Prosedur Kerja

2
A. Prosedur Kerja 1. Pembuatan Ekstrak Lidah Buaya dengan Metode Infundasi Lidah buaya dibersihkan dengan cara disikat.kemudian lidah buaya dipotong sekitar 1 cm dari pangkalnya. Daun lidah buaya yang telah bersih selanjutnya dikuliti untuk diambil dagingnya. 500 gram daging lidah buaya dicuci kembali beberapa kali menggunakan air mengalir. Setelah dicuci daging lidah buaya dipotong kecil-kecil, diblender lalu disaring. Untuk mendapatkan ekstrak lidah buaya selanjutnya dilakukan pemanasan pada suhu 45-70 o C (blanching) selama sepuluh menit (Wijaya, 2013). 2. Identifikasi Fitokimia Ekstrak Lidah Buaya a. Fenol Uji tabung Ekstrak ditambah dengan sedikit eter lalu dikocok. Lapisan eter dikeringkan pada plat lalu ditetesi dengan larutan FeCl 3 . Hasil positif mengandung senyawa fenolik jika terbentuk warna ungu biru (Depkes RI, 1979). b. Saponin 1) Uji tabung 2 mL ekstrak lidah buaya dimasukkan kedalam tabung reaksi, dikocok kuat-kuat selama 10 detik kemudian dibiarkan 10 detik. Hasil positif mengandung saponin bila terbentuk buih setinggi 1 sampai 10 cm yang stabil selama minimal 10 menit. Apabila dilakukan penambahan 1 tetes HCl 2 N busa tidak hilang (Depkes RI, 1995). 2) KLT Fase diam yang digunakan adalah silika gel F 254 dengan panjang plat 2x10 cm. Fase gerak yang digunakan yakni kloroform, metanol, air dengan perbandingan 64:50:10. Ekstrak ditotolkan pada fase diam kemudian dielusi dengan jarak 8 cm. Digunakan pembanding yakni saponin. Deteksi dilakukan pada UV 254 nm, UV 366 nm,

description

cara kerja KLT uji tabung

Transcript of Prosedur Kerja

A. Prosedur Kerja1. Pembuatan Ekstrak Lidah Buaya dengan Metode InfundasiLidah buaya dibersihkan dengan cara disikat.kemudian lidah buaya dipotong sekitar 1 cm dari pangkalnya. Daun lidah buaya yang telah bersih selanjutnya dikuliti untuk diambil dagingnya. 500 gram daging lidah buaya dicuci kembali beberapa kali menggunakan air mengalir. Setelah dicuci daging lidah buaya dipotong kecil-kecil, diblender lalu disaring. Untuk mendapatkan ekstrak lidah buaya selanjutnya dilakukan pemanasan pada suhu 45-70oC (blanching) selama sepuluh menit (Wijaya, 2013).

2. Identifikasi Fitokimia Ekstrak Lidah Buayaa. Fenol Uji tabungEkstrak ditambah dengan sedikit eter lalu dikocok. Lapisan eter dikeringkan pada plat lalu ditetesi dengan larutan FeCl3. Hasil positif mengandung senyawa fenolik jika terbentuk warna ungu biru (Depkes RI, 1979).b. Saponin1) Uji tabung2 mL ekstrak lidah buaya dimasukkan kedalam tabung reaksi, dikocok kuat-kuat selama 10 detik kemudian dibiarkan 10 detik. Hasil positif mengandung saponin bila terbentuk buih setinggi 1 sampai 10 cm yang stabil selama minimal 10 menit. Apabila dilakukan penambahan 1 tetes HCl 2 N busa tidak hilang (Depkes RI, 1995).2) KLTFase diam yang digunakan adalah silika gel F254 dengan panjang plat 2x10 cm. Fase gerak yang digunakan yakni kloroform, metanol, air dengan perbandingan 64:50:10. Ekstrak ditotolkan pada fase diam kemudian dielusi dengan jarak 8 cm. Digunakan pembanding yakni saponin. Deteksi dilakukan pada UV 254 nm, UV 366 nm, serta pereaksi semprot Liebermann-Bourchard dengan pemanasan di oven 105oC selama 5 menit.c. Tannin1) Uji tabung1 mL ekstrak direaksikan dengan larutan FeCl3 1% sebanyak 3 tetes. Jika ekstrak mengandung tannin maka akan berwarna biru tua atau hitam kehijauan (Robinson, 1991).2) KLTDigunakan fase diam selulosa dengan panjang plat 2x10 cm. Fase geraknya butanol, asam asetat dan air dengan perbandingan 3:1:1. Ekstrak lidah buaya ditotolkan dan dikembangkan dengan jarak 8 cm. Pembanding identifikasi tannin adalah asam gallat. Deteksi dilakukan pada UV 254 nm, UV 366 nm, serta pereaksi semprot FeCl3. Selanjutnya hRf dihitung.d. Flavonoid1) Uji tabungEkstrak lidah buaya dipanaskan 15 menit di atas penangas air. Setelah 15 menit ditetesi dengan HCl pekat sebanyak 1 mL dan 0,2 gram bubuk logam Mg. Hasil yang positif didapat bila terjadi warna merah (Depkes RI, 1989).2) KLTFase diam yang digunakan adalah selulosa dengan panjang plat 2x10 cm. Fase geraknya butanol, asam asetat, dan air dengan perbandingan 4:1:5 yang telah didiamkan 18 jam dan dipakai fase atasnya. Sampel ekstrak ditotolkan pada fase diam kemudian dielusi dengan jarak 8 cm. Digunakan pembanding yakni quersetin. Deteksi dilakukan pada sinar UV 254 nm, UV 366 nm, dan dengan pereaksi semprot AlCl3. Selanjutnya hRf dihitung.