Prosedur Pemeriksaan Siklus Belanja Daerah
Transcript of Prosedur Pemeriksaan Siklus Belanja Daerah
Tugas Kelompok Dosen Pembimbing
Dr.H.M.Rasuli,SE.Msi,kt
Makalah
RESUME AUDIT ATAS SIKLUS BELANJA
Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok 3 mata kuliah Audit Keuangan Negara
Disusun Oleh
1. Anis Magfiroh (1102113425)
2. Bunga Pramudia Putri (1102113409)
3. Kristina (1102113497)
4. T. Asri Yunita (1102113403)
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS RIAU
2013
AUDIT ATAS TRANSAKSI BELANJA
Definisi belanja menurut Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 adalah sebagai
berikut :
“Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara / Daerah yang
mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan
diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.”
Definisi lain dari belanja ini adalah seperti yang dijelaskan dalam Peraturan Menteri Dalam
Negeri No. 13 Tahun 2006 sebagai berikut :
“Belanja adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan
bersih.”
Kedua definisi tersebut di atas menjelaskan bahwa transaksi belanja akan menurunkan
ekuitas dana pemerintah daerah.
Kewenangan Satuan Kerja dalam transaksi belanja
a. Belanja tidak langsung, yaitu : belanja pegawai.
b. Belanja langsung, yaitu : belanja pegawai, belanja barang dan jasa, belanja modal.
Pasal 11 Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara menetapkan
klasifikasi jenis belanja negara terdiri dari Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja Modal,
Bunga, Subsidi, Hibah, Bantuan Sosial, Belanja Iain-Iain dan Belanja Daerah. Penjelasan
mengenai jenis-jenis belanja tersebut adalah sebagai berikut:
1. Belanja Pegawai
Pengeluaran yang merupakan kompensasi terhadap pegawai baik dalam bentuk uang atau
barang, yang harus dibayarkan kepada pegawai pemerintah di dalam maupun di luar negeri
baik kepada pejabat negara, Pegawai Negeri Sipil dan pegawai yang dipekerjakan oleh
pemerintah yang belum berstatus PNS sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah
dilaksanakan, kecuali pekerjaan yang berkaitan dengan pembentukan modal.
2. Belanja Barang
Pengeluaran untuk menampung pembelian barang dan jasa yang habis pakai untuk
memproduksi barang dan jasa yang dipasarkan maupun yang tidak dipasarkan serta
pengadaan barang yang dimaksudkan untuk diserahkan atau dijual kepada masyarakat dan
belanja perjalanan. Belanja ini terdiri dari belanja barang dan jasa, belanja pemeliharaan dan
belanja perjalanan dinas.
3. Belanja Modal
Pengeluaran anggaran yang digunakan, dalam rangka memperoleh atau menambah aset tetap
dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi serta melebihi
batasan minimal kapitalisasi aset tetap atau aset lainnya yang ditetapkan pemerintah. Aset
Tetap tersebut dipergunakan untuk operasional kegiatan sehari-hari suatu satuan kerja bukan
untuk dijual.
4. Pembayaran Bunga Utang
Pengeluaran pemerintah untuk pembayaran bunga (interest) yang dilakukan atas kewajiban
penggunaan pokok utang (principal outstanding) baik utang dalam maupun luar negeri yang
dihitung berdasarkan posisi pinjaman jangka pendek atau jangka panjang. Jenis belanja ini
khusus digunakan dalam kegiatan dari Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan.
5. Subsidi
Pengeluaran atau alokasi anggaran yang diberikan pemerintah kepada perusahaan negara,
lembaga pemerintah atau pihak ketiga lainnya yang memproduksi, menjual, mengekspor atau
mengimpor barang dan jasa untuk memenuhi hajat hidup orang banyak agar harga jualnya
dapat dijangkau masyarkat. Belanja ini antara lain digunakan untuk penyaluran subsidi
kepada masyarakat melalui BUMN/BUMD dan pemsahaan swasta.
6. Hibah
Pengeluaranpemerintah berupa transfer dalam bentuk uang, barang atau jasa, bersifat tidak
wajib yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya dan tidak mengikat serta tidak
terus menerus kepada pemerintahan negara lain, pemerintah daerah, masyarakat dan
organisasi kemayarakatan serta organisasi intemasional.
7. Bantuan Sosial
Transfer uang atau barang yang diberikan kepada masyarakat guna melindungi dari
kemungkinan terjadinya resiko sosial. Bantuan sosial dapat langsung diberikan kepada
anggota masyarakat dan/atau lembaga kemasyarakatan termasuk didalamnya bantuan untuk
lembaga non pemerintah bidang pendidikan dan keagamaan. Pengeluaran ini dalam bentuk
uang/ barang atau jasa kepada masyarakat yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan
masyarakat, bersifat tidak terus menerus dan selektif.
8. Belanja Lain-lain
Pengeluaran/belanja pemerintah pusat yang sifat pengeluarannya tidak dapat diklasifikasikan
ke dalam pos-pos pengeluaran diatas.Pengeluaran ini bersifat tidak biasa dan tidak diharapkan
berulang seperti penanggulangan bencana alam, bencana sosial dan pengeluaran tidak terduga
lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintah.
9. Belanja Daerah (Transfer Ke Daerah)
Bagian belanja pemerintah pusat berupa pembagian dana APBN kepada pemerintah daerah
dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah yang besarnya berdasarkan perhitungan-
perhitungan berdasarkan kriteria-kriteria yang ditetapkan dengan Undang-undang dan
peraturan-peraturan. Belanja daerah terbagi atas dua kelompok besar yaitu Dana
Perimbangan, merupakan Pengeluaran/alokasi anggaran untuk pemerintah daerah berupa dana
bagi hasil, dana alokasi umum dan dana alokasi khusus yang ditujukan untuk keperluan
pemerintah daerah, dan Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian, merupakan
Pengeluaran/alokasi anggaran untuk pemerintah daerah berupa dana otonomi khusus dan dana
penyesuaian yang ditujukan untuk keperluan pemerintah daerah.
PROSEDUR PEMERIKSAAN SIKLUS BELANJA DAERAH
1. Pengujian subtantatif dititik beratkan pada rek. Aktiva tetap dan kewajiban
Materialitas
Auditor berusaha untuk mencapi tingkat risiko yang rendah.yaitu pastikan transaksi belanja
daerah bukan merupakan sumber salah saji.
Risiko Bawaan
Risiko bawaan dalam pos belanja adalah tinggi disebabkan yaitu
Volume transaksi tinggi
Kemungkinan adanya pembelanjaan dan pengeluaran tanpa otorisasi
Pembelian aktiva tidak perlu
Masalah akuntansi berkembang
2. Strategi Audit
Tingginya risko bawaan dalam siklus belanja menyebabkan banyak entitas prioritas pada
struktur pengendalian intern terhadap siklus belanja guna mencegah dan mendeteksi salah
saji. Hal ini signifikan mengurangi risiko pengendalian terhadap keberadaan
danketerjadian,kelengkapan,serta penilaian dan pengalokasian.Strategi yang sering digunakan
adalah pendekatan tingkat risiko yang lebih rendah.
Sebagaimana pada siklus pendapatan ,pengujian pengendalian umumnya tidak
mengurangi risiko pengendalian untuk pernyataan hak dan kewajiban. Faktor lain untuk
memilih strategi audit adalah manfaat versus biaya. auditor membandingkan biaya untuk
melakuan pengujian pengendalian intern dengan hemat pada pengujian subtantif.
Tujuan Audit sikus belanja adlh memperoleh bukti mengenai masing-masing peryataan
signifikan terkait dengan transaksi dan saldo belanja.saldo berlanja menekankan pada asersi
hutang(kewajiban) dan aktiva,pembelian dan pengeluaran kas.
1. Keberadaan dan Keterjadian
Seluruh utang dan aktiva memang benar di neraca.pemebelian dan pengeluran kas benar ada.
2. Kelengkapan
Transaksi dan saldo memang tercatat.
3. Hak dan Kewajiban
4. Penilaian dan Pengaloasian
Jumlah biaya,utang dan aktiva benar.prinsip akuntansi sesuai.
5. Pengungkapan dan Pelaporan
Diklasifikasikan ,dijelaskan,dan diungkapakan dalam neraca. Pengungkapan dengan metode
depresiasi yg sesuai.
3. Pelaksanaan Pemeriksaan Belanja
Langkah2 yang dilakukan :
1.Memahami Pengendalian internal,
2.Mengujinya Pengendalian Internal
3.pertimbangan biaya dan manfaat,
4.uji pengendalian subtantif saldo dan transaksi
5.Prosedur analisis dan pengujian saldo rinci
Belanja Daerah adalah kewajiban pemda diakui dengan pengurang kekayaan
bersih.Pengakuannya dengan memakai metode kas
jenis belanja : 1.Operasi
2.Modal
3.Tak terduga
4.Transfer
4. bagaimana Pengeluaran Kas
Pengeluaran kas atas Beban APBN harus dilakukan Rancangan Peraturan Daerah tentang
APBD dan ditempatkan dalam LN(Lembaran Negara) dan didalam tidak termasuk belanja
pegawai karena sudah ada formasinya. Pengeluaran Kas harus didahului SKO ato surat
keputusan yg dipersamakan yg ditetapkan oleh Kepala Daerah berdasarkan atas Anggaran
Kas yg ditetapkan Keputusan Kepala Daerah. Dokumen:Bukti transaksi lengkap dan
sah,SPP,SPM dan SP2D.
Jenis2 SPP:UP,GU,TU,dan LS untuk gaji,tunjangan dan pengadaan barang dan jasa. Buku
yang digunakan : Buku kas umum dan pembantu khusus
Sistem dan Prosedur Belanja Daerah secara umum adalah sebagai berikut:
PPKD dalam rangka manajemen kas menerbitkan Surat Penyediaan Dana (SPD) yang
disiapkan oleh kuasa BUD untuk ditandatangani oleh PPKD, setelah penetapan anggaran kas.
SPD tersebut merupakan dasar pengeluaran kas yang membebani APBD (belanja) .
Berdasarkan SPD atau dokumen lain yang dipersamakan dengan SPD di atas, bendahara
pengeluaran mengajukan SPP kepada pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran melalui
PPK-SKPD. SPP yang diajukan tersebut dapat berupa SPP Uang Persediaan (SPP-UP); SPP
Ganti Uang (SPP-GU); SPP Tambahan Uang (SPP-TU); dan SPP Langsung (SPP-LS).
Pengajuan SPP tersebut dilampiri dengan daftar rincian rencana penggunaan dana sampai
dengan jenis belanja dan persyaratan dokumen lainnya.
Dalam hal dokumen SPP tersebut lengkap dan sah, pengguna anggaran/kuasa pengguna
anggaran atau perjabat yang diberikan kewenangan menerbitkan SPM dalam waktu 2 hari
kerja sejak diterima SPP. Dalam hal dokumen SPP dinyatakan Jtidak lengkap dan/atau tidak
sah, pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran menolak menerbitkan SPM dalam waktu 1
hari kerja sejak diterima SPP .SPM(diajukan pa/kpa) yang telah diterbitkan tersebut diajukan
kepada kuasa BUD untuk penerbitan SP2D.
Kuasa BUD atau pejabat yang diberi kuasa meneliti kelengkapan dokumen SPM yang
diajukan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran agar pengeluaran yang diajukan
tidak melampaui pagu dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan seperti kelengkapan dokumen yang dipersyaratkan.Dalam hal dokumen
SPM tersebut dinyatakan lengkap, kuasa BUD menerbitkan SP2D paling lama 2 hari kerja
sejak diterimanya SPM. Dalam hal dokumen SPM tersebut dinyatakan tidak lengkap dan/atau
tidak sah dan/atau pengeluaran tersebut melampaui pagu anggaran, kuasa BUD menolak
menerbitkan SP2D melalui surat penolakan paling lama 1 hari kerja sejak diterimanya SPM.
Kuasa BUD menyerahkan SP2D yang diterbitkan untuk keperluan uang persediaan/ganti
uang persediaan/ tambahan uang persediaan kepada pengguna anggaran/kuasa penggguna
anggaran serta menyerahkan SP2D yang diterbitkan untuk keperluan pembayaran langsung
kepada pihak ketiga.
Metodologi/Langkah2 :
1.memahami pengendalian Internal : bagan alir,kuisoner,walk-through tests
2.Menilai pengenalian internal,Pemisahan tugas,Otorisasi yg tepat,Kecukupan dokumen dan
catatan,Dokumen pra-number,Prosedur verifikasi internal
3.mengevaluasi Biaya dan manfaat. Memutuskan apakah peng,substantif akan dpt
mengurangi pengujian pengendalian
Tujuan pemriksaan berkaitan dengan Transaksi-Belanja :
1. Keberadaan : Belanja dicatat sah
2. kelengkapan : trnsaksi telah dicatat
3. Keakuratan : sesuai jumlah pengeluaran
4. Klasifikasi : transaksi diklasifikasi tepat
5. Ketepatan waktu : waktu tepat dicatat
6. Jurnal dan Peringkasan : dicatat pada file induk