PROTOZOLOGI

download PROTOZOLOGI

of 7

Transcript of PROTOZOLOGI

PROTOZOLOGI

Protozoa adalah hewan bersel satu yang hidup sendiri dalam bentuk koloni. Tiap protozoa merupakan kesatuan lengkap yang mampu melakukan semua fungsi kehidupan pada jasad lebih besar dilakukan oleh sel khusus. Sebagian protozoa hidup bebas di alam, tetapi ada beberapa jenis hidup sebagai parasit pada manusia dan hewan.Pada umumnya, protozoa memliki dua stadium, yaitu stadium vegetative atau stadium trofozoit dan stadium kista yang tidak aktif. Ukurannya sangat kecil, hanya beberapa micron sampai 40mikron. Bentuk protozoa ada yang bulat, lonjong, simetris, bilateral, atau tak teratur. Protozoa terdiri dari satu atau lebih inti dan sitoplasma. Inti meliputi reticulum halus(serabut inti) yang akromatik, cairan inti, kariosom (karyosoma, endosoma, nucleolus) dan butir kromatin. Struktur inti, terutama susunan kromatin dan kariosom, penting umtuk membedakan spesies.Sitoplasma terdiri atas endoplasma, bagian dalam yang lebih besar dan ektoplasma. Endoplasma yang berbutir-butir, mengandung inti mengurus gizi sel dan reproduksi, terdapat pula vakuol makanan, makanan cadangan, benda asing, vakuol kontraktil, dan benda kromatoid. Ektoplasma tampak jernih, fungsinya sebagai alat pergerakan, mengambil makanan, ekskresi, respirasi, dan bertahan diri. Alat pergerakan ialah bagian sitoplasma yang menonjol atau memanjang, berupa pseudopodium (kaki palsu), flagel (bulu cambuk), bulu getar (cilium), dan membrane bergelombang.Kelangsungan hidup protozoa berdasarkan kemampuan reproduksi yang tinggi. Reproduksi pada protozoa berlangsung secara aseksual dan seksual. Pada pembiakan aseksual terdapat:a. Belah pasangSatu parasit membelah menjadi dua yang sama bentuknya.b. SkizogoniInti membelah menjadi banyak dan masing-masing inti diliputi oleh protoplasma sehingga terbantuk banyak merozoit (meros(J) = bagian)c. Beberapa spesies berkembangbiak pada stesium kista. Inti membelah, sehingga waktu ekskistasi tiap kista dapat mengeluarkan trofozoit baru.Pada pembiakan seksual, tampak bersatunya 2 sel, yaitu syngami yang permanen atau tidak permanen. Dibentuk juga sel kelamin, yaitu makrogametosit dan mikrogametosit yang setelah belah reduksi menjadi makrogamet dan mikrogamet. Setelah terjadi pembuahan, terbentuk zigot. Inti zigot membelah menjadi banyak dan menjadi sporozoit (proses sporogoni). Konjugasi syngami tidak permanen adalah proses peremajaan pada beberapa spesies dan proses reproduksi pada spesies yang lainnya.Dapat terjadi pula pembiakan aseksual dan seksual secara bergantian, terjadi pada sporozoa.Protozoa yang merupakan parasit pada menusia dibagi dalam empat kelas, yaitu Rhizopoda, Mastigophora/Flagellata, Ciliophora/Ciliata, dan Sporozoa.

RHIZOPODA1. Entamoeba histolyticaHospes parasit ini adalah manusia, penyakit yang disebabkannya disebut amebiasis. Amebiasis terdapat di seluruh dunia (kosmopolit) terutama di daerah tropic dan daerah beriklim sedang. Parasir ini dapat mengakibatkan kerusakan jaringan, reproduksinya dengan cara belah pasang/pembelahan biner.Morfologinya mempunyai 2 stadium, yaitu stadium trofozoit dan stadium kista, pada stadium trofozoit, ada 2 tahap, yaitu histolitika, dengan ukuran 20-40, ektoplasma bening trlihat nyata, terdapat eritrosit dan inti entamoeba, serta minuta, dengan ukuran 10-20, ektoplasma tak nyata, tardapat inti entamoeba, tetapi tidak terdapat eritrosit. Sedangkan pada stadium kista, ukurannya 10-20, dinding dibentuk oleh hialin, memiliki 4 nukleus(kista matang), pada kista muda terdapat kromatid dan vakuola.Diagnosis Entamoeba histolytica, dapat dilakukan dengan 4 cara. Pertama pemeriksaan mikroskopik, yaitu pemeriksaan tinja, dilakukan minimal 3 kali/minggu, bisa dilihat adanya sel darah merah dalam sitoplasma Entamoeba histolytica stadium trofozoit. Kedua, pemeriksaan serologi untuk mendeteksi antibody, bisa dilakukan dengan teknik IHA, lateks aglutinasi, counter-immunoelectrophoresis, gel diffusion test, uji komplemen, dan ELISA. Pemeriksaan yang standar ialah IHA, sedangkan yang relative cepat adalah ELISA. Hasil dari pemeriksaan ini bisa dilihat dengan menemukan antibody IgG terhadap antigen lektin. Yang ketiga, dengan cara deteksi antigen. Tekniknya dapat berupa ELISA atau CIEP (pada tinja segar). Hasilnya ditentukan oleh deteksi antigen Gal/Gal-Nac lectin. Yang terakhir ialah metode Polymerase Chain Reaction (PCR), biasanya metode ini dikombinasikan dengan pemeriksaan mikroskopik tinja dan serologi. Metode PCR jarang digunakan karena waktu yang diperlukan lebih lama dan biayanya lebih mahal.Pengobatan yang diberikan pada penderita amebiasis yang invasive berbeda dengan non-invasif. Pada penderita non-invasif dapat diberikan paromomisin. Pada penderita amebiasis invasive, terutama diberikan golongan nitroimidazol yaitu metronidazol. Obat lainnya adalah dioksanid furoat (furamid, entamizol), yang merupakan obat pilihan untuk Entamoeba histolytica di dalam lumen, dosisnya 3 kali 500 mg perhari selama 10 hari. Lalu, iodoquinol (iodoksin), termasuk golongan hidroksikuinolin, tidak boleh diberikan pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal, dosisnya 3 kali 650 mg perhari selama 20 hari. Ada juga obat yang bekerja pada jaringan, yaitu, Entemin hidroklorida, metronidazol, dan klorokuin.Dibawah ini adalah gambar patogenesis dari Entamoeba histolytica.

2. Protozoa Apatogena. Entamoeba coliHospesnya adalah manusia, monyet dan babi. Ameba ini ditemukan kosmopolit, di Indonesia frekuensinya antara 8-18%. Entamoeba coli tidak pathogen, tetapi penting dipelajari untuk membedakan dengan Entamoeba histolytica.Morfologinya memiliki dua stadium, yaitu stadium trofozoit dan kista. Pada stadium trofozoit, ukurannya 15-30, berbentuk lonjong atau bulat, terdapat inti entamoeba dg kariosom kasar dan biasanya letaknya eksentrik, endoplasma bervakuol, mengandung bakteri&sisa makanan, tidak mengandung eritrosit. Pada stadium kista, ukurannya 15-22, dinding berwarna hitam dan tebal, di dalam tinja, biasanya kista berinti 2 atau 8. Kista yang berinti 2, mempunyai vakuol glikogen besar dan benda kromatin yang halus.

b. Entamoeba hartmaniHospesnya adalah manusia, ditemukan kosmopolit. Ameba ini sifatnya tidak pathogen.Morfologinya, terdapat 2 stadium, yaitu stadium trofozoit dan stadium kista. Pada stadium trofozoit, ukurannya 5-12, inti kecil, terdapat kariosom ditengah, dan sitoplasmanya bergranula. Ciri khas trofozoit Entamoeba hartmani adalah ukurannya yang kecil, sehingga sangat sulit ditemukan. Ameba ini hidup di usus besar dan sekum sebagai komensal. Pada stadium kista, ukurannya 5-10, mempunyai inti 4, berbentuk bulat. Kista muda berinti satu atau dua dan inti akan tampak dengan pewarnaan jodium.

c. Entamoeba gingivalisEntamoeba gingivalis merupakan ameba pada manusia yang pertama kali dilaporkan. Parasit ini hidup di rongga mulut, terutama pada permukaan gigi, gusi, dan kadang-kadang pada tonsil manusia. Entamoeba gingivalis tidak bersifat invasif.Morfologinya, hanya ditemukan stadium trofozoit dengan diameter 10-35. Entamoeba gingivalis tidak mempunyai stadium kista, karena itu transmisi terjadi secara langsung dari satu orang ke orang lain melalui ciuman, droplet, atau pemakaian alat makan secara bersamaan. Parasit ini hidup dengan makan bakteri, leukosit, dan eritrosit.Entamoeba gingivalis bersifat komensal, seringkali ditemukan dalam jumlah banyak pada penyakit gusi dan tonsil, tetapi belum ada bukti mengenai penyebab kondisi ini. Diagnosis parasit ini dilakukan berdasarkan pemeriksaan langsung air liur, usap gusi dan plak gigi.

d. Iodomoeba butschliiHospes definitifnya adalah manusia, sedangkan babi dan primate lain merupakan hospes reservoir. Distribusi geografiknya kosmopolit. Iodomoeba butschlii umumnya tidak menimbulkan gejala klinis, tetapi pada beberapa kasus dilaporkan menyebabkan abses ektopik seperti yang terjadi pada E. histolytica. Morfologinya memiliki 2 stadium, yaitu trofozoit dan kista. Pada stadium tropozoit, ukurannya 6-25, ektoplasma tak tampak, endoplasma terdiri dari inti besar dan akromatik, terdapat banyak vakuola. Sedangkan pada stadium kista, ukurannya 6-15, memiliki 1 inti, bentuknya agak lonjong.

e. Endolimax nanaHospes definitive Endolimax nana adalah manusia dan tidak mempunyai hospes reservoir. Distribusi geografiknya kosmopolit. Endolimax nana bersifat komensal (non patogen), tetapi parasit ini penting diketahui untuk membedakan dengan E. histolytica yang bersifat patogen.Morfologinya mempunyai 2 stadium, yaitu stadium trofozoit dan kista. Pada stadium tropozoit, ukurannya 16-15, memiliki inti endolimax, ektoplasma diam, endoplasmanya mempunyai vakuola berisi bakteri. Pada stadium kista, ukurannya 5-14 sebesar eritrosit, inti kecil (biasanya ada 4 inti dlm tinja) dengan kariosom yang besar.

3. Ameba Hidup Bebasa. Naegleria fowleriNaegleria fowleri adalah spesies yang sangat pathogen pada manusia dan bersifat termofilik (timbulnya penyakit mungkin berhubungan dengan musim), umumnya menyerang remaja yang sehat dan mengakibatkan penyakit yang disebut primary amebic meningoencephalis (PAM) yang bersifat akut dan lethal. Penderita PAM biasanya meninggal dalam 6 sampai 6 hari sesudah gejala timbul. Naegleria fowleri hidup kosmopolit di alam, dapat ditemukan di debu, tanah, air tawar yang tergenang (kolam renang, danau, pemandian air hangat), air conditioner, dan limbah tinja.Naegleria fowleri memiliki tiga stadium, yaitu stadium trofozoit, flagelata, dan kista. Pada stadium ameboid, ukurannya kira-kira 29, bentuknya tak teratur, bisa lonjong atau membulat. Pada stadium flagelata, bentuknya seperti buah pir, mempunyai 1 inti vasikular, 1 vakuol kontraktil, dan 2 flagel sama panjang. Pada stadium kista, ukurannya 10-14, pada dindingnya terdapat beberapa lubang utk ekskistasi.Diagnosis dibuat dengan pemeriksaan mikroskopik, yaitu menemukan ameba dalam cairan serebrospinal, dalam eksudat purulen dan pada jaringan nekrotik pada bedah mayat. Untuk keadaan tertentu dapat pula dilakukan pemeriksaan dengan metode kultur, Immunofluorescent Antibody (IFA) dan PCR. Obat yang member harapan adalah amfoterisin B. Metronidazol, klorokuin, dan berbagai antibiotic tidak efektif untuk pengobatan meningitis yang disebabkan Naegleria.

daur hidup Naegleria fowleri

Patogenesis Nagleria fowleri

b. Acanthamoeba culbertsoniHospes parasit ini adalah manusia, dapat menimbulkan enyakit ensefalitis multifocal yang disebut Granulomatous Amebic Encephalitis (GAE) dan keratitis amebic. Distribusi geografiknya sama seperti Naegleria, hidup kosmopolit di alam, dapat ditemukan di debu, tanah, air tawar yang tergenang (kolam renang, danau, pemandian air hangat), air conditioner, dan limbah tinja.Morfologinya hamper sama dengan Naegleria namun pada genus ini tidak ditemukan stadium flagelata. Stadium trofozoit bentuknya bervariasi, berukuran kurang lebih 30, beberapa pseudopodium dikeluarkan secara serentak dari permukaan badan ke beberapa arah. Stadium kista berukuran kira-kira 20, berbentuk bulat atau lonjong, mempunyai dinding rangkap yang sebelah luarnya berkerut-kerut.Diagnosis dibuat dengan pemeriksaan mikroskopik, yaitu menemukan trofozoit dalam cairan serebrospinal, dalam eksudat purulen dan kista yang khas, yaitu dinding bagian dalam yang keriput pada jaringan nekrotik. Untuk keadaan tertentu dapat pula dilakukan pemeriksaan dengan metode kultur, Immunofluorescent Antibody (IFA) dan PCR. Infeksi pada hewan percobaan dapat diobati dengan sulfadiazine, sedangkan 5-fluorositosin dan pentamidin efektif in vitro. Pada beberapa strain, infeksi pada manusia dapat diberikan klotrimazol dan ketokonazol.

Daur hidup Acanthamoeba culbertsoni

Patogenesis Acanthamoeba culbertsoni

CILIATABalantidium coliHospes parasit ini adalah babi, tikus, dan beberapa spesies kera yang hidup di daerah tropik. Parasit ini kadang-kadang ditemukan pada manusia dan dapat menyebabkan balantidosis atau disentri balantidium. Parasit ini ditemukan di seluruh dunia yang beriklim subtropik dan tropic, tetapi frekuensinya rendah, juga di Indonesia. Parasit ini jarang ditemukan pada manusia, banyak ditemukan pada babi yang dipelihara (60-90%). Penularan antara babi mudah terjadi, sesekali dapat menular pada manusia. Penularan pada manusia terjadi dari tangan ke mulut atau melalui makanan yang terkontaminasi.Balantidium coli adalah protozoa terbesar pada manusia, hidup di selaput lendir usus besar terutama di daerah sekum dan mempunyai 2 stadium, yaitu vegetatif dan kista. Stadium vegetatif, bentuknya lonjong, besarnya 60-70, pada bagian anterior yang agak menyempit terdapat sitosom yang berfungsi sebagai mulut. Bagian posteriornya agak melebar, pada daerah ini ditemukan sitopig (cytopyge) yang berfungsi untuk mengeluarkan zat yang tidak diperlukan lagi. Kista, berukuran kira-kira 60, lonjong, dan berdinding tebal. Kista hanya mempunyai makronukleus.Diagnosis dibuat dengan menemukan trofozoit dalam tinja encer atau kista dalam tinja, atau trofozoit ditemukan melalui sigmoidoskopi. Bila diperlukan dapat dilakukan colonoscopy. Pada penderita dengan komplikasi paru dapat dilakukan bronchoalveolar lavage (BAL). obat pilihan untuk balantidiasis adalah tetrasiklin 4x500mg/hari selama 10 hari. Obat lain adalah metronidazol 3x750mg/hari.

Patogenesis dan daur hidup Balantidium coli