PTK Auliaur Rahman
-
Upload
mgmpbahasaindonesia -
Category
Documents
-
view
243 -
download
8
Transcript of PTK Auliaur Rahman
1
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS IXB SMP
NEGERI 34 MUARO JAMBI DENGAN METODE EGP
(EMOSIONAL, GERAK CEPAT, DAN PEREVISIAN)
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Oleh:
Auliaur Rahman, S. Pd.
NIP 19820526 200604 1 003
GURU MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
PADA SMP NEGERI 34 MUARO JAMBI
2013/2014
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul ............................................................................................. i
Persetujuan Kepala Sekolah ........................................................................ ii
Daftar Isi ........................................................................................................ iii
Abstrak ........................................................................................................... iv
Bab. I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 3
1.3 Batasan Masalah........................................................................ 3
1.4 Tujuan Penelitian ...................................................................... 4
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................... 4
Bab II Kajian Pustaka
2.1 Kerangka Teoritis ....................................................................... 5
2.1.1 Menulis Cerpen ........................................................................ 5
2.1.1 Metode EGP ............................................................................. 6
2.2 Kerangka Berpikir ....................................................................... 8
2.3 Hipotesis Tindakan...................................................................... 8
Bab III Metodologi Penelitian
3.1 Subjek Penelitian ......................................................................... 9
3.2 Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian .................................... 9
3.3 Rancangan dan Prosedur Penelitian ............................................ 9
3.4 Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 17
3.5 Teknik Analisis Data ................................................................... 18
3.6 Kriteria Keberhasilan Penelitian ................................................. 18
3.8 Jadwal Penelitian ......................................................................... 19
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
4.1 Peningkatan Proses Pembelajaran Dalam Menulis Cerpen
Melalui Metode EGP................................................................... 20
4.2 Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam Menulis Cerpen
Melalui Metode EGP................................................................... 22
3
Bab V Penutup
5.1 Simpulan ..................................................................................... 30
5.2 Saran ............................................................................................ 30
Daftar Pustaka ............................................................................................... 31
Lampiran-lampiran
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Biodata/ Curriculum Vitae
Dokumentasi foto pada saat penelitian
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang mutlak harus
dikuasai oleh siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP). Keterampilan menulis
mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan siswa. Dengan
menulis, siswa dapat menuangkan ide dan perasaannya untuk dibaca oleh orang
lain.
Kompetensi dasar mata pelajaran bahasa Indonesia aspek bersastra SMP
kelas IX untuk sub aspek menulis dijelaskan bahwa siswa harus mampu menulis
cerpen bertolak dari peristiwa yang pernah dialami (Santoso, 2013:132). Menulis
cerpen adalah menarasikan berbagai kejadian baik nyata ataupun hasil rekaan ke
dalam bentuk tulisan yang habis dibaca sekitar 10 menit atau terdiri atas 500
hingga 5000 kata yang kejadian yang sengaja disusun berdasarkan urutan waktu.
(Nurgiantoro, 2011). Untuk mencapai standar kompetensi tersebut, proses
pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia bukan sekadar pengajaran teori-teori
sastra, tetapi lebih menekankan praktik menulis agar tuntutan standar kompetensi
tersebut dapat dicapai.
Tuntutan Standar Kompetensi tersebut belum sesuai dengan harapan,
khususnya di SMPN 34 Muaro Jambi Kelas IXb. Dari jumlah siswa 21 orang,
hanya 5 siswa saja yang mampu menulis cerpen. Ini berarti hanya 24% siswa yang
mampu menulis cerpen, sedangkan 76% siswa belum dapat menulis cerpen
5
dengan baik. Oleh sebab itu, diperlukan suatu metode pengajaran untuk mengatasi
kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa sebagai upaya tindak lanjut pengajaran
keterampilan menulis yang dilaksanakan selama ini.
Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan siswa, faktor penyebab
kesulitan siswa dalam menulis cerpen antara lain adalah siswa kesulitan memilih
tema yang tepat untuk dijadikan tulisan dan keterbatasan kosa kata dalam
pengembangan kalimat menjadi paragraf yang padu sesuai tema yang dipilih.
Penerapan metode yang dilakukan guru sangat menentukan keberhasilan
siswa. Metode konvensional sangat tidak mendukung siswa dalam kegiatan
menulis. Esensi dari kegiatan menulis seharusnya menjadi kegiatan menulis, tidak
menjadi kegiatan mendengarkan, berbicara ataupun membaca.
Mengingat pentingnya keterampilan menulis cerpen bagi siswa, maka
kesulitan-kesulitan siswa dalam kegiatan ini harus diatasi. Upaya yang dapat
dilakukan antara lain, menyiapkan skenario pembelajaran yang menarik minat
siswa dengan pemilihan tema yang sederhana, sedang dan akhirnya tema-tema
yang update (kekinian). Hendaklah tema-tema yang diplih tersebut dekat dengan
dunia anak sesuai dengan karakteristik kultur sosial budaya masyarakat
lingkungan siswa. Dengan demikian menurut hemat penulis, pemilihan metode
sangat menentukan keberhasilan siswa.
Penelitian mengenai keterampilan menulis cerpen telah banyak dilakukan.
Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
penelitian tindakan kelas tentang keterampilan menulis menggunakan metode
yang berbeda-beda. Metode dan media yang telah digunakan antara lain karya
6
wisata, metode latihan terbimbing, dan lain-lain. Hal tersebut memungkinkan
untuk penulis menemukan metode-metode yang lain untuk dijadikan penelitian
lebih lanjut. Berkaitan dengan hal tersebut, dalam penelitian ini akan digunakan
metode “EGP” (Emosional, Gerak cepat, dan Perevisian) untuk meningkatkan
keterampilan siswa dalam menulis cerpen.
Pembelajaran menulis cerpen dengan metode EGP diasumsikan dapat
mengatasi masalah siswa dalam menulis cerpen bertolak dari peristiwa yang
pernah dialami. Metode ini memanfaatkan kecerdasan emosional siswa sebagai
motor penggerak dalam menulis cerpen. Jika emosional siswa terpancing, siswa
langsung menulis cerpen hingga selesai. Setelah itu, siswa melakukan perevisian
terhadap tulisannya.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis melakukan penelitian
tindakan kelas yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Menulis Cerpen Siswa
Kelas IXb SMP Negeri 34 Muaro Jambi Dengan Metode EGP”.
1.2 Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah: “Bagaimanakah peningkatan kemampuan menulis cerpen
siswa kelas IXb SMP Negeri 34 Muaro Jambi dengan metode EGP?”
7
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk memaparkan seberapa
jauh peningkatan kemampuan siswa kelas IXb SMP Negeri 34 Muaro Jambi
dalam menulis cerpen dengan metode EGP.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Siswa, sebagai motivasi untuk meningkatkan kemampuan menulis cerpen.
2. Peneliti, sebagai pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran menulis
cerpen dengan metode EGP.
3. Teman sejawat, kepala sekolah, dan pengawas sebagai bahan diskusi dan
tindak lanjut tentang bagaimana cara meningkatkan kemampuan siswa dalam
menulis cerpen.
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teoritis
2.1.1 Menulis Cerpen
Menulis adalah menurunkan datau melukiskan lambang-lambang grafik
yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga
orang lain dapat membaca langsung lambang-lambang grafik tersebut. (Lado
dalam Rusnaya, 1988: 191)
Sejalan dengan itu, Tarigan (1986: 21) mengemukakan bahwa menulis
ialah proses menggambarkan suatu bahasa sehingga pesan yang disampaikan
penulis dapat dipahami oleh pembaca.
Pengertian cerpen menurut Burhan Nurgiantoro (2011) adalah cerita
sebagai narasi berbagai kejadian yang sengaja disusun berdasarkan urutan
waktu. Lebih lanjut Joko Sumarjo (2011) mengemukakan bahwa cerita pendek
berarti cerita yang dibaca habis dalam waktu sekitar 10 menit, atau sekitar
setengah jamb, atau cerita yang terdiri atas 500 hingga 5000 kata.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, maka dapat disimpulkan
menulis cerpen adalah menarasikan berbagai kejadian baik nyata ataupun
hasil rekaan ke dalam bentuk tulisan yang habis dibaca sekitar 10 menit atau
terdiri atas 500 hingga 5.000 kata.
9
2.1.2 Metode EGP
Secara etimologis, metode berarti cara melakukan sesuatu. Dalam
pembelajaran metode dapat diartikan cara yang sistematis dan utuh untuk
melaksanakan pembelajaran hingga mencapai tujuan. (Andayani dan Pratiwi,
2013:21)
Lebih lanjut (Andayani dan Pratiwi, 2013:21) mengemukakan bahwa:
Penentuan metode yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran
sangat dipengaruhi oleh pendekatan dan strategi yang dipilih. Sementara,
untuk mengingatkan kembali, penentuan strategi yang akan digunakan dalam
pembelajaran harus mempertimbangkan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai, materi ajar yang diberikan, kondisi siswa, serta beberapa
pertimbangan lainnya.
Berdasarkan pendapat tersebut, penulis memperkenalkan suatu metode
yang diberi nama EGP. Menulis cerpen dengan metode EGP diharapkan dapat
mengatasi masalah siswa dalam menulis cerpen bertolak dari peristiwa yang
pernah dialami. Metode ini memanfaatkan kecerdasan emosional siswa
sebagai motor penggerak dalam menulis cerpen. Jika emosional siswa
terpancing, siswa langsung menulis cerpen hingga selesai. Kegiatan menulis
ini dilakukan untuk mempertahankan apa yang telah dilihat, dirasa, dan
didengar siswa tidak menghilang di dalam pikirannya disebabkan aktivitas
lain yang dilakukan siswa. Pada tahap akhir metode ini, siswa melakukan
perevisian dari hasil tulisannya tadi.
10
Pemaparan di atas sejalan dengan pendapat Garden, (1983) bahwa terdapat
lima pokok utama dari kecerdasan emosional seseorang, yakni mampu
menyadari dan mengelola emosi diri sendiri, memiliki kepekaan terhadap
emosi orang lain, mampu merespon dan bernegosiasi dengan orang lain secara
emosional, serta dapat menggunakan emosi sebagai alat untuk motivasi diri.
Metode EGP ini diilhami oleh Ary Ginanjar Agustian yang
mempopulerkan ESQ (Emotional Spritual Question) melalui buku Rahasia
Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spritual. Agustian (2001: 11)
mengemukakan bahwa Emotional Question adalah kemampuan untuk merasa.
Kunci kecerdasan emosi adalah pada kejujuran pada suara hati. Bertolak dari
pemikiran tersebut, penulis beranggapan bahwa dengan membangkitkan emosi
siswa, siswa diharapkan mampu menuliskan apa yang dirasakannya untuk
dituankan ke dalam bentuk cerpen.
Sebagai landasan penerapan metode EGP dalam pembelajaran di kelas,
maka penulis menyusun sintaks metode EGP yang dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Sintaks Metode EGP
Fase Peran Guru
Menyampaikan tujuan dan
mempersiapkan siswa
Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran, informasi latar
belakang pelajaran, manfaat
pembelajaran, dan mempersiapkan
siswa untuk mengikuti
pembelajaran.
Membangkitkan emosional siswa Guru mengilustrasikan sebuah
cerita (bisa dalam bentuk video)
yang menyentuh perasaan sehingga
dapat membangkitkan emosional
siswa.
Menulis langsung (gerak cepat) Guru mendorong siswa untuk
11
menulis langsung apa yang
dirasakannya pada saat ilustrasi
disampaikan.
Perevisian tulisan Guru membimbing siswa dalam
merevisi tulisan dan membantu
siswa untuk mengetahui unsur-
unsur yang membangun cerpen
(intrinsik dan ekstrinsik) sehingga
tulisannya menjadi sebuah cerpen.
2.2 Kerangka berpikir
Kerangka berpikir dalam penelitian tindakan kelas ini dikemukakan dalam
bentuk skema berikut ini.
Gambar1. Skema kerangka berpikir
Berdasarkan skema di atas, tampak jelas bahwa alur berpikir dalam
penelitian ini saling berkaitan antara satu dengan lainnya dengan tujuan agar
hasil belajar siswa dalam menulis cerpen meningkat.
Proses
Pembelajaran
Keterampilan
Menulis Cerpen
Penggunaan
Metode EGP
Siswa
Hasil Belajar
Guru
selaku
Peneliti
12
2.3 Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian dalam penelitian ini adalah metode EGP dapat
meningkatkan kemampuan menulis cerpen pada siswa kelas IXb SMP Negeri
34 Muaro Jambi.
13
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IXb SMP Negeri 34
Kabupaten Muaro Jambi tahun pelajaran 2013/2014 yang terdiri atas 21 orang
siswa yaitu 10 orang laki-laki dan 11 orang perempuan.
3.2 Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian tindakan kelas adalah kelas IXb SMP Negeri 34 Muaro
Jambi. Sekolah ini berlokasi di jalan Candi Muaro Jambi Kecamatan Maro Sebo
Kabupaten Muaro Jambi.
Waktu penelitian ini dimulai pada bulan Juli s.d. Oktober 2013.
3.3 Rancangan dan Prosedur Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan campuran (mixing methods), yakni
memadukan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Desain penelitian ini adalah
penelitian tindakan kelas dengan tahapan penelitian model Kemmis dan
McTaggar yang terdiri atas beberapa pertemuan melalui tahap perencanaan
tindakan (Planning), pelaksanaan tindakan (Action), observasi (obsevation), dan
refleksi (Reflection) (Dasna, 2013: 19).
14
Gambar 2. Desain Penelitian model Kemmis dan McTaggar
Tindakan yang dilaksanakan dalam penelitian ini untuk meningkatkan
kualitas proses dan kemampuan siswa dalam menulis cerpen adalah metode EGP.
Metode EGP dipilih dengan pertimbangan bahwa pada masa sekarang siswa
jarang memanfaatkan emosional siswa dalam pembelajaran. Padahal, dengan
memanfaatkan emosional yang ada pada diri siswa, maka siswa tersebut mampu
menyadari dan mengelola emosi diri sendiri, memiliki kepekaan terhadap emosi
orang lain, mampu merespon dan bernegosiasi dengan orang lain secara
emosional, serta dapat menggunakan emosi sebagai alat untuk motivasi diri.
Pertimbangan lain mengenai metode EGP yang digunakan dalam
penelitian ini adalah karakter jujur dan mensyukuri apa yang telah Tuhan Yang
Maha Esa berikan kepada mereka. Karakter tersebut direalisasikan dengan rasa
berterima kasih terhadap orang lain terutama kepada orang tua. Kenyataan yang
dijumpai pada diri siswa saat ini telah menipis. Metode EGP diharapkan dapat
menumbuhkan kembali sikap jujur dan berterima kasih kepada orang lain. Hal ini
Perencanaan
Pelaksanaan
Observasi
Refleksi
Perencanaan
Pelaksanaan
Observasi
Refleksi
15
sejalan dengan tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Kurikulum
2013 yang mengutamakan aspek sikap dalam proses pembelajaran.
Gerak cepat dalam metode EGP merupakan tahapan yang dilalui oleh
siswa dalam menulis cerpen. Melalui gerak cepat (menulis langsung), diharapkan
ide yang muncul pada saat ilustrasi dibaca atau ditayangkan tidak langsung
menghilang dari benak siswa.
Perevisian merupakan bagian akhir dari metode EGP yang merupakan
bagian yang memerlukan bimbingan dari guru agar cerpen yang ditulis siswa
menjadi utuh sesuai dengan unsur-unsur yang membangun cerpen. Dengan
bimbingan guru pada tahap ini, cerpen yang dibuat siswa diharapkan menjadi
menarik dan sesuai dengan apa yang diharapkan.
Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut.
1. Siklus I
a) Perencanaan Tindakan
1) Menyusun sintaks metode EGP.
2) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaranan (RPP)
3) Menentukan ilustrasi yang dapat membangkitkan emosional siswa
(berupa video atau cerita)
4) Menyusun perangkat evaluasi siswa dalam menulis cerpen. Teknik
evaluasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik uji petik
kerja/produk.
Rubrik penilaian dari teknik uji petik kerja/produk dapat dilihat pada tabel 2.
16
Tabel 2. Rubrik Penilaian menulis cerpen bertolak dari peristiwa yang
dialami
Aspek Deskripsi Bobot Skor
Tema
Siswa menulis cerpen dengan spesifikasi
tema sebagai berikut:
Ide cerita orisinil
Mengandung pelajaran untuk
membangun karakter luhur
Terintegrasi pada keseluruhan cerita
30 30
Siswa menulis cerpen dengan spesifikasi
tema sebagai berikut:
Ide cerita orisinil
Mengandung pelajaran untuk
membangun karakter luhur
Kurang terintegrasi pada keseluruhan
cerita
24
Siswa menulis cerpen dengan spesifikasi
tema sebagai berikut:
Ide cerita orisinil
Kurang mengandung pelajaran untuk
membangun karakter luhur
Kurang terintegrasi pada keseluruhan
cerita
18
Siswa menulis cerpen dengan spesifikasi
tema sebagai berikut:
Ide cerita tidak orisinil
Kurang mengandung pelajaran untuk
membangun karakter luhur
Kurang terintegrasi pada keseluruhan
cerita
12
Siswa menulis cerpen dengan spesifikasi
tema sebagai berikut:
Ide cerita tidak orisinil
Tidak mengandung pelajaran untuk
membangun karakter luhur
Tidak terintegrasi pada keseluruhan
cerita
6
Alur
Siswa menulis cerpen dengan spesifikasi alur
sebagai berikut:
Utuh
Mengandung konflik
Masuk akal
Menimbulkan keingintahuan
Memiliki kejutan
20 20
17
Siswa menulis cerpen dengan spesifikasi alur
sebagai berikut:
Utuh
Mengandung konflik
Masuk akal
Menimbulkan keingintahuan
Tidak memiliki kejutan
16
Siswa menulis cerpen dengan spesifikasi alur
sebagai berikut:
Utuh
Mengandung konflik
Masuk akal
Tidak menimbulkan keingintahuan
Tidak memiliki kejutan
12
Siswa menulis cerpen dengan spesifikasi alur
sebagai berikut:
Utuh
Mengandung konflik
Tidak masuk akal
Tidak menimbulkan keingintahuan
Tidak memiliki kejutan
8
Siswa menulis cerpen dengan spesifikasi alur
sebagai berikut:
Utuh
Tidak mengandung konflik
Tidak masuk akal
Tidak menimbulkan keingintahuan
Tidak memiliki kejutan
4
Karakter
Siswa menulis cerpen dengan spesifikasi
karakter sebagai berikut:
Mewakili individu
Dijelaskan secara fisik
Dijelaskan secara psikologis
Dimunculkan dengan teknik analitik
maupun dramatik 20
20
Siswa menulis cerpen dengan spesifikasi
karakter sebagai berikut:
Mewakili individu
Dijelaskan secara fisik
Dijelaskan secara psikologis
Tidak dimunculkan dengan teknik
analitik maupun dramatik
16
18
Siswa menulis cerpen dengan spesifikasi
karakter sebagai berikut:
Mewakili individu
Salah satu dari dimensi fisik atau
psikologis tidak dijelaskan
Tidak dimunculkan dengan teknik
analitik maupun dramatik
12
Siswa menulis cerpen dengan spesifikasi
karakter sebagai berikut:
Mewakili individu
Dimensi fisik atau psikologis tidak
dijelaskan
Tidak dimunculkan dengan teknik
analitik maupun dramatik
8
Siswa menulis cerpen dengan spesifikasi
karakter sebagai berikut:
Tidak mewakili individu
Dimensi fisik atau psikologis tidak
dijelaskan
Tidak dimunculkan dengan teknik
analitik maupun dramatik
4
Latar
Siswa menulis cerpen dengan spesifikasi
latar sebagai berikut:
Memiliki latar tempat
Memiliki latar waktu
Memiliki latar suasana
Detail
20
20
Siswa menulis cerpen dengan spesifikasi
latar sebagai berikut:
Memiliki latar tempat
Memiliki latar waktu
Memiliki latar suasana
Tidak detail
16
Siswa menulis cerpen dengan spesifikasi
latar sebagai berikut:
Salah satu dari latar tempat, latar
waktu, latar suasana tidak
dimunculkan
Tidak detail
12
Siswa menulis cerpen dengan spesifikasi
latar sebagai berikut:
Salah dua dari latar tempat, latar
waktu, latar suasana tidak
dimunculkan
Tidak detail
8
19
Siswa menulis cerpen dengan spesifikasi
latar sebagai berikut:
semua dari latar tempat, latar waktu,
latar suasana tidak dimunculkan
Tidak detail
4
Sumber: Harsiati (2013: 169-172)
b) Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan siklus I dilakukan 3 kali pertemuan. Masing-masing
pertemuan terdiri atas 2 x 40 menit. Tahap pemberian tindakan yang
dimaksud yaitu penerapan metode EGP. Proses pembelajaran yang telah
disusun oleh peneliti dengan memerhatikan sintaks metode EGP yang
telah disusun pada saat perencanaan tindakan.
Secara garis besar, proses pembelajaran dengan metode EGP terkelompok
menjadi tiga langkah besar meliputi (1) pendahuluan, (2) inti
pembelajaran, (3) penutup. Berikut adalah uraian rinci tahapan proses
pembelajaran.
(1) Pendahuluan
Guru mengucapkan salam
Guru mengingatkan apa yang telah dipelajari siswa sebelumnya dan
secara ringkas mengaitkan materi pelajaran sebelumnya dengan materi
yang akan dipelajari waktu itu melalui pengajuan beberapa pertanyaan.
Guru menyampaikan tujuan pelajaran hari itu.
(2) Inti
Siswa diberi kesempatan bertanya untuk mengetahui tentang materi
pelajaran.
20
Guru membangkitkan emosional siswa mengenai peristiwa nyata yang
pernah dialami siswa dengan ilustrasi cerita yang menyentuh perasaan.
Siswa menulis cerpen berdasarkan peristiwa yang pernah dialami
Guru berkeliling kelas untuk memberikan bimbingan kepada siswa
dalam menulis cerpen.
Setelah siswa selesai menulis cerpen, siswa merivisi hasil karyanya.
(3) Penutup
Guru memberikan penguatan berkenaan dengan materi yang
disampaikan.
Guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran
Guru menutup pelajaran
c) Observasi
Obsevasi dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan tindakan
dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam dan
menyeluruh tentang pelajaran pada masing-masing siklus. Fokus observasi
adalah bagaimana proses penerapan tindakan yang dilakukan oleh guru
dan siswa.
d) Refleksi
Hasil observasi pada siklus I diperoleh gambaran bagaimana dampak
penerapan pembelajaran yang direncanakan, yaitu penerapan metode EGP.
Hasil pembahasan yang diperoleh merupakan refleksi dari apa yang telah
terjadi selama penerapan siklus I. Apabila ditemukan permasalahan pada
21
siklus I, dipakai sebagai pertimbangan untuk merumuskan perencanaan
siklus II.
2. Siklus II
a) Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut.
1) Guru mempelajari hasil refleksi tindakan pada siklus I yang menjadi
masukan dalam melakukan tindakan yang lebih efektif.
2) Pada siklus II, hal yang dipersiapkan adalah RPP dan media video
sebagai pembangkit emosional siswa.
b) Pelaksanaan tindakan
Tindakan yang dilakukan pada tahap ini sesuai dengan perencanaan pada
siklus II yang sudah diperbaiki berdasarkan hasil refleksi pada siklus I.
c) Observasi
Tahap ini dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Hal yang
menjadi fokus pengamatan sama dengan hal yang diamati pada siklus I.
d) Refleksi
Hasil pengamatan tindakan pada siklus II diperoleh gambaran bagaimana
dampak penerapan meode EGP dalam menulis cerpen. Jika hal tersebut
belum tampak, maka penelitian ini dilanjutkan pada siklus III.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IXb SMP
Negeri 34 Kabupaten Muaro Jambi tahun pelajaran 2013/2014 yang terdiri atas 21
22
orang siswa yaitu 10 orang laki-laki dan 11 orang perempuan. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu data selama proses pembelajaran dengan
metode EGP berlangsung dan hasil pembelajaran berupa teks cerpen yang
dihasilkan oleh siswa.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Skor teks yang diperoleh dalam bentuk produk yang telah dihasilkan siswa.
2. Catatan lapangan yang berkaitan dengan aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran.
3.5 Teknik Analisis Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini untuk
mengumpulkan data proses dan hasil. Teknik pengumpulan data proses
menggunakan wawancara dan catatan selama proses pembelajaran berlangsung,
sementara itu, untuk teknik pengumpulan hasil belajar yang berupa skor
digunakan teknik tes performansi menulis cerpen, setelah diterapkannya metode
EGP.
3.6 Kriteria Keberhasilan Penelitian
Indikator keberhasilan tindakan terhadap kemampuan menulis cerpen
siswa kelas IXb SMP Negeri 34 Muaro Jambi adalah apabila lebih dari 60% siswa
dapat menulis cerpen bertolak dari peristiwa yang dialaminya.
23
3.7 Jadwal Penelitian
Jadwal Penelitian Tindakan Kelas ini dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Jadwal penelitian tindakan kelas (PTK)
No Kegiatan
Bulan/Minggu
Juli Agustus September Oktober
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 3 3 4
1 Perencanaan
Persiapan √
Pengumpulan
Data √ √
2 Pelaksanaan
tindakan
Pelaksanaan
Siklus I √
Analisis dan
Refleksi Siklus
I √
Pelaksanaan
Siklus II √
Analisis dan
Refleksi Siklus
II √
3 Pengolahan
dan Analisis
Data
Tabulasi Data √
Pengolahan
dan Analisis
Data √
4 Pelaporan √ √
24
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Peningkatan Proses Pembelajaran dalam menulis Cerpen Melalui
Metode EGP
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan di saat prasiklus menggunakan
metode ceramah, diskusi, tanya jawab, dan latihan dalam menulis cerpen. Proses
pembelajaran menjadi tidak menyenangkan dan kurang bermanfaat bagi siswa.
Siswa cenderung bercanda dan melakukan aktivitas di luar konteks pembelajaran.
Selain itu, minat dan keaktifan siswa dalam pembelajaran ini menjadi sangat
minim sehingga berakibat tujuan pembelajaran tidak tercapai.
Pada siklus I, perencanaan yang dipersiapkan adalah menyusun ilustrasi
yang dapat membangkitkan emosional siswa berkenaan dengan peristiwa yang
pernah dialami oleh siswa. Dalam penyusunan ilustrasi, penulis mengangkat tema
yang berkenaan dengan kehidupan rumah tangga siswa terutama tentang
pergaulan siswa dengan orang tuanya. Ilustrasi tersebut adalah sebagai berikut.
Silakan Ananda sekalian menutup mata dan menundukkan kepala. “coba
ananda renungkan bagaimana situasi yang terdapat di rumah ananda. Bayangkan
kondisi orang tua yang setiap hari membanting tulang untuk memenuhi kebutuhan
ananda. Dengan keringat yang mengucur, mereka rela dengan apa yang mereka
kerjakan demi kebahagiaan ananda. Mereka pergi pagi dan pulang petang hanya
untuk sesuap nasi dan mencari rupiah agar kehidupan ananda bahagia.
Ketika ananda lahir di dunia yang fana ini, dengan segenap tenaga ibu
berusaha agar ananda selamat walaupun nyawanya yang menjadi taruhan.
Kebahagiaan mereka terasa lengkap ketika tubuh ananda telah tampak di mata
mereka. Air mata mereka menetes karena bahagia sebab perjuangan mereka agar
ananda selamat telah terbukti.
Di masa-masa kecil, ananda dimanja, dipenuhi kebutuhan agar dapat hidup
layak seperti anak-anak lainnya. Disaat ananda pergi ke sekolah, setiap pagi ibu
ananda mempersiapkan segala hal untuk ananda. Mereka rela membangunkan
25
ananda setiap subuh, menyiapkan makanan, dan mendandani ananda agar siap
belajar.
Tapi sekarang, ketika ananda sudah menginjak kelas IX SMP, apa yang
dapat ananda persembahkan untuk kebahagiaan mereka? Apakah dengan bentakan
ketika mereka meminta pertolongan untuk membeli sesuatu di warung? Ataukah
dengan sikap yang tidak semberono ketika berjalan dihadapan mereka? Atau
dengan tindakantindakan lain yang dapat menyakitkan hati mereka.
Ananda, jika memang itu pernah ananda lakukan. Mulai detik ini, silakan
ananda bertekat untuk tidak akan mengulanginya kembali. Silakan ananda
bertekat untuk mengabdi kepada mereka seumur hidup ananda dan katakan
kepada mereka bahwa ananda minta maaf karena sudah tidak peduli dengan
mereka.
Pada siklus I ini, siswa meresapi apa yang telah diilustrasikan kepada
mereka. Setelah siswa mendengarkan ilustrasi tersebut, siswa dibimbing untuk
mengaitkan ilustrasi dengan peristiwa nyata yang pernah dialami oleh siswa di
dalam keluarganya. Jika siswa telah dapat mengaitkan ilustrasi dengan peristiwa
nyata yang dialaminya, siswa menulis langsung apa yang dirasakan dan
dialaminya dalam bentuk cerpen.
Peningkatan proses pembelajaran setelah dilaksanakan tindakan ini adalah
pertama, pada aspek minat siswa menjadi meningkat dalam menulis cerpen hal ini
terbukti dengan teks cerpen yang dibuat oleh 11 orang siswa menjadi lebih baik
dibanding pada saat pra penelitian yang hanya 7 orang (dari 33% menjadi 52%).
Kedua, aspek perhatian siswa juga meningkat setelah tindakan dilaksanakan yaitu
dari 7 orang menjadi 12 orang atau dari 33% menjadi 57%. Ketiga, keaktifan
siswa dari segi bertanya juga meningkat yakni 14 orang siswa atau 67% yang rajin
bertanya demi kesempurnaan cerpen. Hal ini meningkat dibanding pada saat pra
penelitian yang hanya 8 (38%) orang siswa yang bertanya. Namun, untuk
26
keaktifan dalam mempublikasikan hasil cerpennya tidak terdapat peningkatan dari
kegiatan prasiklus yakni hanya 10 orang atau 48%.
Pada siklus II, penulis menggunakan media video untuk lebih
meningkatkan kegiatan atau proses pembelajaran agar siswa menjadi lebih
berminat, lebih memperhatikan dan lebih aktif dari siklus I. Hasil dari penggunaan
media video ini dapat meningkatkan proses pembelajaran menulis cerpen yang
bertolak dari peristiwa yang pernah dialami siswa. Peningkatan proses terjadi
pada minat yang pada siklus I berjumlah 11 orang menjadi 15 orang atau 71%.
Pada aspek perhatian, juga terjadi peningkatan yang sebelumnya 12 orang
menjadi 19 orang atau 90%. Aspek keaktifan juga terjadi peningkatan dibanding
dari proses siklus I, yakni keaktifan bertanya meningkat menjadi 17 orang atau
81%. Pada aspek publikasi cerpen di depan kelas terjadi peningkatan dari siklus I
sebanyak 10 orang menjadi 15 orang atau 71%.
4.2 Peningkatan Kemampuan Siswa dalam Menulis Cerpen dengan Metode
EGP
Peningkatan hasil belajar kemampuan menulis cerpen siswa kelas IX SMP
Negeri 34 Muaro Jambi pada tahap prasiklus, siklus I dan II dapat dilihat dari
empat aspek, yaitu aspek tema, alur, karakter, dan latar. Hasil belajar pada
tindakan di setiap siklus ini diperoleh dari penyekoran yang didasarkan pada
kemampuan siswa dalam menulis. Untuk mengetahui kemampuan menulis
cerpen, guru memberikan tes kepada siswa yang berupa tes menulis cerpen dan
27
penyekoran hasil tes tersebut diperoleh dengan memakai rubrik penilaian. Adapun
data hasil penelitian pada prasiklus dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Data hasil penelitian pada prasiklus
No Nama Siswa
Aspek Penilaian
Jumlah Nilai
Tem
a
Alu
r
Kara
kte
r
Lata
r
1 Adi Pengestu 18 12 12 16 58 64
2 Ahmad Hudori 12 12 8 16 48 53
3 Albukhori 18 8 12 16 54 60
4 Anang Depriansyah 12 8 8 16 44 49
5 Eko Nugroho 12 12 8 16 48 53
6 Hikma Br Harahap 18 12 8 16 54 60
7 Indah Syah Putri 24 16 12 16 68 76
8 Indra Gunawan 18 8 12 16 54 60
9 Isning Widiastuti 12 8 8 16 44 49
10 Jimas Rian 18 8 8 16 50 56
11 Kms. Hilman 18 8 8 16 50 56
12 M. Ardiansyah 12 8 8 16 44 49
13 Mutalina 12 8 8 16 44 49
14 Puja Astuti 24 16 12 16 68 76
15 Repsi Masrika 12 8 8 16 44 49
16 Rita Rukmana 12 12 8 16 48 53
17 Robiyanto 12 12 8 16 48 53
18 Siska Melati Putri 30 16 16 16 78 87
19 Siti Alia 24 12 12 16 64 71
20 Swanto 12 8 8 16 44 49
21 Wilda Zahab 30 12 12 16 70 78
Rata-rata 17,14 10,67 9,71 16,00 53,52 59,47
Persentase keberhasilan (nilai sama atau lebih besar dari 70) 24%
Sumber: catatan lapangan dan analisis data prasiklus
Pada saat prasiklus, hanya 5 orang atau 24% dari siswa yang berada di
kelas IXb SMP Negeri 34 Muaro Jambi dengan rata-rata kelas 59,47 yang dapat
menulis cerpen bertolak dari peristiwa yang pernah dialami. Kondisi ini menjadi
meningkat pada tindakan siklus I, yakni menjadi 47%. Namun, kriteria
28
keberhasilan PTK belum tercapai pada siklus ini. Jadi, perlu diadakan perbaikan
pada siklus II. Perbaikan tersebut antara lain dengan menampilkan video yang
menyentuh perasaan dan emosional siswa. Data hasil penelitian pada siklus I
dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Data hasil penelitian pada siklus I
No Nama Siswa
Aspek Penilaian
Jumlah Nilai T
ema
Alu
r
Kara
kte
r
La
tar
1 Adi Pengestu 24 12 12 20 68 76
2 Ahmad Hudori 24 12 8 20 64 71
3 Albukhori 24 12 12 16 64 71
4 Anang Depriansyah 18 12 12 20 62 69
5 Eko Nugroho 18 12 8 16 54 60
6 Hikma Br Harahap 24 12 12 16 64 71
7 Indah Syah Putri 30 18 12 16 76 84
8 Indra Gunawan 18 12 12 16 58 64
9 Isning Widiastuti 24 12 12 16 64 71
10 Jimas Rian 24 8 8 16 56 62
11 Kms. Hilman 24 8 8 16 56 62
12 M. Ardiansyah 18 8 8 16 50 56
13 Mutalina 18 12 8 16 54 60
14 Puja Astuti 24 16 12 16 68 76
15 Repsi Masrika 18 12 8 16 54 60
16 Rita Rukmana 18 12 12 16 58 64
17 Robiyanto 18 12 8 16 54 60
18 Siska Melati Putri 30 16 16 20 82 91
19 Siti Alia 30 12 16 16 74 82
20 Swanto 18 12 8 16 54 60
21 Wilda Zahab 30 12 16 20 78 87
Rata-rata 22,57 12,10 10,86 16,95 62,48 69,42
Persentase keberhasilan (nilai sama atau lebih besar dari 70) 47%
Sumber: catatan lapangan dan analisis data hasil siklus I
29
Berdasarkan hasil observasi dan penilaian pada tindakan siklus II,
menunjukkan adanya peningkatan yang sangat baik. Peningkatan tersebut yaitu 14
dari 21 orang siswa 66% telah berhasil menulis cerpen yang bertolak dari
peristiwa yang pernah dialami. Data hasil penelitian pada siklus II dapat dilihat
pada tabel 6.
Tabel 6. Data hasil penelitian pada siklus II
No Nama Siswa
Aspek Penilaian
Jumlah Nilai T
ema
Alu
r
Kara
kte
r
Lata
r
1 Adi Pengestu 24 12 12 20 68 76
2 Ahmad Hudori 24 12 8 20 64 71
3 Albukhori 24 12 18 20 74 82
4 Anang Depriansyah 24 12 18 20 74 82
5 Eko Nugroho 18 12 12 20 62 69
6 Hikma Br Harahap 24 12 12 20 68 76
7 Indah Syah Putri 30 18 18 16 82 91
8 Indra Gunawan 24 12 12 16 64 71
9 Isning Widiastuti 24 12 12 16 64 71
10 Jimas Rian 24 8 12 16 60 67
11 Kms. Hilman 24 8 12 20 64 71
12 M. Ardiansyah 24 12 12 16 64 71
13 Mutalina 18 12 12 16 58 64
14 Puja Astuti 30 16 12 16 74 82
15 Repsi Masrika 18 12 12 16 58 64
16 Rita Rukmana 18 12 12 16 58 64
17 Robiyanto 18 12 8 16 54 60
18 Siska Melati Putri 30 16 16 20 82 91
19 Siti Alia 30 12 16 16 74 82
20 Swanto 18 12 8 16 54 60
21 Wilda Zahab 30 16 16 20 82 91
Rata-rata 23,71 12,48 12,86 17,71 66,76 74,18
Persentase keberhasilan (nilai sama atau lebih besar dari 70) 66%
Sumber: catatan lapangan dan analisis data hasil siklus II
30
Berdasarkan kriteria keberhasilan penelitian yang telah diungkapkan pada
bagian metode penelitian, maka penelitian tindakan kelas ini telah mencapai target
yang diharapkan, yaitu lebih dari 60% siswa sudah dapat menulis cerpen bertolak
dari peristiwa yang pernah dialaminya.
4.3 PEMBAHASAN
Peningkatan siswa dalam menulis cerpen tampak setelah diadakan
tindakan pada setiap siklus. Dengan membandingkan sebelum hingga akhir
penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa metode EGP dapat meningkatkan
proses pembelajaran dan kemampuan siswa dalam menulis cerpen bertolak dari
peristiwa yang pernah dialami.
Pernyataan tersebut didasari kenyataan di lapangan bahwa sintaks metode
EGP yang merupakan pedoman penerapan metode mampu meningkatkan
keterampilan siswa dalam menulis cerpen bertolak dari peristiwa yang telah
dialami oleh siswa baik dari segi proses pembelajaran maupun hasil skor siswa
setelah menulis cerpen.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Fitriana yang meneliti
tentang peningkatan keterampilan menulis cerpen melalui media berita dengan
metode latihan terbimbing. Fitriana (2011) memaparkan bahwa terjadi
peningkatan keterampilan siswa dalam menulis cerpen melalui media berita
dengan metode latihan terbimbing. Media berita dengan metode latihan
terbimbing dapat meningkatkan motivasi, antusias, rasa senang, dan rasa positif
siswa dalam pembelajaran menulis cerpen. Siswa menjadi lebih aktif dalam
31
mengikuti pembelajaran seperti bertanya kepada guru hal yang tidak diketahui,
menjawab pertanyaan yang diberikan guru, dan berani mengungkapkan pendapat
saat berdiskusi.
Penelitian lain yang sejalan dengan penelitian ini dilakukan oleh Suriyani,
Nursaid, dan Zulfikarni (2013) yang memaparkan terjadinya peningkatan siswa
dalam menulis cerpen dengan metode latihan terbimbing. Pertama, metode latihan
terbimbing dalam pembelajaran menulis cerpen ternyata sangat baik diterapkan
dalam PBM. Terlihat dalam aktivitas siswa selama PBM berlangsung. Aktivitas
siswa tersebut terdiri atas perhatian siswa terhadap berbagai aktifitas PBM,
keaktifan siswa dalam diskusi kelompok, keaktifan siswa dalam bertanya dan
mengemukakan pendapat, keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan, dan rasa
senang siswa dalam PBM. Dengan demikian, berdampak positif pada peningkatan
kemampuan menulis cerpen. Kedua, metode latihan terbimbing dapat
meningkatakan sikap dan perilaku positif siswa dalam PBM serta prestasi siswa
dibidang menulis cerpen. Ketiga, metode latihan terbimbing dapat meningkatkan
kemampuan menulis cerpen siswa kelas X2 SMA Negeri 6 Padang. Keempat,
setelah dilakukan pengujian, ternyata peningkatan kemampuan menulis cerpen
siswa kelas X2 S MA Negeri 6 Padang adalah signifikan.
Metode dan media yang digunakan pada kedua penelitian di atas berbeda
dengan metode yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini. Meskipun
demikian, hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan adanya peningkatan
kemampuan siswa dalam menulis cerpen. Hal ini berarti bahwa metode apapun
32
yang digunakan dalam pembelajaran di kelas memungkinkan guru lebih memiliki
kreativitas dan inovasi untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Pada bagian akhir sintaks metode EGP, yakni perevisian juga menuntut
guru untuk melakukan pembinaan dan pembimbingan terhadap siswa dalam
merevisi hasil tulisannya. Kegiatan perevisian dalam metode EGP merujuk pada
proses latihan terbimbing yang menjadi hasil penelitian peneliti terdahulu.
Berdasarkan kenyataan tersebut, metode EGP merupakan pengembangan dari
metode latihan terbimbing atau dengan kata lain metode latihan terbimbing plus.
Metode EGP dirasakan sangat relevan pada saat sekarang karena
mendukung program pemerintah dalam menumbuhkan dan meningkatkan
karakter kebangsaan terutama karakter jujur dan mensyukuri apa yang telah
dianugrahkan Tuhan kepada mereka (Permendikbud Nomor 68 Tahun 2013).
Dengan demikian, metode EGP mampu menjawab tuntutan kurikulum baik pada
saat sekarang maupun pada saat yang akan datang.
Metode EGP baik digunakan karena (1) pembelajaran lebih menyenangkan
bagi siswa dan guru, (2) siswa lebih aktif dan kreatif, (3) emosional siswa lebih
tergali, (4) mengurangi hal-hal yang bersifat verbalistik dan abstrak, (5)
menimbulkan respon positif dari siswa yang lamban atau kurang cakap, dan (6)
guru lebih dimudahkan dengan pemilihan bahan ajar seperti video dan ilustrasi
yang dekat dengan kehidupan siswa.
Walaupun metode EGP baik digunakan, namun ada beberapa kelemahan
yang perlu diperhatikan. Kelemahan tersebut adalah (1) tidak semua siswa
memiliki kesiapan mental untuk mengungkapkan ide yang sesuai dengan ilustrasi
33
yang diberikan guru, (2) tidak semua guru bersedia mengenali minat dan
emosional siswa, dan (3) tidak ada interaksi antar siswa karena siswa disibukkan
untuk menulis cerpen.
34
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan paparan yang telah dikemukakan di atas, simpulan
penelitian ini adalah, pertama, metode EGP terbukti dapat meningkatkan proses
pembelajaran siswa dalam menulis cerpen bertolak dari peristiwa yang pernah
dialami. Peningkatan proses tersebut meliputi minat, perhatian, dan keaktifan
siswa dalam pembelajaran. Kedua, metode EGP terbukti dapat meningkatkan
hasil pembelajaran siswa dalam menulis cerpen bertolak dari peristiwa yang
pernah dialami penggunaan.
5.2 Saran
Berdasarkan simpulan di atas, disarankan kepada guru mata pelajaran
bahasa Indonesia tingkat SMP, agar dalam pembelajaran menulis cerpen bertolak
dari peristiwa yang dialami dengan menggunakan metode EGP karena telah
terbukti dapat meningkatkan proses dan hasil kemampuan siswa dalam menulis
cerpen bertolak dari peristiwa yang pernah dialami.
35
DAFTAR PUSTAKA
Agustian, A.G. 2001. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan
Spritual ESQ Jilid 1. Jakarta: PT Arga Tilanta.
Andayani, K., Pratiwi, Y. 2013. Pembelajaran Bahasa Indonesia Kreatif dan
Inovatif. Malang: UM Press.
Dasna, I.W. 2013. Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Malang: UM Press.
Fitriana, D. I. 2011. Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Melalui Media
Berita dengan Metode Latihan Terbimbing Pada Siswa Kelas X.3 SMA
Negeri 1 Rembang Purbalingga. (online). http://eprints.uny.ac.id.
Diakses pada tanggal 4 November 2013
Garden, H. 1983. Kecerdasan Emosional. (online). HTTP://id.wikipedia.org.
diakses pada tanggal 1 Agustus 2013.
Harsiati, T. 2013. Asesmen Pembelajaran Bahasa Indonesia. Malang: UM
Press.
Nurgiantoro. 2011. Definisi cerpen menurut beberapa pakar. (online).
HTTP://id.scribd.com. diakses pada tanggal 1 Agustus 2013.
Permendikbud Nomor 68 Tahun 2013 tentang Kompetensi Dasar dan Struktur
Kurikulum SMP/MTs. (online). HTTP://ikapidkijakarta.com. Diakses
pada tanggal 5 November 2013
Santoso, A. 2013. Pendalaman Materi Bahasa Indonesia. Malang: UM Press.
Suriyani, Nursaid, dan Zulfikarni. 2013. Peningkatan Keterampilan Menulis
Cerpen dengan Latihan Terbimbing Siswa Kelas X.2 Sman 6 Padang.
(online). http://ejournal.unp.ac.id diakses pada tanggal 4 November 2013.