PROSIDING Seminar Nasionaleprints.ulm.ac.id/2033/1/15_PROSIDING 2014_my paper.pdf · 39 PENGARUH...

16
INDONESIA AP K RED BADAN PENGELOLA REPUBLIK INDONESIA D ASOSIASI AHLI PERUBAHAN IKLIM DAN KEHUTANAN INDONESIA BADAN PENGELOLA REED+ KEMENTERIAN KEHUTANAN JAKARTA KERJASAMA Seminar Nasional MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM MENUJU TATA KELOLA HUTAN DAN LAHAN LESTARI MENUJU TATA KELOLA HUTAN DAN LAHAN LESTARI Jakarta, 18-19 November 2014 PROSIDING PROSIDING ISBN 978-602-73376-0-2 KEMENTERIAN KEHUTANAN

Transcript of PROSIDING Seminar Nasionaleprints.ulm.ac.id/2033/1/15_PROSIDING 2014_my paper.pdf · 39 PENGARUH...

Page 1: PROSIDING Seminar Nasionaleprints.ulm.ac.id/2033/1/15_PROSIDING 2014_my paper.pdf · 39 PENGARUH BIOREMEDIASI DAN FITOREMEDIASI MERKURI (Hg) TERHADAP PENINGKATAN UNSUR HARA TANAH

INDONESIAAP K RED

BADAN PENGELOLA

REPUBLIK INDONESIAD

ASOSIASI AHLI PERUBAHAN IKLIM DAN KEHUTANAN INDONESIABADAN PENGELOLA REED+KEMENTERIAN KEHUTANAN

JAKARTA

KERJASAMA

Seminar Nasional MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM MENUJU TATA KELOLA HUTAN DAN LAHAN LESTARI MENUJU TATA KELOLA HUTAN DAN LAHAN LESTARI

Jakarta, 18-19 November 2014

PROSIDINGPROSIDING

ISBN 978-602-73376-0-2

KEMENTERIANKEHUTANAN

Page 2: PROSIDING Seminar Nasionaleprints.ulm.ac.id/2033/1/15_PROSIDING 2014_my paper.pdf · 39 PENGARUH BIOREMEDIASI DAN FITOREMEDIASI MERKURI (Hg) TERHADAP PENINGKATAN UNSUR HARA TANAH

Seminar Nasional MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM MENUJU TATA KELOLA HUTAN DAN LAHAN LESTARI

Jakarta, 18-19 November 2014

PROSIDING

ISBN 978-602-73376-0-2

Editor:Prof. Dr. Ir. Deddy Hadriyanto, M. AgrProf. Dr. Ir. Hermansah, MS, M.ScProf. Dr. Ir. Agus Kastanya, MSDr. Satyawan Pudyatmoko, S.Hut, M.ScDr. Ir. Markum, M.ScIr. Agus Susatya, M.Sc, Ph.DDr. Ishak Yassir, S.Hut, M. ScDr. Ir. Sabaruddin, M.Sc

Penyusun :Yayan Hadiyan S.Hut, M.ScMuhammad Farid, S.Hut, M. ScKestri AriyantiSumardi S.Hut, M.Sc

Alamat:Jl. Argo No. 1, Bulaksumur Fakultas Kehutanan UGM, Yogyakarta Telp. (0274) 512102, 901420 Email : [email protected]

Asosiasi Ahli Perubahan Iklim dan Kehutanan Indonesia (APIK)

Page 3: PROSIDING Seminar Nasionaleprints.ulm.ac.id/2033/1/15_PROSIDING 2014_my paper.pdf · 39 PENGARUH BIOREMEDIASI DAN FITOREMEDIASI MERKURI (Hg) TERHADAP PENINGKATAN UNSUR HARA TANAH

Prosiding Seminar Nasional

Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim Menuju Tata Kelola Hutan dan Lahan Lestari 18-19 November 2014

i

Prosiding Seminar Nasional MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM

MENUJU TATA KELOLA HUTAN DAN

LAHAN LESTARI Jakarta, 18-19 November 2014

KERJASAMA

ASOSIASI AHLI PERUBAHAN IKLIM DAN KEHUTANAN INDONESIA

BADAN PENGELOLA REED+

KEMENTERIAN KEHUTANAN

JAKARTA

INDONESIA

Page 4: PROSIDING Seminar Nasionaleprints.ulm.ac.id/2033/1/15_PROSIDING 2014_my paper.pdf · 39 PENGARUH BIOREMEDIASI DAN FITOREMEDIASI MERKURI (Hg) TERHADAP PENINGKATAN UNSUR HARA TANAH

Prosiding Seminar Nasional

Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim Menuju Tata Kelola Hutan dan Lahan Lestari 18-19 November 2014

ii

Prosiding Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim Menuju Tata Kelola Hutan dan Lahan Lestari,

18-19 November 2014, Jakarta Indonesia

@Tahun 2015 Asosiasi Ahli Perubahan Iklim dan Kehutanan Indonesia (APIK Indonesia)

Editor:

Prof. Dr. Ir. Deddy Hadriyanto, M. Agr

Prof. Dr. Ir. Hermansah, MS, M.Sc

Prof. Dr. Ir. Agus Kastanya, MS

Dr. Satyawan Pudyatmoko, S.Hut, M.Sc

Dr. Ir. Markum, M.Sc

Ir. Agus Susatya, M.Sc, Ph.D

Dr. Ishak Yassir, S.Hut, M. Sc

Dr. Ir. Sabaruddin, M.Sc

Penyusun :

Yayan Hadiyan S.Hut, M.Sc

Muhammad Farid, S.Hut, M. Sc

Kestri Ariyanti

Sumardi S.Hut, M.Sc

Design dan Tata letak:

Edy Wibowo

Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang

Dilarang menggandakan buku ini sebagian atau seluruhnya, baik dalam bentuk fotokopi, cetak,

microfilm, elektronik maupun dalam bentuk lainnya, kecuali untuk keperluan pendidikan atau

keperluan non komersial lainnya dengan mencantumkan sumbernya, seperti berikut :

Sitasi:

Hadriyanto, D. et all (EDS). 2015. Mitigasi Dan Adaptasi Perubahan Iklim Menuju Tata Kelola

Hutan Dan Lahan Lestari, 8-9 November 2014. Jakarta Indonesia

Asosiasi Ahli Perubahan Iklim dan Kehutanan Indonesia. Yogyakarta.

ISBN 978-602-73376-0-2

Diterbitkan oleh:

Asosiasi Ahli Perubahan Iklim dan Kehutanan Indonesia Jl. Argo No. 1, Bulaksumur Fakultas Kehutanan UGM, Yogyakarta

Telp. (0274) 512102, 901420 Email : [email protected]

Page 5: PROSIDING Seminar Nasionaleprints.ulm.ac.id/2033/1/15_PROSIDING 2014_my paper.pdf · 39 PENGARUH BIOREMEDIASI DAN FITOREMEDIASI MERKURI (Hg) TERHADAP PENINGKATAN UNSUR HARA TANAH

Prosiding Seminar Nasional

Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim Menuju Tata Kelola Hutan dan Lahan Lestari 18-19 November 2014

iii

KATA PENGANTAR

Hutan sebagai common property adalah sumberdaya bersama yang memiliki fungsi penting

baik dari sisi ekonomi maupun ekologi. Pengelolaan hutan yang selama ini diterapkan masih belum

sepenuhnya bersifat berkelanjutan dan diikuti dengan terjadinya degradasi fungsi, baik secara

ekonomi maupun ekologi. Fungsi hutan menjadi bagian yang sangat penting dalam perubahaan

iklim, karena level carbon dan gas rumah kaca di atmosphir sangat bergantung pada kesetimbangan

pengikatan dan emisi karbon di ekosistim hutan. Urgensi dari pengurangan emisi untuk menjaga

kesetabilan konsentrasi GRK di atmosfer telah mendorong berbagai pemikiran penanganannya,

baik terkait upaya mitigasi maupun adaptasi terhadap perubahan iklim. Berbagai kebijakan

pemerintah terkait penanggulangan perubahan iklim telah dilahirkan untuk mendorong penanganan

yang terintegrasi berbagai sektor. Salah satunya adalah REDD+ (Pengurangan Emisi dari

Deforestasi, Degradasi Hutan, Peran Konservasi, Peningkatan Serapan Karbon dan Pembangunan

Kehutanan yang Berkelanjutan), yang menjadi bagian yang sangat penting dalam upaya

menurunkan emisi karbon sektor kehutanan sebagai mandat COP ke 13 di Bali.

Asosiasi Ahli Perubahan Iklim dan Kehutanan Indonesia (APIK Indonesia) merupakan

kumpulan mereka yang perhatian dan turut berpartisipasipasi untuk menghimpun, membina,

mengembangkan, dan mengamalkan IPTEK di bidang perubahan iklim dan kehutanan serta

memberikan masukan ilmiah kepada pemerintah untuk memperkuat posisi Indonesia baik di

tingkat nasional dan internasional terkait dengan kebijakan perubahan iklim dan kehutanan.

Asosiasi ini juga merupakan jejaring dari beberapa perguruan tinggi, lembaga penelitian, lembaga

diklat serta lembaga swadaya masyarakat di 7 region di Indonesia : region Sumatera, Jawa, Bali

Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua.

Memandang pentingnya persoalan mitigasi, adaptasi dan tata kelola hutan dan lahan, dalam

konteks penanganan perubahan iklim di Indonesia, Apik berkejasama dengan BP-REDD+ telah

melaksanakan Seminar Nasional dengan tema “Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim Menuju

Tata Kelola Hutan dan Lahan Lestari ”.

Seminar tersebut telah mejadi sasrana berbagi informasi status perkembangan kebijakan

perubahan iklim Internasional dan Nasional, berbagi informasi status penelitian adaptasi dan

mitigasi penanganan perubahan iklim dan kehutanan di Indonesia, dan telah merumuskan masukan

terkait kebijakan, strategi dan rencana aksi penanganan perubahan iklim ke depan, khususnya

menyongsong implementasi REDD+ di Indonesia.

Pada kesempatan ini, diucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Kementerian

Kehutanan dan Bp REDD+ yang telah membantu baik operasional maupun pendaaan atas

penyelenggaraan Seminar Nasional tersebut.

Yogyakarta, Agustus 2015

Ketua Umum,

ttd.

Dr. Sastyawan Pudyatmoko, S.Hut, M.Sc

Page 6: PROSIDING Seminar Nasionaleprints.ulm.ac.id/2033/1/15_PROSIDING 2014_my paper.pdf · 39 PENGARUH BIOREMEDIASI DAN FITOREMEDIASI MERKURI (Hg) TERHADAP PENINGKATAN UNSUR HARA TANAH

Prosiding Seminar Nasional

Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim Menuju Tata Kelola Hutan dan Lahan Lestari 18-19 November 2014

iv

Page 7: PROSIDING Seminar Nasionaleprints.ulm.ac.id/2033/1/15_PROSIDING 2014_my paper.pdf · 39 PENGARUH BIOREMEDIASI DAN FITOREMEDIASI MERKURI (Hg) TERHADAP PENINGKATAN UNSUR HARA TANAH

Prosiding Seminar Nasional

Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim Menuju Tata Kelola Hutan dan Lahan Lestari 18-19 November 2014

v

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... iii

DAFTAR ISI .................................................................................................... v

ADAPTASI....................................................................................................... 1

1 ADAPTASI SPESIES TANAMAN PADA KONDISI EKSTRIM BESERTA

ADAPTASI PENDEKATAN PENANAMANNYA UNTUK ANTISIPASI

PERUBAHAN IKLIM ........................................................................................... 3

2 MASYARAKAT DESA SEKITAR HUTAN MERESPON DAMPAK PERUBAHAN

IKLIM: GENDER PERSPEKTIF ................................................................................... 17

3 ADAPTASI JENIS-JENIS POHON PIONIR PADA HUTAN RAWA GAMBUT

YANG TERDEGRADASI BERAT DI OGAN KOMERING ILIR, SUMATERA

SELATAN .................................................................................................................... 29

4 BIODIVERSITAS DAN PERAN MASYARAKAT ADAT DALAM PERUBAHAN

IKLIM DI REGION PAPUA ......................................................................................... 39

5 WHAT DID DRIVE EXTREME DROUGHT EVENTS IN 2014? ................................... 55

6 STRATEGI ADAPTASI DAN MITIGASI DALAM MENGHADAPI BENCANA

PESISIR AKIBAT PERUBAHAN IKLIM ..................................................................... 61

7 ARBORETUM DESA : AKSI LOKAL KONSERVASI JENIS TANAMAN

HUTAN MENDUKUNG PENANGANAN PERUBAHAN IKLIM ................................ 71

8 STATEGI USAHA PERTANIAN PETANI KARET DALAM MENGHADAPI

PERUBAHAN IKLIM DI NAGARI MUARO SUNGAI LOLO KEC. MAPAT

TUNGGUL SELATAN KAB. PASAMAN - SUMBAR .................................................. 81

9 MENGGALI DAN MENEGAKKAN KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT

ARFAK UNTUK MENGHADAPI PERUBAHAN IKLIM 1 ............................................ 87

10 KEKUATAN KEARIFAN LOKAL DALAM RESTORASI EKOSISTEM TAMAN

NASIONAL GUNUNG MERAPI .................................................................................. 93

MITIGASI .................................................................................................... 101

11 ALIRAN KARBON DAN ENERGi PADA BERBAGAI TUTUPAN LAHAN

SULAWESI TENGAH ................................................................................................ 103

12 ESTIMASI POTENSI CADANGAN DAN SERAPAN KARBON DI PROVINSI

BENGKULU DENGAN MENGGUNAKAN DATA MODIS ........................................ 109

13 STUDI POTENSI BIOMASSA ATAS DAN BAWAH PERMUKAAN TANAH

PADA PSP KPHP UNIT IV DAN KPHL UNIT XIV UNTUK MENDUKUNG

SISTEM MRV STOK KARBON HUTAN DI MALUKU .............................................. 131

14 PERHITUNGAN STOK KARBON PADA DAERAH KAPUR DAN KARST DI

PAPUA BARAT: STRATEGI UNTUK MENDUKUNG KEGIATAN REDD+ .............. 143

15 UPAYA PENURUNAN EMISI CO2 SEKTOR KEHUTANAN DI PROPINSI NUSA

TENGGARA BARAT ................................................................................................. 151

16 PENDUGAAN CADANGAN KARBON PADA EKOSISTEM HUTAN HUJAN

TROPIS DATARAN RENDAH ................................................................................... 161

Page 8: PROSIDING Seminar Nasionaleprints.ulm.ac.id/2033/1/15_PROSIDING 2014_my paper.pdf · 39 PENGARUH BIOREMEDIASI DAN FITOREMEDIASI MERKURI (Hg) TERHADAP PENINGKATAN UNSUR HARA TANAH

Prosiding Seminar Nasional

Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim Menuju Tata Kelola Hutan dan Lahan Lestari 18-19 November 2014

vi

17 POTENSI SERAPAN KARBON PADA BERBAGAI JENIS TEGAKAN HASIL

REHABILITASI HUTAN POLA HUTAN KEMASYARAKATAN: STUDI KASUS

HKM KAB. REJANG LEBONG BENGKULU ............................................................. 169

18 PERUBAHAN POPULASI DAN BIOMASA TEGAKAN DALAM KAITANNYA

DENGAN AKUMULASI CARBON DI KAWASAN HUTAN HUJAN TROPIS

ULU GADUT PADANG SUMATRA BARAT ............................................................. 175

19 REVIEW : VARIASI KANDUNGAN BIOMASA PADA BERBAGAI EKOSISTIM

DI SUMATRA ............................................................................................................ 185

20 ANALISIS PERUBAHAN FUNGSI LAHAN SEBAGAI UPAYA MITIGASI

PERUBAHAN IKLIM DENGAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

DI SUMATRA UTARA ............................................................................................... 199

21 THE IMPACTs OF FOREST CONCESSIONS ON DEFORESTATION IN

INDONESIA ............................................................................................................... 209

22 PENAKSIRAN BESARNYA STOK KARBON DAN PENURUNAN EMISI

MELALUI PENERAPAN METODE REDUCED IMPACT LOGGING CARBON

(RIL-C) ....................................................................................................................... 221

23 ESTIMASI EMISI LANGSUNG NITRUS OKSIDA (N2O) ASAL APLIKASI

PUPUK NITROGEN AN-ORGANIK PADA PERKEBUNAN SAWIT DI LAHAN

GAMBUT ................................................................................................................... 231

24 MODEL ALOMETRIK PENDUGAAN BIOMASSA DAN KARBON TEGAKAN

HUTAN JENIS KERUING (Dipterocarpus sp) PADA HUTAN ALAM PRODUKSI

DI KALIMANTAN TENGAH ..................................................................................... 237

25 KUANTIFIKASI MASSA KARBON PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI

LANGKAT, SUMATERA UTARA .............................................................................. 245

26 ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) BERDASARKAN

TINGKAT KEBUTUHAN OKSIGEN, ABSORBSI KARBON DIOKSIDA DAN

PENGENDALI IKLIM MIKRO DI WILAYAH PERKOTAAN ..................................... 251

27 PENELITIAN PENDAHULUAN TENTANG KONDISI UDARA DI BALI

SEBAGAI INDIKASI PERUBAHAN IKLIM ............................................................... 265

28 EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN DI KABUPATEN POHUWATO PROVINSI

GORONTALO ............................................................................................................ 269

29 POTENSI KARBON HUTAN NAGARI SIMANCUANG PROVINSI SUMATERA

BARAT SEBAGAI UPAYA MENDUKUNG SISTEM MRV ........................................ 275

30 ESTIMASI NILAI TEGAKAN DI RTHKP KOTA BANJAR BARU .............................. 287

31 ADAPTASI DAN MITIGASI PEMANASAN GLOBAL MELALUI HUTAN JATI

RAKYAT DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA ..................................................... 311

32 MODEL PENGHITUNGAN CADANGAN KARBON HUTAN RAKYAT

BERSERTIFIKAT SISTEM VERIFIKASI LEGALITAS KAYU ................................... 319

33 PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN GAMBUT MELALUI

PROGRAM KULIAH KERJA NYATA MAHASISWA (KUKERTA) ........................... 337

34 KAJIAN KEGIATAN REDD+ DALAM PERSPEKTIF PERUBAHAN IKLIM ............... 343

35 PENGEMBANGAN PARAMETER FRAKSI KARBON YANG HILANG ..................... 359

Page 9: PROSIDING Seminar Nasionaleprints.ulm.ac.id/2033/1/15_PROSIDING 2014_my paper.pdf · 39 PENGARUH BIOREMEDIASI DAN FITOREMEDIASI MERKURI (Hg) TERHADAP PENINGKATAN UNSUR HARA TANAH

Prosiding Seminar Nasional

Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim Menuju Tata Kelola Hutan dan Lahan Lestari 18-19 November 2014

vii

TATA KELOLA .......................................................................................... 366

36 TANTANGAN PELIBATAN MASYARAKAT DALAM MENGELOLA

KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI (KPHP) DI BENGKULU

UTARA ...................................................................................................................... 367

37 TATA KELOLA KPHP LAKITAN, MANDIRI DENGAN KEMITRAAN

MASYARAKAT ........................................................................................................ 377

38 PERANAN BALAI DIKLAT KEHUTANAN DALAM MITIGASI PERUBAHAN

IKLIM ........................................................................................................................ 387

39 PENGARUH BIOREMEDIASI DAN FITOREMEDIASI MERKURI (Hg)

TERHADAP PENINGKATAN UNSUR HARA TANAH PADA LAHAN PASCA

TAMBANG EMAS ..................................................................................................... 395

Page 10: PROSIDING Seminar Nasionaleprints.ulm.ac.id/2033/1/15_PROSIDING 2014_my paper.pdf · 39 PENGARUH BIOREMEDIASI DAN FITOREMEDIASI MERKURI (Hg) TERHADAP PENINGKATAN UNSUR HARA TANAH

Prosiding Seminar Nasional

Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim Menuju Tata Kelola Hutan dan Lahan Lestari 18-19 November 2014

359

36 PENGEMBANGAN PARAMETER FRAKSI KARBON YANG

HILANG AKIBAT SUBSIDENSI LAHAN GAMBUT

Ahmad Kurnain Bidang Minat Tanah dan Sumber Daya Lahan,

Program Studi Agroekoteknologi dan Program Studi Ilmu Tanah

Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat

Jalan Jenderal A. Yani km 36 Simpang Empat Banjarbaru 70713

e-mail: [email protected]

ABSTRACT

Losses of peat mass as a result of peat oxidation is often related to peatland subsidence that subsequently

used in practices to estimate green house gas emission. This logics will result in an overestimate of C loss as

the peat subsidence is not only due to the loss of peat, but also due to compaction and dewatering of peat.

Verification of C loss as peatland subsidence requires a fraction parameter of peatland subsidence due to peat

compaction. The study emphasized on analysis of peat hydro-physics data collected on various types of

peatland uses to estimate a fraction of peatland subsidence due to peat compaction and dewatering. The peat

subsidence could be described proximately through peat compaction as a function of moisture content. At

spesific moisture content of > 2 dm3 kg

-1, the subsidence due to peat compaction dan dewatering

proportionally could be described with a modified equation of Groenevelt and Grant (2004). Fraction of peat

compaction due to dewatering contributed 85 – 95%, and this condition is approximately related with

groundwater depth of 20 – 40 cm. When the groundwater depth drops down more that 40 cm, its fraction

decreases to 20 – 50%. Subsequently a fraction of C loss could be estimated.

Keywords: carbon loss, peatland, subsidence

ABSTRAK

Salah satu sumber emisi gas rumah kaca adalah kehilangan karbon sebagai akibat drainase lahan gambut.

Pendugaan kehilangan karbon pada lahan gambut sering dilakukan dengan menghubungkannya dengan besar

dan laju subsidensi lahan gambut. Subsidensi lahan gambut dapat terjadi sebagai akibat konsolidasi dan

pemadatan gambut (proses fisika), dan oksidasi substansi gambut (proses kimiawi). Proses verifikasi

kehilangan karbon yang diduga dari subsidensi lahan gambut memerlukan parameter fraksi subsidensi akibat

konsolidasi dan pemadatan, dan fraksi subsidensi akibat oksidasi gambut. Parameter fraksi tersebut tersebut

sangat variatif dan masih diperdebatkan, tergantung pada tipe gambut dan kondisi lingkungan lahan gambut.

Kajian ini mencoba mencermati dan menganalisis data hidro-fisik gambut yang dikumpulkan pada berbagai

tipe pemanfaatan lahan gambut untuk menurunkan parameter fraksi subsidensi akibat pemadatan akibat

kehilangan lengas (dewatering). Subsidensi lahan gambut dapat digambarkan secara proksimat melalui

indikator pemadatan dan kadar lengas. Pada kadar lengas spesifik > 2 dm3/kg subsidensi akibat konsolidasi

dan pemadatan secara proporsional dapat digambarkan dengan persamaan modefikasi dari Groenevelt dan

Grant (2004). Fraksi pemadatan substansi akibat kehilangan lengas antara 85 – 95% pada ketinggian muka

air tanah antara 20 – 40cm, dan lebih tinggi dari itu fraksinya antara 25 – 50%. Pada sisi yang lain tentu saja

dapat dihitung parameter fraksi subsidensi akibat kehilangan massa gambut (oksidasi gambut) atau

kehilangan karbon.

Kata kunci: kehilangan karbon, lahan gambut, subsidensi

1. PENDAHULUAN

Lahan gambut merupakan mega-ekosistem daratan (terresterik) yang mengandung

sangat banyak karbon (C). Lahan gambut yang hanya menutupi 3% (4.000.000 km2) dari

luas lahan dunia, menyimpan karbon 550 Gton di dalam gambutnya (Parish et al. 2008).

Banyak pihak mengkaitkan emisi gas rumah kaca (GRK) dengan hilangnya C pada lahan

gambut, termasuk Indonesia yang memiliki luas lahan gambut tidak kurang 14,6 juta

hektar. Pada kondisi alamiah ketika lahan gambut tetap basah, simpanan karbon yang

sangat besar ini tetap terjaga dengan baik.

Page 11: PROSIDING Seminar Nasionaleprints.ulm.ac.id/2033/1/15_PROSIDING 2014_my paper.pdf · 39 PENGARUH BIOREMEDIASI DAN FITOREMEDIASI MERKURI (Hg) TERHADAP PENINGKATAN UNSUR HARA TANAH

Prosiding Seminar Nasional

Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim Menuju Tata Kelola Hutan dan Lahan Lestari 18-19 November 2014

360

Persoalan kemudian muncul manakala lahan gambut alamiah ini dimanfaatkan

untuk berbagai kepentingan seperti pertanian, kehutanan, deforestasi, ekstraksi gambut,

dan pembangunan infrastruktur. Pemanfaatan lahan gambut untuk berbagai kepentingan

tersebut dihadapkan pada karakter hidrologinya yang selalu basah dan tergenang sepanjang

tahun, sehingga menyulitkan pemanfaatannya dan menghambat keterjangkauannya

(aksesibilitas). Oleh karena itu lahan gambut alamiah tersebut harus direklamasi dengan

melakukan pengatusan (drainage) agar dapat dimanfaatkan (Alan Tan & Ritzema 2003;

Kurnain et al., 2001).

Pengatusan lahan gambut tidak hanya menciptakan kondisi hidrologis yang sesuai

(favorable) bagi berbagai pemanfaatan, tetapi juga menimbulkan dampak negatif berupa

penurunan permukaan (subsidensi) lahan gambut. Laju subsidensi dapat dibagi ke dalam

dua fase. Pada fase pertama periode 1 – 3 tahun setelah reklamasi, lajunya berkisar antara 5

– 50 cm tahun-1

, dan pada fase kedua periode berikutnya lajunya diperlambat menjadi 0,5

– 5 cm tahun-1

(Wösten & Ritzema, 2002; Wösten et al., 1997; Hooijer et al., 2010). Laju

subsidensi dua fase ini ditentukan oleh sifat hidro-fisik gambut (Kurnain, 2005; Kurnain et

al., 2006) meliputi kadar lengas, berat volume, kerutan (shrinkage), dan kadar serat.

Subsidensi lahan gambut terjadi melalui dua proses, yaitu pemadatan atau pengerutan

gambut dan kehilangan massa akibat oksidasi gambut (Andriesse, 1988; Kurnain, 2005).

Subsidensi fase pertama lebih banyak ditentukan oleh proses pemadatan, pengerutan, atau

pengawaairan (dewatering) gambut (Kurnain, 2005); dan subsidensi fase kedua lebih

banyak atau hanya ditentukan oleh proses oksidasi gambut (Hooijer et al., 2010).

Kehilangan massa gambut akibat oksidasi gambut berkorelasi langsung dengan

kehilangan karbon pada gambut. Kehilangan karbon seringkali dikaitkan dengan besar dan

laju subsidensi lahan gambut, padahal subsidensi gambut juga ditentukan oleh proses

pemadatan dan pengawaairan. Persoalan yang muncul adalah bagaimana menghitung

fraksi subsidensi akibat pemadatan dan oksidasi gambut. Jawaban atas persoalan tersebut

sangat variatif dan spesifik (local existing condition). Penelitian ini mencoba mencermati

dan menganalisis data hidro-fisik gambut yang dikumpulkan pada berbagai tipe

pemanfaatan lahan untuk menurunkan nilai kadar lengas kritis terjadinya subsidensi

gambut akibat kehilangan massa gambut, sekaligus menunjukkan fraksi subsidensi gambut

akibat pemadatan.

2. METODE PENELITIAN

Data sifat hidro-fisika gambut pada berbagai tipe pemanfaatan lahan gambut

diperoleh dari hasil penelitian Kurnain (2005) dan yang seperti dilaporkan juga pada

Kurnain (2012). Sifat hidro-fisika yang dicermati dan dianalisis meliputi volume spesifik

gambut dan kadar lengas gambut. Volume spesifik gambut ialah sama dengan kebalikan

nilai berat volumenya (McLay et al.,1992; Dexter, 2004). Berat volume dinyatakan dalam

berat setelah pengeringan dalam tanur bersuhu 105 oC selama sedikitnya 4 jam per volume

tanah gambut pada kondisi lapangan saat pencuplikan (volume gambut basah). Karena

satuan berat volume adalah kg dm-3

, maka satuan volume spesifik adalah dm3

kg-1

. Kadar

lengas gambut ditentukan secara gravimetrik, sehingga diperoleh kadar lengas gravimetrik

dengan satuan kg kg-1

.

Karakterisasi pemadatan gambut sebagai akibat kehilangan lengas (dewatering)

mengacu pada McLay et al. (1992), Brandyk et al. (2001) dan Groenevelt & Grant (2004).

Groenevelt dan Grant (2004) menggambarkan pemadatan tanah mineral dengan perubahan

rasio volume pori atas volume padatan (void ratio) menurut fungsi rasio volume lengas

atas volume padatan (moisture ratio). Selain itu, McLay et al. (1992) menggambarkan

Page 12: PROSIDING Seminar Nasionaleprints.ulm.ac.id/2033/1/15_PROSIDING 2014_my paper.pdf · 39 PENGARUH BIOREMEDIASI DAN FITOREMEDIASI MERKURI (Hg) TERHADAP PENINGKATAN UNSUR HARA TANAH

Prosiding Seminar Nasional

Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim Menuju Tata Kelola Hutan dan Lahan Lestari 18-19 November 2014

361

sifat pemadatan gambut dengan perubahan volume spesifik gambut menurut fungsi kadar

lengas gravimetrik. Berdasarkan kombinasi apa yang dilakukan oleh Groenevelt dan Grant

(2004) pada tanah mineral, dan McLay et al. (1992) pada tanah gambut, karakterisasi

pemadatan gambut akibat kehilangan lengas dilakukan dengan menggambarkan perubahan

volume spesisik pori dengan kadar lengas spesifik (Kurnain, 2005). Volume spesifik pori

diperoleh dari selisih volume spesifik gambut dan volume spesifik padatan. Volume

spesifik padatan ialah kebalikan dari berat jenis padatan, yang untuk tanah gambut tropis

rata-ratanya sekitar 1,4 kg dm-3

(Driessen & Rochimah, 1977; Kamiya & Kawabata, 2003),

sehingga nilainya sama dengan 0,7 dm3 kg

-1. Sedang kadar lengas spesifik (dm

3 kg

-1)

diperoleh dari hasil membagi kadar lengas gravimetrik (kg kg-1

) dengan berat jenis lengas

(1 kg dm-3

).

Data volume spesifik pori digambarkan menurut fungsi kadar lengas spesifik, dan

dipadu-serasikan (fitting) dengan persamaan Groenevelt dan Grant (2004) yang telah

dimodifikasi oleh (Kurnain, 2005):

vp(vw) = vp,o + (Vp – vp,o)exp[ko(Vp-n

– vw-n

)]

di mana vp ialah volume spesifik pori, vw kadar lengas spesifik, vp,o volume spesifik pori

tanah kering-tanur, dan Vp ialah volume spesifik pori pada saat udara mulai mengisi pori.

Kadar lengas gambut yang berada pada lapisan gambut tertentu tergantung pada

posisinya terhadap tinggi muka air (Kurnain, 2005). Makin jauh posisinya di atas muka air

tanah, semakin kecil kadar lengasnya. Pola seperti ini terutama terjadi pada rentang nilai

potensial lengas 0 sampai dengan -10 kPa (Puustjärvi, 1973; Lambert, 1995).

Karakterisasi perubahan kadar lengas gambut sebagai fungsi penurunan muka air tanah

didekati dengan membuat kurva penahanan dan pelepasan lengas menurut fungsi potensial

lengas tanah. Pencaran data dipadu-serasikan dengan persamaan kurva menahan lengas

van Genuchten (1980):

θ = θr + {(θs – θr) / [1 + (α.|ψ|)n]

m}

di mana θ ialah kadar lengas volumetrik (m3 m

-3); θs dan θr berturut-turut ialah

kadar lengas volumetrik pada keadaan jenuh dan kadar lengas residu (m3 m

-3); ψ ialah

potensial air (kPa); dan α (kPa-1

), n, dan m ialah parameter bentuk kurva. Parameter m

ditetapkan sama dengan 1-1/n, seperti yang ditunjukkan oleh Tomasella et al. (2000).

Kadar lengas residu (θr) dalam tanah gambut, seperti yang ditunjukkan oleh Uomori &

Yamaguchi (1997) dan Tomasella et al. (2000), adalah kadar lengas pada potensial air -

1500 kPa atau pF 4,2.

Kelengasan tanah gambut juga digambarkan dengan kurva melepas lengas, dan

dipadu-serasikan dengan persamaan modefikasi van Genuchten (Kurnain, 2005):

θwr = θm – { θm / [1 + (α.|ψ|)n]

m}

di mana θwr ialah kadar lengas yang dilepas (m3 m

-3); θm ialah kadar lengas mobil (mudah

lepas) yang nilainya sama dengan θs–θr.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Subsidensi lahan gambut dapat terjadi sebagai akibat konsolidasi dan pemadatan

gambut (proses fisika), dan oksidasi substansi gambut (proses kimiawi). Konsolidasi dan

pemadatan gambut disebabkan oleh pelepasan lengas (dewatering) (Mc Lay et al., 1992;

Page 13: PROSIDING Seminar Nasionaleprints.ulm.ac.id/2033/1/15_PROSIDING 2014_my paper.pdf · 39 PENGARUH BIOREMEDIASI DAN FITOREMEDIASI MERKURI (Hg) TERHADAP PENINGKATAN UNSUR HARA TANAH

Prosiding Seminar Nasional

Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim Menuju Tata Kelola Hutan dan Lahan Lestari 18-19 November 2014

362

Brandyk et al., 2001; Kurnain, 2005; Kurnain, 2012). Karakterisasi pemadatan gambut

menurut fungsi kadar lengas (Gambar 1) menunjukkan bahwa pemadatan substansi gambut

berlangsung dalam tiga fase, yaitu fase struktural, fase normal (proporsional), dan fase

residual (Brandyk et al., 2001; Groenevelt & Grant, 2004). Fase struktural terjadi pada

keadaan jenuh air, sehingga penurunan volume bahan gambut sama dengan volume lengas

yang hilang. Fase normal atau proporsional berlangsung dari saat ruang pori mulai terisi

udara sampai pengerutannya diperlambat untuk memulai fase residual. Pada fase residual,

pemadatan substansi gambut semata-mata akibat oksidasi gambut.

Gambar 1. Kurva pengerutan gambut sebagai fungsi kadar lengas gambut pada beberapa tipe penggunaan

lahan gambut. (Keterangan: garis jenuh 1:1 menunjukkan kurva teoritis pengerutan gambut jika

gambut dijenuhi air dan pengerutannya hanya disebabkan oleh pengawaairan. Kurva kerutan

dicocokkan dengan persamaan 2 . Volume spesifik pori gambut kering-tanur dan saat udara

mulai mengisi ruang pori masing-masing adalah 2,36 dan 9,00 dm3 kg

-1, parameter lainnya: ko

= 7,36 dm3 kg

-1 dan n = 0,60).

Pemadatan substansi gambut pada fase normal diperkirakan berlangsung pada

rentang penurunan lengas setara dengan nilai ko = 7,36 dm3 kg

-1. Penurunan volume tanah

gambut pada fase ini sedikit lebih kecil daripada volume lengas yang hilang, tetapi

penurunannya sebanding dengan penurunan volume lengasnya. Fase normal terbagi dua

sub-fase, yaitu fase normal 1 dan fase normal 2, yang masing-masing berlangsung pada

rentang kadar lengas spesifik gambut 4 – 8 dan 2 – 4 dm3 kg

-1. Pada fase normal 1 fraksi

pemadatan substansi gambut akibat kehilangan lengas diperkirakan 85 – 95%. Sementara

itu pada fase normal 2 fraksinya diperkirakan antara 25 – 50%.

Pemanfaatan lahan gambut untuk pertanian dan kebakaran lahan gambut

menunjukkan adanya kejadian subsidensi lahan gambut seperti yang secara tidak langsung

dapat diamati dari perubahan sifat pemadatan gambut. Implikasi hasil penelitian ini dapat

dikaitkan dengan perhitungan kehilangan karbon akibat deforestasi dan degradasi lahan

gambut. Menurut fungsi kadar lengas gambut, watak dan perilaku subsidensi lahan

gambut secara tidak langsung dapat dijelaskan. Pada kadar lengas spesifik di bawah 2 dm3

kg-1

amblesan sepenuhnya diakibatkan oleh adanya oksidasi gambut atau dengan kata lain

terkait langsung dengan kehilangan karbon.

Page 14: PROSIDING Seminar Nasionaleprints.ulm.ac.id/2033/1/15_PROSIDING 2014_my paper.pdf · 39 PENGARUH BIOREMEDIASI DAN FITOREMEDIASI MERKURI (Hg) TERHADAP PENINGKATAN UNSUR HARA TANAH

Prosiding Seminar Nasional

Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim Menuju Tata Kelola Hutan dan Lahan Lestari 18-19 November 2014

363

Gambar 2. Kurva menahan dan melepas lengas gambut pada (a) hutan gambut dan (b) lahan gambut yang sudah

direklamasi.

Jika dihubungkan dengan kurva retensi dan pelepasan lengas seperti pada Gambar

2, nilai kadar lengas volumetrik secara tidak langsung ditentukan oleh ketinggian muka air

tanah.. Jika dikaitkan dengan karakteristik pemadatan substansi gambut pada fase normal

1, maka kondisi demikian diperkirakan terjadi pada ketinggian muka air tanah antara 20 –

40 cm. Secara teknis hal ini menyiratkan pentingnya pengelolaan tinggi muka air tanah

antara 20 – 40 cm bagi pengelolaan lahan gambut secara berkelanjutan.

4. KESIMPULAN

1. Pemadatan substansi gambut yang merupakan salah satu mekanisme terjadinya

subsidensi lahan gambut berlangsung melalui 3 fase, yaitu fase struktural, fase normal,

dan fase residual.

2. Pada fase struktural, pemadatan substansi gambut semata-mata diakibatkan oleh

kehilangan lengas, sebaliknya pada fase residual semata-mata diakibatkan oleh

kehilangan massa gambut melalui proses oksidasi gambut.

3. Pemadatan substansi gambut pada fase normal terbagi dua, yaitu fase normal 1 dan fase

normal 2. Fraksi pemadatan substansi akibat kehilangan lengas pada fase normal 1

berkisar antara 85 – 95%, dan pada fase normal 2 antara 25 – 50%. Dengan demikian

fraksi subsidensi akibat kehilangan karbon secara tidak langsung dapat dihitung.

4. Pemadatan substansi gambut pada fase normal 1 diperkirakan terjadi pada ketinggian

muka air tanah antara 20 – 40 cm. Ketinggian muka air tanah ini dapat dijadikan

pertimbangan dalam pengelolaan lahan gambut secara berkelanjutan.

UCAPAN TERIMAKASIH

Terima kasih disampaikan pada Proyek Penelitian EUTROP dengan nomor kontrak

ERBIC18CT980260, yang telah mendanai untuk menyediakan data yang diperlukan dalam

penulisan artikel ini. Terima kasih disampaikan pada BP-REDD+ dan APIKIndonesia

yang telah memfasilitasi sehingga artikel ini dapat didesiminasikan pada sebuah seminar.

(a)

(b)

Page 15: PROSIDING Seminar Nasionaleprints.ulm.ac.id/2033/1/15_PROSIDING 2014_my paper.pdf · 39 PENGARUH BIOREMEDIASI DAN FITOREMEDIASI MERKURI (Hg) TERHADAP PENINGKATAN UNSUR HARA TANAH

Prosiding Seminar Nasional

Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim Menuju Tata Kelola Hutan dan Lahan Lestari 18-19 November 2014

364

DAFTAR PUSTAKA

Alan Tan K.C. & Ritzema H.P. 2003. Sustainable Development in Peat land of Sarawak – Water

Management Approach. Int. Conf. on Hydrology and Water Resources in Asia Pacific

Region, Kyoto, Japan, March 13-15, 2003

Andriesse, J.P. 1988. Nature and Management of Tropical Peat Soils. FAO Soil Bulletin 59.

Rome, Italy. 165 halaman.

Brandyk, T., R. Oleszczuk, & J. Szatylowicz. 2001. Investigation of soil water dynamics in a fen

peat-moorsh soil profile. International Peat Journal 11: 15–24.

Défossez, P., G. Richard, H. Boizard, & M.F. O’Sullivan. 2003. Modeling change in soil

compaction due to agricultural traffic as function of soil water content. Geoderma 116:

89–105.

Dexter, A.R. 2004a. Soil physical quality: Part I. Theory, effects of soil texture, density, and

organic matter, and effects on root growth. Geoderma 120: 201–214.

Driessen, P.M., & L. Rochimah. 1977. The physical properties of lowland peats from Kalimantan.

Dalam: Peat and Podzolics Soils and Their Potential for Agriculture in Indonesia.

Proceedings ATA 106 Midterm Seminar. Soil Research Institute, Bogor. Halaman: 56–

73.

Groenevelt, P.H., & C.D. Grant. 2004. Analysis of soil shrinkage data. Soil & Tillage Research

79: 71–77.

Hooijer, A., S. Page, J. Jauhiainen, W.A. Lee, & X. Lu. 2010. Recent findings on subsidence and

carbon loss in tropical peatlands: reducing uncertainties, Workshop on “Tropical Wetland

Ecosystems of Indonesia: Science Needs to Address Climate Change Adaptation and

Mitigation”, Bali, 11-14 April 2010.

Kamiya, M., & S. Kawabata. 2003. Physical properties of peat in Central Kalimantan. Dalam: M.

Osaki, T. Iwakuma, T. Kohyama, R. Hatano, K. Yonebayashi, H. Tachibana, H.

Takahashi, T. Shinano, S. Higashi, H. Simbolon, S.J. Tuah, H. Wijaya, & S.H. Limin.

(eds.), Land Management and Biodiversity in Southeast Asia. Hokkaido University,

Japan dan Research Centre for Biology, The Indonesian Institute of Sciences. Bogor,

Indonesia. Halaman: 341–345.

Kurnain, A. 2005. Dampak kegiatan pertanian dan kebakaran atas watak gambut ombrogen.

Disertasi. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Kurnain, A. 2012. Perhitungan ambelsan (subsidence) dengan pendekatan proksimat dan

hubungannya dengan emisi gas rumah kaca pada lahan gambut. Prosising Seminar

Nasional Pengelolaan Lahan Gambut Berkelanjutan, BBSDLP, Badan Litbang Pertanian,

Kementan, Cimanggu, Bogor: 369 – 378.

Kurnain, A., B. Radjagukguk, & T. Notohadikusumo. 2006. Impact of development and

cultivation on hydro-physical properties of tropical peat soils, Tropics 15(4): 383-389.

Kurnain, A., T. Notohadikusumo, B. Radjagukguk, & Sri Hastuti. 2001. Peat soil properties

related to degree of decomposition under different landuse systems, International Peat

Journal 11: 67-78.

McLay, C.D.A., R.F. Allbrook, & K. Thompson. 1992. Effect of development and cultivation on

physical properties of peat soils in New Zealand. Geoderma 54: 23–37.

Parish, F., A. Sirin, D. Charman, H. Joosten, T. Minaeva & M. Silvius. 2008. Assessment on

peatlands, biodiversity and climate change. Global Environment Centre, Kuala Lumpur

and Wetland International Wageningen, 179p.

Page 16: PROSIDING Seminar Nasionaleprints.ulm.ac.id/2033/1/15_PROSIDING 2014_my paper.pdf · 39 PENGARUH BIOREMEDIASI DAN FITOREMEDIASI MERKURI (Hg) TERHADAP PENINGKATAN UNSUR HARA TANAH

Prosiding Seminar Nasional

Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim Menuju Tata Kelola Hutan dan Lahan Lestari 18-19 November 2014

365

Wösten, J.H.M. & Ritzema, H.P. 2002. Land and water management options for peatland

development in Sarawak, Malaysia. International Peat Journal, 11: 59-66.

Wösten, J.H.M., A.B. Ismail & A.L.M. van Wijk. 1997. Peat subsidence and its practical

implications: a case study in Malaysia. Geoderma 78: 25-36