PROSEDUR RSPO UNTUK PENANAMAN BARU (NEW PLANTING …
Transcript of PROSEDUR RSPO UNTUK PENANAMAN BARU (NEW PLANTING …
1
PROSEDUR RSPO UNTUK PENANAMAN BARU
(NEW PLANTING PROCEDURE/NPP)
DRAF UNTUK KONSULTASI
Revisi Juli 2015
Versi 4.3
Untuk konsultasi publik
KETERANGAN:
Sorot warna kuning: Perubahan teks berdasarkan persyaratan-persyaratan baru (disebabkan adanya
perubahan dalam Prinsip & Kriteria RSPO Tahun 2013 dan standardisasi dengan mekanisme RSPO
lainnya yang disetujui, yaitu Proses Kompensasi & Remediasi, Skema Pemberian Izin (ALS) bagi
Penilai NKT) yang diperbandingkan dengan Prosedur Penanaman Baru/NPP Tahun 2010.
Sorot warna biru: Teks yang ditambahkan untuk klarifikasi
Sorot warna hijau: Perubahan teks berdasarkan persyaratan-persyaratan baru yang ditambahkan
RSPO.
Untuk diperhatikan:
Dokumen ini merupakan draf untuk konsultasi dan masih belum dapat dianggap sebagai bentuk
akhir. Dokumen ini akan disajikan untuk konsultasi putaran pertama. Pembaca dapat
memasukkan pendapat/komentar menggunakan templat dokumen komentar yang ada. Jika
terdapat perbedaan atau inkonsistensi antara versi Bahasa Inggris dan versi terjemahan dalam
bahasa lainnya, maka yang akan selalu menjadi acuan adalah dokumen NPP versi Bahasa Inggris.
2
3
DAFTAR ISI PROSEDUR RSPO UNTUK PENANAMAN BARU ....................................................................................... 1
(NEW PLANTING PROCEDURE/NPP) ....................................................................................................... 1
DAFTAR ISI ............................................................................................................................................... 3
DAFTAR ISTILAH ...................................................................................................................................... 4
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................................................................... 7
BAGIAN 1: Pendahuluan ......................................................................................................................... 8
1.1 Apa yang dimaksud dengan Prosedur RSPO untuk Penanaman Baru (New Planting
Procedure/“NPP”)? ............................................................................................................................. 8
1.2 Siapa yang bertanggung jawab atas kepatuhan terhadap prosedur NPP?............................. 8
1.3 Kapan berlakunya prosedur NPP? .......................................................................................... 9
1.4 Bagaimana prosedur NPP dilaksanakan? .............................................................................. 10
1.5 Integrasi proses NPP dengan proses lain yang diatur hukum nasional ................................ 10
BAGIAN 2: Prosedur RSPO Untuk Penanaman Baru (NPP) ................................................................... 11
Proses Secara Lebih Terperinci beserta Langkah Tindakannya ............................................................ 11
Langkah 1. Penentuan pengembangan baru yang diajukan untuk kelapa sawit ............................. 11
Langkah 2. Identifikasi dan pelibatan para pemangku kepentingan terkait .................................... 11
Langkah 3. Kajian SEIA dan NKT, Analisis Perubahan Pemanfaatan Lahan (Land Use Change atau
“LUC”), survei kecocokan tanah dan topografi, dan kajian GRK ...................................................... 12
Langkah 4. Pengembangan rencana kelola dan monitoring yang sesuai ......................................... 14
Langkah 5. Penyusunan dan verifikasi laporan NPP ......................................................................... 15
Langkah 6. Pengajuan laporan NPP ke Sekretariat RSPO dan Pemberitahuan Publik ..................... 17
Langkah 7: Resolusi dan Penyelesaian ............................................................................................. 17
Dokumen pendukung ........................................................................................................................ 19
Lampiran 1: Templat dan Panduan Penyusunan Laporan .................................................................... 20
1.1 Pernyataan Pemberitahuan NPP (termasuk Pernyataan Verifikasi oleh Badan Sertifikasi/CB)
20
1.2 Struktur Laporan Ringkasan (Summary Report) untuk Kajian Individu: SEIA, survei tanah
dan topografi, dan proses FPIC ......................................................................................................... 21
1.3 Struktur Laporan Ringkasan untuk Kajian Individual: Kajian Karbon dan GRK (berlaku mulai
tanggal 1 Januari 2017) ..................................................................................................................... 23
1.4 Struktur Laporan Ringkasan untuk Kajian Individual: analisis LUC ....................................... 24
1.5 Struktur Laporan Ringkasan untuk Kajian Individual: Kajian NKT ......................................... 24
1.6 Panduan untuk pengajuan peta NPP .................................................................................... 24
Lampiran 2: Mekanisme Pendapat/Komentar NPP .............................................................................. 25
Catatan .............................................................................................................................................. 26
4
DAFTAR ISTILAH
Istilah Definisi
Pengembangan terasosiasi Mencakup pendirian Pabrik Kelapa Sawit (PKS), penghancur kernel kelapa sawit (kernel crusher) kebun bibit, perumahan dan kantor, jalan, penandaan batas, pembangunan terasering, pekerjaan tanah, dan segala pembangunan lainnya yang berkaitan dengan operasi yang dijalankan.
Stok Karbon Stok karbon suatu lahan ditentukan oleh karbon yang ada atas permukaan dan dalam tanah sebagaimana dijelaskan dalam Prosedur RSPO untuk Prosedur Penilaian GRK bagi Penanaman Baru5.
Kajian Stok Karbon Pengukuran stok karbon di kawasan yang diajukan untuk penanaman baru dan dilakukan dengan mengikuti metode-metode dasar yang menjadi rekomendasi dalam Prosedur RSPO untuk Penilaian GRK bagi Penanaman Baru. Yang dipertimbangkan hanya stok karbon dalam biomassa atas dan bawah permukaan tanah serta bahan organik tanah pada tanah gambut.
Konversi Proses di mana hutan atau vegetasi alami lainnya digantikan oleh bentuk-bentuk pemanfaatan lahan lainnya.
Tanah ringkih Tanah gambut, lokasi-lokasi bakau dan kawasan lahan basah lainnya (lihat juga Lampiran 2 P&C RSPO 2013).
Persetujuan atas Dasar Informasi di Awal Tanpa Paksaan (Free, Prior and Informed Consent/FPIC)
FPIC adalah negosiasi yang dilakukan atas dasar informasi dan tanpa paksaan antara pihak investor dan perusahaan, atau pemerintah dan masyarakat adat/hukum adat, yang dilakukan sebelum pendirian dan pengembangan estate perkebunan kelapa sawit, hutan tanaman industri, atau kegiatan usaha lainnya di atas tanah adat milik masyarakat, di atas mana mereka memiliki hak berdasarkan hukum nasional yang berlaku, hukum adat ataupun hak pakai. Prinsip ini mencakup hak yang dimiliki oleh masyarakat adat dan penduduk tersebut untuk menolak pembangunan atau konservasi yang diajukan.
Groundtruthing Proses pengumpulan data primer yang diperoleh melalui pengamatan visual dan/atau pengukuran, biasanya untuk memeriksa hasil penginderaan jauh (contohnya data satelit).
5
Independen (terkait dengan kajian)
Obyektif dan bebas prasangka. Biasanya dilakukan oleh pihak ketiga.
Tutupan lahan Tipe vegetasi, batuan, air, dsb. yang menutupi permukaan bumi.
Stratifikasi tutupan lahan Klasifikasi tutupan lahan menjadi beberapa kategori terstandardisasi sesuai Prosedur RSPO untuk Penilaian GRK bagi Penanaman Baru dengan melakukan analisis GIS terhadap data hasil penginderaan jauh.
Persiapan lahan
Segala tindakan mempersiapkan lahan untuk budi daya kelapa sawit dan pengembangan terasosiasi, termasuk di dalamnya pembukaan vegetasi yang ada, perubahan bentuk topografis dan drainase, atau persiapan tanah.
Pemanfaatan Lahan Jenis kegiatan yang dilakukan pada suatu satuan lahan.
Analisis Perubahan Pemanfaatan Lahan (Land Use Change/LUC)
Pengkajian terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam pemanfaatan lahan dan tutupan lahan sejak November 2005 sebagai hasil konsekuensi, langsung maupun tidak, dari tindakan manusia untuk mendapatkan sumber daya yang penting.
Lahan Masyarakat Setempat Lahan yang dapat diakses masyarakat setempat, atas mana masyarakat memiliki hak atau kepemilikan untuk tujuan ekonomi, budaya dan/atau sosial.
Tanah marjinal Dapat mencakup tanah berpasir, tanah dengan kandungan organik rendah, dan Tanah Sulfat Masam (TSM) baik yang potensial maupun aktual. Kecocokan jenis-jenis tanah ini juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya termasuk curah hujan, kondisi lahan dan praktik pengelolaan yang dilakukan. Kawasan-kawasan ini hanya dapat dikembangkan untuk perkebunan baru jika pekebun menerapkan praktik pengelolaan terbaik yang sesuai (lihat juga Lampiran 2 P&C RSPO 2013).
Emisi bersih Gas Rumah Kaca (GRK) Emisi bersih yang berasal dari semua sumber GRK dikurangi dengan penghilangan emisi dari atmosfer oleh rosot karbon.
Penanaman baru atau pengembangan baru kelapa sawit
Penanaman yang direncanakan atau diajukan pada lahan yang sebelumnya tidak digunakan untuk budi daya kelapa sawit, di mana tidak ada pekerjaan yang dilakukan di atasnya untuk keperluan tersebut yang dimulai sebelum tanggal 1 Januari 2010 (lihat juga http://www.rspo.org/certification/new-planting-procedures).
6
Partisipatif Proses yang bersifat atau melibatkan partisipasi, khususnya yang memberikan kesempatan partisipasi kepada para pemangku kepentingan yang paling terkait untuk berkumpul dan memberikan informasi serta untuk mengambil keputusan yang akan mempengaruhi mereka.
Hutan primer
Hutan primer adalah hutan yang belum pernah mengalami pembalakan dan telah berkembang mengikuti gangguan alam dan proses alamiah, terlepas dari usianya. Turut termasuk dalam hutan primer adalah hutan yang dimanfaatkan secara tidak seberapa oleh masyarakat adat dan penduduk setempat yang hidup secara tradisional, dengan cara-cara yang sesuai dengan konservasi terhadap keanekaragaman hayati dan pemanfaatannya yang berkelanjutan. Tutupan yang ada pada saat ini biasanya relatif dekat dengan susunan alaminya dan muncul (utamanya) melalui regenerasi alamiah. (dari FAO Second Expert Meeting On Harmonizing Forest-Related Definitions For Use by Various Stakeholders, 2001, http://www.fao.org/documents/show_ cdr.asp?url_file=/DOCREP/005/Y4171E/Y4171E11.htm).
Pemberitahuan Publik Pemberitahuan kepada publik melalui notifikasi pada laman situs RSPO. Kegiatan ini harus diikuti oleh tanggapan dan/atau tindakan terkait sebagaimana dikehendaki yang dilakukan oleh pekebun kelapa sawit untuk menjawab pendapat/komentar dari pemangku kepentingan selama masa pemberitahuan publik, dan dilakukan sebelum memulai pengembangan apapun.
Penanaman kembali Perkebunan kelapa sawit yang dikembangkan di suatu lahan yang sebelumnya telah dibudidayakan untuk kelapa sawit.
Petani – Terasosiasi Catatan: Istilah-istilah yang akan ditambahkan setelah difinalkannya dokumen panduan petani sawit RSPO Petani – Mandiri
Petani – Outgrower
Petani – Plasma
7
DAFTAR SINGKATAN
ALS Assessor Licensing Scheme (Skema Pemberian Izin bagi Penilai) CB Certification Body (Badan Sertifikasi) CTF ERWG GRK
Compensation Task Force (Gugus Tugas Kompensasi) Emission Reduction Working Group (Kelompok Kerja Pengurangan Emisi) Gas Rumah Kaca
HCVRN High Conservation Value Resource Network LUC Land Use Change (Perubahan Pemanfaatan Lahan) NKT Nilai Konservasi Tinggi NPP New Planting Procedure (Prosedur Penanaman Baru) P&C Principles and Criteria (Prinsip dan Kriteria) RSPO Roundtable on Sustainable Palm Oil SEIA Social & Environmental Impact Assessment (Kajian Dampak Sosial & Lingkungan) SKT Stok Karbon Tinggi
8
BAGIAN 1: Pendahuluan
1.1 Apa yang dimaksud dengan Prosedur RSPO untuk Penanaman Baru (New Planting
Procedure/“NPP”)? Sesuai Kode Etik RSPO, para anggota pekebun RSPO diwajibkan untuk memiliki rencana terjadwal
agar seluruh areal perkebunannya dapat disertifikasi. Agar dapat memperoleh sertifikat, semua
penanaman baru yang dilakukan sejak bulan November 2005 di dalam semua arealnya harus
mendapatkan penilaian Nilai Konservasi Tinggi (“NKT”) sebelum memulai pembukaan lahan. Setelah
diperkenalkannya Prinsip dan Kriteria (Principles and Criteria atau “P&C”) RSPO pada tahun 2007,
segera diketahui bahwa ketentuan ini tidak selalu bisa dipenuhi.
Prosedur NPP diajukan oleh Majelis Umum RSPO pada bulan November 2008 dan diformalkan pada
bulan Mei 2009. Prosedur ini telah disetujui oleh Dewan Eksekutif RSPO pada bulan September 2009
dan mulai berlaku bagi semua penanaman kelapa sawit yang dikembangkan sejak tanggal 1 Januari
2010.
NPP bukanlah perubahan P&C dan bukan pula persyaratan baru yang diwajibkan bagi anggota.
Prosedur ini diperkenalkan dengan tujuan untuk memberikan suatu kerangka kerja bagi
pengembangan lahan baru untuk budi daya kelapa sawit. Kepatuhan terhadap prosedur NPP harus
memastikan kesesuaian dengan P&C RSPO bagi Produksi Minyak Kelapa Sawit Berkelanjutan dengan
mewajibkan pelaksanaannya sebelum pendirian perkebunan dan selama fase pengembangan.
Prosedur NPP yang telah diperbaharui tahun 2015 ini bertujuan untuk meningkatkan kejelasan dan
efektivitas proses dimaksud dan dokumen-dokumen terkait lainnya yang sudah ada serta
memastikan konsistensi dengan persyaratan persyaratan yang diperkenalkan dalam P&C RSPO
Tahun 2013, khususnya bagian-bagian berikut ini.
Kriteria 7.8: pengembangan perkebunan baru harus dirancang untuk meminimalkan emisi
bersih Gas Rumah Kaca (“GRK”) dengan mempertimbangkan penghindaran areal-areal yang
memiliki Stok Karbon Tinggi (“SKT”) dan/atau opsi-opsi sekuestrasi.
Kriteria 7.3: diubah sehingga mewajibkan dilakukannya analisis perubahan pemanfaatan
lahan sejak bulan November 2005 sebelum segala konversi ataupun penanaman baru.
Pengesahan yang diberikan bagi Skema Pemberian Izin kepada Penilai (Assessor Licencing
Scheme/ALS) dari High Conservation Value Resource Network (HCVRN) sebagai pengganti
yang handal dan kredibel bagi Daftar Penilai NKT yang Disetujui RSPO yang sudah tidak
relevan lagi dengan kondisi terkini. ALS mulai berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari 2015.
1.2 Siapa yang bertanggung jawab atas kepatuhan terhadap prosedur NPP? Pekebun yang hendak memperoleh sertifikat RSPO sepenuhnya bertanggung jawab untuk
melaksanakan ketentuan-ketentuan dalam P&C dan NPP untuk semua pengembangan yang yang
dimulai setelah tanggal 1 Januari 2010. Berikut ini adalah penjelasan lebih lanjut.
Anggota RSPO pada waktu dilakukannya pengembangan baru. Jika pekebun yang
bersangkutan adalah anggota RSPO pada saat perencanaan pengembangan baru, maka
pihaknya bertanggung jawab untuk menyelesaikan proses yang dijelaskan rinci dalam
dokumen ini dan menyampaikan pemberitahuan NPP terkait kepada Sekretariat RSPO
sebelum memulai segala kegiatan persiapan lahan untuk pengembangan kelapa sawit.
9
Bukan anggota RSPO pada waktu dilakukannya pengembangan baru. Jika telah dilakukan
pengembangan lahan setelah tanggal 1 Januari 2010 oleh selain anggota RSPO dengan cara
yang tidak sesuai aturan NPP –
Jika anggota mengikuti sertifikasi RSPO: pekebun harus segera mengikuti Prosedur
RSPO untuk Remediasi dan Kompensasi setelah menjadi anggota RSPO. Pada saat
sertifikasi, seluruh proses kompensasi harus diselesaikan. 1
Jika lahan diambil alih oleh anggota RSPO: Berlaku ketentuan seperti di atas untuk
semua lahan yang dibeli dan dikonversi oleh non-anggota RSPO setelah tanggal 1
Januari 2010 dengan cara yang tidak sesuai dengan aturan NPP.
Jika pembukaan lahan berjalan secara aktif pada saat pembelian, maka yang
bersangkutan harus menghentikan operasi-operasi yang dijalankannya dan mematuhi
ketentuan NPP (berdasarkan dokumen yang ada pada saat ini) untuk areal yang belum
dikonversi. Yang bersangkutan harus segera mengumumkan areal yang telah dibuka
kepada Gugus Tugas Kompensasi (CTF) dan mengikuti Prosedur RSPO untuk Remediasi
dan Kompensasi.
Petani kelapa sawit: Prosedur NPP juga berlaku bagi penanaman baru yang diajukan oleh
petani kelapa sawit (termasuk di dalamnya petani plasma, mandiri dan asosiasi) maupun
outgrower. Jika proses sertifikasi untuk petani petani plasma dipimpin oleh perusahaan,
maka perusahaan yang bersangkutan turut bertanggung jawab untuk memastikan ditaatinya
prosedur NPP dan menyampaikan pemberitahuan NPP ke Sekretariat RSPO. Jika yang
diproses adalah Sertifikasi Kelompok, maka dokumen-dokumen pemberitahuan NPP harus
dikumpulkan dan disampaikan ke Sekretariat RSPO oleh Manajer Kelompok.
Jika anggota RSPO tidak memenuhi ketentuan-ketentuan NPP untuk pengembangan baru pasca
tanggal 1 Januari 2010, maka anggota tersebut wajib segera mengikuti Prosedur RSPO untuk
Remediasi dan Kompensasi untuk menentukan apakah unit yang bersangkutan masih dapat
disertifikasi.
1.3 Kapan berlakunya prosedur NPP? Pengembangan kelapa sawit baru sejak 1 Januari 2010 harus dilakukan sesuai dengan prosedur NPP
dari RSPO. Yang dimaksud dengan pengembangan kelapa sawit baru dalam konteks ini adalah lahan
yang direncanakan atau diajukan untuk penanaman kelapa sawit dan pengembangan terasosiasi.
Prosedur NPP harus dilaksanakan sebelum pekebun memulai persiapan lahan, termasuk di dalamnya
segala pengembangan terasosiasi.
NPP berlaku dalam skenario-skenario di mana penanaman baru dan/atau perluasan dari operasi
yang sudah ada dilakukan di atas lahan pertanian (selain kelapa sawit), terlepas dari jumlah
luasannya.
Pekebun tidak perlu mengikuti ketentuan NPP jika:
penanaman semula kelapa sawit – kecuali jika terdapat perkebunan yang ditinggalkan, di
mana areal tersebut beregenerasi menjadi hutan sekunder dan muncul potensi keberadaan
NKT; dan
10
pembukaan vegetasi untuk penanaman baru dilakukan di dalam suatu unit pengelolaan yang
bersertifikat (karena ini akan diaudit sesuai dengan Prinsip 7 selama audit pengawasan atau
audit re-sertifikasi).
Selain itu, jika suatu NPP telah diajukan untuk suatu unit tertentu dan luas keseluruhan arealnya
tidak dikonversi pada waktu pengajuan tersebut, maka penanaman baru di areal ini setelah
pengajuan tersebut tidak lagi diwajibkan untuk mengikuti ketentuan NPP lebih lanjut.
1.4 Bagaimana prosedur NPP dilaksanakan? Untuk mematuhi persyaratan-persyaratan NPP, pekebun bertanggung jawab untuk menyeleksi dan
menunjuk penilai independen yang berkompeten (lih. persyaratan yang mengatur pada Bagian 2
Langkah 3). Kajian yang diwajibkan oleh NPP untuk dilakukan ini dapat dilaksanakan oleh tim yang
sama atau lebih dari satu tim yang berbeda. Akan tetapi terlepas dari banyaknya tim yang
mengerjakannya, kajian harus mengikuti panduan yang diberikan dalam dokumen ini, termasuk di
dalamnya persyaratan untuk menyusun laporan secara terpisah.
Untuk luasan lahan yang kurang dari 500 hektar, maka dapat dilakukan kajian internal yang
menggunakan unsur-unsur terpilih dari kajian Kajian Dampak Sosial dan Lingkungan (Social and
Environmental Impact Assessment atau “SEIA”) dan NKT (lih. RSPO 7.1 dan 7.3). Luasan akhir yang
digunakan dalam kajian tersebut harus dihitung berdasarkan izin atau akta tanahnya, di mana NPP
nantinya akan berlaku terhadap luasan ini (yaitu total luas yang dianggap digunakan untuk
pengembangan kelapa sawit). Sebagai contoh, jika izinnya menyatakan bahwa luasan lahannya
adalah 1.000 ha, maka NPP harus diajukan mencakup keseluruhan luas tersebut. Pengembangan
lahan tidak dapat dipisah-pisah menjadi beberapa tahap pengajuan NPP.
1.5 Integrasi proses NPP dengan proses lain yang diatur hukum nasional Interpretasi Nasional akan menentukan apakah kajian-kajian ini dapat dikombinasikan dan
dilaksanakan dan bagaimana caranya, dengan mempertimbangkan hukum dan prosedur nasional
yang berlaku. Proses NPP dapat dimulai bersamaan dengan persyaratan hukum nasional yang
berlaku (contohnya AMDAL di Indonesia) dan tidak bergantung pada diselesaikannya proses-proses
hukum nasional tersebut. Namun demikian ketika NPP diajukan ke RSPO, maka pengajuan ini harus
didasarkan atas kajian-kajian yang telah selesai dan final. Dalam hal di mana kajian-kajian tersebut
merupakan persyaratan hukum (contohnya AMDAL dan EIA), maka kajian-kajian tersebut harus telah
disetujui oleh pihak yang berwenang.
Catatan: Untuk Indonesia, NPP hanya dapat diajukan jika Izin Usaha Perkebunan (IUP) dan Hak
Pelepasan Hutan (HPL) (tergantung mana yang berlaku) telah diperoleh.
11
BAGIAN 2: Prosedur RSPO Untuk Penanaman Baru (NPP)
Proses Secara Lebih Terperinci beserta Langkah Tindakannya
Langkah 1. Penentuan pengembangan baru yang diajukan untuk kelapa sawit
Langkah pertama dalam prosedur ini adalah menentukan kawasan-kawasan yang direncanakan atau
diajukan untuk penanaman kelapa sawit dan pengembangan terasosiasi.
Langkah ini merupakan tanggung jawab pekebun dan harus mengidentifikasi batas-batas kawasan
yang diajukan untuk pengembangan baru beserta letak dalam lanskapnya.
Langkah 2. Identifikasi dan pelibatan para pemangku kepentingan terkait
Harus dilakukan identifikasi terhadap pemangku kepentingan terkait yang perlu dilibatkan,
khususnya masyarakat setempat dan kelompok masyarakat adat yang berpotensi menerima dampak
dari pengembangan yang diajukan.
1
2
3
4
5
6
Gambar 1: Gambaran singkat proses NPP
7
Kajian SEIA dan NKT, analisis perubahan pemanfaatan lahan, survei kecocokan tanah dan topografi, dan kajian GRK
Identifikasi dan pelibatan para pemangku kepentingan terkait
Luasan pengembangan baru yang diajukan telah ditentukan
Penyusunan laporan NPP dan verifikasinya
Pemberitahuan publik (pengajuan laporan NPP ke Sekretariat RSPO)
Resolusi dan Penyelesaian
Rencana kelola dan monitoring yang tepat
12
Sebelum memulai kajian sosial dan lingkungan, pekebun perlu
memulai suatu proses identifikasi terhadap lahan yang dikuasai
oleh masyarakat setempat serta hak-hak yang mereka miliki.
Caranya adalah dengan melakukan proses-proses pemetaan
partisipatif dengan semua masyarakat terdampak, dengan tujuan
untuk memetakan kawasan-kawasan, jika dapat ditunjukkan, di
mana terdapat hak-hak yang diatur oleh hukum nasional atau adat,
atau hak pakai. Ini merupakan awal dari pelibatan masyarakat setempat dan kelompok masyarakat
adat secara formal serta proses Persetujuan atas Dasar Informasi di Awal Tanpa Paksaan (Free, Prior
and Informed Consent atau “FPIC”)2: jika masyarakat setempat memiliki hak berdasarkan hukum
nasional, adat atau hak pakai, maka mereka berhak untuk menolak operasi yang direncanakan untuk
berjalan di atas lahan yang mereka kuasai/miliki. Praktik terbaik dalam hal ini adalah jika proses FPIC
dilaksanakan oleh staf internal perusahaan yang telah memenuhi syarat (telah dilatih dengan materi
FPIC), bukan oleh konsultan dari pihak eksternal.
Pekebun dan masyarakat harus menyepakati prosedur-prosedur untuk:
• mengidentifikasi siapa saja yang mewakili pihak masyarakat atau lembaga yang
bertindak sebagai perwakilan;
• mengidentifikasi hak-hak yang diatur oleh hukum yang berlaku, hak adat dan/atau hak
pakai (contohnya dengan melakukan pemetaan partisipatif); dan
• mendapatkan persetujuan dan mencatatnya.
Atas dasar proses pelibatan pemangku kepentingan ini, maka batas-batas dari kawasan yang
diajukan untuk pengembangan baru dapat dimodifikasi sebelum memulai kajian lingkungan dan
sosial lebih lanjut. Masyarakat setempat akan diberitahukan mengenai kajian yang akan dilakukan di
lahan mereka sebagai bagian dari proses alih bagi informasi. Proses pelibatan masyarakat dan FPIC
harus dilanjutkan selama langkah-langkah berikut di bawah ini masih berjalan, dan masyarakat
setempat harus memiliki akses terhadap hasil semua kajian yang dilakukan, yang akan menjadi dasar
bagi keputusan akhir mereka untuk menyetujui ataupun menolak pengembangan yang telah
direncanakan.
Langkah 3. Kajian SEIA dan NKT, Analisis Perubahan Pemanfaatan Lahan (Land Use
Change atau “LUC”), survei kecocokan tanah dan topografi, dan kajian GRK Sebagai bagian dari persyaratan pembangunan penanaman baru kelapa sawit secara berkelanjutan,
pekebun diwajibkan untuk melaksanakan kajian sosial dan lingkungan yang menyeluruh, partisipatif
dan independen sebelum memulai operasi baru atau melakukan perluasan baru (yang belum
memiliki kajian). Kajian lingkungan dan sosial yang diwajibkan ini adalah: (i) Kajian SEIA; (ii) kajian
Nilai Konservasi Tinggi (NKT); (iii) survei kecocokan tanah; dan (iv) kajian GRK. Poin-poin berikut di
bawah ini menjelaskan informasi lebih rinci mengenai persyaratan-persyaratan spesifik untuk
masing-masing kegiatan tersebut dalam prosedur NPP.
Kriteria RSPO terkait
Langkah 2 untuk dijadikan
sebagai panduan lebih
lanjut: 2.2, 2.3, 6.2, 6.4, 7.5
dan 7.6.
13
3.1 SEIA harus bersifat menyeluruh dan partisipatif, serta
dipimpin oleh seorang konsultan independen yang mematuhi
persyaratan-persyaratan nasional dan dikontrak langsung
oleh pekebun yang bersangkutan, kecuali jika luasan areal
pengembangannya kurang dari 500 hektar yang
diperbolehkan untuk dikaji secara internal. Jika kajian internal dimaksud
mengidentifikasi kawasan-kawasan atau persoalan yang sensitif dari segi
lingkungan atau sosial, maka hal ini harus dikaji oleh pihak independen.
3.2 Kajian NKT harus dipimpin oleh seorang penilai kepala
(lead assessor) NKT yang berlisensi di bawah Skema
Pemberian Izin Penilai (ALS) dari HCV Resource Network
(HCVRN). 3 Penting untuk diperhatikan bahwa hanya penilai
kepala saja yang wajib memegang lisensi. Anggota tim dapat
saja memegang lisensi di bawah ALS HCVRN, akan tetapi hal
ini tidak diwajibkan. Jika kawasan pengembangan yang
diajukan kurang dari 500 hektar, maka diperbolehkan untuk melakukan
kajian secara internal. Kajian NKT akan mengidentifikasi kawasan-kawasan
yang wajib ada untuk memelihara atau meningkatkan satu NKT atau lebih
dan akan mencakup suatu rencana kelola untuk melakukan hal tersebut.
3.3 Analisis LUC harus dilakukan untuk menentukan perubahan status
vegetasi dan NKT sejak November 2005 secara bersamaan dengan kajian
NKT. Analisis ini tidak wajib dilakukan oleh penilai NKT berlisensi, akan tetapi
disarankan agar dilakukan berdasarkan kesimpulan yang dihasilkan dari
kajian-kajian lingkungan lainnya, khususnya kajian NKT.4
3.4 Survei kecocokan tanah dan topografi harus
mengidentifikasi semua kawasan yang memiliki tanah marjinal
dan ringkih serta kawasan yang terlalu terjal bagi tanaman
dan kawasan yang membutuhkan praktik yang sesuai agar
dapat ditanami. Survei ini dapat dilakukan sebagai bagian dari
SEIA atau terpisah.
3.5 Kajian Gas Rumah Kaca (GRK)5 harus (i) mengidentifikasi
dan memperkirakan stok karbon dan sumber-sumber potensi
utama emisi di kawasan pengembangan yang diajukan dan (ii)
mencakup rencana untuk meminimalkan emisi bersih GRK
sebagai hasil dari pengembangan yang telah direncanakan
tersebut dengan menggunakan Prosedur RSPO untuk Penilaian GRK bagi
Penanaman Baru Kelapa Sawit. Kajian stok karbon dapat dikombinasikan
dengan survei vegetasi yang dilakukan sebagai bagian dari kajian NKT atau
analisis LUC.
Pekebun bertanggung jawab untuk memilih dan menunjuk penilai yang berkompeten sesuai dengan
persyaratan-persyaratan di atas.
Kriteria RSPO terkait SEIA
untuk dijadikan panduan
lebih lanjut: 5.1, 6.1, 7.1,
7.7.
Kriteria RSPO terkait kajian
NKT untuk dijadikan
panduan lebih lanjut: 5.2
dan 7.3.
Kriteria RSPO terkait tanah
ringkih untuk dijadikan
panduan lebih lanjut: 4.3,
7.2 dan 7.4.
Kriteria RSPO terkait karbon
dan GRK untuk panduan
lebih lanjut: 7.8
14
CATATAN PENTING: Laporan kajian untuk NPP harus diajukan tidak lebih dari 3 tahun sejak tanggal
penyusunannya.
N.B. Masa keberlakuan ini tidak berlaku bagi penilaian yang diatur dan diwajibkan oleh ketentuan hukum
nasional, seperti misalnya Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang ada di negara-negara
tertentu.
Langkah 4. Pengembangan rencana kelola dan monitoring yang sesuai Hasil dan rekomendasi yang diperoleh dari SEIA, kajian NKT, survei kecocokan tanah, LUC, kajian
karbon dan GRK serta proses FPIC dimasukkan ke dalam perencanaan, pengelolaan dan operasi
penanaman baru serta pengembangan-pengembangan terkait yang:
• berdasarkan atas Persetujuan atas Dasar Informasi di Awal Tanpa Paksaan (FPIC) dari
masyarakat setempat yang lahan dan/atau hak-haknya menerima dampak;
• mendukung pemeliharaan dan/atau peningkatan kualitas semua kawasan NKT yang telah
diidentifikasi;
• tidak melakukan pembukaan di semua kawasan yang telah diidentifikasi sebagai hutan
primer;
Kotak 1. Panduan untuk kompetensi penilai:
Untuk negara-negara yang tidak memiliki persyaratan jelas untuk penilai kepala dalam kajian SIA sesuai aturan nasionalnya, maka posisi penilai kepala independen yang berkompeten harus diisi oleh mereka yang telah melaksanakan sekurangnya 3 SEIA dan memiliki pengetahuan tentang hukum yang berlaku terkait dengan bidangnya.
Dalam hal di mana kajian lingkungan dan sosial pada pengembangan yang diajukan
diperkenankan untuk dilakukan oleh pihak internal (lih. Bagian 1 Bagaimana Prosedur NPP
Dilaksanakan?), maka penilai internal yang berkompeten atau orang yang bertanggung jawab
untuk memimpin jalannya kajian lingkungan dan sosial di pihak internal harus:
• sudah pernah melaksanakan sekurangnya 3 kajian (SEIA, NKT atau karbon); dan
• memiliki keahlian pada bidang penginderaan jauh (remote sensing) dan pemetaan.
Untuk kajian GRK, Kelompok Kerja RSPO untuk Pengurangan Emisi (Emmission Reduction-
WG/ERWG) telah mengembangkan panduan berikut ini di mana penilai, baik eksternal maupun
internal (atau gabungan antara keduanya), harus mampu membentuk tim yang memiliki
kompetensi kolektif sebagai berikut.
Memiliki pengetahuan mengenai metodologi penghitungan emisi karbon untuk stok karbon, baik yang berada di atas permukaan maupun dalam tanah, termasuk gambut.
Berpengalaman melakukan verifikasi peta tutupan lahan dan/atau melakukan penilaian stok karbon di sektor pertanian dan/atau kehutanan.
Berpengalaman dan memiliki keahlian dalam menggunakan teknologi penginderaan jauh yang tepat untuk melakukan penilaian stok karbon.
15
• menghindari penanaman meluas di lahan curam dan/atau tanah marjinal atau ringkih,
termasuk gambut, serta menyediakan pengelolaan yang sesuai bagi tanah-tanah semacam
ini untuk melindunginya dari dampak-dampak yang tidak dikehendaki; dan
• meminimalkan emisi bersih GRK yang dihasilkan dari pengembangan tersebut melalui cara-
cara yang mempertimbangkan penghindaran kawasan-kawasan lahan yang mengandung SKT
dan/atau memaksimalkan opsi-opsi sekuestrasi.
Perencanaan dan pengelolaan operasi yang diajukan harus mencakup:
Peta-peta yang mengindikasikan temuan yang dihasilkan dari kajian SEIA dan NKT,
identifikasi hutan primer, kajian stok karbon, FPIC, dan identifikasi tanah marjinal dan
ringkih, termasuk tanah gambut dan areal yang terlalu curam untuk ditanami. [Lih. Lampiran
1 untuk panduan peta].
Rencana aksi yang menjelaskan tindakan-tindakan operasional yang sesuai dengan temuan-
temuan kajian SEIA, NKT, karbon, GRK, FPIC dan tanah marjinal dan ringkih (termasuk
gambut dan areal yang terlalu curam untuk ditanami), dengan mengacu kepada prosedur
operasional terkait yang dimiliki pekebun.
Tim pengelolaan dan orang yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pengelolaan dan monitoring
terhadap operasi yang direncanakan secara konsekuen harus diidentifikasi.
Langkah 5. Penyusunan dan verifikasi laporan NPP 5.1 Penyusunan laporan: Berdasarkan laporan kajian, pekebun bertanggung jawab menyusun
laporan NPP dengan mengikuti format pelaporan standar. Berikut adalah tiga komponen utama
laporan NPP yang akan diajukan.
1. Penyataan pemberitahuan NPP.
2. Ringkasan Laporan Kajian (SEIA, NKT, tanah, topografi, LUC, stok karbon dan emisi GRK).
3. Ringkasan rencana kelola.
Untuk keperluan penyusunan laporan diatas, gunakan templat dokumen yang ada di Lampiran 1.
Kotak 2: Penyusunan laporan publik Penyusunan laporan publik untuk persyaratan-persyaratan dalam Kriteria 7.8 akan tetap bersifat sukarela (tidak diwajibkan) hingga tanggal 31 Desember 2016. Menjelang waktu yang ditentukan ini, persyaratan-persyaratan dalam Kriteria 7.8 akan dilaporkan ke RSPO (untuk ditinjau oleh Kelompok Kerja Pengurangan Emisi/ERWG) sebagai dokumen yang terpisah dari laporan NPP standar dan berdiri sendiri. Namun demikian meskipun sebelum tanggal 31 Desember 2016 rencana dan kajian karbon GRK dapat diserahkan secara rahasia kepada RSPO, sangat disarankan agar dokumen-dokumen ini dapat dibuka juga untuk publik. Mulai tanggal 1 Januari 2017, yakni saat penyusunan laporan wajib untuk dipublikasikan untuk khalayak umum, persyaratan-persyaratan dalam Kriteria 7.8 akan turut dipublikasikan bersama-sama dengan laporan NPP standarnya.
16
5.2 Verifikasi: pekebun harus memperoleh verifikasi dari satu Badan Sertifikasi (“CB”) P&C RSPO
yang telah terakreditasi, di mana badan ini menyatakan bahwa proses dan isi kajian dan rencana
yang ada telah disusun secara menyeluruh, memiliki kualitas yang profesional dan sesuai dengan
Prinsip, Kriteria dan Indikator RSPO dan prosedur NPP yang mengaturnya. Perusahaan atau pekebun
yang bersangkutan bertanggung jawab untuk menunjuk satu CB yang terakreditasi RSPO yang pada
gilirannya akan menugaskan seorang penilai kepala yang disahkan RSPO untuk memimpin proses
kajian tersebut.
Sebagai bagian dari proses verifikasi, CB RSPO yang terakreditasi tersebut akan memberikan
verifikasi tertulis yang menyatakan bahwa pekebun memiliki hak sesuai hukum yang berlaku untuk
memanfaatkan lahannya serta telah mendapatkan persetujuan dari penduduk dan masyarakat adat
setempat yang berpotensi menerima dampak dari prosedur yang telah disetujui pada Langkah 2.
Proses dan hasil FPIC harus diselesaikan dan dicatat sampai tahap ini, meskipun Perjanjian Sosial
masih dinegosiasikan.
Laporan kajian secara penuh, bersama dengan ringkasan untuk laporan NPP, harus diajukan kepada
CB terakreditasi RSPO yang telah dipilih.
CB terakreditasi RSPO yang ditunjuk tersebut harus melakukan pencatatan dan verifikasi lapang
dengan tujuan sebagai berikut.
Menilai keakuratan batas-batas wilayah pengembangan yang diajukan sesuai peta-peta yang
telah diserahkan.
Menilai, apakah kajian SEIA telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan nasional yang
berlaku.
Menilai, apakah semua kajian yang ada telah dilaksanakan secara menyeluruh dan
berkualitas.
Menilai kepemilikan lahan atau sewa lahan.
Menilai persetujuan dari semua penduduk dan masyarakat adat yang terdampak sesuai
prinsip FPIC.
Menilai laporan akhir NPP.
Penting untuk diperhatikan bahwa CB bisa saja tidak melakukan verifikasi lapang jika dapat diajukan
bukti bahwa areal tersebut tidak dapat diakses.
Temuan-temuan yang diperoleh dari CB harus dicatat dan dilaporkan dengan sebagaimana mestinya
kepada pekebun yang kemudian akan memastikan bahwa semua persyaratan yang diatur di dalam
NPP telah dipenuhi.
Kotak 3. Konflik Kepentingan
Jika penilai dari Badan Sertifikasi melaksanakan kajian sesuai prosedur NPP, maka Badan
Sertifikasi tersebut harus menunjukkan bahwa pihaknya tidak memiliki konflik kepentingan
sehubungan dengan kliennya untuk kegiatan sertifikasi RSPO, sesuai dengan persyaratan-
persyaratan sistem sertifikasi RSPO. Hal ini berarti bahwa para penilai SEIA atau NKT yang telah
mengembangkan rencana pelaksanaan NPP tidak diperkenankan untuk juga melakukan verifikasi
kajian dan rencana tersebut.
17
Langkah 6. Pengajuan laporan NPP ke Sekretariat RSPO dan Pemberitahuan Publik Setelah melakukan verifikasi dipenuhinya semua persyaratan dalam prosedur NPP, CB akan
mengajukan laporan akhir NPP dalam waktu 5 hari kerja atas nama anggota. Laporan akhir NPP
harus mencakup unsur-unsur dalam Langkah 5, bersama dengan pernyataan verifikasi, dan diajukan
dengan tembusan kepada pihak pekebun. Anggota akan terus bertanggung jawab, meskipun yang
ditugaskan untuk mengajukan laporan NPP adalah CB.
RSPO akan memposting pemberitahuan penanaman baru tersebut pada laman situs RSPO.
Setelah diterima, RSPO akan mengecek kelengkapan pengajuan tersebut dan, dalam waktu 10 hari
kerja,6 memposting pemberitahuan tersebut pada laman situs RSPO untuk jangka waktu selama 30
hari (lih. Lampiran 2). Semua pendapat/komentar yang diterima oleh Sekretariat RSPO akan
dikembalikan kepada pekebun dalam waktu 3 hari kerja sejak diterimanya informasi dan untuk
klarifikasi jika diperlukan, dengan menyertakan CB di dalam komunikasi tersebut. Semua
pendapat/komentar yang diterima setelah waktu 30 hari pemberitahuan publik akan diteruskan
kepada pekebun dam diselesaikan di luar proses NPP.
Pekebun juga harus memposting pemberitahuan tersebut pada papan pengumuman setempat,
termasuk di kantor dan lokasi pusat kegiatan masing-masing masyarakat terdampak, selama 30 hari.
Segala pendapat/komentar yang diterima selama proses ini harus dikirimkan ke Sekretariat RSPO
dan dibuat dalam bahasa Inggris.
Pekebun tidak diperkenankan memulai persiapan lahan, penanaman baru ataupun pembangunan
infrastruktur apapun sebelum habisnya masa 30 hari tersebut dan dikeluarkannya pemberitahuan
resmi oleh RSPO untuk melanjutkan kegiatan.
Langkah 7: Resolusi dan Penyelesaian Pihak-pihak yang mempersengketakan kajian atau rencana tersebut, atau bermaksud
mempersengketakan pernyataan verifikasi dari CB, dapat melakukannya melalui Mekanisme
Pendapat/Komentar NPP (lihat proses lengkapnya di Lampiran 2). Perlu diperhatikan bahwa hanya
pendapat/komentar tertulis yang diajukan secara formal ke Sekretariat RSPO atau melalui kotak NPP
online saja yang akan dipertimbangkan. Semua pendapat/komentar yang diterima setelah
berakhirnya waktu 30 hari konsultasi publik akan diselesaikan di luar proses NPP.
Kotak 4. Pertimbangan praktis bagi Pemberitahuan Publik:
Publikasi pemberitahuan NPP harus dilakukan pada laman situs RSPO dan dibuat dalam
bahasa Inggris. Untuk pemberitahuan tingkat lokal, kegiatan publikasi ini harus dilakukan
dalam bentuk yang paling tepat (contohnya papan pemberitahuan di lokasi setempat,
dsb.) serta dibuat dalam bahasa Inggris dan bahasa nasional yang digunakan
sebagaimana diatur oleh Interpretasi Nasional masing-masing. Dalam hal tidak adanya
Interpretasi Nasional yang mengatur hal ini, maka pemberitahuan tersebut harus
dilakukan dalam bentuk bahasa nasional yang ada dan/atau bahasa lainnya yang biasa
digunakan dalam kegiatan usaha di kawasan tersebut.
Pertimbangan kerahasiaan harus mengacu kepada Kriteria 1.2 P&C 2013 (termasuk
sensitivitas komersial). Perlu diperhatikan bahwa prosedur pemberian izin sesuai hukum
yang berlaku mengharuskan dilakukannya pemberitahuan lokasi.
18
Pihak yang mengajukan pendapat/komentar atau persoalan diberikan kesempatan untuk
memberikan pandangan akhir mengenai apakah persoalan tersebut sudah dapat dianggap selesai
dan kapan diselesaikannya. Jika jawaban dari pihak perusahaan terhadap pendapat/komentar atau
persoalan tersebut tidak ditanggapi dalam waktu 20 hari oleh pihak yang terlibat, maka
pendapat/komentar atau persoalan tersebut tidak akan dilanjutkan lagi, di mana hal ini menutup
proses NPP yang berjalan.
Persiapan lahan hanya dapat dilakukan setelah diselesaikannya semua pendapat/komentar atau
sengketa yang ada dan disepakatinya tindakan perbaikan secara damai oleh para pihak yang terlibat.
Segala pendapat atau pemberitahuan sengketa yang diterima dapat berakibat pada tertundanya
persiapan lahan (termasuk juga pengembangan terasosiasi) hingga dicapainya kesepakatan.
Sementara itu, pengembangan dapat dilanjutkan di areal yang tidak dipersengketakan di dalam
kawasan NPP. Hanya pendapat/komentar atau pemberitahuan sengketa yang diterima selama
jangka waktu pemberitahuan publik saja (hingga hari terakhir) yang dapat diselesaikan
menggunakan Mekanisme Pendapat/Komentar NPP. Sengketa yang diterima oleh Sekretariat
setelah lewatnya jangka waktu pemberitahuan akan diproses sebagai pengaduan sesuai dengan
Proses Pengaduan RSPO.7
Setelah berakhirnya jangka waktu pemberitahuan selama 30 hari beserta penyelesaian segala
pendapat dan/atau keluhan dengan baik, Sekretariat RSPO akan memberitahukan perusahaan
secara elektronik mengenai hari kerja pertama setelah berakhirnya jangka waktu pemberitahuan
selama 30 hari tersebut atau setelah diselesaikannya segala persoalan yang muncul. RSPO dapat
menyediakan salinan cetak dari pemberitahuan elektronik tersebut jika diminta. Sekretariat RSPO
tidak dapat mengeluarkan pemberitahuan mengenai selesainya NPP jika pendapat/komentar atau
sengketa yang diterima selama jangka waktu pemberitahuan masih dalam proses pertimbangan.
Penyelesaian proses NPP akan diposting pada laman situs RSPO bersamaan dengan pemberitahuan
akan hal ini kepada pekebun yang bersangkutan.
19
Dokumen pendukung i. Daftar CB Terakreditasi RSPO untuk pelaksanaan audit P&C. ii. Format standar kajian kerangka kerja RSPO untuk SIA, EIA dan FPIC. iii. Dokumen Skema Pemberian Izin Penilai (ALS) dari HCV Resource Network (HCVRN), termasuk:
a. Templat Laporan Kajian NKT. b. Templat Ringkasan Publik Kajian NKT.
iv. Panduan global HCV Resource Network (HCVRN): a. Panduan Umum untuk Identifikasi Nilai Konservasi Tinggi b. Panduan Umum untuk Pengelolaan dan Monitoring Nilai Konservasi Tinggi
v. Prosedur RSPO untuk Remediasi dan Kompensasi – berkaitan dengan pembukaan lahan yang dilakukan tanpa didahului kajian NKT (termasuk panduan analisis Perubahan Pemanfaatan Lahan)
vi. Panduan RSPO untuk FPIC vii. Prosedur RSPO untuk Kajian GRK viii. Perangkat Hitung PalmGHG RSPO
20
Lampiran 1: Templat dan Panduan Penyusunan Laporan
1.1 Pernyataan Pemberitahuan NPP (termasuk Pernyataan Verifikasi oleh Badan
Sertifikasi/CB) 1.1.1 Tanggal Pemberitahuan
1.1.2 Nama Pekebun
1.1.3 Nama Anak Perusahaan (jika ada)
1.1.4 No. Keanggotaan RSPO
1.1.5 Lokasi penanaman baru yang diajukan
Catatan: (i) Alamat Perusahaan (ii) Izin Usaha (iii) Jenis Usaha (iv) Luas Lokasi (v) Nama Kontak (vi) Alamat E-mail (vii) Letak Geografis (viii) Acuan Spasial (Koordinat GPS)
(contoh: N 1⁰ 50’ 5.0” E 103⁰27’ 47.23”)
(ix) Peta batas (x) Areal penanaman baru dan
jadwalnya
1.1.6 Pernyataan Penerimaan Tanggung Jawab NPP Catatan: Pekebun kelapa sawit membubuhkan tanda tangan untuk menyatakan bahwa penilaian yang diperlukan telah dilaksanakan dan diselesaikan sesuai NPP.
1.1.7 Nama Perusahaan: Nama Penanggung Jawab: Jabatan: Tanda tangan: Tanggal:
1.1.8 Pernyataan Verifikasi oleh Badan Sertifikasi (CB) Catatan: Setelah informasi di atas dilengkapi, pekebun kelapa sawit akan menyampaikan informasi rinci kepada CB yang telah ditunjuk, yang kemudian akan memverifikasi temuan dengan melakukan pencatatan dan verifikasi lapang terhadap penanaman baru yang diajukan. Kemudian CB memberikan pernyataan verifikasi yang ditandatangani dan mengirimkannya kembali kepada pekebun. Dalam pengajuan NPP, rencana verifikasi yang diberikan CB akan memastikan telah dilakukannya kajian stok karbon dengan sebagaimana mestinya dan sesuai dengan C 7.8 dan bahwa kajian ini telah diajukan kepada Kelompok Kerja RSPO untuk Pengurangan Emisi (ERWG) (berlaku sebelum tanggal 31 Desember 2016).
1.1.9 Nama CB: Jabatan: Tanda tangan: Tanggal:
21
1.2 Struktur Laporan Ringkasan (Summary Report) untuk Kajian Individu: SEIA, survei
tanah dan topografi, dan proses FPIC Catatan: setiap penilaian harus dibuatkan ringkasannya dan dilaporkan secara individual, dan setiap ringkasan individual
harus mengikuti struktur di bawah ini.
1.2.1 Proses dan prosedur kajian
Penilai dan kredensialnya
Metode dan prosedur yang digunakan untuk melakukan kajian.
Tim yang bertanggung jawab mengembangkan rencana kelola dan mitigasi.
[Masukkan untuk SEIA] Bagian ini merupakan Pernyataan Konfirmasi dari Pekebun bahwa hal-hal sebagaimana disampaikan di atas telah dijalankan oleh konsultan independen melalui pendekatan yang komprehensif dan bahwa semua dampak utama yang signifikan dari proyek yang diajukan telah diidentifikasi. Selain itu, Pekebun menyatakan bahwa rekomendasi untuk memitigasi potensi dampak negatif beserta rekomendasi untuk meningkatkan dampak positifnya sudah tersedia dalam bentuk laporan. 1.2.2 Ringkasan temuan Panduan spesifik: SEIA
Ringkasan temuan kunci terkait dengan dampak-dampak lingkungan yang positif dan negatif.
Ringkasan temuan kunci terkait dampak sosio-ekonomi bagi masyarakat dalam lingkup negara,
kawasan dan lokal.
Ringkasan temuan kunci terkait dampak sosio-ekonomi yang berhubungan dengan masyarakat
pendatang (pekerja, pemasok, dsb.)
Persoalan-persoalan yang diangkat oleh pemangku kepentingan dan pendapat/komentar dari
penilai.
Daftar dokumen sesuai hukum yang berlaku, izin yang diatur undang-undang, dan akta
kepemilikan terkait dengan areal yang dinilai.
Tanah dan topografi
Identifikasi semua areal yang berupa tanah marjinal dan ringkih (termasuk gambut).
Identifikasi semua areal dengan kemiringan yang terlalu curam (lih. Kriteria 7.4 RSPO).
Proses FPIC
Identifikasi partisipatif terhadap lahan masyarakat setempat, di mana aspek legal, adat dan hak
pakainya dapat dibuktikan (lih. Kriteria 7.5 RSPO).
Bukti-bukti terdokumentasi yang menunjukkan perolehan persetujuan FPIC dari semua
masyarakat adat yang terdampak dengan adanya pembangunan di areal konsesi (bagian dari
persyaratan RSPO).
1.2.3 Ringkasan Rencana Kelola dan Mitigasi Catatan: Identifikasi Perencanaan, Pengelolaan dan Monitoring penanaman baru berdasarkan atas
potensi dampak. Ini merupakan suatu janji yang diberikan pekebun kelapa sawit bahwa perusahaannya
akan menerapkan praktik pengelolaan terbaik untuk produksi minyak sawit, termasuk rekomendasi
berdasarkan P&C RSPO. Poin-poin rekomendasi dari laporan-laporan kajian yang ada beserta P&C RSPO
untuk penanaman baru akan dijunjung tinggi.
Panduan
Berdasarkan laporan kajian independen (AMDAL, Kajian Dampak Sosial, survei tanah dan topografi,
kajian NKT, dan kajian Karbon dan Emisi GRK), pekebun bertanggung jawab untuk mencatat semua
dampak positif dan negatif yang ada serta mengidentifikasi rencana mitigasi dan kelola sesuai dengan
22
dampak-dampak tersebut. Pekebun dapat meminta bantuan pihak luar jika pihak internalnya kurang
memiliki keahlian atau kapasitas untuk menyusun laporan ringkasan ini.
Panduan Spesifik
SEIA Ringkasan Tindakan Mitigasi dan Persyaratan Monitoring. Ini mencakup:
Tuliskan apa saja dampak lingkungan positif yang ada.
Identifikasi rencana kelola yang diajukan untuk mempromosikan dampak positif
Potensi Dampak Negatif terhadap Lingkungan
Tindakan Mitigasi yang diajukan.
Rencana mitigasi untuk meminimalkan aspek-aspek negatif untuk dampak sosio-ekonomi.
Rencana kelola untuk meningkatkan kontribusi sosio-ekonomi.
Tindakan perbaikan dan jadwal pelaksanaannya.
Tanggung jawab.
Untuk menyederhanakan, hal-hal di atas dapat disusun dalam bentuk tabel dengan judul kolom sebagai
berikut.
i. Parameter yang akan dimonitor.
ii. Tindakan peningkatan/mitigasi yang diajukan.
iii. Lokasi
iv. Ukuran
v. Frekuensi
vi. Tanggung jawab
vii. Perkiraan jadwal untuk penyelesaian tugas
Tanah dan topografi:
Tindakan manajemen dan mitigase apabila terdapat proposal penanaman terbatas di tanah
ringkih dan marjinal
1.2.4 Acuan Daftar acuan yang digunakan dalam kajian.
1.2.5 Tanggung jawab internal
Penandatanganan secara formal (beserta tanggal) oleh pihak penilai dan perusahaan. Pernyataan penerimaan tanggung jawab atas kajian.
Penandatanganan secara formal (beserta tanggal) rencana kelola dan mitigasi.
Informasi organisasi dan nama kontak.
Orang-orang yang terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan.
23
1.3 Struktur Laporan Ringkasan untuk Kajian Individual: Kajian Karbon dan GRK
(berlaku mulai tanggal 1 Januari 2017) [masukkan] Catatan: Bagian ini merupakan Konfirmasi dari Pekebun bahwa kegiatan di atas telah dilaksanakan
menggunakan versi terakhir Perangkat Penilaian Karbon RSPO yang tersedia (atau perangkat lain yang setara dan telah
disetujui RSPO) untuk memperkirakan stok karbon yang ada di atas dan bawah biomassa tanah untuk lahan yang
dialokasikan bagi pengembangan baru kelapa sawit dan bahwa potensi emisi bersih GRK yang timbul telah diperkirakan.
Selain itu, Pekebun menyatakan bahwa kajian tersebut mencakup rencana meminimalkan emisi bersih GRK yang
mempertimbangkan penghindaran kawasan lahan yang memiliki SKT dan/atau opsi-opsi sekuestrasi.
1.3.1 Proses dan prosedur kajian Penilai dan kredensialnya
Metode dan prosedur yang digunakan untuk melakukan kajian stok karbon dan GRK.
Tim yang bertanggung jawab mengembangkan rencana mitigasi.
1.3.2 Ringkasan kajian stok karbon
Peta lokasi yang menunjukkan kawasan penanaman baru pada tingkat lanskap dan properti. Stratifikasi tutupan lahan, termasuk peta dan hasil verifikasi yang menggunakan data survei
lapangan yang ada (contohnya data survei partisipatif dan data NKT) atau groundtruthing dan
hasil hitung stok karbon (tC/ha) untuk setiap strata tutupan lahan.
Peta dan penjelasan semua kawasan yang memiliki tingkat stok karbon yang signifikan,
termasuk kawasan bertanah gambut.
1.3.3 Ringkasan kajian emisi GRK Semua sumber yang berkemungkinan merupakan sumber emisi dan sekuestrasi GRK yang
signifikan terkait dengan pengembangan yang diajukan.
1.3.4 Acuan Daftar acuan yang digunakan dalam kajian.
1.3.5 Ringkasan Rencana Kelola dan Mitigasi (stok karbon dan emisi GRK)
Rencana pengembangan baru yang menunjukkan stok karbon dan keberadaan tanah gambut
di kawasan yang akan dikembangkan dan yang akan dikonservasi (sertakan peta terkait di
dalamnya).
Sajikan hasil pengujian skenario yang menunjukkan emisi GRK (beserta tabel, grafik, dsb. yang
terkait).
Berikan penjelasan bagi pemilihan skenario yang optimal beserta peta tata ruang yang terkait.
Jelaskan tindakan-tindakan yang diambil untuk mempertahankan dan meningkatkan stok
karbon di kawasan tempat dilaksanakannya pengembangan baru.
Jelaskan tindakan-tindakan yang akan diambil untuk memitigasi emisi bersih GRK yang
berkaitan dengan budi daya dan pengolahan kelapa sawit di kawasan pengembangan baru
(contohnya tangkapan metana pada Pabrik Kelapa Sawit (PKS), sumber lokal penyedia pupuk,
pengurangan penggunaan pupuk non-organik, pengurangan konsumsi bahan bakar, dsb.).
Rencana untuk memonitor pelaksanaan skenario yang dipilih untuk pengembangan baru,
termasuk tindakan-tindakan untuk meningkatkan stok karbon dan meminimalkan emisi GRK.
1.3.6 Tanggung jawab internal Penandatanganan secara formal (beserta tanggal) oleh pihak penilai dan perusahaan. Pernyataan penerimaan tanggung jawab atas kajian.
Penandatanganan secara formal (beserta tanggal) rencana kelola dan mitigasi.
Informasi organisasi dan nama kontak.
Orang-orang yang terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan.
24
1.4 Struktur Laporan Ringkasan untuk Kajian Individual: analisis LUC Lih. templat penyusunan laporan LUC di http://www.rspo.org/resources/supplementary-materials
1.5 Struktur Laporan Ringkasan untuk Kajian Individual: Kajian NKT Penilai NKT yang memegang lisensi dari skema Assessor Licencing Scheme (ALS) oleh HCV Resource
Network (HCVRN) diwajibkan mengikuti prosedur dan templat ALS secara ketat, termasuk Templat
Ringkasan Publik Kajian NKT yang bisa didapatkan di: www.hcvnetwork.org/als
1.6 Panduan untuk pengajuan peta NPP Peta adalah hasil yang sangat penting dari kajian apapun. Kajian NPP sangat perlu untuk disertai
dengan peta yang jelas dan mudah dipahami.
Peta yang diajukan untuk NPP sekurangnya harus menyajikan sekurangnya unsur-unsur penting
sebagai berikut.
1.6.1. Judul 1.6.2. Indikator Skala. Pembaca harus dapat menentukan hubungan antara satuan ukur yang ada pada peta dengan satuan ukur di lapangan. Skala peta optimal untuk digunakan adalah 1 : 50.000. 1.6.3. Kualitas gambar. Untuk keperluan publikasi peta secara online, maka peta tersebut harus memiliki kualitas 150 dpi. Sementara untuk keperluan cetak, yang terbaik adalah kualitas 300 dpi. 1.6.4. Orientasi. Peta harus menunjukkan mana arah utara (dan/atau selatan, timur dan barat). 1.6.5. Batas 1.6.6. Legenda 1.6.7. Penyebutan kredit dalam peta: • Sumber data (khususnya untuk peta tematik) • Nama pembuat peta • Tanggal pembuatan/publikasi peta • Tanggal data peta • Proyeksi peta (khususnya peta berskala kecil) 1.6.8. Penentu posisi lokasi dalam peta (INSET): penentu posisi lokasi dalam peta diperlukan jika kawasan yang dipetakan tidak mudah dikenali atau berada dalam skala yang besar. 1.6.9. Mudah dibaca/dipahami: gunakan ukuran dan jenis huruf yang sesuai agar teksnya dapat jelas dan mudah dibaca.
25
Lampiran 2: Mekanisme Pendapat/Komentar NPP
26
Catatan
1 Lih. Prosedur RSPO untuk Remediasi dan Kompensasi (http://www.rspo.org/resources/supplementary-materials) untuk panduan lebih lanjut. 22Lihat panduan RSPO mengenai FPIC: http://www.rspo.org/sites/default/files/FPIC%20and%20Oil%20Palm%20Plantations%20-%20A%20Guide%20for%20Companies%20%28Oct%2008%29.pdf 33Lihat sumber Assessor Licensing Scheme untuk penilai NKT: https://www.hcvnetwork.org/als/home 4 Untuk panduan lebih lanjut, lihat juga Lampiran 2 Prosedur RSPO untuk Remediasi dan Kompensasi (http://www.rspo.org/resources/supplementary-materials), dan Daftar Pengecekan Penyusunan Laporan Analisis Land Use/Cover Change (LUCC) (http://www.rspo.org/file/4_LUCCReportingChecklist_May2014.pdf). 5 Lih. Prosedur Kajian GRK RSPO untuk Penanaman Baru (http://www.rspo.org/resources/supplementary-materials#)
untuk panduan lebih lanjut. 6 Pemberitahuan tidak akan diunggah pada laman situs RSPO jika pengajuan dianggap belum lengkap. Waktu waktu 10 hari yang dibutuhkan Sekretariat untuk mengolah pengajuan NPP dan mengunggahnya ke laman situs hanyalah perkiraan semata dan tergantung pada kelengkapan pada saat pengajuan serta ketepatan waktu perusahaan dan/atau CB dalam menyelesaikan segala isu/persoalan yang diangkat oleh Sekretariat. 7 Lih. http://www.rspo.org/members/complaints untuk informasi dan panduan lebih lanjut.