PSIKOTERAPI PENDEKATAN REALITAS

5

Click here to load reader

Transcript of PSIKOTERAPI PENDEKATAN REALITAS

Page 1: PSIKOTERAPI PENDEKATAN REALITAS

PSIKOTERAPI PENDEKATAN REALITASBahan Kuliah Psikoterapi Ir.Henrikus, SPsi, CHT

Istilah Terapi Realitas pertama kali diajukan oleh William Glasser, makalah berjudul “Reality Therapy, A Realistic Approach to the Young Offender”, pada suatu pertemuan kriminologi di bulan April 1964. selanjutnya setahun kemudian, terbit bukunya yang merupakan dasar bagi terapi realita berjudul “Reality Therapy, A New Approach to Psychiatri”.

Terapi realitas adalah sistem yang difokuskan pada tingkah laku sekarang. Terapi realitas bertitik tolak pada paham dasar bahwa manusia memilih perilakunya sendiri dan karena itu ia bertanggung jawab, bukan hanya pada apa yang ia lakukan, tetapi juga pada apa yang ia pikirkan. Maka terapi realitas bertujuan untuk memberi kemungkinan dan kesempatan kepada klien agar ia dapat mengembangkan kekuatan psikisnya untuk menilai perilakunya sekarang dan apabila perilakunya itu tak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, maka perlu dikembangkan perilaku baru yang lebih efektif.

Kebutuhan adalah landasan bagi terapi realitas. Setiap orang memiliki dua kebutuhan dasar yaitu :

1. Kebutuhan kasih sayang, kebutuhan yang terus menerus mencari pemuasannya melalui berbagai bentuk.

2. Kebutuhan untuk merasa berguna, memiliki harga diri dan kehormatanKedua jenis kebutuhan itu sama dan saling menunjang satu sama lain. Terapi dengan pendekatan realitas bekerja secara aktif membantu pasien memenuhi kebutuhan-kebutuhan ini.

Terapi realitas memusatkan perhatian pada perbuatan atau tindakan sekarang dan pikiran yang mendasarinya, bukan pada pengalaman, pemahaman dan perasaan masa lalu. Dalam uraiannya, Glasser menggunakan konsep perilaku secara keseluruhan (total behavior) yang terdiri dari empat komponen yaitu :

1. Tindakan (doing) seperti bangun tidur dan berangkat kerja.2. Pikiran (thinking) seperti isi pikiran dan pernyataan diri.3. Perasaan (feeling) seperti marah, gembira, cemas.4. Kefaalan (physiological) seperti berkeringat atau gejala psikosomatis.

Meskipun keempat kompenen itu bersama-sama membentuk perilaku secara keseluruhan, pada dasarnya salah satu komponen lebih berfungsi dari lainnya. Berdasarkan hal inilah muncul teori pengendalian (control theory). Terapis menekankan apa yang diketahui oleh klien dalam meningkatkan pemahamannya dan ketika klien memahami tindakan atau perilakunya tidak efektif, ia mempergunakan kemampuan

Page 2: PSIKOTERAPI PENDEKATAN REALITAS

pengendaliannya (sesuai control theory) terhadap lingkungan untuk kemudian membuka diri dalam mempelajari alternatif lain untuk bertindak. Teori pengendalian diri menjadi penting karena klien diarahkan untuk menilai diri sendiri, apakah keinginannya realistis dan apakah perilakunya membantu untuk memenuhinya. Klien harus bertanggung jawab mengendalikan kehidupannya dan menghadapi akibat dari tindakannya tersebut.

Sekurang-kurangnya ada delapan ciri terapi realitas sebagai berikut :

1. Terapi realitas menolak konsep tentang penyakit mental. Glasser mengatakan bahwa orang menderita gangguan mental karena ia bertindak tidak bertanggung jawab. Ia menyamakan gangguan mental dengan perilaku tidak bertanggung jawab dan kesehatan mental dengan perilaku bertanggung jawab.

2. Terapi realitas berfokus pada tingkah laku sekarang bukan pada perasaan dan sikap. Terapi realitas menekankan kesadaran atas tingkah laku sekarang, tidak bergantung pada pemahaman untuk mengubah sikap, tetapi menekankan perubahan sikap mengikuti perubahan perilaku. Apabila perilaku sekarang tidak berfungsi sebagaimana yang diharapkan, dicari kemungkinan perilaku lain sebagi alternatif dan klien diminta untuk berjanji akan mengubahnya.

3. Terapi realitas berfokus pada saat sekarang, bukan pada masa lampau, karena masa lampau seseorang tidak dapat diubah sehingga yang diubah adalah saat sekarang dan masa akan datang. Terapi menekankan pada kualitas, potensi, keberhasilan dan kualitas positif klien, dan tidak memperhatikan kemalangan dan gejala-gejalanya. Sangat berbeda dengan pendekatan psikoanalisis yang menekankan pentingnya masa lalu, misalnya pengalaman traumatik saat masa kecil dahulu.

4. Terapi realitas menekankan pertimbangan nilai. Klien berperan dalam menilai kualitas tingkah lakunya sendiri dalam menentukan apa yang dapat membantu atas kegagalannya. Jika klien sadar bahwa mereka tidak akan memperoleh apa yang mereka inginkan dan bahwa tingkah laku mereka merusak diri sendiri, maka ada kemungkinan yang nyata untuk terjadinya perubahan positif, semata-mata karena klien menetapkan bahwa alternatif lain bisa lebih baik dari gaya mereka sekarang yang tidak realistis.

5. Transferensi bukanlah hal yang penting pada terapi realitas. Hubungan antara terapis dan klien berlangsung dalam suasana hangat , namun terapis tetap sebagai dirinya sendiri, yang dalam suasana tertentu bisa bertindak sebagai

Page 3: PSIKOTERAPI PENDEKATAN REALITAS

pendidik, sebagaimana dinyatakan oleh Glasser bahwa terapi realitas adalah proses pengajaran (teaching process), bukan proses penyembuhan (healing process).

6. Terapi realitas menekankan pada aspek kesadaran, bukan aspek ketidak sadaran. Terapi ini lebih memperhatikan “apa yang dilakukan”, bukan “mengapa dilakukan”.

7. Terapi realitas menghapus hukuman. Glasser mengingatkan bahwa pemberian hukuman untuk mengubah tingkah laku yang tidak efektif dan atas kegagalan melaksakan rencana akan mengakibatkan penguatan identitas kegagalan dalam diri klien dan merusak hubungan terapeutik. Ia menganjurkan agar membiarkan klien mengalami konsekuensi yang wajar dari tingkah lakunya.

8. Terapi realitas menekankan pada tanggung jawab, yang didefgenisikan oleh Glasser sebagai “kemampuan untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan melakukannya dengan cara tidak mengurangi kemampuan orang lain dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka”. Belajar bertanggung jawab adalah proses seumur hidup. Kita perlu belajar mengoreksi diri bila berbuat salah dan membanggakan diri bila berbuat benar. Oleh karena itu, bagian esensial pada terapi realitras adalah mencakup moral, standar nilai, pertimbangan nilai, serta benar-salah perilaku karena semuanya berkaitan erat dengan pemenuhan kebutuhan akan rasa berguna.

Dalam melaksanakan terapi realitas, Glasser menganjurkan teknik sebagai berikut :

1. KeterlibatanTerapis harus dapat melibatkan diri dengan klien yang akan dibantunya, karenanya terapis harus memperlihatkan sikap hangat dan ramah. Kehangatan dan sikap memahami adalah hal penting yang harus ada dan diperlihatkan agar dapat membantu klien.

2. Perilaku sekarangSebagai kelanjutan dari sekap hangat dan kesediaan terapis untuk melibatkan diri dengan klien, klien akan merasa dibantu untuk menyadari perilakunya sekarang. Mengetahui perilaku sekarang dianggap penting karena orang sering menghindar dari perilakunya sekarang dengan menekankan bagaimana ia ‘merasakan’ daripada bagaimana ia ‘berbuat’. Perasaan sebenarnya cukup penting, tetapi jauh lebih penting adlah apa yang dilakukan sekarang.

Page 4: PSIKOTERAPI PENDEKATAN REALITAS

3. Menilai diri sendiriKlien harus melihat perilakunya sendiri secara kritis, apakah itu baik bagi dirinya, orang lain maupun lingkungan sosialnya. Terapis tidak menilai atau menerangkan apa yang dilakukan pasien benar atau salah. Terapis membimbing klien untuk menilai perilakunya sendiri, selanjutnya membantu klien untuk menyusun rencana mengenai apa yang akan dilakukan oleh klien. Namun pernyataan “saya harus berubah” harus ada dan dinyatakan sendiri oleh klien.

4. Merencanakan tindakan yang bertanggung jawabSegera setelah klien melakukan penilaian, ia dibantu untuk menyusun rencana tindakan yang lebih bertanggung jawab. Rencana tindakan sebaiknya cukup realistik, tidak terlalu tinggi atau terlalu banyak sehingga sulit untuk dicapai. Rencana yang telah disusun bukanlah rencana yang kaku dan bila perlu dapat disusun kembali, tapi bukan berarti bahwa terlalu bebas untuk tidak mengikuti rencana yang telah disusun.

5. Perjanjian (commitment)Rencana tindakan yang telah disusun harus dilakukan. Terapis memberi dorongan besar pada klien untuk memenuhi rencana tindakan dengan jalan meminta klien berjanji pada terapis bahwa ia akan melakukannya.

6. Tidak menerima alasanJika klien tidak memenuhi perjanjiannya, penilaian dan penyusunan kembali perlu dilakukan. Jika penyusunan rencana benar, perlu dilihat pada perjanjian klien untuk melakukan rencana. Jika perjanjian dan keterlibatan klien untuk melakukan sesuatu masih ada, terapis mendorongnya. Terapis harus memperthankan perjanjian yang telah dibuat.

7. Tidak ada hukumanTidak ada hukuman sama pentingnya dengan tidk menerima alasan, karena hukuman akan mengurangi keterlibatan klien dan menyebabkan kegagalan untuk mengidentifikasi kegagalannya secara lebih rinci. Dengan menerima tanggung jawab terhadap perilakunya sendiri dan bertindak matang untuk merubahnya, klien akan menemukan dirinya sendiri, tidak merasa tersisih, memenuhi kebutuhan akan kasih sayang dan penghargaan serta menemukan identitas diri.

Pendekatan dengan teknik terapi realitas telah banyak berkembang. Dapat dilakukan pada konseling perorangan, kelompok, konseling perkawinan, terapi keluarga, konseling pendidikan, pekerjaan atau jabatan serta pekerjaan sosial. Pendekatan ini

Page 5: PSIKOTERAPI PENDEKATAN REALITAS

dapat pula dilakukan pada semua persoalan psikologis mulai dari gangguan emosi ringan sampai yang berat sepeti psikosis.

Tujuan Psikoterapi Realitas

1. Membimbing klien agar dapat memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa campur tangan pihak lain

2. Membimbing klien untuk menentukan keputusan yang bertanggung jawab dan untuk bertindak dengan menyadari sepenuhnya akan akibat dari tindakannya

3. Membimbing klien untuk mempelajari tingkah laku yang realistis dan bertanggung jawab serta mengembangkan “identitas keberhasilan”

4. Membantu klien dalam membuat pertimbangan-pertimbangan nilai tentang tingkah lakunya sendiri dan dalam merencanakan tindakan bagi perubahan.

Pustaka : Dari berbagai sumber