prodep.kemdikbud.go.idprodep.kemdikbud.go.id/uploads/download/Manual Proses... · Web viewRUP...

61
MANUAL PENGADAAN PRODEP PROGRAM PENGEMBANGAN PROFESSIONAL TENAGA KEPENDIDIKAN KEMITRAAN PENDIDIKAN AUSTRALIA DENGAN INDONESIA KATEGORI 3 DAN KATEGORI 4

Transcript of prodep.kemdikbud.go.idprodep.kemdikbud.go.id/uploads/download/Manual Proses... · Web viewRUP...

MANUAL PENGADAAN PRODEP

PROGRAM PENGEMBANGAN PROFESSIONAL TENAGA KEPENDIDIKAN

KEMITRAAN PENDIDIKAN AUSTRALIA DENGAN INDONESIA

KATEGORI 3 DAN KATEGORI 4

BADAN PSDMPK DAN PMP

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Version3-23072014

DAFTAR ISI

iDAFTAR ISI

iiDAFTAR TABEL

iiiDAFTAR DIAGRAM

ivDAFTAR LAMPIRAN

vDAFTAR SINGKATAN

viKATA PENGANTAR

11.PENDAHULUAN

11.1 TUJUAN MANUAL

11.2 PEMBATASAN

21.3 DASAR HUKUM

21.4 PRINSIP PENGADAAN

31.5 KODE ETIK

31.6 ISI PERJANJIAN HIBAH TERKAIT PENGADAAN

52.DIAGRAM ALUR PENGADAAN

63.RENCANA UMUM PENGADAAN (RUP)

94.PASAL PERPRES YANG DIKECUALIKAN

155.PROSES PELAKSANAAN PENGADAAN

216.PENULISAN PAJAK PADA KONTRAK

257.PERSETUJUAN DONOR

268.SANGGAH DAN PENGADUAN MASYARAKAT

279.AUDIT DAN PENYIMPANAN

2810.INFORMASI PENGADAAN

3011.PENUTUP

31DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL

1Tabel 1. Anggaran Tahunan Hibah ProDEP

16Tabel 2. Spesifikasi Modul

17Tabel 3. Motede Pengadaan

17Tabel 4. Referensi Standar Dokumen Pengadaan

23Tabel 5. Tugas dan Kewenangan terkait filing

DAFTAR DIAGRAM

6Diagram 1. Alur Pengadaan

10Diagram 2. Proses Penyusunan RUP

20Diagram 3.Proses Pengadaan Langsung untuk Barang

21Diagram 4.Proses Pengadaan Langsung Untuk Jasa/Konsultan

22Diagram 5. Proses Penunjukan Langsung Non Darurat

DAFTAR LAMPIRAN

1Lampiran 1 Surat Klarifikasi dari Donor terkait Pengadaan

2Lampiran 2 Kebijakan Terhadap Kecurangan dan Korupsi

4Lampiran 3 Kabupaten yang dibiayai oleh ProDEP

10Lampiran 4 Format Rencana Umum Pengadaan

11Lampiran 5 Contoh Standar Dokumen Lelang

DAFTAR SINGKATAN

AEPI

Kemitraan Pendidikan Australia Indonesia

AUD

Dolar Australia

Badan Australia untuk Pengembangan Internasional

BPR

Bank Perkreditan Rakyat

BMP

Bobot Manfaat Perusahaan

CHO

Petugas Penanganan Keluhan

DIPA

Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran

ESSP

Program Pendukung Sektor Pendidikan

EE

Instansi Pelaksana

BPPSDMPK&PMP

Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan & Penjaminan Mutu Pendidikan

GoA

Pemerintah Australia

GoI

Pemerintah Indonesia

GA

Perjanjian Hibah

Itjen

Inspektur Jenderal

HPS

Harga Perkiraan Sendiri

HEA

Hasil Evaluasi Akhir

KPPU

Komisi Pengawas Persaingan Usaha

LPMP

Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan

LPPKS

Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah

LKPP

Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

LPSE

Layanan Pengadaan Secara Elektronik

MIS

Sistem Informasi Manajemen

MoEC

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

MoRA

Kementerian Agama

Perpres

Peraturan Presiden

PA

Pengguna Anggaran

KPA

Kuasa Pengguna Anggaran

PPK

Pejabat Pembuat Komitmen

PIC

Orang yang bertanggungjawab

PPMP

Pusat Penjaminan Mutu Pendidikan

P4TK

Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Pusbang Tendik

Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan

RKA

Rencana Kerja dan Anggaran

SPD

Pengembangan Keprofesian Pengawas

SSQ

Kualitas dan Sistem Sekolah

RUP

Rencana Umum Pengadaan

SDTOG

Kelompok Pengawasan Teknis Pengembangan Staf

ULP

Unit Layanan Pengadaan

TKDN

Tingkat Komponen Dalam Negeri

ToR

Kerangka Acuan Kerja

ToT

Pelatihan Bagi Pelatih

KATA PENGANTAR

Kami menyambut baik tersusunnya Panduan pengadaan yang disiapkan dalam rangka pelaksanaan proses pengadaan barang/jasa dan konsultasi yang dibiayai melalui hibah DFAT terkait program Kemitraan Pendidikan Australia Indonesia School Support and quality.

Penyusunan Panduan ini melibatkan tim AEPI SSQ Komponen 2 serta Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan (BPSDMPK-PMP) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Diharapkan Panduan ini memudahkan para pihak yang terkait dalam organisasi pengadaan seperti PA/KPA, Unit Layanan Pengadaan, Pejabat Pengadaan, Pengelola Kegiatan, Panitia Penerima Hasil Pekerjaan dalam melaksanakan pekerjaan terkait.

Isi Panduan ini merujuk kepada Perjanjian Hibah yang telah ditanda tangani oleh Pemerintah Indonesia dan referensi regulasi terkini terkait pengadaan baik yang termuat dalam Peraturan Presiden (Perpres) Republik Indonesia maupun Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang /Jasa Pemerintah Indonesia (LKPP).

Saat regulasi rujukan yang ada mengalami perbaikan ataupun revisi maka revisi Panduan ini dibutuhkan, dan amandemen terhadap Panduan ini kemudian akan diproses untuk mendapatkan persetujuan oleh Group Pengawasan Pengembangan Teknis Staf/Staff Development Technical Oversight Group (SDTOG).

Akhirnya saya mengajak semua pihak untuk memanfaatkan Program Kemitraan ini sebesar-besarnya sehingga tercapai tujuannya dan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun bersama.

Jakarta, Januari 2014

Kepala Badan PSDMPK dan PMPProf.Dr. Syawal Gultom, M.Pd.

NIP 1962203119870311002

1.PENDAHULUAN

1.1 TUJUAN MANUAL

1.1.1 Panduan ini disusun untuk memudahkan para pihak khususnya (BADAN PSDMPK & PMP) dan instansi pelaksana terutama pihak terkait yang akan melaksanakan proses pengadaan barang dan jasa Professional Development for Education Personnel (ProDEP) yang dibiayai melalui hibah Pemerintah Australia.

1.1.2Dana hibah dapat dipergunakan tepat waktu dan tepat guna sesuai perencanaan, tanpa menimbulkan permasalahan saat dilakukan audit dikemudian hari.

1.1.3Para pihak dapat menyiapkan sumber daya pendukung termasuk SDM, Dana pendamping dari APBN dan hal lain sesuai dengan kesepakatan yang tertuang dalam perjanjian hibah.

1.1.4Penggunaan Panduan ini termasuk untuk metode pemilihan melalui e-lelang using Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) maupun lelang manual.

1.2 PEMBATASAN

1.2.1 Instansi-Instansi Pelaksana berikut ini, dibawah pendelegasian, petunjuk dan pengawasan Instansi Penanggungjawab dapat melaksanakan pengadaan ProDEP:

a. Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan (Pusbang Tendik).

b. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (ada 12).

c. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan/LPMP (ada 33).

d. Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (LPPKS).

1.2.2Pengadaan yang dimaksud terbatas pada kegiatan ProDEP antara lain:

a. Kategori 3: Pengadaan materi pelatihan/ bahan ajar untuk kegiatan-kegiatan ProDEP.

b. Kategori 4: Pengadaan jasa/konsultasi untuk pembelajaran berbasiskan on-line, Sistem Infomasi Manajemen dan sistem-sistem Monitoring dan Evaluasi.

1.2.3Proses pelelangan dilakukan dengan pelelangan dalam negeri.

1.2.4Anggaran tahunan Hibah yang tersedia untuk Kategori 3 dan 4 termuat pada Tabel 1 di bawah ini

Tabel 1. Anggaran Tahunan Hibah ProDEP

Tahun

Anggaran (AUD)

Kategori 3

Kategori 4

2013

321.054

225.000

2014

478.077

225.000

2015

200.769

21.882

2016

0

78.713

Total

1.000.000

550.000

Tahun

1.2.5 Pengadaan materi pelatihan/ bahan ajar terbatas untuk sekolah yang berada di daerah kegiatan ProDEP seperti termuat lampiran 1

1.2.6 Anggaran tahunan hibah ProDEP dapat dilakukan re-alokasi antar Kategori sesuai dengan regulasi yang ada.

1.3 DASAR HUKUM

1.3.1 Dasar hukum yang mengikat dalam proses pengadaan ini adalah:

a. Perjanjian Hibah Australia Indonesia ; DFAT Agreement No. 64705, beserta lampiran, perubahan, dan ketentuan yang dijabarkan dalam Prosedur Manual ProDEP;

b. Peraturan Presiden Republik Indonesia No.54/2010;

c. Peraturan Presiden Republik Indonesia No.70/2012;

d. Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Republik Indonesia (LKPP) terkini dan yang masih berlaku.

1.3.2 Dasar hukum pengadaan tersebut di atas dapat berubah dalam periode pelaksanaan hibah ini, untuk itu jika ada ketentuan yang berdampak kepada pelaksanaan pengadaan menggunakan hibah ini maka pihak Instansi Pelaksana harus menginformasikan secara tertulis kepada pihak Pemerintah Australia secepatnya.

1.3.3 Infromasi tertulis wajib disampaikan kepada pihak DFAT paling lambat 20 hari kerja sejak regulasi tersebut dinyatakan berlaku.

1.3.4 Informasi tertulis tersebut ditanda tangani oleh Kepala BPSDMPK-PMP dengan tembusan kepada ke Manager Komponen 2 SSQ , dan dikirim ke DFAT melalui fax ke alamat:

Unit Manager Basic Education

Quality and Governance (DFAT) Indonesia, Kedutaan Besar Australia

Jl. H.R. Rasuna Said Kav. C15-16, Jakarta Selatan 12940, Indonesia

Facsimile Number: (021) 2550 5582

1.4PRINSIP PENGADAAN

Prinsip Pengadaan yang menjadi dasar dalam proses pengadaan yang dilakukan adalah:

a. Efisien, berarti Pengadaan Barang/Jasa harus diusahakan dengan menggunakan dana dan daya yang minimum untuk mencapai kualitas dan sasaran dalam waktu yang ditetapkan atau menggunakan dana yang telah ditetapkan untuk mencapai hasil dan sasaran dengan kualitas yang maksimum.

b. Efektif, berarti Pengadaan Barang/Jasa harus sesuai dengan kebutuhan dan sasaran yang telah ditetapkan serta memberikan manfaat yang sebesar-besarnya.

c. Transparan, berarti semua ketentuan dan informasi mengenai Pengadaan Barang/Jasa bersifat jelas dan dapat diketahui secara luas oleh Penyedia Barang/Jasa yang berminat serta oleh masyarakat pada umumnya.

d. Terbuka, berarti Pengadaan Barang/Jasa dapat diikuti oleh semua Penyedia Barang/Jasa yang memenuhi persyaratan/kriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur yang jelas.

e. Bersaing, berarti Pengadaan Barang/Jasa harus dilakukan melalui persaingan yang sehat diantara sebanyak mungkin Penyedia Barang/Jasa yang setara dan memenuhi persyaratan, sehingga dapat diperoleh Barang/Jasa yang ditawarkan secara kompetitif dan tidak ada intervensi yang mengganggu terciptanya mekanisme pasar dalam Pengadaan Barang/Jasa.

f. Adil/tidak diskriminatif, berarti memberikan perlakuan yang sama bagi semua calon Penyedia Barang/Jasa dan tidak mengarah untuk memberi keuntungan kepada pihak tertentu, dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional.

1.5 KODE ETIK

Kode Etik dari setiap anggota organisasi pengadaan seperti telah termuat dalam Peraturan Perpres 54 2010 pasal 6 adalah sebagai berikut:

a. melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggung jawab untuk mencapai sasaran, kelancaran dan ketepatan tercapainya tujuan Pengadaan Barang/Jasa;

b. bekerja secara profesional dan mandiri, serta menjaga kerahasiaan Dokumen Pengadaan Barang/Jasa yang menurut sifatnya harus dirahasiakan untuk mencegah terjadinya penyimpangan dalam Pengadaan Barang/Jasa;

c. tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung yang berakibat terjadinya persaingan tidak sehat;

d. menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang ditetapkan sesuai dengan kesepakatan tertulis para pihak;

e. menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan para pihak yang terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses Pengadaan Barang/Jasa;

f. menghindari dan mencegah terjadinya pemborosan dan kebocoran keuangan negara dalam Pengadaan Barang/Jasa;

g. menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang dan/atau kolusi dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan atau pihak lain yang secara langsung atau tidak langsung merugikan negara;

h. dan tidak menerima, tidak menawarkan atau tidak menjanjikan untuk memberi atau menerima hadiah, imbalan, komisi, rabat dan berupa apa saja dari atau kepada siapapun yang diketahui atau patut diduga berkaitan dengan Pengadaan Barang/Jasa.

1.6 ISI PERJANJIAN HIBAH TERKAIT PENGADAAN

Donor telah mengirimkan surat balasan kepada Pusbangtendik terkait klarifikasi Perjanjian Hibah terkait Pengadaan, isi surat dapat dilihat pada Lampiran 1 manual pengadaan ini.

Seksi III Pengadaan

Bagian A. Pengadaan untuk Inisiatif

1. Semua barang dan jasa yang dibutuhkan untuk mempersiapkan, manajemen dan pelaksanaan dari Pengembangan Profesional Tenaga Kependidikan yagn didanai melalui hibah harus dilakukaan sesuai dengan konsisten prosedur dengan ketentuan yang termuat di bawah ini:

(a) Peraturan Presiden Republik Indonesia (Perpres RI) No.54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa serta amandement yang ermuat dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia (Perpres RI) No. 70 tahun 2012, beberapa tambahan dalam Perjanjian Hibah procedur termuat dalam Appendix F (Klarifikasi terkait Pengadaan untuk Inisiatif).

(b) Prosedur Manual; dan

(c) Bagian A dari seksi ini.

2. Persemakmuran mengetahui bahwa procedure pengadaan yang diatur dalam dengan peraturan merujuk ke pasal 1 Seksi II bagian A dapat di amandemen oleh Pemerintah Indonesia dari waktu ke waktu untuk itu perubahan harus diinformasikan kepada Persemakmuran secara tertulis oleh Kepala BPSDMPK-PMP sebagai Instansi Penanggungjawab

Rencana Pengadaan

3. Sehubungan dengan Prosedur Manual , Pemerintah Indonesia melalui Instansi Penanggungjawab akan menyiapkan untuk disetujui oleh Persemakmuran, Rencana Pengadaan akan mengatur:

(a) antisipasi pengadaan besar (lebih besar atau sama dengan AUD20,000) yang akan dilakukan pada tahun anggaran Pemerintah Indonesia berikutnya;

(b) kontrak barang dan jasa tertentu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan inisiatif, yang diperbolehkan sesuai dengan kategori III dan IV pada hibah ini;

(c) metode pengadaan untuk masing-masing kontrak yang diperbolehkan dalam inisiatif, dan

(d) terkait review prosedur yang dilakukan Persemakmuran, termasuk kontrak-kontrak yang perlu dilakukan review dan persetujuan oleh Persemakmuran.

4. Rencana Pengadaan harus disetujui oleh SDTOG dan dikirim kepada Persemekmamuran untuk persetujuan sebelum pelaksanaan pengadaan dilakukan untuk Inisiatif.

Proses Pengadaan

5. Prosedur Manual akan mengatur proses pengadaan yang disetujui dalam perjanjian ini.

6. Kedua belah pihak telah menyetujui sampel pengadaan besar/major yang akan diaudit secara periodic dan independen sesuai permintaan dari Persemakmuran.

7. Pemerintah Indonesia dapat meminta Persemakmuran untuk melakukan pengadaan besar/major atas nama inisiatif.

8. Kedua belah pihak setuju bahwa Persemakmuran akan menyiapkan Spesialis pengadaan melalui Kontraktor Pelaksanan untuk mendukung BPSDMPK-PMP di Kemendikbud untuk mengembangkan kapasitas pengadaan pada awalnya selama 6 bulan, Periode penugasan Spesialis Pengadaan dapat diperpanjang dengan persetujuan dari SDTOG.

9. BPSDMPK-PMP sebagai Instansi Penanggung Jawab dari Inisiatif ini bertanggung jawab untuk:

(a) Pengembangkan kapasitas staff di lingkungan Kemendikbud dalam pengadaan.

(b) Kesalahan dalam dokumentasi lelang pengadaan besar/major.

(c) Kesalahan dari proses seleksi dan hal lain terkait dokumentasi.

(d) Melakukan kajian dan memperbaiki pelaksanaan pengadaan skala kecil dan yang dibutuhkan lainnya.

(e) Melakukan kajian dan memperbaiki proses pengadaan yang ada dan merekomendasikan perbaikan sesuai kebutuhan.

(f) Mengembangkan Manual Pengadaan inisiatif sejalan dengan regulasi yang ada atau yang diusulkan, prosedur dan ketentuan dari Pemerintah Indonesia.

2.DIAGRAM ALUR PENGADAAN

Diagram alur di bawah ini menjelaskan Langkah umum proses pengadaan (melalui penyedia) dalam kegiatan ProDEP:

Diagram 1. Alur Pengadaan

3.RENCANA UMUM PENGADAAN (RUP)

3.1 Ketentuan RUP, mengacu kepada Peraturan Kepala LKPP No.13 tahun 2012 tentang Pengumuman Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dengan beberapa modifikasi.

3.2 RUP yang disusun terkait dengan pengadaan dengan dana yang berasal dari Pemerintah Australia.

3.3 RUP disusun dengan tujuan:

a. Dasar untuk dilakukan proses persetujuan oleh SDTOG atau DFAT;

b. Untuk memudahkan saat melakukan pelaksanaan pengadaan

c. dasar dari pengadaan dan perubahannya jika dilakukan;

d. sebagai bentuk transparansi dan informasi kepada publik;

e. menjadi alat monitor dalam proses pengadaan;

f. menjadi indikator kinerja organisasi pengadaan;

g. informasi awal saat melakukan review dan audit pengadaan.

3.4Tabel RUP melalui Penyedia Barang/Jasa paling tidak memuat informasi sebagai berikut:

a. Nomor

b. Tanggal

c. Nama K/L/D/I

d. Alamat

e. No urut kegiatan paket pengadaan /perkerjaan;

f. Kode dan nama satuan kerja

g. Nama paket pengadaan/perkerjaan;

h. Nama kegiatan;

i. Jenis Belanja:

j. Jenis Pengadaan:

k. Metode lelang

l. E proc atau non e proc

m. Nilai paket pengadaan/pekerjaan dengan lelang/seleksi

n. Nilai paket pengadaan/pekerjaan dengan penunjukan langsung/pengadaan langsung

o. Nilai paket pengadaan/pekerjaan dengan pembelian secara elektronik;

p. Volume paket pengadaan/pekerjaan;

q. Lokasi pekerjaan;

r. Sumber dana harus disebutkan misalnya PHLN

s. Indikasi tanggal awal pelaksanaan pemilihan penyedia;

t. Indikasi tanggal awal pemasukan dokumen penawaran

u. Indikasi tanggal kontrak

v. Tanggal awal selesai pelaksanaan pemilihan penyedia;

w. Tanggal awal pelaksanaan pekerjaan;

x. Tanggal selesai pelaksanaan pekerjaan; dan

y. Keterangan

3.6 Proses pengadaan yang boleh dilakukan oleh Instansi pelaksana, hanya kegiatan yang termuat di dalam Tabel RUP yang telah disetujui oleh SDTOG dan DFAT, pengadaan yang dilakukan di luar RUP yang disetujui bisa dikategorikan sebagai “Misprocurement”.

3.7 RUP disusun dalam bahasa Indonesia oleh Instansi Pelaksana berdasarkan DIPA RKAKL.

3.8 Soft copy draft final table RUP tahun anggaran berikutnya yang dilengkapi dengan draft KAK dalam bahasa Indonesia, dapat dikirim melalui e-mail ditujukan ke Manager Komponen 2 SSQ untuk diberikan komentar dan masukan sebelum pertemuan SDTOG dalam rangka pengesahan RUP.

3.9 RUP dikirim ke DFAT disertai dengan surat pengantar yang ditanda tangani oleh Kepala BPSDMPK-PMP dengan tembusan kepada Manager Komponen 2 SSQ ke alamat:

Unit Manager Basic Education

Quality and Governance (DFAT) Indonesia,

Kedutaan Besar Australia

Jl. H.R. Rasuna Said Kav. C15-16,

Jakarta Selatan 12940, Indonesia

Facsimile Number: (021) 2550 5582

3.10 RUP yang telah disetujui dalam forum pertemuan SDTOG untuk diunggah ke laman:

a.http://www.inaproc.lkpp.go.id ;

b. http://www.sibaja. Kemendikbud.go.id;

c. LPSE Kemendikbud, atau LPSE setempat.

d. papan pengumuman yang ada dimiliki oleh Instansi Pelaksana.

3.11 Perubahan atau perbaikan RUP dapat dilakukan setiap waktu sepanjang tidak mengubah total anggaran untuk kategori 3 dan kategori 4 hibah ini.

3.12 Proses RUP perubahan mengikuti langkah yang sama, dengan dilengkapi KAK yang telah diperbaharui.

3.13 Setelah Perubahan disetujui oleh DFAT maka Satker terkait harus segera melakukan revisi DIPA sesuai aturan terkini.

3.14 RUP perubahan yang telah di setujui oleh SDTOG serta DFAT akan di unggah ke Laman:

a. http://www.inaproc.lkpp.go.id ;

b. http://www.sibaja. Kemendikbud.go.id;

c. LPSE Kemendikbud, atau LPSE setempat.

d. papan pengumuman dimiliki oleh Instansi Pelaksana.

3.15 Diagram 2. adalah proses penyusunan Rencana Umum Pengadaan termuat di bawah ini:

Diagram 2. Proses Penyusunan RUP

PASAL PERPRES YANG DIKECUALIKAN

4.1 Tabel 1 dibawah ini adalah isi-pasal dalam Perpres 54/2010 Jo Perpres 70/2012 yang telah disetujui untuk dikecualikan/tidak digunakan dalam proses pengadaan barang dan Jasa Program ProDEP, pengecualian ini telah disetujui oleh Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Australia.

4.2 Berdasarkan hal tersebut maka menjadi kewajiban dari Unit Layanan Pengadaan/Kelompok Kerja/Pejabat Pengadaan bertanggung jawab agar menyesuaikan acuan standard dokumen pengadaan (yang dikeluarkan oleh LKPP) dan memberikan informasi serta penjelasan yang cukup kepada calon peserta lelang.

4.3 Pasal-pasal dalam Perpres 54/2010Jo 70/2012 yang dikecualikan dalam ProDEP, adalah sebagai berikutPasal 96

(1) Dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa, K/L/D/I wajib:

a. memaksimalkan Penggunaan Barang/Jasa hasil produksi dalam negeri, termasuk rancang bangun dan perekayasaan nasional dalam Pengadaan Barang/Jasa;

b. memaksimalkan penggunaan Penyedia Barang/Jasa nasional; dan

c. memaksimalkan penyediaan paket-paket pekerjaan untuk Usaha Mikro dan Usaha Kecil serta koperasi kecil.

(2) Kewajiban K/L/D/I sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada setiap tahapan Pengadaan Barang/Jasa, mulai dari persiapan sampai dengan berakhirnya Perjanjian/Kontrak.

(3) Perjanjian/Kontrak wajib mencantumkan persyaratan penggunaan:

a. Standar Nasional Indonesia (SNI) atau standar lain yang berlaku dan/atau standar internasional yang setara dan ditetapkan oleh instansi terkait yang berwenang;

b. produksi dalam negeri sesuai dengan kemampuan industry nasional; dan

c. tenaga ahli dan/atau Penyedia Barang/Jasa dalam negeri.

(4) Pendayagunaan produksi dalam negeri pada proses PengadaanBarang/Jasa dilakukan sebagai berikut:

a. ketentuan dan syarat penggunaan hasil produksi dalam negeri dimuat dalam Dokumen Pengadaan dan dijelaskan kepada semua peserta;

b. dalam proses evaluasi Pengadaan Barang/Jasa harus diteliti sebaik-baiknya agar benar-benar merupakan hasil produksi dalam negeri dan bukan Barang/Jasa impor yang dijual di dalam negeri;

c. dalam hal sebagian bahan untuk menghasilkan Barang/Jasa produksi dalam negeri berasal dari impor, dipilih Barang/Jasa yang memiliki komponen dalam negeri paling besar; dan

d. dalam mempersiapkan Pengadaan Barang/Jasa, sedapat mungkin digunakan standar nasional dan memperhatikan kemampuan atau potensi nasional.

(5) Dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa diupayakan agar Penyedia Barang/Jasa dalam negeri bertindak sebagai Penyedia Barang/Jasa utama, sedangkan Penyedia Barang/Jasa asing dapat berperan sebagai sub-Penyedia Barang/Jasa sesuai dengan kebutuhan.

(6) Penggunaan tenaga ahli asing yang keahliannya belum dapatdiperoleh di Indonesia, harus disusun berdasarkan keperluan yang nyata dan diusahakan secara terencana untuk semaksimal mungkin terjadinya pengalihan keahlian pada tenaga kerja Indonesia.

(7) Pengadaan Barang yang terdiri atas bagian atau komponen dalam negeri dan bagian atau komponen yang masih harus diimpor, dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. pemilahan atau pembagian komponen harus benar-benar mencerminkan bagian atau komponen yang telah dapat diproduksi di dalam negeri dan bagian atau komponen yang masih harus diimpor; dan

b. peserta Pengadaan diwajibkan membuat daftar Barang yang diimpor yang dilengkapi dengan spesifikasi teknis, jumlah dan harga yang dilampirkan pada Dokumen Penawaran.

(8) Pengadaan Pekerjaan Terintegrasi yang terdiri atas bagian atau komponen dalam negeri dan bagian atau komponen yang masih harus diimpor, dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. pemilahan atau pembagian komponen harus benar-benar mencerminkan bagian atau komponen yang telah dapat diproduksi di dalam negeri dan bagian atau komponen yang masih harus diimpor;

b. pekerjaan pemasangan, pabrikasi, pengujian dan lainnya sedapat mungkin dilakukan di dalam negeri; dan

c. peserta Pengadaan diwajibkan membuat daftar Barang yang diimpor yang dilengkapi dengan spesifikasi teknis, jumlah dan harga yang dilampirkan pada Dokumen Penawaran.

(9) Pengadaan barang impor dimungkinkan dalam hal:

(1) Barang tersebut belum dapat diproduksi di dalam negeri;

(2) spesifikasi teknis Barang yang diproduksi di dalam negeri belum memenuhi persyaratan; dan/atau

(3) volume produksi dalam negeri tidak mampu memenuhi kebutuhan.

(10) Penyedia Barang/Jasa yang melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa yang diimpor langsung, semaksimal mungkin menggunakan jasa pelayanan yang ada di dalam negeri.

Pasal 97

(1) Penggunaan produk dalam negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 96 ayat (1) huruf a, dilakukan sesuai besaran komponen dalam negeri pada setiap Barang/Jasa yang ditunjukkan dengan nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).

(2) Produk Dalam Negeri wajib digunakan jika terdapat Penyedia Barang/Jasa yang menawarkan Barang/Jasa dengan nilai TKDN ditambah nilai Bobot Manfaat Perusahaan (BMP) paling sedikit 40% (empat puluh perseratus).

(2a) PPK melakukan pengkajian ulang Rencana Umum Pengadaan dengan ULP/Pejabat Pengadaan terkait penetapan penggunaan Produk Dalam Negeri sebagaimana dimaksud pada Pasal 22 ayat (3) huruf c. angka 4).

(3) Pembatasan penawaran produk asing yang dimaksud pada ayat (2), apabila terdapat paling sedikit 1 (satu) produk dalam negeri dalam Daftar Inventarisasi Barang/Jasa Produksi Dalam Negeri dengan nilai TKDN paling sedikit 25% (dua puluh lima perseratus), dan paling sedikit 2 (dua) Produk Dalam Negeri dalam Daftar Inventarisasi Barang/Jasa Produksi Dalam Negeri dengan nilai TKDN kurang dari 25% (dua puluh lima perseratus).

(4) Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana dimaksud pada ayat hanya dapat diikuti oleh penyedia Barang/Jasa produksi dalam negeri sepanjang penyedia Barang/Jasa tersebut sesuai dengan spesifikasi teknis yang dipersyaratkan, harga yang wajar dan kemampuan penyerahan hasil Pekerjaan dari sisi waktu maupun jumlah.

(5) TKDN mengacu pada Daftar Inventarisasi Barang/Jasa Produksi Dalam Negeri yang diterbitkan oleh Kementerian yang membidangi urusan perindustrian.

(6) Ketentuan dan tata cara penghitungan TKDN merujuk pada ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri yang membidangi urusan perindustrian dengan tetap berpedoman pada tata nilai Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden ini.

Pasal 98

(1) Preferensi Harga untuk Barang/Jasa dalam negeri diberlakukan pada Pengadaan Barang/Jasa yang dibiayai pinjaman luar negeri melalui Pelelangan Internasional.

(2) Preferensi Harga untuk Barang/Jasa dalam negeri diberlakukan untuk Pengadaan Barang/Jasa yang dibiayai rupiah murni, dengan ketentuan sebagai berikut:

a. sampai dengan 31 Desember 2013, untuk Pengadaan Barang/Jasa bernilai diatas Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah);

b. mulai 1 Januari 2014, untuk Pengadaan Barang/Jasa bernilai diatas Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

(2a) Preferensi Harga untuk Barang/Jasa dalam negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, berlaku terhadap produk yang diprioritaskan untuk dikembangkan, yang ditetapkan oleh Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perindustrian setelah mendapat pertimbangan dari menteri/pimpinan lembaga teknis terkait.

(3) Preferensi Harga hanya diberikan kepada Barang/Jasa dalam negeri dengan TKDN lebih besar atau sama dengan 25% (dua puluh lima perseratus).

(4) Barang produksi dalam negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (3), tercantum dalam Daftar Inventarisasi Barang/Jasa Produksi Dalam Negeri yang dikeluarkan oleh Menteri yang membidangi urusan perindustrian.

(5) Preferensi harga untuk Barang produksi dalam negeri paling tinggi 15% (lima belas perseratus).

(6) Preferensi harga untuk Pekerjaan Konstruksi yang dikerjakan oleh Kontraktor nasional adalah 7,5% (tujuh koma lima perseratus) diatas harga penawaran terendah dari Kontraktor asing.

(7) Harga Evaluasi Akhir (HEA) dihitung dengan ketentuan sebagai berikut:

a. preferensi terhadap komponen dalam negeri Barang/Jasa adalah tingkat komponen dalam negeri dikalikan preferensi harga;

b. preferensi harga diperhitungkan dalam evaluasi harga penawaran yang telah memenuhi persyaratan administrasi dan teknis, termasuk koreksi aritmatik;

c. perhitungan Harga Evaluasi Akhir (HEA) adalah sebagai berikut:

· HEA = Harga Evaluasi Akhir.

· KP = Koefisien Preferensi (Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dikali Preferensi tertinggi Barang/Jasa).

· HP = Harga Penawaran (Harga Penawaran yang memenuhi persyaratan lelang dan telah dievaluasi).

(8) Dalam hal terdapat 2 (dua) atau lebih penawaran dengan HEA yang sama, penawar dengan TKDN terbesar adalah sebagai pemenang

(9) Pemberian Preferensi Harga sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak mengubah Harga Penawaran dan hanya digunakan oleh ULP untuk keperluan perhitungan HEA guna menetapkan peringkat pemenang Pelelangan/Seleksi.

Pasal 101

(1) Pengadaan Barang/Jasa yang dilaksanakan melalui Pelelangan/Seleksi internasional tetap memberikan kesempatan kepada Penyedia Barang/Jasa nasional.

(2) Dokumen Pengadaan melalui Pelelangan/Seleksi internasional ditulis dalam 2 (dua) bahasa, yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.

(3) Dalam hal terjadi penafsiran arti yang berbeda terhadap Dokumen Pengadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka dokumen yang berbahasa Indonesia dijadikan acuan.

(4) Pengadaan Barang/Jasa yang dibiayai dengan kredit ekspor, kredit lainnya dan/atau hibah:

a. dilakukan melalui persaingan usaha yang sehat;

b. dilaksanakan dengan persyaratan yang paling menguntungkan negara, dari segi teknis dan harga; dan

c. dilakukan dengan memaksimalkan penggunaan komponen dalam negeri dan Penyedia Barang/Jasa nasional.

d. untuk kredit ekspor, penyerahan jaminan pelaksanaan dapat dilakukan setelah kontrak ditandatangani dan dinyatakan berlaku efektif, dengan ketentuan jaminan penawaran berlaku sampai dengan jaminan pelaksanaan diserahkan

(5) Pemilihan Penyedia Barang/Jasa yang dibiayai dengan kredit ekspor, kredit lainnya dan/atau hibah, dilakukan di dalam negeri.

(6) Dalam Dokumen Pengadaan melalui pelelangan/seleksi internasional memuat hal-hal sebagai berikut:

a. adanya kerja sama antara Penyedia Barang/Jasa asing dengan industri dalam negeri, dalam hal diperlukan dan/atau dimungkinkan;

b. adanya ketentuan yang jelas mengenai tata cara pelaksanaan pengalihan kemampuan, pengetahuan, keahlian, dan keterampilan, dalam hal diperlukan dan/atau dimungkinkan; dan

c. ketentuan bahwa seluruh proses pengadaan sedapat mungkin dilaksanakan di wilayah Indonesia.

Pasal 102

(1) Pengadaan Barang/Jasa yang dibiayai dana Pinjaman/Hibah Luar Negeri (PHLN) terdiri dari kegiatan:

a. perencanaan Pengadaan Barang/Jasa dengan PHLN; dan

b. pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa dengan PHLN.

(2) PA/KPA merencanakan Pengadaan Barang/Jasa dengan memperhatikan penggunaan spesifikasi teknis, kualifikasi, standar nasional dan kemampuan/potensi nasional.

(3) Dalam merencanakan Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, harus memaksimalkan penggunaan produksi dalam negeri sesuai dengan kemampuan/potensi nasional dan standar nasional dalam hal:

a. studi kelayakan dan rancang bangun proyek;

b. penyiapan Dokumen Pengadaan/KAK; dan

c. penyusunan HPS.

(4) Kriteria dan tata cara evaluasi dalam Dokumen Pengadaan mencantumkan rumusan peran serta Penyedia Barang/Jasa nasional dan preferensi harga yang ditetapkan.

(5) Dalam penyusunan rancangan Kontrak, perlu dicantumkan kewajiban penggunaan produksi dalam negeri.

Pasal 104

(1) Perusahaan asing dapat ikut serta dalam Pengadaan Barang/Jasa dengan ketentuan sebagai berikut:

a. untuk Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dengan nilai diatas Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah);

b. untuk Pengadaan Barang/Jasa Lainnya dengan nilai diatas Rp20.000.000.000,00 (dua puluh miliar rupiah); dan

c. untuk Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai diatas Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

(1) Perusahaan asing yang melaksanakan pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus melakukan kerja sama usaha dengan perusahaan nasional dalam bentuk kemitraan,subKontrak dan lain-lain, dalam hal terdapat perusahaan nasional yang memiliki kemampuan dibidang yang bersangkutan.

(2) Dalam hal Pengadaan Barang/Jasa Lainnya dengan nilai dibawah Rp20.000.000.000,00 (dua puluh miliar rupiah) tidak dapat dilaksanakan oleh Penyedia Barang/Jasa Lainnya dari Dalam Negeri, Pengadaan Barang/Jasa Lainnya dilakukan melalui Pelelangan Internasional (International Competitive Bidding) dan diumumkan dalam website komunitas internasional.

(3) Dalam hal Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai dibawah Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) tidak dapat dilaksanakan oleh Penyedia Jasa Konsultansi Dalam Negeri, Pengadaan Jasa Konsultansi dilakukan melalui Seleksi Internasional (International Competitive Bidding) dan diumumkan dalam website komunitas internasional.

(4) Pengadaan Barang/Jasa Lainnya/Jasa Konsultansi yang dilaksanakan melalui Pelelangan Internasional atau Seleksi Internasional sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri/Pimpinan Lembaga/Kepala Daerah/Pimpinan Institusi.

5. PROSES PELAKSANAAN PENGADAAN

5.1Pengadaan pada program ProDEP terbatas pada:

a. Kategori 3: Pengadaan materi pelatihan/ bahan ajar untuk kegiatan-kegiatan ProDEP.b. Kategori 4: Pengadaan jasa/konsultasi untuk pembelajaran berbasiskan on-line, Sistem Infomasi Manajemen dan sistem-sistem Monitoring dan Evaluasi

Beberapa hal yang harus diperhatikan terkait proses pengadaan adalah sebagai berikut:5.2 Pengadaan Jasa Pencetakan modul yang merupakan materi pelatihan/ bahan ajar yang dihasilkan untuk kegiatan ProDEP seperti:

a. Program Pengembangan Kapasitas Pendidikan Pemerintah Daerah (PPKPPD).

b. Program Penyiapan Calon Kepala Sekolah (PPCKS).

c. Program Pendampingan Kepala Sekolah oleh Pengawas Sekolah (PPKSPS).

d. Pengembangan Keprofesian Berkelanjuta Kepala Sekolah/Madrasah (PKB KS/M).

5.3 Spesifikasi cetakan modul di muat dalam pada table 3 di bawah ini:

Tabel 3. Spesifikasi Modul

Penjelasan

Sampul Modul

Isi Modul

Ukuran Kertas

A4

A4

Jenis/Gramatur kertas

Art karton 230 gram

HVS 80 gram

Cetakan isi

Color 4/1

Monochromatic atau disesuaikan dengan desain

Jumlah Halaman

1 (satu)

Disesuaikan dengan jumlah halaman, cetak bolak balik

Sampul Buku

Laminating Glossy

Biasa

Jilid Buku

Binding dengan Lem panas

5.4 Untuk tahun 2014, berdasarkan pertimbangan bahwa dana yang tersedia pada kategori 3 tidak mencukupi maka untuk penggandaan modul dapat dilakukan dengan cara fotocopy, materi modul untuk fotocopy adalah versi hitam putih (BW version), materi modul dapat diunduh pada website Badan http://bpsdmpk.kemdikbud.go.id/ atau menggunakan file modul ProDEP di dalam CD yang diberikan oleh Pusbangtendik pada semester pertama tahun 2014 ini.5.5 Metode pemilihan pengadaan yang sesuai dengan Perjanjian Hibah jenis serta sejalan dengan Perpres 54/2010 Jo Perpres 70/2012 dan Perka LKPP antara lain dapat di baca pada tabel di bawah ini:

Tabel 3. Motede Pengadaan

Jenis PengadaanPengadaan Barang/Jasa lainnyaPengadaan Konsultan

Metode PengadaanPelelangan umum

Pelelangan sederhana

Pengadaan langsung <200 juta

Penunjukan langsung non daruratSeleksi Umum

Seleksi sederhana <200 juta

Pengadaan langsung < 50 juta

Penunjukan langsung non darurat

Metode evaluasi penawaranSistem gugurKualitas

Kualitas dan Biaya

Biaya Terendah

Pagu Anggaran

Metode penilaian kualifikasiPascakualifikasi

Prakualifikasi

Prakualifikasi untuk penunjukan langsung Pascakualifikasi Jasa konsultasi Perorangan

Prakualifikasi

Metode pemasukan dokumen penawaransistem satu sampulsistem satu sampul

Sistem dua sampul

5.6 Referensi Standar Dokumen Pengadaan lelang dapat di baca pada tabel di bawah ini:

Tabel 4. Referensi Standar Dokumen Pengadaan

Metode PengadaanReferensiKeterangan

non e-procurement

Perka LKPP No.15 tahun 2012 tentang Standar Dokumen Pengadaan Barang/Jasa PemerintahULP/Pokja atau Pejabat Pengadaan harus melakukan penyesuaian terhadap Standar Dokumen Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah terkait pasal-pasal yang dikecualikan dalam perjanjian hibah (Bab 4. Dalam manual pengadaan ini).

e-procurement

dapat diunduh pada alamat website http://inaproc.lkpp.go.id

Proses pengadaan langsung dan penunjukan langsung

Perka LKPP No.15 tahun 2012 tentang Standar Dokumen Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

5.7 Pelelangan untuk ProDEP wajib menggunakan Sistem Pengadaan Secara Elektronik.5.8 Jika Jaminan penawaran dipersyaratkan maka harus dalam bentuk Letter of Credit (L/C) atau surat jaminan dari sebuah bank dengan reputasi yang baik, artinya sebuah bank pemerintah atau bank swasta yang beroperasi di Indonesia, tapi bukan merupakan BPR.

5.9 Seluruh pengadaan baik barang dan jasa yang menggunakan dana hibah wajib mengumumkan pelaksanaan Pengadaan Barang/ Jasa di laman

a. LPSE Kemendikbud, atau LPSE setempat.

b. http://www.bpsdmpk. Kemendikbud.go.id

c. papan pengumuman yang ada dimiliki oleh Pusbangtendik atau instansi pelaksana

5.10PPK, ULP/Pokja dan Pejabat Pengadaan dalam organisasi pengadaan ProDEP wajib memiliki sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa tingkat pertama yang dikeluarkan oleh LKPP yang masih berlaku saat pengadaan tersebut dilakukan, pengecualian untuk PPK yang merangkap jabatan sebagai PA/KPA.5.11Tata cara pengadaan Barang dan Jasa mengacu pada Perka LKPP No.14 tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Pengadaan Barang /Jasa Pemerintah untuk Perpres No. 70 Tahun 2012.5.12 Metode Penunjukan Langsung yang terkait kegiatan ProDEP antara lain:

a. sewa penginapan/hotel/ruang rapat yang tarifnya terbuka dan dapat diakses oleh masyarakat;

b. Barang/Jasa lainnya yang spesifik dan hanya dapat dilaksanakan oleh 1 (satu) Penyedia Barang/Jasa Lainnya karena 1 (satu) pabrikan, 1 (satu) pemegang hak paten, atau pihak yang telah mendapat izin dari pemegang hak paten.

c. Penunjukan langsung yang dilakukan setelah lelang ulang gagal dan berdasarkan pertimbangan PA dapat dilakukan setelah mendapatkan persetujuan DFAT.5.13 Penunjukan langsung setelah lelang ulang gagal harus tetap memperhatikan prinsip efisiensi, efektifitas dan akuntabilitas, serta sesuai dengan ketentuan seperti hasil pekerjaan tidak dapat ditunda, dan tidak cukup waktu untuk melaksanakan proses Pelelangan/Seleksi/ Pemilihan Langsung dan pelaksanaan pekerjaan.5.14ULP/Pejabat Pengadaaan wajib mengumumkan penetapan pemenang / penyedia untuk Pengadaan langsung dan Penunjukan langsung melalui:

a. LPSE Kemendikbud, atau LPSE setempat.

b. Papan pengumuman yang ada dimiliki oleh instansi pelaksana

5.15 Dalam Pengadaan Langsung ataupun Penunjukan Langsung, PPK harus menyusun HPS kecuali untuk kontes/sayembara atau pengadaan langsung dengan bukti pembelian (nilai dibawah 10 juta). 5.16 Diagram di bawah ini merupakan bagan alur proses pengadaan yang dilaksanakan menggunakan dana ProDEP untuk kategori 3 dan 4.

Diagram 3.Proses Pengadaan Langsung untuk Barang

Diagram 4.Proses Pengadaan Langsung Untuk Jasa/Konsultan

Diagram 5. Proses Penunjukan Langsung Non Darurat

6. PENULISAN PAJAK PADA KONTRAK

6.1 Sesuai dengan Perjanjian Hibah maka ULP/PP maka penulisan Nilai Kontrak dalam Standar Dokumen Lelang harus dimodifikasi.

6.2Modifikasi dilakukan karena dana hibah dibebaskan pungutan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) , sehingga Pajak tidak dipungut/ditanggung oleh Pemerintah Indonesia.

6.4Walaupun dibebaskan pungutan pajak PPN Surat Setoran Pajak (SSP) tetap harus diterbitkan, dengan diberi stempel pada tiap halamannya oleh Bendahara Pengeluaran dengan tulisan “HIBAH LUAR NEGERI PPN TIDAK DIPUNGUT”

6.4Metode penulisan dan tata cara perhitungannya adalah sebagai berikut:

Misal Nilai Kontrak dalam Rupiah (termasuk PPN) =Rp.11.000.000,00

Nilai Fisik adalah: 100/110 X Rp 11.000.000,00 = Rp 10.000.000,00

terdiri dari:

· Porsi Hibah: 100 % X Rp 10.000.000,00 = Rp 10.000.000,00

· Porsi Pendamping = 0,00

· PPN = Rp.1.000.000,00

terdiri dari:

· PPN Porsi Hibah DFAT “Tidak dipungut”:10 % X Rp 10.000.000,00 = Rp 1.000.000,00

· PPN Porsi Pendamping “Dipungut” : 0 % X Rp 10.000.000,00 = Rp 0,00

7.PERSETUJUAN DONOR

7.1 Persetujuan pemberi hibah dibutuhkan dalam situasi:

a. akan dilakukan Pelelangan ulang sebagai keputusan dari PA/KPA (Keputusan Sanggah/Sanggah banding) atau

b. pelelangan ulang karena yang memasukan penawaran kurang dari tiga.

c. penunjukan langsung yang dilakukan setelah lelang ulang gagal.

7.2 Permintaan proses persetujuan dari pemberi hibah harus dibuat secara tertulis, ditanda tangani oleh Ketua ULP/Ketua Pokja kecuali untuk Pelelangan ulang hasil dari putusan sanggah banding yang harus ditandatangani oleh PA/KPA.

7.3 Surat permohonan persetujuan, harus memuat sekurangnya informasi antara lain:

a. Latar belakang / rencana pengadaan,

b. kronologis proses pemilihan,

c. alasan permintaan persetujuan dan

d. KAK yang telah disempurnakan (jika ada);

7.4 Proses Persetujuan dari DFAT biasanya membutuhkan 5 hari kerja, untuk itu dibutuhkan antisipasi oleh ULP/Pokja terhadap proses pengadaan yang sedang berjalan.

7.5 Surat yang telah ditanda tangani dapat di fax ke alamat:

Manager Basic Education Quality and governance (DFAT AID) Indonesia

Kedutaan Besar Australia

Jl. H.R. Rasuna Said Kav. C15-16, Jakarta Selatan 12940, Indonesia

Facsimile Number: (021) 2550 5582

7.6 Surat ditembusan kepada:

a. Kepala BSDMPK & PMP

b. Kapusbangtendik

c. Manager Componen 2 AEPI SSQ

d. Surat tembusan untuk Pustbangtendik difax kan ke no. (021) 5796410.

8.SANGGAH DAN PENGADUAN MASYARAKAT

8.1 Proses Sanggah dan Pengaduan terkait proses pengadaan yang dibiayai oleh hibah ini mengikuti ketentuan yang termuat dalam Perpres 54/2010 Jo Perpres 70/2012.

8.2 Sesuai dengan Permendikbud No.219/P/2012 tertanggal 20 Oktober 2012 maka pengajuan Sanggah Banding di Kemendikbud maka kewenangan menjawab sanggah banding adalah Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjamin Mutu Pendidikan jika perlu maka dapat berkoordinasi dengan Itjen dan atau Sekretariat Jenderal untuk penyelesaiannya.

8.3 Pengaduan masyarakat terkait proses pengadaan diterima oleh Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) yaitu BPKP dan atau Inspektorat Jenderal (Itjen) Kemendikbud melalui:

a. Surat kepada Inspektorat Jenderal Kemendikbud

b. Layanan pengaduan berbasis web http://itjen.kemdiknas.go.id/kontak.html atau

c. no telpon 021-62 21 573 7104/7105/710.

8.4 Insansi Penanggungjawab akan mengangkat Petugas Penanganan Keluhan yang berkedudukan di BPSDMPK&PMP, Laporan pengaduan masyarakat terkait proses pengadaan yang masuk melalui telpon, fax, email dan sms yang diterima oleh petugas penanganan keluhan akan diteruskan kepada Kepala Pusbangtendik paling lambat 2x24 jam sejak pengaduan tersebut diterima.

8.5Layanan bantuan hukum (sesuai Permendikbud No.9/ 2013 tertanggal 13 Februari 2013 termasuk untuk anggota organisasi pengadaan diakukan dengan bersurat kepada Menteri melalui Biro Hukum dan Organisasi Kemendikbud dengan tembusan kepada Kepala BPSDMPK-PMP serta Kepala Pusbangtendik, dan biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan penggunaan jasa advokat dan/atau pelaksanaan pemberian layanan bantuan hukum yang menjadi tugas fungsi Biro Hukum dan Organisasi dibebankan kepada anggaran Biro Hukum dan Organisasi.

Bagan alir Mekanisme Sanggah and Pengaduan Masyarakat terkait pengadaan dapat dilihat pada bagan alir No. 6 dan 7

9.AUDIT DAN PENYIMPANAN DOKUMEN

9.1Seluruh dokumen terkait pengadaan wajib disimpan sampai dengan 10 (sepuluh) tahun setelah tanggal perjanjian hibah ini berakhir.

9.2Sesuai ketentuan maka peran para pihak adalah sebagai berikut

Tabel 5. Tugas dan Kewenangan terkait filing

Nama PihakPA/KPAPPKULP/Pejabat Pengadaan

Tugas dan kewenangan terkait dokumen pengadaan

mengawasi penyimpanan dan pemeliharaan seluruh Dokumen Pengadaan Barang/Jasa.

menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa.

menyimpan dokumen asli pemilihan Penyedia Barang/Jasa termasuk jawaban sanggah/sanggah banding

9.4Audit pengadaan untuk item pengadaan yang bernilai lebih dari AUD 20,000 dapat dilakukan secara periodik dan independen sesuai dengan permintaan dari Pemberi hibah.

9.5Audit pengadaan juga dapat dilakukan dari waktu ke waktu, dengan kebijakannya sendiri, dan dengan berkonsultasi dengan GoI dan SDTOG, komisi tim audit untuk melakukan audit tambahan sesuai dengan Manual Prosedur.

9.6DFAT akan menyiapkan auditor indepen untuk melakukan audit atas kepatuhan termasuk kepatuhan terhadap sistem kontrol yang disepakati dan prosedur seperti yang dijelaskan dalam Perjanjian Hibah dan Manual Prosedur.

9.7 Laporan audit tahunan akan dibagikan kepada wakil dari SDTOG.

10. HASIL PROSES PENGADAAN

Hasil proses pengadaan harus dibuktikan dengan Berita Acara Serah Terima Barang dari penyedia kepada Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan, termasuk bukti pengiriman /pendistribusian barang cetakan yang memuat tanda terima barang, sebagai dasar pembayaran dan pencatatan barang persediaan.

11. INFORMASI PENGADAAN

11.1 Terkait konsultasi penyelesaian sanggah banding maka dapat menghubungi alamat di bawah ini setiap jam kerja:

Lembaga kebijakan Pengadaan barang/Jasa Pemerintah

Direktorat Penyelesaian Sanggah

SME Tower Lt. 8 Jln. Gatot Subroto Kav 94, Jakarta Pusat 12780

Telpon: (021) 7167 3000 atau (021) 799 1025

Fax : (021) 799 6033 atau (021)799 1125

11.2Terkait konsultasi teknis pengadaan Barang/Jasa maka dapat menghubungi alamat di bawah ini setiap jam kerja:

Lembaga kebijakan Pengadaan barang/Jasa Pemerintah

Direktorat Bimbingan Teknis dan Advokasi

SME Tower Lt. 8 Jln. Gatot Subroto Kav 94, Jakarta Pusat 12780

Telpon: (021) 7167 3000 atau (021) 799 1025

Fax : (021) 799 6033 atau (021) 799 1125

11.3Konsultasi terkait prosedur manual hibah dapat menghubungi alamat di bawah ini setiap jam kerja:

Manager Komponen 2 AEPI SSQ

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

Gedung D lantai 17,Jl Pintu Satu Senayan Jakarta Pusat – 10270

Telpon: (021) 5797 4171

Fax: (021) 5797 4172

11.4Konsultasi terkait bantuan hukum dapat menghubungi alamat di bawah ini setiap jam kerja:

Kepala Bagian Bantuan Hukum , Biro Hukum dan Organisasi

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

Gedung C lantai 11, Jl Jenderal Sudirman, Senayan Jakarta Pusat 10270

Telpon: (021) 576189, (021)57311144

Fax: (021) 538947, (021)576189

Laman: http://hukor. Kemendikbud.go.id/diknasrokum/

12. PENUTUP

Proses pengadaan barang dan jasa dari dana ProDEP untuk kategori 3 dan 4, diantaranya digunakan untuk penggandaan maupun pencetakan modul untuk ProDEP, kegiatan ini mendukung keberhasilan pelaksanaan kegiatan secara keseluruhan, untuk itu agar segenap sumberdaya pendukung mulai dari anggota Satuan Kerja, Pejabat Pembuat Komitmen, Bendahara, Unit Layanan Pengadaan sampai dengan Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan memahami tugas, tanggung jawab serta kewenangannya dengan baik.

Harapan kedepan adalah keberhasilan pelaksanaan pengadaan Barang dan Jasa dapat terlaksana dengan tepat waktu, tepat kualitas dengan memegang prinsip-prinsip pengadaan Barang dan Jasa sesuai dengan regulasi yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Perjanjian Hibah terkait antara Pemerintah Indonesia dan Australia ber nomor DFAT Agreement No. 64705 pada Juli 2013 tentang Pengembangan Profesional Tenaga Pendidikan.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 70 tahun 2012 Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 9 tahun 2013 tentang Pemberian Pelayanan Bantuan Hukum di Lingkungan Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Dan Pemberian Kesaksian Terhadap Kasus Hukum Dugaan Tindak Pidana Korupsi.

Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Nomor 14 tahun 2012 tentang Petunjuk eknis Peraturan Presiden Nomor 70 tahun 2012.

Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Nomor 13 tahun 2012 tentang Pengumuman Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 219/P/2012 tentang Pemberian Kewenangan Kepada Pejabat Eselon I Atau Pejabat Eselon II Untuk Menjawab Sanggahan Banding Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Di Lingkungan Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan

Kemitraan Pendidikan Australia Indonesia Konstribusi Bagi Program Pendukung Sektor Pendidikan (Essp) Pemerintah Indonesia Manual Prosedur Untu K Pengembangan Keprofesian Tenaga Kependidikan Edisi Pertama September 2013

LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Klarifikasi dari Donorterkait Pengadaan

Lampiran 2 Kebijakan Terhadap Kecurangan dan Korupsi

11.1Pemerintah Australia dan Pemerintah Indonesia tidak memberikan toleransi apapun terhadap tindakan kecurangan serta berkomitmen untuk memastikan bahwa hibah ini digunakan sesuai peruntukannya dan dengan cara yang telah disahkan oleh Perjanjian Hibah.

11.2Mencegah dan mendeteksi tindak kecurangan yang melibatkan dana hibah dari Program ini terutama menjadi tanggung jawab Pemerintah Indonesia melalui dalam hal ini adalah BPSMDPK & PMP

11.3Jika Pemerintah Indonesia mengetahui adanya dugaan penyalahgunaan dana hibah yang melibatkan perilaku curang atau korupsi dan tidak mengambil tindakan tepat waktu dan tepat untuk memperbaiki situasi dengan cara yang dianggap memuaskan bagi Pemerintah Australia penyaluran dana Hibah Program ini mungkin dapat ditunda sampai situasinya diperbaiki.

11.4 Tindakan kecurangan uang atau penggelapan didefinisikan sebagai:

Secara tidak jujur mendapatkan suatu manfaat, atau mengakibatkan suatu kerugian, dengan cara yang tidak jujur, atau cara-cara lainnya.

11.5Penjelasannya adalah sebagai berikut:

a. Secara tidak jujur:

Tindakan itu memang disengaja, dan bukan sekedar tindak kecerobohan, atau ketidak-pahaman terhadap prosedur atau sekedar kesalahan manusiawi.Si pelaku mengerti bahwa tindakan itu salah atau memiliki niat tidak jujur

b. Mendapatkan

Mendapatkan keuntungan untuk diri sendiri atau orang lainIni juga bisa berarti mendorong orang ketiga untuk bertindak dengan cara yang tidak jujur sehingga mereka mendapatkan keuntungan itu

c. Manfaat:

Manfaat mungkin berwujud (misalnya keuntungan keuangan) atau tidak berwujud (misalnya membuat pernyataan palsu yang mengarah ke munculnya suatu hak yang sebenarnya tidak berlaku)

d. Mengakibatkan kerugian,

Sebuah kerugian dari properti secara permanen atau temporer.Hal ini juga termasuk 'tidak mendapatkan apa yang seseorang mungkin bisa mendapatkan'‘Properti’ didefinisikan secara luas mencangkup uang uang, rumah dan harta pribadi.

e. Tindak kebohongan:

Yang dimaksud adalah Tindak kebohongan meliputi perilaku, baik disengaja atau ceroboh, yang menipu. Secara umum, jika terjadi tindak penipuan, maka aspek ketidakjujuran pasti juga ada.

f. Cara-cara lainnya

Ini adalah ungkapan umum untuk memastikan bahwa perilaku tidak jujur itu termasuk juga tindakan-tindakan yang tidak selalu melibatkan penipuan.

11.6Kecurangan termasuk:

a. Pencurian harta atau uang.

b. Tindak kecurangan dalam akuntansi termasuk faktur palsu, penggelapan dana, transaksi fiktif.

c. Penggunaan tidak sah, atau memperoleh properti, peralatan, bahan atau jasa secara tidak sah.

d. Menyebabkan kerugian, atau menghindari dan / atau menciptakan kewajiban.

e. Memberikan informasi palsu atau menyesatkan, atau gagal untuk memberikan informasi walaupun tidak wajib untuk melakukannya.

f. Membantu rekanan sehingga mereka menagih terlalu mahal, atau menerima suap dari mereka, atau membayar mereka untuk layanan yang tidak diterima.

g. Menerima hadiah, pembayaran atau gratifikasi dari rekanan/mitra pelaksana untuk informasi atau keuntungan finansial.

h. Membuat atau menerima pembayaran di luar ketentuan perjanjian, kontrak atau melanggar prosedur baku agar dapat mempercepat atau mengamankan kinerja tindakan rutin yang sebenarnya sah didapat tanpa harus ada pembayaran (uang pelicin).

i. Suap, termasuk menyuap pegawai asing (orang asing)

j. Korupsi atau penyalahgunaan jabatan.

k. Membuat, menggunakan atau memiliki data yang dipalsukan atau memalsukan dokumen termasuk daftar hadir, kualifikasi dan referensi.

l. Menyebabkan kerugian, atau menghindari dan / atau menciptakan kewajiban.

m. Penggunaan tidak sah atas fasilitas komputer, kendaraan, telepon dan jasa properti lainnya

n. Penggunaan tidak sah atau tidak disetujui untuk pembayaran biaya taksi, kartu kredit, biaya rekening dan bentuk lain dari sistem pembayaran yang berlaku.

Lampiran 3 Kabupaten yang dibiayai oleh ProDEP

Provinsi

Kabupate n/Kota (*)

Aceh

1. Aceh Barat Daya

Aceh

2. Aceh Barat

Aceh

3. Aceh Besar

Aceh

4. Aceh Jaya

Aceh

5. Aceh Selatan

Aceh

6. Aceh Singkil

Aceh

7. Aceh Tamiang

Aceh

8. Aceh Tengah

Aceh

9. Aceh Tenggara

Aceh

10. Aceh Timur

Aceh

11. Aceh Utara

Aceh

12. Bener Meriah

Aceh

13. Bireuen

Aceh

14. Gayo Lues

Aceh

15. Nagan Raya

Aceh

16. Pidie

Aceh

17. Pidie Jaya

Aceh

18. Simeulue

Aceh

19. Kota Sabang

Aceh

20. Kota Subulussalam

Aceh

21. Kota Banda Aceh

Aceh

22. Kota Langsa

Aceh

23. Kota Lhokseumawe

Bali

24. Badung

Bali

25. Bangli

Bali

26. Buleleng

Bali

27. Gianyar

Bali

28. Jembrana

Bali

29. Karangasem

Bali

30. Klungkung

Bali

31. Tabanan

Bali

32. Kota Denpasar

Bangka-Belitung

33. Bangka

Bangka-Belitung

34. Bangka Barat

Bangka-Belitung

35. Bangka Tengah

Bangka-Belitung

36. Bangka Selatan

Bangka-Belitung

37. Belitung

Bangka-Belitung

38. Belitung Timur

Bangka-Belitung

39. Kota Pangkal Pinang

Banten

40. Pandeglang

Banten

41. Serang

Banten

42. Kota Tangerang

Bengkulu

43. Bengkulu Selatan

Bengkulu

44. Bengkulu Utara

Bengkulu

45. Kaur

Bengkulu

46. Muko-Muko

Bengkulu

47. Rejang Lebong

Bengkulu

48. Kota Bengkulu

D1 Yogyakarta

49. Bantul

D1 Yogyakarta

50. Gunung Kidul

D1 Yogyakarta

51. Kulon Progo

D1 Yogyakarta

52. Sleman

D1 Yogyakarta

53. Kota Yogyakarta

DKI Jakarta

54. Kota Jakarta Barat

DKI Jakarta

55. Kota Jakarta Utara

DKI Jakarta

56. Kota Jakarta Timur

DKI Jakarta

57. Kota Jakarta Selatan

Gorontalo

58. Boalemo

Gorontalo

59. Bone Bolango

Gorontalo

60. Gorontalo

Gorontalo

61. Pohuwato

Gorontalo

62. Kota Gorontalo

Jambi

63. Kerinci

Jambi

64. Tebo

West Java

65. Bogor

West Java

66. Ciamis

West Java

67. Cirebon

West Java

68. Sukabumi

West Java

69. Sumedang

West Java

70. Tasikmalaya

West Java

71. Kota Banjar

West Java

72. Kota Bekasi

West Java

73. Kota Cimahi

West Java

74. Kota Depok

West Java

75. Kota Sukabumi

West Java

76. Kota Tasikmalaya

Central Java

77. Banyumas

Central Java

78. Brebes

Central Java

79. Cilacap

Central Java

80. Demak

Central Java

81. Karanganyar

Central Java

82. Kendal

Central Java

83. Magelang

Central Java

84. Pati

Central Java

85. Pekalongan

Central Java

86. Purbalingga

Central Java

87. Purworejo

Central Java

88. Semarang

Central Java

89. Sragen

Central Java

90. Sukoharjo

Central Java

91. Tegal

Central Java

92. Wonogiri

Central Java

93. Kota Magelang

Central Java

94. Kota Surakarta

Central Java

95. Kota Tegal

East Java

96. Banyuwangi

East Java

97. Blitar

East Java

98. Bojonegoro

East Java

99. Bondowoso

East Java

100. Gresik

East Java

101. Jombang

East Java

102. Lumajang

East Java

103. Madiun

East Java

104. Malang

East Java

105. Nganjuk

East Java

106. Ngawi

East Java

107. Pacitan

East Java

108. Sidoarjo

East Java

109. Kota Batu

East Java

110. Kota Madiun

East Java

111. Kota Malang

West Kalimantan

112. Kayong Utara

West Kalimantan

113. Kubu Raya

West Kalimantan

114. Melawi

West Kalimantan

115. Pontianak

West Kalimantan

116. Sambas

West Kalimantan

117. Sanggau

West Kalimantan

118. Sintang

West Kalimantan

119. Kota Pontianak

West Kalimantan

120. Kota Singkawang

South Kalimantan

121. Banjar

South Kalimantan

122. Hulu Sungai Selatan

South Kalimantan

123. Hulu Sungai Utara

South Kalimantan

124. Kotabaru

South Kalimantan

125. Tabalong

South Kalimantan

126. Tanah Laut

South Kalimantan

127. Tanah Bumbu

South Kalimantan

128. Tapin

South Kalimantan

129. Kota Banjarbaru

South Kalimantan

130. Kota Banjarmasin

Central Kalimantan

131. Barito Selatan

South Kalimantan

132. Gunung Mas

South Kalimantan

133. Kapuas

South Kalimantan

134. Katingan

South Kalimantan

135. Kotawaringin Barat

South Kalimantan

136. Kotawaringin Timur

South Kalimantan

137. Lamandau

South Kalimantan

138. Murung Raya

South Kalimantan

139. Pulang Pisau

South Kalimantan

140. Seruyan

South Kalimantan

141. Kota Palangka Raya

East Kalimantan

142. Berau

East Kalimantan

143. Kutai Barat

East Kalimantan

144. Kutai Kartanegara

East Kalimantan

145. Kutai Timur

East Kalimantan

146. Paser

East Kalimantan

147. Penajam Paser Utara

East Kalimantan

148. Kota Balikpapan

East Kalimantan

149. Kota Bontang

East Kalimantan

150. Kota Samarinda

North Kalimantan

151. Bukungan

North Kalimantan

152. Kota Tarakan

Lampung

153. Pringsewu

Lampung

154. Kota Metro

Maluku

155. Kepulauan Aru

Maluku

156. Maluku Tenggara

Maluku

157. Seram Bagian Barat

Maluku

158. Kota Ambon

Maluku

159. Kota Tual

North Maluku

160. Halmahera Barat

North Maluku

161. Halmahera Utara

North Maluku

162. Kepulauan Sula

North Maluku

163. Kota Ternate

North Maluku

164. Kota Tidore

West Nusa Tenggara

165. Bima

West Nusa Tenggara

166. Lombok Barat

West Nusa Tenggara

167. Lombok Timur

West Nusa Tenggara

168. Lombok Utara

West Nusa Tenggara

169. Sumbawa Barat

West Nusa Tenggara

170. Kota Bima

East Nusa Tenggara

171. Alor

East Nusa Tenggara

172. Ende

East Nusa Tenggara

173. Lembata

East Nusa Tenggara

174. Manggarai

East Nusa Tenggara

175. Manggarai Timur

East Nusa Tenggara

176. Nagekeo

East Nusa Tenggara

177. Ngada

East Nusa Tenggara

178. Rote Ndao

East Nusa Tenggara

179. Sikka

East Nusa Tenggara

180. Sumba Tengah

East Nusa Tenggara

181. Timor Tengah Selatan

East Nusa Tenggara

182. Timor Tengah Utara

East Nusa Tenggara

183. Kota Kupang

Papua

184. Kota Jayapura

West Papua

185. Fak-Fak

West Papua

186. Manokwari

West Papua

187. Sorong

West Papua

188. Sorong Selatan

Riau

189. Bengkalis

Riau

190. Kampar

Riau

191. Kuantan Singingi

Riau

192. Pelalawan

Riau

193. Rokan Hulu

Riau

194. Kota Dumai

Riau Islands

195. Kota Batam

Riau Islands

196. Kota Tanjung Pinang

West Sulawesi

197. Majene

West Sulawesi

198. Mamuju

West Sulawesi

199. Polewali Mandar

South Sulawesi

200. Bantaeng

South Sulawesi

201. Barru

South Sulawesi

202. Bone

South Sulawesi

203. Enrekang

South Sulawesi

204. Gowa

South Sulawesi

205. Jeneponto

South Sulawesi

206. Luwu Timur

South Sulawesi

207. Maros

South Sulawesi

208. Pangkajene Kepulauan

South Sulawesi

209. Kepulauan Selayar

South Sulawesi

210. Sinjai

South Sulawesi

211. Sidenreng Rappang

South Sulawesi

212. Soppeng

South Sulawesi

213. Tana Toraja

South Sulawesi

214. Wajo

Central Sulawesi

215. Donggala

Central Sulawesi

216. Morowali

Central Sulawesi

217. Parigi Moutong

Central Sulawesi

218. Toli-Toli

Central Sulawesi

219. Sigi

Central Sulawesi

220. Kota Palu

South East Sulawesi

221. Bombana

South East Sulawesi

222. Buton Utara

South East Sulawesi

223. Konawe Utara

South East Sulawesi

224. Wakatobi

South East Sulawesi

225. Kota Kendari

North Sulawesi

226. Kepulauan Talaud

North Sulawesi

227. Minahasa Selatan

North Sulawesi

228. Minahasa Utara

North Sulawesi

229. Kota Tomohon

North Sulawesi

230. Kota Kotamobagu

West Sumatera

231. Dharmasraya

West Sumatera

232. Lima Puluh Kota

West Sumatera

233. Padang Pariaman

West Sumatera

234. Pesisir Selatan

West Sumatera

235. Sawahlunto Sijunjung

West Sumatera

236. Solok

West Sumatera

237. Tanah Datar

West Sumatera

238. Kota Padang

West Sumatera

239. Kota Pariaman

South Sumatera

240. Banyuasin

South Sumatera

241. Ogan Ilir

South Sumatera

242. Ogan Komering Ulu

South Sumatera

243. Kota Lubuklinggau

South Sumatera

244. Kota Palembang

North Sumatera

245. Deli Serdang

North Sumatera

246. Tapanuli Utara

North Sumatera

247. Kota Medan

North Sumatera

248. Kota Binjai

North Sumatera

249. Samosir

North Sumatera

250. Sedang Bedagai

Lampiran 4 Format Rencana Umum Pengadaan

PENDAHULUAN

Penyusunan Anggaran Pendamping (DIPA) RKA K/L

Penyusunan Rencana Pengadaan dan KAK

Proses Persetujuan RUP SDTOG dan DFAT

Pengangkatan Para Pihak dalam Organisasi Pengadaan

Kerang ka waktu:

Sebelum tahun anggaran berjalan

Kerangka waktu:

Paling lambat diselesaikan 29 hari kerja sebelum pelelangan

PERSIAPAN

Pengkajian ulang RUP, Spesifikasi dan HPS

Perencanaan sistem pengadaan

Pemilihan metode penilaian kualifikasi pengadaan

Penyusunan tahapan dan jadwal pengadaan

Pemilihan Jenis Kontrak

Penyusunan Dokumen Pengadaan misalnya Standar Dokumen Lelang

PROSES PENGADAAN

Pengumuman

Pendaftaran dan Pengambilan Dokumen Pengadaan

Penjelasan

Pemasukan Dokumen Penawaran

Pembukaan dan Evaluasi Dokumen Penawaran

Pengumuman Hasil Evaluasi

Sanggah

Persetujuan dari DFAT, untuk kondisi tertentu

Kerangka waktu:

Paling cepat diselesaikan 15 hari kerja sebelum pelelangan*

*pelelangan sederhana

KONTRAK dan SERAH TERIMA

Penandatanganan Kontrak

Pelaksanaan Kontrak

Pemantauan Kontrak

Penyerahan Barang/Jasa

Pelaporan

Kerangka waktu:

Diselesaikan paling lambat tanggal 31 Desember, tahun berjalan

� EMBED PBrush ���