psikologi abnorml
-
Upload
asihhajaruningsih -
Category
Documents
-
view
225 -
download
4
description
Transcript of psikologi abnorml
BAB I
PENDAHULUANA. Latar Belakang
Kehidupan terkadang naik terkadang turun. Kebanyakan dari kita merasa senang bila
memperoleh nilai tinggi, promosi, atau perhatian dari orang yang kita idamkan.
Kebanyakaan dari kita merasa sedih atau depresi bila ditolak oleh seseorang, gagal
dalam ujian. Atau mengalami kesulitan keuangan. Merupakan sesuatu yang normal
dan tepat untuk merasa senang terhadap kejadian yang menggembirakan. Juga sama
normal dan sama tepatnya untuk merasa depresi karna kejadian yang menyedihkan.
Bahkan akan menjadi “abnormal” bila kita tidak depresi saat mengalami kesulitan
hidup. Gangguan yang digambarkan pada pembahasan ini jauh lebih menyakitkan dan
sangat mengganggu dari variasi mood normal yang terjadi sehari-hari. Orang dengan
gangguan mood melibatkan prilaku yang menunjukan kegembiraan yang dilakukan
diluaar karakter mereka yang biasanya, mungkin berprilaku liar dan tidak terkendali.
Pada gangguan mood yang mencakup depresi yang serius, individu mengalami
kesedihan yang sangat kuat sehingga mereka merasa tidak dapat berbuat apapun dan
mungkin memiliki kecenderungan bunuh diri.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian gangguan suasana perasaan?
2. Apa jenis-jenis dari gangguan suasana perasaan?
3. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan suasana perasaan?
4. Apa penanganan gangguan suasana perasaan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian gangguan suasana perasaan.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis dari gangguan suasana perasaan.
3. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi gangguan suasana perasaaan.
4. Untuk mengetahui penanganan gangguan suasana perasaan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Gangguan Suasana Perasaan (MOOD)
Mood adalah kondisi perasaan yang terus ada yang mewarnai kehidupan psikologis
kita. Perasaan sedih atau depresi bukanlah hal yang abnormal dalam konteks pristiwa
atau situasi yang penuh tekanan. Namun orang dengan gangguan mood ( mood
disorder) mengalami gangguan mood yang luar biasa parah atau berlangsung lama
dan mengganggu kemampuan mereka untuk berfungsi dalam memenuhi tanggung
jawab secara normal.
Orang dapat mengalami gangguan ini dalam bentuk depresi yang ekstrim,
kegembiraan yang berlebihan, atau kombinasi dari kedua keadaan tersebut.
B. Jenis-jenis Gangguan Suasana Perasaan (MOOD)
Ganggaun depresi dianggap unipolar karena gangguan ini terjadi hanya pada satu arah
atau kutub emosional kebawah.gangguan yang melibatkan perubahan mood adalah
bipolar. Gangguan ini melibatkan baik depresi maupun rasa girang, biasanya dalam
pola yang saling bergantian.
a. Ganguang Depresi Mayor
Dalam episode depresi mayor, orang tersebut mengalami salah satu diantara mood
depresi ( merasa sedih, putus asa, atau terpuruk ) atau kehilangan minat/rasa
senang dalam semua atau berbagai aktifitas untuk periode waktu paling sedikit
dua minggu. Ciri-ciri gejala :
1. Perubahan pada kondisi emosional
Perubahan pada mood ( periode terus menerus dari perasaan terpuruk, depresi,
sedih, atau muram) penuh air mata atau menangis. Meningkatnya iritabilitas
(mudah tersinggung), kegelisahan, atau kehilangan kesabaran.
2. Perubahan dalam motivasi
Perasaan tidak termotivasi, atau memiliki kesulian untuk memulai (kegiatan)
dipagi hari atau bahkan sulit bangun dari tempat tidur. Menurunnya tingkat
partisipasisosial atau minat pada aktivitas sosial. Kehilangan kenikmatan atau
minat dalam aktivitas menyenangkan. Menurunnya minat pada seks. Gagal
untuk berespon pada pujian atau reward.
2
3. Perubahan dalam fungsi dan perilaku motorik
Bergerak atau berbicara dengan lebih perahan dari pada biasanya. Perubahan
dalam kebiasaan tidur (tidur terlalu banyak atau terlalu sedikit, bangun lebih
awal dari biasanya dan merasa kesulitanuntuk kembali tidur di pagi buta).
Perubahan dalam selera makan (makan terlalu banyak atau terlalu sedikit).
Perubahan dalam berat badan (bertambah atau kehilangan berat badan).
Berfungsi secara kurang efektif dari pada biasanya di tempat kerja atau di
sekolah.
4. Perubahan kognitif
Kesulitan berkonsentrasi atau berpikir jernih. Berpikir negatif mengenai diri
sendiri dan masa depan. Perasaan bersalah atau menyesal mengenai kesalahan
di masa lalu. Berpikir akan kematian atau bunuh diri.
Kebanyakan orang yang secara klinis mengidap depresi tetap terdiagnosis dan tidak tetangani
atau gagal mendapatkan penanganan yang tetap. Banyak orang dengan depresi yang tidak
tertangani percaya bahwa mereka dapat mengatasi masalahnya sendiri. Bahkan untuk mereka
yang mendapatkan penanganan, kebanyakan menerima perawatan yang tidak tetap.
Gangguan garis mayor adalah tipe yang paling umum dari gangguan mood yang dapat di
diagnosis, dengan perkiraan semasa hidup berkisar antara 10% hingga 25% untuk wanita dan
5% hingga 12% untuk pria. Diperkirakan 120 juta orang diseluruh dunia menderita depresi.
Penanganan yang efektif untuk depresi menghasilkan tidak hanya perbaikan psikologis tetapi
juga pekerjaan yang lebih stabil dan peningkatan pemasukan, seiiring orang dapat kembali
ketingkat fungsi yang lebih produktif.
Depresi mayor, khususnya pada episode yang lebih berat/ parah, dapat disertai dengan ciri
psikosis, seperti delusi bahwa tubuhnya digrogoti penyakit. Orang dengan depresi berat juga
dapat mengalami halusinasi seperti mendengar suara-suara orang lain, atau iblis, yang
mengutuk mereka atas kesalahan yang di presepsikan.
Faktor-faktor resiko dalam depresi mayor:
- Usia (biasanya lebih umum terjadi pada dewasa muda dari pada dewasa yang lebih
tua)
- Status sosio-ekonomi (orang dengan taraf sosio-ekonomi yang lebih rendah memiliki
resiko yang lebih besar dibanding mereka dengan taraf yang lebih baik)
- Status pernikahan (orang yang berpisah atau bercerai memiliki resiko yang lebih
tinggi dari pada orang yang menikah atau tidak pernah menikah. Wanita lebih
cenderung menghadapi faktor-faktor kehidupan yang penuh tekanan seperti
3
penganiayaan fisik dan seksual, kemiskinan, orang tua tunggal, dan diskriminasi
gender. Depresi mayor umumnya berkembang pada dewasa muda, dengan usia rata-
rata adalah pertengahan 20. Namun, gangguan tersebut dapat dialami bahkan oleh
anak-anak kecil, meski hingga usia 14 tahun resikonya sangat rendah.
b. Gangguan Distimik
Orang dengan gangguan distimik merasakan spirit yang buruk atau keterpurukan
sepanjang waktu, namun mereka tidak mengalami depresi yang sangat parah
eperti yang dialami oleh orang dengan gangguan depresi mayor. sementara
gangguan deperesi mayor cenderung parah dan terbatas waktunya, gangguan
distimik relatif ringan dan kronis, biasanya berlangsung selama beberapa tahun.
Perasaan depresi dan kesulitan sosial terus ada bahkan setelah orang tersebut
menampakkan kesembuhan. Resiko dari kambuh kembali juga cukup tinggi. Pada
gangguan distimik, keluhan mengenai depresi dapat menjadi semacam pelengkap
dari kehidupan orang tersebut sehingga sepertinya sudah menjadi bagian tak
terpisahkan dari setruktur kepribadian mereka. Keluhan yang terus-menerus dapat
membuat orang lain menganggap mereka perengek dan pengeluh.merki gangguan
distimik lebih ringan dari pada gangguan depresi mayor,ood tertekan dan self es-
teem yang terus menerus dapat mempengaruhi fungsi pekerjaan dan sosial orang
tersebut. Sebagian orang mengalami gangguan distimik sekaligus depresi mayor
pada waktu yang bersamaan. Istilah depresi ganda (double deppretion) dapat
dikena kan pada mereka yang mengalami episode depresi mayo yang berlapis
dengan gangguan distimik yang bertahan lebih lama. Orang yang menderita
depresi ganda umumnya mengalami episode deprsi yang lebih parah dari pada
orang dengan depresi mayor saja.
c. Gangguan Bipolar
Orang dengan gangguan bipolar (bipolar disorder) seperti mengendarai suatu
rollercoster emosional, berayun dari suatu ketinggian rasa girang, kekedalaman
depresi tanpa adanya penyebab dari luar atau eksternal. Gangguan bipolar adalah
suatu gangguan yang ditandai dengan perubahan mood antara rasa girang yang
ekstrim dan depresi yang parah. Eposide pertama dapat berupa manik atau
depresi. Episode manik, biasanya bertahan beberapa minggu hingga bebebrapa
bulan umumnya lebih singkat durasinya dan berakhir secara lebih tiba-tiba dari
pada episode depresi mayor. Episode manik adalah suatu periode peningkatan
4
euforia yang tidak realitis, sangat gelisah, dan aktivitas yang berlebihan, yang
ditandai dengan perilaku yang tidak terorganiasi dan dalam penilaian.
Karakteristik diagnostik episode manik :
- Periode peningkatan mood yang terus menerus yang terjadi secraa abnormal, meluap-
lupa, atau individu mudah marah yang terjadi setidaknya selama satu minggu. Selama
periode ini, muncul tiga atau lebih simtom berikut (empat jika mood yang terlihat
hanya mudah marah)
Meningkatnya harga diri atau individu merasa sangat hebat
Menurunnya kebutuhan untuk tidur
Individu senang untuk berbicara
Ide-ide yang mengalir atau pikiran yang saling berlomba
Mudah teralihkan perhatiannya
Meningkatnya aktifitas yang berorientasi pencapaian tujuan atau
meningkatnya psikomotorik
Keterlibatan yang berlebihan pada aktifitas yang menyenangkan dengan
konsekuensi yang menyakiitkan
- Simtom bukan bagian dari episode campuran (manik/depresi) dan tidak berhubungan
dengan kondisi medis atau penggunaan obat-obatan.
- Simtom menyebabkan setres atau gangguan yang signifikan atau keharusan bagi
individu untuk mendapatkan perawatan rumah sakit untuk menghindari individu dari
menyakiti dirinya sendiri atau orang lain.
Karakteristik diagnostik episode hipomanik :
- Periode meningkatnya mood, mood yang meluap-luap, atau individu mudah marah
yang terjadi setidaknya selama 4 hari yang jelas berbeda dengan mood normal yang
dapat diamati oleh orang lain.
- Selama periode ini terjadi 3 atau lebih simtom berikut ( empat jika mood yang muncul
adalah mudah marah)
Meningkatnya harga diri atau individu merasa sangat hebat
Menurunnya kebutuhan untuk tidur
Individu senang untuk berbicara
Ide-ide yang mengalir atau pikiran yang saling berlomba
Mudah teralihkan perhatiannya
Meningkatnya aktifitas yang berorientasi pencapaian tujuan atau
meningkatnya psikomotorik
5
Keterlibatan yang berlebihan pada aktifitas yang menyenangkan dengan
konsekuensi yang menyakiitkan
- Tidak ada karakteristik psikotik, dan episode yang terjadi tidak terlalu parah untuk
dapat menyebabkan impairment atau kebutuhan untuk mendapatkan perawan rumah
sakit
- Simtom tidak berhubungan dengan kondisi medis atau pengaruh dari pengguanaan
obat-obatan.
Jenis gangguan bipolar:
Ada beberapa macam contoh gangguan bipolar dengan perbedaan yang utama antara
gangguan bipolar I dan gangguan bipolar II. Diagnosis gangguan bipolar I (bipolar I
disorder) mendeskripsikan serangkaian gambaran klinis ketika individu mengalami satu
atau lebih episode manik, dengan kemungkinan meskipun tidak dipastikan akan terjadi,
mengalami satu atau lebih episode depresi mayor. Sebaliknya, diagnosis gangguan
bipolar II (bipolar II disorder) mengindikasikan bahwa individu memiliki satu atau lebih
episode deprsi mayor dan setidaknya mengalami satu episode hipomanik. Dengan kata
lain, individu dengan gangguan bipolar II belum pernah mengalami ledakan episode
manik, tetapi pernah merasa cukup bersemangat, sehingga cukup untuk memenuhi
kriteria episode hipomanik. Episode pertama gangguan bipolar pada pria biasanya adalah
manik, tetapi pada wanita biasanya episode depresi mayor. Gangguan bipolar biasanya
muncul pada usia 20-an. Pada orang dewasa biasanya diatas usia 65 tahun. Pada beberapa
tahun terakhir, diagnosis gangguan bipolar juga mulai sering diberikan kepada anak-anak
beberapa diberikan kepada anak usia 3 tahun. Sebagian besar orang dengan gangguan
bipolar berprilaku dan mengalami perasaan yang normal diantara episode-episode
meskipun satuperempat terus menunjukan mood yang tidak stabil dan mengalami
permasalahan ketika menghadapi orang lain, baik dilingkungan rumah maupun pekerjaan.
Mereka biasanya terus memiliki kesulitan pada lingkungan pekerjaan setelah terjadinya
episode pertama, dan kurang dari setengahnya dapat menyesuaikan diri dengan baik
dalam waktu 5 tahun setelah dirawat dirumah sakit. Gangguan bipolar adalah kondisi
yang serius jika tidak mendapatkan trirmen. Bahkan, resiko terjadinya bunuuh diri pada
orang yang menderita gangguan bipolar yang tidak mendapatkan tritmen diperkirakan
sebesar 15 persen.
d. Gangguan siklotimik
6
Semua orang mengalami perubahan mood, tetapi perubahan mood pada individu
dengan gangguan sikloimik biasanya terjadi dengan cara yang dramatis dan
berulang-ulang meskipun tidak dengan intensitas sekuat yang dialami oleh orang
dengan gangguan bipolar. Gangguan siklotimik adalah kondisi yang kronis yang
berlangsung setidaknya selama 2 tahun ( 1 tahun pada anak-anak dan remaja).
Gangguan siklotimik adalah suatu gangguan mood yang ditandai oleh pola kronis
dari perubahan mood yang ringan yang tidak cukup parah untuk diklasifikasikan
sebagai gangguan bipolar. Pada permukaannya, beberapa orang dengan gangguan
siklotimik dapat bergaul dengan baik,dan mereka mungkin mengatakan jika
periode meningkatnya energi adalah periode datangnya kreativitas. Sayangnya,
individu dengan gangguan tersebut sebenarnya sering merasakan sters atau
gangguan pada pekerjaan atau hubungan interpersonal yang disebabkan adanya
gangguan mood. Permasalahan biasanya terjadi pada individu yang berjuang
dengan perubahan mood yang tidak dapat di prediksi dengan siklus acak karena
individu lain menganggap mereka moody dan tidak dapat diandalkan. Permulaan
gangguan tersebut biasanya terjadi ketika individu berusia 20-an. Orang dengan
gangguan sikllotimik memiliki resiko untuk mengembangkan ganguan bipolar.
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan mood
Dalam perspektif biologis :
1. Genetik
Observasi yang menyatakan jika gangguan tersebut diturunkan dalam keluarga
yang dapat dipastikan. Orang yang anggota keluarganya memiliki gangguan
depresi mayor memiliki kemungkinan dua kali lebih besar mengembangkan
gangguan depresif dibandingkan pada orang umumnya. Psiko ini lebih besar
ketika individu yang memiliki hubungan keluarga ini adalah anak dari individu
yang mengalami depresi. Ketika gangguan depresi mayor terjadi pada generasi
orang tua serta pada kakek nenek, maka anak-anak cenderung menunjukan
simtom psikopatologi. Menariknya, penyebab gangguan tersebut mengambil
bentuk gangguan kecemasan yang nantinya merupakan prediksi teerjadinya
perkembangan gangguan depresi pada masa dewasa oleh karna itu, anak-anak
dengan gangguan kecemasan yang berasal dari keluarga yang memiliki gangguan
depresi memiliki resiko yang besar untuk mengembangkan gangguan depresi pada
kehidupan mereka yang akan datang. Gender juga tampaknya memiliki peran
7
penting dalam mempengaruhi interaksi gen-lingkungan pada perkembangan
gangguan mood faktor resiko genetik yang besar dapat dipengaruhi oleh faktor
lingkungan seperti hubungan sosial.
2. Biokimia
Teori yang paling awal membahas mengenai faktor biokimia dengan depresi
adalah hipotesis katekolamin yang menyatakan bahwa kekurangan yang relatif
pada neropinefrin (katekolamin) dapat menyebabkan depresi dan kelebihan
neropinefrin dapat menyebabkan mania. Hipotesis alternatif dari hipotesis
katekolamin adalah hipotesis indoleamine yang menyatakan bahwa kekurangan
serotonim memberikan kontribusi pada simtom perilaku penderita depresi.
Hipotesis yang berkaitan dengan adanya kekurangan neurotransmiter sekarang
lebih dikenal dengan monoamine delpletion model (merefleksikan nama dari
kategeroni ini pada neurotransmiter), memberikan terobosan penting dalam
memahami faktor biologis pada gangguan mood. Neropinefrin dan serotonim
adalah dua monoamina yang diperkirakan sebagai faktor penting dalam gangguan
depresi mayor. Bahkan, semua pengobatan antidepresi yang saat ini digunakan
bekerja untuk meningkatkan ketersediaan neurotransmiter tersebut pada sinapsis.
Dalam perspektif psikologis :
1. Teori psikodinamika
teori psikodinamika klasik mengenai depresi dari freud dan para pengikutnya
meyakini bahwa depresi mewakili kemarahan yang diarahkan kedalam diri
sendiri dan bukan terhadap orang-orang yang dikasihi. Rasa marah dapat
diarahkan kepada self setelah mengalami kehilangan yang sebenarnya atau
ancaman kehilangan dari orang-orang yang di anggap penting. Freud
mempercayai bahwa berduka, atau rasa berkabung yang normal, adalah proses
yang sehat karena dengan berduka seseorang akhirnya dapat melepaskan
dirinya sendiri secara psikologis dari seseorang yang hilang karena kematian,
perpisahan, perceraian, atau alasan lainnya. Namun, rasa duka yang patologis
tidak mendukung perpisahan yang sehat. Malahan, hal ini akan memupuk
depresi yang tak berkesudahan. Rasa duka ynag patologis cenderung terjadi
pada orang yang memiliki perasaan ambifalen yang kuat yaitu suatu
kombinasi dari perasaan positif (cinta) dan negatif (marah,permusuhan)
terhadap orang yang telah pergi atau ditakutkan kepergiannya. Namun
8
kemarahan yang ekstrim tersebut memicu rasa bersalah, yang justru mencegah
mereka untuk mengarahkan rasa marah secara langsung kepada orang yang
telah pergi.
Menurut pandangan psikodinamika, gangguan bipolar mewakili dominasi
yang berubah-ubah dari kepribadian individu antara ego dan superego. Dalam
fase depresi, superego adalah dominan, memproduksi kesadaran yang
berlebihan atas kesalahan-kesalahan dan membanjiri individu dengan perasaan
bersalah dan ketidakberhargaan. Setelah beberapa waktu, ego muncul kembali
dan mengambil alih supremasi, memproduksi perasaan girang dan
kepercayaan diri yang menandai fase manik. Teoritikus psikodinamika
berfokus pada peran kehilangan dalam depresi. Orang yang sedang depresi
menunjukan keterlibatan dalam tingkat fokus kepercayaan diri yang lebih
tinggi setelah pengalaman kegagalan dibandingkan orang yang tidak depresi,
dan dalam tingak yang relatif lebih rendah untuk fokus kepercayaan diri yang
menyertai suatu kesuksesan.
2. Teori Humanistik
Menurut kerangka kerja humanistik, orang menjadi depresi saat mereka tidak
dapat mengisi keberadaan mereka dengan makna dan tidak dapat membuat
pilihan-pilihan autentik yang menghasilkan self-fulfillment. Kemudian dunia
dianggap sebagai tempat yang menjemukkan. Pencarian orang akan makna
memberikan warna dan arti bagi kehidupan mereka. perasaan bersalah dapat
timbul saat orang percaya bahwa mereka tidak membangkitkan potensi-
potensi mereka. psikolog humanistik menantang kita untuk memperhatikan
kehidupan kita secara mendalam. Apakah cukup berharga dan kaya? Atau kah
menjemukkan dan rutin? Bila jawabannya yang terkahir, mungkin saja kita
telah mencegah tercapainya kebutuhan kita akan aktualisasi diri.
Teoretikus humanistik juga berfokus pada hilangnya self-esteem yang dapat
muncul saat orang kehilangan teman atau anggota keluarga, ataupun
mengalami kemunduran atau kehilangan dalam pekerjaan. Kita cenderung
menghubungkan identitas personal dan rasa keberadaan diri sendiri kita
dengan peran-peran sosial kita sebagai orang tua, pasangan, pelajar, atau
pekerja. Bila identitas peran ini hilang, melalui kematian seorang pasangan,
perginya anak-anakuntuk kuliah, atau hilangnya suatu pekerjaan maka
9
keberadaan diri kita dapat terguncsng. Depresi adalah konsekuensi yang sering
terjadi dari kehilangan yang seperti itu.
3. Teori Belajar
Teoretikus belajar lebih memikirkan faktor-faktor situasional, seperti
kehilangan reinforcement positif.
Reinforcement dan depresi teoritikus belajar peter lewin shon menyatakan
bahwa depresi dihasilkan dari ketidak seimbangan antara output prilaku dan
input reinforcement yang berasal dari lingkungan. Kurang reinforcementuntuk
usaha seseorang dapat menurunkan motivasi dan menyebabkan perasaan
depresi. Tingkat aktivitas yang rendah yang menjadi ciri depresi juga dapat
menjadi sumber dari hasil sekunder atau reinforcement sekunder.
Reinforcement sosial dapat hilang saat orang yang dekat dengan kita, yang
menjadi pemberi reinforement, meninggal atau meninggalkan kita. Perubahan
dalam kondisi kehidupan juga dapat merubah keseimbangan antara usaha dan
reinforcement. Menganggur dalam waktu lama dapat mengurangi
reinforcement keuangan, yang nantinya akan menyebabkan penurunan yang
menyakitkan dalam gaya hidup. Kecacatan atau sakit yang berkepanjangan
juga dapat merusak kemampuan seseorang dalam memastikan arus penguatan
yang stabil.
Orang dengan gangguan depresi juga ditemukan melaporkan lebih sedikit
aktivitas yang menyenangkan dari pada yang tidak depresi. Depresi dapat
menyebabkan seseorang menarik diri dari aktivitas yang memberikan
reinforcement sosial. Apa pun akar penyebab dari depresi, suatu pendekatan
penangana behavioral yang mendorong orang dengan depresi untuk
meningkatkan tingkat aktivitas yang menyenangkan dan memberikan mereka
ketrampilan untuk melakukannya sering kali membantu dalam
menyembuhkan depresi.
4. Teori ineraksi
Interaksi antar orang yang depresi dengan orang lain dapat membantu
menjelaskan pengurangan yang dialami kelompok pertama dalam hal
reinforcement positif. Teori interaksional dikembangkan oleh psikolog james
Coyhe menyatakan bahwa penyesuaian pada kehidupan bersama dengan orang
yang depresi sangat menekan sehingga semakin lama reinforcement yang
10
diberikan pasangan atau anggota keluarga kepada orang yang depresi tersebut
menjadi semakin berkurang.
Teori interaksi didasarkan pada konsep interaksi timbal balik. Perilaku
seseorang mempengaruhi dan sebaliknya dipengaruhi oleh perilaku orang lain.
Teori ini meyakini bahwa orang yang mudah depresi bereaksi terhadap stres
dengan menuntut diberi keyakinan dan dukungan sosial yang lebih besar.
Awalnya orang yang menjadi depresi dapat sukses dalam mengumpulkan
dukungan. Namun setelah beberapa waktu, tuntunan dan perilaku mereka
mulai menimbulkan kemarahan dan kejengkelan.
Orang yanga depresi cenderung menghadapi penolakan dalam hubungan
jangja panjang. Anggota keluarga dapat menyadari betapa penuh tekanan
upaya penyesuaian diri denngan prilaku orang depresi tersebut, terutama
dengan perilaku seperti menarik diri, rasa lelah, putus asa, dan permohonan
yang terus-menerus untuk diberi keyakinan.
5. Teori prilaku dan kognitif
Simtom depresi nerupakan hasil dari adanya pengurangan terhadap penguatan
positif. Orang yang depresi menarik diri dari khidupan karena mereka tidak
lagi mendapatkan penguatan untuk tetap aktif. Perspektif behavioris, orang
yang depresi memiliki tingkat yang rendah dari yang ia sebut dengan
penguatan positif yang bergantung pada respons, prilaku yang meningkat
frekuensinya sebagai hasil dari melakukan perbuatan yang menghasilkan efek
yang menyenangkan. Menurut perspektif kognitif, orang yang
mengembangkan gangguan depresi telah memiliki pengalaman awal untuk
bereaksi dengan cara tertentu terhadap rasa kehilangan atau peristiwa stres
ttertentu. Orang yang depresi bereaksi terhadap pengalaman stres dengan
mengaktifkan serangkaian pikiran yang disebut dengan segitiga kognitif :
pandangan negative mengenai diri, dunia, dan masa depan.
Distorsi kognitif yang diasosiasikan dengan depresi :
a. Cara berpikir semua atau tidak sama sekali. Memandang kejadian-kejadian
sebagai hitam dan putih,sebagai “semua tentangnya baik” atau “semua
tentangnya buruk”. Misalnya, seseorang dapat memandang sebuah
hubungan yang berakhir dengan kekecewaan sebagai pengalaman yang
benar –benar negatif, terlepas dari perasaan atau pengalaman positif apa
pun yang mungkin ada sepanjang hubungan tersebut. Perfeksionisme
11
adalah sebuah contoh dari cara berpikir semua atau tidak sama sekali.
Orang yang perfeksionis meniali setiap hasil yang berada di luar
kesuksesan yang sempurna sebagai kegagalan sepenuhnya. Mereka
mempertimbangkan sebuah nilai B atau bahkan A – sebagai serupa dengan
F.
b. Generalisasi yang berlebihan. Mempercayi bahwa suatu peristiwa negatif
terjadi, maka hal itu cenderung akan terjadi lagi pada situasi yang serupa
dimasa depan.
c. Filter mental. Berfokus hanya pada detail-detail negatif dari suatu
peristwa, dan dengan sendirinya menolak unsur-unsur positif dari semua
yang serupa di masa depan.
d. Mendiskualifikasikan hal-hal positif. Ini mengacu pada kecenderungan
untuk memilih kalah dari kemenangan yang hampir terjadi dengan
menetralisasi atau tidak mengakui pencapian-pencapaian anda. Contohnya
adalah menolak atas ucapan selamat atas sebuah pekerjaan yang
diselesaikan secara baik dengan berpikir dan mengatakan “oh, bukan apa-
apa”
e. Tergesa-gesa membuat kesimpulan. Membentuk interpretasi negatif
mengenai suatu peristiwa, meskipun kekurangan bukti. Contoh dari gaya
berpikir ini adalah “membaca pikiran” dan “kesalahan tukang ramal.”
Dalam membaca pikiran, anda secara ceroboh tergesa-gesa membuat
kesimpulan bahwa orang lain tidak menyukai atau tidak menghargai anda,
sepertin menginterpretasikan seorang teman yang tidak menelpon untuk
beberapa lama sebagai suatu penolakan. Kesalahan tukan ramal
melibatkan prediksi bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi pada
diri sendiri. Orang tersebut meyakini bahwa prediksi dari kesialan ini
berdasarkan fakta meskipun tidak ada bukti yang mendukungnya.
Misalnya, orang itu menyimpulkan bahwa kekuatan sesaat yang terasa
pada bahu pastilah merupakan suatu tanda dari sakit jantung, mengabaikan
kemungkinan akakn penyebab yang lebih ringan.
f. Membesar-besarkan dan mengecilkan. Membesar-besarkan, atau
mengkatastrofekan mengacu pada kecendrungan untuk mebuat gunung
dari krikil-krikil – untuk membesar-besarkan pentingnya peristiwa-
peristiwa negatif, kekurangan pribadi, ketakutan atau kesalahan.
12
Mengecilkan adalah seperti bayangan pada cermin, suatu tipe dari distorsi
kognitif dimana seseorang mengecilkan atau memandang rendah
kebaikan-kebaikannya.
g. Penalaran emosional. Mendasarkan penalaran pada emosi – berpikir,
misalnya, “bila saya merasa bersalah, ini pasti kaarena saya telah
melakukan suatu kesalahan yang sangat besar.” Orang itu
menginterprettasikan perasaan dan peristiwa berdasarkan emosi dan bukan
pada pertimbangan-pertimbangan yang adil terhadap bukti.
h. Pernyataan-pertanyaan keharusan. Menciptakan perintah personal atau
self-commandments keharusan-keharusan atau semestinya-semestinya.
Misalnya, “pukulan pertama saya haru masuk!”
i. Memberi lebel dan salah melebel. Menjelaskan prilaku dengan melekatkan
lebel negatif pada diri sendiri dan orang lain. Anda dapat menjelaskan
suatu nilai yang buruk pada sebuah tes dengan berpikir bahwa anda
“malas: atau “bodoh” dan bukan hanya untuk ijian yang khusus itu, atau
mungkin sakit.
j. Melakukan personalisasi. Hal ini mengacu pada keenderungan untuk
mengasumsikan bahwa diri anda bertanggung jawab atas masalah dan
prilaku orang lain.
Orang yang depresi juga cenderung memegang pandangan yang lebih
pesimistis akan masa depan serta lebih kritis terhadap diri sendiri dan
orang lain.
Hubungan antara berpikir negatif dan depresi lebih bergantung pada
keseimbangan antara pikiran-pikiran negatif dan positif daripada hanya
pada keberadaan pikiran-pikiran negtif saja.
k. Teori ketidakberdayaan (atribusional). Mengajukan pandangan bahwa
orang dapat menjadi depresi karna ia belajar untuk memandang dirinya
sendiri sebagi tidak berdaya dalam mengontrol reinforcement-
reinforcement di lingkungannya atau untuk mengubah kehidupannya
menjadi lebih baik. Orang belajar untuk memandang dirinya sebagai tidak
berdaya karena pengalaman-pengalamannya. Oleh karena itu, model
ketidakberdayaan yang dipelajari menggabungkan teori behavioral dan
kognitif. Faktor-faktor situasiolnal membentuk sikap yang menyebabkan
depresi. Seligman dan kolega-koleganya mengubah teori ketikaberdayaan
13
dalam kerangka konsep psikologi sosial atas gaya atribusional (atributional
style). Gaya atribusional adalah suatu gaya personal dalam menjelaskan
sesuatu. Atribusi internal, keyakinan bahwa penyebab dari suatu peristiwa
melibatkan faktor-faktor didalam diri sendiri. Atribusi eksternal,
keyakinan bahwa penyebab dari suatu peristiwa melibatkan faktor-faktor
di luar diri sendiri. Atribusi stabil, keyakinan bahwa penyebab dari suatu
peristiwa melibatkan faktor-faktor yang satbil, dan bukan yang dapat
diubah. Atribusi tidak satbil, keyakinan bahwa penyebab dari suatu
peristiwa melibatkan faktor-faktor yang dapat diubah, dan bukan yang
stabil. Atibusi global, keyakinan bahwa penyebab dari suatu peristiwa
melibatkan faktor-faktor yang menyeluruh, dan bukan yang spesifik.
Atribusi spesifik, keyakinan bahwa penyebab dari suatu peristiwa
melibatkan faktor-faktor yang spesifik, dan bukan yang menyeluruh.
Tetoi ketidakberayaan yang sudah diperbaiki ini disebut toeri
ketidakberdayaan yang diformulasi ulang meyakini bahwa orang yang
menjelaskan penyebab-penyebab dan peristiwa negatif (seperti kegagalan
dalam pekerjaan, sekolah, atau hubungan romantis) dengan berdasar pada
ketiga tipe atribusi berikut ini adalah orang yang paling rntan terhadap
depres:
1. Fator-faktor internal, atau keyakinan bahwa kegagalan mereflesikan
ketidakmampuan pribadi, dan bukan faktor-faktor eksternal, atau
keyakinan bahwa kegagalan disebabkan oleh faktor-faktor lingkungan.
2. Faktor-faktor global, atau keyakinan bahwa kegagalan mereflesikan
seluruh kesalahan dalam kepribadian dan bukan fakto-faktor spesifik,
atau keyakinan bahwa kegagalan mereflesikan area yang terbatas dari
kemampuan berfungsi.
3. Faktor-faktor stabil, atau keyakinan bahwa kegagalan mereflesikan
faktor kepribadian yang menetap dan bukan faktor-faktor yang tidak
stabil, atau keyakina bahwa faktor-faktor yang menyebabkan
kegagalan dapatlah diubah.
Ditorsi kognitif dan respons-respons rasional
14
Pikiran otomatis Jenis distorsi kognitif Respons rasional
Saya sendirian didunia ini. Cara berpikir semua atau
tidak sama sekali
Mungkin terasa sepertinya saya
sendirian, namun ada sejumlah
orang yang peduli terhadap saya.
Tidak akan pernah ada yang
berkahir sukses untuk saya.
Generalisasi berlebihan Tidak ada orang pun yang
melihat masa depan.
Konsentrasilah pada saat ini.
Paras yang menyedihkan. Membesar-besarkan Saya mungkin tidak berparas
sempurna, tapi saya tidak
menydihkan.
Saya hancur. Saya tidak
dapat mengatasi hal ini.
Membesar-besarkan Terkadang saya merasa terlalu
terbebani. Namun saya telah
mengatasi hal-hal ini
sebelumnya. Selesaikan langkah
demi langkah dan saya akan
baik-baik saja.
Saya kira saya memang
dilahirkan sebagai seorang
pecundang.
Melebel dan salah melebel Tidak ada seorang pun yang di
takdirkan menjadi seorang
pencundang. Berhenti menjelek-
jelekan diri Anda.
Saya hanya tutun 8 pon
dengan diet ini. Saya harus
melupakannya. Saya tidak
akan sukses.
Fokus pada hal negatif/
mengecilkan/
mendiskualisifikasikan hal
positif/melompat pada
kesimpulan/berpikir semua
atau tidak sama sekali
8 pon adalah awal yang baik.
Saya tidak mendapatkan berat
badan seperti ini dalam
semalam, dan saya harus sadar
bahwa butuh waktu untuk
menurunkannya.
Saya tahu segalanya pasti
sangat buruk sehingga saya
merasa sangat tidak enak.
Penalaran emosional Merasakan sesuatu tidak
membuat itu menjadi kenyataan.
Bila saya tidak melihat
segalanya dengan jernih, emosi
saya akan terdistorsi juga.
Saya akan gagal di mata
kuliah ini.
Kesalahan tukang ramal Santai dulu dong! Fokus saja
pada menyelesaikan mata kuliah
ini, jangan melompat pada
15
kesimpulan yang negatif.
Saya tahu sebernarnya
masalah Jhon adala karena
kesalahan saya.
Personalisasi Berhenti menyalahkan dirimu
untuk masalah orang lain ada
banyak alasan masalah Jhon
tidak ada hubungannya dengan
saya.
Seseorang seusia saya
seharusnya dapat
melakukannya dengan lebih
baik dari pada saya.
Pernyataan perintah Berhenti membandingkan dirimu
dengan orang lain. Semua orang
diharapkan untuk berbuat sebaik
yang mereka bisa. Apa gunanya
membandungkan diri saya
dengan orang lain? Itu hanya
membuat saya memandang jelek
diri saya dan bukannya
memotivasi saya.
Saya tidak punya otak yang
encer untuk kuliah.
Melebel dan salah melebel Berhenti mengejek dirimu
sendiri “bodoh.” Saya dapat
mencapai lebih banyak dari yag
saya kira.
Semuanya adalah salah
saya.
Personalisasi Mulai lagi, kan. Berhenti
memainkan permainan
menempatkan kesalahan pada
dirimu. Terlalu banyak
kesalahan untuk ditimpakan.
Lebih baik berhenti
menempatkan kesalahan dan
mencoba berpikir bagaimana
menyelesaikan masalah ini.
Akan sangat memalukan
bila Sue menolak saya.
Membesar-besarkan Mungkin akan menyebalkan,
tapi tidak akan terlalu buruk bila
saya tidak menjadikannya
sesuatu yang buruk.
Bila orang benar-benar
mengenal saya, mereka
Pembaca pikiran Bukti apa yang ada untuk itu?
Lebih banyak orang yang
16
akan membenci saya. mengenal saya yang akan
menyukai saya daripada tidak
menyukai saya.
Bila sesuatu tidak segera
menjadi lebih baik, saya
akan menjadi gila.
Melompat pada
kesimpulan/membesar-
besarkan
Saya telah mengatasi masalah-
masalah tersebut selama ini
tanpa menjadi hancur. Saya
hanya perlu bertahan. Segalanya
tidak seburuk yang terlihat.
Saya tidak percaya saya
memiliki jerawat lagi di
wajah saya. Ini akan
merusan akhir minggu saya.
Filter mental Santai saja. Sebuah jerawat
bukanlah akhir dunia. Ini tidak
akan merusak seluruh akhir
minggu saya. Orang lain punya
jerawat dan tampaknya mereka
senang-senang saja.
D. Penanganan Gangguan Mood
Sepertinya halnya perspektif teoretis yang menyatakan terdapat banyak faktor yang
mungkin terlibat dalam perkembangan gangguan mood, terdapat pula berbagai
pendekatan penanganan yang berasal dari model-model psikologi dan biologi.
1. Pendekatan psikodinamika
Psikoanalisis tradisional bertujuan membantu orang yang depresi untuk
memahami perasaan mereka yang ambivalen terhadap orang-orang (objek)
penting dalam hidup mereka yang telah hiang atau yang terancam akan hilang.
Dengan menggali perasaa-perasaan marah terhadap objek yang hilang ini, mereka
dapat mengarahkan rasa marah keluar melalui espresi verbal dari perasaan dan
bukan membiarkannya menjadi lebih buruk dan mengarah kedalam. Psikoanalisis
tradisional dapat menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk mengungkap dan
menghadapi konflik-konflik yang tidak disadari.
2. Pendekatan behavioral
Pendekatan penanganan behavioral beranggapan bahwa perilaku depresi dipelajari
dan dapat dihilangkan. Terapis perilaku bertujuan untuk secara langsung
memodifikasi perilaku dan bukan untuk menumbuhkan kesadaran terhadap
kemungkinan penyebab yang tidak disadari dari setiap perilaku-perilaku ini.
17
Terapi perilaku telah terbukti menghasilkan keuntungan yang cukup berarti dalam
menangani depresi untuk orang dewasa dan jugaa remaja.
3. Pendekatan kognitif
Teoretikus kognitif percaya bahwa pikiran yang terdistorsi memainkan suatu
peran kunci dalam perkembangan depresi. Terapi kognitf yang berfokus pada
membantu orang dengan depresi belajar untuk menyadari dan mengubah pola
berpikir mereka yang disfungsional. Orang depresi cenderung untuk berfokus
pada bagaimana perasaan mereka dan bukan pada pikiran-pikiran yang mendasari
kondisi perasaan mereka. artinya, mereka biasanya memberikan lebih banyak
perhatian pada baimana buruknya perasaan mereka dibanding pada pikiran-pikiran
yang memungkinkan memicu atau mempertahankan mood yang depresi.
Teoretikus kognitif menyatakan bahwa kesalahan-kesalahan kognitif dapat
menyebabkan depresi bila kesalahan-kesalahan tersebut dibiarkan mengobrak-
abrik pikiran individu tanpa adanya tentangan. Terapis kognitif membantu klien
untuk menyadari adanya distorsi kognitif dan mengganti distorsi tersebut dengan
pikiran-pikiran alternatif yang lebih rasional.
4. Pendekatan biologis
Pendekatan biologis yang paling umum untuk menangani gangguan mood
melibatkan pengguanaan obat-obatan antidepresan dan terapi elektrokonvulsif
untuk depresi serta litium karbonat untuk gangguan bipolar.
- Obat-obatan antidepresan
Obat-obatan yang digunakan untuk menangani depresi mencakup beberapa kelas dari
antidepresan : tricyclyc antidepressants (TCAs), monoamine (MOA), inhibitors, dan
selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs).
- Penanganan obat untuk gangguan bipolar
Obat litium karbonat,bentuk bubuk dari litium berelemen metalik, adalah
pengonbatan yang paling luas dipakai dan direkomendasikan untuk gangguan bipolar.
Dapat dikatakan bahwa orang Yunani dan Romawi kuno adalah yang pertama dalam
menggunakan litium sebagai bentuk kemoterapi. Mereka meresepkan air mineral yang
berisi litium untuk orang dengan mood yang sangat mudah berubah-ubah.
Litium berefektif dalam menstabilkan mood orang yang menderita gangguan bipolar
dan dalam mengurangi episode-episode kambuh dari maniak depresi.
18
Obat anti konvulsan digunakan dalam penanganan epilepsi, seperti carba mazepine
dan bivalproeks juga digunakan untuk menstabilkan mood dan menghilangkan
simtom-simtom manik pada orang dengan gangguan bipolar.
5. Terapi Elektrokonvulsif
Biasa disebut terapi kejutan (shock therapy), terus menimbulkan kontroversi. De
mengalirkan arus listrik ke otak seseorang mungkin tampak biadab. Namun ECT
adalah suatu penanganan yang secara umum aman dan secara elektif bagi
penderita depresi berat, serta dapat membantu menghilangkan depresi pada
banyak kasus dimana penanganan yang telah gagal.
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gangguan mood adalah gangguan suasana perasaan yang berlangsung yang
sangat lama, tidak seperti biasanya atau parah dan cukup serius sehingga
menghambat fungsi sehari-hari. Ada berbagai jenis gangguan mood, termasuk
gangguan depresi (unipolar), seperti gangguan depresi mayor, dan gangguan
distimiik, dan gangguan yang melibatkan perubahan mood, seperti gangguan
bipolar dan gangguan siklitimik. Stres berkaitan dengan mood, namun
sejumlah orang memang lebih tangguh dalam menghadapi stres, mungkin
karna faktor-faktor sosial seperti dukungan sosial. Faktor-faktor biologi dalam
gangguan mood genetis, biokimia. Teori-teori yang mengonsepkan gangguan
mood adalah psikodinamika, humanistik, aliran belajar (behavioral), dan
model kognitif.
20
DAFTAR PUSTAKA
Nevid,jeffrey s.2005.Psikologi Abnormal.jakarta:Erlangga
Halgim,richard P, dkk. 2009.Psikologi Abnormal,Jakarta:Salemba Humanika
21