PROVINSI SUMATERA SELATANelib.jdih.mubakab.go.id/files/19pd1606005.pdfUnit Metrologi Legaladalah...
Transcript of PROVINSI SUMATERA SELATANelib.jdih.mubakab.go.id/files/19pd1606005.pdfUnit Metrologi Legaladalah...
BUPATI MUSI BANYUASINPROVINSI SUMATERA SELATAN
PERATURANDAERAHKABUPATENMUSI BANYUASINNOMOR 5 TAHUN2019
TENTANG
RETRIBUSI PELAYANANTERAjTERA ULANG
DENGANRAHMATTUHANYANGMAHAESA
BUPATIMUSI BANYUASIN,
Menimbang
Mengingat
bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 156
ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009
ten tang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah perlu
menetapkan Peraturan Daerah tentang Retribusi
Pelayanan TerajTera Ulang;
1. PasaI 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1959 tentang
Pembentukan Daerah Tingkat II dan Kota Praja di
Sumatera SeIatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1959 Nomor 73, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1821);
3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah Dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5049);
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587),
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5679);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1985 ten tang
Wajib dan Pembebasan untuk Ditera dan/atau Ditera
Ulang serta Syarat-Syarat bagi Alat-Alat Ukur, Takar,
Timbang, dan Perlengkapannya (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 4, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3283);
Dengan Persetujuan Bersama
DEWANPERWAKILANRAKYATDAERAHKABUPATENMUSI BANYUASIN
danBUPATIMUSI BANYUASIN
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURANDAERAHTENTANGRETRIBUSI PELAYANAN
TERA/TERA ULANG.
BAB IKETENTUANUMUM
Pasa11
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Kabupaten adalah Kabupaten Musi Banyuasin.
2. Pemerintah Kabupaten adalah Bupati dan Perangkat
Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan
Kabupaten Musi Banyuasin.
3. Bupati adalah Bupati Musi Banyuasin.
4. Dinas adalah Dinas yang membidangi urusan
Perdagangan, Perindustrian, Kemetrologian dan Energi
Sumber Daya Mineral Kabupaten Musi Banyuasin.
5. Unit Metrologi Legal adalah satuan kerja pada Dinas
yang melaksanakan kegiatan Tera/Tera Ulang Alat-alat
Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya dan
pengawasan di bidang Metro1ogi Legal.
2
6. Pegawai Berhak adalah Penera yang diberi hak dan
wewenang melakukan Tera Dan Tera Ulang Alat-alat
Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya oleh
Menteri.
7. Penera adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas,
tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh
pejabat yang berwenang untuk melakukan peneraan.
8. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal
yang merupakan kesatuan, baik yang melakukan
usaha maupun yang tidak melakukan usaha meliputi
Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, Perseroan
lainnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), atau
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan nama dan
dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana
penSlUn, persekutuan, perkumpulan, yayasan,
organisasi massa, organisasi sosial politik, atau
organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya
termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk
usaha tetap.
9. Alat-alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya
yang selanjutnya disingkat UTTP adalah Alat-alat
Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya yang
wajib ditera dan tera ulang.
10. Alat Ukur adalah alat yang diperuntukkan atau
dipakai bagi pengukuran kuantitas dan/atau kualitas ..
11. Alat Takar adalah alat yang diperuntukkan atau
dipakai bagi pengukuran kuantitas atau penakaran.
12. Alat Timbang adalah alat yang diperuntukkan atau
dipakai bagi pengukuran massa atau penimbangan.
13. Alat Perlengkapan adalah alat yang diperuntukkan
atau dipakai sebagai pelengkap atau tambahan pada
alat-alat ukur, takar atau timbang yang menentukan
hasil pengukuran, penakaran atau penimbangan.
3
14.Tera adalah hal menandai dengan tanda Tera sah atau
Tera bata1 yang berlaku atau memberikan keterangan
tertulis yang bertanda Tera sah atau Tera batal yang
berlaku, dilakukan oleh pegawai-pegawai yang berhak
melakukannya berdasarkan pengujian yang dijalankan
atas UTTPyang belum dipakai.
15.Tera Ulang adalah hal menandai berkala dengan tanda
terasah atau tera batal yang berlaku atau memberikan
keterangan-keterangan tertulis yang bertanda tera sah
atau tera batal yang berlaku, di1akukan oleh
pegawai-pegawai yang berhak me1akukannya
berdasarkan pengujian yang dijalankan atas UTTP
yang telah ditera.
16.Menjustir ialah mencocokkan atau melakukan
perbaikan ringan dengan tujuan agar alat yang
dicocokkan atau diperbaiki itu memenuhi persyaratan
tera atau tera ulang.
17. Retribusi Daerah adalah pungutan Daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu
yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh
Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin untuk
kepentingan orang pribadi atau Badan.
18. Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang, yang
selanjutnya disebut Retribusi adalah pembayaran atas
Tera/Tera Ulang UTTP.
19. Jasa Umum adalah jasa yang disediakan atau
diberikan oleh Pemerintah Kabupaten untuk tujuan
kepentingan dan manfaat umum serta dapat dinikmati
oleh orang pribadi atau Badan.
20. Wajib Retribusi Tera/Tera Ulang yang selanjutnya
disebut Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau
Badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan
pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau
pemotong Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang.
4
21. Masa Retribusi adalah jangka waktu dari UTIP ditera,
ditera ulang, atau diuji sampai dengan UTIP tersebut
wajib ditera ulang, atau diuji kembali sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
22. Surat Keterangan Kemampuan Pelayanan Tera/Tera
Ulang Alat Ukur, Takar, Timbang, dan
Perlengkapannya yang selanjutnya disingkat SKKPTIU
UTIP adalah dokumen yang menyatakan pengakuan
formal terhadap kompetensi unit metrologi legal.
23. Surat Setoran Retribusi Daerah, yang selanjutnya
disingkat SSRD adalah bukti pembayaran atau
penyetoran retribusi yang telah dilakukan dengan
menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan
cara lain ke Kas Daerah melalui tempat pembayaran
yang ditunjuk oleh Bupati.
24. Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang selanjutnya
disingkat SKRD adalah surat ketetapan Retribusi
yang menentukan besarnya jumlah pokok Retribusi
yang terutang.
25. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang
selanjutnya disingkat SKRDLBadalah surat ketetapan
Retribusi yang menentukan jumlah kelebihan
pembayaran Retribusi karena jumlah kredit Retribusi
lebih besar daripada Retribusi yang terutang atau
seharusnya tidak terutang.
26. Surat Tagihan Retribusi Daerah, yang selanjutnya
disingkat STRD adalah surat untuk melakukan
tagihan Retribusi dan/atau sanksi administratif
berupa bunga dan/atau denda.
27. Surat teguran, surat peringatan atau surat lain yang
sejenis adalah surat yang diterbitkan oleh Bupati
untuk atau memperingatkan Wajib Retribusi untuk
melunasi Retribusi yang terutang.
5
28. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan
menghimpun dan mengolah data, keterangan,
dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan
profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan
untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
Retribusi dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka
melaksanakan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan bidang Retribusi Daerah.
29. Penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi yang
selanjutnya disebut Penyidikan adalah serangkaian
tindakan yang dilakukan oleh penyidik untuk mencari
serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu
membuat terang tindak pidana di bidang Retribusi
yang terjadi serta menemukan tersangkanya.
30. Kas Daerah adalah Tempat penyimpanan uang
Kabupaten yang ditentukan oleh Bupati untuk
menampung seluruh penenmaan dan digunakan
untuk membayar seluruh pengeluaran Kabupaten
Musi Banyuasin.
Pasal 2
Peraturan Daerah ini bertujuan untuk melindungi
masyarakat dalam hal kebenaran pengukuran UTIP dan
sebagai sarana peningkatan pendapatan Kabupaten.
BAB11PENYELENGGARAANTERA/TERAULANG
Pasal3
(1) Setiap UTIP yang secara langsung ataupun tidak
langsung digunakan dan/atau disimpan di tempat
usaha dalam keadaan siap pakai, digunakan untuk
keperluan menentukan hasil pengukuran, penakaran,
atau penimbangan wajib di Tera/Tera Ulang.
(2) UTIP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan
untuk:
a. kepentingan umum;
b. usaha;
6
c. menyerahkan atau menerima barang;
d. menentukan pungutan atau upah;
e. menentukan produk akhir dalam perusahaan; dan
f. melaksanakan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan.
Pasa14
(I) Setiap UTIP yang di Tera/Tera Ulang wajib memenuhi
persyaratan teknis sesuai standar yang ditetapkan.
(2) Standar sebagaimana dimaksud pada ayat (I) sebagai
berikut:
a. menggunakan satuan Sistem Internasional dan
berdasarkan desimal;
b. dibuat dari bahan yang tahan aus, tahan
perubahan bentuk, tahan pengaruh cuaca, dan
konstruksinya sesuai dengan penggunaannya yang
wajar, serta menjamin ketahanan sifat ukurnya
dan tidak mudah memberikan kesempatan untuk
dapat dilakukannya perbuatan curang; dan
c. syarat teknis sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan.
(3) Untuk memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan
standar sebagaimana dimaksud ayat (1), dilakukan
Tera/Tera Ulang dan pengujian secara berkala.
Pasal5
(1) Penyelenggaraan Pelayanan Tera/Tera Ulang atas
UTIP dilaksanakan di:
a. laboratorium Unit Metrologi Legal;atau
b. luar laboratorium Unit Metrologi Legal.
(2) Setiap UTIP yang memenu hi persyaratan dibubuhi
dengan tanda Tera sah yang berlaku danl atau Surat
Keterangan Hasil Pengujian.
(3) UTIP yang tidak memenuhi persyaratan dibubuhi
dengan tanda Tera batal dan/atau Surat Keterangan.
7
Pasal6
Dinas melalui Unit Metrologi Legal dapat
menyelenggarakan kegiatan Metrologi Legal sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1), paling sedikit harus
memiliki:
a. gedung kantor, laboratorium, dan peralatan sesuai
dengan lingkup pelayanan;
b. SKKPTTUUTTP;
c. sumber daya manusia Kemetrologian;
d. cap tanda Tera sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan; dan
e. kemampuan pelayanan Tera/Tera Ulang UTTP
berdasarkan hasil penilaian yang dilakukan oleh
Menteri Perdagangan dalam hal ini Direktur Jenderal.
Pasal 7
(1) Tera/Tera Ulang UTTP dilakukan oleh Pegawai
Berhak.
(2) Pegawai Berhak mempunyai hak:
a. mengesahkan, Menjustir, atau membatalkan UTTP
yang diperiksa dan diuji;
b. menolak untuk memberi tanda sah terhadap UTTP
batal atau tidak memenuhi persyaratan;
c. menolak untuk melakukan kegiatan Tera/Tera
Ulang UTTP, jika tidak memenuhi persyaratan
administrasi dan syarat teknis;
d. merusak UTTPyang telah diuji pada saat kegiatan
Tera/Tera Ulang berdasarkan hasil pengujian yang
menyatakan UTTP tidak memenuhi syarat teknis
serta tidak dapat diperbaiki lagi; dan
e. menggunakan tanda Pegawai Berhak yang telah
ditetapkan.
(3) Pegawai Berhak wajib:
a. memberi penjelasan, informasi, atau keterangan
kegiatan Tera dan/atau Pelayanan Tera Ulang
UTTPkepada wajib Tera atau wajib Tera Ulang;
8
yang
wajib
dapat dilayani untuk
dan/atau pelayanan
melakukan
alat UTIP
b. menolak UTIP yang tidak
dilakukan kegiatan Tera
Tera Ulang;
c. menera atau menera ulang setiap UTIP
diajukan oleh wajib Tera dan/ atau
Tera Ulang;
d. menjelaskan kepada wajib Tera dan/atau wajib
Tera Ulang tentang pembatalan atau perusakan
UTIP yang tidak memenuhi syarat teknis;
e. melaksanakan kegiatan teknis pemeriksaan dan
pengujian UTIP berdasarkan syarat teknis;
f. menggunakan formulir cerapan sesuai
peruntukannya atau catatan teknis pada setiap
kegiatan pengujian UTIP yang di Tera dan/atau di
Tera Ulang dan menyampaikan pada pimpinan
sidang, regu, atau unit setempat; dan
g. membuat berita acara hasil pemeriksaan dan
pengujian UTIP yang di Tera dan/atau di
Tera Ulang.
Pasa18
(1) Dinas melalui Unit Metrologi Legal
pengawasan terhadap penggunaan
di Kabupaten.
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan paling sedikit 2 (dua) kali dalam 1 (satu)
Tahun.
(3) Dinas melalui Unit Metrologi Legal dapat bekeIja sarna
dengan Perangkat Daerah terkait dalam hal
pengawasan terhadap penggunaan alat UTIP
di Kabupaten.
9
BABIIINAMA,OBJEK DANSUBJEK RETRIBUSI
Pasal9
Dengan nama Retribusi Pe1ayanan Tera/Tera UIang,
dipungut Retribusi atas peIayanan pengujian UTIP, dan
pengujian barang daIam keadaan terbungkus yang
diwajibkan sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-Undangan.
PasaI 10
(1) Objek Retribusi adalah pelayanan pengujian UTIP dan
pengujian barang dalam keadaan terbungkus yang
diwajibkan sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan.
(2) UTIP sebagaimana dimaksud pada ayat (1)meliputi:
a. ukuran panjang;
b. ukuran panjang dengan alat hitung (counter
meter);
c. alat ukur permukaan cairan (level gauge), terdiri
dari :
1.mekanik; dan
2. e1ektronik;
d. takaran (basah/kering);
e. tangki ukur :
1. bentuk sHinder tegak;
2. bentuk sHinder datar; dan
3. bentuk bola dan speroidal;
f. tangki ukur gerak, terdiri dari :
1. tangki ukur mobil dan tangki ukur wagon; dan
2. tangki ukur tongkang, tangki ukur pindah,
tangki ukur apung dan kapal;
g. alat ukur dari gelas :
1. labu ukur, buret dan pipet; dan
2. gelas ukur;
10
h. bejana ukur;
I. meter taksi;
J. speedometer;
k. meter rem;
1. tachometer;
m. thermometer;
n. densimeter;
o. viskometer;
p. alat ukur luas;
q. alat ukur sudut;
r. alat ukur cairan minyak, terdiri dari :
1.meter bahan bakar minyak;
2. meter induk;
3. meter keIja; dan
4. pompa ukur;
s. alat ukur gas, terdiri dari :
1.meter induk;
2. meter keIja;
3. meter gas orifice dan sejenisnya;
4. perlengkapannya meter gas orifice;
5. pompa ukur bahan bakar gas (bbg), Ipg; dan
6. tabung gas Ipg atau gas lainnya;
t. meter air, terdiri dari :
1.meter induk; dan
2. meter keIja;
u. meter cairan minuman selain air:
1. meter induk; dan
2. meter keIja;
v. pembatasan arus air;
w. alat kompensasi, suhu (atc)/tekanan/kompensasi
lainnya;
x. meter prover;
y. meter arus massa (meter keIja);
z. alat ukur pengisi (filling machine);
11
aa. meter listrik (meter kwh);
1.meter induk;
2. meter kerja kelas 2; dan
3. meter kerja kelas 1 dan ke1as 0,5;
bb. meter energi listrik lainnya;
cc. pembatas arus listrik;
dd. stop watch;
ee. alat ukur kesehatan dan lingkungan hidup;
fT. anak timbangan :
1. kete1itian sedang dan biasa (kelas m2 dan m3);
2. ketelitian halus (kelas 12dan ml); dan
3. ketelitian khusus (ke1ase2 dan fl);
gg. timbangan, terdiri dari :
1. sampai dengan 3000 kg :
a) ketelitian sedang dan biasa (kelas 1II dan
kelas IV);
b) kete1itian halus (kelas 11);dan
c) ketelitian khusus (kelas I);
2. lebih dari 3000 kg :
a) ketelitian sedang dan biasa; dan
b) ketelitian halus dan khusus;
3. timbangan ban berjalan; dan
4. timbangan dengan dua skala (multi range)atau lebih;
hh. dead weight tester machine;ii. alat ukur takaran tanah;
ii. manometer minyak;
kk. pressure calibrator;
11. pressure recorder;
mm. pencap kartu (printer/recorder) otomatis;
nn. meter kadar air;
1. untuk biji-bijian tidak mengandung minyak;
2. untuk biji-bijian mengandung minyak; dan
3. untuk kayu dan komoditi lain;
00. UTIP yang memiliki konstruksi tertentu :
1. timbangan milisimal, sentisimal, desimal, bobot
ingsut dan timbang pegas;
12
2. timbangan cepat, pengIsl (curah) dan
timbangan pencampuran untuk semua
kapasitas; dan
3. timbangan elektronik untuk semua kapasitas;
pp. UTTPyang memerlukan pengujian tertentu;
qq. UTTPyang ditanam;
IT. UTTPyang mempunyai sifat dan atau konstruksi
khusus;
ss. UTTPtermasuk anak timbangan yang ditanam;
tt. UTTP termasuk anak timbangan yang tidak
ditanam;
uu. kalibrasi; dan
vv. barang dalam keadaan terbungkus;
Pasal1l
Subjek Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang adalah orang
pribadi atau Badan yang memiliki, memakai atau
pemegang kuasa atas UTTP yang memperoleh jasa
Pelayanan Tera/Tera Ulang.
BABIVGOLONGANRETRIBUSI
Pasal 12
Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang termasuk golongan
Retribusi Jasa Umum.
BABVCARAMENGUKURTINGKATPENGGUNAANJASA
Pasal 13
Tingkat penggunaan jasa Tera/Tera Ulang diukur
berdasarkan:
a. tingkat kesulitan, karakteristik, jenis, kapasitas serta
peralatan pengujian; dan/atau
b. jangka waktu dan jenis pemberian pelayanan.
13
BABVIPRINSIPDANSASARANDALAMPENETAPAN
STRUKTURSERTATARIFRETRIBUSI
Pasa! 14
(1) Prinsip dan sasaran daIam penetapan struktur dan
tarif Retribusi didasarkan pada kebijakan Pemerintah
Kabupaten dengan memperhatikan:
a. biaya operasionaI;
b. biaya perawatan dan pemeliharaan;
c. kemampuan masyarakat;
d. aspek keadilan; dan
e. kepastian hukum.
(2) Biaya sebagaimana dimaksud pad a ayat (1) meliputi
biaya operasional dan pemeliharaan, biaya bunga,
serta biaya modal.
BABVIISTRUKTURDANTARIFRETRIBUSI
Pasal15
(1) Struktur dan tarif Retribusi Pelayanan Tera/Tera
Ulang ditetapkan berdasarkan Pelayanan Tera/Tera
Ulang sebagaimana dimaksud dalam PasaI 12.
(2) Besaran tarif Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang
tercantum daIam Lampiran yang merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
BABVIIIPENYESUAIANTARIFRETRIBUSI
Pasa! 16
(1) Tarif Retribusi ditinjau kembaIi paling lama 3 (tiga)
tahun sekaIi.
(2) Peninjauan kembaIi tarif Retribusi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
memperhatikan indeks harga dan perkembangan
perekonomian Kabupaten.
14
(3) Besaran tarif Retribusi hasil peninjauan kembali
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan
Peraturan Bupati.
(4) Tarif Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
berlaku sampai dengan ditetapkannya Peraturan
Bupati ten tang besaran tarif Retribusi hasil
peninjauan kembali.
BABIXMASARETRIBUSI
Pasal17
Masa Retribusi meliputi:
a. Retribusi Tera/Tera Ulang atas UTTP;
b. berdasarkan masa berlaku tanda Tera sah;
c. masa berlaku Retribusi kalibrasi atas UTTP sesual
jangka;
d. waktu masa kalibrasi yang ditetapkan dalam Surat;
e. keterangan Hasil Pengujian Kalibrasi; dan
f. penggunaan dan kelayakan alat.
Pasal 18
Masa Retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17
huruf a, tidak berlaku apabila UTTP mengalami
peru bahan fisik dan non fisik sehingga mengalami
perubahan sifat ukumya.
BABXWILAYAHDANTATACARAPEMUNGUTAN
Pasal 19
Retribusi yang terutang dipungut di wilayah Kabupaten
tempat pelayanan diberikan.
Pasal20
(1) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau
dokumen lain yang dipersamakan.
15
(2) Pemungutan Retribusi tidak dapat diborongkan.
(3) Pembayaran Retribusi oleh Wajib Retribusi
sebagaimana dimaksud pad a ayat (1) dilakukan secara
tunai, dengan menggunakan SSRD.
(4) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat berupa kuitansi
Tera/Tera Ulang.
(5) Hasil pemungutan Retribusi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) disetor ke Kas Kabupaten paling lama
1 (satu) hari keIja.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
pemungutan diatur dengan Peraturan Bupati.
BABXISAATRETRIBUSITERUTANG
Pasal21
Dalam hal Wajib Retribusi tidak membayar tepat waktu
atau kurang membayar dikenakan sanksi administratif
berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari
besarnya Retribusi yang terutang yang tidak atau kurang
bayar dan ditagih dengan menggunakan STRD.
BABXIITATACARAPEMBAYARAN
Pasal22
(1) Pembayaran Retribusi yang terutang harus dibayar
sekaligus.
(2) Retribusi yang terutang dilunasi paling lambat
7 (tujuh) hari kalender sejak diterbitkan SKRD atau
dokumen lain yang dipersamakan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
pembayaran, tempat pembayaran, angsuran, dan
penundaan pembayaran Retribusi diatur dengan
Peraturan Bupati.
16
BABXIIITATACARAPENAGIHAN
Pasal23
(1) Penagihan Retribusi yang terutang yang tidak atau
kurang bayar dilakukan dengan menggunakan STRD.
(2) Penagihan Retribusi yang terutang didahului dengan
Surat Teguran.
(3) Surat teguran atau surat peringatan atau surat lain
yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan
penagihan Retribusi dikeluarkan 7 (tujuh) hari sejak
saatjatuh tempo pembayaran.
(4) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari sete1ah tanggal
Surat Teguran/Peringatan/Surat lain yang sejenis,
wajib Retribusi harus melunasi Retribusi yang
terutang.
(5) Surat teguran, surat peringatan atau surat lain yang
sejenis sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dikeluarkan oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penagihan
dan penerbitan Surat Teguran atau surat peringatan
atau surat lain yang sejenis diatur dengan
Peraturan Bupati.
BABXIVPENGURANGAN,KERINGANANDAN
PEMBEBASANRETRIBUSI
Pasal 24
(1) Bupati dapat memberikan pengurangan, keringanan
dan pembebasan Retribusi.
(2) Pengurangan, keringanan dan pembebasan Retribusi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan
dengan memperhatikan kemampuan Wa,jib Retribusi
dan fungsi objek Retribusi.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
pengurangan, keringanan dan pembebasan Retribusi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Bupati.
17
BABXVPEMANFAATAN
Pasa! 25
(1) Pemanfaatan dari penerimaan Retribusi Pe1ayanan
Tera/Tera Ulang diutamakan untuk mendanai
kegiatan yang berkaitan langsung dengan
penyelenggaraan Pelayanan Tera/Tera Ulang.
(2) Ketentuan mengenai alokasi pemanfaatan penerimaan
Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ditetapkan untuk:
a. penggantian biaya jasa atas Pelayanan Tera/Tera
Ulang;
b. penerbitan dokumen Retribusi;
c. pengawasan di lapangan;
d. penegakan hukum; dan
e. penatausahaan.
BABXVIKEBERATAN
Pasal26
(1) Wajib Retribusi dapat mengajukan keberatan kepada
Bupati me1alui Dinas yang ditunjuk atas SKRD atau
dokumen lain yang dipersamakan.
(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa
Indonesia dengan disertai alasan yang jelas.
(3) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling
lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal SKRD diterbitkan,
kecuali jika Wajib Retribusi dapat menunjukkan
bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena
keadaan di luar kekuasaannya.
(4) Keadaan di luar kekuasaannya sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) adalah suatu keadaan
yang teIjadi di luar kehendak atau kekuasaan
Wajib Retribusi.
18
(5) Pengajuan
membayar
Retribusi.
keberatan tidak menunda
Retribusi dan pelaksanaan
Pasal27
kewajiban
penagihan
(1) Bupati dalam jangka waktu paling lambat 6 (enam)
bulan sejak tanggal Surat Keberatan diterima, harus
memberi keputusan atas keberatan yang diajukan
dengan menerbitkan Surat Keputusan Keberatan.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah untuk memberikan kepastian hukum bagi
Wajib Retribusi bahwa keberatan yang diajukan harus
diberi keputusan oleh Bupati.
Pasal28
(1) Jika pengajuan keberatan dikabulkan sebagian atau
seluruhnya, kelebihan pembayaran Retribusi
dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga
sebesar 2% (dua persen) perbulan, paling lama
12 (dua belas) bulan.
(2) 1mbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dihitung sejak bulan pelunasan sampai dengan
diterbitkannya SKRDLB.
BABXVIIPENGEMBALJANKELEBIHANPEMBAYARAN
Pasal29
(1) Atas kelebihan pembayaran Retribusi, Wajib Retribusi
dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada
Bupati.
(2) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam)
bulan, sejak diterimanya permohonan pengembalian
kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus memberikan
keputusan.
19
(3) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) telah dilampaui dan Bupati tidak
memberikan suatu keputusan, maka permohonan
pengembalian pembayaran Retribusi dianggap
dikabulkan dan SKRDLB hams diterbitkan dalam
jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.
(4) Apabila Wajib Retribusi mempunyai utang Retribusi
lainnya, kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) langsung diperhitungkan
untuk melunasi terlebih dahulu utang Retribusi
tersebut.
(5) Pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan
dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak
diterbitkannya SKRDLB.
(6) Jika pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi
dilakukan setelah lewat 2 (dua) bulan, Bupati
memberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen)
perbulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan
pembayaran Retribusi.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Bupati.
BAB XVIllKEDALUWARSAPENAGIHAN
Pasal30
(1) Hak untuk melakukan penagihan Retribusi
kedaluwarsa setelah melampaui jangka waktu 3 (tiga)
tahun terhitung sejak saat terutangnya Retribusi,
kecuali jika Wajib Retribusi melakukan tindak pidana
di bidang Retribusi.
(2) Kedaluwarsa penagihan Retribusi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tertangguhjika:
a. diterbitkan Surat Teguran; atau
20
b. ada pengakuan utang Retribusi dari Wajib
Retribusi, baik langsung maupun tidak langsung.
(3) Dalam hal diterbitkan Surat Teguran sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a, kedaluwarsa
penagihan dihitung sejak tanggal diterimanya Surat
Teguran.
(4) Pengakuan utang Retribusi secara langsung
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b adalah
Wajib Retribusi dengan kesadarannya menyatakan
masih mempunyai utang Retribusi dan belum
melunasinya kepada Pemerintah Kabupaten.
(5) Pengakuan utang Retribusi secara tidak langsung
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dapat
diketahui dari pengajuan permohonan angsuran atau
penundaan pembayaran dan permohonan keberatan
oleh Wajib Retribusi.
Pasal31
(1) Piutang Retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi
karena hak untuk melakukan penagihan sudah
kedaluwarsa dapat dihapuskan.
(2) Bupati menetapkan Keputusan Penghapusan Piutang
Retribusi yang sudah kedaluwarsa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenal tata cara
penghapusan piutang Retribusi yang sudah
kedaluwarsa diatur dengan Peraturan Bupati.
BABXIXPEMERIKSAAN
Pasal32
(1) Bupati melalui Perangkat Daerah berwenang
melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban Retribusi dalam rangka
meIaksanakan peraturan perundang-undangan
di bidang Retribusi Daerah.
21
(2) Wajib Retribusi yang diperiksa harus:
a. memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku
atau catatan, dokumen yang menjadi dasarnya dan
dokumen lain yang berhubungan dengan objek
Retribusi yang terutang;
b. memberikan kesempatan untuk memasuki tempat
atau ruangan yang dianggap perlu dan memberikan
bantuan guna kelancaran pemeriksaan; dan/atau
c. memberikan keterangan yang diperlukan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenaJ tata cara
pemeriksaan Retribusi diatur dengan Peraturan
Bupati.
BABXXINSENTIFPEMUNGUTAN
Pasa! 33
(1) Dinas yang melaksanakan pemungutan Retribusi
dapat diberi insentif atas dasar pencapaian kineIja
tertentu.
(2) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan mela!ui Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah sesuaJ dengan Peraturan
Perundang- Undangan.
(3) Tata cara pemberian dan pemanfaatan insentif
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Bupati.
BABXXIPENYIDlKAN
Pasal34
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan
Pemerintah Kabupaten diberi wewenang khusus
sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak
pidana di bidang Retribusi sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
22
(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di Iingkungan
Pemerintah Kabupaten yang diangkat oleh pejabat
yang berwenang sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan.
(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berwenang:
a. menerima, meneari, mengumpulkan, dan meneliti
keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak
pidana di bidang Retribusi agar keterangan atau
laporan tersebut menjadi Iebih lengkap dan jelas;
b. meneliti, meneari, dan mengumpulkan keterangan
mengenai orang pribadi atau Badan tentang
kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan
dengan tindak pidana Retribusi;
e. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang
pribadi atau Badan sehubungan dengan tindak
pidana di bidang Retribusi;
d. memeriksa buku, eatatan, dan dokumen lain
berkenaan dengan tindak pidana di bidang
Retribusi;
e. me1akukan penggeledahan untuk mendapatkan
bahan bukti pembukuan, peneatatan, dan
dokumen lain, serta melakukan penyitaan
terhadap bahan bukti tersebut;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka
pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana
di bidang Retribusi;
g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang
meninggalkan ruangan atau tempat pada saat
pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa
identitas orang, benda, dan/atau dokumen yang
dibawa;
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak
pidana Retribusi;
23
J. memanggil orang untuk didengar keterangannya
dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
J. menghentikan penyidikan; dan/atau
k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk
kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang
Retribusi sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan.
(4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memberitahukan dimulainya penyidikan dan
menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut
Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik
Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
BABXXIIKETENTUANPIDANA
Pasa! 35
(1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan
kewajibannya sehingga merugikan keuangan
Kabupaten dipidana dengan pidana kurungan paling
lama 3 (tiga) bulan atau pidana denda paling banyak
3 (tiga) kali jumlah Retribusi terutang yang tidak atau
kurang dibayar.
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah pelanggaran.
(3) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan penerimaan negara.
BABXXIIIKETENTUANPERALIHAN
Pasal36
Dalam hal Pemerintah Kabupaten belum mampu
melaksanakan Penyelenggaraan Pelayanan Tera/Tera
Ulang secara mandiri, maka dapat bekeIja sarna dengan
Pemerintah Kabupaten/Kota lain yang terdekat
berdasarkan prinsip efisiensi dan efektivitas.
24
BAB XXIVKETENTUAN PENUTUP
Pasal37
Peraturan Daerah ini muIai berlaku 1 (satu) tahun sejak
tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten
Musi Banyuasin.
Ditetapkan di Sekayu
jPada tanggal (J.(, JuLi ~i19BUPATI MUSI BANYUASIN'I
\NOERDIN
Diundangkan di Sekayupadatanggal JG jUli 2019
ARIS DAERAH fATEN MUSI BANYUASIN,
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN TAHUN 2019 NOMOR 5
NOREG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN : (5-69/2019)
25
Lampiran: Peraturan Daerah Kabupaten Musi BanyuasinNomor 5 Tahun 2019Tentang Retribusi Pelayanan Tera/
Tera Ulang
STRUKTURDANBESARANTARIFRETRIBUSI PELAYANANTERA/TERA ULANG
Tera Tera Ulang
No. Jenis UTTP SatuanPengesahan/ Pengesahan/Pembatalan Pembatalan
Tarif (Rp.) Tarif (Rp.)1 2 3 4 5
1 ALATUKURPANJANG
a. Meter dengan pegangan buah 3.000 3.000
b. Meter kayu buah 3.000 3.000
c. Meter meja dari bahan logam buah 3.000 3.000
d. Tongkat duga
1) sampai dengan 2 m (duabuah 5.000 5.000
meter)
2) lebih dati 2 m (dua meter) buah 10.000 10.000
e. Meter saku baja
1) sampai dengan 2 m (duabuah 5.000 5.000
meter)
2) lebih dati 2 m (dua meter) buah 7.000 7.000
f. Ban ukur
1) sampai dengan 20 m (duabuah 10.000 10.000
puluh meter)
2) lebih dati 20 m (dua puluhbuah 15.000 15.000
meter)
g. Depth tape
1) sampai dengan 20 m (duabuah 10.000 10.000
puluh meter)
2) lebih dari 20 m (dua puluhbuah 15.000 15.000
meter)
h. Alat ukur tinggi orang buah 12.000 12.000
i. Ukur panjang dengan alat hitung Buah20.000 20.000
(counter meter)
j. Alat ukur permukaan cairan
1) Float level gauge buah 100.000 10.000
2) Capacitance level gauge buah 200.000 200.000
3) Radar tank gauging buah 200.000 200.000
4) Ultrasonic tank gauging buah 200.000 200.000
k. Meter taksi buah 50.000 50.000
2 Takaran (takaran kering, takaran
basah, takaran pengisi)
a. Sampai dengan 2 L (dua liter) buah 2.000 2.000
b. Lebih dari 2 L (dua liter) sampai
dengan 25 L (dua puluh lima buah 2.000 2.000
liter)
c. Lebih dari 25 L (dua puluh limabuah 5.000 5.000
liter)
3 Alat ukur dari gelas
a. Labu ukur buah 50.000 50.000
b. Buret buah 50.000 50.000
c. Pipet buah 50.000 50.000
d.Gelas ukur buah 40.000 40.000
4 Bejana ukur (tidak standard)
a. Sampai dengan 50 L (lima puluhbuah 50.000 50.000
liter)
b. Lebih dari 50 L (lima puluh liter)
sampai dengan 200 L (dua ratus buah 120.000 120.000
liter)
c. Lebih dari 200 L (dua ratus liter)
sampai dengan 500 L (lima buah 300.000 300.000
ratus liter)
d. Lebih dari 500 L (lima ratus
liter) sampai dengan 1000 L buah 500.000 500.000
(seribu liter)
e. Lebih dari 1000 L (seribu liter)pada huruf d angka iniditambah tiap 1000 L (seribu buah 100.000 100.000liter) bagian- bagian dari 1000 L(seribu liter) dihitung 1000 L(seribu liter)
2
5 Tangki ukur
a. Bentuk Silinder Tegak
1) Sampai dengan 500 kl (lima buah 2.500.000 2.500.000
ratus kiloliter)
2) Lebih dari 500 kl (lima ratus
kiloliter), dihitung sebagai
berikut:
a) 500 kl (lima ratus buah 2.500.000 2.500.000
kiloliter) pertama
b) Lebih dari 1.000 kl buah 4.000 4.000
(seribu kiloliter) sampai
dengan 2.000 kl (dua ribu
kiloliter), setiap kl
(kiloliter)
c) Lebih dari 2.000 kl (dua buah 2.000 2.000
ribu kiloliter) sampai
dengan 10.000 kl
(sepuluh ribu kiloliter),
setiap kl (kiloliter)
d) Lebih dari 10.000 kl buah 1.000 1.000
(sepuluh ribu kiloliter)
sampai dengan 20.000 kl
(dua puluh ribu kiloliter),
setiap kl (kiloliter)
e) Lebih dari 20.000 kl(dua buah 500 500
puluh ribu kiloliter)
bagian- bagian kl
(kiloliter) dihitung 1 kl
(satu kiloliter) buah
b. Bentuk Silinder Datar
1) Sampai dengan 500 kl (lima buah 1.500.000 1.500.000
ratus kiloliter)
2) Lebih dari 500 kl (lima ratus
kiloliter), dihitung sebagai
berikut:
3
a) 500 kl (lima ratus kiloliter) buah 1.500.000 1.500.000pertama
b) Lebih dari 500 kl (lima buah 2.000 2.000ratus kiloliter) sampai
dengan 10.000 kl (sepuluh
ribu kiloliter), setiap kl
(kiloliter)
c) Lebih dari 1.000 kl (seribu buah 2.000 2.000
kiloliter) sampai dengan
2.000 kl (dua ribu
kiloliter), setiap kl
(kiloliter)
d) Lebih dari 2.000 kl (dua buah 2.000 2.000
ribu kiloliter) sampai
dengan 10.000 kl (sepuluh
ribu kiloliter), setiap kl
(kiloliter)
e) Lebih dari 10.000 kl buah 2.000 2.000
(sepuluh ribu kiloliter)
sampai dengan 20.000 kl
(dua puluh ribu kiloliter),
setiap kl (kiloliter)
f) Lebih dari 20.000 kl (dua buah 2.000 2.000
puluh ribu kiloliter)
bagian-bagian kl dihitung
1 kl (kiloliter)
6 Tangki Ukur Gerak
Tangki ukur mobil dan tangki
ukur wagon
1)Kapasitas sampai dengan 5 kl buah 40.000 40.000
(lima kiloliter)
2) Lebih dari 5 kl (lima kiloliter)
dihitung sebagai berikut :
a) 5 kl (lima kiloliter) pertama buah 40.000 40.000
4
b) Lebih dari 5 kl (lima buah 5.000 5.000
kiloliter), bagian- bagian kl
(kiloliter) dihitung 1 kl (satu
kiloliter)
7 Timbangan Otomatis
a. Timbangan ban berjalan (alat
timbang dan pengangkut)
1) Sampai dengan 100 ton/h buah 500.000 500.000
(seratus ton per hour)
2) Lebih dan 100 ton/h buah 750.000 750.000
(seratus ton per hour)
sampai dengan 500 ton/h
(lima ratus ton per hour)
3) Lebih dari 500 ton/h (lima buah 1.000.000 1.000.000
ratus ton per hour)
b. Timbangan pengisian
1) Sampai dengan 4 (empat) buah 150.000 150.000
alat pengisi
2) Lebih dan 4 (empat),setiap buah 30.000 30.000
alat pengisi
8 Timbangan bukan Otomatis
a. Ketelitian sedang dan biasa
(kelas III dan IV)
1) Sampai 2 kg (dua kilogram) buah 3.000 3.000
2) Lebih dan 2 kg (dua buah 5.000 5.000
kilogram) sampai dengan 5
kg (lima kilogram)
3) Lebih dan 5 kg (lima buah 10.000 10.000
kilogram) sampai dengan 10
kg (sepuluh kilogram)
4) Lebih dan 10 kg (sepuluh buah 12.000 12.000
kilogram) sampai dengan 25
kg (dua puluh lima kilogram)
5) Lebih dan 25 kg (dua puluh buah 30.000 30.000
lima kilogram) sampai
dengan 150 kg (seratus lima
puluh kilogram)
5
6) Lebih dari 150 kg (seratus buah 45.000 45.000
lima puluh kilogram) sampai
dengan 500 kg (lima ratus
kilogram)
7) Lebih dari 500 kg (lima ratus buah 60.000 60.000
kilogram) sampai dengan
1000 kg (seribu kilogram)
8) Lebih dari 1000 kg (seribu buah 75.000 75.000
kilogram) sampai dengan
3000 kg (tiga ribu kilogram)
b. Ketelitian halus (kelas II)
1) Sampai 1 kg (satu kilogram) buah 30.000 30.000
2) Lebih dari 1 kg (satu buah 60.000 60.000
kilogram) sampai dengan 25
kg (dua puluh lima kilogram)
3) Lebih dari 25 kg (dua puluh buah 70.000 70.000
lima kilogram) sampai
dengan 100 kg (seratus
kilogram)
4) Lebih dari 100 kg (seratus
kilogram) sampai dengan buah 80.000 80.000
1.000 kg (seribu kilogram)
5) Lebih dari 1.000 kg (seribu
kilogram) sampai dengan buah 90.000 90.000
3.000 kg (tiga ribu kilogram)
c. Ketelitian Khusus (kelas I) buah 100.000 100.000
d. Lebih dari 3.000 kg (tiga ribu
kilogram)
1) Kete!itian sedang dan biasa, buah 75.000 75.000
setiap ton
2) Ketelitian khusus dan halus, buah 100.000 100.000
setiap ton
6
9 Anak Timbangan
a. Ketelitian biasa (kelas M2 dan
M3)
1) Sampai 1 kg (satu kilogram) buah 2.000 2.000
2) Lebih dari 1 kg (satu buah 2.500 2.500
kilogram) sampai dengan 5
kg (lima kilogram)
3) Lebih dari 5 kg (lima buah 5.000 5.000
kilogram) sampai dengan 50
kg (lima puluh kilogram)
b. Ketelitian khusus (kelas F2 dan
Ml)
1) Sampai 1 kg (satu kilogram) buah 5.000 5.000
2) Lebih dari 1 kg (satu buah 7.000 7.000
kilogram) sampai dengan 5
kg (lima kilogram)
3) Lebih dari 5 kg (lima buah 10.000 10.000
kilogram) sampai dengan 50
kg (lima puluh kilogram)
10 Alat Ukur Gaya dan Tekanan
a. Tensimeter buah 25.000 25.000
b. Manometer
1) Sampai dengan 100 kg/ cm2 buah 15.000 15.000
(seratus kilogram per
centimeter persegi)
2) Lebih dari 100 kg/cm2 buah 30.000 30.000
(seratus kilogram per
centimeter persegi) samapai
dengan 1.000 kg/cm2 (seribu
kilogram per centimeter
persegi)
11 Meter Kadar Air
a. Untuk biji-bijian tidak
mengandung minyak, setiap buah 10.000 10.000
komoditi
7
b. Untuk biji-bijian tidak
mengandung minyak, kapas buah 15.000 15.000
dan teksil, setiap komoditi
c. Untuk kayu dan komoditibuah 20.000 20.000
lain, setiap komoditi
12 Alat Ukur Cairan Dinamis
Meter Bahan Bakar Minyak
a.Meter arus volumetrik dan meter
arus turbin
1) Meter Induk
a. Sampai dengan 10 m3/h buah 100.000 100.000
(sepuluh meter kubik per
hour)
b. Lebih dari 10 m3/h (sepuluh buah 150.000 150.000
meter kubik per hour)
sampai dengan 100 m3/h
(seratus meter kubik per
hour)
c. Lebih dari 100 m3/h (seratus buah 300.000 300.000
meter kubik per hour)
sampai dengan 500 m3/h
(lima ratus meter kubik per
hour)
d. Lebih dari 500 m3/h (lima buah 100.000 100.000
ratus meter kubik per hour)
setiap m3/h (meter kubik per
hour) bagian dari m3/h
(meter kubik per hour)
dihitung 1 m3/h (satu meter
kubik per hour)
2) Meter KeIja
a) Sampai dengan 15 m3/h buah 100.000 100.000
(lima belas meter kubik per
hour)
8
b) Lebih dari 15 m3/h (lima buah 150.000 150.000belas meter kubik per hour
sampai dengan 100 m3/h
(seratus meter kubik per
hour)
c) Selebihnya dari 100 m3/h ( buah 60.000 60.000
seratus meter kubik per
hour) setiap m3/h bagian
dari m3/h dihiutng 1 m3/h
3) Pompa ukur BBM
Untuk setiap badan ukur buah 120.000 120.000
b. Meter Arus pengukur Massa
Secara Langsung (Direct Mass
FlowMeter)
1)Sampai dengan 15 kg/min
(lima belas kilogram per buah 300.000 300.000
menit)
2) Lebih dari 15 kg/min (lima
belas kilogram per menit )
dihitung sebagai berikut:
a) 15 kg/ min (lima belas
kilogram per men it) buah 300.000 300.000
pertama
b) Selebihnya dari 15
kg/min (lima belas
kilogram per menit)
sampai dengan 100 buah 400.000 400.000
kg/min (seratus kilogram
per menit), setiap kg/min
(kilogram per menit)
c) Selebihnya dari 100
kg/min (seratus kilogram
per menit) sampai dengan
500 kg/min (lima ratusbuah 200.000 200.000
kilogram per men it ,
setiap kg/min (kilogram
per men it)
9
d) Selebihnya dari 500
kg/min (lima ratus
kilogram per menit)buah 100.000 100.000
sampai dengan 1.000
kg/min (seribu kilogram
per men it)
e) Selebihnya dari 1.000
kg/min (seribu kilogram
per menit) setiap bagian
bagian dan kg/min buah 50.000 50.000
(kilogram per menit)
dihitung 1 kg/min (satu
kilogram per menit)
c. Meter Air
1) Meter lnduk
a) Sampai dengan 15 m3/h
(lima be1as meter kubik buah 25.000 25.000per hour)
b) Lebih dari 15 m3/h (lima
belas meter ku bik per
hour) sampai dengan 100 buah 50.000 50.000
m3/h (seratus meter
kubik per hour)
c) Lebih dari 100 m3/h
(seratus meter kubik per buah 75.000 75.000
hour)
2) Meter KeIja
a) Sampai dengan 10 m3/h
(sepuluh meter kubik per buah 10.000 10.000
hour)
b) Lebih dari 10 m3/h
(sepuluh meter kubik per
hour) sampai dengan 100 buah 30.000 30.000
m3/h (seratus meter
kubik per hour)
10
-,
c) Lebih dari 100 m3/h
(seratus meter kubik per buah 50.000 . 50.000
hour)
13 Alat Ukur Gas
a. Pompa Ukur SSG
Untuk setiap badan ukur buah 120.000 120.000
b. Pompa Ukur Elpiji
Untuk setiap badan ukur buah 120.000 120.000
14 Meter kWh
a. Kelas 0,2 atau kurang
1) 3(tiga)phasa buah 40.000 40.000
2) 1 (satu) phasa buah 12.000 12.000
b. Kelas 0,5
1) 3 (tiga) phasa buah 40.000 40.000
2) 1 (satu) phasa buah 12.000 12.000
c. Kelas 1
1) 3 (tiga) phasa buah 40.000 40.000
2) 1 (satu) phasa buah 12.000 12.000
d. Kelas 2
1) 3 (tiga) phasa buah 4.000 4.000
2) 1 (satu) phasa buah 3.000 3.000
fsUPATl MUS! SANYUASINi
H. DOD! REZAALEXNOERD!N
11