PROSPEK DAN RANTAI PEMASARANforeibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2012/1013/hal... · Web...

14
PROSPEK DAN RANTAI PEMASARAN LIMBAH TEBANGAN ULIN (Eusideroxylon zwageri) DI KINTAP Oleh : Edi Suryanto RINGKASAN Saat ini tegakan ulin sudah sulit didapat karena keberadaan tegakan ulin di dalam kawasan hutan produksi sudah sangat jarang bahkan di dalam kawasan hutan lindung pun pohon ulin dijarah masyarakat. Semakin sulitnya memperoleh tegakan ulin inilah yang mengakibatkan perburuan kayu ulin mengarah kepada limbah sisa tebangan, seperti halnya di Kintap, dimana masyarakat sekitar hutan mengambil limbah sisa tebangan di areal eks PT. Hutan Kintap. Limbah tebangan ulin merupakan sisa dari kegiatan penebangan/pembalakan pohon ulin baik berupa tunggak maupun potongan dan belahan kayu hasil pembalakan. Untuk potongan maupun belahan kayu yang berbentuk busur seperempat lingkaran dengan panjang tidak tertentu disebut sebagai sebitan. Sedangkan untuk tunggak umumnya dilakukan pengolahan ulang yaitu penggalian tunggak yang kemudian dipotong dan dibelah menjadi balok- balok kayu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prospek dan rantai pemasaran limbah tebangan ulin yang ada di Kintap Tanah Laut. Hasil penelitian diperoleh bahwa harga limbah sebitan ulin cukup tinggi dan penjualannya mudah karena dapat dilakukan pada berbagai level baik dari tingkat pengumpul desa sampai ke pengumpul besar. Sedangkan rantai pemasarannya masih relatif pendek dan mudah ditelusuri secara langsung oleh para pencari sebitan ulin. Kata kunci : Ulin, limbah, pemasaran. I. PENDAHULUAN

Transcript of PROSPEK DAN RANTAI PEMASARANforeibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2012/1013/hal... · Web...

Page 1: PROSPEK DAN RANTAI PEMASARANforeibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2012/1013/hal... · Web viewUntuk potongan maupun belahan kayu yang berbentuk busur seperempat lingkaran dengan

PROSPEK DAN RANTAI PEMASARAN LIMBAH TEBANGAN ULIN (Eusideroxylon zwageri)

DI KINTAP

Oleh : Edi Suryanto

RINGKASAN

Saat ini tegakan ulin sudah sulit didapat karena keberadaan tegakan ulin di dalam kawasan hutan produksi sudah sangat jarang bahkan di dalam kawasan hutan lindung pun pohon ulin dijarah masyarakat. Semakin sulitnya memperoleh tegakan ulin inilah yang mengakibatkan perburuan kayu ulin mengarah kepada limbah sisa tebangan, seperti halnya di Kintap, dimana masyarakat sekitar hutan mengambil limbah sisa tebangan di areal eks PT. Hutan Kintap.

Limbah tebangan ulin merupakan sisa dari kegiatan penebangan/pembalakan pohon ulin baik berupa tunggak maupun potongan dan belahan kayu hasil pembalakan. Untuk potongan maupun belahan kayu yang berbentuk busur seperempat lingkaran dengan panjang tidak tertentu disebut sebagai sebitan. Sedangkan untuk tunggak umumnya dilakukan pengolahan ulang yaitu penggalian tunggak yang kemudian dipotong dan dibelah menjadi balok-balok kayu.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prospek dan rantai pemasaran limbah tebangan ulin yang ada di Kintap Tanah Laut. Hasil penelitian diperoleh bahwa harga limbah sebitan ulin cukup tinggi dan penjualannya mudah karena dapat dilakukan pada berbagai level baik dari tingkat pengumpul desa sampai ke pengumpul besar. Sedangkan rantai pemasarannya masih relatif pendek dan mudah ditelusuri secara langsung oleh para pencari sebitan ulin.Kata kunci : Ulin, limbah, pemasaran.

I. PENDAHULUAN

Kayu ulin termasuk kayu kelas I baik kekuatannya maupun keawetannya. Kayu ulin dapat dipergunakan untuk bahan tiang

Page 2: PROSPEK DAN RANTAI PEMASARANforeibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2012/1013/hal... · Web viewUntuk potongan maupun belahan kayu yang berbentuk busur seperempat lingkaran dengan

Galam Volume IV No. 3 Desember 2010 (Hal 223 – 231)

landasan dalam tanah, balok, papan lantai, meubel dan ukiran untuk hiasan rumah. Disamping itu dapat pula berguna untuk sirap, bangunan maritim, tiang, balok, kerangka atau papan pada bangunan perumahan dan jembatan, bantalan, pintu air, balok pelapis jalan, tiang pagar, balok percetakan, patok karoseri, perkapalan (lunas, gading-gading, dek), keser penyarad, tiang listrik dan sumpit makanan ( Martawijaya dkk., 1989). Keunggulan tersebut di atas menyebabkan perburuan ulin berlebihan dan tidak terkendali sehingga nilai ekonomisnya sangat tinggi.

Menurut Soerianegara, lemmens, 1994 dalam Balitbang, 2003 Ulin dikenal memiliki pertumbuhan yang sangat lambat, pada kondisi yang baik pertumbuhan diameter ulin muda dapat mencapai 0,9 cm per tahun. Diameter terbesar yang pernah dijumpai pada umur 40 tahun adalah 36 cm. Untuk mencapai diameter 50 cm diperkirakan perlu waktu lebih dari 100 tahun. Tingkat pertumbuhan ulin yang berdiameter 20 cm atau lebih berkisar 0,34 - 0,49 cm per tahun.

Besarnya perburuan ulin tidak sebanding dengan pertumbuhannya mengakibatkan jenis ini terancam punah dan masuk dalam daftar pohon yang dilindungi berdasarkan SK menteri pertanian nomor 54/kpts/Um/2/72 tahun 1972 dimana hanya boleh ditebang bila memiliki diameter lebih dari 60 cm dan hanya boleh ditebang oleh masyarakat sekitar hutan bukan oleh pemegang HPH. Pada kenyataannya di lapangan ketentuan tersebut tidak diindahkan sebagaimana mestinya ( Rayan dkk., 2005)

224

Page 3: PROSPEK DAN RANTAI PEMASARANforeibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2012/1013/hal... · Web viewUntuk potongan maupun belahan kayu yang berbentuk busur seperempat lingkaran dengan

Prospek dan Rantai Pemasaran Limbah Ulin ...

Edi Suryanto

Pada era tahun 80an penebangan pohon ulin dilakukan di atas 1 m dan bagi yang berbanir ditebang sekitar 10 cm di atas banir. Setelah ditebang batang ulin langsung dipotong dan dibelah-belah dibuat balok-balok (blambangan) di hutan sehingga banyak meninggalkan sebitan ulin. Karena ulin memiliki sifat awet kelas I maka limbah tebangannya pun masih utuh hingga sekarang (Suryanto, 2009)

Kebutuhan terhadap kayu ulin semakin meningkat, sementara ketersediaan tegakan ulin di hutan sudah sangat sedikit bahkan terancam punah. Ketidakseimbangan antara kebutuhan dan ketersediaan bahan baku inilah yang mendorong para pelaku usaha ulin untuk memanfaatkan kembali limbah tebangan ulin. Fenomena inilah yang mengakibatkan masyarakat beramai-ramai untuk mencari limbah tebangan ulin di hutan. Selain itu sebitan ulin mudah dipasarkan dan harganya tinggi.

Mengingat begitu besar potensi dari limbah tebangan ulin di Kintap maka dilakukan kegiatan penelitian terhadap prospek dan rantai pemasarannya. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar prospek yang ada serta alur penjualan limbah tebangan ulin dari hulu ke hilir.

II. LOKASI DAN METODE PENELITIAN

a. Lokasi Penelitian

225

Page 4: PROSPEK DAN RANTAI PEMASARANforeibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2012/1013/hal... · Web viewUntuk potongan maupun belahan kayu yang berbentuk busur seperempat lingkaran dengan

Galam Volume IV No. 3 Desember 2010 (Hal 223 – 231)

Penelitian ini dilakukan di wilayah Kecamatan Kintap Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan yaitu tepatnya di Desa Salaman dan Desa serta sepanjang jalan Hutan Kintap (dari simpang Asam-asam sampai km 28).

b. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif yaitu melakukan wawancara terhadap informan kunci sehingga dapat menggambarkan obyek penelitian secara faktual dan akurat sesuai fakta yang ada di lapangan.

Wawancara dilakukan terhadap responden yang langsung terlibat dalam usaha pengambilan limbah tebangan ulin di Kintap. Responden tersebut meliputi beberapa warga pencari limbah tebangan ulin, pengumpul tingkat desa dan para tengkulak (ojek/truk sebitan ulin).

Teknik pengambilan contoh dilakukan secara purposive (dipilih) terutama pada warga pencari limbah tebangan ulin dan pengumpul tingkat desa. Sedangkan untuk para tengkulak (ojek/truk sebitan ulin) pengambilan contoh dilakukan secara accidental yaitu seketika saat dijumpai di sepanjang jalan Hutan Kintap.

Intensitas sampling yang diambil 10% dari jumlah warga pencari sebitan di desa setempat. Jumlah keseluruhan responden yang diambil adalah 19 orang terdiri dari 4 orang warga desa Riam

226

Page 5: PROSPEK DAN RANTAI PEMASARANforeibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2012/1013/hal... · Web viewUntuk potongan maupun belahan kayu yang berbentuk busur seperempat lingkaran dengan

Prospek dan Rantai Pemasaran Limbah Ulin ...

Edi Suryanto

Adungan, 6 orang warga desa Salaman, 7 orang tengkulak (ojek ulin) dan 2 orang tengkulak sebitan ulin yang menggunakan truk.

Informasi yang harus diperoleh adalah identitas responden, pendidikan, sejak kapan menjadi pelaku usaha limbah tebangan ulin, dari mana memperoleh limbah tebangan ulin serta kemana menjualnya.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Kondisi Umum Responden

Responden yang diambil di desa Riam Adungan meliputi 3 orang pencari sebitan dan 1 orang pengumpul tingkat desa, sedangkan dari desa Salaman 5 orang sebagai pencari sebitan ulin dan 1 orang pengumpul tingkat desa.

Hasil pengambilan sampel secara accidental terhadap tengkulak (ojek ulin) diperoleh responden sebanyak 7 orang yaitu 3 orang dari Liang Anggang dan 4 orang dari Bati-bati sedangkan untuk tengkulak yang menggunakan truk diperoleh 2 orang responden yaitu 1 orang dari Riam Adungan dan 1 orang dari Liang Anggang.

Dari hasil wawancara diperoleh dua macam sistem permodalan untuk usaha limbah tebangan ulin yaitu :

227

Page 6: PROSPEK DAN RANTAI PEMASARANforeibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2012/1013/hal... · Web viewUntuk potongan maupun belahan kayu yang berbentuk busur seperempat lingkaran dengan

Galam Volume IV No. 3 Desember 2010 (Hal 223 – 231)

1. Pencari sebitan ulin diberi pinjaman berupa uang muka dari para pengumpul tingkat desa, tengkulak dan pengumpul besar untuk operasional pencarian.

2. Pencari sebitan ulin menggunakan modal sendiri untuk operasional pencarian.

b. Pengertian Limbah Tebangan UlinLimbah tebangan ulin dibagi menjadi 2 macam yaitu :i. Sebitan ulinSebitan ulin adalah sisa dari kegiatan pembalakan pohon ulin yang berbentuk busur tidak lebih dari seperempat lingkaran.ii. Tunggak ulinTunggak ulin adalah sisa dari hasil penebangan pohon ulin berupa pangkal pohon yang masih berdiri di permukaan tanah. Tunggak ulin digali, dipotong dan dibelah dengan menggunakan chainsaw dapat menghasilkan kayu jenis plat (blambangan).

c. Prospek Limbah Tebangan UlinSemakin langka bahan baku ulin maka harga limbah tebangan ulin akan semakin tinggi. Dengan demikian selama belum ada peraturan pemerintah yang melarang kegiatan ini maka usaha perdagangan limbah tebangan ulin akan terus berjalan dan prospeknya ke depan semakin baik.

Menurut Suryanto 2009, sebitan ulin dengan panjang 2 meter dijual dengan harga tiga juta rupiah per rit, sebitan ulin dengan panjang 3 meter dijual 4,5 juta rupiah per rit dan untuk sebitan ulin dengan panjang 4 meter dapat dijual dengan harga 6 juta

228

Page 7: PROSPEK DAN RANTAI PEMASARANforeibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2012/1013/hal... · Web viewUntuk potongan maupun belahan kayu yang berbentuk busur seperempat lingkaran dengan

Prospek dan Rantai Pemasaran Limbah Ulin ...

Edi Suryanto

rupiah per ritnya. Sedangkan untuk kayu jenis blambangan (plat) yang dihasilkan dari tunggak ulin dibagi kedalam 2 kategori ukuran yaitu panjang 1 meter dan 1,5 meter. Untuk kayu blambangan (plat) dengan panjang 1 meter dijual seharga tujuh ratus ribu hingga delapan ratus ribu rupiah per kubik dan untuk panjang 1,5 meter dapat dijual dengan harga 1 sampai 1,2 juta rupiah per kubiknya.

Pada gambar di atas (kanan) menunjukan sisa-sisa dari pembongkaran tunggak ulin di dalam hutan. Kayu ulin dari tunggak tersebut diangkut semua terkecuali bagian yang rusak dan banirnya.

229

Gambar 1. Penyaradan sebitan ulin melalui sungai dan Tunggak

Page 8: PROSPEK DAN RANTAI PEMASARANforeibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2012/1013/hal... · Web viewUntuk potongan maupun belahan kayu yang berbentuk busur seperempat lingkaran dengan

Galam Volume IV No. 3 Desember 2010 (Hal 223 – 231)

IV. RANTAI PEMASARAN

Berdasarkan hasil wawancara menunjukkan bahwa rantai pemasaran limbah tebangan ulin ini tidak terlalu panjang. Berikut rantai pemasaran limbah tebangan ulin di Kecamatan Kintap:

230

Gambar 3. Balok ulin yang berasal dari tunggak dijual

Pencari Sebitan

Ulin

Pengumpul Tingkat

Desa

Tengkulak (Ojek Ulin)

/Truk

Pengumpul Besar (Bati-bati, pemasiran, Liang Anggang, Banjarmasin)

Industri Meubel

& Kusen

Konsumen

Page 9: PROSPEK DAN RANTAI PEMASARANforeibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2012/1013/hal... · Web viewUntuk potongan maupun belahan kayu yang berbentuk busur seperempat lingkaran dengan

Prospek dan Rantai Pemasaran Limbah Ulin ...

Edi Suryanto

Gambar 3. Rantai pemasaran limbah tebangan ulin

Para pencari sebitan ulin dapat dengan mudah menjual limbah tebangan ulin yaitu bisa ke pengumpul tingkat desa, tengkulak (ojek ulin) maupun langsung ke pengumpul besar. Untuk penjualan ke pengumpul tingkat desa dilakukan apabila si pencari sebitan ulin sedang perlu uang yang mendesak karena harganya lebih murah jika di bandingkan dengan tingkat pengumpul yang lain. Pada level ini juga dapat dilakukan sistem bon/bayar di depan karena antar penjual dan pembeli saling kenal baik dan satu kampung. Dengan adanya sistim bon/bayar di depan ini dapat digunakan sebagai modal awal oleh si pencari sebitan ulin untuk kegiatan pengambilan limbah di dalam hutan.

Apabila ingin mendapatkan harga yang cukup tinggi, limbah tebangan ulin dapat dijual ke tengkulak yaitu ojek ulin untuk jenis plat/balok yang berasal dari tunggak, sedangkan untuk jenis sebitan dijual ke tengkulak yang menggunakan truk bak kayu. Untuk menjual ke tengkulak ini tidak dapat dilakukan setiap saat karena umumnya para tengkulak bukan warga sekitar melainkan dari daerah lain seperti Bati-bati dan Liang Anggang.

Untuk penjualan limbah tebangan ulin dari pencari sebitan ke pengumpul besar meskipun ada namun sangat jarang dilakukan karena diperlukan modal tambahan yaitu biaya pengangkutan

231

Page 10: PROSPEK DAN RANTAI PEMASARANforeibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2012/1013/hal... · Web viewUntuk potongan maupun belahan kayu yang berbentuk busur seperempat lingkaran dengan

Galam Volume IV No. 3 Desember 2010 (Hal 223 – 231)

limbah tebangan ulin yang cukup besar dan beresiko karena melalui jalan raya. Di pengumpul besar limbah tebangan ulin selain ditampung juga diolah menjadi kayu (balok, reng, papan dll) yang kemudian akan di jual ke industri meubel dan kusen. Setelah sampai di industri meubel dan kusen kayu ulin tadi di olah dan kemudian dijual dengan harga yang tinggi dan bervariasi sesuai model dan kualitas barang kepada para konsumen rumah tangga.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

a. Kesimpulan- Semakin sulitnya bahan baku ulin, maka para pelaku

usaha mulai melirik limbah tebangan ulin.- Prospek limbah tebangan ulin sangat baik, karena harga

yang ditawarkan cukup tinggi sedangkan modal yang diperlukan untuk kegiatan pengambilan limbah di hutan relatif kecil bahkan bisa dengan tanpa modal (untuk jenis sebitan).

- Rantai pemasaran limbah tebangan ulin tidak terlalu panjang dan masih mudah di telusuri secara langsung oleh para pencari sebitan.

b. Saran

232

Page 11: PROSPEK DAN RANTAI PEMASARANforeibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2012/1013/hal... · Web viewUntuk potongan maupun belahan kayu yang berbentuk busur seperempat lingkaran dengan

Prospek dan Rantai Pemasaran Limbah Ulin ...

Edi Suryanto

- Perlu adanya peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) terutama di level industri sehingga model dan kualitas barang sehingga harga jualnya tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Balai Litbang Kehutanan Kalimantan. 2003. Status Litbang Ulin (Eusideroxylon zwageri T. et B.). Samarinda. 74 p.

Martawijaya, A., Kartasujana, I., Mandang, Y. I., Prawira, S. A., Kadir, K. 1989. Atlas Kayu Indonesia Jilid I dan II. Departemen Kehutanan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Bogor. 167 p.

Rayan, Sugeng, Supratman, Hadi Jumadin. 2005. Laporan Tahunan Pembangunan dan Evaluasi Konservasi Ex-situ Jenis Ulin (Eusideroxylon zwageri). Balai Litbang Kehutanan Kalimantan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Samarinda 18 p.

Suryanto, E., 2009. Kajian Dampak Kegiatan Pengambilan Limbah Tebangan Ulin (Eusideroxylon zwageri) di KHDTK Kintap. Galam Volume III, Nomor 2, Oktober 2009. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru. 165-175 p.

233