Psychiatric Intensive Care Unit

15
Psychiatric Intensive Care Unit (PICU) Konsep Keperawatan di Ruang PICU (Psychiatric Intensive Care Unit) 1. Pengertian PICU merupakan pelayanan yang ditujukan untuk klien gangguan jiwa dalam kondisi krisis psikiatri (Keliat, dkk, 2009). PICU merupakan gabungan pelayanan gawat darurat psikiatri dan pelayanan intensif, yang dapat diselenggarakan di rumah sakit jiwa atau unit psikiatri rumah sakit umum (Keliat, dkk, 2009). PICU adalah suatu unit yang memberikan perawatan khusus kepada klien-klien psikiatri yang berada dalam kondisi membutuhkan pengawasan ketat (Maryree, 2010). Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa PICU adalah suatu unit gabungan pelayanan gawat darurat psikiatri dan pelayanan intensif, yang ditujukan untuk klien gangguan jiwa yang dalam kondisi krisis psikiatri dan berada dalam kondisi yang membutuhkan pengawasan ketat, dimana dapat diselenggarakan di rumah sakit jiwa atau psikiatri rumah sakit umum. 2. Indikasi masuk PICU Indikasi masuk PICU adalah klien dengan kedaruratan psikiatri, untuk dapat dikatakan sebagai suatu kedaruratan situasi tersebut harus memiliki kriteria, sebagai berikut: a. Ancaman segera terhadap kehidupan, kesehatan, harta benda atau lingkungan. b. Telah menyebabkan kehilangan kehidupan, gangguan kesehatan, kerusakan harta benda dan lingkungan. c. Memiliki kecenderungan peningkatan bahaya yang tinggi dan segera terhadap kehidupan, kesehatan, harta benda atau lingkungan. Sedangkan untuk mengukur tingkat kedaruratan pada klien adalah menggunakan skala GAF (General Adaptive Function) dengan rentang skor 1- 30 skala GAF. Kondisi klien dikaji setiap shift dengan menggunakan skor GAF. Katagori klien yang berada dalam rentang skor 1-30 GAF adalah: a. Skor 21 - 30: perilaku dipengaruhi oleh waham atau halusinasi ATAU gangguan serius pada komunikasi atau pertimbangan (misalnya kadang-kadang inkoheren, tindakan jelas tidak sesuai preokupasi bunuh diri) ATAU ketidakmampuan untuk berfungsi hampir pada semua bidang (misalnya tinggal ditempat tidur) sepanjang hari, tidak memiliki pekerjaan.

Transcript of Psychiatric Intensive Care Unit

Page 1: Psychiatric Intensive Care Unit

Psychiatric Intensive Care Unit (PICU)

Konsep Keperawatan di Ruang PICU (Psychiatric Intensive Care Unit)1.      Pengertian

PICU merupakan pelayanan yang ditujukan untuk klien gangguan jiwa dalam kondisi krisis psikiatri (Keliat, dkk, 2009).

PICU merupakan gabungan pelayanan gawat darurat psikiatri dan pelayanan intensif, yang dapat diselenggarakan di rumah sakit jiwa atau unit psikiatri rumah sakit umum (Keliat, dkk, 2009).

PICU adalah suatu unit yang memberikan perawatan khusus kepada klien-klien psikiatri yang berada dalam kondisi membutuhkan pengawasan ketat (Maryree, 2010).

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa PICU adalah suatu unit gabungan pelayanan gawat darurat psikiatri dan pelayanan intensif, yang ditujukan untuk klien gangguan jiwa yang dalam kondisi krisis psikiatri dan berada dalam kondisi yang membutuhkan pengawasan ketat, dimana dapat diselenggarakan di rumah sakit jiwa atau psikiatri rumah sakit umum.

2.      Indikasi masuk PICUIndikasi masuk PICU adalah klien dengan kedaruratan psikiatri, untuk dapat

dikatakan sebagai suatu kedaruratan situasi tersebut harus memiliki kriteria, sebagai berikut:

a.       Ancaman segera terhadap kehidupan, kesehatan, harta benda atau lingkungan.b.      Telah menyebabkan kehilangan kehidupan, gangguan kesehatan, kerusakan harta benda

dan lingkungan.c.       Memiliki kecenderungan peningkatan bahaya yang tinggi dan segera terhadap kehidupan,

kesehatan, harta benda atau lingkungan.Sedangkan untuk mengukur tingkat kedaruratan pada klien adalah menggunakan

skala GAF (General Adaptive Function) dengan rentang skor 1-30 skala GAF. Kondisi klien dikaji setiap shift dengan menggunakan skor GAF. Katagori klien yang berada dalam rentang skor 1-30 GAF adalah:

a.       Skor 21 - 30: perilaku dipengaruhi oleh waham atau halusinasi ATAU gangguan serius pada komunikasi atau pertimbangan (misalnya kadang-kadang inkoheren, tindakan jelas tidak sesuai preokupasi bunuh diri) ATAU ketidakmampuan untuk berfungsi hampir pada semua bidang (misalnya tinggal ditempat tidur) sepanjang hari, tidak memiliki pekerjaan.

b.      Skor 11 – 20: terdapat bahaya melukai diri sendiri atau orang lain (misalnya usaha bunuh diri tanpa harapan yang jelas akan kematian, sering melakukan kekerasan, kegembiraan manik) ATAU kadang-kadang gagal untuk mempertahankan perawatan diri yang minimal (misalnya mengusap fases) ATAU gangguan yang jelas dalam komunikasi (sebagian besar inkoheren atau membisu)

c.       Skor 1 – 10: Bahaya melukai diri sendiri atau orang lain persisten dan parah (misalnya kekerasan rekuren) ATAU ketidakmampuan persisten untuk mempertahankan hiegene pribadi yang minimal ATAU tindakan bunuh diri yang serius tanpa harapan bunuh diri yang jelas.

Page 2: Psychiatric Intensive Care Unit

Pada keperawatan katagori klien dibuat dengan skor RUFA (Respons Umum Fungsi Adaptif)/GAFR (General Adaptive Funtion Response) yang merupakan modifikasi dari skor GAF karena keperawatan menggunakan pendekatan respons manusia dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan fungsi respons yang adaptif. Dari respons tersebut kemudian dirumuskan diagnosa skor RUFA dibuat berdasarkan diganosa keperawatan yang ditemukan pada klien. Sehingga setiap diagnosa keperawatan memiliki kriteria skor RUFA tersendiri, untuk sementara baru diagnosa risiko bunuh diri yang sudah mempunyai skor RUFA, sedangkan untuk diagnosa yang lain masih dalam pengembangan. Adapun skornya yaitu:

No Diagnosa Keperawatan

Skor RUFA 1-10 (intensif I)

Skor RUFA 11-20 (Intensif II)

Skor RUFA 21-30 (Intensif III)

1 Gangguan sensori persepsi: halusinasi

2 Perilaku kekerasan

3 Gangguan proses pikir: waham

4 Risiko bunuh diri

1. Aktif mencoba bunuh diri dengan cara:

a. Gantung dirib. Minum racunc. Memotong urat

nadid. Menjatuhkan diri

dari tempat yang tinggi

2. Mengalami depresi

3. Mempunyai rencana bunuh diri yang spesifik

4. Menyiapkan alat untuk bunuh diri (pistol, pisau, silet dll)

1.  Aktif memikirkan rencana bunuh diri, namun tidak disertai dengan percobaan bunuh diri.

a.  Mengatakan ingin bunuh diri namun tanpa rencana yang spesifik

b.  Menarik diri dari pergaulan sosial

1. Mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya, namun tidak disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri.

2. Mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah/ sedih/ marah/ putus asa/ tidak berdaya.

3. Mengungkapkan hal-hal negatif tentang diri sendiri yang manggambarkan harga diri rendah

4. Mengatakan; “Tolong jaga anak-anak karena saya akan pergi jauh!’ atau “Segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya”.

Page 3: Psychiatric Intensive Care Unit

5 Panik6 Gejala putus

zat7 Over dosis

zat adiktif8 Defisit

perawatan diri

9 Isolasi sosial

Secara umum klien yang dirawat di PICU adalah klien dengan kriteria:a.       Risiko bunuh diri yang berhubungan dengan kejadian akut dan atau suatu perubahan alam

perasaan atau perilaku yang menetap.b.      Penyalahgunaan NAPZA atau kedaruratan yang berhubungan dan berlangsung relatif

singkatSedangkan berdasarkan masalah keperawatan maka klien yang perlu dirawat di PICU adalah klien dengan masalah keperawatan sebagai berikut:

a.       Perilaku kekerasanb.      Percobaan bunuh diri1)      Gangguan sensori persespsi: halusinasi (Fase IV)2)      Gangguan proses pikir: Waham curiga3)      Masalah-masalah keperawatan yang berkaitan dengan kondisi klien putus zat dan over

dosis:a)      Perubahan kenyamanan: nyerib)      Gangguan pola tidurc)      Gangguan pemenuhan nutrisid)     Gangguan eliminasi bowel3.      Pola penanganan di PICU

Pola penanganan di PICU mengadopsi pola pendekatan di ruang MPKP yang terdiri dari empat pilar, yaitu:

a.       Pendekatan manajemenb.      Compensatory rewardc.       Hubungan profesionald.      Manajemen asuhan keperawatan

Sedangkan pada ruangan PICU keempat pilar ini dilebur menjadi 2 pilar, sebagai berikut:a.       Manajemen pelayanan keperawatan (pilar I-III)b.      Manajemen asuhan keperawatan  (pilar IV)4.      Alur penerimaan klien di PICU

Klien baru yang masuk PICU dilakukan triase dengan mengkaji keluhan utama klien dengan menggunakan skor RUFA (1-30) dan tanda vital. Adapun katagori klien menurut skor RUFA adalah:

a.       Skor 1-10 masuk intensif Ib.      Skor 11-20 masuk ruang intensif II

Page 4: Psychiatric Intensive Care Unit

c.       Skor 21-30 masuk ruang intensif III5.      Fase tindakan intensifa.       Fase intensif I (24 jam pertama)1)      Prinsip tindakana)      Life savingb)      Mencegah cedera pada klien, orang lain dan lingkungan2)      Indikasi

Klien dengan skor 1-10 skala RUFA3)      Pengkajian

Hal-hal yang harus dikaji adalah:a)      Riwayat perawatan yang lalub)      Psikiater atau perawat jiwa yang baru-baru ini menangani klien (bila memungkinkan)c)      Diagnosa gangguan jiwa di waktu lalu yang mirip dengan tanda dan gejala yang dialami

klien saat inid)     Stressor sosial, lingkungan, dan kultural yang menimbulkan masalah klien saat ini.e)      Kemampuan dan keingginan klien untuk bekerjasama dalam proses treatment.f)       Riwayat pengobatan dan respons terhadap terapi, mencakup jenis obat yang didapat,

dosis, respons terhadap obat, efek samping dan kepatuhan minum obat, serta daftar obat terakhir yang diresepkan dan nama dokter yang meresepkan.

g)      Pemeriksaan kognitif untuk mendeteksi kerusakan kognitif atau neuro psikiatrikh)      Tes kehamilan untuk semua klien usia subur.

Pengkajian lengkap harus dilakukan dalam 3 jam pertama. Selain itu klien harus diperiksa oleh seorang psikiater/dokter umum kesehatan jiwa (Psikiater/Medical Officer Mental Health(MOMH)/GP+(General Practitioner)/GP++) dalam 8 jam pertama dengan prioritas pertama adalah psikiater. Bila tidak ada psikiater maka klien dapat ditangani oleh MOMH. Selanjutnya bila tidak ada MOMH dapat ditangani GP+ atau GP++. Klien-klien yang berada dalam kondisi membutuhkan penangan sangat segera harus dikaji dan bertemu dengan psikiater/MOMH dalam 15 menit pertama.Intervensi:Intervensi untuk fase ini adalah:

a)      Observasi ketatb)      Bantuan pemenuhan kebutuhan dasar (makan, minum, perawatan diri)c)      Manajemen pengamanan klien yang efektif (jika dibutuhkan)d)     Terapi modalitas yang dapat diberikan pada fase ini adalah terapi musik.e)      Evaluasi: dilakukan setiap shift untuk menentukan apakah kondisi klien memungkinkan

untuk dipindahkan ke ruang intensif II.f)       Bila kondisi klien diatas 10 skala RUFA maka klien dapat dipindahkan ke intensif II.b.      Fase intensif II (24-72 jam)1)      Prinsip tindakan      Observasi lanjutan dari fase krisis (Intensif I)      Mempertahankan pencegahan cedera pada klien, orang lain dan lingkungan

2)      Indikasi: klien dengan skor 11-20 skala RUFA3)      Intervensi

Page 5: Psychiatric Intensive Care Unit

Intervensi untuk fase adalah:      Observasi frekuensi dan intensitas yang lebih rendah dari fase intensif I      Terapi modalitas yang dapat diberikan pada fase ini adalah terapi musik dan terapi

olahraga      Evaluasi dilakukan setiap shift untuk menentukan apakah kondisi klien memungkinkan

untuk dipindahkan ke ruang intensif III      Bila kondisi klien di atas skor 20 skala RUFA, maka klien dapat dipindahkan ke intensif III,

bila dibawah skor 11 skala RUFA maka klien dikembalikan ke fase intensif I.c.       Fase intensif III (72 jam-10 hari)1)      Prinsip tindakan      Observasi lanjutan dari fase akut (Intensif II)      Memfasilitasi perawatan mandiri klien.

2)      Indikasi: klien dengan skor 21-30 skala RUFA3)      Intervensi

Intervensi untuk fase ini adalah:      Observasi dilakukan secara minimal      Klien lebih banyak melakukan aktivitas secara mandiri      Terapi modalitas yang dapat diberikan pada fase ini adalah terapi musik, terapi olahraga,

dan life skill therapy.      Evaluasi dilakukan setiap shift untuk menentukan apakah kondisi klien memungkinkan

untuk dipulangkan.      Bila kondisi klien diatas skor 30 skala RUFA maka klien dapat dipulangkan dengan

mengontak perawat CMHN terlebih dahulu. Bila dibawah skor 20 skala RUFA klien dikembalikan ke fase intensif II, dan bila dibawah skor 11 RUFA klien dikembalikan ke fase intensif I.

6.      KetenagaanMenurut Rollesby (2009), adapun ketenagaan yang terlibat di ruang PICU adalah

sebagai berikut:a.       Psikiater konsultanb.      Perawat terampilc.       Pekerja sosiald.      Occupation terapiste.       Instruktur teknisf.       Psikolog

Page 6: Psychiatric Intensive Care Unit

konsep kep psikiatri

Nov 27

BAB IIKONSEP KEPERAWATAN INTENSIF PSIKIATRI

A. Konsep Unit Perawatan Intensif Psikiatri (UPIP)

Unit perawatan intensif psikiatri adalah suatu unit yang memberikan perawatan khusus

kepada pasien-pasien psikiatri yang berada dalam kondisi membutuhkan pengawasan ketat.

Di beberapa negara unit ini diterjemahkan sebagai unit kedaruratan ataupun unit akut yang

pada prinsipnya memiliki tujuan yang sama yaitu merawat pasien-pasien yang berada

dalam kondisi membutuhkan intervensi segera. Pasien dengan kondisi ini adalah pasien-

pasien dalam kondisi dapat membahayakan diri sendiri, orang lain dan lingkungan, seperti

pasien dengan usaha bunuh diri, halusinasi, perilaku kekerasan, NAPZA, dan  waham.

 

Kedaruratan dapat terjadi dimanapun dan membutuhkan penanganan segera. Kecepatan

menangani kondisi kedaruratan akan meminimalkan gejala sisa maupun kecacatan yang

akan dialami pasien. Oleh karena itu tenaga kesehatan umumnya dan tenaga keperawatan

khususnya perlu memperlengkapi diri dengan kemampuan menangani masalah-masalah

kedaruratan. Disamping itu fasilitas ruangan yang memadai juga dibutuhkan untuk dapat

memberikan pelayanan kesehatan dan keperawatan yang terbaik.

 

Di Indonesia, istilah yang digunakan  adalah intensif karena merujuk kepada tindakan yang dilakukan kepada pasien, sedangkan istilah kedaruratan lebih merujuk kepada kondisi pasien. Sehingga pada situasi darurat pasien membutuhkan intervensi segera untuk mencegah situasi yang lebih buruk. Untuk dapat dikatakan sebagai suatu kedaruratan situasi tersebut harus memiliki kriteria berikut:

Ancaman segera terhadap kehidupan, kesehatan, harta benda atau lingkungan Telah menyebabkan kehilangan kehidupan, gangguan kesehatan, kerusakan harta benda dan lingkungan Memiliki kecenderungan peningkatan bahaya yang tinggi dan segera terhadap kehidupan, kesehatan,  harta benda atau

lingkungan

Sedangkan tindakan intensif adalah tindakan yang diberikan secara terus menerus pada pasien-pasien dengan kondisi darurat.Sehingga pada UPIP tindakan-tindakan intensif ini dikategorikan berdasarkan tinggi rendahnya level kedaruratan yang dialami pasien. Secara umum ada tiga fase tindakan intensif bagi pasien yaitu: fase intensif I, II, dan III.

 

Berikut ini akan dijelaskan secara rinci fase intensif I, II, dan III pada UPIP.

Page 7: Psychiatric Intensive Care Unit

 

1. 1. Tujuan

Setelah menyelesaikan modul ini peserta pelatihan diharapkan mampu:

1. Menyebutkan pengertian kedaruratan dan intensif

2. Menyebutkan pengertian kedaruratan jiwa dan intensif jiwa

3. Menyebutkan pola manajemen pelayanan keperawatan di UPIP

4. Menyebutkan pola manajemen asuhan keperawatan di UPIP

1. 2. Kedaruratan Psikiatri

Kedaruratan psikiatrik adalah suatu gangguan akut pada pikiran, perasaan, perilaku, atau

hubungan sosial yang membutuhkan suatu intervensi segera (Allen, Forster, Zealberg, &

Currier, 2002). Sedangkan menurut Kaplan dan Sadock (1993) kedaruratan psikiatrik adalah

gangguan alam pikiran, perasaan atau perilaku yang membutuhkan intervensi terapeutik

segera. Sehingga prinsip dari kedaruratan psikiatri adalah intervensi atau penanganan

segera. Berdasarkan prinsip segera ini maka penanganan kedaruratan dibagi dalam fase

intensif  I (24 jam pertama), fase intensif II (24-72 jam pertama), dan fase intensif III (72

jam-10 hari).

 

Fase intensif I adalah fase 24 jam pertama pasien dirawat dengan observasi, diagnosa,

tritmen dan evaluasi yang ketat. Berdasarkan hasil evaluasi pasien  maka pasien memiliki

tiga kemungkinan yaitu dipulangkan, dilanjutkan ke fase intensif II, atau dirujuk ke rumah

sakit jiwa. Fase intensif II fase perawatan pasien dengan observasi kurang ketat sampai

dengan 72 jam. Berdasarkan hasil evaluasi maka pasien pada fase ini memiliki empat

kemungkinan yaitu dipulangkan, dipindahkan ke ruang fase intensif III, atau kembali ke

ruang fase intensif I. Pada fase intensif III pasien di kondisikan sudah mulai stabil, sehingga

observasi menjadi lebih berkurang dan tindakan-tindakan keperawatan lebih diarahkan

kepada tindakan rehabilitasi. Fase ini berlangsung  sampai dengan maksimal 10 hari.

Merujuk kepada hasil evaluasi maka pasien pada fase ini dapat dipulangkan, dirujuk ke

rumah sakit jiwa atau unit psikiatri di rumah sakit umum, ataupun kembali ke ruang fase

intensif I atau II

 

Adapun skala yang digunakan untuk mengukur tingkat kedaruratan pasien adalah skala GAF

(General Adaptive Function) dengan rentang skor 1 – 30 skala GAF. Kondisi pasien dikaji

setiap shift dengan menggunakan skor GAF. (tambahkan penjelasan ttg aksis V, sbr Stuart n

Larai, 2005)

 

Katagori pasien yang berada dalam rentang skor 1 – 30 GAF adalah :

Page 8: Psychiatric Intensive Care Unit

Skor 30  Perilaku dipengaruhi oleh waham atau halusinasi ATAU gangguan serius

pada komunikasi atau pertimbangan (misalnya kadang – kadang inkoheren,

tindakan jelas tidak sesuai preokupasi bunuh diri) ATAU ketidakmampuan

untuk berfungsi hampir pada semua bidang (misalnya tinggal di tempat tidur

21    sepanjang hari, tidak memiliki pekerjaan, rumah atau teman)

 

20  Terdapat bahaya melukai diri sendiri atau orang lain (misalnya usaha bunuh diri tanpa

harapan yang jelas akan kematian, sering melakukan kekerasan, kgembiraan manik) ATAU

kadang – kadang gagal untuk mempertahankan perawatan diri yang minimal (misalnya

mengusap feses) ATAU gangguan

11   yang jelas dalam komunikasi (sebagian besar inkoheren atau membisu)

 

10 Bahaya melukai diri sendiri atau orang lain persisten dan parah (misalnya kekerasan

rekuren) ATAU ketidakmampuan persisten untuk mempertahankan hiegien pribadi yang

minimal ATAU tindakan bunuh diri yang serius tanpa

1    harapan akan kematian yang jelas .

 

Pada keperawatan kategori pasien dibuat dengan skor RUFA (Respons Umum Fungsi

Adaptif)/ GAFR (General Adaptive Function Response)  yang merupakan modifikasi dari skor

GAF karena keperawatan menggunakan pendekatan respons manusia dalam memberikan

asuhan keperawatan sesuai dengan fungsi respons yang adaptif. Keperawatan meyakini

bahwa kondisi manusia selalu bergerak pada rentang adaptif dan maladaptif. Ada saat

individu tersebut berada pada titik yang paling adaptif , namun di saat lain individu yang

sama dapat berada pada titik yang paling maladaptif. Kondisi   adaptif dan maladaptif ini

dapat dilihat atau diukur dari respons yang ditampilkan. Dari respons ini kemudian

dirumuskan diagnosa Skor RUFA  dibuat berdasarkan diagnosa keperawatan yang

ditemukan pada pasien. Sehingga setiap diagnosa keperawatan memiliki kriteria skor RUFA 

tersendiri (lihat tabel 1).

NoDiagnosa Keperawatan

Skor RUFA 1-10

(Intensif I)

Skor RUFA 11-20

(Intensif II)

Skor RUFA 21-30

(Intensif III)

Page 9: Psychiatric Intensive Care Unit

1Gangguan persepsi sensori: halusinasi

2 Perilaku kekerasan

3Gangguan proses pikir: waham

4 Risiko bunuh diri

1. Aktif mencoba

bunuh diri dengan

cara:

a. gantung diri

b. minum racun

c.  memotong urat nadi

d. menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi

2. Mengalami depresi

3.  Mempunyai rencana bunuh diri yang spesifik

4.  Menyiapkan alat untuk bunuh diri (pistol, pisau, silet, dll)

1. Aktif memikirkan rencana bunuh diri, namun tidak disertai dengan percobaan bunuh diri

1. Mengatakan ingin bunuh diri namun tanpa rencana yang spesifik

2. Menarik diri dari pergaulan sosial

1.

2.perasaan seperti rasa bersalah / sedih / marah / putus asa / tidak berdaya

3.negatif tentang diri sendiri yang menggambarkan harga diri rendah

4. Mengatakan: “Tolong jaga anak-anak karena saya akan pergi jauh!” atau “Segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya”.

5 Panik

6 Gejala putus zat

7Over dosis zat adiktif

8Defisit perawatan diri

9 Isolasi sosial

 

Page 10: Psychiatric Intensive Care Unit

Tabel 1. Kriteria Kondisi Pasien berdasarkan RUFA (skor 1-30)

Secara umum pasien yang dirawat di UPIP adalah pasien dengan kriteria:

1. Risiko bunuh diri yang berhubungan dengan kejadian akut dan atau suatu

perubahan alam perasaan atau perilaku yang menetap

1. Penyalahgunaan NAPZA atau kedaruratan yang berhubungan yang berlangsung

relatif singkat

1. Kondisi lain yang akan mengalami peningkatan yang bermakna dalam waktu singkat

dan pasien tampak mampu kembali ke komunitas segera bila peningkatan tersebut

terjadi.

 

Sedangkan berdasarkan masalah keperawatan maka pasien yang perlu dirawat di unit

perawatan intensif psikiatri adalah pasien dengan masalah keperawatan sebagai berikut:

a.   Perilaku Kekerasan

b.   Perilaku Bunuh diri

1. Perubahan sensori persepsi: halusinasi (fase IV)

2. Perubahan proses pikir: waham curiga

3. Masalah-masalah keperawatan yang berkaitan dengan kondisi pasien putus zat

dan over dosis:

1)            Perubahan kenyamanan: nyeri

2)            Gangguan pola tidur

3)            Gangguan pemenuhan nutrisi

4)            Gangguan eliminasi bowel

1. Defisit perawatan diri

Pola penanganan di unit perawatan intensif psikiatri

Pola penanganan di UPIP menggunakan pendekatan MPKP yang terdiri dari empat

pilar yaitu :

1. Pendekatan manajemen

2. Compensatory reward

3. Hubungan profesional

Page 11: Psychiatric Intensive Care Unit

4. Manajemen asuhan keperawatan

Pada ruangan UPIP keempat pilar ini dilebur menjadi 2 pilar sebagai berikut:

1. Manajemen pelayanan keperawatan (pilar I-III)

2. Manajemen asuhan keperawatan (pilar IV)

(lihat Bab II b dan c)

 

Alur penerimaan pasien di UPIP

Pasien baru yang masuk di UPIP dilakukan triase dengan mengkaji keluhan utama

pasien dengan menggunakan skor RUFA (1-30) dan tanda vital. Adapun kategori

pasien menurut skor RUFA adalah:

1. Skor 1-10 masuk ruang intensif I

2. Skor 11-20 masuk ruang intensif II

3. Skor 21-30 masuk ruang intensif III

Triase

Pada fase ini hal pertama yang harus dilakukan adalah rapid assessment/screening

assessment yang dilakukan berdasarkan protap yang telah disepakati. Pengkajian ini harus

meliputi nama pasien, tanggal lahir, nomor tanda pengenal (KTP/SIM/Paspor), alamat, nomor

telepon, serta nama dan nomor telepon orang  terdekat pasien yang dapat dihubungi, tanda

vital  dan keluhan utama dengan skor RUFA untuk menentukan perlu tidaknya dirawat di

unit UPIP dan bila dirawat untuk menentukan level/fase intensif pasien. Sedangkan pihak

medis melakukan pengkajian dengan menggunakan skala GAF

 

Fase intensif I (24 jam pertama)

Prinsip tindakan

Life saving

Mencegah cedera pada pasien, orang lain dan lingkungan

Indikasi :

Pasien dengan skor  1-10 skala RUFA

Pengkajian

Hal-hal yang harus dikaji adalah:

1. Riwayat perawatan yang lalu

2. Psikiater/perawat jiwa yang baru-baru ini menangani pasien (bila memungkinkan)

3. Diagnosa gangguan jiwa di waktu yang lalu yang mirip dengan tanda dan gejala yang

dialami pasien saat ini

4. Stresor sosial, lingkungan, dan kultural yang menimbulkan masalah pasien saat ini

Page 12: Psychiatric Intensive Care Unit

5. Kemampuan dan keinginan pasien untuk bekerjasama dalam proses tritmen

6. Riwayat pengobatan dan respons terhadap terapi, mencakup jenis obat yang didapat,

dosis, respons terhadap obat, efek samping dan kepatuhan minum obat, serta daftar

obat terakhir yg diresepkan dan nama dokter yang meresepkan.

7. Pemeriksaan kognitif untuk mendeteksi kerusakan kognitif atau neuro psikiatrik

8. Tes kehamilan untuk semua pasien perempuan usia subur

Pengkajian lengkap harus dilakukan dalam 3 jam pertama. Selain itu pasien harus  sudah

diperiksa oleh seorang psikiater/dokter umum kesehatan jiwa (Psikiater/Medical Officer

Mental Health/MOMH/GP+/GP++) dalam 8 jam pertama dengan prioritas pertama adalah

psikiater. Bila tidak ada psikiater maka pasien dapat ditangani oleh MOMH. Selanjutnya bila

tidak ada MOMH dapat ditangani GP+ atau GP++. Pasien-pasien yang berada dalam kondisi

membutuhkan penanganan sangat segara harus dikaji dan bertemu dengan psikiater/MOMH

dalam 15 menit pertama.

 

Intervensi

Intervensi untuk fase ini adalah:

Observasi ketat

Bantuan pemenuhan kebutuhan dasar (makan, minum, perawatan diri)

Manajemen pengamanan pasien yang efektif (jika dibutuhkan).

Terapi modalitas yang dapat diberikan pada fase ini adalah terapi musik.

Evaluasi

Evaluasi dilakukan setiap shift untuk menentukan apakah kondisi pasien memungkinkan

untuk dipindahkan ke ruang intensif II.

Bila kondisi pasien diatas 10 skala RUFA maka pasien dapat dipindahkan ke intensif II.

 

Fase Intensif II (24-72 jam pertama)

Prinsip tindakan

Observasi lanjutan dari fase krisis (Intensif I)

Mempertahankan pencegahan cedera pada pasien, orang lain dan lingkungan

Indikasi :

Pasien dengan skor  11-20 skala RUFA

Intervensi

Intervensi untuk fase ini adalah:

Observasi frekuensi dan intensitas yang lebih rendah dari fase intensif I

Terapi modalitas yang dapat diberikan pada fase ini adalah terapi musik dan terapi olah

raga.

Evaluasi

Page 13: Psychiatric Intensive Care Unit

Evaluasi dilakukan setiap shift untuk menentukan apakah kondisi pasien memungkinkan

untuk dipindahkan ke ruang intensif III.

Bila kondisi pasien diatas skor 20 skala RUFA maka pasien dapat dipindahkan ke intensif

III. Bila dibawah skor 11 skala RUFA maka pasien dikembalikan ke fase intensif I

 

Fase Intensif III (72 jam-10 hari)

Prinsip tindakan

Observasi lanjutan dari fase akut (Intensif II)

Memfasilitasi perawatan mandiri pasien

Indikasi :

Pasien dengan skor  21-30 skala RUFA

Intervensi

Intervensi untuk fase ini adalah:

Observasi dilakukan secara minimal

Pasien lebih banyak melakukan aktivitas secara mandiri

Terapi modalitas yang dapat diberikan pada fase ini adalah terapi musik, terapi olah raga

dan life skill therapy.

Evaluasi

Evaluasi dilakukan setiap shift untuk menentukan apakah kondisi pasien memungkinkan

untuk dipulangkan.

Bila kondisi pasien diatas skor 30 skala RUFA maka pasien dapat dipulangkan dengan

mengontak perawat CMHN terlebih dahulu. Bila dibawah skor 20 skala RUFA pasien

dikembalikan ke fase intensif II, dan dibawah skor 11 skala RUFA pasien dikembalikan ke

fase intensif I.