Prosedur Operasional Standar Observasi Koleksi di Museum · PDF filetentang pendapat bahwa...

22
disusun oleh: Puji Yosep Subagiyo MUSEUM NASIONAL Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Prosedur Operasional Standar Observasi Koleksi di Museum KONSEP for academic use only

Transcript of Prosedur Operasional Standar Observasi Koleksi di Museum · PDF filetentang pendapat bahwa...

Page 1: Prosedur Operasional Standar Observasi Koleksi di Museum · PDF filetentang pendapat bahwa lilin lebah memiliki sifat tidak merusak kain dengan menunjukkan ... berhubungan dengan suhu

disusun oleh: Puji Yosep Subagiyo

MUSEUM NASIONALDirektorat Jenderal Kebudayaan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Prosedur Operasional StandarObservasi Koleksi di Museum

KONSEPfor academic use only

Page 2: Prosedur Operasional Standar Observasi Koleksi di Museum · PDF filetentang pendapat bahwa lilin lebah memiliki sifat tidak merusak kain dengan menunjukkan ... berhubungan dengan suhu

1

A. PENGANTARBidang Pengkajian dan Pengumpulan di Museum Nasional yang melakukan kegiatan

studi dan pengelolaan koleksi dapat bersinergi dengan Bidang Registrasi dan Dokumentasi

dalam hal pengelolaan koleksi. Pengelolaan data koleksi ditangani Seksi Registrasi,

pelengkapan data audio-visual (foto, video atau suara) dari Seksi Dokumentasi dan

penyertaan bahan pustaka dari Seksi Perpustakaan. Data-data koleksi biasanya terangkum

dalam ‘Lembar Data atau Inventaris Koleksi’, selanjutnya disebut sebagai LIK. Catatan

kondisi (keterawatan) koleksi dari Bidang Registrasi dan Dokumentasi akan ditindak-lanjuti

Bidang Perawatan dan Pengawetan (Bidang PP) guna pemeliharaan koleksi secara fisik.

Tahapan pemeliharaan koleksi meliputi observasi, perawatan dan pengawetan.

Pengamatan yang dilakukan Seksi Observasi diawali dengan serangkain proses

identifikasi dan klasifikasi bahan baik secara visual atau dengan uji bahan, mengamati dan

mempelajari (jenis dan proses) kerusakan, dan bersama-sama dengan Seksi Perawatan

dan Seksi Pengawetan akan memutuskan metode perawatan dan pengawetan secara

tepat. Seluruh rangkaian kegiatan yang dilakukan seksi-seksi pada Bidang Perawatan dan

Pengawetan ini akan dikaji lebih lanjut dengan pendekatan empiris dan ilmiah. Dalam hal

ini, identifikasi dan klasifikasi bahan dengan mempelajari data keterawatan koleksi, data

kondisi iklim dan perangkat penunjang penyimpanan atau displai yang mengitarinya dalam

rentang waktu tertentu lazim disebut sebagai studi konservasi secara empiris. Misalnya

tentang pendapat bahwa lilin lebah memiliki sifat tidak merusak kain dengan menunjukkan

bukti fragmen kain yang terbungkus lilin sudah berumur ribuan tahun dari Mesir. Sedangkan

yang ilmiah adalah suatu kegiatan studi yang lebih mengedepankan pengetahuan teoritis

dan pengamatan dengan menggunakan alat (modern). Contohnya pembuktian unsur logam

sebagai garam logam yang berlebih dan bersifat merusak pada proses pewarnaan dengan

Spektroskopi Fluoresensi Sinar-X pada fragmen kain. Lihat Lampiran 4 dan 14.

Observasi Koleksi Museum

KONSEPfor academic use onlyPOS

Prosedur Operasional Standar

Page 3: Prosedur Operasional Standar Observasi Koleksi di Museum · PDF filetentang pendapat bahwa lilin lebah memiliki sifat tidak merusak kain dengan menunjukkan ... berhubungan dengan suhu

2

Hasil pengamataan dari proses observasi akan terekam dalam formulir isian ‘Lembar

Pengamatan Koleksi’, selanjutnya disingkat LPK, lihat Lampiran 1. LPK ini akan memuat

informasi berkaitan dengan nomor identitas dan nama koleksi, jenis bahan, jenis kerusakan

(kondisi keterawatan), usulan perawatan (mencakup tindakan yang bersifat kuratif –

restoratif atau penghentian proses kerusakan dan perbaikannya), serta usulan pengawetan

(tindakan yang bersifat preventif atau penghambatan dari kemungkinan proses kerusakan).

Kemudian hasil survai kondisi klimatalogi dicantumkan dalam ‘Lembar Data Klimatologi’,

yang selanjutnya disebut LDK, lihat Lampiran 2 dan 3. LDK memuat keterangan yang

berhubungan dengan suhu dan kelembaban udara (suhu permukaan dan kadar air benda),

intesitas cahaya, radiasi ultra-violet (UV), dan polusi udara. Alat-alat yang digunakan untuk

mengukur dan mengontrol kondisi iklim dapat dilihat pada Lampiran 11 sampai 13. Data

atau dokumen tambahan juga diperlukan, dan bisa berupa data jenis bahan dan kontruksi

lemari simpan atau displai, gambar atau desain (tiga dimensi dan berskala ukuran) ruang

simpan atau pamer, berikut bahan (pustaka) rujukan atau (data pribadi) narasumber.

Konservasi atau pemeliharaan koleksi menurut American Association of Museums

(AAM 1984:11) dirujuk kedalam 4 tingkatan. Pertama adalah perlakuan secara menyeluruh

untuk memelihara koleksi dari kemungkinan suatu kondisi yang tidak berubah; misalnya

dengan kontrol lingkungan dan penyimpanan benda yang memadai, didalam fasilitas

penyimpanan atau displai. Kedua adalah pengawetan benda, yang memiliki sasaran primer

suatu pengawetan dan penghambatan suatu proses kerusakan pada benda. Ketiga adalah

konservasi restorasi secara aktual, perlakuan yang diambil untuk mengembalikan artifak

rusak mendekati bentuk, desain, warna dan fungsi aslinya. Tetapi proses ini mungkin

merubah tampilan luar benda. Keempat adalah riset ilmiah secara mendalam dan

pengamatan benda secara teknis. Kesimpulan dari keempat tingkatan konservasi tersebut

adalah sebagai berikut:

(1). Tingkat I dan II merentangkan pendanaan yang luar biasa besar tetapi menghasilkan

jumlah koleksi terbanyak. Tenaga teknis konservasi yang terlatih dibawah supervisi

konservator biasanya mampu melaksanakan tugas ini, dan

(2). Tingkat III dan IV biasanya diperuntukkan pada pekerjaan-pekerjaan yang cukup

penting, yang mana memerlukan cukup biaya dan waktu; serta memerlukan keahlian

konservator yang terlatih secara profesional.

Page 4: Prosedur Operasional Standar Observasi Koleksi di Museum · PDF filetentang pendapat bahwa lilin lebah memiliki sifat tidak merusak kain dengan menunjukkan ... berhubungan dengan suhu

3

Lodewijks and Leene (1972: 138) menyimpulkan bahwa metode konservasi dapat

dikelompokkan menjadi dua, yakni:

(1). Metode restorasi yang secara prinsip diarahkan pada pengembalian kekondisi aslinya,

dan

(2). Metode konservasi yang dimaksudkan untuk melestarikan the status quo (keadaan

tetap pada suatu saat tertentu).

B. TUJUAN PENYUSUNAN POS OBSERVASIPOS Observasi dibuat dan digunakan untuk :

1. memberikan arahan dan batasan kegiatan observasi koleksi di museum yang dilakukan

Observator. Arahan dipresentasikan dalam kerangka berpikir dan alur/ tata kerja (lihat

Lampiran 4.). Pengertian batasan dapat dilihat pada penjelasan Lembar Pengamatan Koleksi

(LPK) di halaman 4 dan 5 berikut ini, dan kenapa pengelompokkan bahan harus seperti itu.;

2. memberikan tolok ukur pada saat penyusunan Sasaran Kerja Pegawai (SKP Observator)

sesuai dengan Uraian Jabatannya (UJ Observator) dan penilaian (evaluasi) kinerjanya;

3. mengetahui kebutuhan tenaga observasi untuk menunjang kegiatannya (seperti:

kebutuhan ruang kerja, peralatan, dana operasional) dan hubungan kerja dalam unit

seksi, bidang, museum dan di luar instansi.

C. PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS) OBSERVASI 1. Mengamati benda koleksi secara menyeluruh (depan, belakang, samping kanan dan

kiri, serta bagian atas dan bawah). Dengan sangat hati-hati, angkat benda dengan kaus

tangan untuk melihat bagian bawah koleksi. dan mendetail. Gunakan pensil untuk

mengisi formulir Lembar Pengamatan Koleksi (LPK), hindari penggunaan ballpoint

dan alat tulis bertinta lain untuk menghindari resiko ternodanya koleksi dari alat tulis

bertinta tersebut. Lepaskan jam tangan, gelang tangan, alat tulis atau benda apapun

yang berada di kantong baju, name tag yang digantungkan di krah baju atau leher, dan

hal-hal lain yang bisa beresiko terhadap koleksi yang akan kita amati (observasi).

Page 5: Prosedur Operasional Standar Observasi Koleksi di Museum · PDF filetentang pendapat bahwa lilin lebah memiliki sifat tidak merusak kain dengan menunjukkan ... berhubungan dengan suhu

4

Penjelasan Lembar Pengamatan Koleksi (LPK), lihat Lampiran 1. Semua isian

data (data field) pada Lembar Pengamatan diberi nomor untuk kemudahan penjelasan

dan pengkodean dalam hal untuk pembahasan (analisa data) berikut pelaporannya.

A. Non Logam

1. Batu2. Kaca3. Keramik4. Terakota5. Plester6. Lain

B. Logam

1. Emas2. Perak3. Timah4. Tembaga5. Besi6. Lain

C. Selulose1. Kayu2. Kulit3. Bambu4. Rotan5. Anyaman6. Tekstil7. Lain

D. Protein1. Kulit2. Bulu3. Tekstil4. Lain

E. Lain-lain

1. Tulang2. Kerang3. Pigmen/ Cat4. Manik-manik5. Resin6. Lain

ORGANIKANORGANIK

Catatan:1. Kain terbuat dari kapas masuk kategori Selulose (C.6.) dan yang terbuat dari sutera masuk Protein (D.3.).2. Tulang (E.1.) dan kerang (E.2.) bisa masuk kategori Anorganik dan Organik.

PENGELOMPOKAN BAHAN

a. Keterangan Pokok: No. Urut, No. Inv., Nama Benda, Keterangan, Ukuran, Kondisi,

Lokasi Benda dan (Skala) Prioritas Tindakan.

b. Bahan. Bahan pembentuk koleksi dikelompokkan menjadi : Logam, Non-Logam,

Selulose, Protein dan Lain-lain. Logam dan Non Logam dapat masuk kategori

Anorganik, sedang Selulose dan Protein masuk kategori Organik. Kalau kita

perhatikan Tabel 2 di Lampiran 5, bahan-bahan organik dari binatang dimasukkan

dalam kelompok Protein, sedangkan yang dari tumbuh-tumbuhan masuk ke dalam

kelompok Selulose. Dilain kondisi, ada sementara bahan yang masuk kelompok

Lain-lain karena bahan tersebut memiliki komponen organik dan anorganik,

seperti tanduk rusa. Bahan tekstil tidak bisa dikelompokkan hanya di satu

kelompok Organik, tetapi harus dipisahkan ke Protein (tekstil yang berbahan dasar

sutera atau wol) atau ke Selulose (tekstil yang berbahan dasar kapas, rami, atau

goni). Pengelompokkan yang tepat menjadi penting, sehingga saat konservator

menggunakan bahan pembersih yang bersifat asam agak kuat bisa menghindari

kerusakan kain yang terbuat dari kapas. Walaupun bahan yang sama (bahan bersifat

asam) aman bagi kain yang terbuat dari sutera. Perhatikan Lampiran 6 sampai 10.

No. No. Inv. Nama Benda Ukuran KondisiKeterangan

Prioritas Tindakan :Lokasi Benda : 1. Segera 3. Rendah2. Sedang

KETERANGAN POKOKLEMBAR PENGAMATAN KOLEKSIForm. LPK/MNI/2014

Page 6: Prosedur Operasional Standar Observasi Koleksi di Museum · PDF filetentang pendapat bahwa lilin lebah memiliki sifat tidak merusak kain dengan menunjukkan ... berhubungan dengan suhu

5

e. Usulan Perawatan dan Pengawetan. Akan dibahas secara terpisah di SOP

Perawatan dan Pengawetan.

f. Usulan Uji Bahan. Melalui serangkaian proses observasi dari sekian banyak

koleksi atau mempertimbangkan timbulnya kasus tertentu yang menyebabkan

kerusakan koleksi, Observator bersama-sama dengan Pranata Lab Konservasi

c. Kondisi Benda Pada Saat Pengamatan. Kondisi keterawatan koleksi dikelompokkan

menjadi Fisik (1. Rapuh, 2. Kotor, 3. Lemak, 4. Kelupas, 5. Gores, 6. Retak, 7.

Patah, 8. Hilang, 9. Basah, 10. Kering, 11. Lain), Kimiawi (1. Lapuk, 2. Pudar,

3. Korosi, 4. Oksidasi, 5. Bau, 6. Noda, 7. Kristal garam, 8. Lain) dan Biotis (1.

Jamur, 2. Insek, 3. Ganggang, 4. Lumut, 5. Lichens, 6. Lain). Kondisi rapuh pada

kelompok kerusakan fisik dibedakan dengan lapuk pada kelompok kerusakan

kimiawi, karena dalam pengertian ini rapuh bisa dimungkinkan menjadi agak kuat

setelah proses kontrol kelembaban, sedangkan lapuk cenderung ke arah hancur

dan tidak bisa direkondisi lagi. Catatan: Rapuh atau getas berarti brittle (easily

broken because it is hard (stiff) & not flexible). Lapuk atau mubut berarti fragile

(easily broken or damaged).

PENGELOMPOKAN KONDISI KETERAWATAN (CONDITION REPORT)A. Kerusakan Fisik

7. Patah8. Hilang9. Basah

10. Kering11. Lain

B. Kerusakan Kimiawi1. Lapuk2. Pudar3. Korosi4. Oksidasi5. Bau6. Noda

garam8. Lain

7. Kristal

C. Kerusakan Biotis1. Jamur2. Insek3. Ganggang4. Lumut5. Lichens6. Lain

[ ....... cm2][ ....... cm2]

[ ....... cm2][ ....... cm2][ ....... cm2]

Catatan:1. Kondisi rapuh (embrittlement) pada kelompok kerusakan fisik dibedakan dengan lapuk (decaying) pada

kelompok kerusakan kimiawi, karena dalam pengertian ini rapuh bisa dimungkinkan menjadi agak kuat setelah proses kontrol kelembaban, sedangkan lapuk cenderung ke arah hancur dan tidak bisa direkondisi lagi.

1. Rapuh2. Kotor3. Lemak4. Kelupas5. Gores6. Retak

d. Kondisi Iklim Pada Saat Pengamatan. Dengan mempertimbangkan Lembar Data

Klimatologi (LDK) pada Lampiran 2 dan 3., serta memperhitungkan alat-alat ukur

dan prosedur kalibrasi pada Lampiran 11 dan 12.

PENGELOMPOKAN KONDISI IKLIMA. Intensitas Cahaya (Lux)B. Radiasi UV (mW/Lmn) -C. Suhu Udara (0C) --------D. Suhu Permukaan (0C) --

E. Kelembaban Udara (%) F. Kandungan Air (%) --G. Keasaman (pH) ------H. Polusi Udara ----------

I. Catatan: .............................................................................................................

= .............= .............= .............= .............

= .............= .............= .............= .............

Page 7: Prosedur Operasional Standar Observasi Koleksi di Museum · PDF filetentang pendapat bahwa lilin lebah memiliki sifat tidak merusak kain dengan menunjukkan ... berhubungan dengan suhu

6

dan Konservator akan mengusulkan uji bahan. Uji bahan dimaksudkan untuk

mengetahui mekanisme terjadinya kerusakan dan atau penguatan data pendukung

untuk keperluan studi konservasi dan koleksi tingkat lanjut. Studi tingkat lanjut ini

bisa berupa pembuatan Alur Waktu (Timeline) bahan atau tehnik pembuatan

suatu benda pada suatu masa atau periode tertentu, yang mana bahan atau tehnik

ini sebagai bagian dari suatu koleksi yang tidak bisa digantikan (sebagai atribut

teknologis). Lihat Lampiran 15.

g. Tehnik Pengamatan. Tehnik pengamataan adalah penjelasan dengan cara dan alat

bantu apa pada saat seseorang mengamati kondisi keterawatan koleksi di museum.

2. Pembahasan Data Keterawatan Koleksi (Analisa Data). Pembahasan data pengamatan

bisa dilakukan pada beberapa kemungkinan. Pertama adalah pembahasan berdasarkan

dari pengumpulan data proses perawatan dan pengawetan, data iklim pada lingkungan

benda yang menjalani proses perawatan dan pengawetan, data iklim dari Badan

Meteorologi dan Geofisika (BMG) untuk wilayah Jakarta dan sekitarnya, serta data-

data pendukung lainnya. Kedua adalah pembahasan berdasarkan dari pengumpulan

data hasil observasi dari hasil pengamatannya sendiri dari sejumlah koleksi. Ketiga

adalah pembahasan berdasarkan dari gabungan dari langkah pertama dan kedua.

Pokok bahasan utama adalah penyimpulan tentang kondisi keterawatan koleksi

berkaitan dengan kondisi bahan, cara pembuatan dan kondisi iklim yang mengitarinya.

Dengan landasan pengetahuan ilmiah dan empiris pula, evaluasi dan tinjauan proses

kerja perawatan dan pengawetan pada masa lalu dan masa akan datang juga akan

dilakukan.

3. Laporan. Pembuatan laporan dilakukan secara berkala setiap 6 bulan sekali, yang akan

dilengkapi dengan Lembar-lembar Pengamatan Koleksi (LPK) dan Data Klimatologi

(LDK).

VI. TEHNIK PENGAMATANA. Mata biasa (tanpa-alat)B. Kaca PembesarC. Mikroskop. ................ XD. .......................................E. .......................................F. ........................................

VII. TANGGAL PENGAMATAN

TandatanganObservator,

Konservator,dll.

Nama : ..............................................

(DD/MM/YYYY) ............................................

Page 8: Prosedur Operasional Standar Observasi Koleksi di Museum · PDF filetentang pendapat bahwa lilin lebah memiliki sifat tidak merusak kain dengan menunjukkan ... berhubungan dengan suhu

1Lampiran

No. No. Inv. Nama Benda Ukuran KondisiKeterangan

LEMBAR PENGAMATAN KOLEKSIForm. LPK-Umum/MNI/2014

I. BAHAN :

A. Non Logam1. Batu2. Kaca3. Keramik4. Plester5. Semen6. Lain

B. Logam1. Emas2. Perak3. Timah4. Tembaga5. Besi6. Lain

C. Selulose1. Kayu2. Kulit3. Bambu4. Rotan5. Anyaman6. Tekstil7. Lain

D. Protein1. Kulit2. Bulu3. Tekstil4. Lain

E. Lain-lain1. Tulang2. Kerang3. Pigmen/ Cat4. Manik-manik5. Resin6. Lain

ORG

ANIK

ANO

RGAN

IK

II. KONDISI BENDA SAAT PENGAMATAN :A. Fisik

1. Rapuh2. Kotor3. Lemak4. Kelupas5. Gores6. Retak7. Patah8. Hilang9. Basah

10. Kering11. Lain

B. Kimiawi1. Lapuk2. Pudar3. Korosi4. Oksidasi garam

8. Lain

5. Bau6. Noda7. Kristal

C. Biotis1. Jamur2. Insek3. Ganggang4. Lumut5. Lichens6. Lain

[ ......... %][ ......... %]

[ ......... %][ ......... %][ ......... %]

No. Foto:

D. Catatan: ............................................................................................................

III. KONDISI IKLIM SAAT PENGAMATAN :A. Intensitas Cahaya (Lux)B. Radiasi UV (mW/Lmn) -C. Suhu Udara (0C) --------D. Suhu Permukaan (0C) --

E. Kelembaban Udara (%) F. Kandungan Air (%) --G. Keasaman (pH) ------H. Polusi Udara ----------

I. Catatan: .............................................................................................................

= .............= .............= .............= .............

= .............= .............= .............= .............

IV. USULAN PERAWATAN DAN PENGAWETAN :

...............................................................................................................................

A. Pembersihan1. Kotoran/ debu2. Karat, noda, dll.3. (Bekas) jamur dll.4. (Bekas) lumut dll.5. Lain

B. Penguatan/ konsolidasi1. Penguatan benda rapuh2. Penguatan konstruksi3. Lain

C. Restorasi1. Pengembalian bentuk/ warna2. Perbaikan fungsi benda3. Lain

D. Pengawetan1. Stabilisasi karat2. Mematikan jamur dll.3. Mematikan lumut dll.4. Coating/ laminasi5. Lain

E. Treatmen Tambahan dan Catatan............................................................................................................................................................................................................................................

V. USULAN UJI BAHAN DAN TAMBAHAN :..............................................................................................................................................................................................................................................................

VI. TEHNIK PENGAMATANA. Mata biasa (tanpa-alat)B. Kaca PembesarC. Mikroskop. ................ XD. .......................................E. .......................................F. ........................................

VII. TANGGAL PENGAMATAN

TandatanganObservator,

Konservator,dll.

Nama : ..............................................

(DD/MM/YYYY) ............................................

..............................

..............................

..............................

F. Catatan

Prioritas Tindakan :Lokasi Benda : 1. Segera 3. Rendah2. Sedang

Page 9: Prosedur Operasional Standar Observasi Koleksi di Museum · PDF filetentang pendapat bahwa lilin lebah memiliki sifat tidak merusak kain dengan menunjukkan ... berhubungan dengan suhu

2Lampiran

LEMBAR DATA KLIMATOLOGI - KELEMBABAN & SUHUForm. LDK-KS/MNI/2014

Kelembaban KeteranganSuhuGedung, Ruang, Lemari (Simpan/ Pajang)WaktuTanggal

Catatan : Tgl. Pelaporan :

Tandatangan

Nama Pelapor :

Nama Alat :

Tgl. TerakhirKalibrasi:

Minggu :

Prosedur Kalibrasi :

Page 10: Prosedur Operasional Standar Observasi Koleksi di Museum · PDF filetentang pendapat bahwa lilin lebah memiliki sifat tidak merusak kain dengan menunjukkan ... berhubungan dengan suhu

3Lampiran

LEMBAR DATA KLIMATOLOGI - CAHAYA & UV - KA, SP & pH

Catatan: Tgl. Pelaporan:

Tandatangan

Nama Pelapor :

Intensitas KeteranganRadiasiJenis Lampu[Merk, Watt, Pijar/Fluor.]WaktuGedung, Ruang,

Lemari

Tanggal : Nama Alat :

INTENSITAS CAHAYA (IC) dan RADIASI ULTRA VIOLET (RUV)

Form. LDK-IC,RUV,SP,KA,pH/MNI/2014

Tanggal : Nama Alat :

SUHU PERMUKAAN BENDA

KeteranganNama, No. Inv danJenis BendaWaktu Jenis Lampu SuhuJarakGedung, Ruang,

Lemari

Tanggal : Nama Alat :

KANDUNGAN AIR dan KEASAMAN (pH) BENDA

KeteranganNama, No. Inv danJenis BendaWaktu Kandungan Air pHGedung, Ruang,

Lemari

Page 11: Prosedur Operasional Standar Observasi Koleksi di Museum · PDF filetentang pendapat bahwa lilin lebah memiliki sifat tidak merusak kain dengan menunjukkan ... berhubungan dengan suhu

4Lampiran

Gambar 1.

METODE ANALISIS BENDA DAN BAHAN

ANALYTICAL METHODSSUBJECTS

DescriptionOrientation

OBJECT STRUCTURE

MACRO STRUCTURESTRUCTURAL OR TEXTURAL

GREATER THAN 0.1 MM (fabric construction, metal

thread structure, etc.)

Visual Examination (eye, glass, microscope) Ultra-Violet Light

Examination

COMPLETE STRUCTURE(form, design/ layout, etc.)

COMPLETE OBJECT(object and their attributes:

formal, stylistic and technical)

PROVENANCEEthnographic Features: origin,

function, etc.

Socio Cultural Anthropology,Ethnography, Art History,

Semiotic - Iconography, etc.

Typology, Stylistic Analysis, etc.

MICRO STRUCTURESTRUCTURAL OR TEXTURAL

SMALLER THAN 0.1 MM (fiber morphology, cross-

section materials, etc.)

Optical Examination (transmission, reflection) Electron

Microscopy (SEM, TEM, STEM) Electron Microbeam Analysis

CRYSTAL STRUCTUREMETALLIC ELEMENTS AND

OTHERS (weighting metal salts, mordant, corrossion

products, etc.)

Diffraction (x-ray, neutron, optical and electron)

METALLIC ELEMENTS, DYES AND OTHERS. (pigments, dyes,

adhesives, polymers, etc.)

ELEMENTAL STRUCTUREand COMPLEX COMPOUNDS

Spectroscopic Examination (neutron, infra-red, optical and

x-ray) Chromatographic Analysis(paper, TLC, GC, PyGC and HPLC)

Tabel 1.

PERFORMANS (tatalaku)(distribusi, kegunaan, tekno-

fungsi, sosio-fungsi, dsb.)

STRUKTUR (mikro & makro)(atribut formal, atribut stilistik

dan tipologi)

SIFAT-SIFAT(fisik & kimiawi)

PROSES MANUFAKTURAL(seleksi bahan, sintesis bahan,

prosesing bahan, desain, manufaktur)

PengetahuanEmpiris

PengetahuanIlmiah

GAMBARAN UNSUR INTI ILMU DAN TEKNOLOGI BAHAN

Page 12: Prosedur Operasional Standar Observasi Koleksi di Museum · PDF filetentang pendapat bahwa lilin lebah memiliki sifat tidak merusak kain dengan menunjukkan ... berhubungan dengan suhu

5Lampiran

(MATERIALS)BAHANA. Organik: dari Mamalia, Burung, Ikan,

Serangga dan Reptil

pelapis kayu bermotif belat/ eplat kayukayu keraskayu lunakresin untuk varniskayu merambatbambugoni rami rotan(serat) sisal

rami halus linenminyak biji ramikapas/ katunkertasbubur kertas getah percatempurung (kelapa)resin fosil karet(perekat) kanji

emasperaktembagabesi (iron)aluminiumtimbal timah seng

perunggu kuningantimah+timbaltimah+tembaga+antimonytembaga+timah/ emas tiruan lempengan emas lempengan perak lempengan tiruan (?)nikel (nickel)

kaca porselain terakota keramikplastersemen biru batu pualam putih batu granitbatu marmerbatu mutiara

kerang lautpermata tulen batu pasircinnabar bahan komposisi (dekorasi

bingkai)pigmentsmicatalek/ gip

catvarnislakpapan hardboard formicacelluloid

(plastik) bakelit polyestervinylepoksinilon

gading beruang lautgading gajahtulang ikan paustempurung/ kulit kura-kurakulit kasar/ bersisik (dari

ikan pari, hiu, anjing laut)

kulit ular(resin) laka/ shellacgelatinancur 1/ fish glueancur 2/ animal gluetempera/ kuning telurkasein (pospoprotein)lilin/ malam

perkamen/ kertas kulitkulit mentahkulit berpenyamak sebagiankulit berpenyamakkulit berbulurambutrambut kaku/ kasarbulu ayambulu burung halus(liur ulat) suterawoollakan (wool, rambut)tulangangga/ tanduk bercabangtandukgading/ taring ikan paus

B. Organik: dari Pohon, Perdu, Tumbuhan, Rumputan

C. Anorganik: Logam dan Campurannya

D. Anorganik: Buatan dan Yang Terjadi Secara Alami

E. Bahan Buatan Lain

A. Organic: from Mamals, Birds, Fish, Insects and Reptils

parchmentraw hidesemi-tanned leathertanned leather pelts/ fur hairbristlequill feathers/ downsilk wool felt (wool, fur, hair)bone*antler*hornwhale ivory

walrus ivory*elephant ivory* baleen*tortoise shellshagreen (ray, seal,

shark skin)

snake skinshellacgelatinfish glue (isinglass)animal glueegg temperacaseinwaxes

B. Organic: from Trees, Shrubs, Plants, Grasses

decorative wood veneersoak/ ash splintshard woodssoft woodsresin for varnishwillowbambojute (burlap)hemprattansisal

flaxlinenlinsed oilcottonpaperpapier-macheguttaperchavegetable ivory (palm nut)amberrubberstarch adhesive

C. Inorganic: Metals and Their Alloysgoldsilvercooperironaluminumleadtinzinc

bronzebrasspewterBritannia metalormolugold leafsilver leafimmitation leafnickel

D. Inorganic: Man-made and Naturally Occuring

glassporcelain unfired clay ceramicsplasterportland cement alabaster granitemarblemother-of-pearl

marine shellgem stone sand stonecinnabar (red mercuric

sulphide)composition (frame

decoration)pigmentsmicasoap stone

E. Other Man-made MaterialspaintsvarnisheslacquerMasoniteFormicacelluloid

Bakelitepolyestervinylepoxiesnylon

* These materials also have an inorganic component; besides the organic protein collagen, the inorganic calcium phosphate (hydroxy apatite) is present. Ref.: Bachmann, K., Edit. (1992:131-133)

Tabel 2.

Page 13: Prosedur Operasional Standar Observasi Koleksi di Museum · PDF filetentang pendapat bahwa lilin lebah memiliki sifat tidak merusak kain dengan menunjukkan ... berhubungan dengan suhu

6Lampiran

Tabel 3. Bahan Sensitif Terhadap Kelembaban Tinggi(Materials Sensitive to High Relative Humidity)

Bahan(Materials)

40% RH, or lower

45 - 55% RH

45 - 55% RH

50 - 55% RH, constant/ stable

50 - 55% RH, constant

40% RH, or lower

50 - 55% RH, constant

50 - 55% RH, constant

50 - 55% RH, constant

45 - 55% RH, constant

60 - 65% RH, constant

50 - 55% RH, constant

Kondisi yang direkomendasi(Recommended Condition)

Akibatnya(Result)

logam (metal)

kertas (paper)

tekstil (textile)

kayu (wood)

kayu bercat (painted wood)

logam bercat (painted metal)

tatakan, pelapis kayu (inlay, veneer)bahan penyempurna (finishes)

perkamen, gading (parchment, ivory)bubur kertas (papier-mache)

bahan keranjang/ anyaman (basket materials)kolase kertas (decoupage surface)

korosi/ karat (corrosion)

jamuran, noda (mold, stains)

jamuran, noda (mold, stains)

jamuran, bengkok (fungal attack, warping)cat mengelupas (flaking paint)

korosi, cat mengelupas (corrosion, flaking paint)lepas/ copot bagian-bagiannya (detachment)jamuran/ noda (mold, stains)

melengkung/ gelombang, jamur (warping, mold)jamuran/ noda (mold, stains)

jamuran (mold)

lepas/ copot, jamuran (detachment, mold)

Tabel 4. Bahan Sensitif Terhadap Kelembaban Rendah(Materials Sensitive to Low Relative Humidity)

mengkerut (checks/ dries out)

pelapukan, lapuh, kering (embrittlement)mengkerut, rapuh (shrinkage, embrittlement)rapuh (embrittlement)

rapuh (embrittlement)

kering, merapuh (dries out, weakens)retak, melengkung (cracks, warps)retak, melengkung (splits, warps)lepas, melengkung (detach- ments, warps)

50 - 55% RH, constant/ stable

45 - 55% RH

50 - 55% RH, constant

45 - 55% RH, constant

60 - 65% RH, constant

50 - 55% RH, constant

45 - 55% RH, constant

50 - 55% RH, constant

50 - 55% RH, constant

kayu (wood)

kulit mentah, kulit olahan (rawhide, leather skins)perkamen (parchment)

bulu ayam (quill)

serat keranjang (basket fibers)

ancur, lem nabati (animal glue)

kulit kura-kura (tortoise shell)

semua gading (all ivory)

permukaan tatakan (inlaid surface)

Bahan(Materials)

Kondisi yang direkomendasi(Recommended Condition)

Akibatnya(Result)

beludru (velvet)tekstil (textile)serat alam (natural fibers)kayu (wood)kertas (paper)

perekat kanji (starch)gelatin (gelatin)tempera telor (egg

tempera)

kulit (leather, skins)kulit berbulu (felts, furs)bulu ayam (feathers)sutera (silk)wol (wool)

Tabel 5. Bahan Yang Sering Dirusak Oleh Serangga dan Binatang Pengerat(Materials Commonly Damaged by Insects and Rodents)

Page 14: Prosedur Operasional Standar Observasi Koleksi di Museum · PDF filetentang pendapat bahwa lilin lebah memiliki sifat tidak merusak kain dengan menunjukkan ... berhubungan dengan suhu

7Lampiran

Tabel 7. Rekomendasi untuk Penyinaran dan Suhu Udara(Recommendations for Light and Temperature)

rapuh, gelap (embrittlement, darkening)persenyawaan, gelap

(crosslinking, darkening)mengeras, kering (hardening,

drying)rapuh, pucat/ pudar (embrittle- ment, fading)rapuh, pucat (embrittlement,

fading)pudar/ pucat (fading)

pucat, kerusakan struktural (fading, structural damage)buram, pucat (develops haze, fading)pucat/ pudar (fading)

pucat/ pudar (fading)

menguning, rapuh (yellowing, embrittlement)hancur (deterioration crumbles)

rapuh, pucat (embrittlement, fading)rapuh/ lapuk (embrittlement)

pucat (fading)

retak, buram (cracks, hazing)

kertas (paper)

media cat (paint media)

ancur/ lem nabati (animal glue)

kulit berbulu, bulu, rambut (furs, feather, hair)kulit, kulit olahan (skins, leather)pigmen, bahan celup

(pigment, dyes)sutera, beludru (silk, velvet)

permukaan lak (lacquered surface)permukaan cat (painted surface)bahan dicelup warna (dyed materials)celluloid

karet (rubber)

serat alam (natural fibers)

tanduk 1, tulang, tanduk 2 (horn, bone, antler)kayu (wood)

kayu olahan (wood finishes)

50 luxs, 18 C [1 foot. candle= 10 luxs]50 luxs, 18 C

50 luxs, 18 C

50 luxs, 18 C

50 luxs, 18 C

50 luxs, 18 C

50 luxs, 18 C

50 luxs, 18 C

50 luxs, 18 C

50 luxs, 18 C

50 luxs, 18 C

50 luxs, 18 C

50 luxs, 18 C

150 luxs, 18 C

50 luxs, 18 C

50 luxs, 18 C

Bahan(Materials)

Kondisi yang direkomendasi(Recommended Condition)

Akibatnya(Result)

Tabel 6. Bahan Sensitif Terhadap Fluktuasi Kelembaban~Suhu(Materials Sensitive to Humidity & Temperature Fluctuation)

keramik, batu (ceramics, stone)

recrystallization of soluble salts resulted surface flaking and spalling can occur, causing sections of a ceramic/ stone to break off.

45 - 55% RH, 10 - 30 C

Catatan:

Some modern clays have a high salt content, and there have been instances where recently purchased objects have fallen to pieces with the absorption in the summer and subsequent drying in the winter. Ceramics with signs of salt deposit on the surface should should be maintained in a stable environment, and fluctuation relative humidity can lead to breakdown of the objects.

Bahan(Materials)

Kondisi yang direkomendasi(Recommended Condition)

Akibatnya(Result)

Beberapa lempung masakini yang banyak digunakan untuk membuat keramik dan berbagai pernik-pernik untuk hiasan tekstil mengandung garam-garaman yang mudah menyerap air. Jika benda ini dimasukkan dalam ruang dingin secara mendadak, maka akan muncul deposit garam yang menempel pada permukaannya. Jika garam-garam yang mengkristal terdapat pada bagian dalam benda, maka akibatnya benda tersebut akan retak-retak, bahkan mungkin pecah.

rekristalisasi garam yang kemudian meng-akibatkan permukaan glasir mengelupas, retak-retak, bahkan mungkin benda menjadi pecah.

Notes:

Page 15: Prosedur Operasional Standar Observasi Koleksi di Museum · PDF filetentang pendapat bahwa lilin lebah memiliki sifat tidak merusak kain dengan menunjukkan ... berhubungan dengan suhu

8Lampiran

perubahan ukuran, regang, patah

kertas menjadi rapuh, gelap, noda

tekstil ternoda, rapuh

logam menjadi berkarat

serat menjadi lemah, putus

saat kayu mengembang, cat mengelupas

terjadi reaksi elektrokimia (efek galvanis, korosi)

logam berkarat, kain ternoda

logam berkarat, kertas ternoda

logam berkarat, cat mengelupas

tanin (bahan penyamak) pada kulit menyebabkan karat pada logam

plaster yang bersifat basa/ alkaline menyebabkan karat pada logam

Kombinasi Bahan(Materials Combination)

Masalah Konservasi(Conservation Problems)

(wood/wood)

(wood/paper)

(wood/textile)

(wood/metal)

(wood/natural fiber)

(wood/paint)

(metal/metal)

(metal/cloth)

(metal/paper)

(metal/paint)

(metal/leather)

(metal/plaster)

(dimensonal changes, stress, breaks)

(paper becames brittle, dark, stained)

(textile became stained, brittle)

(metal corrodes in contact with wood)

(fibers become weak, break)

(wood expand and contracts, paint flakes

(possible electrochemical corrosion)

(metal corrodes, cloth becames stained)

(metal corrodes, paper becames stained)

(metal corrodes, paint flakes)

(tannins in leather can corrode leather)

(alkaline materials corrode metals)

kayu/ kayu

kayu/ kertas

kayu/ tekstil

kayu/ logam

kayu/ serat alam

kayu/ cat

logam/ logam

logam/ kain

logam/ kertas

logam/ cat

logam/ kulit

logam/ plaster

logam/ ancur ancur (lem nabati) sedikit bersifat asam, higroskopis yang kemudian menyebabkan karat logam.

(glue slightly acidic, hydroscopic, can corrode certain metals)(metals/animal glue)

Tabel 8. Bahan Sensitif Terhadap Bahan Fumigasi(Materials Sensitive to Fumigant)

Tabel 9. Bahan-bahan Reaktif (Reactive Materials)

Nama Bahan Kimia(Chemical Names)

Bahan(Materials)

karet, bulu, rambut, wool, kulit olahan, dan bahan lain yang mengandung sulfur

kayu (wood)

perekat kanji (tapioca glue)

kulit olahan, kertas lembab, cat, varnis

kuningan, tembaga, emas, perak (brass, copper, gold, silver)

logam, foto (metal/photo)

logam, foto (metal/photo)

logam, foto (metal/photo)

logam, foto (metal/photo)

logam, foto (metal/photo)

rusak, bau merkuri yang sangat menyengat

noda kecoklatan, tetapi tidak merusak (brown stained, but not destroy)

susah dilarutkan lagi (difficult to dissolve)

rusak/ larut (damage/ dissolve)

rusak/ tarnish/ korosi

rusak (logam berkarat, foto menjadi buram/ gelap)

rusak (karat, gelap)

rusak (karat, gelap)

rusak (karat, gelap)

rusak (karat, gelap)

Methyl bromide

Methyl bromide

Methyl bromide, ethylene oxide

Ethylene oxide

Phosphine

Carbon disulfida

Carbon tetrachloride

Paradichlorbenzene

Paraformaldehide

Akibatnya(Result)

(rubber, fur, hair, wool, tanned leather, and other materials content of sulphur)

damage (rusty metal, photo become blurly/dark)

damage (rust, dark)

damage (rust, dark)

damage (rust, dark)

damage (rust, dark)

(damage, tarnish/corrotion)

damage, strong smelt of mercury

leather finishes, wet paper, paint, varnish

ThymolNaphthaline

DDVP (dimethyl diethyl vinyl posfat) + ethanol

Page 16: Prosedur Operasional Standar Observasi Koleksi di Museum · PDF filetentang pendapat bahwa lilin lebah memiliki sifat tidak merusak kain dengan menunjukkan ... berhubungan dengan suhu

9Lampiran

Tabel 10. Prosedur Pembasmian Serangga~Jamur Dengan Freezer(Freezing Method for Killing Insect & Fungus)

Tabel 11. Prosedur Pembasmian Serangga~Jamur Dengan Bahan Kimia(Fumigation Method for Killing Insect & Fungus)

No. Nama Serangga

Sebagian besar larva

Pupa & Kumbang 1. dewasa Telur Kumbang 1. Ngengat kain

Telur Kumbang 7.

(Semua fase) Kumbang 7. (Semua fase) Kumbang 5.

Suhu dan Waktu Catatan:

01.

02.

03.

04.

05.

06.

07.

-20C, 2J. -20C, 1J

-20C, 2J -5C, 3H; 10C, 3H; -5C, 3H. -10C, 9 J. 2C, 16H dan -3C, 7H.

-30C, 3J.

C= derajat celcius, M = menit,J = jam, H = hari.

No.

8 -10 gram

1 - 2 tablet

50 - 100 gram, 50-60 C

40 gram

4 - 13 gram

1 liter

15 - 30 gram

35 - 50 gram

100 gram

100 gram

Konsentrasi/ Meter Kubik

01.

02.

03.

04.

05.

06.

07.

08.

09.

10.

Naphthaline

Phosphine

Thymol + ethanol

Paradichlorobenzene

Paraformaldehide

Carbon tetrachloride + Carbon disulfide (1:1)

Methyl bromide

Methyl bromide + Ethylene Oxide (14:86)

Methyl bromide + Ethylene Oxide (14:86)

DDVP (dimethyl diethyl vinyl posfat) + ethanol

Nama Bahan Kimia

serangga

serangga + jamur

jamur

jamur + serangga

jamur

jamur + serangga

serangga

serangga

serangga

jamur + serangga

Pembasmi

14 hari

3 - 5 hari

2 hari

2 hari

2 hari

1 minggu

2 hari

2 hari

2 hari

2 hari

Waktu

Page 17: Prosedur Operasional Standar Observasi Koleksi di Museum · PDF filetentang pendapat bahwa lilin lebah memiliki sifat tidak merusak kain dengan menunjukkan ... berhubungan dengan suhu

10Lampiran

Tabel pH dalam Konservasi

BASATerlalu BasaBasa Kuat

Amonia (0,1%)

Sabun biasa (poly-phosphate builders)

Basa Lemah

AIR(air murni/ netral)

ASAMAsam Lemah

Asam Asetat

Asam Kuat

Terlalu Asam

14

1312

11

Kondisi untuk pembersihan cat teroksidasi, minyak dan perekat nabati.

Wool, sutera dan bahan protein lain dapat rusak.

10

8

9

7

6

3

1

0

2

54

Kondisi ini cukup aman untuk perlakuan hampir semua jenis tekstil.

Kondisi untuk pembersihan noda karat, lem, dan perekat berbahan dasar kanji lain.

Kapas, linen dan bahan selulosik lain dapat rusak.

Tabel 12.

Page 18: Prosedur Operasional Standar Observasi Koleksi di Museum · PDF filetentang pendapat bahwa lilin lebah memiliki sifat tidak merusak kain dengan menunjukkan ... berhubungan dengan suhu

11Lampiran

Lux Meter(Measuring Instrument for Light Intensity)

Elsec 764 UV meter (4 in 1]

Gambar 2.

Gambar 3.

(Measuring Instrument for Ultra Violet Radiation, Light Intensity, Temperature and Humidity)

Kuat penerangan (lux): Penerangan pada permukaan benda secara merata seluas 1 m2, berjarak 1 m dari titik sumber cahaya berkekuatan 1 kandela.Kuat cahaya (foot candle): Banyaknya (jumlah) sinar yang jatuh pada permukaan benda seluas 1 kaki persegi (=0,0029 m2) dari sumber cahaya yang berjarak 1 kaki (=0,3048 m = 12 inci).

1. Kuat Penerangan (Illumination, E)

E = F (Fluks)A (Luas) = Lumen

m2 = Lux.

2. Dosis Kuat Penerangan = Lux x jam = Joule.

3. Fluks Cahaya (F) = Energi (Joule/m2)

Waktu (Jam)JT =

4. Kuat Cahaya (I) = E.R2Cos Q = Lumen.m = Candela

Sensor suhu (oC) dan kelembaban udara (%).

KONVERSI ENERGI:1 Joule = 107 erg.1 kwh = 3,6 106 J.1 Kalori = 4.186 J.

KONVERSI DAYA:1 watt = 1 Joule/ detik.1 HP = 0,746 watt

Energi = kekuatan untuk melakukan usaha.Daya = kekuatan tenaga.

Lampu TL Ultra Violet, National, 100 volt/ 50 Hz., Type FL 205, Panjang gelombang = 263 nm. Energi = 2 mw/cm2.

Tomboluntuk suhu, kelembaban udara, kuat cahaya dan radiasi ultra violet.

Sensor radiasi UV (mW/Lmn) dan Intensitas cahaya (Lux).

Panel monitor menunjukkan besaran angka dan satuan

Mode/ pengatur besarnya sinar yang terbaca.Displai/ monitor harga hasil pengamatan.

Sensor/ cell penangkap sinar.

Page 19: Prosedur Operasional Standar Observasi Koleksi di Museum · PDF filetentang pendapat bahwa lilin lebah memiliki sifat tidak merusak kain dengan menunjukkan ... berhubungan dengan suhu

12Lampiran

Gambar 4.

(Measuring Instrument for Temperature and Relative Humidity)

Gambar 5.

Picture 6.

Wet & Dry Bulb Psychrometer

“Wet & Dry Psychrometer” sangat cocok digunakan untuk kal ibras i , spot reading dan pendataan data klimatologi harian.Kita dapat mengetahui besarnya suhu udara secara langsung pada bagian thermometer yang kering (kiri). Sedangkan RH-nya dapat dicari dengan merujuk selisih harga dengan thermometer yang basah (kanan). Selanjutnya besarnya RH dapat dicari pada Tabel RH yang biasa disertakan pada saat pembelian alat tersebut.Maintenans Alat:Kain yang digunakan untuk melembabi (dengan air distilasi) thermometer merkuri diusahakan selalu bersih, dan air yang digunakan selalu air distilasi.

Sling PsychrometerAlat ini menyerupai Wet & Dry Psychrometer, tetapi badan yang ditempeli thermometer (baik yang dry ataupun wet) dapat diputar, guna melewatkan udara pada thermometer. Belakangan perangkat ini telah dimodifikasi dengan tenaga baterai untuk memutar k ipas angin yang melewatkan udara yang akan diukur suhu ataupun kelembabannya.

Wet & Dry Psychrometer

Banyak digunakan untuk kalibrasi alat-alat pengukur RH & T jenis lain.

INAKURASI + 2%

Kain selalu bersih dan harus dengan air distilasi/ deionisasi

selis

ih h

arga

Hasil pengukuran dari alat ini dapat dilihat/ dibaca langsung.

Hasil pengukuran dari alat ini dapat dilihat/ dibaca langsung.

Besarmya RH merujuk pada “perubahan ukuran benda/ bahan higroskopis”, seperti: rambut, polymer atau garam kristal.

Kertas grafis

Tanganan pemegang pena pencatat

Tabung berputar menurut waktu (1, 7 atau 31 hari)Pena pencatat

RH dan T

Catatan:Satu orang yang sedang istirahat selama satu jam setara dengan 60 ml air, dan menghasilkan panas setara dengan 100 watt lampu pijar.Referensi:Bachmann (1992:15-22)

INAKURASI:+ 2 ~ 4% (sering dikalibrasi)+ 30 ~ 60% (jarang/ tidak dikalibrasi)

Besarnya RH dan T yang tertulis pada kertas grafis tidak sinkron dengan waktu yang tertera. Waktu sesungguhnya terlambat (dikurangi) sekitar 30 menit.

Mengalami “shock” perubahan RH dan T yang sangat mencolok.

Thermohygrometer

Hygrothermograph

Page 20: Prosedur Operasional Standar Observasi Koleksi di Museum · PDF filetentang pendapat bahwa lilin lebah memiliki sifat tidak merusak kain dengan menunjukkan ... berhubungan dengan suhu

13Lampiran

Bak Penampungan Air Distilasi

Humidifier(Alat Pelembab Udara)Essick Air 826

Dehumidifier(Alat Penyerap Uap Air)GoldStar DH504EL

Keterangan “Control Panel”(1)(2)

(3)(4)(5)(6)(7)

Tombol Operasi (Power)Tombol pengoperasian(RH 60 ~ 65%)Pengoperasian non-stopTombol “Humidity”Tombol “Defrost”Lampu indikator HumidityLampu indikator Defrost

Control Panel

Tempat masuknya uap air

Bak Penampungan (Uap) Air

CATATAN:

Kelembaban tidak dapat diturunkan dibawah 40%. Efektif untuk 40 ~ 50%.

Efektif untuk luas ruangan = 10 ~ 16 meter kubik. Suhu ruangan berkisar antara 1 ~ 35 derajat celcius.

Control Panel

Tempat Keluarnya uap air

Gambar 7.

Gambar 8.

Page 21: Prosedur Operasional Standar Observasi Koleksi di Museum · PDF filetentang pendapat bahwa lilin lebah memiliki sifat tidak merusak kain dengan menunjukkan ... berhubungan dengan suhu

14Lampiran

Gambaran LainPeralatan Kerja & Analisa Konservasi

Handh

eld Fl

uores

cence

Microsc

ope

Digital Microscope

Scanning Electrone Microscope [SEM] with X-ray Energy Dispersive Spectrometer [EDS]

Handheld XRF Spectrometer

Handheld Raman Spectrometer

VACUUM HOT TABLE, HEATED SUCTION TABLE,

AND CONVERTER

Gambar 9.

Page 22: Prosedur Operasional Standar Observasi Koleksi di Museum · PDF filetentang pendapat bahwa lilin lebah memiliki sifat tidak merusak kain dengan menunjukkan ... berhubungan dengan suhu

15Lampiran

1596 1602 1613 1619 1632 1645 1660 1695 1778 1815

1825-30 1868 18831900 1908 1928 1933

1945

1950 1962

1973

CE78

400 450 500518600 670 700732 900 960

10001279 1292 1370 1400

1453

15001509 1516

1528

There were mineral alum and madder imported from Mecca and Aden (Medinah), included coral and copper.

On February 29, 1950, the Batavian Society was changed into the name ‘the Institute of Indonesian Culture’.

The fragment recontruction on terracota with straight and waved lines is an evidence for the earliest textiles.

The First Hinduism Kingdom

BCE3000 - 2000

PRE HISTORY (NEOLITHIC) Pithecantropus erectus

(manusia trinil).

BRONZE AGE Aji Çaka

HISTORY (Kutai Kingdom) (Kalimantan, Hindu)

800 - 200Ikat lungsi (warp) is considered present in the time. The textile with geometrized stylization of human, bird, reptilian, and floral forms. Those like textile producing

regions are Kalimantan (jackets and breechclouts from Dayak Iban, D.Bahau and D.Kenyah), Sumatera (ulos from Batak, Palepai and Tampan from Lampung), Sulawesi (Toraja), Nusatenggara (Timor and Sumbawa) and Bali. Songket or supplementary warp was also present in that time (?).

(1)

Motifs on the bronze-wares from that era is similar to the textile design and pattern of No.1. Bronze-wares from that era, for example kettle drums and axes which

were influenced by the Dongson’s culture (Tongkin, Vietnam).(2)

TARUMANEGARA (Jawa Barat, Hindu) Chinese chronicles mention that certain King of North Sumatera wore silk cloth.

The stone inscription found is as foundation of Indonesian Historic period.(3)(4)

MATARAM I (Jawa Tengah, Hindu)

(6) In Aceh, sappan-wood (secang) already was one of the outstanding export stuffs to the Arab. The secang dye work was considered as the oldest native red dye work.

(7) Mangosteen flower motifs in Prambanan temple reliefs (also similar to in Palembang) or in Design Javanese Batik, jelamprang, attesting to origin in the Hindu-Indonesian Period.There was a barter trade which were Indonesian cotton cloth and Chinese silk. Silk patola cloth (may from India) also present in the era (Javanese and Sumatrans called as ‘cindai’).

(8)

SRIWIJAYA(Sumatera Selatan, Hindu)

The Sung dynasty mentions that cotton goods from Java were used as princely presents.(9)

* Borobudur and Prambanan* Kain Prada

(11) Because the fall of Constantinople in 1453, the European merchants sought to purchase spices, which at that time were very rare and quite expensive, directly the producing country, i.e. Indonesia.

King Hayam Wuruk who succeeded in reuniting the Indonesian Archipelago was among the re-owned rulers of that period of Hindu Kingdoms. The same period saw the building of the Borobudur Buddist sanctuary under the Çailendra dynasty in Central Java and Prambanan Hindu temple by King Daksa.

Portuegese was the f i rs t European to set foot in Indonesia. (14)

(15)MATARAM II

(Jawa Tengah, Islam)

(16)The Dutch settled in Bantam (Banten), West Java.

The Dutch established the Nether lands East Ind ies Company (VOC).

(17)

Kolonialisasi, Jatuhnya Kekuasaan, JAYAKARTA

Governor General Jan Peterzon Coen succeeded in gaining the authority over Jayakarta, which was renamed ‘Batavia’. That time was beginning of the colonialism by the Dutch.

(23)

Sultan Agung introduced the Islamic-Javanese calendar and was patron of the Arts and Crafts.

(20) Gunung Merapi (a volcano name in Central Java) eruption sent a plenty of minerals, i.e. mineral alum.

(22) The Batavian (presently Jakarta) Society for the Arts and Sciences was founded in Jakarta on April 24, 1778.

(19)

Indian cotton (from Madapolam and Calicut) have been supplanted by European fabrics.In the colonialism era the Fierce battles broke out everywhere led by brave patriots, like as Prince Diponegoro (1825-1830) in Central Java.(24)

(26) Gunung krakatau (a volcano name in the Java Sea, close to Banten District) eruption also sent a plenty of minerals.

(28)

(27)Artificial Indigo and Alizarin were firstly used by Javanese.

Because in this period of national awakening was heralded by ‘Boedi Oetomo’, the organization founded on May 20. Its ultimate aim was the establishment of an Independent Indonesian State.

(29) The Indonesian youth, in the 2nd congress on October 1928, called for unity among the Indonesian youth and pledged allegiance to ‘One Nation, Indonesia, One Motherland, Indonesia, One Language, Bahasa Indonesia’.

(31) Indonesia proclaimed the Independence and established Unity State of the Republic of Indonesia covering the territory of the former Netherlands East Indies.

(18)

(13)MADJAPAHIT(Jawa Timur, Hindu)

HISTORICAL RECORDSPERIODS YEAR

The Institute was presented to the Indonesian Government which then is administered under Ministry of Education and Culture. The institution was also changed its name into Central Museum that become the National Museum to the present time.

(33)

(32)

REPUBLIC OF INDONESIA,(Negara Merdeka, Modern)

Conservation Lab for the National Museum of Indonesia.

Secang-wood and mengkudu were in common use by using mineral alum (Javanese called it as tawas) and plant alum (probably Jirek). However, the plant alum was considered the older mordant than the mineral alum. [The raw materials were treated with oil (castor) and lye (ash from burning rice stalks, or trunks of various trees of banana) that dyes from Morinda mixed with Jirek, Symplocos fasciculata Zoll.] Sugar, indigo, and coffee from Java and Sumatera were exported to Europe.

(21)

The new museum bu i l d ing (presently National Museum) was opened in Jalan Merdeka Barat 12, Jakarta.

(25)

Chinese source of the Ling and T’ang dynasties: the people of Java and North Coast of Sumatera wore cotton in use in Sumatera as early as the 6th century. There

are 3 species of Gossypium, i.e. G. herbaceum (the most common), G. obtusifolium (in Southern Sumatera, cultivated by the Dutch), and G. brasiliense (Malay Peninsula, cultivated by the British).

(5)

Ikat pakan (weft) together with import silks were brought by Indians and Islamic traders to Java and Sumatera (possibly, also applications of beads, sequins, glass/

mirrors, and gaining of the knowledge of technique for mixing color/dye). The regions of the two islands that were contacted by the mentioned traders were as indication of silk and songket clothes, and probably silver and gold threads. Other regions: Palembang (South Sumatera), Donggala (Central Sulawesi), Bugis (South Sulawesi) and Bali. In old Javanese written source suggest that ‘kain prada’ enjoyed very great popularity in aristocratic circles in East Javanese Kingdom of Madjapahit. (In Bali, gold leaf was an important article of commerce imported from China and Thailand via the port of Singaraja in the latter half of the 19th century).

(10)

In Palembang, was cultivated the mulberry trees for Bombix mori foods (silk coccon), it was also in Sulawesi. Typical silk cloth colors are red, green,

blue and other bright colors. Silver and gold threads was utilized throught the supplementary weft technique, which raises the metallic threads to the surface of the cloth with design of geometric and stylized floral meanders.

(12)

The Board Commerce and Industry of the Dutch East Indies published the Native Batik Industry. Some German synthetic dyestuffs first produced in

the years 1920 to 1928 come into use in Jakarta and Pekalongan. e.g. for red color (aniline of Beta-hydroxy naphthoic acid, which applicable in cold water), for basic yellow (Auramine-O, Ciba Ltd., Basle), form brown (a benzidine dyestuffs, called soga-soga which developed with diazo compounds).

(30)

Indonesian Periods and Historical RecordsGambar 10.Timeline