PROSES BIMBINGAN ROHANI ISLAM PADA PENDERITA …
Transcript of PROSES BIMBINGAN ROHANI ISLAM PADA PENDERITA …
PROSES BIMBINGAN ROHANI ISLAM PADA PENDERITA
SKIZOFRENIA Di PANTI SOSIAL BINA LARAS HARAPAN
SENTOSA I - CENGKARENG
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat
Mencapai Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh
ARFIANA AMALIA FICHRI
NIM: 1110052000013
JURUSAN BIMBINGAN DAN PEYULUHAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H./2017 M.
ii
Abstrak
Arfiana Amalia Fichri / 1110052000013
Proses Bimbingan Rohani Islam Pada Penderita Skizofrenia Di Panti Sosial
Bina Laras Harapan Sentosa I-Cengkareng
Skizofrenia adalah gangguan kejiwaan yang mengakibatkan penderitanya
tidak tahu mana realitas yang dihadapi dengan halusinasi pikirannya. Banyak
sekali sebab-sebab munculnya skizofrenia ini, para ahli pengobatan pun tidak
tinggal diam dalam upaya membantu penyembuhan para penderita gangguan dan
penyakit ini.
Dalam masyarakat modern yang serba kompleks, sebagai prodek dari
kemajuan teknologi, mekanisasi, industrialisasi, dan urbanisasi, begitu banyak
munculnya masalah sosial. Kesulitan mengadakan adaptasi dan
adjusmentmenyebabkan kebingungan, kecemasan dan konflik-konflik baik yang
terbuka maupun yang sifatnya eksternal, maupun yang tersembunyi dan internal
dalam batin sendiri. Sehingga begitu banyak manusia itu sendiri mengembangkan
pola tingkah laku menyimpang dari norma-norma umum. Atau berbuat semaunya
sendiri, mengganggu atau dapat merugikan manusia yang lainnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses bimbingan
rohani Islam terhadap warga binaan penderita skizofrenia dan untuk mengetahui
faktor penghambat dan pendukung dalam proses bimbingan rohani Islam terhadap
warga binaan sosial yang mengalami gangguan jiwa skizofrenia pada saat
penyembuhan di Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa I.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode analisis deskriptif
dengan pendekatan kualitatif, yaitu studi penelitian yang berupaya menghimpun
data, mengelolah dan menganalisis secara deskriptif dengan menafsirkan secara
kualitatif untuk itu data-data penelitian yang dikumpulkan dalam bentuk konsep-
konsep.
Hasil penelitin ini penulis menentukan bahwa warga binaan sosial yang
menjadi subjek penelitian ini, mendapatkan perubahan terhadap pola pikir dan
perilaku baik secara psikologi, sosial, maupun spiritual setelah mendapat
bimbingan rohani Islam.
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur hanya milik Allah. Tuhan seru sekalian alam, yang telah
melimpahkan nikmat dan rahmatNya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini tanpa mengalami hambatan yang berarti.
Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulallah SAW. Telah
membimbing umatNya menuju jalan yang penuh dengan ridhaNya.
Skripsi yang berjudul “Proses Bimbingan Rohani Islam Pada Penderita
Skizofrenia Di Panti SosialBina LarasHarapan Sentosa I-Cengkareng”
terselesaikan berkat bantuan semua pihak. Untuk itu, penulis pada kesempatan ini
menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-sebesarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, Rektor Universitas Islam Negeri
Syarief Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi beserta Pembantu Dekan I, II, III yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis dalam mengikuti perkuliahan di
Fakultas ini.
3. Ibu Rini Laili Prihatini, P. M.Si selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam yang telah memberikan motivasi kepada penulis demi
pelaksanaan skripsi ini.
4. Bapak Noor Bekti Negoro, Ir, SE., M.Si selaku Sekretaris Jurusan
Bimbingan dan Penyuluhan Islam yang membantu proses pelaksanaan
skripsi ini.
iv
5. Ibu Artiarini Puspita.A, M.Psi selaku dosen pembimbing yang telah
memberikn motivasi, semangat serta waktunya untuk menyelesaikan
skripsi ini dengan penuh kesabaran.
6. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang
telah begitu banyak mencurahkan ilmu pengetahuan kepada penulis
sehingga memperluas wawasan keilmuan sebagai kewajiban ummat Islam,
semoga ilmu dalam perkuliahan dapat bermanfaat.
7. Bapak Haryono,S.Sos selaku Staf Bimbingan dan Penyaluran di Panti
Bina Laras Harapan Sentosa I-Cengkareng yang telah memberikan izin
dan kesempatan penulis melakukan penelitian. Serta para Staf lainnya di
Panti yang bersedia meluangkan waktunya untuk diwawancarai dalam
mempercepat proses penyelesaian skripsi ini.
8. Teruntuk Ayah penulis Bapak H.Asmo dan Ibunda tercinta Hj.Neneng
Yulianah yang telah mencurahkan kasih sayangnya, serta kesabaran dan
keikhlasan dalam doa yang tak pernah henti disetiap malam demi
kelancaran penulis menempuh study terutama dalam penyelesaian skripsi
ini. semoga mereka senantiasa dalam lindungan Allah SWT.
9. Untuk suami tercinta Bapak Istikhori, Amd.Kom yang telah membantu
penulis dalam banyak hal untuk menyelesaikan skripsi ini.
10. Untuk anak penulis yang bernama Kayyisah Syakirah berumur 17bulan,
maaf ya sayang sering ditinggal umi pergi guna untuk menyelesaikan
skripsi ini.
v
11. Adik penulis yang bernama Zahrania Qibthy yang juga membantu serta
menemani kesana-kesini dalam menyelesaikan skripsi.
12. Untuk para sahabat di kampus Universitas Islam Syarief Hidayatullah
Jakarta yaitu : Amini Rachman,S.Kom.I, Titi Hardiyanti,S.Sos, Sefty
Nurainy,S.Sos, Yeni Nur Asiah,S.Sos, Annisa Trisnawati,S.Sos yang
sudah mendahului gelar penulis, banyak kenangan bersama kalian dan
tidak akan saya lupakan.
13. Temen-temen penulis di BPI Angkatan 2010
14. Dan semua pihak yang telah ikut membantu hingga tersusunnya skripsi ini
yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Pada akhirnya, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini sangat penulis
harapkan. Semoga Allah SWT memberikan taufiq dan hidayahNya kepada kita
semua. Amin..
Jakarta, November 2017
Penulis
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................. i
ABSTRAK ......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 6
D. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 6
E. Metodologi Penelitian ...................................................................... 8
F. Sistematika Penulisan ....................................................................... 11
BAB II LANDASAN TEORITIS .................................................................... 13
A. Bimbingan Rohani Islam .................................................................. 13
1. Pengertian Bimbingan ................................................................. 13
2. Pengertian Rohani ....................................................................... 16
3. Pengertian Islam .......................................................................... 19
4. Pengertian Bimbingan Rohani Islam ........................................... 20
5. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Rohani Islam .............................. 23
vii
6. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Rohani Islam ............................. 24
B. Skizofrenia ....................................................................................... 27
1. Pengertian Skizofrenia................................................................. 27
2. Gejala-gejala Klinis Skizofrenia .................................................. 29
3. Penyebab Munculnya Penyakit Skizofrenia ................................ 32
4. Tipe-tipe Skizofrenia ................................................................... 35
5. Tindak lanjut penanganan Skizofrenia ........................................ 35
BAB III GAMBARAN UMUM PANTI SOSIAL BINA LARAS HARAPAN
SENTOSA I-CENGKARENG ......................................................................... 45
A. Sejarah Berdirinya .................................................................................. 45
B. Visi dan Misi .......................................................................................... 46
C. Program Pelayanan Rehabilitas Sosial ................................................... 48
D. Program Peningkatan Sarana Dan Prasarana Sosial ............................... 48
E. Program Kegiatan Harian di Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa I-
Cengkareng ............................................................................................ 49
F. Sarana dan Prasarana ............................................................................. 53
G. Kedudukan Lembaga dengan Pelayanan Kesejahteraan Sosial Lain ....... 54
H. Kondisi Penderita Skizofrenia ................................................................. 55
BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS PENELITIAN ............. 58
A. Pelaksanaan Pembinaan Rohani Islam di Panti Sosial Bina Laras ....... 58
B. Faktor-faktor Penghambat dan Pendukung Dalam Proses Bimbingan
Islam ........................................................................................................ 63
viii
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 46
A. Kesimpulan ................................................................................ 65
B. Saran ........................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 48
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk sosial (homo socius), dalam arti bahwa dia
selalu memiliki kecenderungan berkomunikasi, berinteraksi, bersosialisasi
antara satu dengan yang lain. Kecenderungan tersebut didorong oleh upaya
pemenuhan kebutuhan manusia.
Perkembangan yang terus maju mengakibatkan kebutuhan manusia
semakin kompleks dan permasalahan yang dihadapi pun beragam pada
berbagai bidang kehidupan. Maka ketenangan jiwa adalah modal pertama yang
harus dimiliki oleh setiap orang yang merindukan kebahagian hidup.1
Dengan berkembangnya ilmu jiwa (psikologi), diketahui bahwa
manusia memerlukan bantuan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapinya dan
muncullah layanan berbagai kejiwaan, dari yang paling ringan (bimbingan),
yang sedang (konseling), dan yang paling berat (terapi). Dan berkembanglah
psikologi sehingga mempunyai cabang terapan, diantaranya bimbingan,
konseling dan terapi.
Selanjutnya ditemukan bahwa agama, terutama Agama Islam
mempunyai fungsi-fungsi pelayanan bimbingan, konseling, dan terapi dimana
filosofinya didasarkan atas ayat-ayat Al-qur‟an dan Sunnah Rasul.
Dalam aliran psikologi positif setiap harapan adalah hal yang bagus
sekali bagi kemaslahatan hidup manusia. Harapan ini akan menjadi sumber
1Zakiah Daradjat, Pembinaan Jiwa Mental, (Jakarta: Bulan Bintang, 1985),cet. Ke – 3,
h.12.
2
kekuatan kejiwaan manusia untuk menjadi lebih sempurna.2 Tidak semua
orang dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan tersebut yang
pada gilirannya dapat menimbulkan ketegangan atau stress pada dirinya. Stress
itu merupakan faktor pencetus, penyebab, akibat dari suatu penyakit, sehingga
kesehatan fisik dan kesehatan jiwa dari orang yang bersangkutan menurun
karenanya dan pada klimaksnya timbul psikotik atau gangguan kejiwaan.
Kesehatan sangat diperlukan seseorang dalam menjalani kehidupan,
baik kesehatan fisik maupun kesehatan mental. Keutuhan pribadi atau
kemantapan kepribadian merupakan kerja fungsi-fungsi yang harmonis atau
aspek-aspek kejiwaan yang meliputi kehidupan jasmaniah, psikologis, dan
kehidupan ruhaniah. Keutuhan kepribadian itulah yang menentukan
kebahagian seseorang .
Dalam buku-buku kesehatan mental (mental hygiene) disebutkan,
kepribadian yang mantap yaitu kepribadian yang mampu menyesuaikan diri
dengan lingkungan dan sehat mental. Kesehatan mental dan penyesuaian diri
yang baik merupakan dasar kebahagian seseorang.
Menurut paham kesehatan jiwa, seseorang dikatakan sakit apabila ia
tidak lagi mampu berfungsi secara wajar dalam kehidupannya sehari-hari.
Karena seseorang yang mengalami stres akan terganggu fungsi kehidupannya
sehari-hari.3
Banyak penyakit jasmani disembuhkan, yang tampak adalah prilaku-
prilaku dan mental hidup yang sehat padahal sejauh ingin mencari kesembuhan
2Bahril Hidayat, Aku Tahu Aku Gila, (Jakarta: Studia Press, 2007), Cet. Ke-1, h. x.
3Dadang Hawari, Al-Qur’an : Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (Jakarta: Dana
Bhakti Prima, 1996),cet. Ke-11, h.2.
3
total (fisik dan psikis), sejauh itu pula harus menemukan esensi
kemanusiaannya secara total.
Seseoang yang diserang penyakit jiwa (psychose), biasa kepribadiannya
terganggu, dan selanjutnya menyebabkan kurang menyesuaikan diri dengan
wajar dan tidak sanggup memahami problem hidupnya. Sering kali orang sakit
jiwa tidak merasa bahwa ia sakit, sebaliknya ia menganggap dirinya normal
saja, bahkan lebih baik, lebih unggul, dan lebih penting dari orang lain.4
Agama sangat penting dalam mengatasi masalah gangguan kejiwaan
manusia karena dengan agama manusia dibimbing dalam kehidupannya.
Masalah gangguan jiwa adalah akibat ketidak mapanan seseorang dalam
mempersepsikan dan mengeksistensikan dirinya dalam kehidupan ini. Dengan
agama orang akan memiliki positive thinking, self control dan self esteem yang
baik, memiliki cara penyelesaian masalah yang spesifik, sehingga daya tahan
mentalnya menjadi lebih baik.
Allah berfirman dalam Al-Qur‟an surat Yunus ayat 57 sebagai berikut :
Artinya : Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu
pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang
berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang
beriman.
4Zakiah Dradjat, Kesehatan Mental, (Jakarta: Gunung Agung, 2001),h.49.
4
Yang menarik di sini adalah kaitan agama dengan ilmu kedokteran
yang sampai saat ini terus berkembang terutama dalam proses pemulihan
kesehatan sebagai akibat dari penyakit yang kemungkinan besar tidak bisa
disembuhkan oleh medis semata, salah satu contohnya adalah gangguan jiwa.
Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa I tempat (kediaman) yang
menangani warga binaan sosial gangguan jiwa diantaranya gangguan jiwa
skizofrenia, yaitu suatu penyakit jiwa yang paling banyak terjadi dibandingkan
dengan penyakit jiwa lainnya, adapun gejala-gejalanya berupa dingin perasaan,
banyak tenggelam dalam lamunan yang jauh dari kenyataan, mempunyai
prasangka-prasangka yang tidak benar, salah tanggapan, halusinasi
pendengaran, penciuman, atau penglihatan, banyak putus asa dan keinginan
menjauh dari masyarakat dan lain-lain.
Oleh karena itu pentingnya panti tersebut sebagai tempat penyembuhan
jiwa bagi warga binaan sosial, maka dengan begitu warga binaan sosial harus
ditangani se-dini mungkin sebelum menjadi akut. Agar warga binaan sosial
merasa dilindungi dan dihargai dalam pelaksanaan bimbingan rohani Islam,
sebaiknya pemberian bimbingan tersebut diupayakan untuk meningkatkan
kepercayaan diri pasien dengan bantuan pembimbing, dokter spesialis jiwa,
medis serta petugas lainnya.
Skizofrenia merupakan suatu bentuk psikosa yang dapat dijumpai
dimana-mana sejak dahulu kala. Sebelum Kraepelin (1856-1926) tidak ada
kesatuan pendapat mengenai berbagai gangguan jiwa yang sekarang
dinamakan skizofrenia. Skizofrenia juga merupakan sejenis gangguan terhadap
5
fungsi otak, dimana penyebab skizofrenia disebabkan oleh faktor perubahan
kimiawi otak, perubahan dalam struktur otak dan faktor-faktor genetis. Banyak
penyakit yang merupakan interkoreksi di antara penyakit dan psikis.
Skizofrenia bukan merupakan kesatuan penyakit tunggal tetapi malah
merupakan suatu kelompok gangguan dari berbagai etiologi dengan ciri-ciri
umum sebagai berikut : adannya psikotik tertentu selama fase akut penyakit.5
Pengidap skizofrenia cenderung mempunyai sifat curiga yang sangat
peka terhadap kesalahan, mendengar bisikan-bisikan dan teguran orang lain,
halusinasi pandangan dan tanggung jawab sosialnya sangat berat, mereka
merasa dikucilkan dan merupakan aib dari keluarga. Dan masih terdapat
pandangan negatif, yang disebabkan ketidaktahuan keluarga maupun
masyarakat terhadap jenis gangguan ini.Dengan demikian bimbingan rohani
Islam ini diberikan kepada warga binaan sosial yang mengalami gangguan
skizofrenia yang sudah memasuki tahap penyembuhan atau pemulihan akhir
kepada warga binaan sosial.
Berdasarkan fenomena dan berpijak pada latar belakang masalah di
atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian terhadap masalah
tersebut dan mendapatkan deskripsi yang dituangkan dalam penelitian ini
dengan judul “Proses Bimbingan Rohani Islam pada Penderita Skizofrenia
di Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa I -Cengkareng”.
5Steven Richeimer dan Daniel J. Siegel, Buku Saku Psikiatri, (Jakarta: Buku Kedokteran
EGC,1997),h.114.
6
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Untuk mempermudah penulis dalam penelitian skripsi ini perlu
adanya pembatasan masalah yang difokuskan pada proses bimbingan rohani
Islam dalam menangani penderita skizofrenia pada tahap pemulihan
sehingga mereka dapat memahami dirinya, berkomunikasi dan berinteraksi
secara sosial kembali di Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa I –
Cengkareng.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, maka perumusan masalah
pada penelitian ini adalah: Bagaimana proses bimbingan rohani Islam dalam
menangani skizofrenia di Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa I -
Cengkareng?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini
adalah :
a. Untuk mengetahui bagaimana proses bimbingan rohani Islam pada
penderita skizofrenia.
b. Untuk mengetahui faktor penghambat dan pendukung dalam proses
bimbingan rohani Islam pada penderita skizofrenia di Panti Sosial Bina
Laras Harapan Sentosa I - Cengkareng.
7
2. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan manfaat :
a. Secara akademis bagi mahasiswa/i Bimbingan dan Penyuluhan Islam
khususnya dan mahasiswa/i UIN Syarif Hidayatullah Jakarta umumnya,
sebagai bahan pustaka dan memberikan kontribusi atas perkembangan
ilmu bimbingan rohani Islam.
b. Secara praktisi, sebagai informasi tentang Proses Bimbingan Rohani
Islam Terhadap Penderita Skizofrenia dan masukan bagi pengelola
Bagian Pembimbing Rohani Islam di Panti Sosial Bina Laras Harapan
Sentosa I- Cengkareng.
D. Tinjauan Pustaka
Sebelum mengkaji dan membahas skripsi ini, maka penulis melakukan
kajian pustaka terhadap beberapa penelitian sejenis. Berdasarkan pengamatan
penulis, ada beberapa karya ilmiah dalam bentuk skripsi yang mengangkat
tema tentang bimbingan rohani Islam yaitu antara lain :
1. Skripsi yang ditulis oleh Elsa Farida yang berjudul “Pelaksanaan
Bimbingan Rohani Islam dalan pembinaan akhlak siswa SMP
Muthmainatul Qulub Cibinong – Bogor” Fakultas Dakwah dan Komunikasi,
Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam tahun 2008, menjelaskan
beberapa metode binaan akhlak siswa di SMP Muthmainatul Qulub
tersebut.
8
2. Skripsi yang di tulis oleh Galuh Yuni Utami yang berjudul “Pelaksanaan
Bimbingan Rohani Islam Terhadap Penderita Skizofrenia Di Panti Bina
Laras Harapan Sentosa 3 Ceger – Jakarta Timur” Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam tahun
2010 yang menjelaskan Bimbingan rohani` terhadap penderita Skizofrenia.
3. Skripsi yang di tulis oleh Reninta Latifa yang berjudul “Proses Bimbingan
Agama Pada Penderita Skizofrenia Di Panti Rehabilitasi Cacat Mental
Yayasan Galuh Bekasi” Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam tahun 2010 yang menjelaskan
Bimbingan Agama pada Penderita Skizofrenia.
Berangkat dari sini, skripsi yang akan dibahas tentunya berbeda dari
penelitian sebelumnya, dimana skripsi ini pembahasannya akan menekankan
bagaimana Metode Bimbingan Rohani Islam pada Penderita Skizofrenia yang
di alami warga binaan sosial di Panti Laras Harapan Sentosa I – Cengkareng.
E. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah seperangkat pengetahuan tentang langkah-
langkah yang berkenaan dengan masalah tertentu untuk diolah, dianalisis,
dan diambil kesimpulan.6
Menurut Bogdan dan Tailor seperti yang dikutip Lexy J. Maleong
yaitu “sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
6Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta “ logos, 1999),cet. Ke-2,
h.1.
9
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati “.7
Pendekatan yang dilakukan adalah penelitian pendekatan kualitatif
yaitu dengan melakukan penelitian yang dapat menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dengan informasi dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati. Ini adalah suatu tema dimana suatu komunitas
sosial yang mengharuskan data diperoleh secara langsung di lapangan.
2. Instrumen Penelitian
Karena metode yang digunakan adalah observasi atau suatu
pengamatan secara langsung di lapangan, maka instrumen penelitiannya
adalah peneliti itusendiri yang menjadi keseluruhan proses penelitian
tersebut.
3. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah komunikasi langsung dan tidak langsung, dengan menggunakan
instrumen pengumpulan data sebagai berikut :
1. Observasi
Dalam hal ini penulis mengamati secara langsung proses bimbingan,
kemudian mencatat fenomena dan fakta yang terlihat ketika proses itu
dilaksanakan. Observasi dilakukan terhadap proses bimbingan rohani
Islam pada penderita skizofrenia di Panti Sosial Bina Laras Harapan
Sentosa-I Cengkareng.
7Lexy J. Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung “ PT Remaja Rosda Karya,
2006),h.4.
10
2. Wawancara
Dalam hal ini penulis melakukan wawancara langsung kepada
pembimbing rohani Islam di Panti, petugas penanggung jawab bimbingan
rohani di lapangan.
3. Dokumentasi
Dalam hal ini penulis mencari keterangan dan bacaan yang dibutuhkan
mengenai masalah yang terkait, melalui sumber-sumber yang ada di
lapangan secara langsung.
4. Analisis Data
Yang dimaksud dengan teknik analisis data adalah suatu proses
mengorganisasikan dan mengurutkan kedalam pola, kategori dan satuan
uraian dasar kemudian dianalisis agar mendapatkan hasil berdasarkan data
yang ada. Hal ini disesuaikan dengan metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisa deskriptif.
Setelah penulis menghimpun data yang sesuai dengan permasalahan
penelitian ini, maka selanjutnya panulis mengolah dan menganalisis data-
data tersebut, dimana data dan informasi yang diperoleh melalui wawancara
dianalisis dan disimpulkan kemudian dimasukkan ke dalam uraian
pembahasan skripsi.Sedangkan data yang diperoleh melalui observasi dan
pengamatan dijadikan sebagai tambahan untuk mengetahui bagaimana
pelaksanaan bimbingan rohani Islam dalam menangani skizofrenia.
11
5. Subyek dan Objek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah orang atau sekelompok orang yang
mampu memberikan informasi. Terdiri dari petugas yayasan, orang-orang
yang memberikan binaan (pembimbing) skizofrenia di Panti Sosial Bina
Laras Harapan Sentosa I – Cengkareng.
Kemudian yang dijadikan objek dalam penelitian ini adalah proses
bimbingan rohani Islam pada penderita skizofreniawarga binaan di Panti
Sosial Bina Laras Harapan Sentosa I – Cengkareng.
6. Waktu dan Tempat Penelitian
Penulis melakukan penelitian sejak 8 Mei 2017 sampai dengan 13
November 2017. Penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Bina Laras
Harapan Sentosa I – Cengkareng. Jl. Kemuning Raya No. 17, Cengkareng
Barat, Jakarta Barat 11730. No Tlp (021-5401773).
7. Teknik Penulisan
Teknik penulisan skripsi ini berpedoman kepada : “Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)” yang diterbitkan
oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2007.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam penulisan skripsi ini, maka penulis
membuat sisitematika penulisan sebagai berikut :
12
BAB I PENDAHULUAN
Terdiri dari : latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodelogi
penelitian, dan sistemtika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORITIS
Terdiri atas : Mengenai landasan teori dalam bimbingan rohani
Islam pada penderita skizofrenia, Pengertian Bimbingan Rohani
Islam, Tujuan dan fungsi, Pengertian Skizofrenia, Gejala-gejala
Klinis Skizofrenia, Penyebab munculnya penyakit Skizofrenia,
Tipe-tipe Skizofrenia, Tindak lanjut penanganan Skizofrenia.
BAB III GAMBARAN UMUM PANTI SOSIAL BINA LARAS
HARAPAN SENTOSA I – CENGKARENG.
Terdiri atas : Sejarah Perkembangan, Visi dan Misi, Program-
program kegiatan di Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa I
– Cengkareng, Struktur Organisasi.
BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA
Terdiri dari :Bagaimana pelaksanaan bimbingan Rohani Islam
dalam menangani Skizofrenia, dan Bagaimana Analisis
pelaksanaan bimbingan rohani Islam dalam menangani
Skizofrenia warga binaan sosial bina laras di Panti Sosial Bina
Laras Harapan Sentosa I – Cengkareng
BAB V PENUTUP
Terdiri atas : kesimpulan dan saran.
13
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Bimbingan Rohani Islam
1. Pengertian Bimbingan
Dalam kehidupan sehari-hari, peristiwa bimbingan setiap kali dapat
terjadi. Orang tua membimbing anak-anaknya, guru membimbing siswa-
siswanya, para pemimpin membimbing warga yang dipimpinnya dan lain-
lain. Proses bimbingan dapat terjadi melalui media cetak atau media
elektronika seperti radio, televisi, film dan lain-lain. Semua peristiwa
bimbingan ini disebut sebagai bimbingan informal. Dikatakan bimbingan
informal karena bentuk, isi, tujuan serta aspek penyelenggaraannya tidak
berumuskan dengan nyata.
Bimbingan secara formal berasal dari Amerika Serikat seperti yang
dikemukakan oleh Prayitno dan Erman Amti, menurutnya; “gerakan
bimbingan (dan konseling) yang formal berasal dari Amerika Serikat yang
telah dimulai pengembangannya sejak Frank Parson mendirikan sebuah
badan bimbingan yang disebut Vocational Guidance Burean. Usaha Parson
inilah yang menjadi cikal bakal pengembangan gerakan bimbingan
konseling diseluruh dunia termasuk Indonesia”.8
Kholifah dan Albarr mengutip pendapat Yusuf dan Nurihsan yang
menyatakan bahwa; “Bimbingan merupakan terjemahan dari ”guidance”
8Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Rineka Cipta,
2004), h. 93.
14
dalam bahasa Inggris. Secara harfiah istilah “Guidance” dari kata “guide”
berarti: (1) mengarahkan (to direct), (2) memandu (to pilot), (3) mengelola
(to manage), dan (4) menyetir (to streer)”.9 Lebih lanjut Kholifah dan
Albarr mengutip dari Arifin yang menyatakan bahwa; “Kata Guidance itu
sendiri berasal dari kata kerja to guide yang secara harfiyah berarti
menunjukkan, membimbing atau menuntun orang lain ke jalan yang
benar”.10
Menurut Suryana dan Suryadi, “Bimbingan pada dasarnya merupakan
upaya bantuan untuk membantu individu mencapai perkembangan yang
optimal”.11
Hal ini senada dengan pendapat DirJen PMPTK Depniknas,
yang menyatakan bahwa:
Bimbingan dan konseling adalah upaya pemberian bantuan kepada
individu dengan menciptakan lingkungan perkembangan yang kondusif,
dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, supaya individu dapat
memahami dirinya sehingga sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak
secara wajar, sesuai dengan tuntutan tugas-tugas perkembangan. Upaya
bantuan ini dilakukan secara terencana dan sistematis untuk semua individu
berdasarkan identifikasi kebutuhan mereka.12
9Evi Nur Kholifah dan Ragwan Albarr, Bimbingan Konseling Islam dalam Meningkatkan
Islamic Enterpreneurship pada Mahasiswa yang Bekerja di IAIN Sunan Ampel Surabaya, (Jurnal
Bimbingan dan Konseling Islam, Vol. 02, No. 01, 2012), h. 91. 10
Ibid., h. 91. 11
Asep Suryana dan Suryadi, Modul Bimbingan dan Konselin, (Jakarta: Kementrian Agama
Republik Indonesia, 2012), h. 5. 12
DirJen PMPTK DEPDIKNAS, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta:
DEPDIKNAS, 2008), h. 4.
15
Lebih lanjut Suryana dan Suryadi mengutip pendapat Thantawi, yang
menyatakan bahwa:
Bimbingan adalah (1) suatu proses hubungan pribadi yang bersifat
dinamis, yang dimaksudkan untuk mempengaruhi sikap dan perilaku
seseorang; (2) suatu bentuk bantuan yang sistematis kepada orang lain untuk
menolong, menilai kemampuan dan kecenderungan mereka dan
menggunakan informasi itu secara efektif dalam kehidupan sehari-hari; (3)
perbuatan atau teknik yang dilakukan untuk menuntun individu terhadap
suatu tujuan yang diinginkan dengan menciptakan suatu kondisi lingkungan
yang membuat dirinya sadar tentang kebutuhan dasar, mengenal kebutuhan
itu, dan mengambil langkah-langkah untuk memuaskan dirinya.
Dari beberapa definisi tentang bimbingan di atas, maka dapat
disintesis kedalam beberapa penjelasan sebagai berikut:
a. Bimbingan adalah proses bantuan terhadap individu yang
membutuhkannya. Bantuan tersebut diberikan secara bertujuan,
berencana dan sistematis, tanpa paksaan melainkan atas kesadaran
individu tersebut, sehubungan dengan masalahnya.
b. Bimbingan diberikan kepada individu agar ia dapat memahami dirinya,
mengarahkan diri, dan kemudian merealisasikan dirinya dalam
kehidupan nyata.
c. Bimbingan diberikan kepada individu untuk membantunya agar tercapai
penyesuaian diri yang baik (well adjustment) terhadap diri dan
lingkungan rumah, sekolah, dan dimasyarakat.
16
2. Pengertian Rohani
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “Rohani berasal dari kata
“Roh” yang berarti sesuatu unsur yang berada di dalam jasad yang
diciptakan Tuhan sebagai penyebab kehidupan.”13
Sedangkan menurut
Sudrajat, “Dalam al-Quran, kata al-ruh digunakan sebanyak 22 kali.
Penggunaan kata ini diungkapkan dalam berbagai bentuk, seperti ruh, ruha,
ruhan, ruhihi, dan ruhii Misalnya dalam Al-Quran Surah Al-„Araf ayat 172:
Artinya : Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam
dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman): "Bukankah Aku Ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban
kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat
kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang
lengah terhadap Ini (keesaan Tuhan)",
al-Isra (17): 85;
Artinya : Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah:
"Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi
pengetahuan melainkan sedikit".
Isyarat yang menyangkut unsur immaterial manusia antara lain
berkaitan dengan keberadaan al-ruh ini”.14
Sementara itu Sudrajat mengutip
pendapat Ibn Qayyim yang menyatakan, “ruh adalah daya yang berbentuk
13
Pusat Perbukuan Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2008), h. 1179. 14
Ajat Sudrajat, Kedudukan Ruh dalam Pembentukan Karakter Manusia, (Makalah
pendamping pada Seminar Nasional Pendidikan dalam Membangun Karakter dan Budaya Bangsa,
yang diselenggarkan oleh FISE UNY pada tanggal 12 Mei 2011), h. 3.
17
cahaya yang bergerak dari dunia maknawi menuju badan yang bersifat
materi. Ruh lah yang telah memberikan kehidupan pada jasmani sehingga
dapat diraba dan dirasakan”. Lebih lanjut Sudrajat mengutip pendapat
Ustman yang menyatakan:
Arti ruh yang terdapat dalam ayat-ayat al-Quran yang berkaitan
dengan penciptaan Adam as dan keturunannya, dinyatakan bahwa ruh itulah
yang membuat manusia siap untuk mempunyai sifat-sifat yang luhur dan
mengikuti kebenaran. Ruh merupakan unsur yang di dalamnya terkandung
kesiapan manusia untuk merealisasikan hal-hal yang paling luhur dan sifat-
sifat yang paling suci. Ruh-lah yang membuat manusia siap untuk
membumbung tinggi melampaui peringkat hewan. Dengan penciptaan
seperti itu, manusia dibedakan dari seluruh makhluk ciptaan Allah.
Manusia, dalam beberapa hal, sama dengan hewan, misalnya keadaan fisik
dan emosinya untuk mempertahankan diri. Ruh yang ada dalam dirinya
menjadikan manusia cenderung mencari Allah dan rindu akan keutamaan
yang akan mengantarkannya mencapai kesempurnaan manusiawi. Oleh
karena itulah manusia layak untuk menjadi khalifatullah di bumi ini. Pendek
kata, bahwa yang membedakan manusia dari hewan adalah percikan ruh
dari Allah atas dirinya.
Dari beberapa definis tentantang ruh di atas, maka ruh adalah unsur
lathifah ilahiyyah yang membedakan manusia dari makhluk-makhluk
lainnya. Ruh inilah yang menjadi ciri fithri dan khas manusia, maka
manusia harus mengembangkan potensi yang dibawanya ini. Melalui ruh
18
inilah manusia memiliki 'citra' atau 'gambaran' Tuhan di dalam dirinya. Oleh
karena itu, manusia harus mengembangkan perilaku hidupnya sesuai dengan
tuntutan lathifah ilahiyah ini. Menyadari akan adanya potensi yang
mengarah pada perilaku yang negatif pada dirinya yang berupa nafsu (al-
hawa, al-syahwah), maka jalan terbaik untuk itu adalah menyalakan
kesadaran ruh ilahiyyah sepanjang kehidupanya.
Untuk menyalakan latihifah ilahiyyah atau ruh ilahiyyah ini, sehingga
dapat menerangi jalan kehidupan ini, selain melalui pendidikan (ta'limiyah,
tarbiyah, dan ta’dibiyah), adalah melalui pelatihan (al-tajribah, al-mu'anah,
dan al-riyadhah). Proses ini akan menjadi efektif jika ada pembimbing yang
dapat mengarahkan dan mengoreksi berbagai bentuk penyimpangan yang
terjadi. Orang tua, guru, lembaga pendidikan, dan masyarakat secara
keseluruhan, secara serentak memiliki tanggung jawab dan mengemban misi
untuk mengarahkan proses pembentukan karakter yang didasari adanya
lathifah ilahiyyah atau ruh ilahiyyah ini. Pendidikan, pengajaran, pelatihan,
serta bimbingan dan tentu saja keteladanan langsung dari berbagai pihak
sangat dan akan membantu berkembangnya lathifah ilahiyyah atau ruh
ilahiyyah ini.
3. Pengertian Islam
Menurut Lembaga Kajian Majhab Tarbiyah (LKMT), “secara
etimologi Islam berasal dari kata “salima” yang memiliki pengertian
19
menundukan wajah (aslama); berserah diri (Istaslama); bersih, sehat dan
suci (salim); selamat dan sejahtera (salam); perdamaian (silmun)”.15
Sedangkan Islam menurut terminologi dijelaskan oleh Hardian
sebagai berikut, “secara terminologi Islam adalah aturan Illahi yang
diberikan kepada manusia yang berakal sehat untuk kebahagian hidup
mereka di dunia dan akhirat”.16
Lebih lanjut Hardian menjelaskan, “Islam
itu sesuai dengan fitrah manusia; Islam untuk kepentingan seluruh manusia;
Islam Rahmat bagi seluruh alam; Islam dapat meningkatkan kualitas hidup
manusia; Islam merupakan agama yang sempurna”.
Sedangkan menurut Sayyid Sabiq, “Islam adalah agama Allah yang
diwahyukan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan
intinya iman dan amal”.17
Lebih lanjut Sayyid Sabiq menjekaskan maksud
dari Islam adalah iman dan amal, “Iman mencerminkan aqidah dan pokok-
pokok yang menjadi landasan syari‟at Islam. dan dari dasar-dasar inilah
keluar cabang-cabangnya. Sementara amal mencerminkan syari‟ah dan
cabang-cabangnya yang dianggap sebagi tindak lanjut bagi iman dan
aqidah”. Maka dari pengertian ini Islam orang akan sempurna jika Imannya
selalu dibarengi dengan amalnya, iman tanpa amal tidak akan sempurna dan
amal tanpa iman juga tidak akan sempurna.
15
Lembaga Kajian Manhaj Tarbiyah, Modul Tarbiyah Islamiah, (Jakarta: Robbani Press,
2009), h. 100-101 16
Novi Hardian, Sumper Mentoring Panduan Islam untuk Remaja, (Bandung: PT. Syaamil
Cipta Media, 2003), h. 115. 17
Sayyid Sabiq, Aqidah Islamiyah, (Jakarta: Robbani Press, 2008), h. 3.
20
4. Pengertian Bimbingan Rohani Islam
Kata bimbingan dalam bahasa Indonesia memberikan dua pengertian
yang mendasar, Pertama, memberi informasi, yaitu memberikan suatu
pengetahuan yang dapat dimanfaatkan untuk mengambi keputusan, atau
memberikan sesuatu dengan memberikan nasehat. Kedua, mengarahkan,
menuntun ke suatu tujuan.Tujuan yang hanya diketahui oleh orang yang
mengarahkan dan yang meminta arahan.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang makna bimbingan secara
umum, berikut pendapat dari para ahli:
a. Menurut Dunsmorr & Miller dalam Mc Daniel, bimbingan adalah
proses layanan yang diberikan kepada individu-individu guna
membantu mereka memperoleh pengetahuan dan keterampilan-
keterampilan yang diperlukan dalam membuat pilihan-pilhan, rencana-
rencana dan interplasi yang diperlukan untuk menyesuaikan diri yang
baik.
b. Crow & Crow, bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh
seseorang laki-laki atau perempuan, yang memiliki kepribadian yang
memadai dan terlatih dengan baik kepada individu-individu setiap usia
untuk membantunya mengatur kegiatan hidupnya sendiri,
mengembangkan pandangan hidupnya sendiri, membuat keputusan
sendiri dan menanggung bebannya sendiri.
c. Bimo Walgito memberikan batasan mengenai bimbingan adalah
bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu dalam
21
menghindari atau mengatasi kesulitan di dalam kehidupanya, agar
individu atau sekumpulan individu itu dapat mencapai kesejahteraan
hidupnya.
Rohani adalah bagian dari tubuh yang sangat sulit untuk
menjabarkannya namun bila penulis mengartikan rohani atau ruh, maka ruh
adalah sebuah aspek yang penting dalam kelangsungan kehidupan manusia
yang bila tanpanya manusia tidak bisa hidup atau bergerak. Pengertian Islam
berasal dari bahasa Arab yang berarti selamat, sentosa, dan damai. Dari kata
salima diubah menjadi bentuk aslama yang berarti berserah diri. Dengan
demikian, arti Islam adalah berserah diri, selamat, dan kedamaian.
Jadi bimbingan rohani Islam adalah proses pemberian bantuan kepada
individu berupa informasi, rencana, dan tindakan melalui lisan dan tulisan
bersumber dari al-Qur‟an dan hadist dalam mengatasi kesulitan yang
dihadapi berkaitan dengan rohani individu, agar mendapatkan perasaan
kesabaran dalam menghadapi masalahnya yang berujung kepada
keselamatan dan kedamaian individu.
Adapun bimbingan rohani Islam pada pasien di rumah sakit adalah
kegiatan yang di dalamnya terjadi proses bimbingan dan pembinaan rohani
kepada pasien di rumah sakit sebagai upaya penyermpurnaan ikhtiar medis
dan ikhtiar spiritual. Proses bimbingan dilakukan sebagai usaha untuk
memotivasi untuk tetap bersabar, bertawakkal, dan senantiasa menjalankan
kewajiban sebagai hamba Allah SWT
22
Melihat definisi dari bimbingan, rohani dan Islam, maka Bimbingan
Rohani Islam adalah upaya yang dilakukan oleh pembimbing kepada
individu agar dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat senantiasa
selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah sehingga dapat mencapai
kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dengan kata lain bimbingan rohani Islam,
secara konseptual merupakan suatu proses adanya seseorang yang
dipersiapkan secara profesional, membantu orang lain, untuk pemahaman
diri, pembuatan keputusan dan pemecahan masalah, pertemuan dari hati ke
hati dan hasilnya sangat bergantung pada kualitas hubungan.
Dengan demikian bimbingan rohani Islam menurut penulis adalah
suatu proses hubungan pribadi yang terprogram, antara seorang konselor
dengan satu atau lebih klien di mana konselor dengan bekal pengetahuan
profesional dalam bidang keterampilan dan pengetahuan psikologis yang
dikombinasikan dengan pengetahuan keislamannya membantu klien dalam
upaya membantu kesehatan mental sehingga dari hubungan terebut klien
dapat menanggulangi problematika hidup dengan baik dan benar secara
mandiri yang berpandangan pada al-Qur‟an dan as-Sunnah.
Sejalan dengan pengertian bimbingan Islam di atas, yang dimaksud
dengan bimbingan rohani Islam bagi pasien adalah pelayanan yang
memberikan santunan rohani kepada pasien dan keluarganya dalam bentuk
pemberian motivasi agar tabah dan sabar dalam menghadapi cobaan,dengan
memberikan tuntunan do‟a, cara bersuci, shalat, dan amalan ibadah lainnya
yang dilakukan dalam keadaan sakit.
23
5. Dasar Pelaksanaan Bimbingan Rohani Islam
Sesuai dengan konsep yang di bawakan yakni Islam, dan Islam
bersumber kepada adalah al-Qur‟an dan al-Sunnah.18
Jadi pelaksanaan
bimbinngan rohani Islam berlandaskan al-Qur‟an dan al-Sunnah / Hadis
Nabi SAW. Adapun landasan dari al-Qur‟an al-Sunnah/ Hadis Nabi SAW
mengenai bimbingan rohani Islam adalah sebagai berikut:
a. Firman Allah SWT Surat Al-Maidah ayat 2:
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar
Allah[389], dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram[390], jangan
(mengganggu) binatang-binatang had-ya[391], dan binatang-binatang qalaa-
id[392], dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi
Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya[393] dan
apabila kamu Telah menyelesaikan ibadah haji, Maka bolehlah berburu. dan
janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum Karena mereka
menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya
(kepada mereka). dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan
dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.
dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.
b. As-Sunnah atau Hadits Nabi SAW :
Dari Ibn Abbas ia berkata, aku pernah dating menghadap rasulullah
SAW, saya bertanya ya Rasulullah ajarkan kepadaku sesuatu doa yang
18
Asy,ari, Akhwan Mukarrom, Nur Hamim, dkk, Pengantar Studi Islam, (Surabaya: IAIN
Ampel Press, 2008), hal. 12
24
akan aku baca dalam doaku. Nabi menjawab: mintalah kepada Allah
ampunan dan kesehatan, kemudian aku menghadap lagi pada kesempatan
yang lain lalu bertanya: ya Rasulullah ajarakn sesuatu doa yang akan aku
baca dalam doaku, Nabi menjawab: “wahai Abbas pama Rasulullah SAW,
mintalah kesehatan kepada Allah di dunia dan akhirat (HR: Ahmad, al-
turmudzi, dan al-Bazzar).19
Dari kedua ayat suci al-Qur‟an dan satu hadis Nabi diatas
menjelaskan bahwa kita sesema manusia khususnya sesama muslim
haruslah tolongmenolong dalam kebajiakan seperti, menyembuhkan
penyakit dengan cara yang baik layaknya bimbingan rohani Islam yang
memberi bantuan kepada orang yang sakit dengan salah satu caranya yakni
berdoa minta kepada Allah SWT akan kesehatan dan kesembuhan dunia
dan akhirat sebagai penennag batin.
6. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Rohani Islam
Dalam melaksanakan bimbingan Islam terhadap individu atau
kelompok agar mendapat hasil yang sesuai dengan apa yang diharapkan
serta mengarahkan dan mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi, maka
perlu diperhatikan terlebih dahulu tujuan dari kata bimbingan, menurut
Prayitno ada dua tujuan, yaitu:
a) Tujuan Umum adalah untuk membantu individu dalam mengembangkan
diri secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan dan predeposisi, dan
19
Ahmad Muhammad Diponegoro, Konseling Islami Panduan Lengkap Menjadi Muslim
yang Bahagia, (Yogyakarta: Gala Ilmu Semesta, 2011), hal.14
25
berbagai latar belakang yang ada dan sesuai dengan tuntunan positif
lingkungannya.
b) Tujuan Khusus merupakan dari penjabaran tujuan yang dikaitkan langsung
dengan permasalahan yang dialami oleh individu sesuai dengan
kompleksitas diri dari permasalahnnya.20
Dalam keadaan individu yang membutuhkan bantuan maka fungsi
bimbingan Islam dengan individu dapat dibagi menjadi empat tingkatan
yaitu:
1) Fungsi Pencegahan (Preventif), yakni membantu individu menjaga atau
mencegah timbulnya masalah bagi klien.
2) Fungsi Kuratif (korektif), yaitu memberikan bantuan kepada klien dalam
memecahkan sesuatu masalah yang sedang dihadapi atau dialaminya.
3) Fungsi Pemeliharaan (Preservatif), yaitu konselor membantu klien yang
sudah sembuh agar tetap sehat, tidak mengalami problem yang dihadapi.
4) Fungsi Pengembangan (Developmental), yaitu membantu seseorang
memelihara dan dapat mengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik
agar tetap baik, atau menjadi lebih baik.
Uraian di atas menunjukan bahwa bimbingan memiliki fungsi yang
Komprehensif (mnyeluruh), bagi pembinaan individu pada arah tujuan yang
diinginkan yakni terbentuknya individu yang sesuai dengan ketentuan
agama.21
20
Prayitno, dan Erman Amti. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta : Rineka
Cipta, 1999), Cet. Ke-1, h.144 21
Aunnur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: UII
Press,2001), h.37
26
Secara umum tujuan pemberian layanan bimbingan diungkapkan oleh
Kholifah dan Albaar sebagai berikut:
Tujuan dari pemberian bimbingan adalah agar individu dapat:
(1) Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karier serta
kehidupannya dimasa yang akan datang
(2) Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya
seoptimal mungkin
(3) Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan
masyarakat serta lingkungan kerjanya
(4) Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi,
penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun
lingkungan kerja.22
Sedangkan secara khusus tujuan dan fungsi dari bimbingan rohani
Islam seperti diungkapkan Ibnu Taimiyah yang dikutip oleh Rochman,
yakni; “dengan memberikan bimbingan rohani Islam pada tingkat wacana
kepada individu dengan tujuan individu tersebut terhindar dari rasa dengki,
iri, sombong, dan suka mencela yang kesemuanya akan mendatangkan atau
merugikan bagi dirinya sendiri”.23
Sejalan dengan pendapat tersebut,
Kusnandi mengutip pernyataan Subandi yang menyebutkan, Tujuan
bimbingan rohani Islam menyangkut:
22
Evi Nur Kholifah dan Ragwan Albarr, Bimbingan Konseling Islam dalam Meningkatkan
Islamic Enterpreneurship pada Mahasiswa yang Bekerja di IAIN Sunan Ampel Surabaya, (Jurnal
Bimbingan dan Konseling Islam, Vol. 02, No. 01, 2012), h. 92-93. 23
Kholil Lur Rochman, Terapi Penyakit Hati Menurut Ibnu Taimiyah dalam Perspektif
Bimbingan Konseling Islam, (Jurnal Dakwah dan Komunikasi (KOMUNIKA) Vol. 3, No. 2, Juli-
Desember 2009), h. 197.
27
(1) usaha membersihkan hati (qalbu) dari berbagai penyakit hati,
(2) menguasai pengaruh dorongan primitive yang bisa berakibat syirik,
(3) meningkatkan derajat diri,
(4) menumbuhkan akhlakul karimah dan,
(5) meningkatkan potensi untuk menjalankan tugas kekhalifahan manusia
di muka bumi ini dengan sebaik mungkin. Sehingga menyelesaikan
berbagai keraguan atau problematika, baik itu individu dengan
Tuhannya, individu dengan dirinya sendiri, individu dengan keluarga,
maupun individu tersebut dengan lingkungan sosialnya.24
B. Skizofrenia
1. Pengertian Skizofrenia
Skizofrenia berasal dari dua kata, yaitu “ Skizo“ yang artinya retak
atau pecah (split), dan “frenia“ yang artinya jiwa. Skizofrenia merupakan
suatu gangguan jiwa yang memiliki karakteristik khusus. Dewi mengutip
pendapat DepKes RI Dalam Pedoman Penggolongan dan Diagnosis
Gangguan Jiwa III (PPDGJ III), “skizofrenia merupakan gangguan jiwa
yang ditandai dengan distorsi khas dan fundamental dalam pikiran dan
persepsi yang disertai dengan adanya efek yang tumpul atau tidak wajar”.25
Sedangkan Menurut Nolen dan Hoekesma seperti dikutip oleh Amelia dan
Anwar, mereka menyatakan: Skizofrenia merupakan gangguan yang
benarbenar membingungkan atau menyimpan banyak teka-teki. Pada suatu
24
Edi Kusnandi, Pola Bimbingan Konseling Agama Islam pada Pasien Rawat Inap di
Rumah Sakit Jiwa Jambi, (Media Akademika, Vol. 29. No.1, Januari 2014), h. 106. 25
Sulistiana Dewi, Gambaran Kebutuhan Hidup Penyandang Skizofrenia, (J Indon Med
Assoc, Volum: 63, Nomor: 3, Maret 2013), h. 85.
28
saat, orang-orang dengan skizofrenia berpikir dan berkomunikasi dengan
sangat jelas, memiliki pandangan yang tepat atas realita, dan berfungsi
secara baik dalam kehidupan seharihari. Pada saat yang lain, pemikiran dan
kata-kata mereka terbalik-balik, mereka kehilangan sentuhan (touch) dengan
realita, dan mereka tidak mampu memelihara diri mereka sendiri, bahkan
dalam banyak cara yang mendasar.26
Senada dengan pendapat di atas, maka fadli dan mitra menyatakan,
“Skizofrenia adalah suatu sindrom klinis berbagai keadaan psikopatologis
yang sangat mengganggu, melibatkan proses pikir, emosi, persepsi, dan
tingkah laku. Skizofrenia terkait dengan stres, gangguan neurobiologis yang
ditandai dengan gangguan pikiran”.27
Sedangkan menurut Putri dan
Ambarani: Skizofrenia ditandai dengan munculnya dua simptom, simptom
positif dan simptom negatif. Simptom positif adalah adanya distorsi dari
fungsi normal yang melingkupi distorsi dalam pola pikir (delusi), distorsi
persepsi (halusinasi), disorganisasi dalam berbicara, dan self monitoring
perilaku (disorganisasi secara keseluruhan atau katatonik). Sedangkan
simptom negati f menunjukkan berkurang atau menghilangnya fungsi
normal. Simptom negatif adalah bagian yang substansial bagi keabnormalan
penderita skizofrenia. Tiga simptom negatif antara lain munculnya afek
26
Dinny Rezki Amelia dan Zainul Anwar, Relaps pada Pasien Skizofrenia, (Jurnal Ilmiah
Psikologi Terapan (JIPT), Vol. 01, No, 01, Januari 2013), h. 55. 27
Surya Mulya Fadli dan Mitra, Pengetahuan dan Ekspresi Keluarga serta Frekuensi
Kekambuhan Penderita Skizofrenia, (Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 7, No.
10, Mei 2013), h. 466.
29
datar, tidak dapat membedakan antara kenyataan dan khayalan, serta adanya
avolisi.28
Dari beberapa pandangan tentang pengertian skizofrenia, maka
penulis dapat memberikan sistesis dari pengertian skizofrenia, yaitu
gangguan mental yang ditandai dengan gangguan proses berpikir dan
tanggapan emosi yang lemah. Keadaan ini pada umumnya dimanifestasikan
dalam bentuk halusinasi,paranoid keyakinan atau pikiran yang salah yang
tidak sesuai dengan dunia nyata serta dibangun atas unsur yang tidak
berdasarkan logika, dan disertai dengan disfungsi sosial yang signifikan.
2. Gejala-gejala Klinis Skizofrenia
Adapun gejala-gejala klinisnya yakni sebagai berikut:
a. Grjala Primer:
1) Gangguan proses pikiran (bentuk, langkah, dan isi pikiran). Pada
skizofrenia inti gangguan memang terdapat pada proses pikiran.
Pikiran melayang sering tidak ada hubungan antara emosi dan pikiran,
biasanya pikiran tidak dapat diikuti sama sekali timbulnya lebih cepat.
2) Gangguan efek dan emosi. Danya kedangkalan efek dan emosi, Pasien
lebih menjadi acuh tak acuh terhadap hal-hal yang penting bagi dirinya
sendiri. Adanya kemampuan untuk mengadakan hubungan emosi yang
baik. Karena terpecahnya kepribadian, maka dua hal yang berlawanan
terdapat bersama-sama, umpamanya mencintai dan membenci pada
satu orang yang sama.
28
Prahastia Kurnia Putri dan Tri Kurniati Ambarini, Makna Hidup Penderita Skizofrenia
Pasca Rawat Inap, (Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental, Vol. 1 No. 02, Juni 2012), h.
146.
30
3) Gangguan Kemauan. Skizofrenia mempunyai kelemahan kemauan,
yang tidak dapat mengambil keputusan dan tidak dapat bertindak
dalam suatu keadaan. Mereka selalu memberikan alasan walaupun
alasan tidak jelas atau tidak tepat.
4) Gejala Psikomotor. Berupa gangguan perbuatan. Gejala ini dapat pula
dikelompokan pada gejala sekunder.
b. Gejala Sekunder:
a) Delusi. Pada skizofreni waham (isi pikir) sering tidak logis sama
sekali. Bagi pasien wahamnya merupakan fakta yang tidak dapat
diubah oleh siapapun.
b) Halusinasi. Yang timbul tanpa penurunan kesadaran dan ini
merupakan suatu gejala. Paling sering pada skizofrenia halusinasi
pendengaran dalam bentuk suara-suara.29
Yang terdengar suara yang
jelas yang tampaknya timbul diluar diri sendiri, suara ini harus terdiri
lebih dari bisikan, gerutu yang tak dapat dipahami, atau kata tunggal.
Seringkali, suara-suara ini mengomentari atau mengarahkan tindakan
pasien.
Ariaela menyatakan, gambaran gangguan jiwa skizofrenia beraneka
ragam mulai dari gangguan pada alam pikir, perasaan, dan perilaku yang
29
Wf. Maramis Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, (Surabaya : Air Langga University
Press,1980) Cet ke-1, h.215
31
mencolok sampai yang tersamar. Gejala skizofrenia dapat dibagi menjadi 2
kelompok yaitu gejala positif dan negatif.30
Berikut adalah pemaparannya:
a. Gejala Positif
1) Delusi/Waham. Adalah suatu keyakinan yang tidak rasional (tidak
masuk akal). Meskipun telah dibuktikan secara obyektif bahwa
keyakinannya itu tidak rasional, namun penderita tetapmeyakini
kebenarannya.
2) Halusinasi. Adalah pengalaman panca indra tanpa adanya rangsangan
atau stimulus. Misalnya penderita mendengar suara-suara atau bisikan
di telinganya padahal tidak ada sumber dari suara bisiskan itu.
3) Kekacauan alam pikir, yang dapat dilihat dari isi pembicaraannya.
Misalnya bicaranya kacau, sehingga tidak dapat diikuti
alur pikirannya.
4) Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif, bicara
dengan semangat dan gembira berlebihan.
5) Merasa dirinya orang besar, serba mampu, serba hebat, dll.
6) Pikirannya penuh dengan kecurigaan atau seakan-akan ada ancaman
terhadap dirinya.
7) Menyimpan rasa permusuhan.
b. Gejala Negatif
1) Alam perasaan (afek) tumpul atau mendatar. Gambaran alam perasaan
ini dapat terlihat dari wajahnya yang tidak menunjukan ekspresi.
30
Vindy Ariela, Manifestasi Klinis dan Kriteria Diagnisis Skizofrenia, (http://
www.scribd.com/doc/ 93395646/ Manifestasi -Klinis- Dan- Kriteria- Diagnosis- Skizofrenia
#scribd, diakses pada 13 April 2015).
32
2) Menarik diri atau mengasingkan diri, tidak mau bergaul, suka
melamun.
3) Kontak emosional amat miskin, sukar diajak bicara, pendiam.
4) Pasif, apatis, menarik diri dari pergaulan sosial.
5) Sulit dalam berpikir abstrak.
6) Pola pikir stereotip.
7) Tidak ada atau kehilangan dorongan kehendak dan tidak ada inisiatif,
tidak ada upaya dan usaha, tidak ada spontanitas, monoton, serta tidak
ingin apa-apa dan serba malas (kehilangan nafsu).
3. Penyebab Munculnya Penyakit Skizofrenia
Lehman dkk., dalam Jarut menyatakan, “Penyebab skizofrenia dapat
karena faktor genetik, lingkungan atau pengaruh dari dalam diri sendiri”.31
Sejalan dengan pendapat Lehman dkk, Erlina dkk., mengungkapkan,
“Munculnya skizofrenia diakibatkan dari adanya perubahan pola
lingkungan, perilaku dan akibat kondisi biologik individu tersebut Pada
perkembangan psikologi yang salah terjadi ketidakmatangan atau fiksasi
bahwa individu gagal berkembang lebih lanjut pada fase berikutnya dan ada
tempat-tempat yang lemah (rentan). Individu yang rentan tersebut apabila
dikenai stres psikososial seperti status ekonomi yang rendah, gagal dalam
mencapai cita-cita dan konflik yang berlarut-larut, kematian keluarga yang
dicintai dan lain sebagainya dapat berkembang menjadi gangguan jiwa
31
Yulia Maria Jarut, Tinjauan Penggunaan Antipsikotik Pada Pengobatan Skizofrenia Di
Rumah Sakit Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado Periode Januari 2013-Maret 2013.
(PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 2 No. 03 Agustus 2013), h. 56.
33
skizofrenia.”.32
Sedangkan Jiwo mengungkapkan, “hingga sekarang
penyebab skizofrenia secara pasti belum diketahui. Para ahli percaya bahwa
penyebabnya kemungkinan merupakan kombinasi dari faktor biologis dan
lingkungan”.33
Lebih lanjut Jiwo mengungkapkan, “Meskipun penyebab
pasti skizofrenia belum diketahui, namun ada beberapa faktor yang
meningkatkan resiko terkena skizofrenia, yaitu:
a. Mempunyai riwayat keluarga dengan skizofrenia
b. Terkena serangan virus, toxin atau malnutrisi, terutama pada kehamilan
trimester satu dan trimester dua.
c. Lingkungan hidup yang sangat menekan (stressful)
d. Orang tua yang telah berumur.
e. Minum obat psikoaktif dimasa remaja atau dimasa dewasa muda.
Sebenarnya para ahli belum mengetahui apa yang menjadi penyebab
skizofrenia secara pasti. Kondisi ini diduga berisiko terbentuk oleh
kombinasi dari faktor psikologis, fisik, genetik, dan lingkungan.
Jika Anda memiliki kerabat atau teman-teman yang menunjukkan
gejala skizofrenia, segera bawa ke dokter. Makin cepat penyakit ini
terdeteksi, semakin baik. Peluang sembuh penderita skizofrenia akan lebih
besar jika diobati sedini mungkin.
32
Erlina, dkk., Determinan Terhadap Timbulnya Skizofrenia pada Pasien Rawat Jalan di
Rumah Sakit Jiwa Prof. HB Saanin Padang Sumatera Barat, (Berita Kedokteran Masyarakat, Vol.
26, No. 2, Juni 2010), h. 72. 33
Tirto Jiwo, Mengenal Schizophrenia (Materi ini Merupakan Salah Satu Bahan Kuliah
Online Gratis bagi Anggota Keluarga, Relawan Kesehatan Jiwa dan Perawat Pendamping),
(http://tirtojiwo.org/wp-content/uploads/2012/06/kuliah-schizophrenia.pdf, diakses pada 13 April
2015), h. 6.
34
Karena skizofrenia merupakan salah satu jenis gangguan mental,
maka pemeriksaan harus dilakukan oleh dokter spesialis kejiwaan atau
psikiater. Penyakit skizofrenia akan terdeteksi pada diri pasien jika:
a) Mengalami halusinasi, delusi, bicara meracau, dan terlihat datar secara
emosi.
b) Mengalami penurunan secara signifikan dalam melakukan tugas
sehari-hari, termasuk penurunan dalam produktivitas kerja dan prestasi
di sekolah akibat gejala-gejala di atas.
Gejala-gejala di atas bukan disebabkan oleh kondisi lain,
seperti gangguan bibolar atau efek samping penyalahgunaan obat-obatan.
Dalam mengobati skizofrenia, dokter biasanya akan
mengombinasikan terapi perilaku kognitif (CBT) dengan obat-obatan
antipsikotik. Untuk memperbesar peluang sembuh, pengobatan juga harus
ditunjang oleh dukungan dan perhatian dari orang-orang terdekat.
Meskipun sudah sembuh, penderita skizofrenia tetap harus
dimonitor. Biasanya dokter akan terus meresepkan obat-obatan untuk
mencegah gejala kambuh. Selain itu, penting bagi penderita untuk
mengenali tanda-tanda kemunculan episode akut dan bersedia
membicarakan kondisinya pada orang lain.
35
4. Tipe-tipe Skizofrenia
Jiwa mengungkapkan, Ada beberapa sub-tipe skizofrenia, dan yang
paling sering terjadi ada 5 sub-tipe, yaitu:
a. Skizofrenia Paranoid, ditandai dengan menjolnya waham dan halusinasi.
Termasuk subtipe yang paling sedikit mengalami gangguan fungsi
sehingga paling gampang pulih.
b. Skizofrenia Katatonik, jenis ini jarang berinteraksi dengan orang lain,
melakukan kegiatan tanpa arah yang jelas, atau berdiri atau duduk dalam
posisi aneh selama berjam-jam.
c. Skizofrenia Disorganized (tak terorganisir), gejala yang menonjol adalah
pikiran yang tidak tertata dan ekspresi emosi yang tidak tepat
(inappropriate). Sub-tipe ini yang paling banyak mengalami kerusakan
fungsi sehingga merupakan jenis yang paling sulit pulih secara sempurna.
d. Skizofrenia Undiffentiated. Dimana gejalanya merupakan campuran dari
beberapa subtipe, merupakan jenis yang paling banyak.
e. Skizofrenia Residual. Jenis ini mempunyai gejala positif yang tidak
muncul dalam waktu lama, namun gejala lain tetap ada.
5. Tindak Lanjut Penanganan Skizofrenia
Irwan dkk., menyatakan, “ada beberapa tindak lanjut penanganan
skizofrenia, yaitu: terapi somatik (Medikamentosa), terapi psikososial,
perawatan di rumah sakit”.34
Berikut adalah pemaparannya:
34
M. Irwan dkk., Penatalaksanaan Skizofrenia, (Riau: Faculty of Medicine – University of
Riau dan RSJ Tampan Pekanbaru Riau, 2008), h. 3-9.
36
a. Terapi Somatik (Medikamentosa)
Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati Skizofrenia disebut
antipsikotik. Antipsikotik bekerja mengontrol halusinasi, delusi dan
perubahan pola fikir yang terjadi pada Skizofrenia. Pasien mungkin dapat
mencoba beberapa jenis antipsikotik sebelum mendapatkan obat atau
kombinasi obat antipsikotik yang benar-benar cocok bagi pasien.
Antipsikotik pertama diperkenalkan 50 tahun yang lalu dan merupakan
terapi obat-obatan pertama yang efekitif untuk mngobati Skizofrenia.
Terdapat 3 kategori obat antipsikotik yang dikenal saat ini, yaitu
antipsikotik konvensional, newer atypical antipsycotics, dan Clozaril
(Clozapine).
1) Antipsikotik Konvensional
Obat antipsikotik yang paling lama penggunannya disebut
antipsikotik konvensional. Walaupun sangat efektif, antipsikotik
konvensional sering menimbulkan efek samping yang serius. Contoh
obat antipsikotik konvensional antara lain: Haldol (haloperidol),
Stelazine (trifluoperazine), Mellaril (thioridazine),Thorazine
(chlorpromazine), Navane (thiothixene), Trilafon (perphenazine),
Prolixin (fluphenazine).
Akibat berbagai efek samping yang dapat ditimbulkan oleh
antipsikotik konvensional, banyak ahli lebih merekomendasikan
penggunaan newer atypical antipsycotic.
37
2) Newer Atypcal Antipsycotic
Obat-obat yang tergolong kelompok ini disebut atipikal karena
prinsip kerjanya berbda, serta sedikit menimbulkan efek samping bila
dibandingkan dengan antipsikotik konvensional. Beberapa contoh
newer atypical antipsycotic yang tersedia, antara lain: Risperdal
(risperidone), Seroquel (quetiapine), Zyprexa (olanzopine). Para ahli
banyak merekomendasikan obat-obat ini untuk menangani pasien-
pasien dengan Skizofrenia.
3) Clozaril
Clozaril mulai diperkenalkan tahun 1990, merupakan
antipsikotik atipikal yang pertama. Clozaril dapat membantu ± 25-
50% pasien yang tidak merespon (berhasil) dengan antipsikotik
konvensional. Sangat disayangkan, Clozaril memiliki efek samping
yang jarang tapi sangat serius dimana pada kasus-kasus yang jarang
(1%), Clozaril dapat menurunkan jumlah sel darah putih yang berguna
untuk melawan infeksi. Ini artinya, pasien yang mendapat Clozaril
harus memeriksakan kadar sel darah putihnya secara reguler. Para ahli
merekomendaskan penggunaan Clozaril bila paling sedikit 2 dari obat
antipsikotik yang lebih aman tidak berhasil.
b. Terapi Psikososial
1) Terapi perilaku
Teknik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan
ketrampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial,
38
kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis, dan komunikasi
interpersonal. Perilaku adaptif adalah didorong dengan pujian atau
hadiah yang dapat ditebus untuk hal-hal yang diharapkan, seperti hak
istimewa dan pas jalan di rumah sakit. Dengan demikian, frekuensi
perilaku maladaptif atau menyimpang seperti berbicara lantang,
berbicara sendirian di masyarakat, dan postur tubuh aneh dapat
diturunkan.
2) Terapi berorintasi keluarga
Terapi ini sangat berguna karena pasien skizofrenia seringkali
dipulangkan dalam keadaan remisi parsial, keluraga dimana pasien
skizofrenia kembali seringkali mendapatkan manfaat dari terapi
keluarga yang singkat namun intensif (setiap hari). Setelah periode
pemulangan segera, topik penting yang dibahas didalam terapi
keluarga adalah proses pemulihan, khususnya lama dan kecepatannya.
Seringkali, anggota keluarga, di dalam cara yang jelas mendorong
sanak saudaranya yang terkena skizofrenia untuk melakukan aktivitas
teratur terlalu cepat. Rencana yang terlalu optimistik tersebut berasal
dari ketidaktahuan tentang sifat skizofrenia dan dari penyangkalan
tentang keparahan penyakitnya.
Ahli terapi harus membantu keluarga dan pasien mengerti
skizofrenia tanpa menjadi terlalu mengecilkan hati. Sejumlah
penelitian telah menemukan bahwa terapi keluarga adalah efektif
dalam menurunkan relaps. Didalam penelitian terkontrol, penurunan
39
angka relaps adalah dramatik. Angka relaps tahunan tanpa terapi
keluarga sebesar 25-50 % dan 5-10 % dengan terapi keluarga.
3) Terapi kelompok.
Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada
rencana, masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok
mungkin terorientasi secara perilaku, terorientasi secara
psikodinamika atau tilikan, atau suportif. Terapi kelompok efektif
dalam menurunkanisolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan, dan
meningkatkan tes realitas bagi pasien skizofrenia. Kelompok yang
memimpin dengan cara suportif, bukannya dalam cara interpretatif,
tampaknya paling membantu bagi pasien skizofrenia.
4) Psikoterapi individual
Penelitian yang paling baik tentang efek psikoterapi individual
dalam pengobatan skizofrenia telah memberikan data bahwa terapi
akan membantu dan menambah efek terapi farmakologis. Suatu
konsep penting di dalam psikoterapi bagi pasien skizofrenia adalah
perkembangan suatu hubungan terapetik yang dialami pasien sebagai
aman. Pengalaman tersebut dipengaruhi oleh dapat dipercayanya ahli
terapi, jarak emosional antara ahli terapi dan pasien, dan keikhlasan
ahli terapi seperti yang diinterpretasikan oleh pasien.
c. Perawatan di Rumah Sakit
Indikasi utama perawatan rumah sakit adalah untuk tujuan
diagnostik, menstabilkan medikasi, keamanan pasien karena gagasan
40
bunuh diri atau membunuh, prilaku yang sangat kacau termasuk
ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar.
Tujuan utama perawatan di rumah sakit yang harus ditegakkan
adalah ikatan efektif antara pasien dan sistem pendukung masyarakat.
Rehabilitasi dan penyesuaian yang dilakukan pada perawatan rumahsakit
harus direncanakan. Dokter harus juga mengajarkan pasien dan pengasuh
serta keluarga pasien tentang skizofrenia.
Perawatan di rumah sakit menurunkan stres pada pasien dan
membantu mereka menyusun aktivitas harian mereka. Lamanya
perawatan rumah sakit tergantung dari keparahan penyakit pasien dan
tersedianya fasilitas pengobatan rawat jalan. Rencana pengobatan di
rumah sakit harus memiliki orientasi praktis ke arah masalah kehidupan,
perawatan diri, kualitas hidup, pekerjaan, dan hubungan sosial.
Perawatan di rumah sakit harus diarahkan untuk mengikat pasien dengan
fasilitas perawatan termasuk keluarga pasien. Pusat perawatan dan
kunjungan keluarga pasien kadang membantu pasien dalam memperbaiki
kualitas hidup.
Selain penanganan skizofrinia di atas, maka ada salah satu
penanganan untuk skizofrenia yang harus dilakukan, yaitu bimbingan agama
atau bimbingan rohani Islam khususnya kepada penderita skizofrenia dalam
masa penyembuhan agar tidak kambuh lagi, hal ini sesuai dengan apa yang
dikemukakan oleh Hawari dalam Darwanti dkk., Hawari menyatakan,
“Komitmen agama sangat penting dalam pencegahan agar seseorang tidak
41
mudah jatuh sakit, meningkatkan kemampuan seseorang dalam mengatasi
penderitaan ketika ia sedang sakit serta mempercepat penyembuhan selain
terapi medis yang diberikan”.35
Lebih lanjut Darwati dkk., mengutip survei
yang dilakukan oleh majalah Time dan CNN (1996) & USA Weekend
(1996), yang menyatakan bahwa: ”lebih dari 70% pasien percaya bahwa
keimanan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berdoa dan berzikir dapat
membantu proses penyembuhan penyakit, sementara itu lebih dari 64%
pasien menyatakan bahwa hendaknya dokter yang memberikan terapi
psikoreligius, doa, zikir”. Dari survei ini terungkap bahwa sebenarnya
pasien membutuhkan terapi keagamaan selain terapi dengan obat-obatan
dan tindakan medis lainnya.
Gangguan yang sekarang kita kenal sebagai skizofrenia ini marak
diperbincangkan di masyarakat. Namun, banyak dari kita tidak tahu apa
sebenarnya skizofrenia itu. Dalam beberapa kasus, penderita kelainan ini
dianggap kerasukan setan, ditakuti, disiksa, diasingkan atau bahkan
dikurung selamanya.
Seperti kebanyakan gangguan mental lainnya, penyebab skizofrenia
masih belum tersaji secara jelas. Kebanyakan orang membayangkan
penderita skizofrenia sebagai seseorang yang rentan dengan kekerasan atau
sikap tidak terkontrol.
35
Darwanti dkk., Bimbingan Rohani dan Pengaruhnya Terhadap Penurunan Tingkat
Kecemasanpada Ibu Primigravida dengan Persalinan Kala I di RSU Banyumas, (Jurnal
Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 2, No.1, Maret 2007), h.
49.
42
Salah satu jenis yang paling jelas dari kerusakan yang disebabkan oleh
skizofrenia melibatkan bagaimana cara seseorang berpikir. Individu dapat
kehilangan kemampuan berpikirnya secara rasional dalam mengevaluasi
lingkungan dan cara berinteraksi dengan orang lain. Mereka kerap
memercayai hal-hal yang tidak benar, dan mungkin mengalami kesulitan
menerima apa yang mereka lihat sebagai realitas "yang benar".
Skizofrenia lebih sering meliputi halusinasi dan/atau delusi, yang
mencerminkan distorsi dalam persepsi dan interpretasi tentang realitas.
Hampir sepertiga dari mereka yang didiagnosis dengan skizofrenia akan
mencoba bunuh diri. Sekitar 10 persen dari mereka yang didiagnosis dengan
kelainan ini akan bunuh diri dalam waktu 20 tahun dari awal munculnya
gangguan ini.
Pasien skizofrenia tidak mungkin berbagi niat bunuh diri mereka
dengan orang lain. Risiko depresi tentu memerlukan perhatian khusus
karena tingginya tingkat bunuh diri pada pasien dengan kelainan ini. Mereka
juga kerap melakukan hal-hal yang dianggap aneh oleh orang lain.
Misalnya, orang dengan skizofrenia dapat bertindak paranoid seperti
membeli beberapa kunci untuk pintu mereka, selalu melihat ke belakang
setiap kali berjalan di depan umum, dan menolak untuk berbicara di
telepon.
Perilaku ini mungkin dianggap tidak masuk akal dan tidak logis.
Tetapi, bagi mereka yang menderita skizofrenia, perilaku ini mungkin
43
mencerminkan reaksi yang wajar atas keyakinan palsu mereka tentang orang
lain di luar sana yang ingin berbuat jahat pada mereka.
Timbulnya skizofrenia pada kebanyakan muncul secara bertahap yang
umumnya terjadi pada tahap dewasa awal - biasanya di awal 20-an. Kerabat
dan teman sudah dapat melihat tanda-tanda peringatan dini jauh sebelum
gejala utama skizofrenia terjadi pada pasien. Selama fase awal, seseorang
mungkin terlihat tak memiliki tujuan hidup, menjadi semakin eksentrik dan
tidak termotivasi. Mereka akan mengisolasi diri dan mulai menghindari
keluarga dan teman-teman mereka.
Berikut adalah tanda-tanda yang menunjukkan seseorang mengalami
skizofrenia, seperti dilansir psychcentral.com.
1. Mengisolasi diri atau menarik diri dari pergaulan sosial
2. Irasional, mengatakan atau meyakini sesuatu yang aneh atau ganjil
3. Peningkatan paranoia atau mempertanyakan motivasi orang lain
4. Mudahemosi
5. Permusuhan atau kecurigaan
6. Peningkatan ketergantungan pada obat-obatan atau alkohol (dalam
upaya untuk mengobati diri)
7. Kurangnya motivasi
8. Berbicara dengan cara yang aneh tidak seperti diri mereka sendiri
9. Sering tertawa pada waktu yang tidak tepat
10. Insomnia atau susah tidur
44
11. Penurunan dalam penampilan pribadi dan kebersihan.
Meskipun tidak ada jaminan bahwa seseorang yang mengalami satu
atau lebih gejala-gejala di atas menderita skizofrenia, sebelas tanda di
atas bisa menjadi acuan untuk mengenali apakah ada gangguan yang
diderita seseorang.
45
BAB III
GAMBARAN UMUM PANTI SOSIAL BINA LARAS HARAPAN
SENTOSA I- CENGKARENG
A. Sejarah berdirinya
Panti sosial bina laras harapan sentosa I-Cengkareng ini adalah salah satu
tempat pelayanan bagi pasien gangguan jiwa, dari kepercayaan masyarakat
atau keluarga pasien yang menitipkan keluarganya yang menderita sakit jiwa
dan terlantar, dari hasil operasi K3 (Kebersihan, Ketertiban, dan Keindahan)
dan siskamling (Sistem keamanan lingkungan) di wilayah Jakarta, sehingga
awalnya tertampung pasien sakit jiwa sebanyak 50 orang. Banyak pasien yang
sembuh normal dan keberfungsian sosialnya kembali di masyarakat seperti
dapat bekerja dan berkempul dengan keluarganya. Dari peristiwa tersebut
tersebarlah dari mulut ke mulut sehingga bertambahlah jumlah pasien sakit
jiwa di Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa I-Cengkareng, bahkan ada
yang dari luar daerah Jakarta.
Didirikan pertama kali pada tahun 1972 sesuaiSK.Gubernur
No.CA.6/I/B/1972 dan berubah nama menjadi Panti Sosial Bina Laras
Harapan Sentosa 1 melalui SK.Gubernur No.736/1996 yang diselenPggarakan
untuk menampung dan menangani penyandang psikotik terlantar yang ada di
DKI Jakarta yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun.
Pada tahun 2002, panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 1 menjadi Unit
Pelaksana Teknis(UPT) Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial
mengacu pada SK.Gubernur No.163/2002.
46
Dengan adanya perubahan struktur organisasi di lingkungan Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta, maka Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 1
melalui SK.Gubernur No.125/2010 menjadi UPT dari Dinas Sosial Provinsi
DKI Jakarta.
Berdasarkan peraturan Gubernur No.300 tahun 2014 menjadi
pembentukan organisasi dan tata kerja Panti Sosial Bina Laras Harapan
Sentosa 1.
B. Visi dan Misi
Visi :
Terentasnya para penyandang masalah psikotik terlantar Provinsi DKI Jakarta
dalam kehidupan yang layak,normatif dan manusiawi.
Misi:
1. Memberikan bimbingan fisik, mental, sosial, dan ketrampilan bagi Warga
Binaan Sosial (WBS) di Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa I-
Cengkareng.
2. Meningkatkan peran keluarga dan masyarakat untuk mendukung program
di Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa I-Cengkareng.
3. Menyelenggarakan penyaluran dan pembinaan lanjut di Panti Sosial Bina
Laras Harapan Sentosa I-Cengkareng.
4. Menjalin kerjasama lintas sektor dalam memberikan pelayanan terhadap
Warga Binaan Sosial (WBS) di Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa
I-Cengkareng.
47
Setelah mempunyai lahan tanah seluas 8.595 M2 dan luas bangunan 5.058
M2 di Jl. Kemuning raya No. 17 Cengkareng Jakarta Barat Telp/Fax : (021)
5401773. Maka di bangunlah sebuah panti dengan kondisi sederhana sebagai
tempat istirahat pasien yang ditampung, dirawat, diobati, serta direhabilitasi.
Pasien yang dirawat di Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa I-Cengkareng
berjumlah 750 Orang dan sumber daya manusia di Panti Sosial Bina Laras
Harapan Sentosa I-Cengkareng berjumlah 42 Orang PHL dan 18 Orang PNS
Tabel I.
Struktur Organisasi
Sumber : Hasil dari pengambilan data dokumentasi di Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa I-
Cengkareng, Tanggal 4 September 2017
KEPALA PANTI
Drs. H. Irpan Jauhari. M.Si
Ka Sub bag TU
Dra. Hj. Arlina Meyrani
Satpel Pembinan Satpel Pelayanan
Dra. Misliati
Sub Kelompok Jabatan
Fungsional
48
C. Kegiatan di Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa I-Cengkareng
1) Perawatan dan Pemeliharaan Kesehatan.
2) Bimbingan Sosial, Fisik, Mental, Spiritual, Psikososial dan Kesenian
Warga Binaan Sosial (WBS) di Panti Sosial Bina Laras Harapan
Sentosa I-Cengkareng.
3) Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) di Panti Sosial Bina Laras Harapan
Sentosa I-Cengkareng.
Kendala yang ada di Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa I-Cengkareng :
1) Untuk rehab selanjutnya harus di rencanakan lebih baik tidak hanya
barak/sel saja tetapi kamar/ruang khusus/isolasi yang di peruntukan pasien
TBC.
2) Berobat ke rumah sakit dengan menggunakan kartu BPJS tetapi bagi
pasien yang belum mempunyai kartu BPJS kendala bagi panti untuk
melakukan pelayanan ke rumah sakit.
3) Dalam renovasi gedung prioritaskan untuk pembuangan limbah dengan
skala besar.
D. Tugas Pokok dan Fungsi Panti sosial Bina Laras Harapan Sentosa I-
Cengkareng
1. Tugas Pokok Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa I-Cengkareng.
Menyelenggarakan kegiatan rehabilitasi sosial penyandang cacat psikotik
terlantar.
2. Fungsi Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa I-Cengkareng.
49
a) Pelaksanaan pendekatan awal meliputi penjangkauan, observasi,
identifikasi motivasi dan seleksi.
b) Pelaksanaan penerimaan meliputi registrasi, persyaratan, administrasi dan
penempatandalamPanti.
c) Pelaksanaan perawatan dan pemeliharaan fisik dan kesehatan.
d) Pelaksanaan asesmen meliputi penelahaan, pengungkapan dan pemahaman
masalah potensi.
e) Pelaksanaan pembinaan fisik, bimbingan mental, sosial dan pelatihan
keterampilan.
f) Pelaksanaan resosialisasi meliputi praktik belajar kerja, reintegrasi dengan
lingkungan kehidupan dalam keluarga dan masyarakat.
g) Pelaksanaan penyaluran dan rujukan ke lembaga sosial lain.
h) Pelaksanaan bimbingan lanjut meliputi monitoring, konsultasi, asistensi,
pemantapan dan terminasi.
E. Program Kegiatan Harian di Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa I-
Cengkareng
Tabel II.
Hari Pukul Kegiatan Keterangan
Senin
s/d
Sabtu
06.00-
00.07
Mandi, gosok gigi, dan
berpakaian
Musik pilihan mulai
diperdengarkan
Kegiatan OR berjalan
Pendamping 30 orang
Pendamping olahraga
30 orang
10 WBS perkelompok
Durasi Kegiatan
Mandi dan berpakaian
15 menit
Bagi WBS yang telah
selesai melakukan
kegiatan di atas dapat
50
mengikuti olahraga
berjalan
07.30-
08.15
Makan pagi Idem prinsip kegiatan
diatas
08.15-
08.45
WBS minum obat Pendamping Petugas
08.45-
12.00
Memperkenalkan diri
Pemeriksaan Oleh Dokter
Umum (paralel)
Bimbingan Rohani
Pendamping 30 orang
10 WBS perkelompok
Durasi kegiatan 45
menit
12.00-
12.30
Makan siang Idem prinsip kegiatan
diatas
12.30-
14.00
Hiburan untuk WBS
(Nonton TV)
Potong
kuku,rambut,membersihka
n telinga
Olahraga ringan (Berjalan)
Dapat berlangsung
paralel
Dibantu atau dilakukan
Pendamping
14.30-
16.00
Kegiatanbernyanyi,menari,me
nggambar kecuali WBS yang
tidak mampu mengikuti
kegiatan maka WBS tersebut
dapat mengikuti kegiatan
dengan pasif
Tidak diperkenankan
memaksa WBS
melakukan kegiatan
yang tidak sesuai,
sesuai dengan
ketertarikannya.
16.00-
16.30
Mandi sore Idem prinsip kegiatan
diatas
16.30-
17.00
Makan sore
WBS Minum Obat
Idem prinsip kegiatan
diatas
17.00- WBS Istirahat dan Tidur Musik 17.00-22.00
51
18.00 (ganti musik pilihan)
Minggu 06.00-
07.00
Mandi, gosok gigi, dan
berpakaian
Musik pilihan mulai
diperdengarkan
Kegiatan OR berjalan
Pendamping 30 orang
Pendamping olahraga
30 orang
10 WBS perkelompok
Durasi Kegiatan
Mandi dan berpakaian
15 menit
Bagi WBS yang telah
selesai melakukan
kegiatan di atas dapat
mengikuti olahraga
berjalan
07.30-
08.15
Makan pagi Idem prinsip kegiatan
diatas
08.15-
08.45
WBS minum obat Pendamping Petugas
08.45-
12.00
Istirahat santai, nonton,
mendengarkan lantunan
ayat-ayat Al-Qur‟an dan
lagu lainnya
Acara bebas
(Pengawasan)
12.00-
12.30
Makan siang Idem prinsip kegiatan
diatas
12.30-
14.00
Hiburan untuk WBS
(Nonton TV) dan Olahraga
ringan (Berjalan)
Pendamping Petugas
14.30-
16.00
Kegiatan
bernyanyi,menari,menggambar
kecuali WBS yang tidak
mampu mengikuti kegiatan
maka WBS tersebut dapat
mengikuti kegiatan dengan
pasif
Tidak diperkenankan
memaksa WBS
melakukan kegiatan
yang tidak sesuai,
sesuai dengan
ketertarikannya.
52
16.00-
16.30
Mandi sore Idem prinsip kegiatan
diatas
16.30-
17.00
Makan sore
WBS minum obat Idem prinsip kegiatan
diatas
17.00-
18.00
WBS Istirahat dan
Tidur (ganti musik
pilihan)
Musik 17.00-22.00
Kegiatan pembinaan di Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa I-
Cengkareng ialah :
1. Pembinaan yang melalui faktor pendekatan adanya sosialisasi berupa
karakteristik yang akan ditonjolkan oleh pasien untuk kepada pembimbig.
Agar pembimbing mampu merawat pasien dengan layanan intensif yang
bersifat mampu memberikan pengertian-pengertian yang tinggi dengan
cara melawan arus (mengikuti maunya pasien) dan dapat menegaskan hal
positifnya kepada pasien itu sendiri.
2. Pembinaan kesadaran beragama bagi pasien dengan cara :
a) Belajar membaca Al-Qur‟an.
b) Membentuk manusia yang utuh dalam melaksanakan, mengamalkan
dan mampu mempelajari perintah agama Islam.
c) Mempelajari tata cara sopan santun saling menghormati dan saling
menghargai antar pasien yang lain.
d) Membina kesadaran agar mampu sopan santun saling melindungi bagi
pasien dan untuk pasien lainnya.
53
F. Sarana dan Prasarana
Di Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa I-Cengkareng memiliki sarana
da prasarana berupa :
1. Bentuk bangunan dengan luas tanah berkisar 8.595 M2 yang terdiri dari :
a) Bangunan untuk kegiatan Yayasan.
b) Rumah Dinas bagi pembimbing sebanyak 10 unit bangunan.
c) Lahan untuk sarana berolah raga maupun upacara bendera.
2. Bangunan-bangunan yang terdiri dari :
a) Bangunan perkantoran sebanyak 1 Gedung.
b) 6 Wisma diperuntukan :
1) Wisma cendrawasih, wisma elang, wisma kenari : Untuk pasien
pria.
2) Wisma mawar, wisma melati, wisma anggrek : Untuk pasien
wanita.
c) 8 MCK berupa :
1) 4 MCK : Untuk petugas.
2) 4 MCK : Untuk pasien.
3. Bangunan-bangunan lainnya seperti : Dapur, musholah, gudang yang
meliputi:
a) Penerangan : Listrrik dan PLN.
54
b) Air : Air PAM dn Pompa Listrik
c) Peralatan Lainnya : Administrasi Kantor, Peralatan pada perawatan,
dan kebersihan lingkungan, jalan yang sudah diaspal, beserta
keamanan lainnya.
4. Beberapa Kendaraan yang ada di Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa
I-Cengkareng :
a) 5 Unit mobil berupa :
1) 1 Unit mobil ambulans : Untuk pasien yang meninggal atau
kebutuhan warga sekitar.
2) 2 Unit mobil untuk Tim Buser (Buru Sergap) sebagai mobil
jemputan bagi pasien.
3) 1 Unit mobil dinas untuk pengurus.
4) 1 Unit mobil bak untuk sarana pembelanjaan.
b) Kendaraan bermotor bagi tiap pembimbing panti diperuntukan untuk
mengejar pasien yang berada di jalanan dan mencari pasien hilang.
G. Kedudukan Lembaga dengan Pelayanan Kesejahteraan Sosial Lain
Dalam melaksanakan semua kegiatan di Panti Sosial Bina Laras Harapan
Sentosa I-Cengkareng saat ini belum bekerjasama dengan lembaga pelayanan
kesejahteraan sosial lainnya., hal ini disebabkan tidak adanya aksi timbal balik
antara kedua belah pihak, dan sedikitnya lembaga sosial yang bergerak dibidang
kejiwaan. Namun Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa I-Cengkareng tidak
lepas dari kerjasama instasi-instasi berbagai bidang, antara lain :
55
1. Dinas Sosial Provinsi.
2. Dinas Kesehatan.
3. Polisi Pamong Praja.
4. Kepolisian.
H. Kondisi Penderita Skizofrenia
Proses awal masuknya pasien di Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa I-
Cengkareng dilakukan melalui tahapan identifikasi tingkah laku, sikap dan sifat,
karakteristik (pasif, aktif, hiperaktif dan non hiperaktif). Proses terbentuknya
gangguan jiwa pada setiap penderita dapat dibedakan menjadi lima, yakni :
1) Faktor kebiasaan,
2) Faktor emosional,
3) Halusinasi waham,
4) Imajinasi,
5) Keputusasaan (jiwa akut sulit disembuhkan).
Penderita gangguan jiwa di Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa I-
Cengkareng rata-rata merupkan penderita skizofrenia, yakni hampir setengah dari
pasien penderita skizofrenia. Faktor utma dari pasien penderita skizofrenia ialah
penderita narkotika (narcotics) yakni zat-zat yang dapat mengakibatkan
ketidaksadaran atau pembiusan dikarenakan zat-zat tersebut bekerja
mempengaruhi susunan pusat saraf. Istilah narkotika biasanya digunakan untuk
56
obat adiktif yang memliki kemampuan rasa sakit dan menyebabkan tidur, hal ini
yang membuat setiap orang yang menggunakan akan mengalami kecanduan.
Dimana telah diketahui bahwasanya narkotika sangat berbahaya untuk
dikonsumsi bagi tubuh. Karena banyak penderita skizofrenia yang rata-rata
mengkonsumsi narkotika dan akhirnya mengalami gangguan mental dan perilaku,
sebagai akibat dari kerusakan sistem saraf yang tidak seimbang pada sel-sel saraf
pusat di otak.
Ada pula penyimpulan bahwa penderita skizofrenia terjadi karena adanya
pandangan dari penyesuaian diri, yaitu karena ketidakmampuan dalam
menghadapi kesukaran hidup, tidak mampu dalam menyesuaikan diri sedemikian
rupa, sehingga penderita sering sekali menemui suatu kegagalan di dalam
kehidupannya. Kebanyak penderita skizofrenia terjadi setelah menghadapi suatu
peristiwa yang menekan, dan berakibat muncullah penyakit yang sudah terdapat
secara sembunyi did alam diri penderita tersebut.
Dalam perkembangan penyakit skizofrenia sangatlah lamban, mungkin
dalam beberapa bulan atau beberapa tahun barulah menunjukan adanya suatu
gejala-gejala yang cukup ringan, dan bertitik pada suatu gejala yang sangat hebat.
Pada pendekatan biologis perkembangan tidak berlangsung spontan, melainkan
harus dimengerti senagai pemekaran yang ditentukan secara biologis yang tidak
dapat berubah lagi. Pendekatan kerohanian menjelaskan pada sisi psikis manusia
yang sebenarnya sulit untuk dipahami karena menggunakan penekanan pada rasa.
57
Dan setiap tingkah laku adalah hasil pertemuan antara faktor pribadi dan
lingkupan.36
36
Pipit. Ka. Perawat. Wawancara pribadi, Jakarta 9 Oktober 2017.
58
BAB IV
TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS PENELITIAN
A. Pelakasanaan Pembinaan Rohani Islam di Panti Sosial Bina Laras
Harapan Sentosa I-Cengkareng
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti
mendeskripsikan pelaksanaan pembinaan rohani Islam, melalui hasil
wawancara kepada pembimbing dan staf di Panti Sosial Bina Laras
Harapan Sentosa I-Cengkareng. Adapun pelaksanaan pembinaan rohani
Islam tersebut, yaitu :
1. Pembimbing
Pembimbing merupakan faktor yang sangat berpengaruh atas apa
yang menjadi tujuan dari pembinaan rohani Islam yang dilakukan. Dengan
adanya pembimbing yang dapat dimengerti dan memahami pasien, maka
pesan yang disampaikan akan lebih cepat di terima pasien dan efektif
waktu yang digunakan pada pelaksanaan pembinaan rohani Islam.
Pembimbing yang mengikuti pelaksanaan pembinaan rohani Islam
di Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa I-Cengkareng ada 3 orang,
yakni :
a. Bapak haryono, S.Sos, usia 34 tahun dengan jabatan Staf
Bimbingan dan Penyaluran di Panti Sosial Bina Laras Harapan
Sentosa I-Cengkareng. Bapak haryono lahir di Lampung pada
59
tanggal 20 Agustus 1983, alamat beliau sekarang berada di Kp.
Rawa lele Rt. 003 Rw. 10. Beliau alumni Fisip di Universitas
Mustopo Jurusan Administrasi Negara lulus pada tahun 2010.
Bapak haryono pernah menjadi seorang guru agama di salah satu
Sekolah Menengah Pertama di Kalideres, saat beliau menjadi guru
SMP mengajar pelajaran agama yang telah dikuasain beliau
sangatlah berkesan ucap beliau saat peneliti mewawancarainya.
Lambat laun beliau menjadi seorang PNS dan bekerja di Panti
Sosial Bina Laras Harapan Sentosa I-Cengkareng dari 2008 hingga
saat ini.
b. Bu Pipit, usia 25 tahun dengan jabatan Sie.Perawatan di Panti
Sosial Bina Laras Harapan Sentosa I-Cengkareng. Beliau lahir 24
April 1992 di Pondok Cabe Jakarta selatan, pendidikan akhir beliau
hanya sampai SMA tapi pengalaman beliau sangat banyak merawat
serta mengurus pasien-pasien di Panti Sosial Bina Laras Harapan
Sentosa I-Cengkareng. Beliau bekerja di PSBL Harapan Sentosa I-
Cengkareng dari tahun 2008 hingga saat ini beliau bekerja sebagai
sie.perawat
c. Bapak Joni, usia 35 tahun dengan jabatan Staf Bimbingan dan
Penyaluran di Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa I-
Cengkareng. Beliau lahir di Papua pada tanggal 13 Februari 1982,
bapak joni tinggal di rumah dinas Panti Sosial Bina Laras Harapan
Sentosa I-Cengkareng. Pendidikan akhir beliau SMA pernah
60
menjadi guru agama di salah satu sekolah dasar di Jakarta pada
tahun 2007, bapak joni yang sering dipanggil “Bang Jon”
merupakan seorang yang ditakuti di Panti, dengan wajah yang
sangar dan galak akan tetapi sangat peduli dan perhatian terhadap
pasien-pasien di Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa I-
Cengkareng.
2. Metode dan Teknik Bimbingan Kelompok.
Metode dan Teknik Bimbingan Kelompok yang dilakukan pasien
skizofrenia secara berkelompok, Tekniknya yaitu dengan cara :Teknik Pemberian
Informasi, sering disebut juga dengan metode ceramah yaitu pemberian
penjelasan seseorang pembicara kepada sekelompok pendengar. Bisa juga
diberikan secara tertulis misal pada papan bimbingan, rekaman, video, film.
3. Materi
Adapun materi-materi dalam pembinaan rohani Islam mempunyai tiga
tahapan yaitu : tahapan permulaan, tahapan menengah, dan tahapan akhir.
Penjelasan dari materi-materi tersebut adalah :
a. pada proses awal tahapan permulaan, mencakup Fiqih Ibadah. Dimana
pasien mengenali materi:
a) Sholat, sebagaimana yang telah diketahui bahwa sholat dapat
menimbulkan kesadaran penuh tentang identitas diri yang berperan
sebagai sikap mental yang sehat.
b) Membimbing bacaan Shalawat dan Dzikir, selesai kegiatan Shalat.
Beberapa manfaat Dzikir bagi kesehatan jiwa adalah:
1. Menjaga alam kejiwaan dari hal-hal negatif.
61
2. Perjanjian kepada Allah untuk menjaga dan mengakui
keberadaannya di dalam hati hamba-hambaNya.
3. Menjadikan hati senantiasa taat kepadaNya.
4. Sugesti diri agar menjadi lebih mempercayai diri sendiri.
5. Menanamkan rasa rendah hati.
c) Do‟a, Pasien yang sakit memerlukan dorongan mental. Hal ini
adalah sisi kebutuhan lain yang tidak boleh diabaikan. Dengan
mengutip pendapat Profesor al-Amiri, mengajukan teori pengaruh
sebagai berikut:
1) Fisik dapat mempengaruhi fisik (obat terhadap tubuh)
2) Fisik dapat mempengaruhi non-fisik (obat psikotropika
terhadap jiwa)
3) Non-fisik dapat mempengaruhi fisik (Do‟a terhadap Allah)
4) Non-fisik dapat mempengaruhi non-fisik (Do‟a terhadap
sihir).37
d) Tafakkur, memikirkan segalanya tentang kebesaran Allah.
Sangatlah efektif di dalam mengatasi gangguan
psikologis.Tadabbur Qur‟an pemahaman makna ayat-ayat Al-
Qur‟an. Sebagai contoh: Membacakan tiga ayat dengan
pemahaman artinya.
37
Arifin, Isep Zainal. Bimbingan Penyuluhan Islam. (Jakarta:Rajawali Press 2009), h.65
62
b. Proses Menengah: Tahapan kesungguhan. Meteri yang digunakan:
Mengenal hukum-hukum Islamsecara dasar, proses dari tahap
bersih dari sifat-sifatnya tercela dan maksiat. Pasien dengan
kesungguhannya dapat mengisi diri dengan perilaku mulia yang di
munculkan dari proses pada tahap awal.
Tahapan ini dilakukan pada saat menjelang proses bimbingan
berakhir. Caranya disini mengkaji bersama dengan pasien tentang apa
saja yang telah dipelajari selama bimbingan Islam berlangsung. Dan
apa saja yang telah pasien ketahui yang akan diterapkan di dalam
kehidupannya nanti. Apakah semua yang telah dipelajari ini akan
diterapkan ke dalam perilakunya sehari-hari dan hal ini perlu adanya
diskusi dengan pasien lebih lanjut. Hal ini penting dilakukan karena
proses dalam bimbingan Islam yang telah disetujui bersama pasien
dengan jelas telah terpenuhi dan tercapai.
c. Proses akhir ini materi yang digunakan ialah Pelaksanaan kegiatan
Rohani Islam.
Dimana pada proses akhir tahap ini pasien merasakan
kesembuhannya. Karena pada tahapan ini pasien bukan hanya
menjalan perintah Allah dan menjauhi laranganNya saja, akan tetapi
mampu merasakan kenikmatan, kedekatan, kerinduan bahkan
kebersamaan dengan Allah menunjukkan penawar bagi hambaNya
yang terus meminta dan berusaha keras padaNya. Surat An-Naml:62
63
Artinya : Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang
dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang
menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia)
sebagai khalifah di bumi[1104]? apakah disamping Allah ada Tuhan
(yang lain)? amat sedikitlah kamu mengingati(Nya).
Proses dapat berakhir jika tujuannya telah tercapai, akan tetapi
dapat pula berakhir jika pasien tidak dapat melanjutkan poses tersebut.
Demikian pula seorang pembimbing dapat mengakhiri proses
bimbingannya. Dengan mengakhiri proses bimbingan Islam bahwa pasien
harus diberitahukan terlebih dahulu. Hal ini penting karena pasien setelah
ini akan menghadapi lingkungan yang baru secara sendiri tanpa ada
seorang pembimbing pun. Ndan ketergantungannya pada pembimbing saat
ini harus segera dihilangkan dengancara menumbuhkan kemandirian
pasien. Untuk itu semuanya perlu dipersiapkan secara baik, dan teliti jauh
sebelumnya. Seperti yang tercantum didalam Al-Qur‟an pada surat
Thaha:25-28,
Artinya: Berkata Musa: "Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku,
Dan mudahkanlah untukku urusanku, Dan lepaskanlah kekakuan dari
lidahku, Supaya mereka mengerti perkataanku.
64
Untuk mengakhiri Proses Bimbingan Islam pada pasien,
pembimbing menekankan kepada pasien bahwa pasien harus
mempertahankan proses kehidupan yang Islami secara sehat. Dengan
pembentukan yang Islami inilah secara berulang-ulang sehingga
perilakunya akan jauh lebih baik atau sehat (Akhlakul Karimah yang
terbentuk) bila dibandingkan pada dirinya di waktu yang lalu.
3. Waktu Pelaksanaan Bimbingan Islam
Waktu yang dilaksanakan dalam kegiatan bimbingan Islam selama
penulis melakukan penelitian adalah seminggu sekali dari jadwal yang
ditentukan.
Selain itu pihak Panti juga selalu melaksanakan kegiatan mingguan
dengan cara menghibur hati pasien yaitu adanya hadroh, yang dimainkan
atau dilakukan oleh para pasien di Panti. Bukan hanya itu saja di Panti
Bina Laras Harapan Sentosa I-Cengkareng ini melaksanakan acara
tahunan yaitu memperingati hari-hari Besar Islam seperti Maulid Nabi
Muhammad SAW, Isra‟ Mi‟raj, I Muharram dan Bulan Ramadhan.
A. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Proses Bimbingan
Islam.
1. FaktorPendukung Dalam Proses Bimbingan Islam secara umum yaitu:
a) Adanya kemauan pada pasien didalam proses bimbingan rohani Islam
itu sendiri.
65
b) Mampu untuk menunjukkan pada masyarakat banyak bahwa mantan
pasien sakit jiwa bisa untuk sembuh, mampu untuk beradaptasi
kembali pada lingkungan, dan mampu untuk berkarya, berhak untuk
mendapatkan kehidupan yang layak seperti semula.38
2. Faktor Penghambat dalam proses Bimbingan Islam.
a) Minimnya sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Panti Bina Laras
untuk proses bimbingan rohani Islam.
b) Kurangnya perhatian warga sekitar pada pasien-pasien skizofrenia
(sakit jiwa).
c) Warga (masyarakat sekitar) masih berpandang rendah terhadap pasien
sakit jiwa lainnya, dan pengurus panti.
d) Sering terjadinya deskriminasi antar warga dengan pihak Panti.
e) Adanya sarana dan prasarana yang sering rusak dan hilang.
f) Kurang tebanaga kerja yang handal dan profesional didalam proses
bimbingan rohani Islam.
38
Bpk. Haryono.S.Sos, Staf. Bimbingan dan Penyaluran. Wawancara Pribadi, Cengkareng : 07 Agustus 2017.
65
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di dalam Proses Bimbingan Rohani Islam Pada
Penderita Skizofrenia Di Panti Bina Laras Harapan Sentosa I-Cengkareng, telah
dapat disimpulkan bahwa:
a. Upaya yang dilakukan pembimbing untuk mengarahkan pasien dalam
proses Bimbingan Islam Pada Penderita Skizofrenia di Panti Bina Laras
Harapan Sentosa I-Cengkareng, bermanfaat dalam pemberian bantuan,
membimbing, dan mengobati agar dapat mengembalikannya menjadi
warga masyarakat yang berguna dan dapat hidup berdampingan secara
wajar sebagai makhluk sosial lainnya.
b. Indikasinya dapat terlihat dari cara perubahan hidup dari kurang baik
menjadi baik yang dialami oleh pasien selama berada di Panti Bina Laras
Harapan Sentosa I-Cengkareng. Pasien belajar hidup tertib dan teratur
dalam makan, mandi, beribadah sesuai jadwal yang diberlakukan di Panti.
Metode yang dilakukan adalah metode direktif (yang bersifat
mengarahkan pada pasien) dalam pembelajarannya tersebut, ke dalam pola
hidup pasien dan sesuai dengan pola hidup dalam Islam.
c. Metode yang digunakan pembimbing dalam Proses Bimbingan Rohani
Islam di Panti Bina Laras Harapan Sentosa I-Cengkareng ialah
membimbing pasien dengan bimbingan kelompok (group guidance) dalam
kesehariannya. Dimana hal ini dapat membantu pasien skizofrenia
66
mempelajari strategi untuk meningkatkan relasi dengan orang lain.
Melalui pendekatan ini pasien juga dibantu untuk menghadapi konflik-
konflik dalam dirinya dan masalah-masalah lain yang menghambat
perkembangannya.
d. Bimbingan adalah proses bantuan terhadap individu yang
membutuhkannya. Bantuan tersebut diberikan secara bertujuan, berencana
dan sistematis, tanpa paksaan melainkan atas kesadaran individu tersebut,
sehubungan dengan masalahnya. Dengan ini peran pembimbing sangatlah
penting untuk pasien diPanti Bina Laras Harapan Sentosa I-Cengkareng.
B. Saran
Tanpa mengurangi rasa hormat saya atas kerja keras yang dilakukan
pihak Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa I-Cengkareng serta
keterbatasan yang dimiliki peneliti sebagai manusia biasa yang tidak luput dari
salah, dibawah ini akan ada saran yang mudah-mudahan akan bermanfaat
untuk memberikan masukan bagi kinerja Panti dan efektivitas kegiatan
pemberdayaan manusi di dalamnya, yang telah berjalan selama ini ada
baiknya dengan berupa saran berikut ini:
a) Bagi Panti, khususnya di dalam proses bimbingan agama (yang beragama
Islam) perlu diperhatikan kembali dengan dilengkapinya sarana dan
prasarana bagi fasilitas pembimbing di dalam proses bimbingan rohani
Islam guna menumbuhkan dan membangun kembali mental Islami pada
pasien.
67
b) Untuk para staf/pembimbing rohani Islam diharapkan dapat menjadi
pembimbing yang lebih profesional bagi pasien di Panti Sosial Bina Laras
Harapan Sentosa I-Cengkareng dan selalu mencotohkan akhlakul karimah
agar para pasien memiliki akhlak walaupun dengan keterbatasan mental
mereka.
c) Dengan bertambahnya pasien masuk ke Panti Sosial Bina Laras Harapan
Sentosa I-Cengkareng, maka perlu ditambahkannya tenaga-tenaga
pembimbing yang terlatih dan profesional di dalam bidangnya seperti
psikolog. Agar dalam proses bimbingan Islam dapat lebih mengkondisikan
dan menyesuaikan sesuai dengan kapasitas jumlah pasien dan
pembimbingnya.
d) Dalam kegiatan bimbingan rohani diharapkan dilakukan secara lebih
mendalam lagi. Maksudnya, dari segi jumlah pasien yang sangat banyak
seharusnya tidak dijadikan satu ruangan karena tingkat pemahaman dan
kesembuhan pasien berbeda-beda. Selain itu proses kegiatan bimbingan
rohani juga menjadi kurang efektif karena menjadi kesulitan dalam
penyampaian materi.
e) Bagi masyarakat yang sekarang ini diharapkan dapat menciptakan pola
hidup yang seimbang dengan ukuran kemampuannya supaya tidak terjadi
kelebihan batas dalam bertingkah laku. Hal ini untuk mengatasi dan
membentengi diri dari hal-hal yang hanya berbau duniawi saja. Sehingga
manusia tetap berpegang teguh pada iman dan selalu beribadah kepada
68
Allah SWT. Dengan demikian manusia akan jauh dari goncangan jiwa dan
gangguan jiwa.
DAFTAR PUSTAKA
Amelia, dan Anwar,Z. 2013. Relaps pada Pasien Skizofrenia, (Jurnal Ilmiah Psikologi
Terapan (JIPT), Vol. 01, No, 01, Januari 2013.
Amin, Samsul Munir. 2009. Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah
Ariela, Vindy. Manifestasi Klinis dan Kriteria Diagnisis Skizofrenia. (http://
www.scribd.com/doc/ 93395646/ Manifestasi -Klinis- Dan- Kriteria- Diagnosis-
Skizofrenia #scribd, diakses pada 13 April 2015.
Arif, IS. 2006. Skizofrenia Memahami Dinamika Keluarga Pasien. Bandung: PT. Refika
Aditama.
Arifin, Isep Zainal. 2009. Bimbingan Penyuluhan Islam. Jakarta: Rajawali Press
Baihaqi, MIF. 2005. Psikiatri. Bandung: PT. Refika Aditama.
Dahlan, Abdul Choliq. 2009. Bimbingan dan Konseling Islam. Yogyakarta: Pura Pustaka
Daradjat, Zakiah. 1985. Pembinaan Jiwa Mental. Jakarta: Bulan Bintang.
Darwanti dkk. 2007.Bimbingan Rohani dan Pengaruhnya Terhadap Penurunan Tingkat
Kecemasan pada Ibu Primigravida dengan Persalinan Kala I di RSU Banyumas,
(Jurnal Keperawatan Soedirman Volume 2, No.1, Maret 2007.
DirJen PMPTK DEPDIKNAS. 2008. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta:
DEPDIKNAS.
Erlina, dkk. 2010.Determinan Terhadap Timbulnya Skizofrenia pada Pasien Rawat Jalan di
Rumah Sakit Jiwa Prof. HB Saanin Padang Sumatera Barat. Berita Kedokteran
Masyarakat, Vol. 26, No. 2, Juni 2010.
Fadli, S.M.,dan Mitra. 2013.Pengetahuan dan Ekspresi Keluarga serta Frekuensi
Kekambuhan Penderita Skizofrenia.Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional
Vol. 7, No. 10, Mei 2013.
Hamidi. 2010. Metode Penelitian Kualitatif, Pendekatan Praktis Penulis Proposal dan
Laporan Penelitian. Malang: UMM Press.
Hardian,Novi. 2003.Super Mentoring Panduan Islam untuk Remaja. Bandung: PT. Syaamil
Cipta Media.
Hawari, Dadang. 1996. Al-Qur’an: Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. Jakarta :
Dana Bhakti Prima, cet. Ke-11.
Hidayat, Bahril. 2007. Aku Tahu Aku Gila. Jakarta: Studia Press.
Irwan, M. dkk. 2008.Penatalaksanaan Skizofrenia.Riau: Faculty of Medicine–University of
Riau dan RSJ Tampan Pekanbaru Riau, 2008.
Jarut, Y.M. 2013. Tinjauan Penggunaan Antipsikotik Pada Pengobatan Skizofrenia Di
Rumah Sakit Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado Periode Januari 2013-Maret 2013.
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 2 No. 03 Agustus 2013.
Jiwo,Tirto.Mengenal Schizophrenia (Materi ini Merupakan Salah Satu Bahan Kuliah Online
Gratis bagi Anggota Keluarga, Relawan Kesehatan Jiwa dan Perawat
Pendamping).http://tirtojiwo.org/wp-content/uploads /2012/06 /kuliah-
schizophrenia.pdf,diakses pada 13 April 2015.
Kholifah, E.N., dan Albarr,R. 2012.Bimbingan Konseling Islam dalam Meningk.atkan
Islamic Enterpreneurship pada Mahasiswa yang Bekerja di IAIN Sunan Ampel
Surabaya.(Jurnal Bimbingan dan Konseling Islam, Vol. 02, No. 01, 2012.
Kusnandi, Edi. 2014. Pola Bimbingan Konseling Agama Islam pada Pasien Rawat Inap di
Rumah Sakit Jiwa Jambi. Media Akademika, Vol. 29. No.1, Januari 2014.
Lembaga Kajian Manhaj Tarbiyah. 2009.Modul Tarbiyah Islamiah.Jakarta: Robbani Press.
Prayitno dan Amti,E. 2004.Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.
Pusat Perbukuan Depdiknas. 2008.Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Putri, P.K., dan Ambarini, T.K. 2012.Makna Hidup Penderita Skizofrenia Pasca Rawat Inap.
Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental, Vol. 1 No. 02, Juni 2012.
Rochman, K.L. 2009. Terapi Penyakit Hati Menurut Ibnu Taimiyah dalam Perspektif
Bimbingan Konseling Islam. Jurnal Dakwah dan Komunikasi (KOMUNIKA) Vol. 3,
No. 2, Juli-Desember 2009.
Sabiq,Sayyid. 2008. Aqidah Islamiyah. Jakarta: Robbani Press.
Sudrajat,Ajat. 2011.Kedudukan Ruh dalam Pembentukan Karakter Manusia. Makalah
pendamping pada Seminar Nasional Pendidikan dalam Membangun Karakter dan
Budaya Bangsa, yang diselenggarkan oleh FISE UNY pada tanggal 12 Mei 2011.
Suryana, A., dan Suryadi. 2012.Modul Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Kementrian
Agama Republik Indonesia.
Hasil Dokumentasi kegiatan Bimbingan Rohani Islam di Panti Sosial Bina Laras
Harapan Sentosa I-Cengkareng pada tanggal 9 Oktober 2017 pukul 08.25 WIB.
Hasil Dokumentasi, sharing dengan pasien di Panti Sosial Bina Laras Harapan
Sentosa I-Cengkareng pada tanggal 25 Oktober 2017 pukul 11.15 WIB.
Hasil Dokumentasi, wawancara dengan Pembimbing Rohani Islam di Panti Sosial
Bina Laras Harapan Sentosa I-Cengkareng pada tanggal 25 Oktober 2017 pukul
09.00 WIB.
Kegiatan Keterampilan di Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa I-Cengkareng
khususnya untuk Wanita, foto diambil pada tanggal 25 Oktober 2017 pukul 11.20
Foto Bersama Sie. Perawat