PROSPECTUS - UMI...Pada akhir tahun 2018, Pembiayaan UMi telah berhasil menjangkau 846.547 Debitur...

20
Ministry of Finance of Republic of Indonesia UMi Financing Immersive Program “an invitation to experience Indonesian MSMEs first handedly” PROSPECTUS Kementerian Keuangan Republik Indonesia Program Imersif Pembiayaan UMi “sebuah undangan untuk merasakan Pembiayaan UMi secara langsung”

Transcript of PROSPECTUS - UMI...Pada akhir tahun 2018, Pembiayaan UMi telah berhasil menjangkau 846.547 Debitur...

  • Ministry of Finance of Republic of Indonesia

    UMi Financing Immersive Program

    “an invitation to experience Indonesian MSMEs first handedly”

    PROSPECTUS

    Kementerian Keuangan Republik Indonesia

    Program Imersif Pembiayaan UMi

    “sebuah undangan untuk merasakan Pembiayaan UMi secara langsung”

  • 1

    Sebagai bagian dari upaya penyebarluasan

    informasi terkati dengan Pembiayaan Ultra

    Mikro (UMi), dibuatlah prospektus ini yang

    secara umum menggambarkan latar

    belakang, tujuan, capaian dan alternatif

    cara untuk turut berpartisipasi dalam

    pengembangan UMKM di Indonesia

    As an attempt to disseminate information

    on Ultra Micro (UMi) Financing, this

    prospectus is made which generally

    describes the background, the goals, the

    achievements as well as alternative ways

    to participate in MSMEs development in

    Indonesia.

  • 2

  • 3

    RINGKASAN EKSEKUTIF

    Pemerintah RI memiliki komitmen yang tinggi dalam mendukung tumbuh kembangnya sektor

    UMKM di Indonesia sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan taraf ekonomi dan kesejahteraan

    seluruh masyarakat. Melalui Kementerian Keuangan, Pemerintah RI telah meluncurkan berbagai

    skema kredit program untuk membantu pelaku UMKM di Indonesia yang mengalami kesulitan dalam

    memperoleh akses permodalan. Kredit program tersebut berbentuk skema subsidi bunga seperti pada

    Kredit Usaha Rakyat (KUR) maupun melalui skema dana bergulir seperti pada skema Pembiayaan Ultra

    Mikro (UMi) yang mulai disalurkan sejak pertengahan tahun 2017.

    Pada tahun 2018, tercatat lebih dari 63 juta pelaku UMKM di Indonesia, 19 juta diantaranya

    telah terbiayai melalui program KUR. Masih terdapat 44 juta pelaku UMKM, sebagian besarnya adalah

    pelaku usaha ultra mikro, yang mengalami kesulitan dalam mengakses pembiayaan dari perbankan.

    Pembiayaan UMi hadir sebagai komplementer bagi program pembiayaan yang telah ada sebelumnya

    yaitu Kredit Usaha Rakyat (KUR) melalui penyaluran pinjaman dengan plafon maksimal Rp10 juta dan

    program pendampingan kepada pelaku usaha ultra mikro. Untuk melaksanakan program Pembiayaan

    UMi ini, Pemerintah menunjuk BLU Pusat Investasi Pemerintah (PIP) selaku koordinator pendanaan.

    PIP merupakan sebuah satuan kerja di bawah Kementerian Keuangan yang menerapkan pola

    pengelolaan keuangan badan layanan umum yang memberikan PIP fleksibilitas dan kebebasan dalam

    pengelolaan keuangannya.

    Pada akhir tahun 2018, Pembiayaan UMi telah berhasil menjangkau 846.547 Debitur di seluruh

    Indonesia melalui kerjasama dengan 3 (tiga) Penyalur dan 27 (dua puluh tujuh) lembaga linkage. Dari

    total Debitur tersebut, 91% Debitur merupakan pelaku usaha mikro dengan jenis kelamin perempuan,

    mayoritas (62%) pinjaman Debitur berada pada angka lebih kecil dari Rp. 2,5 juta, serta 82,5% Debitur

    berada pada usia kerja (20 – 49 tahun).

    Sampai dengan akhir tahun 2019, Pembiayaan UMi telah mendapatkan alokasi APBN sebesar

    Rp. 7 triliun dengan target Debitur sebanyak 1,4 juta pelaku usaha. APBN yang dialokasikan adalah

    sebesar Rp. 1,5 triliun pada tahun 2017, Rp. 2,5 triliun pada tahun 2018, dan Rp. 3 triliun pada tahun

    2019. Namun angka tersebut masih jauh dari target 44 juta pelaku usaha yang ingin didukung

    pengembangan usahanya melalui Pembiayaan UMi. Oleh karena itu, pemerintah menawarkan

    kepada pihak ketiga untuk dapat berpartisipasi dalam program ini melalui kerja sama pendanaan dan

    kerja sama investasi agar Pembiayaan UMi dapat menjangkau lebih banyak usaha ultra mikro.

  • 4

    EXECUTIVE SUMMARY

    Government of Republic of Indonesia has always had a strong commitment in supporting the

    growth of Indonesian MSMEs as a way to improve the economic prosperity of all people. Through

    Ministry of Finance of Republic of Indonesia, The Government is actively launching different credit

    program scheme in order to support MSMEs in the area of capital financing whom always had a hard

    time in accessing loan from the bank. The scheme is in form of interest-rate subsidy such as Kredit

    Usaha Rakyat (KUR) as well as in form of revolving fund such as the one recently lauched on mid 2017,

    Ultra-Micro Financing (UMi Financing).

    In 2018, there are more than 63 million MSMEs in Indonesia and roughly 19 million of them are

    privileged to be able to access Kredit Usaha Rakyat (KUR) financing. There are still more than 44 million

    MSMEs, constitute mostly of ultra micro businesses, are still unable to access financing from the

    banking sector. UMi Financing is trying to answer the challenge as a complement to previous KUR

    program through disbursement of loan up to IDR 10 million and giving technical assistance for ultra-

    micro businesses. To execute Pembiayaan UMi, the Government had appointed Pusat Investasi

    Pemerintah (PIP) or Government Invesment Center as the manager of the coordinated fund for MSME

    sector. PIP is a Government Unit whom applies the public service agency financial management which

    gives PIP a certain flexibility and exemption from state-financial management.

    By the end of 2018, UMi Financing has been able to reach 846,547 ultra micro businesses all

    across Indonesia through the cooperation with three Disbursement Executing Agencies and 27 linkage

    institutions. Those number are above the target of 800.000 borrowers. To further elaborate, 91% of

    the borrowers are female, 62% of the loan amount is in the amount of under IDR 2.5 million and 82,5%

    of the borrowers are in the age group of 20 to 49 years old which is in working age population.

    Up to the end of financial year 2019, UMi Financing is allocated through the state budget in the

    amount of IDR 7 trillion along with 1.4 million borrowers as target. IDR 1.5 trillion was allocated in the

    year of 2017, IDR 2.5 million was allocated in the year of 2018, and in the year of 2019, it was allocated

    IDR 3 trillion. Despite the amount, those numbers are still far from the real target of 44 million MSMEs

    who need supports from UMi Financing program. Therefore, the Government offers third parties to

    be able to participate in this program through funding cooperation and non-funding cooperation so

    that UMi Financing can reach more ultra-micro businesses.

  • 5

    PENDAHULUAN

    PREFACE

    Pembiayaan Ultra Mikro merupakan program terbaru dari Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Keuangan yang berusaha untuk menjawab permasalahan kesulitan akses pembiayaan permodalan usaha mikro di lapangan, secara lebih spesifiknya lagi adalah usaha ultra mikro. Terlepas dari telah adanya Program Pembiayaan untuk kategori UMKM yaitu Kredit Usaha Rakyat (KUR), masih terdapat kelompok usaha yang masih kesulitan untuk mendapatkan akses pembiayaan untuk permodalan usaha dikarenakan permasalahan agunan dan plafon pembiayaan. Mereka adalah kategori usaha ultra mikro yang merupakan lapisan terbawah dari kategori Usaha Mikro yang diatur dalam Undang Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

    Ultra Micro financing is the latest program from Indonesian Government, operated by Ministry of Finance. This Program is trying to address the issue in difficulty of access for micro businesses in terms of getting access for capital investments from financial institutions, specifically for ultra-micro businesses. Despite the fact that the government had launch Kredit Usaha Rakyat (KUR) to address this issue, but there are still groups of business owners, ultra-micro ones, finding it hard to get loans from the banks. The main issue was on the collateral and loan plafond. These ultra-micro businesses stood at the base of the pyramid of MSMEs as defined by the Indonesian Law No.20 year 2008 on Micro, Small, and Medium Enterprises.

    Usaha yang dikategorikan sebagai ultra mikro ini tidak mendapatkan pengaturan secara spesifik dalam ketentuan perundang-undangan di Indonesia, namun dengan jumlah yang cukup signifikan. Pada kategori ini, pelaku usaha ultra mikro memiliki ciri khas tersendiri yaitu kebutuhan terkait dengan plafon pembiayaan yang rendah, kesulitan penyediaan agunan sebagai syarat pembiayaan, kecepatan dalam penyediaan dana, cenderung mengesampingkan besaran suku bunga dan adanya kebutuhan terhadap pendampingan untuk menjalankan usahanya.

    Businesses categorized as ultra-micro are not specifically defined in the Law No.20 year 2008, but that category consist of a significant number of businesses. In this category, the ultra-micro businesses had their own signature treats regarding the low loan plafond, difficulties in terms of providing the collateral, the speed of the loan process, tend to ignore the number of interest rate, and need technical assistance in terms of doing its businesses.

    Kategori usaha inilah yang selama ini nyaris tidak tersentuh oleh sektor perbankan yang merupakan mayoritas penyalur KUR. Pada tingkatan ultra mikro, pelaku usaha lebih sering berinteraksi dengan lembaga-lembaga non-perbankan bahkan lembaga-lembaga keuangan non-formal. Sebut saja Rentenir, yang merupakan akses pembiayaan untuk permodalan terdekat yang dapat ditemui oleh pelaku usaha ultra mikro. Kemudahan dan kecepatan penyediaan permodalan yang dibutuhkan oleh pelaku usaha ultra mikro menjadi solusi singkat yang memberatkan karena di balik itu semua, terdapat beban suku bunga yang sangat tinggi yang harus dipikul oleh pelaku usaha ultra mikro.

    This category of ultra-micro businesses are mostly untouched by the banking sector which constitute most of KUR disbursement agency. On ultra-micro level, business owners prefer to take loans from informal financial institutions, namely the loan-sharks, which are the closest access for those businesses to get fast loan with low plafond. This easiness and speed are what the ultra-micro businesses need despite the large interest rate that has to be paid by the business owners.

  • 6

    Kebutuhan pembiayaan mereka berkisah pada angka Rp. 500 ribu sampai dengan Rp. 10 juta. Pada jumlah tersebut, sektor perbankan akan menimbang-nimbang antara manfaat dan biaya yang dikeluarkan untuk mengelola nasabah tersebut. Ada hambatan yang sangat sulit untuk dilalui oleh pelaku usaha pada kategori ultra mikro ini, belum lagi jika kita harus menyebutkan terkait dengan agunan yang harus disiapkan oleh pelaku usaha tersebut agar mendapatkan pinjaman. Kategori ini masuk dalam kategori usaha yang memiliki risiko tinggi.

    The needs of loan in ultra-micro category is ranging from the amount of IDR 500 thousand up to IDR 10 million. In that number, the banking sector will have a hard time in considering those number of loans in regards the cost and benefit of the loan for the bank. The issue of low loan plafond has proven to be a great barrier for the ultra-micro businesses for accessing the loan, not to mention the issue of the collateral as one of the 5Cs in banking loans. Ultra-micro businesses are considered as high-risk businesses.

    Belajar dari best practice yang ada antara lain pembiayaan Grameen di Bangladeh, disusunlah konsep untuk pembiayaan pada kategori usaha ultra mikro tersebut dan diresmikan sebagai Pembiayaan Ultra Mikro atau Pembiayaan UMi yang diluncurkan pada pertengahan tahun 2017. Dengan alokasi dana dari APBN sebesar Rp. 1,5 triliun, dalam waktu kurang dari enam bulan, sampai dengan akhir tahun 2017, Pembiayaan UMi telah menjangkau 307.032 debitur yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

    Learning from the best practice of ultra-micro business financing implemented in Bangladesh by Grameen Bank, born Ultra-Micro Financing known as UMi Financing in mid of year 2017 to be implemented in Indonesia. The program begin with the capital injection from the State Budget in the amount of IDR 1,5 trillion. In less than six months until the end of year 2017, UMi Financing program had managed to reach 307.032 borrowers spread all across Indonesia.

    Ciri khas yang dimiliki oleh Pembiayaan UMi yang membedakannya dari program eksisting yaitu KUR adalah plafon yang rendah yaitu hanya untuk pembiayaan dengan nilai di bawah Rp. 10 juta serta adanya kewajiban pendampingan yang harus disediakan dari Penyalur kepada Debitur. Selain itu, Pembiayaan UMi ini tidak disalurkan melalui perbankan, melainkan melalui Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB). Lembaga-lembaga yang menyalurkan Pembiayaan UMi ini bukanlah lembaga yang baru dibentuk, melainkan merupakan lembaga yang telah ada sebelumnya dan telah terbukti mampu serta memiliki basis debitur pelaku usaha ultra mikro yang luas.

    Signature treats regarding the category of ultra-micro businesses other than the low loan plafond under IDR 10 million are also the needs of technical assistance to guide the businesses in the right direction. Both of the issues are addressed in UMi Financing scheme. Other than that, UMi Financing is not disbursed through banking sector but through non-banking financial institutions (NBFI). These are not a newly-formed financial institutions, but existing NBFIs whom had proven experience in disbursing financing for MSMEs as well as big borrower-database meaning lots of potential MSMEs to access the UMi Financing.

    Berbeda dengan KUR, karena sumber dana yang digunakan adalah Dana Bergulir, maka Penyalur Pembiayaan UMi tidak perlu menggunakan dana sendiri untuk dapat menyalurkan Pembiayaan UMi. PIP sebagai pengelola coordinated fund untuk sektor pembiayaan UMKM akan menyalurkan Dana Pembiayaan UMi kepada Penyalur yang telah berhasil lolos seleksi. Dalam hal ini, terdapat kemudahan bagi Penyalur yaitu hanya cukup menjaminkan aset piutang

    Different from KUR, source of funding for UMi Financing is coming in form of revolving fund allocated in State Budget, so that the UMi Financing Disbursement Executing Agency (DEA) doesn’t have to use their own fund. Pusat Investasi Pemerintah (PIP) or Government Investment Center is the institution appointed as the manager of the coordinated fund for MSME sector. The fund is disbursed through approved NBFIs that

  • 7

    pembiayaan UMKM yang selama ini telah disalurkan secara fidusia. Keberadaan piutang yang dijaminkan secara fidusia ini akan sekaligus membuktikan rekam jejak kapabilitas calon Penyalur dalam menyalurkan pembiayaan untuk sektor UMKM.

    managed through the qualification stated in the Law. Another easiness also granted for UMi Financing DEA is in regards of the collateral for UMi Fund. The UMi Financing DEA only have to put their existing receivables as collateral through fiduciary guarantee. This is also a way to prove the track record of the DEA in terms of disbursing financing for MSME sector.

    Kami menyebutnya, empowering dan enhancing dimana dalam penyalurannya, Pembiayaan UMi tidak membuat lembaga baru, melainkan dengan meng-empower atau memberdayakan LKBB yang telah ada untuk kemudian di-enhance lebih jauh agar dapat memiliki kapasitas yang memadai dan lebih baik dalam menyalurkan Pembiayaan UMi.

    We call it, empowering and enhancing, where we didn’t create new institutions, we are using existing and proven NBFIs through empowerment and the next step is we further enhance the NBFIs capability in order to be better in UMi Financing disbursement.

    Keberadaan KUR dan Pembiayaan UMi pada pasar Pembiayaan untuk UMKM yang sama tidak ditujukan agar menciptakan persaingan antar program Pemerintah. Keberadaan kedua program tersebut diharapkan akan dapat menjadi komplementer antara satu dengan lainnya. Pembiayaan UMi ditujukan bagi pelaku usaha ultra mikro yang selama ini mungkin menerima program pemerintah dalam bentuk bantuan sosial atau hibah namun memiliki aspirasi untuk memulai usaha dengan kebutuhan modal sampai dengan Rp. 10 juta. Debitur tersebut diharapkan akan dapat terus tumbuh dan berkembang dengan adanya Pembiayaan UMi agar kemudian dapat naik kelas dan mampu mengakses KUR ataupun kredit komersial perbankan.

    The existence of KUR and UMi Financing in the same MSME financing market is not intended to prey on each other, on the other hand, it was intended for both program to complement each other. UMi Financing is mainly targeting class of people whom are used to receive Government’s program in form of grant, but despite their economic condition, those who aspired to do something in order to improve their economic condition through micro businesses are supported through UMi Financing. They are expected to be able to grow bigger and able to stand on their own to finally be able to take loans from KUR program or even better, the MSMEs can take loan from commercial banks.

    Sebagai perwakilan dari Kementerian Keuangan yang melaksanakan program ini adalah sebuah badan layanan umum yang direvitalisasi khusus untuk menjadi coordinated fund bagi pembiayaan UMKM adalah Pusat Investasi Pemerintah (PIP). PIP beroperasional sebagaimana satuan kerja Pemerintah pada umumnya, namun memiliki fleksibilitas tertentu dalam pengelolaan keuangan negara dengan statusnya sebagai Badan Layanan Umum.

    As representative of Ministry of Finance, PIP whom are the appointed Fund Manager for the coordinated fund for MSMEs is a Public Service Agency which is a form of Government Agency with certain financial flexibility in terms of State Financial Management.

  • 8

    UPDATE PEMBIAYAAN UMi

    UMi FINANCING UPDATE

    Sampai dengan akhir tahun 2018, Pembiayaan UMi telah berhasil menjangkau 846.547 debitur yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Saat ini terdapat tiga Penyalur Pembiayaan UMi, yaitu PT. Permodalan Nasional Madani, PT. Pegadaian, dan PT. Bahana Artha Ventura. Lebih jauh lagi, penyaluran yang dilakukan oleh PT. Bahana Artha Ventura menggunakan pola penyaluran tidak langsung dengan memberdayakan koperasi-koperasi sebagai lembaga linkage dalam menyalurkan Pembiayaan UMi kepada pelaku usaha ultra mikro yang membutuhkan pembiayaan untuk permodalan usaha. Saat ini tercatat telah ada 27 koperasi yang menyalurkan Pembiayaan UMi sebagai lembaga linkage di bawah PT. Bahana Artha Ventura.

    Up until the end of year 2018, UMi Financing managed to reach 846.547 borrowers across all over Indonesia. Currently UMi Financing DEAs consist of PT. Permodalan Nasional Madani, PT. Pegadaian, and PT. Bahana Artha Ventura. To reach further borrowers, PT. Bahana Artha Ventura is using indirect scheme where the company is using Cooperatives as linkage in order to disburse UMi Financing to the ultra-micro business owners whom in need for the capital financing. Currently there are 27 Cooperatives working as linkage for PT. Bahana Artha Ventura.

    Pembiayaan UMi dapat disalurkan melalui dua skema yaitu skema kelompok yang berbasis pada skema Grameen Bank dan juga skema individu yang disalurkan secara perorangan. Penyalur dapat menyalurkan Pembiayaan UMi melalui kedua skema tersebut sebagaimana kondisi eksisting dari pembiayaan yang telah dilakukan. Tercatat Penyalur yang menyalurkan Pembiayaan UMi dengan menggunakan skema kelompok adalah PT. Permodalan Nasional Madani dan tiga koperasi yang merupakan lembaga linkage di bawah PT. Bahana Artha Ventura yaitu Koperasi Mitra Dhuafa, Koperasi Abdi Kerta Rahardja, dan Koperasi BMT Itqan.

    UMi Financing disbursed in two scheme, Group Scheme which adopting Grameen Bank Scheme and Individual Scheme which targeting individuals. UMi Financing’s DEAs are able to disbursed using any of the scheme adjusting with their existing scheme in MSMEs Financing program. Currently there are several DEAs are disbursing using Group Scheme, namely PT. Permodalan Nasional Madani and three Cooperatives under PT. Bahana Artha Ventura, they are Koperasi Mitra Dhuafa, Koperasi Abdi Kerta Rahardja, and Koperasi BMT Itqan.

    Salah satu syarat utama dalam skema kelompok yang diterapkan oleh Penyalur adalah kewajiban debitur harus berjenis kelamin perempuan. Hal ini senada dengan nama program ini yaitu

    One of the main requirements for the Group Scheme that implemented by UMi Financing’s DEA is that the borrowers has to be female. This is in line with the name of the program,

  • 9

    Pembiayaan UMi yang ditujukan untuk para ibu-ibu yang ingin membantu perekonomian keluarganya dengan menjalankan usaha. Sampai dengan akhir tahun 2018, tercatat 91% debitur Pembiayaan UMi memiliki jenis kelamin perempuan. 82,5% debitur Pembiayaan UMi tercatat berada dalam usia kerja antara 20 – 49 tahun yang menandakan bahwa penerima Pembiayaan UMi merupakan kelompok masyarakat yang berada dalam usia produktif.

    UMi means Mother in Arabic. UMi Financing is targeting the women who wants to help their family through economic improvements through ultra-micro businesses. Up until the end of year 2018, 91% of UMi Financing’s borrower are female. As an addition to that, 82.5% of UMi Financing’s borrowers are in the range of age of 20 to 49 years old. This data shows that UMi Financing’s borrowers are in the group of productive age.

    Dari aspek besaran pembiayaan yang diterima oleh Debitur Pembiayaan UMi, mayoritas dengan proporsi sebesar 62% Debitur besaran pinjamannya berada di bawah angka Rp. 2,5 juta sementara 29% Debitur besaran pinjamannya Rp. 2,5 s.d. Rp.5 juta yang menunjukkan bahwa sebagaian besar Debitur Pembiayaan UMi plafon pinjamannya berada pada angka di bawah Rp. 5 juta rupiah. Angka plafon pinjaman tersebut akan mungkin sulit untuk dilayani oleh sektor perbankan, namun justru pembiayaan pada jumlah tersebutlah yang merupakan sasaran utama dari Pembiayaan UMi.

    From the aspect of the amount of loan taken by UMi Financing’s borrowers, 62% or majority of the borrowers are taking the loan in the amount of under IDR 2.5 million and 29% of borrowers are taking the loan in the range of IDR 2.5 million until IDR 5 million. Those amount of loan will face a lot of cost and benefit analysis from the banking sector. This data shows that UMi Financing had been on the right path to provide those in needs of low-plafond financing. Business owners with that specific needs are the main target of UMi Financing.

    9%

    91%

    5017.0%

    Jenis Kelamin

    Perempuan

    Laki-laki

    Gender

    Female .

    Male .

    Kelompok Usia Age Group

  • 10

    Salah satu juga yang membedakan Pembiayaan UMi dengan KUR adalah terkait dengan sumber dana yang digunakan. Apabila KUR menggunakan skema subsidi bunga, Pembiayaan UMi menggunakan skema dana bergulir dimana Pemerintah mengalokasikan dana dalam APBN untuk kemudian digulirkan kepada masyarakat sebagai Pembiayaan UMi melalui Penyalur. Untuk tahun 2017, Pemerintah telah mengalokasikan dana sebesar Rp. 1,5 triliun dengan target debitur sebanyak 300 ribu debitur. Angka tersebut meningkat pada tahun 2018 menjadi sebesar Rp. 2,5 triliun dengan target tambahan debitur sebanyak 500 ribu debitur. Melihat fakta bahwa sampai dengan tahun 2018, Debitur Pembiayaan UMi yang ditargetkan telah tercapai yaitu 846.547 debitur, maka alokasi APBN untuk Pembiayaan UMi kembali meningkat menjadi Rp. 3 triliun. Sehingga pada akhir tahun 2019 nanti, PIP akan mengelola dana Pembiayaan UMi sebesar Rp. 7 triliun.

    Again, another thing that separates UMi Financing and KUR is in terms of source of fund. KUR is using interest rate subsidy scheme, on the other hand, UMi Financing is using revolving fund scheme. The revolving fund is stated in the State Budget to be disbursed to the MSMEs in need through UMI Financing’s NBFI. For the year of 2017, the budget was allocating IDR 1. 5 trillion along with target as much as 300 thousand borrowers. The Number was increased in the year of 2018 into IDR 2. 5 trillion with extra 500 thousand borrower in addition. Looking at the fact that the target for the year of 2018 was achieved with the total borrowers of 846.547. Putting those into consideration, in the year of 2019, UMi Financing’s allocation in state budget increased up to IDR 3 trillion. By the end of 2019, PIP will manage in total of IDR 7 trillion with the target of 1,4 million borrowers.

    LANGKAH KEDEPAN UNTUK PEMBIAYAAN UMi

    WHAT’S NEXT FOR UMi FINANCING

    Perkembangan teknologi yang terjadi saat ini merupakan sesuatu yang tak terelakkan serta untuk mengiringi datangnya era digital, Pembiayaan UMi kini memasuki Digitalisasi Pembiayaan UMi. Data transaksi kini mudah dilihat rekam jejaknya secara elektronik. Pembiayaan UMi menemukan sebuah pendekatan yang bersifat non-perbankan untuk melakukan ini dengan memanfaatkan sektor fintech yang sedang berkembang yaitu Uang Elektronik (UNIK).

    Technological advancement is inevitable and to usher the latest innovation in the area of digitalization, UMi Financing is now entering the Digital era. Transaction data is now easily tracked using electronic transaction and UMi Financing is finding a way of a non-banking approach for this. Fintech company is emerging sector in Indonesia which bring electronic money (e-money) into attention.

    62%

    29%5%

    4%

    Jumlah Pinjaman

    < Rp. 2,5 jt

    Rp. 2,5 – 5 jt

    Rp. 5 – 7,5 jt

    Rp. 7,5 – 10 jt

    Loan Amount

    < IDR 2,5 mil .

    IDR 2,5 – 5 mil .

    IDR 5 – 7,5 mil .

    IDR 7,5 – 10 mil .

  • 11

    Untuk itu, pada Desember 2018 lalu, Menteri Keuangan RI meluncurkan program Digitaliasi UMi. Program tersebut merupakan hasil kerja sama antara PIP, Kementerian Komunikasi dan Informatika serta 3 fintech UNIK yaitu GoPay, T-Cash, dan T-Money serta satu marketplace digital yaitu Buka Lapak.

    Therefore in December 2018, Minister of Finance of Republic of Indonesia launched the UMi Digitalization program. The program was the result of cooperation between PIP, Ministry of Communication and Information as well as three e-money fintech company, namely GoPay, T-Cash, T-Money and one e-market place, that is Bukalapak.

    Penerapan Penyaluran Pembiayaan UMi melalui UNIK diharapkan akan dapat meningkatkan tingkat ketepatan sasaran program Pemerintah dalam hal target debitur. Data transaksi yang kini dapat dilihat dari rekam jejak elektronik, dapat digunakan untuk memonitor penggunaan dana Pembiayaan UMi oleh Debitur. Selain itu, digitalisasi akan dapat meningkatkan akuntabilitas dan transparansi pada tingkat pembuat kebijakan dalam rangka membuat peningkatan terhadap program yang sedang berjalan.

    The implementation of UMi Financing Disbursement through e-money is expected to improve the level of accuracy in terms of target borrowers. Transactional data is able to be tracked using electronic record so the usage of UMi Financing by the borrowers is able to be monitored. Other than that, it also improves the accountability and transparency in the level of decision maker to create a better policy as improvements of the current program.

    Digitalisasi Pembiayaan UMi memunculkan sebuah permasalahan tersendiri terkait dengan literasi keuangan pada tingkat Debitur. Namun pada tahapan inilah proses Pendampingan yang melekat sebagai bagian dari Pembiayaan UMi memiliki peran yang penting untuk memberikan pelatihan bagi para Debitur tentang bagaimana cara memaksimalkan penggunaan UNIK. Hal ini tentunya akan membutuhkan waktu, secara perlahan namun pasti, Pembiayaan UMi kini bergerak ke arah penciptaan Ekosistem UMKM Digital untuk peningkatan daya saing. Dengan Program Digitalisasi Pembiayaan UMi, Kementerian Keuangan mendapat penghargaan dari OpenGov Recognition of Excellent pada tahun 2019. OpenGov adalah platform konten yang berfokus pada Sistem Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam konteks sektor pemerintah, kesehatan dan pendidikan di wilayah Asia-Pacific. The Recognition of Excellence diberikan kepada lembaga pemerintah, yang telah mencapai keunggulan dalam menggunakan TIK, sering bekerja di belakang layar untuk membuat pemerintah lebih pintar, lebih gesit, lebih efisien dan lebih transparan.

    UMi Financing Digitalization bring forth new issue of financial literacy of the borrowers. This is where technical assistance which embedded in UMi Financing comes in handy to help the borrowers learning step by step on how to maximize the benefit of e-money. It takes time and efforts but surely UMi Financing is moving towards creating the digital ecosystem for Indonesian MSMEs to improve its competitiveness. For the UMi Financing Digitalization program, Ministry of Finance is being recognised for an award from OpenGov Recognition of Excellent in 2019. OpenGov is a content platform focused on Information and Communication Systems (ICT) in the context of government, healthcare and education sectors in the Asia-Pacific region. The Recognition of Excellence recognises government agencies, who have achieved excellence in using ICT, often working behind the scenes to make government smarter, more agile, more efficient and more transparent.

  • 12

    POTENSI

    POTENTIAL

    Jumlah UMKM di Indonesia diperkirakan lebih dari 63 juta pelaku usaha. Berdasarkan data pada tahun 2018, penerima KUR adalah sebanyak 19 juta pelaku UMKM, hal ini berarti masih ada sekitar 44 juta pelaku usaha atau hampir 70% dari total pelaku UMKM yang masih kesulitan atau belum dapat mengakses pembiayaan untuk modal usaha melalui KUR. Jumlah pelaku usaha pada angka tersebut merupakan potensi pelaku usaha yang membutuhkan pembiayaan melalui Pembiayaan UMi.

    The number of MSME in Indonesia is approximately at the number of 63 million of business owners. Based on data of 2018 KUR had reach 19 million of business owners, this means that there are approximately 44 million or roughly 70% of MSMEs in Indonesia are still finding difficulties in accessing the financing for their business through KUR. That number of business owners are potential borrowers for UMi Financing.

    Terlepas dari alokasi yang telah cukup besar di APBN Republik Indonesia dengan total Rp. 7 triliun sampai dengan akhir tahun 2019, Debitur Pembiayaan UMi diperkirakan dapat meningkat sampai dengan total 1,4 juta debitur. Angka tersebut masih sangat jauh dibandingkan dengan target 44 juta debitur yang berusaha dilayani oleh Pembiayaan UMi bersama dengan KUR secara komplementer.

    Despite the seemingly large number of IDR 7 trillion by the end of year 2019 and the number of borrowers approximated to be rising to the amount of 1.4 million. That number is still far from the target of 44 million MSMEs, both aimed by KUR and UMi Financing complementarily.

    Dengan asumsi dana yang dibutuhkan per debitur sebesar Rp. 5 juta, maka untuk 44 juta pelaku UMKM, diperkirakan membutuhkan dana sebesar Rp. 220 triliun untuk dapat menjangkau pelaku usaha yang membutuhkan akses pembiayaan untuk permodalan. Jumlah dana tersebut terbilang cukup besar dibandingkan dengan dana yang dapat dialokasikan di APBN mengingat adanya kebutuhan lain untuk pembangunan Indonesia.

    Assuming the fund needed per borrower is IDR 5 million, so to fulfil the needs of 44 million MSMEs, the Government will have to provide funds approximately IDR 220 trillion to cover all MSMEs in need of Financing. That number is quite an extraordinary one, considering the State Budget is also allocated for other development of this country and not only focussing on UMi Financing.

    Pendanaan bagi pelaku UMKM di Indonesia ini penting karena merupakan salah satu upaya Pemerintah dalam mengentaskan permasalahan kemiskinan yang ada dengan memanfaatkan potensi-potensi masyarakat agar mampu secara berdikari membebaskan dirinya sendiri dari jeratan kemiskinan dengan melakukan usaha-usaha produktif. Dengan adanya masyarakat yang berusaha, maka diharapkan juga agar dapat menurunkan tingkat kesenjangan sosial dengan mempersempit celah antara si kaya dan si miskin. Tingginya tingkat kesenjangan ekonomi ini akan dapat berpotensi meningkatkan angka kriminal dan konflik-konflik sosial di masyarakat.

    The funding for MSMEs in Indonesia is important due to the fact that this is one of the means of Indonesian Government to tackle the issue of poverty through leveraging on the potentials owned by the people of Indonesia to be able to stand on their own two feet. They can escape from the systemic poverty through creating productive businesses. With the efforts of those who worked hard, it is also expected that this will further decreasing the gap between the rich and the poor. If the social-discrepancies are high, this condition will lead to a higher criminal number and social conflict in the grass-root level.

  • 13

    Melihat kapabilitas APBN dengan besaran dana yang dibutuhkan, maka diperlukan upaya-upaya tambahan Pemerintah untuk me-leverage pendanaan lebih lanjut dengan memberdayakan sumber-sumber pendanaan yang ada.

    Looking at the capability of the State Budget and the amount of fund needed, the Government’s needed to do extra efforts to further leverage another sources of funding to increase the allocation for UMi Financing.

    KERJASAMA DENGAN PIHAK KETIGA

    THIRD PARTY COOPERATION

    Sesuai dengan grand design skema Pembiayaan UMi serta fleksibilitas yang dimiliki oleh PIP sebagai pelaksana Pembiayaan UMi yang menerapkan pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum, maka PIP dimungkinkan untuk menjalin kerja sama dengan pihak ketiga dalam aspek yang bersifat finansial maupun non-finansial dalam rangka pelaksanaan Pembiayaan UMi. Kerja sama yang bersifat non-finansial terdiri dari penyediaan data calon debitur dan penyediaan data calon Penyalur/Lembaga Linkage. Sementara untuk kerja sama yang bersifat finansial terdiri dari kerja sama pendanaan, kerja sama investasi, dan Kerja sama penempatan dana hibah/bantuan/CSR.

    In accordance with the grand design of UMi Financing and the flexibility of PIP as the manager of coordinated fund as a Public Service Agency, it is possible for PIP to create a cooperation with a third party in the aspect of financial as well as non-financial in the big frame of UMi Financing’s disbursement. The cooperation in non-financial area comprise of procurement of potential MSMEs and procurement of potential UMi Financing’s DEA as well as Cooperatives as linkage. As for the Financial cooperation comprise of fund placement cooperation, investment cooperation, and placement of grants/CSR fund.

    1. Kerja Sama non-Finansial 1. Non-Financial Cooperation Kerja Sama non-Finansial ini utamanya ditujukan kepada Pemerintah Derah yang merupakan pihak yang paling mengetahui potensi terkait dengan UMKM maupun Koperasi di wilayah kerjanya. PIP sebagai instansi Pemerintah Pusat, memiliki keterbatasan teknis terkait dengan penjaringan koperasi potensial yang dapat diajak kerja sama dalam penyaluran Pembiayaan UMi dengan menjadi Lembaga Linkage di bawah PT. Bahana Artha Ventura, maupun penjaringan pelaku usaha potensial yang dapat menjadi calon debitur Pembiayaan UMi.

    This non-financial cooperation is mainly targeting the Regional Governments as the party who knows best in regard of MSMEs’ and Cooperatives’ potential in one area. PIP as a part of central Government had a technical limitation in terms of coverage area to find potential MSMEs as borrowers and Cooperatives as linkage unit under PT Bahana Artha Ventura.

    a. Kerja Sama Penyediaan Data Calon Debitur

    a. Data Procurement for Potential MSMEs

    Pemda, Lembaga Keuangan, Lembaga Swadaya Masyarakat, maupun komunitas bentukan warga bisa saja memiliki kelompok usaha yang dalam hal ini membutuhkan bantuan untuk akses pembiayaan untuk permodalan usaha. Untuk itu PIP dapat menjalin kerja sama dengan pihak-pihak ini

    Government, Financial Institutions, Non-Government Organizations, as well as communities formed by the people could’ve had a long list of potential borrowers but don’t have the amount of money needed to finance those SMSE. Therefore PIP can initial a cooperation between

  • 14

    dalam rangka menjaring calon-calon debitur potensial tersebut.

    parties in order to get the potential borrower for UMi Financing Program.

    b. Kerja Sama Penyediaan Data Calon Penyalur/Lembaga Linkage

    b. Procurement of Potential UMi Financing’s DEA

    Pihak-pihak yang telah disebutkan diatas juga sangat dimungkinkan telah memiliki LKBB yang telah berjalan dalam rangka memenuhi kebutuhan anggotanya ataupun Pihak tersebut memiliki LKBB yang merupakan binaan di bawah lembaganya. Lembaga ini dapat saja memiliki bentuk usaha Koperasi maupun Lembaga Keuangan Mikro. Dengan memperhatikan history pembiayaan yang dilakukan oleh LKBB tersebut, maka dapat diusulkan untuk dinilai kelayakannya dalam menyalurkan Pembiayaan UMi oleh PT Bahana Artha Ventura.

    Parties mentioned before can also have a long list of potential UMi Financing’s DEA whom had good track record in disbursing financing for MSMEs which has been under their wings all along. This financial institutions can take form of Cooperatives and/or Microfinance Institutions. Learning from its track record of disbursing financing for MSMEs, those NBFI could be a potential to be UMi Financing’s DEA. They will be assessed by PT Bahana Artha Ventura to be deemed fit as DEA.

    2. Kerja Sama Finansial 2. Financial Cooperation Secara langsung, pihak ketiga dapat melakukan kerja sama dengan PIP melalui penempatan dana secara sharing cost maupun investasi melalui produk-produk investasi yang diterbitkan oleh PIP maupun penempatan dana hibah/CSR.

    Directly, third parties can do cooperation with PIP in the form of direct fund placement in form of sharing cost, investment and placement for grant/CDR fund.

    Untuk menjamin keamanan pengelolaan dana, pihak pemilik dana dapat memilih lembaga ataupun metode penyimpanan dana antara lain namun tidak terbatas pada Bank Kustodian. Skema Bank Kustodian ini akan menempatkan pemilik dana sebagai pengawas terhadap arus perputaran dana yang digunakan dalam Pembiayaan UMi. Selain itu, dana yang tersimpan dalam Bank Kustodian akan terjamin keamanannya karena bersifat boedel pailit sebagaimana ketentuan perundang-undangan yang berlaku

    To ensure the safety of the funds, the owner of the fund can instruct an institution or specific method in safe-keeping the fund such as Custodian Bank. Custodian Bank scheme will put the owner of the fund as the overseer of the revolving fund used for UMi Financing. Other than that, it will also ensure the integrity of the fund itself as it is categorized as bankruptcy boedel in accordance with the provisions of applicable laws and regulations.

    a. Kerjasama Pendanaan a. Fund Placement Cooperation Dalam pelaksanaan Pembiayaan untuk kategori UMKM, Pemilik Dana dimungkinkan memiliki dana yang telah dialokasikan untuk tujuan tersebut, namun tidak memiliki vehicle untuk mengimplementasikan program secara langsung. Untuk itu, Pemilik

    In the area of MSME’s financing, fund owner might have a certain amount of fund that allocated specifically for that purpose, but on the other hand, they lack of vehicle to do the implementation part. Therefore fund owners can create a cooperation with

  • 15

    Dana dapat saja melakukan kerja sama dengan PIP untuk penyaluran Pembiayaan UMi dengan menggunakan dana yang dimiliki dengan penyaluran yang bersifat khusus sesuai dengan tujuan penyaluran Pemilik Dana, selama masih merupakan kategori yang sesuai dengan target penerima Pembiayaan UMi.

    PIP to use the fund allocated for MSME’s financing as UMi Financing. Fund owners can still steering the disbursement in terms of area of disbursement. Any of ultra-micro businesses will do as long as they are the same target UMi Financing has been targeting.

    b. Kerjasama Investasi b. Investment Cooperation Dalam rangka me-leverage pendanaan lebih lanjut, PIP dapat melalukan kerja sama investasi dengan pihak ketiga melalui pembelian atas instrumen keuangan yang diterbitkan oleh PIP. Saat ini yang sedang dalam proses adalah penerbitan Efek Beragun Aset (EBA) PIP atas aset-aset PIP berupa piutang baik itu piutang milik Penyalur yang dijaminkan secara Fidusia maupun aset piutang Pembiayaan UMi yang disalurkan kepada debitur. Instrumen-instrumen keuangan lainnya juga turut dikaji seiring dengan perkembangan proses Pembiayaan UMi di masa yang akan datang.

    In order to further leverage funding for UMi Financing, PIP is able to form investment cooperation with the third party through the process of buying investment products issued by PIP. Currently in progress is the issue of asset-backed securities known as Efek Beragun Aset (EBA). This EBA will be backed with the asset of receivables owned by PIP. Those are the receivables owned by PIP from UMi Financing’s DEA as collateral through Fiduciary. Other form of asset that can backed the EBA will be the UMI Financing’s receivable itself. Other financial instruments are also under research to adjust the needs of PIP and UMI Financing in the future.

    c. Kerjasama Penempatan Dana Hibah/Bantuan/CSR

    c. Placement of Grants/CSR Fund

    Sumber dana lainnya yang dilirik untuk me-leverage pendanaan PIP adalah sumber dana pihak ketiga yang bersifat hibah/bantuan/CSR. Banyak perusahaan BUMN/swasta maupun lembaga-lembaga asing yang memiliki alokasi dana untuk pengembangan sektor UMKM, namun tidak semuanya memiliki vehicle untuk menjalankan program tersebut yang terkait langsung dengan UMKM tersebut. PIP melalui Pembiayaan UMi akan dapat mengelola dana tersebut secara Dana Bergulir untuk kemudian disalurkan kepada Debitur Pelaku usaha Ultra Mikro melalui Program Pembiayaan UMi.

    Other source of fund to leverage PIP’s funding is coming in the form of grant or CSR fund from the state-owned company, private company, and/or other international bodies local and foreign which targeted specifically towards MSMEs, and again, not every company or organization had the vehicle to implement those programs. PIP through UMi Financing will be able to manage those funds as a revolving funds and then disbursed as UMi Financing for the ultra-micro business owners.

  • 16

    INFORMASI LEBIH LANJUT

    FURTHER INFORMATION

    Untuk mendapatkan informasi lebih lanjut terkait dengan Skema Pembiayaan UMi maupun potensi terkait dengan kerja sama, dapat menghubungi secara langsung:

    To get further information on UMi Financing Program and potential cooperation for your institution, here are the contact person you can connect to:

    Faiz Rasyid Hendrawan Kepala Divisi Kerjasama Pendanaan Direktorat Kerjasama Pendanaan dan Pembiayaan, Pusat Investasi Pemerintah

    Alamat:

    Gedung MR 21 Jl. Menteng Raya No.21 Jakarta Pusat Telp. (021) 392 4822 Email: [email protected]

    Faiz Rasyid Hendrawan Head of Division of Funding Cooperation Directorate of Funding Cooperation and Disbursement, Government Investment Centre

    Address:

    MR 21 Building 21 Menteng Raya Street, Central Jakarta Telp. (021) 392 4822 Email: [email protected]

    Rizky Novrianto Kepala Seksi Analisis dan Pengembangan Kredit Program dan Investasi Lainnya, Direktorat Sistem Manajemen Investasi, Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Kementerian Keuangan

    Alamat:

    Gedung Prijadi Praptosuhardjo I lantai 3 Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4 Jakarta Pusat Telp. (021) 381 4362 Email: [email protected]

    Rizky Novrianto Head of Section of Analysis and Development of Credit Programs and Other Investments, Directorate of Investment Management System, Directorate General of Treasury, Ministry of Finance

    Address:

    Prijadi Praptosuhardjo I building 3rd floor 2-4 Lapangan Banteng Timur Street, Central Jakarta Phone. (021) 381 4362 Email: [email protected]

  • 17

  • 18

    Sepenggal Kisah Sukses Pembiayaan UMi A Glimpse of UMi Financing Success Story

    “Sejak dapat Pembiayaan UMi, saya bisa meningkatkan

    taraf ekonomi keluarga. Alhamdulillah bisa laku sampai

    300 bungkus per hari...”

    “Since I got UMi Financing, I can improve my family’s

    economic level. Alhamdulillah, I can sell up to 300

    packages per day...”

    ( Pedagang Nasi Uduk – Jawa Barat | Nasi Uduk Seller – West Java )

    “Waktu itu saya dapat pesanan besar,

    untung ada Pembiayaan UMi, saya

    bisa mendapat tambahan modal

    dengan mudah dan cepat...”

    “I was getting a big order, thank God

    there was UMi Financing, so I can get

    extra capital, easy and fast...”

    ( Produsen Souvenir Pernikahan – Jawa tengah | Wedding Souvenir Producer – Central Java )

    “Selain pendampingan usaha, kami juga

    mendapatkan dorongan dan motivasi untuk

    mulai belajar menabung, berkat Program

    Pembiayaan UMi...”

    “Other than technical assistance, we

    also get extra boost and motivation to

    start saving the money. Thanks to

    UMi Financing Program...” ( Klaten, Jawa Tengah |

    Klaten, Central Java )

  • Kementerian Keuangan Republik Indonesia

    Ministry of Finance of Republic of Indonesia

    Pusat Investasi Pemerintah

    Government’s Investment Center