proposalpety.docx.
-
Upload
ian-afri-wijaya -
Category
Documents
-
view
217 -
download
5
description
Transcript of proposalpety.docx.
ANALISIS KUALITAS BATUBARA DI PT. BUKIT ASAM (PERSERO), TBK TANJUNG ENIM
PROPOSAL PENELITIAN
Oleh :
RANGGA DECKY DAMARA
112.13.0159
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONA“VETERAN”
YOGYAKARTA
2015
1
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
BAB
I. PENDAHULUUAN..................................................................................1
I.1 Latar Belakang.....................................................................................1I.2 Rumusan Masalah................................................................................1I.3 Tujuan Penelitian.................................................................................12I.4 Batasan Masalah..................................................................................13
II. METODOLOGI PENELITIAN.................................................................15
II.1Dasar Teori..........................................................................................15
II.1.1 Pola Pemboran .......................................................................15II.1.2 Pola Peledakan .......................................................................15II.1.3 Geometri Peledakan ...............................................................15II.1.4 Getaran dan Gelombang ........................................................15II.1.5 Getaran Tanah (Ground Vibration)........................................15II.1.6 Gelombang .............................................................................15II.1.7 Kontrol Vibrasi ......................................................................15II.1.8 Standart Vibrasi .....................................................................15
II.2Teknik Pengambilan Data....................................................................15
II.2.1 Metode Langsung ( Primer ) .................................................15II.2.2 Metode Tidak Langsung ( Sekunder ) ...................................15
III. RENCANA PENYELESAIAN MASALAH ............................................15
III.1............................................................................................................Pe
ngolahan Data ....................................................................................15
III.1.1 Geometri Peledakan ...............................................................15III.1.2 Pola Rangkaian Peledakan .....................................................15
III.2............................................................................................................Analisa Data ..........................................................................................15
III.3............................................................................................................Rencana Jadwal Penelitian ......................................................................15
1
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................iv
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Batubara adalah substansi heterogen yang dapat terbakar dan terbentuk dari
banyak komponen yang mempunyai sifat saling berbeda. Batubara dapat
didefinisikan sebagai satuan sedimen yang terbentuk dari dekomposisi tumpukan
tanaman selama kira-kira 300 juta tahun. Dekomposisi tanaman ini terjadi karena
proses biologi dengan mikroba dimana banyak oksigen dalam selulosa diubah
menjadi karbondioksida (CO2) dan air (H2O). Kemudian perubahan yang terjadi
dalam kandungan bahan tersebut disebabkan oleh adanya tekanan, pemanasan
yang kemudian membentuk lapisan tebal sebagai akibat pengaruh panas bumi
dalam jangka waktu berjuta-juta tahun, sehingga lapisan tersebut akhirnya
memadat dan mengeras. Pola yang terlihat dari proses perubahan bentuk tumbuh–
tumbuhan hingga menjadi batubara yaitu dengan terbentuknya karbon.
Kenaikan kandungan karbon dapat menunjukkan tingkatan batubara, Dimana
tingkatan batubara yang paling tinggi adalah antrasit, sedang tingkatan yang lebih
rendah dari antrasit akan lebih banyak mengandung hidrogen dan oksigen. Selain
kandungan C, H dan O juga terdapat kandungan lain yaitu belerang (S), nitrogen
(N), dan kandungan mineral lainnya seperti silica, alumunium, besi, kalsium dan
magnesium yang pada saat pembakaran batubara akan tertinggal sebagai abu.
Karena batubara merupakan bahan galian fosil padat yang sangat heterogen, maka
batubara mempunyai sifat yang berbeda–beda apabila diperoleh dari lapisan yang
berbeda–beda. Bahkan untuk satu lapisan dapat menunjukkan sifat yang berbeda
pada lokasi yang berbeda pula.
1
1.2. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam penelitian tugas akhir ini yaitu penulis hanya
membatasi pada masalah yang menyangkut tentang Analisis Kualitas Batubara di
PT. Bukit Asam Tanjung Enim.
1.3. Maksud dan Tujuan
Maksud dari penelitian ini adalah menganalisis kualitas batubara yang ditambang
di PT. Bukit Asam Tanjung Enim.
Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan analisis proksimate dan analisis
ultimate, yang terdapat pada batubara di PT. Bukit Asam Tanjung Enim.
1.4. Manfaat Hasil Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagi Peneliti
Sebagai sumber untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan dan pengalaman
sehingga dapat membangun etos kerja yang baik, serta upaya untuk memperluas
wawasan kerja.
2. Bagi Perguruan Tinggi
Sebagai tambahan sumber referensi khususnya mengenai analisis kualitas
batubara dari unsur-unsur pengotornya.
3. Bagi Perusahaan
Hasil analisis dan penelitian yang dilakukan dapat menjadi sumber masukan
bagi pihak perusahaan, dalam menentukan kualitas batubara dari material
pengotornya.
1
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
2.1. Dasar Teori
2.1.1. Pengertian Batubara
Batubara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah batuan
sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah
sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur
utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen. Batubara juga adalah batuan
organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks yang dapat
ditemui dalam berbagai bentuk.
Analisis unsur memberikan rumus formula empiris seperti C137H97O9NS untuk
bituminus dan C240H90O4NS untuk antrasit.
Gambar 1
1
Rumus Bangun Batubara (USGS, 2012)
Reaksi pembentukan batubara dapat diperlihatkan sebagai berikut :
5(C6H10O5) menjadi C20H22O4 + 3CH4 + 8H2O + 6CO2 + CO
Cellulosa lignit gas metana air
2.1.2. Materi Pembentuk Batubara
Hampir seluruh pembentuk batubara berasal dari tumbuhan. Jenis-jenis tumbuhan
pembentuk batubara dan umurnya menurut Diessel (1981) adalah sebagai berikut:
a. Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga Ordovisium dan bersel tunggal.
Sangat sedikit endapan batubara dari perioda ini.
b. Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan dari
alga. Sedikit endapan batubara dari perioda ini.
c. Pteridofita, umur Devon Atas hingga KArbon Atas. Materi utama pembentuk
batubara berumur Karbon di Eropa dan Amerika Utara. Tetumbuhan tanpa bunga
dan biji, berkembang biak dengan spora dan tumbuh di iklim hangat.
d. Gimnospermae, kurun waktu mulai dari Zaman Permian hingga Kapur
Tengah. Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, semisal pinus,
mengandung kadar getah (resin) tinggi. Jenis Pteridospermae seperti
gangamopteris dan glossopteris adalah penyusun utama batubara Permian seperti
di Australia, India dan Afrika.
e. Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini. Jenis tumbuhan modern,
buah yang menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga, kurang bergetah
dibanding gimnospermae sehingga, secara umum, kurang dapat terawetkan.
1
2.1.3. Ganesa Batubara
a. Batubara adalah sedimen (padatan) yang dapat terbakar, terbentuk dari sisa
tumbuhan yang terhumifikasi, berwarna coklat sampai hitam yang selanjutnya
terkena proses fisika dan kimia yang berlangsung selama jutaan tahun hingga
mengakibatkan pengkayaan kandungan C (Wolf, 1984 dalam Anggayana 2002).
b. Cook (1999) menerangkan bahwa batubara berasal dari sisa tumbuhan yang
terakumulasi menjadi gambut yang kemudian tertimbun oleh sedimen, setelah
pengendapan terjadi peningkatan temperatur dan tekanan yang nantinya
mengontrol kualitas batubara.
c. Pembentukan tanaman menjadi gambut dan batubara melalui dua tahap, yaitu
tahap diagenesa gambut (peatilification) dan tahap pembatubaraan (coalification).
Tahap diagenesa gambut disebut juga dengan tahap biokimia dengan melibatkan
perubahan kimia dan mikroba, sedangkan tahap pembatubaraan disebut juga
dengan tahap geokimia atau tahap fisika-kimia yang melibatkan perubahan kimia
dan fisika serta batubara dari lignit sampai antrasit (Cook, 1982).
d. Ditinjau dari cara terbentuknya, batubara dapat dibedakan menjadi batubara
ditempat (insitu) dan batubara yang bersifat apungan (drift). Batubara ditempat
terbentuk di tempat tumbuhan itu terbentuk, mengalami proses dekomposisi dan
tertimbun dalam waktu yang cepat, batubara ini dicirikan dengan adanya bekas–
bekas akar pada seat earth serta memiliki kandungan pengotor yang rendah,
sedangkan batubara apingan terbentuk dari timbunan material tanaman yang telah
mengalami perpindahan selanjutnya terdekomposisi dan tertimbun, pada batubara
ini tidak dijumpai bekas-bekas akar pada seat earth dan memiliki kandungan
pengotor yang tinggi.
e. Diessel (1992, dalam Mendra, 2008) menyatakan enam parameter yang
mengendalikan pembentukan endapan batubara, yaitu: adanya sumber vegetasi,
posisi muka air tanah, penurunan yang terjadi dengan pengendapan, penurununan
yang terjadi setelah pengendapan, kendali lingkungan geoteknik endapan batubara
dan lingkungan pengendapan terbentuknya batubara.
1
Gambar 2
Proses Terbentuknya Batubara
Pembentukan batubara dimulai sejak periode pembentukan Karbon
(Carboniferous Periode)–dikenal sebagai zaman batubara pertama–yang
berlangsung antara 360 juta sampai 290 juta tahun yang lalu. Kualitas dari setiap
endapan batu bara ditentukan oleh suhu dan tekanan serta lama waktu
pembentukan, yang disebut sebagai ‘maturitas organik’. Proses awalnya, endapan
tumbuhan berubah menjadi gambut (peat), yang selanjutnya berubah menjadi
batubara muda (lignite) atau disebut pula batubara coklat (brown coal). Batubara
muda adalah batubara dengan jenis maturitas organik rendah.
Dalam proses pembatubaraan, maturitas organik sebenarnya menggambarkan
perubahan konsentrasi dari setiap unsur utama pembentuk batubara. Berikut ini
ditunjukkan contoh analisis dari masing–masing unsur yang terdapat dalam setiap
tahapan pembatubaraan.
Tabel 1
1
Contoh Analisis Batubara (daf based)
Genesa batu bara berdasarkan tempat terjadinya dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Teori Insitu
Bahan-bahan pembentuk lapisan batubara terjadinya ditempat dimana tumbuh-
tumbuhan itu berada (terjadi di tempat itu juga) yang mempunyai ciri-ciri sbb :
Penyebarannya luas,dan kualitasnya baik (karena kadar abunya rendah).
2. Teori Drift
Bahan-bahan pembentuk lapisan batubara ,terjadinya ditempat lain dari tumbuh-
tumbuhan asal itu berada karena sudah tertransportasi,yang mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut ; penyebarannya tidak luas tetapi banyak, kualitasnya kurang baik
karena banyak mengandung pengotor.
2.1.4. Sifat Umum Batubara
Batubara termasuk salah satu bahan bakar untuk pembangkit energi selain gas
bumi dan minyak bumi. Batubara merupakan bahan padat yang heterogen dan
terdapat dialam, dengan peringkat yang bervariasi, yaitu lignit, sub-bituminus,
bituminous dan antrasit.
Sifat umum batubara sesuai peringkat menurut Mc. Milan Morgan dan Murray
1. Sifat batubara jenis antrasit, dengan ciri-ciri:
a. Berwarna hitam mengkilat dan kompak
b. Kandungan air sangat rendah
c. Kandungan sulfur sangat rendah
d. Kandungan abu (Ash) sangat rendah
1
e. Nilai kalori sangat tinggi, dengan kandungan kadar karbon sangat tinggi
lebih dari 90%.
2. Sifat batubara jenis sub-bituminus dan bituminous dengan ciri-ciri:
a. Warna hitam mengkilat dan tidak kompak atau kurang kompak
b. Kadar zat terbang (volatile matter) 30%-40% dan mudah teroksidasi
c. Kandungan sulfur rendah
d. Kandungan air rendah
e. Kandungan abu rendah
f. Nilai kalori tinggi
g. Mudah terbakar dengan nyala api kuning
h. Berat jenis relatif dingin
3. Sifat batubara jenis lignit (brown coal), dengan ciri-ciri:
a. Warna hitam kecoklatan sangat rapuh atau sangat rendah
b. Nilai karbon rendah serta kandungan karbonya sedikit
c. Kandungan air tinggi
d. Kandungan abu banyak
e. Kandungan sulfur banyak
f. Volatil matter tinggi
4. Sifat batubara jenis peat (gambut) merupakan peringkat rendah dengan ciri-ciri:
a. Kandungan air tinggi walaupun sudah dilakukan pengeringan
b. Nilai kalorinya rendah
c. Kandungan zat terbang (Volatil matter) tinggi
1
d. Mempunyai kadar karbon yang sangat rendah
e. Nyalanya berasap
2.1.5. Kualitas Batubara
Kualitas batubara ditentukan dengan analisis batubara di laboraturium,
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Analisa Proksimat
Yaitu analisa yang digunakan untuk memberikan data mengenai batubara, antara
lain pengukuran kandungan moisture, kandungan abu (Ash), zat terbang (volatil
matter) dan Carbon I (fixed carbon).
Untuk mengetahui kualitas dari batu bara maka dapat diketahui dengan
menggunakan parameter-parameter dari batubara. Parameter-parameter dari
batubara adalah sbb :
1. Kandungan Air (Moisture).
Kandungan air dalam batubara secara umum ada dua yaitu air permukaan (free
moisture) dan kandungan air bawaan (inherent moisture). Kandungan air
permukaan secara mekanisterdapat dalam permukaan dan retakan-retakan serta
kapiler-kapiler besar (makro kapiler) batubara dan mempunyai tekanan gas
normal. Jumlah kandungan air bebas secara prinsip tergantung dari kondisi yaitu
dari lembab sampai kering. Hal tersebut juga tergantung dari
penambangan ,benefisiasi ,transportasi,penanganan dan penyimpanan juga
distribusi ukuran butirnya.
Kandungan air bawaan berada pada mikro pori, yang mempunyai tekanan lebih
rendah dari tekanan uap normal. Kandungan air bawaan ini penting
diketahui,karena dapat digunakan untuk mengindikasi peringkat batubara .
Batubara makin tinggi kandungan air bawannnya,peringkatnya makin rendah.
1
2. Kandungan Abu (Ash).
Seperti telah diketahui bahwa kandungan Batu bara terdiri dari 3 unsur yaitu :
air,material batu bara (Coal matter) dan material bukan batu bara (mineral matter).
Mineral matter terdiri atas 2 macam yaitu mineral matter bawaan (inherent
mineral matter) serta material mineral dari luar batu bara (extraneous mineral
matter). Inherent mineral matter berhubungan dengan tumbuh-tumbuhan yang
hidup di rawa-rawa dan sulit dipisahkan dari batu bara,biasanya berjumlah 0,5 –
1,0 %. Extraneous Mineral Matter terjadi saat terambil waktu penambangan
(parting), yang terbawa waktu terjadi banjir ke lapisan batubara pada waktu
pembentukannya. Extraneous Mineral Matter dapat dipesahkan dari batubara
dengan proses pencucian.
Jika Batubara dipanaskan maka mineral matter tersebut akan mengalami
perubahan secara kimia menjadi abu.
Perubahan secara kimia tersebut antara lain sebagai berikut :
Kehilangan air dari senyawa-senyawa yang mengandung hidrogen
Kehilangan CO2 dari karbonat.
Oksidasi FeS2 menjadi besi sulfida dan magnesium oksida.
Penguapan dan penguraian dari alkali chloride.
Secara umum untuk memperkirakan jumlah mineral matter dapat dicari dengan
menggunakan rumus sbb :
MM = 1,1 x Kandungan Abu
Atau
MM = 1,08 + 0,55 S
Keterangan :
MM = Mineral matter
A = Kandungan abu
S = Kandungan sulfur
3. Zat Terbang (Volatil Matter).
1
Zat terbang terdiri dari Combustible gasses (gas-gas yang mudah terbakar) seperti
gas hidrogen, CO, dan CH4 serta gas-gas yang dapat dikondensasikan seperti tar
dengan sejumlah kecil gas-gas yang tidak terbakar seperti CO2 dan air yang
terbentuk karena hasil dehidrasi dan kalsinasi.
Zat terbang juga dapat digunakan sebagai ukuran untuk menentukan peringkat
batubara.
Pengaruhnya dalam preparasi batubara adalah jika kandungan zat terbang tinggi
(>24 %) maka batubara akan mudah terbakar. Untuk mengatasi hal tersebut
sebaiknya batubar tidak dilakukan penggerusan terlalu halus,karena sangat
berpotensi untuk mudah meledak.
4. Karbon Tetap (Fixed Carbon).
Sebagai komponen dari analisa proksimat, Fixed Carbon dihitung dari
FC = 100 – ( A + VM + IM ).
Rasio Fixed carbon dengan Volatile matter (zat terbang) disebut dengan “FR”
(Fuel Ratio). FR juga dapat digunakan sebagai pegangan untuk menentukan
peringkat batubara.
5. Nilai Kalor.
Nilai kalor dari batubara merupakan jumlah panas dari komponen yang terbakar
seperti karbon, hidrogen, dan sulfur dikurangi dengan panas reaksi eksotermis
atau endotermis yang terjadi dari pembakaran komponen pengotor.
6. Kandungan Sulfur.
Sulfur merupakan zat pencemar,maka adanya sulfur yang tinggi sangat tidak
dikehendaki.
Ada 3 macam bentuk sulfur yaitu :
Pyritic Sulfur (FeS2) biasanya berjumlah 20 – 80 % dari total sulfur dan
berasosiasi dengan abu batubara.
1
Organic Sulfur biasanya berjumlah relatif dan bervariasi antara 20 – 80 %
dari total sulfur. Sulfur Organik terikat secara kimia dengan substansi atau
zat-zat lain.
Sulphate sebagaian besar terdiri dari kalsium sulfat dan besi sulfat.
2. Analisa Ultimate
Yaitu analisa yang dilakukan untuk mengetahui komponen pembentuk batubara,
terutama untuk parameter atau unsur karbon (C), Hidrogen (H), Sulfur (S),
Nitrogen (N) serta kandungan Oksigen (O) dari batubara terebut.
Kualitas batubara diperlukan untuk menentukan apakah batubara tersebut
menguntungkan untuk ditambang selain dilihat dari besarnya cadangan batubara
di daerah penelitian.
Semakin tinggi kualitas batubara, maka kadar karbon akan meningkat, sedangkan
hidrogen dan oksigen akan berkurang. Batubara bermutu rendah, seperti lignite
dan sub-bituminous, memiliki tingkat kelembaban (moisture) yang tinggi dan
kadar karbon yang rendah, sehingga energinya juga rendah. Semakin tinggi mutu
batubara, umumnya akan semakin keras dan kompak, serta warnanya akan
semakin hitam mengkilat. Selain itu, kelembabannya pun akan berkurang
sedangkan kadar karbonnya akan meningkat, sehingga kandungan energinya juga
semakin besar.
2.1.6. Klasifikasi Batubara
Ada 3 macam Klasifikasi yang dikenal untuk dapat memperoleh beda variasi
kelas/mutu dari batubara yaitu:
1. Klasifikasi Menurut ASTM
Klasifikasi ini dikembangkan di Amerika oleh Bureau of Mines yang akhirnya
dikenal dengan Klasifikasi menurut ASTM (America Society for Testing and
Material). Klasifikasi ini berdasarkan rank dari batubara itu atau berdasarkan
1
derajat metamorphism nya atau perubahan selama proses coalifikasi (mulai dari
lignit hingga antrasit). Untuk menentukan rank batubara diperlukan data fixed
carbon (dmmf), volatile matter (dmmf) dan nilai kalor dalam Btu/lb dengan basis
mmmf (moist, mmf)
2. Klasifikasi Menurut Natioal Coal Board (NCB)
Klasifikasi ini dikembangkan di Eropa pada tahun 1946 oleh suatu organisasi Fuel
Research dari departemen of Scientific and Industrial Research di Inggris.
Klasifikasi ini berdasarkan rank dari batubara, dengan menggunakan parameter
volatile matter (dry, mineral matter free) dan cooking power yang ditentukan oleh
pengujian Gray King.
3. Klasifikasi Menurut International
Klasifikasi ini dikembangkan oleh Economic Commision for Europe pada tahun
1956 Klasifikasi ini dibagi atas dua bagian yaitu:
a. Hard Coal
Di definisikan untuk batubara dengan gross calorific value lebih besar dari 10.260
Btu/lb atau 5.700 Kcal/kg (moist ash free). International System dari hard coal
dibagi atas 10 kelas menurut kandungan VM (daf). Kelas 0 sampai 5 mempunyai
kandungan VM lebih kecil dari 33% dan kelas 6 sampai 9 dibedakan atas nilai
kalornya (mmaf) dengan kandungan VM lebih dari 33%. Masing-masing kelas
dibagi atas 4 group (0-3) menurut sifat cracking nya dintentukan dari “Free
Swelling Index” dan “Roga Index”. Masing group ini dibagi lagi atas sub group
berdasarkan tipe dari coke yang diperoleh pengujian Gray King dan Audibert-
Arnu dilatometer test. Jadi, pada International klasifikasi ini akan terdapat 3
angka, angka pertama menunjukkan kelas, angka kedua menunjukkan group dan
angka ketiga menunjukkan sub-group.
b. Brown Coal
International klasifikasi dari Brown coal dan lignit dibagi atas parameternya yaitu
total moisture dan low temperature Tar Yield (daf).
1
2.2. Teknik Pengambilan Data
Metode penelitian yang digunakan pada saat pengumpulan data yaitu dengan
menggunakan metode:
1. Metode Pustaka
Metode Pustaka yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
membaca dan mempelajari buku-buku literatur yang ada hubunganya dengan
masalah pembahasan dalam menyusun proposal tugas akhir ini.
2. Metode Lapangan
Metode Lapangan yaitu suatu metode penelitian lapangan dengan tujuan
mendapatkan data-data yang diperlukan untuk menyusun proposal tugas akhir ini.
Metode yang digunakan penulis adalah:
a. Metode Observasi
Metode Observasi yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan peninjauan
langsung terhadap objek penelitian, sehingga mendapatkan data yang relevan.
b. Metode Wawancara
Metode wawancara yaitu teknik memperoleh data dengan tanya jawab atau
wawancara secara langsung dengan pihak-pihak yang terkait dengan
permasalahan yang akan dipecahkan.
1
BAB III
RENCANA PENYELESAIAN PENELITIAN
3.1. analisis Data
Pengujian batubara adalah untuk menentukan mutu dari batubara tersebut.
Ada 3 pengujian batubara, antara lain:
1. Pengujian mekanis
Analisis pada komoditas batubara meliputi penentuan sifat fisik melalui pengujian
mekanis. Sifatnya seperti kekerasan, kekuatan, atau kekompakan partikel batubara
yang diukur dengan indeks kekerasan. Sedangkan ukuran butiran batubara dapat
diukur dengan ayakan (mesh).
2. Pengujian sifat pembakaran
Pada sifat pembakaran kita menganalisis panas dari batubara dan titik leleh abu
batubara. Panas yang dilepaskan batubara dalam proses pembakaran merupakan
reaksi eksotermal yang melibatkan senyawa hidrokarbon, oksigen dan komponen
lain. Berdasarkan standar ASTM titik leleh batubara ditetapkan pada kondisi
reduksi dengan campuran gas CO + CO2 dan kondisi oksidasi dengan bantuan
udara. Sedangkan menurut BS titik leleh abu batubara pada kondisi reduksi
dengan campuran gas H2+ CO2 dan kondisi oksidasi dengan bantuan udara.
3. Pengujian sifat karbonisasi
Karbonisasi adalah proses pemanasan batubara pada suhu tertentu tanpa oksigen
untuk menghasilkan bahan-bahan seperti kokas, charcoal, tar, cairan yang
mengandung amoniak, gas hidrokarbon, dan senyawa lainnya. Karbonisasi
umumnya digunakan untuk pembuatan kokas dan proses pencairan ataupun
1
gasifikasi.
3.1. Rencana Jadwal Penelitian
Rencana pelaksanaan penelitian ini adalah selama ± 2 (dua) bulan, yaitu mulai 1
Maret 2016 sampai dengan 30 April 2016.
No Kegiatan
Jadwal pelaksanaan
Minggu
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Administrasi dan
orientasi lapangan
2 Pengoumpulan
referensi dan data
3 Pengolahan data
4 Konsultasi dan
bimbingan
5 Penyusunan dan
pengumpulan draft
laporan
Tabel 2
Jadwal Rencana Kegiatan Penelitian
1
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1. Bukin Daulay, Dr.,MSc., Geologi dan Eksplorasi Batubara, Puslitbang
Teknologi Mineral dan Batubara, Bandung, 2001.
2. Sukandarrumidi, Batubara dan Gambut, Gadjah Mada Univ. Press, 1995.
3. Chairul Nas, Estimasi Cadangan Mineral, Pusat Pengembangan Tenaga
Pertambangan, Bandung, 1994.
4. Pengujian Kualitas Batubara. PT. Bukit Asam(Persero), Tbk: Tanjung
EnimFirmansyah, M. 2009
5. Kontrol Kualitas Batubara. PT. Bukit Asam (Persero) Tbk,Tanjung
Enim.Hadi, Anwar. 2007.
6. Yusgiantoro, P, 2006. Peran Strategis Gasifikasi Batubara Untuk
Memperkuat Ketahanan Energi Nasional, Paparan Seminar Gasifikasi
Batubara Peringkat Rendah, Jakarta, Mei 2006.
7. http://www.indoenergi.com/2012/03/jenis-jenis-batubara.html
8. http://www.coe.its.ac.id/index.php/servicelist/44-analisis-batubara
1