prosedur pengolahan kompos.doc

17
pta Draft Panduan Pembuatan Kompos dari Sampah Organik Kegiatan Revitalisasi ex TPA Cieunteung Melalui Kegiatan Pengomposan 2009 PT. Arthanimas

description

Prosedur Pengolahan kompos

Transcript of prosedur pengolahan kompos.doc

PENGOLAHAN KOMPOS

ptaDraftPanduan Pembuatan Kompos

dari Sampah Organik

Kegiatan Revitalisasi ex TPA Cieunteung

Melalui Kegiatan Pengomposan

2009PT. Arthanimas

PendahuluanKompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau non aerobik (Modifikasi dari J.H. Crawford, 2003). Sedangkan pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi pembuatan campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, pengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan. Sampah terdiri dari dua bagian, yaitu bagian organik dan non aerobik. Rata-rata persentase bahan organik sampah mencapai 80%, sehingga pengomposan merupakan alternatif penanganan yang sesuai.Sampah yang diproduksi pasar tradisional bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang berguna. Yaitu diolah menjadi pupuk kompos. Pupuk jenis ini tidak kalah mutunya dengan pupuk buatan pabrik. Dengan diolah, maka sampah tidak lagi menyebabkan pasar tradisional terlihat kotor dan kumuh. Selain itu, juga bisa mendatangkan keuntungan secara ekonomi. Sampah pasar yang dapat dijadikan kompos adalah sampah pasar yang terdiri dari sisa- sisa sayuran, buah-buahan, ikan, daging dan sebagainya yang berupa materi organik.Teknologi pengomposan sampah sangat beragam, baik secara aerobik maupun non aerobik , dengan atau tanpa aktivator pengomposan. Aktivator pengomposan yang sudah banyak beredar antara lain PROMI (Promoting Microbes), OrgaDec, SuperDec, ActiComp, BioPos, EM4, Green Phoskko Organic Decomposer dan SUPERFARM (Effective Microorganism) atau menggunakan cacing guna mendapatkan kompos (vermicompost). Setiap aktivator memiliki keunggulan sendiri-sendiri.

Pengomposan secara aerobik paling banyak digunakan, karena mudah dan murah untuk dilakukan, serta tidak membutuhkan kontrol proses yang terlalu sulit. Dekomposisi bahan dilakukan oleh mikroorganisme di dalam bahan itu sendiri dengan bantuan udara. Sedangkan pengomposan secara anaerobik memanfaatkan mikroorganisme yang tidak membutuhkan udara dalam mendegradasi bahan organik.

Hasil akhir dari pengomposan ini merupakan bahan yang sangat dibutuhkan untuk kepentingan lahan pertanian di Indonesia, sebagai upaya untuk memperbaiki sifat kimia, fisika dan biologi tanah, sehingga produksi tanaman menjadi lebih tinggi. Kompos yang dihasilkan dari pengomposan sampah dapat digunakan untuk menguatkan struktur lahan kritis, menggemburkan kembali tanah pertanian, menggemburkan kembali tanah pertamanan, sebagai bahan penutup sampah di TPA, reklamasi pantai pasca penambangan, dan sebagai media tanaman, serta mengurangi penggunaan pupuk kimia.

Faktor yang Mempengaruhi Pengomposan Setiap organisme pendegradasi bahan organik membutuhkan kondisi lingkungan dan bahan yang berbeda-beda. Apabila kondisinya sesuai, maka dekomposer tersebut akan bekerja giat untuk mendekomposisi limbah padat organik. Apabila kondisinya kurang sesuai atau tidak sesuai, maka organisme tersebut akan dorman, pindah ke tempat lain, atau bahkan mati. Menciptakan kondisi yang optimum untuk proses pengomposan sangat menentukan keberhasilan proses pengomposan itu sendiri.

Faktor-faktor yang memperngaruhi proses pengomposan antara lain [1]:

Rasio C/N Rasio C/N yang efektif untuk proses pengomposan berkisar antara 30: 1 hingga 40:1. Mikroba memecah senyawa C sebagai sumber energi dan menggunakan N untuk sintesis protein. Pada rasio C/N di antara 30 s/d 40 mikroba mendapatkan cukup C untuk energi dan N untuk sintesis protein. Apabila rasio C/N terlalu tinggi, mikroba akan kekurangan N untuk sintesis protein sehingga dekomposisi berjalan lambat.

Ukuran Partikel Aktivitas mikroba berada diantara permukaan area dan udara. Permukaan area yang lebih luas akan meningkatkan kontak antara mikroba dengan bahan dan proses dekomposisi akan berjalan lebih cepat. Ukuran partikel juga menentukan besarnya ruang antar bahan (porositas). Untuk meningkatkan luas permukaan dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel bahan tersebut.

Aerasi Pengomposan yang cepat dapat terjadi dalam kondisi yang cukup oksigen (aerob). Aerasi secara alami akan terjadi pada saat terjadi peningkatan suhu yang menyebabkan udara hangat keluar dan udara yang lebih dingin masuk ke dalam tumpukan kompos. Aerasi ditentukan oleh posiritas dan kandungan air bahan(kelembaban). Apabila aerasi terhambat, maka akan terjadi proses non aerob yang akan menghasilkan bau yang tidak sedap. Aerasi dapat ditingkatkan dengan melakukan pembalikan atau mengalirkan udara di dalam tumpukan kompos.

Porositas Porositas adalah ruang diantara partikel di dalam tumpukan kompos. Porositas dihitung dengan mengukur volume rongga dibagi dengan volume total. Rongga-rongga ini akan diisi oleh air dan udara. Udara akan mensuplay Oksigen untuk proses pengomposan. Apabila rongga dijenuhi oleh air, maka pasokan oksigen akan berkurang dan proses pengomposan juga akan terganggu.

Kelembaban (Moisture content) Kelembaban memegang peranan yang sangat penting dalam proses metabolisme mikroba dan secara tidak langsung berpengaruh pada suplay oksigen. Mikrooranisme dapat memanfaatkan bahan organik apabila bahan organik tersebut larut di dalam air. Kelembaban 40 - 60% adalah kisaran optimum untuk metabolisme mikroba. Apabila kelembaban di bawah 40%, aktivitas mikroba akan mengalami penurunan dan akan lebih rendah lagi pada kelembaban 15%. Apabila kelembaban lebih besar dari 60%, hara akan tercuci, volume udara berkurang, akibatnya aktivitas mikroba akan menurun dan akan terjadi fermentasi non aerobik yang menimbulkan bau tidak sedap.

Temperatur/suhu Panas dihasilkan dari aktivitas mikroba. Ada hubungan langsung antara peningkatan suhu dengan konsumsi oksigen. Semakin tinggi temperatur akan semakin banyak konsumsi oksigen dan akan semakin cepat pula proses dekomposisi. Peningkatan suhu dapat terjadi dengan cepat pada tumpukan kompos. Temperatur yang berkisar antara 30 - 60oC menunjukkan aktivitas pengomposan yang cepat. Suhu yang lebih tinggi dari 60oC akan membunuh sebagian mikroba dan hanya mikroba thermofilik saja yang akan tetap bertahan hidup. Suhu yang tinggi juga akan membunuh mikroba-mikroba patogen tanaman dan benih gulma.

pH Proses pengomposan dapat terjadi pada kisaran pH yang lebar. pH yang optimum untuk proses pengomposan berkisar antara 6.5 sampai 7.5. pH kotoran ternak umumnya berkisar antara 6.8 hingga 7.4. Proses pengomposan sendiri akan menyebabkan perubahan pada bahan organik dan pH bahan itu sendiri. Sebagai contoh, proses pelepasan asam, secara temporer atau lokal, akan menyebabkan penurunan pH (pengasaman), sedangkan produksi amonia dari senyawa-senyawa yang mengandung nitrogen akan meningkatkan pH pada fase-fase awal pengomposan. pH kompos yang sudah matang akan mendekati pH netral (sekitar 7).

Kandungan Hara Kandungan P dan K juga penting dalam proses pengomposan dan bisanya terdapat di dalam kompos dari peternakan. Hara ini akan dimanfaatkan oleh mikroba selama proses pengomposan.

Kandungan Bahan Berbahaya Beberapa bahan organik mungkin mengandung bahan-bahan yang berbahaya bagi kehidupan mikroba. Logam-logam berat seperti Mg, Cu, Zn, Nickel, Cr adalah beberapa bahan yang termasuk kategori ini. Logam-logam berat akan mengalami imobilisasi selama proses pengomposan.

Lama pengomposan Lama waktu pengomposan tergantung pada karakteristik bahan yang dikomposkan, metode pengomposan yang dipergunakan dan dengan atau tanpa penambahan aktivator pengomposan. Secara alami pengomposan akan berlangsung dalam waktu beberapa minggu sampai 2 tahun hingga kompos benar-benar matang.

Peralatan yang Dibutuhkan

Beberapa peralatan yang digunakan pada pembuatan kompos, tetapi peralatan tersebut dapat disesuaikan dengan kebutuhan pembuatan kompos lainnya. Berikut merupakan peralatan yang biasa digunakan dalam proses pembuatan kompos : Alat pencacah (golok/mesin pencacah)

Skop

Garpu/cangkrang

Saringan/ayakan

Alat semprot

Bob cat

Ember

Bakteri fermentasi Timbangan Termometer. Sebaiknya menggunakan termometer alkohol (bukan air raksa) agar tidak mencemari kompos jika termometer pecah. bakteri fermentasi: Supermic/Effective Microorganism(EM) Personal equipment Tahapan Pengomposan

Berikut merupakan tahapan dalam pengomposan, yang biasa dilakukan dalam dunia pengomposan [2]: DipilahPisahkan sampah organik dan sampah an-organik. Permasalahan pembuatan kompos dari sampah adalah kontaminasi sampah non organik, seperti: plastik, besi, karet, dan lain-lain. Sampan non organik ini harus dipisahkan/disortir terlebih dahulu sebelum sampah dapat dikomposkan. Proses pemisahan ini tergantung pada banyaknya sampah non organik dan jenisnya. Jika tingkat kontaminasinya tinggi, rasanya tidak ekonomis untuk memisahkannya secara manual.

Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah memisahkan sampah sejak dari awal. Pengelola pasar dapat menyediakan tempat sampah khusus sampah organik dan sampah non organik. Tindakan ini disertai dengan penyadaran pada para pedagang pasar untuk membiasakan membuang sampah sesuai dengan jenisnya. Ini yang seringkali tidakmudah dan memakan banyak waktu, biaya, dan tenaga.

DicacahUntuk mempercepat proses dekomposisi, sampah organik dapat dicacah dengan menggunakan golok atau alat pencacah kompos. Kandungan air di dalam sampah pasar cukup tinggi. Terutama jika didominasi oleh sampah sayur-sayuran. Pada proses pencacahan hampir selalu dihasilkan lindi yang cukup banyak. Kira-kira setiap 1 ton bahan bisa menghasilkan beberapa puluh liter lindi.

Solusi yang selama ini dilakukan adalah dengan mengurangi tingkat cacahan dengan cara mengurangi jumlah mata pisau mesin pencacah. Kedua tidak menambahkan air pada saat proses pengomposan. Ketiga menyediakan saluran dan penampung untuk lindi ini.

Untungnya air lindi ini bisa dijadikan pupuk organik cair melalui proses lanjutan. Ditaburi atau disemprot bakteriSetelah bahan kompos terkumpul dengan volume tertentu, bahan tersebut dapat ditaburi bakteri supermik atau disemprot dengan menggunakan effective microorganisme.Organisme yang terlibat dalam proses pengomposan

Kelompok OrganismeOrganismeJumlah/gr kompos

MikrofloraBakteri; Aktinomicetes; Kapang109 - 109; 105 108; 104 - 106

MikrofanunaProtozoa104 - 105

MakrofloraJamur tingkat tinggi

MakrofaunaCacing tanah, rayap, semut, kutu, dll

DiadukSetelah ditaburi atau disemprot dengan bakteri, bahan kompos diaduk agar bakteri cukup merata di setiap bagian. Setelah diaduk, masukkan bahan kompos ke kotak pertama untuk proses fementasi.

Ulangi cara-cara di atas setiap kali hendak menambahkan bahan kompos baru sampai hari ke 14 atau sampai bahan kompos mencapai volume yang telah ditentukan sesuai dengan media tampung. Setiap kali kita menambahkan bahan kompos baru harus disertai proses pengadukan.

Setelah hari ke 14 pindahkan bahan kompos ke kotak ke dua untuk proses fermentasi lebih lanjut. Minimal 2 hari satu kali, bahan kompos diaduk dan diperhatikan kadar airnya. Jika terlalu kering harus ditambahkan air dan apabila terlalu basah diberi campuran serutan kayu/serbuk gergaji/sekam padi. Pada hari ke 21, kompos sudah bisa dipanen.

Selama tahap-tahap awal proses, oksigen dan senyawa-senyawa yang mudah terdegradasi akan segera dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan meningkat dengan cepat. Demikian pula akan diikuti dengan peningkatan pH kompos. Suhu akan meningkat hingga di atas 50o - 70o C. Suhu akan tetap tinggi selama waktu tertentu. Mikroba yang aktif pada kondisi ini adalah mikroba Termofilik, yaitu mikroba yang aktif pada suhu tinggi. Pada saat ini terjadi dekmposisi/penguraian bahan organik yang sangat aktif. Mikroba-mikroba di dalam kompos dengan menggunakan oksigen akan menguraikan bahan organik menjadi CO2, uap air dan panas. Setelah sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu akan berangsur-angsur mengalami penurunan. Pada saat ini terjadi pematangan kompos tingkat lanjut, yaitu pembentukan komplek liat humus. Selama proses pengomposan akan terjadi penyusutan volume maupun biomassa bahan. Pengurangan ini dapat mencapai 30 40% dari volume/bobot awal bahan Diangin-anginkanSetelah dipanen, kompos baru diangin-anginkan ditempat yang teduh selama satu hari. Setelah kadar air kompos mencapai 30 %, kompos dapat digunakan untuk memupuk tanaman.

DiayakApabila kompos yang sudah jadi hendak dijual, perlulah dilakukan pengayakan agar bentuknya menjadi kecil dan halus. Sisa yang kasar dimasukkan dalam proses berikutnya dan dapat menjadi starter dekomposisi berikutnya.

Ditanam kembaliBahan organik yang sudah jadi kompos digunakan untuk memupuk tanaman dengan maksud mengembalikan bahan organik ke asalnya. Bila hendak digunakan untuk media tanam, perbandingan penggunaan adalah 1: 1.

Bagaimana Mengetahui Kompos yang Sudah MatangStabilitas dan kematangan kompos adalah beberapa istilah yang sering dipergunakan untuk menentukan kualitas kompos. Stabil merujuk pada kondisi kompos yang sudah tidak lagi mengalami dekomposisi dan hara tanaman secara perlahan (slow release) dikeluarkan ke dalam tanah. Stabilitas sangat penting untuk menentukan potensi ketersediaan hara di dalam tanah atau media tumbuh lainnya. Kematangan adalah tingkat kesempurnaan proses pengomposan. Pada kompos yang telah matang, bahan organik mentah telah terdekomposisi membentuk produk yang stabil.

Untuk mengetahui tingkat kematangan kompos dapat dilakukan dengan uji dilaboratorium untuk atau pun pengamatan sederhana di lapang. Berikut ini disampaikan cara sederhana untuk mengetahui tingkat kematangan kompos :

1. Dicium/dibaui Kompos yang sudah matang berbau seperti tanah dan harum, meskipun kompos dari sampah kota. Apabila kompos tercium bau yang tidak sedap, berarti terjadi fermentasi anaerobik dan menghasilkan senyawa-senyawa berbau yang mungkin berbahawa bagi tanaman. Apabila kompos masih berbau seperti bahan mentahnya berarti kompos belum matang.

2. Warna kompos Warna kompos yang sudah matang adalah coklat kehitam-hitaman. Apabila kompos masih berwarna hijau atau warnanya mirip dengan bahan mentahnya berarti kompos tersebut belum matang.

3. Penyusutan Terjadi penyusutan volume/bobot kompos seiring dengan kematangan kompos. Besarnya penyusutan tergantung pada karakteristik bahan mentah dan tingkat kematangan kompos. Penyusutan berkisar antara 20 40 %. Apabila penyusutannya masih kecil/sedikit, kemungkinan proses pengomposan belum selesai dan kompos belum matang.

4. Tes kantong plastik Contoh kompos diambil dari bagian dalam tumpukan. Kompos kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik, ditutup rapat, dan disimpan di dalam suhu ruang selama kurang lebih satu minggu. Apabila setelah satu minggu kompos berbentuk baik, tidak berbau atau berbau tanah berarti kompos telah matang.

5. Tes perkecambahan Contoh kompos letakkan di dalam bak kecil atau beberapa pot kecil. Letakkan beberapa benih (3 4 benih). Jumlah benih harus sama. Pada saat yang bersamaan kecambahkan juga beberapa benih di atas kapas basah yang diletakkan di dalam baki dan ditutup dengan kaca/plastik bening. Benih akan berkecambah dalam beberapa hari. Pada hari ke-5 / ke-7 hitung benih yang berkecambah. Bandingkan jumlah kecambah yang tumbuh di dalam kompos dan di atas kapas basah. Kompos yang matang dan stabil ditunjukkan oleh banyaknya benih yang berkecambah.

6. Suhu Suhu kompos yang sudah matang mendekati dengan suhu awal pengomposan. Suhu kompos yang masih tinggi, atau di atas 50oC, berarti proses pengomposan masih berlangsung aktif.

7. Kandungan air kompos Kompos yang sudah matang memiliki kandungan kurang lebih 55-65%.

Memonitoring Proses Pengomposan

Terdapat beberapa permasalahan yang terjadi dalam melakukan pengomposan, seperti dalam tabel berikut dejelaskan pula penyelesaian masalahnya.

SymptomProblemSolution

Pile is wet and smells like a mix-ture of rancid butter, vinegar, and rotten eggs Not enough air Turn pile

Or too much nitrogen Mix in straw, sawdust, or wood chips

Or too wet Turn pile and add straw, sawdust, or wood chips; provide drainage

Pile does not heat up Pile is too small Make pile larger or provide insulation

Or pile is too dry Add water while turning the pile

Pile is damp and sweet smelling but will not heat up Not enough nitrogen Mix in grass clippings, food scraps, or other sources of nitrogen

Pile is attracting animals Meat and other animal products have been included Keep meat and other animal products out of the pile; enclose pile in 1/4-inch hardware cloth

Or food scraps are not well covered Cover all food with brown materials such as leaves, wood-chips, or finished compost

Keuntungan Menggunakan Pupuk Kompos1. Struktur tanah menjadi ber-remah, mudah ditembus akar tanaman dan tidak menahan air porus.

2. Pupuk organik adalah jenis pupuk yang melakukan pelepasn unsure haranya secara perlahan-lahan. Oleh karena itu, kondisi kesuburan tanah dapat berlangsung dengan agak lama.

3. Semakin banyak akumulasi pupuk organic, kesuburan akan semakin bertahan lama dan dapat meningkatkan hasil produksi.

4. Bakteri fermentasi dalam kompos berpengaruh positif terhadap daya tahan tanaman terhadap serangan hama penyakit.

-ca-Daftar Pustaka

1. Isroi. 2008. KOMPOS. Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia, Bogor.2. Holmer, R.J. Basic Principles for Composting of Biodegradable Household Wastes3. Trautmann, Karsny. 1997. Composting in The Clasroom. Cornel Waste Management Institute4. __________, Composting. http://epa.gov/epaoswer/non-hw/compost/index.htm5. __________, Kompos. http://wikipedia.com6. __________, Pengomposan Limbah Padat Organik. 2006. http://isroi.worldpress.com7. __________, Permasalahan Pengomposan Sampah Pasar.2008. http://isroi.worldpress.com8. __________, Pengolahan Sampah Menjadi Kompos. 2008. http://gropesh.multiply.com/journal/item/5. SHAPE \* MERGEFORMAT

HYPERLINK "http://isroi.wordpress.com/2008/03/25/cara-mudah-mengolah-sampah-pasar-1/sampah-pasar-bunderan/" \o "\"sampah pasarbunderan\"

6m

1m

Kemiringan 5-10cm

3m

2,5 m

Saluran air lindi

Tampat untuk bahan kompos/pencacahan/alat pencacah

Penampungan air lindi

Untuk pengeringan kompos

1

2

3

2/3 m

1, 2, 3 = Removable door

Pintu alternatif

I

II

I, II:Tutup atas

a, b, c, d = 75 cm. e, f =30cm

a

b

c

d

e

f

MAKSUDNYA ?

Artinya ?

Maksudnya