Psikolinguistik
-
Upload
yuri-indah-marminingtias -
Category
Education
-
view
450 -
download
1
description
Transcript of Psikolinguistik
TEORI-TEORI LINGUISTIK
DAN TEORI PEMBELAJARAN DALAM PSIKOLOGI
(BAB V DAN BAB VI)
disusun guna memenuhi tugas UTS matakuliah Psikolinguistik
RANGKUMAN
Oleh:
Yuri Indah M. (120210402054)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
TEORI-TEORI LINGUISTIK
1. Teori Ferdinand De Saussure
Ferdinand De Saussure ( 1858-1913) adalah seorang linguis Swiss yang
sering disebut-sebut sebagai Bapak atau Pelopor Linguistik Modern. Bukunya
yang terkenal Course de Linguistique Generale (1916) diterbitkan oleh murid-
muridnya, Bally dan Schehaye, berdasarka catatan kuliah, setelah beliau
meninggal.
De Saussure disebut sebagai “Bapak Linguistik Modern” karena
pandangan-pandangannya yang baru mengenai studi bahasa yang dimuat dalam
bukunya itu. Pandangan-pandangannya itu mengenai antara lain (1) telaah
sinkronik dan diakronik dalam studi bahasa, (2) perbedaan langue dan parole, (3)
perbedaan signifian dan signifie, sebagai pembentuk signe’ linguistique, dan (4)
hubungan sintagmatik dan hubungan asosiatif atau paradigmatik (lihat
Chaer,1964).
Menurut De Saussure linguistik murni mengkaji langue, bukan parole
maupun langage. Teori linguistik De Saussure tidak mengikutsertakan parole.
Alasan De Saussure mengkaji langue adalah sebagai berikut.
1) Langue bersifat sosial sedangkan parole bersifat individual.
2) Langue itu bersifat abstrak dan tersembunyi di dalam otak
sedangkan parole selalu bergantung pada kemauan penutur dan
bersifat intelektual.
3) Langue adalah pasif sedangkan parole adalah aktif.
Hal yang terpenting pada teori linguistik De Saussure adalah mengenai
signe’ linguistique atau tanda linguistik karena bahasa merupakan sebuah sistem
tanda. Menurut De Saussure tanda linguistik adalah sebuah maujud psikologis
yang berunsur dua yaitu signifie atau konsep atau petanda; dan signifiant atau
imaji bunyi atau penanda ( istilah petanda dan penanda dari kridalaksana, 1989)
kedua unsur ini, signifie dan signifian terikat erat sehingga yang satu selalu
memngingatkan yang lain, atau sebaliknya (lihat Chaer, 1990; 1994). Ada
beberapa ciri dari signie’ linguistique ini yaitu sebagai berikut.
a) Tanda linguistik bersifat arbitrer. Namun tanda linguistik tidak
dapat diubah, tetapi sistem bahasa dapat diubah.
b) Penanda (signifian) dari suatu signie’ linguistique itu merupakan
satu bentangan (span) yang dapat diukur dalam satu dimensi atau
merupakan satu garis.
c) Signie’linguistique mempunyai pergandaan yang tidak dapat
dihitung.
2. Teori Leonard Bloomfield
Leonard Bloomfield (1887-1949) seorang tokoh linguistik Amerika,
sebelum mengikuti aliran behaviorisme dari Watson dan Weiss, adalah seorang
penganut paham mentalisme yang sejalan dengan teori psikologi Wundt.
Kemudian beliau menentang mentalisme dan mengikuti aliran behaviorisme. Hal
ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan linguistik di amerika, terutama di
sekolah linguistik Yale yang didirikan menurut ajarannya.Blommfield
menerangkan makna (semantik) dengan rumus-rumus Behaviorisme.
Teori linguistik Bloomfield ini akan bias diterangkan dengan lebih jelas
kalau kita mengikuti anekdot “Jack and Jill” (Bloomfield, 1933:26). Dalam
anekdot itu diceritakan Jack dan Jill sedang berjalan-jalan. Jill melihat buah apel
yang sudah masak di sebatang pohon. Jill berkata kepada Jack bahwa dia lapar
dan ingin sekali makan buah apel itu. Jack memanjat pohon apel itu; memetik
buah apel itu; dan memberikannya kepada Jill.
Secara skematis peristiwa itu dapat digambarkan sebagai berikut.
S r………………………s R
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Penjelasan;
(1) Jill melihat apel (stimulus)
(2) Otak Jill bekerja mulai dari melihat apel hingga berkata kepada Jack.
(3) Perilaku atau kegiatan Jill sewaktu berkata kepada Jack (r= respons)
(4) Bunyi-bunyi atau suara yang dikeluarkan Jill waktu berbicara kepada Jack
(…)
(5) Perilaku atau kegiatan Jack sewaktu mendengarkan bunyi-bunyi atau suara
yang dikelurkan Jill (stimulus)
(6) Otak Jack bekerja mulai dari mendengar bunyi suara Jill sampai bertindak.
(7) Jack bertindakmemanjat pohon, memetik apel, dan memberikan kepada Jill
(R= respons).
Nomor (3), (4), dan (5) yaitu (r s) adalah lambang atau perilaku
berbahasa (speech act) yang dapat diobservasi secara fisiologis; sedangkan yang
dapat diamati atau diperiksa secara fisik hanyalah nmor (4).
Berdasarkan keterangan di atas maka yang menjadi data linguistik bagi
teori bloomfield adalah perilaku berbahasa atau lambang bahasa
(r…………………s) dan hubungannya dengan makna (S ……. R).
apa yang terjadi di dalam otak Jill mulai dari (1) hingga (2) sampai dia
mengeluarkan bunyi tidaklah penting karena keduanya tidak dapat diamati. Begitu
juga dengan proses yang terjadi di dalam otak Jack setelah dia mendengar bunyi-
bunyi itu yang membuatnya bertindak (5 dan 6) juga tidak penting bagi teori
Bloomfield ini.
Menurut Bloomfield, bahasa merupakan sekumpulan ujaran yang muncul
dalam suatu masyarakat tutur (speech community).
Teori linguistik Bloomfield didasarkan pada andaian-andaian dan definisi-
definisi karena kita tidak mungkin mendengar semua ujaran di dalam suatu
masyarakat tutur.
Menurut Bloomfield bahasa itu terdiri dari sejumlah isyarat atau tanda
berupa unsur-unsur vokal (bunyi) yang dinamai bentuk-bentuk linguistik. Setiap
bentuk adalah sebuah kesatuan isyarat yang dibentuk oleh fonem-fonem
(Bloomfield, 1933;158).
Menurut Bloomfield ada dua macam bentuk, yaitu;
(1) Bentuk bebas (free Form), yakni bentuk yang dapat diujarkan sendirian seperti
bentuk amat, jalan, dan kaki dalam kalimat “amat jalan kaki”,
(2) Bentuk terikat (Bound Farm) yakni bentuk linguistik yang tidak dapat
diujarkan sendirian seperti bentuk pe- pada kata memukul, dan bentuk –an seperti
pada kata pukulan.
Dalam teori linguistik Bloomfield ada beberapa istilah/term yang perlu
dikenal, yaitu sebagai berikut:
Fonem adalah : satuan bunyi terkecil dan distingtif dalam leksikon suatu
bahasa, seperti bunyi [u] pada kata bahasa Indonesia /bakul/ karena bunyi itu
merupakan bunyi distingtif dengan kata /bakal/. Disini kita lihat kedua kata itu,
/bakul/ dan /bakal/, memiliki makna yang berbeda karena berbedanya bunyi [u]
dari bunyi [a].
Morfem adalah: satuan atau unit terkecil yang mempunyai makna dari
bentuk leksikon. Umpamanya dalam kalimat Amat menerima hadiah terdapat
morfem : Amat, me-, terima, dan hadiah.
Frase adalah : unit yang tidak minimum yang terdiri dari dua bentuk
bebas atau lebih. Umpamanya dalam kalimat Adik saya sudah mandi terdapat dua
frase, yaitu frase Adik saya dan frase sudah mandi.
Kata adalah bentuk bebas yang minimum yang terdiri dari satu bentuk
bebas dan ditambah bentuk-bentuk yang tidak bebas. Misalnya, pukul, pemukul,
dan pukulan adalah kata, sedangkan pe-, dan an, bukan kata; tetapi semuanya pe-,
-an, dan pukul adalah morfem.
Kalimat adalah ujaran yang tidak merupakan bagian dari ujaran lain dan
merupakan satu ujaran yang maksimum. Misalnya Amat duduk di kursi, Amat
melihat gambar, dan Ibu dosen itu cantik.
Bloomfield dalam analisisnya berusaha memenggal-menggal bagian-
bagian bahasa itu, serta menjelaskan hakikat hubungan di antara bagian-bagian
itu. Jadi, kita lihat bagian-bagian itu mulai dari fonem, morfem, kata, frase, dan
kalimat. Kemudian beliau juga menerangkan lebih jauh tentang tata bahasa serta
memperkenalkan banyak definisi, istilah, atau konsep yang terlalu teknis untuk
dibicarakan disini seperti konsep taksem, semem, tagmem, episemem,dan lain-lain.
Oleh karena itu, teori Bloomfield ini disebut juga Linguistik taksonomi, karena
memotong-motong bahasa secara hierarkial untuk mengkaji bagian-bagiannya
atau strukturnya.
3. Teori John Rupert Firth
John Rupert Firth (1890-1960) adalah seorang linguis yang pada tahun
1944 mendirikan sekolah linguistik deskriptif di London.
Menurut Firth dalam kajian linguistik yang paling penting adalah konteks.
Dalam teori Firth ada konteks fonologi, morfologi, leksikon, dan situasi. Bahasa
adalah susunan dari konteks-konteks ini.
Menurut Firth struktur bahasa itu terdiri dari lima tingkatan yaitu tingkatan
fonetik, leksikon, morfologi, sintaksis, dan semantik. Yang menjadi unsur dalam
tingkatan fonetik adalah fonem, yang menjadi unsur dalam tingkatan morfologi
adalah morfem, yang menjadi unsur dalam tingkatan sintaksis adalah kategori-
kategori sintaksis; dan yang menjadi unsur dalam tingkatan semantik adalah
kategori-kategori semantik. Firth lebih memusatkan perhatian pada tingkatan
fonetik dan tingkatan semantik. Sedangkan tingkatan lain kurang diperhatikan.
Fonem dapat dikaji dalam hubungannya dengan kata. Konteks fonologi
terbatas pada bunyi-bunyi “dalam” yang terdapat pada kata. Bentuk yang
meragukan pada satu tingkat, tidak selalu meragukan pada tingkatan lain.
Arti atau makna menurut teori Firth adalah hubungan antara satu unsur
pada satu tingkatan dengan konteks unsur itu pada tingkatan yang sama. Jadi, arti
tiap kalimat terdiri dari lima dimensi, yaitu berikut ini.
1. Hubungan tiap fonem dengan konteks fonetiknya (hubungan fonem satu sama
lain dalam kata).
2. Hubungan kata-kata satu sama lain dalam kalimat.
3. Hubungan morfem pada satu kata dengan morfem yang sama pada kata lain,
dan hubungannya dengan kata itu.
4. Jenis kalimat clan bagaimana kalimat itu digolongkan.
5. Hubungan kalimat dengan konteks situasi.
Ada dua jenis perkembangan dalam ilmu linguistik yang selalu dikaitkan
dengan Firth, Yaitu (a) teori konteks situasi untuk menentukan arti, (b) analisis
prosodi dalam fonologi. Firth menekankan bahwa makna merupakan jantung dari
pengkajian bahasa. Dalam hal ini beliau memperkenalkan dua kolokasi untuk
menerangkan arti, yaitu arti gramatikal clan arti fonologis
Salah satu dimensi arti dari lima dimensi seperti yang disebutkan di atas
adalah dimensi hubungan kata-kata; hal ini tidak boleh dipisahkan dari konteks
situasi dan budaya. Arti satu tergantung dari kolokasi yang mungkin dari kata itu.
Sebagai linguis Firth dikenal juga sebagal tokoh analisis prosodi atau fonologi
prosodi. Menurut Firth analisis prosodi dapat digunakan untuk menganalisis
bahasa dan membuat pernyataan-pernyataan yang sistematis dari analisis ini yang
didasarkan pada penelitian yang mendalam terhadap data bahasa serta
menggunakan istilah-istilah dan kategorikategori yang sesuai. Analisis prosodi ini
menganggap ada dua jenis fonologi, yaitu berikut ini.
1. Unit-unit fonematik yang terdiri dari konsonan-konsonan segmental dan
unsur-unsur vokal yang merupakan maujud-maujud yang dapat saling
menggantikan dalam bermacam-macam posisi pada suku kata Yang berlainan.
2. Prosodi-prosodi yang terdiri dari fitur-fitur atau milik-milik struktur Yang
lebih panjang dari satu segmen, baik berupa perpanjangan fonetik, maupun
sebagai pembatasan struktur secara fonologi, seperti suku kata atau kata_
Prosodi-prosodi ini merupakan maujud yang menjadi ciri khas suku-suku kata
secara keseluruhan, dan tidak dapat saling menggantikan.
Secara singkat bisa disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan prosodi
menurut teori Firth adalah struktur kata beserta ciri-ciri khas lagu kata itu sebagai
sifat-sifat abstraksi tersendiri dalam keseluruhan fonologi bahasa itu. Jadi, yang
termasuk ke dalam fitur-fitur prosodi satu kata adalah:
1. Jumlah suku kata
2. Hakikat suku katanya: terbuka atau tertutup
3. Kualitas suku-suku kata
4. Urutan suku-suku kata
5. Urutan bunyi-bunyi vocal
6. Tempat, hakikat, dan kuantitas bunyi-bunyi penting
7. Kualitas “gelap” atau “terang” dari suku-suku kata
8. Ciri-ciri hakiki lagu suku kata dan juga potongan kalimat tempat kata itu
terdapat
9. Semua sifat yang menyangkut struktur suku kata, urutan suku kata, dan
keharmonisan suku kata dalam kata, potongan kalimat, dan keseluruhan
kalimat.
4. Teori Noam Chomsky
Noam Chomsky adalah linguis Amerika yang dengan teori tata bahasa
generative dan transformasinya dianggap telah membuat satu sejarah baru dalam
psikolinguistik. Dalam sejarah pertumbuhannya, teori Chomsky ini dibagi
menjadi empat fase, yaitu: fase generative transformasi klasik yang bertumpu
pada buku Syntactic Strukture antara tahun 1957-1964, teori standar yang
bertumpu pada buku Aspect of the Theory of Syntac antara tahun 1965-1966, fase
teori standar yang diperluas antara tahun 1967-1972, dan fase sesudah teori
standar yang diperluas antara tahun 1973 sampai kini, seperti teori penguasaan
dan ikatan (government and binding theory) yang berkembang sejak tahun
delapan puluhan. Adanya fase-fase itu karena adalah karena adanya kritik, reaksi,
dan saran dari berbagai pihak dan lebih untuk menyempurnakan teori itu.
Setiap tata bahasa dari suatui bahasa, menurut Chomsky, adalah
merupakan teori dari bahasa itu sendiri; dan tata bahasa harus memenuhi dua
syarat, yaitu:
Pertama, kalimat yang dihasilkan oleh tata bahasa itu harus dapat diterima
oleh pemakai bahasa tersebut, sebagai kalimat yang wajar dan tidak dibuat-buat.
Kedua, tata bahasa tersebut harus berbentuk sedemikian rupa, sehingga
satuan atau istilah yang digunakan tidak berdasarkan pada gejala bahasa tertentu
saja, dan semuanya ini harus sejajar dengan teori linguistic tertentu.
Menurut Chomsky untuk dapat menyusun tata bahasa dari suatu bahasa
yang masih hidup haruslah ada suatu teori umum mengenai apa yang membentuk
tata bahasa itu. Teori umum adalah satu teori ilmiah yang disusun berdasarkan
satu korpus ujaran yang dihasilkan oleh para bahasawan asli bahasa itu. Teori ini
harus bisa digunakan untuk memahami menerangkan kalimat-kalimat baru yang
bisa dihasilkan oleh seorang penutur pada satu kesempatan yang sesuai.
Sedangkan penutur lain dapat memahami dengan segera, meskipun kalimat itu
juga baru bagi mereka.
Menurut Chomsky yang penting bagi seorang linguis adalah menelaah
data-data penuturan (yang berupa penuturan), kemudian menentukan system
kaidah yang telah diterima atau yang dikuasai oleh penutur pendengar yang
dipakai dalam penuturan yang sebenarnya. Chomsky berpendapat bahwa
perkembangan teori linguistic dan psikologi yang sangat penting dan perlu diingat
dalam pengajaran bahasa adalah sebagai berikut.
a. Aspek kreatif penggunaan bahasa,
Yang dimaksud dengan aspek kreatif adalah perilaku linguistic yang biasa, bebas
dari rangsangan, bersifat mencipta dan inovatif.
b. Keabstrakan lambang-lambang linguistik,
Yaitu dengan keabstrakan lambang-lambang linguistik adalah bahwa rumus-
rumus atau kaidah-kaidah yang menentukan bentuk-bentuk kalimat dan penafsiran
artinya yang rumit bukann sesuatu yang konkret melainkan merupakan sesuatu
yang abstrak.
c. Keuniversalan struktur dasar linguistik,
Yaitu prinsip-prinsip abstrak yang mendasari tata bahasa generatif transformasi
dan yang tidak dapat diperoleh melalui pengalaman dan latihan.
d. Peranan organisasi intelek nurani (struktur dalam) di dalam proses
kognitif/mental.
Masalah organisasi intelek nurani di dalam proses kognitif umumnya, dan
didalam pemerolehan bahasa khususnya, merupakan perkembangan baru yang
sangat penting terutama dalam psikolinguistik.
Menurut teori linguistik generatif transformasi setiap tata bahasa suatu
bahasa terdiri dari tiga buah komponen, yaitu komponen fonologi, komponen
sintaksis, dan komponen semantik. Namun, untuk bisa memahami ketiga
komponen itu perlu memahami dulu konsep struktur dalam dan struktur luar.
TEORI PEMBELAJARAN DALAM PSIKOLOGI
1. Teori-teori Stimulus-Respons
Disebut teori Stimulus-Respons karena teori ini memiliki dasr pandangan
bahwa perilaku itu, termasuk perilaku berbahsa, bermula dengan adanya stimulus-
respons (rangsangan, reaksi) yang segera menimbulkan respons, (reaksi, gerak
badan).
a) Teori Pembiasaan Klasik dari Pavlov
Teori pembiasaan klasik ini merupakan teori pertama dalam kelompok
teori stimulus-respons. Teori ini ditemukan secara kebetulan oleh Ivan P. Pallov
(1848-1936), seorang ahli fisiologi bangsa Rusia. Dalam teori ini, Pavlov
melakukan eksperimen pada seekor anjing
Menurut teori pembiasaan kalsik ini kemampuan seseorang untuk
membentuk respons-respons yang dibiasakan berhubungan erat dengan jenis
sistem yang digunakan. Teori ini percaya adanya perbedaan-perbedaan yang
dibwa sejak lahir dalam kemampuan belajar. RD dapat diperkuat dengan ulangan-
ulangan teratur dan intensif. Pavlov tidak tertarik dengan “pengertian” atau
“pemahaman” atau apa yang disebut insight (kecepatan melihat hubungan-
hubungan di dalam pikiran). Akhirnya bis adikatakan bagi Pavlov respons yang
dibiasakan (RD) adalah unit dasar pembelajran yang paling baik.
b) Teori penghubungan dari Thorndike
Teori penghubungan (connectionism theory) diperkenalkan oleh Edwadr
L. Thorndike (1874-1919), seorang ahli psikologi berkebangsaan Amarika. Teori
ini di mulai dengan sebuah eksperimen yang disebuut trial and error. Thorndike
melakukan eksperimen pada seekor kucing.
Dari eksperimen Thorndike tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk
memperoleh hasil yang baik maka kita memerlukan latihan. Latihan yang
dimaksud ialah latihan yang dilakukan secara berulang-ulang dengan urutan yang
benar dan secara teratur. Teori ini merujuk kepada system “coba-coba”, yaitu
suatu kegiatan yang bila kita gagal dalam melakukannya, maka kita harus terus
mencoba hingga akhirnya berhasil.
c) Teori Behaviorisme dari Watson
Teori bahaviorisme diperkenalkan oleh John B. Watson ( 1878-1958)
seorang ahli psikologi berkebangsaan Amerika. Di Amerika Serikat, Watson
dikenal sebagai Bapak Behaviorisme. Menurut Watson, dalam pembelajaran tidak
ada perbedaan antara manusia dan hewan. Dari eksperimen Watson tersebut dapat
disimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran sebagian perilaku yang terjadi
adalah akibat pengaruh dari lingkungan sekitar. Dengan kata lain bahwa karakter
atau kepribadian seseorang individu dapat terbentuk oleh karena dipengaruhi
lingkungan sekitar atau lingkungan dimana ia berada.
d) Teori Kesegeraan dari Guthrie
Teori kesegeraan atau kedekatan (dalam bahasa Inggris biasa disebut
temporal contiguity) diperkenalkan oleh E. R. Guthrie. Menurut Guthrie,
kesegeraan merupakan kunci pembelajaran dalam teori ini dan penguatan tidaklah
begitu penting karena penguatan hanya berfungsi sebagai salah satu faktor yang
mencegah organisme mencoba respons yang lain. Guthrie juga berpendapat
bahwa pembelajaran tidak dapat berlangsung secara perlahan lahan tetapi secara
coba tunggal (single trial). Oleh karena itu, latihan dan ulangan diperlukan untuk
membiasakan stimulus baru menimbulkan respons apa yang dikehendaki.
Jika respons yang dikehendaki terjadi berulang – ulang, maka organisme
akan cenderung tidak memberikan respons lain. Pembelajaran coba tunggal
(single trial learning) yang dianjurkan oleh Guthrie ini memerlukan pengaturan
keadaan sedemikian rupa sehingga stimulus – stimulus yang diberikan haruslah
menimbulkan respons – respons yang benar. Oleh karena itu, kesalahan –
kesalahan haruslah dihilangkan dengan cara mengkaji stimulus dengan seksama
agar menimbulkan respons yang betul bersama – sama dengan stimulusnya.
e) Teori pembiasaan Operan dari Skinner
Teori pembiasaan operan atau yang sering disebut dengan pembiasaan
instrumental diperkenalkan oleh B. F. Skinner (seorang ahli psikologi Amerika).
Skinner percaya bahwa proses pembelajaran didasarkan pada penguatan. Teori
tentang pembiasaan operan dijelaskan Skinner melalui percobaannya dengan
seekor tikus.
Perilaku yang dibiasakan bersifat operan/instrumental menyebabkan
munculnya biji makanan. Tingkah laku operan berpengaruh terhadap lingkungan,
dan lingkungan yang dipengaruhi memberikan hadiah sebagai penguatan kepada
pelaku kegiatan (dalam hal ini tikus). Hadiah yang menjadi penguat ini
meyebabkan tikus akan menekan batang besi ketika lapar.
Bagi Skinner, dalam pembelajaran, guru merupakan arsitek utama dalam
pembentukan tingkah laku siswa agar siswa dapat bertutur sesuai dengan tujuan
pembelajaran bahasa.
Skinner memaparkan bahwa perilaku berbahasa lebih banyak dipengaruhi
oleh rangsangan (stimulus) dari luar serta pengukuhan (reinforcement). Skinner
tidak menerima akan adanya pendapat yang menyebutkan bahwa “kepandaian
belajar bahasa seseorang dibawa sejak lahir”, karena pembelajaran bahasa
diperoleh sebagai hasil belajar. Mengenai pemerolehan bahasa Ibu oleh anak –
anak, Skinner berpendapat bahwa pemerolehan tersebut berlangsung secara
berangsur – angsur dan mengikuti peristiwa – peristiwa tertentu.
f) Teori Pengurangan Dorongan dari Hull
Teori pengurangan dorongan atau ketegangan diperkenalkan oleh Clark
Hull pada tahun 1952. Teori ini mempunyai empat peringkat pembelajaran, yaitu:
a. Peringkat 1, merupakan variabel bebas yang dapat berdiri sendiri, misalnya
pengalaman-pengalaman lama, ganjaran-ganjaran, dan sejumlah rangsangan.
b. Peringkat 2 dan 3 merupakan variabel penengah, misalnya dorongan atau
ketegangan, motivasi yang berupa ganjaran, kekuatan yang mengikat rangsangan
respons, dan kecenderungan organ tubuh memberikan respons jika terjadi
rangsangan.
c. Peringkat 4 merupakan variabel tidak bebas, misalnya frekuensi terjadinya
respons, kecepatan respons, dan ketahanan respons.
Teori ini memiliki tujuan utama untuk memprediksi dan mendeskripsikan
sebuah perilaku. Untuk mencapai tujuan ini, suatu sistem hukum yang pasti harus
dibuat berdasarkan kesimpulan yang dapat diuji dengan eksperimen. Menurut
Hull, pembelajaran bergantung pada pengukuhan utama dan pengukuhan kedua,
meskipun kekuatan suatu respons tergantung pada peringkat dorongan pada saat
tertentu. Yang terpenting dari teori ini adalah peningkatannya sedikit ke arah
penerimaan, yakni adanya sesuatu yang menengahi diantara rangsangan (stimulus)
dan gerak balas (respons), yaitu dorongan atau ketegangan yang muncul karena
tercapainya suatu tujuan tertentu. Karena adanya tujuan dari organ untuk
mencapai sesuatu, maka harapan untuk mencapaui tujuan tersebut telah
mendorong organ untuk bereaksi.
g) Teori Mediasi dari Osgood
Teori meditasi atau penengah (mediation theory), yang termasuk
kelompok teori S-R diperkenalkan oleh Osgood (1953, 1962). Terori meditasi ini
merintis lahirnya teori–teori kognitif, karena mengakui adanya faktor meditasi
atau penengah di antara rangsangan (stimulus) dan gerak balas (respons). Teori-
teori yang termasuk kelompok neobehaviorisme sangat tertarik pada proses-proses
yang berlaku sebagai penengah atau meditasi antara stimulus dan respons. Osgood
juga telah menjelaskan proses pemerolehan sematik (makna) berdasarkan teori
meditasi atau penengah ini.Teori meditasi menerangkan pembelajaran menurut
rumus:
S rm sm R
Keterangan:
S= Stimulus
rm=Respons mediasi
sm=Stimulus mediasi
R= Respons
Menurut Osgood makna merupakan hasil proses pembelajaran dan
pengalaman seseorang dan merupakan satu proses meditasiuntuk melambangkan
sesuatu. Makna sebagai proses meditasi pelambang dan merupakan satu bagian
yang distingtif dari keseluruhan respon terhadap satu obyek yang telah dibiasakan
pada kata untuk objek tersebut.
Osgood ( 1953) juga memperkenalkan konsep sign (tanda atau isyarat)
sehubungan dengan makna ini. Yang dimaksud dengan sign adalah satu pola
rangsangan yang memunculkan satu respon penengah dalam organ (manusia).
Respon penengah atau meditasu ini hanyalah bagian kecil saja dari keseluruhan
stimulus (perilaku) yang biasanya dimunculkan oleh objek asli. Menurut Osgood,
kata-kata adalah sign yang telah dibiasakan pada bagian tertentu dari keseluruhan
respons objek asli dan berfungsi dalam perilaku sebagai proses meditasi
pelambang.
h) Teori Dua Faktor dari Mouwer
Secara lengkap teori bernama teori dua faktor yang disempurnakan
(revised two factor theory). Teori ini yang masih termasuk golongan teori S-R
diperkenalkan oleh D. Hobart Mouwer (1960). Teori ini disebut teori dua faktor
yang disempurnakan karena menurut Mouwer ada dua jenis pengukuhan, padahal
teori sebelumnya hanya menggangap ada satu jenis pengukuhan. Kedua jenis
pengukuhan itu, menurut Mouwer adalah :
1. Pengukuhan bertambah (incremental reinforcement)
2. Pengukuhan berkurang (decremental reinforcement)
Pengukuhan bertambah lazim juga disebut sebagai hukuman ke dua atau
tambahan, karena perasaan takut atau perasaan kecewa telah dibangkitkan atau
ditambah dengan pengukuhan ini. Menurut Mouwer hanya perasaan (emosi) saja
yang dapat dibiasakan, sedangkan perilaku tidak dapat. Jadi setiap respons yang
dilazimkan merupakan satu respons emosi yang bertindak sebagai suatu dorongan
yang merangsang seseorang untuk bertindak. Jadi menurut Mouwer perasaan
takut, mengharap sesuatu, lega, dan kecewa merupakan reaksi penengah atau
mediasi yang telah dilazimkan terhadap rangsangan yang berhubungan dengan
respons yang menyebabkan hukuman.
Pengukuhan berkurang merupakan ganjaran karena dengan berkurangnya
pengukuhan keteganagn yang disebabkan oleh perasaan takut menjadi berkurang
dan dengan demikian pengharapan atau perasaan lega telah dibangkitkan.
Teori ini diterapkan juga oleh Mouwer dalam pengkajian pemerolehan
bahasa. Teori pemerolehan bahasa ibu yang diperkenalkan oleh Mouwer disebut
self satisfaction theory (teori pemuasan diri).
2. Teori-teori Kognitif
Teori-teori kognitif ini pada awal kelahirannya dimulai dengan
penggabungan teori S-R dan teori Gestalt yang dilakukan oleh Tolman dan
kawan-kawan. Di sini yang dimaksud dengan teori kognitif adalah pengkajian
bagaimana caranya persepsi mempengaruhi perilaku dan bagaimana caranya
pengalaman mempengaruhi persepsi.
A. Teori Behaviorisme Purposif dari Tolman
Gabungan dari kedua teori hubungan S-R dan Gestalt, telah dimanfaatkan
oleh Tolman dalam melahirkan teori pembelajaran kognitif. Teori Behaviorisme
purposif yang diperkenalkan oleh Tolman mengajarkan bahwa apabila suatu
rangsangan tertentu menimbulkan respons tertentu, maka akan kita lihat
rangsangan itu dalam perspektif yang baru. Selain memusatkan perhatian yang
besar kepada rangsangan dan respon luar, teori behaviorisme purposif juga
memasukan konsep kognisi ke dalam sistemnya, dan melihat perilaku secara
keseluruhan, todak dari satu bagian kecil tertentu.
B. Teori Medan Gestalt dari Wetheimer
Teori-teori medan gestalt adalah sejumlah sarjana Jerman. Mereka adalah
Max Wertheimer (1880-1943), Wolfgang Kohler (1887), Kurt Koffka (1886-
1941), dan Kurt Lewis(1890-1947). Kata gestalt berasal dari bahasa Jerman yang
secara harfiah berarti “keseluruhan”. Dalam sejarahnya teori gestalt muncul
sebagai reaksi keras terhadap prisip-prinsip trial and error yang dilakukan
Thorndike dan para pengikutnya. Dalam percobaan ini, Thorndike menghilangkan
sama sekali prinsip kesadaran dan teori pembelajarannya. Dan hal ini dianggap
oleh gestalt sebagai sesuatu kesalahan besar.
Menurut Wertheimer, teori pemebelajaran hanya mungkin memepunyai makana
jika kesadaran diikutsertakan sebagai satu unsur yang tidak dapat dipisahkan dari
persepsi dan pembelajaran.
Gestalt memperkenalkan lima buah hukum organisasi sebagai berikut:
1. Hukum Pragnanz
2. Hukum Kesamaan
3. Hukum Proksimiti atau Kedekatan
4. Hukum Penutupan
5. Hukum Kelanjutan Baik
C. Teori Medan dari Lewis
Teori medan deperkenalkan oleh Kurt Lewin setelah meninggalkan teori
medan gestalt dan lalu mengembangkan teorinya sendiri. Dalam hal ini Lewin
mengembangkan satu konsep penting dalam teorinya yang hamper sama dengan
teori medan gestalt, yakni konsep ruang penghidupan, di mana setiap perilaku
berlangsung. Menurut Lewin ruang penghidupan seseorang terdiri dari:
a. diri sendiri, keperluan utama sendiri, keperluan diri pada suatu saat tertentu,
maksud dan rencana sendiri.
b. Lingkungan perilaku orang itu, lingkungan fisik , lingkungan sosial, lingkungan
konsepsi sebagai yang ditanggapinya dalam hubungannya dengan keperluan dan
maksudnnya.
D. Teori Perkembangan Kognitif dari Piaget
Menurut Piaglet, kecerdasan adalah suatu bentuk keseimbangan atau
penyeimbangan ke arah mana semua fungsi kognitif bergerak. Penyeimbangan ini
merupakan suatu “imbuhan” untuk satu gangguan luar.
Menurut Piaglet juga,pengkajian peringkat-peringkat perkembangan kecerdasan
pada mulanya merupakan pengkajian pembentukan struktur operasi-operasi
kecerdasan ini. Ada empat peringkat penting dalam perkembangan kecerdasan,
yaitu:
1. Tahap deria-motor (sensory motor)
Pada tahap ini kecerdasan telah mempunyai struktur yang didasarkan pada
aksi dan pada gerakan-gerakan serta pengamatan tanpa bahasa. Aksi-aksi ini
dikoordinasi atau diselaraskan dengan cara yang stabil oleh skema-skema aksi
yaitu rencana perilaku
2. Tahap praoperasi
Kanak-kanak pada usia antara 2-7 tahun mengalami munculnya suatu
peristiwa yang disebut fungsi simbolik. Kemunculan fungsi simbolik ini menandai
dimulainya tahap praoperasi yang merupakan kepandaian kanak-kanak untuk
membedakan apa yang disebut significate (obyek atau benda yang dilambangkan
dengan significant). Pada tahap ini setiap permainan anak hanya merupakan
latihan gerak saja.
3. Tahap operasi konkret
Pada tahap ini anak-anak telah mampu melihat atau memahami kelas-kelas
yang logis dan hhubungan-hubungan yang logis di antara benda-benda, termasuk
nomor-nomor.
4. Tahap operasi formal
Pada tahap ini anak-anak telah mampu berpikir berdasarkan proposisi atau
hipotesis; dan tidak lagi berdasarkan benda-benda konkret seperti pada tahap
sebelumnya. Operasai pikiran pada tahap ini sudah semakin rumit, dan peranan
bahasa dalam pembelajaran dan pemahaman proposisi semakin besar.
E. Teori Genetik Kognitif dari Chomsky
Chomsky dengan keras menentang teori pembiasaan operan dalam
pemerolehan bahasa yang dikemukakan Skinner. Menurut Chomsky, untuk dapat
menerangkan hakikat proses pemerolehan bahasa, di samping memahami apa
sebenarnya bahasa itu , kita tidak boleh menyampingkan pengetahuan mengenai
struktur dalam organisme (manusia).
Menurut Chomsky, otak manusia dipersiapkan secara genetik untuk
berbahasa. Untuk itu otak manusia telah dilengkapi dengan stuktur bahasa
universal dan apa yang disebut language acquisition device (LAD). Teori
Behaviorisme (S-R) sangat tidak memadai untuk menerangkan proses-proses
pemerolehan bahasa sebab masukan data linguistiknya sangat sedikit untuk dapat
membangkitkan rumus-rumus linguistik.
Dalam proses pemerolehan bahasa, tugas anak-anak dengan alat yang
dimilikinya (LAD) adalah menentukan bahasa masyarakat manakah masukan
kalimat-kalimat yang didengarnya itu akan di masukkan . untuk lebih memperkuat
teorinya atau hipotesisnya Chomsky mengajukan hal-hal berikut.
1. Proses-proses pemerolehan bahasa pada semua kanak-kanak boleh
dikatakan sama
2. Proses pemerolehan bahasa tidak ada kaitannya dengan kecerdasan
3. Proses pemerolehan bahasa juga tidak dipengaruhi oleh motivasi dan
emosi anak-anak
4. Tata bahasa yang dihasilkn oleh semua anak-anak boleh dikatakan sama.