Proses Pengolahan Tebu Menjadi Gula

13
PROSES PENGGILINGAN TEBU MENJADI GULA Pabrik Gula di Indonesia pada umumnya menggunakan sistem gilingan (Mill Tandem) sebagai berikut: - Three Roll Mill + fooding roll ( total 4 roll ) - Fourth Roll Mill ( total 4 roll ) - Three Roll Mill + pressure feeder ( total 5 roll ) - Sixth Roll Mill ( total 6 roll ) Semua jenis sistem di atas bertujuan sama yaitu mendapatkan hasil pemerahan tebu yang semaksimal mungkin. Tetapi pada prinsipnya pemerahan utama terjadi pada tiga roll antara lain : - Rol depan (feeding roll) - Rol atas (top roll) - Rol belakang (bagasse roll) Aliran proses yang terjadi di bagian Gilingan telah ditunjukkan pada bagan di atas. Komponen peralatan yang berperan antara lain : - Unit Gilingan, merupakan peralatan utama terjadinya proses pemerahan. Macam mill tandem telah tersebut diatas.

description

Proses pengolahan tebu menjadi gula

Transcript of Proses Pengolahan Tebu Menjadi Gula

  • PROSES PENGGILINGAN TEBU MENJADI GULA

    Pabrik Gula di Indonesia pada umumnya menggunakan sistem gilingan (Mill

    Tandem) sebagai berikut:

    - Three Roll Mill + fooding roll ( total 4 roll )

    - Fourth Roll Mill ( total 4 roll )

    - Three Roll Mill + pressure feeder ( total 5 roll )

    - Sixth Roll Mill ( total 6 roll )

    Semua jenis sistem di atas bertujuan sama yaitu mendapatkan hasil pemerahan

    tebu yang semaksimal mungkin. Tetapi pada prinsipnya pemerahan utama terjadi

    pada tiga roll antara lain :

    - Rol depan (feeding roll)

    - Rol atas (top roll)

    - Rol belakang (bagasse roll)

    Aliran proses yang terjadi di bagian Gilingan telah ditunjukkan pada bagan

    di atas. Komponen peralatan yang berperan antara lain :

    - Unit Gilingan, merupakan peralatan utama terjadinya proses pemerahan.

    Macam mill tandem telah tersebut diatas.

  • - Turbin Uap ( steam turbine ), merupakan peralatan penggerak roll gilingan

    - Intermediate Carrier ( IMC ), merupakan peralatan transfer ampas antar

    gilingan

    - Bagasse Elevator ( BE ), merupakan peralatan transfer ampas hasil akhir

    gilingan dikirim sebagai bahan bakar boiler.

    Mekanisme kerja gilingan: Gilingan memerah nira dengan jalan memadatkan

    umpan (ampas). Rol pengumpan (feeding roll) akan mengatur tebu sedemikian

    rupa sehingga masuk ke bukaan depan (voor opening) dengan baik. Pada bukaan

    depan ampas mengalami pemerahan yang pertama. Selanjutnya ampas melewati

    ampas plate dan masuk ke bukaan belakang (bagasse opening) dan mengalami

    pemerahan yang kedua. Selanjutnya ampas akan mengalami proses pemerasan di

    beberapa unit gilingan dengan bukaan depan dan bukaan belakang unit gilingan

    berikutnya dibuat lebih kecil sebab sebagian nira sudah terperas di gilingan di

    depannya. Selama ampas dipadatkan maka timbul gaya reaksi dari ampas. Gaya

    reaksi ini menyebabkan rol gilingan atas (top roll) naik turun tergantung besarnya

    gaya. Proses naik turunnya rol gilingan atas (top roll) akan mengurangi

    kemampuan memerah nira pada bukaan depan maupun bukaan belakang. Untuk

    mengatasi hal tersebut tidak hanya menggunakan gaya berat dari rol gilingan atas

    saja, melainkan diperlukan gaya tambahan untuk menekan rol gilingan atas

    sehingga pemadatan ampas dapat sesuai dengan yang direncanakan. Gaya

    tambahan yang dipakai merupakan suatu sistem tekanan hidrolik dari pompa

    hidrolik. Pada waktu gilingan bekerja diusahakan jangan sampai terjadi slip. Bila

    terjadi slip maka ampas yang akan digiling bertumpuk di muka roll gilingan

    sehingga terjadi slip. Sebaliknya, pengeluaran ampas pada gilingan juga harus

    lancar sebab kemacetan pengeluaran akan mengakibatkan ampas melimpah keluar

    gilingan.

    Alat bantu pada unit gilingan yaitu :

    - Pompa hidrolik

  • Menstabilkan gerakan rol gilingan. Pada top roll dilengkapi dengan alat

    hidrolik dengan tujuan untuk melawan rol gilingan atas pada saat ada

    beban dengan menambahkan tekanan, namun jika tekanannya melebihi

    tekanan optimum 2600 psi 3000 psi maka hidrolik akan pecah. Cara

    kerjanya menggunakan prinsip pompa piston.

    - Pompa Pelumas

    Perputaran rol menyebabkan adanya gesekan yang dapat memicu

    terjadinya panas. Untuk mencegah timbulnya percikan api maka

    digunakan mesin pendingin pada tiap rol yang dipisahkan dengan bantalan

    luncur.

    Mekanisme proses pada stasiun gilingan

    Proses pengolahan tebu menjadi gula pada stasiun gilingan terbagi menjadi dua

    tahap yaitu :

    - Perlakuan awal dengan memotong dan mencacah tebu.

    - Menggiling cacahan tebu.

    Pada perlakuan awal dalam mencacah tebu dengan kapasitas tinggi maka

    diperlukan pisau tebu yang dapat dioperasikan pada kecepatan tinggi.

    Pisau tebu I cenderung dipasang dengan arah yang searah dan pisau tebu II

    dengan arah yang berlawanan. Setelah melewati pisau tebu, hasil potongan

    tebu melewati unigrator untuk menumbuk tebu hingga halus sehingga

    mempermudah proses penggilingan.

    Proses penggilingan tebu diawali dari pengumpanan serat tebu dari main

    carrier ke gilingan I melalui alat bantu donally chute. Pada gilingan I

    umpan masuk pada celah di antara roll depan dan roll atas (bukaan depan)

    setelah melewati feeding roll sebagai rol pengatur umpan, kemudian

    ampasnya terdorong ke celah antara roll atas dan roll belakang (bukaan

    belakang) melalui perantara ampas plate. Nira yang dihasilkan gilingan I

    disebut NPP (Nira Perahan Pertama) dan dialirkan ke penampung A.

    Jumlah penampung nira pada stasiun ini sebanyak 4 buah.

  • Ampas tebu dari gilingan I dengan kekeringan 41% melalui alat bantu

    transportasi yaitu intermediate carrier I dialirkan ke gilingan II yang

    selanjutnya digiling pada gilingan II. Dalam pemerahan agar lebih efisien

    maka perlu ditambahkan nira imbibisi dari gilingan III. Nira yang terperah

    pada gilingan II kemudian dialirkan pada penampung A bercampur dengan

    nira perahan gilingan I dan dipompa ke saringan DSM untuk memisahkan

    nira yang masih terkontaminasi ampas dan kotoran. Nira hasil penyaringan

    selanjutnya dialirkan ke stasiun pemurnian. Pada saringan DSM

    ditambahkan susu kapur yang bertujuan untuk mempertahankan kenetralan

    pH nira mentah.

    Ampas tebu dari gilingan II dengan kekeringan 44% digiling oleh gilingan

    III dan ditambahkan nira imbibisi dari gilingan IV. Nira yang dihasilkan

    gilingan III ditampung pada penampung B dan dialirkan sebagai nira

    imbibisi menuju gilingan II.

    Ampas tebu dari gilingan III dengan kekeringan 47% digiling oleh

    gilingan IV dan ditambahkan nira imbibisi dari gilingan V. Nira yang

    dihasilkan gilingan IV ditampung pada penampung C dan dialirkan

    menuju gilingan III sebagai nira imbibisi.

    Ampas tebu dari gilingan IV dengan kekeringan 50% digiling oleh

    gilingan V dan ditambahkan air imbibisi dengan temperatur 70 - 80derajat

    celcius yang dipompa dari stasiun penguapan. Nira yang dihasilkan

    gilingan V ditampung pada penampung D dan dialirkan sebagai nira

    imbibisi menuju gilingan IV.

    Ampas dari gilingan V dengan kekeringan 50% dibawa ke baggase silo

    separator melalui belt conveyor. Ampas halus dihembuskan ke mud mixer

    dengan menggunakan blower. Ampas dapat dipergunakan sebagai bahan

    bakar ketel uap dimana uapnya digunakan untuk menggerakkan turbin

    gilingan. Pada tiap unit gilingan terjadi dua kali pemerahan nira.

    Pemerahan pertama dilakukan top roll (roll atas) dan voor roll (roll depan).

    Pemerahan kedua dilakukan top roll dan achter roll (roll belakang). Karena

    digunakan lima unit gilingan, maka diperoleh 10 kali pemerahan. Hasil

  • pemerahan gilingan I merupakan yang terbanyak, kemudian makin ke

    belakang makin sedikit nira yang dihasilkan. Nira hasil perahan gilingan I

    dan II dicampur pada penampung A dan campuran ini disebut nira mentah.

    Selama proses penggilingan tersebut masih tetap dapat terjadi kehilangan

    gula atau sakarosa. Kehilangan gula ini kemungkinan disebabkan oleh :

    masih adanya gula yang tidak dapat diperah dan tertinggal

    di dalam ampas.

    aktivitas mikroorganisme Leuconostoc

    kurangnya air imbibisi.

    banyaknya kebocoran pada talang nira.

    tekanan hidrolik yang rendah pada tiap gilingan

    mantel dari rol gilingan banyak yang pecah atau rompal

    sehingga nira tidak bisa terperah dengan baik.

    adanya sudut-sudut mati pada peti nira yang mengakibatkan

    berkurangnya sirkulasi.

    Air Imbibisi

    Pemberian air maupun campuran nira pada ampas yang akan masuk gilingan II,

    III, IV, dan V disebut imbibisi. Tujuan pemberian imbibisi adalah untuk

    melarutkan kandungan gula (sukrosa) yang masih tertinggal dalam ampas secara

    maksimal tanpa memberatkan pada proses selanjutnya. Ampas akhir diharapkan

    mengandung kadar gula serendah mungkin karena apabila hal itu tercapai berarti

    proses pemerahan berjalan dengan baik. Ada dua sistem pemberian imbibisi,

    yaitu:

    - Imbibisi tunggal

    Pemberian air imbibisi dilakukan hanya pada ampas yang akan

    masuk pada unit gilingan terakhir.

    - Imbibisi ganda

  • Pemberian air imbibisi ditujukan pada lebih dari satu unit gilingan.

    Imbibisi ganda ini ada yang berupa double compound, triple compound,

    ataupun quadruple compound imbibisi.

    Dalam penggunaan air imbibisi ada dua macam air imbibisi, yaitu imbibisi panas

    dan imbibisi dingin. Air imbibisi panas merupakan air imbibisi yang dipompakan

    ke gilingan V dengan suhu sekitar 70 - 80 derajat Celcius. Air imbibisi dingin

    merupakan air imbibisi yang berasal dari air sungai yang sudah dijernihkan dan

    bertemperatur 30 derajat Celcius. Keuntungan yang diperoleh dengan

    pemanfaatan air imbibisi panas pada proses penggilingan adalah :

    - larutan glukosa yang dapat diperah menjadi lebih banyak karena dapat

    lebih membuka pori-pori pada ampas.

    - dapat menghambat aktivitas dan membunuh mikroorganisme perusak nira.

    Sementara kerugian dari penggunaan air imbibisi panas adalah:

    - melarutkan zat-zat bergetah lilin (pektin) sehingga hasil perahan menjadi

    kurang bagus.

    - pengoperasian dan pengontrolan lebih sulit karena adanya penguapan.

    - kebutuhan air panas (energi) lebih besar.

    Keuntungan yang diperoleh dengan pemanfaatan air imbibisi dingin pada proses

    penggilingan adalah :

    - tidak melarutkan zat-zat pengotor nira sehingga memudahkan proses

    pemurnian.

    - tidak menyulitkan proses penggilingan karena jika temperatur tinggi dapat

    menyebabkan slip.

    Sementara kerugian dari penggunaan air imbibisi panas adalah:

    - proses pelarutan gula dalam ampas kurang sempurna.

  • - mikroorganisme pengganggu masih aktif.

    TEBU MASUK PABRIK GULA

    a. Tahap Persiapan Bahan

    Pada tahap ini, tebu ( cane ) yang akan di giling dipersiapkan, baik

    itu kualitas maupun kuantitasnya. Kualitas meliputi kondisi fisik tebu,

    tingkat kebersihan dan potensi kandungan gula ( rendemen ) di dalamnya.

    Sedang dari segi kuantitas, dilihat jumlahnya dengan ditimbang yang

    akhirnya menentukan jumlah gula yang akan dihasilkan.

    Dari segi kualitas, tebu ( cane ) yang baik adalah secara umum

    memenuhi 3 persyaratan, antara lain :

    o Manis, berarti tebu yang akan di giling harus memiliki kandungan

    gula ( rendemen ) yang mencukupi. Besarnya kandungan gula

    dipengaruhi oleh varietas, sistem tanam, iklim dan tingkat

    kemasakan pada saat tebang.

    o Bersih, berarti tebu yang akan di giling harus bersih dari kotoran,

    baik itu kotoran berupa tanah, daun atau akar yang terikut pada saat

    tebang.

    o Segar, berarti waktu yang diperlukan dari mulai tebu ditebang,

    masuk pabrik hingga di giling harus secepat mungkin. Karena

    semakin lama waktunya, kandungan gula dalam tebu juga semakin

    menurun.

    Cane preparation.

    Pada tahap ini tebu yang akan di giling dipersiapkan sehingga

    mempermudah proses pemisahan air tebu ( nira ) di bagian

    penggilingan.Peralatan utama ( machine ) yang digunakan pada tahap ini

    dalam proses produksi gula di Pabrik Gula akan diuraikan sebagai berikut.

  • Transfer / lifter machine, berfungsi untuk transfer tebu dari

    kendaraan pengangkutnya ( truck atau lori ). Sebagai alatnya ada beberapa

    jenis mesin yang digunakan di Pabrik Gula, antara lain MRC ( Mono Rail

    Crane ), OHC ( Over Head Crane ), truck dumper, cane tipler. Kapasitas

    masing - masing menyesuaikan kapasitas giling ( Mill Capasity ) dari

    PAbrik Gula, mulai dari SWL ( Safe Working Load ) 10 hingga 25 ton.

    Cane table, berfungsi untuk transfer dan mengatur jumlah tebu

    yang akan di giling. Beberapa komponen pada mesin ini, antara lain :

    Rantai penggerak yang berfungsi mentransfer tebu menuju

    conveyor. Sebagai penggeraknya digunakan motor listrik yang dirangkai

    dengan gear reducer untuk memperoleh kecepatan transfer yang

    diinginkan. Sedangkan rantai yang dipakai adalah jenis rantai conveyor (

    Conveyor chain ). Spesifikasi disesuaikan dengan mill capasity.

    Cane leveller yang berfungsi mengatur jumlah tebu yang masuk ke

    conveyor. Sebagai penggeraknya digunakan motor listrik yang dirangkai

    dengan gear reducer untuk memperoleh kecepatan putar yang diinginkan.

    Cane Conveyor ( Cane Carrier ), berfungsi untuk mentransfer tebu

    menuju mesin giling ( milling machine ). Beberapa komponen ( part ) pada

    mesin ini antara lain :

    Slate sebagai tempat jatuhan tebu dan menggerakkannya menuju

    milling machine.

    Rantai penggerak, berfungsi untuk menggerakkan slate. Sebagai

    penggeraknya digunakan motor listrik ( variable speed electric motor )

    yang dirangkai dengan gear reducer untuk memperoleh kecepatan transfer

    yang diinginkan. Sedangkan rantai yang dipakai adalah jenis rantai

    conveyor ( Conveyor chain ) dengan spesial attachment. Spesifikasi

    disesuaikan dengan mill capasity.

  • Cane leveller yang berfungsi mengatur ketebalan tebu pada

    conveyor. Sebagai penggeraknya digunakan motor listrik yang dirangkai

    dengan gear reducer untuk memperoleh kecepatan putar yang diinginkan.

    Cane Cutter ( cane knife ), berfungsi untuk memotong tebu yang

    masuk masih dalam bentuk batangan, menjadi potongan yang lebih kecil

    berukuran 10 - 15 cm. tujuannya untuk memperoleh luas permukaan

    pemerahan yang lebih besar sehingga air tebu ( nira ) dapat semaksimal

    mungkin terperah di mill station. Beberapa komponen ( part ) pada mesin

    ini antara lain :

    Cane cutter ( pisau tebu ) terdiri dari, mata pisau ( cutting edge ),

    tangkai pisau ( disc ) dan disc holder. Bentuk ukuran dan jumlah

    disesuaikan dengan mill capasity

    Cane cutter driven dalam hal ini yang sering dipakai adalah steam

    turbine ( turbin uap ) merupakan penggerak dari cane cutter. Kapasitas

    turbin uap menyesuaikan kapasitas cane cutter.

  • Cane shreeder ( cane hammer / unigrator / heavy duty cane

    shreeder )berfungsi untuk mencacah potongan tebu menjadi serat potongan

    yang lebih kecil. tujuannya untuk memperoleh luas permukaan pemerahan

    yang lebih besar sehingga air tebu ( nira ) dapat semaksimal mungkin

    terperah di mill station. Beberapa komponen ( part ) pada mesin ini antara

    lain :

    Cane shreeder terdiri dari, mata pisau ( hammer tip), tangkai pisau

    ( disc ) dan disc holder. Bentuk ukuran dan jumlah disesuaikan dengan

    mill capasity

    Cane cutter driven dalam hal ini yang sering dipakai adalah steam

    turbine ( turbin uap ) merupakan penggerak dari cane cutter. Kapasitas

    turbin uap menyesuaikan kapasitas cane cutter.

  • GULA DIOLAH BUKAN DI BUAT

    Dalam proses pembuatan gula membutuhkan sumber daya seperti

    material, energi, tenaga kerja, informasi serta mesin dan peralatan yang

    terkoordinasi. Peran utama sumber daya mesin dan peralatan yaitu membantu

    proses produksi sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas

    khususnya pada proses penggilingan di pabrik gula dalam mencapai target

    produksi. Proses penggilingan merupakan faktor terpenting dalam penentuan

    efisiensi proses produksi karena menunjukkan banyaknya nira dalam tebu yang

    terekstraksi untuk diproses menjadi gula pasir. Kondisi proses penggilingan yang

    efisien ditunjukkan dengan makin banyak nira yang terekstraksi maka makin

    banyak pula gula pasir yang diproduksi. Proses produksi sangat dipengaruhi oleh

    sumber daya mesin dan peralatan yang berperan vital sebagai fasilitator

    terselenggaranya proses pengolahan. Oleh karena itu keandalan dari mesin dan

    peralatan harus terjaga dengan baik, terutama mesin dan peralatan pada stasiun

    giling. Menurut Hajek (1988), yang erat hubungannya dengan parameter

    keandalan adalah faktor pemeliharaan/perawatan, ketersediaan, dan keefektifan.

  • Produksi gula khususnya gula pasir pada pabrik-pabrik gula di Indonesia

    menggunakan tanaman tebu sebagai bahan baku. Garis besar proses pembuatan

    gula mulai dari bahan baku tebu sampai menjadi gula kristal terdiri dari lima

    tahapan proses, yaitu :

    - Proses pemerahan tebu menjadi nira di bagian / Stasiun Gilingan ( Mill

    Station ).

    - Proses pengendapan kotoran dari nira di Stasiun Pemurnian ( Purification

    Station ).

    - Proses pemekatan nira encer menjadi nira jernih di Stasiun Penguapan (

    Evaporation Station ).

    - Proses Kristalisasi gula di Stasiun Masakan ( Boiling Station ).

    - Proses Pemisahan kristal gula dari tetes di Stasiun Puteran ( Cetrifuge

    Station )