Psi umum makalah

13
1 PSIKOLOGI KOGNITIF Mata Kuliah : Psikologi Umum DISUSUN OLEH : 1. Endang Siswati 2. Tri Wahyu Oktavianita JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MERCU BUANA

Transcript of Psi umum makalah

Page 1: Psi umum makalah

1

PSIKOLOGI KOGNITIF

Mata Kuliah : Psikologi Umum

DISUSUN OLEH :

1. Endang Siswati

2. Tri Wahyu Oktavianita

JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MERCU BUANA

Page 2: Psi umum makalah

2

PENDAHULUAN

Arti dari kata kognisi (cognition) itu sendiri sebetulnya tidak ada kesepakatan

secara umum, namun kesadaran tetap yang dipelajari dalam psikologi kognitif adalah

berbagai hal seperti sikap, ide, harapan dan sebagainya. Dengan perkataan lain

psikologi kognitif mempelajari bagaimana arus informasi yang ditangkap oleh indra

dan diproses dalam jiwa seseorang sebelum diendapkan dalam kesadaran atau

diwujudkan dalam bentuk tingkah laku. Psikologi kognitif dikatakan sebagai

perpaduan antara psikolog I gestalt dan behaviorisme. Dari sejarahnya diketahui

bahwa perkembangan psikologi kognitif berawal dari hijrahnya Kurt Lewin ke

Amerika Serikat karena kejaran Nazi Jerman menjelang Perang Dunia II.

1. PEMBAHASAN

Psikologi kognitif dikatakan sebagai perpaduan antara psikologi gestalt dan

behaviorisme. Psikologi Gestalt itu sendiri merupakan sebuah teori yang menjelaskan

proses persepsi melalui pengorganisasian komponen-komponen sensasi yang

memiliki hubungan, pola, ataupun kemiripan menjadi kesatuan.Teori gestalt

beroposisi terhadap teori strukturalisme.Teori gestalt cenderung berupaya

mengurangi pembagian sensasi menjadi bagian-bagian yang kecil. Teori ini dibangun

oleh tiga orang, Kurt Koffka, Max Wertheimer, and Wolfgang Köhler. Mereka

menyimpulkan bahwa seseorang cenderung mempersepsikan apa yang terlihat dari

lingkungannya sebagai kesatuan yang utuh. Sedangkan psikologi behaviorisme

memaknai psikologi sebagai studi tentang perilaku sebagai adaptasi terhadap stimulus

lingkungan. Inti utama behaviorisme adalah bahwa organisme mempelajari adaptasi

perilaku dan pembelajaran tersebut dikendalikan oleh prinsip-prinsip asosiasi. Tokoh-

tokoh yang memperkuat psikologi behaviorisme antara lain J.B Watson, Edward

Chance Tolman, dan B.F. Skinner.

Psikologi kognitif berawal dari hijrahnya Kurt Lewin ke Amerika Serikat karena

kejaran Nazi Jerman menjelang Perang Dunia II. Di Amerika Serikat, dari

universitas-universitas tempatnya ia bekerja di Iowa dan Massachussets, Lewin

Page 3: Psi umum makalah

3

menyebarkan teori-teori Psikologi Gestalt yang telah dikembangkannya menjadi

Teori Lapangan. Mula-mulai tertarik pada paham Gestalt tetapi kemudian ia

mengkritik teori Gestalt karena dianggapnya tidak adekuat. Lewin kurang setuju

dengan cara pendekatan Aristotelian yang mementingkan struktur dan isi gejala-

gejala kejiwaan. Ia lebih cenderung kepada cara pendekatan yang Galilean yaitu yang

mementingkan fungsi kejiwaan.

Teori lapangan yang dikemukankan oleh Lewin itu sendiri adalah teori yang

membahas proses psikologi yang terjadi dalam diri seseorang. Dengan perkataan lain

teori lapangan mempelajari unsur O (organisme) yang dalam teorinya Tolman

dinyatakan bahwa mempelajari O harus dilaksanakan dengan mencari hubungan

Antara B (behavior atau tingkah laku) dengan S (situasi) dan A (antecedent atau

peristiwa-peristiwa yang mendahului). Hubungan S_R dalamteori Thorndike,

menurut Tolman perlu dijadikan hubungan S-O-R dalam hubungan S-O-R inilah

teori-teori psikologi lapangan mendapat tempatnya dalam dunia psikologi di Amerika

Serikat yang pada waktu itu didominasi oleh Behaviorisme, untuk kemudian

berkembang menjadi teori kognitif.

(Sumber:Sarlito W. Sarwono, Berkenalandenganaliran-alirandantokoh-

tokohPsikologi)

Psikologi kognitif mempelajari tentang cara manusia menerima, mempersepsi,

mempelajari, menalar, mengingat dan berpikir tentang suatu informasi. Psikologi

kognitif juga membahas mengenai pemrosesan informasi. Bagaimana cara kita

memperoleh informasi mengenai dunia dan bagaimana pemerosesannya, bagaimana

cara informasi itu disimpan dan di proses oleh otak, bagaimana informasi itu

disampaikan dengan struktur penyusunan bahasa, dan proses-proses tersebut

ditampilkan dengan sebuah prilaku yang dapat diamati dan juga yang tidak dapat

diamati. Psikologi kognitif juga mencakup keseluruhan proses psikologis dari sensasi

ke persepsi, pengenalan pola, atensi, kesadaran, belajar, memori, formasi konsep,

berpikir, imajinasi, bahasa, kecerdasan, emosi, dan bagaimana keseluruhan hal

tersebut berubah sepanjang hidup (terkait perkembangan manusia) dan bersilangan

Page 4: Psi umum makalah

4

dengan berbagai bidang prilaku. Dalam psikologi kognitif terdapat beberapa definisi

yaitu metafora adalah menjelaskan proses-proses kognitif. Dan model adalah sebuah

kerangka kerja organisasional yang digunakan untuk menjelaskan proses-proses

kognitif. Proses untuk mengetahui suatu informasi atau belajar yang dipandang

sebagai suatu usaha untuk memahami sesuatu. Kemudian cara mempersepsikan dan

menyusun informasi yang berasal dari lingkungan sekitar yang dilakukan secara aktif

oleh seorang pembelajar. Cara aktif yang dilakukan dapat berupa mencari

pengalaman baru, memecahkan suatu masalah, mencari informasi, mencermati

lingkungan, mempratekkan, mengabaikan respon-respon guna mencapai tujuan. Pada

teori kognitif pengetahuan yang diperoleh dari proses belajar sebelumnya sangat

mempengaruhi atau menentukan terhadap perolehan pengetahuan baru dipelajari.

Adapun teori yang sangat berkaitan erat dengan teori kognitif adalah teori

pemrosesan informasi karena menurut teori ini setelah proses pembelajaran ada

proses pengolahan informasi di dalam otak manusia yang dimulai dari pengamatan

seseorang terhadap informasi yang berada di lingkungannya, kemudian informasi

tersebut diterima oleh reseptor-reseptor yang berupa simbol-simbol yang kemudian

diteruskan pada registor pengindraan yang terdapat pada syaraf pusat.

(Sumber: Mahmud, Dimyati. 1989. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan.)

Reaksi terhadap rangsang tidak selalu keluar berupa tingkah laku yang nyata atau

respon (overt) akan tetapi mengendap berupa ingatan atau diproses menjadi gejolak

perasaan (gelisah, kepuasan, kekecewaan dsb) atau sikap (suka dan tidak suka) .

Teori kognitif ini tidak menyelidiki hal-hal yang lebih mendalam dari yang ada pada

kesadaran. Ia tidak mempelajari proses yang terjadi dalam alam bawah sadar dan

ketidaksadaran. Karena itu teori ini dengan mudah dapat dibedakan dari teori

behaviorisme dan struktualisme, psikologi kognitif agak sulit dibedakan, terutama

dalam aspek metodologinya. Behaviorisme tidak menyetujui metode introspeksi,

tetapi untuk mendapatkan data, psikologi behaviorisme dalam eksperimennya tetap

Page 5: Psi umum makalah

5

bertanya kepada Orang Percobaan „OP‟ dan jawaban „OP‟ dicatat sebagai data.

Misalnya „OP‟ diminta membaca sesuatu dan pemimpin percobaan „PP‟ bertanya:

“Apa yang Anda baca?” , „OP‟menjawab misalnya “Tulisan itu berbunyi ZRT”.

Jawaban „OP‟ oleh kaum behaviorisme dinamakan respons verbal, akan tetapi oleh

penganut psikologi kognitif dinamakan introspeksi. Hanya saja apa yang dinamakan

introspeksi dalam psikologi kognitif terbatas pada apa yang diindrakan atau dirasakan

oleh „OP‟ secara langsung dan spontan, sedangkan introspeksi dalam aliran

struktualisme mengandung pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab secara lebih

mendalam dan untuk menjawab „OP‟ perlu memiliki pengalaman dan kemampuan

tertentu. Disinilah letak subjektivitias introspeksi model struktualisme.

Perbedaan antara psikologi kognitif dan psikologi behaviorisme antara lain:

Psikologi Behaviorisme Psikologi Kognitif

Berkaitan dengan kondisioning dan

proses belajar.

Lebih banyak mempelajari

pembentukan konsep, proses, berpikir

dan membangun pengetahuan.

Mempelajari perilaku yang nyata

(overt)

Membicarakan konsep-konsep

mentalistik yaitu proses kejiwaan

yang tidak selalu nampak dari luar.

Lebih mementingkan tingkah laku

molekular (tingkah laku refleks)

Lebih mementingkan tingkah laku

molar (tingkah laku keseluruhan)

Mementingkan faktor kebutuhan

pemuasan kebutuhan.

Berpendapat bahwa tanpa ada

kebutuhnan-kebutuhan tertentu,

proses belajar dapat tetap terjadi.

Page 6: Psi umum makalah

6

Kemudian psikologi kognitif menaruh perhatian atas pertanyaan-pertanyaan yang

menunjuk pada cakupan psikologi kognitif antara lain:

1. Bagaimana kita memperoleh, mentransformasikan, merepresentasikan,

menyimpan, dan mendapatkan kembali suatu pengetahuan/informasi.

2. Bagaimana pengetahuan/informasi tersebut merebut perhatian kita.

3. Bagaimana kita merespon pengetahuan/informasi yang kita terima.Kognisi

merupakan proses internal yang tidak nampak.

Pengetahuan (teori-teori/model-model) yang dikembangkan untuk menjawab

pertanyaan-pertanyaan tersebut dibangun atas dasar asumsi-asumsi tertentu.

Asumsi-asumsi dan Topik-topik dalam Psikologi Kognitif

ASUMSI

TOPIK DALAM PSIKOGNITIF

Kemampuan untuk mendeteksi dan

menginterpretasi stimulus penginderaan

(sensory)

Deteksisinyal-sinyal penginderaan

dan neuro-science.

Kecenderungan untuk memusatkan pada

stimulus penginderaan tertentu dan

mengabaikan stimulus lainnya.

Perhatian (attention).

Pengetahuan yang mendetail tentang

karakteristik fisik dari lingkungan.

Pengetahuan (knowledge).

Kemampuan untuk mengabstraksi

bagian- bagian dari suatu peristiwa dan

mengintegrasikan bagian-bagian

Pengenalan pola( pattern

recognition).

Page 7: Psi umum makalah

7

tersebut kedalam skema yang terstruktur

dengan baik, yang memberikan

arti/makna bagi keseluruhan episode.

Kemampuan untuk memerasarti

(memetik inti sari) dari tulisan dan kata-

kata.

Membaca dan pemrosesan

informasi.

Kapasitas untuk menyimpan peristiwa-

peristiwa yang baru saja terjadi dan

mengintegrasikannya kedalam

rangkaian yang berkesinambungan.

Short –term memory.

( library online ).

(Sumber: Mahmud, Dimyati. 1989. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan.)

Tokoh yang tergolong paling awal dalam mengemukakan teori-teori yang dapat

digolongkan dalam aliran Psikologi Kognitif ini adalah F. Heider. Tulisannya yang

pertama, Attitudes and Cognitive Organisation, dipublikasikan pada tahun 1946.

Setelah itu muncul tokoh-tokoh seperti L. Festinger, C.E. Osgood, P.H. Tannenbaum

dan T.M. Newcomb.

1. F. Heider (Teori P-O-X): Dalam tulisannya yang telah disebutkan, Heider

mengemukakan teori yang berpangkal pada perasaan-perasaan yang ada pada

seorang terhadap seseorang lain dan sesuatu hal yang lain (pihak ketiga) yang

menyangkut orang pertama dan orang kedua. Orang pertama yang mengalami

perasaan itu diberinya lambang P (Person atau Pribadi). Orang kedua yang

berhubungan dengan P akan diberi lambang O (Others atau orang lain),

sedangkan pihak ketiga yang bisa berupa orang, benda, situasi dan sebagainya

dilambangkan dengan X. Dengan demikian hubungan tiga pihak itu disebut

hubungan P-O-X yang dapat diskemakan sebagai berikut:

Sejalan dengan prinsip-prinsip Psikologi Gestalt, hubungan P-O-X

dapat bersifat saling memiliki (yang satu merupakan bagian dari yang lain,

sangat erat) dan saling tidak memiliki. Hubungan yang saling memiliki

dinamakan hubungan tipe-U, sedangkan hubungan yang tidak saling memiliki

disebut hubungan tipe bukan-U. Tipe-tipe hubungan ini dipengaruhi oleh

Page 8: Psi umum makalah

8

prinsip-prinsip persepsi dari Psikologi Gestalt seperti kesamaan, kedekatan,

kelangsubngan, set dan pengalaman masa lalu.

Skema hubungan P-O-X:

P O

X

Disamping itu, dengan meminjam prinsip-prinsip psikologi lapangan Kurt Lewin,

g=hubungan P-O-X menurut Heider bisa juga bersifat positif (menyukai, memuja,

menyetujui, dan sebagainya) atau negatif (mencela, tidak menyetujui, tidaik

menyukai dan sebagainya). Sifat hubungan yang positif dinamakan hubungan L(like),

sedangkan hubungan yang negatif dinamakan hubungan DL (dislike).

Berdasarkan sifat-sifat hubungan P-O-X tersebut dapat terjadi berbagai kombinasi

hubungan P-O-X yang akibatnya terhadap kognisi (kesadaran) P bisa tiga macam,

yaitu:

1) Keadaan seimbang (balance) yang menimbulkan rasa puas, senang dan

mendorong P untuk berbuat sesuatu untuk mempertahankan hubungan.

2) Keadaan tidak seimbang (imbalance) yang menyebabkan timbulnya perasaan

tidak senang, tidak puas, penasaran dan sebagainya dan menyebabkan P

terdorong untuk berbuat sesuatu untuk mengubah sifat-sifat hubungan P-O-X

sehingga mendekati keadaan yang seimbang.

3) Keadaan tidak relevan (irrelevant) yang tidak berpengaruh apa-apa terhadap

P, sehingga P tidak terdorong untuk berbuat apa-apa.

Contoh-contoh dari ketiga keadaan kognitif tersebut diatas adalah sebagai

berikut:

1) a.Seorang guru (P) menyukai seorang murid (O) dan ia pun menyukai

nilain ulangan yang bagus (X). Hubungan P-O adalah hubungan L.

Demikian pula hubungan P-X. Sedangkan nilai yang bagus itu adalah

hasil ulangan dari O. Hubungan O-X adalah tipe U. Maka pada guru

(P) terdapat keadaan kognitif yang seimbang.

Skema hubungan P-O-X

P O Ket: P X= +, P O= +, X O= +

X

b. Seorang guru (P) tidak menyukai seorang murid (O) dan ia tidak

menyukai nilai ulangan yang jelek (X). Hubungan P-O maupun P-X

adalah hubungan DL. Sedangkan nilai jelek itu adalah hasil ulangan

Page 9: Psi umum makalah

9

ulangan dari P, sehingga hubungan nilai O-X adalah hubungan tipe U.

Maka guru P mengalami keadaan kognitif yang seimbang.

1) Seorang guru (P) menyukai seorang murid (O) dan ia tidak menyukai

nilai yang jelek (X). Hubungan P-O adalah hubungan L, sedangkan

hubungan P-X adalah hubungan DL. Padahal nlai yang jelek itu adalah

hasil ulangan O, sehingga hubungan O-X adalah tipe U. Akibatnya

timbul perasaan tidak seimbang dalam diri P

P O

X Keterangan: P X= - , P O= + , X O= +

2) Seorang guru (P) menyukai seorang murid (O). Hubungsn P-O adalah

hubungan PL. Guru itu tidak menyukai nilai ulangan yang jelek (X),

sehingga hubungan P-X adalah hubungan DL. Tetapi nilai yang jelek

itu bukan hasil ulangan O, sehingga hubungan O-X adalah hubungan

tipe bukan U. Dalam hal ini dalam diri P tidak akan timbul apa-apa

(relevant)

P O Keterangan: P X= - , P O= + , X O= -

X

2. Leon Festinger

(Disonansi Kognitif): Dalam bukunya, A theory of Cognitive

Dissonance (1957), Festinger (1919-1989) mengemukakan teorinya yang banyak

dipengaruhi oleh Lewin. Dalam teori Festinger, sektor-sektor dalam lapangan

kesadaran dinamakan Elemen-elemen kognisi. Elemen-elemen kognisi itu saling

berhubungan satu sama lain dan jenis hubungan itu ada tiga macam, yaitu (1)

hubuyngan yang tidak relevan, (2) hubungan disonan, dan (3) hubungan

konsonan.

Contoh dari hubungan yang tidak relevan misalnya adalah jika seseorang tahu

bahwa setiap musim hujan kota Jakarta kebanjiran dan ia pun tahu bahwa di

Kalimantan Timur ada sebuah pabrik pupuk. Hubungan antara kedua elemen

kognisi itu tidak relevan sehingga tidak timbul reaksi apa-apa pada diri orang

yang bersangkutan.

Jika hubungan yang tidak relevan tiak menghasilkan reaksi apa-apa

pada seseorang, perasaan disonan menimbulkan perasaan tidak senang, janggal,

penasaran aneh, tidak puas dan sebagainya sehingga mendorong orang yang

bersangkutan untuk berbuat sesuatu untuk mencapai keadaan konsonan.

Page 10: Psi umum makalah

10

Hubungan konsonan itu sendiri menimbulkan rasa puas, senang, bisa mengerti

dan sebagainya. Hubungan yang disonan disebabkan oleh elemen-elemen kognisi

yang saling menyangkal, sedangkan hubungan konsonan adalah hubungan yang

tidak disonan. Misalnya, kita tahu bahwa jika seseorang berdiri di bawah hujan

(elemen pertama), maka ia akan basah (elemen kedua). Kalau kita melihat orang

karena berdiri di bawah hujan, maka kita merasakan sesuatu keadaan yang bisa

dimengerti sebagai akibat adanya hubungan yang konsonan antara elemen-elemen

kognisi. Tetapi kalau orang yang berdiri dibawah hujan itu tidak basah, maka kita

yang melihatnya akan merasa heran, aneh, curiga, dan sebagainya sebagai akibat

dari adanya hubungan yang disonan antara elemen kognisi yang kedua (tidak

basah) yang menyangkal elemen kognisi yang pertama (berdiri dibawah hujan).

Menurut Festinger, hubungan yang disonan juga dapat disebabkan

oleh nilai-nilai budaya dan pendapat umum. Misalnya, jika terjadi gejala-gejala

berikut: makan dengan tangan di restoran bertaraf internasional, orang kulit putih

bercakap bahasa Jawa, seorang kakek menyanyikan lagu rock atau seorang

menteri makan di warung di tepi jalan.

Untuk mengurangi disonansi ada tiga cara yang bisa ditempuh, yaitu:

1) Mengubah elemen tingkah laku, misalnya: seorang gadis membeli baju

yang mahal, tetapi kawan-kawannya mencela baju itu karena mereka

anggap jelek. Gadis itu merasa disonan karena baju mahal ternyata tidak

bagus (elemen I ditolak oleh elemen II). Reaksi gadis itu mungkin menjuak

kembali baju itu atau memberikannya pada orang lain.

2) Mengubah elemen kognisi dari lingkungan, misalnya: gadis tersebut di atas

mencoba meyakinkan teman-temannya bahwa baju tersebut sedang mode,

disukai oleh bontang-bintang film dan terlihat sangat cantik.

3) Mengubah elemen kognisi baru, misalnya mencari pendapat teman-teman

lainnya yang mendukung pendapat bahwa baju itu cantik sehingga

penyangkalan oleh elemen kedua bisa dinetralkan.

(Sumber:Sarlito W. Sarwono, Berkenalan dengan aliran-aliran dan tokoh-tokoh Psikologi)

3. P.H. Tannenbaum

P.H Tannenbaum terkenal dengan Proses Kognisi dan Peta Kognisi untuk

Wayfinding dan Berorientasi. Persepsi dan kognisi ternyata sangat berkaitan

dengan wayfinding and orientation skill. Hal ini dinyatakan oleh Boulding (1956)

dan Lynch (1960). Boulding (1956) menyatakan bahwa untuk memahami

tindakan seseorang, kita harus mengerti apa yang dia mengerti, dia tahu dan dia

Page 11: Psi umum makalah

11

percayai karena image atau citra yang tertanam dalam pikiran manusia dapat

mempengaruhi kehidupannya. Oleh sebab itu persepsi atau kognisi ini perlu

dipelajari untuk mengerti proses menemukan jalan dan berorientasi dengan baik

pada seseorang. Sementara itu Lynch (1960) menjelaskan citra atau peta kognitif

pada desain lingkungan binaan (environmental design) terutama dalam lingkup

perkotaan (urban).

Peta Kognitif atau Cognitive Map tidak dapat diamati secara langsung. Tetapi

dapat diketahui dengan penggunaan sketsa, foto, deskripsi verbal, model dan

bentuk pengaturan spasial yang lainnya. Hal ini juga tergantung kepada

kemampuan individu untuk menjelaskan peta kognisi ini. Kemampuan ini

biasanya berbeda – beda. Berbagai riset tentang hal ini telah dibuat oleh Beck dan

Wood (1976), Saarinen (1976), Canter (1977), Moore (1979), Evans (1980) dan

Garling (1980). Riset – riset di atas seringkali berkaitan dengan 3 pertanyaan

dasar yaitu:

- Apakah peta kognitif itu (isi dan organisasinya)?

- Apakah yang mempengaruhi peta itu (isi dan organisasinya)?

- Bagaimana peta kognitif dapat dibandingkan dengan bentuk geometrik dari

lingkungan fisiknya (physical environment).

Tipologi peta kognitif ini dapat dibagi dalam beberapa golongan

berdasarkan studi – studi terdahulu, seperti: Shemyakin (1962), Appleyard

(1970), Tolman (1948), Lord (1941), Passini (1984), yaitu Linier (Linear) dan

Spasial (Spatial). Pergerakan sebuah individu akan menghasilkan jenis peta

kognisi yang berbeda. Peta kognisi linier menunjukkan jalur pergerakan individu

dalam bangunan yang disusun dengan urutan waktu. Peta ini biasanya tidak

menunjukkan keseluruhan bangunan karena dibuat dari ingatan ketika bergerak di

dalam bangunan. Sehingga daerah yang tidak dilewati tidak akan dapat digambar.

Sedangkan peta kognitif spasial akan menggambarkan secara umum

bentuk makro bangunan dan zona – zona di dalamnya tanpa menggambarkan

pergerakan individu pembuatnya dalam bangunan. Hal ini kemungkinan didasari

Page 12: Psi umum makalah

12

oleh organisasi informasi individu yang lebih lengkap mengenai bangunan atau

lingkungan tersebut.

Selain itu perlu disadari pentingnya antara image di atas dengan proses

menemukan jalan. Proses menemukan jalan atau merencanakan perjalanan sangat

dipengaruhi oleh peta kognitif atau image yang dimiliki oleh individu. Hal ini

mungkin didapatkan dari peta atau petunjuk orang yang mengetahui arah atau

pengalaman individu itu sendiri. Informasi ini selanjutnya dapat diintegrasikan

menjadi peta kognitif yang membantu pengambilan keputusan ketika menempuh

perjalanan. Jika proses ini dilakukan berulang maka akan menjadi sebuah

kebiasaan atau behaviour. Dapat disimpulkan bahwa peta kognitif ini akan

membantu individu untuk menemukan ruangan dalam bangunan atau lingkungan

binaan dengan lebih cepat. Hal ini juga akan meningkatkan kesejahteraan

individu.

Page 13: Psi umum makalah

13

DAFTAR PUSTAKA

Sarwono, Sarlito .W.(2008).Berkenalandenganaliran-alirandantokoh-

tokohPsikologi: edisi ketiga. Jakarta: Bulan Bintang

Dimyati, Mahmud.( 1989). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan).