siswa selama diskusi.

b. Peneliti/ guru meluruskan permasalahan dan memberikan feed back yang tepat atas permasalahan yang ada.3. Tahap Akhir

a. Peneliti/ guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya.

b. Peneliti/ guru memberikan motivasi-motivasi agar para siswa bisa lebih meningkatkan belajarnya.

c. Peneliti/ guru memberikan informasi mengenai bahasan selanjutnya.

d. Peneliti/ guru memberi tugas untuk menulis kembali doa shalat dhuha.

e. Peneliti/ guru menutup pertemuan / salam penutup.

Pertemuan II : 2 X 45 menit (Rabu, 11 Agustus 2004)

1. Tahap Awala. Salam pembuka (assalamualaikum Wr. Wb.)

b. Membaca Al-Quran sesuai dengan topik bahasan.

c. Membaca doa shalat dhuha.

d. Presensi siswa.

e. Peneliti/ guru mengadakan tes untuk hafalan siswa.

f. Peneliti/ guru menjelaskan secara singkat kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa sebagai hasil belajar.

2. Tahap Inti

Pre ActivityPeneliti/ guru memberikan pertanyaan-pertanyaan seputar materi sebelumnya.

Whilst Activitya. Peneliti/ guru memberikan kesempatan kepada kelompok yang belum presentasi.

b. Peneliti/ guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pendapatnya, baik dalam bentuk menyanggah ataupun yang lainnya.

c. Peneliti/ guru membuka session untuk tanya jawab dengan para siswa.

d. Peneliti/ guru mengatu jalannya diskusi.

Post Activity

a. Peneliti/ guru meluruskan permasalahan dan memberikan feed back yang tepat atas permasalahan yang ada.b. Peneliti/ guru mengevaluasi hasil kinerja siswa selama proses belajar-mengajar.

c. Peneliti/ guru menjelaskan secara detail materi BAB II.

3. Tahap Akhir

a. Peneliti/ guru memberi kesempatan kepada siswa untuk betanya.

b. Peneliti/ guru menyuruh kepada siswa untuk mempelajari materi selanjutnya

c. Peneliti/ guru memberikan motivasi-motivasi agar para siswa bisa lebih meningkatkan belajarnya.

d. Peneliti/ guru menutup pertemuan / salam penutup.

c. Observasi Siklus I

Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, peneliti di sini selain bertindak sebagai guru, peneliti juga bertindak sebagai observer yang mencatat lembar pengamatan pada lembar observasi prilaku siswa. Hasil pengamatan pada tahap I, kegiatan siswa sudah cukup bagus, siswa terlihat lebih antusias dalam memperhatikan pelajaran, karena pelajaran yang didapatkan akan lebih menyenangkan dari biasanya. Memasuki tahapan II, siswa lebih antusias dan lebih aktif dalam belajarnya, hal ini terlihat dari kegiatan siswa dalam proses pembelajaran. Mayoritas siswa dapat membaca doa sholat dhuha serta bersemangat dalam mendemonstrasikannya. Namun ada sebagian kecil siswa yang sedikit dapat membaca bacaan doa sholat dhuha dan siswa sangat aktif untuk bertanya.

Setelah siswa mendapatkan metode drill, siswa diberi soal post test untuk mengetahui tingkat kefahaman siswa dalam menerima pelajaran yang telah disampaikan. (lampiran nilai)

d. Refeleksi Siklus I

Tujuan peneliti menerapkan metode drill semula adalah untuk mengatasi kesulitan belajar siswa, agar metode-metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam dapat dirasakan efektif oleh siswa. Khususnya pada kelas II-1 SMU Negeri 1 Batu, yang mana hal ini tidak terlepas dari kebiasaan siswa dalam belajar yang dialaminya selama ini. Untuk menyikapi kenyataan diatas, maka diambil langkah-langkah:

1 Memperhatikan peningkatan siswa yang berminat menulis lafal-lafal apapun (Al-Quran, Al-Hadits) serta hafalan bacaan-bacaannya, maka perlu diberikan metode drill yang lebih efektif dan efisien, yaitu dimulai dengan tahapan drill untuk membaca terlebih dahulu.

2 Sebagian kecil siswa yang kurang hafal bacaan-bacaan dzikir dan doa masih merasa kesulitan untuk membaca, menulis, maka harus diberikan waktu tersendiri untuk melakukan drill.

2. Siklus Kedua

a. Rencana Tindakan Siklus IIUntuk mencapai hasil yang maksimal dalam pembelajaran, peneliti memilih menggunakan metodr drill yang nantinya akan melibatkan siswa dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

Sebelum pelaksanaan metode drill pada siklus II, peneliti melakukan perencanaan melalui beberapa tahap persiapan yaitu:

a. Membuat rencana pembelajaran.

b. Membagi materi BAB III (Zikir dan Doa) menjadi 5 bagian, yaitu:

1) Pengertian, dan fungsi zikir.

2) Adab, dan lafal zikir.

3) Pengertian, dan fungsi doa.

4) Kedudukan, dan adab berdoa.

5) Fadilat zikir dan doa.

c. Peneliti/ guru membagai siswa kelas II-1 menjadi 5 kelompok sekaligus memberi tugas masing-masing kelompok..

d. Setelah pembentukan kelompok, kemudian peneliti mengambila alat observasi guna mengetahui keantusiasan dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran berlangsung.b. Pelaksanaan Siklus II

Dengan tetap menggunakan metode drill maka tahapan pembelajaran yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Pertemuan I : 2 X 45 menit (Rabu, 18 Agustus 2004)1. Tahap Awala. Salam pembuka (assalamualaikum Wr. Wb.)

b. Mebaca Al-Quran sesuai dengan topik bahasan..

c. Membaca doa shalat dhuha.

d. Presensi siswa.

e. Peneliti/ guru mengadakan tes untuk hafalan siswa.

f. Peneliti/ guru menjeaskan secara singkat kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa sebagai hasil belajar.

2. Tahap Inti

Pre Activitya. Peneliti/ guru memberikan stimulus materi BAB III (Zikir dan Doa)

b. Peneliti/ guru membagi siswa menjadi 5 kelompok.

c. Peneliti/ guru memberi tugas kepada masing-masing kelompok.

Whilst Activitya. Peneliti/ guru memberikan instruksi untuk membaca dan menghafal lafal-lafal zikir dan doa dalam waktu beberapa menit. Kemudian dilanjutkan dengan diskusi yang disesuaikan dengan materi BAB III serta mempresentasikannya.

b. Peneliti/ guru mengatur jalannya diskusi.

c. Peneliti/ guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pendapatnya, baik dalam bentuk menyanggah ataupun yang lainnya.Post Activity

a. Peneliti/ guru mengevaluasi hasil kinerja siswa selama proses belajar-mengajar.

b. Peneliti/ guru meluruskan permasalahan dan memberikan feed back yang tepat atas permasalahan yang ada.

3. Tahap Akhir

a. Peneliti/ guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.

b. Peneliti/ guru memberikan motivasi-motivasi agar para siswa bisa lebih meningkatkan belajarnya.

c. Peneliti/ guru memberikan informasi mengenai bahasan selanjutnya.

d. Peneliti/ guru memberikan tugas untuk menulis kembali bacaan-bacaan zikir dan doa yang ada di buku paket.

e. Peneliti/ guru menutup pertemuan/ salam penutup.

Pertemuan II : 2 X 45 menit (Rabu, 28 Agustus 2004)

1. Tahap Awala. Salam pembuka (assalamualaikum Wr. Wb.)

b. Membaca Al-Quran sesuai dengan topik bahasan.

c. Membaca doa shalat dhuha.

d. Presensi siswa.

e. Peneliti/ guru mengadakan tes untuk hafalan siswa.

f. Peneliti/ guru menjelaskan secara singkat kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa sebagai hasil belajar.2. Tahap IntiPre ActivityPeneliti/ guru memberikan pertanyaan-pertanyaan seputar materi sebelumnya.

Whilst Activitya. Peneliti/ guru memberikan kesempatan kepada kelompok yang belum presentasi.

b. Peneliti/ guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pendapatnya, baik dalam bentuk menyanggah ataupun yang lainnya.

c. Peneliti/ guru membuka session untuk tanya jawab dengan para siswa.

Post Activity

a. Peneliti/ guru meluruskan permasalahan dan memberikan feed back yang tepat atas permasalahan yang ada.

b. Peneliti/ gruru mengevaluasi hasil kinerja siswa selama proses belajar-mengajar.

c. Peneliti/ guru menjelaskan secara detail materi BAB III.3. Tahap Akhir

a. Peneliti/ guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.

b. Peneliti/ guru memberikan motivasi-motivasi agar para siswa bisa lebih meningkatkan belajarnya.

c. Peneliti/ guru menutup pertemuan/ salam penutup.

c. Observasi Siklus II

Setelah diadakan perbaikan-perbaikan terhadap hasil yang didapat pada siklus I. kegiatan siswa dalam proses belajar-mengajar lebih bagus lagi, karena ada kemajuan bagi kelompok yang belum presentasi. Dari hasil pengamatan, diperoleh bahwa siswa cukup antusias dalam mengikuti kegiatan belajar-mengajar, dan siswa bertambah aktif untuk bertanya. Dan juga siswa mengalami peningkatan dalam ketepatan dan kecepatan menghafal lafal-lafal Al-Quran/ Al-Hadits.Dalam peningkatan prestasi belajar siswa yang merupakan hasil akhir dari pembelajaran metode drill, yaitu dapat dilihat pada hasil nilai akhir ulangan harian siswa.

d. Refleksi Siklus II

Dari kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung dengan menggunakan metode drill, maka tujuan pembelajaran yaitu untuk dapat mengatasi kesulitan belajar siswa dan siswa untuk lebih aktif, kreatif dalam proses belajar-mengajar.

Dari hasil observasi pada siklus II, maka langkah yang akan diambil:

a. Pemahaman dan ketaatan siswa menunjukkan bahwa metode drill harus terus diterapkan kepada siswa untuk lebih mudah dimengerti secara mendalam makna yang terkandung dalam materi yang disampaikan.

b. Menjaga agar kualitas belajar yang sudah berjalan berkembang lebih baik dan tetap terpelihara.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam bab ini, penulis mencoba menyimpulkan beberapa hal dari papara data yang ada, diantaranya adalah :

1 Berdasarkan hasil penelitian, metode drill dengan berbagai bentuknya dapat membantu siswa untuk lebih mudah belajar mata pelajaran PAI khususnya untuk materi yang berkaitan dengan Al-Quran. Hal ini terbukti dengan kelancaran, kefasihan siswa membaca lafadz-lafadz tersebut, menulis dan menghafalnya. Bahkan proses kegiatan belajar siswa dapat lebih efisien.

2 Pelaksanaan metode drill dalam rangka untuk menghadapi kesulitan belajar siswa dilakukan setiap kali proses kegiatan belajar mengajar. Tidak bergantung pada bahasan materi pendidikan agama saja, tetapi pada pokok bahasan yang lain pun dilakukan pemberian drill dengan menampilkan dalil-dalil yang berkaitan dengan bahasan tersebut. Bentuk drill yang mereka peroleh adalah dengan membaca lafadz-lafadz arab dan menulisnya, bahkan untuk lebih efektif diberikan kepada mereka tugas-tugas rumah seperti menyalin lafadz-lafadz tersebut dibuku lain dengan tulisan yang lebih baik. Kemudian untuk hafalan dilakukan prakatek didepan kelas pada pertemuan selanjutnya begitu seterusnya.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka ada beberapa saran yang perlu penulis sampaikan, antara lain :

1 Bagi guru yang berfungsi sebagai pengajar sekaligus pendidik atau bagi pihak-pihak lain yang melakukan proses pembelajaran, sebaiknya metode drill secara kontinyu tetap diaplikasikan dalam kegiatan khususnya untuk materi Pendidikan Agama Islam yaitu pada bahasan materi pendidikan agama, mengingat metode tersebut sangat relevan untuk menggembleng siswa agar mampu membaca, menulis, dan menghafal lafal arab. Namun juga tidak menutup kemungkinan, bagi guru untuk menggunakan metode-metode mengajar yang dianggap sesuai dengan situasi dan kondisi belajar mengajar di kelas.

2 Profesionalitas dari seorang dalam mengajar dan mendidik menjadi faktor pendukung keberhasilan siswa. Maka hendaklah mampu bagi guru menguasai materi juga segala teknik mengajar sehingga ketika mengalami kendala akan dapat dicarikan jalan keluarnya sebagai alternatif lain.

PENGGUNAAN MEDI KARTU DALAM MENINGKATKAN

PENGAYAAN KOSAKATA SISWA KELAS II SMA ISLAM KEPANJEN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Mata pelajaran bahasa arab merupakan salah satu mata pelajaran yang isinya mencangkup mata pelajaran membaca, menyimak, berbicara dan menulis.

Kenyataan yang ada dilapangan, mata pelajaran bahasa arab dewasa ini mutunya masihsangat rendah karena belum mencapai target yang diinginkan secara memadai. Hal ini disebabkan oleh kesulitan siswa dalam mempelajari sesuatu yang baru dan asing, selain itu methode yang digunakan dalam proses belajar mengajar masih terpaku pada buku-buku pelajaran dalam suasana formal diseolah. Umtuk meningkatkan mutu pelajaran bahasa arab, banyak faktor yang haus dipertimbangkan, diantaranya yaitu dalam hal penyampaian pesan dari sumber melalui saluran atau media tertentu kepenerima pesan atau siswa. Sedangkan methode yang digunakan disekolah dirasakan masih kurang menciptakan suasana kondusif dan menyenangkan bagi siswa untuk dapat mepelajari sesuatu yang baru dan asing. Hal ini menyebabkan siswa secara mentalitas menganggap bahwa bahasa arab sebagai pelajran yang sukar sehingga siwa kurang bergairah dalam belajar, serta mudah lupa terhadap kosa kata yang telah dipelajari karena method ebalajar yang hanya terfokus pada buku pelajaran.

Untuk itu perlu diterapkan suatu cara alternatif guna mempelajari bahasa arab yang kondusif dengan suasana yang cenderung reakreatif sehingga mendorong siswa untuk mengembangakan potensi kreatifitasnya. Salah satu alternatif yang bisa digunakan adalah dengan menggunakan media. Suparno (1998) mendefinisikan media sebagai suatu laat yang dipakai sebagai saluran untuk menyampaikan suatu pesan atau informasi dari suatu sumber kepada penerimanya. Dengan penggunaan media ini diharapkan agar informasi yang dikomunikasikan tersebut dapat diterima dengan mudah. Oleh karena itu media menjadi sanagt penting dalam pengajaran bahasa, karena informasi yang dikomunikasikan lewat lambang verbal saja kemungkinan terserapnya amat kecil sebab Informasi yang demikian itu merupakan informasi yang sangat abstrak sehingga sanagt sulit difahami.

Salah satu media alternatif yang dapat digunakan dalam pengajran bahasa adalah media kartu (flash card) karena penggunaan media ini sangat mudah, praktis dan bisa dipelajari setiap saat. Media ini juga sanagt efektif untuk melatih keterampilan berbicara secara spontan dan sesuai dengan proses berbahasa yang diyakini merupakan proses ransanagn, tanggapan (stimulus respon). (suparno, 1988:20). Adapun efektifitas penggunaan dari methode ini tergantung pada reatifitas guru tersebut, maka kartu ini hanya sebagai hiasan dinding belaka.

Dengan pendekatan disiplin belajar Learning Vocabs by cards Everyday yaitu mempelajari kosa kata melalui kartu-kartu yang dilakukan setiap hari akan meningkatkan proses pemahaman siswa. Prroses ini akan lebih berhsil apabila ditunjang dengan sistem yang rekreatif. Tujuan dari methode ini merupakan sebuah pemenuhan dari penggunaan target bahasa secara komunikatif. Denagn melakukan method eini, para murid dibiasakan untuk membentuk kebiasaan baru dalam penggunaan bahasa arab tanpa adanya pengaruh-pengaruh dari bahasa asli merea.(Freeman,1986:43)

Untuk mepelajari dan memperkaya kosa akata bahasa arab, penggunaan media kartu sanagt mendukung karena siswa dapat mempelajari dan menghafal kosa kata sedikit demi sedikit secara rutin melalui kartu yang mudah dan penggunaannya yang praktis, dimana guru dapat secara langsung membawa media kedalam kelasdan menyajikannya tanpa terpaku pada buku teks yang ada. Media kartu (flash cards) dapat membantu guru dalam proses belajar bahasa arab khususnya tentang penguasaan dan pemahaman kosa kata. Pengembangan media kartu sebagai media instruksional pada mata pelajaran bahasa arab diharapkan dapat mamberikan pengaruh yang positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, khususnya dalam peningkatan kemampuan siswa. Selain itu media kartu atau flash cards dapat digunakan dengan cara yang rekreatif, misalnya pada saat proses belajar mengajar berlangsung, guru meberikan kesemapatan pada siswa untuk mengamati kartu yang ditunjukkan satu persatu dan kemudian bagi siswa yang bisa menjawab boleh langsung mengambil kartu-kartu tersebut. denagn sistim permainan ini, akan bisa menciptakan suasana yang menyenangkanbagi siswa dalam mempelajari kosa kata bahasa arab.

Berdasarkan pemikiran diatas, maka pengembangan media kartu atau flash cards untuk meningkatkana penguasaan kosa kata bahasa arab siswa perlu dilakukan guna mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran. Hasil pengembangan ini diharapkan bisa bermanfaat untuk menguji efektifitas penggunaan media terhadap peningkatan kemampuan berbahasa arab serta mengetahui minat siswa melalui methode alternatif dan variatif ini.

B. Rumusan Masalah

Dan sehubungan dengan fenomna diatas maka ada dua permasalahan yang akan diajukan dalam penelitian ini yaitu:

1. apakah penggunaan media kartu bisa meningkatkan kosa kata siswa ?

2. bagaimana penggunaan media kartu dapat meningkatkan kosa kata siswa ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada dua permasalahan diatas maka penelitian ini bertujujuan untuk :

1. mengetahui apakah media kartu bisa meningkatkan kemmpuan kosa kata siswa atau tidak?

2. mengetahui cara kerja atau proses penggunaan media kartu yang efektif sehingga dapat meningkatkan kemampuan kosa kata siswa .

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa memberikan konstribusi dalam upaya meningkatkan pembelajaran bahasa arab di SMAI Kepanjen, khususnya pada kegiatan pembelajaran bahasa arab di SMAI Kepanjen ini, adapun secara detail kegunaan tersebut diantaranya:

1. Siswa

Dengan media kartu, siswa denagn mudah untuk menghafal kosa kata dalam bahasa arab beserta denagn penggunaannya dalam komunikasi sehari-hari.

2. Guru

Penggunaan media ini, akan dapat mepermudah para guru dalam mengajarkan bahasa arab khususnya utnuk para siswa yang masih menempuh pendidikan di SMA/MAN atau yang sederajat .

3. Lembaga

Pengguanaan media ini, akan menjadi pijakan dasar utnuk lembaga/sekolah dalam kaitannya menentukan kurikulum bahasa arab yang lebih baik.

BAB II

KERANGKA TEORITIK DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Penertian Media Pengajaran

Media berasal dari bahasa latin medium yang berarti perantara. Media juga disebut sebagai alat peraga, audio visual, , instruksional material atau sekarang ini media lebih dikenal denagn media pembelajaran atau media instruksional. Menurut Ibrahim (19 : 4) media adalah segalah sesuatu yang dapat dipakai untuk memberikan rangsangan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Media pengajaran menurut Hamalik (1989 : 23) adalah alat, method edan tehnik yang digunakan dalam rangka mengaktifkan komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses belajar mengajar disekolah.

Manfaat pengguanaan media didalam kelas sangatlah jelas. Media tidak hanya populer dan menarik pada kalanagan semua mumur utnuk meningkatakan minat dalam mempelajari bahasa, namun juga memunculkan variasi dalam situasi proses belajar mengajar. Dalam menggunakan media guru harus mempertimbangkan usia siswa yang akan disjar. Demikian juga tingkat intelektual, tingkat kemampuan berbahasa, dan latar belakang sosial budayanya. Isi materi pada media tersebut juga harus sesuai dan relevan denagn minat siswa (Yunus, 1981:1). Sadiman mjuga mengungkapkan bahwa penggunaan media perlu memperhatikan penempatannya agar dapat diamati dengan baik oleh seluruh siswa (1986:203)

Peranan media pembelajaran menurut Sadiman (1986:203) adalah antara lain:

1. menghemat waktu proses belajar mengajar

2. memudahkan pemahaman

3. menungkatkan perhatian siswa

4. mempertinggi daya ingat siswa

selain itu Supadi (1983 : 203) mengutip fungsi media dari ensiklopedia penelitian pendidikan sebagai berikut:

1. memperbesar perhatian siswa

2. Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajara karena akan membuat pembelajaran menjadi mantap meletakkan dasar-dasar yang kongkrit untuk berfikir dan mengurangi verbalisme

3. memberikan pengalaman yang nyata yang dapat menimbulkan kegiatan berusaha sendiri dikalangan siswa

4. membantu tumbuhnya pengertian dan kemampuan berbahasa

5. memberikan pengalaman-pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain serta keragaman dalam belajar

media terbagi atas tiga macam, antara lain: audio, visual, audio-visual. Media kartu termasuk media visual seperti halnya media gambar dan materi-materi lain yang dapat dilihat. Media kartu termasuk salah satu media sederhana yang dapat dengan efektif membantu proses belajar, terutama belakjar bahasa. Dimana dengan adanya kartuyang berisikan tulisan atau gambar-gambar akan meningkatkan minat dan motifasi siswa dalam belajar.

Pada penggunaan media kartu, kita mengenal salah satu model kartu yang populer yaitu flashcards Flashcard adalah kartuyang berisikan gambar, kata, phrase dan lain-lain,. Kartu ini dikenal dengan nama flash yang berarti secepat kilat, karena penggunaan kartu ini adalah denagn cara memperlihatkan apa yang ada diatas kartu dengan cepat (flash).

B. Kosa kata dalam bahasa arab

1. Pengertian Kosa kata

Dalam pengajaran suatu bahasa, tidak bisa terlepas dari penguasaan kosa kata bahasa tersebut. demikian halnya dalam pengajaran bahasa arab. Langkah awal dalam memperkenalkan bahasa arab adalah dengan pengenalan kosa kata (mufrodat) terlebih dahulu.

Harmer (1991) menyatakan bahwa dalam memperkenalkan kosa kata kepada murid , ada empat hal yang harus diperhatikan, yaitu:

1 .makna kata

2. penggunaan kata

3. pembentukan kata

4. struktur kata

Suatu kata tidak akan lebih berarti tanpa adanya suatu konteks yang melengkapi arti kata tersebut. apabila suatu kata itu berdiri sendiri,maka kata tersebut akan mempunyai arti yang tidak pasti, karena kata-kata dalam bahasa arab banyak mepunyai arti lebih dari satu dalam bahasa indonesia. Untuk itu dalam memperkenalkan kosa kata sebaiknya guru turut memperkenalkan konteks yang berhubungan dengan kata tersebut. selain faham arti kata perkata, murid juga nantinya akan faham arti kata dalam konteks tertentu.

Penggunaan kata tak kalah pentingnya untuk diajarkan pada murid. Dengan penggunaan kata yang tepat maka murid akan dapat membentuk suatu komunikasi, setidaknya percakapan yang tepat pula.

Hal yang ketiga adalah pembentukan kata, seperti yang telah kita ketahui bahwa kata dapat berubah, baik arti ataupun strukturnya. Murid haruslah mengetahui perubahan kata itu untuk mendapat pemahaman lebih sempurna terhadap konteks tertentu dalam bahasa arab.

Adapun hal terahir berkaitan dengan pengenalankata-kata dalam bahasa arab adalah struktur kata. Ada berbagai jenis kata dalam bahasa arab, yaitu kata benda (isim ), kata kerja (al-afal) dan kata sifat ( ). Murid harus faham struktur kata untuk dapat menggunakan dalam kalimat yang benar.

Keempat hal itu tidak bisa dilepaskan dalam proses pengenalan kosa kata bahasa marab. Kata haruslah diperkenalkan dengan baik secara kontekstual, penggunaan dalam kalimat, perubahannya dan strukturnya, sehingga murid dapat faham kata tersebut secara lengkap.

2..Tehnik Pengajaran Kosa Kata

seperti yang telah dijelaskan diatas, bahwa pengenalan kata dalam bahasa arab tidak hanya mengenalkan kata tersebut dan menyuruh murid untuk menghafalnya. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam pengajaran kosa kata menurut Harmer (1991), yaitu:

1. pola ajar.

Ada dua pola dalam pengajaran bahasa yaitu pengajaran aktif dan pasif. Pengajaran aktif tepat digunakan untuk tingkatan murid pemula atau dasar yang memerlikan banyak latihan dan figur guru yang aktif, sedang pengajaran pasif tepat digunakan utnuk tingkatan menengah atau tingkatan atas. Dengan pengajaran pasif, diharapkan muridlah yang lebih aktif dalam mengolah kata-kata yang telah diberikan.

2. Hubungan antar kata

Dalam hal ini murid diharapkan mampu untuk mengolah kata kata yang telah diberiakn dalam suatu kalimat. Penggunaan dalam kalimat akan lebih memamcu ingatan murid akan arti kata-kata terserbut.

3. Tehnik pengajaran tertentu

Ada berbagai cara untuk memperkenalkan kata dengan lebih mudah kepada murid yaitu :

a. menampilakan realita yang ada, hubungan kata denagn suatu konteks.

b. Denagn gambar yangbbersangkutan dengan kata tersebut

c. Menggunakan bahasa tubuh yang khas utnuk menggambarkan suatu kata

3. Evaluasi pembelajaran.

Setelah serangkaian pengajaran, suatu evaluasi perlu diberiakn untuk mengetahui hasil pengajaran tersebut. Slamemto (1991) merumuskan adanya tiga tujuan dari evaluasi, yaitu:

1. untuk memberikan umpan balik kepada guru sebagai dasar memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan program perbaikan bagi murid.

2. untuk menentukan angka kemajuan atau hasil masing-masingmurid yang dipakai sebagai pemberian laporan kepada kedua orang tua, penentuan kenaikan tingkat atau status, dan penentuan lulus tidaknya.3. untuk menempatkan murid dalam situasi belajar mengajar yang tepatadapun evaluasi yang bisa dilakukan, khususnya terkait denagn pengajaran bahasa adalah:

1. tehnik tes, yang mencangkup:

a. tes verbal

b. tes non verbal

2. tes verbal, yang mencangkup:

a. tes tertulis

b. tes lisan

3. tes tulis, yang mencangkup:

a. tes obyektif

b. tes subyektif

4. tes obyektif, yang meliputi:

a. tes isian

b. tes benar salah

c. tes menjodohkan

d. tes pilihan ganda

5. tes subyektif, yang meliputi:

a. jawaban singkat

b. jawaban luasC. Tingkat efektifitas penggunaan media kartu dalam meningkatkan pengayaan kosa kata siswa.

Mempelajari bahasa arab, akan menjadi hal yang kuarang menyenangakan. Terlebih lagi jika tidak ada minat dan motivasidari siswa tersebut, baik itu motivasi internal maupun motivasi eksternal yang termasuk motifasi internal adalah keinginan dari dalam diri siswa untuk bisa menguasai bahasa arab, sedang yang termasuk motivasi eksternal adalah motivasi dari orang luar, seperti gur dan teman, dan juga situasi sekitar siswa. Contohnya keadaan siswa, kelas, methode pengajarqan, dan lain sebagainya.

Sebagaimnan pembahasan sebelumnya bahwa penggunaan media sangat membantu keberhasilan pelaksanaan proses belajar mengajar, terutama disini penggunaan media kartu yang dikenal dengan flash cards. Pemakaian flash cards dalam proses belajar mengajar bahasa Arab sangatlah berguna karena materi dari flash cards dapat disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan pada siswa. Cara penggunaannya pun dengan cepat dan tangkas, sehingga siswa akan lebih termotivasi untuk mempelajari bahasa Arab dan dapat mempraktekannya dan siswa akan dapat mengingat pelajaran dan kosakata dengan lebih lama, karena dalam praktek penggunaan flash cards mengikut sertakan bukan hanya faktor kognitif dan afektif, namun juga faktor motorik siswa.

BAB III

RANCANGAN PENELITIAN

B. Rencana Tindakan

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui efektifitas penggunaan media flash cards terhadap peningkatan kosakata siswa kelas 2 SMA Islam Kepanjen. Sebagai upaya untuk mendapatkan hasil yang maksimal maka perlu dirumuskan sekenario penelitian mulai dari persiapan, pelaksanaan sampai pada evaluasinya.

Penelitian ini dimulai dengan persiapan peneliti untuk mempersiapkan media flash cards sebelum materi tersebut diberikan dengan menentukan bentuk dan ukuran media flash cards yaitu 15X20 Cm sebanyak 220 buah dengan spesifikasi gambar anggota tubuh, kosakata profesi dan gambar profesi serta kosakata alat-alat sekolah, kemudian peneliti membuat sketsa gambar di kertas manila dengan memberi warna seperlunya setelah media flash cards dibuat maka peneliti mulai untuk melakukan penelitian di kelas dengan membawa beberapa alat lain yang diperlukan dalam proses belajar mengajar seperti penggaris, penghapus, boart marker dan selama pelaksanaannya peneliti dibantu oleh beberapa peneliti lain yang bertindak sebagai observation.

Penelitian ini dilaksanakan selama tiga kali pertemuan yang dimulai pada hari sabtu tanggal ------ adapun kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tiga kali pertemuan tersebut adalah :

PERTEMUAN 1 :

A. Tahap Awal

B. Tahap IntiC. Tahap Akhir

C.Rencana Perekaman.

Untuk meperoleh data yang lebih akurat dan agar data yang telah diperoleh tidak hilang maka peneliti melakukan perekaman denagn cara membuat catatan-catatan dari hasil data yang telah diperoleh selama proses penelitian. Tehnika yang dilakukan adalah denagn perekapan hasil nilai setiap pertemuan dalam proses pembelajaran yang berlangsungdengan menggunakan flash card, sedang untuk mengetahui efektifitas penggunaan media flash card maka peneliti barupaya utnuk membandingkan nilai pre-test dan post-tes, dimana soal yang digunakan adalah sama, sehingga hal ini nantinya akan memudahkan peneliti untuk mengetahui efektifitas penggunaan media flash card terhadapa pengajaran kosa kata.

D.Data dan Cra Pengumpulannya.

Dta yang akurat akan bisa diperoleh ketika proses pengumpulan data tersebut dipersiapkan dengan matang. Dalam penelitian ini akan digunakan beberapa cara untuk mengumpulkan data selama proses penelitian yaitu:

1. pengamatan partisipatif.

Cara ini digunakan penelikti agar data yang diinginkan bisa diperoleh sesuai dengan apa yang dimaksudkan oelh peneliti. Penelitian partisipatrif maksudnya adalah peneliti terlibat langsung dan bersifat aktif dalam turut mengumpulkan data yang diinginkan dan juga peneliti kadang-kadang mengarahkan obyek yang diteliti untuk melaksanakan tindakan yang mengarah pada data yang ingin diperoleh peneliti.

2. observasi aktifitas kelas

observasi aktifitas kelas dilaksanakan oleh peneliti ketika peneliti mengajar dikelas denagn menggunakan media flash card (observasi secara langsung), sehingga peneliti akan memperoleh gambaran suasana kelas dan peneliti bisa menentukan media flash card dan cara penyampaiannya yang lebih baik pada pertemuan yang bberikutnya. Hal ini dilakukan dengan merujuk adanya pertimbangan hasil observasi

3. pengukuran hasil belajar

data yang telah diperoleh dilapangan akan diukur oleh peneliti dengan menggunakan analisa t sebagai perbandingan hasil dari pre-test (sebelum media flash card digunakan) dan dari post test (setelah media flash card digunakan).

Denagn perbandingan peningkatan nilai yang telah ada, maka media flash card ini bisa dibilangberhasil dan sebagai salah satu media pengajaran kosa kata, sehingga hal ini bisa direkomendasikan kepada para pengajar bahasa untuk menggunakan media flash card ketika mengajar kosa kata.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

D. KESIMPULAN

Dari paparan data diatas dapat diketahui bahwa, efektifitas penggunaan media pembelajaran berupa flash card dapat meningkatkan pengayaan kosa kata siswa SMA Islam Kepanjen. Hal ini dapat diketahui dengan adanya peningkatan terhadap nilai pre-test dan post-test terhadap dua kelompok eksperimental . selanjutnya diambil benang merah kesimpulan yang dapat meringkas penjelasa diatas, diantaranya adalah:

1. untuk dapat meningkatkan penguasaan siswa terhadap kosa kata bahasa arab perlu menggunakan media yang kreatif.

2. media flas carad, adalah salah satu media kreatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan daya tangkap siswa dalam menguasai kosa kata.

3. respon atau minat siswa terhadap bidang study bahasa arab bisa dirangsang dengan beberapa methode pembelajaran yang menarik dan efisien.

E. SARAN

Selaku penulis sekaligus pengamat dalam hal ini, ada beberapa saran yang sifatnya konstruktif yang bisa kami beriakn demi kemajuan dan perkembangan bahasa arab dilembaga pendidkan ini. Adapun saran-saran yang dapat diberikan adalah :

1. agar guru mempersiapkan pembelajaran bahasa arab yang kreatif, agar siswa tidak merasa monoton dalam belajar bahasa arab.

2. agar para staf pendidik khususnya pengajar dilembaga pendidikan terkait dapat meyakinkan para siswa didiknya khususnya dalam belajar bahasa arab bukanlah pembelajaran yang sanagt melelahkan dan membosankan Abu, Ahmad. 1986. Metode Khusus Pendidikan Agama. Bandung: CV Amrico, hal: 152

Abu, Ahmad. Ibid, hal: 125

Nana, Sudjana. 1991. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru, hal: 86

Muhaimin, Abdul Mujib. 1993. Pemikiran Pendidikan Islam. Bandung: Trigenda Karya, hal: 226-228

Roestiyah, NK. 1989. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara, hal: 125

Nana, Sudjana. Op. Cit, hal: 87

Winarno, Surakhmad. 1994. Pengantar Interaksi Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito, hal: 92

Jusup, Djajadisastra. Op. Cit, hal: 65

Ibid, hal: 66-67

Ibid, hal: 67-69

Abdurrahman Mulyono. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta, hal: 6-8

Ibid, hal: 11-12

Oemar, Hamalik. 1983. Metode Belajar dan Kesulitan Belaja. Bandung. Tarsito, hal: 112

Anselm,dkk, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif (Prosedur, Tehnik danTeori Grounded), 1997. Penyadur Junaidi Ghony, P T Bina Ilmu, hlm. 11

Soedarsono, F.X, AplikasiPenelitian Tindakan Kelas. Departemen Pendidikan Nasional, hlm. 2

lexi, Moleong. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, hal: 103

Miles dan Hubberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, hal: 1

Lexi, Moleong. Op. Cit, hal: 121

Ibid, hal: 126-127

Ibid, hal: 178

PAGE 6