PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK

15
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK KEDUDUKAN ILMU JIWA ANAK DAN SEJARAHNYA 1. Kedudukan ilmu jiwa anak dan latar belakang historisnya. 2. Sejarah singkat psikologi anak 1. KEDUDUKAN ILMU JIWA ANAK DAN LATAR BELAKANG HISTORISNYA Ilmu jiwa anak dan ilmu jiwa masa muda. Kedua-duanya disebut sebagai ilmu JIWA GENETIS atau ILMU JIWA PERKEMBANGAN: kedua- duanya merupakan bagian dari psikologi. Orang mengkhususkan sistematika dari proses perkembangan. Mengingat adanya (1) sifat-sifat yang karakteristik, (2) perbedaan-perbedaan tertentu, dan (3) adanya ciri-ciri khusus pada anak manusia. Hal ini disebabkan oleh karena: taraf perkembangan anak manusia itu memang selalu berlainan sifat dan ciri-cirinya seorang bayi misalnya. Oleh adanya perbedaan sifat dan ciri-ciri setiap perkembangan tadi, orang lalu membuat sistematika dari tiga jenis psikologi, yaitu: a. Psikologi genetis atau psikologi perkembangan (psikologi anak); dimulai dengan periode masa bayi, anak pemain, anak sekolah, masa remaja, sampai periode adolesens menjelang dewasa.

description

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK

Transcript of PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK

Page 1: PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK

KEDUDUKAN ILMU JIWA ANAK

DAN SEJARAHNYA

1. Kedudukan ilmu jiwa anak dan latar belakang historisnya.

2. Sejarah singkat psikologi anak

1. KEDUDUKAN ILMU JIWA ANAK DAN LATAR BELAKANG HISTORISNYA

Ilmu jiwa anak dan ilmu jiwa masa muda. Kedua-duanya disebut sebagai ilmu JIWA

GENETIS atau ILMU JIWA PERKEMBANGAN: kedua-duanya merupakan bagian dari

psikologi.

Orang mengkhususkan sistematika dari proses perkembangan. Mengingat adanya (1) sifat-

sifat yang karakteristik, (2) perbedaan-perbedaan tertentu, dan (3) adanya ciri-ciri khusus pada

anak manusia. Hal ini disebabkan oleh karena: taraf perkembangan anak manusia itu memang

selalu berlainan sifat dan ciri-cirinya seorang bayi misalnya. Oleh adanya perbedaan sifat dan

ciri-ciri setiap perkembangan tadi, orang lalu membuat sistematika dari tiga jenis psikologi,

yaitu:

a. Psikologi genetis atau psikologi perkembangan (psikologi anak); dimulai dengan periode

masa bayi, anak pemain, anak sekolah, masa remaja, sampai periode adolesens menjelang

dewasa.

b. Psikologi umum; yaitu psikologi yang mempelajari tingkah laku manusia budaya yang

normal dan dewasa.

c. Gerontologi; yaitu ilmu jiwa yang mempelajari semua permasalahan yang terdapat pada

usia tua.

Page 2: PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK

Ilmu jiwa lama atau ilmu jiwa sebelum 1900, biasa disebut sebagai ilmu jiwa asosiasi,

yang berpendapat, bahwa jiwa itu adalah pasif sifatnya. Karena itu gejala-gejala kejiwaan

bisa diselidiki dengan metode-metode yang dipakai dalam penelitian ilmu alam.

Khususnya mempelajari sebab dan akibat, menurut hukum-hukum kausalitas.

Ilmu jiwa asosiasi berpendirian, bahwa setiap peristiwa psikis itu merupakan akibat

langsung dari perangsang-perangsang fisik yang berasal dari luar; sehingga terjadi

perubahan-perubahan dalam organisme manusia dan dalam susunan urat syrafnya.

Menurut prinsip ilmu jiwa kuna, keseluruhan adalah sama dengan jumlah (totalitas) dari

bagian-bagiannya. Oleh karena itu proses kejiwaan yang lebih tinggi tarafnya (seperti

berfikir, mengkhayal, menimbang, merasa, berkemauan, dan lain-lain) itu terbentuk

karena adanya hubungan dan kombinasi dari unsur-unsur kejiwaan yang sederhana dan

bertaraf lebih rendah. Maka hubungan dan kombinasi dari unsur-unsur inilah yang

lazimnya disebut sebagai asosiasi. Oleh pendirian semacam ini ilmu kuna disebut pula

sebagai ilmu jiwa asosiasi. Ilmu jiwa modern/baru (yang pada dasarnya mempunyai

pendirian yang sangat bertentangan dengan prinsip-prinsip ilmu jiwa asosiasi) dengan

tegas mengemukakan pendirian sebagai berikut: totalitas keseluruhan itu adalah lebih

daripada jumlah bagian-bagiannya. Setiap peristiwa kejiwaan itu tidak dapat dipisahkan

dari subjeknya; tidak bisa diceraikan dari pribadi seseorang (anak) yang menampilkan

peristiwa kejiwaan tadi. Jiwa itu dianggap sebagai pusat tenaga batin, yang memberikan

nafas kehidupan pada manusia dengan segenap tingkah lakunya.

Sampai pada abad ke-19, tujuan akhir pendidikan ialah: mengisi otak anak-anak

sebanyak-banyaknya dengan pengetahuan orang dewasa dalam waktu sesingkat-

singkatnya.

2. SEJARAH SINGKAT PSIKOLOGI ANAK

Karl Buhler menulis buku “Die geistige Endwicklung des Kindes” (perkembangan jiwani

anak) pada tahun 1918. Dan Koffka menulis buku “Die Grundlagen der psychischen

Entwicklung” (Azas dasar dari perkembangan psikis) pada tahun 1921.

Doktor Spranger menulis buku “psychologie des jugendalters” (Psikologi dari masa muda).

Sedang sarjana-sarjana Belanda dalam ilmu pendidikan yang banyak menulis buku anatara

Page 3: PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK

lain: Gunning, Kohnstamm, Bigot, Palland, Sis Heyster, J. Bijl, Roels dan Lievegoed. Sarjana

lainnya ialah: Meumann, Koffka dan Kroh (Jerman); Dr. Schuyten, Tobie Jonckheere,

Decroly (Belgia); Sikorski, dan Pavlov (Rusia); van Wagenburg, van Ginneken, Frater

Rombouts, Casimir, Waterink, Langeveld dan laain-lain (Belanda).

MEMASUKI DUNIA KANAK-KANAK

1. Pemahaman dunia anak-anak

2. Fase pasif dan fase aktif

3. Metode pendekatan obyektif dan subyektif

4. Metode pendekatan lainnya

1. PEMAHAMAN DUNIA KANAK-KANAK

Apabila kita hendak memahami kehidupan anak bayi dan anak-anak yang masih sangat

muda, maka kita harus banyak menyandarkan diri pada observasi terhadap tingkah laku

anak-anak tersebut. Sebab anak-anak itu tidak bisa bercerita tentang keadaan diri sendiri,

dan tidak mampu mengungkapkan kehidupan psikisnya.

Ada tiga jenjang pokok yang terdapat pada kehidupan anak manusia menuju kedewasaan:

a. Konsepsi/conceptie dirinya, ada dalam kandungan ibunya, sebagai satu wujud atau

sebagai organisme yang tumbuh.

b. laKehirannya di dunia, yang memberikan kejutan-kekuatan-kesakitan, sehingga ia

mengeluarkan jerit tangis melengking ketika harus meninggalkan rahim ibunya.

c. Kemampuan realisasi diri, menjadi pribadi/person.

2. FASE PASIF DAN FASE AKTIF

Pribadi anak yang pada suatu saat berusaha secara aktif untuk membangun dirinya (dalam

artian: memberikan bentuk dan isi pada kehidupan sendiri) itu pada mulanya ada dalam

keadaan pasif, atau bersifat pasif. Sejak saat permulaan kelahirannya, ia sudah dipastikan

oleh warisan-warisan alami; yaitu pembawaan psiko-fisik yang herediter. Warisan psiko-

Page 4: PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK

fisik ini tidak bisa diminta tetapi diberikan oleh orang tuanya.

Fase kemudian, pada saat anak bisa menghayati diri sendiri sebagai AKU atau person,

dapat disebut sebagai fase aktif. Pada saat itu, anak mulai menyadari bahwa ia mempunyai

kemauan. Ia lalu mengantisipasikan satu masa mendatang (sesuatu yang belum terjadi, dan

ingin dicapainya), melalui penggabungan semua pengalaman hidupnya di masa lampau,

sekarang, dan dihari kemudian.

3. METODE PENDEKATAN OBYEKTIF DAN SUBYEKTIF

Ada beberapa cara pendekatan guna mengadakan studi terhadap kehidupan anak-anak.

Yang pertama dengan melakukan observasi secara teratur dan sistematis, dan mengukur

dimensi-dimensi obyektif yang tampak pada perilaku anak. Inilah yang disebut pendekatan

obyektif. Misalnya mengukur berat dan tinggi badannya, kemampuan-kemampuan

jasmaniah dan tingkah laku tertentu; antara lain kemampuan menggunakan jari-jemari,

kemahiran berjalan. Kemajuan bahasa, prestasi sekolah, test belajar, dan lain-lain.

Kedua menggunakan pendekatan subyektif; yaitu tidak meneliti setiap potensi yang bisa

dilihat atau bisa diukur, akan tetapi berusaha mencatat dan mempermasalahkan antara lain,

isi kehidupan batiniah anak, pendapat dan pandangannya, keinginan dan perasaannya yang

paling dalam, dan lain-lain. Sebagai contoh kami kemukakan peristiwa sebagai berikut;

dinilai secara obyektif, anak yang berumur 4 tahun itu mempunyai tinggi badan 95 cm

dengan berat badan 11-12 kg. Pertumbuhan jasmaniah anak bisa diketahui dengan

mengukur berat badan, panjang badan, ukuran-ukuran lingkar kepala, lingkar pinggang

atau pinggul, dan lingkar dada si anak. Secara obyektif anak tersebut bisa dikatakan ia

lebih besar atau lebih kecil daripada rata-rata anak umur 4 tahun.

Akan tetapi pendekatan subyektif berusaha menjelaskan perasaan dan fikiran anak menurut

kriteria anak sendiri. Maka tanggapan anak mengenai diri sendiri dan orang lain (termasuk

orang tuanya) hendaknya secara psikologis dinilai lebih berat dan lebih penting daripada

kondisi jasmaniahnya. Ringkasnya, pendekatan secara subyektif itu mengharuskan kita

untuk menilai anak dengan kriteria anak itu sendiri. Jadi menilai dan memahami sesuai

dengan perasaan dan fikiran anak; sesuai dengan daya persepsi dan motivasi-motivasinya.

Untuk memahami hakekat anak, kecuali pemahaman tentang dimensi-dimensi yang

Page 5: PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK

obyektif (menyajikan informasi kuantitatif yang bisa diukur secara cermat), juga

diperlukan pemahaman dimensi-dimensi subyektif dari anak (yang memberikan data

kualitatif). Pendekatan secara obyektif yang memberikan data obyektif dan kuantitatif itu

sifatnya impersonal. Sedang pendekatan secara subyektif, yang memberikan informasi

subyektif serta kualitatif yang sukar diukur dengan cermat, sifatnya personal atau pribadi.

Memang perlu bagi para pendidik dan orang tua untuk bisa mengamati tingkah laku anak

secara obyektif, dan mengukurnya dengan tepat. Akan tetapi yang lebih penting lagi ialah

kemampuan memahami dan menginterprestasikan kehidupan psikis anak, dilihat dari

pribadi dan kepentingan anak sendiri. Sehingga dengan begitu tidak akan terjadi salah

paham, dan tidak timbul relasi “kortsluiting” dengan anak. Sebab kesalahan paling banyak,

dan merupakan kesulitan paling besar yang harus dihadapi orang tua dewasa pada

umumnya dalam usaha pendidikan ialah: melihat semua gejala yang tampak pada anak

menurut pandangan dan pendirian orang dewasa sendiri (yang diwarnai perasaan, ide-ide,

sikap stereotipis, dan prasangka tertentu). Sehingga terjadi salah paham, salah interprestasi,

salah mengerti, dan salah-langkah, pada orang dewasa. Untuk mengatasi kesulitan tersebut,

seyogyanya kita tidak hanya berlaku sebagai seorang pengamat yang hanya melakukan

observasi secara cermat; dan menghitung dengan teliti semua aktifitas karakteristik dari

anak dengan cara impersonal, tetapi juga sebagai seorang partisipan yang bisa

mengidentifikasi diri dengan pribadi anak, dan juga berusaha ikut merasakan dan terlibat

dalam kehidupan perasaan serta kegiatan anak; mencoba memahami arti personal dari

setiap gerak dan tingkah laku anak. Jadi ada proses menyatu atau “ajur ajer” dan tepa

salira. Untuk bisa lebih memahami orang lain, harus mengembangkan kemampuan

memahami diri sendiri; yaitu memahami perasaan sendiri, dalam kaitan penghayatan

terhadap kehidupan emosional orang lain yang tengah berkomunikasi dengan kita.

Pengertian tentang diri sendiri dan ekseptasi-diri jelas akan sangat menentukan sikap kita

terhadap orang lain; untuk selanjutnya mengambil sari pelajaran dari semua pengalaman.

Selanjutnya, pengertian tentang diri orang lain akan memberikan saham yang berguna

untuk lebih memahami diri sendiri, dan memperbaiki segala kekeliruan dan kekurangan.

Maka proses pemahaman diri orang lain dan proses penemuan/pemahaman diri pribadi itu

saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Pribadi yang sehat lahir batinnya

dan dewasa secara emosional itu pasti mampu mengintegrasikan secara harmonis

Page 6: PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK

pengalaman masa lampau dengan penghayatan masa sekarang, tanpa banyak konflik dan

tanpa penyesalan diri. Sehingga orang bisa menerima keadaan dirinya secara wajar. Dan

dengan kewajaran ini ia akan sanggup memahami keadaan serta hakekat anaknya sendiri

dan anak-didik, di dalam kewajaran kondisi dan situasinya.

4. METODE PENDEKATAN LAINNYA

Disamping metode observasi secara obyektif dan pendekatan subyektif tadi, kita juga bisa

menggunakan pendekatan dengan cara lain. Antara lain dengan:

1) Eksperimen: dengan memberikan “tugas” atau kegiatan percobaan pada anak.

2) Metode klinis: dalam klinik-klinik spesial, dengan situasi kondisi khusus orang

berusaha mengamati kemampuan anak-anak, untuk tujuan medis atau tujuan pedagogis.

3) Metode pengumpulan: merupakan metode pendekatan yang tidak langsung

(berkontak).

4) Opname film: dengan bantuan alat-alat kinematografis orang berusaha mempelajari

macam-macam tingkah laku anak.

5) Metode angket dan metode statistik: metode ini banyak dilakukan di Amerika Serikat.

Peneliti mengirimkan banyak kertas angket berisikan daftar pertanyaan-pertnyaan,

yang dijawab oleh orang tua.

6) Metode biografis: biografi, terutama otobiografi anak-anakusia sekolah dan anak puber,

banyak memberikan informasi dan penjelasan pada taraf pengembangan psikologis

anak.

7) Wawancara: orang mengumpulkan bahan-bahan studi dengan mengajak bercakap-

cakap, muka berhadapan muka dengan anak-anak.

Wawancara ini bisa juga interview diagnostik, untuk menentukan jenis gangguan psikis

dan gangguan batin lain-lainnya. Kadangkala wawancara juga dipakai sebagai interview

treatment, yang berfungsi sebagai terapi katharsis (terapi pencucian dan pembersihan jiwa)

guna penyembuhan gangguan-gangguan psikis serta konflik-konflik batin pada anak-anak.

Page 7: PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK

PERTUMBUHAN, PERKEMBANGAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHINYA.

1. Pertumbuhan dan perkembangan

2. Teori mengenai dinamisme perkembangan

1. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

Dalam kehidupan anak ada dua proses yang beroperasi secara kontinu, yaitu pertumbuhan

dan perkembangan. Kedua proses ini berlangsung secara interdependen, saling bergantung

satu sama lainnya. Kedua proses itu tidak bisa dipisahkan dalam bentuk-bentuk yang murni

berdiri sendiri-sendiri; akan tetapi bisa dibedakan untuk maksud; lebih mudah

memahaminya. Difinisi: Pertumbuhan ialah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari

proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat,

dalam passage (peredaran waktu) tertentu. Pertumbuhan dapat diartikan pula sebagai: proses

transmisi dari konstitusi fisik (resam tubuh, keadaan jasmaniah) yang harediter/turun-

temurun dalam bentuk proses aktif secara berkesinambungan.

Hasil pertumbuhan antara lain berwujud bertambah panjangnya badan anak, tubuh bertambah

berat, tulang-tulang jadi lebih besar-panjang-berat-kuat, perubahan dalam sistem persyarafan;

dan perubahan-perubahan pada struktur jasmaniah lainnya. Dengan begitu, pertumbuhan bisa

di sebutkan pula sebagai proses perubahan dan proses pematangan fisik.

Pertumbuhan jasmaniah berakar pada: organisme yamg selalu berproses untuk menjadi (the

process of coming into being). Jelasnya, organisme merupakan sistem yang mekar secara

kontinu, yang selalu “beroperasi” atau berfungsi; juga bersifat dinamis dan tidak pernah statis

secara komplit (kecuali kalau sudah mati). Pertumbuhan jasmaniah ini dapat diteliti dengan

mengukur (1) berat, (2) panjang dan (3) ukuran lingkaran; umpama lingkar kepala, lingkar

dada, lingkar pinggul, lingkar lengan, dan lain-lain.

Page 8: PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan organis ini ada bermacam-macam:

1. Faktor-faktor sebelum lahir.

2. Faktor ketika lahir, antara lain ialah: intracranial haemorrahage atau pendarahan pada

bagian kepala bayi, disebabkan oleh tekanan dari dinding rahim ibu sewaktu ia

dilahirkan.

3. Faktor sesudah lahir, antara lain; oleh pengalaman traumatik (luka-luka) pada kepala,

kepala bagian dalam terlukakarena bayi jatuh.

4. Faktor psikologis; antara lain bayi ditinggalkan ibu, ayah atau kedua orang tuanya.

Perkembangan dalam pengertian sempit bisa disebutkan sebagai: “Proses pematangan fungsi-

fungsi yang non-fisik” Perkembangan anak tidak berlangsung secara mekanis-otomatis.

Sebab perkembangan tersebut sangat bergantung pada beberapa faktor secara simultan, yaitu:

1) Fakto herediter (warisan sejak lahir, bawaan)

2) Faktor lingkungan yang menguntungkan, atau yang merugikan

3) Kematangan fungsi-fungsi organis dan fungsi-fungsi psikis

4) Aktivitas anak sebagai subyek bebas yang berkemauan, kemampuan seleksi, bisa

menolak atau menyetujui, punya emosi, serta usaha membangun diri sendiri.

Definisi: Perkembangan ialah perubahan-perubahan psiko-fisik sebagai hasil dari proses

pematangan fungsi-fungsi psikis dan fisik pada anak, ditunjang oleh faktor lingkungan dan

proses belajar dalam passage waktu tertentu, menuju kedewasaan.

Perkembangan dapat diartikan pula sebagai: proses transmisi dari konstitusi psiko-fisik yang

herediter, dirangsang oleh faktor-faktor lingkungan yang menguntungkan, dalam perwujudan

proses aktif-menjadi secara kontinu.

Setiap fenomena/gejala perkembangan anak merupakan produk dari kerja-sama dan

pengaruh timbal-balik antara potensialitas hereditas dengan faktor-faktor lingkungan.

Jelasnya perkembangan merupakan produk dari:

1) Pertumbuhan berkat pematangan fungsi-fungsi fisik

2) Pematangan fungsi-fungsi psikis

Page 9: PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK

3) Usaha “belajar” oleh subyek/anak, dalam mencobakan segenap potensialitas rokhani dan

jasmaniahnya.

2. TEORI MENGENAI DINAMISME PERKEMBANGAN

Menurut teori dorongan, segenap tingkah laku anak itu dirangsang dari dalam; yaitu oleh

dorongan-dorongan instink-instink tertentu guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya.

Jika kebutuhan-kebutuhan yang vital-biologis maupun yang sosial-kultural tersebut tidak

atau belum terpenuhi, maka akan timbul ketegangan, iritasi dan frustasi. Dan terjadilah

keadaan tidak seimbang pada dirinya (disequilibrium). Maka, motif utama dalam kehidupan

manusia ialah: usaha menghilangkan segenap ketegangan, iritasi dan frustasi, guna mencapai

keseimbangan/ equilibrium kembali. Inilah yang mendorong semua kegiatan dan setiap

proses perkembangan anak.

Teori lain yaitu teori dinamisme dari organisme mengatakan, bahwa dalam organisme yang

hidup itu selau ada usaha (straving) yang positif. Organisme ini memiliki “mesin”, kapasitas,

dan impuls-impuls tertentu yang dipakai untuk memobilisir semua kemampuan, agar

berfungsi dan bisa dimanfaatkan. Dalam unsur kehidupan itu selalu ada tenaga-pendorong-

maju (forward impetus) untuk bergiat, berubah dan berkembang.

Jadi tidak hanya terdapat impuls untuk:

1) Menghilangkan ketegangan

2) Membebaskan diri dari hal-hal yang tidak senang saja: akan tapi pad setiap anak justru

3) Ada juga impuls-impuls untuk mencari ketegangan, dengan jalan bereksperimen dan

mencari petualangan baru.

4) Di samping itu setiap anak yang normal dan sehat senantiasa dibekali oleh ALAM

dengan impuls-impuls untuk mencapai satu tujuan.

Anak merupakan agen subyek aktif yang memfungsikan segenap kemampuan dalam proses

perkembangannya. Dalam perkembangan anak terdapat impuls-impuls bawaan yang

mendorong segenap mekanisme dari potensialitasnya untuk berfungsi aktif, berkembang dan

terus maju. Jika fungsi-fungsi psiko-fisik itu mengalami proses pematangan, maka terjadilah

Page 10: PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK

proses pemekaran dan pembukaan dari “lipatan” pada setiap potensi organisme. Inilah yang

disebut sebagai prose perkembangan. Dalam melatih segenap kemampuan jasmani-rokhani

itu anak merupakan author (pembuat, maker) bagi diri sendiri, untuk hari sekarang dan masa

mendatang.