Jurnal Pengalihan Izin Usaha Pertambangan Berdasarkan PP ...

21
PENGALIHAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA Intan Dwi Safitri – 0906490191 (Fakultas Hukum Universitas Indonesia) ABSTRAK Skripsi ini membahas mengenai kontradiksi antara Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahu 2012 dengan Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Pasal 93 ayat (1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 menyatakan bahwa Izin Usaha Pertambangan (IUP) tidak dapat dialihkan kepada pihak lain. Sedangkan pasal 7A Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2012 menyatakan bahwa IUP dapat dialihkan dengan syarat kepemilikan sekurangnya 51% saham pada pihak dimana IUP akan dialihkan. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan dengan desain deskriptif. Hasil penelitian ini menyarankan bahwa larangan pengalihan IUP harus dipertegas pada Undang-Undang Minerba dan peraturan pelaksananya. Kata kunci: Pengalihan, Saham, Izin Usaha Pertambangan, ABSTRACT This thesis discusses the contradiction between the Government Regulation No. 24 of 2012 and Act No. 4 of 2009 on Mineral and Coal. Article 93 paragraph (1) of Law No. 4 of 2009 states that the Mining Business License (IUP) is not transferable to another party. While Article 7A of Government Regulation No. 24 of 2012 states that IUP can be transferred with the requierement, ownership of minimum 51% of shares the party where IUP will be transferred. This research is a qualitative descriptive design. This research result suggest that prohibition of transferring IUP should be emphasized in mining law and in implementing regulations. Key words: Transfer, Share, Mining Permit Pengalihan izin..., Intan Dwi Safitri, FH UI, 2013

Transcript of Jurnal Pengalihan Izin Usaha Pertambangan Berdasarkan PP ...

Page 1: Jurnal Pengalihan Izin Usaha Pertambangan Berdasarkan PP ...

PENGALIHAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

Intan Dwi Safitri – 0906490191 (Fakultas Hukum Universitas Indonesia)

ABSTRAK

Skripsi ini membahas mengenai kontradiksi antara Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahu 2012 dengan Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Pasal 93 ayat (1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 menyatakan bahwa Izin Usaha Pertambangan (IUP) tidak dapat dialihkan kepada pihak lain. Sedangkan pasal 7A Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2012 menyatakan bahwa IUP dapat dialihkan dengan syarat kepemilikan sekurangnya 51% saham pada pihak dimana IUP akan dialihkan. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan dengan desain deskriptif. Hasil penelitian ini menyarankan bahwa larangan pengalihan IUP harus dipertegas pada Undang-Undang Minerba dan peraturan pelaksananya. Kata kunci: Pengalihan, Saham, Izin Usaha Pertambangan,

ABSTRACT

This thesis discusses the contradiction between the Government Regulation No. 24 of 2012 and Act No. 4 of 2009 on Mineral and Coal. Article 93 paragraph (1) of Law No. 4 of 2009 states that the Mining Business License (IUP) is not transferable to another party. While Article 7A of Government Regulation No. 24 of 2012 states that IUP can be transferred with the requierement, ownership of minimum 51% of shares the party where IUP will be transferred. This research is a qualitative descriptive design. This research result suggest that prohibition of transferring IUP should be emphasized in mining law and in implementing regulations. Key words: Transfer, Share, Mining Permit

Pengalihan izin..., Intan Dwi Safitri, FH UI, 2013

Page 2: Jurnal Pengalihan Izin Usaha Pertambangan Berdasarkan PP ...

1. Pendahuluan

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Data dari

Indonesia Mining Asosiation menunjukan bahwa Indonesia menduduki peringkat ke-6

terbesar sebagai Negara yang kaya akan sumber daya tambang. Sebagai gambarannya

adalah potensi batubara di Indonesia menjadikan Indonesia sebagai Negara ke-2 terbesar

di dunia sebagai eksportir batubara (203 juta ton). Cadangan emas Indonesia berkisar

2,3% dari cadangan emas dunia dan Indonesia menduduki peringkat ke 7 sebagai Negara

dengan potensi emas terbesar di dunia. Sebagai produsen timah, Indonesia memproduksi

26% dari jumlah produksi dunia dan menduduki posisi ke-2 sebagai produsen timah.

Untuk tembaga, Indonesia menduduki peringkat ke-2 dari sisi produksi sebesar 10,4%

dari produksi dunia. Untuk minyak dan gas, Indonesia juga termasuk ke dalam 25 besar

negara sebagai penghasil dan pengekspor minyak di dunia. Untuk gas alam, Indonesia

merupakan negara terbesar ke-2 sebagai pengekspor LNG (liquefied natural gas).1

Melihat potensi pertambangan yang begitu besar terhadap pendapatan negara, pemerintah

merasa perlu menjadikan sektor pertambangan umum ini sebagai salah satu bidang usaha

yang diatur secara rinci oleh peraturan, sebab sektor pertambangan merupakan salah satu

sektor penting. Dengan pengaturan yang baik, pemerintah berharap sektor ini dapat terus

meningkat untuk digunakan demi kepentingan rakyat.

Kekuasaan negara atas sumber daya alam yang berada di wilayah Negara

Kesatuan Republik Indonesia didasarkan pada pasal 4 Undang-Undang Nomor 4 Tahun

2009 Pertambangan Mineral Dan Batubara2, yaitu :

“Pasal 4 :

(1) Mineral dan batubara sebagai sumber daya alam yang tak terbarukan merupakan kekayaan nasional yang dikuasai oleh negara untuk sebesar-besarnya demi kepentingan rakyat

(2) Penguasaan mineral dan batubara oleh negara sebagaimana dimaksud ayat (1) diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah”.

                                                                                                               1 “Potensi Sumber Daya Alam Indonesia”, http://www.hpli.org/tambang.php# diunduh 24

September 2012. 2 Indonesia, Undang-undang No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, UU

No.4 Tahun 2009, LN No.4 Tahun 2009, TLN No. 4959.

Pengalihan izin..., Intan Dwi Safitri, FH UI, 2013

Page 3: Jurnal Pengalihan Izin Usaha Pertambangan Berdasarkan PP ...

Pasal 4 UU Minerba memberikan kekuasaan kepada pemerintah, baik pemerintah

pusat dan pemerintah daerah, dalam melakukan penguasaan mineral dan batubara.

Kekuasaan pemerintah sebagai pengelola sumber daya alam Indonesia telah ada sejak

UU Minerba pertama, yaitu UU Pertambangan tahun 1960. Kemudian juga ada di dalam

UU Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan. Intinya

adalah bahwa setiap kali terdapat perubahan undang-undang yang mengatur perihal

kegiatan pertambangan, selalu terdapat pasal yang memberikan kewenangan pemerintah

di dalam menguasai sumber daya alam. Kekuasaan pemerintah tersebut lahir dari Pasal

33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 19453 yang berbunyi :

“Pasal 33 :

(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”

Dengan demikian, negara dalam hal ini adalah pihak eksekutif yaitu pemerintah,

berhak untuk melakukan penguasaan terhadap kekayaan alam Indonesia, terutama

sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui.

Rezim pertambangan Indonesia berubah sejak tahun 2009 dengan berlakunya UU

Minerba. UU Minerba menghapuskan metode kontak karya atau perjanjian antara negara

dengan pelaku usaha untuk memperoleh konsesi tambang sebagaimana diterapkan dalam

UU nomor 11 tahun 1967.4 Tujuannya pada rezim kontrak karya, pemerintah

berkedudukan sejajar dengan kontraktor karena sistem pemberian kewenangan untuk

melakukan kegiatan usaha pertambangan berupa perjanjian. Karena itu, UU Minerba

bermaksud untuk menjadikan pemerintah memiliki posisi yang lebih tinggi selaku

pemegang kuasa pengelolaan sumber daya alam yang diamanatkan oleh Undang-undang

Dasar 1945 dan Undang-undang. Dengan lahirnya UU Minerba, rezim yang berlaku saat

ini adalah Izin Usaha Pertambangan (IUP).5 Pengusaha yang hendak melakukan kegiatan

usaha pertambangan harus mendapatkan izin dari pemerintah berupa IUP. Ada tiga jenis

izin yang terdapat di dalam UU Minerba, yaitu Izin Usaha Pertambangan (IUP), Izin

                                                                                                               3 Indonesia, Undang-undang dasar 1945, Ps. 33 ayat (3). 4 “Mengenal Jenis Izin Tambang di Indonesia”, http://belajarhukum.net/mengenal-jenis-izin-

tambang-di-indonesia/ diunduh pada 25 September 2012.  5 Izin Usaha Pertambangan selanjutnya disebut IUP

Pengalihan izin..., Intan Dwi Safitri, FH UI, 2013

Page 4: Jurnal Pengalihan Izin Usaha Pertambangan Berdasarkan PP ...

Pertambangan Rakyat (IPR), dan Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK). Ketiganya

berbeda tujuan namun dalam satu konsep yang sama yaitu negara sebagai pemegang

wewenang menambang dan pihak yang ingin melakukan kegiatan usaha pertambangan

harus memperoleh izin dari pemerintah.

IUP merupakan metode perolehan izin tambang yang mencakup keseluruhan

barang tambang. Pembentuk undang-undang mengkategorikan IUP menjadi dua jenis

sesuai tahapan pelaksanaannya. Pertama, IUP Eksplorasi yang mencakup kegiatan

penyelidikan umum, eksplorasi, dan studi kelayakan. Kedua, IUP Operasi Produksi yang

mencakup kegiatan konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, serta

pengangkutan dan penjualan. Pembagian ini bertujuan untuk mempersingkat proses

permohonan izin karena setiap pemohon hanya perlu mengajukan dua izin secara

bertahap, tidak di setiap tahapan penambangan.

Permasalahan yang muncul dengan diundangkannya UU Minerba terkait dengan

pasal 93 UU Minerba, yang berbunyi :

“Pasal 93 :

(1) Pemegang IUP and IUPK tidak boleh memindahkan IUP dan IUPK-nya kepada pihak lain.

(2) Untuk pengalihan kepemilikan dan/atau saham di bursa saham Indonesia hanya dapat dilakukan setelah melakukan kegiatan eksplorasi tahapan tertentu

(3) Pengalihan kepemilikan dan/atau saham sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan dengan syarat :

a. Harus memberitahu kepada Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya; dan

b. Sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.”

UU Minerba tidak mengizinkan pemilik IUP maupun IUP Khusus6 untuk

memindahkan IUP dan IUP Khusus miliknya kepada pihak lain. Padahal yang terjadi

sebelumnya, Kuasa Pertambangan dan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan

Batu Bara (PKP2B) seringkali dialihkan kepada pihak lain. Penjelasan pasal 93 UU

Minerba mengatakan bahwa pengalihan saham atas Perseroan Terbatas (PT) pemilik IUP

atau IUPK dapat dialihkan, baik secara langsung maupun melalui bursa saham Indonesia,                                                                                                                

6 Selanjutnya disebut IUPK

Pengalihan izin..., Intan Dwi Safitri, FH UI, 2013

Page 5: Jurnal Pengalihan Izin Usaha Pertambangan Berdasarkan PP ...

dengan syarat harus sudah melalui tahapan eksplorasi tertentu, yaitu telah ditemukan 2

(dua) wilayah prospek dalam kegiatan eksplorasi.

Pada tanggal 2 Februari tahun 2012, diberlakukan Peraturan Pemerintah Nomor

24 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2012

tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara7. Diantara

pasal 7 dan pasal 8, disisipkan dua buah pasal, yaitu pasal 7A dan 7B, yang berbunyi :

“Pasal 7A :

(1) Pemegang IUP dan IUPK tidak boleh memindahkan IUP dan IUPk-nya kepada pihak lain.

(2) Pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi badan udaha yang 51% (lima puluh satu pesersen) atau lebih sahamnya tidak dimiliki oleh pemegang IUP atau IUPK.

Pasal 7B :

(1) IUP atau IUPK yang dimiliki oleh BUMN sebagian WIUP atau WIUPK Operasi Produksinya dapat dialihkan kepada pihak lain.

(2) Pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi badan usaha yang 51% (lima puluh satu persen) atau lebih sahamnya dimiliki oleh BUMN pemegang IUP atau IUPK

(3) Pengalihan sebagian WIUP atau WIUK Operasi Produksi sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan dengan persetujuan Menteri.”

Dengan adanya ketentuan pada Peraturan Pemerintah nomor 24 tahun 2012 ini,

syarat suatu IUP untuk dapat dialihkan menjadi bertambah, yaitu hanya bisa dialihkan ke

Perseroan Terbatas yang 51% atau lebih sahamnya dimiliki oleh pemegang IUP atau

IUPK sebelumnya. Syarat yang terdapat pada UU Minerba pun tetap berlaku, yaitu hanya

dapat dialihkan jika telah melalui tahapan eksplorasi tertentu. Dapat disimpulkan bahwa

suatu IUP atau IUPK hanya dapat dialihkan apabila telah melalui tahapan eksplorasi

tertentu dan hanya dapat dialihkan kepada Perseroan Terbatas (PT) yang 51% atau lebih

sahamnya dimiliki oleh pemegang IUP atau IUPK. Ketentuan pasal 7a dan 7b

bertentangan dengan ketentuan pada pasal 93 UU Minerba yang mengatur bahwa

kepemilikan IUP tidak dapat dialihkan.

                                                                                                               7 Indonesia, Peraturan Pemerintah Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 23

Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara, PP No. 24 Tahun 2012, LN No. 45 Tahun 2012, TLN No. 5282. Selanjutnya disebut PP Nomor 24 Tahun 2012.

Pengalihan izin..., Intan Dwi Safitri, FH UI, 2013

Page 6: Jurnal Pengalihan Izin Usaha Pertambangan Berdasarkan PP ...

Berdasarkan pasal 7a PP Nomor 24 Tahun 2012, IUP atau IUPK hanya dapat

dialihkan kepada pihak yang 51% atau lebih sahamnya dimiliki oleh pemegang IUP. Di

dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, jenis badan usaha yang

terdiri dari saham hanyalah PT. Ketentuan tersebut menimbulkan pertanyaan pada

pemilik IUP yang merupakan badan usaha bukan badan hukum atau yang disebut

perseorangan oleh pasal 38 UU Minerba, khususnya adalah CV dan Firma. Keduanya

tidak dapat memiliki saham atas nama CV atau Firma-nya pada suatu PT, sedangkan

ketentuan pasal 7a untuk dapat mengalihkan kepemilikan IUP adalah memiliki minimal

51% saham pada PT dimana IUP akan dialihkan. Hal tersebut akan saya bahas pada

tulisan ini.

2. Pembahasan

Setelah lebih kurang 42 (empat puluh dua) tahun Undang-Undang Nomor 11

Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan berlaku, pada tanggal 12

Januari 2009, pemerintah menerbitkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang

Pertambangan Mineral dan Batubara yang diundangkan pada Lembaran Negara Tahun

2009 nomor 4 dan Tambahan Lembar Negara Nomor 4656. Penggantian undang-undang

tersebut dengan pertimbangan Undang-undang Nomor 11 Tahun 1967 materi muatannya

bersifat sentralistik sehingga sudah tidak sesuai dengan perkembangan kondisi saat ini.

Di samping itu, pembangunan pertambangan harus menyesuaikan diri dengan perubahan

lingkungan strategis, baik bersifat nasional maupun internasional. Tantangan utama yang

dihadapi oleh pertambagan mineral dan batubara adalah pengaruh globalisasi yang

mendorong demokratisasi8, otonomi daerah9, hak asasi manusia, lingkungan hidup,

perkembangan teknologi dan informasi, hak atas kekayaan intelektual serta tuntutan

peningkatan peran swasta dan masyarakat.10

                                                                                                               8  Demokratisasi adalah suatu proses menuju kepada suatu bentuk sistem politik yang demokratis.

(Hutington. Will More Countries Become Democratic? Dalam Journal Political Science Quarterly99 No.2 1984.) hlm. 93.  

9  Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonomi untuk mengatur sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (pasal 1 angka 5 UU Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah).  

10 Gatot Supramono, Hukum Pertambangan Mineral Dan Batu Bara Di Indonesia, cet.1, (Jakarta: RIneka Cipta, 2012), hal.5.

Pengalihan izin..., Intan Dwi Safitri, FH UI, 2013

Page 7: Jurnal Pengalihan Izin Usaha Pertambangan Berdasarkan PP ...

Pengertian Izin Usaha Pertambangan (IUP) terdapat di dalam pasal 1 ayat (7)

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009, yaitu:

“Izin Usaha Pertambangan, yang selanjutnya disebut IUP, adalah izin untuk melakukan pertambangan”

Setiap pihak yang hendak melakukan kegiatan usaha pertambangan11 harus

memiliki Izin Usaha Pertambangan (IUP). IUP dapat diperoleh dengan mengajukan

permohonan kepada pejabat sesuai dengan Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP)

yang dimohonkan. Pejabat yang berwenang mengeluarkan IUP adalah:

a. Bupati/walikota, apabila WIUP berada di dalam satu wilayah kabupaten/kota;

b. Gubernur apabila WIUP beada pada lintas wilayah kabupaten/kota dalam 1 (satu)

provinsi setempat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

c. Menteri, apabila WIUP berada pada lintas wilaah provinsi setelah mendapatkan

rekomendasi dari gubernur dan bupati/walikota setempat sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.12

Pihak yang dapat mengajukan permohonan IUP berdasarkan ketentuan Pasal 38

UU Minerba adalah Badan Usaha, Koperasi, dan Perseorangan. Badan usaha dalam hal

ini dapat berupa badan usaha swasta, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan Badan

Usaha Milik Daerah (BUMD). Badan usaha swasta tersebut dapat merupakan badan

usaha swasta dalam rangka permodalan dalam negeri dan badan usaha swasta dalam

rangka permodalan asing.13

IUP dapat diberikan kepada badan usaha, koperasi, dan perseorangan.14 Badan

usaha dalam hal ini adalah Perseroan Terbatas (PT), Badan Usaha Milik Daerah

(BUMD), dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Sedangkan perseorangan dalam hal

ini berupa orang perseorang, perusahaan firma, dan perusahaan komanditer. Sebelum                                                                                                                

11   Usaha   pertambangan   yang   dimaksud   adalah   usaha   pertambangan   mineral   dan   usaha  pertambangan   batubara.   Pertambangan   mineral   adalah   pertambangan   kumpulan   mineral   yang  berupa  bijih  atau  batuan,  di   luar  panas  bumi,  minyak  dan  gas  bumi,   serta  air   tanah.  Pertambangan  batu   bara   pertambangan   endapan   karbon   yang   terdapat   di   dalam   bumi,   termasuk   bitumen   padat,  gambut,  dan  batuan  aspal.  (pasal  1  ayat  (4)  dan  (5)  UU  Minerba).  

12 Ibid., UU Minerba. Pasal 37. 13 Ibid., PP nomor 24 tahun 2012, Pasal 6 ayat (3a). 14 Ibid.. Pasal 38.

Pengalihan izin..., Intan Dwi Safitri, FH UI, 2013

Page 8: Jurnal Pengalihan Izin Usaha Pertambangan Berdasarkan PP ...

mengajukan IUP, pemohon harus memperoleh Wilayah Izin Usaha Pertambangan

(WIUP). Cara untuk memperoleh WIUP mineral logam dan batubara adalah melalui

mekanisme lelang.15 Sedangkan untuk WIUP mineral bukan logam dan batuan, dapat

diperoleh dengan cara mengajukan permohonan wilayah.16 Terdapat ketentuan baru sejak

diberlakukannya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara,

yaitu 1 (satu) WIUP hanya dapat diberikan 1 (satu) IUP.17 Hal tersebut berarti di dalam

satu WIUP tidak boleh dimohonkan IUP lebih dari satu. Ketentuan ini bertujuan untuk

menghindari tumpang tindih IUP pada satu lahan yang seringkali mengakibatkan

sengketa.

Menurut Mr. N.M spelt dan Prof. Mr. J.B.J.M ten Bergen, izin merupakan suatu

persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah untuk

dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan larangan perundang-undangan (izin

dalam arti sempit).18 Berdasarkan pengertian tersebut, dalam izin dapat dipahami bahwa

suatu pihak tidak dapat melakukan sesuatu kecuali diizinkan. Artinya, kemungkinan

untuk seseorang atau suatu pihak tertutup kecuali diizinkan oleh pemerintah. dengan

demikian, pemerintah mengikatkan perannya dalam kegiatan yang dilakukan oleh orang

atau pihak yang bersangkutan.19 Pendapat Van der Pot megenai izin agak berbeda dengan

pendapat Spelt dan ten Bergen. Menurutnya, izin merupakan keputusan yang

memperkenankan dilakukannya perbuatan yang pada prinsipnya tidak dilarang oleh

pembuat peraturan.20

Berdasarkan PP Nomor 24 Tahun 2012, pengalihan IUP dapat dilakukan dengan

syarat memiliki paling sedikit 51% (lima puluh satu persen) saham pada PT dimana IUP

                                                                                                               15 Ibid., PP No. 23 Tahun 2010, Pasal 8 ayat (3). 16 Ibid., Pasal 8 ayat (4). 17 Ibid., PP No. 24 Tahun 2012, Pasal 6 ayat (5). 18 Mr. N.M. Spelt dan Prof Mr. J.B.J.M ten Berge, disunting oleh Dr. Philipus Hadjon, SH, 1993,

hlm. 2-3. 19 Y. Sri Pudyatmoko. Perizinan – Problem dan Upaya Pemenahan. Jakarta: Grasindo, 2009.

hlm.7 20 Van der Pot dalam Utrecht dan Moh. Saleng Djindang, 1995, Pengantar Hukum Administrasi

negara Indonesia, Cet. 8, Jakarta: Balai Buku Ictiar, hlm. 143.

Pengalihan izin..., Intan Dwi Safitri, FH UI, 2013

Page 9: Jurnal Pengalihan Izin Usaha Pertambangan Berdasarkan PP ...

akan dialihkan.21 Dengan diberlakukannya ketentuan ini, maka pengalihan IUP yang

sebelumnya tidak dapat dilakukan menjadi dapat dilakukan.22 Pasal 93 ayat (1) berbunyi:

“Pemegang IUP dan IUPK tidak boleh memindahkan IUP dan IUPK-nya kepada pihak lain”

Isi pasal tersebut secara jelas melarang dilakukannya pengalihan kepemilikan IUP dan

IUPK kepada pihak lain. Ayat selanjutnya pada pasal 93 ayat (2) berbunyi:

“Untuk pengalihan kepemilikan dan atau saham di bursa saham Indonesia hanya dapat dilakukan setelah melakukan kegiatan eksplorasi tahapan tertentu.”

Selanjutnya, pasal ini mengatakan bahwa “kepemilikan” dapat dialihkan melalui bursa

saham di Indonesia. Kata “kepemilikan” pada pasal 93 ayat (2) ini menjadi ambigu23

sebab tidak dijelaskan lebih lanjut pada penjelasan pasal tersebut apakah kepemilikan

yang dimaksud adalah kepemilikan IUP dan IUPK yang sebelumnya dibahas pada pasal

93 ayat (1) atau kepemilikan lainnya. Sebab bunyi pasal 93 ayat (2) berbicara mengenai

hal lain juga, yaitu mengenai pengalihan saham pada bursa saham. Akibat dari

ketidakjelasan hal tersebut, terjadi berbagai penafsiran yang berbeda terhadap makna

kepemilikan tersebut. Terdapat pihak yang mengartikan pasal 93 ayat (2) merupakan

penjelasan lebih lanjut dari pasal 93 ayat (1), sehingga pengalihan kepemilikan IUP dan

IUPK tetap dapat dilaksanakan. Ketentuan pasal 93 ayat (1) yang berisi larangan

pengalihan kepemilikan IUP dan IUPK menjadi tidak diperhatikan. Pihak yang

mengartikan demikian diantaranya adalah Direktur Jenderal Mineral dan Batubara

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Hal tersebut tersbukti dari

dikeluarkannya Surat Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Nomor 3/DBM/2010

tanggal 3 November 2010 tentang Pemindahan IUP. Seperti yang telah dijelaskan

sebelumnya bahwa surat tersebut menyatakan bahwa pengalihan IUP tetap dapat

dilaksanakan.

Meskipun demikian, kekuatan hukum Surat Direktur Jenderal Mineral dan

Batubara tersebut menjadi sebuah pertanyaan hukum. Pasal 93 UU Minerba secara jelas

menyatakan bahwa IUP dan IUPK tidak dapat dialihkan. Isi surat tersebut mengatur hal                                                                                                                

21 Ibid., PP Nomor 24 Tahun 2012, Pasal 7 huruf a. 22 Ibid., UU Minerba, Pasal 93 ayat (1).  23 Ambigu adalah bermakna lebih dari satu (sehingga kadang-kadang menimbulkan keraguan,

kekaburan, ketidakjelasan, dsb); bermakna ganda; taksa. (KBBI, hlm. 31)

Pengalihan izin..., Intan Dwi Safitri, FH UI, 2013

Page 10: Jurnal Pengalihan Izin Usaha Pertambangan Berdasarkan PP ...

yang sebaliknya. Di dalam tata urutan peraturan perundang-undangan, Surat Direktur

Jenderal Mineral dan Batubara bukan merupakan salah satu peraturan perundang-

undangan. Surat Keputusan Direjen Minerba tersebut adalah sebuah keputusan Pejabat

Tata Usaha Negara. Apabila isi Surat Direktur Jenderal Mineral dan Batubara tersebut

melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, yaitu UU

Minerba, maka yang berlaku adalah UU Minerba. Namun hal tersebut harus dibuktikan

melalui proses hukum terlebih dahulu.

PP Nomor 24 Tahun 2012 dikeluarkan dengan maksud menjadi peraturan

pelaksana mengenai pengalihan IUP yang diatur oleh UU Minerba. Berdasarkan pasal 7A

ayat (1) PP Nomor 24 Tahun 2012, pegalihan IUP tidak dapat dilakukan. Ketentuan ini

sejalan dengan isi pasal 93 ayat (1) UU Minerba. Kemudian pada ayat selanjutnya pasal

7A, larangan pengalihan IUP diberlakukan apabila pemilik IUP tidak memiliki paling

sedikit 51% (lima puluh satu persen) saham pada pihak dimana IUP akan dialihkan. Kata-

kata yang digunakan pada pasal 7A ayat (2) ini seakan tetap melarang pengalihan

kepemilikan IUP sehingga masih sejalan dengan ketentuan pasal 93 ayat (1). Namun,

pada penjelasan pasal 7A ayat (2) dikatakan bahwa maksud ketentuan tersebut adalah

kepemilikan IUP dan IUPK hanya dapat dialihkan kepada pihak dimana pemilik IUP atau

IUPK memiliki saham paling sedikit 51% (lima puluh satu persen). Maksud pasal 7A PP

Nomor 24 Tahun 2012 ini menjadi jelas, yaitu memberikan ketentuan tambahan bahwa

IUP dan IUPK hanya dapat dialihkan kepada pihak dimana pemilik IUP atau IUPK

memiliki saham paling sedikit 51% (lima puluh satu persen) dan memberikan ketentuan

yang jelas bahwa IUP memang dapat dialihkan. Pasal 7A PPNomor 24 Tahun 2012

merupakan pembatasan larangan pengalihan IUP.

Penulis berpendapat bahwa ketentuan pasal 7A PP Nomor 24 Tahun 2012 ini

menjelaskan lebih lanjut pasal 93 UU Minerba. Namun yang menjadi pertanyaan yuridis

adalah keberlakuan PP Nomor 24 Tahun 2012 ini sendiri. Pasal 93 ayat (1) UU Minerba

menyatakan dengan tegas bahwa IUP tidak dapat dialihkan. Hal itu berimplikasi kepada

peraturan pelaksananya yang harus sejalan, yaitu mengenai pengalihan IUP, tidak dapat

dilakukan. Sedangkan, seperti yang telah disampaikan sebelumnya bahwa pada

penjelasan pasal 7A PP Nomor 24 Tahun 2012 mengatakan bahwa IUP dapat dialihkan.

Pengalihan izin..., Intan Dwi Safitri, FH UI, 2013

Page 11: Jurnal Pengalihan Izin Usaha Pertambangan Berdasarkan PP ...

PP nomor 24 Tahun 2012 pada salah satu pasalnya mengatur mengenai

pengalihan IUP. Sebagaimana keberlakuan Tata Urutan Perundang-undangan di

Indonesia,24 kedudukan Undang-undang berada di bawah Undang-Undang Dasar 1945,

yaitu pada urutan ketiga setelah Ketetapan MPR. Sedangkan Peraturan Pemerintah

berkedudukan di bawah Undang-undang, yaitu berada pada urutan ke empat. Artinya, PP

Nomor 24 Tahun 2012 tidak dapat bertentangan dengan UU Minerba sebagai dasar

pembentukannya. Apabila bertentangan, maka yang diberlakukan adalah ketentuan yang

lebih tinggi, yaitu UU Minerba. Ketentuan tersebut berdasarkan pasal 7 ayat (2) Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.

Pada penjelasan pasal 7A ayat (2) PP Nomor 24 Tahun 2012 secara jelas

menyatakan bahwa pengalihan IUP dapat dilakukan dengan ketentuan tambahan. Bunyi

ketentuan pada penjelasan pasal 7A PP Nomor 24 Tahun 2012 tersebut bertentangan

dengan bunyi pasal 93 ayat (1) UU Minerba sebab pasal tersebut menyatakan dengan

tegas bahwa kepemilikan IUP dan IUPK tidak dapat dialihkan. Berdasarkan analisa

penulis terhadap pasal 93 UU Minerba, isi ayat (1) dengan ayat (2) mengacu kepada hal

yang berbeda. Pada ayat (1) secara jelas menyatakan IUP dan IUPK tidak dapat

dialihkan. Namun kemudian pada ayat (2) terdapat kata-kata

“Untuk pengalihan kepemilikan dan/atau saham pada bursa saham Indonesia…”

Kalimat tersebut memunculkan penafsiran berbeda pada tiap pihak yang

mengartikannya. Pasal tersebut seharusnya membahas mengenai pengalihan IUP, tetapi

kemudian pada ayat (2) pasal tersebut mengatur juga tentang pengalihan saham di bursa

saham. Oleh karena itu, penjelasan dari pihak yang berwenang di dalam membentuk dan

melaksanakan peraturan tersebut menjadi salah satu pertimbangan mengenai maksud

pasal tersebut.

Keterangan yang diperoleh dari wawancara dengan Ibu Isbayu Indri Hapsari Staf

Bagian Bimbingan Usaha Batubara Dirjen Minerba25, yang menangani permohonan

pengalihan IUP di tingkat pusat. Dari keterangan yang penulis peroleh, pengalihan IUP

memang dapat dilakukan meski setelah UU Minerba berlaku. Larangan pengalihan IUP

                                                                                                               

24  Indonesia, Undang-undang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, UU No.12 tahun 2011, LN No. 82 Tahun 2011. TLN. No. 5234, ps. 7.  

25 Loc. Cit. Wawancara Ibu Isbayu Indri.

Pengalihan izin..., Intan Dwi Safitri, FH UI, 2013

Page 12: Jurnal Pengalihan Izin Usaha Pertambangan Berdasarkan PP ...

yang diatur pada pasal 93 ayat (1) UU Minerba ternyata tidak berlaku sebab pihak Dirjen

Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral megartikan

ketentuan tersebut bersama dengan ayat selanjutnya yang menyatakan bahwa pengalihan

kepemilikan dan/atau saham di bursa saham dapat dilaksanakan selama memenuhi

persyaratan tertentu. Persyaratan yang dimaksud, selain yang telah sampai pada tahapan

ekplorasi tertentu dan menemukan paling sedikit 2 (dua) wilayah prospek, adalah

rekomendasi dari pihak yang mengeluarkan IUP dan Izin dari Kementerian Energi dan

Sumber Daya Mineral.

Pihak yang hendak mengalihkan kepemilikan IUP mengajukan permohonan

rekomendasi kepada pihak yang mengeluarkan IUP, yaitu Bupati/Walikota, Gubernur,

atau Menteri tergantung kepada dimana WIUP terletak. Penulis menemukan adanya Surat

Direktur Pengembangan Mineral dan Batubara Nomor 3/DBM/2010 tanggal 3 Nopember

2010 tentang Pemindahan IUP. Surat ini dibuat oleh Direktur Jenderal Mineral dan

Batubara yang dialamatkan kepada Kepala Kantor Energi dan Pertambangan pada setiap

provinsi. Surat tersebut menyatakan bahwa:

1. Sampai saat ini tidak ada peraturan yang mengatur mengenai Implementasi dari

pengalihan kepemilikan IUP;

2. Berdasarkan hal tersebut di atas, pemegang IUP dapat mengalihkan kepemilikan

IUP-nya setelah menyerahkan pemberitahuan secara tertulis kepada Menteri,

Pemerintah Provinsi, atau Bupati/Walikota berdasarkan kewenangannya dengan

melampirkan dokumen yang diperlukan.

Surat tersebut merupakan pemberiahuan yang diberikan oleh Direktur Jenderal Mineral

dan Batubara yang isinya mengizinkan pengalihan IUP untuk dilakukan. Penulis juga

menemukan surat serupa, yaitu izin untuk mengalihkan IUP pada surat bernomor No.

2140/30/DBB/2011 yang dikeluarkan pada tanggal 20 Oktober 2011. Lebih lanjut di

dalam surat tersebut dikemukakan bahwa pengalihan IUP dapat dilaksanakan dengan

mengikuti ketentuan Keputusan Direktur Jenderal Pertambangan Umum No.

472K/2001/DJP/1998 tertanggal 15 September 1998.

Fakta tersebut menunjukan bahwa pihak yang berwenang mengeluarkan

penetapan bisa atau tidaknya sebuah IUP dialihkan adalah Direktorat Jenderal Mineral

Pengalihan izin..., Intan Dwi Safitri, FH UI, 2013

Page 13: Jurnal Pengalihan Izin Usaha Pertambangan Berdasarkan PP ...

dan Batubara. Pelaksana PP Nomor 24 Tahun 2012 menentukan bahwa IUP dapat

dialihkan selama memenuhi ketentuan perundang-undangan. Setelah PP Nomor 24

Tahun 2012 dikeluarkan, belum ada ketentuan lebih lanjut yang mengatur mengenai

pengalihan IUP. Hingga saat penulis melakukan wawancara dengan staf bidang usaha

pada tanggal 20 November 2012, belum ada peraturan yang mengatur mengenai tata cara

pengalihan IUP. Pengalihan IUP tidak dilarang untuk dilaksanakan, namun belum ada

yang sudah pada tahap akhir dikarenakan tata cara pengalihan belum diatur. Fakta

tersebut penulis peroleh dari keterangan narasumber26. Namun, penulis menemukan

bahwa akuisisi saham perusahaan tambang lebih dari 51% (lima puluh satu persen) tetap

terjadi setelah PP nomor 24 tahun 2012 diberlakukan, yaitu setelah tanggal 21 Februari

2012. Salah satunya adalah akusisi 100% (seratus persen) saham PT Borneo Berkat

Makmur oleh PT United Tractors Tbk. melalui anak usahanya PT Tuah Turangga

Agung. Perjanjian Sale Purchase Agreement (perjajian jual beli dengan persyaratan)

telah ditandatangani pada 9 Agustus 2012. Hal ini menunjukan bahwa pengalihan saham

hingga 100% (seratus persen) tetap dapat dilaksanakan meski di dalam proses pengalihan

saham tersebut diperlukan juga Izin Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

Akuisisi ini tidak melanggar hukum sebab tidak ada larangan mengenai pengalihan

saham perusahaan pertambangan. Namun, kembali pada pasal 41 UU Minerba bahwa

IUP harus dilaksanakan sesuai dengan peruntukannya. Pengalihan saham yang

mengakibatkan perubahan pengendalian perusahaan berhubungan erat dengan perubahan

peruntukan IUP tersebut. Maksud pernyataan tersebut adalah bahwa IUP tersebut tidak

lagi diperuntukan untuk pihak yang sama.

Pengalihan kepemilikan saham PT Borneo Berkat Timur dilakukan oleh PT Tuah

Turangga Agung, anak usaha PT United Tractors Tbk. Jumlah saham yang dialihkan

mencapai 11.600.000 lembar saham yang setara dengan 99,17% (sembilan puluh

sembilan koma tujuh belas persen) dan sisanya sebanyak 100.000 atau setara dengan

0,83% (nol koma delapan puluh tiga persen) akan diselesaikan saat persyaratan telah

                                                                                                               26 loc.cit.

Pengalihan izin..., Intan Dwi Safitri, FH UI, 2013

Page 14: Jurnal Pengalihan Izin Usaha Pertambangan Berdasarkan PP ...

terpenuhi.27 Pengalihan saham sebesar 100% (seratus persen) mengakibatkan pihak yang

menjalankan kegiatan usaha pertambangan berdasarkan IUP PT Borneo Berkat Makmur

beralih. Meski dari keterangan yang penulis peroleh dari Dirjen Batubara Kementerian

Energi dan Sumber daya Mineral belum ada pengalihan IUP yang terjadi, aksi korporasi

ini mengakibatkan peralihan pengendali kegiatan usaha penambangan batubara yang

sebelumnya dilakukan oleh PT Borneo Berkat Timur. Pengalihan saham sebesar 100%

(seratus persen) harus diikuti dengan penawaran saham kepada pihak lain atau

mengeluarkan saham baru untuk dimiliki pihak lain dalam jangka waktu 6 (enam) bulan

setelah akuisisi dilakukan.28 Ketentuan tersebut berlaku sebab pemegang saham menjadi

kurang dari 2 (dua) pihak. Apabila ketentuan tersebut tidak dipenuhi dalam jangka waktu

yang ditentukan maka pemegang saham menanggung seluruh tanggung jawab perseroan

secara pribadi, dan dengan permohonan pihak yang berkepentingan, pengadilan dapat

membubarkan perseroan tersebut. 29

Berdasarkan PP Nomor 24 Tahun 2012 pasal 7A ayat (2) , pihak yang dapat

mengalihkan IUP adalah pihak yang memiliki paling tidak 51% (lima puluh satu persen)

saham pada pihak dimana IUP akan dialihkan. Dalam kasus akuisisi ini, IUP PT Borneo

Berkat Timur tidak dapat beralih kepada PT Tuah Turangga Agung sebab PT Borneo

Berkat Timur tidak memiliki saham pada PT Tuah Turangga Agung. Sebaliknya, PT

Tuah Turangga Agung dapat mengalihkan IUP yang dimiliki olehnya kepada PT Borneo

Berkat Timur.

Akusisi ini membawa perubahan terhadap pelaksana IUP yang dimiliki oleh PT

Borneo Berkat Timur. Permasalahan hukum yang terjadi adalah IUP yang diberikan

kepada PT Borneo Berkat Timur seharusnya digunakan oleh PT Borneo Berkat Timur

sendiri sesuai dengan peruntukkan IUP tersebut diberikan.30 Dengan beralihnya

kepemilikan saham pada PT Borneo Berkat Timur maka terjadi pergantian pengendalian

usaha yang dijalankan, diantaranya adalah kegiatan usaha pertambangan yang dijalankan                                                                                                                

27 “United Tractor Tuntaskan Akuisisi Saham Borneo Berkat Makmur Senilai USD 51 juta”. http://financeroll.co.id/news/52290/united-tractors-tuntaskan-akuisisi-saham-borneo-berkat-makmur-senilai-usd-51-juta, diakses pada tanggal 31 Desember 2012.

28  Ibid.  Pasal  7  ayat  (5)  UUPT.  29  Ibid.  Pasal  7  ayat  (5).  30 Ibid. Pasal 41 UU MInerba.

Pengalihan izin..., Intan Dwi Safitri, FH UI, 2013

Page 15: Jurnal Pengalihan Izin Usaha Pertambangan Berdasarkan PP ...

dengan IUP PT Borneo Berkat Timur. Pada saat mengajukan IUP salah satu persyaratan

yang harus dipenuuhi adalah mengisi formulir pengajuan IUP31. Salah satu perihal yang

wajib diisi adalah mengenai susunan pemegang saham pamohon (dalam hal ini yang

mnegajukan IUP adalah PT). Selain itu, pada IUP sekurang-kurangnya memuat

mengenai data perusahaan yang salah satunya adalah daftar pemegang saham (atau

pemegang saham pengendali saja apabila yang mengajukan adalah PT publik).32 Apabila

terdapat perubahan pemegang saham atau pemegang saham pengendali, maka harus

dilaporkan dan terdapat perubahan pada IUP mengenai data pemegang saham. Hal

tersebut bertujuan untuk memastikan bahwa pihak yang melakukan kegiatan usaha

pertambangan adalah tetap pemilik IUP.

Dalam kasus ini, dengan dilakukannya akuisisi sebesar 100% saham PT Borneo

Berkat Timur maka pihak yang menjadi pengendali dalam melakukan kegiatan usaha

tidak lagi sama. Kepemilikan saham PT Borneo Berkat Timur sepenuhnya menjadi milik

PT United Tractor. Penulis meyimpulkan, IUP yang semula diperuntukkan untuk PT

Borneo Berkat Timur untuk melakukan kegiatan usaha pertambangan, saat ini bukan lagi

PT Borneo Berkat Timur yang melakukannya sebab pengendalian sepenuhnya ada pada

PT Tuah Tungga Agung.

Pada praktek seperti ini, kepemilikan IUP PT Borneo Berkat Timur memang tidak

beralih kepada PT Tuah Turangga Agung, tetapi pelaksana kegiatan usaha pertambangan

yang menjadi beralih. Secara tidak langsung terjadi pengalihan IUP PT Borneo Berkah

Makmur kepada PT Tuah Turangga Agung. Pengalihan IUP secara hukum tidak dapat

dilakukan sebab PT Borneo Berkat Makmur tidak memenuhi syarat kepemilikan

minimum saham 51% saham pada PT Tuah Turangga Agung sebagaimana yang

diwajibkan oleh ketentuan pasal 7A PP Nomor 24 Tahun 2012. Namun secara de facto,

IUP beralih kepada PT Tuah Turangga Agung.

Selain itu, PT Borneo Berkah Makmur juga memiliki anak usaha yang bergerak di

bidang usaha pertambangan yaitu, PT Piranti Jaya Utama. PT Piranti Jaya Utama adalah

                                                                                                               31 Lihat lampiran Formulir Pengajuan IUP 32 wawancara    

Pengalihan izin..., Intan Dwi Safitri, FH UI, 2013

Page 16: Jurnal Pengalihan Izin Usaha Pertambangan Berdasarkan PP ...

sebuah perusahaan pertambangan yang memiliki konsesi tambang seluas 4800 ha di Desa

Barunang, Kecamatan Kapuas Tengah, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah. PT

Borneo Berkah Makmur adalah pemegang atas 60% (enam puluh persen) saham PT

Piranti Jaya Utama. Dengan adanya pengalihan kepemilikan 100% seratur persen) saham

PT Borneo Berkat Makmur, maka kepemilikan saham PT Borneo Berkat Makmur pada

anak perusahaannya menjadi berubah. Meskipun kepemilikan saham pada PT Piranti

Jaya Utama tetap dimiliki oleh PT Borneo Berkat Utama, namun pengendali PT Borneo

Berkat Utama sudah berubah, serta mengakibatkan perubahan juga terhadap kepemilikan

saham PT Piranti Jaya Utama. Oleh karena itu, terjadi perubahan pengendali pada PT

Piranti Jaya Utama. IUP PT Piranti Jaya Utama tidak dapat beralih menjadi PT Borneo

Berkat Utama sesuai dengan ketentuan pasal 7A PP Nomor 24 Tahun 2012. Namun

pengendali kegiatan usaha pertambangan yang dilakukan berdasarkan IUP PT Piranti

Jaya Utama sudah berubah, yaitu menjadi di bawah pengendalian PT Tuah Turangga

Agung.

3. Penutup

Dari hasil analisis yang telah dijelaskan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Pasal 93 ayat (1) menyatakan IUP dan IUPK tidak dapat dialihkan kepada pihak

lain. Kemudian pada pasal 93 ayat (2) dinyatakan bahwa untuk pengalihan

kepemilikan dan/atau saham di bursa saham Indonesia hanya dapat dilakukan

setelah melalui kegiatan eksplorasi tahap tertentu. Pasal 93 ayat (1) berisi restriksi

pengalihan IUP dan IUPK, sedangkan pasal 93 ayat (2) berisi tentang pengalihan

kepemilikan dan saham di bursa saham. Kata pengalihan kepemilikan pada pasal

93 ayat (2) menibulkan kerancuan di dalam menafsirkan maksud kepemilikan

tersebut. Pasal 93 ayat (2) juga mengatur mengenai pengalihan saham di bursa

saham. Kedua hal yang diatur di dalam pasal 93 ayat (2) adalah dua hal yang

berbeda. Penulis menyimpulkan kepemilikan yang dimaksud dalam pasal tersebut

adalah kepemilikan saham. Sehingga pengalihan IUP berdasarkan UU Nomor 4

Tahun 2009 merupakan suatu tindakan yang dilarang. PP nomor 24 Tahun 2012

Pasal 7A ayat (1) PP Nomor 24 Tahun 2012 menyatakan bahwa IUP dan IUPK

tidak dapat dialihkan kepada pihak lain. Kemudian pasal 7A ayat (2) PP Nomor

Pengalihan izin..., Intan Dwi Safitri, FH UI, 2013

Page 17: Jurnal Pengalihan Izin Usaha Pertambangan Berdasarkan PP ...

24 Tahun 2012 menyatakan bahwa pihak lain yang dimaksud pada ayat (1) adalah

badan usaha yang 51% (lima puluh satu persen) atau lebih sahamnya tidak

dimiliki oleh pemegang IUP dan IUPK. Dengan kata lain, ketentuan pasal 7A ayat

(2) secara jelas mengatakan bahwa IUP dapat dialihkan apabila pemegang IUP

memiliki 51% (lima puluh satu persen) saham atau lebih pada badan usaha lain

dimana IUP akan dialihkan. Ketentuan ini bertentangan dengan pasal 93 UU

Nomor 4 Tahun 2009 yang secara tegas melalui ayat (1) menyatakan bahwa IUP

tidak dapat dialihkan. PP Nomor 24 Tahun 2012 sebagai peraturan pelaksana

bertentangan dengan UU Nomor 4 Tahun 2009 yang menjadi dasar pembentukan

PP Nomor 24 Tahun 2012. Berdasarkan pasal 7 ayat (1) UU Nomor 12 Tahun

2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, peraturan pemerintah

kedudukannya berada di bawah undang-undang. Berdasarkan pasal 7 ayat (2)

kekuatan hukum peraturan perundang-undangan didasarkan pada hirarki. Oleh

karena itu apabila peraturan pemerintah bertentangan dengan undang-undang

maka yang berlaku adalah ketentuan yang lebih tinggi yaitu undang-undang.

Ketentuan pasal 7A PP Nomor 24 Tahun 2012 bertentangan dengan pasal 93 UU

Nomor 4 Tahun 2009, oleh karena itu seharusnya Pasal 7A PP Nomor 24 Tahun

2012 tidak berlaku.

2. Pada kasus akuisisi PT Borneo Berkat Timur oleh PT Tuah Turangga Agung,

saham PT Borneo Berkat Timur diakuisisi sebanyak 100% (seraturs persen) oleh

PT Tuah Turangga Agung. Akusisi ini menyebabkan perubahan pengendali

kegiatan usaha pertambangan pada PT Borneo Berkat Makmur. Akuisisi tidak

diikuti dengan pengalihan IUP PT Borneo Berkat Timur secara hukum. Namun,

secara de facto terjadi pengalihan pemegang IUP sebab pihak yang mengalihkan

tidak lagi menjalankan kegiatan usaha pertambangan berdasarkan IUP PT Borneo

Berkat Timur. Jadi, pada kasus semacam ini pengalihan IUP secara hukum

memang tidak terjadi, tetapi secara de facto terjadi.

Pengalihan izin..., Intan Dwi Safitri, FH UI, 2013

Page 18: Jurnal Pengalihan Izin Usaha Pertambangan Berdasarkan PP ...

Saran

Dari penelitian ini, penulis dapat menyarankan:

1. Rumusan pasal 93 ayat (2) UU Nomor 4 Tahun 2009 seharusnya diperbaiki,

khususnya mengenai kata kepemilikan. Tujuannya adalah agar menjadi jelas

mengenai kepemilikan apa yang dimaksud sehingga tidak memberikan alasan

pembenaran terhadap pihak yang melakukan pengalihan IUP.

2. Dengan ketidakjelasan pasal 93 UU Nomor 4 Tahun 2009 mengenai pengalihan

IUP, pemerintah seharusnya mengeluarkan peraturan pelaksana yang secara

khusus mengatur mengenai pengalihan IUP berupa peraturan pemerintah atau

peraturan menteri. PP nomor 24 Tahun 2012 memang mengandung pengaturan

mengenai pengalihan IUP, tetapi ketentuan tersebut bertentangan dengan pasal 93

UU Nomor 4 Tahun 2009 dan bertentangan dengan tujuan UU Nomor 4 Tahun

2009 diberlakukan. Oleh karena itu, pemerintah harus segera mengeluarkan

peraturan pelaksana yang secara khusus mengatur mengenai ketentuan pengalihan

IUP dan sejalan dengan UU Nomor 4 Tahun 2009.

3. Akuisisi selalu menyebabkan perubahan pengendalian pada suatu perusahaan,

termasuk akuisisi perusahaan pertambangan. Oleh karena itu, pemerintah

sebaiknya mengeluarkan peraturan yang secara khusus mengatur mengenai

pengalihan saham berupa peraturan pemerintah atau peraturan menteri.

Pemerintah sebaiknya mewajibkan kepemilikan IUP atas nama pemegang saham

pengendali.

Pengalihan izin..., Intan Dwi Safitri, FH UI, 2013

Page 19: Jurnal Pengalihan Izin Usaha Pertambangan Berdasarkan PP ...

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Andreae, Fockema. Kamus Istilah Hukum Belanda-Indonesia. Diterjemahkan oleh H. Boerhanoedin St. Batuah, (dkk). Bandung: Binacipta, 1983.

Direktorat Jenderal Pertambangan Umum Departemen Pertambangan dan Energi. Kilas Balik 50 Tahun Peertambangan dan Wawasan 25 Tahun Mendatang. Jakarta, 1995.

H.S, Salim. Hukum Pertambangan Indonesia. Ed. Revisi. Jakarta: PT Raja Gravindo Persada, 1995.

Hukum Pertambangan di Indonesia. Cet.5. Jakarta: Rajawali Press, 2010.

Kansil, C.S.T. dan Christine S.T. Kansil. Pokok-pokok Pengetahuan Hukum Dagang, Cet.1. Jakarta: Sinar Grafika, 2002.

Kementerian energi dan Sumber Daya Mineral. Mineral dan Energi Kekayaan Bangsa: Sejarah Pertambangan dan Energi Indonesia. Jakarta: Penerbit Kementerian energi dan Sumber Daya Mineral, 2009.

Muhammad, Abdulkadir. Hukum Perusahaan Indonesia. Cet.1. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1999.

Purwosutjipto, H.M.N. Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2: Bentuk Perusahaan. Cet.12. Jakarta: Djambatan, 2007.

Saleng, Abrar. Hukum Pertambangan, Cet.1. Jogjakarta: UII Press, 2004.

Sembiring, Sentosa. Hukum Perusahaan tentang Perseroan Terbatas. Cet.3. Bandung: CV Nuansa Aulia, 2012.

Supramono, Gatot. Hukum Pertambangan Mineral Dan Batu Bara Di Indonesia. Cet.1. Jakarta: RIneka Cipta, 2012.

Widjaya, I.G. Rai. Berbagai Peraturan dan Pelaksanaan Uundang-undang di Bidang Usaha: Hukum Perusahaan. Cet.1. Jakarta: Kesaint Blanc, 2000.

Hukum Perusahaan. Jakarta: Kesaint Blanc, 2000.

__________Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka. 1999.

Peraturan

Indonesia. Undang-undang Dasar 1945

Indonesia, Undang-Undang tentang Badan Usaha Milik Negara, UU No. 19 Tahun 2003. LN No. 70 Tahun 2003. TLN. No. 4297.

Pengalihan izin..., Intan Dwi Safitri, FH UI, 2013

Page 20: Jurnal Pengalihan Izin Usaha Pertambangan Berdasarkan PP ...

Indonesia, Undang-undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2012. UU No. 22 tahun 2012. TLN. No. 5254.

Indonesia, Undang-Undang tentang Perkoperasian. UU No. 25 Tahun 1992. LN No. 116 Tahun 1992. TLN. No. 3502.

Indonesia, Undang-undang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. UU No.12 tahun 2011. LN No. 82 Tahun 2011. TLN. No. 5234.

Indonesia, Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas. UU No. 40 Tahun 2007. LN No. 106 Tahun 2007. TLN. No. 4756.

Indonesia, Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas. UU No. 40 Tahun 2007. LN No. 106 Tahun 2007. TLN. No. 4756.

Indonesia, Peraturan Pemerintah Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara. PP No. 23 Tahun 2010. LN No. 29 Tahun 2010. TLN No. 5111.

Indonesia, Peraturan Pemerintah Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara. PP No. 24 Tahun 2012. LN No. 45 Tahun 2012. TLN No. 5282 Tahun 2012.

Indonesia, Peraturan Pemerintah Tentang Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas. PP No. 27 Tahun 1998. LN No. 40 Tahun 1998. TLN. No. 3741.

Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Peraturan Menteri Nomor 18 Tahun 2009 Tentang Tata Cara Penanaman Modal Dalam Rangka Pelaksanaan Kontrak Karya dan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara. Permen Energi dan Sumber Daya Mineral. No. 18 Tahun 2009.

Artikel

Pigome, Martha. “Politik Hukum Pertambangan Indonesia Dan Pengaruhnya Pada Pengelolaan Lingkungan Hidup Di Era Otonomi Daerah”. Masalah-Masalah Hukum. Jilid 40 No.2, April 2011.

Internet

“Mengenal Jenis Izin Tambang di Indonesia.” http://belajarhukum.net/mengenal-jenis- izin-tambang-di-indonesia/. Diunduh 25 September 2012.

KPPU. “KPPU Mengeluarkan Pendapat Mengenai Pengambilalihan PT Duta Sejahtera pleh PT Tuah Turangga Agung.” http://www.kppu.go.id/id/kppu-mengeluarkan-pendapat-mengenai- pengambilalihan-pt-duta-sejahtera-oleh-pt-tuah-turangga-agung/. Diunduh 26 Desember 2012.

Pengalihan izin..., Intan Dwi Safitri, FH UI, 2013

Page 21: Jurnal Pengalihan Izin Usaha Pertambangan Berdasarkan PP ...

”Pengalihan IUP Masih Menjadi Polemik.” http://www.hukumonline.com/printedoc/lt4f4aff756a3d0. Diunduh 15 September 2012.

“Potensi Sumber Daya Alam Indonesia.” http://www.hpli.org/tambang.php#. Diunduh 24 September 2012.

“PTBA Masih Tunggu PP untuk Eksekusi Proyek.” http://www.bisnis.com/articles/ptba- tunggu-pp-untuk-eksekusi-proyek. Diunduh 1 Januari 2013.

“PTBA Masih Tunggu Peralihan IUP ke Bukit Aasam Banko.” http://investasi.kontan.co.id/news/ptba-masih-tunggu-peralihan-iup-ke-bukit-asam-banko. Diunduh 1 Januari 2013.

Pengalihan izin..., Intan Dwi Safitri, FH UI, 2013