Psikologi Kepribadian Skinner
-
Upload
julius-wisnu -
Category
Documents
-
view
19 -
download
3
description
Transcript of Psikologi Kepribadian Skinner
Tugas Makalah Teori Kepribadian B.F. Skinner
Untuk Memenuhi Mata Kuliah Psikologi Kepribadian
Dosen Pengampu : Selly Astriana, S.Psi., M.A.
Nama Kelompok :
Ririn Hernawati (G0114084)
Siti Aisyah (G0114095)
Thalia Samuel Suhardjo (G0114098)
Widiyanto Ramadhoni S. (G0114103)
Program Studi Psikologi
Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta
2015
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Psikologi merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang sifat, sikap,
dan perilaku mental manusia. Cabang-cabang di dalam psikologi pun beragam, salah satunya
psikologi kepribadian. Psikologi kepribadian merupakan salah satu bidang kajian psikologi yang
mempelajari tingkah laku manusia dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Psikologi
kepribadian berkaitan erat dengan psikologi perkembangan dan psikologi sosial, karena
kepribadian merupakan hasil dari perkembangan individu sejak masih kecil dan berkaitan
dengan bagaimana individu berinteraksi sosial dengan lingkungannya. Sebenarnya ilmu ini telah
lama dipergunakan, hanya saja dalam pemberian nama yang berbeda. Istilah yang digunakan itu
misalnya Ilmu Watak, Teori Kepribadian, Typologie, dan lain-lain. Psikologi kepribadian lebih
fokus pada ciri sifat dan karakter individu.
Para ahli psikologi seperti Sigmund Freud, Alfred Adler, Carl Gustay Jung, Erik H
Erikson, Erich Fromin, Karen horney, B.F. Skinner, Bandura, Hans J Eysenk, dan lain-lain telah
banyak memberikan sumbangan gagasan maupun teori tentang psikologi kepribadian. Akan
tetapi, pada kesempatan kali ini kami akan membahas teori kepribadian B.F Skinner.Teori
kepribadian B.F Skinner merupakan teori yang membahas mengenai teori belajar behaviorisme.
Sebenarnya teori belajar behaviorisme ini telah berkembang mulai abad ke-19 dengan pencetus
awalnya psikolog dari Rusia, yaitu Ivan Pavlov dengan teorinya yang dikenal dengan istilah
pengkondisian klasik (classical conditioning). Barulah kemudian peran dari B.F Skinner yang
mengembangkan lebih jauh mengenai teori belajar behaviorisme ini. Behaviorisme merupakan
aliran yang revolusioner, kuat dan berpengaruh serta memiliki akar sejarah yang cukup dalam.
Di antara para ahli yang mencetuskan mengenai teori belajar behaviorisme ini, B.F Skinner lah
yang paling produktif dalam mengemukakan gagasan dan penelitiannya, serta yang paling
berpengaruh, dan dapat menjawab segala macam tantangan serta kritikan atas behaviorisme.
Pada intinya, teori belajar behaviorisme ini berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan
diamati. Dengan dilakukannya pengulangan dan pelatihan supaya perilaku dari individu yang
diobservasi mengalami perubahan ke arah yang lebih baik dan mencapai hasil yang diinginkan.
Perilaku yang diinginkan akan mendapatkan penguatan yang positif sementara perilaku yang
tidak diinginkan akan diberikan penguatan negatif agar sedikit demi sedikit perilaku negatif itu
tidak tampak pada individu tersebut. Karena semua tingkah laku baik yang dikehendaki maupun
tidak, diperoleh melalui belajar dan lingkungan.
Pada makalah ini, kami bertujuan untuk membahas lebih lanjut mengenai teori belajar
behaviorisme yang memiliki kaitannya dengan pembentukan kepribadian dari setiap individu.
B. Rumusan Masalah
1. Apa teori yang dikemukakan oleh B.F. Skinner?
2. Apa hubungan antara teori belajar behaviorisme dengan pembentukan kepribadian
dari setiap individu?
C. Tujuan Penelitian
a. Menjelaskan teori belajar behaviorisme yang dikemukakan oleh B.F. Skinner.
b. Menjelaskan hubungan antara teori belajar behaviorisme dengan pembentukan
kepribadian dari setiap individu.
BAB II
Pembahasan
Dalam psikologi, teori belajar selalu dihubungkan dengan stimulus-stimulus respon dan
teori-teori tingkah laku yang menjelaskan respon makhluk hidup dihubungkan dengan stimulus
yang didapat dalam lingkungannya. Proses yang menunjukkan hubungan yang terus-menerus
antara respon yang muncul serta rangsangan yang diberikan dinamakan suatu proses belajar
(Tan, 1981 dalam Sobur, 2003). Salah satu dari teori belajar itu dapat dilakukan pendekatan
melalui pendekatan behavioristik, yang berarti suatu sudut pandang yang menekankan kajian
ilmiah berbagai respon perilaku yang dapat diamati dan penentu lingkungannya. Dengan kata
lain pendekatan perilaku memusatkan pada interaksi dengan lingkungan yang dapat dilihat dan
diukur. Prinsip-prinsip pendekatan perilaku tersebut dapat membantu orang untuk mengubah
perilakunya ke arah yang lebih baik.
Pada awalnya, penelitian behaviorisme dilakukan di dalam laboratorium. Meskipun saat
ini banyak dilakukan di luar laboratorium, seperti di rumah, sekolah, dan lingkungan luar
lainnya. Teori belajar behaviorisme ini dianut oleh Burrhusm Frederic Skinner, seorang psikolog
asal Amerika Serikat (1904 – 1990). Skinner menjelaskan bahwa manusia pada dasarnya
dilahirkan netral “tabula rasa”. Lingkungan yang menentukan arah perkembangan tingkah laku
manusia lewat proses belajar. Perkembangan manusia bisa dikendalikan ke arah tertentu
sebagaimana ditentukan oleh lingkungan dengan rekayasa yang bersifat impersonal dan direktif.
Aliran yang dianut oleh Skinner ialah deterministik. Skinner menekankan bahwa apa yang kita
lakukan merupakan ujian terakhir atas diri kita sebenarnya. Ia meyakini bahwa ganjaran dan
hukuman menentukan perilaku kita. Misalnya, seorang anak mungkin berperilaku sopan karena
orang tuanya telah memberikan ganjaran bagi perilaku tersebut. Orang dewasa mungkin bekerja
keras pada pekerjaannya karena uang yang didapat dari usahanya. Kita melakukan hal-hal ini,
menurut kaum behavioristik, bukan karena motivasi mendalam untuk menjadi seorang yang
kompeten, tetapi lebih karena kondisi lingkungan yang kita alami dan terus kita alami. (Skinner,
1983 dalam King, 2010).
Psikolog yang melakukan pendekatan pembelajaran dari sudut pandang behaviorisme,
mendefinisikan pembelajaran sebagai sesuatu yang sifatnya stabil. Pendekatan behaviorisme ini
telah menekankan sejumlah aturan umum yang menjadi acuan perubahan perilaku dan member
pemahaman terhadap berbagai aspek kehidupan manusia yang membingungkan. Dalam teori
pembelajaran behaviorisme dibagi menjadi dua pembelajaran, yaitu pembelajaran asosiasi
(Associative learning) dan pembelajaran melalui pengamatan (Observational learning).
Pembelajaran asosiasi muncul ketika sebuah hubungan dibuat untuk menghubungkan dua
peristiwa, sementara pembelajaran melalui pengamatan merupakan hal yang umum dilakukan
seseorang, baik dalam situasi pendidikan formal maupun situasi-situasi lainnya. Kemudian
pembelajaran asosiasi dibagi lagi menjadi dua kondisi, yakni pengondisian klasik (Classical
Conditioning) dan pengondisian instrumental (Operant Conditioning). Dalam pengondisian
klasik organisme belajar untuk menghubungkan atau mengasosiasikan dua rangsangan. Sebagai
sebuah hasil dari asosiasi ini, organism belajar untuk mengantisipasi peristiwa-peristiwa dalam
hidupnya. Sementara itu, dalam pengondisian instrumental organism belajar mengenai hubungan
antara sebuah perilaku dan konsekuensinya. Sebagai hasil dari asosiasi atau hubungan ini,
organisme belajar untuk meningkatkan perilaku yang diikuti dengan pemberian ganjaran dan
mengurangi perilaku yang diikuti dengan hukuman. (King, 2010:347).
Untuk teori pembelajaran behaviorisme ini, Skinner lebih menekankan pendekatan pada
pengondisian instrumental. Skinner bertanggung jawab untuk sejumlah perubahan dalam
bagiamana para peniliti mengonseptualisasikan dan meneliti pengondisian operan. Skinner
sangat meyakini bahwa mekanisme belajar semua spesies adalah sama. Pandangan ini
mengarahkannya untuk mempelajari organism yang lebih sederhana dari manusia. Berikut
adalah contoh eksperimen dan hasilnya yang dilakukan oleh B.F Skinner:
A. Menggunakan burung merpati
Selama Perang Dunia II, Skinner melakukan penelitian yang tidak biasa, yakni
menggunakan peluru kendali yang diarahkan oleh seekor burung merpati melalui perilaku
melacak dari burung merpati tersebut . Eksperimen ini dilatarbelakangi oleh keinginan Skinner
untuk membantu angkatan militer selama Perang Dunia II. Sebuah elektroda emas dipasang
diujung paruh burung. Kontak dengan layar yang berisikan gambar dari target diproyeksikan,
kemudian mengirimkan sebuah sinyal yang menginformasikan mekanisme control dari peluru
agar mengarah ke lokasi tujuan. Makanan diberikan sewaktu-waktu kepada burung merpati
untuk mempertahankan perilaku melacaknya. Setelah melakukan eksperimen dengan burung
merpati, Skinner menuliskan sebuah novel Walden two yang berisi gagasan tentang membangun
sebuah masyarakat yang teratur secara ilmiah. (King, 2010: 358)
B. Menggunakan tikus
Sebuah ekperimen yang cukup popular bernama “kotak Skinner”. Di dalam kotak tidak
ada apa-apa kecuali sebuah tuas yang menonjol dengan pring makanan dibawahnya. Sebuah
lampu kecil di atas tuas dapat dinyalakan menurut kehendak peneliti. Tikus yang berada
sendirian di dalam kotak bergerak kesana kemari sambil mengeksplorasi. Terkadang ia
mengamati tuas dan menekannya. Kecepatan tikus menekan tuas adalah tingkat penekanan tuas
dasar (baseline). Setelah menentukan tingkat dasar, peneliti memasang wadah makanan di luar
kotak. Sekarang setiap kali tikus menekan tuas, pelet makanan kecil masuk ke piring. Tikus
memakan pelet dan segera menekan tuas lagi; makanan memperkuat (reinforce) penekanan tuas
dan kecepatan penekanan tuas meningkat secara dramatis. Jika wadah makanan dilepas sehingga
menekan tuas tidak lagi menghasilkan pelet makanan, kecepatan penekanan tuas akan menurun.
Dengan demikian respon pengkondisian operan (atau disebut operan saja) mengalami
pemadaman (extinction) jika tidak terdapat penguatan (nonreinforcement) sama seperti respon
pengondisian klasik.
Jadi, pengondisian operan meningkatkan kemungkinan respons dengan mengikuti
perilaku dengan penguat (sering kali sesuatu seperti makanan atau air). Karena tuas selalu ada di
dalam kotak Skinner, tikus dapat berespons sekerap atau sejarang yang dipilihnya. Dengan
demikian, tingkat respons organism sangat berguna untuk mengukur kekuatan operan; semakin
sering respons terjadi selama interval waktu tertentu, semakin besar kekuatannya. (Atkinson et.al
2010).
Dalam pengondisian operan, Skinner membedakan dua tipe respons tingkah laku, yakni
responden dan operan. Dalam arti singkatnya, tingkah laku responden adalah suatu respons yang
spesifik yang ditimbulkan oleh stimulus yang dikenal, dan stimulus itu selalu mendahului
respons. Tingkah laku responden yang tarafnya lebih tinggi, dimiliki oleh individu melalui
belajar dan bisa dikondisikan (Psychoshare, 2014). Cara pengondisian tersebut melalui:
1. Mencatat tingkah laku operant
Dalam pengondisian operant, tingkah laku organism perlu diukur dan dicatat begitu
tingkah laku itu muncul karena sumber data psikologi yang paling berarti adalah tingkatan
merespons dari organisme (jumlah respons yang dihasilkan dari waktu tertentu). Pengondisian
operant ini memungkinkan peneliti bisa menguji atau memeriksa bagaimana variabel-variabel
(penguatan atau hukuman). Mengetahui tingkah laku operant dalam periode yang diperpanjang.
(Psychosare, 2014).
2. Jadwal penguatan
Jadwal penguatan (schedule of reinforcement) merupakan jadwal yang menentukan
kapan sebuah perilaku akan dikuatkan. (Lejeune et.al, 2006 dalam King, 2010). Penguatan
terbagi menjadi dua, yaitu penguatan berkesinambungan (continous reinforcement), di mana
sebuah perilaku dikuatkan setiap kali perilaku itu muncul. Ketika penguatan berkesinambungan
ini muncul, organisme akan belajar dengan cepat. Namun ketika penguatan dihentikan, maka
pelenyapan juga akan terjadi cukup cepat. Selanjutnya adalah penguatan sebagian (partial
reinforcement), jika suatu perilaku telah terbentuk ia dapat dipertahankan apabila ia diperkuat
hanya suatu waktu saja. Namun pemadaman setelah pemeliharaan suatu respons pada penguatan
parsial jauh lebih lambat dibandingkan pemadaman setelah pemeliharaan suatu respons pada
penguatan berkesinambungan.
Diketahui bahwa jadwal penguatan menentukan pola respons. Beberapa jadwal
dinamakan rasio jadwal, karena penguatan tergantung pada jumlah respons yang dibuat oleh
organisme. Rasio jadwal dibagi menjadi empat, yakni rasio tetap, rasio bervariasi, interval tetap,
interval bervariasi.
Jadwal rasio tetap (fixed ratio schedule) menguatkan perilaku setelah terdapat beberapa
perangkat perilaku. Salah satu karakteristik dari jadwal rasio tetap adalah bahwa kinerja
cenderung menurun segera setelah penguatan diberikan.
Jadwal rasio bervariasi (variable ratio schedule) kita masih mendapatkan penguatan
hanya setelah membuat sejumlah respons tertentu yang jumlahnya bervariasi tanpa dapat
diprediksikan. Jadwal rasio bervariasi menghasilkan perilaku yang lebih stabil dan lebih resisten
dari pelenyapan.
Jadwal interval tetap (fixed interval schedule) menguatkan perilaku pertama setelah
jangka waktu tertentu yang telah ditentukan (fixed) berlalu. Pada jadwal interval tetap, hanya
sedikit perilaku yang terjadi hingga tiba waktunya perilaku tersebut akan dikuatkan. Misalnya,
saat mendekati pemilihan kembali dan saat itu jumlah perilaku akan meningkat tajam.
Jadwal interval bervariasi (variable interval schedule) adalah sebuah jadwal dari sebuah
perilaku dikuatkan setelah jumlah waktu tertentu yang bervariasi berlalu. Oleh karena sangat
sulit untuk memprediksikan kapan ganjaran akan datang, maka perilaku cenderung menjadi
lambat dan konsisten pada jadwal interval bervariasi. (Staddon et.al, 2002 dalam King, 2010).
3. Pembentukan (Shaping)
Pembentukan (Shaping) merujuk pada memberikan ganjaran kepada perilaku-perilaku
yang mendekati kepada perilaku yang diinginkan. (Peterson, 2004 dalam King, 2010).
Pembentukan dapat digunakan secara efektif di dalam kelas, dibidang pendidikan (Alberto &
Trautman, 2006 dalam King, 2010). Misalnya, seorang guru menargetkan 100% kepada
muridnya untuk mengerjakan tugas. Kemudian setiap kali ada penambahan presentase dari tugas
yang dikerjakan oleh murid, akan mendapatkan ganjaran berupa hak istimewa. Sampai pada
akhirnya murid-murid berhasil mengerjakan tugas secara keseluruhan sesuai dengan target guru.
Oleh karena itu, pembentukan sangat menolong, khususnya untuk mempelajari tugas yang
membutuhkan waktu dan keteguhan untuk menyelesaikannya.
4. Prinsip Penguatan
Penguatan (reinforcement) adalah sebuah proses pada sebuah rangsangan atau peristiwa
dikuatkan atau meningkatkan kemungkinan dari sebuah perilaku atau sebuah peristiwa yang
menyertainya (King, 2010). Teori ini berfokus pada apa yang terjadi pada seorang individu
ketika bertindak. Teori ini digunakan sebagai alat untuk menganalisis mekanisme pengendalian
untuk perilaku individu. Dalam pemberian penguatan (reinforcement) harus konsisten, segera,
dan positif setelah tingkah laku (respon) yang diinginkan atau diprogramkan.
Prinsip penguatan dibagi menjadi dua, yaitu penguatan positif dan penguatan negatif.
Pada penguatan positif (positive reinforcement), frekuensi dari suatu perilaku meningkat karena
perilaku tersebut diikuti oleh rangsangan ganjaran. Kebalikannya, dalam penguatan negatif
(negative reinforcement), frekuensi dari sebuah perilaku meningkat karena perilaku tersebut
diikuti oleh hilangnya rangsangan yang tidak menyenangkan.
Kemudian Skinner berpendapat bahwa penguatan positif dapat diklasifikasikan sebagai
penguatan primer dan penguatan sekunder berdasarkan apakah sebuah perilaku terjadi secara
alamiah (tidak dipelajari atau dipelajari). Penguatan primer (primary reinforcement) merupakan
kejadian atau objek yang memiliki sifat memperkuat secara inheren, yaitu terjadi secara alamiah
tanpa memerlukan pembelajaran untuk mendapatkan efek yang menyenangkan. Contoh: makan,
minum, kepuasan seksual, dan lainnya. Sementara itu, penguatan sekunder (secondary
reinforcement) merupakan penguatan yang didapatkan melalui pengalaman yang dikondisikan
melalui proses belajar pada organisme. Contoh: pujian, kontak mata, mendapat tepukan di
panggung, dan lainnya. Menurut Skinner, penguatan sekunder memiliki daya yang besar untuk
pembentukan dan pengendalian tingkah laku. Namun, setiap orang memiliki pengalamannya
masing-masing sehingga penguatan sekunder di setiap orang pun tidak dapat disamakan.
Penguatan Negatif
Perilaku
Rangsangan Tidak
Menyenangkan yang Hilang Perilaku di Masa Depan
Mengerjakan PR tepat waktu.
Guru berhenti mengkritik Anda
karena terlambat mengerjakan
PR.
Semakin berusaha
mengerjakan PR tepat waktu.
Anda melapisi papan ski
dengan lilin.
Orang-orang berhenti
memperhatikan anda ketika
berski ditanjakan.
Papan ski dilapisi lilin ketika
akan bermain ski lagi.
Jarang menekan tombol di
dashboard mobil teman anda
secara acak.
Sebuah lagu yang tidak enak
berhenti.
Anda menekan tombol lagi
saat mendengarkan lagu yang
tidak enak berputar.
Penguatan Postif
Perilaku
Rangsangan Ganjaran yang di
Berikan Perilaku di Masa Depan
Mengerjakan PR tepat waktu. Guru memuji Anda.
Semakin berusaha
mengerjakan PR tepat waktu.
Anda melapisi papan ski
dengan lilin.
Papan ski berjalan dengan lebih
cepat.
Papan ski dilapisi lilin ketika
akan bermain ski lagi.
Jarang menekan tombol di
dashboard mobil teman anda
secara acak.
Terdengar musik yang bagus.
Anda menekan tombol
kembali saat masuk ke dalam
mobil teman.
5. Generalisasi, Diskriminasi, dan Pelenyapan
Generalisasi (generalization) berarti memberikan repons yang sama pada rangsangan
yang serupa. Fokus perhatiannya adalah tingkat dimana perilaku disamaratakan dari satu situasi
ke situasi yang lain. Sebagai contoh, seorang guru memuji siswanya apabila siswa itu
mengajukan pertanyaan yang bagus pada mata pelajaran bahasa Inggris, hal ini disamaratakan
dengan kerja keras dalam sejarah, matematika maupun dalam mata pelajaran yang lain.
Diskriminasi (discrimination) berarti merespons suatu rangsangan yang menunjukkan
bahwa sebuah perilaku akan atau tidak akan dikuatkan. Diskriminasi melibatkan perbedaan
antara stimulus-stimulus dan kejadian-kejadian lingkungan. Contohnya saja seorang siswa tahu
bahwa wadah di meja guru yang bertulisan “ Matematika” adalah tempat ia harus meletakkan
tugas matematika hari ini, sementara wadah lainnya yang bertulisan “ Bahasa Inggris “ adalah
tempat tugas bahasa inggris hari ini harus diletakkan.
Pelenyapan (extinction) merupakan sebuah perilaku yang mucul apabila perilaku yang
sebelumnya mendapat penguatan, tidak lagi dikuatkan, serta terdapat kecenderungan penurunan
perilaku (penghentian penguatan). Sebagai contoh, seorang siswa mendapatkan beasiswa setiap
kali berhasil menjadi juara kelas. Namun, suatu ketika beasiswa dihentikan karena adanya
kekurangan dana dari pihak si pemberi beasiswa sehingga tidak sanggup lagi memberi bantuan.
Ketika pihak pemberi beasiswa tersebut tidak memberi beasiswa lagi, semangat belajar siswa
tersebut menjadi menurun.
6. Penggunaan Stimulus Aversif
Stimulus aversif adalah stimulus yang tidak menyenangkan, tidak diharaokan dan selalu
dihindari oleh organisme. Skinner menyebutkan bahwa ada dua metode yang berbeda
sehubungan dengan penggunaan stimulus aversif ini, yakni pemberian hukuman (punishment)
dan perkuatan negatif.
Hukuman (punishment) merupakan sebuah konsekuensi yang menurunkan kemungkinan
sebuah perilaku muncul. Sebagai contoh, seorang anak kecil yang bermain-main dengan pisau
dan kemudian tangannya terluka maka dikemudian hari, anak itu akan kecil kemungkinannya
untuk bermain lagi dengan pisau.
Hukuman berbeda dengan penguatan negatif, perbedaannya ialah hukuman akan
melemahkan sebuah perilaku sedangkan penguatan menguatkan perilaku. Oleh karena itu,
hukuman tidak sama dengan penguatan negatif. Hukuman berarti menambahkan sesuatu yang
tidak menyenangkan sebagai respons terhadap sebuah perilaku, sementara penguatan negatif
berarti menghilangkan sesuatu yang tidak menyenangkan.
Hukuman
PerilakuAversif Rangsangan yang
DitunjukkanPerilaku Berikutnya
Anda meminum obat untuk
menyembuhkan sakit kepalaAnda mengalami reaksi alergi
Anda tidak akan minum
obat yang sama lagi
Anda memamerkan kemampuan
mengendarai mobil dengan
kecepatan tinggi anda dengan
Anda mendapat denda $200 Anda mengendarai mobil
dalam batas kecepatan yang
melewati mobil polisi ke teman
andaditentukan
Penguatan Negatif
PerilakuAversif Rangsangan yang
DitunjukkanPerilaku Berikutnya
Anda meminum obat untuk
menyembuhkan sakit kepalaSakit kepala anda hilang
Anda akan meminum obat
ketika sakit kepala lagi
Anda memamerkan kemampuan
mengendarai mobil dengan
kecepatan tinggi anda dengan
melewati mobil polisi ke teman
anda
Polisi tidak memperhatikan
anda meskipun ia telah
menilang anda di masa lalu
Anda terus mengebut
ketika melewati mobil
polisi
Hukuman dapat dibagi dua, yakni hukuman positif (positive punishment) dan hukuman
negative (negative punishment). Pada hukuman positif, perilaku akan berkurang apabila diikuti
oleh rangsangan yang tidak menyenangkan, sedangkan hukuman negative menunjukkan sebuah
perilaku berkurang ketika rangsangan positif dihilangakan. Salah satu bentuk hukuman negative
adalah Time-out yang terjadi ketika seorang anak dipindahkan dari penguatan positif. Sebagai
contoh, ketika seorang anak berperilaku mengganggu di dalam kelas maka guru akan menaruh
anak tersebut di kursi pojok ruangan. Cara ini lebih direkomendasikan daripada memberikan
rangsangan aversif (penguatan positif).
BAB III
Penutup
Teori belajar behaviorisme adalah teori yang menunjukkan hubungan antara respon yang
muncul dengan rangsangan yang diberikan yang dikaji dari pendekatan behavioristik, yang
berarti suatu sudut pandang yang menekankan kajian ilmiah terhadap berbagai respon perilaku
yang dapat diamati dan penentu lingkungannya. Menurut Skinner, manusia pada dasarnya
dilahirkan netral “tabula rasa”. Lingkungan yang menentukan arah perkembangan tingkah laku
manusia lewat proses belajar. Perkembangan manusia dapat dikendalikan ke arah tertentu
sebagaimana ditentukan oleh lingkungan dengan rekayasa yang bersifat impersonal dan direktif.
Skinner sendiri menekankan bahwa ganjaran dan hukuman menentukan perilaku manusia.
Kaitan teori belajar behaviorisme dengan pembentukan kepribadian dari setiap individu
adalah karena lingkungan memberikan stimulus-stimulus kepada masing-masing individu. Dan
individu-individu akan memberikan respon terhadap stimulus tersebut dengan tingkah laku yang
mereka tunjukkan. Jika stimulus datang secara terus menerus dan terdapat penguatan maka
kepribadian yang terbentuk akan semakin menonjol/kuat.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
King, Laura A. (2010). Psikologi umum. Jakarta : Salemba Humanika
Atkinson, Rita L., et.al (2010). Introduction to psychology (Kusuma, Widjaja). Tangerang :
Interaksa
Psychoshare (2014, April 6). Diakses Februari, 20 2015. Dari http://www.psychoshare.com/file-
152/psikologi-kepribadian/b-f-skinner-teori-kepribadian-behaviorisme.html