Drug Related Problems Drps Pada Pasien Stroke Di Icu Intensive Unit Care Rumah Sakit Stroke Nasional...

24
DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) PADA PASIEN STROKE DI ICU (INTENSIVE UNIT CARE) RUMAH SAKIT STROKE NASIONAL BUKITTINGGI ARTIKEL Oleh : FARIZAL, S. Farm, Apt 09 212 13 040 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2011

Transcript of Drug Related Problems Drps Pada Pasien Stroke Di Icu Intensive Unit Care Rumah Sakit Stroke Nasional...

Page 1: Drug Related Problems Drps Pada Pasien Stroke Di Icu Intensive Unit Care Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi

0

DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) PADA PASIEN STROKE DIICU (INTENSIVE UNIT CARE) RUMAH SAKIT STROKE

NASIONAL BUKITTINGGI

ARTIKEL

Oleh :

FARIZAL, S. Farm, Apt09 212 13 040

PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS ANDALAS

PADANG2011

Page 2: Drug Related Problems Drps Pada Pasien Stroke Di Icu Intensive Unit Care Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi

1

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Stroke termasuk penyakit serebrovaskuler (pembuluh darah otak) yang

ditandai dengan kematian jaringan otak (infark serebral) yang terjadi karena

berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak.Berkurangnya aliran darah dan

oksigen ini bisa dikarenakan adanya sumbatan, penyempitan atau pecahnya pembuluh

darah.Stroke merupakan penyakit yang memerlukan perawatan jangka panjang,

sehingga untuk mendapatkan therapeutic outcome yang baik perlu kerjasama antara

dokter, perawat, apoteker, pasien dan keluarga pasien. Kejadian drug related

problems sangat umum terjadi pada pasien rawat inap yang beresiko meningkatkan

kesakitan, kematian dan biaya (Takrouri, 2004).

Setiap tahunnya, 200 dari tiap 100.000 orang di Eropa menderita stroke,

dan menyebabkan kematian 275.000 – 300.000 orang amerika. Di pusat-pusat

pelayanan neurologi Indonesia jumlah penderita gangguan peredaran darah otak

(GPDO) selalu menempati urutan pertama dari seluruh penderita rawat inap

(Harsono.2007). Angka kejadian stroke terus meningkat dengan tajam,jika tidak ada

upaya penanggulangan stroke yang lebih baik maka jumlah penderita stroke pada

tahun 2020 diprediksikan akan meningkat 2 kali lipat, bahkan saat ini Indonesia

merupakan salah satu negara dengan jumlah penderita stroke terbesar di Asia dan

keempat didunia, setelah India, Cina, dan Amerika (Feigin, 2006).

Page 3: Drug Related Problems Drps Pada Pasien Stroke Di Icu Intensive Unit Care Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi

2

Pelayanan farmasi klinis di rumah sakit sangat diperlukan untuk

memberikan jaminan pengobatan yang rasional kepada pasien.Penggunaan obat

dikatakan rasional jika obat digunakan sesuai indikasi, kondisi pasien dan pemilihan

obat yang tepat (jenis, sediaan, dosis, rute, waktu dan lama pemberian),

mempertimbangkan manfaat dan resiko serta harganya yang terjangkau bagi pasien

tersebut (Aslam,dkk, 2007; WHO, 2003; Trisna, 2004).

Terapi dengan menggunakan obat terutama ditujukan untuk meningkatkan

kualitas atau mempertahankan hidup pasien. Hal ini dilakukan dengan cara

mengobati pasien, mengurangi atau meniadakan gejala sakit, menghentikan atau

memperlambat proses penyakit serta mencegah penyakit atau gejala. Namun ada hal-

hal yang tidak dapat disangkal dalam pemberian obat yaitu kemungkinan terjadinya

hasil pengobatan tidak seperti yang diharapkan karena disebabkan oleh beberapa

faktor diantaranya Drug Related Problems (Pharmaceutical Care Network Europe

Foundation,2003 ; Muhlis, 2008).

Saat pasien menjalani suatu pengobatan,sebagian pasien memperoleh hasil

yang diharapkan yaitu sembuhnya penyakit yang diderita pasien, namun tidak sedikit

yang gagal dalam menjalani terapi, sehingga meningkatkan biaya pengobatan bahkan

dapat berujung pada kematian, oleh sebab itu dibutuhkan kontribusi dalam

mengidentifikasi, menyelesaikan dan mencegah terjadinya masalah-masalah dalam

terapi obat yang disebut sebagai Drug Related Problems (DRPs) (Priyanto, 2009 ;

Ruths dan Viktil, 2007 ).

Page 4: Drug Related Problems Drps Pada Pasien Stroke Di Icu Intensive Unit Care Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi

3

Dokter di ICU (intensive care unit) tidak dapat melakukan penanganan

pasien sendirian, kondisi pasien yang mengancam kehidupan seperti kegagalan

pernapasan akut, gagal jantung, atau dalam keadaan koma dan lain-lain sebagainya,

membutuhkan perhatian penuh dimana harus ada alat bantu pernafasan, pengendalian

asupan cairan dan pengamatan yang intensif menit demi menit hari demi hari dan

bahkan berminggu-minggu. Untuk mendapatkan hasil terapi yang optimal, diperlukan

kerjasama dalam tim pelayanan kesehatan, dimana diperlukan suatu pengaturan

perawatan yang intensif yang melibatkan seluruh disiplin ilmu kesehatan, sehingga

akan menguntungkan bagi pasien (Takrouri, 2004).

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan yang diambil dari penelitian ini adalah:

1. Apa jenisDrug Related Problems (DPRs) yang terjadi pada pengobatan

stroke di ICU RSSN Bukittinggi?

2. Berapa jumlah persentase kejadian masing-masing DRPs tersebut dalam

pengobatan stroke di ICU RSSN Bukittinggi?

3. Bagaimana hubungan kejadian DRPs secara statistik terhadap lama rawat,

jumlah resep, jenis kelamin, usia, GCS, dan out come pasien pada pengobatan

stroke di ICU RSSN Bukittinggi?

Page 5: Drug Related Problems Drps Pada Pasien Stroke Di Icu Intensive Unit Care Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi

4

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengidentifikasi dan mempelajari Drug Related Problems yang

terjadi pada pasien stroke di ICU RSSN Bukittinggi.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui adanya indikasi tanpa obat.

b. Untuk mengetahui adanya obat tanpa indikasi medis.

c. Untuk mengetahui adanya ketidaktepatan pemilihan obat.

d. Untuk mengetahui terjadinya kelebihan dosis obat.

e. Untuk mengetahui terjadinya kekurangan dosis obat.

e. Untuk mengetahui terjadinya interaksi obat.

f. Untuk mengetahui terjadinya reaksi efek samping obat.

h. Untuk mengetahui kegagalan memperoleh obat.

Untuk mencapai tujuan-tujuan khusus tersebut diperlukan data-

data penunjang seperti persentase pasien stroke yang menjalani terapi

berdasarkan rentang umur, jenis penggunaan obat dalam terapi, evaluasi

keberhasilan pengobatan dan data-data lain yang dapat menunjang

penelitian.

Page 6: Drug Related Problems Drps Pada Pasien Stroke Di Icu Intensive Unit Care Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi

5

BAB IIMETODE PENELITIAN

2.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian telah dilakukan selama lebih kurang tiga bulan yaitu bulan

Mei sampai bulan Juli 2011 di ICU RSSN Bukittinggi.

2.2 Metode Penelitian

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan analisis deskriptif yang dikerjakan

secara prospektif terhadap suatu populasi terbatas.

B. Jenis Data

1. Data kualitatif

Meliputi masalah-masalah yang ditemukan dalam terapi yaitu: indikasi

tidak dapat obat, terapi obat tanpa indikasi medis, ketidaktepatan pemilihan

obat, dosis terlalu rendah, reaksi efek samping obat, interaksi obat yang

merugikan, dosis terlalu tinggi, ketidakpatuhan pasien dan ketidaktepatan

interval pemberian obat.

2. Data kuantitatif

Meliputi persentase pasien stroke berdasarkan rentang umur, diagnosa

penyakit, jenis penggunaan obat dalam terapi, evaluasi keberhasilan

pengobatan.

Page 7: Drug Related Problems Drps Pada Pasien Stroke Di Icu Intensive Unit Care Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi

6

C. Sumber Data

Sumber data meliputi rekam medik pasien yang menjalani terapi

stroke, catatan perawat, catatan obat di depo farmasi, data laboratorium,

memantau langsung kondisi pasien dan wawancara keluarga pasien di ICU

RSSN Bukittinggi.

2.3 Prosedur Penelitian

A. Penetapan Obat yang Akan Dievaluasi

Obat yang akan dievaluasi adalah semua obat yang digunakan selama

menjalani terapi Stroke di ICU RSSN Bukittinggi.

B. Penetapan Sampel yang Akan Dievaluasi

Populasi : Semua pasien Stroke yang dirawat di ICU RSSN Bukittinggi

selama bulan Mei sampai Juli 2011.

Sampel : Pasien yang menjalani terapi Stroke dengan atau tanpa penyakit

penyerta di ICU RSSN Bukittinggi selama bulan Mei sampai Juli 2011.

Teknik pengambilan sampel dengan cara purposive sampling (semua anggota

populasi dijadikan sampel)

C. Pengambilan data

Pengambilan data dilakukan melalui pencatatan rekam medik di ICU

RSSN Bukittinggi meliputi data kualitatif dan kuantitatif serta kelengkapan

data pasien (seperti usia, riwayat penyakit, tindakan terhadap penyakit,

Page 8: Drug Related Problems Drps Pada Pasien Stroke Di Icu Intensive Unit Care Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi

7

anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan labor, pemeriksaan penunjang, dan

lain - lain). Data yang diambil dipindahkan ke lembaran pengumpul data yang

telah disiapkan.Kekurangan rekam medik dilengkapi dengan melihat catatan

perawat, catatan obat di depo farmasi, memantau kondisi pasien melalui visite

mandiri, wawancara keluarga pasien.

D. Penetapan Standar Penggunaan Obat

Standard penggunaan obat ditetapkan berdasarkan Formularium RSSN

Bukittinggi, standard terapi yang berlaku dan literatur-literatur ilmiah lainnya.

E. Analisis Data dan Kesimpulan

1. Analisa kualitatif

Data ditabulasikan kemudian dibandingkan terhadap kriteria

penggunaan obat yang telah ditetapkan. Hasil perbandingan menunjukan

ketepatan atau tidaknya ditinjau dari komponen DRPs. Sebagai acuan

digunakan berbagai literatur, diantaranya standar terapi stroke, buku-buku

informasi obat AHFS, Martindale, dan literatur lain yang mendukung.

2. Analisis kuantitatif

Data ditabulasikan meliputi persentase pasien stroke berdasarkan

rentang umur, diagnosa penyakit, jenis penggunaan obat dalam terapi,

evaluasi keberhasilan pengobatan di ICU RSSN Bukittinggi.

Page 9: Drug Related Problems Drps Pada Pasien Stroke Di Icu Intensive Unit Care Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi

8

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Kasus penyakit stroke yang terjadi pada intensive care unit (ICU) RSSN

Bukittinggi selama bulan Mei 2011 sampai dengan Juli 2011 adalah sebanyak 39

kasus diantaranya 31 kasus pasien mengalami penyakit stroke hemoragik dan 8

kasus pasien mengalami penyakit stroke iskemik.

Hasil yang diperoleh dari penelitian pada pasien stroke di ICU RSSN selama

bulan Mei 2011 sampai dengan Juli 2011, adalah sebagai berikut :

A. Hasil Analisa Kuantitatif

1. Persentase Pasien Stroke.

Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui pasien pria sebanyak 24 orang

(61,54 %) sedangkan pasien wanita sebanyak 15 orang (38,46 %). Dimana usia

rata-rata pasien stroke adalah 59 tahun (S = ±12,75) dengan lama perawatan rata-

rata 5 (S = ±9,45) hari.

2. Persentase Pasien Stroke Berdasarkan Faktor Resiko.

Berdasarkan data yang didapat, diketahui persentase pasien stroke

hemoragik dengan faktor resiko hipertensi sebanyak 19 orang (39,59%),

dislipidemia tidak ditemukan (0%), merokok sebanyak 10 orang (20,83%),

obesitas sebanyak 2 orang (4,16%), dan diabetes melitus sebanyak 5 orang

Page 10: Drug Related Problems Drps Pada Pasien Stroke Di Icu Intensive Unit Care Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi

9

(10,41%). Sedangkan persentase pasien stroke iskemik dengan faktor resiko

hipertensi sebanyak 4 orang (8,30%), dislipidemia sebanyak 3 orang (7,69%),

merokok sebanyak 2 orang (4,16%), obesitas sebanyak 1 orang (2,08%), dan

diabetes melitus sebanyak 2 orang (4,16%). Dari data yang diperoleh diketahui

bahwa faktor resiko terbesar penyebab stroke hemoragik maupun iskemik adalah

hipertensi yaitu hemoragik 39.58% dan iskemik 8,30%.

3. Persentase Pasien Stroke Berdasarkan Pemakaian Obat.

Berdasarkan data yang diperoleh, bahwa obat neuroprotektif adalah obat

yang paling sering digunakan pada terapi stroke yaitu digunakan pada 39 pasien

(seluruh pasien yang dirawat di ICU RSSN Bukittinggi), obat saluran cerna

digunakan pada 38 pasien, antihipertensi 29 pasien,multivitamin digunakan pada

25 pasien, obat analgetik dan atau antipiretik 24 pasien, diuretik 24 pasien,

antibakteri 22 pasien, obat hemostatik 20 pasien, anti depresi 10 pasien,

antidiabetes 8 pasien, antitrombotik 4 pasien dan antihiperkolesterol 4 pasien.

4. Persentase Pasien Stroke Berdasarkan Diagnosa Penyakit.

Berdasarkan data yang diperoleh, diagnosa penyakit yang paling banyak

adalah stroke hemoragik tanpa penyakit penyerta yaitu sebesar 41,02 %, stroke

hemoragik dengan penyakit penyerta yaitu 38,46%, berikutnya stroke iskemik

dengan penyakit lain sebesar 15,36 % dan stroke iskemik tanpa penyakit penyerta

lain sebesar 52,12 %.

Page 11: Drug Related Problems Drps Pada Pasien Stroke Di Icu Intensive Unit Care Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi

10

5. Data DRP yang terjadi pada Pasien Stroke.

Berdasarkan data yang diperoleh bahwa drug related problems yang banyak

terjadi adalah indikasi tanpa obat yaitu sebesar 27,58 %, kemudian

ketidaktepatan pemilihan obat sebesar 15,51 %, dosis lebih, dosis kurang, dan

terjadinya efek samping obat masing-masing 13,79 %, obat tanpa indikasi

sebesar 8,62 % dan terjadinya interaksi obat serta kegagalan memperoleh obat

masing-masing 3,45 %.

B. Hasil Analisa Kualitatif

Hasil analisa terjadi atau tidaknya Drug Related Problems pada pasien

stroke di ICU RSSN Bukittinggi selama bulan Mei 2011 sampai Juli 2011 adalah

sebagai berikut :

1. Persentase pasien stroke yang diberikan obat tanpa indikasi medis sebesar

8,62 %,

2. Persentase pasien stroke yang mengalami indikasi tanpa obat sebesar 27,58 %,

3. Persentase ketidaktepatan pemilihan obat pada pasien stroke sebesar 15,51 %,

4. Persentase pasien stroke yang menerima obat dengan dosis berlebih sebesar

13,79 %,

5. Persentase pasien stroke yang menerima obat dengan dosis kurang sebesar

13,79%,

6. Persentase terjadinya reaksi efek samping obat pada pasien stroke sebesar

13,79 %,

Page 12: Drug Related Problems Drps Pada Pasien Stroke Di Icu Intensive Unit Care Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi

11

7. Persentase pasien gagal menerima obat sebesar 3,45 % .

3.2 Pembahasan

3.2.1 Analisa Kuantitatif

Analisa kuantitatif meliputi analisa persentase jenis obat yang

digunakan, persentase jumlah pasien stroke berdasarkan jenis kelamin, rentang

umur, dan diagnosa penyakit.

A. Jenis Obat Yang Digunakan Pada Terapi Stroke

Persentase jenis obat stroke iskemik yang paling banyak digunakan

adalah neuroprotektor yaitu sebesar 100 %.Ini berarti semua pasien stroke

mendapatkan obat neuroprotektor sebagai kombinasi.Prinsip penanganan

stroke adalah membatasi daerah yang rusak, meningkatkan aliran darah otak,

mencegah terjadinya edema otak, dan memperbaiki aliran darah.Pemberian

terapi kombinasi antara obat antitrombotik ataupun trombolitik dengan obat

yang bersifat neuroprotektif telah terbukti lebih efektif dibandingkan dengan

monoterapi.Obat neuroprotektif yang digunakan yaitu piracetam dan

citikolin.Dimana obat-obat golongan neuroprotektif ini bersifat melindungi

otak yang sedang mengalami iskemi (Junaidi, 2004).

Pada penelitian ini juga ditemukan banyaknya penggunaan obat

saluran cerna yaitu sebesar 93 % pasien, obat-obat ini diantaranya adalah

ranitidine yang hampir dijumpai pada setiap pemberian obat pasien, dengan

Page 13: Drug Related Problems Drps Pada Pasien Stroke Di Icu Intensive Unit Care Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi

12

tujuan untuk mencegah dan mengatasi stress ulcer yang dapat terjadi pada

pasien yang mengalami penyakit yang parah dimana keadaan tersebut dapat

memicu keluarnya asam lambung, walaupun demikian tidak bisa di generalisir

bahwa semua pasien yang di rawat di ICU mengalami stress ulcer.

Antihipentensi tidak terlepas dari penanganan stroke, dimana pada pasien

stroke tekanan darah harus diturunkan secara bertahap dan tidak boleh turun

lebih dari 20 mmHg. Dimulainya terapi obat anti hipertensi diindikasikan

pada pasien dengan stroke yang memiliki diseksi aorta infark miokard akut,

gagal jantung, atau ensefalopati hipertensif dan pasien yang mendapatkan

terapi trombolitik dimana tekanan darah sistolik 180 mmHg atau lebih atau

tekanan darah diastolic 105 mmHg atau lebih (Brott, 2000).

B. Jumlah Pasien Stroke Berdasarkan Jenis Kelamin

Penggunaan obat pada pasien stroke berdasarkan jenis kelamin, yang

paling banyak mendapatkan terapi adalah laki-laki yaitu sebesar 61,54 %,

sedangkan perempuan 38,46 %. Menurut penelitian Shaffer tahun 2002

memperoleh hasil bahwa laki-laki lebih banyak menderita stroke daripada

perempuan, senada dengan penelitian dari Listyo, A.P yang memperoleh hasil

bahwa 68 % penderita stroke adalah laki-laki (Biomedik, 2009).

C. Jumlah Pasien Stroke Berdasarkan Rentang Umur

Berdasarkan rentang umur, persentase tertinggi pasien yang mendapat

terapi pada pasien stroke banyak dialami oleh umur 41-50 tahun yaitu sebesar

Page 14: Drug Related Problems Drps Pada Pasien Stroke Di Icu Intensive Unit Care Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi

13

30,76%, sedangkan umur ≥71 tahun sebesar 28,21 %, umur 51-60 tahun

sebesar 25,64 %, umur 61-70tahun sebesar 15,39 % . Berbeda dengan hasil

yang didapatkan dari penelitian ini bahwa pada penelitian Shaffer tahun 2002

yang paling banyak menderita stroke adalah usia di atas 65 tahun, namun

peneliti lain menemukan pasien stroke sebagian besar dijumpai pada usia di

atas 40 tahun (Sutrisno, 2007). Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat

diperkirakan bahwa pada kenyataannya umur dewasa terutama 40 tahun

keatas memiliki resiko tinggi stroke.

D. Jumlah Pasien Stroke Berdasarkan Diagnosa Penyakit

Pasien didiagnosa stroke hemoragik tanpa penyakit penyerta sebesar

41,02%, pasien stroke hemoragik dengan penyakit penyerta 38,46%, stroke

iskemik dengan penyakit penyerta 15,36 %, dan stroke iskemik tanpa penyakit

penyerta 5,12 %. Ini membuktikan bahwa ternyata stroke hemoragik lebih

sering dirawat secara intensif di ICU dibandingkan dengan stroke iskemik, ini

mungkin karena gejala klinis utama yang sering muncul pada stroke

hemoragik adalah penurunan kesadaran, bahkan 65 % langsung koma

(Basjirudin, 2008).

3.2.2 Analisa Kualitatif

Pada analisa kualitatif meliputi analisa terjadi atau tidaknya Drug

relatedProblems (masalah-masalah yang dapat timbul selama pasien diberi

terapi) diantaranya : Persentase indikasi tanpa obat, persentase pasien stroke

Page 15: Drug Related Problems Drps Pada Pasien Stroke Di Icu Intensive Unit Care Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi

14

diberikan obat tanpa indikasi medis, persentase ketidaktepatan pemilihan obat

pada pasien stroke, persentase pasien stroke yang menerima obat dengan dosis

berlebih, persentase pasien stroke menerima obat dengan dosis kurang,

persentase terjadinya reaksi efek samping obat pada pasien stroke, persentase

terjadinya interaksi obat pada pasien stroke, persentase pasien gagal menerima

obat.

A. Penggunaan Obat Tanpa Indikasi Medis

Obat tanpa indikasi medis artinya adanya obat yang tidak diperlukan

atau yang tidak sesuai dengan kondisi medis (Priyanto, 2009). Pada penelitian

ini ditemukan 5 kasus penggunaan obat tanpa indikasi medis yaitu pada

pasien no.11, no.15, no.23, no.35, no.39. Permasalahan ini diantaranya

penggunaan paracetamol padahal pasien tidak demam (suhu tubuh <37,5 C).

Faktor lain yang ditemukan adalah dimana pada awalnya pasien demam,

setelah diterapi suhu tubuh pasien sudah normal namun terapi paracetamol

masih dilanjutkan sampai pasien terakhir dirawat, padahal penggunaan

paracetamol hanya jika diperlukan dan penggunaan jangka waktu yang lama

berisiko pada kerusakan hati (Depkes, 2006).

B. Indikasi Tanpa Obat

Pasien mendapat indikasi tanpa obat sebesar 27,8 % merupakan DRPs

yang paling banyak ditemukan pada penelitian ini. Indikasi tanpa obat artinya

kondisi medisnya memerlukan terapi tetapi tidak mendapatkan obat, seperti

Page 16: Drug Related Problems Drps Pada Pasien Stroke Di Icu Intensive Unit Care Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi

15

memerlukan terapi kombinasi untuk mendapatkan efek sinergis atau aditif,

terapi preventif untuk mengurangi perkembangan penyakit (Priyanto, 2009).

Dalam evidence-base medicine manajemen umum stroke berdasarkan

pada American heart Association (2007), pada rekomendasi class I level of

evidence C menyatakan bahwa harus diberikan antipiretik untuk menurunkan

panas, begitu juga dengan class II level of evidence C bahwa hiperglikemia

persisten (>140mg/dl) selama 24 jam pertama pasca stroke berhubungan

dengan outcome yang buruk, dan dengan demikian secara umum disetujui

bahwa hiperglikemia pada pasien stroke harus ditangani(Gofir, 2009).

C. Ketidaktepatan Pemilihan Obat

Ketidaktepatan pemilihan obat pada pasien stroke sebesar 15,51%,

Ketidaktepatan pemilihan obat artinya adanya pemberian obat yang tidak

efektif, seperti produk obat tidak efektif berdasarkan kondisi medisnya, obat

bukan yang paling efektif untuk mengatasi penyakitnya (Priyanto, 2009).

Pada penelitian ditemukan ada pasien yang mendapatkan terapi yang

tidak tepat, yang sering ditemukan yaitu pemberian tramadol pada pasien

stroke padahal tramadoltidak boleh diberikan pada pasien stroke karena akan

meningkatkan tekanan intrakranial yang akan memperparah kondisi pasien

(Depkes, 2006).

Page 17: Drug Related Problems Drps Pada Pasien Stroke Di Icu Intensive Unit Care Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi

16

D. Dosis Obat kurang dan Dosis Obat berlebih

Pasien stroke yang menerima obat dengan dosis berlebih sebesar

13,79 %, sedangkan pasien stroke menerima obat dengan dosis kurang juga

sebesar 13,79 %. Adanya ketidaktepatan dosis ini dapat menimbulkan efek

samping yang tidak diharapkan pada pasien.

Dosis obat kurang artinya obat tidak mencapai MEC(minimum efective

concentration) sehingga tidak menimbulkan efek terapi, hal ini disebabkan

karena dosis terlalu rendah untuk efek yang diinginkan, interval pemakaian

obat terlalu panjang, terjadi interaksi yang menyebabkan berkurangnya

bioavailabilitas, durasi obat terlalu pendek (Priyanto, 2009).

Pada penelitian ini terdapat 8 orang pasien yang mengalami

kekurangan dosis. Pada umumnya ini terjadi pada obat sirup, dimana terjadi

kesalahan dalam menggunakan sendok diantaranya seharusnya sendok makan

namun yang diresepkan sendok teh, kemudian salah dalam volume pemberian

sendok dimana sendok makan seharusnya 15 ml namun yang diberikan adalah

10 ml. Misalnya pasien no.24 pada pemberian sukralfat yang tertulis di

intruksi obat adalah 3x1 cth (15 ml=1,5 gram), sedangkan dosis sukralfat

untuk profilaksis 1 gram setiap 6 jam, artinya dosis menjadi sangat kecil

ketika digunakan sendok teh (Martindal, 2007). Pada kasus lainnya (no.18)

diresepkan sendok makan namun yang diberikan pada pasien hanya 10 ml,

padahal seharusnya 15 ml, sehingga ini juga mengakibatkan dosis kurang.

Page 18: Drug Related Problems Drps Pada Pasien Stroke Di Icu Intensive Unit Care Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi

17

Pada kasus dosis berlebih ini, umumnya terjadi pada pemberian adalat

oros® (nefedipin) dimana adalat oros ini merupakan obat lepas terkendali yang

pemberiannya tablet harus ditelan utuh, tidak boleh dikunyah dan dihancurkan

(anonim, 2011). Pada pemberiannya di ICU obat digerus, sehingga obat yang

seharusnya dilepaskan sedikit demi sedikit selama satu hari, menjadi sekali

pakai karna sudah digerus yang mengakibatkan dosisnya akan berlebih.

Kasus lain pemberian dosis berlebih adalah (no.1) pada saat

penggantian obat seperti lancolin® (sitikolin) dengan siticolin, dimana

lancolin® masih diberikan semntara siticolin juga diberikan, sehingga terjadi

terapi ganda dengan obat yang sama, akibatnya dosis berlebih. Kasus seperti

ini juga terjadi pada penggantian parasetamaol dengan farmadol®

(paracetamol), dimana parasetamol masih diberikan dan farmadol® juga

diberikan.

Dosis lebih dan kurang ini terkait dengan teori farmakokinetik dasar,

dimana dengan dosis yang lebih besar maka akan menyebabkan konsentrasi

plasma yang lebih besar pula dan lebih besar kemungkinan tercapai dosis

toksik (Shargel & Andrew, 1985).

E. Terjadinya Reaksi Efek Samping Obat

Persentase terjadinya reaksi efek samping obat pada pasien stroke

iskemik sebesar 13,79 %. Efek samping obat artinya timbulnya efek yang

tidak diinginkan oleh tubuh, seperti interaksi obat menimbulkan efek yang

Page 19: Drug Related Problems Drps Pada Pasien Stroke Di Icu Intensive Unit Care Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi

18

tidak diinginkan, obat menimbulkan alergi, obat dikontraindikasi karena

faktor resiko, obat yang lebih aman diperlukan karena pasiennya beresiko

(Priyanto, 2009).

Efek samping yang paling banyak ditemukan adalah gangguan

pencernaan,yang mengalami efek samping dari obat antihipertensi (seperti

captopril dan amlodipin) dan penggunaan ceftriaxon berupa konstipasi akibat

dari relaksasi otot polos saluran cerna dan kandung kemih, tetapi dapat

dicegah dengan pemberian laksatif (BNF-56, 2008). Terdapat juga pasien

yang menderita diare yang merupakan efek samping dari pemakaian

simvastatin, sitikolin dan ciprofloxacin.

Selain itu terdapat juga pasien yang mengalami batuk akibat efek

samping pemakaian captopril. Batuk merupakan salah satu penyulit pada

pemberian ACE Inhibitor yang paling sering ditemukan sejak lama. Batuk ini

disebabkan oleh meningkatnya sensitivitas dari refleks batuk. Meningkatnya

bradikinin dan prostaglandin berperan untuk terjadinya batuk (Opie, 2001;

Walkers, 2003).

F. Terjadinya Interaksi Obat

Persentase terjadinya interaksi obat pada pasien stroke sebesar 3,45 %,

Interaksi obat artinya aksi suatu obat diubah atau dipengaruhi oleh obat lain

jika diberikan secara bersamaan (Priyanto, 2009).

Page 20: Drug Related Problems Drps Pada Pasien Stroke Di Icu Intensive Unit Care Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi

19

Pada interaksi ini terdapat pasien (pasien no.19) yang mendapatkan

terapi captopril dan aspar-K®, dimana obat ini dapat menyebabkan

hiperkalemia pada pasien bila dipakai bersamaan.( Depkes, 2008). Kemudian

pada kasus no 14, dimana metformin diberikan bersamaan dengan terpacef®

(ceftriakson) akan meningkatkan kerja dari metformin (The medical letter,

2006).

G. Kegagalan Memperoleh Obat

Persentase terjadinya kegagalan memperoleh obat pada pasien stroke

sebesar 3,45 %. Kegagalan memperoleh obat dapat disebabkan karena

ketersediaan obat, kemampuan finansial pasien, ataupun pasien tidak mau

mengkonsumsi obat. Kegagalan memperoleh obat disini adalah apabila

seorang pasien selama dirawat pernah 1 kali saja tidak mendapatkan obat

maka diasumsikan bahwa pasien tersebut dimasukkan dalam ketegori gagal

memperoleh obat.

Selain itu untuk pasien yang dirawat terkadang mendapatkan resep

obat diluar standar formularium rumah sakit, sehingga pada saat pasien ingin

membeli atau pun pada saat akan minum obat, ternyata obat tersebut tidak

tersedia di rumah sakit. Ini mungkin dikarenakan faktor perkembangan obat

yang beredar di Indonesia, sehingga standar formularium dirumah sakit perlu

di update secara kontiniu.

Page 21: Drug Related Problems Drps Pada Pasien Stroke Di Icu Intensive Unit Care Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi

20

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. 2009. stroke outcome in clinical trial patients deriving from different countries,stroke, 40 : 35-40.

Anonim.2000. Informatorium Obat Nasional Indonesia.Jakarta: Departemen Kesehatan RI

Anonim.2011. Pusat Rekam Medik RSSN Bukittinggi.

Aslam, M., Tan, C.K., Prayitno, A. 2007.Farmasi Klinis : Menuju Pengobatan Rasional danPenghargaan Pilihan Pasien. Jakarta : Penerbit PT Elex Media KompusindoKelompok Gramedia

Basjirudin, A. dan Amir, D. 2008.Ilmu Penyakit Saraf, edisi I. Padang: Fakultas KedokteranUniversitas Andalas.

Biomedika, Volume 1, No 2, tahun 2009. FK UMS Solo.

British National Formulary Ed 56th, 2008, London.

Brott, B. J, 2000. Treatment of Acute ischemic stroke. The New England ofMedicine,;343(10);710-722.

Bull, E. 2007. Simple Guide : Kolesterol. Jakarta: Erlangga

Cipolle, R.J., Strand, L.M., Moorley P.C., 1998, Pharmaceutical Care Practice, McGraw-Hill.

Clark, W., Gunion, L., Lessov,N., Hazel, K., Macdonald, RL. 1998. Citicoline Treatment forExperimental Intracerebral Hemorrhage in Mice.American Stroke Association.1524-4628.

Depatemen Kesehatan. 2008. Pelayanan Informasi Obat. Jakarta

Dipiro, J.T., Robert , LT,. Gary, C.Y., R.M., Barbara, G.W., Posey, M. 2006.Pharmacotherapy Handbook sixth edition.Mc Graw Hill Company.

Dipiro, J.T., Barbara, G.W., Schwinghammer, T.L. 2008. Pharmacotherapy HandbookSeventh Edition, Mc Graw Hill Companies.

Edward, J. 2011. National Center for Health Statistics.Atlanta : Office ofInformationServices.

Faza. 2010. Intensive Care Unit (ICU). Semarang: IT Dept. RSI Sultan Agung.

Page 22: Drug Related Problems Drps Pada Pasien Stroke Di Icu Intensive Unit Care Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi

21

Feigin, V. 2006. Stroke. Jakarta : PT. Bhuana Ilmu Popular

George, J.H. 1997. Biophysical Mechanism of Stroke. Stroke A Journal of Circulation/ Vol28. No.9.

Ginsberg, L. 2008. Lecture Notes : Neurologi, edisi kedelapan. Jakarta: Erlangga

Gilroy J. 2000.Cerebrovascular Disease.In Basic neurology.3th ed.International edition.New York : Mc Graw Hill.

Gunawan & Sulistia G. 2007. Farmakologi dan Terapi.edisi V. Jakarta: DepartemenFarmakologi dan Terapeutik UI

Gofir, A. 2009.Manajemen Stroke; Evidence Base medicine.Pustaka CendekiaPress.Yogyakarta.

Harkness, R. 1989. Interaksi Obat. Bandung: Penerbit ITB

Harsono, DSS. 2007. Gambaran Umum tentang Gangguan Peredaran Darah Otak: KapitaSelekta Neurologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. 2008. ISO Farmakoterapi. Jakarta: Penerbit PTISFI

Jerri. 2011. Drug Related Problems pada pasien rawat inap stroke iskemikruangperawatan neurologi RSSN Bukittinggi. Universitas Andalas Padang.

Junaidi, I. 2004. Panduan praktis pencegahan dan pengobatan stroke. Jakarta: PT. BhuanaIlmu Populers.

Kusumanaeni, T. 2010. Indentification of Drug Related Problem In Patien at ICU ofPersahabatan Hospital Jakarta Indonesia. The Asian Conference on ClinicalPharmacy (ACCP), Singapore.

Lindsay, P. 2008. Canadian Best Practice Recommendations for Stroke Care: Summary. TheCanadian Stroke Strategies.

Mardjono, M. & Shidarta, P. 2008. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat.

Martindale. 2007. The Complete Drug Reference, 35th edition. United States: ThePharmaceutical Press

Menteri Kesehatan. 2010. Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Intensive Care Unit (ICU)di Rumah Sakit. Jakarta.

Page 23: Drug Related Problems Drps Pada Pasien Stroke Di Icu Intensive Unit Care Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi

22

Micheal. 2005. Curren Clinical Strategies, Medicine. San Francisco: School of Pharmacy,University of California publishing.

Misbach, J., Jannis J., Kiemas L.S. 1999. Stroke: aspek diagnostik, patofisiologi, manajemen.Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Misbach, J. 2007. Unit Stroke, Manajemen stroke secara komprehensif. Jakarta: BalaiPenerbit FK-UI

Morris, D.L., and Schroeder, E.B. 2000.Stroke Epidemiologi. Foundation for Education andResearch in Neurological Emergencies 1-10.

Muhlis, M. 2008. Uji Sensitifitas Bakteri Staphylococcus Aureus yang Diperoleh dariHapusan Faring Pasien Penderita ISPA di Poli Umum Salah Satu RSU Swasta diYogyakata Terhadap Antibiotika yang Biasa Digunakan.

Mutschler, E. 1999.Dinamika Obat. Edisi kelima. Bandung: Penerbit ITB

National Center For Health Statistics. 2008. Center For Disease Control and Prevention.http://wonder.cdc.go/mortsql.html

Pharmaceutical Care Network Europe Foundation. 2003. Classification for Drug relatedproblems. The Netherlands : PCNE.

Priyanto. 2009. Farmakoterapi dan Terminologi Medis.lembaga Studi dan KonsultasiFarmakologi, Jawa Barat.

Putra, T.R. 2009.Hiperurisemia ; Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3 edisi V. Jakarta:Balai Penerbit FKUI

Ruths S, Viktil, Blix. 2007. Classification of drug-related problems. The Journal of theNorwegian Medical Association. Tidsskr Nor Lægeforen; 127: 3073.

Rudd, A. 2004.National clinical guidelines for stroke Second edition.Royal College ofPhysicians of London.

Santrock, J.W. 2002.Life span development: International edition (8thed). New York: McGraw Hill.

Setiabudi, R. & Vincent, H.S. 1995.Pengantar Antimikroba. Farmakologi Dan Terapi edisiIV. Jakarta: Penerbit FK UI

Shargel, L. & Andrew, B.C. 1985.Applied Biopharmaceutics and Pharmacokinetics.Appleton Century-Coofts.

Page 24: Drug Related Problems Drps Pada Pasien Stroke Di Icu Intensive Unit Care Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi

23

Siregar, C. 2004. Farmasi Klinik Teori dan Penerapan.Jakarta: Penebit Buku KedokteranEGC

Sjahrir, H. 2003. Stroke iskemik. Medan: Penerbit Yandira Agung

Stockley, I.H. 2008.Drug Interaction, 8th edition. London: The Pharmaceutical Press

Strand, LM., PC Morley & RJ Cipolle. 1990. Drug-related Problems: Their structure andfunction. DICP Ann Pharmacother.

Takrouri. 2004. The Internet Journal of Health: Intensive Care Unit. Volume 3Number 2.Department of Anesthesia College Of Medicine King Saud University.

Trisna, Y. 2004. Idealisme farmasis klinik di rumah sakit. Pengantar Farmasi Klinik. Jakarta.

Uchino, K. 2007. Pocket Clinician: Acute Stroke Care. New York : Cambridge UniversityPress.

Walker, R., & Edwards, C. 2003.Clinical Pharmacy and Therapeutics, 3rd. Edition ChurchillLivingstone. Philadelphia.

WHO. 2003. Drug and Terapeutics Committee a practical guide. USA.