Prosedur pemberian izin usaha pertambangan dinas pertambangan dan energi provinsi sumatera utara
-
Upload
endilokarokaro -
Category
Education
-
view
3.239 -
download
0
description
Transcript of Prosedur pemberian izin usaha pertambangan dinas pertambangan dan energi provinsi sumatera utara
1
PROSEDUR PEMBERIAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN
DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGI
PROVINSI SUMATERA UTARA
KERTAS KERJA WAJIB
Oleh :
Nama Mahasiswa : ENDILO KRYSTI KARO-KARO
NIM : 551109 / A
Jurusan : TEKNIK UMUM
Prodi : KEINSPEKTURAN
Diploma : I (SATU)
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
PERGURUAN TINGGI KEDINASAN AKADEMI MINYAK DAN GAS BUMI-STEM
PTK AKAMIGAS-STEM
Cepu, 2012
2
3
4
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala rahmat dan
berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan Kertas Kerja Wajib yang berjudul
“PROSEDUR PEMBERIAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN DINAS
PERTAMBANGAN DAN ENERGI PROVINSI SUMATERA UTARA” sebagai
salah satu syarat kelulusan program diploma I pada program studi Keinspekturan I
PTK Akamigas – STEM Cepu.
Kertas Kerja Wajib (KKW) ini dapat diselesaikan atas dorongan, saran,
bantuan dan pemikiran berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis
mengucapkan terima kasih yang besar - besarnya kepada :
1. Bapak Ir. Toegas S. Soegiarto, MT. selaku direktur PTK AKAMIGAS
– STEM Cepu;
2. Bapak Ir. Untungta Kaban, M.App.Sc. selaku Kepala Dinas
Pertambangan Energi dan SDM Provinsi Sumatera Utara beserta
seluruh staf;
3. Bapak Ir. Zubaidi selaku Kepala Bidang Pertambangan dan Ir. Dharma
K Purba selaku Kepala Seksi Peizinan Dinas Pertambangan dan Energi
Provinsi Sumatera Utara;
4. Bapak Drs. L. Riyatno, MM. selaku ketua program studi
Keinspekturan I;
5. Bapak Dr. Sabardi Musliki. selaku dosen pembimbing Kertas Kerja
Wajib;
6. Bapak dan Ibu dosen PTK AKAMIGAS – STEM Cepu;
7. Rekan-rekan di Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatera
Utara yang banyak membantu di lapangan.
8. Orangtua dan pacar saya yang selama ini membimbing saya dan
mensupport setiap pekerjaan dan kuliah saya.
9. Teman-teman seperjuangan di Program Studi Keinspekturan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Kertas Kerja Wajib ini masih
terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu, penulis mohon masukan
ataupun saran dari pembaca untuk melakukan perbaikan di masa yang akan
datang. Semoga apa yang dituangkan dalam Kertas Kerja Wajib ini bermanfaat
untuk pembaca dan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.
Cepu, 2012
Penulis
ENDILO KRYSTI KARO-KARO
NIM. 551109 /A
ii
INTISARI
Bahan galian adalah senyawa anorganik yang terbentuk di alam, yang
memiliki sifat fisik dan kimia tertentu serta susunan kristal teratur atau
gabungannya yang membentuk batuan, logam, non logam, maupun radio aktif
serta endapan senyawa organik karbonan yang terbentuk secara alamiah dari
sisa-sisa tumbuh-tumbuhan. Di Provinsi Sumatera Utara bahan galian cukup
berpotensi untuk bisa diusahakan. Dengan berlakunya Otonomi Daerah untuk
pengembangan dan pemanfaatan bahan galian harus dioptimalkan untuk
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah, demi menunjang jalannya
pembangunan daerah. Perizinan merupakan hal yang sangat penting yang
harus dipenuhi dalam melakukan kegiatan usaha pertambangan bahan galian.
Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatera Utara merupakan Instansi
yang menangani masalah pertambangan, termasuk teknis perizinan usaha
pertambangan bahan galian. Izin Usaha Pertambangan bahan galian Batuan
diterbitkan dalam bentuk Surat Keputusan (SK) yang merupakan Izin Usaha
Pertambangan (IUP). Izin Usaha Pertambangan dapat diperoleh dengan
mengajukan permohonan secara tertulis kepada Gubernur Sumatera Utara
dengan melengkapi berbagai persyaratan yang telah ditentukan melalui Badan
Pelayanan Perijinan Terpadu. Izin Usaha Pertambangan diterbitkan paling
lambat1 (satu) sampai 3 (tiga) bulan sejak diajukannya permohonan yang telah
disetujui, dan berlaku selama lima tahun dengan kewajiban daftar ulang setiap
satu tahun sekali. Gubernur dapat mengabulkan atau menolak permohonan
izin setelah mendapatkan pertimbangan teknis dari Dinas Pertambangan, dan
Energi yang telah melakukan peninjauan lokasi. Setelah Izin Usaha
Pertambangan diterbitkan, pemegang Izin Usaha Pertambangan harus
melaksanakan kewajiban-kewajiban yang tertera di Izin Usaha Pertambangan
dan apabila tidak dilaksanakan maka izin akan dicabut. Perizinan
pertambangan di Provinsi Sumatera Utara belum dapat ditangani secara
maksimal karena Mungkin karena bahan galian yang terdapat di lintas
Kabupaten/Kota termasuk dalam komoditi logam mulia dan luasnya wilayah
administrasi hingga ada beberapa daerah yang belum sempat di kunjungi
untuk dilaksanakan sosialisasi dalam bidang pertambangan lebih khusus
mengenai perizinan, dan belum adanya Peraturan Daerah tentang
pertambangan bahan galian. Hal tersebut juga mengakibatkan lemahnya
pengawasan-pengawasan di lapangan sehingga banyak terjadi beberapa
pelanggaran dalam pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan.
iii
DAFTAR ISI Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................. i
INTISARI .................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... v
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penulisan ................................................................ 1
1.2 Tujuan Penulisan ............................................................................. 2
1.3 Batasan Masalah .............................................................................. 2
1.4 Sistematika Penulisan ...................................................................... 3
II. ORIENTASI UMUM
2.1 Sejarah Singkat Provinsi Sumatera Utara ....................................... 5
2.2 Lambang Daerah Provinsi Sumatera Utara...................................... 6
2.3 Letak Geografis Provinsi Sumatera Utara........................................ 8
2.4 Keadaan Lingkungan ....................................................................... 9
2.5 Struktur Organisasi Dinas Pertambangan Energi dan SDM
Provinsi Sumatera Utara.................................................................. 14
2.6 Tugas Pokok dan Fungsi Bidang Pertambagan ............................... 16
2.7 Tugas Pokok dan Fungsi Seksi Perizinan dan Pengawasan ............ 20
III. TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Bahan Galian ................................................................................... 22
3.2 Cadangan ......................................................................................... 24
3.3 Pertambangan .................................................................................. 24
3.4 Izin Usaha Pertambangan ................................................................ 32
3.5 Dasar Hukum ................................................................................... 38
IV. PEMBAHASAN
4.1 Geologi Provinsi Sumatera Utara ................................................... 40
4.2 Potensi Bahan Galian di Provinsi Sumatera Utara.......................... 42
4.3 Kegiatan Pertambangan saat ini ..................................................... 51
4.4 Tata Cara Permohonan Izin Usaha Pertambangan .......................... 52
4.5 Kewajiban Pemegang Izin ............................................................... 58
4.6 Pencabutan Izin Usaha Pertambangan ............................................. 60
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 61
5.2 Saran ................................................................................................ 62
DAFTAR PUSTAKA
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar.2.1 Lambang Provinsi Sumatera Utara ........................................ 6
Gambar.2.2 Istana Maimun ........................................................................ 10
Gambar.2.3 Candi Bahal ............................................................................ 11
Gambar.2.4 Danau Toba............................................................................. 11
Gambar.2.5 Air Terjun Sipiso-piso............................................................. 12
Gambar.2.6 Mejan di Kab. Pakpak Bharat.................................................. 13
Gambar.2.7 Stuktur Organisasi Dinas Pertambangan dan Energi
Provinsi Sumatera Utara.......................................................... 15
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A. Lokasi Wilayah Provinsi Sumatera Utara
Lampiran B. Peta Potensi Tambang Logam Sumatera Utara
Lampiran C. Peta Potensi Tambang Non Logam Sumatera Utara
Lampiran D. Bagan alir proses permohonan IUP Eksplorasi
Lampiran E. Bagan alir proses permohonan IUP Operasi Produksi
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penulisan
Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu Provinsi di pulau sumatera.
Mata pencaharian sebagian besar penduduk Provinsi Sumatera Utara adalah
sebagai petani dan nelayan .Provinsi Sumatera Utara kaya akan sumber daya alam
berupa gas alam di daerah Tandam, Binjai dan minyak bumi di Pangkalan
Brandan, Kabupaten Langkat yang telah dieksplorasi sejak zaman Hindia
Belanda.Selain itu di Kuala Tanjung, Kabupaten Asahan juga terdapat PT
Inalum yang bergerak dibidang penambangan bijih dan peleburan aluminium yang
merupakan satu-satunya di Asia Tenggara.Sungai-sungai yang berhulu di
pegunungan sekitar Danau Toba juga merupakan sumber daya alam yang cukup
berpotensi untuk dieksploitasi menjadi sumber daya pembangkit listrik tenaga
air. PLTA Asahan yang merupakan PLTA terbesar di Sumatra terdapat
di Kabupaten Toba Samosir. Selain itu, di kawasan pegunungan terdapat banyak
sekali titik-titik panas geotermal yang sangat berpotensi dikembangkan sebagai
sumber energi panas maupun uap yang selanjutnya dapat ditransformasikan
menjadi energi listrik. Selain potensi tersebut Provinsi Sumatera Utara juga
memiliki potensi tambang yang besar dimana dapat dilihat telah adanya tiga
perusahaan tambang terkemuka di Sumatra Utara yaitu Sorikmas Mining (SMM),
Newmont Horas Nauli (PTNHN), Dairi Prima Mineral (DPM).
Penulis ingin mengetahui tentang bagaimana tata cara mendapatkan izin
usaha pertambangan serta masalah-masalah yang terkait dengan perizinan
2
tersebut, sehingga penulis dapat memberikan saran dan masukan untuk mengatasi
masalah – masalah tersebut.
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan utama dari penulisan Kertas Kerja Wajib ini adalah sebagai salah
satu syarat kelulusan program diploma I pada program studi Keinspekturan PTK
AKAMIGAS - STEM. Selain itu, penulisan Kertas Kerja Wajib ini bertujuan
untuk :
a. Laporan atau tulisan tentang penerapan ilmu pengetahuan yang diperoleh
selama kuliah dengan praktek di lapangan.
b. Mempelajari tentang tugas pokok dan fungsi Dinas Pertambagan Energi dan
SDM Provinsi Sumatera Utara di bidang perijinan, pengawasan dan
pengusahaan pertambangan.
c. Mengetahui tentang tata cara permohonan dan pemberian Izin Usaha
Pertambangan di Provinsi Sumatera Utara.
d. Mengetahui masalah – masalah yang terkait dengan perizinan pertambangan
Minerba di Provinsi Sumatera Utara dan memberikan saran untuk mengatasi
masalah tersebut.
1.3 Batasan Masalah.
Pembahasan pada Kertas Kerja Wajib ini dibatasi pada hal-hal yang
berkaitan dengan prosedur pemberian izin usaha pertambangan di Provinsi
Sumatera Utara yang meliputi bentuk – bentuk Izin Usaha Pertambangan,
kewenangan pemberian izin, persyaratan memperoleh izin, batas waktu izin yang
3
diberikan, kewajiban para pemegang Izin Usaha Pertambangan, dan juga hal – hal
yang dapat mengakibatkan izin tersebut dapat dicabut dan kendala – kendala yang
dihadapi serta saran – saran yang diberikan untuk mengatasinya.
1.4 Sistematika Penulisan
Kertas Kerja Wajib ini terdiri dari lima bab, dengan sistematika sebagai
berikut :
Bab I. Pendahuluan
Menjelaskan mengenai latar belakang penulisan, tujuan penulisan, batasan
masalah yang dibahas di dalam Kertas Kerja Wajib dan sistematika penulisan.
Bab II. Orientasi Umum
Mengulas tentang Sejarah Singkat Provinsi Sumatera Utara, Lambang Daerah
Provinsi Sumatera Utara, Letak Geografis, Keadaan Lingkungan, Struktur
Organisasi Dinas Pertambangan Energi dan SDM Provinsi Sumatera Utara, Tugas
Pokok dan Fungsi Bidang Pertambangan, Tugas Pokok dan Fungsi Seksi Perijinan
dan pengawasan.
Bab III. Dasar Teori
Memberikan penjelasan tentang hal-hal yang berkaitan dengan Bahan Galian,
Cadangan, Pertambangan, Izin Usaha Pertambangan dan Landasan Hukumnya.
Bab IV. Pembahasan
Menguraikan segala sesuatu tentang Potensi Bahan Galian Logam dan Non
Logam di Provinsi Sumatera Utara, Kegiatan Pertambangan saat ini, Kewenangan
pemberian Izin Usaha Pertambangan, Tata cara permohonan Izin Usaha
Pertambangan bahan galian di Provinsi Sumatera Utara meliputi Persyaratan
4
administrasi, teknis, lingkungan dan finansial, Kewajiban pemegang izin,
Pencabutan Izin Usaha Pertambangan, Permasalahan dan penaggulangannya.
Bab V. Penutup
Berisi tentang kesimpulan dari tulisan dan saran – saran untuk pemecahan
masalah yang dapat digunakan sebagai usaha – usaha perbaikan di Pemerintah
Provinsi Sumatera Utara dalam bidang perizinan pertambangan minerba.
5
II. ORIENTASI UMUM
2.1 Sejarah Singkat Provinsi Sumatera Utara
Pada jaman pemerintahan Belanda, Sumatera Utara merupakan suatu
pemerintahan yang bernama Gouvernement Van Sumatera yang meliputi seluruh
Sumatera yang dikepalai oleh seorang Gubernur berkedudukan di Medan.
Sumatera Utara terdiri dari daerah-daerah administratif yang dinamakan
keresidenan. Pada Sidang I Komite Nasional Daerah (KND) Provinsi Sumatera
diputuskan untuk dibagi menjadi 3 sub Provinsi yaitu sub Provinsi Sumatera
Utara (yang terdiri dari Keresidenan Aceh, Keresidenan Sumatera Timur dan
Keresidenan Tapanuli), sub Provinsi Sumatera Tengah dan sub Provinsi Sumatera
Selatan.
Melalui Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1948 tanggal 15 April 1948
pemerintah menetapkan Sumatera menjadi 3 Provinsi yang masing-masing berhak
mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri yaitu Sumatera Utara, Sumatera
Tengah dan Provinsi Sumatera Selatan dan pada tanggal 15 selanjutnya ditetapkan
menjadi hari jadi Provinsi Sumatera Utara.
Awal tahun 1949 diadakan reorganisasi pemerintahan di Sumatera.
Dengan keputusan Pemerintah Darurat RI tanggal 17 Mei 1949 Nomor
22/Pem/PDRI jabatan Gubernur Sumatera Utara ditiadakan, selanjutnya dengan
ketetapan Pemerintah Darurat RI tanggal 17 Desember 1949 dibentuk Provinsi
Aceh dan Provinsi Tapanuli/Sumatera Timur yang kemudian dengan peraturan
pemerintah pengganti Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1950 tanggal 14 Agustus
1950, ketetapan ini dicabut dan kembali dibentuk Provinsi Sumatera Utara.
6
Tanggal 7 Desember 1956 diundangkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun
1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Provinsi Aceh dan perubahan
peraturan pembentukan Provinsi Sumatera Utara yang intinya Provinsi Sumatera
Utara wilayahnya dikurangi dengan bagian-bagian yang terbentuk sebagai Daerah
Otonomi Provinsi Aceh.
2.2 Lambang Daerah Provinsi Sumatera Utara
Lambang Daerah Provinsi Sumatera Utara ditetapkan melalui Peraturan
Daerah Nomor 19 Tahun 2009 yang merupakan Perubahan atas Peraturan Daerah
Provinsi Sumatera Utara No. 3 tahun 2007 tentang Bentuk dan Penggunaan
Lambang Daerah Provinsi Sumatera Utara. Peraturan daerah tersebut ditetapkan
di Ratahan pada tanggal 3 Agustus 2009. Rancangan Lambang Daerah Provinsi
Sumatera Utara dibuat oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara berdasarkan hasil
sayembara.
Gambar.2.1 Lambang Provinsi Sumatera Utara
7
Setiap unsur, bentuk, dan corak pada Lambang Daerah Provinsi Sumatera Utara
yang ditetapkan sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 1 yang mengandung
makna dan arti filosofi yaitu :
1. Kepalan tangan yang diacungkan ke atas dengan menggenggam
rantai beserta perisainya, adalah lambang kebulatan tekad perjuangan
rakyat Provinsi Sumatera Utara melawan imperialisme, kolonialisme,
feodalisme dan komunisme.
2. Batang bersudut lima, perisai dan rantai, melambangkan kesatuan
masyarakat di dalam membela dan mempertahankan Pancasila.
3. Pabrik, pelabuhan, pohon karet, pohon sawit, daun tembakau, ikan.
daun padi dan tulisan “SUMATERA UTARA”, melambangkan daerah
yang indah permai, mashur dengan kekakayaan alamnya yang berlimpah-
limpah.
4. Tujuh belas, kuntum kapas, delapan sudut sarang laba-laba
dan empat puluh lima butir padi, menggambarkan tanggal, bulan dan
tahun kemerdekaan RI.
5. Tongkat di bawah kepalan tangan, melambangkan watak
kebudayaan yang mencerminkan kebesaran bangsa, patriotisme,
pencinta dan pembela keadilan.
6. Bukit barisan yang berpuncak lima, melambangkan tata
kemasyarakatan yang berkepribadian luhur, bersemangat persatuan,
kegotong-royongan yang dinamis.
Motto Daerah , adalah Tekun Berkarya, Hidup Sejahtera, Mulia Berbudaya.
8
2.3 Letak Geografis Sumatera Utara
Wilayah Provinsi Sumatera Utara terletak pada 0º 50' LS - 4º 40' LU dan
96º 40' - 100º 50' BT. Luas daratan Provinsi Sumatera Utara 71.680 km² dan total
luas wilayah keseluruhan 72.981,23 km2.
Terdapat 419 pulau di propisi Sumatera Utara. Pulau-pulau terluar adalah
pulau Simuk (kepulauan Nias), dan pulau Berhala di selat Sumatera (Malaka).
Kepulauan Nias terdiri dari pulau Nias sebagai pulau utama dan pulau-pulau kecil
lain di sekitarnya. Kepulauan Nias terletak di lepas pantai pesisir barat
di Samudera Hindia. Pusat pemerintahan terletak di Gunung Sitoli. Kepulauan
Batu terdiri dari 51 pulau dengan 4 pulau besar: Sibuasi, Pini, Tanahbala,
Tanahmasa. Pusat pemerintahan di Pulautelo di pulau Sibuasi. Kepulauan Batu
terletak di tenggara kepulauan Nias. Pulau-pulau lain di Sumatera Utara adalah
Imanna, Pasu, Bawa, Hamutaia, Batumakalele, Lego, Masa, Bau, Simaleh,
Makole, Jake, dan Sigata, Wunga.
Sumatera Utara dibagi kepada 25 kabupaten, 8 kota (dahulu kotamadya),
325 kecamatan, dan 5.456 kelurahan/desa.
Batas adminstratif dari Provinsi Sumatera Utara sebagai berikut :
Sebelah Utara : Provinsi Aceh dan Selat Malaka.
Sebelah Timur : Provinsi Riau, Provinsi Sumatera Barat, dan Samudera
Indonesia
Sebelah Selatan : Provinsi Aceh dan Samudera Indonesia
Sebelah Barat : Selat Malaka
9
2.4 Keadaan Lingkungan
2.4.1 Keadaan Sosial, Ekonomi dan Budaya
Sumatera Utara merupakan provinsi keempat terbesar jumlah penduduknya
di Indonesia setelah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Menurut hasil
pencacahan lengkap Sensus Penduduk (SP) 1990, penduduk Sumatera Utara
berjumlah 10,81 juta jiwa, dan pada tahun 2010 jumlah penduduk Sumatera Utara
telah meningkat menjadi 12,98 juta jiwa. Kepadatan penduduk Sumatera Utara
pada tahun 1990 adalah 143 jiwa per km² dan pada tahun 2010 meningkat menjadi
178 jiwa per km².
Kadar Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Sumatera Utara setiap tahunnya
tidak tetap. Pada tahun 2000 TPAK di daerah ini sebesar 57,34 persen, tahun 2001
naik menjadi 57,70 persen, tahun 2002 naik lagi menjadi 69,45 persen.
Mata pencaharian penduduk di Provinsi Sumatera Utara mayoritas adalah di
bidang pertanian. Sebagian kecil lainnya bekerja sebagai TNI, Pegawai Negeri
Sipil dan Swasta.
Provinsi Suamtera Utara memiliki keanekaragaman baik dalam hal agama,
budaya, dan suku. Dimana terdapat beberapa agama diantaranya Islam, Kristen
Protestan, Khatolik, Hindu, Budha, Konghucu, Parmalim, dan Aminisme. Suku
Batak mendominasi diantaranya Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun,
Batak Pakpak, Batak Angkola, Batak Mandailing lalu Suku Melayu , Suku Nias,
Suku Minangkabau, Suku Tionghoa, Suku Tamil, Suku Jawa, dan Suku Aceh.
Walau beranekaragam, kehidupan sosial di Provinsi Sumatera Utara khususnya
kota Medan sebagai ibukota provinsi tentram dan damai.
10
Beberapa daerah wisata dan peninggalan terdapat di sumatera utara
diantaranya:
1. Istana Maimun
Suku melayu sangat dominan keberadaannya di Kota Medan, dikarenakan
berbatasan langsung dengan Selat Malaka. Suku melayu juga berpartisipasi dalam
menghadapi penjajah, ini ditandai dengan adanya Istana Raja Melayu di kota
Medan yaitu Istana Maimun.
Gambar.2.2 Istana Maimun.
2. Candi Bahal
Selain Kerajaan Melayu, Sumatera Utara juga memiliki peninggalan Candi yang
terletak di daerah Padang Lawas. Dengan adanya peninggalan Candi, dapat kita
artikan kerajaan Hindu maupun Budha juga berperan dalam melawan penjajah di
Sumatera Utara.
11
Gambar. 2.3 Candi Bahal
3. Danau Toba
Danau yang terbentuk akibat dari vuklakisme, dan termasuk dalam
danau terbesar se-Asia, dimana dikelilingi oleh 7 Kabupaten
diantaranya Tanah Karo, Simalungun, Dairi, Humbahas, Samosir,
Toba Samosir,Tapanuli Utara.
Gambar.2.4 Danau Toba
4. Air terjun Sipiso-piso
Merupakan air terjun terbesar di Sumatera Utara dan berada di
Kecamatan Merek, Kabupaten Tanah Karo.
12
Gambar.2.5 Air Terjun Sipiso-piso
5. Mejan
Mejan adalah patung batu, merupakan kebanggaan dan kemasyuran
Suku Pakpak yang mengandung nilai budaya yang sangat tinggi .
Mejan juga merupakan lambang kebesaran suku / marga Pakpak.
Jaman dahulu fungsi mejan dijadikan sebagai benteng pertahanan
terhadap musuh yang akan masuk ke suatu daerah atau kampung.
Konon pada jaman dahulu Mejan dapat bersuara apabila musuh datang
memasuki kampung . Mejan juga bersuara apabila suatu kampung
akan mengalami suatu kejadian. Mengapa mejan bisa bersuara ?
Karena Mejan pada jaman dahulu diyakini ada Nanggurunya (
Pengian / Pengisi batu mejan ) . Nangguru yang tinggal di batu
Mejan itu adalah Roh Nenek Moyang yang dipanggil melalui suatu
ritual. Membuat mejan membutuhkan waktu yang sangat lama ,biaya
yang sangat besar dan syarat-syarat spritual . Mejan sangat diyakini
suku Pakpak dan dapat dibuktikan hasyatnya. Kampung yang memiliki
13
mejan terbukti tidak mudah dimasuki musuh. Contohnya seseorang
yang akan masuk suatu kampung yang memiliki Mejan dan
mempunyai maksud yang tidak baik dapat berkeliling kampung tanpa
tahu arah dan tujuan .
Gambar.2.6 Mejan di Kab. Pakpak Bharat
2.4.2 Status, Fungsi dan Tata guna Lahan
Jenis batuan yang ada di Sumatera Utara jika dilihat Dari Peta Geologi dan
Potensi Bahan Galian Sulawesi Utara (Dep. Pertambangan dan Energi, Tahun
1995) berdasarkan faktor Lithologi, wilayah Sumatera Utara terdiri dari jenis
batuan: Alluvium, Basalt, Tefra, Andesit.
Di Sumatera Utara saat ini terdapat dua taman nasional, yakni Taman
Nasional Gunung Leuser dan Taman Nasional Batang Gadis. Menurut Keputusan
Menteri Kehutanan, Nomor 44 Tahun 2005, luas hutan di Sumatera Utara saat ini
3.742.120 hektare (ha). Yang terdiri dari Kawasan Suaka Alam/Kawasan
Pelestarian Alam seluas 477.070 ha, Hutan Lindung 1.297.330 ha, Hutan Produksi
Terbatas 879.270 ha, Hutan Produksi Tetap 1.035.690 ha dan Hutan Produksi
yang dapat dikonversi seluas 52.760 ha.
14
Sektor pertanian Sumatera Utara dapat dideskripsikan menjadi 5 (lima) sub
sektor, yakni
sub sektor tanaman pangan,
sub sektor perkebunan,
sub sektor kehutanan,
sub sektor peternakan, dan sub sektor perikanan.
2.5 Struktur Organisasi Dinas Pertambagan dan Energi Provinsi Sumatera
Utara.
Provinsi Sumatera Utara dipimpin oleh seorang Gubernur dan Wakil
Gubernur yang dalam pelaksanaan tugasnya sehari-hari dibantu oleh aparatur
Pemerintah Daerah meliputi Sekretariat Daerah (Setda), Dinas Instansi serta
Perangkat Daerah lainnya. Kantor Setda Provinsi sebagai pusat pemerintahan
terletak di Jalan Diponegoro No.31 Medan.
Dinas Pertambagan dan Energi Provinsi dipimpin oleh seorang Kepala
Dinas yang bertanggung jawab sepenuhnya atas jalannya kegiatan operasional
disektor pertambangan, energi dan SDM. Untuk melaksanakan tugas, fungsi dan
tanggung jawab demi kelancaran pelaksanaan tugas, maka Dinas Pertambagan
Energi dan SDM membentuk 4 (empat) Bidang yang dipimpin seorang Kepala
Bidang yang membidangi tugas dan fungsinya masing – masing yaitu :
1. Bidang Pertambangan Umum
2. Bidang Geologi dan Sumber Daya Mineral
3. Bidang Listrik dan Pemanfaatan Energi
4. Bidang Minyak dan Gas Bumi
15
Gambar.2.7 Struktur Organisasi Dinas Pertambangan dan Energi
Provinsi Sumatera Utara.
16
2.6 Tugas Pokok dan Fungsi Bidang Pertambangan
Adapun Tugas Pokok dan Fungsi Bidang Pertambangan Umum
sebagaimana terdapat pada Peraturan Gubernur Nomor 35 Tahun 2011 Tentang
Organisasi, Tugas, Fungsi dan Uraian Tugas Dinas Pertambangan dan Energi
Provinsi Sumatera Utara, pada Bagian Ketiga Pasal 5 Ayat 1 s/d 4 yaitu:
1) Kepala Bidang Pertambangan Umum menyelenggarakan urusan
Pemerintah di bidang pelayanan perijinan, pembinaan usaha dan
pengawasan pertambangan umum dan panas bumi.
2) Kepala Bidang Pertambangan Umum menyelenggarakan fungsi :
a. Penyelenggaraan pembinaan pegawai pada lingkup Bidang Pertambangan
Umum;
b. Penyelenggaraan arahan bimbingan kepada pejabat struktural pada lingkup
Bidang Pertambangan Umum;
c. Penyelenggaraan instruksi pelaksanaan tugas lingkup Bidang
Pertambangan Umum;
d. Penyelenggaraan penyusunan program kegiatan lingkup Bidang
Pertambangan Umum;
e. Penyelenggaraan pelaksanaan perijinan, pembinaan usaha dan pengawasan
pertambangan umum panas bumi;
f. Penyelenggaraan pengelolaan data dan informasi mineral, batubara dan
panas bumi serta pengusahaan sistem informasi geografis wilayah kerja
pertambangan;
17
g. Penyelenggaraan evaluasi pelayanan perijinan, pembinaan usaha dan
pengawasan pertambangan umum dan panas bumi;
h. Penyelenggaraan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas, sesusai
bidang tugas dan fungsinya;
i. Penyelengraan pemberian masukan yang perlu kepada Kepala Dinas,
sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya;
j. Penyelenggaraan pelaporan dan pertanggung jawaban pelaksanaan tugas
dan fungsinya, sesuai Stadar yang ditetapkan.
3) Kepala Bidang Pertambangan Umum, mempunyai uraian tugas:
a. Menyelenggarakan penyusunan kebijakan di bidang mineral, batubara dan
panas bumi;
b. Menyelenggarakan penyusunan data dan informasi usaha pertambangan
mineral dan batubara serta panas bumi lintas Kabupaten/Kota;
c. Menyelenggarakan pemberian ijin usaha pertambangan mineral, batubara
dan panas bumi pada wilayah lintas Kabupaten/Kota dan paling jauh 12
(dua belas) mil laut diukur dari garis pantai ke arah laut lepas dan/atau ke
arah perairan kepulauan;
d. Menyelenggarakan pemberian ijin usaha pertambangan mineral, batubara
untuk produk yang berdampak lingkungan langsung lintas
Kabupaten/Kota dan paling jauh 12 (dua belas) mil laut diukur dari garis
pantai kearah laut lepas dan/atau kearah perairan kepulauan;
e. Menyelenggarakan pembinaan dan pengawasan pelaksanaan ijin usaha
pertambangan mineral, batubara dan panas bumi pada wilayah lintas
18
Kabupaten/Koata dan paling jauh 12 (dua belas) mil laut diukur dari garis
pantai kearah laut lepas dan/atau kearah perairan kepulauan;
f. Menyelenggarakan pemberian ijin badan usaha jasa pertambangan
mineral, batubara dan panas bumi dalam rangka PMA dan PMDN lintas
Kabupaten/Kota;
g. Menyelenggarakan pengelolaan, pembinaan dan pengawasan keselamatan
dan kesehatan kerja, lingkungan pertambangan termasuk reklamasi dan
pasca tambang konservasi dan peningkatan nilai tambah terhadap usaha
pertambangan mineral, batubara dan panas bumi pada wilayah
Kabupaten/Kota atau yang berdampak regional;
h. Menyelenggarakan pengelolaan, pembinaan dan pengawasan pelaksanaan
ijin usaha jasa pertambangan mineral, baubara dan panas bumi dalam
rangka penanaman modal lintas Kabupaten/Kota;
i. Menyelenggarakan pembinaan dan pengawasan pengusahaan KP ( Kuasa
Pertambangan) lintas Kabupaten/Kota;
j. Menyelenggarakan pembinaan dan pengawasan keselamatan dan
kesehatan kerja, lingkungan pertambangan termasuk reklamasi dan pasca
tambang, konservasi dan peningkatan nilai tambah terhadap KP lintas
Kabupaten/Kota;
k. Menyelenggarakan pembinaan dan pengawasan pelaksanaan ijin usaha
pertambangan mineral dan batubara untuk operasi produksi, serta yang
berdampak lingkungan langsung lintas Kabupaten/Kota;
19
l. Menyelenggarakan pengelolaan data dan informasi mineral, batubara dan
panas bumi serta pengusahaan dan SIG wilayah kerja pertambangan di
wilayah provinsi;
m. Menyelenggarakan penetapan potensi panaas bumi serta neraca sumber
daya dan cadangan mineral dan batubara di wilayah provinsi;
n. Menyelenggarakan pengangkatan dan pembinaan Inspektur Tambang serta
pembinaan jabatan fungsional;
o. Menyelenggarakan evaluasi rencana pengelolaan lingkungan dan rencana
pemantauan lingkungan serta analisa mengenai dampak lingkungan;
p. Menyelenggarakan pengkoordinasian perijinan dan pengawasan
penggunaan bahan peledak di wilayah tambang sesuai dengan
kewenangannya;
q. Menyelenggarakan pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi
terhadap pemegang IUP, IPR, atau IPK lintas Kabupaten/Kota;
r. Menyelenggarakan proses pengesahan Kepala Teknik Tambang yang
diangkat oleh perusahaan sebagai pihak yang bertanggungjawab terhadap
semua kegiatan dilapangan;
s. Menyelenggarakan proses pemberian ijin Kartu Ijin Meledakkan (KIM);
t. Menyelenggarakan proses perijinan gudang bahan peledak untuk kegiatan
usaha pertambangan mineral, batubara dan panas bumi.
4) Untuk melaksanakan Tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2),
dan ayat (3) Kepala Bidang Pertambangan Umum dibantu oleh :
a. Seksi perijinan;
b. Seksi Pembinaan Usaha;
c. Seksi Pertambangan Umum.
20
2.7 Tugas Pokok dan Fungsi Seksi Perizinan Dan Pengawasan
A. Seksi Perijinan mempunyai tugas :
a. Melaksanakan pembinaan pegawai pada lingkup Seksi Perijinan;
b. Melaksanakan arahan dan bimbingan kepada pegawai pada lingkp
Seksi Perijinan;
c. Melaksanakan Instruksi pelaksanaan tugas lingkuo Seksi perijinan;
d. Melaksanakan penyusunan dan peyempurnaan standard
Operasional Prosedur (SOP);
e. Melaksanakan pengumpulan, pengolahan dan penyusunan data
informasi usaha pertambangan mineral dan batubara serta panas
bumi lintas Kabupaten/Kota;
f. Melaksanakan pengkajian dan pemeriksaan berkas, dan koordinasi
dalam rangka pemberian ijin usaha pertambangan mineral,
batubara dan panas bumi pada wilayah lintas Kabupaten/Kota
paling jauh 12 (dua belas) mil laut diukur dari garis pantai kearah
laut lepas;
g. Melaksanakan pengkajian dan pemeriksaan berkas, evaluasi
standar nasional pengolahan lingkungan, pengkoordinasian,
pemberian ijin usaha pertambangan mineral dan batubara untuk
operasi produksi, yang berdampak lingkungan langsung lintas
Kabupaten/Kota;
h. Melaksanakan pengkajian dan pemeriksaan berkas,
pengkoordinasian, pemberian ijin badan usaha jasa pertambangan
21
mineral, batubara dan panas bumi dalam rangka PMA dan PMDN
lintas Kabupaten/Kota;
i. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang
Pertambangan Umum, sesuai dengan bidang tugasnya;
j. Melaksanakan pemberian masukan yang perlu kepada Kepala
Bidang Pertambangan Umum, seusai dengan bidang tugasnya;
k. Melaksanakan pelaporan dan pertanggungjawaban atas
pelaksanaan tugas dan fungsinya kepada Kepala Bidang
Pertambangan Umum, sesuai standar yang ditetapkan.
B. Seksi Pengawasan mempunyai tugas ;
a. Membantu dan bertangung jawab kepada Kepala Bidang;
b. Melakukan Pengawasan dan Pembinaan terhadap semua kegiatan
yang dikenakan Pajak dan Retribusi dibidang Pertambangan,
Energi dan Sumber Daya Mineral;
c. Melakukan Pengawasan dan Pembinaan terhadap Usaha
Pertambangan, Energi dan Sumber Daya Mineral;
22
III. TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Bahan Galian
3.1.1 Pengertian Bahan Galian
Bahan galian adalah senyawa anorganik yang terbentuk di alam, yang
memiliki sifat fisik dan kimia tertentu serrta susunan kristal teratur atau
gabungannya yang membentuk batuan, logam, non logam, maupun radio aktif
serta endapan senyawa organik karbonan yang terbentuk secara alamiah dari sisa-
sisa tumbuh-tumbuhan. Bahan galian merupakan sumber daya alam yang tidak
dapat diperbaharui. Hal tersebut dikarenakan proses pembentukan yang
membutuhkan waktu yang sangat lama dan untuk memperolehnya pun
membutuhkan ilmu dan cara khusus. Bahan galian terjadi dan dapat ditemukan di
dalam kerak bumi atau lapisan – lapisan batuan yang dimensi dan penyebarannya
tidak teratur dan tidak mengenal batas wilayah administratif. Pengelolaan dan
pemanfaatan bahan galian terutama dalam proses pengambilannya beresiko tinggi
dan dapat merusak lingkungan apabila cara dan teknologi yang digunakan tidak
tepat. Akan tetapi, karena mempunyai nilai ekonomi yang cukup menjanjikan
maka penambangan bahan galian tetap berlangsung.
3.1.2 Penggolongan Bahan Galian
Dalam Undang-undang nomor 4 tahun 2009 tentang pertambangan
mineral dan batubara. yang dijabarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 23
tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan
Batubara, bahwa Komoditas Tambang dibagi dalam 5 (lima) golongan yaitu;
23
a. Mineral Radio Aktif meliputi radium, thorium, uranium, monasit, dan bahan
galian radio aktif lainya;
b. Mineral Logam Meliputi litium, berilium, magnesium, kalium, kalsium, emas,
tembaga, perak, timbal, seng, timah, nikel, mangaan, platina, bismut,
molibdenum, bauksit, air raksa, wolfram, titanium, barit, vanadium, kromit,
antimoni, kobalt, tantalum, cadmium, galium, indium, yitrium, magnetit, besi,
galena, alumina, niobium, zirkonnium, ilmenit, khorm, erbium, ytterbium,
dysprosium, thorium, cesium, lanthanum, niobium, neodymium, hafnium,
scandium, aluminium, palladium, rhodium, osmium, ruthenium, iridium,
selenium, telluride, stronium, germanium, dan zenotin;
c. Mineral Bukan Logam meliputi intan, korondum, grafit, arsen, pasir kuarsa,
fluorspar, kriolit, yodium, brom, klor, belerang, fosfat, halit, asbes, talk, mika,
magnesit, yarosit, oker, fluorit, ball clay, fire clay, zeolit, kaolin, feldspar,
bentonit, gipsum, dolomit, kalsit, rijang, pirofilit, kuarsit, zirkon, wolastonit,
tawas, batu kuarsa, perlit, garam batu clay, dan batu gamping untuk semen;
d. Batuan meliputi pumice, tras, toseki, obsidian, marmer, perlit, tanah diatome,
tanah serap (fullers earth), slate, granit, granodiorit, andesit, gabro, peridotit,
basalt, trakhit, leusit, tanah liat, tanah urug, batu apung, opal, kalsedon, chert
cristal kuarsa, jasper, krisoprase, kayu terkesikan, gamet, giok, agat, diorit,
topas, batu gunung quarry besar, kerikil galian dari bukit, kerikil sungai ayak
tanpa pasir, pasir urug, pasir pasang, kerikil berpasir alami (sirtu), bahan
timbunan pilihan (tanah), urukan tanah setempat, tanah merah (laterit), batu
gamping, onik, pasir laut,dan pasir yang tidak mengandung unsur mineral
24
logam atau usur mineral bukan logam dalam jumlah yang berati ditinjau dari
segi ekonomi pertambangan dan;
e. Batubara meliputi bitumen padat, batuan aspal, batubara, dan gambut
3.2 Cadangan
Cadangan adalah jumlah berat atau volume endapan mineral atau batubara
yang mempunyai nilai ekonamis untuk ditambang.
Istilah cadangan pada pertambangan antara lain :
a) Cadangan hipotetik adalah cadangan yang belum ditemukan tetapi
beralasan untuk ditemukan pada suatu wilayah pertambangan.
b) Cadangan terkira adalah cadangan yang secara geologi keberadaannya
mempunyai tingkat kayakinan rendah.
c) Cadangan terduga adalah cadangan hasil penafsiran berdasarkan sebagian
besar dari informasi geologi dilengkapi dengan beberapa contoh singkapan
secara kuantitatif.
d) Cadangan tertambang adalah bagian cadangan mineral atau batubara yang
layak ditambang dengan teknologi saat ini.
3.3 Pertambangan
3.3.1 Pengertian Pertambangan
Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam
rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang
meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, study kelayakan, konstruksi,
25
penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta
kegiatan pasca tambang.
Wilayah Pertarnbangan adalah wilayah yang memiliki potensi mineral atau
batubara dan tidak terikat dengan, batasan administrasi pemerintahan yang
merupakan bagian dari tata ruang nasional.
Wilayah Pertambangan ditetapkan oleh Pemerintah setelah berkoordinasi dengan
pemerintah daerah dan berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia. Penetapan Wilayah Pertambangan dilaksanakan dengan:
a. Secara transparan, partisipatif, dan bertanggung jawab;
b. Secara terpadu dengan rnemperhatikan pendapat dari Instansi Pemerintah
terkait, masyarakat, dan dengan mempertimbangkan aspek ekologi, ekonomi, dan
sosial budaya, serta berwawasan lingkungan; dan
c. Dengan rnemperhatikan aspirasi daerah. Pemerintah pusat dan pemerintah
daerah wajib melakukan penyelidikan dan penelitian pertambangan dalam rangka
penyiapan Wilayah Pertambangan.
Ketentuan lebih lanjut mengenai batas, luas, dan rnekanisme penetapan Wilayah
Penambangan diatur dengan peraturan pemerintah.
Wilayah Pertambangan terdiri atas:
a. WUP (Wilayah Usaha Pertambangan).
b. WPR (Wilayah Pertambangan Rakyat).
c. WPN (Wilayah Pencadangan Negara).
26
3.3.2 Tahapan kegiatan dalam Pertambangan
Tahapan kegiatan pertambangan meliputi kegiatan Penyelidikan umum,
Eksplorasi, Studi Kelayakan, Konstruksi, Penambangan, Pengolahan/Pemurnian,
Pengangkutan, Penjualan dan Reklamasi serta Kegiatan Pascatambang.
Penyelidikan Umum adalah penyelidikan secara geologi umum atau geofisika,
di daratan, perairan dan foto udara terhadap segala sesuatu yang ada di bumi
dengan maksud untuk membuat peta geologi secara umum atau untuk
menetapkan tanda-tanda adanya kandungan bahan galian di suatu wilyah,
penyelidikan umum dilaksankan dengan cara ; sumur uji, pemboran uji, parit
uji, mendulang dan foto udara. Data yang diperoleh dari penyelidikan umum
masih kasar yang meliputi ; lokasi endapan, jenis endapan, nama endapan dan
taksiran kualitas atau kadar.
Eksplorasi adalah segala penyelidikan pertambangan untuk mengetahui secara
teliti tentang penyebaran endapan bahan galian, besar cadangan dan nilai
cadangan, eksplorasi dilaksanakan dengan cara ; pemboran, sumur uji,
trowongan dan shaft, data yang diperoleh antara lain ; kualitas atau kadar,
penyebaran kadar, bentuk dan letak serta ukuran dan sifat cadangan.
Studi Kelayakan adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk
memperoleh informasi secara rinci seluruh aspek yang berkaitan untuk
menentukan kelayakan ekonomis dan teknis usaha pertambangan, termasuk
analisis mengenai dampak lingkungan serta perencanaan pascatamnbang.
27
Konstruksi adalah kegiatan usaha pertambangan untuk melakukan
pembangunan seluruh fasilitas operasi produksi, termasuk pengendalian
dampak lingkungan.
Penambangan adalah bagian kegiatan usaha pertambangan untuk
memproduksi mineral dan/atau batubara dan mineral ikutannya, ada dua
sistem penambangan yaitu :
a) sistem tambang terbuka dan ;
b) sistem tambang bawah tanah.
Pengolahan/Pemurnian adalah kegiatan usaha pertambangan untuk
meningkatkan mutu mineral dan/atau batubara serta untuk memanfaatkan dan
memperoleh mineral ikutan, ada beberapa cara dalam melakukan
pengolahan/pemurnian antara lain :
a) Commminution adalah penghancuran atau pengecilan ukuran, alat yang
digunakan : Crusher dan Grainder.
b) Sizing adalah proses pemisahan mineral berdasarkan ukuran butir, sizing
dilakukan dengan cara : Screening dan Classifying.
c) Concetration dilakukan dengan cara : pemisahan dengan pencucian,
pemisahan berdasarkan perbedaan berat isi, Pemisahan berdasarkan sifat
fisik permukaan butiran, Pemisahan berdasarkan sifat magnit mineral,
electrostatik Separator.
d) Dewatering adalah proses pengurangan air dari hasil konsentrasi,
prosesnya dilakukan dengan cara : pengentalan, penyaringan dan
pengeringan.
28
Pengangkutan adalah kegiatan usaha pertambangan untuk memindahkan
mineral dan/atau batubara dari daerah tambang dan/atau tempat pengolahan
dan pemurnian sampai tempat penyerahan atau dipasarkan,
a) pengangkutan laut menggunakan : tug boat dan tongkang serta kapal laut.
b) pengangkutan didarat memnggunakan : Dump truck dan belt conveyor.
c) Pengankutan udara menggunakan : pesawat udara.
Penjualan adalah kegiatan usaha pertambangan untuk menjual hasil
pertambangan mineral atau batubara baik di dalam negeri atau di luar negeri.
Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan usaha
pertambangan untuk menata, memulihkan, dan memperbaiki kualitas
lingkungan dan ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai peruntukannya.
Kegiatan Pascatambang, yang selanjutnya disebut pascatambang, adalah
kegiatan terencana, sistematis, dan berlanjut setelah akhir sebagian atau
seluruh kegiatan usaha pertambangan untuk memulihkan fungsi lingkungan
alam dan fungsi sosial menurut kondisi lokal di seluruh wilayah
penambangan.
3.3.3 Wilayah Usaha Pertambangan.
Wilayah Usaha Pertambangan adalah bagian dari Wilayah Pertambangan
yang telah memiliki ketersediaan data potensi, atau informasi geologi. Wilayah
Pertambangan sebagai bagian dari tata ruang nasional merupakan landasan bagi
penetapan kegiatan pertambangan.
Penetapan Wilayah Usaha Pertambangan dilakukan oleh Pemerintah
setelah berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan disampaikan secara tertulis
29
kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dengan berkoordinasi
dengan pemerintah daerah yang bersangkutan berdasarkan data dan informasi
yang dimiliki Pemerintah dan pemerintah daerah. Pemerintah dapat melimpahkan
sebagian kewenangannya dalam penetapan Wilayah Usaha Pertambangan kepada
pemerintah provinsi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan.
Wilayah Izin Usaha Pertambangan adalah wilayah yang diberikan kepada
pemegang Izin Usaha Pertambangan.
Satu Wilayah Usaha Pertambangan terdiri atas satu atau beberapa Wilayah Izin
Usaha Pertambangan yang berada pada lintas wilayah provinsi, lintas wilayah
kabupaten / kota atau dalam satu wilayah kabupaten atau kota.
Luas dan batas Wilayah Izin Usaha Pertambangan mineral logam dan batubara
ditetapkan oleh Pemerintah berkoordinasi dengan pemerintah daerah berdasarkan
kriteria yang dimiliki oleh Pemerintah. Kriteria untuk menetapkan satu atau
beberapa Wilayah Izin Usaha Pertambangan dalam satu Wilayah Usaha
Pertambangan adalah sebagai berikut:
a. Letak geografis;
b. Kaidah konservasi;
c. Daya dukung lindungan lingkungan;
d. Optimalisasi sumber daya mineral atau batubara;
e. Tingkat kepadatan penduduk.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penetapan batas dan luas Wilayah Izin
Usaha Pertambangan diatur dengan peraturan pemerintah.
30
3.3.4 Wilayah Pertambangan Rakyat.
Wilayah Pertambangan Rakyat adalah bagian dari Wilayah Pertambangan
tempat di lakukan kegiatan.
Usaha Pertambangan Rakyat kegiatan pertambangan rakyat dilaksanakan dalam
suatu Wilayah Pertambangan Rakyat. Wilayah Pertambangan Rakyat ditetapkan
oleh Bupati / walikota setelah berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah kabupaten / kota.
Kriteria untuk menetapkan Wilayah Pertambangan Rakyat adalah. sebagai
berikut:
a. Mempunyai cadangan mineral sekunder yang terdapat di sungai dan / atau di
antara tepi dan tepi sungai.
b. Mempunyai cadangan primer logam atau batubara dengan kedalaman maksimal
2l5 meter.
c. Endapan teras, dataran banjir, dan endapan sungai purba.
d. Luas maksimal wilayah pertambangan rakyat adalah 25 hektare.
e. Menyebutkan jenis komoditas yang akan ditambang.
f. Merupakan wilayah atau tempat kegiatan tarnbang rakyat yang sudah dikerjakan
sekurang – kurangnya 15 tahun.
Dalam menetapkan Wilayah Pertambangan Rakyat Bupati / Walikota
berkewajiban melakukan pengumuman mengenai rencana Wilayah Pertambangan
Rakyat kepada masyarakat secara terbuka. Wilayah atau tempat kegiatan tambang
rakyat yang sudah dikerjakan tetapi belum ditetapkan sebagai Wilayah
31
Pertambangan Rakyat diprioritaskan untuk ditetapkan sebagai Wilayah
Pertambangan Rakyat.
Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman, prosedur, dan penetapan Wilayah
Pertambangan Rakyat diatur dengan peraturan pemerintah.
Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria dan mekanisme penetapan Wilayah
Pertambangan Rakyat diatur dengan peraturan daerah kabupaten / kota.
3.3.5 Wilayah Pencadangan Negara
Wilayah Pencadangan Negara adalah bagian dari Wilayah Pertambangan
yang dicadangkan untuk kepentingan strategis nasional. Untuk kepentingan
strategis nasional, Pemerintah dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia dan dengan memperhatikan aspirasi daerah menetapkan
Wilayah Pencadangan Nasional sebagai daerah yang dicadangkan untuk
komoditas tertentu dan daerah konservasi dalam rangka menjaga keseimbangan
ekosistem dan lingkungan.
Wilayah Pencadangan Nasional yang ditetapkan untuk komoditas tertentu dapat
diusahakan sebagian luas wilayahnya dengan persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat Republik Indonesia.
Wilayah Pencadangan Nasional yang ditetapkan untuk konservasi ditentukan
batasan waktu dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.
Wilayah yang akan diusahakan menjadi Wilayah Percadangan Nasional harus
berubah statusnya menjadi Wilayah Usaha Pertambangan Khusus.
32
Perubahan status Wilayah Pencadangan Nasional menjadi Wilayah Usaha
Pertambangan Khusus, dapat dilakukan dengan mempertimbangkan:
a. Pemenuhan bahan baku industri dan energi dalam negeri.
b. Sumber devisa Negara.
c. Kondisi wilayah didasarkan pada keterbatasan sarana dan prasarana.
d. Berpotensi untuk dikembangkan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi.
e. Daya dukung lingkungan.
f. Penggunaan teknologi tinggi dan modal investasi yang besar.
3.4 Izin Usaha Pertambangan
3.4.1 Pengertian Izin Usaha Pertambangan
Izin usaha pertambangan adalah pemberian izin untuk melakukan usaha
pertambangan kepada orang pribadi atau badan yang diberikan oleh Pemerintah
Daerah. Izin Usaha Pertambangan diberikan dalam bentuk surat keputusan Izin
Usaha Pertambangan.
Izin Usaha Pertambangan terdiri atas dua tahap:
1. Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi meliputi kegiatan penyelidikan
umum, eksplorasi, dan studi kelayakan.
2. Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi meliputi kegiatan
konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, serta
pengangkutan dan penjualan.
Pemegang Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi dan pemegang Izin Usaha
Pertambangan Operasi Produksi dapat melakukan sebagian atau seluruhnya.
33
Izin Usaha Pertambangan diberikan oleh:
1. Bupati / Walikota apabila Wilayah Izin Usaha Pertambangan berada di
dalam satu wilayah kabupaten / kota;
2. Gubernur apabila Wilayah Izin Usaha Pertambangan berada pada lintas
wilayah kabupaten / kota dalam 1 provinsi setelah mendapatkan
rekomendasi dari Bupati / Walikota setempat sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang – undangan.
3. Menteri apabila Wilayah Izin Usaha Pertambangan berada pada lintas
wilayah provinsi setelah mendapatkan rekomendasi dari Gubernur dan
Bupati / Walikota setempat sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang – undangan.
Izin Usaha Pertambangan diberikan kepada:
a. Badan usaha.
b. Koperasi.
c. Perseorangan.
Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi meliputi kegiatan Penyelidikan
umum, Eksplorasi, dan Study kelayakan wajib memuat ketentuan sekurang
kurangnya:
a. Nama perusahaan.
b. Lokasi dan luas wilayah.
c. Rencana umum tata ruang.
d. Jaminan kesungguhan.
e. Modal investasi.
34
f. Perpanjangan waktu tahap kegiatan.
g. Hak dan kewajiban pemegang Izin Usaha Pertambangan.
h. Jangka waktu berlakunya tahap kegiatan.
i. Jenis usaha yang diberikan.
j. Rencana pengembangan dan pemberdayaan masyarakat di sekitar
wilayah pertambangan.
k. Perpajakan.
l. Penyelesaian perselisihan.
m. Iuran tetap dan iuran eksplorasi.
n. Amdal.
Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi meliputi kegiatan Konstruksi,
Penambangan, Pengolahan dan Pemurnian wajib memuat ketentuan sekurang –
kurangnya.
a. Nama perusahaan.
b. Luas wilayah.
c. Lokasi penambangan.
d. Lokasi pengolahan dan pemurnian.
e. Pengangkutan dan penjualan.
f. Modal investasi.
g. Jangka waktu berlakunya Izin Usaha Pertambangan.
h. Jangka waktu tahap kegiatan.
i. Penyelesaian masalah pertanahan.
j. Lingkungan hidup termasuk reklamasi dan pascatambang.
35
k. Dana jaminan reklamasi dan pasca tambang.
i. Perpanjangan Izin Usaha Pertambangan.
l. Hak dan kewajiban pemegang Izin Usaha Pertambangan.
m. Rencana pengembangan dan pernberdayaan masyarakat di sekitar
wilayah pertambangan.
n. Perpajakan.
o. Penerimaan negara bukan pajak yang terdiri atas iuran tetap dan
iuran produksi.
p. Penyelesaian perselisihan.
q. Keselamatan dan kesehatan kerja.
r. Konservasi mineral atau batubara.
s. Pemanfaatan barang, jasa, dan teknologi dalam negeri.
t. Penerapan kaidah keekonomian dan keteknikan pertambangan
yang baik.
u. Pengembangan tenaga kerja Indonesia.
v. Pengelolaan data mineral atau batubara.
w. Penguasaan, pengembangan, dan penerapan teknologi
pertambangan mineral atau batubara.
Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi meliputi kegiatan Penyelidikan
umum, Eksplorasi, dan Study kelayakan Izin Usaha Pertambangan diberikan
untuk satu jenis mineral atau batubara.
Pemegang Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi meliputi kegiatan
Penyelidikan umum, Eksplorasi, dan Study kelayakan Izin Usaha Pertambangan
36
menemukan mineral lain di dalam Wilayah Izin Usaha Pertambangan yang
dikelola diberikan prioritas untuk mengusahakannya.
Pemegang Izin Usaha Pertambangan mengusahakan mineral adalah Izin
Usaha Pertambangan Operasi Produksi meliputi kegiatan Konstruksi,
Penambangan, wajib mengajukan permohonan Izin Usaha Pertambangan baru
kepada Menteri, Gubernur, dan Bupati / Walikota sesuai dengan kewenangannya.
Pemegang Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi meliputi kegiatan
Konstruksi, Penambangan, dapat menyatakan tidak berminat untuk mengusahakan
mineral lain yang ditemukan tersebut.
Pemegang Izin Usaha Pertambangan yang tidak berminat untuk
mengusahakan mineral lain yang ditemukan wajib menjaga mineral lain tersebut
agar tidak dimanfaatkan pihak lain.
Izin Usaha Pertambangan untuk mineral lain dapat diberikan kepada
pihak lain oleh Menteri, Gubernur, dan Bupati / Walikota sesuai dengan
kewenangannya.
3.4.2 Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi.
Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi untuk pertambangan mineral logam
dapat diberikan dalam jangka waktu paling lama delapan tahun.
Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi untuk pertambangan mineral bukan
logam dapat diberikan paling lama dalam jangka waktu tiga tahun dan mineral
bukan logam jenis tertentu dapat diberikan dalam jangka waktu paling lama tujuh
tahun.
37
Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi untuk pertambangan batuan dapat
diberikan dalam jangka waktu paling lama tiga tahun.
Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi untuk pertambangan batubara dapat
diberikan dalam jangka waktu paling lama tujuh tahun.
Dalam hal kegiatan Eksplorasi dan kegiatan studi kelayakan, pemegang
Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi yang mendapatkan mineral atau batubara
yang tergali wajib melaporkan kepada pemberi Izin Usaha Pertambangan.
Pemegang Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi yang ingin menjual
mineral atau batubara wajib mengajukan izin sementara untuk melakukan
pengangkutan dan penjualan Izin sementara yang diberikan oleh Menteri,
Gubernur, atau Bupati / Walikota sesuai dengan kewenangannya.
Mineral atau batubara yang tergali dalam hal kegiatan ekpolorasi dan
kegiatan study kelayakan, pemegang Izin Usaha Pertambangan Ekplorasi yang
mendapatkan mineral atau batubara yang tergali wajib melaporkan kepeda
pemberi Izin Usaha Pertambangan dikenai iuran produksi.
3.4.3 Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi.
Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi adalah izin usaha yang
diberikan setelah selesai pelaksanaan Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi untuk
melakukan tahapan kegiatan operasi produksi.
Setiap pemegang Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi dijamin untuk
memperoleh Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi sebagai kelanjutan
kegiatan usaha pertambangannya.
38
Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi dapat diberikan kepada badan usaha,
koperasi, atau perseorangan atas hasil pelelangan.
Pertambangan Tanpa Izin adalah usaha pertambangan yang dilakukan oleh
perseorangan, sekelompok orang, atau perusahaan yayasan berbadan hukum yang
dalam operasinya tidak memiliki Izin dari instansi pemerintah sesuai peraturan
perundang – undangan yang berlaku. Dengan demikian, izin, rekomendasi, atau
surat berbentuk apapun yang diberikan kepada perseorangan, sekelompok orang,
perusahaan atau yayasan oleh instansi pemerintah di luar ketentuan peraturan
perundang – undangan yang berlaku, dapat dikategorikan sebagai Pertambangan
Tanpa Izin.
Izin Pertambangan Rakyat, yang selanjutnya disebut IPR, adalah izin
untuk melaksanakan usaha pertambangan dalam wilayah pertambangan rakyat
dengan luas wilayah dan investasi terbatas.
3.5 Dasar Hukum
Dasar hukum perizinan usaha pertambangan bahan galian Batuan di
Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut :
a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 33
ayat 3
”Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
b) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara (LN Tahun 1999 Nomor 4, TLN 4959).
39
c) Peraturan pemerintah republik indonesia Nomor 23 tahun 2010 Tentang
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara.
d) Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 37 Tahun 2011 Tentang
Pendelegasian Kewenangan Pelayanan Perijinan Kepada Badan Pelayanan
Perijinan Terpadu Provinsi Sumatera Utara.
40
IV. PEMBAHASAN
4.1 Geologi Provinsi Sumatera Utara
4.1.1 Morfologi Sumatera Utara
Satuan morfologi Provinsi Sumatera Utara terdiri dari 3 satuan morfologi
antara lain :
Satuan morfologi daratan, dimana terdapat dua pesisir daratan yaitu
timur dan barat, dimana timur adalah pesisir mulai dari langkat sampai
dengan Labuhan Batu, sedangkan pesisir barat .
Satuan morfologi perbukitan yang berjajar di bagian tengah Sumatera
Utara, yang kita kenal dengan Bukit Barisan.
Satuan morfologi pegunungan yang meliputi gunung Sinabung,
Sibayak, Pusu Buhit dan lainnya.
4.1.2 Stratigrafi Sumatera Utara
Pola geologi dan tatanan stratigrafi regional cekungan Sumatra Utara
secara umum telah banyak diketahui berkat hasil aktivitas eksplorasi minyak dan
gas alam serta pemetaan bersistem pulau Sumatra dalam skala 1:250.000. Keith
(1981)dalam google.co.id cekungan sumatera membuat pembagian stratigrafi
Tersier Cekungan Sumatra Utara menjadi tiga kelompok yaitu Kelompok I
sebagai fase tektonik, pengangkatan dan pengerosian, berumur Eosen hingga
Oligosen Awal. Kelompok II merupakan fase genang laut yang dimulai dengan
pembentukan formasi-formasi dari tua ke muda yaitu Formasi Butar, Rampong,
Bruksah, Bampo, Peutu dan Formasi Baong. Kelompok III adalah perioda regresif
dengan pembentukan kelompok Lhoksukon.
41
Satuan formasi yang ada di Cekungan Sumatera Utara dari yang tua ke
yang paling muda yaitu:
1. Formasi Butar, pembawa endapan bitumen padat, berumur Oligosen akhir
hingga miosen awal, mengandung 3 lapisan pembawa endapan bitumen
padat, berada disekitar daerah Tigabinanga.
2. Formasi Rampong, selaras dengan formasi Butar pembawa endapan bitumen
padat, juga berada di sekitar tigabinanga.
3. Formasi Bruksah, terutama terdiri dari batupasir dan konglomerat basal
berumur Oligosen. Perkiraan ketebalan sekitar 500m dan berada sekitar
2000m dibawah permukaan dasar laut.
4. Formasi Bampo (Tib), terdiri atas batulu mpur berwarna hitam dan
engandung pirit berumur Oligosen akhir sampai Miosen Awal menindih
selaras Formasi Bruksah, diperkirakan mempunyai ketebalam 1000
sampai 1200m dan berada pada kedalaman 500 sampai 2000 m di bawah
permukaan laut
5. Formasi Peutu, didominasi oleh batupasir berumur Miosen Awal sampai
Miosen Tengah, berada di sekitar cekungan.
6. Formasi Baong, terdiri dari batulumpur gampingan berumur Miosen
Tengah berada sekitar cekungan.
4.1.3 Struktur Geologi Sumatera Utara
Secara litologi Sumatera Utara berada pada jalur sesar semangko, dimana
jalur sesar tersebut masuk pada tiga sekmen patahan yakni sekmen patahan Renun
42
melalui Kabupaten Dairi, Pakpak Bharat, Karo, Langkat, Tobasa, dan Humbang
Hasudutan. Kemudian sekmen patahan Toru yakni melintasi Kabupaten Tapanuli
Utara dan Tapanuli Tengah dan sekmen yang ketiga adalah patahan Angkola
meliputi Kabupaten Tapanuli Selatan dan Madina.
Akibat dari keadaan diatas Sumatera Utara termasuk dalam daerah rawan
gempa terutama daerah Sumatera Utara bagian barat dari utara ke selatan. Patahan
tersebut diatas juga dapat memicu aktivitas kegiatan vulkanisme, karena sebagian
besar daerah yang dilalui jalur patahan tersebut adalah daerah pegunungan.
4.2 Potensi Bahan Galian di Provinsi Sumatera Utara
Dalam Undang-undang nomor 4 tahun 2009 tentang pertambangan mineral
dan batubara. yang dijabarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2010
tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara, bahwa
Komoditas Tambang dibagi dalam 5 (lima) golongan yaitu Radio Aktif, Mineral
Logam, Mineral Non Logam, Batuan dan Batubara, untuk Provinsi Sumatera
Utara sendiri hanya terdapat 3 (tiga) potensi bahan galian yaitu Batuan, Logam
dan Non Logam. Tidak menutup kemungkinan dikemudian hari ditemukan
potensi komoditas tambang selain ketiga potensi yang ada. Adapun potensi bahan
galian yang ada di Provinsi Sumatera Utara antara lain :
1. Potensi bahan galian Batuan yang terdapat di Provinsi Sumatera Utara
meliputi :
a. Batu Gamping
Batu gamping merupakan batuan sedimen karbonat yang terdapat di alam
dengan rumus kimia CaCO3. Ciri khas dari batugamping yaitu bila ditetesi
43
dengan larutan HCl akan berbuih karena terjadi reaksi dan mengakibatkan
keluarnya gas CO2. Batu gamping banyak dimanfaatkan sebagai bahan
bangunan, industri kertas, bahan baku industri semen, keramik dan industri
gula. Batu gamping yang ada di Provinsi Sumatera Utara terdapat di
Kecamatan Barus (Cadangan hipotetik 900.000.000 Ton) dan Kecamatan
Sitahuis (cadangan hipotetik 18.000.000 Ton) Kabupaten Tapanuli Tengah,
Desa Siraisan ( cadangan hipotetik 6.250.000), Kecamatan Batang toru
(cadangan hipotetik 125.000.000 Ton) dan Kecamatan Batang Onan
(cadangan hipotetik 300.000.000 Ton) Kabupaten Tapanuli Selatan, di Desa
Tanjunh Naman (cadangan tereka 58.000.000 Ton) dan Desa Bukit Lawang
(cadangan hipotetik 58.000.000 Ton) Kecamatan Bahorok Kabupaten
Langkat, Kecamatan Lintong Nihuta( cadangan hipotetik 493.853.800 Ton),
Kecamatan Sipoholon (cadangan tereka 5.000.000 Ton), Kecamatan Tarutung
(cadangan tereka 5.700.000 Ton) Kabupaten Tapanuli Utara, Kecamatan
Payung ( cadangan terunjuk 9.293.000 Ton), Kecamatan Kuta Buluh
(cadangan tereka 1.522.233 Ton) Kabupaten Karo, Desa Penen Kabupaten
Deli Serdang (cadangan hipotetik 5.000.000 Ton), Kecamatan Balige
Kabupaten Tobasa (cadangan tereka 5.400.000 Ton).
b. Pasir Kwarsa
Terjadi sebagai rombakan batuan asam seperti granit, granodiorit sebagai
endapan sedimen lepas. Manfaat dari pasir kuarsa adalah sebagai komponen
alat listrik, gelas, kaca, pengeboran, pengolahan asbes, keramik, dll.
Keberadaan pasir kuarsa di provinsi Sumatera Utara berada di Kecamatan
44
Belige Kabupaten Tobasa ( cadangan hipotetik 318.000.000 Ton), Kecamatan
Sorkam Barat (cadangan hipotetik 47.240.000 Ton), Kecamatan Mela
(cadangan hipotetik 49.000.000 Ton), Kecamatan Lumut (cadangan hipotetik
400.000 Ton), Kecamatan Sibuluan (cadangan hipotetik 300.000 Ton)
Kabupaten Tapanuli Tengah, Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan
( cadangan hipotetik 464.000.000 Ton).
c. Batu Apung
Batu apung ialah istilah tekstural untuk batuan vulkanik yang merupakan lava
berbuih terpadatkan yang tersusun atas piroklastik kaca yang amat
mikrovesikular dengan dinding batuan beku gunung berapi ekstrusif yang
bergelembung, amat tipis dan tembus cahaya. Batu apung adalah produk
umum letusan gunung (pembentukan Plinius dann ignimbrit) dan umumnya
membentuk zona-zona di bagian atas lava silikat. Batu apung bervariasi
dalam hal kepadatannya menurut ketebalan bahan padat antar gelombang;
yang berada di Provinsi Sumatera Utara berada di kecamatan Sidempuan
Timur Kabupaten Tapanuli Selatan ( cadangan hipotetik 12.800.000 Ton),
Kecamatan Onan Ganjang (cadangan hipotetik 41.385.000 Ton) Kecamatan
Parmonangan ( cadangan Hipotetik 1.094.000 Ton) Kabupaten Tapanuli
Utara.
d. Lempung/ Tanah liat
Lempung merupakan hasil rombakan batuan yang lebih tua dengan butiran
halus dan kandungan mineral pengotor yang bervariasi. Tanah liat digunakan
sebagai bahan dasar pembuatan genteng dan batu bata. Bahan galian lempung
45
yang ada di Provinsi Sumatera Utara menyebar di Kecamatan Sipirok (
cadangan hipotetik 22.790.000 Ton), Kecamatan Sitahuis ( cadangan hipotetik
4.000.000 Ton), Kecamatan Sorkam Barat ( cadangan hipotetik 5.5-0.000
Ton) Kabupaten Tapanuli Selatan, Kecamtan Sibuluan ( cadangan hipotetik
7.000.000 Ton), Kecamatan Lumut ( cadangan hipotetik 1.000.000 Ton),
Kecamatan Sihaporas ( cadangan hipotetik 3.000.000 Ton), Kecamatan
Sitahuis ( cadangan hipotetik 2.500.000 Ton) Kabupaten Tapanuli Tengah,
Kecamatan Onan Ganjang Kabupaten Humbahas ( cadangan hipotetik
22.310.000 Ton), Kecamatan Kolang Kabupaten Tapanuli Utara (cadangan
hipotetik 2.300.000 Ton).
e. Trass
Trass merupakan hasil pelapukan endapan vulkanik sebagian besar
mengandung silica, besi dan alumina dengan ikatan gugus oksida. Sifat Trass
mempunyai warna putih kemerahan, kecoklatan, kehitaman, kelabu, kekuning
– kuningan, coklat tua, coklat muda, abu-abu. Dalam keadaan sendiri tidak
mempunyai sifat mengeras, bila ditambah kapur tohor dan air akan memiliki
masa seperti semen dan tidak larut dalam air. Hal ini disebabkan karena
senyawa silica aktif dan senyawa alumina reaktif. Trass yang ada di Provinsi
Sumatera Utara menyebar di Kecamatan Sidempuan Timur ( cadangan
hipotetik 34.000.000 Ton), Kecamatan Sosopan ( cadangan 20.000.000 Ton),
Kecamatan Sipirok( 8.300.000 Ton), Kecamatan Batang Angkola ( cadangan
hipotetik 3.750.000 Ton), Kecamatan P.Bolak ( cadangan hipotetik 7.000.000
Ton) Kabupaten Tapanuli Selatan, Kecamatan Sitahuis ( cadangan hipotetik
46
10.100.000 Ton), Kecamatan Sosor Godang (cadangan hipotetik 7.500.000
Ton) Kabupaten Tapanuli Tengah.
f. Andesit
Andesit termasuk jenis batuan beku kategori menengah sebagai hasil bentukan
lelehan magma diorit. Nama andesit sendiri diambil berdasarkan tempat
ditemukan, yaitu di daerah Pegunungan Andes, Amerika Selatan. Peranan
bahan galian ini penting sekali di sektor konstruksi, terutama dalam
pembangunan infrastruktur, seperti jalan raya, gedung, jembatan, saluran
air/irigasi dan lainnya. Dalam pemanfaatannya dapat berbentuk batu belah,
split dan abu batu. Sebagai negara yang sedang membangun, Indonesia
membutuhkan bahan galian ini setiap tahun. Andesit yang berada di Provinsi
Sumatera Utara terdapat di Kecamatan Sitahuis (cadangan hipotetik
28.000.000 Ton), Kecamatan Kolang ( cadangan hipotetik 55.000.000 Ton)
Kabupaten Tapanuli Tengah, Kecamatan Sipirok Kabupaten Padang Lawas
Utara ( cadangan hipotetik 11.250.000 Ton).
g. Granit
Terjadi dari proses pembekuan magma bersifat asam. Warna batuan beraneka
ragam tergantung komposisi meneral pembentuknya. Warnanya antara lain
warna merah hati, merah bata, abu-abu, dan putih keabuabuan. Manfaat dari
Granit adalah sebagai bahan bangunan, tegel, ornament, dll. Granit di wilayah
Provinsi Sumatera Utara terdapat di Kecamatan Batang Toru ( cadangan
hipotetik 47.000.000 Ton), Kecamatan Sipirok ( cadangan hipotetik 1.800.000
Ton), Kecamatan Batang Angkola ( cadangan hipotetik 320.000 Ton)
47
Kabupaten Tapanuli Selatan, Kecamatan Bonan Dolok ( cadangan hipotetik
410.000.000 Ton), Kecamatan Sihaporas Batang (cadangan hipotetik 67.000
Ton) Kabupaten Tapanuli Tengah.
h. Diatomea
Berada di Kecamatan Pangururuan (cadangan hipotetik 130.694.000 ton),
Kecamatan Siminindo (cadangan tereka 2.000.000 ton), Kecamtan Pagaran
(cadangan hipotetik 2.000.000 ton) Kabupaten Samosir.
i. Marmer
Terjadi karena proses metamorfosa dari batu gamping, bermanfaat untuk
bahan bangunan, tegel, ornamen dll. Berada di Kecamatan Kuta Buluh
Kabupaten Karo dengan jumlah cadangan hipotetik 4.191.000 ton.
j. Obsidian
Berada di Kecamatan Tarutung dan Muara Kabupaten Tapanuli Utara denga
jumlah cadangan hipotetik 120.750 ton.
2. Potensi bahan galian Logam yang terdapat di Provinsi Sumatera Utara
meliputi :
a. Emas
Emas merupakan jenis logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa,
kekerasannya berkisar antara 2,3 – 5 skala Mohs, serta berat jenisnya
tergantung pada jenis dan kandungan logam lain yang berpadu dengannya.
Emas terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di
permukaan. Beberapa endapan terbentuk karena proses metasomatisme
kontak dan larutan hidrotermal, sedangkan pengkosentrasian secara mekanis
48
menghasilkan endapan letakan atau placer. Kegunaan Emas sebagai standar
keuangan di banyak negara dan juga digunakan sebagai perhiasan dan
elektronik. Emas yang ada di Provinsi Sumatera Utara terdapat di dua
Kabupaten, yaitu Kabupaten Madina dimana sedang dilakukan eksplorasi
adapun cadangan terukur sekitar 57.420 ton, dan Kabupaten Tapanuli Selatan
juga sedang dilakukan eksplorasi.
b. Tembaga
Erat hubungannya dengan batuan vulkanis, kapur, dan intrusi batuan asam.
Mineral tembaga berada pada urat kuarsa berasosiasi dengan magnetit
(Fe2O3) dan hematit (Fe3O4) dapat dimanfaatkan untuk kabel listrik, pabrik
accu, perkakas, campuran logam untuk perhiasan. Menurut keterdapatannya
berada di Kota Nopan dengan cadangan terukur 865.000 ton dan di
Kecamatan M. Sipongi cadangan terukur sekitar 25.420 ton, ada beberapa
kabupaten yang diperkirakan adanya keterdapatan tembaga diantaranya
Kabupaten Labuhan Batu, Humbahas, dan Tapanuli Tengah.
c. Bauksit
Terjadi dari proses pelapukan (laterisasi) batuan induk yang mengandung
alumunium seperti granit. Sehingga keterdapatannya sangat erat dengan
batuan granit.Bermanfaat untuk bahan baku alumina untuk menghasilkan
aluminium, bata tahan api. Berada di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten
Labuhan Batu dengan jumlah cadangan tereka 27.647.399 ton, di perkirakan
terdapat bauksit putih dan merah muda.
49
d. Timbal
Keterdapatan logam ini berdampingan dengan seng, di Sumatera Utara ada
beberapa lokasi diantaranya di Kecamatan Silima Pungga-pungga dan
Tigalingga Kabupaten Dairi, Kecamatan Kota Nopan ( cadangan terukur
800.000 ton), Muara Sipongi, Panyabungan Kabupaten Madina.
e. Mangan
Keterdapatannya berada di sekitar pantai timur Sumatera Utara ( Asahan dan
Labuhan Batu), dan juga perpotongan jalan Natal 23 Km barat daya
Kecamatan Natal Kabupaten Madina.
f. Timah
Keterdapatannya berada di lokasi 25Km barat laut Rantau Prapat dimana
dijumpai konsentrat dulang, sedangkan di desa Aek labil kecamatan Sibolga
Kabupaten Tapanuli Tengah Wolframit dijumpai dalam test pit.
3. Potensi bahan galian non Logam yang terdapat di Provinsi Sumatera Utara
meliputi :
a. Bentonit
Bentonit adalah istilah pada lempung yang mengandung monmorillonit dalam
dunia perdagangan dan termasuk kelompok dioktohedral. Penamaan jenis
lempung tergantung dari penemu atau peneliti, misal ahli geologi, mineralogi,
mineral industri dan lain-lain. Bentonit dapat dibagi menjadi dua golongan
berdasarkan kandungan alu-munium silikat hydrous, yaitu activated clay dan
fuller's Earth. Activated clay adalah lempung yang kurang memiliki daya
pemucat, tetapi daya pemucatnya dapat ditingkatkan melalui pengolahan
50
tertentu. Sementara itu, fuller's earth digunakan di dalam fulling atau
pembersih bahan wool dari lemak. Bentonit yang ada di Kabupaten Minhasa
Tenggara tersebar di wilayah Kecamatan Sidempuan Timur (cadangan
hipotetik 25.000.000 Ton), Kecamatan Batang Angkola (cadangan hipotetik
20.000 Ton) Kabupaten Tapanuli Selatan, Kecamatan Tarutung Kabupaten
Tapanuli Utara (cadangan hipotetik 2.000.000 Ton).
b. Belerang
Belerang atau sulfur adalah mineral yang dihasilkan oleh proses vulkanisme,
sifat fisik belerang antara lain ; mempunyai kristal berwarna kuning, kuning
kegelapan dan kehitam – hitaman, karena pengaruh unsur pengotornya dan
kekerasan dari belerang berkisar antara 1,5 – 2,5 skala Mohs. Penggunaan
belerang banyak digunakan di industri pupuk, kertas, cat, plastik, bahan
sintetis, industri karet dan ban dan lain – lain. Belerang yang ada di Provinsi
Sumatera Utara terdapat di sekitar kawah gunung Sinabung (banyaknya
cadangan belum teliti) dan Gunung Sibayak(cadangan tereka1.000.000 Ton)
Kabupaten Karo, Gunung Sorik Merapi Kabupaten Tapanuli Selatan
(cadangan tereka 220.000 Ton), Kecamatan Sibaganding Kabupaten Tapanuli
Utara (cadangan tereka 106.835 Ton), Kecamatan Pangururan Kabupaten
Samosir (cadangan tereka 330.000 Ton).
c. Feldspar
Terbentuk bersamaan dg terbentuknya batuan beku yang umumnya berasosiasi
dengan batuan asam, dapat dimanfaatkan menjadi Keramik, porselen, industri
kaca lembaran, gelas berwarna. Berada di Kecamatan G. Sipayan Bolon
51
(cadangan tereka 390.000.000 ton), Kecamatan Raya (cadangan tereka
257.400.000 ton) Kabupaten Simalungun, Kecamatan Sianjur Mula-mula
Kabupaten Samosir (cadangan tereka 487.500.000 ton), Kecamatan Parbuluan
( cadangan tereka 234.000.000 ton), Kecamatan Sumbul (cadangan tereka
416.000.000 ton) Kabupaten Dairi, Kecamatan Parlilitan Kabupaten Humbahas
(cadangan tereka 87.500.000 ton), Kecamatan Lumban Julu Kabupaten Tobasa
(cadangan tereka 124.800.000 ton).
d. Kaolin
Dapat terjadi karena proses sedimentasi dari endapan yang mengandung
feldsfar, granit, tufa dll. Bisa dimanfaatkan untuk pembuatan keramik, glassier,
semen, kapur tulis, industri ban, kertas, kosmetika, obat-obatan, pestisida.
Berada di Kecamatan Tarutung(cadangan tereka 2.300.000 ton), Kecamatan
Pahae Julu (cadangan tereka 5.720.000 ton) Kabupaten Tapanuli Utara,
Kecamatan Bandar Pulau Kabupaten Asahan ( cadangan tereka 1.500.000 ton).
4.3 Kegiatan Pertambangan saat ini
Kegiatan pertambangan bahan galian yang ada di Provinsi Sumatera Utara
saat ini, antara lain ;
Bahan galian logam :
1. Jenis : Emas
Lokasi : Kabupaten Mandailing Natal
Status : Eksplorasi oleh PT. Sorikmas Minning
(Kontrak Karya)
52
2. Jenis : Emas
Lokasi : Kabupaten Tapanuli Selatan
Status : Eksplorasi PT. Agincourt Resource
(Kontrak Karya)
3. Jenis : Timbal
Lokasi : Kabupaten Dairi
Status : Eksplorasi oleh PT. Prima Dairi Mineral
(Kontrak Karya)
4.4 Tata Cara Permohonan Izin Usaha Pertambangan
4.4.1 Persyaratan Permohonan Izin.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam permohonan Izin Usaha
Pertambangan di Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut :
a. Administratif;
b. Teknis;
c. Lingkungan; dan
d. Finansial.
A. Persyaratan administratif
1. Untuk badan usaha untuk IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi
Mineral logam dan batubara:
a. Surat permohonan;
b. Susunan Direksi dan daftar pemegang saham;
c. Surat keterangan domisili.
53
Mineral bukan logam dan batuan :
a. Surat permohonan;
b. Profil badan usaha;
c. Akte pendirian badan usaha yang bergerak di bidang usaha pertambangan yang
telah disahkan oleh pejabat yang berwenang;
d. Nomor pokok wajib pajak;
e. Susunan direksi dan daftar pemegang saham; dan
f. Surat keterangan domisili.
2. Untuk koperasi untuk IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi
Mineral logam dan batubara:
a. Surat permohonan;
b. Surat susunan pengurus;
c. Surat keterangan domisili.
Mineral bukan logam dan batuan meliputi:
a. Surat permohonan;
b. Profil koperasi;
c. Akte pendirian koperasi yang bergerak di bidang usaha pertambangan yang
telah disahkan oleh pejabat yang berwenang;
d. Nomor pokok wajib pajak;
e. Susunan pengurus; dan
f. Surat keterangan domisili.
3. Untuk perseorangan untuk IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi
Mineral logam dan batubara:
54
a. Surat permohonan;
b. Surat keterangan domisili.
Mineral bukan logam dan batuan :
a. Surat permohonan;
b. Kartu tanda penduduk;
c. Nomor pokok wajib pajak; dan
d. Surat keterangan domisili.
4. Untuk perusahaan firma dan perusahaan komanditer untuk IUP Eksplorasi dan
IUP Operasi Produksi
Mineral logam dan batubara:
a. Surat permohonan;
b. Susunan pengurus dan daftar pemegang saham;
c. Surat keterangan domisili.
Mineral bukan logam dan batuan :
a. Surat permohonan;
b. Profil perusahaan;
c. Akte pendirian perusahaan yang bergerak di bidang usaha pertambangan;
d. Nomor pokok wajib pajak;
e. Susunan pengurus dan daftar pemegang saham; dan
f. Surat keterangan domisili.
B. Persyaratan teknis meliputi:
1. IUP eksplorasi ;
55
a. Daftar riwayat hidup dan surat pernyataan tenaga ahli pertambangan dan/atau
geologi yang berpengalaman paling sedikit 3 (tiga) tahun;
b. Peta WIUP yang dilengkapi dengan batas koordinat geografis lintang dan bujur
sesuai dengan ketentuan sistem informasi geografi yang berlaku secara nasional.
2. IUP operasi produksi ;
a. Peta wilayah dilengkapi dengan batas koordinat geografis lintang dan bujur
sesuai dengan ketentuan sistem informasi geografi yang berlaku secara nasional;
b. Laporan lengkap eksplorasi;
c. Laporan studi kelayakan;
d. Rencana reklamasi dan pascatambang;
e. Rencana kerja dan anggaran biaya;
f. Rencana pembangunan sarana dan prasarana penunjang kegiatan operasi
produksi; dan
g. Tersedianya tenaga ahli pertambangan dan/atau geologi yang berpengalaman
paling sedikit 3 (tiga) tahun.
C. Persyaratan lingkungan meliputi:
1. Untuk IUP Eksplorasi meliputi pernyataan untuk mematuhi ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup.
2. IUP Operasi Produksi ;
a. Pernyataan kesanggupan untuk mematuhi ketentuan peraturan perundang –
undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup; dan
56
b. Persetujuan dokumen lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang – undangan.
D. Persyaratan finansial meliputi:
1. IUP Eksplorasi ;
a. Bukti penempatan jaminan kesungguhan pelaksanaan kegiatan eksplorasi; dan
b. Bukti pembayaran harga nilai kompensasi data informasi hasil lelang WIUP
mineral logam atau batubara sesuai dengan nilai penawaran lelang atau bukti
pembayaran biaya pencadangan wilayah dan pembayaran pencetakan peta WIUP
mineral bukan logam atau batuan atas permohonan wilayah.
2. IUP Operasi Produksi ;
a. Laporan keuangan tahun terakhir yang telah diaudit oleh akuntan publik;
b. Bukti pembayaran iuran tetap 3 (tiga) tahun terakhir; dan
c. Bukti pembayaran pengganti investasi sesuai dengan nilai penawaran lelang
bagi pemenang lelang WIUP yang telah berakhir.
4.4.2 Tahap-tahap Permohonan Izin Usaha Pertambangan di Provinsi
Sumatera Utara.
Tahap-tahap yang dilalui dalam permohonan Izin Usaha Pertambangan di
Provinsi Sumatera Utara sesuai dengan Peraturan Gubernur Sumatera Utara
Nomor 37 tahun 2011Tentang Pendelegasian Kewenangan Pelayanan Perijinan
Kepada Badan Pelayanan Perijinan Terpadu sampai diterbitkannya IUP tersebut
adalah :
57
1. Pemohon mengajukan permohonan secara tertulis kepada Gubernur Sumatera
Utara melalui Badan Pelayanan Perijinan Terpadu dengan melampirkan
syarat-syarat yang telah ditetapkan.
2. Setelah permohonan tertulis diterima oleh Badan Pelayanan Perijinan Terpadu
maka Badan Pelayanan Perijinan Terpadu mengundang tim teknis Dinas
Pertambangan dan Energi dan beberapa tim teknis dari Dinas Pekerjaan
Umum, Dinas Kehutanan dan Dinas Lingkungan Hidup yang tergabung di
dalamnya, untuk rapat dan kemudian akan melakukan peninjauan lokasi
pertambangan untuk memastikan keadaan di lokasi tersebut layak atau tidak
layak untuk melakukan usaha pertambangan.
3. Kemudian izin akan segera diolah / diproses dan dapat diterbitkan selambat –
lambatnya 1 (satu) sampai 3 (tiga) bulan sejak diterimanya permohonan.
4. Gubernur melalui Badan Pelayanan Perijinan terpadu dapat mengabulkan atau
menolak permohonan izin setelah mendapatkan pertimbangan dari Tim dari
Dinas Pertambangan dan Energi serta beberapa tim teknis dari Dinas
Pekerjaan Umum, Dinas Kehutanan dan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi
Sumatera Utara yang telah melakukan peninjauan lokasi.
Izin diterbitkan berupa Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara dan tidak
dapat dipindah tangankan kepada pihak lain.
4.4.3 Jangka Waktu Izin Usaha Pertambangan
Izin Usaha Pertambangan di Provinsi Sumatera Utara sesuai Undang-
undang nomor 4 tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara untuk
IUP Eksplorasi pertambangan untuk mineral logam dapat diberikan dalam jangka
58
waktu paling lama 8 (delapan) tahun, untuk mineral bukan logam diberikan dalam
jangka waktu 3(tiga) tahun, sedangkan mineral bukan logam tertentu dalam
jangka waktu 7(tujuh) tahun, untuk batuan dapat diberikan dalam jangka waktu
paling lama 3 (tiga) tahun.
Sedangkan IUP Operasi Produksi pertambangan untuk mineral logam
diterbitkan dan berlaku selama sampai dengan 20 (dua puluh) tahun, dan dapat
diperpanjang 2 (dua) kali masing-masing 10 (sepuluh) tahun, untuk mineral bukan
logam berlaku selama 10 (sepuluh) tahun dan diperpanjang 2 (dua) kali masing-
masing 5 (lima) tahun, sedangkan untuk bukan logam jenis tertentu diberikan
waktu sama dengan logam, dan untuk batuan diterbitkan dan berlaku selama
sampai dengan 5 (lima) tahun diperpanjang 2 (dua) kali masing-masing 5 (lima)
tahun dengan kewajiban daftar ulang setiap 1 (satu) tahun sekali dan apabila
selama dalam jangka waktu diperkirakan lahan masih berpotensi pemohonan
harus mengajukan permohonan diperpanjang paling lambat dalam jangka waktu 6
(enam) bulan sebelum berakhirnya jangka waktu IUP
4.5 Kewajiban Pemegang Izin.
Sesuai yang tercantum di dalam Izin Usaha Pertambangan bahan galian
Provinsi Sumatera Utara, maka pemegang izin dalam melaksanakan kegiatan
penambangan bahan galian diwajibkan :
1. Menyampaikan laporan produksi setiap bulan tentang pelaksanaan kegiatan
usaha penambangan bahan galian batuan. jika selama 3(tiga) bulan terhitung
sejak terbitnya IUP ini tidak melakukan kegiatan dan tidak melapor, maka
IUP ini dinyatakan tidak berlaku lagi.
59
2. Setiap bulan membayar pajak pengambilan dan pengolahan bahan galian.
3. Selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1 (satu) bulan terhitung sejak
tanggal ditetapkan keputusan ini, sudah melaksanakan pematokan batas-batas
wilayah izin untuk melakukan usaha penambangan bahan galian batuan.
4. Memberikan keluasan memakai jalan tambang yang sudah ada termasuk
pembuatan jalan tambang baru bagi pemegang IUP pada lokasi berikutnya.
5. Penambangan tidak diperkenankan dibantaran sungai melainkan hanya pada
palung sungai sedalam maksimal 1 (satu) meter.
6. Mereklamasikan bantaran sungai yang sudah terganggu.
7. Mengamankan, melestarikan fungsi sungai dan lingkunganya termasuk
bangunan-bangunan pengairan dan bangunan – bangunan umum lainnya yang
ada disekitarnya.
8. Memperhatikan morfologi sungai, bantaran sungai, palung sungai, tebing
sebagai akibat penggalian bahan galian batuan yang dapat menimbulkan
gangguan bagi masyarakat.
9. Mencegah terjadinya pencemaran/erosi sebagai akibat penggalian bahan
galian batuan yang dapat menimbulkan gangguan bagi masyarakat.
10. Melaksanakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
11. Menaati semua peraturan Perundang-undangan yang berlaku, khususnya
sungai serta lahan kiri kanan sungai. Mencegah terjadinya pencemaran/erosi
berkaitan dengan bidang Pertambangan dan Energi.
60
4.6 Pencabutan Izin Usaha Pertambangan
Izin Usaha Pertambangan secara otomatis tidak berlaku apabila masa
berlakunya habis dan tidak diperpanjang lagi. Akan tetapi, Gubernur Sumatera
Utara dapat mencabut Izin Usaha Pertambangan bahan Galian apabila ditemukan
pelanggaran-pelanggaran dalam pelaksanaan usaha pertambangan. Pelanggaran-
pelanggaran tersebut antara lain :
- Pemegang izin tidak melaksanakan kewajiban-kewajiban yang tertera di
dalam Izin Usaha Pertambangan.
- Apabila dalam kegiatan evaluasi pertambangan yang dilakukan Tim
Pertambangan menemukan bahwa kegiatan pertambangan yang lebih lanjut
akan mengakibatkan dampak kerusakan lingkungan yang fatal.
- Terjadi kecurangan atau pemalsuan data tentang hasil produksi pertambangan
yang berkaitan dengan pembayaran pajak dan royalti kepada pemerintah.
- Pemegang izin tidak mentaati dan melaksanakan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.
61
V. PENUTUP
5.1 Simpulan
Dari hasil pembahasan – pembahasan di atas maka diperoleh kesimpulan
sebagai berikut :
a. Izin Usaha Pertambangan bahan galian batuan di Provinsi Sumatera Utara
diterbitkan dalam bentuk surat Keputusan Gubernur Tentang Izin Usaha
Pertambangan.
b. Pelaksana teknis yang menangani masalah pertambangan khususnya perizinan
usaha tambang adalah Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatera
Utara pada Bidang Pertambagan lebih khusus pada Seksi Perizinan dan
Pengawasan dan dikeluarkan/diterbitkan oleh Badan Pelayanan Perijinan
Terpadu.
c. Orang atau badan usaha yang mempunyai usaha tambang dapat memperoleh
Izin Usaha Pertambangan dengan cara mengajukan permohonan secara tertulis
kepada Gubernur Sumatera Utara melalui Badan Pelayanan Perijinan Terpadu
dan direkomendasikan ke Dinas Pertambangan, Energi dan SDM, dan
memenuhi semua persyaratan yang telah ditentukan.
d. Masih banyak terjadi penambangan liar di Kabupaten/Kota se-Sumatera Utara
62
5.2 Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan kepada Pemerintah Daerah Provinsi
Sumatera Utara kepada Dinas Pertambangan dan Energi adalah sebagai berikut :
a. Melakukan pembinaan dan penyuluhan tentang pentingnya masalah izin
pertambangan terutama yang berhubungan dengan dampak lingkungan serta
memberikan sosialisasi tentang keselamatan dan kesehatan kerja dalam
melaksanakan kegiatan usaha pertambangan.
b. Melakukan pengawasan dan penertiban terhadap usaha pertambangan yang
tidak mempunyai izin dan menghimbau agar segera mendapatkan Izin Usaha
Pertambangan.
c. Perlunya membuat Peraturan Daerah khusus tetang Pertambangan yang
menjadi wewenang Provinsi Sumatera Utara.
d. Perlu penempatan/diperbantukan staf dari Dinas Pertambangan dan Energi ke
Badan Pelayanan Perijinan Terpadu untuk menciptakan pelayanan yang lebih
prima.
DAFTAR PUSTAKA
1. ..........., 1995,” www.google.co.id/cekungan sumatera
2. ..........., 2009,” Undang - undang nomor 4. Tentang Pertambangan Mineral
dan Batubara
3. .........., 2010,” Peraturan Pemerintah nomor 23. Tentang Pelaksanaan Kegiatan
Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
4. .........., 2011,” Peraturan Gubernur Sumatera Utara nomor 37. Tentang
Pendelegasian Kewenangan kepada Badan Pelayanan Perijinan Terpadu
Provinsi Sumatera Utara.
5. Apud Djadjuli, 2011,” Teknik Tambang Minerba, Diktat Kuliah PTK
Akamigas-STEM, Cepu.
6. Sabardi Musliki, 2011,” Geologi Lapangan, Diktat Kuliah PTK Akamigas-
STEM, Cepu.
LAMPIRAN
Lampiran A
LOKASI WILAYAH PROVINSI SUMATERA UTARA
LAMPIRAN B
Lampiran C
Lampiran D
Bagan alir proses permohonan IUP Eksplorasi
Ya
Ya Tidak
Permohonan diajukan
.
BPPT
merekomendasikan ke
DISTAMBEN
Peninjauan lokasi
IUP dikabulkan
Pindah lokasi
STOP
Persyaratan lengkap
Ada masalah
START
Pemohon
Lampiran E
Bagan alir proses permohonan IUP Operasi Produksi
Tidak Ya
Ya
Tidak
Lengkapi
persyaratan
Peninjauan lokasi
(tim terpadu)
IUP dikabulkan
Pindah lokasi
STOP
Persyaratan lengkap
1. Laporan eksplorasi
2. Laporan study kelayakan
3. Amdal/UKL, UPL
4. Rekom. Pertanahan
5. Rekomendasi kehutanan
(wilayah hutan)
6. Rekomendasi PU
(wilayah sungai)
7. Persyaratan lain sesuai
peraturan yang berlaku
Ada masalah
START
Permohonan
Diajukan
Pemohon