Pteridophyta (walono)

49
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tumbuhan paku merupakan suatu divisi yang warganya telah jelas mempunyai kormus, artinya tubuhnya dengan nyata dapat diibedakan dalam tiga bagian pokoknya yaitu akar, batang, dan daun. Namun demikian, pada tumbuhan paku belum dihasilkan biji. Tjitrosoepomo (2011: 219) Paku-pakuan atau pteridofita merupakan sekelompok tumbuhan yang mencakup lebih daripada 9.000 spesies. Bersama-sama dengan tumbuhan bunga, tumbuhan biji telanjang, dan kelompok-kelompok tertentu lainnya, maka paku-pakuan digolongkan ke dalam subdivisi terbesar, yaitu Pteropsida. Bab 19 dan 20 akan mencakup sifat- sifat tumbuhan pembuluh yang digolongkan ke dalam subdivisi yang lain-lain. Banyak tumbuhan subdivisi ini (Psilopsida, Lycopsida, dan Sphenopsida) sudah punah, dan bentuk-bentuk yang masih hidup tidak dikenal secara umum. Tjitrosomo (2010:107) Tumbuhan paku (Pteridophyta) dapat digolongkan sebagai tumbuhan tingkat rendah, karena meskipun tubuhnya sudah jelas mempunyai kormus, serta mempunyai sistem pembuluh tetapi blm menghasilkan biji, dan alat perkembangbiakan yang lain. Alat

Transcript of Pteridophyta (walono)

Page 1: Pteridophyta (walono)

1

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tumbuhan paku merupakan suatu divisi yang warganya telah jelas

mempunyai kormus, artinya tubuhnya dengan nyata dapat diibedakan dalam

tiga bagian pokoknya yaitu akar, batang, dan daun. Namun demikian, pada

tumbuhan paku belum dihasilkan biji. Tjitrosoepomo (2011: 219)

Paku-pakuan atau pteridofita merupakan sekelompok tumbuhan yang

mencakup lebih daripada 9.000 spesies. Bersama-sama dengan tumbuhan bunga,

tumbuhan biji telanjang, dan kelompok-kelompok tertentu lainnya, maka paku-

pakuan digolongkan ke dalam subdivisi terbesar, yaitu Pteropsida. Bab 19 dan 20

akan mencakup sifat-sifat tumbuhan pembuluh yang digolongkan ke dalam subdivisi

yang lain-lain. Banyak tumbuhan subdivisi ini (Psilopsida, Lycopsida, dan

Sphenopsida) sudah punah, dan bentuk-bentuk yang masih hidup tidak dikenal

secara umum. Tjitrosomo (2010:107)

Tumbuhan paku (Pteridophyta) dapat digolongkan sebagai tumbuhan

tingkat rendah, karena meskipun tubuhnya sudah jelas mempunyai kormus,

serta mempunyai sistem pembuluh tetapi blm menghasilkan biji, dan alat

perkembangbiakan yang lain. Alat perkembangbiakan tumbuhan paku yang

utama adalah spora. Jadi penempatan tumbuhan paku ke dalam golongan

tingkat rendah atau tinggi bisa berbeda-beda tergantung sifat yang digunakan

sebagai dasar. Jika didasarkan pada macam alat perkembangbiakannya, maka

sebagai tumbuhan berspora tergolong tumbuhan tingkat rendah. Namun, jika

didasarkan pada ada atau tidaknya sistem pembuluh, tumbuhan paku dapat

digolongkan sebagai tumbuhan tingkat tinggi karena sudah mempunyai

berkas pembuluh. Tjitrosoepomo (1994:123 ).

Meskipun tumbuhan paku mempunyai akar, batang dan daun, tetapi

untuk yang primitif daunnya masih sangat sederhana. Tumbuhan paku belum

mempunyai lamina dan masih dinamakan mikrofil. Anggota dari

Page 2: Pteridophyta (walono)

2

Pteridophyta mempunyai habitus yang heterogen, dari yang berukuran kecil

sampai yang besar. Tjitrosoepomo (1994: 235).

Sebagai tumbuhan tingkat rendah, Pteridophyta lebih maju dari pada

Bryophyta karena sudah mempunyai berkas pembuluh. Sporofitnya hidup

bebas dan berumur panjang, sudah ada akar sejati, dan sebagian sudah

merupakan tumbuhan heterospor. Tjitrosoepomo (1994: 235).

Seperti halnya dengan Bryophyta, di dalam siklus hidup

Pteridophyta juga terdapat pergantian generasi. Individu yang menghasilkan

gamet diberi nama gametofit dan merupakan generasi yang haploid. Setelah

terjadi fertilisasi akan terbentuk zigot yang merupakan permulaan dari

keturunan (generasi) yang diploid. Kemudian dari sini terbentuk individu

yang diploid dan diberi nama sporofit. Sporofit merupakan individu yang

menghasilkan spora melalui pembelahan reduksi. Jadi, spora ini merupakan

permulaan dari generasi yang haploid. Dari spora ini akan terbentuk

protalium (protalus) melalui perkecambhan dari spora. Suisetijiono (2011:

35).

Perbedaannya dengan Bryophyta ialah, pada tumbuhan paku yang

dikenal sebagai tumbuhannya adalah sporofit, sedangkan pada tumbuhan

lumut, yang dikenal sebagai tumbuhannya adalah gametofit. Kemudian

beberapa tumbuhan paku ada yang bersifat heterospor sehingga dijumpai

adanya makrogametofit dan mikrogametofit. Selain dari pada itu sporofit dari

tumbuhan paku dapat hidup bebas, hanya pada tingkatan permulaan dari

pertumbuhannya saja bergantung secara fisiologis dan gametofit. Sulisetijono

( 2011: 46).

Warga tumbuhan paku amat heterogen baik ditinjau dan segi habitus

maupun cara hidupnya lebih-Iebih bila diperhititungkan pula jenis paku yang

telah punah. Ada jenis-jenis paku yang sangat kecil dengan daun-daun yang

kecil-kecil pula dengan struktur yang masih sangat sederhana ada püla yang

besr dengan daun-daun yang mencapai ukuran panjang sampai 2 m atau lebih

dengan struktur yang rumit. Tjitrosoepomo (2011: 219)

Pada Pteridophyta juga dimungkinkan terjadi penyimpangan dari

siklus hidup yang normal, yaitu adanya peristiwa apogami dan apospori.

Page 3: Pteridophyta (walono)

3

Apogami ialah terbentuknya sporofit langsung dari gametofit tanpa melalui

persatuan dari gamet-gamet. Sporofit yang terjadi dari peristiwa apogami

mempunyai jumlah kromosom yang sama dengan gametofit. Terjadinya

apogami disebabkan karena terbentuknya tunas pada protalium yang langsugn

tumbuh menjadi sporofit, atau karena sel telur yang tumbuh menjadi sporofit

tanpa terjadi fertilisasi terlebih dahulu (partogenesis). Peristiwa apogami ini

dapat terjadi pada jenis Dryopteris, Pteris, Adiantum, diplazium, Asplenium,

Osmunda, Lycopodium, Equisetum dan Polypodium. Sulisetijono (2011:

50).

B. Rumusan Masalah

1.      Apa pengertian tumbuhan paku (Pteridophyta)?

2.      Bagaimana struktur tumbuhan Paku (Pteridophyta)?

3.      Bagaimana klasifikasi tumbuhan lumut (Pteridophyta)?

4.      Apa manfaat yang diperoleh dari tumbuhan paku (Pteridophyta)?

C.    Tujuan Penyusunan Makalah

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui konsep yang benar tentang tumbuhan paku (Pteridophyta)?

2. Mengetahui struktur tumbuhan Paku (Pteridophyta)?

3. Mengetahuia klasifikasi tumbuhan lumut (Pteridophyta)?

4. Memahami manfaat yang diperoleh dari tumbuhan paku (Pteridophyta)?

5. Untuk memenuhi tugas Kelompok dalam menempuh mata kuliah Botani

Page 4: Pteridophyta (walono)

4

BAB IIPEMBAHASAN

A.    Pengertian Tumbuhan Paku

Tumbuhan paku sudah dapat dibedakan antara akar, batang dan daun

sehingga tumbuhan paku adalah tumbuhan yang lebih tinggi

perkembangannya bila dibandingkan dengan tumbuhan lumut.

Daur hidup tumbuhan paku memperlihatkan pergiliran fase keturunan

tetapi berbeda dengan tumbuhan lumut.

Generasi yang menonjol adalah sporofitnya. Sporofit merupakan

tumbuhan paku yang memiliki system pembuluh angkut, yaitu xylem dan

floem yang gametofitnya merupakan akar talus yang disebut protalium.

Tumbuhan paku merupakan salah satu kelompok tumbuhan yang

tertua yang masih dapat dijumpai didaratan. Diduga tumbuhan paku

merupakan tumbuhan berkormus tertua yanga menghuni daratan bumi.

Tumbuhan berkormus adalah tumbuhan yang memiliki akar, batang

dan daun yang sebenarnya, artinya batang, akar dan daunnya sudah memiliki

pembuluh angkut. Daun tumbuhan paku pada umumnya merupakan daun

majemuk. Pada permukaan sebelah bawah daun tumbuhan paku dewasa

umumnya terdapat bercak berbentuk bulat/mumajang berwarna karat yaitu

sporangium.

B. Karakteristik Tumbuhan Paku

Tumbuhan paku memiliki akar, batang, dan daun sejati. Batang

tumbuhan paku berada didalam tanah dan disebut rizom. Pada rizom akan

muncul akar-akar seperti rambut yang merupakan akar serabut. Dari rizom ini

juga muncul tangkai daun. Ada pula tumbuhan paku yang batangnya mirip

tumbuhan palem, yakni batangnya menjulang ke  atas, misalnya paku pohon

(Cyathea sp.).

Page 5: Pteridophyta (walono)

5

Daun terbagi atas dua bagian, yaitu tangkai daun dan helaian daun.

Helaian daun ada yang tunggal. Akan tetapi, umumnya merupakan daun

majemuk menyirip. Salah satu ciri tumbuhan paku adalah pada saat masih

tunas, daunnya menggulung.

Pada paku tertentu, ukuran daun tidak sama. Ada daun kecil (mikrofil)

dan ada pula daun besar (makrofil). Pada mikrofil tidak terdapat tangkai daun

dan tulang daun serta bentuk kecil atau bersisik, belum memperlihatkan

diferensiasi sel. Sedangkan makrofil daun besar, bertangkai, bertulang daun,

bercabang-cabang, sel telah terdiferensiasi. Daun tumbuhan paku ada yang

khusus menghasilkan spora dan disebut sporofil dan ada yang tidak

menghasilkan spora disebut tropofil. Toprofil hanya berfungsi untuk

fotosintesis. Sporofil merupakan daun yang subur. Pada adiantum (pakis) dan

suplir tidak ada daun yang berfungsi khusus. Tumbuhan paku menghasilkan

spora. Spora terdapat di dalam kotak spora atau sporangium. Sporangium-

sporangium berkumpul di dalam kotak spora atau sorus-sorus berkumpul di

helaian daun bagian bawah. Perhatikan di bagian bawah daun paku ada sederet

bentukan bulat atau oval atau tamapak seperti bulan sabit pada suplir. Jika

sudah matang akan tampak kehitaman. Bentukan itu adalah sorus. Sorus ada

yang dilindungi oleh selaput yang disebut indusium dan di dalamnya terdapat

banyak kotak spora

Akar, batang, dan daun tumbuhan paku memiliki berkas pengangkut

xylem dan floem. Xylem atau pembuluh kayu berfungsi untuk mengangkut air

dan zat hara dari tanah ke daun. Adapun floem berfungsi untuk mengangkut

hasil-hasil fotosintesis dari daun ke seluruh tubuh. Berkas pengangkut

umumnya tersusun konsentris, artinya xylem ditengah dikelilingi oleh floem.

C. Daur Hidup Pterydophyta

Tumbuhan paku atau dikenal dengan (Pterydophyta) adalah kelompok

kingdom Plantae yang secara evolusi lebih maju dibandingkan Bryophyta

(Lumut) karena sudah mempunyai jaringan pengangkut Xilem dan Floem

(Tracheophyta) , selain akarnya sudah jelas dan membentuk sistem perakaran

serabut.

Page 6: Pteridophyta (walono)

6

Secara keseluruhan Paku dan Lumut mempunyai persamaan adanya

metagenesis , yaitu adanya peristiwa pergiliran keturunan dari fase sexual ke

fase asexual ke fase sexual lagi sehingga membentuk daur/cyclus.

Karakter khas pada Pteridophyta ( tumbuhan paku).

Tumbuhan paku dewasa yang dijumpai di alam merupakan fase

sporofit yang menghasilkan spora sebagai alat perkembangbiakan seksual.

Spora yang jatuh ditempat lembab akan tumbuh menjadi protalium atau

prothallus yang merupakan fase gametofit yang berwujud tumbuhan kecil

berupa lembaran berwarna hijau.

Fase gametofitnya lebih pendek daripada fase sporofitnya. Daur hidup

tumbuhan paku mengenal pergiliran keturunan, yang terdiri dari dua fase yaitu

Fase Gametofit dan Fase Sporofit.

Tumbuhan paku yang mudah dilihat merupakan bentuk fase sporofit

karena menghasilkan spora. Bentuk generasi fase gametofit dinamakan

protalus (prothallus) atau protalium (prothallium).

1. Protallium

Prothallium berwujud tumbuhan kecil berupa lembaran berwarna

hijau, mirip lumut hati, tidak berakar (tetapi memiliki rpizoid sebagai

enggantinya) tidak berbatang, tidak berdaun.

Prothallium tumbuh dari spora yang jatuh di tempat yang lembab.

Dari prothallium tumbuh anteridium (antheridium, organ penghasil

spermatozoid atau sel kelamin jantan) dan arkegonium (archegonium, organ

penghasil ovum atau sel telur).

Pembuahan mutlak memerlukan bantuan air sebagai media

spermatozoid berpindah menuju archegonium. Ovum yang terbuahi

berkembang menjadi zigot, yang pada gilirannya tumbuh menjadi tumbuhan

paku baru.

2. Tumbuhan Paku

Berupa tumbuhan yang dewasa yang berakar , berbatang dan

berdaun,daun yang muda menggulung. Daunnya ada yang berukaran besar

Page 7: Pteridophyta (walono)

7

(makrofil) maupun kecil ( mikrofil ) dan ditemukan pula dau sporofil ( daun

penghasil spora) dan Tropofil (daun untuk fotosintesis yang sering pula

disebut daun steril). Daun sporofil dibagian permukaan bawahnya terdapat

sporogonium penghasil spora sehingga permukaan daun bagian bawahnya

tidak rata, karena sering dijumpai dialam tentu ia lebih lama hidupnya maka

pada paku Fase sporofit lebih dominan / lebih lama hidupnya dibandingkan

dengan fase gametofitnya yang berupa fase gametofit.

Pergiliran keturunan pada tumbuhan paku menghasilkan dua

generasi yaitu : generasi gametofit dan generasi sporofit.

1. Generasi Gametofit

Generasi gametofit ditandai dengan adanya protalium. Protalium

adalah tumbuhan paku baru yang berbentuk seperti jantung, berwarna hijau,

dan melekat pada substrat dengan rizoidnya. Protalium tidak berumur

panjang. Artinya, generasi gametofit tidak berlangsung lama.

2. Generasi Sporofit

Generasi sporofit merupakan generasi penghasil spora, yaitu berupa

tumbuhan paku itu sendiri. Spora dihasilkan oleh struktur daun khusus yang

disebut sporofil. Spora mudah menyebar diterbangkan angin. Spora yang

jatuh di tempat yang sesuai akan tumbuh menjadi tumbuhan baru, yaitu

berupa protalium. Generasi lebih dominan terhadap generasi sporofit.

D. Klasifikasi Tumbuhan Paku

Berdasarkan jenis spora yang dihasilkannya, tumbuhan paku dapat

dibedakan atas paku homospora, paku heterospora, dan paku peralihan antara

homospora dan heterospora.

1. Tumbuhan Paku Homospora

Paku Homospora merupakan kelompok tumbuhan paku yang

menghasilkan satu macam spora berukuran sama besar.

Contoh: Lycopodium clavatum ( Paku kawat ) dan Suplir (adiantum

cuneat m)

Page 8: Pteridophyta (walono)

Gametofit (n)

Sprofit (2n)

Anteredium

Spermatozoa

Ovum

ZigotTumbuhan

Paku

Sporofit

Sporangium

Protalium

Arkegonium

Spora

Spermatozoa

Zigot

Tumbuhan Paku

Mikrosporofil

Mikrosporangium

Anteredium

Mikrospora

Mikroprotalim

Arkegonium

Makrospora

Makroprotalim

Ovum

Makrosporofil

Makrosporangium

8

Gb. 1 Daur hidup paku homospora

2. Tumbuhan Paku Heterospor.

Paku Heterospora merupakan kelompok tumbuhan paku yang

menghasilkan dua macam spora dengan ukuran berbeda. Spora kecil

(mikrospora) merupakan spora berkelamin jantan, sedangkan spora besar

(makrospora) berupa spora betina.

Contohnya paku rane (Selaginella) dan semanggi (Marsilea crenata).

Page 9: Pteridophyta (walono)

Spora

Protalium Betina

Arkegonium

Spora

Protalium Jantan

Anteredium

Zigot

Tumbuhan Paku

Sporofil

Sporangium

9

Gb. 2 Daur hidup paku heterospora

3. Tumbuhan paku peralihanPaku peralihan merupakan kelompok tumbuhan paku yang dapat

menghasilkan spora dengan bentuk dan ukuran yang sama. Akan tetapi

sebagian spora ada yang berkelamin jantan dan ada yang berkelamin betina.

Contohnya paku ekor kuda (Equisetum debile).

Gb. 3 Daur hidup paku peralihan

Berdasarkan ciri tubuhnya, tumbuhan paku diklasifikasikan menjadi

empat kelas, yaitu:

1. Kelas: Paku Purba (Psilophytinae)

Tumbuhan paku purba yang masih hidup saat ini diperkirakan hanya

tinggal 10 spesies sampai 13 spesies dari dua genus.

Paku purba hidup di daerah tropis dan subtropis.

Sporofit paku purba ada yang tidak memiliki akar sejati dan tidak

memiliki daun sejati.

Paku purba yang memilki daun pada umumnya berukuran kecil

(mikrofil) dan berbentuk sisik.

Batang paku purba bercabang dikotomi dengan tinggi mencapai 30 cm

hingga 1 m. Paku purba juga tidak memiliki pembuluh pengangkut.

Page 10: Pteridophyta (walono)

10

Batang paku purba mengandung klorofil sehingga dapat melakukan

fotosintesis.

Cabang batang mengandung mikrofil dan sekumpulan sporangium yang

terdapat di sepanjang cabang batang.

Sporofil paku purba menghasilkan satu jenis spora (homospora).

Gametofitnya tidak memiliki klorofil dan mengandung anteridium dan

arkegonium. Gametofit paku purba bersimbiosis dengan jamur untuk

memperoleh nutrisi.

Psilophytinae dibagi menjadi 2 bangsa yatu:

a. Bangsa Psilophytales (paku telanjang)

Merupakan tumbuhan paku yang paling rendah rendah tingkat

perkembangannya.Yang paling sederhana masih belum berdaun dan

belum berakar, batang telah mempunyai berkaspengangkut, bercang-

cabang menggarpu dengan sporangium pada ujung cabang-cabangnya.

1) Suku Rhyniaceae : terna ini mencapai lebih kurang ½ m, batang

dalam tanah, tumbuhan horizontal, tidak mempunyai akar,

melainkan hanya rezoid.

Contoh : Rhynia major, Taeniocrada deeheniana, Zosterophyllum

australanum.

2) Suku Asteroxylaceae: tinggi dapat mencapai 1m, batang

mempunyai (garis tengah)1cm, mempunyai penonjolan-penonjolan

yang panjangnya hanya beberapa mm (mikrofil)

Contoh: Asteroxylon mackei, Asteroxylon elberfeldense

3) Suku Pseudosporochnaceae: dari ujung sumbu pokok yang tidak

beruas muncullah sejmlah dahan-dahan yang hanya sedikit

bercabang menggarpu, tetapi akhirnya menjadi ranting-ranting

kecil yang menggarpu.

Contoh: Pseudosporochnus krejcii

Page 11: Pteridophyta (walono)

11

Gb.4 A. Asteroxylon elberfeldense B. Asteroxylon mackei

b. Bangsa Psilotales

Warganya yang masih hidup ialah marga Psilotum yang berupa terna

kecil rendah, dan bercabang-cabang menggarpu. Tumbuhan ini sama

sekali tidak berakar, hanya mempunyai tunas-tunas tenah dengan

rizoid-rizoid, dan pada batangnya terdapatmikrofil (daun-daun kecil)

berbentuk sisik, tidak bertulang dan tersusun jarang-jarang dalam

garis spiral.

Contoh: - Psilotum nudum, yang masih terdapat di puau jawa

- Psilotum triqueirum, hanya di daerah tropika

- Tmesipteris tanensis, di Australia

Gb. 4 Psilotum nudum

Page 12: Pteridophyta (walono)

12

2. Kelas Paku Lycopodiinae (Paku Kawat atau paku rambat)

Paku kawat mencakup 1.000 spesies tumbuhan paku, terutama dari

genus Lycopodium dan Selaginella.

Paku kawat banyak tumbuh di hutan-hutan daerah tropis dan subtropis.

Paku kawat menempel di pohon atau hidup bebas di tanah.

Anggota paku kawat memiliki akar, batang, dan daun sejati.

Daun tumbuhan paku kawat berukuran kecil dan tersusun rapat.

Sporangium terdapat pada sporofil yang tersusun membentuk strobilus

pada ujung batang.

Strobilus berbentuk kerucut seperti konus pada pinus.

Oleh karena itu paku kawat disebut juga pinus tanah.

Pada paku rane (Selaginella) sporangium terdiri dari dua jenis, yaitu

mikrosporangium dan megasporangium.

Mikrosporangium terdapat pada mikrosporofil (daun yang mengandung

mikrosporangium).

Mikrosporangium menghasilkan mikrospora yang akan tumbuh

menjadi gametofit jantan.

Megasporangium terdapat pada megasporofil (daun yang mengandung

megasporangium).

Megasporangium menghasilkan megaspora yang akan tumbuh menjadi

gametofit betina.

Gametofit paku kawat berukuran kecil dan tidak berklorofil.

Gametofit memperoleh makanan dari jamur yang bersimbiosis

dengannnya.

Gametofit paku kawat ada yang uniseksual, yaitu mengandung

anteridium saja atau arkegonium saja.

Gametofit paku kawat juga ada yang biseksual, yaitu mengandung

anteridium dan arkegonium.

Gametofit uniseksual terdapat pada Selaginella.

Page 13: Pteridophyta (walono)

13

Selaginella merupakan tumbuhan paku heterospora sedangkan gametofit

biseksual terdapat pada Lycopodium sehingga tergolong paki

homospore

Lycopodiinae dibedakan dalam 4 bangsa, yaitu

a. Bangsa Lycopodiales

Bangsa ini terdiri kurang lebih 200 jenis tumbuhan yang hampir semua

tergolong dalam suku Lycopodiaceae dari marga Lycopodium.

Batang mempunyai berkas pengangkut yang masih sederhana, tumbuh

tegak atau berbaring dengan cabang-cabang yang menjulang ke atas.

Daun-daun berambut, berbentuk garis atau jarum, yang dianggap

homolog dengan mikrofilnPsilophytinae dan hanya mempunya satu

tulang yang tidak bercabang. Akar biasanya bercabang-cabang

menggarpu.

Contoh:

- L. cerrum, di Jawa Barat banyak digunakan dalam pembuatan

karangan bunga

- L. clavatum, yang sporanya dikumpulkan sebagai serbuk

licopodium (plvis lycopodii) yang dipergunakan sebagai pembalut

pil agar tidak kelet satu sama lain.

b. Bangsa Selaginellales (Paku rane, paku lumut)

Sebagaian mempunyai batang berbaring dan sebagian berdiri

tegak,bercabang-cabang menggarpu, tidak memperlihatkan

pertumbuhan menebal. Pada baang terdapat daun-daun kecil yang

tersusun dorsiventral. Akar-akar keluar dari bagian-bagian batang yang

tidakberdaun yang dinamakan pendukung akar. Pada bagian sisi atas

daun terdapat suatu sisik yang dinamakan lidah-lidah (liguna)

c. Bangsa Lepidodendrales

Jenis-jenis tumbuhan yang tergolong dalam bangsa ini sekarang telah

punah. Daun-daunnya bangun jarum atau bangun garis, mempunyai

lidah-lidah, dalam daun terdapat berkas pengangkut yang sederhana dan

Page 14: Pteridophyta (walono)

14

jarang sekali memperlihatkan percanbangan mengarpu. Batang

tumbuhan telah memperlihatkan pertumbuhan menebal sekunder. Pada

batang telah terdapat meristem semacam kambium.

Bangsa ini dibedakan dalam beberapa suku, yaitu:

1) Suku Sigillariaceae, batangnya penuh dengan berkas-berkas daun

yang berupa bantalan berbentuk segi enam dan tersusun berderet

deret menurut poros bujur batang

Contoh: Sigillaria elegans, S. miracaudi

2) Suku Lepidodendraceae, daun-daun panjangnya sampai beberapa

dm, terseusu menurut garis spiral dan duduk di atas bantalan

berbentuk belah ketupat:

Contoh: Lepididendron vasculare, L. aculaetum, Lepidostrobus

major

d. Bangsa Isoetales

Tumbuhan yang tergolong dalam bangsa ini berupa terna sebagian

hidup tenggelam dalam air, sebgaian hidup pada tanah-tanah basah.

Baang sepertiumbi, jarang sekalibercabang menggarpu. Batang

memperlihatkan pertumbuhan membesar sekunder biasa.

Daun-daun yang tersusun di bagian luar roset nerupa makrosporofil

dengan makrosporangium yang menghasilkan banyak makrospora

berbentuk bulat.

Isoetales terdisri dari satu suku saja yaitu Isoetaceae. Contonya: Isoetes

lacustris, I. echinasporum, I. duvieri

Gb. 5 Lycopodium

Page 15: Pteridophyta (walono)

15

3. Kelas Equisetinae (Paku Ekor Kuda)

Paku ekor kuda saat ini hanya tinggal sekitar 25 spesies dari satu

genus, yaituEquisetum.

Equisetum terutama hidup pada habitat lembab di daerah subtropis.

Equisetum yang tertinggi hanya mencapai 4,5 m sedangkan rata-rata

tinggi Equisetumkurang dari 1 m.

Equisetum memiliki akar, batang, dan daun sejati.

Batangnya beruas dan pada setiap ruasnya dikelilingi daun kecil

seperti sisik.

Equisetum disebut paku ekor kuda karena bentuk batangnya seperti

ekor kuda.

Batangnya yang keras disebabkan dinding selnya mengandung silika.

Sporangium terdapat pada strobilus.

Sporangium menghasilkan satu jenis spora,

sehingga Equisetum digolongkan pada tumbuhan paku peralihan.

Gametofit Equisetum hanya berukuran beberapa milimeter tetapi

dapat melakukan fotosintesis.

Gametofitnya mengandung anteridium dan arkegonium sehingga

merupakan gametofit biseksual.

Equisetinae dibedakan dalam beberapa bangsa yaitu:

a. Bangsa Equisetales

Bangsa ini hanya terdiri dari satu suku Equisetaceae dan datu

marga Equisetum dengan lebih kurang 25 jenis saja. Tumbuhan ini

sebagian hidup di darat, dan sebagaian hidup di rawa-rawa.

Di dalam tanah tumbuhan ini mempunyai semacam rimpang yang

merayap, dengan cabang yang berdiri tegak. Biasanya cabang yang

berditi tegak itu hanya memiliki umur 1 tahun. Batang atau cabang

beralur dan berdiri atas ruas-ruas yang panjang. Pada penampang

melintang, batang kelihatan mempunyai suatu lingkaran berkas-berkas

pengangkut kolateral, dua lingkaran saluran-saluran antar sel, dan satu

Page 16: Pteridophyta (walono)

16

ruang udara lisigen di pusat. Berkas pengangkut dalam sporofil

mempunyai susunan konsentris.

Sporofil tersusun dalam rangkaian yang berseling, dan karena

pendeknya ruas-ruas pendukung sporofil, maka rangkaian sporofil

terkumpul menyerupai suatu kerucut pada ujung batang.sporofil

berbentuk perisai atau meja dengan satu kaki di tengah, dengan beberapa

sporangium (5-10) berbentuk kantung pada sisi bawahnya.

Gb. 6 Equisetum arvense

A. Tunas fertil dengan rangkaian sporofil pada ujung cabang dan batang. B - C Sporofil bangun perisai engan sporangium pada sisi baah di sekeliling tangkai. D . Spora dengan haptera yang membalut spora itu (dalam keadaan lembab). E . Beberapa spora dengan haptera yang terlepas dan bergandenpn satu sama lain (dalam keadaan kering). F . Tunas steril dengan cabancabang berkarang.

Gb. 7 Equisetum fluviatile dan Equisetum arvense

b. Bangsa Sphenophyllales.

Tumbuhan dan bangsa ini hanya dikenal sebagai fosil dan

zaman Palaeo zoikum. Daun-daunnya menggarpu atau berbent uk

Page 17: Pteridophyta (walono)

17

pasak dengan tulangt ulang yang bercabang menggarpu, tersusun berk

arang, dan tiap karanga n biasanya terdiri atas 6 daun. dan bangsa ini, warga yang filogenetik merupakan tumbuhan tertua mempunyai daun

yang tidak sama (heterofil).

Contoh-contoh jenis tumbuhan yang tergolong dalam suku

Calamitaceae ialah Eucalain lies multiramis, calarnostachys binn

eyana, Asierophyllites longifolius.

c. Bangsa Protoarticulatales.

Bangsa Protoarticulatales mencakup suku Rhyniaceae, yang

anggota-anggotanya dipandang sebagai nenek moyang Sphenophyllaceae

dan Calatnitaceac. Contoh Rhynia. elegans.

Equisetinae mencapai puncak perkembangannya dalam zarnan

Palaeozoikurn, yang haiupii semuanya kernudian punah kecuali marga

Equisetum yang masih kita kenal sampai sekarang. Jenis-jenis tumbuhan dan

marga Equisetum yang sekarang ada merupakan sisa dan warga Equisetum

yang dahulu lebih banyak dan Iebih meluas.

4. Kelas Filicinae (Paku Sejati)

Paku sejati mencakup jenis tumbuhan paku yang paling sering kita

lihat.

Tempat tumbuh paku sejati sebagian besar di darat pada daerah tropis

dan subtropis.

Paku sejati diperkirakan berjumlah 12.000 jenis dari kelas Filicinae.

Filicinae memiliki akar, batang, dan daun sejati.

Batang dapat berupa batang dalam (rizom) atau batang di atas

permukaan tanah.

Daun Filicinae umumnya berukuran besar dan memiliki tulang daun

bercabang.

Daun mudanya memiliki ciri khas yaitu tumbuh menggulung

(circinnatus).

Contoh jenis paku yang termasuk paku sejati (Pteropsida) yaitu

Page 18: Pteridophyta (walono)

18

1. Semanggi (Marsilea crenata),

2. Paku tanduk rusa (Platycerium bifurcatum),

3. Paku sarang burung (Asplenium nidus)

4. Paku suplir (Adiantum cuneatum)

5. Paku sawah / paku air (Azolla pinnata)

6. Dicksonia antarctica.

Gb. 8 Equisetum debile

Kelas Filicinae meliputi beraneka ragam tumbuhan yang

menurut bahasa sehari-hari dikenal sebagai tumbuhan paku atau pakis

yang sebenarnya. Dan segi ekologi tumbuhan ini termasuk higrofit,

banyak tumbuh di tempat-tempat yang teduh dan lembab, sehingga di

tempat-tempat yang terbuka dapat mengalami kerusakan akibat

penyinaran yang terlalu intensif. Ditinjau dan lingkungan hidupnya,

warga kelas ini dapat dibedakan dalam 3 golongan paku, yaitu paku

tanah, paku air, dan paku epifit. Berbagai jenis menjadi penyusun

“undergrowth” dalam hutan-hutan di daerah-daerah pegunungan dan

hutan-hutan sebiropika basah.

Semua warga Filicinae mempunyai daun-daun besar

(makrofil), bertangkai, mempunyai banyak tulang-tulang. Waktu

Page 19: Pteridophyta (walono)

19

masih muda daun itu tergulung pada ujungnya, dan pada sisi bawah

mempunyai banyak sporangium.

Habitusnya yang beraneka ragam menyebabkan berbagai jenis

di antaranya yang mendapat penghargaan yang tinggi sebagal tanaman

hias, seperti misalnya ekor merak (Adiantumfarleyense), suplir

(Adiantum cuneatum) dan paku tanduk rusa (Platycerium bifurcatum).

Selain itu ada pula beberapa jenis yang menghasilkan bahan yang

berguna untuk obat-obatan, misalnya Dry opierisfilix mas.

Filicinae yang sekarang masih hidup dibedakan dalam 3

anak kelas, yaitu:

a. Eusporangiatae,

b. Leptosp2rangiarae (Fl/ices),

c. Hydropterides.

a. Anak kelas EUSPORANGIATAE

Tumbuhan yang tergolong dalam anak kelasini kebanyakan berupa

terna. Protaliurn di bawah ianah dan tidak berwarna, atau di atas tanab

dan berwarna hijau. Protalium selalu mempunyai cendawan endofitik.

Sporangium mempunyai dinding tebal dan kuat yang terdiri atas beberapa

lapis sel, spora sama besar.

Anak kelas ini dibedakan dalam dua bangsa, yaitu:

1. Bangsa Ophioglossales.

Bangsa ini hanya icidimi alas sa;u suku Ophlng/osu(cae

dengan bebera,a jenis saja. Tumbuhan ini biasanya mempunyai

batang di dalamim iaiiah yang pemidek, pada ba2iaim bawah

masih niempumyai protosteje, tetapi ke atas mengadakan

diferensiasi dalam berkas pengangkutannya. Pada marga

Bofrychium terdapat pertumb uhan menebal sekunder yang

Lemah. Titik tumbuhnya tidak terd in atas satu sd ujung saja,

melainkan terdiri atas beberapa sel pemula. Pada batang tiap-

tiap tahun hanya terdapat satu daun yang bcriangkai panjang

Page 20: Pteridophyta (walono)

20

dengan upih daun yang rnenyerupai selaput. Dalam

mendapatkan rnakanannya wmbuhan ini selalu mendapaL

pertolongan dan mikoriza yang selalu ada di dalarn akar-

akarnva.

Daun biasanya mempunyai bagian yang khusus untuk

asirnilasi, dan bagian lain yang fertil yang menghasilkan aLat-

alat reproduksi. Bagian daun yang fertil itu berbentuk malal atau

bulir dan keluar dan tangkai, dan pangkal, dan tengah, atau dan

tepi daun yang steril.

Sporangium besar, hampir bulat, tidak mempunyai

anulus, dindingnya kuat, membuka dengan suatu retak

melintang atau membujur.

Ophioglossaceae bersifat isospor. Protalium berumah

satu, tidak mengandung kiorofil, di dalam tanah, dan hidup

sebagai saprofit dengan pertolongan cendawan mikoriza.

Anteridiurn dan arkegonium terbenam dalam jaringan protalium

yang berbentuk umbi dan dapat berumur sampai beberapa tahun.

Anteridium menyelubungi suatu kompleks jaringan spermatogen

yang menghasilkan spermatozoid berbentuk spiral dengan

banyak bulu bulu cambuk.

Pada beberapa jenis, embrionya sampai beberapa tahun

tetap di dalam tanah. Akar dibentuk lebih dulu danipada daun

dan tunasnya.

Ophioglossaceae hidup sebagai paku tanah atau epifit.

Suku ini hanya terdiri atas 3 marga, yaitu:

a) Ophioglnccum, sporangium dalam dua bans, letaknya

berhadapan pada suatu bulir, jika masak membuka dengan

suatu retak melintang. Daun yang steril bertepi rata atau

berb agi menggarpu 1-2 kali, bertulang jala tanpa ibu tulang

yang nyata. Contoh O. vulgatum di Eropa, O. reticulalum di

Indonesia.

Page 21: Pteridophyta (walono)

21

b) Botrychium, tangkai daun yang fertil bercabang-cabang

seperti malai, sporangium ersusun dalam dua bans

sepanjang cabangcabangnya membuka dengan retak

melintang. Bagian daun yang steril menyirip 1-4 kali,

dengan tulang-tulang daun yang bercabang menggarpu.

Biasanya hidup sebagai paku tanah, misalnya B.Iunaria di

Eropa, B. dauc(foljum dan B. terna rum di Indonesia.

c) Heliniarhostachys sporangium ke segala arah, terkumpul

merupakan tukal, jika masak pecah menurut suatu retak

membujur. Daun yang steni terbagi tiga, masing-rnasjng

terbagi lagi dalam beberapa taju berebntuk lanset, hanya

terdiri atas satu jenis, yaitu H. zeylanica.

2. Bangsa Marauiales.

Bangsa ml juga hanya terdiri atas saw suku

Marauiaceae Daun amat besar, menyirip ganda sampal

beberapa kali. Sporangjum pada sisi bawah daun, mempunya

dinding yang teba, tidak memp unyal cincin (anulus), membuka

dengan suatu celah atau hang. Dalam suatu sorus sporangium

sering berlekatan menjadi sinangium.

Kebanyakan paku ini berupa paku tanah yang isospor.

Protalium berumur panjang, mempunyai mikoriza endofilik,

tumbuh di alas tanah, berwarna hijau, bentuknya menyerupai

talus lumut hati yang terdiri atas beberapa lapis sel.

Marauiaceae meliputi 3 marga, yaitu

Chrisiensenia daun menjari, beranak daun 3 atau berbentuk

kaki beranak daun 4-5. Sinangiun berbentuk cincin, tersebar

pada sisi bawah daun. Conioh Chr.aesculifolia.

Angiopieris, paku ang besar, daun sampai 2-5 m menyirip

ganda 2-4, anak iiaun menyerupaj daun kedondong (Spondias

dulcis,, sorus memanjang, sporangium di dalamnya bebas,

Page 22: Pteridophyta (walono)

22

membuka dengan suatu celtah. contoh A. evecla (paku kedon-

dong).

Marania, daun sampai 2 m panjang, menyirip ganda 2-4,

pada pangkai tangkai terdapat duri yang merupakan

metamorfosis daun penumpu. Dalam Sorus sporangium

benlekatan merupakan sinangium dengan 2 katup. Sorus

terletak dekat tepi daun. Contoh M. fraxinea.

Dalam zaman Karbon hidup paku berbentuk pohon yang

tergolong dalarn suku Maratliaceae, yang telah mencapai

tinggi 10 m, antara lain Meaphyton.

Gb. 9 A. Botrychium lernatum B. Botrychium daucifolium

b.Anak kelas LEPTOSPORANGIATIE (FILICES)

Golongan ini terdiri atas beraneka ragam paku-pakuan yang

luar biasa banyaknya, meliputi ± 90% dan seluruh jumiah marga

yang tergolong dalarn FiIicinae dan tersebar di seluruh muka bumi.

Tumbuhan mi paling banyak terdapat di daerah tropika,

meliputi jenis-jenis paku dan yang terkecil (hanya beberapa mm

saja) sarnpai yang terbesar (yang berupa pohon). Paku yang berupa

pohon, batangnya dapat mcncapai besar satu lengan atau lebih,

Page 23: Pteridophyta (walono)

23

umumnya tidak bcrcabang dan pada ujungnya terdapat suatu rozet

daun. Daun-daun itu menyirip ganda sampai beberapa kali,

panjangnya dapat sampai 3 m, dan jika telah gugur meninggalkan

bekas-bekas yang jelas pada batang. Batang mengeluarkan banyak

akar, tetapi jika tidak dapat masuk ke dalam tanah akar-akar itu

tidak bertambah panjang, dan karena rapatnya satu sama lain,

seakan-akan akar-akar tersebut menyelubungi batang.

Kambium tidak ada, jadi batang tidak mengadakan

pertumbuhan menebal sekunder dan tidak mempunyal bagian

kayu yang kompak.

Kekuatan batang diperoleh dan berkas-berkas

pengangkut yang masing- masing mempunyai susunan

konsentrik, lempeng-lempeng sklerenkim, dan kadang-kadang

batang itu diselubungi oleh akar-akar pendek yang kaku.

Kebanyakan tumbuhan paku berupa terna dengan rimpang

yang mendatar atau bangkit ujungnya, dan biasanya jarang

bercabang. Untuk pertumbuhan memanjang warga

Leptosporangiatae mempunyai satu sel pemula yang besar

pada ujung batangnya.

Daun yang masib muda selaju tergulung, dan sifat ini

sangat karak teristik bagi warga Filicenae umumnya.

Tergulungnya daun itu disebabkan karena sel-sel pada sisi

bawah daun lebih cepat pertumbuhannya dan baru ditiadakan

dengan terbukanya daun. Berheainan dengan daun

Spermatophyta daun Fificinae memperlihatkan petumbuhan

apikal sampai lama, bahkan pada beberapa jenis pertumbuhan

apikal itu hampir tidak berbatas, dapat berlangsung terus

sampai bertahun-tahun. Susunan anatomi daun telah

menyerupai daun Spermatophyta. Padanya telah terdapat

diferensiasi dalam janingan tiang dan jaringan bunga karang.

Page 24: Pteridophyta (walono)

24

Jika pada mikrofil Lycopodiinae hanya terdapat satu tulang

daun, pada daun Filicinae tuIang-tuIang daunnya bercabang

cabang dengan bermacam.macam pola.

Pola percabangan tulang-tulang daun itu merupakan

salah ssatu dasar dalam mengklasikan Leptosporangitae

Biasanya hanya daun-daun lembaga dan daun-daun pertama

yang mempunyal percabangan dikotom. Bermacam-

macamnya sistem pertulangan dan tergulungnya ujung daun.

Lepiosporangiatae dibedakan dalam 3 golongan, yaitu

1) Simplices: sporangium di dalam sorus terjadi secara

serempak.

2) Gradaiae: sporangium di dalam sorus timbulnya dan alas ke

bawah (basipelal).

3) Mixtae: pembentukan sporangium di dalam sorus tidak

beraturan.

c. Anak kelas HYDROPTERIDES (Paku air).

Tumbuhan yang tergolong dalam Hydropterides

haampir selalu berupa tumbuhan air atau tumbuhan rawa.

Meskipun dengan adanya penyesuajan din dengan hidup

dalam air itu terjadi sifat-sjfät yang menyimpang dan

Ficicinae lainnya, akan tetapi tidak sukar untuk

menunjukkan adanya hubungan dengan Filicinae.

Tumbuhan ini selalu heterospor. Makro- dan

mikrosporangiumnya berdinding tipis, tidak mempunyai

anulus dan terdapat dalam suatu badan pada pangkal

daun. Badan yang mengancdung sporangium itu

Page 25: Pteridophyta (walono)

25

dinamakan sporokarpium, yang seringkali mempunyai

dinding yang tebal dan mula-mula selalu tertutup.

Makrosporangium menghasilkan makrospora

yang nantinya tumbuh menjadi makrosprotalium dengan

arkegonium mikrosporangium menghasilkan mikrospora

yang kemudian turnbuh menjadi mikrosprotalium dengan

anteridium. Spora diliputi oleh perisporium dengan

bentuk susunan yang aneh.

Hydrosperides meliputi dua suku, yaitu:

1) Suku Salviniceae. Paku air yang mengapung dengan bebas pada

permukaan air, hanya sedikit bercabang.cabang Daun berkarang,

pada tiap-tiap buku terdapat 3 daun. Dan ke 3 daun itu yang dua

terdapat di sebelah atas, berhadapan dan merupakan alat

pengapung, yang 3 terdapat di dalam air terbagi-bagi merupakan

badan-badan yang bentuk maupun fungsinya menyerupai akar-

akar.

Sporangium terkumpul pada pangkal daun yang berada

dalam air, masing-masing berisi satu sorus dan mempunyai

dinding yang homolog dengan indusium. Sporokarpium yang

benisi satu sorus itu hanya mengandung mikro- atau

makrosporangium saja. Mikrosporangium bulat, mempunyai

tangkai panjang, berisi 64 mikrospora. makrosporangium lebih

besar, bertangkai pendek dan dan 32 sel tetrade yang dihasilkan

hanya 1 yang menjadi

makrospora yang sempurna. Mikrospora terbungkus oleh suatu

substansi seperti buih yang membeku, berasal dari

periplasmodium. Mikrospora yang berkecambah merupakan

suatu mikroprotalium berbentuk buluh pendek, terdiri atas

beberapa sel saja dan mempurupai dua anteridium, masing-

masing mengeluarkan 4 spermatozoid. Protalium ini amat

Page 26: Pteridophyta (walono)

26

sederhana dan perkembangannya berlangsung di dalam

sporangium, yang dindingnya tidak membuka akan tetapi di

suatu tempat ditembus oleh mikroprotalium, sehingga dengan

ini spermatozoid dapat bergerak bebas.

Makrospora mengandung butir-butir zat putih telur,

tetes-tetes minyak dan butir-butir amilum. Pada ujungnya

terdapat inti plasma yang lebih kental. Dinding makrospora

(eksosporium) berwarna pirang, tebal, mempunyai selubung

penisporium seperti buih. Makrospora tetap diselubungi

sporangium dan dengan sporangium itu terlepas dan tumbuhan

induknya, lalu berenang reflak pada permukaan air. Setelah

berkecambah, turmbuhlah makroprotalium pada ujungnya. Di

belakangnya terdapat satu set besar yang mengandung zat-zat

makanan cadangan bagi protalium. Eksosporium dan dinding

sporangium pecah dengan 3 katup, dan protalium muncul ke

samping sebagai suatu badan yang dorsiventral. Meskipun

protalium ini kadang-kadang mempunyai kiorofil, tetapi

mengenai soal-soal makanan protaliuni ini tetap bergantung

pada cadangan di dalam sel spora yang besar tadi.

Makroprotalium mempunyai beberapa arkegonium, tetapi set

telur salah satu arkegonium yang telah dibuahi itu saja yang

berkembang menjadi embrio. Embrio memasukkan haustorium

ke dalam dinding arkegonium yang mula-mula melebar, tetapi

akhirnya juga pecah.

Salviniaceae terdiri atas dua marga:

Salvinia, paku air yang mengapung, tersebar di Eropa dan

Asia. Contoh: S. natans, S. cucullata, S. minima (di Amerika

Selatan), S. mole.sta (dan Afrika, sekarang tersebar di manam

ana).

Page 27: Pteridophyta (walono)

27

Azolla, umumnya terdapat di daerth tropika, berupa

tumbuhan kecil, lunak, bercabang..cabang dan sepertj

Salvinja terapu. apung pada permukaan air.

Daun di sebelah atas berseling, tersusun dalam dua

baris, masing-masing terbelah dua. Bagian atas terapung,

berguna untuk asimilasi dan didalamnya terdapat ruanga-

ruang berisi koloni Anabaena (yang tergolong dalam

Cyanophyceae) Anaboena ini seperti Rhizobjum mempunyai

daya untuk dapat mengasimilasi N2 dan udara. Hubungannya

dengan Azolla analog dengan hubungan Leguminosg dan

Rhizobjum. Di Vietnam Azolla dipergunakan untuk

memupuk tanah-tanah sawah.

Pada sisi bawah terdapat banyak akar. selain akar,

juga bagian daun yang tenggelam dalam air ikut berperan

dalam penyerapan air. Selain dan itu taju-taju daun yang

tenggelam, pada cabang-cabang batang yang pendek dapat

berubah menjadi sporokarpium yang diselubungi oleh suatu

bagian daun yang terapung. Masing-masing Sparokarpium

mengandung satu sorus dan tiap sorus hanya berisi mikro

atau makrosporangium saja.

Pada Azolla terdapat usaha untuk menjamin

terjadinya pembuahan. Ke 64 mikrospora yang telah keluar

dari mikrosporangiumnya, beserta periplasmodium yang

membuih terbagi menjadi 5-8 gumpalan yang dapat

berenang-renang yang dinamakan masula. Tiap masula

mempunyai alat semacam kait yang disebut glokidium, yang

juga terdiri atas periplasmodium. Glokidium ini berguna

untuk mengait pada makrospora. Makrospora pada bagian

atasnya membentuk alat renang yang terisi udara dan

berjumlah 3-9. Dengan alat tersebut makrospora dapat

terapung-apung dan akhirnya seperti pada Salvinia juga

membentuk arkegonium. Beberapa contoh: A. pinnata sering

Page 28: Pteridophyta (walono)

28

menutupi sawah-sawah di Asia dan Indonesia, A. caroliniana

di Amerika.

Gb.10 Azolla pinata

2) Suku Marsileaceae.

Hidup di paya-paya atau di air yang dangkal, berakar

dalam tanah, jarang berupa tumbuhan darat sejati. Jika hidup di

darat, terbentuklah seperti umbi. Batangnya menyerupai

rimpang yang merayap ke atas membentuk daun-daun, ke

bawah akar-akar. Daun pada jenis-jenis tetentu bersifat

polimorf. Daun mempunyai helaian yang berbelah empat atau

dua, jarang utuh. daun yang masih muda tergulung.

Sporangium pada pangkal tangkai daun, bertangkai

atau tidak, bangun ginjal atau bulat dengan dinding yang kuat,

di dalamnya terkandung mikro- dan makro- (mega)

sporangium. Bentuk dan susunan sporokarpium bermacam-

macam dan merupakan dasar dalam klasifikasi Marsileaceae,.

Berdasarkan sifat sporokarpiumnya maka Marsileaceae

dibedakan dalam beberapa marga, antara lain:

- Marsilea, batang merayap, daun bertangkai panjang dengan

helaian yang biasanya berbelah 4. Sedikit di atas pangkal

tangkai daun keluar sepasang atau sejumlah sporokarpium

berbentuk ginal atau jorong. dalam sporokarpium terdapat

banyak sorus yang mempunyai indusium dan di dalamnya

terdapat mikro dan makrosporangium. Sporokarpium yang

Page 29: Pteridophyta (walono)

29

masak pecah dengan dua katup. Contoh: M. Crenata

(semangi).

- Pilunaria, tiap sporokarpium mempunyal 2-4 sorus. Daun

berbentuk ginjal (atau tangkai saja tanpa helaian daun),

dengan satu sporokarpium pada pangkalnya. Contoh P.

globuljfera.

- Regnellidium, mikrosporangium dengan 64 mikrospora,

makrosporangium dengan 1 makrospora. Daun berbelah

dua. Contoh R. diphyllum.

Gb.11 A Marsilea crenata

Gb. 11 B Regneilidium diphyllurn

Page 30: Pteridophyta (walono)

30

Gb.12 Regneilidium diphyllurn

Penggolongan Hydropterides sebagai suatu anak kelas

tersendiri adalah suatu hal yang kebenarannya banyak

diragukan. Mungkin Hydropterides hanya merupakan cabang

Leptosporangialae yang heterospor, yang karena penyesuaian

terhadap hidup di air kemudian terpisah perkembangannya.

Dan semua warga Filicinae, Eusporangiatae-lah yang muncul

paling dahulu, yaitu dalam zaman Devon akhir. Lep

rosporangiatae baru dalam zaman Karbon, dan Hydropteridis

dalam Trias. Dalam zaman purba Eusporangiatae lebih banyak

terdapat daripada Leptosporangiatae, keadaan sekarang adalah

sebaliknya.

E. Manfaat Tumbuhan Paku Bagi Manusia

1. Tumbuhan paku yang hidup pada zaman karbon telah memfosil, fosil

tersebut berupa batu bara yang dapat dijadkan bahan bakar.

2. Sebagai tanaman hias, seperti tanaman suplir, paku sarang burung, dan

paku tanduk rusa yang bentuknya seperti tanduk rusa dan sering ditanam

dengan ditempelkan pada pohon.

3. Berguna untuk obat-obatan, misalnya dyoptoris filix-mas, licopodium

clavatum.

4. Dapat dimanfaatkan sebagai sayuran, contohnya adalah semanggi

(marsilea crenata) dan paku tiang (alsophia glauca).

Page 31: Pteridophyta (walono)

31

5. Para ahli menggunakan tumbuhan paku untuk menyuburkan sawahnya.

Kantung-kanting kecil pada daun tumbuhan paku menyediakan rumah

untuk beberapa bakteri yang menghasilkan pupuk alami untuk membantu

pertumbuhan padi. Tumbuhan paku yang digunakan sebagai pupuk yaitu

azolla pinata.

F. Kajian Al-Qur’an Tentang Tumbuhan Paku

Berikut beberapa ayat yang membahas tentang tumbuhan:

Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin

Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya Hanya tumbuh

merana. Demikianlah kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (kami) bagi

orang-orang yang bersyukur. . [Al-A'raaf:58]

Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya kami

tumbuhkan di bumi itu pelbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik?

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat suatu tanda

kekuasaan Allah. dan kebanyakan mereka tidak beriman. [Asy-Syu'araa': 7-

8]

Dan dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu kami tumbuhkan

dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan Maka kami keluarkan dari

Page 32: Pteridophyta (walono)

32

tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. kami keluarkan dari

tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang korma

mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan

(Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak

serupa. perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan

pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-

tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman. (Al-Aam:99)

Dan kami Telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-

gunung dan kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran. [Al-

Hijr:19]

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Tumbuhan paku merupakan salah satu kelompok tumbuhan tertua

yang masih dapat dijumpai didaratan. Diduga, tumbuhan paku merupakan

tumbuhan berkormus tertua yang menghuni daratan bumi. Bermanfaat

Page 33: Pteridophyta (walono)

33

sebagai tanaman hias, sebagai obat-obatan, sebagai sayuran dan berguna

untuk pupuk hijau dan yang digunakan untuk tempat penanaman anggrek

yaitu paku tiang (alsophilla glauca).

B.     Saran

Kita sebagai makhluk sosial banyak mengetahui suatu tumbuhan yang

tumbuhan itu kita anggap umum. Karena dibalik tumbuhan tersebut banyak

manfaatnya bagi manusia. Jadi, jangan meremehkan tumbuh-tumbuhan yang

kita anggap umum.