psoriasis.docx
-
Upload
kastiaji-hendra -
Category
Documents
-
view
248 -
download
11
Transcript of psoriasis.docx
PSORIASIS
Gambaran klinis
Psoriasis merupakan penyakit peradangan kulit yang sering terjadi, bersifat
kronik dan sering berulang ditandai dengan plak eritematous, berbatas tegas, lesi
kering dengan ukuran yang bervariasi. Lesi biasanya tertutup skuama berwarna
putih keperakan. Area predileksi lesinya biasanya di kulit kepala, kuku, permukaan
ekstensor dari anggota gerak, daerah umbilikus dan sacrum. Erupsinya biasanya
sejajar. Biasanya muncul perlahan-lahan tetapi bisa eksantematous dengan onset
muncul mendadak lesi gutata (seperti tetesan air) (gambar 10-2). Gejala subjektif
seperti rasa gatal atau rasa terbakar bisa muncul dan menimbulkan rasa
ketidaknyamanan yang luar biasa.
Gambar 10-2 Psoriasis.
Lesi awalnya berbentuk macula eritematous yang tertutup skuama putih
keperakan dan kering. Lesi bertambah besar akibat perluasan ke daerah perifer dan
bergabungnya dengan lesi yang lain. Skuama biasanya longgar di tepi lesi dan
melekat pada bagian tengah. Ketika dikerok, akan timbul bintik-bintik perdarahan
(Auspitz sign). Walaupun jenis plak sering dijumpai, namun terkadang ditemukan
lesi berbentuk anular atau polisiklik. Patch yang sudah lama terbentuk biasanya
tebal dan tertutup skuama yang keras seperti cangkang tiram (psoriasis ostracea).
1
Berbagai macam istilah lainnya banyak digunakan untuk mendeskripsikan
perbedaan bentuk lesi : Psoriasi Guttata, yang mana lesinya berukuran seperti
tetesan air; psoriasis folikularis, yang mana memiliki gambaran lesi sangat kecil,
tertutup skuama ditemukan pada orifisium folikel rambut; psoriasi figurata,
psoriasi anulata dan psoriasis gyrate, yang mana pola linear melengkung dibentuk
oleh kerusakan sentral. Psoriasis discoidea, yang tidak mengalami kerusakan
sentral dan patch yang padat menetap; dan psoriasis rupiodes, yang mana memiliki
gambaran lesi berupa krusta yang menyerupai rupia sifilitik. Istilah plak psoriasis
kronik biasanya digunakan untuk kasus-kasus lesi yang menetap di badan dan
ekstremitas. Inverse psoriasis biasanya ditemukan di daerah intertriginosa. jenis
psoriasis pustular di telapak tangan (gambar 10-3) bisa bersifat kronis atau bahkan
sampai eruptif dan disertai dengan toksisitas berat dan hipokalsemia.
Gambar 10-3 Pustular psoriasis pada tangan
Pada kuku (gambar 10-4) yang terkena ditandai dengan onikolisis distal,
random pitting (akibat parakeratosis dari matriks proksimal), oil spot (daerah
berwarna kuning akibat parakeratosis subungual dari matriks distal) atau salmon
patch (psoriasis bantalan kuku (nailbad)). Hiperkeratosisi subungual yang tebal
menyerupai onikomikosis.
2
Gambar 10-4 Nail pitting and distal onycholysis in psoriasis
Tipe – tipe Psoriasis
Psoriasis menyerupai seboroik
Beberapa kasus psoriasi tumpang tindih dengan dermatitis seboroik. Lesi
seboroik biasanya timbul didaerah wajah, di lipatan payudara, dan di kulit kepala,
fleksura serta aksila. Kebanyakan lesi didaerah ini basah dan eritematous, dengan
skuama berwarna kuning, lembut dan berminyak. Istilah sebopsoriasis dan
seborrhiasis dapat digunakan untuk mendeskripsikan kondisi ini.
Inverse psoriasis
Jenis ini sering muncul pada daerah lipatan, lekukan dan permukaan fleksor
seperti telinga, aksila, inguinal, lipatan inframammae, umbilikus, lekukan
intergluteal, penis (gambar 10-5), bibir dan sela jari. Area lain yang juga mungkin
muncul kondisi ini adalah kulit kepala dan kuku.
Gambar 10-5 Penile psoriasis with erythema and silver scale.
3
“Napkin” psoriasis
Napkin psoriasis atau psoriasis pada daerah yang tertutup popok, paling
khas terjadi pada anak usia 2 hingga 8 bulan. Lesi tampak eritematous, berbatas
tegas pada daerah yang terkena popok. Lesi ini biasanya menghilang dengan terapi
topikal tetapi psoriasis dapat timbul kembali pada masa dewasa.
Artritis psoriatika
Ada lima pola gejala klinis artritis yang timbul :
1. Timbul asimetris pada sendi interfalang bagian distal dengan kerusakan
kuku (16%)
2. Artritis mutilan dengan osteolisis phalang dan metacarpal (5%) (gambar
10-6)
3. Poliartritis seperti artritis reumatoid simetris dengan claw hand (15%).
4. Oligoartritis dengan pembengkakan dan tenosinovitis pada satu atau
beberapa sendi tangan (70%)
5. Spondilitis ankylosis dengan atau tanpa artritis perifer (5%).
Kebanyakan gambaran radiologis menyerupai artritis reumatoid, Namun
temuan klinis menunjukkan gambaran psoriasis. Hal ini terdiri dari erosi lempeng
phalang terminal (akrosteolisis), Phalang atau metakarpal meruncing dengan
bagian proksimal dari phalang akhir berbentuk seperti cangkir (deformitas pensil
didalam cangkir), ankilosis tulang, osteolisis metatarsal, predileksi terhadap
interphalang distal dan proksimal, penyempitan sendi metacarpal phalangeal da
metatarsal phalangeal, ossifikasi paravertebral, sakroilitis asimetris, dan terkadang
tampak gambaran “bamboo spine” bila mengenai tulang belakang. Hampir
setengah pasien dengan artritis psoriatika memiliki human leukocyte antigen
(HLA)-B27.
Istirahat, pembidaian, gerakan yang pasif, dan obat-obatan anti inflamasi non
steroid dapat mengurangi gejala namun tidak dapat mencegah timbulnya
deformitas. Methotrexate, siclosporin, takrolimus dan unsur biologis lainnya
merupakan obat-obatan yang dapat mencegah timbulnya deformitas.
4
Gambar 10-6 artitis psoriasis
Psoriasis Gutata
Jenis psoriasis ini memiliki lesi tipikal berbentuk seperti tetas air, dengan
ukuran diameter 2-5 mm. Lesi biasanya timbul sebagai erupsi yang timbul secara
tiba-tiba pada beberapa infeksi akut seperti faringitis streptokokal. Psoriasis Gutata
biasanya timbul pada pasien dibawah 30 tahun. Jenis psoriasis ini biasanya
berespon terhadap sinar ultraviolet B dengan dosis eritemogenik. Dosis
suberitemogenik biasanya hanya memberikan sedikit pengaruh pada lesi. Uji dosis
eritemogenik minimal (DEM) dianjurkan untuk mencari terapi agresif yang sesuai.
Episode berulang mungkin terkait dengan pembawa kuman streptokokus atau
kontak yang dekat dengan orang pembawa kuman streptokokus. Pemberian
penisilin (seperti dicloxacillin 250 mg 4 kali sehari selama 10 hari) dengan
rifampisin (600mg/hari untuk dewasa) dapat diberikan untuk menghilangkan
streptokokal carrier kronis.
Psoriasis pustular generalisata (Von Zumbusch)
Pada pasien-pasien tertentu dengan plak psoriasis atau artritis psoriatika.
Onset muncul tiba-tiba, dengan pembentukan lake of pus di periungual, telapak
tangan dan pada daerah tepi plak psoriasis. Biasanya muncul eritema pada daerah
fleksura sebelum erupsi generalisata muncul. Hal ini disertai dengan eritema
generalisata dan pustul yang lebih banyak (gambar 10-7). Rasa gatal dan terbakar
sering dikeluhkan. Lesi membran mukosa juga sering timbul . Bibir bisa menjadi
5
merah dan berskuama serta timbul ulserasi superfisial pada lidah dan mulut. Fisura
pada lidah sering kali timbul. (gambar 10-8)
Gambar 10-7 Pustular psoriasis.
Gambar 10-8 gambaran geografis lidah pustural psoriasis
Pasien dengan kondisi seperti ini biasanya disertai demam, eritroderma,
hipokalsemia dan kaheksia. Beberapa kasus sindrom distress pernapasan akut
terkait psoriasis pustular dan eritrodermik juga pernah dilaporkan. Kondisi ini
dapat menimbulkan komplikasi sistemik lainnya seperti pneumonia, gagal jantung
kongestif dan hepatitis.
Episode gejala ini biasanya disebabkan oleh reaksi withdrawal terhadap
kortikosteroid sistemik. Penulis juga pernah mendapatkan psoriasis pustular
generalisata sebagai salah sastu gejala penyakit cushing. Obat-obatan atau zat-zat
lainnya yang dapat menyebabkan hal ini yaitu iodida, tar batubara, terbinafine,
minosiklin, hidroksiklorokuin, asetazolamid, dan salisilat. Selain itu, adanya
6
riwayat psoriasis dalam keluarga juga dapat menjadi faktor risiko timbulnya
kondisi ini. Psoriasis pustular generalisata dapat timbul pada bayi dan anak tanpa
implikasi obat.
Acitretin merupakan pilihan obat untuk penyakit ini. Responnya secara umum
cepat. Isotretinoin juga efektif untuk penyakit ini. Siklosporin, methotrexate dan
agen biologis lainnya merupakan alternatif. Terkadang dapson juga efektif untuk
kondisi ini dengan dosisi 50-100 mg/hari.
Akrodermatitis kontinua Hallopeau
Pada pasien-pasien tertentu bisa timbul plak eritemtous di akral dengan
pustul. Bantalan kuku biasanya juga ikut terkenda dan kuku biasanya terlepas
karena timbunan pus yang banyak menyebabkan anonikia. Hiperkeratosis juga
sering terjadi, dan ujung jari terasa sangat nyeri, area keratotik meruncing.
Terkadang, muncul ruam kemerahan dengan pustul generalisata pada pasien
(gambar 10-9). Akrodermatitis kontinua dibahas lebih lanjut dibawah ini.
Gambar 10-9 Generalized pustular flare pada pasien dengan acrodermatitis continua
7
Impetigo herpetiformis
Istilah ini digunakan untuk psoriasis pustular generalisata yang muncul
pada kehamilan. Eritema fleksura, terdiri dari pustul, sering timbul disertai dengan
pustul kemerahan generalisata dan peningkatan toksisitas. Oleh karena pasien
sedang hamil, maka pemberian retinoid sistemik tidak dianjurkan. Kebanyakan
pasien membaik setelah melahirkan dan perencanaan untuk terminasi kehamilan
sesegera mungkin bisa dipertimbangkan, asal tidak membahayakan bayi. Sebagai
alternatif, dapat diberikan prednisone 1mg/kg/hari. Kortikosteroid juga dapat
berkontibusi dalam pematangan paru.
Keratoderma blennoragikum (Sindrom Reiter)
Keratoderma blennoragikum menyerupai psoriasis baik secara histologist
maupun klinis, kecuali lesinya yang cenderung lebih tebal daripada psoriasis.
Pasien biasanya positif memiliki HLA-B27 dan mengalami artritis reaktif serta
penyakit kulit setelah mengalami uretritis atau enteritis.
Psoriasis eritrodermik
Pasien dengan psoriasis dapat mengalami eritroderma generalisata (gambar
10-10). psoriasis etirodermik akan dijelaskan lebih rinci pada sub bab dermatitis
eksfoliatif.
Gambar 10-10 Erythrodermic psoriasis.
8
Perjalanan penyakit
Perjalanan penyakit dari psoriasis tidak dapat diprediksi. Ini biasanya
bermula dari kulit kepala atau siku, dan akan menetap hingga bertahun-tahun.
Penyakit kronik biasanya hanya terbatas pada kuku. Timbulnya lesi didaerah
sacrum dapat membingungkan antara kandidiasis atau tinea. Onset juga bisa tiba-
tiba dan tersebar luas.
Dua gejala klinis yang utama dari psoriasis adalah kecenderungannya untuk
berulang dan persisten. Respon isomorfik (koebner phenomenon) menunjukkan
munculnya lesi yang sama pada daerah sehat lainnnya yang terkena trauma
(gambar 10-11). Lesi bisa muncul pada daerah garukan, insisi dan yang terbakar.
Lesi bisa timbul setelah eksantema viral atau menyertai pityriasis rosea. Respon
isomorfik dapat timbul jika lesi psoriatik terbakar hebat selama fototerapi. Dengan
dosis ringan, eritema dan rasa terbakar dapat berkurang dan plak akan mulai
menghilang, Woronoff’s ring merupakan salah satu tanda yang menunjukkan
bahwa pasien psoriasis tersebut berespon terhadap fototerapi.
Gambar 10-11 Koebner phenomenon pada psoriasis
9
Telapak tangan dan telapak kaki terkadang terkena secara terpisah, dimana
menunjukkan gejala patch eritematous yang kering dan berskuama dengan
distribusi diskret, atau pustul dengan dasar eritematous. Patch biasanya bermula
dari bagian tengah telapak tangan atau telapak kaki dan kemudian meluas.
Psoriasis pada telapak tangan dan telapak kaki biasanya bersifat kronis dan resisten
terhadap terapi.
Banyak studi yang melaporkan keterkaitan antara hepatitis C dengan
psoriasis dan hepatitis C juga sering terlibat dalam kasus artritis psoriatika. Jika
terapi psoriasis memiliki efek hepatotoksis, seperti methotrexate, maka harus
dilakukan pemeriksaan serologi Hepatitis C. Hal ini juga harus ditekankan bahwa
terapi interferon untuk hepatitis dapat menimbulkan atau mengeksaserbasi
psoriasis. Anti TNF-α juga dapat diberikan untuk terapi psoriasis.
Keturunan
Pada sebuah studi besar tentang psoriasis pada anak kembar monozigot,
didapatkan bahwa faktor herediter sangat tinggi dan faktor lingkungan sangat kecil
untuk dapat menyebabkan psoriasis pada anak tersebut. Pasien dengan psoriasis
biasanya memiliki keluarga yang juga menderita penyakit tersebut, dan
insidensinya meningkat pada pasien dengan riwayat psoriasis dalam keluarga.
Analisis Haplotipe HLA membuktikan bahwa kerentanan terhadap psoriasis terkait
dengan komplek MHC kelas I dan II pada kromosom 6 manusia. Beberapa lokus
genetic yang dikaitkan dengan psoriasis, yaitu PSORS1 pada kromosom 6 dan
PSORS2 pada kromosom 17q. Selain itu juga ada dua subset HLA yang berbeda
berdasarkan onset. Onset cepat merupakan psoriasis tipe I dan kebanyakan terkait
dengan Cw6,B57 dan DR7. sedangkan onset lambat merupakan psoriasis tipe II
dan biasanya terkait Cw2. PSORS9 juga sudah terbukti menjadi salah satu lokus
yang terlibat dalam timbulnya psoriasis.
Beberapa jenis HLA lainnya juga telah dilaporkan. Hal ini diyakini bahwa
individu yang memiliki HLA B13 atau B17 memiliki risiko menderita psoriasis
lima kali lipat. Pada psoriasis pustular sering ditemukan HLA-B27, sedangkan B13
dan B17 sering ditemukan pada psoriasis gutata dan eritrodermik.
10
Epidemiologi
Frekuensi kejadian psoriasis sama antara pria dan wanita. Antara 1 hingga
2% dari populasi Amerika Serikat menderita psoriasis. Penyakit ini jarang terjadi
di daerah tropis. Hal ini jarang terjadi pada orang Amerika utara, dan Afrika barat.
Onset psoriasis sering timbul pada rata-rata usia 27 tahun, namun rentang umurnya
sangat luas, dari masa bayi hingga usia 70 tahunan. Stres emosional yang berat
cenderung memperparah psoriasis.
Pada saat kehamilan ada kecenderungan lesi psoriasis berkurang atau
menghilang untuk sementara waktu. Namun, setelah melahirkan ada
kecenderungan lesi tersebut untuk mengalami eksaserbasi.
Tingginya prevalensi penyakit celiac didapatkan pada pasien dengan
psoriasis. Insidensi limfoma juga meningkat pada pasien ini dan psoriasis juga
dikaitkan dengan sindrom metabolic dan penyakit kardiovaskular.
Patogenesis
Psoriasis merupakan kelainan hiperproliferatif, tetapi proliferasi ini
dicetuskan oleh kompleks kaskade mediator inflamasi. Psoriasis merupakan suatu
penyakit peradangan yang dicetuskan oleh T-helper (Th) 1 dan Th17. Sel Th17
lebih awal muncul pada kaskade inflamasi. Sel T dan sitokin memiliki peranan
penting dalam patofisiologi psoriasis. Pada psoriasis ditemukan adanya ekspresi
berlebihan sitokin tiper 1 sperti IL-2, IL-6, IL-8, IL-12, IFN-γ dan TNF-α, dan juga
ekspresi berlebihan IL-8 mencetuskan akumulasi neutrofil. Sinyal utama untuk
perkembangan Th1 adalah IL-12, yang mana mencetuskan produksi IFN-γ. Pada
hewan coba, respon perubahan Th1 menjadi Th2 dapat mengurangi gejala
psoriasis. IL-4 mampu menginduksi respon Th2 dan berguna untuk mengurangi
gejala psoriasis. IL-10 salah satu sitokin tipe 2, memiliki efek antipsoriatik.
CD-11a dan TNF-α memiliki peranan penitng dalam patogenensis
psoriasis. IL-15 mencetuskan penarikan sel-sel inflamasi, angiogenesis dan
produksi sitokin inflamasi, seperti IFN-γ, TNF-α, dan IL-17, yang mana terbukti
tinggi pada lesi psoriatic. IL-17 bersifat proinflamasi, sedangkan IL-22 menekan
11
diferensiasi keratinosit. IL-23 menstimulasi kelangsungan hidup sel. sel NK dalam
sirkulasi menurun pada pasien psoriasis.
Target spesifik terapi terdiri dari TNF-α, LFA-1/ICAM-1 dan LFA-3/CD2.
Sebuah antibody monoclonal IL-15 terbukti efektif pada tikus coba yang
mengalami psoriasis.
Streptokokus
Streptokokus memiliki peranan pada beberapa pasien psoriasis. Pasien
dengan psoriasis dilaporkan memiliki keluhan nyeri tenggorokan lebih sering
daripada kelompok kontrol. Streptokokus beta hemoliticus grup A, C dan G dapat
menyebabkan eksaserbasi plak kronis psoriasis. Variasi HLA memiliki efek respon
imun yang signifikan terhadap Strep. grup A.
Stres
Beberapa studi menunjukkan hubungan positif antara stress dengan tingkat
keparahan penyakit. Pada hampir setengah pasien yang diteliti, stress menunjukkan
peranan yang sangat signifikan.
Psoriasis akibat obat
Psoriasis dapat dicetuskan oleh β-blocker, litium, antimalaria, terbinafine,
calcium channel blocker, captopril, gliburide, granulocyte colony-stimulating
factor, interleukin, interferon dan obat penurun kadar lipid. Steroid sistemik dapat
menyebabkan pustule dengan dasar kemerahan. Anti malaria biasanya berkaitan
dengan ruam eritrodermik, tetapi pasien yang akan bepergian ke daerah endemik
malaria harus mendapatkan profilaksis yang sesuai. Biasanya, obat-obatan seperti
doksisiklin atau mefloquine merupakan profilaksis yang sesuai untuk area
geografis, tetapi golongan kuinin memberikan proteksi yang lebih baik.
12