psoriasis vulgaris

14
STATUS PASIEN BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN RSUD UNDATA PALU I. Identitas pasien 1. Nama : Nn S 2. Umur : 16 thn 3. Jenis kelamin : wanita 4. Status : belum menikah 5. Pekerjaan : pelajar 6. Agama : islam 7. Tgl pemeriksaan : 13/05/2015 II.Anamnesis 1) Keluhan utama Kulit terkelupas 2) Riwayat penyakit sekarang Pasien seorang wanita 16thn datang ke poli kulit dan kelamin RSUD UNDATA dengan keluhan kulit terkelupas pada bagian kepala, siku tangan serta pada bagian perut kulit yang terkelupas sebelumnya berwarna merah dan terasa gatal lama kelamaan kulit menjadi putih dan terkelupas

description

kasus

Transcript of psoriasis vulgaris

STATUS PASIENBAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMINRSUD UNDATA PALU

I. Identitas pasien1. Nama : Nn S2. Umur : 16 thn3. Jenis kelamin : wanita 4. Status : belum menikah5. Pekerjaan : pelajar 6. Agama : islam7. Tgl pemeriksaan : 13/05/2015II.Anamnesis1) Keluhan utama Kulit terkelupas

2) Riwayat penyakit sekarangPasien seorang wanita 16thn datang ke poli kulit dan kelamin RSUD UNDATA dengan keluhan kulit terkelupas pada bagian kepala, siku tangan serta pada bagian perut kulit yang terkelupas sebelumnya berwarna merah dan terasa gatal lama kelamaan kulit menjadi putih dan terkelupas keluhan dirasakan sejak umur 11thn, keluhan muncul pertama kali pada bagian kepala kemudian muncul pada bagian siku tangan kanan dan pada bagian perut tetapi tidak seebanyak pada area kepala os mengeluhkan gatal akan muncul ketika banyak beraktifitas dan ketika mengkonsumsi mie instan dan telur, keluhan tidak disertai rasa panas pada kulit ataupun bengkak dan berarair, dan tidak disertai gejala sistemik lainya seperti adanya demam, os rutin mengambil obat di poli os mengeluhkan jika pasien menghentikan pengobatanya maka gejala akan muncul kembali.

3) Riwayat penyakit dahulu :Riwayat Penyakit kulit : Penyakit kulit dengan keluhan yang sama Riwyat DM : tidak adaRiwyat HT : tidak diketahui

4) Riwayat keluarga :Tidak ada riwayat penyakit pasien yang sama pada keluarga

III. Pemeriksaan fisik Status Generilasata :1. Keadaan umum : sakit ringan2. Status Giji : baik3. Kesadaran : kompos mentis Tanda Vital :Tekanan darah : 120/80 mmHgNadi : 80 x/menitRespirasi : 18 x/menit Status dermatologisUjud kelainan kulit : Plak eritema, skuamaLokalisasi : Regio frontalis kepala, regio antebrachii posterior dan regio kuadran kanan bawah abdomen . Pemeriksaan : kobner, autzpit, fenomena tetesan lilin tidak dilakukan.

IV. Gambar : Pada regio frontalis kepala dan regio antebrachii posterior

V. Resume Pasien seorang wanita 16thn datang ke poli kulit dan kelamin RSUD UNDATA dengan keluhan kulit terkelupas pada bagian kepala, siku tangan serta pada bagian perut kulit yang terkelupas sebelumnya berwarna merah dan terasa gatal lama kelamaan kulit menjadi putih dan terkelupas keluhan dirasakan sejak umur 11thn, keluhan muncul pertama kali pada bagian kepala kemudian muncul pada bagian siku tangan kanan dan pada bagian perut tetapi tidak seebanyak pada area kepala os mengeluhkan gatal akan muncul ketika banyak beraktifitas dan ketika mengkonsumsi mie instan dan telur, keluhan tidak disertai rasa panas pada kulit ataupun bengkak dan berarair, dan tidak disertai gejala sistemik lainya seperti adanya demam, os rutin mengambil obat di poli os mengeluhkan jika pasien menghentikan pengobatanya maka gejala akan muncul kembali. Keadaan umum sakit ringan, status giji baik, kesadaran kompos mentis tekanan darah 120/80 mmHg nadi 80 x/menit, respirasi 18 x/menit Pemfis ditemukan ujud kelainan kulit berupa skuama dan plak eritema pada : Regio frontalis kepala, regio antebrachii posterior dan regio kuadran kanan bawah abdomen.

VI. Diagnosis banding Psoriasis vulgaris Dermatitis seboroik DermatofitosisVII. Anjuran pemeriksaan : Histopatologi VIII. Diagnosis Kerja : Psoriasis vulgaris

IX . Penatalaksanaan : Non medikamentosa : a. Menjaga kebersihan kulit b. Mengindari faktor pencetus1. Stress psikologis2. Hindari terjadi trauma/gesekan terus menerus pada kulit3. Tingkatkan sistem imun tubuh Medikamentosa Topical a. Preparat ter [LCD] 5%b. Asam salisilat 3% buat dalam cream c. Kortikostiroid : desokimetason Sistemik a. Cetirizine 10mgX. Prognosis : Quo ad vitam : bonam Quo ad functional : bonam Quo ad sanationan : dubia Quo ed cosmetika : dubia

PEMBAHASAN Pasien seorang wanita 16thn datang ke poli kulit dan kelamin RSUD UNDATA dengan keluhan kulit terkelupas pada bagian kepala, siku tangan serta pada bagian perut kulit yang terkelupas sebelumnya berwarna merah dan terasa gatal lama kelamaan kulit menjadi putih dan terkelupas keluhan dirasakan sejak umur 11thn, keluhan muncul pertama kali pada bagian kepala kemudian muncul pada bagian siku tangan kanan dan pada bagian perut tetapi tidak seebanyak pada area kepala os mengeluhkan gatal akan muncul ketika banyak beraktifitas dan ketika mengkonsumsi mie instan dan telur, keluhan tidak disertai rasa panas pada kulit ataupun bengkak dan berarair, dan tidak disertai gejala sistemik lainya seperti adanya demam, os rutin mengambil obat di poli os mengeluhkan jika pasien menghentikan pengobatanya maka gejala akan muncul kembali. Keadaan umum sakit ringan, status giji baik, kesadaran kompos mentis tekanan darah 120/80 mmHg nadi 80 x/menit, respirasi 18 x/menit Pemfis ditemukan ujud kelainan kulit berupa skuama dan plak eritema pada : Regio frontalis kepala, regio antebrachii posterior dan regio kuadran kanan bawah abdomen. dan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien didiagnosis sebagai psoriasis vulgaris Psoriasis adalah suatu penyakit inflamasi kulit bersifat kronis residif, dapat mengenai semua umur yang ditandai dengan plak kemerahan yang ditutupi oleh sisik yang tebal berwarna putih keperakan dan berbatas tegas. Umumnya lesi psoriasis berdistribusi secara simetris dengan predileksi terutama di daerah siku dan lutut, kulit kepala, lumbosakral, bokong dan genitalia. Penyakit ini biasanya dimulai pada usia 1030 tahun dan risiko yang sama untuk laki-laki dan wanita. Jika awalnya timbul pada usia kurang dari 15 tahun, biasanya terdapat riwayat psoriasis dalam keluarga. Penyakit ini mengenai seluruh tubuh relatif lebih berat, namun memberikan respon yang baik terhadap pengobatan. psoriasis dianggap sebagai suatu penyakit primer akibat gangguan keratinosit, namun saat ini psoriasis dikenal sebagai suatu penyakit yang diperantarai oleh sistem imun. Psoriasis melibatkan interaksi kompleks diantara berbagai sel pada sistem imun dan kulit, termasuk sel dendritik dermal, sel T, neutrofil dan keratinosit. Pada psoriasis, sel T CD8+ terdapat di epidermis sedangkan makrofag, sel T CD4+ dan sel-sel dendritik dermal dapat ditemukan di dermis superfisial. Sejumlah sitokin dan reseptor permukaan sel terlibat dalam jalur molekuler yang menyebabkan manifestasi klinis penyakit. Psoriasis dianggap sebagai suatu penyakit yang diperantarai oleh sistem imun yang ditandai dengan adanya sel T helper (Th)1 yang predominan pada lesi kulit dengan peningkatan kadar IFN-, tumor necrosing factor- (TNF-), IL-2 dan IL-18.16 Baru-baru ini jalur Th17 telah dibuktikan memiliki peranan penting dalam mengatur proses inflamasi kronik. Sebagai pusat jalur ini terdapat sel T CD4+, yang pengaturannya diatur oleh IL-23 yang disekresikan oleh sel penyaji antigen (sel dendritik dermal).17 Sel Th17 CD4+ mensekresikan IL-17 dan IL-22 yang berperan pada peningkatan dan pengaturan proses inflamasi dan proliferasi epidermal. Psoriasis merupakan penyakit papuloskuamosa dengan gambaran morfologi, distribusi, serta derajat keparahan penyakit yang bervariasi. Lesi klasik psoriasis biasanya berupa plak berwarna kemerahan yang berbatas tegas dengan skuama tebal berlapis yang berwarna keputihan pada permukaan lesi. Ukurannya bervariasi mulai dari papul yang berukuran kecil sampai dengan plak yang menutupi area tubuh yang luas. Lesi pada psoriasis umumnya terjadi secara simetris, walaupun dapat terjadi secara unilateral. Dibawah skuama akan tampak kulit berwarna kemerahan mengkilat dan tampak bintik-bintik perdarahan pada saat skuama diangkat. Hal ini disebut dengan tanda Auspitz. Psoriasis juga dapat timbul pada tempat terjadinya trauma, hal ini disebut dengan fenomena Koebner. Penggoresan skuama utuh dengan mengggunakan pinggir gelas objek akan menyebabkan terjadinya perubahan warna lebih putih seperti tetesan lilin. Selain dari presentasi klasik yang disebutkan diatas terdapat beberapa tipe klinis psoriasis. Psoriasis vulgaris yang merupakan tipe psoriasis yang paling sering terjadi, berupa plak kemerahan berbentuk oval atau bulat, berbatas tegas, dengan skuama berwarna keputihan. Lesi biasanya terdistribusi secara simetris pada ekstensor ekstremitas, terutama di siku dan lutut, kulit kepala, lumbosakral, bokong dan genital. Bentuk lainnya yaitu psoriasis inversa (fleksural), psoriasis gutata, psoriasis pustular, psoriasis linier, dan psoriasis eritroderma.Diagnosis psoriasis biasanya ditegakkan berdasarkan anamnesis dan gambaran klinis lesi kulit. Pada kasus-kasus tertentu, dibutuhkan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium darah dan biopsi histopatologi. Pemeriksaan penunjang yang paling umum dilakukan untuk mengkonfirmasi suatu psoriasis ialah biopsi kulit dengan menggunakan pewarnaan hematoksilin-eosin. Pada umumnya akan tampak penebalan epidermis atau akantosis serta elongasi rete ridges. Terjadi diferensiasi keratinosit yang ditandai dengan hilangnya stratum granulosum. Stratum korneum juga mengalami penebalan dan terdapat retensi inti sel pada lapisan ini yang disebut dengan parakeratosis. Tampak neutrofil dan limfosit yang bermigrasi dari dermis. Sekumpulan neutrofil dapat membentuk mikroabses Munro. Pada dermis akan tampak tanda-tanda inflamasi seperti hipervaskularitas dan dilatasi serta edema papila dermis. Infiltrat dermis terdiri dari neutrofil, makrofag, limfosit dan sel mast. Selain biopsi kulit, abnormalitas laboratorium pada penderita psoriasis\biasanya bersifat tidak spesifik dan mungkin tidak ditemukan pada semua pasien. Pada psoriasis vulgaris yang luas, psoriasis pustular generalisata, dan eritroderma tampak penurunan serum albumin yang merupakan indikator keseimbangan nitrogen negatif dengan inflamasi kronis dan hilangnya protein pada kulit. Peningkatan marker inflamasi sistemik seperti C-reactive protein, -2 makroglobulin, dan erythrocyte sedimentation rate dapat terlihat pada kasus-kasus yang berat. Pada penderita dengan psoriasis yang luas dapat ditemukan peningkatan kadar asam urat serum. Selain daripada itu penderita psoriasis juga menunjukkan gangguan profil lipid (peningkatan high density lipoprotein, rasio kolesterol-trigliserida serta plasma apolipoprotein- A1). Pengobatan anti psoriasis berspektrum luas baik secara topikal maupun sistemik telah tersedia. Sebagian besar obat-obatan ini memberikan efek sebagai imunomodulator. Sebelum memilih regimen pengobatan, penting untuk menilai perluasan serta derajat keparahan psoriasis. Pada dasarnya, mayoritas kasus psoriasis terbagi menjadi tiga bagian besar yaitu gutata, eritrodermik/pustular, dan plak kronis yang merupakan bentuk yang paling sering ditemukan. Psoriasis gutata biasanya mengalami resolusi spontan dalam waktu 6 sampai 12 minggu. Kasus psoriasis gutata ringan seringkali tidak membutuhkan pengobatan, tetapi pada lesi yang meluas fototerapi dengan menggunakan sinar ultraviolet (UV) B serta terapi topikal dikatakan memberikan manfaat. 25 Psoriasis eritrodermik/pustular biasanya disertai dengan gejala sistemik, oleh karena itu diperlukan obat-obatan sistemik yang bekerja cepat. Obat yang paling sering digunakan pada psoriasis eritrodermik/pustular adalah asitretin. Pada beberapa kasus psoriasis pustular tertentu, penggunaan kortikosteroid sistemik mungkin diperlukan. Pada psoriasis plak yang kronis, pemberian terapi dilakukan berdasarkan perluasan penyakit. Untuk psoriasis plak yang ringan(10% luas permukaan tubuh) dapat diberikan terapi lini pertama seperti pada psoriasis ringan sedangkan lini keduanya dapat berupa pengobatan sistemik misalnya metotreksat, asitretin, serta agen-agen biologi seperti alefacept dan adalimumab. Untuk plak psoriasis berat (>30% luas permukaan tubuh), terapi terutama menggunakan obat-obat sistemik.

DAFTAR PUSTAKA1. Sugito, TL. Penyakit Papuloeritroskuamosa dan Dermatomikosis Superfisialis pada Bayi dan Anak. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang; 2008.2. Djuanda A. In Adi D, kepala editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Keenam. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universita Indonesia; 2010: 189-195.3. Fitzpatrick BT, Richard AJ, Klaus W, Machiel KP, Dick S. Color Atlas andSynopsis of Clinical Dermatology common and serious disease 3rd ed. United States of America: McGraw-Hill Health Professions Division; 1997: 76-1024. Goldstein BG, Goldstein AO. Dermatologi Praktis. Jakarta: Hipokrates;2001: 182-187.